Sifat Lactobacilli yang diisolasi dari usus ayam

advertisement
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
SIFAT LACTOBACILLI YANG DIISOLASI DARI USUS
AYAM SEBAGAI PROBIOTIK
(The Characteristic of Lactobacilli Isolated from
Chicken Intestines as Probiotics)
LILY NATALIA dan ADIN PRIADI
Balai Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinatan No. 30, Bogor 16114
ABSTRACT
Surface characteristics, such as the hydrophobic nature of the bacteria cell surface and bacteria
coaggregation are used in vitro to evaluate the potentially probiotic strains of lactobacilli. Bacteria adhesion
to tissue can determine the colonization capability of a microorganism. Through adhesive ability and
colonization of tissues, probiotic microorganisms can prevent pathogen access by specific blockage on the
cell receptor. Bacteria coaggregation is thought to facilitate beneficial nutritional interactions between
coagregation partners. Five strains of Lactobacillus, identified as Lactobacillus salivarius, Lactobacillus
raffinolactis, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus plantarum and Lactobacillus sporogenes were selected
among probiotic isolates from the gut of normal healthy chickens and tested for their in vitro probiotic
properties. Coaggregation between Lactobacillus spp., Clostridium perfringens type A, Salmonella enteritidis
and Escherichia coli were also studied. Cell surface hydrophobicity and coaggregation ability were found to
be high for Lactobacillus acidophilus. The high values indicate greater ability to adhere to epithelial cells.
Self aggregation or autoaggregation were also observed in Lactobacillus spp. culture isolates. Lactobacillus
spp were able to retain their beneficial characteristics in the presence Salmonella, and Escherichia coli such
as presence of lectin-like and ability to grow and compete. Criteria for in vitro selection of probiotic bacteria
must be developed since they may reflect certain in vivo effects on the host. The selected organism such as
L. acidophilus can be considered as potential ingredients for chicken probiotic intended to control
salmonellosis, colibacillosis and clostridial necrotic enteritis.
Key Words: Lactobacillus, Chicken Probiotic, Hydrophobicity, Aggregation
ABSTRAK
Karakteristik permukaan seperti hidrofobisitas permukaan sel bakteri dan koagregasi bakteri, telah
digunakan secara in vitro untuk mengevaluasi probiotik potensial dari lactobacillus. Adhesi bakteri ke
jaringan dapat menentukan kemampuan kolonisasi mikroorganisme. Dengan kemampuan adhesif dan
berkolonisasi di jaringan, mikroorganisme probiotik dapat mencegah agen patogen masuk dengan memblokir
secara spesifik sel reseptornya. Koagregasi bacteria dapat mefasilitasi interaksi nutrisi secara menguntungkan
diantara pasangan koagregasinya. Dalam penelitian digunakan lima galur Lactobacillus, yang diidentifikasi
sebagai Lactobacillus salivarius, Lactobacillus raffinolactis, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus
plantarum dan actobacillus sporogenes yang telah diseleksi dari isolat-isolat probiotik asal dari usus ayam
sehat dan telah diuji terhadap sifat-sifatnya probiotiknya secara in vitro. Koagregasi juga telah diamati antara
Lactobacillus spp., Clostridium perfringens type A, Salmonella enteritidis dan Escherichia coli. Tingkat
hidrofobisitas permukaan sel dan kemampuan koagregasi ternyata cukup tinggi untuk L. acidophilus. Nilai
yang tinggi ini menunjukkan besarnya kemampuan untuk menempel pada sel epithel. Agregasi sendiri
(autoagregasi) juga terjadi pada isolat kultur Lactobacillus spp. Dalam penelitian, Lactobacillus spp dapat
mempertahankan sifat yang menguntungkan seperti produksi lectin-like, mampu tumbuh bersaing dengan
Salmonella, dan E. coli. Kriteria untuk seleksi bakteri probiotik harus dikembangkan mengingat hal ini dapat
mencerminkan pengaruhnya secara in vivo dalam induk semangnya. Mikroorganisme yang telah diseleksi
seperti L. acidophilus dapat digolongkan dalam probiotik potensial untuk digunakan pada ayam yang
ditujukan untuk pengendalian salmonellosis, colibacillosis dan clostridial necrotic enteritis.
Kata Kunci: Lactobacillus, Probiotik Ayam, Hidrofobisitas, Agregasi
801
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
PENDAHULUAN
Probiotik
adalah
suplemen
berupa
mikroorganisme hidup yang mempunyai efek
menguntungkan bagi induk semangnya dengan
cara memperbaiki keseimbangan mikroba
dalam usus (KOZASA, 1989, FULLER, 1989,
DUNNE et al., 2001). Istilah probiotik
digunakan untuk menjelaskan mikroorganisme
hidup yang aktifitasnya berlawanan dengan
antibiotik (TOURNUT, 1989). Beberapa galur
probiotik dapat diseleksi berdasarkan beberapa
hal antara lain seperti sifatnya sebagai agen
antimikrobial aktif terhadap mikroorganisme
patogen,
kemampuan
hidrophobiknya,
kemampuannya
menstimulasi
sistem
kekebalan, mempunyai aktifitas ensim yang
mendukung absorpsi nutrien esensial dan ionion, dan dihasilkannya bahan yang mampu
menempel pada epithelium.
Karakter permukaan, salah satu sifat yang
dapat dipelajari secara in vitro, telah digunakan
untuk
mengevaluasi
probiotik
seperti
lactobacillus.
Sifat
permukaan
bakteri
berhubungan
dengan
kemampuannya
menempel pada berbagai substrat. Adhesi
bakteri adalah tahap awalnya yang kemudian
menentukan kemampuan kolonisasi bakteri
tersebut. Dengan kemampuan adhesi dan
berkolonisasi di jaringan, mikroorganisme
probiotik dapat mencegah invasi agen patogen
dengan memblokir secara spesifik sel
reseptornya (OTERO et al., 2004). Untuk itu
perlu dipelajari karakter utama seperti
hidrofobisitas dari permukaan sel bakteri.
Hidrophobisitas
permukaan
dari
mikroorganisme dapat mempunyai peranan
integral
dalam
patogenesis
penyakit
(SELTMANN et al., 1986). Sifat hidrofobik sel
bakteri
dapat
mempengaruhi
interaksi
fagositosis, dan penempelan pada jaringan
tubuh induk semang (VAN OSS, 1978; EDEBO
et al, 1980). Hidrophobisitas permukaan
berbagai sel mikroba dapat ditentukan dengan
mengukur kemampuan penempelan sel
terhadap berbagai polimer, atau afinitas bakteri
terhadap pelarut hidrokarbon dalam sistem 2
fase (daya lekat dan pertumbuhan pada
hidrokarbon) (ROSENBERG et al., 1980),
perlekatan bacteria pada buccal epithelial dan
sel mukosa intestine (NORDE et al., 1993,
ROSENBERG et a.l, 1983, SMYTH et al., 1978).
Perlekatan (adherence) bakteri yang diikuti
802
terjadinya kolonisasi pada induk semang yang
peka adalah suatu hal penting dan diperlukan
untuk memulai terjadinya patogenesis penyakit.
Interaksi hidrofobik telah diketahui sebagai
salah satu penentu untuk mengidentifikasi galur
patogenik suatu bakteri (DAS dan KAPOOR,
2004). Koagregasi bakteri dapat memfasilitasi
interaksi nutrisi secara menguntungkan diantara
pasangan
koagregasinya,
sedangkan
autoagregasi
dapat
secara
substansi
meningkatkan
kemampuan
kolonisasi
lactobacilli untuk menetap dalam waktu
singkat.
Protein atau glikoprotein nonimunologik
(lectin) dapat terlibat dalam fenomena adhesi
dengan molekul yang spesifik (karbohidrat,
glikoprotein atau glikolipid). Lectin merupakan
adhesin yang dapat memblokir adhesi dari
suatu mikroorganisme patogen dengan
kompetisi dengan reseptor intestin (SLIFKIN
dan DOYLE, 1990). Tidak semua bakteri dari
saluran pencernaan mempunyai struktur lectinlike dalam dinding selnya. Bakteri yang
memproduksi lectin-like akan mengaglutinasi
sel ragi yang sudah mendapat perlakuan
(GUSILS et al., 1999).
Dalam tulisan ini akan diamati karakteristik
hidrofobisitas permukaan sel Lactobacilli yang
telah diisolasi dari saluran pencernaan ayam
sehat. Fenomena koagregasi di antara galur
Lactobacilli yang mengaglutinasi ragi, dan
galur Lactobacilli yang menghasilkan bahan
lectin-like juga diamati.
MATERI DAN METODE
Isolasi Lactobacilli dari ayam
Lactobacilli diambil yang dipergunakan
dalam penelitian ini berasal dari mukus sekum
ayam dewasa yang sehat. Mula-mula isolasi
mikroorganisme probiotik dilakukan dengan
menggunakan Brain Heart Infusion (BHI)
broth dan Robertson’s Cooked Meat medium
selama 2 hari pada suhu 37ºC. Kultur bakteri
yang tumbuh diisolasi kembali dan kemudian
diseleksi. Bakteri yang diambil untuk calon
probiotik adalah bakteri yang bersifat Gram
positif dan non patogen (Panigraphy dan Ling,
1990, Natalia dan Priadi, 2005). Kultur bakteri
yang sudah dimurnikan kemudian diidentifikasi
dengan menggunakan API 50 CHL dan API 20
A (Bio Merieux, France). Dari seluruh isolat
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
bakteri yang diidentifikasi, dipilih 5 isolat
Lactobacillus yang kemudian akan diuji sifatsifatnya sebagai probiotik.
Hidrophobisitas permukaan sel
Hidrofobisitas permukaan sel bakteri
(Lactobacilli) ditentukan dengan sedikit
modifikasi dari uji perlekatan bakteri pada
hidrokarbon. (ROSENBERG et al., 1980;
ROSENBERG, 1984; DAS dan KAPOOR, 2004).
Dalam penelitian ini, khususnya digunakan nhexadecane adherance assay (HAA). Secara
singkat, isolat bakteri yang diuji ditumbuhkan
pada 37°C dalam MRS (De Man, Rogosa,
Sharpe) broth (Oxoid, CM 359), dengan
menggunakan kontrol positif Mycobacterium
sp. Dan sebagai kontrol negatif Lactobacillus
acidophillus. Bakteri dipanen pada awal
pertumbuhan phase logaritmik (kembali 18
jam), dicuci 2 kali, disuspensikan dalam NaCl
fisiologis sampai densitas optikalnya pada 600
nm mencapai 0,5 sampai 0,7. Terhadap tabung
yang berisi 3 ml sel yang sudah dicuci
ditambahkan sebanyak 0,8 ml pelarut
hidrokarbon (hexadecane). Campuran dicampur
dengan vortex selama 90 detik. Tabung
kemudian dibiarkan selama 15 menit hingga
terjadi pemisahan menjadi 2 fase larutan. Dan
OD dari fase aqueous diukur dengan
menggunakan spektrofotometer.
Hidrophobisitas dikalkulasi dari 3 ulangan
sebagai persentase pengurangan OD dari
suspensi mula-mula karena pemisahan sel
menjadi lapisan hidrokarbon.
Uji agregasi
Uji agregasi dilakukan menurut JANKOVIC
et al., (2003). Pada uji ini Lactobacillus spp.
ditumbuhkan pada MRS broth (Oxoid, CM
359) selama semalam pada suhu 37°C.
Agregasi dinilai positif jika pada broth
didapatkan agregat yang jelas (partikel seperti
pasir) membentuk endapan didasar tabung, dan
supernatan akan terlihat jernih.
Uji koagregasi
Uji koagregasi dilakukan sesuai dengan
prosedur yang dikembangkan oleh GUSILS et
al. (1999). Kultur bacteria dipanen dengan
sentrifugasi pada 10.0000 x g selama 10 menit
dan dicuci 2 kali dengan PBS, pH 7,4 yang per
liter mengandung 8 g NaCl, 0,34 KH2PO4, dan
1,21 K2HPO4. Sel disuspensikan kembali
dalam buffer yang sama hingga mencapai OD
akhir pada 550 nm: 0,60 + 0,02 (diukur dengan
spektrofotometer). Suspensi dari 8 galur
bakteri dikombinasikan dalam pasangan untuk
uji koagregasi, yang dalam hal ini koaggregasi
dievaluasi dengan pemeriksaan visual akan
adanya flokulasi setelah 4 jam pada suhu
ruangan. Volume 4 ml dari suspensi sel yang
sudah dicuci dari tiap galur dari pasanganpasangan tersebut yang dapat memperlihatkan
flokulasi diperlakukan serupa dan digunakan
sebagai kontrol. Setelah pencampuran, 4 ml
volume suspensi ditransfer ke cuvette steril,
dan OD pada 550 nm dimonitor selama 24 jam
pada suhu ruangan untuk menentukan kuantitas
perlekatan
bakteri.
Koaggregasi
dapat
diobservasi sebagai pengurangan dalam
OD550nm dibandingkan dengan OD550nm dari
suspensi sel murni.
Produksi bahan lectin like oleh Lactobacilli
dalam kultur tunggal dan campuran
Produksi bahan lectin like ditentukan
dengan modifikasi uji aglutinasi yang
mencampurkan sedimen sel berbeda dari kultur
tunggal dan campuran Lactobacilli dengan sel
ragi Saccharomyces cerevisiae (GUSILS et al.,
1999; ANNUK et al., 2001).
Sel ragi disiapkan dengan melakukan
preinkubasi dengan PBS dengan glutaraldehida
(1 mg/ml) selama 1 jam pada suhu 25ºC. Sel
ragi kemudian dicuci dua kali dengan PBS,
diinkubasi 30 menit pada 25ºC dengan PBS
yang
mengandung
glycine
(10mg/ml).
Selanjutnya dicuci dua kali lagi dengan PBS.
Sel ragi yang sudah mendapat perlakuan
disimpan pada 4ºC sebagai suspensi dalam
PBS (1 X 105 sel per ml) dan ditambahkan
sodium azide 0.02%. Aglutinasi dilakukan
pada mikroplat steril yang mempunyai dasar
bulat (U bottom), yaitu mencampurkan 40 µl
suspensi mikroorganisme dengan 10 µl PBS
(pH 7,4) dan 10 µl suspensi S. cerevisiae (108
sel per ml PBS) yang telah diberi perlakuan
dengan glutaraldehida. Hasil dibaca dengan
pemeriksaan secara visual. Hasil positif
803
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
ditunjukkan dengan adanya lapisan bahan sel
yang teragregasi di dasar lubang. Sedangkan
hasil negatif ditunjukkan adanya titik bahan
seluler di pusat dasar lubang. Hasil negatif
dapat dikonfirmasi dengan memiringkan
mikroplat pada sudut lebih dari 45º, dan
perhatikan pergerakan bahan seluler di dasar
lubang.
Produksi bahan lectin like oleh Lactobacilli
dalam kultur tunggal dan campuran
Produksi bahan lectin like ditentukan
dengan modifikasi uji aglutinasi yang
mencampurkan sedimen sel berbeda dari kultur
tunggal dan campuran Lactobacilli dengan sel
ragi Saccharomyces cerevisiae (GUSILS et al.,
1999; ANNUK et al., 2001).
Sel ragi disiapkan dengan melakukan
preinkubasi dengan PBS dengan glutaraldehida
(1 mg/ml) selama 1 jam pada suhu 25ºC. Sel
ragi kemudian dicuci dua kali dengan PBS,
diinkubasi 30 menit pada 25ºC dengan PBS
yang mengandung glycine (10mg/ml).
Selanjutnya dicuci dua kali lagi dengan PBS.
Sel ragi yang sudah mendapat perlakuan
disimpan pada 4ºC sebagai suspensi dalam
PBS (1 X 105 sel per ml) dan ditambahkan
sodium azide 0.02%. Aglutinasi dilakukan
pada mikroplat steril yang mempunyai dasar
bulat (U bottom), yaitu mencampurkan 40 µl
suspensi mikroorganisme dengan 10 µl PBS
(pH 7,4) dan 10 µl suspensi S. cerevisiae (108
sel per ml PBS) yang telah diberi perlakuan
dengan glutaraldehida. Hasil dibaca dengan
pemeriksaan secara visual. Hasil positif
ditunjukkan dengan adanya lapisan bahan sel
yang teragregasi di dasar lubang. Sedangkan
hasil negatif ditunjukkan adanya titik bahan
seluler di pusat dasar lubang Hasil negatif
dapat dikonfirmasi dengan memiringkan
mikroplat pada sudut lebih dari 45º, dan
perhatikan pergerakan bahan seluler di dasar
lubang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari usus ayam sehat berhasil diisolasi
berbagai bakteri yang bersifat Gram positif dan
non pathogen, yaitu., Lactobacillus salivarius,
Lactobacillus
acidophilus,
Lactobacillus
plantarum,
Lactobacillus
sporogenes,
804
Lactobacillus raffinolactis, Bacillus spp. dan
Streptococcus sp. Dalam penelitian ini
digunakan masing-masing satu isolat dari
5 species Lactobacillus, yaitu L. raffinolactis,
L. salivarius, L. acidophilus, L. plantarum, dan
L. sporogenes.
Mikroorganisme yang diseleksi dalam
penelitian ini ditujukan untuk memilih
probiotik yang dapat digunakan pada ayam
secara per oral (dapat juga dicampurkan pada
pakan). Probiotik ini diharapkan dapat
digunakan
untuk
mengurangi
atau
menghilangkan penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogen yang masuk melalui
mukosa saluran pencernaan seperti Clostridial
necrotic enteritis (disebabkan oleh Clostridium
perfringens), Salmonellosis, colibacillosis dan
sebagainya.
Beberapa
penelitian
telah
menunjukkan bahwa Lactobacillus sp. dapat
melindungi host terhadap infeksi atau
masuknya agen patogen ke saluran pencernaan.
Lactobacillus menghasilkan hidrogen peroksida
dan asam organik seperti asam laktat dalam
jumlah tinggi, sehingga akan menurunkan pH
lingkungannya dan juga sekaligus menekan
tumbuhnya patogen. Berbagai tipe antibiotik
juga dapat dihasilkan oleh Lactobacillus spp.
contohnya, L. acidophilus dapat memproduksi
lactacin dan L. plantarum dapat menghasilkan
plantaricin (ANDERSON et al., 1988; RACCACH
et al., 1989; EL NAGGAR, 2004).
Persentase hidrophobisitas dikalkulasi
dengan menggunakan persamaan sbb:
% hidrophobisitas:
(OD550nm awal – OD 550nm akhir
=
X 100
OD 550nm awal
dmana:
OD awal
=
OD akhir =
Absorbans suspensi bakteri tanpa
penambahan hexadecane
Absorbans sesudah penambahan
hexadecane
Hasil dianggap positif kuat (++) jika
hidrofobisitas di atas 75%, sedang jika 25
sampai 75% dan negatif jika berada di bawah
25%.
Beberapa spesies Lactobacillus mempunyai
protein lapisan permukaan atau surface layer
protein (SLP) yang terikat dengan amplop sel.
Lapisan permukaan tersebut terdiri atas suatu
glycoprotein, dan disebut S-protein yang
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
membentuk 2 dimensi lapisan kristalin pada
permukaan sel. Lapisan S (S layer) dari
Lactobacilli penting untuk kemampuannya
melekat pada permukaan seperti juga SLP yang
mencerminkan hidrofobisitas dari permukaan
sel lactobacillus (RODRIGUEZ et al., 2004).
Pada kenyataannya, adhesi lactobacilli pada
permukaan dipengaruhi oleh hidrofobisitas
permukaan sel lactobacillus yang tergantung
juga pada lingkungan seperti pH dan kekuatan
ion.
Dalam penelitian ini, hidrofobisitas
permukaan sel bakteri ditentukan dengan uji
perlekatan bakteri pada hidrokarbon. Hasil
pengamatan (lihat Tabel 1) menunjukkan
bahwa hidrofobisitas yang tertinggi diantara
spesies lactobacillus yang diuji adalah L.
acidophilus. JIN et al. (2001) menyatakan
bahwa persentase hidrofobisitas suatu bakteri
berkorelasi dengan kemampuan flokulasinya.
Hal ini menunjukkan bahwa L. acidophilus
(MCS 20) juga mempunyai kemampuan
flokulasi yang baik.
Tabel 1. Hidrofobisitas dari berbagai spesies
Bakteri yang diuji
Hidrofobisitas (%)
Lactobacillus salivarius
(MCS 17)
26,32
Lactobacillus raffinolactis
(MCS 10)
18,63
Lactobacillus acidophilus
(MCS 20)
55,81
Lactobacillus plantarum
(MCS 10 LB)
29,59
Lactobacillus sporogenes
(MCS 28)
6,535
Salmonella Enteritidis
(AP/01)
12,57
Escherichia coli (SP/06)
29,92
Clostridium perfringens tipe
C (CWC /JP)
19,46
Adhesi bakteri pada permukaan dapat
dilihat sebagai 2 tahap kejadian yaitu: adhesi
yang reversibel karena tekanan yang lama dan
terjadi interaksi lanjutan berupa kontak
langsung antara permukaan seperti interaksi
hidrophobik karena struktur permukaan
bacteria. Adhesi awal bakteri terhadap
permukaan microlayer tergantung pada
beberapa faktor dan interaksi hidrofobik
merupakan satu hal yang sangat penting
(DAHLBACK et al., 1981). Hal yang
menguntungkan dari Lactobacillus spp. antara
lain adalah kemampuanmya mengkolonisasi
jaringan epitelium usus. Jadi, jika galur
Lactobacillus tersebut tidak mempunyai daya
lekat (adherence capacity) pada epitelium,
tetapi dapat melakukan koagregasi dengan
mikroorganisme yang mempunyai daya lekat,
maka mereka dapat berguna untuk digunakan
dalam saluran pencernaan (GUSILS, et al.,
1999).
Keberadaan dan kemampuan Lactobacillus
spp. untuk bertahan hidup dalam saluran
pencernaan disebabkan antara lain oleh
kemampuannya untuk melakukan agregasi
(HUIS IN’TVELD et al., 1994, JANKOVIC, et al.,
2003). Protein yang merupakan agregating
promoting factor (APF) sangat penting untuk
Lactobacillus sp. yang secara langsung dapat
mengendalikan bentuk selnya, dan secara tidak
langsung terlibat dalam proses sintesis
peptidoglycan, exopolysaccharide, lipotechoic
acid dan techoic acid (JANKOVIC et al., 2003).
Dalam Gambar 1 terlihat agregasi Lactobacillus
salivarius. Agregasi positif jika setelah kultur
Lactobacillus spp. dalam broth diinkubasikan
pada suhu 37ºC semalam terlihat jernih dengan
agregat sel-sel menggumpal pada dasar tabung.
Agregasi dinilai negatif (nonaggregating) jika
kultur yang inkubasi semalam memperlihatkan
kekeruhan yang nyata.
A
B
Gambar 1. Aggregating dan nonaggregating
Lactobacillus sp.
(A): Agregasi negatif
(B): Aregasi positif
805
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Pada Tabel 2 dapat dilihat hasil uji agregasi
dari berbagai isolat Lactobacillus spp. Uji ini
sangat sederhana dan dapat diandalkan untuk
jika akan melakukan seleksi sejumlah besar
galur untuk dijadikan probiotik (EL-NAGGAR,
2004).
Tabel 2. Hasil uji agregasi dari Lactobacillus spp.
Hasil uji
agregasi
Isolat Lactobacillus spp.
L. acidophilus MCS 20
+++
L. salivarius MCS 17
+++
L. raffinolactis MCS 10
-
L. lactis subsp. Lactis MCS 26
-
L. plantarum MCS 10LB
++
Koagregasi
diperkirakan
dapat
memfasilitasi
interaksi
nutrisi
yang
menguntungkan
antara
pasangan
koagregasinya, dan fenomena umum ini dapat
berperanan penting dalam usaha mencari
probiotik yang baik karena dapat mencegah
infeksi bakteri patogen (GUSILS et. al., 1999).
Kemampuan Lactobacillus untuk dapat
melakukan koagregasi dengan bakteri patogen
dapat dilihat pada Gambar 2, 3 dan 4. Dalam
gambar-gambar ini dapat dilihat bahwa
L. acidophilus mempunyai kemampuan yang
sangat baik setelah inkubasi selama 25 jam.
Densitas optikal terlihat sangat menurun sesuai
dengan jalannya waktu inkubasi.
Pengamatan dengan bakteri patogen seperti
E. coli, Salmonella enteritidis dan Clostridium
perfringens tipe A juga telah dilakukan untuk
mempelajari sifat yang menguntungkan dan
juga mengukur kemampuan agregasinya
(Gambar 2, 3 dan 4). Terlihat L. acidophillus
mempunyai kemampuan lebih dibandingkan
lactobacillus lainnya dan dapat menghambat E.
coli, C. perfringens tipe A dan S. enteritidis.
Terutama L. acidophilus efektif dalam
menghambat C. perfringens tipe A. L.
salivarius, L. raffinolactis, L. plantarum dan L.
sporogenes juga terlihat kurang mampu
menghambat E. coli. Dari hasil ini dapat
dinyatakan bahwa L. acidophilus merupakan
probiotik yang potensial untuk digunakan.
Mekanisme
proteksi
yang
melibatkan
koagregasi antara Lactobacillus spp. dan
bakteri patogen saluran pencernaan juga terjadi
sama seperti yang terjadi antara Streptococci
dan Actinomycetes di rongga mulut, atau
lactobacillus yang berkoagregasi dengan
patogen saluran urine sehingga terjadinya
mekanisme pertahanan induksemang terhadap
infeksi (EL-NAGGAR, 2004, SPENCER, 1994).
Densitas optikal (550 nm)
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0
5
10
15
20
25
30
Waktu (jam)
L. salivarius
L. raffinolactis
L. lactis subsp. lactis
L. sporogenes
L. acidophilus
Gambar 2. Koagregasi antara Lactobacillus spp. dengan Clostridium perfringens tipe A
806
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Densitas optikal (550 nm)
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0
5
10
15
20
25
30
Waktu (jam)
L. salivarius
L. raffinolactis
L. lactis subsp. lactis
L. sporogenes
L. acidophilus
Gambar 3. Koagregasi antara Lactobacillus spp. dengan S. Enteritidis
Densitas optikal (550nm)
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0
5
10
15
20
25
30
Waktu (jam)
L. salivarius
L. raffinolactis
L. lactis subsp. lactis
L. sporogenes
L. acidophilus
Gambar 4. Koagregasi antara Lactobacillus spp, dengan E. coli
Pada Gambar 5. dapat dilihat agregasi di
antara Lactobacillus spp. L. acidophilus dapat
melakukan agregasi paling baik dibandingkan
dengan Lactobacillus spp. lainnya Dalam
penelitian ini dan juga hasil peneliti lainnya
(WADSTROM et al., 1987; KMET, et al., 1995;
EL-NAGGAR, 2004) menunjukkan bahwa galur
Lactobacillus yang mempunyai aktivitas
koagregasi
yang
tinggi
juga
akan
memperlihatkan kemampuan autoaggregasi
yang tinggi pula. Uji agregasi dan koagregasi
merupakan cara yang mudah dan dapat
diandalkan untuk menyeleksi berbagai galur
bakteri probiotik (EL-NAGGAR, 2004). Adanya
807
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
probiotik yang mampu menunjukkan agregasi
sendiri atau autoagregasi (lihat Gambar 6.) dan
sifat adhesif akan menyebabkan probiotik
tersebut mampu melakukan kolonisasi pada
epitel mukosa dengan pembentukan bacterial
film yang berperan dalam menyingkirkan
bakteri patogen dari mukosa usus (BORIS et al.,
1988). Pada Gambar 6 sangat jelas terlihat
kemampuan L. acidophilus yang sangat
potensial digunakan sebagai probiotik. L.
acidophilus ini mampu melakukan agregasi
dibandingkan dengan Lactobacillus lain yang
diuji. Menurut ANNUK et al. (2001), sebagian
besar
galur
L.
acidophilus,
dapat
mempertahankan kemampuan dan sifat
autoaglutinasinya karena mempunyai S layer
yang mengikat erat pada permukaan selnya.
Mekanisme molekuler tentang cara lactobacilli
menempel pada sel epitel mukosa usus masih
banyak dipelajari. Beberapa peneliti juga
menyatakan ada peranan karbohidrat yang ada
dalam amplop sel Lactobacillus (Gram positif)
yaitu teichoic acids, lipoteichoic acids dan
polisakarida (BORIS et al., 1999; ANNUK, et al.,
2001; CORCORAN et al., 2005). Beberapa
peneliti juga menyatakan bahwa daya lekat
(adherence) Lactobacillus pada epitel mukosa
dimediasi oleh lectin (RICKARD et al., 2000;
JIN, et al., 2001). Lectin adalah protein atau
glikoprotein nonimunologik yang dapat terlibat
dalam fenomena adhesi dengan molekul yang
spesifik (karbohidrat, glikoprotein atau
glikolipid). Struktur lectin yang multimeric
menyebabkan lectin mempunyai kemampuan
untuk mengaglutinasi sel atau membentuk
presipitat dengan glikokonjugat dengan cara
yang serupa seperti reaksi antigen-antibodi
(ANNUK et al., 2001). Pada Tabel 3 dapat
dilihat bahwa semua Lactobacillus spp. yang
diuji menghasilkan lectin. Dan pencampuran
kultur lactobacillus dengan kultur Salmonella
dan E. coli tidak menghambat produksi lectin
oleh lactobacillus.
Adanya bahan lectin like pada lapisan luar
bakteri Lactobacilli akan dapat membantu
bakteri melakukan kolonisasi karena lectin
mempunyai kemampuan untuk mengikat
karbohidrat yang spesifik (ESHDAT et al.,1978;
COHEN et al., 1985; GUSIL et al., 1999).
Karbohidrat
lactobacilli
menunjukkan
monosakarida seperti N-acetylglucosamine dan
N-acetylgalactosamine
yang
ada
pada
glycocalyx dalam jumlah cukup besar
(ONYSHCHENKO, et al., 1999). Adanya bahan
ini
dan
monosakarida
lain
dalam
glycopolymers pada glycocalyx lactobacilli
berhubungan dengan sifat adhesif dari galur
lactobacilli yang bersangkutan. Demikian pula
telah diketahui bahwa adanya media glukosa
atau gula-gula yang dapat dimetabolisir akan
dapat memperbaiki daya hidup probiotik
lactobacilli (CORCORAN et al., 2005).
0.6
0.55
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0
5
10
15
20
25
Wak t u ( jam )
L salivarius & L. raffinolactis
L. salivarius dan L. lactis sub sp lactis
L. salivarius & L. sporogenes
L. acidophilus & L.lactis sub sp lactis
L.acidophilus & L.sporogenes
L. acidophilus & L. salivarius
L. raffinolactis & L. acidophilus
L. raffinolactis & L. lactis sub sp lactis
L. raffinolactis & L. sporogenes
Gambar 5. Koagregasi di antara Lactobacillus spp.
808
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Densitas optikal (550 nm)
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0
5
10
15
20
25
30
Waktu (jam)
L. salivarius MCS 17
L. acidophillus MCS 20
L. sporogenes M 28
L. raffinolactis MCS 10
L. lactis subsp. lactis MCS 26
Gambar 6. Auto agregasi dari Lactobacillus spp.
Tabel 3. Produksi bahan lectin-like dalam kultur tunggal dan campuran
Kultur tunggal
L. salivarius
L. acidophilus
L. plantarum
L. sporogenes
Kultur campuran
L. acidophilus dan S. enteritidis
L. salivarius dan S. enteritidis
L. plantarum dan S. enteritidis
L. sporogenes dan S. enteritidis
L. salivarius dan E. coli
L. acidophilus dan E. coli
L. plantarum dan E. coli
L. sporogenes dan E. coli
Waktu inkubasi (jam)
6
12
2
4
-
-
-
-
-
-
18
24
-
+
-
+
+
+
+
-
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+ = aglutinasi positif; - = aglutinasi negatif
Hal-hal yang telah diamati tentang sifat
Lactobacillus spp. dapat menjelaskan tentang
penggunaan Lactobacillus sebagai probiotik.
Seleksi bacteria probiotik seperti Lactobacillus
spp.
harus
dilakukan
karena
dapat
mencerminkan pengaruh probiotik tersebut
secara in vivo dalam induk semangnya. Ada
beberapa uji lain seperti uji resistensi terhadap
empedu, uji resistensi terhadap antibiotik dan
lain sebagainya juga dapat dilakukan untuk
seleksi lebih lanjut terhadap probiotik. Dalam
penelitian ini, mikroorganisme yang telah
diseleksi seperti L. acidophilus MCS 20, dapat
digolongkan dalam probiotik potensial untuk
809
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
pencegahan infeksi patogen dalam saluran
pencernaan dan uji autoagregasi, Lactobacilus
acidophilus MCS 20 kembali menunjukkan
hasil yang terbaik. Pada pengamatan produksi
bahan lectin like oleh lactobacilli, L. Salivarius
menunjukkan
yang
terbaik,
walaupun
lactobacilus lain juga mempunyai kemampuan
memproduksi dalam waktu yang lebih lama.
Dari hasil pengamatan terhadap beberapa sifat
lactobacilus, diatas ternyata Lactobacillus
acidophilus MCS 20 merupakan probiotik
potensial yang diharapkan dapat digunakan
dalam pakan ayam guna mengendalikan
penyakit seperti salmonellosis, colibacilosis
dan clostridial necrotic enteritis.
KESIMPULAN
Lactobacillus acidophilus MCS 20 dalam
penelitian ini mempunyai hidrofobisitas sel
permukaan
tertinggi
diantara
spesies
lactobacillus lainnya yang diuji. Dalam uji
koagregasi antara Lactobacillus spp. dan Cl.
Perfringens, E. coli dan S. enteritidis, diantara
lactobacilli
yang
diuji,
Lactobacillus
acidophilus MCS 20 menunjukkan hasil yang
terbaik. Pada uji koagregasi antar Lactobacillus
dan uji autoagregasi, Lactobacilus acidophilus
MCS 20 kembali menunjukkan hasil yang
terbaik. Pada pengamatan produksi bahan
lectinlike oleh lactobacilli, L. salivarius
menunjukkan
yang
terbaik,
walaupun
lactobacillus lain juga mempunyai kemampuan
memproduksi dalam waktu yang lebih lama.
Dari hasil pengamatan terhadap beberapa sifat
lactobacillus, diatas ternyata Lactobacillus
acidophilus MCS 20. merupakan probiotik
potensial yang diharapkan dapat digunakan
dalam pakan ayam guna mengendalikan
penyakit seperti salmonellosis, colibacilosis
dan clostridial necrotic enteritis.
DAFTAR PUSTAKA
ANDERSON, R.E., M.A. DAESCHEL and H.M.
HASSAN. 1988. Antibacterial activity of
plantaricin SIK-83, a bacterocin produced by
Lactobacillus plantarum. Biochem. 70: 381 –
390.
ANNUK, H., S.O. HYNES, S. HIRMO, M. MIKELSAAR
and T. WADSTROM. 2001. Characterisation and
differentiation of lactobacilli by l lectin
typing. J. Med. Microbiol. 50: 1069 – 1074.
810
BORIS, S., J.E. SUAREZ, F. VAZQUEZ and C. BARBES.
1988. Adherence of human vaginal lactobacilli
to vaginal epithelial cells and interaction with
uropathogens. Infect. Immun. 66(5): 1985 –
1989.
COHEN, P.S., J.C. ARRUDA, T.J. WILLIAMS and D.C.
LAUX. 1985. Adhesion of a human fecal
Escherichia coli to mouse colonic mucus.
Infect. Immun. 48:139 – 145.
CORCORAN, B.M., C. STANTON, G.F. FITZGERALD
and R.P.ROSS. 2005. Survival of probiotic in
acidic environments is enhanced in the
presence of metabolizable sugars. Appl.
Environ. Microbiol. 71(6): 3060 – 3067.
DAHLBACK, B., M. HERMANSSON, S. KJELLBERG and
B. NORKRANS. 1981. The hydrophobicity of
bacteria an important factor in their initial
adhesion at the air water interface. Arch.
Microbiol. 128: 267 – 270.
DAS, S.C. and K.N. KAPOOR. 2004. Efect of growth
medium on hydrophobicity of Staphylococcus
epidermidis. Indian J. Med. Res. 119: 107 –
109.
DUNNE, C., L.O. MAHONY, L. MURPHY, G.
THORNTON, D. MORRISSEY, S.O. HALLORAN,
M. FEENEY, S. FLYNN, G. FITZGERALD, C.
DALY, B. KIELY, G.C. O’SULLIVAN, F.
SHANAHAN and J.K. COLLINS. 2001. In vitro
selection criteria for probiotic bacteria of
human origin: correlation with in vivo
findings. Am. J. Clin. Nutr. 73 (suppl.): 386S
– 392S
EDEBO, L., E. KIHLSTROM, K.E. MGNUSSON and O.
STENDAHL. 1980. Cell Adhesion and Motility.
A.G.G. CURTIS and H. PITTS (Eds.). Cambridge
University Press. Pp. 124 – 132.
EL-NAGGAR, M.Y.M. 2004. Comparative study of
probiotic cultures to control the growth of
Escherichia coli O157 : H7 and Salmonella
typhimurium. Biotech. 3(2):173 – 180.
ESHDAT, Y., I. OJEK, Y. JASHOWN-GAN, N. SHARON
and D. MIRELMAN. 1978. Isolation of a
mannose specific lectin from E. coli and its
role in the adherence of the bacteria to
epithelial cells. Biochem Biophys. Res.
Commun. 85: 1551 – 1559.
GREENE, R.T., C. LAMMLER and M. SCHMITT. 1992.
Surface hydrophobicity of Stahylococcus
intermedius and Staphylococcus hyicus. Res.
In Vet. Sci. 52: 90 – 96.
GUSILS, C., A.P. CHAIA, S. GONZALEZ and G. OLIVER.
1999. Lactobacilli isolated from chicken
intestines: Potential use as probiotics. J. Food.
Protect. 2(3): 252 – 256.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
HUIS IN’TVELD, J.H.J., R. HAVENAAR and P.
MARTEAU. 1994. Establishing A Scientific
Basis for Probiotic. R & D Trends Biotechnol.
12: 6 – 8.
JANKOVIC, I., M. VENTURA, V. MEYLAN, M. ROUVET,
M. ELLI and R. ZINK. 2003. Contribition of
aggregation-promoting factor to maintenance
of cell shape in Lactobacillus gasseri 4B2. J.
Bacteriol. 185(11): 3288 – 3296.
JIN, Y.L., L.L. RITCEY and R.A. SPEERS. 2001. Effect
of cell surface hydrophobicity, charge and
zymolectin density on the flocculation of
Saccharomyces cerevisiae. J. Am. Soc. Brew.
Chem. 59(1): 1 – 9.
KMET, V., M. CALLEGARL, V. BOTTAZZI and L.
MORELLI. 1995. Aggregation-promoting factor
in pig intestinal Lactobacillus strains. Lett.
Appl. Microbiol. 21: 351 – 353.
KOZASA, M. 1989. Probiotics for animal use in
Japan. Rev. Sci. Tech. Off. Int. Epiz. 8(2): 517
– 531.
NATALIA, L. dan A. PRIADI. 2005. Penggunaan
probiotik untuk pengendalian clostridial
necrotic enteritis pada ayam pedaging. JITV
10(1): 71 – 78.
NORDE, W. and J. LYKLEMN. 1993. Protein adsorption
and bacterial adhesion to solid surfaces: A
colloid chemical approach. Colloids Surf. 38:
1 – 13.
ONYSHCHENKO, A.M. K.S. KOROBKOVA, N.K.
KOVALENKO, S.K. KASUMOVA and I.H.
SKRYPAL. 1999. The role of carbohydrate
composition of the glycocalyx in some species
of lactobacilli in the manifestation of their
adhesive properties. Microbiol Zh. 61: 22 – 28.
OTERO, M.C., V.S. OCANA, N.M. ELENA. 2004.
Bacterial surface characteristics applied to
selection of probiotic microorganisms.
Methods Mol. Biol. 268: 435 – 440.
PANIGRAPHY, B. and Y. LING. 1990. Differentiation
of pathogenic and nonpathogenic Escherichia
coli isolated from poultry. Avian Dis. 34: 941
– 943.
RACCACH, M., R. MCGRATH and H. DAFTARIAN.
1989. Antibiosis of some lactic acid bacteria
including Lactobacillus acidophilus towards
Listeria monocytogenes. Int. J. Food
Microbiol. 9: 25 – 32.
RICKARD, A.K., S.A. LEACH, C.M. BUSWELL, N.J.
HIGH and P.S. HANDLEY. 2000. Coaggregation
between aquatic bakteri is mediated by
specific growth phase dependent lectinsaccharide interactions. Appl. Envinron.
Microbiol. 66(1): 431 – 434.
RODRIGUEZ, V.V., H.J. BUSSCHER, W. NORDE, J. DE
VRIES and H.C. VAN DER Mei. 2004. Dynamic
cell surface hydrophobicity of Lactobacillus
strains with and without surface layer proteins.
J. Bacteriol. 186(19): 6647 – 6650.
ROSENBERG, E., A. GOTTLIEB and M. ROSENBERG.
1983. Inhibition of bacteria adherence to
hydrocarbons and epithelial cells by emulsan.
Infect. Immun. 39: 1024 – 1028.
ROSENBERG, M. 1984. Bacteria adherence to
hydrocarbons:a useful technique for studying
cell-surface
hydrophobicity.
FEMS
Microbiology letters 22: 289 – 295.
ROSENBERG, M.D., D. GUTNICK and E. ROSENBERG.
1980. Adherence bacteria to hydrocarbons: A
simple method for measuring cell-surface
hydrophobicity. FEMS Microbiology letters 9:
29 – 33.
SELTMANN, G., T. PAL and H. TSCHAPE. 1986.
Surface hydrophobicity of plasmid-carrying
virulent Shigella flexneri and their avirulent
variants. J. Basic Microbiol. 26: 283 – 287.
SLIFKIN, M. and R. DOYLE. 1990. Lectins and their
application to clinical microbiology. Clin.
Microbiol. Rev. 3: 197 – 218.
SPENCER, R.J. and A. CHESSON. 1994. The effect of
Lactobacillus spp., on the attachment of
enterotoxigenic Escherichia coli to isolated
porcine enterocytes. J. Appl. Bacteria. 77: 215
– 220.
TOURNUT, J. 1989. Application of probiotics to
animal husbandry. Rev. Sci. Tech. Off. Int.
Epiz. 8(2): 551 – 556.
WADSTROM, T., K. ANDERSON, M. SYDOW, L.
AXELSSON, S. LINDGREN and B. GULMAR.
1987. Surface properties of lactobacilli
isolated from small intestine of pigs. J. Appl.
Bacteia. 62: 513 – 520.
VAN OSS, C.J. 1978. Phagocytosis as a surface
phenomenon. An. Rev. in Microbiol. 32: 19 –
39.
811
Download