1. Perbedaan antara Bakteri dengan Cyanophyceae a. Perbedaan dilihat dari pengertian - Bakteri adalah organisme prokariota uniseluler yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri hidup di dalam tubuh kita dan di sekitar kita. Cabang ilmu biologi yang mempelajari bakteri disebut bakteriologi. Bakteri bersifat kosmopolit, dan hingga kini telah diketahui lebih dari 5.000 spesies bakteri yang terdapat di bumi. - Cyanobacteria atau Cyanophyceae termasuk dalam kelompok Eubacteria. Anggota Cyanobacteria tersebar di berbagai tempat, yaitu di perairan, tanah, batuan, serta bongkahan batu. Secara umum, organisme ini melimpah di perairan dengan pH netral atau perairan yang bersifat sedikit basa, jarang sekali dijumpai di perairan dengan pH kurang dari 4-5. Selain itu, ada pula Cyanobacteria yang bersimbiosis dengan organism lain, misalnya Gleocapsa dan Nostoc bersimbiosis dengan alga membentuk lumut kerak (lichen); Anabaena bersimbiosis dengan lumut hati, paku air, dan palem-paleman untuk memfiksasi nitrogen. Cyanobacteria mengandung sejenis klorofil a. Selain mempunyai klorofil dan berbagai karotenoid, organism ini juga memiliki fikosianin dan kadang-kadang fikoeritrin. Adanya fikosianin menyebabkan Cyanobacteria mempunyai sifat yang khas, yaitu mempunyai warna hijau kebiru-biruan. Akan tetapi, tidak semua Cyanobacteria berwarna hijau biru. Ada Cyanobacteria berwarna hitam, cokelat, kuning, merah, hijau rumput, dan warna campuran. Sebagai contoh, laut yang berwarna merah disebabkan oleh blooming Cyanobacteria mengandung sejumlah besar fikoeritrin. Kebanyakan Cyanobacteria mampu mengikat nitrogen dari atmosfer. Proses fiksasi nitrogen terjadi di heterosista. Akar tanaman yang bersimbiosis dengan Cyanobacteria menyediakan bahan berenergi tinggi yang dipakai oleh Cyanobacteria sebagai energi untuk mengubah N2 menjadi ammonia dan memasok bahan kimia yang dapat mengikat oksigen. Jenis Cyanobacteria lainnya dapat memfermentasi selulosa sebagai sumber energi. Cyanobacteria berperan sebagai tumbuhan perintis, yaitu dengan cara membentuk lapisan pada permukaan tanah gundul dan berperan penting dalam menambah materi organik ke dalam tanah. b. Perbedaan dilihat dari ciri-cirinya - Secara umum, ciri-ciri bakteri adalah sebagai berikut : 1. Dinding sel tersusun atas mukopolisakarida dan peptidoglikan. Peptidoglikan terdiri atas polimer besar yang tersusun atas N-asetil glukosamin dan asam N-asetil muramat, yang saling berikatan silang dengan ikatan kovalen. Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi bakteri Gram Positif dan bakteri Gram Negatif. Kedua kelompok ini berbeda terutama pada dinding selnya. 2. Sel bakteri dapat menyekresikan lendir ke permukaan dinding selnya. Lendir yang terakumulasi di permukaan terluar dinding sel akan membentuk kapsul. Kapsul ini berfungsi untuk perlindungan. Bakteri berkapsul lebih sering menimbulkan penyakit dibandingkan dengan bakteri tidak berkapsul. 3. Membran sitoplasma meliputi 8-10 % dari bobot kering sel dan tersusun atas fosfolipid dan protein. Fungsi utama membrane sitoplasma adalah sebagai alat transport elektron dan proton yang dilepaskan pada waktu oksidasi bahan makanan. Membran sitoplasma juga berfungsi mengatur pengangkutan senyawa yang memasuki dan meninggalkan sel. 4. Sitoplasma dikelilingi oleh membrane sitoplasma, dan tersusun atas 80 % air, asam nukleat, protein, karbohidrat, lemak, dan ion anorganik, serta kromatofora. Di dalam sitoplasma terdapat ribosomribosom kecil, RNA, dan DNA. Selain ituterdapat pula DNA tertentu yang diselubungi protein sehingga membentuk genofor sirkuler. 5. Pada kondisi yang tidak menguntungkan, bakteri dapat membentuk endospora yang berfungsi melindungi bakteri dari panas dan gangguan alam. 6. Bakteri ada yang bergerak dengan flagel dan ada yang tidak. Bakteri tanpa flagel bergerak dengan cara berguling. Cyanobacteria memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Inti tidak diselubungi oleh membran. 2. Dinding sel terletak diantara plasmalema dan selubung lendir. 3. Beberapa Cyanobacteria yang berkoloni dengan bentuk filament memiliki heterosista dan spora istirahat (resting spore). Heterosista adalah sel yang lebih tebal dan tidak memiliki inti. Spora istirahat merupakan spora yang dindingnya sangat tebal dan di dalamnya berisi sel. 4. Bentuk organism ini dapat uniseluler (missal Chroococcus, Anacytis); koloni (missal Merismopedia, Nostoc, Microcytis), atau filamen (misal Oscillatoria, Microcoleus, Anabaena). Sel yang membentuk koloni adalah serupa; sedangkan bentuk filamen tersusun dari kumpulan sel yang membentuk rantai, trikoma (seperti tabung), atau selubung. 5. Dapat bergerak dengan gerakan meluncur. 6. Tidak berflagel. c. Perbedaan dilihat dari Reproduksinya Reproduksi Bakteri : Bakteri bereproduksi secara aseksual dengan pembelahan biner. Pada lingkungan yang mendukung pertumbuhannya, bakteri dapat membelah diri tiap 20 menit. Reproduksi aseksual tidak dijumpai pada bakteri, tetapi terjadi pemindahan materi genetik dari stu bakteri ke bakteri lain tanpa menghasilkan zigot. Proses ini disebut proses paraseksual. Ada tiga cara paraseksual yang telah diketahui, yaitu transformasi, konjugasi, dan transduksi. Transformasi ialah pemindahan sedikit materi genetik (DNA) atau bahkan satu gen saja dari satu bakteri ke bakteri lain dengan proses fisiologi yang kompleks. Proses ini pertama kali dikemukakan oleh Frederick Griffith pada tahun 1982. Bakteri yang melakukan transformasi antara lain : Streptococcus pneumonia, Haemophilus, Bacillus, Nisseria, dan Pseudomonas. Konjugasi adalah pemindahan secara langsung materi genetik (DNA) diantara dua sel bakteri melalui jembatan sitoplasma. Bakteri yang memberikan DNAnya disebut bakteri donor. Bakteri donor memiliki tonjolan yang disebut pili seks, yang berguna untuk menempel pada bakteri resipien yang menerima DNA. Kemudian jembatan sitoplasma sementara akan terbentuk di antara dua sel bakteri. Lewat jembatan inilah DNA bakteri donor akan mengalir ke bakteri resipien. Transduksi ialah pemindahan materi genetic dengan perantara bakteriofag. Cara ini dikemukakan oleh Norton Zinder dan Joshua Lederberg pada tahun 1952. Reproduksi pada Cyanobacteria: Reproduksi Cyanobacteria dilakukan dengan pembelahan sel, fragmentasi, dan pembentukan spora. a. Pembelahan sel Melalui cara ini sel dapat langsung terpisah atau tetap bergabung membentuk koloni, misalnya Gleocapsa. b. Fragmentasi Fragmentasi terjadi terutama pada alga yang berbentuk filamen, misalnya Oscillatoria. Pada filamen yang panjang, apabila salah satu selnya mati, sel mati itu membagi filamen menjadi dua atau lebih. Masing-masing potongan disebut Hormogonium. Jika hormogonium terlepas dari filament induk, akan menjadiindividu baru; misalnya pada Plectonema boryanum. c. Spora Pada keadaan kurang menguntungkan akan terbentuk spora yang merupakan sel vegetativ. Spora ini membesar dan menebal karena penimbunan zat makanan. d. Perbedaan dapat dilihat dari bentuk sel bakteri Pada umumnya bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar (berdasarkan bentuknya) yaitu: 1. Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut : -Mikrococcus, jika kecil dan tunggal - Diplococcus, jka berganda dua-dua - Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar - Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus - Staphylococcus, jika bergerombol - Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai. 2. Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut : - Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua - Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai 3. Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut : - Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma) - Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran - Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel. Ukuran sel bakteri Ukuran bakteri dinyatakan dalam satuan micron (1 mikron = 0.001 mm) Panjang bakteri umumnya berkisar antara 0,5-3 mikron, sedangkanlebarnya berkisar antara 0,1-0,2 mikron. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu : -Atrik, tidak mempunyai flagel. -Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya. -Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya. -Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya. -Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya. e. Perbedaan dilihat dari perannya dalam kehidupan manusia a) Sebagian bakteri dapat merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya karena bersifat parasit dan pathogen. Akan tetapi, beberapa bakteri dapat dimanfatkan untuk menghasilkan suatu zat penting untuk melakukan suatu proses industri. b) Beberapa Cyanobacteria dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan alternatif, misalnya Spirulina. Beberapa spesies Cyanobacteria bersimbiosis dengan tumbuhan untuk menambat atau memfiksasi nitrogen bebas, sehingga menambah kesuburan tanah, misalnya Anabaena azollae. 2. Apa yang dimaksud dengan Hormogonium, Heterosista, dan Ookinet ? Cyanophyta bentuk benang disebut juga trikoma. Cyanophyta bentuk benang merupakan Cyanophyta multiseluler. Pada Cyanophyta bentuk benang, misalnya Anabaena, terdapat tiga macam sel utama, yaitu heterokista, akinet, dan baeosit. Heterokista merupakan sel berdinding tebal yang berguna untuk mengikat nitrogen. Akiner adalah sel berdinding tebal yang berfungsi untuk pertahanan diri. Sedangkan baeosit adalah sel-sel bulat kecil hasil reproduksi. Baeosit juga berfungsi melakukan fotosintesis. Baeosit, adalah sel-sel vegetatif yang merupakan hasil reproduksi (pembelahan sel), berbentuk bulat, berukuran kecil, dan berklorofil. Sel ini berfungsi untuk fotosintesis. a) Akinet Adalah sel berdinding tebal pada cyanobakteria, terbentuk dari penebalan sel vegetativ sehingga menjadi besar dan penuh dengan cadangan makanan (granula cyanophycin) dan penebalan-penebalan eksternal oleh tambahan zat kompleks. Fungsinya sebagai cadangan makanan, akinet merupakan dinding kuat dan tebal sehingga tahan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan seperti kekeringan, panas, dingin atau kekurangan makanan. b) Heterocyst atau Heterokista Adalah sel berdinding tebal pada beberapa jenis cyanobakteria berbentuk filamen. Terbentuk dari penebalan sel vegetativ. Heterokista merupakan sel yang lebih besar daripada sel tetangganya. Fungsi utama heterokista adalah mengubah nitrogen dia alam menjadi amonia melaui proses fiksasi nitrogen. c) Hormogonia atau hormogonium Potongan-potongan benang cyanophyta hasil fragmentasi. Pada filamen yang panjang bila salah satu selnya mati, maka sel mati ini membagi filamen menjadi 2 bagian lebih. Masing-masing bagian atau lebih disebut hormogonium. Fungsinya bahwa kantung hormogonium akan membentuk filamen baru. 3. Bagaimana pembentukan endospora pada bakteri ? Pada kondisi yang tidak menguntungkan beberapa bakteri seperti Bacillus, dan Clostridium memproduksi bentuk pertahanan hidup yang disebut endospora. Proses ini dikenal sebagai sporulasi. Spora bakteri berbeda dengan spora pada jamur, pada bakteri sporanya tidak mempunyai fungsi sebagai alat reproduksi. Endospora ini tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim seperti suhu yang tinggi, kekeringan, senyawa kimia beracun (desinfektan, antibiotic) dan radiasi UV. Merupakan fase tidur dari bakteri. Endospora mampu bertahan sampai kondisi lingkungan kembali menguntungkan. Endospora kemudian membentuk proses germinasi, dan membentuk bakteri sel tunggal (Sidhar, 2010). Sporulasi adalah suatu respon terhadap penurunan kadar nutrisi dalam medium khususnya sumber karbon dan nitrogen. Pengaturan pembentukan spora bersifat negatif karena sel membuat represor dari senyawa yang terkandung dalam medium untuk mencegah mulainya sporulasi. Jika proses tersebut menurun maka akan terjadi sporulasi (Moat et al., 2002). Sporulasi terbentuk pada akhir fase logaritmik dan awal fase stasioner (Fardiaz, 1992). Menurut Errington (2003), proses pembentukan endospora pada B. subtilis membutuhkan beberapa jam. Pada tahap I, terjadi perkembangan sel vegetatif yang ditandai dengan perubahan struktur morfologi sel. Sel terbagi secara asimetris (tahap II) dan menghasilkan dua bagian yaitu sel induk dan pre-spore. Kedua bagian ini memiliki perkembangan yang berbeda. Tahap III dari sporulasi, peptidoglikan pada septum terdegradasi dan pre-spore ditelan oleh sel induk, sehingga membentuk sel dalam sel. Aktivitas sel induk dapat mempermudah sintesis endospora dan membentuk korteks yang merupakan endapan dari suatu lapisan (tahap VI+V). Hal ini diikuti oleh berakhirnya dehidrasi dan pematangan endospora (tahap VI+VII). Akhirnya sel induk hancur pada saat program sel mati, dan endospora terbebas ke lingkungan. Endospora akan tetap dorman sampai berkecambah kembali pada kondisi yang sesuai. Tahapan pembentukan spora Bacillus subtilis terlihat pada Gambar 2.1. Faktor spesifik yang menginisiasi sporulasi adalah Guanosin trifosfat. Penurunan nutrisi juga dapat menyebabkan penurunan guanosin trifosfat. Pada sel B. subtilis yang sedang tumbuh, penurunan guanosin trifosfat cukup untuk memulai sporulasi (Moat et al., 2002). Gambar 2.1 Tahapan pembentukan spora B. subtilis Bakteri Bacillus membentuk endospora yang bersifat tahan terhadap panas dan bahan kimiawi. Spora mengandung seluruh massa kering sel induknya, tetapi volumenya hanya sepersepuluh dari volume sel induk. Pembentukan spora dimulai dengan penimbunan bahan yang mengandung protein yaitu asam dipikolinat (asam piridin-2,6-dikarbonat). Asam ini terdapat dalam bentuk kalsium khelat yang berjumlah 10 sampai 50% dari massa kering spora. Asam ini terdapat dalam protoplas spora dan hanya terkandung dalam endospora yang thermo resisten (Schlegel & Schmidt, 1994).