BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Serangga Hama

advertisement
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Jenis Serangga Hama
Berdasarkan hasil identifikasi serangga hama dilokasi Agroekosistem
berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies
Scripophaga innotata dan Cnaphalocosis medinalis. Family Muscidae spesies
Atherigona oryzae.
Family Cicadelidae
spesies
Niphotettix nigropictus,
Niphotettix virenscens dan Inazuma dorsalis. selanjutnya Family Delphacidae
spesies Nilaparvata lugens. Family Alydidae spesies Leptocorisa acuata dan
family Acrididae spesies Locusta migratoria. Dimana masing – masing family
memiliki cirri – cirri yang berbeda, disajikan pada Gambar 1,2,3.4.5.6,7,8,9, dan
secara umum cirri-ciri dari masing-masing family di ketahui dengan
menggunakan buku determinasi serangga karangan Kanisius (1991).
a. Family Cicadelidae:
1. Niphotettix nigropictus
2. Nephotettix virencens
3. Inazuma dorsalis
Cirri-cirinya:
Pada Familiy Cicadelidae Ordo Homoptera memiliki dua sayap yakni sayap
depan dan belakang dimana sayap depan dan belakang sama-sama keras. dengan
tipe alat mulut menusuk menghisap, familiy ini sebagian besar dapat menjadi
vector virus. Tipe metamorfose sederhana yang perkembangannya melalui stadia :
31
telur ---> nimfa ---> dewasa, baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat
bertindak sebagai hama tanaman. Habitat Familiy Cicadelidae Ordo Homoptera
lebih menyerang pada daun tanaman padi Gambar 1,2,3
Phylum : Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Homoptera
Family : Cicadellidae
Genus
: Nephotettix
Gambar 1. N, nigropictus
Spesies : N nigropictus
Phylum : Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Homoptera
Family : Cicadellidae
Genus
: Nephotettix
Spesies : N virenscens
Gambar 2. : N virenscens
Phylum : Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Homoptera
Family : Cicadellidae
Genus
: Inazuma
Spesies : I dorsalis
Gambar 3. I dorsalis
32
b. Familiy Delphacidae
1. Nilaparvata lugens
Cirri-ciri:
Pada family delphacidae cirri-cirinya hampir sama dengan family
cicadelidae yang memiliki dua sayap yakni sayap depan dan belakang dimana
sayap depan dan belakang sama sama keras. dengan tipe alat mulut menusuk
menghisap. Tipe metamorfose sederhana yang perkembangannya melalui stadia :
telur ---> nimfa ---> dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat
bertindak sebagai hama tanaman. Habitat familiy Delphacidae lebih dominan
menyerang pada pangkal batang padi di sajikan pada Gambar 4.
Phylum : Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Homoptera
Family : Delphacidae
Genus
: Nilaparvata
Spesies : N Lugens
Gambar 4. Nilaparvata Lugens
c. Familiy Acrididae:
1. Locusta migratoria
cirri-ciri:
Umumnya pada family acrididae khususnya ordo orthoptera memiliki
sayap dua pasang yaitu Sayap depan dan sayap belakang. Dimana sayap depan
lebih
menyempit
dibandingkan
sayap
belakang
dengan
vena-vena
menebal/mengeras. Dan tipe alat mulut menggigit mengunyah. tanaman yang
33
paling di sukai adalah kelompok graminae yaitu padi, jagung, sorgum, tebu dan
berbagai jenis rumput (Gambar 5).
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus : Locusta
Spesies: L migratoria
Gambar 5. L migratoria
a. Familiy Pyralidae:
1. Scirpophage innotata
2. Cnaphalocosis medinalis Guenne
Cirri-ciri:
Sayap depan dan seluruh tubuhnya bersisik, sisik inilah yang memberi
warna pada sayap. Serangga dewasa tidak menjadi hama, yang menjadi hama
adalah larvanya. Larva berbentuk ulat dengan metamorfosis sempurna yang
perkembangannya melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong ---> dewasa.
Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya
memiliki tipe penggigit. familiy pyralidae merupakan hama dari tanaman padi (6
dan 7).
34
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralidae
Genus :Triporyza
Spesies: innotata
Gambar: 6. Scirpophaga innotata
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Famili : Pyralidae
Genus :Cnpahalocosis
Spesies : C medinalis
Gambar: 7. Cnaphalocosis medinalis
b. Familiy Muscidae:
1. Atherigona oryzae
Cirri-ciri:
Ciri-ciri dari familiy muscidae ordo diptera hanya memiliki satu pasang
sayap depan. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya
memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. dengan
metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia
: telur ---> larva ---> kepompong ---> dewasa. familiy muscidae sangat menyukai
35
tanaman padi yang berumur kurang dari satu bulan, larvanya menyerang dengan
cara memasuki titik tumbuh tanaman dan memakan jaringan tanaman Gambar 8.
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo
: Dipteral
Famili : Muscidae
Genus : Atherigona
Spesies : A oryzae
Gambar 8. Atherigona oryzae
c. Familiy Alydidae:
1.
Leptocorisa acuata
Cirri-ciri:
Umumnya memiliki sayap dua pasang yakni sayap depan dan belakang.
Sayap depan lebih tebal dibandingkan sayap belakang, Sayap belakang sedikit
lebih pendek daripada sayap depan. dengan tipe alat mulut pencucuk pengisap,
menyerang pada bulir padi dan berbagai rumput gulma (Gambar 9).
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo
: Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : L Acuta
Gambar 9 Leptocorisa acuata
36
B. Populasi Hama Serangga
B.1. Rata-rata Populasi Serangga Hama pada Agroekosistem berbeda
Dari hasil pengamatan jumlah individu serangga yang terkoleksi pada
tanaman padi varietas mekongga dengan agroekosistem yang berbeda
menunjukan jumlah yang berbeda dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar: 10 Rata - rata Populasi Serangga Hama pada Agroekosistem berbeda.
Dari Gambar 10 tampak bahwa rata-rata individu tertinggi hampir pada
semua agroekosistem adalah spesies Leptocorisa acuata, yakni 19 ekor/minggu
pada agroekosistem VII (Urea 100 kg/ha+Phonska 300 kg/ha+Pupuk Organik 2
ton/ha dan menggunakan jarak tanam tegel), Hal ini disebabkan pada
agroekosistem VII kondisi tanaman padi pertumbuhannya subur dengan jarak
tanam rapat. Kondisi ini terjadi karena pupuk yang diberikan menyebabkan unsur
hara yang dibutuhkan dapat meningkatakan pertumbuhan tanaman dalam hal
bertambahnya jumlah anakan produktif sehingga malai yang dibentuk bertambah
banyak dan menyebabkan peningkatan serangan leptocorisa acuata, selain itu
tanaman pada agroekosistem VII dominan sudah dalam keaadan keluar malai
37
hingga masak susu Litbang (2005) menyatakan bahwa fase pertumbuhan tanaman
padi yang rentan terhadap serangan walang sangit adalah dari keluar malai sampai
matang susu. Sementara dengan adanya jarak tanam rapat dapat menyebabkan
perubahan iklim mikro dengan kelembaban tinggi yang mendorong kehadiran
serangga leptocorisa acuata. Sedangkan pada agroekosistem VIII dan IX hampir
pada semua serangga populasinya rendah, ini di sebabkan pada agroekosistem
VIII dan IX jarak tanamnya lebar sehingga cahaya matahari dapat menyinari
keseluruh tanaman yang menyebabkan
iklim mikro tidak dapat menunjang
kehadiran jenis-jenis serangga dan populasinya Menurut Harjadi (2002)
penentuan jarak tanam dapat mempermudah tanaman untuk melakukan proses
fotosintesis yang lebih baik bagi suhu individu tanaman. Selain itu, dengan
terciptanya kondisi lingkungan dengan suhu yang tinggi dan kelembaban tanah
rendah menyebabkan hama tidak menyukai lingkungan tersebut sehingga
produksi yang di hasilkan akan lebih tinggi.
Rata-rata populasi serangga hama setiap minggu pada tanaman padi
dengan menggunakan Agroekosistem yang berbeda dapat diliat Gambar 11.
38
Gambar 11. Rata-rata Populasi Serangga Hama Perminggu pada Agroekosistem
berbeda
Gambar 11 tampak jelas juga bahwa dari ke 9 spesies, jumlah tertinggi
kehadiran setiap minggunya adalah spesies Leptocorisa acuata mulai hadir
minggu ke 7 – 10, tingginya Leptocorisa acuata dari minggu ke 7-10 hal ini di
sebabkan bahwa
kondisi pertumbuhan tanaman sudah mulai masuk awal
generative yakni keluar malai dan masak susu. Selanjutnya tertinggi ke dua
diikuti oleh spesies Locusta migratoria dan Scripophaga inotta pada minggu ke4. Tingginya Scripophaga inotta pada minggu ke 4 disebabkan tanaman padi
terlihat lebih segar dan muda dan nutrisinya lebih banyak di bandingkan pada
tanaman yang tua, Menurut Wijaya dalam Warti (2006) kandungan nutrisi pada
tanaman yang lebih tua lebih rendah dari tanaman muda, sehingga tanaman padi
yang lebih tua kurang di sukai sebagai makanan larva penggerek. begitu juga
halnya dengan spesies Locusta migratoria sangat menyukai tanaman padi pada
bagian daun yang masih muda fase vegetative.
39
C. Persentase Populasi Serangga Hama pada Agroekosistem berbeda
Dari hasil perhitungan persentase populasi serangga hama pada
agroekosistem pemupukan dan sistem jarak tanam yang berbeda menunjukan
persentase populasi yang berbeda pula lihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Persentase Populasi Serangga Hama pada Agroekosistem berbeda.
Gambar diatas dapat dilihat bahwa persentase tertinggi adalah
Nilaparvata lugens pada Agroekosistem VII
(Urea 100kg/ha+Phonska 300
kg/ha+Pupuk Organik 2 ton/ha dan menggunakan jarak tanam tegel) sebesar
40,63%, walaupun dengan agroekosistem berbeda persentasenya juga tinggi I
(Urea 250 kg/ha+Phonska 300 kg/ha dan jarak tanam tegel) yakni 31,25%.
Tingginya persentase serangga Nilaparvata lugens di sebabkan Nilaparvata
Lugens merupakan hama utama yang keberadaannya dalam satu kali muncul
sangat tinggi serangannya meskipun
jumlah populasinya rendah selain itu
Nilaparvata lugens sangat menyukai tanaman yang banyak mengandung nitrogen.
40
dengan jarak tanam rapat. Menurut Litbang (2005)
menyatakan bahwa
Pertanaman yang dipupuk nitrogen tinggi dengan jarak tanam rapat merupakan
kondisi yang sangat disukai wereng coklat. Akan tetapi pada penelitian tanaman
padi varietas mekongga serangga hama Nilaparvata lugens kehadirannya sangat
kurang dan hanya muncul pada minggu ke 7-8 pada agroekosistem III dan VII
sebanyak 2 kali, rendahnya kehadiran Nilaparvata lugens pada tanaman padi
varietas mekongga dengan agroekosistem berbeda di sebabkan varietas mekongga
mempunyai karakteristik yang tahan terhadap wereng coklat sehingga terbukti
bahwa kehadiran wereng coklat sangat rendah. Sedangkan serangga yang sering
muncul pada semua agroekosistem adalah Niphotettix nigropictus dan Nephotettix
virenscen mulai dari minggu ke 5 – 10 sebanyak 6 kali, Lampiran 5. Munculnya
serangga N nigropictus dan N virensscens dari minggu ke 5-10 disebabkan
tanaman masih dalam stadia vegetative sampai generative atau pembentukan
malai. Populasi wereng hijau hanya meningkat pada saat tanam hingga
pembentukan malai Litbang (2005).
D. Kelimpahan
Pada Gambar 13 dapat dilihat jumlah masing-masing dari serangga hama
yang terkoleksi pada agroekosistem berbeda selama 9 kali pengamatan pada
tanaman padi varietas mekongga.
41
60
P1 S1
50
populasi
P1 S2
40
P1 S3
P2 S1
30
P2 S2
P2 S3
20
P3 S1
10
P3 S2
P3 S3
0
A
B
C
D
E
F
famili
Gambar 13 Persentase kelimpahan serangga hama pada agroekosistem berbeda.
Ket
:
A
: Pyralidae
D
: Delphacidae
B
: Muscidae
E
: Alydidae
C
: Cicadelidae
F
: Acrididae
Hasil identifikasi dan hasil perhitungan kelimpahan serangga hama
tanaman padi varietas mekongga pada agroekosistem berbeda secara keseluruhan
kelimpahan tertinggi adalah family Cicadelidae 56,20 %. Hal ini disebabakan
dalam familiy Cicadelidae
terdapat beberapa spesies yakni Niphotettix
nigropictus, Niphotettix virenscens. dan Inazuma dorsalis . Selanjutnya tertinggi
kedua adalah familiy Alydidae dimana family ini lebih dominan menyerang pada
tanaman yang masuk stadia generative yakni mulai dari minggu ke 7-10 meskipun
family Alydidae hanya terdiri dari satu spesies namun populasinya sangat tinggi.
Sedangkan kelimpahan yang paling rendah hampir di semua agroekosistem yaitu
family Delphacidae spesies Nilaparvata lugens. Rendahnya Nilaparvata lugens
hal yang sama terjadi pada Gambar 10 yakni karakteristik dari varietas padi yang
di tanam di lokasi penelitian merupakan varietas yang tahan terhadap serangga
42
wereng coklat. menurut Ani sumiati (2011) mengatakan bahwa penanaman Padi
dengan Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW) dapat secara nyata menekan
serangan dan perkembangan wereng batang coklat.
E. Keanekaragaman.
Tabel 1. Keanekaragaman Serangga Hama seluruh Family
Agroekosistem berbeda.
Agroekosistem
Nilai Keanekaragaman (H’)
P1 S1
P1 S2
P1 S3
P2 S1
P2 S2
P2 S3
P3 S1
P3 S2
P3 S3
0,44
0,42
0,51
0,35
0,45
0,51
0,42
0,41
0,49
pada
Dari hasil analisis data diperoleh nilai keanekaragaman (H’) familia
secara keseluruhan termasuk dalam kategori sangat rendah yaitu hanya berkisar
dari 0,35 - 0,51 atau dengan kisaran H<1. Hal ini di duga bahwa dengan adanya
penggunaan agroekosistem berbeda dalam hal pengaturan varietas tahan,
pemupukan dan jarak tanam dapat mengurangi tingkat keragaman serangga
dimana varietas yang tahan tidak akan di senangi oleh serangga hama tertentu.
Sedangkan untuk pemupukan tanaman apabila pemberian pupuk di berikan sesuai
dosis atau sesuai kebutuhan unsure hara yang di butuhkan oleh tanaman maka
dapat mengurangi perkembangan beberapa organisme pengganggu tanaman
sebaliknya, menurut Geonaldi dan Herman dalam Musca (2008) apabila
penggunaan pupuk secara berlebihan dan tidak sesuai dengan dosis yang
43
dianjurkan akan mengakibatkan pada pemborosan energi dan menimbulkan
berbagai dampak negatif terhadap lingkungan. Sistem pemupukan merupakan
salah satu proses pengendalian hama secara kultur teknis dan termasuk kepada
pengendalian hama terpadu. Sementara untuk pengaturan jarak tanam , jarak
tanam yang baik dapat mengurangi tingkat kelembaban suatu tanaman sebab
sirkulasi udara terkontrol dan penyinaran matahari pun merata pada setiap
tanaman padi sehingga dengan demikian serangga hama tidak dapat menghuni
daerah yang keadan iklim mikro kelembaban rendah , sedangkan jarak tanam
yang terlalu rapat dapat menyebabkan iklim mikro bagi kehidupan hama pada
suatu tanaman, sehingga mudah terserang hama penyakit. Menurut Romdhoni
(2008) mengatakan bahwa pengaturan jarak tanam hendaknya dilakukan
sedemikian rupa agar tidak diciptakan kondisi lingkungan yang mendorong
berkembangnya hama-hama utama. Selain penggunaan agroekosistem berbeda,
persaingan antara jenis atau individu dapat juga mengurangi keanekaragaman
serangga dimana persaingan yang dimaksud yakni apabila sejumlah organisme
baik spesies yang sama atau berbeda menggunakan sumber makanan yang sama
dengan ketersediaan terbatas atau walaupun ketersediaan sumber tersebut cukup,
namun persaingan tetap terjadi juga bila organisme-organisme itu memanfaatkan
sumber yang sama, sehingga dapat menyebabkan yang satu dapat menyerang yang
lain atau sebaliknya, menurut Pratiwi dalam mediwarman (2010) mengatakan
bahwa ada berbagai faktor yang mempengaruhi keanekaragaman salah satunya
adanya kompetisi antar dan intra jenis atau individu. Selain itu juga heterogenitas
ruang dapat mempengaruhi rendahnya keanekaragaman serangga hama, semakin
44
homogen ruang (ekosistem) maka semakin rendah keanekaragaman. Krebs dalam
chaper (2011) mengemukakan bahwa semakin heterogen suatu lingkungan fisik
semakin kompleks komunitas flora dan fauna di suatu tempat dan semakin tinggi
keragaman jenisnya.
Download