ISSN 2354-6948 REVITALISASI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR GEOGRAFI Hendra Pratama Dosen IAIN Tulungagung Jl. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung [email protected] (diterima: 16.05.2016, direvisi: 23.05.2016) ABSTRAK Pengembangan bahan ajar merupakan bagian integral dari pengembangan kurikulum dan pengembangan sistem pembelajaran. Pengembangan bahan ajar merupakan pendekatan sistematik dalam merancang, mengevaluasi, memanfaatkan keterhubungan fakta, konsep, prinsip, atau teori yang terkandung dalam mata pada pokok bahasan dengan mengacu pada tujuan. Melalui bahan ajar, pengajar dengan sendirinya akan mempelajari pengajaranya secara mendalam. Pengajar dapat menjadikan bahan ajar sebagai sarana untuk menyatakan harapan- harapanya di dalam pengajaran. Peserta didik juga lebih tertarik untuk mempelajari bahan pembelajaran karena bahan ajarnya telah disusun dengan teratur. Tersedianya bahan ajar memungkinkan peserta didik mengurangi aktivitas mencatat sehingga ia dapat lebih banyak waktu untuk memahami suatu pembelajaran. Bahan ajar juga memungkinkan peserta didik untuk mendiskusikan lebih lanjut materi pengajaran. Kata kunci: Pengembangan, Bahan Ajar Rendahnya kesadaran transfer ilmu penge-tahuan atau A. PENDAHULUAN Dalam dunia pendidikan, khususnya sekolah pengalaman melalui tulisan (buku dan bahan ajar). Ini mengharuskan adanya bahan ajar yang ditulis dengan merupakan kewajiban moral yang harus dilakukan konsep dan teori yang dapat mendorong siswa untuk guru di sekolah, (5) Rendahnya penulisan bahan ajar mampu mencerna dan memahami isi bahan ajar secara mungkin disebabkan ketidakmampuan guru, kurang maksimal. Tentu saja, bahan ajar tersebut merupakan percaya diri, takut dikritik, takut salah, takut pedoman teoritis utama bagi siswa dalam memahami dicemooh, takut dibajak, (6) Bahan ajar yang dibuat suatu mata pelajaran seperti halnya pada mata guru masih sangat sederhana, masih belum memenuhi pelajaran geografi. Selama ini penulisan bahan ajar kriteria penulisan bahan ajar yang baik, dan (7) bahan geografi belum maksimal mampu mendorong siswa ajar belum bersifat kontekstual. Kesadaran akan pentingnya bahan ajar dalam untuk mau mendalami secara seksama keilmuan kegiatan geografi. pembelajaran geografi, menarik untuk dilakukan penelitian mengingat bahan ajar akan Beberapa masalah yang relevan dengan pernyataan tersebut antara lain: (1) Guru dalam dijadikan pegangan guru dan siswa, tetapi kegiatan pembelajaran masih menggunakan dan bahan ajar yang dibuat guru kualitas dan kuantitasnya berpedoman pada buku teks dan sangat jarang mem- masih rendah. Pembuatan bahan ajar merupakan produksi bahan ajar sendiri, (2) Rendahnya kualitas alternatif penting sebagai pengganti buku teks yang penulisan bahan ajar yang dibuat guru nampaknya selama ini banyak digunakan oleh guru. Sementara di berimbas pada rendahnya minat baca siswa, (3) sisi lain, buku teks banyak sekali memiliki kelemahan Menulis karya ilmiah di-anggap sebagai salah satu di antaranya kebenaran bahasa, fakta/data, konsep, beban dan kendala bagi guru di sekolah menengah generalisasi, penyajian gambar yang tepat, kebenaran atas, seperti paper, makalah, buku teks dan bahan ajar. objek material dan objek formal, serta ketercernaan Bahkan banyak guru tidak mampu membuat bahan materi masih banyak salah. ajarnya sendiri karena berbagai keterbatasan, (4) 29 banyak Revitalisasi Pengembangan Bahan… Pratama, H. Purwanto, dkk. (2001) tentang Pencitraan menjadi vital, sedangkan kata vital mempunyai arti Buku teks Geografi SMU, bahwa: (1) komposisi buku sangat penting atau sangat diperlukan sekali untuk teks geografi SMU didominasi fakta/data, sebagian kehidupan dan sebagainya. kecil konsep, dan sangat sedikit generalisasi, (2) buku Revitalisasi pengembangan bahan ajar geografi teks tersebut disusun mayoritas model deduktif, (3) bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang masih banyak gambar yang disajikan justru tidak unggul dalam berbagai aspek. Bahan ajar yang berfungsi, (4) kesalahan paragraf dan ka-limat masih berkualitas maka ilmu pengetahuan yang didadapat banyak komposisi berkualias pula dalam makna peserta didik tidak hanya fakta/data sangat mendominasi, konsep sedikit, dan menguasai konsep tetapi mampu mengaplikasikan generalisasi sangat sedikit yang tidak mengikuti pola dalam kehidupan nyata. Ilmu geografi tidak dapat piramida seperti yang dikemukakan Savage and berdiri sendiri tetapi membutuhkan ilmu pendukung Armstong, untuk memahaminya. ditemukan, maka dan (5) karena siswa terpaksa harus banyak berhadapan dengan fakta/data yang harus dihafal, Revitalisasi pengembangan bahan ajar geografi sehingga apabila harus mempelajari geografi melalui bertujuan pertama, menghasilkan bahan ajar yang buku teks yang ada, maka siswa harus memiliki berkualitas agar peserta didik mampu menguasai kekuatan menghatal fakta/data dan konsep. materi secara teori dan mampu mengaplikasikan pada kehidupan nyata. Kedua, perubahan pola pikir peserta Selain itu, Guru maupun siswa sangat tergantung dengan buku buku teks. Hal ini sejalan didik dengan mengembangkan penelitian Purwanto, dkk. (1996) bahwa geografi adalah kegiatan berkarakter peluang untuk ekonomi berwawasan konservasi lingkungan menunjukkan bahwa hampir semua guru SD yang lingkungan, menjadi sampel penelitian menyatakan tidak dapat (diwadahi oleh Adiwiyata, go green, back to nature, mengajar tanpa buku pelajaran. Alasan mereka adalah: save earth, dan Takut salah, takut tidak sesuai dengan GBPP, paradigma bahwa mata pelajaran geografi adalah kemampuan terbatas, dan ada buku teks baru yang pelajaran yang membosankan yang hanya berisikan perlu melalui buku teks. peta, koordinat, hutan, gunung dan lain sebagainya love the earth). ketiga merubah menjadi pelajaran yang mampu mengayomi mata pelajaran lain. Contoh kita bisa belajar politik pada B. METODE ini peta yang disebut dengan geografi politik, kita bisa menggunakan metode penulisan studi pustaka (library merencanakan tata ruang yang konservatif melalui research). Metode studi pustaka adalah metode SIG, kita bisa merencanakan pariwisata alam yang penulisan karya ilmiah dengan mengumpulkan bahan- bersifat pemanfatan lingkungan berbasis korservasi bahan, lahan dan yang lainnya. Metode dalam materi-materi, penulisan data-data dan jurnal informasi- informasi yang diperoleh dari buku-buku, artikel, surat 2. kabar, media cetak, jurnal atau sumber sumber lain Karakteristik Mata Pelajaran Geografi Mata pelajaran Geografi membangun dan mengembangkan pemahaman yang berbentuk dokumen yang sudah tersedia. tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan C. PEMBAHASAN pada muka bumi. didorong untuk memahami aspek 1. dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, Revitalisasi Bahan Ajar Geografi Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan karakteristik dan persebaran spasial ekologis di perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal permukaan bumi. Selain itu dimotivasi secara aktif yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan untuk 30 PEDAGOGY Vol. 04 No. 01 Tahun 2017 ISSN 2354-6948 pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang Beberapa ilmu penunjang geografi cabang ilmu tempat dan wilayah. fisik seperti: geologi, geomorfologi, hidrologi, Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai pedologi, oseanografi, meteorologi, klimatologi, yang diperoleh dalam mata pelajaran Geografi dan astronomi. Beberapa ilmu penunjang geografi diharapkan dapat membangun kemampuan cabang ilmu sosial seperti antropologi, sosiologi, untuk bersikap, bertindak cerdas, arif, dan bertanggungjawab demografi, dalam menghadapi masalah sosial, ekonomi, dan penunjang geografi ekologis. Pada tingkat pendidikan dasar maupun ekonomi. Adalah ilmu e) Dalam teknik penyajiannya menggunakan cara mata pelajaran Geografi diberikan sebagai bagian integral identifikasi, dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sedangkan pada klasifikasi dan evaluasi dengan bantuan peta, tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata teknologi penginderaan jauh (inderaja) , dan pelajaran tersendiri. Sistem Infromasi Geografi (SIG). Berdasarkan pengertian di atas dapat 3. inventarisasi, analisis, sintesis, Pengembangan Bahan Ajar Geografi Bahan ajar, menurut Dick & Carey (2001), dikatakan bahwa geografi adalah ilmu penge-tahuan atau merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran mendeskripsikan hal–hal yang berkaitan dengan (teaching material) yang disusun secara sistematis dan persamaan dan perbedaan, baik yang terdapat di menampil-kan sosok utuh dari kompetensi yang akan daratan , lingkungan perairan, lingkungan udara, dikuasai oleh maupun lingkungan kehidupan. Apabila Geografi teks dan bahan ajar yang efektif menurut Hamzah sebagai pohon ilmu maka sebagai akar-akarnya adalah (2007) harus memenuhi syarat: (1) ketepatan kognitif atmosfer, lithosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer, (cognitive appropriateness); (2) tingkat berpikir (level sedangkan yang menjadi cabang–cabangnya adalah of shopisication) ; (3) biaya (cost); (4) ketersediaan Geografi Fisik dan Geografi Manusia. Selain itu ada bahan (availability); dan (5) mutu teknis (technical cabang pendukung yaitu Geografi Teknik. Pendekatan quality). yang yang menggambarkan, digunakan adalah melukiskan, pendekatan dalam kegiatan pem-belajaran. Buku Pengkajian terhadap buku teks dan bahan ajar keruangan, teknik dalam suatu proses pembelajaran merupakan hal yang identifikasi, inventarisasi, analisis, sintesis, klasifikasi cukup penting, seperti dinyatakan oleh Angling (1991) dan evaluasi (BSNP, 2006). bahwa suatu buku teks sangat berpengaruh terhadap kelingkungan, dan kewilayahan, denga suasana suatu proses pembelajaran. Di samping itu, Adapun karakteristik mata pelajaran geografi tersebut adalah sebagai berikut: kedudukan buku teks dan bahan ajar dalam proses a) Geografi terutama merupakan kajian tentang pembelajaran memiliki beberapa fungsi, yaitu: (1) fenomena alam, dan kaitannya dengan manusia di Pedoman permukaan bumi. aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus hidrosfer, biosfer, atmosfer, guru yang akan mengarahkan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya b) Geografi mempelajari fenomena geosfer, yaitu lithosfer, bagi diajarkan/ dilatihkan kepada siswa, (2) Pedoman bagi dan siswa guna mengarahkan semua aktivitasnya dalam antroposfer. c) Pendekatan yang digunakan dalam geografi adalah proses pembelajaran sekaligus merupakan substansi pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan kompetensi yang harus dikuasai-nya, dan (3) Alat maupun analisis kompleks wilayah. evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran. Kondisi lain yang mendukung pentingnya buku teks d) Geografi tidak bisa berdiri sendiri melainkan proses dan bahan ajar yang relevan dengan kebutuhan siswa pemahamannya bisa terfokus dan mendetail. adalah kenyataan bahwa siswa berasal dari suatu butuh ilmu penunjang agar dalam 31 Revitalisasi Pengembangan Bahan… kelompok masyarakat yang Pratama, H. memiliki sumber belajar yang terlibat dan dipergunakan untuk ke- mencapai hasil yang diinginkan. anekaragaman sosial budaya, aspirasi politik, dan Pengembangan bahan ajar dalam hal ini mata kondisi ekonomi tersendiri pula yang akan mewarnai skemata atau struktur mentalnya yang pada gilirannya pelajaran geografi diperlukan kecermatan dan akan berpengaruh pada proses pembelajaran dan hasil ketelitian, sebab disiplin ilmu geografi merupakan belajar yang ingin dicapai. disiplin ilmu yang menjembatani dua disiplin ilmu Bahan ajar sangat penting artinya bagi guru yakni IPA dan IPS. Tentu saja, sangat banyak variasi dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Bagi guru, konsep yang berhubungan dengan kedua dispilin ilmu bahan ajar merupakan sumber informasi yang dapat tersebut yang tidak dapat dijelaskan dengan hanya dijadikan pedoman mengajar atau bahkan sebagai menggunakan tulisan, melainkan membutuhkan suatu sumber ilmu yang harus ditransfer kepada siswa. Bagi gambaran visual yang sesuai dengan pendekatan- siswa, bahan ajar merupakan sumber belajar yang pendekatan atau obyek studi dalam geografi. Hakekat geografi yang demikian itu akan dapat meningkatkan kemampuan siswa sehingga Mengingat membawa konsekuensi pada makna pembelajaran pentingya fungsi bahan ajar tersebut, maka di-pandang geografi sebagai suatu mata pelajaran. Pembelajaran perlu geografi yang bermakna dapat memberikan wawasan tujuan pembelajaran untuk dapat melakukan tercapai. pembenahan melalui pengembangan konsep bahan ajar yang relevan dan interelasi, bermutu. fenomena interaksi, dan fisik/alamiah interdependensi dengan antara fenomena Pengembangan adalah proses penerjemahan sosial/manusia. Pembelajaran geografi yang hanya spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Domain menekankan pada aspek fisik/alam atau manusianya pengembangan terdiri atas sub–sub domain yang saja dan tidak menggambarkan keterkaitan hubungan meliputi teknologi cetak, teknologi audiovisual, antara fenomena alam dan manusia belumlah dapat teknologi berbasis komputer dan teknologi terpadu dikatakan sebagai pembelajaran geografi yang tepat (Seels, dkk. 1994). sasaran. Sampai Kang (2004) menyatakan pengembangan pembelajaran desain adalah proses pembelajaran. mencakup fungsi-fungsi desain, bahan ajar masih didominasi oleh kumpulan pengetahuan sebagai pengimplementasian Kawasan sekarang, pengembangan seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal oleh siswa produksi, sehingga dan tidak dapat mendorong siswa dapat penyampaian, maka suatu bahan dapat didesain mengkonstruksikan materi di benak mereka sendiri. dengan menggunakan satu pilihan teknologi dalam Dalam kawasan pengem-bangan tetapi sekaligus melakukan pengalamannya sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, fungsi desain, produksi, peni-laian, dan penyampaian. kemudian memberi makna pada pengetahuannya itu. pembelajaran bertujuan belajar, siswa belajar dari Melalui proses belajar yang mengalami sendiri dan Menurut Suparman (dalam purwanto 2009) pengembangan proses menemukan sendiri akan menumbuhkan minat siswa untuk untuk belajar, khususnya belajar geografi. memecahkan masalah dalam belajar, meningkatkan kualitas kegiatan-kegiatan pembelajaran, atau me- Bahan ajar geografi mampu berperan dalam ningkatkan kondisi belajar. Belajar akan lebih mudah memberikan landasan yang baik untuk membangun jika ada sumber belajar yang berupa bahan ajar yang kegiatan pembelajaran tingkat tinggi yang menarik secara khusus dirancang untuk kebutuhan siswa. dan menuntut tata cara berpikir kritis serta mampu Dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan mencapai pengajar, tetapi juga berinteraksi dengan semua maksimal. Oleh karena itu, bahan ajar geografi yang tujuan pembelajaran geografi secara akan dibuat harus berkualitas, kontekstual dan mampu 32 PEDAGOGY Vol. 04 No. 01 Tahun 2017 ISSN 2354-6948 merangsang khususnya siswa untuk kreatif, berfikir menelaah kevalidan buku teks maupun bahan ajar, kritis dan mandiri. yakni: (1) materinya mem-berikan bekal agar siswa Metode dan penyajian materi dalam bahan berdiskusi, (2) tidak terlalu banyak konsep, (3) pokok ajar hendaknya memenuhi syarat-syarat tertentu, pikiran setiap wacana dijelaskan secara eksplisit, (4) misalnya menarik, menantang sehingga siswa benar- hanya mengandung tujuan utama, (5) contoh yang di- benar termotivasi untuk menyelesaikan tugas dalam sajikan betul-betul dapat menjelaskan konsep, (6) kehidupan hal memudahkan siswa memahami hubungan sebab tersebut, Mbulu, J, 2002) telah menyusun sepuluh akibat, (7) komponennya disusun secara logis, (8) kriteria sebagai syarat buku teks maupun bahan ajar memuat urutan kejadian sesuai dengan urutan waktu, yang berkualitas, yaitu (9) tidak menjelaskan banyak hal dalam unit yang sehari-hari. Sehubungan dengan (1) dapat menarik minat belajar siswa, (2) mampu memberi motivasi kepada siswa sama, dan (10) setiap wacana mempu memberikan yang penekanan terhadap ide yang penting. menggunakannya, (3) memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa (4) Beck dan Mckeown dalam menyusun bahan ajar mempertimbangkan aspek linguistic yang sesuai dengan sepuluh kriteria ada satu hal yang kurang yaitu dengan kemampuan siswa, (5) berhubungan erat aspek ketuhanan yang harus disisipkan pada tiap dengan mata pelajaran lainnya, (6) dapat menstimulasi penyusunan bahan ajar. Pada kurikulum K13 Aspek dan merangsang aktifitas pribadi para siswa yang ketuhanan menggunakannya, (7) terhindar dari konsep yang pembelajaran, hal ini bertujuan agar konsep dan samar-samar tidak aplikasi yang telah dikuasi siswa diharapkan tumbuh membingungkan siswa, (8) mempunyai sudut pandang karakter ibadah dalam bentuk kegiatan positif seperti yang jelas, (9) mampu member pemantapan dan bersyukur dan yang lainnya dan yang memanfaatkannya, Pendapat Greene dan Petty begitu pula oleh tidak biasa, agar penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa, menjadi ciri utama dalam kegiatan Gagasan pengembangan bahan ajar geografi dan (10) dapat menghargai perbedaan pribadi para yang siswa. pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO yang di berkualitas sejalan dengan empat pilar Setiap bahan ajar perlu memiliki landasan dalamnya berisi : (1) Learning to know,’belajar untuk pengembangan yang jelas agar memiliki kualitas yang mengetahui’, (2) Learning to do, “belajar untuk baik dan dapat dipertanggungjawabkan, yaitu selain melakukan sesuatu”, dalam ha ini kita dituntut memiliki kesahihan pe-wajahan, juga harus memiliki terampil daam melakukan segala sesuatu, (3) Learning kesahihan dapat to be, “belajar untuk menjadi seseorang”, (4) Learning Yang to live together, “belajar untuk menjalani hidup isi (materi) dipertanggungjawabkan secara sehingga akademis. penting lagi, bahwa buku teks merupakan salah satu bersama”. sumber belajar yang dapat berfungsi ”membelajarkan” Secara implisit Learning to know bermakna siswa secara efektif dan efisien (Suyanto, 2000). (a) Belajar Sepanjang Masa (life long of education), Senada dengan yang dipaparkan di atas, Mc Kean (b) Belajar untuk mengetahui bagaimana caranya (1962) mengemukakan bahan ajar yang berkualitas belajar (learning how to learn). Belajar untuk adalah bahan ajar yang memenuhi kriteria. Pertama, mengetahui (learning to know) dalam proses belajar memuat deskripsi kompetensi dan hasil belajar yang geografi tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna digariskan dalam kurikulum yang akan dicapai tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak melalui bahan ajar tersebut. bermanfaat bagi kehidupan. Dalam mempelajari Beck dan Mckeown (dalam Purwanto, 2004) fenomena geografi, konsep yang ada pada bahan ajar mengemukakan sepuluh kriteria yang memadai untuk jangan langsung pada intinya melainkan proses dari 33 Revitalisasi Pengembangan Bahan… Pratama, H. awal sampai paling akhir yang kemas secara sistematis sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan dan di dukung oleh media yang tepat. jati diri. Belajar berperilaku sesuai norma dan kaidah Karakter media pembelajaran adalah menarik yang berlaku dalam masyarakat, belajar menjadi bagi pemakainya, tetapi karakter media pada pelajaran pribadi yang berhasil sesungguhnya merupakan proses geografi harus sesuai dengan konsep, data, dan fakta. pencapaian aktualisasi diri. Selain itu, pendidikan Sedangkan konsep menariknya pada ilmu geografi dalam learning to be juga harus bermuara pada adalah variasi paling terakhir inilah yang membedakan bagaimana menjadi lebih manusaiwi dan menjadi penggunaan media pembelajaran pada ilmu geografi manusia yang berperikemanusiaan. learning to be dengan mata pelajaran lainnya. Dalam pengembangan bahan ajar geografi diharapkan Learning to Do merupakan belajar untuk mampu memiliki kepribadian dengan karakter melakukan (berkarya). Setelah itu belajar mengetahui, berwawasan belajar untuk mencari hal-hal yang ingin diketahuinya, memecahkan masalah lingkungan seperti banjir, maka longsong, erosi, dan polusi. tersebut diiringi dengan potensi yang lingkungan hidup dalam rangka dimilikinya, ia harus harus bisa menghasilkan suatu Learning to live Together setelah memahami karya dari potensi yang dimilikinya.. Didalam konsep menjadi pribadi yang utuh diharapkan mampu pembelajaran geografi ada prinsip aktivitas (kegiatan) mempelajari bagaimana caranya untuk dapat hidup yang harus dicapai, hard skill dan soft skill. Proses baik bersama masyarakat dalam lingkungannya. belajar Learning to Do mengacu pada perubahan Dalam prosesnya kebiasaan hidup bersama, saling dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi serta, menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, dikembangkan disekolah. Kebiasaan inilah yang sikap, penghargaan, perasaan serta kemauan untuk nantinya akan menghasilkan tumbuhnya sikap saling berbuat atau merespon suatu stimulus. Pendidikan memahami, mengerti dan toleransi antar ras, suku dan membekali manusia untuk tidak sekedar mengetahui, agama. Pendidikan di sekolah juga harus merangsang tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat atau soft skill sehingga kelak mereka mampu hidup dan mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu bekerja sama dengan orang lain. Bahkan mereka akan yang bermakna bagi kehidupan. Pengembangan bahan peka terhadap suka duka orang lain. ajar geografi yang berkualitas harus mampu Dari membentuk pemikiran kreatif sehingga konsep yang disampaikan telah dikuasai mampu diterjemahkan menciptakan sebagai negara Ketuhanan menambahkan satu pilar peluang kerja berupa pemanfaatan alam baik segi berupa Learning to believe and convince the almighty pariwisata, konservasi, perencanaan bahkan pemecah God (Belajar untuk Beriman dan Bertakwa kepada masalah sosial, lingkungan dan ekonomi. tuhan yang maha Esa). Dari pilar inilah Negara ke-empat oleh pilar UNESCO pendidikan tersebut yang Indonesia Learning to Be merupakan belajar untuk Indonesia akan mewujudkan cita-cita bangsanya yang menjadi sesuatu atau berkembang menjadi pribadi termaktub dalam UUD 1945 Alinea ke-4 yaitu yang seutuhnya. Dalam proses ini diharapkan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dengan berdasarkan belajar menjadi pribadi yang kreatif, berwawasan, kepada ketuhanan yang maha Esa. memiliki pengetahuan yang utuh serta mampu 4. Evaluasi menguasai ilmu yang di tempuhya selama proses Evaluasi dalam pengembangan bahan ajar pendidikan dilakasanakan. Pengusaaan pengetahuan adalah dan keterampilan merupakan bagian dari proses pensintesaan dan penataan urutan topik-topik dalam menjadi pribadi yang utuh (learning to be). Menjadi suatu mata pelajaran/mata kuliah mengacu pada pribadi yang utuh dalam hal ini dapat diartikan kriteria yang di tetapkan. Kriteria utama dalam 34 kegiatan untuk memutuskan ketepatan PEDAGOGY Vol. 04 No. 01 Tahun 2017 ISSN 2354-6948 kegiatan evaluasi ini adalah kesesuaian pengembangan selanjutnya bahan ajar dengan karakteristik struktur isi mata mengkomunikasikannya pelajaran/mata kuliah. Karena karakteristik struktur isi pembelajaran. Pemanfaatan metode yang bervariasi, mata pelajaran/mata kuliah mempunyai implikasi yang sarana dan prasarana yang lengkap dan mampu sangat penting terhadap penataan urutan dan sintesis menunjang antar bagian-bagian atau isi mata pelajaran/mata didukung oleh guru yang profesional dalam arti guru kuliah. yang memang lulusan geografi maka revitalisasi Pengembangan bahan ajar wajib melalui adalah kegiatan bagaimana cara dalam kegiatan pembelajaran, kemudian bahan ajar geografi akan terwujud dan menghasilkan proses evaluasi, evaluasi ini bergantung pada metode peserta didik berkualitas darai berbagai segi. apa yang dipakai. Misalnya metode borg and gall, Dari beberapa pandangan di atas dapat ADDIE, banathy, PPSI, kemp, dick and carey, dan disimpulkan bahwa sebuah bahan ajar akan dipilih dan yang lainnya sehingga setiap model pengembangan digunakan sebagai media pembelajaran jika dapat mempunyai teknik evaluasi yang berbeda pula. memenuhi kebutuhan pemakainya serta memenuhi Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kekurangan pada kriteria yang disyaratkan. Tentu guru tidak diharapkan bahan ajar yang telah dibuat guna untuk diacarikan akan didikte atau dikuasai oleh bahan ajar. Dengan solusi, bahan ajar, guru diharapkan dapat meningkatkan diperbaiki, dan disempurnakan agar menghasilkan bahan ajar geografi yang berkualitas. kinerja profesionalnya di kelas. Sehubungan dengan Evaluasi menurut Borg and gall (dalam hal tersebut, maka pemakai bahan ajar yang purwanto 2009) terdapat beberapa langkah, pertama berkualitas, hendaknya mengacu pada kriteria sebuah evaluasi adalah melalui pakar (ahli bidang geografi penyusunan atau mata pelajaran lain tergantung bahan ajar yg akan pemilihannya diarahkan pada pemenuhan kriteria dikembangkan) langkah ini bertujuan untuk mereview bahan ajar terhadap pemakaianya di sekolah. bahan ajar. Artinya, pertimbangan ulang tentang penulisan konsep pada bahan ajar geografi yang dikembangkan. Kedua, melalui pakar DAFTAR PUSTAKA Angling G .I. Ed. 1991. Intructinal Tecnologi Colorado edisi terjemahan: TEP UM Malang. UM Press BSNP, 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Geografi SMA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dick, Walter dan Carey, Lou. 2001. The Sistemetic Design Of Instruction. Mionois: Scott, Foresman and Company. http://smilingagung.blogspot.co.id/2014/05/implentasi -4pilar-pendidikan-UNESCO.html diakses 27 nov 2016 Mbulu, J. 2002. Pengembangan Bahan Ajar. LTP FIP UM Malang: UM Press. Purwanto, Edy. 2004. Diktat Telaah Buku Teks Geografi”. Malang. UM Press Tidak diperdagangkan untuk kalangan sendiri Purwanto, Edy. 2009. Konsep Teks ”Materi Kuliah Telaah Teks Geografi” Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang, Malang, Kamis, 02 April s.d Juli 2009. Seels, B. B dan Richey, R. C. 1994. Instructional Technology: The Definition And Domain Of The Field. Washington DC: AECT bahasa (ahli dibidang bahasa) langkah ini bertujuan untuk menghilangkan salah tafsir, basa basi kalimat, kesalahan penulisan, kesalahan tanda baca. Ketiga ahli media ahli media harus berkolaborasi (sepaham) dengan ahli geografi hal ini bertujuan untuk memperjelas konsep dengan gambar, grafik, dan video. Keempat guru dan siswa sebagai pemakai dari bahan ajar, langkah ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar besar pengaruh yang ditimbulkan ketika menggunakan bahan ajar ini. D. RANGKUMAN Apabila pengembangan bahan ajar geografi memiliki kualitas yang baik maka kita telah menanamkan ide revolusioner yang cemerlang pada peserta didik dan akan terasa pada 20 tahun kemudian setelah mereka dewasa dan menjadi pemimpin. Setelah bahan ajar yang berkulitas terbaik ada, maka 35