4_SanggamSiahaan

advertisement
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
MODALITAS DAN EVIDENSIALITAS BAHASA BATAK TOBA
Sanggam Siahaan
ABSTRACT
This article is about a research on the knowledge of the native speakers of the
Batak-Toba language on the modality to express a proposition with the meaning
such as the degree of responsibility and on the evidentiality to express a proposition
with the meaning such as the fact of a source for a statement. The research problem
investigated deals with “How do the semantic rules govern the speakers of the
Batak-Toba language produce and interpret modality and evidentiality?” The
theoretical framework used in this research includes Siregar (2010), Kreidler (1998)
and Cruse (2000). The type of research applied in this study is a descriptive
qualitative design. The research findings are that the type of modality used in the
language are irealist, realist, aletic, deontic, and epistemic; while the type of
evidentiality are quotative, sensoric, repertoar and specific.
--------------Key words: modality, evidentiality, semantic rule
I. PENDAHULUAN
Semantik sebagai cabang linguistik bertugas mengkaji makna bahasa atau
makna yang disampaikan bahasa. Pengkajian bertujuan untuk menjelaskan
bagaimana kaidah-kaidah bahasa dituruti oleh para penuturnya untuk
menyampaikan berbagai makna dengan menggunakan bahasa tersebut. Secara
hipotetis dikatakan bahwa perilaku berbahasa terjadi tidak secara acak, namun
perilaku tersebut selalu mengacu pada seperangkat kaidah yang secara intuitif
dimiliki secara bersama oleh masing-masing penutur bahasa. Salah satu dari
sekian banyak perilaku tersebut yang diketengahkan dalam tulisan ini ialah
kompetensi modalitas dan evidensialitas bahasa. Modalitas berkenaan dengan
prilaku berbahasa untuk menyampaikan tingkat pengetahuan penutur tentang suatu
entitas, sedangkan evidensialitas berkaitan dengan perilaku berbahasa tentang
faktualitas, yaitu bukti sumber kebenaran proposisi yang diketahui oleh penutur.
Topik yang dibahas dalam tulisan ini dibatasi hanya pada modalitas dan
evidensialitas dalam bahasa Batak Toba. Sehubungan dengan topik tersebut
adapun masalah yang dikaji ialah, “Bagaimanakah kaidah semantik yang diketahui
oleh penutur bahasa Batak-Toba dalam prilaku modalitas dan evidensialitas?
Sesuai dengan rumusan masalah adapun tujuan penelitian yang dilakukan ialah
untuk mengetahui bagaimana kaidah semantik yang diketahui penutur bahasa
Batak Toba dalam prilaku modalitas dan evidensialitas. Temuan penelitian ini
dapat memberikan fungsi praktis dan teoritis. Secara praktis temuan dapat
membantu pengguna bahasa Batak-Toba dalam pengungkapan dan pemahaman
modalitas dan evidensialitas bahasa Batak-Toba. Sedangkan secara teoritis temuan
633
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
dapat meneguhkan hipotesis yang mengklaim bahwa perilaku bahasa terjadi tidak
secara acak, tetapi terjadi sesuai dengan perangkat kaidah yang diketahui oleh
penutur secara intuitif.
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Semantik
Semantik adalah cabang linguistik yang bertugas mengkaji makna.
Menurut Siregar (2010) semantik mempelajari makna bahasa atau semantik
mengkaji makna yang disampaikan melalui bahasa. Menurut Kreidler (1998)
semantik bertugas memerikan pengetahuan penutur sebuah bahasa
mengkomunikasikan fakta, perasaan, tujuan dan produk imajinasi kepada orang
lain. Menurut Cruse (2000) semantik mengkaji makna kata, berbagai aspek makna
yang berkaitan dengan produksi dan interprestasi kalimat, relasi bahasa alami dan
sistim logika formal yang dipandang sebagai proposisi. Dapat disimpulkan bahwa
semantik adalah cabang linguistik yang bertugas memerikan pengetahuan penutur
sebuah bahasa tentang makna bahasa atau makna seperti fakta, perasaan, tujuan,
produk imajinasi yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang secara
logis membentuk proposisi yang dapat difahami dalam kalimat.
2.1.Modalitas
Modalitas adalah daya ilokusi yang ditunjukkan dengan menggunakan
alat-alat gramatikal (yakni, modus), menyatakan (i) sifat ilokusi atau maksud
umum yang diberikan seorang penutur, atau (ii) tingkat tanggung jawab penutur
terhadap isi proposisi yang diucapkan, misalnya kadar keyakinan, kewajiban,
keinginan, maupun realitas, dan type yang paling umum ialah epistemik yaitu
menunjukkan tingkat pengetahuan dan deontik yaitu sikap terhadap kewajiban,
tanggung jawab, keizinan (Siregar, 2010). Selanjutnya dikatakan bahwa modalitas
dapat dibagi atas irealis, realis, aletik, deontik dan epistemik. Selanjutnya dibatasi
bahwa modalitas realis adalah type yang mengandung proposisi non aktual dan
non faktual; modalitas realis adalah type yang mengandung proposisi faktual;
modalitas aletik adalah type yang berhubungan dengan perkiraan kemungkinan
atau kepastian logis yang terkandung dalam proposisi; modalitas deontik adalah
type yang berhubungan dengan tingkat keharusan; dan modalitas epistemik ialah
type yang berhubungan dengan pengetahuan, kepastian, atau bukti yang
digambarkan penutur dalam proposisinya. Hal senada juga dikatakan oleh Cruse
(2000) bahwa modalitas ialah ungkapan yang dipakai penutur untuk
menyampaikan sikap tertentu pada proposisi yang diungkapkan atau situasi yang
digambarkan dengan menggunakan unsur leksikal seperti probably dalam kalimat
bahasa Inggris. Selanjutnya juga dikemukakan bahwa modalitas itu berfungsi
mengungkapkan tingkat harapan kebenaran sebuah proposisi dengan
menggunakan unsur leksikal seperti may, might, should, ought, can dan lain lain
dalam kalimat bahasa Inggris. Selanjutnya Kreidler (1998) mengemukakan bahwa
modalitas ialah perlunya kebenaran proposisi seperti apa yang benar dan tidak
634
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
benar, seharusnya dan tidak seharusnya, kewajiban atau kemungkinan, dalam
bahasa Inggris disampaikan lewat kata-kata benda seperti: duti, obligation,
probability, likehood ;atau kata sifat seperti necessary, possible, likely; atau kata
keterangan seperti oviously, probably, perhaps; atau kata kerja bantu modal
auxiliary seperti ought and may (Cf. Saeed, 1997).
2.2. Evidensialitas
Menurut Siregar (2010) evidensialitas berhubungan dengan faktualitas.
Pengertian faktualitas tidak berarti bahwa penutur mempunyai bukti atau fakta
tentang proposisi yang diucapkannya tetapi lebih berkaitan pada ”sumber
informasi” yang diketahui penutur tentang proposisi tersebut. Contoh: 1. Dia
sudah lulus S2.; 2. Saya tahu dia sudah lulus S2.;3. Saya lihat dia sudah lulus S2.;
4. Saya dengar dia sudah lulus S2.; 5. Saya rasa dia sudah lulus S2.; 6.Kayaknya
(sepertinya, agaknya, rupa-rupanya) dia sudah lulus S2.
III. METODE PENELITIAN
Tulisan ini berkaitan dengan kajian makna tuturan yang disampaikan
penutur dalam konteks interaksi komunikasi kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan
tujuan penelitian, yaitu untuk mengungkapkan perangkat kaidah yang berfungsi
mengatur penutur bahasa merangkai kata dalam tuturan untuk menyampaikan
makna modalitas dan evidensialitas. Sesuai dengan tujuan tersebut maka jenis
penelitian yang dilaksanakan ialah type penelitian kwalitatif deskriptif
sebagaimana dikemukakan Lincoln and Guba (1985). Subjek penelitian ialah
penutur bahasa Batak-Toba yang menggunakan bahasa Batak-Toba sebagai bahasa
ibu dalam kehidupan sehari-hari. Objek kajian ialah kompetensi semantik penutur
bahasa Batak-Toba pada perangkat kaidah modus grammatika yang dipakai
penutur untuk mengungkapkan proposisi berbagai type modalitas yang
menggambarkan tentang suatu entitas, dan berbagai type evidensialitas yang
menggambarkan tentang faktualitas bukti sumber kebenaran proposisi yang
diketahui oleh penutur. Instrumen yang dipakai untuk menjaring data ialah dengan
mengutamakan teknik merekam dan mencatat data modalitas dan evidensialitas
dalam partisipasi percakapan alami diantara penutur bahasa Batak Toba sesuai
Spraedly (1980). Data dianalisis dengan teknik model interaktif yang
dikemukakan oleh Miles and Huberman (1984) yang terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Reduksi data; 2. Pajanan data; dan 3. Menarik kesimpulan / verivikasi.
IV. ANALISIS DATA
2.1. Modalitas
Type-type modalitas yang dipakai dalam bahasa Batak Toba untuk
menyatakan maksud umum yang diberikan seorang penutur atau tingkat tanggung
jawab penutur terhadap isi proposisi yang diucapkan antara lain: modalitas irealis,
635
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
modalitas realis, modalitas aletik, modalitas deontik, modalitas epistemik. Masing
masing pemakaian type modalitas tersebut adalah berikut ini.
2.1.1. Modalitas Irealis
Bahasa Batak-Toba mempunyai dua jenis modalitas irealis, yaitu
modalitas irealis nonaktual dan nonfaktual.
2.1.1.1. Modalitas Irealis Nonaktual
Modalitas irealis nonaktual dalam bahasa Batak-Toba dapat bersifat
epistemik dan deontik.
a. Epistemik
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kata benda abstrak
dengan kata sifat serta partikel-partikel do, do da, da...do, dan da...do da untuk
mengungkapkan type modalitas irealis nonaktual yang bersifat epistemik.
Contoh:
1. Ginjang rohana. ‘Tinggi hatinya.’
2. Ginjang do rohana. ‘Tinggi nya hatinya.’
3. Ginjang do da rohana. ‘Tinggi nya kan hatinya.’
4. Da ginjang do rohana. ‘Kan tinggi nya hatinya.’
5. Da ginjang do da rohana. ‘Kan tinggi nya ya hatinya.’
b. Deontik
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus ingkon + verba + do nian; atau
Nian ingkon +verba + do; atau ingkon + verba + do...nian; atau verba + hian do
nian untuk mengungkapkan type modalitas irealis nonaktual yang bersifat deontik.
Contoh:
1. Ingkon ro do nian ibana natori. ‘Seharusnya dia datang kemaren.’
2. Nian ingkon ro do ibana natori. ‘Seharusnya dia datang kemaren.’
3. Ingkon ro do ibana natori nian. ‘Seharusnya dia datang kemaren.’
4. Ro hian do nian ibana nantoari. ‘Sebaiknya dia datang kemaren.’
2.1.1.2. Modalitas Irealis Nonfaktual
Modalitas irealis nonfaktual dalam bahasa Batak-Toba dapat bersifat
epistemik dan deontik.
a. Epistemik
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kata benda abstrak dengan
deiksis serta kata sifat untuk mengungkapkan type modalitas irealis nonfaktual
yang bersifat epistemik.
Contoh:
1. Pamarsakku rohana. ’Hatinya terlalu sussah.’
2. Marsak hian rohana. ’Hatinya susah sekali.’
3. Marsak situtu rohana ’Hatinya susah betul.’
4. Namarsakan rohana ’Hatinya sungguh susah.’
b. Deontik
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kata benda abstrak dengan
deiksis serta kata sifat atau kata sifat yang mengalami verbalisasi yang didahului
636
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
olehkata unang untuk mengungkapkan type modalitas irealis nonfaktual yang
bersifat epistemik.
Contoh:
1. Unang pamarsakku rohana. ’Jangan hatinya jangan terlalu sussah.’
2. Unang marsak hian rohana. ’Jangan hatinya susah sekali.’
3. Unang marsak situtu rohana ’Jangan hatinya susah betul.’
4. Unang dipamarsak rohana ’Jangan hatinya disusahkan.’
2.1.2. Modalitas Realis
Modalitas realis dalam bahasa Batak-Toba dapat bersifat epistemik dan
deontik.
2.1.2.1. Epistemik
a. Indikatif
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus pasti, pasti do, nga pasti, olo do,
olo do ra didepan kalimat untuk mengungkapkan type modalitas realis yang
bersifat epistemik indikatif.
Contoh:
1. Di jabu manjaha surat kabar Bapa. ’Bapak membaca surat kabar di
rumah.’
2. Pasti di jabu manjaha surat kabar Bapa. ’Bapak pasti membaca surat
kabar di rumah.’
3. Pasti do di jabu manjaha surat kabar Bapa. ’Bapak pastinya membaca
surat kabar di rumah.’
4. Nga pasti jabu manjaha surat kabar Bapa. ’Bapak sudah pasti membaca
surat kabar di rumah.’
5. Olo do di jabu manjaha surat kabar Bapa. ’Bapak kemungkinan membaca
surat kabar di rumah.’
6. Olo do ra di jabu manjaha surat kabar Bapa. ’Bapak barangkali membaca
surat kabar di rumah.’
b. Keharusan
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kata kerja dengan kata
keterangan atau tanpa kata keterangan untuk menyampaikan type modalitas realis
yang bersifat epistemik keharusan.
Contoh:
1. Ujian ho sogot, Ingkon ujian ho sogot. ’Anda ujian besok, Anda harus
ujian besok.’
2. Allang ubat mu saonnari, Ingkon allang ubat mu saonnari. ’Anda makan
obat sekarang, Anda harus makan obat sekarang.’
3. Mulak ho saonnari, Ingkon mulak ho saonnari. ’Kamu pulang sekarang,
Kamu harus pulang sekarang.’
4. Bayar hamu on, Ingkon bayar hamu on. ‘Kamu bayar ini, Kamu harus
membayar ini.’
5. Ro ho, Ingkon ro ho. ’Kamu datang, Kamu harus datang.’
637
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
c. Keinginan
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus partikel ma dengan kata kerja
atau kata sifat dengan kata keterangan atau tanpa kata keterangan untuk
menyampaikan type modalitas realis epistemik yang bersifat keinginan.
Contoh:
1. Jam dua pas mangan ma hita, Asa jam dua pas mangan hita. ’Kita makan
jam dua pas, Supaya kita makan jam dua pas.’
2. Haduan hasea ma ho, Asa hasea ho haduan. ‘Kamu berhasil nanti, Agar
kamu berhasil nanti.’
3. Sai denggan ma sikkola mon, Asa denggan sikkola mon. ’Sekolahmu
berhasil nanti, Agar sekolahmu berhasil nanti.’
d. Tanggungjawab
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus awalan -na di depan kata kerja
intransitif atau transitif dengan kata keterangan untuk menyampaikan type
modalitas realis epistemik yang bersifat tanggungjawab.
Contoh:
1. Namangalompa sogot grup tolu, Tanggungjawab ni grup tolu mangalompa
sogot. ‘Grup tiga memasak besok, Tanggungjawab grup tiga memasak
besok.’
2. Nabelanja ari rabo ho, Tanggungjawabmu belanja ari Rabo. ’ Kamu
belaja hari Rabu, Tanggungjawabmu belanja hari Rabu.’
3. Namangkatai saonnari ho, Tanggungjawabmu mangkatai saonnari.
‘Kamu berbicara sekarang, Tanggungjawabmu berbicara sekarang.’
4. Namamboan tingkar bodari ibana, Tanggungjawab ni ibana mamboan
tikkar bodari. ’Dia membawa tikar nanti malam, Tanggungjawab dia
membawa tikar nanti malam.’
2.1.2.2. Deontik
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus ingkon, intor, antar, sai
di depan kalimat atau akhiran –i dengan verba dari sebuah kalimat untuk
mengungkapkan type modalitas realis yang bersifat deontik.
Contoh:
1. Jaha surat kabar, asa diboto ho barita.’ Baca surat kabar agar kamu tau
berita.’
2. Ingkon jaha surat kabar, asa diboto ho barita.’ Harus baca surat kabar
agar kamu tau berita.’
3. Intor jaha surat kabar, asa diboto ho barita.’ Langsung baca surat kabar
agar kamu tau berita.’
4. Antar jaha surat kabar, asa diboto ho barita.’ Coba baca surat kabar agar
kamu tau berita.’
5. Sai jaha surat kabar, asa diboto ho barita.’ Selalu baca surat kabar agar
kamu tau berita.’
6. Jahai surat kabar, asa diboto ho barita.’ Bacailah surat kabar agar kamu
tau berita.’
638
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
2.1.3. Modalitas Aletik
Modalitas realis dalam bahasa Batak-Toba dapat bersifat epistemik dan
deontik.
a. Epistemik
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kata verba intrasitif atau transitif
dan kata sifat dalam mengungkapkan type modalitas aletik yang bersifat epistemik
dalam mengambarkan proposisi yang mengandung makna tentang perkiraan
kemungkinan atau kepastian logis.
(1). Perkiraan Kemungkinan
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus keterangan dan kata kata seperti
pasti, biasana, hira-hira, olo dan dang di depan kalimat untuk mengungkapkan
perkiraan kemungkinan.
Contoh:
1. Buha-buha ijuk dope on, pasti ndang adong dope jolma di si. ’Masih pagi
buta, pasti belum ada orang di situ.’
2. Buha-buha ijuk dope on, biasana ndang adong dope jolma di si. ’Masih
pagi buta, biasanya belum ada orang di situ.’
3. Buha-buha ijuk dope on, hira-hira ndang adong dope jolma di si. ’Masih
pagi buta, kemungkinan belum ada orang di situ.’
4. Buha-buha ijuk dope on, olo ndang adong dope jolma di si. ’Masih pagi
buta, bisa jadi belum ada orang di situ.’
5. Buha-buha ijuk dope on, ra ndang adong dope jolma di si. ’Masih pagi
buta, barang kali belum ada orang di situ.’
(2). Kepastian Logis
(a). Sebab Akibat dengan Verba
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus verba yang didahului kata
nungga di depan kalimat untuk mengungkapkan kepastian logis sebab akibat.
Contoh:
1. Nungga mangan ibana; gabe butong ibana. ’Dia sudah makan; Dia jadi
kenyang.’
2. Nungga maridi ibana; gabe ias ibana. ’Dia sudah mandi; Dia sudah
bersih.’
3. Nungga mate ibana; gabe ndang adong be ibana. ‘Dia sudah mati; Dia
tidak ada lagi.’
(b). Sebab Akibat dengan Kata Sifat
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kata sifat di depan kalimat untuk
mengungkapkan kepastian logis sebab akibat.
Contoh:
1. Talu ibana ujian pegawai negeri; gabe dang pegawai negeri ibana. ‘Dia
kalah ujian pegawai negeri; dia tidak pegawai negeri.
2. Tata mangga i; Asom mangga i. ’Mangga itu mengkal; Mangga itu asam.’
639
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
2.1.4. Modalitas Deontik
Bahasa Batak-Toba mempunyai mempunyai beberapa type modalitas
deontik yang mengungkapkan tingkatan keharusan, keinginan, keijinan, dan
tanggungjawab yang disampaikan oleh penutur.
2.1.4.1. Tingkat Keharusan
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kalimat perintah dengan
kata kata spesifik seperti dang boi dang, ingkon, ingkon do da, do da, da untuk
menyampaikan proposisi yang menunjukkan tingkat keharusan.
Contoh:
1. Dang boi dang Ujian sogot. ’Tidak bisa tidak ujian besok.’
2. Ingkon ujian sogot. ’Harus ujian besok.
3. Ingkon do da Ujian sogot.’Harus ujiannya besok.’
4. Ujian do da sogot.’Ujiannya besok.’
5. Ujian da sogo. ’Ujian besok ya.’
6. Ujian sogot.’Ujian besok.’
2.1.4.2. Tingkat Keinginan
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kalimat berita dengan
kata kata gabe, asa gabe, sae gabe boi ma nian gabe, anggiat boi untuk
menyampaikan proposisi yang menunjukkan tingkat keinginan.
Contoh:
1. Gabe sarjana ho muse. ’Supaya kamu jadi sarjana nanti.’
2. Asa gabe sarjana ho muse. ‘Supaya kamu jadi sarjana nati.’
3. Sae gabe sarjana ho muse. ‘Supaya kamu pasti jadi sarjana nanti.’
4. Boi ma nian gabe sarjana ho muse.’Kiranya kamu bisa jadi sarjana.’
5. Anggiat boi ho sarjana muse.’Moga-moga kamu bisa jadi sarjana.’
2.1.4.3. Tingkat Keijinan
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kalimat perintah dengan
kata kata spesifik seperti do, boi do, boi do...da, boi do diloas untuk
menyampaikan proposisi yang menunjukkan tingkat keijinan.
Contoh:
1. Mulak ho sogot.’Kamu pulang besok.’
2. Mulak do ho sogot da. ‘Kamu dapat pulang besok.
3. Boi do ho mulak sogot. ‘Kamu diijinkan pulang besok.’
4. Boi do ho mulak sogot da. ‘Kamu diijinkannya pulang besok ya.’
5. Boi do diloas ho mulak sogot. ‘kamu dapat diberi ijin besok.’
2.1.4.4. Tingkat Tanggungjawab
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kalimat perintah dengan
kata kata spesifik seperti Ingkon, tanggungjawabmu, bertanggungjawab,
bertanggungjawab penuh untuk menyampaikan proposisi yang menunjukkan
tingkat tanggungjawab.
Contoh:
640
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
1. Pasingkolahon anakmu. ’Sekolahkan anakmu.’
2. Ingkon pasingkolahon anakmu. ’Harus sekolahkan anakmu.’
3. Tanggungjawabmu pasingkolahon anakmu.’Tanggungjawabmu menyekolahkan anakmu.’
4. Bertanggungjawab pasingkolahon anakmu. ’Bertanggungjawab menyekolahkan anakmu.’
5. Bertanggungjawab penuh pasingkolahon anakmu. ’Bertanggungjawab
penuh menyekolahkan anakmu.’
2.1.5. Modalitas epistemik
Penutur bahasa Batak Toba mempunyai beberapa type modalitas
epistemik untuk mengungkapkan tingkat pengetahuan, kepastian, atau bukti yang
digambarkan penutur.
2.1.5.1. Tingkat Pengetahuan
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kalimat berita dengan
kata kata spesifik seperti pasti, do, do i, huhilala untuk menyampaikan proposisi
yang menunjukkan tingkat pengetahuan.
Contoh.
1. Di jabu ibana. ‘Dia di rumah.’
2. Pasti di jabu ibana. ‘Pasti dia di rumah.’
3. Di jabu do ibana. ‘Dia di rumah.’
4. Di jabu do i ibana. ‘Dia di rumah.’
5. Huhilala di jabu ibana. ‘Saya rasa dia di rumah.’
2.1.5.2. Tingkat Kepastian
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kalimat berita dengan
kata kata spesifik seperti pasti, pasti do, ra, do ra untuk menyampaikan proposisi
yang menunjukkan tingkat kepastian.
Contoh.
1. Adong ijasah S1 na. ‘Ada ijasah S1nya.
2. Pasti adong ijasah S1 na. ‘Pasti ada ijasah S1nya.
3. Pati do adong ijasah S1 na. ‘Ada ijasah S1nya.
4. Adong ra ijasah S1 na. ‘Mungkin ada ijasah S1nya.
5. Adong do ra ijasah S1 na. ‘Barang kali ada ijasah S1nya.
2.1.5.3. Bukti
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kalimat berita dengan
kata kata spesifik seperti adong, adong do nai, adong do kan, pasti do adong,
huida adong pada klausa yang bertugas memerikan bukti untuk menyampaikan
proposisi yang menunjukkan tingkat pengetahuan.
Contoh.
1. Sarjana do ibana, Adong do ijasah S1 na.’Dia sarjana, Ada ijasah S1 nya.’
2. Sarjana do ibana, Adong do nai ijasah S1 na.’Dia sarjana, Ada ijasah S1
nya.’
641
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
3. Sarjana do ibana, Adong do kan ijasah S1 na.’Dia sarjana, Adanya kan
ijasah S1 nya.’
4. Sarjana do ibana, Pasti do adong ijasah S1 na.’Dia sarjana, Pastinya ada
ijasah S1 nya.’
5. Sarjana do ibana, Huida adong do ijasah S1 na.’Dia sarjana, Saya lihat ada
ijasah S1 nya.’
2.2. Evidensialitas
Bahasa Batak-Toba mengenal empat type evidensialitas umum, yaitu
evidensial quotatif, sensoris, repertoar dan khusus untuk menggambarkan
proposisi yang mengandung penilaian/taksiran penutur mengenai bukti untuk
mendukung ucapannya.
2.2.1. Evidensial Quotatif
Penutur bahasa Batak-Toba menggunakan modus awalan pa-, ma-,mang-,
dan man-dengan kata kerja untuk membentuk evidensial quotatif dalam
menunjukkan proposisi bahwa subjek klausa induk merupakan sumber pernyataan
yang diucapkan.
Contoh:
1. Au paboahon adong di tombak an ursa. ’Saya memberitahukan, rusa ada
di hutan sana.’
2. Hami mamareksa nungga halong be pollak muna i. ’Kami memeriksa
kebun kalian sudah semak belukar.’
3. Ho mangendehon anangkon mi do hamooraon di ho. ’Kau menyanyikan
anakmu adalah kekayaanmu.’
4. Hamu mandok mangula hamu sadarion. ’Kalian mengatakan kalian kerja
hari ini.’
5. Tulang mandok marpesta do hita bulan sada taon naro. ’Paman
mengatakan kita
mengadakan pesta bula satu tahun depan.’
2.2.2. Evidensial Sensoris
Bahasa Batak-Toba mengenal tiga type evidensialitas sensoris, yaitu
evidensial visual, nonvisual dan auditoris untuk menunjukkan bahwa bukti
kebenaran ucapan penutur berasal dari pengalaman inderawi sendiri.
2.2.2.1. Evidensial Visual
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus promina hu diikuti
verba, awalan di- dan tar- di depan verba untuk membentuk evidensi visual untuk
mengungkapkan proposisi yang mengandung pengalaman indrawi yang dapat
dapat diacu sebagai referensi bukti kebenaran proposisi tersebut.
Contoh:
1. Huida adong pidong habang di san. ’Saya lihat ada burung terbang di
sana.’
2. Hutonton nantoari ursa mangankati di ladang ta i. ’Saya menonton rusa
meloncat locat di ladang kita kemaren.’
642
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
3. Dibereng ibana adong bawa masuk tu jabuna. ‘Dia melihat ada laki-laki
masuk ke rumahnya.’
4. Ditilik tulang mardalan panangko i sian pudi ni jabunta. ’Paman mengintip
pencuri itu berjalan di belakang rumah kita.’
5. Tarbereng ibana maringkati ho tu onan. ’Dia melihat kamu berlari ke
pajak.’
2.2.2.2. Evidensial Nonvisual.
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus skemata sebab akibat
tentang sesuatu yang dapat diterima oleh akal sehat, yang diacu sebagai referensi
bukti kebenaran sebuah proposisi yang disampaikan penutur. Modus grammatika
yang umum dipakai untuk mengungkapkan evidensi novisual tersebut adalah kata
molo dikuti dengan kata sifat atau dengan verba pada kalausa pertama dan katakata na ma pada klausa berikutna.
Contoh:
1. Molo ngali borngin, ari logo na ma.’Kalau cuaca dingin pada malam hari,
berarti musim kering akan tiba.’
2. Molo marbirong ombun na di langit i, ro udan na ma.’Kalau awan yang
dilangit sudah hitan, berarti hujan akan turun.’
3. Molo hipas pamatang, pikiran sehat na ma. ’Kalau tubuh kita sehat,
pikiran juga akan sehat.’
4. Molo ringgas do ho marsiajar, ho malo na ma.’Kalau kau rajin belajar,
kamu akan pandai.’
5. Molo mangan ho, ho butong na ma. ‘Kalau kamu makan, maka kamu akan
kenyang.
2.2.2.3. Evidensial Auditoris
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kata promina ditambah
dengan verba atau awalan di- atau tar- di depan verba yang diikuti oleh promina
membentuk evidensialitas auditoris sebagai referensi bukti kebenaran sebuah
proposisi.
Contoh:
1. Dibege hita do didok ibana tulangna do namanuhor haumanasida i nataon
i. ‘Kita
mendengar dia mengatakan pamannya yang telah membeli
sawah mereka itu tahun yang lalu.’
2. Dibege ho do didok ibana tulangna do namanuhor haumanasida i nataon i.
‘Kamu
mendengar dia mengatakan pamannya yang telah membeli
sawah mereka itu tahun yang lalu.
3. Tarbege hamu do didok ibana tulangna do namanuhor haumanasida i
nataon i. ‘Kalian mendengar dia mengatakan pamannya yang telah
membeli sawah mereka itu tahun yang lalu.
643
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
2.2.3. Evidensialitas Repertoar
Dalam bahasa Batak-Toba type evidensialitas ini juga diartikan sebagai
“repertoar peralatan bahasa untuk menyatakan bermacam-ragam sikap terhadap
pengetahuan”. Dengan demikian, seperti yang disebutkan sebelumnya
evidensialitas dianggap sebagai bagian modalitas epistemik. Sebagai contoh
diberikan beberapa kalimat bahasa Inggris berikut untuk dibandingkan:
Contoh:
1. Ninna ramalan cuaca, Ro udan. ‘Hujan turun.’
2. Ninna ramalan cuaca, Ro do ra udan . ‘Hujan kemungkinan akan turun.’
3. Ninna ramalan cuaca, Olo do ra ro udan. ‘Barangkali hujan akan turun.’
4. Ninna ramalan cuaca, Pasti do ro udan. ’Hujan pasti turun.’
5. Ninna ramalan cuaca Hira-hira, sai hira naeng, hira-hira nanaeng, naeng
hira ro udan.
6. Ninna ramalan cuaca, Songon na ro udan.
7. Ninna ramalan cuaca, Nga ro on udan.
8. Ninna ramalan cuaca, On ma tutu ro udan.
2.2.4. Evidensialitas Khusus
Bahasa Batak-Toba mempunyai enam type evidensialitas khusus. Keenam
type tersebut antara lain tingkat keterandalan (degree of reliability), tingkat
keyakinan (belief), tigkat kesimpulan (inference), kabar orang, harapan umum dan
tingkat keterandalan (degree of reliability).
2.2.4.1. Tingkat Keterandalan (Degree of Reliability)
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kata pasti do diikuti oleh
verba, ingkon atau na atau huhilala + verba + do, dan do yang mengikuti verba
untuk menggambarkan proposisi yang menyampaikan tingkat keterandalan.
Contoh:
1. Ito mandok, Pasti do ro inong sogot. ‘Kakak mengatakan, Mamak pasti
datang besok.’
2. Ito mandok, Ingkon ro do inong sogot. ‘Kakak mengatakan, Mamak harus
datang besok.’
3. Ito mandok, Na ro do inong sogot. ‘Kakak mengatakan, Mamak datang
besok.’
4. Ito mandok, Huhilala ro do inong sogot. ‘Kakak mengatakan, Aku merasa
mamak datang besok.’
5. Ito mandok, Ro do inong sogot. ‘Kakak mengatakan, Mamak datang
besok.’
2.2.4.2. Tingkat Keyakinan (Belief)
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kata verba bermakna
leksikal keyakinan seperti percaya ditambah dengan akhiran –an, konfliks um-an,
atau kata verba yang bermakna keyakinan tersebut didahului oleh kata lobi atau
diikuti kata hian untuk menggambarkan proposisi yang menyampaikan tingkat
keyakinan.
644
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
Contoh:
1. Ibana mandok, Porsea do ahu tu ho. ‘Dia mengatakan, Saya percaya
kepada kamu.’
2. Ibana mandok, Porseaan do ahu tu ho. ‘Dia mengatakan, Saya lebih
percaya kepada kamu.’
3. Ibana mandok, Umporseaan do ahu tu ho.’ Dia mengatakan, Saya lebih
percaya kepada kamu.’
4. Ibana mandok, Lobi porsea do ahu tu ho.’ Dia mengatakan, Saya lebih
percaya kepada kamu.’
5. Ibana mandok, Porsea hian do ahu tu ho.’ Dia mengatakan, Saya percaya
sekali kepada kamu.’
2.2.4.3. Tingkat Kesimpulan (Inference)
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kata-kata hian, nungga,
antar dan lain-lain untuk menggambarkan proposisi yang menyampaikan tingkat
keyakinan.
Contoh:
1. Ibana mandok, Male hian au. Gale hian ibana. ’Dia berkata, aku lapar
sekali. Dia lemas sekali.’
2. Ibana mandok, Nungga male au. Nungga gale au. ‘Dia berkata, aku sudah
lapar. Dia sudah lapar.’
3. Ibana mandok, Male au. Gale ibana. ’Dia berkata, aku lapar. Dia lemas.’
4. Ibana mandok, Antar male au. Antar gale ibana. ’Dia berkata, aku agak
lapar. Dia agak lemas.’
2.2.4.4. Kabar Orang/Angin, Desas-Desus (Hearsay)
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus klausa pelapor seperti
Didok angka jolma, Angka hata mandok, Piga-piga mangakku dan lain lain yang
diikuti oleh klausa yang dilaporkan untuk menggambarkan proposisi yang
menyampaikan tingkat keyakinan.
Contoh:
1. Didok angka jolma, Denggan do pestata i. ‘Banyak orang mengatakan,
Pesta kita itu baik.’
2. Angka hata mandok, Denggan do pestata i.’Banyak kata mengatakan,
Pesta kita itu baik.’
3. Piga-piga mangakku, Denggan do pestata i. ’Beberapa mengatakan, Pesta
kita itu baik.’
4. Rame do paboahon, Denggan do pestata i.’Ramai orang memberitahukan,
Pesta lita itu baik.’
5. Godang jolma mandok, Denggan do pestata i.’Banyak orang mengatakan,
Pesta kita itu baik.’
2.2.4.5. Harapan Umum (General Expectation)
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan kata kerja mangido,
managiangkon, mangarop, maminta, paimahon dan lain-lain pada klausa pertama
645
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
dan kata asa pada klausa berikutnya untuk mengungkapkan proposisi yang
menggamarkan harapan umum.
Contoh:
1. Ndang adong naso mangido, Asa denggan ma antong negaranta on. ’Tidak
ada yang tidak menggharafkan, Negara kita kiranya baik.’
2. Sude do hita manangiangkon, Asa denggan ma antong negaranta on.
’Semua kita berdoa, Negara kita kiranya baik.’
3. Saluhut hita mangarop, Asa denggan ma antong negaranta on. ’Seluruhnya
kita mengharapkan, Negara kita kiranya baik.’
4. Sude hita bangsonta maminta, Asa denggan ma antong negaranta on.
’Semua bangsa kita meminta, Negara kita kiranya baik.’
5. Bangsonta paimahon, Asa denggan ma antong negaranta on. ’Bangsa kita
menunggu, Negara kita kiranya baik.’
2.2.4.6. Tingkat Keterandalan (Degree of Reliability)
Dalam bahasa Inggris pemarkah yang termasuk kedalam jenis ini terdiri
dari:
Bahasa Batak Toba mengenal tiga type tingkat keterandalan. Masing masing type
tersebut antara lain ialah kata modalitas, adverbial, dan bentuk berpagar untuk
mengungkapkan proposisi yang menyatakan tingkat keterandalan.
2.2.4.6.1. Kata Modalitas
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus kata kerja yang diikuti
oleh do atau do ra, dan kata kerja yang didahului ra olo do dan diikuti ra, didahului
sai boi ma dan sai anggiat ma untuk menyatakan proposisi evidensialitas tingkat
keterandalan type kata modalitas.
Contoh:
1. Didok ito, ro do ibana sogot. ‘Kakak mengatakan, Dia mungkin datang
besok.’
2. Didok ito, ro do ra ibana sogot. ‘Kakak mengatakan, Dia mungkin datang
besok.’
3. Didok ito, ra ro ibana sogot. ‘Kakak mengatakan, Dia mungkin datang
besok.’
4. Didok ito, olo do ro ra ibana sogot. ‘Kakak mengatakan, Dia mungkin
datang besok.’
5. Didok ito, sai boi ma ro ibana sogot. ‘Kakak mengatakan, Dia mungkin
datang besok.’
6. Didok ito, sai anggiat ma ro ibana sogot. ‘Kakak mengatakan, Dia
mungkin datang besok.’
2.2.4.6.2. Adverbia
Penutur bahasa Batak-Toba menggunakan modus adverbia naeng olo do
ra, naeng olo do ra, naeng tutu do, naeng tutu do, naeng tutu do untuk membatasi
verba atau kalimat dalam mengungkapkan evidensialitas yang mempunyai
proposisi yang menggambarkan tingkat keterandalan.
646
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
Contoh:
1. Didok ito, naeng olo do ra ro ibana sogot. ‘Kakak mengatakan,
mungkin datang besok.’
2. Didok ito, naeng anggiat ma ra ro ibana sogot. ‘Kakak mengatakan,
mungkin datang besok.’
3. Didok ito, naeng tutu do ro ibana sogot. ‘Kakak mengatakan,
mungkin datang besok.’
4. Didok ito, naeng tutu do ra ro ibana sogot. ‘Kakak mengatakan,
mungkin datang besok.’
5. Didok ito, naeng sae tutu do ro ibana sogot. ‘Kakak mengatakan,
mungkin datang besok.’
Dia
Dia
Dia
Dia
Dia
2.2.4.6.3. Bentuk berpagar (Hedges)
Bahasa Batak Toba mempunyai beberapa type evidensialitas berbentuk
berpagar untuk mengambarkan proposisi yang mengandung makna tingkat
keterandalan.
a. Non-prototipikalitas:
Penutur bahasa Batak toba menggunakan modus hira, passera, songon, dang
songon, suman tu diikuti oleh kata benda untuk mengungkapkan proposisi yang
mengambarkan bukan benda sebenarnya.
Contoh:
1. Inna ibana, hira bukku ate. ‘Dia mengatakan, Seperti buku ya.’
2. Inna ibana, passera bukku ate. ‘Dia mengatakan, Seperti buku ya.’
3. Inna ibana, songon bukku ate. ‘Dia mengatakan, Seperti buku ya.’
4. Inna ibana, dang songon bukku ate. ‘Dia mengatakan, Seperti buku ya.’
5. Inna ibana, suman tu bukku ate. ‘Dia mengatakan, Seperti buku ya.’
b. Approksimasi:
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus antar, olo do, boi do, sahat do,
olo do boi sahat untuk menungkapkan proposisi yang menggambarkan perkiraan.
Contoh:
1. Ramalan cuaca paboahon, godang ni udan i antar tolu inci. ‘Ramalan
cuaca mengatakan, curah hujan kira-kira tiga inci.
2. Ramalan cuaca paboahon, godang ni udan i olo do tolu inci. ‘Ramalan
cuaca mengatakan, curah hujan kira-kira tiga inci.
3. Ramalan cuaca paboahon, godang ni udan i boi do tolu inci. ‘Ramalan
cuaca mengatakan, curah hujan kira-kira tiga inci.
4. Ramalan cuaca paboahon, godang ni udan i sahat do tolu inci. ‘Ramalan
cuaca mengatakan, curah hujan kira-kira tiga inci.
5. Ramalan cuaca paboahon, godang ni udan i olo do boi sahat tolu inci.
‘Ramalan cuaca mengatakan, curah hujan kira-kira tiga inci.
c. Keyakinan (Belief)
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus verba kognisi dengan awalan
hu- seperti huhilala, hupikkir, hurasa, hualat dan hubereng untuk menungkapkan
proposisi yang menggambarkan keyakinan.
647
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
Contoh:
1. Ninna ibana, Huhilala ro do udan on. ‘Dia mengatakan, Saya rasa hujan
akan turun.’
2. Ninna ibana, Hupikkir ro do udan on. ‘Dia mengatakan, Saya pikir hujan
akan turun.’
3. Ninna ibana, Hurasa ro do udan on. ‘Dia mengatakan, Saya rasa hujan
akan turun.’
4. Ninna ibana, Hualat ro do udan on. ‘Dia mengatakan, Saya rasa hujan
akan turun.’
5. Ninna ibana, Hubereng ro do udan on. ‘Dia mengatakan, Saya lihat hujan
akan turun.’
d. Kesimpulan (inference)
Penutur bahasa Batak Toba menggunakan modus modalitas seperti awalan ma- di
depan kata sifat ditambah dengan kata sude untuk menungkapkan proposisi yang
menggambarkan kesimpulan.
Contoh:
1. Ninna ibana, Matonu ho sude, pasti na ro do udan.’Dia berkata, kamu
basah kuyup, hujan pasti turun lebat.’
2. Ninna ibana, Matonu ho sude, ingkon na ro do udan.’Dia berkata, kamu
basah kuyup, hujan pasti turun lebat.’
e. Adverbia
Penutur bahasa Batak-Toba menggunakan modus adverbia seperti tanggkas,
torang, sintong, tutu, dan toho untuk mengungkapkan proposisi yang
menggambarkan tingkat keterandalan.
Contoh:
1. Ninna ibana, nian tanggkas ro udan; ro udan nian tangkas. ’Dia berkata,
itu jelas turun hujan; Jelas itu turun hujan.’
2. Ninna ibana, nian torang ro udan; ro udan nian torang. ’Dia berkata, itu
terang turun hujan; Terang itu turun hujan.’
3. Ninna ibana, nian sintong ro udan; ro udan nian sintong. ’Dia berkata, itu
benar turun hujan; Benar itu turun hujan.’
4. Ninna ibana, nian tutu ro udan; ro udan nian tutu. ’Dia berkata, itu benar
turun hujan; Benar itu turun hujan.’
5. Ninna ibana, nian toho ro udan; ro udan nian toho. ’Dia berkata, itu betul
turun hujan; betul itu turun hujan.’
f. Adjektiva: It’s obvious / evident / apparent that it’s raining.
Penutur bahasa Batak-Toba menggunakan modus adjektiva seperti tutudo Penutur
bahasa Batak-Toba menggunakan modus adverbia seperti tutu do nai na atau
sintong do nai na atau toho do nai na atau torang do nai na atau tingkos do nai na
diikuti dengan kata verba atau kata adjektiva dan diikuti oleh do untuk
mengungkapkan proposisi yang menggambarkan tingkat keterandalan.
648
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
Contoh:
1. Ninna ibana, Tutu do nai na ro do udan. ‘Dia berkata, Ini benar bahwa
hujan turun.’
2. Ninna ibana, Sintong do nai na ro do udan. ‘Dia berkata, Ini benar bahwa
hujan turun.’
3. Ninna ibana, Toho do nai na ro do udan. ‘Dia berkata, Ini benar bahwa
hujan turun.’
4. Ninna ibana, Torang do nai na ro do udan. ‘Dia berkata, Ini benar bahwa
hujan turun.’
5. Ninna ibana, Tingkos do nai na ro do udan. ‘Dia berkata, Ini benar bahwa
hujan turun.’
g. Bukti Sensoris
Penutur bahasa Batak-Toba menggunakan modus boi do diikuti kata kata verba
seperti hubege, hubereng, huhilala, huanggo, hurasa dan lain-lain untuk
mengungkapkan proposisi yang menggambarkan tingkat keterandalan bukti
sessoris.
Contoh:
1. Ninna ibana, Boi do hubege ro udan.’Dia berkata, Saya dapat mendengar
hujan turun.’
2. Ninna ibana, Boi do hubereng ro udan.’Dia berkata, Saya dapat melihat
hujan turun.’
3. Ninna ibana, Boi do huhilala ro udan.’Dia berkata, Saya dapat merasa
hujan turun.’
4. Ninna ibana, Boi do huanggo ro udan.’Dia berkata, Saya dapat mencium
hujan turun.’
5. Ninna ibana, Boi do hurasa ro udan.’Dia berkata, Saya dapat merasa
hujan turun.’
h. Harapan Umum (General Expectation)
Penutur bahasa Batak-Toba menggunakan modus tutu do atau tingkos do atau
satutuna do atau satingkosna do atau sasungguna do diikuti dengan verba untuk
mengungkapkan proposisi yang menggambarkan tingkat keterandalan harapan
umum.
Contoh:
1. Ninna halak, Tutu do ro udan.’Orang berkata, Benar hujan turun.’
2. Ninna halak, Tingkos do ro udan.’Orang berkata, Betul hujan turun.’
3. Ninna halak, Satutuna do ro udan.’Orang berkata, Sebenarnya hujan
turun.’
4. Ninna halak, Satingkosna do ro udan.’Orang berkata, Sebenarnya hujan
turun.’
5. Ninna halak, Sasungguna do ro udan.’Orang berkata, Sesungguhnya hujan
turun.’
649
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
2.3. Temuan Penelitian
Sesuai analisis adata yang dilakukan, adapun temuan penelitian ini dapat
disarikan sebagai berikut:
1. Type-type modalitas dalam bahasa Batak Toba untuk mengungkapkan
proposisi yang menggambarkan maksud umum atau tingkat tanggung
jawabtuturan antara lain: modalitas irealis, modalitas realis, modalitas aletik,
modalitas deontik, modalitas epistemik.
2. Type evidensialitas dalam bahasa Batak Toba untuk mengungkapkan proposisi
yang menggambarkan penilaian/taksisran bukti sumber tuturan antara lain
evidensial quotatif, sensoris, repertoar dan khusus untuk menggambarkan
proposisi yang mengandung penilaian/taksiran.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian yang diperoleh tentang type modalitas dan
evidensialitas sebagaimana dikemukakan sebelumnya, maka adapun kesimpulan
yang dapat ditawarkan adalah sebagai berikut:
1. Perilaku modalitas penutur bahasa Batak Toba ialah tunduk kepada
seperangkat modus grammatika untuk mengutarakan proposisi yang berfungsi
menggambarkan maksud umum atau tingkat tanggung jawab tuturan antara
lain: modalitas irealis, modalitas realis, modalitas aletik, modalitas deontik,
modalitas epistemik.
2. Perilaku modalitas penutur bahasa Batak Toba ialah tunduk kepada
seperangkat modus grammatika untuk mengutarakan proposisi yang berfungsi
menggambarkan penilaian/taksisran bukti sumber tuturan antara lain evidensial
quotatif, sensoris, repertoar dan khusus untuk menggambarkan proposisi yang
mengandung penilaian/taksiran.
5.2. Saran
Sesuai dengan temuan dan kesimpulan yang telah diajukan, adapun saran
yang dapat dikemukakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara praktis penelitian ini menyarankan agar pengguna bahasa batak toba
selalu mengacu pada modus grammatika yang diketahui oleh penutur asli
bahasa tersebut dalam mengungkapkan dan memahami modalitas dan
evidensialitas bahasa Batak Toba.
2. Sedangkan secara teoritis penelitian meneguhkan hipotesis yang mengklaim
bahwa perilaku bahasa terjadi tidak secara acak, tetapi terjadi sesuai dengan
seperangkat kaidah yang diketahui oleh penutur secara intuitif.
REFERENSI
Cruse, D. Alan. 2004. Meaning in Language: An Introduction to Semantics and
Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.
650
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
Kreidler, Charles W. 1998. Introducing English Semantics. New York: Routledge.
Lincoln, Yvonna S. and Guba, Egon G. 1985. Naturalistic Inquiry. California:
Sage Publication, Inc.
Miles, Matthew B. & Huberman, A. Michael.1984. Qualitative Data Analysis: A
Sourcebook of New Methods. Beverly Hills: Sage Publications
Saeed, John I. 1997. Semantics.China: Blackwell Publishers L.td.
Saville, Mauriel and Troike. 1986. The Ethnography of Communication. Oxford:
Basil Blackwell, Ltd.
Siregar, Bahren Umar. 2010. 1. Semantik dan Bahasa (Makalah). Medan: Sekolah
Pascasarjana USU.
Spraedly, James P. 1980. Participant Observation. New York: Rinehart and
Winston.
651
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2011) 19 (3) 633 - 651
CURRICULUM VITAE
Sanggam Siahaan: Sumbul, 17-08-1962; SD Negeri Teladan Sumbul
(1976), SMP Negeri 2 Tebing Tinggi Deli (1979), SMA Negeri Tebing
Tinggi Deli (1982), Sarjana Sastra Program Studi Bahasa Inggris, Bidang
Linguistik Bahasa Inggris dari Fakultasa Sastra USU Medan (1987),
Magister Linguistik Terapan Bahasa Inggris dari Prodi Linguistik Terapan
Bahasa Inggris UNIMED (2006). Dosen Tetap di FKIP Universitas HKBP
Nommensen Pematangsiantar sejak tahun 1987 sampai dengan sekarang.
652
_____________
ISSN 0853-0203
Download