BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:849) : “ Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.” Sedangkan Badudu dan Zain (1994:1031) menyatakan : “Pengaruh adalah (1) daya yang menyebabkan sesuatu terjadi; (2) sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain; (3) tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuasaan orang lain.” Dari kedua pengertian di atas dapat ditarik pengertian bahwa pengaruh merupakan suatu kekuatan yang dapat membentuk, mengubah atau menyebabkan sesuatu berubah. 2.2 Risiko Istilah risiko sudah biasa dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari, yang kita umumnya secara intuitif sudah memahami apa yang dimaksudkan. Tetapi pengertian secara ilmiah dari risiko sampai saat ini masih tetap beragam, yaitu antara lain : 1. Risiko adalah ketidaktentuan (uncertainy) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss) (A. Abas Salim) 2. Risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto) Dengan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak dapat diduga/tidak diinginkan. Arens (2003) mendefinisikan risiko sebagai ketidakpastian dalam pelaksanaan audit. Contohnya adalah terdapat ketidakpastian tentang kompetensi bukti, ketidakpastian tentang efektifitas dari pengendalian intern yang dimiliki klien, ketidakpastian apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar pada saat audit telah selesai dilakukan. Mayoritas risiko yang dihadapi auditor sulit untuk diukur serta membutuhkan pemikiran yang cermat agar dapat direspon dengan tepat. Menindaklanjuti risiko ini secara tepat merupakan suatu hal yang sangat penting sehingga dapat menghasilkan suatu audit yang berkualitas. Berdasarkan Audit Risk Alert 1995 (diperbaharui 1 July 1999), tipe risiko yang mempengaruhi keputusan penerimaan klien yang didefinisikan didalam konsep risiko perikatan dikategorikan menjadi 3, yaitu : (1) Risiko bisnis klien, (2) Risiko Audit, dan (3) Risiko bisnis auditor. 2.3 Risiko Bisnis Klien 2.3.1 Bisnis Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang bisnis, diantaranya adalah : 1. Bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang dan jasa yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan (profit). (Ronald J. Ebert & Ricky W. Griffin, 1995) 2. Bisnis adalah suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia, organisasi atau masyarakat luas (Indriyo Gitosudarmo, 1996) Menurut Indriyo Gitosudarmo (1996), berdasarkan jenis kegiatannya, bisnis diklasifikasikan menjadi : 1. Ekstraktif, yaitu bisnis yang melakukan kegiatannya dalam bidang pertambangan. 2. Agraria, yaitu yang menjalankan bisnisnya dalam bidang pertanian. Dalam hal ini termasuk pula perusahaan agraria adalah budi daya perikanan udang ataupun peternakan. 3. Industri/manufaktur, yaitu bisnis yang bergerak di bidang industri. 4. Jasa yaitu yang bergerak dalam memenuhi kebutuhan pelayanan jasa bagi masyarakat. 2.3.2 Klien Ikatan Akuntan Indonesia mendefinisikan klien sebagai pemberi kerja (orang atau badan), yang mempekerjakan atau menugaskan seseorang atau lebih anggota IAI-KAP atau KAP tempat anggota bekerja untuk melaksanakan jasa profesional. Istilah pemberi kerja untuk tujuan ini tidak termasuk orang atau badan yang mempekerjakan anggota. 2.3.3 Pengertian Risiko Bisnis Klien Risiko Bisnis Klien adalah risiko dimana klien akan gagal mencapai tujuannya, yang berhubungan dengan keandalan laporan keuangan, efisiensi dan efektifitas operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan pemerintah (Arens, 2000:303) Pemahaman menyeluruh atas bisnis dan industri klien, dan pengetahuan tentang operasional perusahaan merupakan hal yang penting dalam melakukan suatu audit yang memadai. Sifat dari bisnis dan industri klien mempengaruhi risiko bisnis klien dan risiko salah saji dalam laporan keuangan. Auditor menggunakan pengetahuan dari risiko ini untuk menentukan luasan yang tepat dari bukti audit. Arens (2001) menjelaskan beberapa faktor telah meningkatkan pentingnya pemahaman akan bisnis dari industri klien, yaitu : a. Teknologi informasi yang menghubungkan perusahaan klien dengan pelanggan dan pemasok utama, sehingga auditor membutuhkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang pelanggan dan pemasok utama dan risiko yang berkaitan. b. Klien telah meluaskan operasionalnya ke seluruh dunia, seringkali melalui kerja sama atau afiliasi strategis. c. Teknologi informasi mempengaruhi proses internal klien, yang meningkatkan mutu dan ketepatan waktu informasi akuntansi. d. Semakin pentingnya modal manusia dan aktiva tidak berwujud telah meningkatkan kerumitan akuntansi serta pentingnya penilaian dan perkiraan manajemen. e. Auditor membutuhkan pemahaman yang lebih baik dari bisnis dan industri klien untuk memberikan pelayanan bernilai tambah untuk klien. 2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Bisnis Klien Arens (2001) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bisnis klien adalah : • Industri dan lingkungan eksternal Terdapat tiga alasan mengapa diperlukan pemahaman yang baik atas industri klien dan lingkungan eksternal, yaitu ; a. Risiko yang berkaitan dengan industri tertentu dapat mempengaruhi penilaian auditor atas risiko bisnis klien dan risiko audit yang dapat diterima dan bahkan dapat mempengaruhi auditor dalam menerima penugasan pada industri yang lebih berisiko, seperti asuransi kesehatan. b. Terdapat risiko-risiko inhern yang umumnya dimiliki oleh semua klien dalam sejumlah industri tertentu. Pemahaman akan risiko tersebut akan membantu auditor dalam mengidentifikasi risiko-risiko inhern yang dimiliki klien. Contoh-contoh akan hal tersebut mencakup risiko inhern atas potensi keusangan persediaan dalam industri pakaian jadi, dan risiko inhern atas cadangan kerugian dalam industri asuransi kecelakaan. c. Banyak industri yang memiliki persyaratan akuntansi yang unik, yang harus dipahami auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum. Contoh bila auditor melakukan audit atas sebuah kota auditor harus memahami akuntansi pemerintahan dan persyaratan audit juga ada persyaratan akuntansi yang unik untuk perusahaan konstruksi, jalan tol, organisasi non profit, institusi keuangan, dan banyak organisasi lainnya. • Manajemen dan tata kelola • Karena manajemen menetapkan strategi dan proses bisnis perusahaan, auditor harus menilai filosofi dan gaya operasi manajemen, serta kemampuannya untuk mengidentifikasi dan merespons risiko, karena sangat mempengaruhi risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Tata kelola meliputi struktur organisasi klien, aktivitas dewan direksi serta komite audit. Dewan direksi yang efektif mampu memastikan bahwa perusahaan hanya mengambil risiko yang tepat. Komite audit, melalui pengawasan atas laporan keuangan, dapat mengurangi kemungkinan akuntansi yang terlalu agresif. Selain itu, auditor juga harus memahami anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, mempertimbangkan kode etik perusahaan dan membaca notulen rapat perusahaan. Tujuan dan strategi Strategi adalah pendekatan yang diikuti oleh entitas untuk mencapai tujuan organisasi. Auditor harus memahami tujuan klien yang terkait dengan : a) Reliabilitas pelaporan keuangan b) Efektifitas dan efisiensi operasi c) Ketaatan hukum dan peraturan • Pengukuran dan kinerja Sistem pengukuran kinerja klien meliputi indikator kinerja utama yang digunakan manajemen untuk mengukur kemajuan pencapaian tujuan. Indikator prestasi meliputi pangsa pasar, penjualan per karyawan, pertumbuhan unit penjualan. Risiko inhern untuk salah saji laporan keuangan bisa meningkat bila klien telah menetapkan tujuan yang tidak wajar atau bila sistem pengukuran kinerja mendorong akuntansi yang agresif. 2.3.5 Penilaian Risiko Bisnis Klien Arens (2006) menjelaskan bahwa auditor menggunakan pengetahuan yang diperolehnya dari pemahaman strategis atas bisnis dan industri klien untuk menilai risiko bisnis klien. Perhatian utama auditor adalah risiko dari salah saji material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh risiko bisnis klien. Penilaian auditor atas risiko bisnis klien mempertimbangkan industri yang digeluti klien dan faktor eksternal lainnya, serta strategi bisnis klien, proses dan faktor internal lainnya. Auditor juga mempertimbangkan pengendalian manajemen yang dapat mengurangi risiko bisnis, seperti praktik penilaian risiko yang efektif dan tata kelola perusahaan. 2.4 Risiko Audit (Audit Risk) 2.4.1 Pengertian Audit Arens & Loebbecke (2008) mendefinisikan Auditing sebagai berikut: “Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen”. Sukrisno Agoes (2004) mendefinisikan auditing sebagai : “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut” Auditing merupakan salah satu bentuk dari atestasi. Atestasi, pengertian umumnya merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulan tentang realibilitas dari pernyataan seseorang. Seorang akuntan publik, dalam perannya sebagai auditor, memberikan atestasi mengenai kewajaran dari laporan keuangan sebuah entitas. Akuntan publik juga memberikan jasa atestasi lainnya, seperti membuat laporan mengenai internal control dan laporan keuangan prospektif. Akhir-akhir ini, akuntan publik mulai melakukan jenis jasa assurance lainnya. Committee Assurance Services dari AICPA mendefinisikan assurance services sebagai berikut jasa seorang profesional yang independen yang meningkatkan kualitas informasi untuk para pengambil keputusan. Assurance service mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dari auditing atau atestasi. Misalnya, suatu perusahaan bisa saja meminta akuntan publiknya untuk mengevaluasi keandalan sistem informasinya, atau menilai kecukupan dari sistemnya untuk mengelola risiko bisnis atau menilai efektifitas dari sistem pengukuran kinerja. Dalam jasa atestasi, auditor memberikan opini mengenai keandalan asersi manajemen, yang menyangkut : asersi mengenai pengendalian intern, asersi mengenai ketaatan terhadap unsur-unsur dalam perjanjian, dan asersi mengenai ketaatan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku. Sedangkan dalam auditing, auditor memberikan pernyataan mengenai kewajaran dari penyajian laporan keuangan. 2.4.2 Pengertian Risiko Audit (Audit Risk) Menurut Arens (2006), Risiko Audit (Audit Risk) adalah ukuran atas kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan keuangan mungkin masih mengandung salah saji yang material setelah audit selesai dilaksanakan serta suatu laporan audit wajar tanpa syarat telah diterbitkan. Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material (Konrath, 2002). Salah saji yang material bisa terjadi karena adanya kesalahan (error) atau kecurangan (fraud). Error merupakan kesalahan yang tidak disengaja (unintentional mistakes), sedangkan fraud merupakan kecurangan yang disengaja, bisa dilakukan oleh pegawai perusahaan (misalnya penyalahgunaan harta oleh perusahaan untuk kepentingan pribadi) atau oleh manajemen dalam bentuk rekayasa laporan keuangan. 2.4.3 Model risiko audit Model risiko audit menurut SAS 47 (AU 312) adalah Audit risk (AR) = Inherent risk (IR) X Control risk (CR) X Detection risk (DR) Model risiko audit digunakan terutama untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa besarnya bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam setiap siklus. Jika kita mau menentukan besarnya risiko bawaan (inherent risk) dalam suatu penugasan audit, maka dari rumus di atas dapat diturunkan rumus berikut : IR = 2.4.3.1 Risiko Bawaan (Inherent risk) Inherent risk didefinisikan sebagai suatu ukuran yang dipergunakan oleh auditor dalam menilai adanya kemungkinan terdapat sejumlah salah saji yang material dalam suatu segmen sebelum auditor mempertimbangkan keefektifan dari pengendalian intern yang ada (Arens, 2001) Dengan mengasumsikan tidak adanya pengendalian intern, maka risiko inheren dapat dinyatakan sebagai kerentanan laporan keuangan terhadap salah saji yang material. Maka auditor akan menyimpulkan tingkat risiko inherennya tinggi. 2.4.3.1.1 faktor-faktor yang mempengaruhi Inherent Risk Menurut Arens (2000:264), terdapat beberapa faktor yang perlu ditelaah oleh auditor dalam menetapkan risiko bawaan, yaitu : • Sifat bisnis klien Auditor harus memperoleh pemahaman yang memadai tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji yang material pada laporan keuangan baik karena kekeliruan atau kecurangan, dan baik untuk merancang sifat, penetapan waktu serta luas prosedur audit selanjutnya. • Temuan audit yang diperoleh dari audit-audit sebelumnya Salah saji yang dikemukakan pada audit tahun sebelumnya kemungkinan besar akan ditemukan kembali pada penugasan audit tahun berjalan. Hal ini diakibatkan karena sebagian besar jenis salah saji umumnya bersifat sistematik atau teratur, serta organisasi -organisasi seringkali mengalami keterlambatan dalam melakukan sejumlah perubahan dalam menghapuskan salah saji tersebut. Oleh karena itu, auditor akan dianggap ceroboh jika ia mengabaikan temuan audit yang diperoleh pada tahun sebelumnya, pada saat ia melakukan penyusunan program audit atas penugasan audit tahun berjalan. • Penugasan awal atau penugasan ulang • Para auditor memperoleh pengetahuan serta pengalaman tentang kemungkinan terjadinya salah saji satelah mereka melaksanakan penugasan audit selama beberapa tahun. Kurangnya penemuan audit yang diperoleh dari penugasan audit sebelumnya dapat menyebabkan para auditor menetapkan suatu tingkat risiko inheren yang lebih tinggi daripada tingkat risiko inheren yang ditetapkan atas penugasan audit ulangan, dimana pada penugasan audit sebelumnya tidak ditemukan salah saji yang material. Mayoritas auditor menetapkan suatu tingkat risiko inheren yang tinggi pada tahun pertama penugasan auditnya serta pada tahun-tahun berikutnya akan mengurangi tingkat risiko tersebut setelah mereka memperoleh sejumlah pengalaman. Pihak-pihak terkait • Berbagai transaksi yang terjadi antara perusahaan induk dan perusahaan anak serta transaksi-transaksi yang terjadi antara pihak manajemen dengan entitas perusahaan merupakan contoh-contoh dari transaksi dengan pihak terkait sebagaimana yang terdefinisikan dalam SFAS 57. Karena berbagai transaksi ini tidak terjadi pada berbagai pihak yang independen yang bertransaksi sejauh jangkauan tangan saja, maka kemungkinan transaksitransaksi tersebut mengalami salah saji yang lebih besar akan mengakibatkan peningkatan nilai risiko inheren. Berbagai transaksi non rutin • Berbagai transaksi yang tidak umum dilakukan oleh klien memiliki kemungkinan lebih besar akan dicatat secara tidak benar oleh pihak klien daripada pencatatan atas berbagai transaksi yang rutin karena pihak klien kurang memiliki pengalaman dalam melakukan pencatatan atas transaksi tersebut. Sebagai contoh atas transaksi mencakup kerugian akibat kebakaran, sejumlah akuisisi properti yang besar, serta perjanjianperjanjian leasing. Pertimbangan yang diperlukan untuk mengkoreksi pencatatan berbagai saldo dan transaksi akun Beberapa saldo akun memerlukan sejumlah estimasi dan suatu pertimbangan yang besar dari pihak manajemen. Contoh-contoh atas jenis akun ini adalah cadangan atas piutang tak tertagih, nilai persediaan yang usang, kewajiban atas pembayaran warrant, serta cadangan kerugian kredit bank. Serupa dengan itu, berbagai transaksi atas perbaikan utama atau penggantian sejumlah aktiva merupakan contoh-contoh dimana sejumlah pertimbangan diperlukan agar dapat mencatat transaksi tersebut dengan benar. • Penyusunan populasi Seringkali, berbagai item individual yang menyusun total populasi turut memberikan pengaruh pada ekspetasi auditor yang akan salah saji yang material. Sebagai contoh, mayoritas akan mempergunakan tingkat risiko yang tinggi pada risiko inheren yang tinggi pada piutang dagang ketika sebagian besar tagihan piutang dagangnya telah jatuh tempo, yang mengharuskan ditetapkan suatu tingkat risiko inheren yang tinggi dan selanjutnya dibutuhkan investigasi yang lebih mendalam karena umumnya pada situasi-situasi tersebut terdapat sejumlah kemungkinan yang lebih besar akan terjadinya salah saji daripada mayoritas transaksi yang umum. 2.4.3.1.2 Penilaian Inherent Risk Auditor harus mengevaluasi semua informasi yang dapat mempengaruhi tingkat risiko inheren serta menetapkan suatu tingkat risiko inheren yang tetap bagi setiap siklus dari setiap akun. Sebagai contoh, pada suatu audit atas persediaan, auditor menyatakan bahwa pada tahun-tahun sebelumnya telah ditemukan sejumlah salah saji dan pergerakan persediaan mengalami penurunan pada tahun berjalan. Pada situasi ini, kebanyakan auditor akan menetapkan tingkat risiko pada tingkat risiko yang relatif tinggi (beberapa auditor bahkan menetapkan tingkat risiko inheren sebesar 100%) 2.4.3.2 Risiko Deteksi (Detection Risk) Detection risk didefinisikan sebagai ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang dapat ditoleransi, andaikan salah saji semacam itu ada (Arens, 2001) 2.4.3.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Detection Risk Detection Risk dipengaruhi oleh banyaknya bahan bukti yang akan dikumpulkan. Jika Detection Risk-nya diperkecil, maka auditor harus mengumpulkan bahan bukti yang banyak. 2.4.3.3 Risiko Pengendalian (Control Risk) Control risk didefinisikan sebagai ukuran yang dipergunakan oleh auditor untuk menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji material yang melebihi salah saji yang dapat ditoleransi atas segmen tertentu akan tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimiliki klien (Arens, 2001) Risiko pengendalian ini memperlihatkan : 1. Penilaian tentang apakah pengendalian intern yang dilakukan klien untuk mencegah dan mendeteksi salah saji 2. Kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa berada di bawah nilai maksimum (100%) sebagai bagian dari rencana audit yang dibuatnya. Semakin efektif pengendalian intern, maka semakin rendah pula risiko audit yang dibebankan pada risiko pengendalian. 2.4.3.3.1 Faktor – faktor yang mempengaruhi Control Risk Control Risk dipengaruhi oleh efektifitas desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas, yaitu : • Keandalan pelaporan keuangan • Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku • Efektifitas dan efisiensi operasi 2.4.4 faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Risk Arens (2001) mendefinisikan dalam menetapkan risiko audit, auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut : • Ketergantungan pihak ekstern terhadap laporan keuangan klien Jika para pengguna eksternal bergantung sepenuhnya pada laporan keuangan, maka merupakan hal yang tepat untuk menurunkan tingkat risiko audit. Sejumlah faktor yang dapat menjadi indikator atas derajat ketergantungan para pengguna eksternal pada laporan keuangan adalah : 1. Ukuran usaha klien Semakin besar kegiatan operasional klien, maka semakin banyak pula pihak yang menggunakan laporan keuangan klien. Ukuran usaha yang diukur dengan total aktiva atau total pendapatan akan memberikan pengaruh pada risiko audit. 2. Distribusi kepemilikan Laporan keuangan perusahaan publik (PT. Terbuka) umumnya banyak digunakan oleh banyak pengguna daripada laporan keuangan perusahaan non publik. 3. Sifat dan nilai kewajiban • Jika laporan keuangan mengandung nilai kewajiban yang besar, laporan keuangan tersebut memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk digunakan secara luas oleh para investor, baik yang telah ada maupun calon investor, daripada laporan keuangan yang memiliki nilai kewajiban yang kecil. Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah penerbitan laporan audit. Merupakan hal yang sulit bagi auditor untuk memprediksi kegagalan keuangan sebelum hal tersebut terjadi, tapi beberapa faktor berikut ini akan menjadi indikator yang baik atas peningkatan kemungkinan tersebut : 1. Posisi likuidasi Jika secara konsisten, klien mengalami kekurangan kas serta modal kerja, maka hal tersebut dapat mengidentifikasikan masalah dalam melunasi tagihan-tagihan di masa yang akan datang. 2. Laba (rugi) pada tahun-tahun sebelumnya Jika perusahaan mengalami penurunan laba yang cepat atau mengalami kenaikan kerugian selama beberapa tahun terakhir, maka auditor harus mengenali sejumlah masalah solvabilitas yang mungkin akan dialami klien di masa yang akan datang. Merupakan hal yang penting pula untuk mempertimbangkan perubahan laba relatif terhadap saldo yang tersisa pada akun laba ditahan. 3. Metode pembiayaan pertumbuhan Semakin klien menyadarkan dirinya pada utang sebagai alat pembiayaan, semakin besar risiko kesulitan keuangan yang akan dihadapinya apabila kegiatan operasi klien kurang berhasil. Merupakan hal yang penting pula untuk mengevaluasi apakah aktiva tetap klien dibiayai menggunakan kredit jangka pendek atau kredit jangka panjang. Kebutuhan akan arus kas keluar jangka pendek yang bernilai besar dapat memicu perusahaan untuk bangkrut. 4. Sifat operasi klien Beberapa jenis bisnis tertentu, memiliki risiko inhern yang lebih tinggi daripada sejumlah bisnis lainnya, sebagai contoh, dengan asumsi kondisi lainnya sama, perusahaan teknologi baru yang hanya menggantungkan dirinya pada satu produk saja memiliki kemungkinan bangkrut yang lebih besar daripada perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai macam makanan. 5. Kompetensi manajemen • Manajemen yang kompeten akan selalu waspada terhadap potensi akan adanya kesulitan keuangan serta akan memodifikasi metodemetode operasionalnya untuk meminimalkan berbagai pengaruh dari masalah jangka pendek. Kemampuan manajemen ini harus dinilai sebagai bagian dari evaluasi atas kemungkinan terjadinya kebangkrutan. Evaluasi atas integritas manajemen adalah bagian dari investigasi atas klien baru dan evaluasi tentang kesinambungan hubungan dengan klien yang telah ada. Jika klien memiliki integritas yang patut dipertanyakan, maka auditor kemungkinan besar akan menentukan tingkat risiko audit yang lebih rendah. Perusahaan-perusahaan dengan integritas yang rendah seringkali melaksanakan kegiatan bisnis mereka dengan suatu tindakan yang dapat menyebabkan konflik dengan para pelanggan. Pada akhirnya, berbagai konflik ini seringkali tercermin pada pemahaman para pengguna laporan akan kualitas dari audit yang dilaksanakan, serta dapat mengakibatkan sejumlah gugatan hukum serta sejumlah ketidakpastian lainnya. 2.4.4 Penilaian Risiko Audit Untuk menilai risiko audit, auditor pertama-tama harus menilai faktorfaktor yang mempengaruhi risiko audit. Suatu evaluasi yang khas tentang risiko audit umumnya bernilai tinggi, sedang dan rendah. Dimana suatu penilaian atas risiko audit yang rendah berarti bahwa klien yang “beresiko” membutuhkan lebih banyak bukti audit yang ekstensif, penugasan atas personal yang lebih berpengalaman atau suatu review yang lebih ekstensif pada kerja audit. Selagi risiko audit ini berjalan, tambahan ini dapat diperoleh beserta risiko audit tanpa dimodifikasi. 2.5 Risiko Bisnis Auditor (Auditor’s Business Risk) 2.5.1 Pengertian Kantor Akuntan Publik (KAP) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisikan Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha dibidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik. Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di Indonesia, seorang akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dan kepada lulusannya berhak memperoleh sebutan “Bersertifikat Akuntan Publik” (BAP). Sertifikat akan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, Sertifikat Akuntan Publik tersebut merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan izin praktik sebagai Akuntan Publik dari Departemen Keuangan. Menurut Pasal 6 SK Menkeu No 43/1997, izin untuk membuka Kantor Akuntan Publik (KAP) akan diberikan apabila pemohon memenuhi persyaratan sebagai berikut : • Berdominisi di Indonesia • Memiliki register akuntan • Menjadi anggota Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) • Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik yang diselengggarakan oleh IAI • Memiliki pengalaman kerja minimal tiga tahun sebagai akuntan dan pengalaman audit umum sekurang-kuranganya 3000 jam dengan reputasi baik • Telah menduduki jabatan manajer atau ketua tim dalam audit umum sekurang-kurangnya satu tahun • Wajib mempunyai KAP atau bekerja pada Koperasi Jasa Audit 2.5.2 Jasa yang Diberikan Kantor Akuntan Publik (KAP) Bidang jasa KAP meliputi : • Jasa Atestasi, termasuk didalamnya adalah audit umum dan review atas laporan keuangan historis, audit kinerja serta audit khusus • Jasa Non-Atestasi, yang mencakup kegiatan jasa konsultasi, jasa kompilasi, jasa perpajakan, dan jasa- jasa yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan Arens (2001) menjelaskan jasa yang diberikan Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah : 1. Jasa Audit Laporan Keuangan Dalam kapasitasnya sebagai auditor independen Kantor Akuntan Publik melakukan audit umum atas laporan keuangan untuk memberikan pernyataan pendapat mengenai kewajiban laporan keuangan suatu entitas ekonomi dihubungkan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2. Jasa Audit Khusus Audit Khusus dapat merupakan audit atas akun atau pos laporan keuangan tertentu yang dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disepakati bersama, audit laporan keuangan yang disusun berdasarkan suatu basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum, audit atas informasi keuangan untuk tujuan tertentu dan audit khusus lainnya. 3. Jasa Atestasi Jasa Atestasi diberikan berkaitan dengan penerbitan laporan yang memuat suatu kesimpulan tentang keandalan asersi (pernyataan) tertulis yang menjadi tangggung jawab pihak lain, dilaksanakan melalui pemeriksaan, review dan prosedur yang disepakati bersama. 4. Jasa Review Laporan Keuangan Review Laporan Keuangan merupakan salah satu jasa yang diberikan Kantor Akuntan Publik untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak terdapat modifikasi material yang harus dilaksanakan agar laporan keuangan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atas basis akuntansi komprehensif lainnya. 5. Jasa Kompilasi Laporan Keuangan Kantor Akuntan Publik dapat melakukan kompilasi laporan keuangan berdasarkan catatan data keuangan serta informasi lainnya yang diberikan manajemen suatu entitas ekonomi. Dengan kompilasi ini, Kantor Akuntan Publik tidak memberikan pernyataan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan atas suatu keyakinan apapun terhadap laporan tersebut. Tanggung jawab atas laporan keuangan sepenuhnya tetap berada pada manajemen entitas ekonomi yang bersangkutan. 6. Jasa Konsultasi Jasa Konsultasi meliputi berbagai bentuk dan bidang sesuai dengan kompertensi akuntan publik. Jasa konsultasi yang diberikan Kantor Akuntan Publik meliputi : • Jasa konsultasi umum pada manajemen • Perancangan sistem dan implementasi sistem akuntansi • Penyusunan proposal keuangan dan studi kelayakan proyek • Penyelenggaraan pendidikan dan latihan • Pelaksanaan seleksi dan rekruitmen pegawai, sampai pemberian berbagai jasa konsultasi lainnya, termasuk konsultasi dalam pelaksanaan merger dan akuisisi 7. Jasa Perpajakan Jasa yang diberikan tidak terbatas pada konsultasi umum perpajakan tetapi juga meliputi perencanaan pajak, review kewajiban pajak, pengisian SPT dan penyelesaian masalah perpajakan. Dalam hal pemberian jasa audit atas laporan keuangan historis, KAP hanya dapat melakukan paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan untuk seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut 2.5.3 Pengertian Risiko Bisnis Auditor “The auditor’s exsposure to loss or injury to professional practice from ligitation, adverse publicity or other events arising in connection with financial statements audited and reported on” (William F. Messier Jr, 2000:78) Risiko bisnis auditor adalah risiko dimana auditor atau KAP akan menderita kerugian karena melakukan perikatan, meskipun laporan audit yang dibuat untuk klien dinyatakan unqualified opinion, misalnya adanya tuntutan di pengadilan oleh pihak yang merasa dirugikan karena penggunaan jasa dari Kantor Akuntan Publik, sanksi hukum yang ditetapkan oleh organisasi profesi seperti IAI, hukuman masyarakat berupa tuduhan yang sifatnya menjelaskan atau menilai rendah reputasi suatu KAP dan berusaha untuk tidak menggunakan jasanya dan kemungkinan tidak dibayar oleh klien. Beberapa pertimbangan dari risiko bisnis auditor antara lain adalah penanganan perusahaan yang go public, regulated industry akan perusahaanperusahaan yang menjadi sorotan publik. 2.5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Bisnis Auditor Karla M. Johnstone (2000) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bisnis auditor, yaitu : 1. Initial Public Offering 2. Engagement Timing 3. Audit-Firm Expertise 4. Additional Billing Opportunities 5. Competitor Strategy 2.6 Jumlah Klien Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991 : 421) Jumlah berarti “Banyaknya (tentang bilangan/sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu)” 2.7 Pengaruh Risiko Bisnis Klien, Risiko Audit dan Risiko Bisnis Auditor dengan jumlah klien Risiko paling signifikan yang dihadapi oleh KAP dapat berupa hubungan dengan klien yang tidak menyenangkan atau tidak diinginkan. Pola sering bergantinya penugasan auditor dapat diindikasikan sebagai potensi suara klien yang berkurang, etika manajemen atau memiliki masalah keuangan yang signifikan. Keputusan penerimaan klien memberikan kesempatan khusus kepada KAP untuk mengevaluasi dan mengurangi risiko. Auditor harus mempertimbangkan informasi dari berbagai sumber ketika mengevaluasi klien potensial. Standar kualitas pengendalian (Quality Control Standards) dari AICPA mewajibkan KAP untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur penerimaan klien dalam rangka meminimalkan kemungkinan berhubungan dengan klien yang integritas manajemennya rendah. Didalam profesi akuntan publik dimungkinkan terjadinya kompetisi antar Kantor Akuntan Publik untuk mendapatkan klien, baik klien yang baru ataupun lama. Hal ini mungkin terjadi diakibatkan karena : 1. Merger yang dilakukan oleh perusahaan klien dengan auditor independen yang berbeda 2. Kebutuhan untuk meningkatkan pelayanan/jasa profesional 3. Ketidakpuasan yang dirasakan oleh klien 4. Keinginan klien untuk mengurangi fee audit 5. Merger yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Karla M. Johnstone (2000) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah klien adalah : a) Risiko-risiko seperti Risiko Bisnis Klien, Risiko Audit dan Risiko Bisnis Auditor b) Audit Hour c) Experience of Engagement Team d) Audit Fee Penelitian yang dilakukan oleh Ferguson, Francis dan Stokes (2003) menyebutkan bahwa sinyal dari kualitas pekerjaan KAP dapat dilihat dari pangsa pasar/jumlah klien. Melalui kualitas pekerjaan auditor, klien akan mengukur kepuasan dan tingkat kepercayaannya. Semakin tinggi kualitas laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor tentunya keinginan klien lama maupun klien baru untuk melakukan perikatan akan semakin besar Demikian halnya juga dengan ketepatan pemberian opini, pendapat auditor yang mampu memprediksikan apa yang akan terjadi di masa depan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat. Semakin tepat auditor memberikan opini, klien akan semakin banyak mempergunakan jasanya