PROFIL KEJADIAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA REMAJA DI RSUD DR WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO TAHUN 2014 TUTUT LAILATUL HIJAS 1211010085 Subject : Penyakit Menular Seksual, Remaja DESCRIPTION Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami kerentanan hidup terhadap berbagai macam resiko kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk peningkatan ancaman HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profil kejadian penyakit menular seksual pada remaja di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Tahun 2014. Rancangan atau desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Variabel penelitian ini adalah profil kejadian penyakit menular seksual pada remaja Populasinya adalah semua pasien dengan diagnosa penyakit menular seksual pada remaja usia 16-19 tahun yang termasuk dalam kategori remaja akhir sebanyak 14 responden, dan sampel sebanyak 14 responden dengan tekhnik total sampling. Lokasi penelitian dilakukan di poli kandungan RSUD Wahidin Sudiro Husodo, tekhnik pengumpulan data menggunakan data sekunder dengan master tabel, instrumen ini menggunakan rekam medik dan dianalisa pada tabel distribusi frekuensi. Didapatkan bahwa seluruh responden berusia 16-19 tahun sebanyak 14 responden (100%), yang paling banyak di alami responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 10 responden (71,4%). Adapun yang paling banyak responden mengalami PMS yaitu gonore sebanyak 7 responden (50%). Penyakit menular seksual itu sangat berbahaya, oleh karena itu harus bekerja sama untuk mencegah agar penyakit tersebut tidak semakin meluas di Indonesia. Diharapkan agar masyarakat terutama orang tua agar memberikan pendidikan tersebut dapat memberitahu remaja bahwa seks harus ditempatkan dalam perspektif yang tepat, selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual yang beresiko sehingga remaja dapat menghindarinya. ABSTRACT Adolescents of Indonesia is currently experiencing the vulnerability of life against various health risks, especially with regard to sexual and reproductive health, including the growing threat of HIV / AIDS. This study aimed to identify the profile incidence of sexually transmitted diseases in adolescents in RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto 2014. The design of the research was descriptive. The variable of this study was the profile of the incidence of sexually transmitted diseases in adolescents population was all patients with a diagnosis of sexually transmitted diseases in adolescents aged 16-19 years that included in the category of late teens as many as 14 respondents, and a sample of 14 respondents with total sampling technique. The location of study conducted in obstetric and gynecology room of RSUD Wahidin Sudiro Husodo, data collection technique used secondary data with the master table, instruments used medical records and analyzed on frequency distribution table. It was found that all respondents aged 16-19 years as many as 14 respondents (100%), mostly experienced by female respondents as many as 10 respondents (71.4%). The most STDs experienced by respondents was gonorrhea as, many as seven respondents (50%). Sexually transmitted diseases are very dangerous, therefore, should work together to prevent the disease it will not widespread in Indonesia. It is expected that the public, especially parents to give education by telling adolescents that sex should be placed in its proper perspective, in addition to the adolescents also can be notified about various risky sexual behaviors that adolescents can avoid it. Keywords: Sexually Transmitted Diseases, Adolescents Contributor Date Type Material Indentifer Right Summary :Ferilia Adiesti, SST, MM Elyana Mafticha, SST., SKM., MPH :13 juli 2015 :Laporan Penelitian : : Open Document : LATAR BELAKANG Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit-penyakit yang timbul atau ditularkan melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis berupa timbulnya kelainan-kelainan terutama pada alat kelamin (Wijoyono, 2008). Penyakit menular seksual (PMS) adalah suatu gangguan atau penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur yang di tularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak atau hubungan seksual. Pertama kali penyakit ini sering di sebut “penyakit kelamin” atau vineral disease, tetapi sekarang sebutan yang paling tepat adalah penyakit menular seksual (PMS) atau seksually transmitted disease (PMS) (Marmi, 2013). Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami kerentanan hidup terhadap berbagai macam resiko kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk peningkatan ancaman HIV/ AIDS. Kelompok usia remaja merupakan sumber daya manusia yang paling potensial sebagai tunas bangsa dan penentu masa depan bangsa. Karena itu kelompok remaja perlu mendapatkan penanganan dan perhatian serius untuk dipersiapkan menjadi manusia yang berguna serta berkembang baik dan benar, Meningkatkan kualitas serta kemampuannya sehingga hasil kerjanya akan maksimal. Banyaknya remaja yang menunjukkan perilaku positif dengan prestasi gemilang dari berbagai bidang. Namun, tidak sedikit pula remaja dikalangan pelajar yang berperilaku mengarah padahal-hal yang negatif, mulai dari tawuran, merokok, penggunaan narkoba, bahkan sampai perilaku seks bebas yang berakibat terjadinya kehamilan yang tak diinginkan, adanya tindakan aborsi, serta resiko terkena penyakit HIV/AIDS atau penyakit menular seksual lainnya (Pravitasari, 2013). World health organization (WHO) menyatakan 333 juta kasus baru PMS (penyakit menular seksual) terjadi di seluruh dunia setiap tahun dan setidaknya 111 juta kasus ini terjadi pada mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Dan di banyak Negara berkembang. data menunjukkan bahwa sampai 60 % dari semua infeksi HIV baru terjadi pada kelompok usia antara 15 sampai 24 tahun (Sarwono, 2005). Pada tahun 2005, diperkirakan ada 318 juta IMS dengan perkiraan 39.690.000 kasus infeksi klamidia, 9.430.000 kasus gonore, 2,54 juta kasus sifilis dan sekitar 25.760.000 kasus trikomonas (WHO, 2012). Kasus baru IMS diperkirakan lebih dari 110 juta di kalangan laki-laki dan perempuan di dunia (CDC, 2013). Indonesia sendiri penyakit menular seksual terdapat 44.292 kasus pada semua umur. Daerah yang paling banyak terjadi kasus tersebut adalah DKI jakarta (9.804 kasus), kemudian jawa timur pada posisi kedua (5.973 kasus) (Jurnal Pembangunan Manusia, 2010). Di Jawa Timur dari bulan Juli sampai dengan September 2014 jumlah infeksi HIV baru dilaporkan sebanyak 7.335 kasus. Presentase infeksi tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (69,1%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (17,2%), dan kelompok umur > 50 tahun (5,5%). Rasio HIV antara laki-laki dan perempuan adaah adalah 1 : 1. Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks beresiko apda heteroseksual (57%), LSL (lelaki seks lelaki) sebanyak (15%), dan penggunaan jarum suntik tidak steril sebanyak (4%) (Kemenkes, 12014). Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan Di RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto dari tahun 2014 didapatkan data sebanyak 2.218 responden yang periksa terkait kesehatan reproduksi dimana didapatkan penderita penyakit menular seksual sebanyak 102 responden yang terdiri dari penyakit gonore, sifilis, hepers genitalis, kondiloma akuminata, HIV/AIDS yang mana mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2014. Meningkatnya minat seksual remaja mendorong bagi remaja itu sendiri untuk selalu berusaha mencari informasi dalam berbagai bentuk. Sumber informasi dapat diperoleh dengan bebas mulai dari teman sebaya, buku-buku, film, video, bahkan dengan mudahnya membuka situs-situs lewat internet. Pengaruh informasi global justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, menyalahgunakan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar remaja dan tawuran. Ini menyebabkan munculnya permasalah pada kelompok remaja yang sangat beragam dan belum semuanya mendapat respon dengan baik sehingga permasalah tersebut belum terselesaikan dan justru berimplikasi pada tindakan-tindakan yang salah (Pravitasari, 2013). Banyak faktor yang mempengarui peningkatan kasus remaja dengan penyakit menular seksual. Diantara factor itu meliputi: usia, jenis kelamin, pendidikan, tayangan media massa dan serta factor pengetahun remaja tentang penyakit menular seksual (BKKBN, 2002). Penularan IMS dapat melalui hubungan seks yang tidak aman yaitu; hubungan seks lewat liang senggama tanpa kondom (zakar masuk ke vagina atau liang senggama), hubungan seks lewat dubur tanpa kondom (zakar masuk ke dubur), seks oral (zakar dimasukkan kemulut tanpa zakar di tutupi kondom). Penularan IMS juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu: melalui darah: tranfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV, saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba, tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja atau tidak sengaja, menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril, penggunaan alat pisau cukur bersama-sama (khususnya jika terluka dan menyisakan darah pada alat) (Marmi, 2013). Adanya motivasi dan pengetahuan yang memadai untuk menjalani masa remaja secara sehat, diharapkan remaja mampu untuk memelihara kesehatan dirinya sehingga mampu memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi sehat. Dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi remaja, maka diperlukan penyuluhan terhadap orang tua dan remaja Dalam Pedoman Komunikasi Informasi Dan Edukasi (KIE) BKKBN, (2006); Memberi penyuluhan kepada orang tua perlu di berikan penyuluhan mengenai sikap orang tua menghadap remaja. Para orang tua harus mengetahui dan menyadari bahwa menghadapi remaja orang tua sebaiknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut : berbicara secara terbuka dan jujur terhadap remaja, memiliki wawasan dan pengetahuan tentang remaja, termasuk pergaulan remaja sekarang, memahami keadaan atau persoalan anak remaja agar mampu memberikan bantuan yang tepat. Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul profil penyakit menular seksual pada remaja di RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto Tahun 2014. METODOLOGI Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, yang mempunyai variabel atau kejadian penyakit menular seksual pada remaja adalah sebanyak 14, dengan menggunakan tekhnik total sampling, data yang digunakan yaitu data sekunder. Tempat dan waktu penelitiannya di RSUD DR WAHIDIN SUDIRO HUSODO Kota Mojokerto pada bulan juni 2015. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan usia di RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Tahun 2014 dari usia 10-12 tahun frekuensi 0 dan presentasi 0% , sedangkan pada usia 13-15 tahun frekuensi 0 presentasi 0%, dan usia 16-19 tahun frekuensi 14 presentasi 100 %, dapat menunjukkan bahwa dari 14 responden, seluruh responden yang mengalami penyakit menular seksual berusia 16-19 tahun (100%). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah masa periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuty, 2009). Menurut Pinem (2002) perkembangan pada masa remaja terbagi atas tiga bagian yaitu: Masa remaja awal (10-12 tahun) dengan ciri khas antara lain: mencari identitas diri, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain: mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.Masa remaja akhir (16-19 tahun) dengan ciri khas antara lain: mampu berpikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya. Dengan terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi pada remaja merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus seperti bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitarnya, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku yang tidak bertanggung jawab yaitu dengan menerapkan aktifitas seksual tersebut. Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas berakibat penyalahgunaan seks bebas yang beresiko terhadap penularan HIV/AIDS ataupun jenis penyakit menular seksual lainnya(Widyastuty, 2009). Hal ini pada usia berapapun dapat memicu terjadinya penyakit menular seksual melalui kegiatan seksual yang sudah aktif termasuk batasan usia remaja awal sampai remaja akhir (16-19) tahun. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin di RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Tahun 2014, jenis kelamin laki-laki frekuensi 4 presentasi 28,6%, jenis kelamin perempuan frekuensi 10 presentasi 71,4%, dari hasilnya menunjukkan bahwa dari 14 responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 10 responden (71,4%). Perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui. Sedangkan wanita adalah perempuan yang berusia dewasa. Perempuan lebih mudah terkena PMS dibandingkan dengan laki-laki karena bentuk alat kelaminnya dan luas permukaannya yang terpapar oleh air mani pasangannya. Adapun resiko penularan PMS/HIV/AIDS pada perempuan sepuluh kali lebih besar (Widyastuty, 2009). Menurut teori Fridayanti (2012), Angka kesakitan kelompok remaja pada penderita penyakit menular seksual pria adalah lebih tinggi dibandingkan dengan wanita, namun tingkat kegawatan pada wanita penderita penyakit menular seksual adalah lebih serius dibandingkan dengan laki-laki, faktor yang mempengaruhi antara lain perbedaan seks dengan perbedaan susunan anatomi organ tubuh tertentu. Kenyataannya hasil dilapangan menunjukkan bahwa responden yang mengalami penyakit menular seksual (PMS) lebih banyak pada yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan yang berjenis kelamin laki-laki karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat dengan anus dan saluran kencingnya. Berdasarkan karakteristik jenis penyakit di RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto, jenis penyakit gonore frekuensi 7 presentasi 50%, sifilis frekuensi 0 presentasi 0%, herpes genital frekuensi 3 presentasi 21,4%, kondiloma frekuensi 0 presentasi 0%, HIV/AIDS frekuensi 4 presentasi 28,6%, hasilnya menunjukkan bahwa dari 14 responden sebagian besar responden mengalami penyakit Gonore sebanyak 7 responden (50%) sedangkan yang mengalami penyakit herpes genital yaitu sebanyak 3 responden (21,4%). Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh neisseria gonorrhoeae yang bersifat diplococcus. Penyebabnya adalah nisseria gonorrhoeae terutama yang terdapat pada epitel yang sekretoris dan pada keadaan tertentu memasuki epitel gepeng berlapis banyak. Infeksi terjadi oleh koitus dengan pria yang mengandung neisseria gonorrhoeae dalam alat kelaminnya atau saluran kencingnya (Marmi, 2013). Adapun tanda dan gejalanya adalah pada anak-anak dapat terjadi vaginitis gonorrhoeae infantum sedang pada wanita dalam menopause dapat terjadi vaginitis gonorrhoeae senilis, penderita kalau flour berlangsung lama data terjadi kondiloma akuminata pada vagina, vulva dan sekitarnya. Perilaku remaja yang mengarah kepada penularan Gonore melalui jarum suntik dan melalui hubungan seks bebas atau hubungan seks (Widyastuty, 2009). Hasil di lapangan menunjukkan bahwa responden yang mengalami PMS sebagian besar menderita penyakit Gonore pada remaja perempuan. Gonore sering kali terdeteksi karena keluhan dan gejala yang ditimbulkan melalui alat kelaminnya, demikian pula herpes. Sedangkan HIV yang cenderung tanpa gejala biasanya terdeteksi karena gejala flour albus yang berkepanjangan atau tak kunjung sembuh, dan infeksi kulit. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul profil kejadian penyakit menular seksual pada remaja tahun 2014 pada 14 responden didapatkan bahwa seluruh responden berusia 16-19 tahun (100%) yang paling banyak di alami responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 10 (71,4%). Adapun yang paling banyak responden mengalami PMS yaitu gonore sebanyak 7 (50%) REKOMENDASI Diharapkan agar masyarakat terutama pada orang tua agar memberikan pendidikan seksual kepada anaknya karena dengan pendidikan tersebut dapat memberitahu remaja bahwa seks harus ditempatkan dalam perspektif yang tepat, selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual yang beresiko sehingga remaja dapat menghindarinya. Bagi remaja harus menghindari seks bebas, pemakaian narkoba, penindikan telinga, tato, dan menggunakan pisau cukur secara bersamaan karena dapat memicu terjadinya penularan PMS. Petugas Kesehatan harus berperan aktif untuk senantiasa memberikan bimbingan,arahan, dan berupa pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang bagaimana cara menghindari penyakit menular seksual melalui semakin mengaktifkan kegiatan penyuluhan dan UKS di sekolah terutama tingkat sekolah menengah atas (SMA). Dalam penelitian ini peneliti banyak kekurangan-kekurangan, untuk itu diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih menganalisa metode yang berhubungan dengan cara menghindari penyakit menular seksual dan mencegah kemungkinan terjadinya penyakit menular seksual. Institusi Pendidikan sudah selayaknya selalu menambah koleksi buku-buku, literature yang berhubungan dengan cara menghindari PMS sehingga dapat memudahkan mahasiswa yang sedang dalam melakukan penelitian. Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan pendidikan kesehatan dan cara menghindari penyakit menular seksual pada remaja. Email : [email protected] No Hp : 082144386970 Alamat: Ds Waiasih Kec. seram utara Kab. Maluku tengah