EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM MEGENDALIKAN EMOSI ANAK PRA-SEKOLAH DI PLAYGROUP CATERPILLAR SUPER KIDS LEBAK BULUS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam Oleh Dina Prahasty NIM: 105051001926 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2009 M. PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM MEGENDALIKAN EMOSI ANAK PRA-SEKOLAH DI PLAYGROUP CATERPILLAR SUPERKIDS LEBAK BULUS telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 5 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 5 Maret 2009 Sidang Munaqasyah Ketua Sekretaris Dr. Arief Subhan, MA NIP. 150262442 Wati Nilamsari, M. Si. NIP. 150293223 Anggota Penguji I Penguji II Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 150276299 Drs. Masran, M. Ag NIP. 150275384 Pembimbing, Umi Musyarofah, MA NIP. 150281980 ABSTRAK Dina Prahasty Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dalam Megendalikan Emosi Anak Pra- Sekolah di Playgroup Caterpillar Superkids Lebak Bulus. Emosi pada anak-anak mengalami perbedaan antara satu anak dengan anak yang lainnya. Perbedaan itu terjadi karena adanya pengaruh yang menyebabkan anak untuk berinteraksi dengan emosi yang sangat kuat dan adanya reaksi anak dengan emosi yang lemah. Pada saat seorang anak meluapkan emosinya, seharusnya ia mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya untuk mengendalikan emosi. Perhatian tersebut harus didapat dari orang-orang terdekat seperti orang tua, keluarga, guru, dan teman-teman. Reaksi-reaksi yang ditimbulkan anak pada masa ini adalah takut, marah, sedih, gembira, dan cemburu. Apabila anak mengalami salah satu keadaan tersebut, maka diperlukan pendekatan, yang salah satunya dengan menggunakan komunikasi antar pribadi untuk mengatasinya. Penelitian ini ingin mengetahui tentang bagaimana komunikasi antarpribadi dalam proses pengendalian emosi terhadap anak pra sekolah di Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus Jakarta. Untuk memperoleh pengetahuan mengenai hal ini, maka peneliti menggunakan metodologi kualitatif. Yakni peneliti melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian dan bahkan ikut terjun langsung selama 5 bulan. Selain observasi dan terjun langsung peneliti juga memperoleh data-data penelitian melalui wawancara. Dari hasil observasi yang diperoleh di lapangan diketahui bahwa komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan emosi anak sangat efektif. Hal ini karena anak-anak usia pra-sekolah masih mudah menerima apa yang kita sampaikan atau harapkan pada dirinya. Subyek yang diteliti melakukan pendekatan dengan komunikasi antar pribadi, yang dilakukan jika anak-anak meluapkan emosinya. Keefektifan komunikasi dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan komunikan untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin disampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai keinginan komunikan. 15 KATA PENGANTAR “Alhamdulillah” merupakan yang paling pantas bagi saya untuk diucapkan sebagai bentuk rasa syukur dan segala puji senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT. Dialah yang memberikan cinta, rahmat, karunia, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian ini dengan judul “Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi dalam Mengendalikan Emosi pada Anak Pra-sekolah di Play Group Caterpillar Super Kids Lebak Bulus”. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga yaumul akhir. Aamiinn. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan Strata 1 (satu) di bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis pun sadar tanpa dukungan dari lingkungan sekitar yang memberikan motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak, sulit kiranya menyelesaikan laporan penelitian ini. Karenanya, dari lubuk hati yang paling dalam penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tuaku tercinta: Tasmadi dan Hasanah Latifah, yang telah melimpahkan segala kasih sayangnya yang tiada akhir, atas pengorbanannya yang tiada pamrih, nasihat dan do’anya yang berguna untuk memotivasi penulis dalam menyusun skripsi ini segera selesai. Dan juga saya ucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Murodi, MA. 2. Bapak Dr. H. Arief Subhan selaku Pudek I, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, MA selaku Pudek II, dan Pudek III bapak Drs. Study Rizal, LK, MA. 3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Bapak Drs. Wahidin Saputra MA. Dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Ibu Umi Musyarofah MA, yang sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi. 16 Yang telah banyak membantu penulis dalam melayani kebutuhankebutuhan mahasiswa. 4. Drs. Jumroni, M.SI. selaku dosen pengajar dari mata kuliah metodologi penelitian komunikasi. Karenanya peneliti dapat belajar banyak bagaimana cara menyusun laporan yang baik. 5. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik dan membantu penulis selama duduk di bangku kuliah dengan bimbingan, arahan, motivasi, dan kesabaran serta keikhlasan dalam mendidik peneliti. 6. Kakak, adik dan keponakanku tercinta: Lilyz Miftahul Jannah, Kiki Hasdiki, Reza Lukmanul Hakin, Sarah Saleh, Sultan Saleh, Alif Diaz Hasdiki, Ana Huliyatul Jannah, Faridatul Jannah, Mujiburrahman, Nabila Iffah, terutama Shellia Viantika yang banyak membantu dan mendukung peneliti dalam menyusun laporan ini. Terima kasih atas semuanya. 7. Buat Imron Alwahdi, yang telah banyak membantu dan memberi semangat dalam pembuatan laporan penelitian ini, dan selalu setia ada dalam suka dan duka. 8. Sahabat-sahabat aku yang cantik semua dan baik hati: Khoerunnisa, Maulida, Indira, Siti Muthi’ah, Azach, Fatimah Az-zahra. Makasih ya dukungannya… Keep in touch galz!!! 9. Miss-miss di Caterpillar Super Kids: miss Juliet, miss Fitri, miss Dwi, khususnya miss Saidah (Ida) yang telah banyak membantu peneliti. 10. Teman-teman KPI angkatan 2005, Indra Gunawan, Zakka Abdul Malik, dan lain-lainnya. 11. Dan buat semua pihak yang turut mendukung dan membantu penulis dalam menyusun laporan ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, saya ucapkan banyak terima kasih. Hanya kepada Allah, penulis memohon semoga amal baik yang telah diberikan menjadi amal sholeh dan diterima di sisi Allah SWT. Amin. Jakarta, Penulis 17 DAFTAR ISI ABSTRAK...................................................................................................... i KATA PENGATAR....................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................. 5 D. Metodologi Penelitian............................................................... 5 E. Tinjauan Pustaka....................................................................... 9 F. Sistematika Penulisan ............................................................... 10 BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian Efektifitas................................................................ 12 B. Komunikasi dan Komunikasi Antarpribadi 1. Pengertian Komunikasi ..................................................... 13 2. Pengertian Komunikasi Antarpribadi................................. 16 3. Tujuan Komunikasi Antarpribadi ...................................... 19 4. Efektifitas Komunikasi Antarpribadi ................................. 21 C. Emosi Anak 1. Pengertian Emosi dan Macam-macam Emosi .................... 26 2. Prinsip Utama Mengelola Emosi Anak.............................. 32 3. Sebab Utama dan Tanda Gejolak Emosi Anak................... 37 18 4. Manfaat Pengendalian Emosi bagi Anak ........................... 43 D. Kondisi Psikologis (Intelegensi) Anak Pra-sekolah ................... 45 E. Upaya dengan Komunikasi Antar-pribadi dalam Mengatasi Emosi Anak................................................... 49 BAB III: GAMBARAN UMUM PLAYGROUP CATERPILLAR SUPERKIDS LEBAK BULUS A. Sejarah Berdirinya Playgroup Caterpillar Superkids............... 54 B. Visi dan Misi ........................................................................ 55 C. Struktur Organisasi ................................................................ 56 D. Fasilitas yang Tersedia........................................................... 57 BAB IV : ANALISIS DATA EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM MENGENDALIKAN EMOSI ANAK PRA-SEKOLAH di PLAYGROUP CATERPILLAR SUPERKIDS A. Cara Pengendalian Emosi Anak Pra-sekolah di Playgroup Caterpillar Superkids Lebak Bulus 1. Cara Pengendalian Emosi Takut pada Anak .................... 59 2. Cara Pengendalian Emosi Marah pada Anak .................... 60 3. Cara Pengendalian Emosi Gembira pada Anak ................ 63 4. Cara Pengendalian Emosi Sedih pada Anak ..................... 65 5. Cara Pengendalian Emosi Cemburu pada Anak ............... 66 19 B. Respon Komunikasi Antarpribadi dalam Mengendalikan Emosi Anak Pra-sekolah di Playgroup Caterpillar Superkids Lebak Bulus .................... 67 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................ 70 B. Saran-saran ........................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai umat muslim kita diwajibkan untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif, karena komunikasi berpengaruh langsung pada tingkat dukungan dan bantuan yang kita terima dari orang lain, serta mendikte kemampuan kita agar gagasan kita diterima dan diterapkan. Pemikiran seorang anak awal mulanya terbentuk dari hubungannya dengan keluarga. Ia mendapati dirinya dicintai, disukai, dikucilkan, dicukupi, ataupun dibiarkan. Atas dasar semua sikap ini, ia akan tumbuh dilingkupi rasa senang dan percaya diri. Atau malah sebaliknya, ia merasa dibenci dan tidak percaya diri sehingga ia terkekang dalam iklim psikologis yang hitam. Si anak akan terjebak dalam kesulitan, kesusahan, dan keguncangan dalam menjalani hidupnya. Haus akan kenikmatan dan ketenangan. Dan ia akan selalu merasa jenuh dan bosan. Dari apa yang dipaparkan di atas, maka keluarga memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian anak. Bentuk hubungan yang melingkupi keluarga, antara kedua orang tua dan anak-anaknya sangat menentukan sebaik apa tipe kepribadian anak. Seorang anak lebih banyak berinteraksi dengan anggota keluarganya daripada dengan komunitas masyarakat luar. Lebih-lebih pada fase pertama hidupnya. Maka praktis, perasaannya tidak pernah jauh dari keluarga. Pada beberapa kasus, ada anak yang sifat dan sikapnya berubah-ubah. Bahkan ada anak yang jelas-jelas menunjukkan sifat tidak tenang. Mereka memendam gejolak emosional yang tercermin pada gerakan-gerakan refleks yang 21 tidak disengaja dan tidak dikehendaki. Contohnya memotong bulu mata, menggerak-gerakkan bahu, menggeleng-gelengkan kepala, menggigit jari atau pulpen, atau gerakan-gerakan lain yang dipandang tidak etis ditengah-tengah masyarakat. Dan hasilnya, ibu marah dan membentaknya. Namun hal itu tidak menghasilkan apa-apa. Semua gerakan ini sejatinya adalah gerakan refleks yang tidak disengaja da tidak dikehendaki. Penyebabnya adalah ketegangan jiwa yang dialami anak. Yang mana ketegangan jiwa ini mengakibatkan susunan saraf ikut menegang. Anak tersebut berusaha menghilangkannya dengan melakukan gerakan tadi secara berkesinambungan. Munculnya berbagai macam reaksi emosi terlihat sejak anak sudah mampu untuk berhubungan dengan lingkungan di luar dirinya, yaitu reaksi terhadap benda maupun orang lain di sekitarnya”1. Reaksi-reaksi emosi yang ditimbulkan anak pada masa ini sebagai berikut: 1. Rasa takut. Dijumpai pada umumnya pada usia-usia tertentu dengan bertambah pengalaman dan pengertian rasa takut akan berubah atau berganti dengan rasa takut yang lebih kuat dan lebih lemah. “Takut adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu”2. 2. Rasa marah. Terjadi dan dijumpai pada usia-usia anak yang sudah mengerti adanya orang lain dan benda lain di sekitarnya. “Sumber 1 Abu Bakar Baradja. Psikologi Perkembangan Tahapan dan Aspek-aspeknya, Cet. Ke-1 (Jakarta: Studis Press, 2005), h. 222-223. 2 Sarlito, W. Sarwono. Pengantar Umum Psikologi, Cet. Ke-9 (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), h. 58. 22 utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk mencapai tujuannya”3. 3. Rasa cemburu, iri hati. Perasaan ini ditimbulkan adanya persaingan yang muncul diantara anak yang lainnya. Perhatian yang berkurang atau beralih pada yang lain, menginginkan permainan yang dimiliki orang. “Kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekhawatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seseorang yang cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya”4. 4. Rasa sedih. Rasa sedih yang terjadi pada masa ini sering terjadi karena adanya imitasi, pada awal perkembangan anak belum mengerti dan memahami kejadian yang menyebabkan sedih tersebut. Rasa gembira. “Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yakni perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan itu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat sosial, yaitu melibatkan orang-orang lain di sekitar orang yang sedang gembira tersebut”5. Emosi anak memang sudah umum kita lihat, dimana anak-anak meluapkan emosinya jika sedang kesal. Seperti dengan mengamuk, berkelahi, mengolokolok, jika rasa kesal dan marah mereka meluap yang tanpa kita tahu penyebabnya. Namun ada juga anak yang meluapkan emosinya dengan perasaan senang, misal dengan bercanda bersama teman-temannya untuk menandakan perasaan senang atau gembira. Dan terkadang sebagai pihak ibu pun tidak dapat mengatasi anaknya yang selalu meluapkan emosinya tersebut. 3 Ibid., h. 59. Ibid 5 Ibid 4 23 Pada pengamatan awal di Playgroup Caterpillar Super Kids, terlihat bahwa anak yang sedang meluapkan emosinya dapat dikendalikan oleh guru di sekolah dengan menggunakan komunikasi antarpribadi. Karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang efektifitas komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan emosi anak, hal ini agar hidup anak menjadi lebih terencana dan terkendali. Karena pada masa kanak-kanak dalam Islam digambarkan sebagai suatu keindahan dunia, yang diliputi oleh kebahagiaan, keindahan, cita-cita, cinta dan fantasi. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk menyikapi permasalahan di atas maka peneliti ingin memberikan batasan dan perumusan masalah agar permasalahan yang ada dapat diatasi dengan baik. Untuk mempermudah peneliti memberi batasan yaitu, hanya mengamati satu kelas dalam mencari data, yaitu kelas Jumper, yakni kelas yang diduduki oleh anak usia 3-4 tahun. Peneliti hanya memberi batasan seperti ini dikarenakan keterbatasan ilmu, waktu dan tenaga. Adapun perumusan masalah tersebut adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru dalam mengendalikan emosi anak pra-sekolah? 2. Bagaimana efektifitas komunikasi antarpribadi dalam pengendalian emosi anak di playgroup Caterpillar Super Kids? 24 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk memperoleh gambaran tentang keefektifan komunikasi antarpribadi dalam proses pengendalian emosi pada anak pra-sekolah di Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus. D. Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini mengacu pada beberapa kepentingan, yaitu : 1. Manfaat Teoritis, yaitu pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan tentang masalah-masalah anak, terutama dalam megendalikan emosi pada anak. 2. Manfaat praktis, yaitu diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama kaum orang tua yang ingin mengetahui bagaimana caranya untuk bisa mengendalikan emosi pada anaknya. E. Metodologi Penelitian 1. Sumber data Satuan kajian menurut Lexy J. Moleong biasanya ditetapkan juga dalam rancangan penelitian. Dalam penelitian ini, ada empat satuan kajian yang terdiri dari pengurus organisasi, siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids, guru-guru yang di Playgroup Caterpillar Super Kids, dan orang tua dari siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids, dengan rincian : 1 kelompok bermain yang terdiri dari 10 murid kelas Jumper 25 Playgroup Caterpillar Super Kids, yang bernama Kirani (perempuan), Winahyo (laki-laki), Nayla (perempuan), Daffa (laki-laki), Adrien (perempuan), Brandon (laki-laki), Rafif (laki-laki), Tania (perempuan), Namira (perempuan), dan Diandra (perempuan), lalu 1 orang guru bernama Saidah dari siswa-siswi kelas Jumper, dan 1 orang tua dari siswasiswi Playgroup Caterpillar Super Kids yang bernama Ibu Titi. Pencatatan data dilakukan dengan menggunakan sample bertujuan, maksudnya untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber. Hal ini didasarkan atas pendapat Moleong bahwa “Pada penelitian kualitatif tidak ada sample acak tetapi sample bertujuan”.6 Mengenai hal ini maka subyek yang diteliti adalah guru, dan objek penelitiannya adalah komunikasi antarpribadi antara guru dan murid dalam mengendalikan emosi yang timbul. 2. Pendekatan yang digunakan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dan pada pendekatan kualitatif harus meneliti secara berulang-ulang, guna peneliti memperoleh data yang mendalam tentang objek yang dikaji. Untuk itu peneliti turut berperan dalam lingkungan sekolah, agar data yang diperlukan diperoleh secara mendalam. Selain itu pendekatan kualitatif ini dapat digunakan untuk menemukan perspektif baru tentang hal-hal yang sudah banyak diketahui. Dalam hal ini yang akan diteliti adalah keefektifan komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan anak pra-sekolah yang suka meluapkan emosinya di Playgroup Caterpillar 6 Lexy J. Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif, cet ke-20, edisi revisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 224. 26 Super Kids Lebak Bulus, baik berdasarkan pengamatan langsung di lapangan maupun wawancara dengan guru. Dalam penelitian kualitatif, metode yang digunakan yaitu observasi yang artinya pengamatan dengan menggunakan panca indera langsung untuk melihat sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini juga melalui wawancara, wawancara dilakukan untuk memperluas informasi yang diperoleh. Instrumen dari penelitian ini adalah peneliti sendiri karena ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnyaia menjadi pelapor hasil penelitian.7 Dan dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh pengurus sekolah yang bernama Ibu Juliet Kiroma, seorang guru yang bernama Saidah (miss Ida), dan 1 orang tua murid yang bernama Ibu Titi. 3. Teknik Pengumpulan data a. Observasi Alasan untuk mengambil teknik observasi atau pengamatan, karena didasarkan pengalaman secara langsung yang memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Karena selain sebagai pengamat, peneliti juga turut berperan serta selama 5 bulan. Dan dalam kurun waktu tersebut, Alhamdulillah peneliti memperoleh data-data sesuai dengan yang dibutuhkan. 7 Ibid., h. 168-173. 27 b. Wawancara Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Jenis wawancara yang peneliti gunakan yaitu dengan pembicaraan informal, di mana hubungan pewawancara dengan nara sumber adalah dalam suasana biasa dan wajar. Peneliti mewawancarai nara sumber miss Ida selaku guru kelas Jumper, dan ibu Titi selaku orang tua murid, serta ibu Juliet selaku pengurus sekolah. c. Dokumen Dokumen menurut Guba dan Lincoln (1981: 228) adalah setiap bahan tertulis ataupun film. Alasan menggunakan dokumen karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, sebagai bukti untuk suatu pengujian dan berguna, serta sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks. Jenis dokumen yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan laporan catatan diri siswa, keadaan, dan aturan dari Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus. 4. Analisis Data Dalam menganalisa menginterpretasikan catatan data hasil lapangan observasi, yang ada peneliti kemudian menyimpulkannya, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang nampak pada data tersebut. Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi ciriciri suatu objek dan kejadian. Kategori dari analisa data ini diperoleh berdasarkan fenomena yang nampak pada cara-cara mengendalikan anak yang suka meluapkan emosinya. 28 5. Teknik pemerikasaan keabsahan data Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja. F. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka peneliti mengumpulkan teori-teori atau konsepkonsep yang terkait dengan topik yang peneliti ambil, yakni Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dalam Mengendalikan Emosi Anak Pra-sekolah di Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus. Efektifitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh, sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau adanya akibat serta penekanannya jadi sesuatu. Jadi “efektiifitas” berarti keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah melakukan sesuatu).8 Benak manusia memiliki tiga fungsi: berfikir, merasa, dan berkehendak, (kognisi, emosi, dan perilaku). “Setiap aspek berhubungan dengan kedua aspek yang lain dan tidak terjadi secara berpisah. Jadi, bila perasaan dialami, maka pikiran akan menyertainya dan juga perilaku terjadi pada saat yang sama”.9 Adalah keliru untuk berpendapat bahwa emosi dihasilkan seluruhnya oleh otak. 8 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar B. Indonesia, Cet. Ke-7, edisi 2 (Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud, 1995), h. 250. 9 Jhon Pearce, Bagaimana Mengatasi Perkelahian, Olok-olok dan Gertakan, Cet. ke-1 (Jakarta: PT. Binarupa Aksara, 1990), h.47. 29 William McDougall, psikolog, menyebutkan bahwa faktor-faktor personal (yang datang dari dalam diri individu) akan menentukan interaksi sosial dan masyarakat. Manusia memiliki sejumlah naluri (instink) yang membuat dirinya melakukan berbagai tindakan dalam konteks interaksinya denga individu lain. Manusia berperang karena memperturutkan instink berkelahinya. Kita senang berkelompok dan berorganisasi karena didorong instink berkelompok. Begitu seterusnya.10 Menurut kamus ilmiah populer, karangan Drs. M. Ridwan dkk, “Emosi yaitu perasaan, kemampuan jiwa untuk merasakan gejala sesuatu yang disebabkan oleh rangsangan dari luar (rasa sedih, susah, marah)”.11 Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi. Pendapat yang nativistik mengatakan bahwa “emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir. Sedangkan pendapat empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar.”12 Dalam komunikasi Antarpribadi, konsep diri sangat penting. Setiap orang akan bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya. 13 G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan laporan ini, maka penulis mengklasifikasikan permasalahan dalam beberapa bab yang saling berhubungan, 10 Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Modul UT “Psikologi Komunikasi” , Cet. ke-8 (Jakarta: Universitas Terbuka , 2005), h. 2. 11 Drs. M. Ridwan dkk, Kamus Ilmiah Populer (Jakarta: Pustaka Indonesia, 1999). h. 45. 12 Sarlito. W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Cet. ke-9 (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), h. 54. 13 Siti Mutmainah dan Drs. Ahmad Fauzi, h. 5-11. 30 sehingga tampak adanya gambaran yang terarah. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, kerangka teori, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan umum dan landasan teori tentang Komunikasi Antarpribadi dan Emosi Anak. Bab III Gambaran umum Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus. Bab IV Analisis data yang telah diperoleh di lapangan, yang kemudian dibandingkan dengan teori yang digunakan. Bab V Penutup yang terdiri dri kesimpulan dan saran, serta diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Efektivitas Efektivitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh, sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau adanya akibat serta 31 penekanannya jadi sesuatu. Jadi “efektivifitas” berarti keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah melakukan sesuatu).14 Menurut Jhon M. Echols dan Hasan Shadily dalam kamus InggrisIndonesia, efektivitas secara etimologis berasal dari kata efektif artinya berhasil guna.15 Efektivitas dalam Kamus Besar “Bahasa Indonesia” berasal dari kata efektif yang artinya:16 1. Dengan adanya efek (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) 2. Manjur atau mujarab (tentang obat) 3. Dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha, tindakan) 4. Hal mulai berlakunya (tentang Undang-undang peraturan). Efektivitas dalam The Oxford English Dictionary mengartikan sebagai “the quality of being effective in various sense” 17 , secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kualitas yang menjadikan efektif dalam berbagai hal atau bidang. Menurut Ensiklopedi Umum, Efektivitas menunjukkan taraf tercapaiannya tujuan usaha, dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal keefektifan adalah pencapaian prestasi dari tujuan, taraf efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti.18 14 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar B. Indonesia. Cet. Ke-7, edisi 2 (Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud, 1995), h. 250. 15 Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Cet. Ke-8 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1990), h. 207. 16 Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 219. 17 Erick Buckley, The Oxford English Dictionary, Vol. III (Oxford: the clarendon press, 1978), h. 49. 18 A. B. Prinnodigdo dan Hasan Shadily, Ensiklopedi Umum (Yogyakarta: Kanisius, 1990). h. 51. 32 Dalam upaya mengukur sejauh mana tingkat keefektifan, F. X Swarto mengemukakan bahwa terdapat tiga pendekatan dalam hal pengukuran keefektifan, yaitu: 1. Pendekatan tujuan, yaitu pendekatan yang menekankan pada pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan. 2. Pendekatan teori sistem, yaitu pendekatan yang menekankan pentingnya adaptasi tuntunan sebagai kriteria penilaian keefektifan sehingga satu elemen dari sejumlah elemen saling tergantung. 3. Pendekatan teori multiple konstituensi, organisasi dapat dikatakan efektif bila dapat memenuhi tuntunan dari konstituensi yang menjadi pendukung kelanjutan eksistensi organisasi tersebut. B. Komunikasi dan Komunikasi Antarpribadi 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak “hampa” atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia baik secara perorangan, kelompok atau organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan manusia ini (baik erorangan, kelompok, organisasi) dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi.19 Menurut Onong Uchjana Effendi. Komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa Latin, yakni “communication” yang bersumber dari kata “communis”. 19 T. A Lathief Rusydi, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi, Cet, Ke-1 (Medan: T.pn.,1985), h. 48. 33 Arti communis disini adalah sama, dalam arti sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Sedangkan secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.20 Edward Depari dalam karyanya “Komunikasi dalam organisasi” yang dikutip A. W Widjaja, mengatakan komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu. Mengandung arti, dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada penerima pesan.21 Keith Davis menddefinisikan komunikasi sebagai, “the transfer of information and understanding from one person to another person”22 secara sederhana diartikan “Pengiriman informasi dan pemahaman dari satu orang kepada orang lain”. Menurut Noel Gist, bilamana interaksi sosial meliputi pengoperan arti-arti dengan jalan menggunakan lambang-lambang, maka ini dinamakan komunikasi.23 Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang, yang mengandung arti atau makna. Atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain24 20 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi Cet. Ke-4 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3-4. 21 A. W Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Cet, Ke-2 (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 13. 22 Keith Davis, Human Behavior at work: Organizational Behavior,6th ed. (New York: Mc Graww Hill, 1981), h. 399. 23 Onong Uchjana Effendy, h. 10. 24 James G. Robbins, Komunikasi Yang Efektif (Jakarta : Cv. Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h.1. 34 Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.25 Menurut kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (Human Communication) bahwa : Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha merubah sikap dan tingkah laku itu. Everett M. Rogers seorang pakar sosiologi pedesaan Amerika mendefinisikan bahwa : Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.26 Komunikasi telah kita definisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia. Dari definisi ini terlihat bahwa untuk dapat terjadi proses komunikasi minimal terdiri dari tiga unsur utama, yakni: a. Pengirim pesan (komunikator) b. Pesan c. Penerima pesan (komunikan)27 Antara komunikator dan komunikan, dalam berkomunikasi menghasilkan empat tindakan, yaitu ; membentuk pesan, menyampaikan transmisi, menerima pesan, dan mengolah pesan. 2. Pengertian Komunikasi Antarpribadi 25 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara,t.t.), h.4. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT. Raja grafindo Persada, 2006), h.18-19. 27 Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004), h. 18. 26 35 Ada tiga perspektif yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang definisi komunikasi antarpribadi, yaitu:28 a. Perspektif komponensial, yaiti definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat dari komponen-komponennya. Komunikasi antarpribadi dalam definisi ini diartikan sebagai proses mengirim dan menerima pesan-pesan diantara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang, dengan berbagai umpan balik dan efek. b. Perspektif pengembangan, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat dari “proses pengembangannya”. Komunikasi dalam definisi ini dianggap sebagai proses yang berkembang, yakni dari hubungan yang bersifat impersonal meningkat menjadi hubungan interpersonal. Suatu komunikasi dikatakan bersifat interpersonal bila berdasarkan pada a) data psikologis; b) pengetahuan yang dimiliki, dan c) aturan-aturan yang ditentukan sendiri oleh para pelaku komunikasi. c. Perspektif relasional, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat dari hubungan diantara dua orang. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak “hampa” atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia baik secara perorangan, kelompok atau organisasi tidak mungkin dapat terjadi.29 Sebagian besar interaksi antar manusia berlangsung dalam situasi komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, di mana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini 28 Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk., Pengantar Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 109. 29 . Ibid., h. 2. 36 biasanya berlangsung secara berhadapan muka, bisa juga melalui sebuah medium telepon30. Komunikasi antarpribadi dapat terjadi dalam konteks satu komunikator dengan satu komunikan (komunikasi diadik: dua orang) atau satu komunikator dengan dua komunikan (komunikasi triadik: tiga orang). Lebih dari tiga orang biasanya dianggap komunikasi kelompok. Dalam komunikasi antarpribadi, biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut:31 a. Komunikator relatif cukup mengenal komunikan, dan sebaliknya, b. Pesan dikirim dan diterima secara simultan dan spontan, relatif kurang terstruktur, c. Umpan balik (feedback) dapat diterima dengan segera. Dalam tataran antarpribadi, komunikasi berlangsung secara sirkuler, peran komunikator dan komunikan terus dipertukarkan, karenanya dikatakan bahwa kedudukan komunikator dan komunikan relatif setara. Efek komunikasi antarpribadi, paling kuat diantara tataran komunikasi lainnya. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku (efek konatif) dari komunikannya, memanfaatkan pesan verbal dan non-verbal, serta segera merubah atau menyesuaikan pesannya apabila didapat umpan balik negatif. Menurut Gerald A Miller komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari 3 tigkatan analisis: a. Analisis tingkat kultural, bahwa untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain paling tidak mempunyai kesamaan kultral. 30 31 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, h. 48. Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 31. 37 b. Analisis tingkat sosiologis, yaitu komunikator melakukan prediksi mengenai reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikan berdasarkan keanggotaan kelompok yang mempunyai aturan-aturan yang bernilai. c. Analisis tingkat psikologis, komunikator ataupun komunikan mampu memprediksi kejiwaan lawannya. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Keefektifan komunikasi dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai keinginan kita. Dengan cara berlatih mengungkapkan maksud keinginan kita, menerima umpan balik tentang tingkah laku kita, dan memodifikasi tingkah laku kita sampai orang lain mempersepsikannya sebagaimana kita maksudkan. Komunikasi antarpribadi merupakan landasan dari komunikasi pada tataran di atasnya. Dalam tataran antarpribadi, komunikasi relatif lebih dinamis, bersifat dua arah, komunikator dan komunikan sama-sama aktif saling mempertukarkan pesan (mengirim dan menerima pesan) untuk dimaknai dan ditanggapi oleh pihak lainnya. Jadi, disebut komunikasi antarpribadi jika antara komunikator dan komunikan mempunyai persepsi yang sama, saling kenal, dan mempunyai tujuan yang sama. 3. Tujuan Komunikasi Antarpribadi Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tujuan-tujuan komunikasi antarpribadi ini tidak harus dilakukan dengan sadar ataupun dengan suatu maksud, 38 tetapi bisa pula dilakukan dengan tanpa sadar ataupun tanpa maksud tertentu. Berikut tujuan dari komuikasi antarpribadi:32 a. Mengenal diri sendiri dan orang lain Salah satu cara untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi antarpribadi. Dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain, kita akan mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita. Melalui komunikasi antarpribadi kita juga belajar tentang bagaimana dan sejauh mana kita harus membuka diri pada orang lain. Selain itu, komunikasi antarpribadi kita juga akan mengetahui nilai, sikap dan perilaku orang lain. Serta kita dapat memprediksi tindakan orang lain. b. Mengetahui dunia luar Komunikasi antarpribadi juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian orang lain. Banyak informasi yang kita miliki sekarang berasal dari interaksi antarpribadi. c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Hal ini karena kita ingin merasakan dicintai dan disukai serta menyayangi dan menyukai orang lain. d. Mengubah sikap dan perilaku Dalam komunikasi antarpribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita ingin seseorang memilih suatu cara tertentu, mencoba 32 Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk., Pengantar Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 112-113. 39 makanan baru, membeli suatu barang, mendengarkan musik tertentu, dan sebagainya. Intinya, kita banyak mempergunakan waktu untuk mempersuasi orang lain melalui komunikasi antarpribadi. e. Bermain dan mencari hiburan Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Bercerita dengan teman tentang kegiatan di akhir pekan, menceritakan tentang kejadian-kejadian lucu dan pembicaraan-pembicaraan lain yang hamper sama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali tujuan ini dianggap tidak penting, tetapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena bisa memberi suasana yang lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan dan sebagainya. f. Membantu Psikiater, psikologi klinik dan ahli terapi adalah contoh-contoh profesi yang mempunyai fungsi menolong orang lain. Tugas-tugas tersebut sebagian besar dilakukan melalui komunikasi antarpribadi. Demikian pula, kita sering memberikan berbagai nasihat dan saran kepada teman-teman kita yang sedang menghadapi suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Tujuan-tujuan komunikasi antarpribadi yang diuraikan di atas dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu: 1) Tujuan yang dilihat sebagai motivasi atau alasan mengapa seseorang terlibat dalam komunikasi antarpribadi. 2) Tujuan-tujuan yang dilihat sebagai hasil atau efek dari komunikasi antarpribadi. 40 4. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Efek komunikasi adalah pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Efek komunikasi dapat kita bedakan atas efek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan konatif (tingkah laku). Efek komunikasi dapat diukur dengan membandingkan antara pengetahuan, sikap, dan tingkah laku sebelum dan sesudah komunikan menerima pesan (Stuart, 1987). Karenanya, efek adalah salah satu elemen komunikasi yang penting untuk mengetahui berhasil atau tidaknya komunikasi yang diinginkan.33 Komunikasi antarpribadi, sebagai suatu bentuk perilaku, dapat berubah dari sangat efektif ke sangat tidak efektif. Pada suatu saat komunikasi bisa lebih buruk dan pada saat lain bisa lebih baik Karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi antarpribadi oleh Yoseph De Vito (1986) dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book” dilihat dari dua perspektif, yaitu:34 a. Perspektif Humanistik Pendekatan ini berasal dari psikologis humanistik yang dinyatakan oleh Abraham Maslow, Gordon Allport dan Carl Rogers. Berikut adalah uraian mengenai sifat-sifat yang tercakup dalam perspektif humanistik. 1) Keterbukaan, artinya kita harus mau membuka diri pada orang lain, memberikan reaksi-reaksi pada orang lain dengan spontan dan tanpa dalih perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang dimiliki kita. 2) Empati, yaitu kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain. 33 34 Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 110-111. Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk., Pengantar Komunikasi, h. 123. 41 3) Perilaku suportif, ditandai dengan sifat deskripsi, spontanitas dan provisionalisme yang mendorong peilaku suportif. 4) Perilaku positif, adalah ekspresif sikap-sikap positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi. 5) Kesamaan, kesamaan disini meliputi 2 hal: i). Kesamaan dalam “bidang pengalaman” seperti nilai, sikap, perilaku, pengalaman, dan sebagainya. ii). Kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan. b. Perspektif Pragmatis Perspektif pragmatis atau perilaku, menekankan manajemen interaksi, kebersamaan dan sifat-sifat umum yang membantu mencapai berbagai tujuan yang diinginkan dalam komunikasi antarpribadi. Pendekatan ini berasal dari pendekatan pragmatis yang dinyatakan oleh Paul Watzlawick, William Ledeer dan Don Jackson. Berikut adalah uraian mengenai sifat-sifat yang tercakup dalam perspektif pragmatis. 1) Sikap yakin. Tidak mempunyai perasaan malu dan gelisah dalam menghadapi orang lain, tetapi mempunyai rasa percaya diri yang bersikap luwes dalam berbagai situasi komunikasi. 2) Kebersamaan. Sifat ini ditandai dengan adanya hubungan dan rasa kebersamaan dengan memperhatikan perasaan dan kepentingan orang lain. 3) Manajemen interaksi. Adalah mengontrol dan menjaga interaksi dengan maksud untuk memuaskan kedua belah pihak, yang ditunjukkan dengan mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten. 4) Perilaku ekspresif. Keterlibatan sungguh-sungguh dalam interaksi dengan orang lain, yang diekspresikan secara verbal dan non-verbal. 42 5) Orientasi pada orang lain. Kemampuan seseorang untuk beradaptasi pada orang lain selama interaksi, dengan menunjukkan perhatian, kepentingan dan pendapat orang lain. 6) Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang harus memiliki sifat yang berorientasi pada orang lain. Artinya adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan orang lain selama komunikasi antarpribadi. 43 C. mosi Anak !"#$%&' /$5 1#2&/34 ()*+-./ 0 :;*<$%$ 6!"78%9 . >?+?&@ (= :; Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” Q.S. An-nisaa’(4): 9. Sebagai orang tua harus bangga dan gembira apabila Allah memberikan keturunan kepada kita dan sayangilah anak tersebut tanpa paksaan. Islam mengagungkan dan selalu memelihara kepentingan anak, bukan hanya setelah anak lahir, melainkan semenjak ia masih berada dalam kandungan. Ikatan keluarga dalam Islam dianggap sebagai pemula kelompok sosial. Keluarga terdiri dari orang tua dan anak-anak, dan dalam hati orang tua tersebut bersemayam rasa cinta terhadap anak yang tak pernah putus. Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai orang tua hendaklah menyangi anak mereka sepenuh hati tanpa ada kebohongan. Seperti jangan terlalu mengumbar-umbar janji kepada anak mereka dalam mendidik, karena jika janji tersebut tidak terpenuhi, anak akan memendam rasa kecewa yang berat dan akan menimbulkan rasa sedih. Sebab anak tersebut merasa bahwa orang tuanya tidak menyayangi mereka karena telah membohonginya dengan tidak menepati janji untuk membelikannya sesuatu. Padahal sebagai orang tua bertanggung jawab untuk menyenangkan hati buah hati mereka. Karena bagi anak-anak, orang tua 44 merupakan panutan dalam kehidupan mereka, terlebih di masa awal anak mulai mempelajari lingkunagan sekitarnya. 1. Pengertian Emosi dan Macam-macam Emosi Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau tidak senang. “Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif. Warna ini kadang-kadang kuat, kadang lemah, atau samar-samar saja. Dalam hal ini warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan itu disebut emosi”35. Benak manusia memiliki tiga fungsi: berpikir, merasa, dan berkehendak, (kognisi, emosi dan prilaku). “Setiap aspek berhubungan dengan ke dua aspek yang lain dan tidak terjadi secara berpisah. Jadi, bila perasaan dialami maka pikiran akan menyertainya dan juga prilaku terjadi pada saat yang sama”36. Adalah keliru untuk berpendapat bahwa emosi dihasilkan seluruhnya oleh otak. “Saraf di dalam otak meneruskan pesan dari satu serat ke serat yang lain melalui agen pengirim kimia yang terdiri dari beberapa buah. Kadar dari bahan kimia dan keseimbangan diantar bahan-bahan tersebut penting dalam menentukan cara emosi dialami. Bila kadarnya tidak seimbang, suasana hati yang tidak menyenangkan seperti kejengkelan, kecemasan, atau depresi mungkin timbul”.37 Beberapa macam emosi antara lain; gembira, bahagia, jemu, benci, terkejut, waswas, dan sebagainya. 35 ,Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, h. 54. Jhon Pearce, Bagaimana Mengatasi Perkelahian, Olok-olok dan Gertakan, h. 47. 37 Ibid., h. 48-49. 36 45 “Emosi-emosionalitas merupakan daya penggerak suatu tingkah laku. Dengan demikian dalam usaha mencari sumber-sumber persoalan dan sebabsebab daripada tingkah laku anak. Tibalah saatnya untuk melihat emosionalitas anak. Pelampiasan kekecewaan melalui kemarahan sebagai reaksi terhadap frustasi, memperlihatkan adanya emosi yang sedang menggerakkan tingkah laku anak. Emosi-kemarahan, telah menyebabkan anak melakukan macam-macam tingkah laku. Suatu bentuk lain, yang sering kurang dimengerti sebagai suatu sebab situasi yang menimbulkan reaksi tertentu adalah ketakutan”.38 Menurut Kamus Ilmiah Populer, karangan Drs. M. Ridwan dkk. “Emosi yaitu perasaan, kemampuan jiwa untuk merasakan gejala sesuatu yang disebabkan oleh rangsangan dari luar (rasa sedih, susah, marah)”39. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Pendidikan dasar (Nugroho Dewanto) “emosi yaitu luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang singkat”40. Menurut kamus lengkap psikologi (Jp. Chaplin) “emosi yaitu suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dan perubahan perilaku”.41 Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi. Pendapat yang nativistik mengatakan bahwa “emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak 38 Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, Cet. Ke-1 (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 68-69. M, Ridwan, dkk., Kamus Ilmiah Populer, h 45. 40 Nugroho Dewanto, Kamus Bahasa Indonesia Pendidikan Dasar (Bandung: Yrama Widya, 2004). h. 25. 41 JP. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono, Cet. Ke- 9 (Jakarta: Rajawali Press, 2004). h. 63. 39 46 lahir. Sedangkan pendapat empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar”.42 Salah satu penganut paham navistik adalah Rene Descartes. Ia mengatakan bahwa “sejak lahir telah mempunyai enam emosi dasar, yakni: cinta, kegembiraan, keinginan, benci, sedih, dan kagum”.43 Wilhem Wundt (1832-1920) mengemukakan tiga pasang kutub emosi, yakni: “Lust – Unlust (senang – tidak senang), Spannung – Losung (tegang – tidak tegang), Erregung – Berubigung (semangat – tenang). Jadi, kalau seorang melihat harimau, maka emosinya adalah Unlust, Spannung, dan Erregung; kalau seorang mahasiswa lulus ujian, emosinya adalah Lust, Losung, dan Berubigung dan seterusnya”.44 a. Perubahan-perubahan pada tubuh saat terjadi emosi “Terutama pada emosi yang kuat, seringkali terjadi juga perubahanperubahan pada tubuh kita, antara lain”.45 1) Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona 2) Peredaran darah: bertambah cepat bila marah 3) Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut 4) Pernafasan: bernafas panjang kalau kecewa 5) Pupil mata: membesar bila sakit atau marah 6) Liur: mongering kalau takut atau tegang 7) Bulu roma: berdiri kalau takut 8) Pencernaan: mules atau mencret-mencret kalau tegang 42 Sarlito. W. Sarwono, Penagntar Umum Psikologi, h. 54. Ibid., h. 54-55. 44 Ibid., h. 55-56. 45 Ibid., 43 47 9) Otot: ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor) 10) Komposisi darah: komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif. b. Faktor yang mempengaruhi emosi “Emosi pada anak-anak mengalami perbedaan satu anak dengan anak yang lainnya. Perbedaan itu terjadi karena adanya pengaruh yang menyebabkan anak untuk berinteraksi dengan emosi yang sangat kuat dan adanya reaksi anak dengan emosi yang lemah”.46 Diantara faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut ialah: 1) Kecerdasan: Perkembangan kecerdasan anak sangat mempengaruhi reaksi emosi yang ditimbulkan. Anak mempunyai kecerdasan dan keingintahuannyang baik, ternyata lebih aktif untuk merespon rangsangan untuk membangkitkan emosinya. Dibandingkan anak yang tidak mempunyai rasa keingintahuan dan kurang kecerdasan. 2) Jenis kelamin: karena pengkodisian anak sehingga banyak anak laki-laki yang menggunakan secara aktif emosinya, seperti ledakan emosi marah lebih ditujukan pada anak laki-laki, dibandingkan dengan anak perempuan. Sebaliknya rasa takut, cemburu dan kasih saying merupakan tempat emosi yang sesuai bagi anak perempuan daripada anak laki-laki. 3) Lingkungan keluarga: keluarga yang sedikit anaknya akan sangat kurang persaingannya, dibandingkan dengan keluarga besar yang banyak anak 46 Abu Bakar Baradja, Psikologi Perkembangan Tahapan dan Aspek-aspeknya, Cet. Ke1 (Jakarta: Studia Press, 2005), h. 217-218. 48 lebih sering menimbulkan persaingan. Yaitu persaingan untuk mendapatkan sesuatu, baik kasih saying maupun berbentuk benda. 4) Lingkungan sosial: lebih banyak anak bersosialisasi dengan temantemannya lebih mampu untuk mereaksi emosinya dibandingkan dengan anak yang tidak mendapat kesempatan untuk bersosialisasi. Rasa emosi yang dipengaruhi lingkungan sosial, akan lebih banyak menimbulkan rasa solidaritas yang tinggi, persaudaraan, simpati, kasih sayang, rasa tanggung jawab, rasa tentram, dan optimistis, dan lain sebagainya. c. Karakteristik emosi “Emosi dikatakan sebagai suatu peristiwa psikologis maka sesuai dengan perkembangannya terdapat karakteristik emosi,47 yakni: 1) Emosinya agak berlangsung lama, dan apabila saat berhenti dengan berangsur-angsur, atau perlahan-lahan kemudian berhenti. Meskipun kebutuhan dan keinginan telah terpenuhi, tetapi emosinya anak masih terlihat. 2) Emosinya ditinjukkan dengan kuatnya, jika tertawa dengan terbahakbahak atau menangis dengan menjerit dan bersuara keras. Emosi ini memberikan isyarat bahwa ia meminta pertolongan dan bantuan atas kebutuhan dan keinginannya. 3) Terjadinya emosi sewaktu-waktu dan sudah direncanakan, maksudnya bahwa saat ia akan menangis dan tertawa melihat suatu kejadian yang membuat ia takut atau tertawa. 47 Ibid., h. 219. 49 4) Emosinya lebih bersifat agak subyektif, emosinya hanya ditujukan apa yang terjadi pada dirinya, ia belum memperhatikan bagaimana bila terjadi pada orang lain. d. Macam-macam emosi pada masa anak pra-sekolah “Munculnya berbagai macam reaksi emosi terlihat sejak anak sudah mampu untuk berhubungan dengan lingkungan di luar dirinya, yaitu reaksi terhadap benda maupun orang lain yang ada di sekitarnya.”48 Reaksi-reaksi yang ditimbulkan anak pada masa ini sebagai berikut: 1) Rasa takut. Dijumpai pada umumnya pada usia-usia tertentu dengan bertambah pengalaman dan pengertian rasa takut akan berubah atau berganti dengan rasa takut yang lebih kuat dan lebih lemah. “Takut adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu”49. 2) Rasa marah. Terjadi dan dijumpai pada usia-usia anak yang sudah mengerti adanya orang lain dan benda lain di sekitarnya. “Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk mencapai tujuannya”50. 3) Rasa cemburu, iri hati. Perasaan ini ditimbulkan adanya persaingan yang muncul diantara anak yang lainnya. Perhatian yang berkurang atau beralih pada yang lain, menginginkan permainan yang dimiliki orang. “Kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekuatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan 48 Ibid., h. 222-223. Sarlito, W. Sarwono. Pengantar Umum Psikologi, h. 58. 50 Ibid., h. 59. 49 50 kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seseorang yang cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya”51. 4) Rasa sedih. Rasa sedih yang terjadi pada masa ini sering terjadi karena adanya imitasi, pada awal perkembangan anak belum mengerti dan memahami kejadian yang menyebabkan sedih tersebut. Umumnya rasa sedih timbul karena ada sesuatu yang hilang, baik itu berupa benda maupun perasaannya yang menjadi suatu yang menyenangkan atau penting untukya. 5) Rasa gembira. “Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yakni perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan itu disebabkan oleh halhal yang bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat sosial, yaitu melibatkan orang-orang lain di sekitar orang yang sedang gembira tersebut”52. Kenyaman dan perhatian yang diterima anak akan direspon dengan rasa kegembiraan. 2. Prinsip Utama Mengelola Emosi Anak Menurut pendapat Seto Mulyadi didalam buku yang berjudul “Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya”, terdapat beberapa prinsip antara lain: a. Tidak ada perasaan salah Rasa amarah sangat menusiawi sehingga tidak dapat disalahkan. Rasa marah sama manusiawinya dengan rasa lapar yang kita alami karena belum makan, rasa sakit karena tertusuk benda tajam, ataupun rasa ngantuk akibat kurang tidur. Perasaan itu adalah reaksi kimiawi tubuh, dan 51 52 Ibid. Ibid 51 memang seperti itulah tubuh kita bekerja. Masih banyak orang tua yang mengaitkan perasaan negatif yang dirasakan oleh anak dengan watak anak yang buruk. Si adik yang iri dengan kakaknya dianggap memiliki watak jelek, sedangkan si kakak dianggap lebih banyak memperoleh perhatian. Menurut Dr. Elizabeth Hurlock “reaksi marah pada anak memang akan mencapai puncaknya pada usia 2-4 tahun. Marah juga merupakan emosi yang paling sering ditunjukkan anak-anak disbanding rangsangan emosi lainnya”.53 b. Perasaan harus diungkapkan, tetapi secara bijak Cara seorang anak mengungkapkan perasaannya terkait dengan kemampuan anak untuk mengendalikan diri. Tidak perlu khawatir apabila si kecil masih mengekspresikan emosinya dengan cara yang salah. Kemampuan untuk mengelola emosi setiap anak pun berbeda-beda tergantung usia, penyebab, latar belakang keluarga, serta kondisi psikologis saat stimulasi terjadi. Kemampuan mengelola emosi ini perlu dilatih, sama halnya dengan kemampuan si kecil untuk menngontrol anggota gerak dan benda-benda didekatnya. Lebih baik apabila emosi itu diungkapkan dan tidak dipendam. Perasaan yang dipendam dapat berakibat destruktif pada diri sendiri, terutama jika ada tekanan yang dirasakan oleh anak. Ada dua hal yang membuat anak tidak dapat mengungkapkan rasa marahnya, yaitu: 1) Kemampuan berbahasanya yang belum berkembang dan pengaruh lingkungan sosial atau budaya 53 Ibid., h. 12. 52 2) Ada kemungkinan seorang anak takut untuk mengakui bahwa ia sedang marah karena ajaran orang dewasa yang megatakan bahwa anak yang baik tidak boleh marah atau ngambek. “Kemampuan mengelola emosi perlu dilatih, sama halnya dengan kemampuan si kecil untuk mengontrol anggota gerak dan benda-benda disekitarnya”.54 Orang tua sebaiknya memfasilitasi anak agar mampu mengungkapkan perasaannya ini sekaligus bertindak sebagai mentor yang membimbingnya agar mampu mengungkapkan perasaan dengan bijak. Contoh, dengan melampiaskan amarah anak pada benda mati atau dengan cara yang sesedikit mungkin menimbulkan kerugian, misalnya; membuat coret-coretan, mewarnai, menulis dan sebagainya. Jika telah mencapai tahap pengendalian diri yang lebih baik, rasa marah bahkan bisa ditransformasikan dalam kegiatan yang positif dan menghasilkan manfaat, seperti mencipta lagu, syair, tulisan dan sebagainya. c. Letakkan harapan sesuai kemampuan Jangan pernah lupa bahwa anak-anak tetaplah anak-anak. Mereka memiliki keterbatasan pemahaman maupun kontrol terhadap dirinya. Jadi, tak mungkin mengharapkan mereka mampu mengerti, mengendalikan diri, dan berperilaku seperti layaknya orang dewasa. Sebagai contoh, seorang ibu mengharapakan anak laki-lakinya yang berusia 2 tahun dapat duduk tenang di meja makan tanpa melempar makanan. Dalam hal ini, harapan si ibu sudah cukup sesuai dengan usia anak. Namun sebaliknya, harapan ibu 54 Ibid., h. 13 53 menjadi tidak sesuai jika megharapkan si anak untuk duduk tenang selama 20 menit di meja makan. Menurut Dr. Seto Mulyadi dalam karangan bukunya yang berjudul membantu anak balita mengelola amarahnya, terdapat beberapa tahap perkembangan anak masa kanak-kanak awal (3-6 tahun) yaitu: 1) Mulai meningkatkan kekuatan dan kehalusan motorik, kemandirian, pengendalian diri, kreativitas, dan imajinasi. 2) Sudah memiliki gagasan atau pemhaman konkrit, belum mampu memiliki pemahaman abstrak, mulai menyadari orang lain, dan egosentrisme menurun. Untuk membuat harapan yang sesuai dengan taraf perkembangan anak, orang tua perlu memahami pola-pola perkembangan anak berdasarkan usia. Orang tua perlu mengetahui apa yang dapat diharapkan dari anak sesuai usianya, berapa usia yang tepat untuk munculya suatu perilaku positif pada anak, dan kapan biasanya pola perilaku ini meningkat ke pola perilaku yang lebih matang. d. Berusaha menjadi model terbaik Untuk mendidik anak kita memang tak ada cara lain selain menjadikan diri kita sebagai model. Anak-anak adalah peniru yang paling baik sehinggan orang tua haruslah menjadikan dirinya sebagai contoh, karena orang tua adalah model utama dan paling dekat dalam kehidupan anak. “Apabila orang tua tidak mampu mengendalikan diri dan emosi dengan baik maka sukar untuk mengharapkan anak mengendalikan diri”.55 55 Ibid., h. 17. 54 Karena orang tua sebagai contoh terbaik bagi anak-anak, tunjukkanlah bagaimana cara orang dewasa mengatasi kemarahan dan kekecewaan dengan sikap tenang. Jadilah guru bagi buah hati kita sambil membantu mereka memahami dari apa yang kita teladani. e. Bersikap konsekuen Sikap yang konsekuen dalam mengasuh anak adalah hal yang sangat penting. Sikap ini akan membantu orang tua untuk mencapai tujuan, karena dapat mendorong anak untuk patuh dan menghormati orang tua. Sebagai contoh, kita telah membuat kesepakatan dengan si kecil bahwa ia harus tidur pukul 20.00, kecuali hari libur. Jika suatu malam ia tidur pada pukul 20.30, maka kita harus mengejarnya untuk bersikap konsekuen dengan peraturan yang telah disepakati bersama. Untuk kasus ini, kita dapat mengatakan padanya, ‘mama (papa) tahu kamu marah, mungkin kamu akan menganggap mama sebagai orang terkejam di dunia. Namun, kamu telah melanggar waktu tidur. Jadi, besok kamu harus tidur lebih cepat, yaitu pada pukul 19.30’. Sikap konsekuen ini juga berlaku bagi orang tua. Ingatlah kembali bahwa “orang tua adalah model atau panutan untuk anak. Apabila orang tua melanggar peraturan, ia juga harus mencontohkan pada anak bahwa ia menerima konsekuensi pila”.56 Misalnya, apabila orang tua melanggar peraturan, ia pun harus bersedia ‘dihukum’. Namun hal ini hanya bertujuan mengajarkan konsekuensi kehidupan pada anak. Jika orang tua 56 Ibid., h. 18. 55 tidak konsekuen, tentunya anak akan mengalami kebingungan. Selain itu, batasan aturan yang dibuat orang tua menjadi kabur atau tidak jelas. Kita juga perlu menjelaskan tujuan dan alas an kita menerapkan aturan tersebut dengan bahasa yang mudah dimengerti. Selain itu, kita perlu pula menjelaskan bahwa peraturan itu berbeda-beda untuk orang yang berbeda. Namun, hukuman ini hanya bertujuan untuk mengajarkan konsekuensi. 3. Sebab Utama dan Tanda Gejolak Emosi Anak Seperti diketahui beberapa macam emosi antara lain: gembira, bahagia, jemu, benci, was-was, dan sebagainya. “Faktor penyebab utama gejolak emosional anak, karena perasaan bahwa dirinya tidak mampu, perasaan bahwa dirinya dimusuhi, dan perasaan bahwa dirinya dikucilkan”.57 Itu semua merupakan akibat kurangnya simpati keluarga pada mereka. Tidak terlimpahnya rasa cinta yang dibutuhkan. Tidak adanya pengawasan orang tua, serta tidak adanya perhatian pada anak. Barangkali tanda-tanda gejolak emosional anak yang paling dominan adalah hilangnya rasa tenang, gerakan-gerakan refleks, melamun, temperamental, menangis, mudah emosi dan marah karena faktor sepele, kejang urat saraf sambil berteriak histeris (tapi bukan penyakit ayan), menggigit atau memukul saudaranya atau siapa saja yang berkelahi dengannya. 57 Malak Jurjis, Cara Mengatasi Gejolak Emosi Anak Cet. Ke- 1 (Bandung: PT. Mizan Publika, 2004), h. 5. 56 Perlu digaris bawahi, “terbentuknya karakter seorang anak baik perasaan, gejala-gejala emosional, tingkah laku, maupun kebiasaan, timbul dan berpusat pada kedua orang tuanya”.58 Menurut Dr. Seto Mulyadi, sebab utama dan tanda gejolak emosi yang terjadi bila anak sedang marah:59 a. Janji yang tidak ditepati. Semua orang tua tentu ingin anaknya bahagia. Salah satu caranya adalah dengan menjanjikan suatu hal kepada anak mereka. Hal penting yang harus diperhatikan oleh para orang tua dalam berjanji adalah dapatka kita menepati janji?. Salah satu akibat dari janji yang tidak ditepati adalah munculnya kemarahan pada anak. Kemarahan anak tidak boleh dianggap sebagai perkara yang mudah karena dapat mengakibatkan pengaruh yang buruk pada hubungan anak dengan orang tua. Akibat janji tidak ditepati: 1) Berkurangnya kepercayaan anak kepada orang tua 2) Berkurangnya wibawa orang tua dihadapan anak 3) Anak bersikap masa bodoh dengan aturan yang telah disepakati b. Mencari perhatian. Rasa kasih sayang orang tua kepada anak harus ditunjukkan secara nyata sesuai dengan tahap perkembangannya. Karena kemampuan anak untuk memahami sesuatu berbeda satu sama lain dan tergantung tingkat kedewasaannya, kita perlu mewujudkan kasih sayang dalam bentuk yang konkret. Permasalahan yang mungkin muncul adalah anak merasa bahwa kasih sayang yang ditunjukkan oarng tua padanya belumlah cukup. Ia menginginkan agar orang tuanya 58 Ibid., h.7. Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya (Jakarta :Erlangga, 2004), h. 27-25. 59 57 mencurahkan seluruh perhatian kepada dirinya. Hal ini mungkin sulit dilakukan karena banyak hal lain yang perlu diperhatikan oleh orang tuanya, misalnya orang tua juga harus membagi perhatian untuk si adik. Kadang ada anak yang melakukan suatu hal untuk menarik perhatian orang tuanya. Salah satunya adalah dengan marah. Rasa marah merupakan cara yang digunakan untuk menunjukkan bahwa dirinya membutuhkan perhatian dari orang tua. Kemarahan dapat digunakan anak untuk mendapatkan perhatian lebih banyak. Akibat bila anak merasa tidak diperhatikan: 1) Hubungan anak secara emosional dengan orang tua akan semakin jauh, karena anak merasa orang tua tidak memperhatikan dan menyayanginya. 2) Anak yang merasa tidak mendapat perhatian cenderung sukar untuk diatur dan tidak pedulian, karena ia sendiri merasa tidak dipedulikan. 3) Anak akan bersikap makin agresif, misalnya berkelahi dan memukul saudara atau teman-temannya. Karena dengan semakin menunjukkan kemarahannya, dia akan berhasil menarik perhatian yang lebih besar dari orang tuanya. 4) Anak akan mengembangkan sikap mental yang cenderung tidak suka melihat orang lain senang karena ia merasa pahit dengan dirinya sendiri. Dalam sikap lain, anak akan bersikap over acting dihadapan orang lain dengan tujuan untuk memperoleh perhatian juga. c. Dipaksa disiplin. Setiap orang tua meyakini bahwa pembentukkan disiplin pada anak merupakan sebuah proses yang harus mulai ditanamkan sedini mungkin. Orang 58 tua tentunya berusaha mengajarkan disiplin kepada putra-putrinya dengan cara menanamkan tingkah laku yang dianggap baik dan menghindari tingkah laku yang buruk. Menurut psikolog pendidikan, Soetarlinah Sukadji, “pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan menanamkan pola perilaku dan kebiasaan tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral”.60 Dengan demikian, pendidikan disiplin dalam keluarga dapat diartikan sebagai bimbingan dari orang tua kepada putra-putrinya untuk menampilkan tingkah laku dan tindakan yang sesuai dan dapat diterima oleh norma-norma yang berlaku. Namun, penerapan disiplin tidak selamanya dapat diterima dengan sepenuh hati oleh anak. Anak mungkin tidak menyukai aturan yang diterapkan oleh orang tuanya. Akibatnya anak merasa terpaksa dalam menjalankan disiplin. Reaksi anak terhadap keterpaksaan ini adalah rasa marah yang dapat ditunjukkan dengan cara beragam tergantung kepribadian anak. Akibat disiplin yang dispaksa: 1) Disiplin hanya terjadi sesaat saja 2) Anak cenderung lebih mengingat hal-hal negatif dari disiplin daripada halhal positif 3) Tujuan disiplin menjadi kurang efektif d. Cemburu pada saudara. Rasa cemburu antara adik dan kakak dalam sebuah keluarga merupakan hal yang wajar. Rasa cemburu tersebut merupakan reaksi normal yang dialami 60 Ibid., h. 36. 59 manusia karena takut akan kehilangan kasih sayang atau perasaan terancam kehilangan orang yang disayangi. Hal ini wajar dialami seorang anak yang akan memperoleh adik baru. Bagi kakak, sang adik dapat dianggap sebagai saingan yang akan merebut cinta kasih dan perhatian orang tua yang selama ini ia dapatkan. “Rasa cemburu pada anak dapat mengakibatkan reaksi marah. Kemarahan ini timbul karena anak merasa saling bersaing untuk mendapatkan perhatian dari oaring tua”.61 Akibat kecemburuan antar saudara yang tidak segera diatasi: 1) Konflik dengan saudara 2) Persaingan yang tidak sehat dengan saudara 3) Merasa tidak mendapatkan kasih sayang orang tua 4) Rasa marah terhadap saudara dan orang tua e. Orang yang terlalu mendikte. Kadang orang tua menganggap bahwa anak belum dapat menentukan keinginannya. Dengan anggapan seperti itu, orang tua cenderung mengatur anak agar sesuai seperti keinginan orang tua. Hal itu dilakukan terkadang tanpa memikirkan bahwa anak juga mempunyai keinginan dan perasaan yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan suatu hal. Respon anak terhadap orang tua yang telah mengatur segala hal untuk anak dapat bermacam-macam. Ada anak yang menerima saja dan melakukannya dengan senang hati, tetapi ada juga anak yang tidak menyukainya dan bereaksi marah. Anak merasa marah karena dirinya 61 Ibid., h. 41. 60 kurang dihargai oleh orang tua. Anak juga mempunyai hak untuk didengar dan untuk menentukan apa yang ia inginkan. Akibat anak terlalu didikte: 1) Anak menjadi tergantung pada orang tua 2) Anak merasa kurang percaya diri 3) Anak tidak terbiasa menyelesaikan masalah sendiri f. Meniru. Sikap orang tua berpengaruh pada perilaku anak. Selain itu, pengaruh teman sebaya dan televisi berperan dalam membentuk perilaku marah anak. Akibat perbuatan meniru yaitu: 1) Sifat marah akan menjadi bagian yang dominan, dalam diri anak, bahkan hingga ia dewasa 2) Jika orang tua tidak pernah memberikan penjelasan, anak tentunya tidak akan mengetahui mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. g. Tak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Tidak hanya orang dewasa yang mengalami perubahan, tetapi anak-anak juga. Orang dewasa mungkin dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, tetapi anak-anak belum tentu dapat menyesuaikan diri dengan perubahanperubaha yang terjadi dalam hidupnya. Macam-macam perubahan yang memerlukan adaptasi; “kehilangan figur orang tua, karena orang tuanya bercerai, pindah rumah, pertama kali masuk sekolah, kehilangan binatang peliharaan, kehilangan teman baru, mendapatkan teman baru”.62 62 Ibid., h. 54. 61 Akibat tak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan: 1) Anak akan mengalami kesulitan jika harus menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan baru, bahkan hingga ia dewasa 2) Anak tidak akan diterima oleh lingkungan barunya, misalnya oleh temanteman barunya, karena sering menunjukkan perasaan marah. Kemarahan disebabkan oleh perasaan tidak nyaman terhadap lingkungan baru. Selain itu, mungkin anak membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. 3) Anak akan menggunakan ekspresi marah jika ia mengalami perubahan baru dan bila orang tua kurang memberikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan marah anak. 4. Manfaat Pengendalian Emosi untuk Anak Menurut Dr. Seto Mulyadi, “dalam mengendalikan emosi pada anak. Terdapat beberapa manfaat bagi anak tersebut, antara lain”:63 a. Meningkatkan kecerdasan emosi anak Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan kognitif hanya berpengaruh sebesar 20% saja pada keberhasilan seseorang, sedangkan sisanya tergantung pada kecerdasan emosionalnya. Berikut adalah unsur-unsur kecerdasan emosi yang ingin kita penuhi dengan membantu anak mengelola emosinya berdasarkan prinsip cerdas emosi: 1) Anak belajar dan menjadi mampu untuk mengidentifikasi emosinya. 2) Mengekspresikan perasaannya. 3) Memperkirakan tingkat emosinya. 4) Mampu mengelola emosi. 63 Ibid., h. 25-26. 62 5) Mampu menunda ledakan emosi. 6) Mampu mengendalikannya. 7) Mampu mengurangi tekanan diri akibat emosi. 8) Dapat membedakan antara perasaan dan tindakan. b. Meningkatkan kesehatan fisik dan mental anak Ketidakmampuan anak untuk mengekspresikan emosinya dapat berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental. Emosi yang dipendam dapat membuat anak merasa tertekan dan terbebani sehingga menyebabkan anak mengalami keluhan-keluhan fisik maupun mental. Anak yang tak mampu mengatasi tekanan emosi dalam dirinya seringkali mengalami gangguan fisik. Misalnya: ingin buang air kecil karena ketakutan atau bicara gagap saat sedang gugup. Bantuan orang tua amat diperlukan untuk mendorong anak mengekspresikan emosi yang dirasakannya. c. Membantu anak melakukan penyesuaian sosial Emosi memegang peranan penting dalam penyesuaian diri karena akan mempengaruhi anak-anak pada saat mereka tumbuh menjadi remaja dan dewasa. Segala sesuatu yang menghambat perkembangan emosional anak dapat berpengaruh pada penyesuaian diri si anak, baik pribadi maupun sosial. Dengan mengajari anak untuk memahami dan mengekspresikan perasaannya, banyak aspek dalam perkembangan dan keberhasilan hidup yang akan dipengaruhi. Kemampuan untuk menampilkan emosi yang sesuai dengan lingkungan merupakan kunci penting agar anak dapat diterima dalam lingkungan sosial. 63 D. Kondisi Psikologis (Intelegensi) Anak Pra-sekolah Perkembangan anak sebelum masuk sekolah, antara umur 3-6 tahun, cepat sekali dalam semua bidang. Badan anak bagian atas lebih lamban berkembangnya daripada bagian bawah. Anggota-anggota badan masih relatif pendek, kepala relatif besar, perutnya masih besar, dan ada gigi susu. Dalam tahun-tahun pra-sekolah umur 3-6 tahun, anak-anak mulai menggunakan keterampilan mereka untuk berinteraksi dan mengerti dunia orang dan benda-benda. Mereka menemukan siapa mereka, menentukan apa yang mereka dapat lakukan, dan membentuk perasaan tentang diri mereka sendiri (a sense of self). Keterampilannya terus bertambah, anak-anak pra-sekolah dapat ditarik keluar ke dalam dunia, pertam berjuang untuk otonomi dan mengontrol diri mereka sendiri dan orang lain, dan kemudian menggunakan bahasa, kognitif, motor dan keterampilan sosial untuk mengumpulkan informasi tentang dunia. Jika sukses, anak-anak pra-sekolah menggunakan informasi ini untuk menemukan cara baru dalam berpikir yang lebih sehat, membuat keputusan, dan memecahkan masalah.64 Tahap-tahap perkembangan anak: 1. Perkembangan Motorik Yang dimaksud dengan motorik adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembangan motoris, unsur-unsur yang menentukan adalah otot, saraf dan otak. Ketiga unsur itu melaksanakan masing-masing peranannya secara “interaksi positif”, aratinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling melengkapi dengan unsur yang 64 Sri Esti Wuryani Djiwandoyo, Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), h. 25. 64 lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna keadaannya. Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerak-gerakkan tubuhnya. Semua anak dalam tahap perkembangan ini menyukai sesuatu yang kreatif seperti menggambar, mewarnai, dan membuat benda-benda dengan bermain adonan roti. Ketika keterampilan motor berkembang dengan baik, anak-anak di sekolah dapat memotong dan melipat kertas, menggambar segitiga dan segi empat, menyalin desain, surat, dan angka. Peristiwa-peristiwa penting dalam perkembangan motor pada anak anak umur 3-6 tahun: a. Usia 3 tahun; memakai sepatu, menuang air dari poci, menumpuk 9 balok, melompat, menggambar lingkaran. b. Usia 4 tahun; berpakaian sendiri, menggunakan gunting, menggambar pola, melempar bola, meloncat dengan satu kaki. c. Usia 5 tahun; mengancingkan baju, menylin surat dan pola, melempar dengan benar. d. Usia 6 tahun; bersepeda, ,menulis, menggambar, meloncat dengan tali, memperagakan suatu aksi. 2. Perkembangan Bahasa Anak terus menambah kata demi kata selama masa awal kanak-kanak dan dapat mengikuti perintah secara sederhana. Meskipun demikian anak kecil masih banyak menggunakan keterampilan non verbal, seperti gerakan tubuh, bahkan ketika mereka dapat menggunakan kata-kata. Selama tahun-tahun prasekolah, 65 perubahan bahasa dari ucapan satu kata ke pembicaraan dengan menggunakan tata bahasa yang lebih kompleks. Ketika anak-anak tumbuh dan berkembang, arti dan isi bahasa berubah, mengimbangi kecepatan pertumbuhan pribadi anak dalam keterampilan sosial dan mengembangkan pengertian mereka tentang dunia. Bahasa mempunyai tiga fungsi: a. Alat untuk menyatakan ekspresi Contoh sebagai penjelasan: tukang masak tersentuh wajan panas, segera ia berteriak: “aaaaauuu…!”. b. Alat untuk mempengaruhi orang lain Contoh sebagai penjelasan: anak terjatuh dari tangga, sambil kesakitan ia berteriak: “tolong….tolong…!”.65 c. Alat untuk memberi nama Kita mengetahui bahwa setiap nama merupakan symbol yang mewakili benda itu. 3. Perkembangan Kognitif Secara intelektual, anak pra-sekolah telah meninggalkan tahap perkembangan sensorimotor dan memasuki tahap perkembangan preoperasional atau prelogical (Piaget, 1950). Ini berarti bahwa anak-anak pra-sekolah dapat berpikir dan mewakili tentang objek, orang, dan perbuatan-perbuatan yang tidak tampak. Karena pengetahuan mereka maju pesat selama periode ini, kemampuan mereka menggunakan gambaran simbolik dalam berpikir, memecahkan masalah, dan aktivitas bermain kreatif akan meningkat lebih jauh dalam beberapa tahun 65 Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986, h. 34 66 berikutnya. Meskipun begitu, pemikiran anak praoperasional terbatas dalam beberapa hal penting. Menurut Piaget, pikiran itu khas bersifat egosentrik, anak praoperasional sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain. Anak kecil mewakili pengalaman mereka ke dalam konsep kelas, waktu, ruang, angka, dan sebab akibat, tetapi karena mereka tidak dapat mengonsep sampai kira-kira umur 4 tahun, pikiran awal mereka dilabelkan sebagai preconceptual. Kesimpulan Piaget menunjukkan bahwa pikiran anak pra-sekolah sedikit egosentris dan memusat. Bila anak dikonfrontasi dengan situasi yang multi-dimensional, maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja, dan mengabaikan dimensi-dimensi yang lain, dan akhirnya juga mengabaikan hubungan antara dimensi-dimensi itu. Perkembangan kognitif anak dapat distimuli dengan program-program yang langsung. 4. Perkembangan Sosial Antara usia 2 sampai 4 tahun, anak akan menemukan kenyataan bahwa anggota keluarganya tidak dapat atau tidak mau menyediakan waktu yang cukup umtuk bermain dengan dia, untuk memenuhi kebutuhannya akan teman. Akibatnya anak sangat mengharapkan hubungan dengan teman sebayanya. Pada umur 4 tahun, perasaan initiative meminta perhatian ketika anak prasekolah aktif mencari tentang informasi yang lebih luas tentang orang dan lingkungan dengan menanyakan benyak pertanyaan dan berpura-pura melalui permainan. Melalui permainan imajinasi, anak-anak meniru model tingkah laku orang dewasa. Antara umur 3-6 tahun anak mengambil suara orang tua dan 67 membentuk suara hati dan berharap cukup kuat untuk mengatur tingkah laku tanpa begitu banyak menghukum kesalahan.66 E. Upaya dengan Komunikasi Antarpribadi dalam Mengatasi Emosi Anak Telah dijelaskan pada awal Bab II mengenai pengertian Komunikasi Antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, di mana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini biasanya berlangsung secara berhadapan muka, bisa juga melalui sebuah medium telepon67. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yag menyenangkan bagi komunikan. Dalam hubungan ini “komunikasi antarpribadi digunakan kepada siswa dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, lebih percaya diri, mengenal dan dapat menyesuaikan lingkungan, serta dapat mengelola emosinya. Dan komunikasi antarpribadi yang digunakan kali ini bersama anak-anak prasekolah di sebuah Playgroup. Namun terdapat pebedaan disini, dimana kita ketahui bahwa seorang anak pada usia tersebut belum mampu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Apalagi untuk menyadari bahwa mereka mempunyai masalah. Karena pada usia ini mereka hanya ingin merasakan kebebasan dan khayalan-khayalan dalam bermain dengan teman sebayanya. Maka dari itu peran guru (pembimbing) disini selain terjun langsung dan bertatap muka dengan para anak-anak tersebut, tetapi guru juga memerlukan bantuan dari orang tua mereka sendiri. Karena orang tua adalah media terpenting 66 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua, h. 67 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, h. 48. 25-43. 68 dan sebagai orang pertama yang mengenal mereka secara mendalam untuk membantu anak dalam mengatasi emosi dan masalahnya. Upaya dengan komunikasi antarpribadi ini tidak hanya diberikan kepada para murid, guru/ pembimbing mereka, tetapi juga orang tua mereka. Sebab dengan bantuan orang tua mereka biasanya mereka lebih mendengarkan, patuh dan menurut dengan apa yang harus dilakukan dan yang harus tidak dilakukan. Yaitu dengan cara: 1. Menghargai perasaan dan pikiran anak-anak dan orang tua mereka 2. Mendengarkan emosi yang diungkapkan anak, mereka sedang menceritakan sesuatu kepada anda 3. Tidak ada orang sempurna. Jika anda mempunyai keraguan-keraguan tetang ini, ambilah kartu laporan tentang anak 4. Cobalah menjadi pribadi yang baik, yang anda inginkan untuk berbicara ketika anda menjadi anak 5. Ketika sedang bersama anak-anak, anda benar-benar ada disana, bukannya sedang memikirkan tugas-tugas kantor (misalnya) 6. Jika anak-anak tahu bahwa mereka dipercaya, didengar kata-katanya, dipahami, disayangi dan dihargai - mereka terbuka terhadap prinsipprinsip disiplin yang efektif, kita membantu anak-anak tumbuh dalam kedewasaan dan pengertian 7. Tingkatkan harga diri anda dengan penerimaan dan dukungan anda 8. Doronglah anak-anak untuk menjelajahi dunianya. Orang tua mempunyai hak untuk mendirikan pagar dan batas-batas bagi anak-anak, namun dalam pagar itu biarlah anak-anak menjelajahi dengan bebas tapi terkontrol. 69 Selain itu cara-cara yang dilakukan dalam menghadapi kemarahan yaitu dengan cara; menunjukkan kasih sayang anda, pendekatan yang bijaksana dan luwes terhadap tingkah laku anak yang bekerja dengan baik, hindari hukuman fisik, membiarkan anak membuat keputusan untuk dirinya sendiri, dan memberi tahu tidak menyetujui agresi yang bermusuhan dan meghentikan dengan cara yang tegas dan sebagainya.68 Persoalan utama dalam komunikasi efektif adalah sejauh mana motif komunikasi komunikator terwujud dalam diri komunikannya. Apabila motif komunikasi kita maknai sebagai tujuan komunikasi, maka dapat dinyatakan bahwa ; 1). Apabila hasil yang didapatkan sama dengan tujuan yang diharapkan, dikatakan bahwa komunikasi berlangsung efektif, 2). Apabila hasil yang didapatkan lebih besar dari tujuan yang diharapkan, dikatakan bahwa komunikasi berlangsung sangat efektif. Sebaliknya 3). Apabila hasil yang didapatkan lebih kecil daripada tujuan yang diharapkan, dikatakan bahwa komunikasi kurang atau tidak efektif. Dari pengertian yang telah dijabarkan di atas, peneliti akan menjabarkan temuan data yang peneliti dapatkan, ditinjau dari pengaruh metode komunikasi antarpribadi. Dalam bentuk respon siswa dan siswi Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus, pada saat proses pengendalian emosi. Dapat kita lihat dalam temuan data yang berupa tabel respon siswa di bawah ini: 68 Sri Esti Wuryani D, Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua, h. 65. 70 Tabel Respon Siswa terhadap metode komunikasi antarpribadi: Respon Jumlah Siswa Sangat efektif Nama Siswa Kirani, Nayla, Namira, Daffa, Rafif, 8 siswa Win, Tania, Dania. Efektif 1 siswa Brandon Kurang/ Tidak efektif 1 siswa Adrien Indikasi dari tabel diatas yaitu: 1. Sangat Efektif : Mendengarkan dan mau merubah seperti apa yang diinginkan gurunya. Siswa dan siswi mau menerima apa yang disampaikan oleh gurunya pada saat mereka sedang meluapkan emosinya. Contohnya Kirani menangis pada hari pertama ia masuk ke kelas Jumper (kelas anak usia 3-4 tahun), dalam menangani emosi takut seperti ini, guru melakukan pendekatan dengan komunikasi antarpribadi yaitu dengan menggendongnya dan membuat anak merasa nyaman dengan kita kemudian menasehatinya agar mau masuk kelas. Dan setelah melakukan pendekatan tersebut, Kirani langsung dapat menerima pesan yang guru sampaikan dan memberi umpan balik yang positif, yakni mau masuk kelas dan bergabung dengan teman barunya. Dan juga pada kasus siswa-siswi lainnya yang termasuk dalam kategori sangat efektif, dapat dilihat di catatan lapangan pada laporan skripsi ini. 2. Efektif : Mendengarkan, namun terkadang masih mengulangi perbuatannya. Brandon terlihat oleh peneliti masih suka menangis apabila dipisahkan oleh orang tuanya ketika mau masuk kelas. Kemudian guru menasehatinya dan pada saat setelah dinasehati, ia bisa menerima apa yang disampaikan guru dan 71 merubah perbuatannya. Namun, beberapa hari kemudian ia seperti lupa dengan apa yang dikatakan oleh guru, dan untuk itu maka guru harus menasehatinya lagi seraya mengingatkan. 3. Kurang/ Tidak efektif : kurang Peduli, dan kurang memperhatikan. Adrien terlihat sedang asyik bercanda dan tertawa dengan temannya, sehingga ketika guru menasehatinya ia asyik bermain dan bersikap acuh. 72 Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka secara ringkas kajian unsur komunikasi pada tataran komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut: KOMUNIKASI ANTARPRIBADI Saluran dan Jumlah Sifat Komunikator pesan Jml Efek Kesegeraan komunikan konatif umpan balik mudah segera media Pola h komunikasi Media Informal, Antarpribadi. Satu s/d satu tidak Contoh: tatap Dua terstruktur muka langsung /telepon. 73 BAB III GAMBARAN UMUM PLAYGROUP CATERPILLAR SUPER KIDS LEBAK BULUS A. Sejarah Berdirinya Playgroup Caterpillar Super Kids Playgroup Caterpillar Super Kids menawarkan pendidikan bagi anak dengan pola pendidikan Australia dan Nasional. Caterpillar menawarkan pendidikan bagi anak sejak usia yang sangat belia yaitu 6 bulan sampai dengan lima setengah tahun. Di usia yang masih sangat belia ini anak anak akan dilatih berkreatifitas dan mengenal lingkungan sekitarnya. Playgroup Caterpillar Super Kids merupakan franchise dari Bayi Gemes Super Kids yaitu Early Childhood Centre yang berdiri sejak tahun 2001 yang terletak di daerah Kemang. Seluruh tenaga pengajar telah mendapat sertifikasi Australia. Bahasa pengantar yang dipakai di Playgroup Caterpillar Super Kids adalah bi- lingual, yakni bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kurikulum yang dipergunakan di Playgroup Caterpillar Super Kids adalah kurikulum yang berasal dari Australia dengan kombinasi kurikulum Nasional. 69 Playgroup Caterpillar Super Kids yang berada di Lebak Bulus III No. 13 ini terbagi atas 2 program yakni Playgroup70, untuk usia enam bulan sampai dengan tiga setengah tahun dan Kindergarten, untuk usia empat setengah sampai dengan lima setengah tahun. Playgroup Caterpillar Super Kids terbagi atas lima kelas, yakni 69 70 Booklet Caterpillar Super Kids, Guiding Principles (Jakarta: Super Kids, 2001), h. 1. Wawancara Pribadi dengan Ibu Juliet Kiroma, Jakarta, 12 November 2008. 74 Infants untuk usia 6 bulan hingga 18 bulan. Kedua, Toddlers usia 18 bulan sampai 2.5 tahun. Ketiga, Jumper usia 2.5 tahun sampai 3.5 tahun. Keempat, Explorers usia 3.5 sampai 4.5 tahun dan Kelima, Preps usia 4.5 sampai 5.5 tahun.71 Based on Play dan Toddlers with mum Dalam proses pembelajaran untuk Infants dan Toddlers, Playgroup Caterpillar Super Kids menggunakan metode play-based yang memberikan kelebihan tersendiri dimana setiap pembelajaran itu melalu proses bermain. Karena anak Infants dan Toddlers masih dalam tahapan yang membutuhkan proses bermain dalam proses pembelajarannya. Lain halnya dengan kategori berikutnya yaitu Jumper, Explorer dan Preps yang telah memiliki kelebihan untuk mandiri dalam belajar, serta sudah mulai menyenangi pelajaran terutama literacy dan numeracy. Selain itu, Playgroup Caterpillar Super Kids juga memiliki program khusus, Toddlers with mums, dimana orangtua ikut serta dalam kegiatan kelas mendampingi anaknya. Tujuannya tak lain untuk bermitra dengan para pendidik dalam pengajaran. Mengingat waktu sekolah yang jumlah presentasenya sedikit dibanding waktu di rumah. Melalui program ini, ibu atau pengasuh dapat mengetahui lebih banyak cara mengajarkan anak dirumah dengan lebih efektif dan efisien. B. Visi dan Misi 1. Visi Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus. Playgroup Caterpillar mempunyai visi sebagai berikut:72 a) Menjadi Playgroup yang unggul dalam IPTEK sesuai prinsip belajar di Playgroup. 71 72 Wawancara Pribadi dengan Ibu Juliet Kiroma. Ibid. 75 b) Menciptakan Playgroup yang berwawasan internasional, kebangsaan dan budi pekerti luhur. c) Menjadi Playgroup yang berkualitas lebih baik lagi, sehingga bisa berkompetisi secara positif dengan pra-sekolah yang berbasis internasional lainnya. 2. Misi Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus Adapun misi Playgroup Caterpillar Super Kids sebagai berikut: a) Mengantarkan pra-sekolah berkualitas tinggi dan program dini masa kanakkanak berdasarkan kurikulum Australia dan Nasional. b) Membina anak-anak Playgroup dalam mengembangkan kemampuan serta aspek intelektual, emosional, dan sosial. c) Memberikan kegiatan-kegiatan sesuai usia perkembangan anak dengan memperhatian prinsip-prinsip belajar di Playgroup yaitu “Belajar sambil Bermain dan Bermain sambil Belajar”, seraya belajar dengan mengutamakan pembentukan perilaku serta akhlak mulia. Dalam Guiding Principles Playgroup Caterpillar Super Kids disebutkan bahwa bermain merupakan media untuk belajar. C. Struktur Organisasi 1. Struktur Guru dan Staf Playroup Playgroup Caterpillar Super Kids:73 Owner Playgroup Caterpillar : Juliet Kiroma Kepala Sekolah : Wati Walyani S.E Bidang Humas : Fitri Andriyani Guru&Asisten guru : 1). Saidah 73 Wawancara Pribadi dengan Ibu Juliet Kiroma. 76 2). Dwi Pakpahan 3). Geordyna 4). Icha 5). Linda 6). Tya : 1). Heri Security 2). Farhan Cleaning Service : Bibi Rah (Indira) D. Fasilitas yang Tersedia Di Playgroup Caterpillar Super Kids terdapat beberapa fasilitas yang sangat eksklusif. Indoor Play, tempat bermain dalam ruangan yang memberikan kenyamanan, yang terdiri dari ruang belajar senam dan olahraga dan ruang perpustakaan dengan buku yang sesuai untuk perkembangan pendidikan anak usia dini. Selain fasilitas Indoor, ada fasilitas Out door Playground yang berfungsi untuk tempat bermain diluar ruangan, seperti bermain pasir putih, ayunan, sepeda dan lain sebagainya. Berikut rincian dari fasilitas yang dimiliki Playgroup Caterpillar Super Kids :74 1. Gedung sekolah milik sendiri 2. 4 lokal belajar (untuk toddler, jumper, explorers, preps) 3. Kantor 4. Library 5. Audio visual dan Komputer 6. Playground outdoor dan indoor 74 Wawancara Pribadi dengan Ibu Juliet Kiroma. 77 7. Gross motor 8. Kamar mandi 3 (2 for girls dan , 1 for boys) 9. 2 washtafel 10. Pantry 11. Parents room 12. Dropped off 13. Area Parking 14. Kegiatan ekskul: a. Berenang b. Iqra’ c. Sempoa d. Kelas membaca f. Field Trip 78 BAB IV ANALISIS DATA EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM MENGENDALIKAN EMOSI ANAK C. Cara Pengendalian Emosi Anak Pra-sekolah di Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus 1. Cara Pengendalian Emosi Takut pada Anak Pra-sekolah Selama peneliti meneliti di Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus, peneliti menemukan beberapa jenis emosi yang ada yaitu Takut, misalnya takut karena belum merasa nyaman dengan lingkungan baru di sekitarnya.75 Dan untuk penanganan contoh ini yaitu menggendongnya keluar kelas karena khawatir memicu emosi murid lainnya dan mengalihkan rasa takutnya dengan bermain. Kemudian ketika ia sudah tidak takut lagi, miss Ida mendekati anak tersebut dengan berkata “tidak apa-apa sayang, miss ada di samping kamu” (seraya memeluknya), dan selalu usahakan agar tepat berada di sampingnya hingga anak tersebut merasa nyaman dan tenang. Dan reaksi anak setelah ditangani oleh miss Ida melalui komunikasi antarpribadi yaitu, Kirani akhirnya berhasil ditenangkan dan dia menjadi tidak takut lagi sehingga ia mau masuk kelas.76 Dalam kasus ini Lalu contoh lainnya yang peneliti lihat di lapangan seperti kasus Daffa, dimana dia takut dimarahi miss Ida karena dia tahu bahwa dirinya bersalah. Dan untuk penanganannya yaitu dengan memanggilnya karena dikhawatirkan Daffa menjadi tambah takut jika teman-temannya tahu, setelah anak tersebut dipanggil guru beri 75 76 Wawancara Pribadi dengan miss Ida, Jakarta, 11 November 2008. Wawancara Pribadi dengan miss Ida. 59 79 kesempatan Daffa untuk menceritakan sendiri apa kesalahannya, agar dia sadar kalau perbuatannya itu salah dan dapat berbahaya untuk dirinya dan orang lain. Dan jika dia mengakuinya, miss tidak akan memarahinya melainkan akan memeluknya karena dia telah mengakui kesalahannya itu dan miss Ida mengajak Daffa untuk berjanji tidak mengulangi perbuatan tersebut. Reaksi anak sendiri terhadap cara penanganan yang diberikan miss yaitu, Daffa tampak ketakutan awal mulanya karena dia tahu kalau perbuatannya itu salah, namun setelah menceritakan kejadiannya terlihat sedikit hilang rasa ketakutan di dalam dirinya dan akhirnya dia berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan seperti demikian dan meminta maaf kepada miss Ida atas kesalahannya. Dari kedua contoh di atas terlihat bahwa guru saat mengendalikan emosi takut pada anak menggunakan komunikasi antarpribadi, dengan cara memanggil dan memisahkan anak tersebut dari murid lainnya, dan hasil yang diperoleh di lapangan ternyata pola komunikasi ini sangat efektif karena anak mau menerima apa yang diharapkan gurunya. 2. Cara Pengendalian Emosi Marah pada Anak Pra-sekolah Jenis emosi lain yang peneliti temukan yaitu, marah, misalnya marah karena rasa ego yang tinggi, dimana ego itu timbul sebelum masuk playgroup. Mereka biasa main dirumah dan tidak bersosialisasi dengan teman-temannya.77 Cara penanganan yang peneliti amati yaitu dengan introspeksi diri atau mengembalikan ke anak itu sendiri untuk merasakan perilakunya salah atau benar. Jenis marah yang kedua yaitu marah karena diganggu oleh teman mainnya ketika sedang belajar atau mengerjakan sesuatu. Cara penangganan untuk kasus seperti ini yaitu dengan pendekatan secara 77 Wawancara Pribadi dengan Bu Juliet, Jakarta, 12 November 2008. 80 individual atau dengan merangkulnya, memeluknya agar anak tidak merasa disalahkan hingga anak tidak merasa tervonis, tetapi menyadari kesalahannya lalu kita ajak mereka untuk membangun kembali pekerjaan tadi yang telah diganggu bersamasama agar mereka berteman kembali.78 Jenis marah yang ketiga yaitu marah karena bawaan anak dari rumah, hingga terbawa sampai kesekolah.79 Cara penangganan untuk kasus seperti ini yaitu dengan pendekatan secara individual untuk mengetahui penyebabnya dengan berkata apa yang terjadi sampai membuat si anak terlihat murung sambil kita peluk dan kita eluselus hingga akhirnya membuahkan hasil dan murid pun mau menceritakan permasalahannya dan kita bantu mencari jalan keluarnya.80 Sementara itu contoh lain yang peneliti temukan dilapangan seperti kasus Win dimana ia marah karena ia tidak diizinkan oleh wali kelasnya untuk bermain pada saat makan, sehingga membuat ia marah. Cara penanganan untuk kasus seperti ini dengan introspeksi diri atau mengembalikan ke anak itu sendiri untuk merasakan perilakunya salah atau benar, sambil memeluk dia dan menanyakan apa keingginan dia lalu kita penuhi keingginannya terlebih dahulu agar marah mereda lalu kita buat anak marasa aman dan mau mendengarkan nasehat miss, semua itu agar sama-sama saling memahami antara murid dan guru. Dan guru pada saat mengendalikan emosi yang dialami Win, dilakukan dihadapan teman-temannya. Hal ini bertujuan agar murid lainnya dapat mencontoh aksi Win bahwa hal tersebut tidak baik dilakukan. Reaksi anak sendiri setelah ditangani terhadap cara penanganan yang telah diberikan miss yaitu, Win sebelumnya tidak mau mendengarkan nasehat miss-nya karena keinginannya tidak dituruti namun akhirnya setelah kemaunnya dituruti Win mau mendengarkan nasehat miss -nya dan duduk yang baik pada saat makan. 78 Wawancara Pribadi dengan Bu Juliet. Wawancara Pribadi dengan miss Ida, Jakarta, 11 November 2008. 80 Wawancara Pribadi dengan miss Ida. 79 81 Contoh lain dari lapangan seperti kasus Adrien dan Nayla yang berebut trolley pada saat bermain, sehingga Adrien marah kepada Nayla. Dan cara penanganan untuk kasus seperti ini yaitu pendekatan secara individual atau dengan mengingatkannya dengan berkata “mainan ini punya sekolah, bukan punya Adrien. Jadi, mainnya gantian ya sama teman yang lain” sambil mengelus kepala anak yang sedang marah (Adrien) agar anak merasa tidak egois dan mau berbagi dengan yang lain, dan itu memudahkan kita untuk menasehati mereka kalau perbuatan mereka itu salah dan tidak baik. Lalu mengajak mereka untuk saling berdamai dan saling berbagi satu sama lain pada saat bermain atau aktivitas lainnya. Dan guru dalam mengendalikan jenis emosi marah pada kasus ini, dilakukan di hadapan murid lainnya, yang bertujuan agar anak yang lain tidak meniru perbuatan tersebut. Reaksi anak sendiri setelah ditangani oleh miss yaitu, pada kasus Adrien dan Nayla mereka awalnya tetap saja bertengkar walau sudah ditegur oleh miss hingga akhirnya mereka saling menyalahkan satu sama lain karena mereka tidak merasa bersalah, namun akhirnya mereka mau menghentikan pertengkaran mereka setelah miss meminta mohon kepada mereka secara baik-baik. Dari kedua contoh tersebut, tercemin bahwa komunikasi antarpribadi yang dilakukan guru dalam mengendalikan emosi marah anak sangat efektif, walaupun pada kasus Nayla dan Adrien awalnya terlihat kurang efektif karena mereka masih tetap berebut, namun akhirnya menjadi efektif. 3. Cara Pengendalian Emosi Gembira pada Anak Pra-sekolah Jenis emosi lain yang peneliti dapatkan berdasarkan wawancara yaitu gembira, misalnya gembira karena dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan mudah, lalu misalnya gembira karena menyelesaikan tugasnya paling pertama dibandingkan dengan teman yang lainnya atau contoh lainya gembira karena waktunya pelajaran berenang atau pergi keruang audio untuk menonton film edukatif. 82 Untuk penanganan pada kasus-kasus tersebut yaitu, sama, dengan membiarkan mereka bersorak-sorak dahulu karena mereka senang. Namun, setelah itu kita katakan “cukup, karena pelajaran atau pertanyaan berikutnya akan dimulai lagi”, dan dengan sendirinya anak-anak tersebut akan diam dan mendengarkan nasehat gurunya tersebut karena mereka faham dengan keadaan saat belajar mereka tidak boleh berteriak, namun sebaiknya jika sedang bermain mereka diizinkan untuk berteriak sampai puas.81 Sementara itu contoh lain yang peneliti dapatkan di lapangan yaitu seperti kasus Namira, dan kasus Rafif dan Daffa yang gembira karena sedang asik bercanda dengan temannya disaat pelajaran dimulai. Dan untuk penanganan pada kasus seperti ini yaitu dengan pendekatan secara individual kepada anak-anak tersebut dan menasehati mereka di hadapan murid lainnya secara baik-baik agar mereka dan murid lainnya dapat menyesuaikan diri pada saat belajar, mereka diharapkan mengikuti pelajaran tersebut tanpa diselingi bercanda. Namun sebaliknya pada saat waktunya bermain mereka diizinkan untuk bercanda dengan temannya sampai puas. Reaksi anak-anak sendiri setelah ditangani oleh miss Ida yaitu, pada kasus Namira, ia awalnya hanya diam saja sambil mendengarkan nasihat miss Ida tentang perilakunya itu namun akhirnya ia menuruti nasihat miss Ida untuk kembali belajar bersama temannya yang lain, sementara itu pada kasus Rafif dan Daffa yaitu mereka awalnya tetap saja bercanda walau sudah ditegur dan waktu pelajaran telah dimulai, namun akhirnya mereka mau mendengarkan nasihat miss Ida setelah dinasihati secara baikbaik dan kembali belajar tanpa mengganggu temannya yang lainnya sampai puas. Lalu contoh lainnya seperti kasus Brandon dimana dia gembira karena menertawakan temannya yang sedang susah. Dan untuk penanganannya yaitu dengan pendekatan langsung kepada Brandon sambil menasehati di depan beberapa temannya 81 Wawancara Pribadi dengan miss Ida. 83 bahwa apa yang dia perbuat itu salah dan tidak baik. Dan setelah miss Ida menegur seperti ini diharapkan dia tidak mengulanginya. Dan juga seharusnya kita menolong teman yang sedang susah dan bukan menertawakannya. Reaksi anak sendiri setelah ditangani oleh miss yaitu, dia menertawakannya karena menganggap hal tersebut lucu, namun setelah dinasihati oleh miss Ida akhirnya mereka meminta maaf pada miss Ida dan meminta maaf kepada temannya yang tadi ia tertawakan dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya tersebut. Ketiga contoh kasus tersebut dikendalikan guru menggunakan komunikasi antarpribadi, yang mana hasil dari cara pengendalian emosi gembira anak dengan komunikasi antarpribadi sangat efektif. Hal ini tercermin dari respon dan reaksi anakanak tersebut ketika missnya mengendalikan emosi mereka, meskipun awalnya mereka belum melakukan seperti yang diharapkan gurunya. 4. Cara Pengendalian Emosi Sedih pada Anak Pra-sekolah Jenis emosi lain yang peneliti temukan yaitu sedih, misalnya sedih karena memiliki perasaan takut untuk ditinggalkan oleh orang yang mereka sayangi hingga timbul rasa ketergantungan dengan orang yang disayanginya atau biasanya anak seusia pra-sekolah merasa takut bila bertemu dengan orang yang baru dikenalnya.82 Untuk penangganan pada kasus seperi ini, yaitu dengan mencoba mendekati secara individual untuk mencari penyebabnya mengapa anak ini sangat lengket dengan orang tuanya, apakah ada kesukaannya yang dapat membuat anak ini lupa pada orang tua mereka selama mereka disekolah atau dengan mendekati orang tua mereka agar kita menjadi faham dengan jelas penyebabnya mengapa anak ini mempunyai rasa takut 82 Wawancara Pribadi dengan Bu Juliet. 84 seperti itu.83 Dan setelah mengetahui penyebabnya kita peluk dia agar dia merasa nyaman disamping kita dan mau berbagi cerita dengan kita serta tidak menganggap kita sebagai orang asing, hingga akhirnya anak tersebut mau mendengarkan nasehat kita dan mau bergabung main dengan jenis permainan kesukaannya dan dengan teman yang lainnya . Sementara itu contoh lain yang peneliti dapat dilapangan seperti kasus Kirani yang sedih karena ingat dengan mamanya di kantor hingga membuatnya menangis. Untuk penanganan kasus seperti ini yaitu dengan membawa anak tersebut, mendekatinya dan memeluknya, kemudian bertanya secara baik-baik penyebab anak tersebut menjadi demikian, setelah pemasalahnya jelas kita ajak anak tersebut untuk melupakan sejenak rasa rindunya itu dengan mengalihkan ke permainan yang disukainya. anak yang menangis sebaiknya di jauhkan dari anak-anak lainnya, hal ini karena dapat menimbulkan rasa ingin nangis pula pada murid lainnya. Setelah dia merasa aman dan nyaman kemudian kita membujuknya supaya mau belajar kembali agar tidak ketinggalan pelajaran. Reaksi anak setelah itu Kirani awalnya menjawab kangen karena ingin main sama mama di rumah, kemudian setelah dicari jalan keluarnya akhirnya ia mau melupakan sejenak rasa rindunya itu dan kembali belajar bersama teman-temannya. 84 dan terlihat jelas di sini bahwa komunikasi antarpribadi sangat efektif untuk mengendalikanya. 5. Cara Pengendalian Emosi Cemburu pada Anak Pra-sekolah Jenis gejolak emosi terakhir yang peneliti dapat yaitu Cemburu, misalnya cemburu memperebutkan guru yang mereka sayangi dengan teman main mereka jika sedang balajar atau istirahat. Cara penanganannya yaitu cukup dengan ungkapan humor seperti “lebih baik miss dibagi dua saja daripada miss diperebutkan seperti ini, 83 84 Ibid.,. Wawancara Pribadi dengan miss Ida. 85 agar kalian mendapatkan pelukan dari miss”. Kemudian setelah mereka tertawa miss mengajak mereka untuk kembali belajar atau membiarkan mereka makan siang kembali. Dan untuk pengamatan penelitian di lapangan peneliti menemukan gejala yang sama dengan di atas dan dengan disertai penanganan yang sama pula. Adapun reaksi yang timbul dari proses komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan emosi, adalah anak dapat menerima apa yang kita harapkan. B. Respon Komunikasi Antarpribadi dalam Mengendalikan Emosi Anak Prasekolah di Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus Telah dijelaskan pada bab II bahwasannya, efektivitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh, sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau adanya akibat serta aksennya jadi sesuatu. Jadi “efektivitas” berarti keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah melakukan sesuatu).85 Dari pengertian di atas peneliti akan menjabarkan temuan data yang peneliti peroleh, ditinjau dari pengaruh metode komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan emosi murid-murid Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus. Dapat kita lihat dalam temuan data, yang berupa respon dari murid-murid Playgroup Caterpillar Super Kids. Yaitu bahwa setiap anak memang masih labil untuk bisa mengendalikan emosinya, terlebih anak-anak usia pra-sekolah seperti para murid di sekolah ini. Nah disinilah peran seorang pendidik (baik guru dan orang tua) untuk bisa mengendalikan emosi mereka dengan baik dan bijak. 85 Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan Bahasa (P3B) Departeman Pendidikan dan Kebudaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 250. 86 Dalam temuan data yang diperoleh, salah satu yang digunakan untuk bisa mengendalikan atau mengatasi luapan emosi anak adalah dengan menggunakan komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, di mana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini biasanya berlangsung secara berhadapan muka, bisa juga melalui sebuah medium telepon86. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Keefektifan komunikasi dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai keinginan kita. Dengan cara berlatih mengungkapkan maksud keinginan kita, menerima umpan balik tentang tingkah laku kita, dan memodifikasi tingkah laku kita sampai orang lain mempersepsikannya sebagaimana kita maksudkan. Dalam berbagai kasus mengenai bagaimana cara mengendalikan emosi anak pra-sekolah yang peneliti temukan di lapangan, adalah para guru (miss-miss) berusaha mendekati anak yang bermasalah, kemudian guru berusaha memasuki dunianya. Maksudnya menjadi teman yang dipercaya oleh anak tersebut, dan membiarkan si anak untuk meluapkan apa yang sebenarnya dia rasakan, kemudian setelah dia merasa lega untuk meluapkan emosinya, guru menasehatinya dan memberi masukkan yang positif untuk merubah tingkah lakunya atau mengendalikan emosinya. Dan apa yang dilakukan oleh para guru tersebut Alhamdulillah bisa diterima oleh anak-anak, dan mereka tidak merasa terkekang atau tertekan dengan apa yang kita sampaikan. 86 Onong Uchjana, Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, h. 48. 87 Sama halnya dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan, yakni para guru dalam mengendalikan emosi anak pra-sekolah itu dengan menggunakan komunikasi antarpribadi. Karena dengan bentuk komunikasi ini antara guru dan murid dapat berhubungan dengan baik, khususnya dalam mengendalikan emosi anak-anak, karena mereka merasa nyaman dan percaya dengan missnya. Dan seperti yang telah dijelaskan pada bab II, bahwa komunikasi terjadi bisa dilihat dari beberapa perspektif dan tingkatan analisis. Dan yang dilakukan para guru tersebut tentu mencakup semua itu. Dari apa yang dilakukan oleh para miss dengan komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan emosi anak, berindikasi bahwa anak-anak bisa menerima apa yang kita sampaikan dan mereka mau berubah menjadi apa yang kita harapkan, dan mungkin juga sebaliknya. Mereka mengaharapkan kita untuk seperti yang mereka inginkan. Dan juga para miss berharap bahwa dengan metode komunikasi antarpribadi ini bisa dilakukan oleh para orang tua di rumah. Karena hal ini dapat membantu dalam perkembangan psikologis anak-anak mereka juga. Dari hasil data lapangan dan wawancara yang peneliti dapatkan yaitu: kedua hasil data ini menunjukkan bahwa dalam mengendalikan emosi anak yaitu, samasama menghargai perasaan dan pikiran anak, mendengartkan emosi yang diungkapkan anak (mereka sedang menceritakan sesuatu kepada anda) menjadi pribadi yang baik untuk anak, mendorong anak untuk menjelajahi dunianya, meluangkan waktu hanya untuk anak ketika sedang bersama mereka, menunjukkan kasih sayang, sama-sama memberitahu anak tidak menyetujui agresi yang bermusuhan dan menghentikan dengan tegas, dan pendekatan yang bijaksana dan luwes terhadap tingkah laku anak yang bekerja dengan baik. 88 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan mengenai pengendalikan emosi anak pra-sekolah melalui komunikasi antar pribadi di Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus, dan pada bab-bab sebelumnya. Maka peneliti menyimpulkan tentang cara pengendalian emosi anak melalui Komunikasi Antar Pribadi: 1. Cara pengendalian emosi (marah, sedih, gembira, takut, dan cemburu) berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan obsevasi di lapangan yaitu: menunjukkan kasih sayang pada anak disertai pelukan yang hangat, melalui pendekatan individual pada anak, membiarkan anak berjelajah ke dunianya, mengajarkan disiplin pada anak yang disesuaikan dengan situasi, dan terakhir yaitu mengajarkan pada anak untuk hidup rukun dan tidak saling bermusuhan. Kemudian ditambahkan memberikan bujukan pada anak agar mereka menurut pada kita, dan diupayakan memberikan bujukkan yang mendidik. 2. Berdasarkan analisis antara teori Sri Esti dengan hasil temuan data peneliti yaitu: terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dalam mengendalikan emosi anak antara lain persamaannya, sama-sama menghargai perasaan dan pikiran anak, mendengarkan emosi yang diungkapkan anak (mereka sedang menceritakan sesuatu kepada anda), menjadi pribadi yang baik untuk anak, mendorong anak untuk menjelajahi dunianya, meluangkan waktu hanya untuk anak ketika sedang bersama mereka, menunjukkan kasih sayang, sama-sama memberitahu anak tidak menyetujui 70 agresi yang bermusuhan dan 89 menghentikan dengan yang tegas, dan pendekatan yang bijaksana dan luwes terhadap tingkah laku anak yang bekerja dengan baik. 3. Perbedaan antara keduanya yaitu, mengendalikan emosi anak, dengan cara mengandalkan peran orang tua dalam memecahkan masalah ini, jadi orang tua disini memiliki pengaruh besar karena teori Sri Esti menganggap orang tua biasanya lebih didengarkan oleh anak dan pasti mereka akan patuh dan menurut dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan sedangkan pada temuan data yang didapat, mereka menggunakan jasa orang tua hanya sebagai pendamping saja; menurut Teori Si Esti menghindari hukuman fisik pada anak sedangkan berdasarkan hasil penelitian saya menggunakan sedikit hukuman fisik namun bertujuan agar anak menjadi disiplin; pada hasil penelitian memberi teguran secara halus pada anak jika terlihat si anak memang bersalah sedangkan pada Teori Sri Esti tidak; dan terakhir pada hasil penelitian saya ditemukan menggunakan intropeksi diri pada anak agar menyadari perbuatan mereka salah atau benar dan mengusahakan agar anak tidak merasa tervonis sedangkan pada Teori Sri Esti tidak. B. Saran-saran Selanjutnya peneliti akan mencoba untuk memberikan beberapa saran-saran yang diperlukan sebatas ilmu yang dimiliki, agar kiranya dapat berguna untuk membantu: 1. Playgroup Caterpillar Super Kids dalam mengendalikan emosi anak khususnya para guru harus lebih bersabar dalam menjalaninya dan usahakan untuk lebih memahami dan memasuki dunia mereka agar kita dapat merasakan apa keinginan mereka. 90 2. Sarana dan pra-sarana harus digunakan sebaik mungkin agar kenyamanan dan kegiatan menjadi tetap berlangsung. 3. Dalam menjalani suatu tugas haruslah dikerjakan secara benar dan semangat agar tidak tersendat-sendat dalam pengerjaannya. 4. Komunikasi antara orang tua murid dan guru sangat penting dalam membentuk pribadi seorang anak. 5. Sebaiknya guru dan orang tua membentuk tim yang saling bekejasama dengan baik dalam mendidik anak. 91 DAFTAR PUSTAKA Agus, M. Hardjana. Komunikasi Intrapersonal da Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius, Cet Ke-1, 2003. Bahauddin, Muhammad Khalid. Membimbing Anak Hidup Terencana dan Teratur. Jakarta: Gema Insani Press, 2003. Baradja, Abu Bakar. Psikologi Perkembangan (tahapan dan Aspek-aspeknya). Jakarta: Studia Press, 2005. Buckley, Erick. The Oxford English Dictionary. Oxford: The Clarendon Press, 1978. Chaplin, JP. (Penerjemah Kartini Kartono). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press, 2004. Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996. Daradjat, Zakiah, Dr,. Perawatan Jiwa Untuk Anak-anak. Jakarta: N.V. Bulan Bintang, 1982. Dewanto, Nugroho. Kamus Bahasa Indonesia Pendidikan Dasar. Bandung: Yrama Widya, 2004. Djiwandoyo, Sri Esti Wuryani. Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua. Jakarta: PT. Grasindo, 2005. Davis, Keith. Human Behavior at work: Organizational Behavior,6th ed. New York, Mc Graww Hill, 1981. Effendy, Onong Uchjana. Prof. Drs, MA. Dimensi-dimensi Komunikasi. Jakarta: Alumni. ------------------------. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. ------------------------. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998. Fadhlullah, Husain. Dunia Anak (memahami perasaan dan pemikiran anak anda). Jakarta: Cahaya, 2004. Fauzi, Ahmad. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia, 1997. Gunarsa, Ny. Singgih D., Dra. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2004. Gunarsa, Singgih D. Prof. Dr, dan Singgih, Yulia, Dra. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Erlangga, 2004. 92 Hafid, Muhammad Nur Abdul. Mendidik Anak Bidang Sosial, Budi Pekerti, dan Kejiwaan. Yogyakarta: Darussalam, 2004. Hafied, Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet ke-4, 2003. Jurjis, Malak, Dr. Cara Mengatasi Gejolak Emosi Anak. Bandung: PT. Mizan Publika, 2004. L. Tubbs, Steward, Moss, Sylvia. Human Communication (prinsip-prinsip dasar pengantar. Dr. Dedi Mulyana M. A. ). Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001. Lathief, Rusydi, T. A. Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi. Medan, cet ke-1, 1985. Masyah, Syarif Hade. Kiat Menjadi Orang Tua Bijak. Jakarta: Hikmah, 2004. Merriam Webster, G & C Merriam Company Webster’s. third new international dictionary: of the English language un a bridge: USA;,,editor in chief Phillip Babcock Gove, Ph. D & The Merriam- Webstereditor; all staff, 1992, A. B. Prinnodigdo, Hasan Shadily, Ensiklopedi Umum, Yogyakarta: Kanisius, 1990. Moleong, Lexy J, Prof, Dr, MA. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Mulyadi, Seto, Dr. M.Psi. Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya. Jakarta: Erlangga, 2004. Mutmainah, Dra. Siti dan Fauzi, Drs. Ahmad. Modul UT “Psikologi Komunikasi”. Jakarta: Universitas Terbuka , 2005. Pearce, Jhon, Dr,. Bagaimana Mengatasi Perkelahian, Olok-olok dan Gertakan. Jakarta: Binarupa Aksara, 1990. Ridwan, M. Drs. Dkk. Kamus Ilmiah Populer. Jakarta: Pustaka Indonesia, 1999. Robbins, G., James. Komunikasi Yang Efektif. Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995. Sarwono, Sarlito W, Prof. Dr. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003. Sendjaja, Sasa Djuarsa. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999. Shadily, Hasan dan Echols, M. Jhon. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1990. Surviani, Istanti. Menghias Jiwa Dan Perilaku Anak. Bandung: Pustaka Ulummudin, 2004. 93 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar B. Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud, 1995. Tim Redaksi Ayah Bunda. Anak Pra-Sekolah (Pegangan Orang Tua Untuk Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun). Jakarta: PT. Gaya Favorit Press, 1994. Ulama Besar Universitas Al-Azhar Mesir. Mengasuh Anak Menurut Ajaran Islam. Jakarta: Pustaka Shadra, 2004. Widjaja,A. W. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta, cet ke-2, 2000. Zulkifli L. Drs,. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986. 94 CATATAN LAPANGAN Catatan lapangan No: 1 Waktu : Minggu Ke-1 bulan Oktober 2007, pukul 07.45- 10.45 WIB Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya. Peneliti : Dina Prahasty LATAR Cuaca cerah, bangunan sekolah Caterpillar Super Kids yang terlihat cukup luas dipenuhi alat-alat permainan. Loker-loker yang berwarna-warni untuk menyusun tempat sepatu dan tas para murid. Washtafel yang bersih dan rapi untuk para murid mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan berbagai kegiatan. Suasana di dalam kelas setelah selesai istirahat selama ½ jam. Murid-murid telah selesai makan siang dan berkumpul di kelas yang sangat penuh dengan hiasan di dinding kelas dan bermacam-macam alat permainan untuk para murid. AC (Air Conditioner) dinyalakan karena anak-anak berada di kelas, dan mereka duduk tertib bersama miss Ida dan miss Icha diatas ubin beralaskan karpet hijau. CATATAN LANGSUNG/ DESKRIPTIF Waktu menunjukkan pukul 09.45 WIB acara makan siang telah selesai. Lalu miss Ida menyerukan muridnya yang sudah selesai makan untuk merapihkan tempat makannya kemudian mencuci tangan(ditemani miss Dyna (saya)). Setelah semuanya selesai dan telah berkumpul di kelas, miss Ida dan saya membentuk murid-murid dalam barisan seperti ular panjang untuk pindah ke ruang perpustakaan. Dan mereka pun berkumpul dan duduk dengan tertib di atas karpet pink, dengan mata yang penuh tanda tanya miss Ida menanyakan kepada beberapa muridnya yaitu Daffa, Win, dan Adrien. Karena sejak dimulainya masuk kelas, ke-3 anak ini terlihat suka berlari-lari kesana kemari, terlihat melamun dengan pandangan kosong hingga tidak mendengar jika miss Ida memanggil, terlihat suka mencolak-colek teman-temannya yang sedang mengerjakan tugas hingga marah dan saling memukul. Pertama dengan mata yang tajam sambil menatap wajah Adrien, miss Ida bertanya pada Adrien, “Adrien, miss Ida sering 95 berbicara dengan Adrien, tetapi kenapa sih Adrien tidak mau mendengarkan sehingga miss harus bicara lagi dengan Adrien?” Ini membuat miss Ida mengerutkan wajah dan menggeleng-gelengkan kepalanya karena harus berbicara berkali-kali baru didengar oleh Adrien. Namun Adrien tidak memberikan jawaban apa-apa hanya menundukkan kepala saja sambil memainkan jari tangannya. Karena Adrien tidak berkata apa-apa, miss Ida meneyerukan Adrien agar lain kali mendengarkan apa yang miss Ida katakan, cukup dengan sekali tanpa harus diulang-ulang. Dengan wajah yang memerah Adrien menganggukkan kepala saja. Kemudian pertanyaan yang kedua miss Ida bertanya kepada Win, “Win kenapa sih melamun terus, apa yang dilamunin Win?” Dengan wajah yang memerah Win menjawab, “aku inget di rumah, waktu main sama mas Bimo (kakaknya)”. Sambil mengerutkan dahi miss Ida bertanya lagi, “kenapa ingat di rumah dan main sama mas Bimo?”, Win menjawab lagi “di rumah aku bisa main PS (Playstation) sama kakak, jadi pengen main deh.” Lalu sambil tersenyum miss Ida bilang “ya sudah nanti kalau liburan kan Win bisa main, sekarang di sekolah jangan memikirkan main PS lagi ya, dan ingat di kelas jangan suka melamun lagi, karena di sini kan Win mau belajar, jadi kita bisa main sambil belajar dan belajar sambil bermain.” Dan Win berkata “ya miss” sambil menganggukkan kepalanya. Lalu pertanyaan yang ketiga diberikan kepada Daffa, “Daffa kenapa sih suka sekali berlari kesana kemari, padahal bukan pelajaran olah raga?” Lalu dengan pandangan mata yang melihat kesana-kemari Daffa menjawab “gak tahu”. Sambil tersenyum karena miss Ida sudah sering menasehati Daffa, miss Ida kemudian berkata “ya udah, besokbesok dikurangi ya berlari-lari di sekolah kecuali pada saat pelajaran olahraga. Miss Ida pasti senang deh sama Daffa”. Dan Daffa menjawab “iya miss” sambil menganggukkan kepala. Demikian miss Ida memberi beberapa jawaban atas beberapa pertanyaan yang diberikan kepada ke-3 muridnya tersebut. Waktu pun menunjukkan pukul 10.00 WIB pelajaran Math pun segera dimulai. CATATAN REFLEKTIF Waktu menunjukkan pukul 09.45 WIB istirahat telah selesai, lalu miss Ida mengajak muridnya untuk berkumpul dikelas dan membaca doa selesai makan. Setelah membaca do’a, miss Ida mengajak murid-muridnya untuk pindah ke ruang perpustakaan. Lalu mereka pun berkumpul dan duduk di atas karpet pink, tiba-tiba 96 miss Ida menanyakan beberapa pertanyaan kepada beberapa muridnya yaitu Adrien, Daffa dan Brandon. Karena sejak dimulainya masuk kelas, ke-3 anak ini sangat susah diatur oleh miss Ida. Pertama miss Ida bertanya pada Adrien masalah pendengaran Adrien, karena Adrien harus disuruh berulang kali baru mendengar perintah miss Ida. Namun Adrien tidak menjawab apa-apa, Karen Adrien hanya diam saja maka miss Ida menasehati Adrien agar mendengarkan apa yang miss Ida perintahkan cukup dengan sekali perintah saja, tanpa harus diulang-ulang. Kemudian miss Ida bertanya kepada Win mengenai alaskan Win yang suka melamun pada saat belajar, jawaban Win yaitu ia ingin main sama kakaknya. Lalu miss Ida memberi saran untuk lupakan keinginannya jika Win sedang belajar, dan hal itu bisa Win lakukan pada saat liburan. Yang ketiga miss Ida bertanya kepada Daffa mengenai kebiasaan Daffa yang suka lari-larian disaat pelajaran dimulai dan setiap berjalan. Namun Daffa sendiri menjawab ia tidak tahu mengapa ia suka berlari-lari. Kesekian kali miss Ida menasehati Daffa untuk mengurangi kebiasaannya itu dan menggantinya jika sedang pelajaran olah raga saja. Dan akhirnya ketiga anak tersebut mang-iya kan nasihat miss Ida dan pelajaran pun berganti menjadi pelajaran Math. 97 CATATAN LAPANGAN Catatan Lapangan No: 2 Waktu : Minggu ke-2 bulan November 2007, pukul 08.00- 10.00 WIB Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya. Peneliti : Dina Prahasty LATAR Ruang kelas Jumper yang dipenuhi oleh berbagai macam hiasan dinding, terdapat juga loker-loker berwarna-warni tempat untuk murid menaruh sepatu & tasnya. Jadi para murid tidak memakai sepatu saat berada di dalam ruangan sekolah, kecuali di Playground. Cuaca tampak cerah di luar gedung sekolah, karena di dalam gedung sekolah setiap ruangan memakai AC. CATATAN LANGSUNG/ DESKRIPTIF Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB dimana saatnya murid-murid masuk kelas untuk memulai pelajaran. Lalu kemudian terdengar pintu kelas terketuk, dan ternyata Kirani yang datang terlambat. Pada saat mau masuk ke kelas wajah Kirani terlihat sedih dan tak lama kemudian dia menangis. Dan pada hari itu juga kebetulan merupakan hari pertamanya dia masuk kelas jumper, karena sebelumnya dia masih duduk di kelas toodler. Lalu miss Ida meminta tolong saya untuk mengajak Kirani keluar kelas dahulu untuk menenangkannya. Tetapi dia tetap sedih dan menangis, saya lalu bilang seraya memangkunya “Kirani kenapa sayang?”. Kirani menjawab “pengen sama mama!”, sambil terbata-bata karena sambil menangis. Saya berkata lagi “kan nanti pulang sekolah ketemu sama mama, sekarang Kirani main dulu yuk sama teman-teman”. Kirani masih saja menangis, saya bilang “teman-teman di kelas jumper senang lho Kirani sekarang bisa belajar bareng sama mereka”. Namun dia masih sedih, dan saya menggendong dia ke ruang gross motor dan mengalihkan kesedihannya dengan bermain, hingga akhirnya dia berhenti menangisnya dan mau masuk kelas. CATATAN REFLEKTIF 98 Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB pelajaran dimulai, murid-murid masuk kelas. Lalu miss Ida menyerukan murid-muridnya untuk mengecat bahan-bahan pelajaran hari itu, sebelum dimulai terdengar pintu diketuk dan ternyata Kirani terlambat. Kemudian saya menggendongnya untuk menenangkannya, yaitu dengan memeluknya dan mengalihkan kesedihannya dengan bermain di gross motor. Sampai akhirnya dia lupa dan merasa sudah nyaman sehingga mau masuk kelas. Sedangkan murid- murid lainnya belajar di kelas dengan miss Ida. 99 CATATAN LAPANGAN Catatan Lapangan No: 3 Waktu : Minggu ke-4 bulan Desember 2007, pukul 08.00- 10.00 WIB Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya. Peneliti : Dina Prahasty LATAR Hari yang indah untuk memulai pelajaran hari ini, pelajaran dimulai di library yang tersedia buku-buku cerita dan boneka bear yang besar. Dengan materi story telling, dimana murid-murid menceritakan sesuatu yang paling ia sukai di depan temantemannya. Yang sebelumnya miss Ida menceritakan terlebih dahulu, dan anak-anak mendengarkannya. Kemudian murid-murid duduk di atas bantal boneka yang beralaskan karpet berwarna pink, dan menunggu giliran mereka untuk bercerita. CATATAN LANGSUNG/ DESKRIPTIF Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB setelah murid-murid masuk kelas dan meletakkan tas dan sepatunya, lalu miss Ida menyerukan murid-murid untuk membentuk barisan kemudian menuju library. Di perpustakaan murid-murid segera menduduki bantal boneka untuk duduk mereka. Pada saat miss Ida bercerita, terlihat Win dan Nayla berebut salah satu bantal boneka tersebut, hingga akhirnya Win dan Nayla bertengkar dan Win marah sekali pada Nayla, sampai membuyarkan perhatian murid-murid yang lain mendengarkan miss Ida. Akhirnya miss Ida meminta tolong saya untuk melerainya. saya berkata “Win, bantal ini punya sekolah bukan punya Win, jadi harus berbagi ya sama teman-teman yang lain”. Win menjawab “iya miss, tapi aku mau duduk di sini”. Saya kemudian berkata “iya boleh, tapi kan tadi Nayla duluan yang duduk di sini, Win duduk di bantal yang lain aja ya?”. “gak mau, aku maunya di situ”, jawab Win. Akan tetapi Nayla tidak mau pindah, jadi saya menawarkan Win untuk duduk di pangkuan saya. Dan akhirnya Win mau dan senang, kemudian saya menyeru Win untuk meminta maaf sama Nayla. Mereka pun akhirnya berbaikan lagi. Setelah miss Ida selesai cerita, sekarang giliran murid-murid untuk 100 menceritakan salah satu yang paling disukainya. Dan pada saat story telling, muridmurid sangat antusias dan senang. CATATAN REFLEKTIF Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB miss Ida menyerukan murid-murid untuk membentuk barisan kemudian menuju library. Di dalamnya murid-murid mendengarkan cerita dari miss Ida, kemudian setelah miss Ida selesai bercerita muridmurid diminta untuk menceritakan sesuatun yang paling mereka sukai. Namun pada saat miss Ida bercerita terlihat Win sangat marah dengan Nayla karena merebutkan sebuah bantal boneka. Yang sempat mengganggu perhatian murid-murid lainnya mendengarkan cerita miss Ida. Hingga akhirnya saya meleraikan mereka, sampai mereka bermaafan. Lalu dalam menceritakan hal-hal yang disukai oleh setiap murid, murid-murid merasa senang dan antusias. Walaupun pada awal bercerita mereka ada yang terlihat sedikit takut atau malu. 101 CATATAN LAPANGAN Catatan Lapangan No: 4 Waktu : Minggu ke-2 bulan Januari 2008, pukul 09.00- 11.00 WIB Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya. Peneliti : Dina Prahasty LATAR Cuaca hari ini sangat cerah dan sejuk. Hari ini merupakan jadwal ekstrakurikuler yang diadakan oleh sekolah, yaitu kegiatan field trip atau darmawisata. Pada acara kali ini para murid dan guru-guru memakai baju berwana merah, sehingga tampak menambah semangat berwisata. CATATAN LANGSUNG/ DESKRIPTIF Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB, murid-murid terlihat sangat senang sekali dan terlihat tidak sabar untuk segera berangkat menuju lokasi. Pada field trip kali ini playgroup Caterpillar Super Kids berwisata ke Kebun Binatang Ragunan dan Pusat Primata Schmudtzer. Sesampainya di sana, anak-anak sangat senang sekali sehingga sampai ada yang berlari, yaitu Adrien, Rafif, dan Daffa. Mereka berlari karena saking senangnya, sampai akhirnya Daffa terjatuh karena matanya meleng. Padahal miss Ida sudah mencoba meraihnya. Dan kemudian miss Ida menasehatinya “Daffa sabar ya, miss tau kamu senang banget tapi jangan terlalu senang dan harus sabar”. “iya miss”, jawab Daffa sambil menangis. Dan kejadian ini diingatkan juga kepada murid-murid lainnya, sehingga tidak terulang kembali. Kemudian miss Ida menggendong Daffa karena kakinya sedikit luka. Sesampai di sekolah murid-murid sudah dinanti oleh mama atau susternya untuk pulang ke rumah masing-masing. Dan tak lupa miss Ida memberi tahu kepada mamanya Daffa, kenapa kakinya Daffa luka. Dan mamanya Daffa juga menasehati anaknya itu. CATATAN REFLEKTIF 102 Waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB, murid-murid dan para guru bersiap-siap untuk berangkat wisata ke Kebun Binatang Ragunan. Murid-murid sangat senang sekali di dalam perjalanan dan di lokasi wisata. Sampai ada yang berlari-lari yaitu Adrien, Rafif dan Daffa. Yang mana Daffa akhirnya terjatuh dan menangis. Dan ini dijadikan pelajaran untuk murid-murid lainnya, agar bisa mengontrol rasa senangnya. Sesampai di sekolah, miss Ida menemui ibunya untuk menjelaskan apa yang dialami Daffa. 103 CATATAN LAPANGAN Catatan Lapangan No: 5 Waktu : Minggu ke-1 bulan Februari 2008, pukul 09.00- 11.00 WIB Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya. Peneliti : Dina Prahasty LATAR Hari ini sedikit mendung, tapi sesekali matahari menampakkan sinarnya. Murid kelas jumper akan bermain di playground. Banyak mainan yang disediakan di sekolah ini, ada area pasir putih, bak yang diisi air, perosotan, ayunan, mobil-mobil kecil, jembatan, dan papan untuk murid belajar keseimbangan. Semuanya tampak segar dipandang mata karena indahnya suasana di playground yang ada tumbuhan segar dan mainan yang berwarna-warni. CATATAN LANGSUNG/DESKRIPTIF Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB seusai belajar collage di dalam kelas, miss Ida dan miss Icha menyerukan murid-murid untuk membentuk barisan karena akan bermain di playground. Sebelum keluar kelas, miss Ida dan saya mengoleskan mosquito repellent agar murid-murid tidak digigit serangga. Setelah itu murid-murid bebas mau main apa, akan tetapi guru tetap mengawasi dengan seksama. Ada yang main ayunan, mobil, air dan pasir. Tiba-tiba ketika sedang asyik bermain terdengar teriakan suara Namira yang sedang bermain pasir. Miss Ida kemudian mendektinya, dan bertanya “kenapa Namira?”. “ada kodok miss, aku takut..!”, kata Namira dengan wajah ketakutan. Lalu miss Ida memeluknya dan mengatakan “gak apa-apa kok sayang, kodoknya gak ganggu Nami, cuma numpang lewat aja. Nami kaget ya?”. Dengan raut wajah yang masih takut sampai air matanya jatuh, dia menjawab “iya miss”, sambil agak merengek. “yaudah jangan takut lagi ya, kan di sini ada miss Ida yang nemenin kamu, lagipula kodoknya sudah pergi”, lanjut miss Ida. Akhirnya Nami pun melanjutkan permainannya. Kemudian waktu menunjukkan pukul 09.30 WIB, 104 miss Ida menyerukan murid-muridnya untuk melanjutkan pelajaran di kelas. Seusai bermain di playground, murid-murid harus mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum memulai aktivitas lainnya. CATATAN REFLEKTIF Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB murid-murid yang telah selesai menyelesaikan materi collage ,memakai sepatu dan membentuk barisan, kemudian diolesi mosquito repellent. Setelah semua murid siap, mereka langsung menuju playground. Dan tiba-tiba Namira teriak ketakutan, karena ketika dia sedang asyik bermain pasir ada seekor kodok kecil lewat mengagetkannya. Kemudian miss Ida datang untuk menenangkan Namira, hingga akhirnya rasa takutnya hilang. 105 CATATAN LAPANGAN Catatan Lapangan No: 6 Waktu : Minggu ke-3 bulan Februari 2008, pukul 10.00- 10.20 WIB Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya. Peneliti : Dina Prahasty LATAR Cuaca di luar gedung sekolah hujan deras, jadi murid-murid bermain di ruang manipulative area yang dipenuhi mainan edukatif untuk murid-murid tertata rapih dan indah. Diantaranya ada mainan play dough, berbagai macam boneka, mainan masakmasakan, dokter-dokteran, trolley dan keranjang shopping dan masih banyak lagi. CATATAN LANGSUNG/DESKRIPTIF Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB seusai belajar di kelas, murid jumper bermain di ruang manipulative area, karena diluar hujan deras. Ada yang yang bermain puzzle, masak-masakan, belanja-belanjaan dan lain-lain. Tapi pada saat bersamaan, muridmurid dari kelas toodler juga ikut gabung bermain di sini. Dan ketika miss Ida menggoda dede’ Sandro, tanpa disadari Win cemburu, hal ini tampak karena Win melarang miss Ida untuk main dengan Sandro dan hanya boleh main sama dia. Miss Ida dan miss Dwi jadi tersenyum. Lalu Win bilang “miss Ida gak boleh main sama dede’ Sandro!”. Kemudian miss Ida sambil bercanda bilang “aduh,,Win miss dibagi dua aja deh, supaya miss bisa main sama Win dan dede’ Sandro”. Dan juga miss Ida memberi pengertian sama Win, kalau yang sudah besar harus bisa mengalah sama adiknya dan juga bisa mengajak main bersama. Dan Win pun akhirnya mengerti. Istirahat pun selesai, para murid kelas jumper masuk kelas lagi untuk melanjutkan pelajaran berikutnya. CATATAN REFLEKTIF 106 Selesai materi di kelas, murid-murid jumper beristirahat atau bermain di manipulative area, para murid berlari untuk memilih permainan yang akan dimainkannya. Pada saat bermain tiba-tiba murid kelas toodler juga ikut gabung bermain di sini, karena di luar hujan jadi semua murid beristirahat di ruangan ini. Ketika miss Ida coba menggoda dede’ Sandro untuk bermain, Win nampak cemburu, yaitu miss Ida tidak boleh bermain dengan dede’ Sandro. Kemudian miss Ida memberi pengertian sama Win dan akhirnya Win mengerti dan mau main bersama dengan adik kelasnya itu. 107