efektifitas komunikasi antarpribadi dalam megendalikan emosi anak

advertisement
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM
MEGENDALIKAN EMOSI ANAK PRA-SEKOLAH DI
PLAYGROUP CATERPILLAR SUPER KIDS
LEBAK BULUS
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam
Oleh
Dina Prahasty
NIM: 105051001926
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN
ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H./2009 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
DALAM
MEGENDALIKAN
EMOSI
ANAK
PRA-SEKOLAH
DI
PLAYGROUP CATERPILLAR SUPERKIDS LEBAK BULUS telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 5 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam pada Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 5 Maret 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua
Sekretaris
Dr. Arief Subhan, MA
NIP. 150262442
Wati Nilamsari, M. Si.
NIP. 150293223
Anggota
Penguji I
Penguji II
Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP. 150276299
Drs. Masran, M. Ag
NIP. 150275384
Pembimbing,
Umi Musyarofah, MA
NIP. 150281980
ABSTRAK
Dina Prahasty
Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dalam Megendalikan Emosi Anak
Pra- Sekolah di Playgroup Caterpillar Superkids Lebak Bulus.
Emosi pada anak-anak mengalami perbedaan antara satu anak dengan anak
yang lainnya. Perbedaan itu terjadi karena adanya pengaruh yang menyebabkan
anak untuk berinteraksi dengan emosi yang sangat kuat dan adanya reaksi anak
dengan emosi yang lemah.
Pada saat seorang anak meluapkan emosinya, seharusnya ia mendapatkan
perhatian dari orang-orang di sekitarnya untuk mengendalikan emosi. Perhatian
tersebut harus didapat dari orang-orang terdekat seperti orang tua, keluarga, guru,
dan teman-teman. Reaksi-reaksi yang ditimbulkan anak pada masa ini adalah
takut, marah, sedih, gembira, dan cemburu. Apabila anak mengalami salah satu
keadaan tersebut, maka diperlukan pendekatan, yang salah satunya dengan
menggunakan komunikasi antar pribadi untuk mengatasinya.
Penelitian ini ingin mengetahui tentang bagaimana komunikasi
antarpribadi dalam proses pengendalian emosi terhadap anak pra sekolah di
Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus Jakarta. Untuk memperoleh
pengetahuan mengenai hal ini, maka peneliti menggunakan metodologi kualitatif.
Yakni peneliti melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian dan bahkan
ikut terjun langsung selama 5 bulan. Selain observasi dan terjun langsung peneliti
juga memperoleh data-data penelitian melalui wawancara.
Dari hasil observasi yang diperoleh di lapangan diketahui bahwa
komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan emosi anak sangat efektif. Hal ini
karena anak-anak usia pra-sekolah masih mudah menerima apa yang kita
sampaikan atau harapkan pada dirinya. Subyek yang diteliti melakukan
pendekatan dengan komunikasi antar pribadi, yang dilakukan jika anak-anak
meluapkan emosinya. Keefektifan komunikasi dalam hubungan antarpribadi
ditentukan oleh kemampuan komunikan untuk mengkomunikasikan secara jelas
apa yang ingin disampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan, atau
mempengaruhi orang lain sesuai keinginan komunikan.
15
KATA PENGANTAR
“Alhamdulillah” merupakan yang paling pantas bagi saya untuk diucapkan
sebagai bentuk rasa syukur dan segala puji senantiasa penulis panjatkan kepada
Allah SWT. Dialah yang memberikan cinta, rahmat, karunia, nikmat, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan
penelitian ini dengan judul “Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi dalam
Mengendalikan Emosi pada Anak Pra-sekolah di Play Group Caterpillar Super
Kids Lebak Bulus”.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga yaumul akhir.
Aamiinn.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program
pendidikan Strata 1 (satu) di bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis pun sadar tanpa dukungan dari lingkungan sekitar yang
memberikan motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak, sulit kiranya
menyelesaikan laporan penelitian ini. Karenanya, dari lubuk hati yang paling
dalam penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada kedua orang tuaku tercinta: Tasmadi dan Hasanah Latifah, yang telah
melimpahkan segala kasih sayangnya yang tiada akhir, atas pengorbanannya yang
tiada pamrih, nasihat dan do’anya yang berguna untuk memotivasi penulis dalam
menyusun skripsi ini segera selesai. Dan juga saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Murodi, MA.
2. Bapak Dr. H. Arief Subhan selaku Pudek I, Bapak Drs. H. Mahmud
Djalal, MA selaku Pudek II, dan Pudek III bapak Drs. Study Rizal, LK,
MA.
3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Bapak Drs. Wahidin
Saputra MA. Dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Ibu
Umi Musyarofah MA, yang sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi.
16
Yang telah banyak membantu penulis dalam melayani kebutuhankebutuhan mahasiswa.
4. Drs. Jumroni, M.SI. selaku dosen pengajar dari mata kuliah metodologi
penelitian komunikasi. Karenanya peneliti dapat belajar banyak bagaimana
cara menyusun laporan yang baik.
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik dan membantu penulis selama
duduk di bangku kuliah dengan bimbingan, arahan, motivasi, dan
kesabaran serta keikhlasan dalam mendidik peneliti.
6. Kakak, adik dan keponakanku tercinta: Lilyz Miftahul Jannah, Kiki
Hasdiki, Reza Lukmanul Hakin, Sarah Saleh, Sultan Saleh, Alif Diaz
Hasdiki, Ana Huliyatul Jannah, Faridatul Jannah, Mujiburrahman, Nabila
Iffah, terutama Shellia Viantika yang banyak membantu dan mendukung
peneliti dalam menyusun laporan ini. Terima kasih atas semuanya.
7. Buat Imron Alwahdi, yang telah banyak membantu dan memberi semangat
dalam pembuatan laporan penelitian ini, dan selalu setia ada dalam suka
dan duka.
8. Sahabat-sahabat aku yang cantik semua dan baik hati: Khoerunnisa,
Maulida, Indira, Siti Muthi’ah, Azach, Fatimah Az-zahra. Makasih ya
dukungannya… Keep in touch galz!!!
9. Miss-miss di Caterpillar Super Kids: miss Juliet, miss Fitri, miss Dwi,
khususnya miss Saidah (Ida) yang telah banyak membantu peneliti.
10. Teman-teman KPI angkatan 2005, Indra Gunawan, Zakka Abdul Malik,
dan lain-lainnya.
11. Dan buat semua pihak yang turut mendukung dan membantu penulis
dalam menyusun laporan ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, saya
ucapkan banyak terima kasih.
Hanya kepada Allah, penulis memohon semoga amal baik yang telah
diberikan menjadi amal sholeh dan diterima di sisi Allah SWT. Amin.
Jakarta,
Penulis
17
DAFTAR ISI
ABSTRAK......................................................................................................
i
KATA PENGATAR.......................................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................
5
D. Metodologi Penelitian...............................................................
5
E. Tinjauan Pustaka.......................................................................
9
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 10
BAB II :
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Efektifitas................................................................ 12
B. Komunikasi dan Komunikasi Antarpribadi
1. Pengertian Komunikasi ..................................................... 13
2. Pengertian Komunikasi Antarpribadi................................. 16
3. Tujuan Komunikasi Antarpribadi ...................................... 19
4. Efektifitas Komunikasi Antarpribadi ................................. 21
C. Emosi Anak
1. Pengertian Emosi dan Macam-macam Emosi .................... 26
2. Prinsip Utama Mengelola Emosi Anak.............................. 32
3. Sebab Utama dan Tanda Gejolak Emosi Anak................... 37
18
4. Manfaat Pengendalian Emosi bagi Anak ........................... 43
D. Kondisi Psikologis (Intelegensi) Anak Pra-sekolah ................... 45
E. Upaya dengan Komunikasi Antar-pribadi
dalam Mengatasi Emosi Anak................................................... 49
BAB
III:
GAMBARAN
UMUM
PLAYGROUP
CATERPILLAR
SUPERKIDS LEBAK BULUS
A. Sejarah Berdirinya Playgroup Caterpillar Superkids............... 54
B. Visi dan Misi ........................................................................ 55
C. Struktur Organisasi ................................................................ 56
D. Fasilitas yang Tersedia........................................................... 57
BAB IV :
ANALISIS
DATA
EFEKTIFITAS
KOMUNIKASI
ANTARPRIBADI DALAM MENGENDALIKAN EMOSI
ANAK PRA-SEKOLAH di PLAYGROUP CATERPILLAR
SUPERKIDS
A. Cara Pengendalian Emosi Anak Pra-sekolah di Playgroup
Caterpillar Superkids Lebak Bulus
1. Cara Pengendalian Emosi Takut pada Anak .................... 59
2. Cara Pengendalian Emosi Marah pada Anak .................... 60
3. Cara Pengendalian Emosi Gembira pada Anak ................ 63
4. Cara Pengendalian Emosi Sedih pada Anak ..................... 65
5. Cara Pengendalian Emosi Cemburu pada Anak ............... 66
19
B. Respon Komunikasi Antarpribadi dalam Mengendalikan
Emosi Anak Pra-sekolah
di Playgroup Caterpillar Superkids Lebak Bulus .................... 67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 70
B. Saran-saran ........................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai umat muslim kita diwajibkan untuk dapat berkomunikasi dengan
baik dan efektif, karena komunikasi berpengaruh langsung pada tingkat dukungan
dan bantuan yang kita terima dari orang lain, serta mendikte kemampuan kita agar
gagasan kita diterima dan diterapkan.
Pemikiran seorang anak awal mulanya terbentuk dari hubungannya dengan
keluarga. Ia mendapati dirinya dicintai, disukai, dikucilkan, dicukupi, ataupun
dibiarkan. Atas dasar semua sikap ini, ia akan tumbuh dilingkupi rasa senang dan
percaya diri. Atau malah sebaliknya, ia merasa dibenci dan tidak percaya diri
sehingga ia terkekang dalam iklim psikologis yang hitam. Si anak akan terjebak
dalam kesulitan, kesusahan, dan keguncangan dalam menjalani hidupnya. Haus
akan kenikmatan dan ketenangan. Dan ia akan selalu merasa jenuh dan bosan.
Dari apa yang dipaparkan di atas, maka keluarga memiliki peran penting
dalam membentuk kepribadian anak. Bentuk hubungan yang melingkupi keluarga,
antara kedua orang tua dan anak-anaknya sangat menentukan sebaik apa tipe
kepribadian anak. Seorang anak lebih banyak berinteraksi dengan anggota
keluarganya daripada dengan komunitas masyarakat luar. Lebih-lebih pada fase
pertama hidupnya. Maka praktis, perasaannya tidak pernah jauh dari keluarga.
Pada beberapa kasus, ada anak yang sifat dan sikapnya berubah-ubah.
Bahkan ada anak yang jelas-jelas menunjukkan sifat tidak tenang. Mereka
memendam gejolak emosional yang tercermin pada gerakan-gerakan refleks yang
21
tidak disengaja dan tidak dikehendaki. Contohnya memotong bulu mata,
menggerak-gerakkan bahu, menggeleng-gelengkan kepala, menggigit jari atau
pulpen, atau gerakan-gerakan lain yang dipandang tidak etis ditengah-tengah
masyarakat. Dan hasilnya, ibu marah dan membentaknya. Namun hal itu tidak
menghasilkan apa-apa.
Semua gerakan ini sejatinya adalah gerakan refleks yang tidak disengaja
da tidak dikehendaki. Penyebabnya adalah ketegangan jiwa yang dialami anak.
Yang mana ketegangan jiwa ini mengakibatkan susunan saraf ikut menegang.
Anak tersebut berusaha menghilangkannya dengan melakukan gerakan tadi secara
berkesinambungan.
Munculnya berbagai macam reaksi emosi terlihat sejak anak sudah mampu
untuk berhubungan dengan lingkungan di luar dirinya, yaitu reaksi terhadap benda
maupun orang lain di sekitarnya”1. Reaksi-reaksi emosi yang ditimbulkan anak
pada masa ini sebagai berikut:
1. Rasa takut. Dijumpai pada umumnya pada usia-usia tertentu dengan
bertambah pengalaman dan pengertian rasa takut akan berubah atau
berganti dengan rasa takut yang lebih kuat dan lebih lemah. “Takut
adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi
sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu”2.
2. Rasa marah. Terjadi dan dijumpai pada usia-usia anak yang sudah
mengerti adanya orang lain dan benda lain di sekitarnya. “Sumber
1
Abu Bakar Baradja. Psikologi Perkembangan Tahapan dan Aspek-aspeknya, Cet. Ke-1
(Jakarta: Studis Press, 2005), h. 222-223.
2
Sarlito, W. Sarwono. Pengantar Umum Psikologi, Cet. Ke-9 (Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 2003), h. 58.
22
utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk
mencapai tujuannya”3.
3. Rasa cemburu, iri hati. Perasaan ini ditimbulkan adanya persaingan
yang muncul diantara anak yang lainnya. Perhatian yang berkurang
atau beralih pada yang lain, menginginkan permainan yang dimiliki
orang. “Kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekhawatiran yang
didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan
ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seseorang
yang cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya”4.
4. Rasa sedih. Rasa sedih yang terjadi pada masa ini sering terjadi karena
adanya imitasi, pada awal perkembangan anak belum mengerti dan
memahami kejadian yang menyebabkan sedih tersebut.
Rasa gembira. “Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yakni perasaan
terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan itu disebabkan oleh hal-hal yang
bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat sosial, yaitu
melibatkan orang-orang lain di sekitar orang yang sedang gembira tersebut”5.
Emosi anak memang sudah umum kita lihat, dimana anak-anak meluapkan
emosinya jika sedang kesal. Seperti dengan mengamuk, berkelahi, mengolokolok, jika rasa kesal dan marah mereka meluap yang tanpa kita tahu penyebabnya.
Namun ada juga anak yang meluapkan emosinya dengan perasaan senang, misal
dengan bercanda bersama teman-temannya untuk menandakan perasaan senang
atau gembira. Dan terkadang sebagai pihak ibu pun tidak dapat mengatasi
anaknya yang selalu meluapkan emosinya tersebut.
3
Ibid., h. 59.
Ibid
5
Ibid
4
23
Pada pengamatan awal di Playgroup Caterpillar Super Kids, terlihat bahwa
anak yang sedang meluapkan emosinya dapat dikendalikan oleh guru di sekolah
dengan menggunakan komunikasi antarpribadi. Karena itu peneliti tertarik untuk
mengetahui lebih jauh tentang efektifitas komunikasi antarpribadi dalam
mengendalikan emosi anak, hal ini agar hidup anak menjadi lebih terencana dan
terkendali. Karena pada masa kanak-kanak dalam Islam digambarkan sebagai
suatu keindahan dunia, yang diliputi oleh kebahagiaan, keindahan, cita-cita, cinta
dan fantasi.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk menyikapi permasalahan di atas maka peneliti ingin memberikan
batasan dan perumusan masalah agar permasalahan yang ada dapat diatasi dengan
baik. Untuk mempermudah peneliti memberi batasan yaitu, hanya mengamati satu
kelas dalam mencari data, yaitu kelas Jumper, yakni kelas yang diduduki oleh
anak usia 3-4 tahun. Peneliti hanya memberi batasan seperti ini dikarenakan
keterbatasan ilmu, waktu dan tenaga. Adapun perumusan masalah tersebut adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru
dalam mengendalikan emosi anak pra-sekolah?
2. Bagaimana efektifitas komunikasi antarpribadi dalam pengendalian emosi
anak di playgroup Caterpillar Super Kids?
24
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk memperoleh gambaran tentang keefektifan komunikasi antarpribadi
dalam proses pengendalian emosi pada anak pra-sekolah di Playgroup Caterpillar
Super Kids Lebak Bulus.
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini mengacu pada beberapa kepentingan, yaitu :
1. Manfaat Teoritis, yaitu pengembangan ilmu pengetahuan dan
menambah wawasan tentang masalah-masalah anak, terutama dalam
megendalikan emosi pada anak.
2. Manfaat praktis, yaitu diharapkan dari hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, terutama kaum orang tua yang ingin
mengetahui bagaimana caranya untuk bisa mengendalikan emosi pada
anaknya.
E. Metodologi Penelitian
1. Sumber data
Satuan kajian menurut Lexy J. Moleong biasanya ditetapkan juga
dalam rancangan penelitian. Dalam penelitian ini, ada empat satuan kajian
yang terdiri dari pengurus organisasi, siswa-siswi Playgroup Caterpillar
Super Kids, guru-guru yang di Playgroup Caterpillar Super Kids, dan
orang tua dari siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids, dengan
rincian : 1 kelompok bermain yang terdiri dari 10 murid kelas Jumper
25
Playgroup Caterpillar Super Kids, yang bernama Kirani (perempuan),
Winahyo (laki-laki), Nayla (perempuan), Daffa (laki-laki), Adrien
(perempuan), Brandon (laki-laki), Rafif (laki-laki), Tania (perempuan),
Namira (perempuan), dan Diandra (perempuan), lalu 1 orang guru
bernama Saidah dari siswa-siswi kelas Jumper, dan 1 orang tua dari siswasiswi Playgroup Caterpillar Super Kids yang bernama Ibu Titi. Pencatatan
data dilakukan dengan menggunakan sample bertujuan, maksudnya untuk
menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber. Hal ini
didasarkan atas pendapat Moleong bahwa “Pada penelitian kualitatif tidak
ada sample acak tetapi sample bertujuan”.6 Mengenai hal ini maka subyek
yang diteliti adalah guru, dan objek penelitiannya adalah komunikasi
antarpribadi antara guru dan murid dalam mengendalikan emosi yang
timbul.
2. Pendekatan yang digunakan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Dan pada pendekatan kualitatif harus meneliti secara berulang-ulang, guna
peneliti memperoleh data yang mendalam tentang objek yang dikaji.
Untuk itu peneliti turut berperan dalam lingkungan sekolah, agar data
yang diperlukan diperoleh secara mendalam. Selain itu pendekatan
kualitatif ini dapat digunakan untuk menemukan perspektif baru tentang
hal-hal yang sudah banyak diketahui. Dalam hal ini yang akan diteliti
adalah keefektifan komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan anak
pra-sekolah yang suka meluapkan emosinya di Playgroup Caterpillar
6
Lexy J. Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif, cet ke-20, edisi revisi (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 224.
26
Super Kids Lebak Bulus, baik berdasarkan pengamatan langsung di
lapangan maupun wawancara dengan guru. Dalam penelitian kualitatif,
metode yang digunakan yaitu observasi yang artinya pengamatan dengan
menggunakan panca indera langsung untuk melihat sendiri, kemudian
mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
sebenarnya. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini juga melalui
wawancara, wawancara dilakukan untuk memperluas informasi yang
diperoleh. Instrumen dari penelitian ini adalah peneliti sendiri karena ia
sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,
penafsir data, dan pada akhirnyaia menjadi pelapor hasil penelitian.7 Dan
dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh pengurus sekolah yang
bernama Ibu Juliet Kiroma, seorang guru yang bernama Saidah (miss Ida),
dan 1 orang tua murid yang bernama Ibu Titi.
3. Teknik Pengumpulan data
a. Observasi
Alasan untuk mengambil teknik observasi atau pengamatan, karena
didasarkan pengalaman secara langsung yang memungkinkan peneliti
untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan
kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Karena
selain sebagai pengamat, peneliti juga turut berperan serta selama 5
bulan. Dan dalam kurun waktu tersebut, Alhamdulillah peneliti
memperoleh data-data sesuai dengan yang dibutuhkan.
7
Ibid., h. 168-173.
27
b. Wawancara
Wawancara
yaitu
percakapan dengan maksud
tertentu.
Jenis
wawancara yang peneliti gunakan yaitu dengan pembicaraan informal,
di mana hubungan pewawancara dengan nara sumber adalah dalam
suasana biasa dan wajar. Peneliti mewawancarai nara sumber miss Ida
selaku guru kelas Jumper, dan ibu Titi selaku orang tua murid, serta
ibu Juliet selaku pengurus sekolah.
c. Dokumen
Dokumen menurut Guba dan Lincoln (1981: 228) adalah setiap bahan
tertulis ataupun film.
Alasan menggunakan
dokumen karena
merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, sebagai bukti
untuk suatu pengujian dan berguna, serta sesuai dengan penelitian
kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir
dan berada dalam konteks. Jenis dokumen yang digunakan oleh
peneliti yaitu menggunakan laporan catatan diri siswa, keadaan, dan
aturan dari Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus.
4. Analisis Data
Dalam
menganalisa
menginterpretasikan
catatan
data
hasil
lapangan
observasi,
yang
ada
peneliti
kemudian
menyimpulkannya, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang nampak
pada data tersebut. Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi ciriciri suatu objek dan kejadian. Kategori dari analisa data ini diperoleh
berdasarkan fenomena yang nampak pada cara-cara mengendalikan anak
yang suka meluapkan emosinya.
28
5. Teknik pemerikasaan keabsahan data
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara
rinci. Maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai
dengan rumusan masalah saja.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka peneliti mengumpulkan teori-teori atau konsepkonsep yang terkait dengan topik yang peneliti ambil, yakni Efektifitas
Komunikasi Antarpribadi dalam Mengendalikan Emosi Anak Pra-sekolah di
Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus.
Efektifitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh,
sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau adanya akibat serta
penekanannya jadi sesuatu. Jadi “efektiifitas” berarti keberpengaruhan atau
keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah melakukan sesuatu).8
Benak manusia memiliki tiga fungsi: berfikir, merasa, dan berkehendak,
(kognisi, emosi, dan perilaku). “Setiap aspek berhubungan dengan kedua aspek
yang lain dan tidak terjadi secara berpisah. Jadi, bila perasaan dialami, maka
pikiran akan menyertainya dan juga perilaku terjadi pada saat yang sama”.9
Adalah keliru untuk berpendapat bahwa emosi dihasilkan seluruhnya oleh otak.
8
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar B. Indonesia, Cet. Ke-7, edisi 2 (Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud, 1995), h. 250.
9
Jhon Pearce, Bagaimana Mengatasi Perkelahian, Olok-olok dan Gertakan, Cet. ke-1
(Jakarta: PT. Binarupa Aksara, 1990), h.47.
29
William McDougall, psikolog, menyebutkan bahwa faktor-faktor personal
(yang datang dari dalam diri individu) akan menentukan interaksi sosial dan
masyarakat. Manusia memiliki sejumlah naluri (instink) yang membuat dirinya
melakukan berbagai tindakan dalam konteks interaksinya denga individu lain.
Manusia berperang karena memperturutkan instink berkelahinya. Kita senang
berkelompok dan berorganisasi karena didorong instink berkelompok. Begitu
seterusnya.10
Menurut kamus ilmiah populer, karangan Drs. M. Ridwan dkk, “Emosi
yaitu perasaan, kemampuan jiwa untuk merasakan gejala sesuatu yang disebabkan
oleh rangsangan dari luar (rasa sedih, susah, marah)”.11
Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi. Pendapat yang
nativistik mengatakan bahwa “emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak
lahir. Sedangkan pendapat empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh
pengalaman dan proses belajar.”12
Dalam komunikasi Antarpribadi, konsep diri sangat penting. Setiap orang
akan bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya. 13
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan laporan ini, maka penulis
mengklasifikasikan permasalahan dalam beberapa bab yang saling berhubungan,
10
Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Modul UT “Psikologi Komunikasi” , Cet. ke-8
(Jakarta: Universitas Terbuka , 2005), h. 2.
11
Drs. M. Ridwan dkk, Kamus Ilmiah Populer (Jakarta: Pustaka Indonesia, 1999). h. 45.
12
Sarlito. W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Cet. ke-9 (Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 2003), h. 54.
13
Siti Mutmainah dan Drs. Ahmad Fauzi, h. 5-11.
30
sehingga
tampak
adanya
gambaran
yang
terarah.
Adapun
sistematika
penulisannya sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, kerangka teori,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II
Tinjauan umum dan landasan teori tentang Komunikasi Antarpribadi dan
Emosi Anak.
Bab III Gambaran umum Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus.
Bab IV Analisis data yang telah diperoleh di lapangan, yang kemudian
dibandingkan dengan teori yang digunakan.
Bab V
Penutup yang terdiri dri kesimpulan dan saran, serta diakhiri dengan
daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Efektivitas
Efektivitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh,
sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau adanya akibat serta
31
penekanannya jadi sesuatu. Jadi “efektivifitas” berarti keberpengaruhan atau
keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah melakukan sesuatu).14
Menurut Jhon M. Echols dan Hasan Shadily dalam kamus InggrisIndonesia, efektivitas secara etimologis berasal dari kata efektif artinya berhasil
guna.15
Efektivitas dalam Kamus Besar “Bahasa Indonesia” berasal dari kata
efektif yang artinya:16
1. Dengan adanya efek (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)
2. Manjur atau mujarab (tentang obat)
3. Dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha, tindakan)
4. Hal mulai berlakunya (tentang Undang-undang peraturan).
Efektivitas dalam The Oxford English Dictionary mengartikan sebagai
“the quality of being effective in various sense”
17
, secara sederhana dapat
diartikan sebagai suatu kualitas yang menjadikan efektif dalam berbagai hal atau
bidang.
Menurut Ensiklopedi Umum, Efektivitas menunjukkan taraf tercapaiannya
tujuan usaha, dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal
keefektifan adalah pencapaian prestasi dari tujuan, taraf efektivitas dapat
dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti.18
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar B. Indonesia. Cet. Ke-7, edisi 2 (Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud, 1995), h. 250.
15
Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Cet. Ke-8 (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1990), h. 207.
16
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 219.
17
Erick Buckley, The Oxford English Dictionary, Vol. III (Oxford: the clarendon press,
1978), h. 49.
18
A. B. Prinnodigdo dan Hasan Shadily, Ensiklopedi Umum (Yogyakarta: Kanisius,
1990). h. 51.
32
Dalam upaya mengukur sejauh mana tingkat keefektifan, F. X Swarto
mengemukakan bahwa terdapat tiga pendekatan dalam hal pengukuran
keefektifan, yaitu:
1. Pendekatan tujuan, yaitu pendekatan yang menekankan pada pentingnya
pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan.
2. Pendekatan teori sistem, yaitu pendekatan yang menekankan pentingnya
adaptasi tuntunan sebagai kriteria penilaian keefektifan sehingga satu
elemen dari sejumlah elemen saling tergantung.
3. Pendekatan teori multiple konstituensi, organisasi dapat dikatakan efektif
bila dapat memenuhi tuntunan dari konstituensi yang menjadi pendukung
kelanjutan eksistensi organisasi tersebut.
B. Komunikasi dan Komunikasi Antarpribadi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia
akan tampak “hampa” atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada
komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia baik secara
perorangan, kelompok atau organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang
dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi.
Aksi dan reaksi yang dilakukan manusia ini (baik erorangan, kelompok,
organisasi) dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi.19
Menurut Onong Uchjana Effendi. Komunikasi secara etimologis berasal
dari bahasa Latin, yakni “communication” yang bersumber dari kata “communis”.
19
T. A Lathief Rusydi, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi, Cet, Ke-1
(Medan: T.pn.,1985), h. 48.
33
Arti communis disini adalah sama, dalam arti sama makna, yaitu sama makna
mengenai suatu hal. Sedangkan secara terminologis komunikasi berarti proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.20
Edward Depari dalam karyanya “Komunikasi dalam organisasi” yang
dikutip A. W Widjaja, mengatakan komunikasi adalah proses penyampaian
gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu.
Mengandung arti, dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada penerima
pesan.21
Keith Davis menddefinisikan komunikasi sebagai, “the transfer of
information and understanding from one person to another person”22 secara
sederhana diartikan “Pengiriman informasi dan pemahaman dari satu orang
kepada orang lain”.
Menurut Noel Gist, bilamana interaksi sosial meliputi pengoperan arti-arti
dengan jalan menggunakan lambang-lambang, maka ini dinamakan komunikasi.23
Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan
penyampaian atau pengoperan lambang-lambang, yang mengandung arti atau
makna. Atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang
kepada orang lain24
20
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi Cet. Ke-4 (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 3-4.
21
A. W Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Cet, Ke-2 (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), h. 13.
22
Keith Davis, Human Behavior at work: Organizational Behavior,6th ed. (New York:
Mc Graww Hill, 1981), h. 399.
23
Onong Uchjana Effendy, h. 10.
24
James G. Robbins, Komunikasi Yang Efektif (Jakarta : Cv. Pedoman Ilmu Jaya, 1995),
h.1.
34
Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si
pengirim dan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.25
Menurut
kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi
antar manusia (Human Communication) bahwa :
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan
antar sesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk
menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha merubah
sikap dan tingkah laku itu.
Everett
M.
Rogers
seorang
pakar
sosiologi pedesaan
Amerika
mendefinisikan bahwa :
Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka.26
Komunikasi telah kita definisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar
manusia. Dari definisi ini terlihat bahwa untuk dapat terjadi proses komunikasi
minimal terdiri dari tiga unsur utama, yakni:
a. Pengirim pesan (komunikator)
b. Pesan
c. Penerima pesan (komunikan)27
Antara komunikator dan komunikan, dalam berkomunikasi menghasilkan
empat tindakan, yaitu ; membentuk pesan, menyampaikan transmisi, menerima
pesan, dan mengolah pesan.
2. Pengertian Komunikasi Antarpribadi
25
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara,t.t.), h.4.
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT. Raja grafindo Persada,
2006), h.18-19.
27
Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004), h.
18.
26
35
Ada tiga perspektif yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang
definisi komunikasi antarpribadi, yaitu:28
a. Perspektif komponensial, yaiti definisi komunikasi antarpribadi yang
dilihat dari komponen-komponennya. Komunikasi antarpribadi dalam
definisi ini diartikan sebagai proses mengirim dan menerima pesan-pesan
diantara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang, dengan berbagai
umpan balik dan efek.
b. Perspektif pengembangan, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang
dilihat dari “proses pengembangannya”. Komunikasi dalam definisi ini
dianggap sebagai proses yang berkembang, yakni dari hubungan yang
bersifat impersonal meningkat menjadi hubungan interpersonal. Suatu
komunikasi dikatakan bersifat interpersonal bila berdasarkan pada a) data
psikologis; b) pengetahuan yang dimiliki, dan c) aturan-aturan yang
ditentukan sendiri oleh para pelaku komunikasi.
c. Perspektif relasional, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat
dari hubungan diantara dua orang.
Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia
akan tampak “hampa” atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada
komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia baik secara
perorangan, kelompok atau organisasi tidak mungkin dapat terjadi.29 Sebagian
besar interaksi antar manusia berlangsung dalam situasi komunikasi antarpribadi.
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua
orang, di mana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini
28
Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk., Pengantar Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka,
1999), h. 109.
29
. Ibid., h. 2.
36
biasanya berlangsung secara berhadapan muka, bisa juga melalui sebuah medium
telepon30.
Komunikasi antarpribadi dapat terjadi dalam konteks satu komunikator
dengan satu komunikan (komunikasi diadik: dua orang) atau satu komunikator
dengan dua komunikan (komunikasi triadik: tiga orang). Lebih dari tiga orang
biasanya dianggap komunikasi kelompok. Dalam komunikasi antarpribadi,
biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut:31
a. Komunikator relatif cukup mengenal komunikan, dan sebaliknya,
b. Pesan dikirim dan diterima secara simultan dan spontan, relatif kurang
terstruktur,
c. Umpan balik (feedback) dapat diterima dengan segera.
Dalam tataran antarpribadi, komunikasi berlangsung secara sirkuler, peran
komunikator dan komunikan terus dipertukarkan, karenanya dikatakan bahwa
kedudukan komunikator dan komunikan relatif setara. Efek komunikasi
antarpribadi, paling kuat diantara tataran komunikasi lainnya. Dalam komunikasi
antarpribadi, komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku (efek
konatif) dari komunikannya, memanfaatkan pesan verbal dan non-verbal, serta
segera merubah atau menyesuaikan pesannya apabila didapat umpan balik negatif.
Menurut Gerald A Miller komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari 3
tigkatan analisis:
a. Analisis tingkat kultural, bahwa untuk dapat berkomunikasi dengan orang
lain paling tidak mempunyai kesamaan kultral.
30
31
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, h. 48.
Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 31.
37
b. Analisis tingkat sosiologis, yaitu komunikator melakukan prediksi
mengenai reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikan berdasarkan
keanggotaan kelompok yang mempunyai aturan-aturan yang bernilai.
c. Analisis tingkat psikologis, komunikator ataupun komunikan mampu
memprediksi kejiwaan lawannya.
Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.
Keefektifan komunikasi dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh
kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita
sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain
sesuai keinginan kita. Dengan cara berlatih mengungkapkan maksud keinginan
kita, menerima umpan balik tentang tingkah laku kita, dan memodifikasi tingkah
laku kita sampai orang lain mempersepsikannya sebagaimana kita maksudkan.
Komunikasi antarpribadi merupakan landasan dari komunikasi pada
tataran di atasnya. Dalam tataran antarpribadi, komunikasi relatif lebih dinamis,
bersifat dua arah, komunikator dan komunikan sama-sama aktif saling
mempertukarkan pesan (mengirim dan menerima pesan) untuk dimaknai dan
ditanggapi oleh pihak lainnya. Jadi, disebut komunikasi antarpribadi jika antara
komunikator dan komunikan mempunyai persepsi yang sama, saling kenal, dan
mempunyai tujuan yang sama.
3. Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tujuan-tujuan komunikasi
antarpribadi ini tidak harus dilakukan dengan sadar ataupun dengan suatu maksud,
38
tetapi bisa pula dilakukan dengan tanpa sadar ataupun tanpa maksud tertentu.
Berikut tujuan dari komuikasi antarpribadi:32
a. Mengenal diri sendiri dan orang lain
Salah satu cara untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi
antarpribadi. Dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain,
kita akan mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami
lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.
Melalui komunikasi antarpribadi kita juga belajar tentang bagaimana dan
sejauh mana kita harus membuka diri pada orang lain. Selain itu, komunikasi
antarpribadi kita juga akan mengetahui nilai, sikap dan perilaku orang lain.
Serta kita dapat memprediksi tindakan orang lain.
b. Mengetahui dunia luar
Komunikasi antarpribadi juga memungkinkan kita untuk memahami
lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian orang lain.
Banyak informasi yang kita miliki sekarang berasal dari interaksi antarpribadi.
c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna
Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan
memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Hal ini karena kita ingin
merasakan dicintai dan disukai serta menyayangi dan menyukai orang lain.
d. Mengubah sikap dan perilaku
Dalam komunikasi antarpribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan
perilaku orang lain. Kita ingin seseorang memilih suatu cara tertentu, mencoba
32
Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk., Pengantar Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka,
1999), h. 112-113.
39
makanan baru, membeli suatu barang, mendengarkan musik tertentu, dan
sebagainya. Intinya, kita banyak mempergunakan waktu untuk mempersuasi
orang lain melalui komunikasi antarpribadi.
e. Bermain dan mencari hiburan
Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan.
Bercerita dengan teman tentang kegiatan di akhir pekan, menceritakan tentang
kejadian-kejadian lucu dan pembicaraan-pembicaraan lain yang hamper sama
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali
tujuan ini dianggap tidak penting, tetapi sebenarnya komunikasi yang
demikian perlu dilakukan, karena bisa memberi suasana yang lepas dari
keseriusan, ketegangan, kejenuhan dan sebagainya.
f. Membantu
Psikiater, psikologi klinik dan ahli terapi adalah contoh-contoh profesi
yang mempunyai fungsi menolong orang lain. Tugas-tugas tersebut sebagian
besar dilakukan melalui komunikasi antarpribadi. Demikian pula, kita sering
memberikan berbagai nasihat dan saran kepada teman-teman kita yang sedang
menghadapi suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikan persoalan
tersebut.
Tujuan-tujuan komunikasi antarpribadi yang diuraikan di atas dapat dilihat
dari dua perspektif, yaitu:
1) Tujuan yang dilihat sebagai motivasi atau alasan mengapa seseorang
terlibat dalam komunikasi antarpribadi.
2) Tujuan-tujuan yang dilihat sebagai hasil atau efek dari komunikasi
antarpribadi.
40
4. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
Efek komunikasi adalah pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator
dalam diri komunikannya. Efek komunikasi dapat kita bedakan atas efek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap), dan konatif (tingkah laku). Efek komunikasi dapat
diukur dengan membandingkan antara pengetahuan, sikap, dan tingkah laku
sebelum dan sesudah komunikan menerima pesan (Stuart, 1987). Karenanya, efek
adalah salah satu elemen komunikasi yang penting untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya komunikasi yang diinginkan.33
Komunikasi antarpribadi, sebagai suatu bentuk perilaku, dapat berubah
dari sangat efektif ke sangat tidak efektif. Pada suatu saat komunikasi bisa lebih
buruk dan pada saat lain bisa lebih baik
Karakteristik-karakteristik
efektivitas
komunikasi
antarpribadi
oleh
Yoseph De Vito (1986) dalam bukunya “The Interpersonal Communication
Book” dilihat dari dua perspektif, yaitu:34
a. Perspektif Humanistik
Pendekatan ini berasal dari psikologis humanistik yang dinyatakan oleh
Abraham Maslow, Gordon Allport dan Carl Rogers. Berikut adalah uraian
mengenai sifat-sifat yang tercakup dalam perspektif humanistik.
1) Keterbukaan, artinya kita harus mau membuka diri pada orang lain,
memberikan reaksi-reaksi pada orang lain dengan spontan dan tanpa dalih
perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang dimiliki kita.
2) Empati, yaitu kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada
peranan atau posisi orang lain.
33
34
Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 110-111.
Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk., Pengantar Komunikasi, h. 123.
41
3) Perilaku suportif, ditandai dengan sifat deskripsi, spontanitas dan
provisionalisme yang mendorong peilaku suportif.
4) Perilaku positif, adalah ekspresif sikap-sikap positif terhadap diri sendiri,
orang lain dan situasi.
5) Kesamaan, kesamaan disini meliputi 2 hal: i). Kesamaan dalam “bidang
pengalaman” seperti nilai, sikap, perilaku, pengalaman, dan sebagainya.
ii). Kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan.
b. Perspektif Pragmatis
Perspektif pragmatis atau perilaku, menekankan manajemen interaksi,
kebersamaan dan sifat-sifat umum yang membantu mencapai berbagai tujuan
yang diinginkan dalam komunikasi antarpribadi. Pendekatan ini berasal dari
pendekatan pragmatis yang dinyatakan oleh Paul Watzlawick, William Ledeer
dan Don Jackson. Berikut adalah uraian mengenai sifat-sifat yang tercakup dalam
perspektif pragmatis.
1) Sikap yakin. Tidak mempunyai perasaan malu dan gelisah dalam
menghadapi orang lain, tetapi mempunyai rasa percaya diri yang bersikap
luwes dalam berbagai situasi komunikasi.
2) Kebersamaan. Sifat ini ditandai dengan adanya hubungan dan rasa
kebersamaan dengan memperhatikan perasaan dan kepentingan orang lain.
3) Manajemen interaksi. Adalah mengontrol dan menjaga interaksi dengan
maksud untuk memuaskan kedua belah pihak, yang ditunjukkan dengan
mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten.
4) Perilaku ekspresif. Keterlibatan sungguh-sungguh dalam interaksi dengan
orang lain, yang diekspresikan secara verbal dan non-verbal.
42
5) Orientasi pada orang lain. Kemampuan seseorang untuk beradaptasi pada
orang lain selama interaksi, dengan menunjukkan perhatian, kepentingan
dan pendapat orang lain.
6) Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang harus memiliki sifat
yang berorientasi pada orang lain. Artinya adalah kemampuan seseorang
untuk beradaptasi dengan orang lain selama komunikasi antarpribadi.
43
C. mosi Anak
 !"#$%&'
/$5
1#2&/34
()*+-./ 0
:;*<$%$
6!"78%9
.
>?+?&@ (= :;
Artinya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” Q.S. An-nisaa’(4):
9.
Sebagai orang tua harus bangga dan gembira apabila Allah memberikan
keturunan kepada kita dan sayangilah anak tersebut tanpa paksaan. Islam
mengagungkan dan selalu memelihara kepentingan anak, bukan hanya setelah
anak lahir, melainkan semenjak ia masih berada dalam kandungan.
Ikatan keluarga dalam Islam dianggap sebagai pemula kelompok sosial.
Keluarga terdiri dari orang tua dan anak-anak, dan dalam hati orang tua tersebut
bersemayam rasa cinta terhadap anak yang tak pernah putus.
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai orang tua hendaklah
menyangi anak mereka sepenuh hati tanpa ada kebohongan. Seperti jangan terlalu
mengumbar-umbar janji kepada anak mereka dalam mendidik, karena jika janji
tersebut tidak terpenuhi, anak akan memendam rasa kecewa yang berat dan akan
menimbulkan rasa sedih. Sebab anak tersebut merasa bahwa orang tuanya tidak
menyayangi mereka karena telah membohonginya dengan tidak menepati janji
untuk membelikannya sesuatu. Padahal sebagai orang tua bertanggung jawab
untuk menyenangkan hati buah hati mereka.
Karena bagi anak-anak, orang tua
44
merupakan panutan dalam kehidupan mereka, terlebih di masa awal anak mulai
mempelajari lingkunagan sekitarnya.
1. Pengertian Emosi dan Macam-macam Emosi
Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan
tertentu, yaitu perasaan senang atau tidak senang. “Perasaan senang atau tidak
senang yang selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif.
Warna ini kadang-kadang kuat, kadang lemah, atau samar-samar saja. Dalam hal
ini warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam,
lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan itu disebut emosi”35.
Benak manusia memiliki tiga fungsi: berpikir, merasa, dan berkehendak,
(kognisi, emosi dan prilaku). “Setiap aspek berhubungan dengan ke dua aspek
yang lain dan tidak terjadi secara berpisah. Jadi, bila perasaan dialami maka
pikiran akan menyertainya dan juga prilaku terjadi pada saat yang sama”36.
Adalah keliru untuk berpendapat bahwa emosi dihasilkan seluruhnya oleh otak.
“Saraf di dalam otak meneruskan pesan dari satu serat ke serat yang lain
melalui agen pengirim kimia yang terdiri dari beberapa buah. Kadar dari bahan
kimia dan keseimbangan diantar bahan-bahan tersebut penting dalam menentukan
cara emosi dialami. Bila kadarnya tidak seimbang, suasana hati yang tidak
menyenangkan seperti kejengkelan, kecemasan, atau depresi mungkin timbul”.37
Beberapa macam emosi antara lain; gembira, bahagia, jemu, benci, terkejut, waswas, dan sebagainya.
35
,Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, h. 54.
Jhon Pearce, Bagaimana Mengatasi Perkelahian, Olok-olok dan Gertakan, h. 47.
37
Ibid., h. 48-49.
36
45
“Emosi-emosionalitas merupakan daya penggerak suatu tingkah laku.
Dengan demikian dalam usaha mencari sumber-sumber persoalan dan sebabsebab daripada tingkah laku anak. Tibalah saatnya untuk melihat emosionalitas
anak. Pelampiasan kekecewaan melalui kemarahan sebagai reaksi terhadap
frustasi, memperlihatkan adanya emosi yang sedang menggerakkan tingkah laku
anak. Emosi-kemarahan, telah menyebabkan anak melakukan macam-macam
tingkah laku. Suatu bentuk lain, yang sering kurang dimengerti sebagai suatu
sebab situasi yang menimbulkan reaksi tertentu adalah ketakutan”.38
Menurut Kamus Ilmiah Populer, karangan Drs. M. Ridwan dkk. “Emosi
yaitu perasaan, kemampuan jiwa untuk merasakan gejala sesuatu yang disebabkan
oleh rangsangan dari luar (rasa sedih, susah, marah)”39.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Pendidikan dasar (Nugroho Dewanto)
“emosi yaitu luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang
singkat”40.
Menurut kamus lengkap psikologi (Jp. Chaplin) “emosi yaitu suatu
keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang
disadari, yang mendalam sifatnya dan perubahan perilaku”.41
Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi. Pendapat yang
nativistik mengatakan bahwa “emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak
38
Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, Cet. Ke-1 (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 68-69.
M, Ridwan, dkk., Kamus Ilmiah Populer, h 45.
40
Nugroho Dewanto, Kamus Bahasa Indonesia Pendidikan Dasar (Bandung: Yrama
Widya, 2004). h. 25.
41
JP. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono, Cet. Ke- 9
(Jakarta: Rajawali Press, 2004). h. 63.
39
46
lahir. Sedangkan pendapat empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh
pengalaman dan proses belajar”.42
Salah satu penganut paham navistik adalah Rene Descartes. Ia mengatakan
bahwa “sejak lahir telah mempunyai enam emosi dasar, yakni: cinta,
kegembiraan, keinginan, benci, sedih, dan kagum”.43
Wilhem Wundt (1832-1920) mengemukakan tiga pasang kutub emosi,
yakni: “Lust – Unlust (senang – tidak senang), Spannung – Losung (tegang – tidak
tegang), Erregung – Berubigung (semangat – tenang). Jadi, kalau seorang melihat
harimau, maka emosinya adalah Unlust, Spannung, dan Erregung; kalau seorang
mahasiswa lulus ujian, emosinya adalah Lust, Losung, dan Berubigung dan
seterusnya”.44
a. Perubahan-perubahan pada tubuh saat terjadi emosi
“Terutama pada emosi yang kuat, seringkali terjadi juga perubahanperubahan pada tubuh kita, antara lain”.45
1) Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona
2) Peredaran darah: bertambah cepat bila marah
3) Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut
4) Pernafasan: bernafas panjang kalau kecewa
5) Pupil mata: membesar bila sakit atau marah
6) Liur: mongering kalau takut atau tegang
7) Bulu roma: berdiri kalau takut
8) Pencernaan: mules atau mencret-mencret kalau tegang
42
Sarlito. W. Sarwono, Penagntar Umum Psikologi, h. 54.
Ibid., h. 54-55.
44
Ibid., h. 55-56.
45
Ibid.,
43
47
9) Otot: ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau
bergetar (tremor)
10) Komposisi darah: komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan
emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.
b. Faktor yang mempengaruhi emosi
“Emosi pada anak-anak mengalami perbedaan satu anak dengan anak yang
lainnya. Perbedaan itu terjadi karena adanya pengaruh yang menyebabkan anak
untuk berinteraksi dengan emosi yang sangat kuat dan adanya reaksi anak dengan
emosi yang lemah”.46 Diantara faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut
ialah:
1) Kecerdasan: Perkembangan kecerdasan anak sangat mempengaruhi reaksi
emosi
yang
ditimbulkan.
Anak
mempunyai
kecerdasan
dan
keingintahuannyang baik, ternyata lebih aktif untuk merespon rangsangan
untuk membangkitkan emosinya. Dibandingkan anak yang tidak
mempunyai rasa keingintahuan dan kurang kecerdasan.
2) Jenis kelamin: karena pengkodisian anak sehingga banyak anak laki-laki
yang menggunakan secara aktif emosinya, seperti ledakan emosi marah
lebih ditujukan pada anak laki-laki, dibandingkan dengan anak perempuan.
Sebaliknya rasa takut, cemburu dan kasih saying merupakan tempat emosi
yang sesuai bagi anak perempuan daripada anak laki-laki.
3) Lingkungan keluarga: keluarga yang sedikit anaknya akan sangat kurang
persaingannya, dibandingkan dengan keluarga besar yang banyak anak
46
Abu Bakar Baradja, Psikologi Perkembangan Tahapan dan Aspek-aspeknya, Cet. Ke1 (Jakarta: Studia Press, 2005), h. 217-218.
48
lebih
sering
menimbulkan
persaingan.
Yaitu
persaingan
untuk
mendapatkan sesuatu, baik kasih saying maupun berbentuk benda.
4) Lingkungan sosial: lebih banyak anak bersosialisasi dengan temantemannya lebih mampu untuk mereaksi emosinya dibandingkan dengan
anak yang tidak mendapat kesempatan untuk bersosialisasi. Rasa emosi
yang dipengaruhi lingkungan sosial, akan lebih banyak menimbulkan rasa
solidaritas yang tinggi, persaudaraan, simpati, kasih sayang, rasa tanggung
jawab, rasa tentram, dan optimistis, dan lain sebagainya.
c. Karakteristik emosi
“Emosi dikatakan sebagai suatu peristiwa psikologis maka sesuai dengan
perkembangannya terdapat karakteristik emosi,47 yakni:
1) Emosinya agak berlangsung lama, dan apabila saat berhenti dengan
berangsur-angsur, atau perlahan-lahan kemudian berhenti. Meskipun
kebutuhan dan keinginan telah terpenuhi, tetapi emosinya anak masih
terlihat.
2) Emosinya ditinjukkan dengan kuatnya, jika tertawa dengan terbahakbahak atau menangis dengan menjerit dan bersuara keras. Emosi ini
memberikan isyarat bahwa ia meminta pertolongan dan bantuan atas
kebutuhan dan keinginannya.
3) Terjadinya emosi sewaktu-waktu dan sudah direncanakan, maksudnya
bahwa saat ia akan menangis dan tertawa melihat suatu kejadian yang
membuat ia takut atau tertawa.
47
Ibid., h. 219.
49
4) Emosinya lebih bersifat agak subyektif, emosinya hanya ditujukan apa
yang terjadi pada dirinya, ia belum memperhatikan bagaimana bila terjadi
pada orang lain.
d.
Macam-macam emosi pada masa anak pra-sekolah
“Munculnya berbagai macam reaksi emosi terlihat sejak anak sudah
mampu untuk berhubungan dengan lingkungan di luar dirinya, yaitu reaksi
terhadap benda maupun orang lain yang ada di sekitarnya.”48 Reaksi-reaksi yang
ditimbulkan anak pada masa ini sebagai berikut:
1)
Rasa takut. Dijumpai pada umumnya pada usia-usia tertentu dengan
bertambah pengalaman dan pengertian rasa takut akan berubah atau
berganti dengan rasa takut yang lebih kuat dan lebih lemah. “Takut adalah
perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan
sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu”49.
2)
Rasa marah. Terjadi dan dijumpai pada usia-usia anak yang sudah
mengerti adanya orang lain dan benda lain di sekitarnya. “Sumber utama
dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk mencapai
tujuannya”50.
3)
Rasa cemburu, iri hati. Perasaan ini ditimbulkan adanya persaingan yang
muncul diantara anak yang lainnya. Perhatian yang berkurang atau beralih
pada
yang lain, menginginkan permainan yang dimiliki orang.
“Kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekuatiran yang didasari oleh
kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan
48
Ibid., h. 222-223.
Sarlito, W. Sarwono. Pengantar Umum Psikologi, h. 58.
50
Ibid., h. 59.
49
50
kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seseorang yang cemburu selalu
mempunyai sikap benci terhadap saingannya”51.
4)
Rasa sedih. Rasa sedih yang terjadi pada masa ini sering terjadi karena
adanya imitasi, pada awal perkembangan anak belum mengerti dan
memahami kejadian yang menyebabkan sedih tersebut. Umumnya rasa
sedih timbul karena ada sesuatu yang hilang, baik itu berupa benda
maupun perasaannya yang menjadi suatu yang menyenangkan atau
penting untukya.
5)
Rasa gembira. “Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yakni perasaan
terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan itu disebabkan oleh halhal yang bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat
sosial, yaitu melibatkan orang-orang lain di sekitar orang yang sedang
gembira tersebut”52. Kenyaman dan perhatian yang diterima anak akan
direspon dengan rasa kegembiraan.
2. Prinsip Utama Mengelola Emosi Anak
Menurut pendapat Seto Mulyadi didalam buku yang berjudul “Membantu
Anak Balita Mengelola Amarahnya”, terdapat beberapa prinsip antara lain:
a. Tidak ada perasaan salah
Rasa amarah sangat menusiawi sehingga tidak dapat disalahkan.
Rasa marah sama manusiawinya dengan rasa lapar yang kita alami karena
belum makan, rasa sakit karena tertusuk benda tajam, ataupun rasa
ngantuk akibat kurang tidur. Perasaan itu adalah reaksi kimiawi tubuh, dan
51
52
Ibid.
Ibid
51
memang seperti itulah tubuh kita bekerja. Masih banyak orang tua yang
mengaitkan perasaan negatif yang dirasakan oleh anak dengan watak anak
yang buruk. Si adik yang iri dengan kakaknya dianggap memiliki watak
jelek, sedangkan si kakak dianggap lebih banyak memperoleh perhatian.
Menurut Dr. Elizabeth Hurlock “reaksi marah pada anak memang akan
mencapai puncaknya pada usia 2-4 tahun. Marah juga merupakan emosi
yang paling sering ditunjukkan anak-anak disbanding rangsangan emosi
lainnya”.53
b. Perasaan harus diungkapkan, tetapi secara bijak
Cara seorang anak mengungkapkan perasaannya terkait dengan
kemampuan anak untuk mengendalikan diri. Tidak perlu khawatir apabila
si kecil masih mengekspresikan emosinya dengan cara yang salah.
Kemampuan untuk mengelola emosi setiap anak pun berbeda-beda
tergantung usia, penyebab, latar belakang keluarga, serta kondisi
psikologis saat stimulasi terjadi. Kemampuan mengelola emosi ini perlu
dilatih, sama halnya dengan kemampuan si kecil untuk menngontrol
anggota gerak dan benda-benda didekatnya. Lebih baik apabila emosi itu
diungkapkan dan tidak dipendam. Perasaan yang dipendam dapat
berakibat destruktif pada diri sendiri, terutama jika ada tekanan yang
dirasakan oleh anak. Ada dua hal yang membuat anak tidak dapat
mengungkapkan rasa marahnya, yaitu:
1) Kemampuan berbahasanya yang belum berkembang dan pengaruh
lingkungan sosial atau budaya
53
Ibid., h. 12.
52
2) Ada kemungkinan seorang anak takut untuk mengakui bahwa ia
sedang marah karena ajaran orang dewasa yang megatakan bahwa
anak yang baik tidak boleh marah atau ngambek.
“Kemampuan mengelola emosi perlu dilatih, sama halnya dengan
kemampuan si kecil untuk mengontrol anggota gerak dan benda-benda
disekitarnya”.54 Orang tua sebaiknya memfasilitasi anak agar mampu
mengungkapkan perasaannya ini sekaligus bertindak sebagai mentor yang
membimbingnya agar mampu mengungkapkan perasaan dengan bijak.
Contoh, dengan melampiaskan amarah anak pada benda mati atau dengan
cara yang sesedikit mungkin menimbulkan kerugian, misalnya; membuat
coret-coretan, mewarnai, menulis dan sebagainya. Jika telah mencapai
tahap pengendalian diri yang lebih baik, rasa marah bahkan bisa
ditransformasikan dalam kegiatan yang positif dan menghasilkan manfaat,
seperti mencipta lagu, syair, tulisan dan sebagainya.
c. Letakkan harapan sesuai kemampuan
Jangan pernah lupa bahwa anak-anak tetaplah anak-anak. Mereka
memiliki keterbatasan pemahaman maupun kontrol terhadap dirinya. Jadi,
tak mungkin mengharapkan mereka mampu mengerti, mengendalikan diri,
dan berperilaku seperti layaknya orang dewasa. Sebagai contoh, seorang
ibu mengharapakan anak laki-lakinya yang berusia 2 tahun dapat duduk
tenang di meja makan tanpa melempar makanan. Dalam hal ini, harapan si
ibu sudah cukup sesuai dengan usia anak. Namun sebaliknya, harapan ibu
54
Ibid., h. 13
53
menjadi tidak sesuai jika megharapkan si anak untuk duduk tenang selama
20 menit di meja makan.
Menurut Dr. Seto Mulyadi dalam karangan bukunya yang berjudul
membantu anak balita mengelola amarahnya, terdapat beberapa tahap
perkembangan anak masa kanak-kanak awal (3-6 tahun) yaitu:
1) Mulai meningkatkan kekuatan dan kehalusan motorik, kemandirian,
pengendalian diri, kreativitas, dan imajinasi.
2) Sudah memiliki gagasan atau pemhaman konkrit, belum mampu
memiliki pemahaman abstrak, mulai menyadari orang lain, dan
egosentrisme menurun.
Untuk membuat harapan yang sesuai dengan taraf perkembangan
anak, orang tua perlu memahami pola-pola perkembangan anak
berdasarkan usia. Orang tua perlu mengetahui apa yang dapat diharapkan
dari anak sesuai usianya, berapa usia yang tepat untuk munculya suatu
perilaku positif pada anak, dan kapan biasanya pola perilaku ini meningkat
ke pola perilaku yang lebih matang.
d. Berusaha menjadi model terbaik
Untuk mendidik anak kita memang tak ada cara lain selain
menjadikan diri kita sebagai model. Anak-anak adalah peniru yang paling
baik sehinggan orang tua haruslah menjadikan dirinya sebagai contoh,
karena orang tua adalah model utama dan paling dekat dalam kehidupan
anak. “Apabila orang tua tidak mampu mengendalikan diri dan emosi
dengan baik maka sukar untuk mengharapkan anak mengendalikan diri”.55
55
Ibid., h. 17.
54
Karena orang tua sebagai contoh terbaik bagi anak-anak, tunjukkanlah
bagaimana cara orang dewasa mengatasi kemarahan dan kekecewaan
dengan sikap tenang. Jadilah guru bagi buah hati kita sambil membantu
mereka memahami dari apa yang kita teladani.
e. Bersikap konsekuen
Sikap yang konsekuen dalam mengasuh anak adalah hal yang
sangat penting. Sikap ini akan membantu orang tua untuk mencapai
tujuan, karena dapat mendorong anak untuk patuh dan menghormati orang
tua. Sebagai contoh, kita telah membuat kesepakatan dengan si kecil
bahwa ia harus tidur pukul 20.00, kecuali hari libur. Jika suatu malam ia
tidur pada pukul 20.30, maka kita harus mengejarnya untuk bersikap
konsekuen dengan peraturan yang telah disepakati bersama. Untuk kasus
ini, kita dapat mengatakan padanya, ‘mama (papa) tahu kamu marah,
mungkin kamu akan menganggap mama sebagai orang terkejam di dunia.
Namun, kamu telah melanggar waktu tidur. Jadi, besok kamu harus tidur
lebih cepat, yaitu pada pukul 19.30’.
Sikap konsekuen ini juga berlaku bagi orang tua. Ingatlah kembali
bahwa “orang tua adalah model atau panutan untuk anak. Apabila orang
tua melanggar peraturan, ia juga harus mencontohkan pada anak bahwa ia
menerima konsekuensi pila”.56 Misalnya, apabila orang tua melanggar
peraturan, ia pun harus bersedia ‘dihukum’. Namun hal ini hanya
bertujuan mengajarkan konsekuensi kehidupan pada anak. Jika orang tua
56
Ibid., h. 18.
55
tidak konsekuen, tentunya anak akan mengalami kebingungan. Selain itu,
batasan aturan yang dibuat orang tua menjadi kabur atau tidak jelas.
Kita juga perlu menjelaskan tujuan dan alas an kita menerapkan
aturan tersebut dengan bahasa yang mudah dimengerti. Selain itu, kita
perlu pula menjelaskan bahwa peraturan itu berbeda-beda untuk orang
yang berbeda. Namun, hukuman ini hanya bertujuan untuk mengajarkan
konsekuensi.
3.
Sebab Utama dan Tanda Gejolak Emosi Anak
Seperti diketahui beberapa macam emosi antara lain: gembira, bahagia,
jemu, benci, was-was, dan sebagainya. “Faktor penyebab utama gejolak
emosional anak, karena perasaan bahwa dirinya tidak mampu, perasaan bahwa
dirinya dimusuhi, dan perasaan bahwa dirinya dikucilkan”.57
Itu semua merupakan akibat kurangnya simpati keluarga pada mereka.
Tidak terlimpahnya rasa cinta yang dibutuhkan. Tidak adanya pengawasan orang
tua, serta tidak adanya perhatian pada anak.
Barangkali tanda-tanda gejolak emosional anak yang paling dominan
adalah hilangnya rasa tenang, gerakan-gerakan refleks, melamun, temperamental,
menangis, mudah emosi dan marah karena faktor sepele, kejang urat saraf sambil
berteriak histeris (tapi bukan penyakit ayan), menggigit atau memukul saudaranya
atau siapa saja yang berkelahi dengannya.
57
Malak Jurjis, Cara Mengatasi Gejolak Emosi Anak Cet. Ke- 1 (Bandung: PT. Mizan
Publika, 2004), h. 5.
56
Perlu digaris bawahi, “terbentuknya karakter seorang anak baik perasaan,
gejala-gejala emosional, tingkah laku, maupun kebiasaan, timbul dan berpusat
pada kedua orang tuanya”.58
Menurut Dr. Seto Mulyadi, sebab utama dan tanda gejolak emosi yang
terjadi bila anak sedang marah:59
a. Janji yang tidak ditepati.
Semua orang tua tentu ingin anaknya bahagia. Salah satu caranya adalah
dengan menjanjikan suatu hal kepada anak mereka. Hal penting yang harus
diperhatikan oleh para orang tua dalam berjanji adalah dapatka kita menepati
janji?. Salah satu akibat dari janji yang tidak ditepati adalah munculnya
kemarahan pada anak. Kemarahan anak tidak boleh dianggap sebagai perkara
yang mudah karena dapat mengakibatkan pengaruh yang buruk pada hubungan
anak dengan orang tua. Akibat janji tidak ditepati:
1) Berkurangnya kepercayaan anak kepada orang tua
2) Berkurangnya wibawa orang tua dihadapan anak
3) Anak bersikap masa bodoh dengan aturan yang telah disepakati
b. Mencari perhatian.
Rasa kasih sayang orang tua kepada anak harus ditunjukkan secara nyata
sesuai dengan tahap perkembangannya. Karena kemampuan anak untuk
memahami sesuatu berbeda satu sama lain dan tergantung tingkat kedewasaannya,
kita perlu mewujudkan kasih sayang dalam bentuk yang konkret. Permasalahan
yang mungkin muncul adalah anak merasa bahwa kasih sayang yang ditunjukkan
oarng tua padanya belumlah cukup. Ia menginginkan agar orang tuanya
58
Ibid., h.7.
Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya (Jakarta :Erlangga,
2004), h. 27-25.
59
57
mencurahkan seluruh perhatian kepada dirinya. Hal ini mungkin sulit dilakukan
karena banyak hal lain yang perlu diperhatikan oleh orang tuanya, misalnya orang
tua juga harus membagi perhatian untuk si adik.
Kadang ada anak yang melakukan suatu hal untuk menarik perhatian
orang tuanya. Salah satunya adalah dengan marah. Rasa marah merupakan cara
yang digunakan untuk menunjukkan bahwa dirinya membutuhkan perhatian dari
orang tua. Kemarahan dapat digunakan anak untuk mendapatkan perhatian lebih
banyak.
Akibat bila anak merasa tidak diperhatikan:
1) Hubungan anak secara emosional dengan orang tua akan semakin jauh,
karena anak merasa orang tua tidak memperhatikan dan menyayanginya.
2) Anak yang merasa tidak mendapat perhatian cenderung sukar untuk diatur
dan tidak pedulian, karena ia sendiri merasa tidak dipedulikan.
3) Anak akan bersikap makin agresif, misalnya berkelahi dan memukul
saudara atau teman-temannya. Karena dengan semakin menunjukkan
kemarahannya, dia akan berhasil menarik perhatian yang lebih besar dari
orang tuanya.
4) Anak akan mengembangkan sikap mental yang cenderung tidak suka
melihat orang lain senang karena ia merasa pahit dengan dirinya sendiri.
Dalam sikap lain, anak akan bersikap over acting dihadapan orang lain
dengan tujuan untuk memperoleh perhatian juga.
c. Dipaksa disiplin.
Setiap orang tua meyakini bahwa pembentukkan disiplin pada anak
merupakan sebuah proses yang harus mulai ditanamkan sedini mungkin. Orang
58
tua tentunya berusaha mengajarkan disiplin kepada putra-putrinya dengan cara
menanamkan tingkah laku yang dianggap baik dan menghindari tingkah laku yang
buruk. Menurut psikolog pendidikan, Soetarlinah Sukadji, “pendidikan disiplin
merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan menanamkan pola perilaku
dan kebiasaan tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan
moral”.60
Dengan demikian, pendidikan disiplin dalam keluarga dapat diartikan
sebagai bimbingan dari orang tua kepada putra-putrinya untuk menampilkan
tingkah laku dan tindakan yang sesuai dan dapat diterima oleh norma-norma yang
berlaku.
Namun, penerapan disiplin tidak selamanya dapat diterima dengan
sepenuh hati oleh anak. Anak mungkin tidak menyukai aturan yang diterapkan
oleh orang tuanya. Akibatnya anak merasa terpaksa dalam menjalankan disiplin.
Reaksi anak terhadap keterpaksaan ini adalah rasa marah yang dapat ditunjukkan
dengan cara beragam tergantung kepribadian anak.
Akibat disiplin yang dispaksa:
1) Disiplin hanya terjadi sesaat saja
2) Anak cenderung lebih mengingat hal-hal negatif dari disiplin daripada halhal positif
3) Tujuan disiplin menjadi kurang efektif
d. Cemburu pada saudara.
Rasa cemburu antara adik dan kakak dalam sebuah keluarga merupakan
hal yang wajar. Rasa cemburu tersebut merupakan reaksi normal yang dialami
60
Ibid., h. 36.
59
manusia karena takut akan kehilangan kasih sayang atau perasaan terancam
kehilangan orang yang disayangi. Hal ini wajar dialami seorang anak yang akan
memperoleh adik baru. Bagi kakak, sang adik dapat dianggap sebagai saingan
yang akan merebut cinta kasih dan perhatian orang tua yang selama ini ia
dapatkan.
“Rasa cemburu pada anak dapat mengakibatkan reaksi marah. Kemarahan
ini timbul karena anak merasa saling bersaing untuk mendapatkan perhatian dari
oaring tua”.61
Akibat kecemburuan antar saudara yang tidak segera diatasi:
1) Konflik dengan saudara
2) Persaingan yang tidak sehat dengan saudara
3) Merasa tidak mendapatkan kasih sayang orang tua
4) Rasa marah terhadap saudara dan orang tua
e. Orang yang terlalu mendikte.
Kadang orang tua menganggap bahwa anak belum dapat menentukan
keinginannya. Dengan anggapan seperti itu, orang tua cenderung mengatur anak
agar sesuai seperti keinginan orang tua. Hal itu dilakukan terkadang tanpa
memikirkan bahwa anak juga mempunyai keinginan dan perasaan yang harus
dipertimbangkan dalam memutuskan suatu hal. Respon anak terhadap orang tua
yang telah mengatur segala hal untuk anak dapat bermacam-macam. Ada anak
yang menerima saja dan melakukannya dengan senang hati, tetapi ada juga anak
yang tidak menyukainya dan bereaksi marah. Anak merasa marah karena dirinya
61
Ibid., h. 41.
60
kurang dihargai oleh orang tua. Anak juga mempunyai hak untuk didengar dan
untuk menentukan apa yang ia inginkan.
Akibat anak terlalu didikte:
1) Anak menjadi tergantung pada orang tua
2) Anak merasa kurang percaya diri
3) Anak tidak terbiasa menyelesaikan masalah sendiri
f. Meniru.
Sikap orang tua berpengaruh pada perilaku anak. Selain itu, pengaruh
teman sebaya dan televisi berperan dalam membentuk perilaku marah anak.
Akibat perbuatan meniru yaitu:
1) Sifat marah akan menjadi bagian yang dominan, dalam diri anak, bahkan
hingga ia dewasa
2) Jika orang tua tidak pernah memberikan penjelasan, anak tentunya tidak
akan mengetahui mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk.
g. Tak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan.
Tidak hanya orang dewasa yang mengalami perubahan, tetapi anak-anak
juga. Orang dewasa mungkin dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru,
tetapi anak-anak belum tentu dapat menyesuaikan diri dengan perubahanperubaha yang terjadi dalam hidupnya. Macam-macam perubahan yang
memerlukan adaptasi; “kehilangan figur orang tua, karena orang tuanya bercerai,
pindah rumah, pertama kali masuk sekolah, kehilangan binatang peliharaan,
kehilangan teman baru, mendapatkan teman baru”.62
62
Ibid., h. 54.
61
Akibat tak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan:
1) Anak akan mengalami kesulitan jika harus menyesuaikan diri terhadap
setiap perubahan baru, bahkan hingga ia dewasa
2) Anak tidak akan diterima oleh lingkungan barunya, misalnya oleh temanteman barunya, karena sering menunjukkan perasaan marah. Kemarahan
disebabkan oleh perasaan tidak nyaman terhadap lingkungan baru. Selain
itu, mungkin anak membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri.
3) Anak akan menggunakan ekspresi marah jika ia mengalami perubahan
baru dan bila
orang
tua
kurang memberikan dorongan untuk
mengungkapkan perasaan marah anak.
4. Manfaat Pengendalian Emosi untuk Anak
Menurut Dr. Seto Mulyadi, “dalam mengendalikan emosi pada anak.
Terdapat beberapa manfaat bagi anak tersebut, antara lain”:63
a. Meningkatkan kecerdasan emosi anak
Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan kognitif hanya berpengaruh
sebesar 20% saja pada keberhasilan seseorang, sedangkan sisanya tergantung pada
kecerdasan emosionalnya. Berikut adalah unsur-unsur kecerdasan emosi yang
ingin kita penuhi dengan membantu anak mengelola emosinya berdasarkan
prinsip cerdas emosi:
1) Anak belajar dan menjadi mampu untuk mengidentifikasi emosinya.
2) Mengekspresikan perasaannya.
3) Memperkirakan tingkat emosinya.
4) Mampu mengelola emosi.
63
Ibid., h. 25-26.
62
5) Mampu menunda ledakan emosi.
6) Mampu mengendalikannya.
7) Mampu mengurangi tekanan diri akibat emosi.
8) Dapat membedakan antara perasaan dan tindakan.
b. Meningkatkan kesehatan fisik dan mental anak
Ketidakmampuan
anak
untuk
mengekspresikan
emosinya
dapat
berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental. Emosi yang dipendam dapat
membuat anak merasa tertekan dan terbebani sehingga menyebabkan anak
mengalami keluhan-keluhan fisik maupun mental. Anak yang tak mampu
mengatasi tekanan emosi dalam dirinya seringkali mengalami gangguan fisik.
Misalnya: ingin buang air kecil karena ketakutan atau bicara gagap saat sedang
gugup.
Bantuan
orang
tua
amat
diperlukan
untuk
mendorong
anak
mengekspresikan emosi yang dirasakannya.
c. Membantu anak melakukan penyesuaian sosial
Emosi memegang peranan penting dalam penyesuaian diri karena akan
mempengaruhi anak-anak pada saat mereka tumbuh menjadi remaja dan dewasa.
Segala sesuatu yang menghambat perkembangan emosional anak dapat
berpengaruh pada penyesuaian diri si anak, baik pribadi maupun sosial. Dengan
mengajari anak untuk memahami dan mengekspresikan perasaannya, banyak
aspek dalam perkembangan dan keberhasilan hidup yang akan dipengaruhi.
Kemampuan untuk menampilkan emosi yang sesuai dengan lingkungan
merupakan kunci penting agar anak dapat diterima dalam lingkungan sosial.
63
D. Kondisi Psikologis (Intelegensi) Anak Pra-sekolah
Perkembangan anak sebelum masuk sekolah, antara umur 3-6 tahun, cepat
sekali dalam semua bidang. Badan anak bagian atas lebih lamban berkembangnya
daripada bagian bawah. Anggota-anggota badan masih relatif pendek, kepala
relatif besar, perutnya masih besar, dan ada gigi susu.
Dalam tahun-tahun pra-sekolah umur 3-6 tahun, anak-anak mulai
menggunakan keterampilan mereka untuk berinteraksi dan mengerti dunia orang
dan benda-benda. Mereka menemukan siapa mereka, menentukan apa yang
mereka dapat lakukan, dan membentuk perasaan tentang diri mereka sendiri (a
sense of self). Keterampilannya terus bertambah, anak-anak pra-sekolah dapat
ditarik keluar ke dalam dunia, pertam berjuang untuk otonomi dan mengontrol diri
mereka sendiri dan orang lain, dan kemudian menggunakan bahasa, kognitif,
motor dan keterampilan sosial untuk mengumpulkan informasi tentang dunia. Jika
sukses, anak-anak pra-sekolah menggunakan informasi ini untuk menemukan cara
baru dalam berpikir yang lebih sehat, membuat keputusan, dan memecahkan
masalah.64
Tahap-tahap perkembangan anak:
1. Perkembangan Motorik
Yang dimaksud dengan motorik adalah segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembangan motoris,
unsur-unsur yang menentukan adalah otot, saraf dan otak. Ketiga unsur itu
melaksanakan masing-masing peranannya secara “interaksi positif”, aratinya
unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling melengkapi dengan unsur yang
64
Sri Esti Wuryani Djiwandoyo, Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua
(Jakarta: PT. Grasindo, 2005), h. 25.
64
lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna keadaannya. Selain
mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan
keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang
terampil menggerak-gerakkan tubuhnya.
Semua anak dalam tahap perkembangan ini menyukai sesuatu yang kreatif
seperti menggambar, mewarnai, dan membuat benda-benda dengan bermain
adonan roti. Ketika keterampilan motor berkembang dengan baik, anak-anak di
sekolah dapat memotong dan melipat kertas,
menggambar segitiga dan segi
empat, menyalin desain, surat, dan angka.
Peristiwa-peristiwa penting dalam perkembangan motor pada anak anak
umur 3-6 tahun:
a. Usia 3 tahun; memakai sepatu, menuang air dari poci, menumpuk 9 balok,
melompat, menggambar lingkaran.
b. Usia 4 tahun; berpakaian sendiri, menggunakan gunting, menggambar
pola, melempar bola, meloncat dengan satu kaki.
c. Usia 5 tahun; mengancingkan baju, menylin surat dan pola, melempar
dengan benar.
d. Usia 6 tahun; bersepeda, ,menulis, menggambar, meloncat dengan tali,
memperagakan suatu aksi.
2. Perkembangan Bahasa
Anak terus menambah kata demi kata selama masa awal kanak-kanak dan
dapat mengikuti perintah secara sederhana. Meskipun demikian anak kecil masih
banyak menggunakan keterampilan non verbal, seperti gerakan tubuh, bahkan
ketika mereka dapat menggunakan kata-kata. Selama tahun-tahun prasekolah,
65
perubahan bahasa dari ucapan satu kata ke pembicaraan dengan menggunakan tata
bahasa yang lebih kompleks.
Ketika anak-anak tumbuh dan berkembang, arti dan isi bahasa berubah,
mengimbangi kecepatan pertumbuhan pribadi anak dalam keterampilan sosial dan
mengembangkan pengertian mereka tentang dunia.
Bahasa mempunyai tiga fungsi:
a. Alat untuk menyatakan ekspresi
Contoh sebagai penjelasan: tukang masak tersentuh wajan panas, segera ia
berteriak: “aaaaauuu…!”.
b. Alat untuk mempengaruhi orang lain
Contoh sebagai penjelasan: anak terjatuh dari tangga, sambil kesakitan ia
berteriak: “tolong….tolong…!”.65
c. Alat untuk memberi nama
Kita mengetahui bahwa setiap nama merupakan symbol yang mewakili
benda itu.
3.
Perkembangan Kognitif
Secara
intelektual,
anak
pra-sekolah
telah
meninggalkan
tahap
perkembangan sensorimotor dan memasuki tahap perkembangan preoperasional
atau prelogical (Piaget, 1950). Ini berarti bahwa anak-anak pra-sekolah dapat
berpikir dan mewakili tentang objek, orang, dan perbuatan-perbuatan yang tidak
tampak. Karena pengetahuan mereka maju pesat selama periode ini, kemampuan
mereka menggunakan gambaran simbolik dalam berpikir, memecahkan masalah,
dan aktivitas bermain kreatif akan meningkat lebih jauh dalam beberapa tahun
65
Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986, h. 34
66
berikutnya. Meskipun begitu, pemikiran anak praoperasional terbatas dalam
beberapa hal penting. Menurut Piaget, pikiran itu khas bersifat egosentrik, anak
praoperasional sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari
perspektif orang lain.
Anak kecil mewakili pengalaman mereka ke dalam konsep kelas, waktu,
ruang, angka, dan sebab akibat, tetapi karena mereka tidak dapat mengonsep
sampai kira-kira umur 4 tahun, pikiran awal mereka dilabelkan sebagai
preconceptual. Kesimpulan Piaget menunjukkan bahwa pikiran anak pra-sekolah
sedikit egosentris dan memusat. Bila anak dikonfrontasi dengan situasi yang
multi-dimensional, maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu
dimensi saja, dan mengabaikan dimensi-dimensi yang lain, dan akhirnya juga
mengabaikan hubungan antara dimensi-dimensi itu. Perkembangan kognitif anak
dapat distimuli dengan program-program yang langsung.
4. Perkembangan Sosial
Antara usia 2 sampai 4 tahun, anak akan menemukan kenyataan bahwa
anggota keluarganya tidak dapat atau tidak mau menyediakan waktu yang cukup
umtuk bermain dengan dia, untuk memenuhi kebutuhannya akan teman.
Akibatnya anak sangat mengharapkan hubungan dengan teman sebayanya.
Pada umur 4 tahun, perasaan initiative meminta perhatian ketika anak prasekolah aktif mencari tentang informasi yang lebih luas tentang orang dan
lingkungan dengan menanyakan benyak pertanyaan dan berpura-pura melalui
permainan. Melalui permainan imajinasi, anak-anak meniru model tingkah laku
orang dewasa. Antara umur 3-6 tahun anak mengambil suara orang tua dan
67
membentuk suara hati dan berharap cukup kuat untuk mengatur tingkah laku
tanpa begitu banyak menghukum kesalahan.66
E. Upaya dengan Komunikasi Antarpribadi dalam Mengatasi Emosi Anak
Telah dijelaskan pada awal Bab II mengenai pengertian Komunikasi
Antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, di mana
terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini biasanya
berlangsung secara berhadapan muka, bisa juga melalui sebuah medium telepon67.
Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif
bila
pertemuan komunikasi
merupakan hal yag menyenangkan bagi komunikan.
Dalam hubungan ini “komunikasi antarpribadi digunakan kepada siswa
dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, lebih percaya diri,
mengenal dan dapat menyesuaikan lingkungan, serta dapat mengelola emosinya.
Dan komunikasi antarpribadi yang digunakan kali ini bersama anak-anak prasekolah di sebuah Playgroup. Namun terdapat pebedaan disini, dimana kita
ketahui bahwa seorang anak pada usia tersebut belum mampu untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri. Apalagi untuk menyadari bahwa mereka
mempunyai masalah. Karena pada usia ini mereka hanya ingin merasakan
kebebasan dan khayalan-khayalan dalam bermain dengan teman sebayanya.
Maka dari itu peran guru (pembimbing) disini selain terjun langsung dan
bertatap muka dengan para anak-anak tersebut, tetapi guru juga memerlukan
bantuan dari orang tua mereka sendiri. Karena orang tua adalah media terpenting
66
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua, h.
67
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, h. 48.
25-43.
68
dan sebagai orang pertama yang mengenal mereka secara mendalam untuk
membantu anak dalam mengatasi emosi dan masalahnya.
Upaya dengan komunikasi antarpribadi ini tidak hanya diberikan kepada
para murid, guru/ pembimbing mereka, tetapi juga orang tua mereka. Sebab
dengan bantuan orang tua mereka biasanya mereka lebih mendengarkan, patuh
dan menurut dengan apa yang harus dilakukan dan yang harus tidak dilakukan.
Yaitu dengan cara:
1. Menghargai perasaan dan pikiran anak-anak dan orang tua mereka
2. Mendengarkan
emosi
yang
diungkapkan
anak,
mereka
sedang
menceritakan sesuatu kepada anda
3. Tidak ada orang sempurna. Jika anda mempunyai keraguan-keraguan
tetang ini, ambilah kartu laporan tentang anak
4. Cobalah menjadi pribadi yang baik, yang anda inginkan untuk berbicara
ketika anda menjadi anak
5. Ketika sedang bersama anak-anak, anda benar-benar ada disana, bukannya
sedang memikirkan tugas-tugas kantor (misalnya)
6. Jika anak-anak tahu bahwa mereka dipercaya, didengar kata-katanya,
dipahami, disayangi dan dihargai - mereka terbuka terhadap prinsipprinsip disiplin yang efektif, kita membantu anak-anak tumbuh dalam
kedewasaan dan pengertian
7. Tingkatkan harga diri anda dengan penerimaan dan dukungan anda
8. Doronglah anak-anak untuk menjelajahi dunianya. Orang tua mempunyai
hak untuk mendirikan pagar dan batas-batas bagi anak-anak, namun dalam
pagar itu biarlah anak-anak menjelajahi dengan bebas tapi terkontrol.
69
Selain itu cara-cara yang dilakukan dalam menghadapi kemarahan yaitu
dengan cara; menunjukkan kasih sayang anda, pendekatan yang bijaksana dan
luwes terhadap tingkah laku anak yang bekerja dengan baik, hindari hukuman
fisik, membiarkan anak membuat keputusan untuk dirinya sendiri, dan memberi
tahu tidak menyetujui agresi yang bermusuhan dan meghentikan dengan cara yang
tegas dan sebagainya.68
Persoalan utama dalam komunikasi efektif adalah sejauh mana motif
komunikasi komunikator terwujud dalam diri komunikannya. Apabila motif
komunikasi kita maknai sebagai tujuan komunikasi, maka dapat dinyatakan
bahwa ; 1). Apabila hasil yang didapatkan sama dengan tujuan yang diharapkan,
dikatakan bahwa komunikasi berlangsung efektif, 2). Apabila hasil yang
didapatkan lebih besar dari tujuan yang diharapkan, dikatakan bahwa komunikasi
berlangsung sangat efektif. Sebaliknya 3). Apabila hasil yang didapatkan lebih
kecil daripada tujuan yang diharapkan, dikatakan bahwa komunikasi kurang atau
tidak efektif.
Dari pengertian yang telah dijabarkan di atas, peneliti akan menjabarkan
temuan data yang peneliti dapatkan, ditinjau dari pengaruh metode komunikasi
antarpribadi. Dalam bentuk respon siswa dan siswi Playgroup Caterpillar Super
Kids Lebak Bulus, pada saat proses pengendalian emosi.
Dapat kita lihat dalam temuan data yang berupa tabel respon siswa di
bawah ini:
68
Sri Esti Wuryani D, Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua, h. 65.
70
Tabel Respon Siswa terhadap metode komunikasi antarpribadi:
Respon
Jumlah Siswa
Sangat efektif
Nama Siswa
Kirani, Nayla, Namira, Daffa, Rafif,
8 siswa
Win, Tania, Dania.
Efektif
1 siswa
Brandon
Kurang/ Tidak efektif
1 siswa
Adrien
Indikasi dari tabel diatas yaitu:
1. Sangat Efektif : Mendengarkan dan mau merubah seperti apa yang
diinginkan gurunya.
Siswa dan siswi mau menerima apa yang disampaikan oleh gurunya pada saat
mereka sedang meluapkan emosinya. Contohnya Kirani menangis pada hari
pertama ia masuk ke kelas Jumper (kelas anak usia 3-4 tahun), dalam
menangani emosi takut seperti ini, guru melakukan pendekatan dengan
komunikasi antarpribadi yaitu dengan menggendongnya dan membuat anak
merasa nyaman dengan kita kemudian menasehatinya agar mau masuk kelas.
Dan setelah melakukan pendekatan tersebut, Kirani langsung dapat menerima
pesan yang guru sampaikan dan memberi umpan balik yang positif, yakni mau
masuk kelas dan bergabung dengan teman barunya. Dan juga pada kasus
siswa-siswi lainnya yang termasuk dalam kategori sangat efektif, dapat dilihat
di catatan lapangan pada laporan skripsi ini.
2. Efektif : Mendengarkan, namun terkadang masih mengulangi perbuatannya.
Brandon terlihat oleh peneliti masih suka menangis apabila dipisahkan oleh
orang tuanya ketika mau masuk kelas. Kemudian guru menasehatinya dan
pada saat setelah dinasehati, ia bisa menerima apa yang disampaikan guru dan
71
merubah perbuatannya. Namun, beberapa hari kemudian ia seperti lupa
dengan apa yang dikatakan oleh guru, dan untuk itu maka guru harus
menasehatinya lagi seraya mengingatkan.
3. Kurang/ Tidak efektif : kurang Peduli, dan kurang memperhatikan.
Adrien terlihat sedang asyik bercanda dan tertawa dengan temannya, sehingga
ketika guru menasehatinya ia asyik bermain dan bersikap acuh.
72
Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka secara ringkas kajian unsur komunikasi
pada tataran komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut:
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
Saluran dan
Jumlah
Sifat
Komunikator
pesan
Jml
Efek
Kesegeraan
komunikan
konatif
umpan balik
mudah
segera
media
Pola h
komunikasi
Media
Informal,
Antarpribadi.
Satu s/d
satu
tidak
Contoh: tatap
Dua
terstruktur
muka langsung
/telepon.
73
BAB III
GAMBARAN UMUM PLAYGROUP
CATERPILLAR SUPER KIDS LEBAK BULUS
A. Sejarah Berdirinya Playgroup Caterpillar Super Kids
Playgroup Caterpillar Super Kids menawarkan pendidikan bagi anak dengan
pola pendidikan Australia dan Nasional. Caterpillar menawarkan pendidikan bagi
anak sejak usia yang sangat belia yaitu 6 bulan sampai dengan lima setengah tahun.
Di usia yang masih sangat belia ini anak anak akan dilatih berkreatifitas dan mengenal
lingkungan sekitarnya.
Playgroup Caterpillar Super Kids merupakan franchise dari Bayi Gemes Super
Kids yaitu Early Childhood Centre yang berdiri sejak tahun 2001 yang terletak di
daerah Kemang. Seluruh tenaga pengajar telah mendapat sertifikasi Australia. Bahasa
pengantar yang dipakai di Playgroup Caterpillar Super Kids adalah bi- lingual, yakni
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kurikulum yang dipergunakan di Playgroup
Caterpillar Super Kids adalah kurikulum yang berasal dari Australia dengan
kombinasi kurikulum Nasional. 69
Playgroup Caterpillar Super Kids yang berada di Lebak Bulus III No. 13 ini
terbagi atas 2 program yakni Playgroup70, untuk usia enam bulan sampai dengan tiga
setengah tahun dan Kindergarten, untuk usia empat setengah sampai dengan lima
setengah tahun. Playgroup Caterpillar Super Kids terbagi atas lima kelas, yakni
69
70
Booklet Caterpillar Super Kids, Guiding Principles (Jakarta: Super Kids, 2001), h. 1.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Juliet Kiroma, Jakarta, 12 November 2008.
74
Infants untuk usia 6 bulan hingga 18 bulan. Kedua, Toddlers usia 18 bulan sampai 2.5
tahun. Ketiga, Jumper usia 2.5 tahun sampai 3.5 tahun. Keempat, Explorers usia 3.5
sampai 4.5 tahun dan Kelima, Preps usia 4.5 sampai 5.5 tahun.71
Based on Play dan Toddlers with mum
Dalam proses pembelajaran untuk Infants dan Toddlers, Playgroup Caterpillar
Super Kids menggunakan metode play-based yang memberikan kelebihan tersendiri
dimana setiap pembelajaran itu melalu proses bermain. Karena anak Infants dan
Toddlers masih dalam tahapan yang membutuhkan proses bermain dalam proses
pembelajarannya. Lain halnya dengan kategori berikutnya yaitu Jumper, Explorer dan
Preps yang telah memiliki kelebihan untuk mandiri dalam belajar, serta sudah mulai
menyenangi pelajaran terutama literacy dan numeracy.
Selain itu, Playgroup Caterpillar Super Kids juga memiliki program khusus,
Toddlers with mums, dimana orangtua ikut serta dalam kegiatan kelas mendampingi
anaknya. Tujuannya tak lain untuk bermitra dengan para pendidik dalam pengajaran.
Mengingat waktu sekolah yang jumlah presentasenya sedikit dibanding waktu di
rumah. Melalui program ini, ibu atau pengasuh dapat mengetahui lebih banyak cara
mengajarkan anak dirumah dengan lebih efektif dan efisien.
B. Visi dan Misi
1. Visi Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus.
Playgroup Caterpillar mempunyai visi sebagai berikut:72
a) Menjadi Playgroup yang unggul dalam IPTEK sesuai prinsip belajar di
Playgroup.
71
72
Wawancara Pribadi dengan Ibu Juliet Kiroma.
Ibid.
75
b) Menciptakan Playgroup yang berwawasan internasional, kebangsaan dan budi
pekerti luhur.
c) Menjadi Playgroup yang berkualitas lebih baik lagi, sehingga bisa
berkompetisi secara positif dengan pra-sekolah yang berbasis internasional
lainnya.
2. Misi Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus
Adapun misi Playgroup Caterpillar Super Kids sebagai berikut:
a) Mengantarkan pra-sekolah berkualitas tinggi dan program dini masa kanakkanak berdasarkan kurikulum Australia dan Nasional.
b) Membina anak-anak Playgroup dalam mengembangkan kemampuan serta
aspek intelektual, emosional, dan sosial.
c) Memberikan kegiatan-kegiatan sesuai usia perkembangan anak dengan
memperhatian prinsip-prinsip belajar di Playgroup yaitu “Belajar sambil
Bermain dan Bermain sambil Belajar”, seraya belajar dengan mengutamakan
pembentukan perilaku serta akhlak mulia. Dalam Guiding Principles
Playgroup Caterpillar Super Kids disebutkan bahwa bermain merupakan
media untuk belajar.
C. Struktur Organisasi
1. Struktur Guru dan Staf Playroup Playgroup Caterpillar Super Kids:73
Owner Playgroup Caterpillar : Juliet Kiroma
Kepala Sekolah
: Wati Walyani S.E
Bidang Humas
: Fitri Andriyani
Guru&Asisten guru
: 1). Saidah
73
Wawancara Pribadi dengan Ibu Juliet Kiroma.
76
2). Dwi Pakpahan
3). Geordyna
4). Icha
5). Linda
6). Tya
: 1). Heri
Security
2). Farhan
Cleaning Service
: Bibi Rah (Indira)
D. Fasilitas yang Tersedia
Di Playgroup Caterpillar Super Kids terdapat beberapa fasilitas yang sangat
eksklusif. Indoor Play, tempat bermain dalam ruangan yang memberikan
kenyamanan, yang terdiri dari ruang belajar senam dan olahraga dan ruang
perpustakaan dengan buku yang sesuai untuk perkembangan pendidikan anak usia
dini. Selain fasilitas Indoor, ada fasilitas Out door Playground yang berfungsi untuk
tempat bermain diluar ruangan, seperti bermain pasir putih, ayunan, sepeda dan lain
sebagainya.
Berikut rincian dari fasilitas yang dimiliki Playgroup Caterpillar Super Kids :74
1. Gedung sekolah milik sendiri
2. 4 lokal belajar (untuk toddler, jumper, explorers, preps)
3. Kantor
4. Library
5. Audio visual dan Komputer
6. Playground outdoor dan indoor
74
Wawancara Pribadi dengan Ibu Juliet Kiroma.
77
7. Gross motor
8. Kamar mandi 3 (2 for girls dan , 1 for boys)
9. 2 washtafel
10. Pantry
11. Parents room
12. Dropped off
13. Area Parking
14. Kegiatan ekskul:
a. Berenang
b. Iqra’
c. Sempoa
d. Kelas membaca
f. Field Trip
78
BAB IV
ANALISIS DATA EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM
MENGENDALIKAN EMOSI ANAK
C. Cara Pengendalian Emosi Anak Pra-sekolah di Playgroup Caterpillar Super
Kids Lebak Bulus
1. Cara Pengendalian Emosi Takut pada Anak Pra-sekolah
Selama peneliti meneliti di Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus,
peneliti menemukan beberapa jenis emosi yang ada yaitu Takut, misalnya takut
karena belum merasa nyaman dengan lingkungan baru di sekitarnya.75 Dan untuk
penanganan contoh ini yaitu menggendongnya keluar kelas karena khawatir memicu
emosi murid lainnya dan mengalihkan rasa takutnya dengan bermain. Kemudian
ketika ia sudah tidak takut lagi, miss Ida mendekati anak tersebut dengan berkata
“tidak apa-apa sayang, miss ada di samping kamu” (seraya memeluknya), dan selalu
usahakan agar tepat berada di sampingnya hingga anak tersebut merasa nyaman dan
tenang. Dan reaksi anak setelah ditangani oleh miss Ida melalui komunikasi
antarpribadi yaitu, Kirani akhirnya berhasil ditenangkan dan dia menjadi tidak takut
lagi sehingga ia mau masuk kelas.76 Dalam kasus ini
Lalu contoh lainnya yang peneliti lihat di lapangan seperti kasus Daffa,
dimana dia takut dimarahi miss Ida karena dia tahu bahwa dirinya bersalah. Dan untuk
penanganannya yaitu dengan memanggilnya karena dikhawatirkan Daffa menjadi
tambah takut jika teman-temannya tahu, setelah anak tersebut dipanggil guru beri
75
76
Wawancara Pribadi dengan miss Ida, Jakarta, 11 November 2008.
Wawancara Pribadi dengan miss Ida.
59
79
kesempatan Daffa untuk menceritakan sendiri apa kesalahannya, agar dia sadar kalau
perbuatannya itu salah dan dapat berbahaya untuk dirinya dan orang lain. Dan jika dia
mengakuinya, miss tidak akan memarahinya melainkan akan memeluknya karena dia
telah mengakui kesalahannya itu dan miss Ida mengajak Daffa untuk berjanji tidak
mengulangi perbuatan tersebut. Reaksi anak sendiri terhadap cara penanganan yang
diberikan miss yaitu, Daffa tampak ketakutan awal mulanya karena dia tahu kalau
perbuatannya itu salah, namun setelah menceritakan kejadiannya terlihat sedikit
hilang rasa ketakutan di dalam dirinya dan akhirnya dia berjanji untuk tidak
mengulangi perbuatan seperti demikian dan meminta maaf kepada miss Ida atas
kesalahannya.
Dari kedua contoh di atas terlihat bahwa guru saat mengendalikan emosi takut
pada anak menggunakan komunikasi antarpribadi, dengan cara memanggil dan
memisahkan anak tersebut dari murid lainnya, dan hasil yang diperoleh di lapangan
ternyata pola komunikasi ini sangat efektif karena anak mau menerima apa yang
diharapkan gurunya.
2. Cara Pengendalian Emosi Marah pada Anak Pra-sekolah
Jenis emosi lain yang peneliti temukan yaitu, marah, misalnya marah karena
rasa ego yang tinggi, dimana ego itu timbul sebelum masuk playgroup. Mereka biasa
main dirumah dan tidak bersosialisasi dengan teman-temannya.77 Cara penanganan
yang peneliti amati yaitu dengan introspeksi diri atau mengembalikan ke anak itu
sendiri untuk merasakan perilakunya salah atau benar. Jenis marah yang kedua yaitu
marah karena diganggu oleh teman mainnya ketika sedang belajar atau mengerjakan
sesuatu. Cara penangganan untuk kasus seperti ini yaitu dengan pendekatan secara
77
Wawancara Pribadi dengan Bu Juliet, Jakarta, 12 November 2008.
80
individual atau dengan merangkulnya, memeluknya agar anak tidak merasa
disalahkan hingga anak tidak merasa tervonis, tetapi menyadari kesalahannya lalu kita
ajak mereka untuk membangun kembali pekerjaan tadi yang telah diganggu bersamasama agar mereka berteman kembali.78
Jenis marah yang ketiga yaitu marah karena bawaan anak dari rumah, hingga
terbawa sampai kesekolah.79 Cara penangganan untuk kasus seperti ini yaitu dengan
pendekatan secara individual untuk mengetahui penyebabnya dengan berkata apa
yang terjadi sampai membuat si anak terlihat murung sambil kita peluk dan kita eluselus hingga akhirnya membuahkan hasil dan murid pun mau menceritakan
permasalahannya dan kita bantu mencari jalan keluarnya.80
Sementara itu contoh lain yang peneliti temukan dilapangan seperti kasus Win
dimana ia marah karena ia tidak diizinkan oleh wali kelasnya untuk bermain pada saat
makan, sehingga membuat ia marah. Cara penanganan untuk kasus seperti ini dengan
introspeksi diri atau mengembalikan ke anak itu sendiri untuk merasakan perilakunya
salah atau benar, sambil memeluk dia dan menanyakan apa keingginan dia lalu kita
penuhi keingginannya terlebih dahulu agar marah mereda lalu kita buat anak marasa
aman dan mau mendengarkan nasehat miss, semua itu agar sama-sama saling
memahami antara murid dan guru. Dan guru pada saat mengendalikan emosi yang
dialami Win, dilakukan dihadapan teman-temannya. Hal ini bertujuan agar murid
lainnya dapat mencontoh aksi Win bahwa hal tersebut tidak baik dilakukan. Reaksi
anak sendiri setelah ditangani terhadap cara penanganan yang telah diberikan miss
yaitu, Win sebelumnya tidak mau mendengarkan nasehat miss-nya karena
keinginannya tidak dituruti namun akhirnya setelah kemaunnya dituruti Win mau
mendengarkan nasehat miss -nya dan duduk yang baik pada saat makan.
78
Wawancara Pribadi dengan Bu Juliet.
Wawancara Pribadi dengan miss Ida, Jakarta, 11 November 2008.
80
Wawancara Pribadi dengan miss Ida.
79
81
Contoh lain dari lapangan seperti kasus Adrien dan Nayla yang berebut trolley
pada saat bermain, sehingga Adrien marah kepada Nayla. Dan cara penanganan untuk
kasus seperti ini yaitu pendekatan secara individual atau dengan mengingatkannya
dengan berkata “mainan ini punya sekolah, bukan punya Adrien. Jadi, mainnya
gantian ya sama teman yang lain” sambil mengelus kepala anak yang sedang marah
(Adrien) agar anak merasa tidak egois dan mau berbagi dengan yang lain, dan itu
memudahkan kita untuk menasehati mereka kalau perbuatan mereka itu salah dan
tidak baik. Lalu mengajak mereka untuk saling berdamai dan saling berbagi satu sama
lain pada saat bermain atau aktivitas lainnya. Dan guru dalam mengendalikan jenis
emosi marah pada kasus ini, dilakukan di hadapan murid lainnya, yang bertujuan agar
anak yang lain tidak meniru perbuatan tersebut. Reaksi anak sendiri setelah ditangani
oleh miss yaitu, pada kasus Adrien dan Nayla mereka awalnya tetap saja bertengkar
walau sudah ditegur oleh miss hingga akhirnya mereka saling menyalahkan satu sama
lain karena mereka tidak merasa bersalah, namun akhirnya mereka mau menghentikan
pertengkaran mereka setelah miss meminta mohon kepada mereka secara baik-baik.
Dari kedua contoh tersebut, tercemin bahwa komunikasi antarpribadi yang
dilakukan guru dalam mengendalikan emosi marah anak sangat efektif, walaupun
pada kasus Nayla dan Adrien awalnya terlihat kurang efektif karena mereka masih
tetap berebut, namun akhirnya menjadi efektif.
3. Cara Pengendalian Emosi Gembira pada Anak Pra-sekolah
Jenis emosi lain yang peneliti dapatkan berdasarkan wawancara yaitu
gembira, misalnya gembira karena dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru
dengan mudah, lalu misalnya gembira karena menyelesaikan tugasnya paling pertama
dibandingkan dengan teman yang lainnya atau contoh lainya gembira karena
waktunya pelajaran berenang atau pergi keruang audio untuk menonton film edukatif.
82
Untuk penanganan pada kasus-kasus tersebut yaitu, sama, dengan membiarkan
mereka bersorak-sorak dahulu karena mereka senang. Namun, setelah itu kita katakan
“cukup, karena pelajaran atau pertanyaan berikutnya akan dimulai lagi”, dan dengan
sendirinya anak-anak tersebut akan diam dan mendengarkan nasehat gurunya tersebut
karena mereka faham dengan keadaan saat belajar mereka tidak boleh berteriak,
namun sebaiknya jika sedang bermain mereka diizinkan untuk berteriak sampai
puas.81 Sementara itu contoh lain yang peneliti dapatkan di lapangan yaitu seperti
kasus Namira, dan kasus Rafif dan Daffa yang gembira karena sedang asik bercanda
dengan temannya disaat pelajaran dimulai. Dan untuk penanganan pada kasus seperti
ini yaitu dengan pendekatan secara individual kepada anak-anak tersebut dan
menasehati mereka di hadapan murid lainnya secara baik-baik agar mereka dan murid
lainnya dapat menyesuaikan diri pada saat belajar, mereka diharapkan mengikuti
pelajaran tersebut tanpa diselingi bercanda. Namun sebaliknya pada saat waktunya
bermain mereka diizinkan untuk bercanda dengan temannya sampai puas. Reaksi
anak-anak sendiri setelah ditangani oleh miss Ida yaitu, pada kasus Namira, ia
awalnya hanya diam saja sambil mendengarkan nasihat miss Ida tentang perilakunya
itu namun akhirnya ia menuruti nasihat miss Ida untuk kembali belajar bersama
temannya yang lain, sementara itu pada kasus Rafif dan Daffa yaitu mereka awalnya
tetap saja bercanda walau sudah ditegur dan waktu pelajaran telah dimulai, namun
akhirnya mereka mau mendengarkan nasihat miss Ida setelah dinasihati secara baikbaik dan kembali belajar tanpa mengganggu temannya yang lainnya sampai puas.
Lalu contoh lainnya seperti kasus Brandon dimana dia gembira karena
menertawakan temannya yang sedang susah. Dan untuk penanganannya yaitu dengan
pendekatan langsung kepada Brandon sambil menasehati di depan beberapa temannya
81
Wawancara Pribadi dengan miss Ida.
83
bahwa apa yang dia perbuat itu salah dan tidak baik. Dan setelah miss Ida menegur
seperti ini diharapkan dia tidak mengulanginya. Dan juga seharusnya kita menolong
teman yang sedang susah dan bukan menertawakannya. Reaksi anak sendiri setelah
ditangani oleh miss yaitu, dia menertawakannya karena menganggap hal tersebut lucu,
namun setelah dinasihati oleh miss Ida akhirnya mereka meminta maaf pada miss Ida
dan meminta maaf kepada temannya yang tadi ia tertawakan dan berjanji untuk tidak
mengulangi perbuatannya tersebut.
Ketiga contoh kasus tersebut dikendalikan guru menggunakan komunikasi
antarpribadi, yang mana hasil dari cara pengendalian emosi gembira anak dengan
komunikasi antarpribadi sangat efektif. Hal ini tercermin dari respon dan reaksi anakanak tersebut ketika missnya mengendalikan emosi mereka, meskipun awalnya
mereka belum melakukan seperti yang diharapkan gurunya.
4. Cara Pengendalian Emosi Sedih pada Anak Pra-sekolah
Jenis emosi lain yang peneliti temukan yaitu sedih, misalnya sedih karena
memiliki perasaan takut untuk ditinggalkan oleh orang yang mereka sayangi hingga
timbul rasa ketergantungan dengan orang yang disayanginya atau biasanya anak
seusia pra-sekolah merasa takut bila bertemu dengan orang yang baru dikenalnya.82
Untuk penangganan pada kasus seperi ini, yaitu dengan mencoba mendekati secara
individual untuk mencari penyebabnya mengapa anak ini sangat lengket dengan orang
tuanya, apakah ada kesukaannya yang dapat membuat anak ini lupa pada orang tua
mereka selama mereka disekolah atau dengan mendekati orang tua mereka agar kita
menjadi faham dengan jelas penyebabnya mengapa anak ini mempunyai rasa takut
82
Wawancara Pribadi dengan Bu Juliet.
84
seperti itu.83 Dan setelah mengetahui penyebabnya kita peluk dia agar dia merasa
nyaman disamping kita dan mau berbagi cerita dengan kita serta tidak menganggap
kita sebagai orang asing, hingga akhirnya anak tersebut mau mendengarkan nasehat
kita dan mau bergabung main dengan jenis permainan kesukaannya dan dengan teman
yang lainnya . Sementara itu contoh lain yang peneliti dapat dilapangan seperti kasus
Kirani yang sedih karena ingat dengan mamanya di kantor hingga membuatnya
menangis. Untuk penanganan kasus seperti ini yaitu dengan membawa anak tersebut,
mendekatinya dan memeluknya, kemudian bertanya secara baik-baik penyebab anak
tersebut menjadi demikian, setelah pemasalahnya jelas kita ajak anak tersebut untuk
melupakan sejenak rasa rindunya itu dengan mengalihkan ke permainan yang
disukainya. anak yang menangis sebaiknya di jauhkan dari anak-anak lainnya, hal ini
karena dapat menimbulkan rasa ingin nangis pula pada murid lainnya. Setelah dia
merasa aman dan nyaman kemudian kita membujuknya supaya mau belajar kembali
agar tidak ketinggalan pelajaran. Reaksi anak setelah itu Kirani awalnya menjawab
kangen karena ingin main sama mama di rumah, kemudian setelah dicari jalan
keluarnya akhirnya ia mau melupakan sejenak rasa rindunya itu dan kembali belajar
bersama teman-temannya.
84
dan terlihat jelas di sini bahwa komunikasi antarpribadi
sangat efektif untuk mengendalikanya.
5. Cara Pengendalian Emosi Cemburu pada Anak Pra-sekolah
Jenis gejolak emosi terakhir yang peneliti dapat yaitu Cemburu, misalnya
cemburu memperebutkan guru yang mereka sayangi dengan teman main mereka jika
sedang balajar atau istirahat. Cara penanganannya yaitu cukup dengan ungkapan
humor seperti “lebih baik miss dibagi dua saja daripada miss diperebutkan seperti ini,
83
84
Ibid.,.
Wawancara Pribadi dengan miss Ida.
85
agar kalian mendapatkan pelukan dari miss”. Kemudian setelah mereka tertawa miss
mengajak mereka untuk kembali belajar atau membiarkan mereka makan siang
kembali. Dan untuk pengamatan penelitian di lapangan peneliti menemukan gejala
yang sama dengan di atas dan dengan disertai penanganan yang sama pula. Adapun
reaksi yang timbul dari proses komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan emosi,
adalah anak dapat menerima apa yang kita harapkan.
B. Respon Komunikasi Antarpribadi dalam Mengendalikan Emosi Anak Prasekolah di Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus
Telah dijelaskan pada bab II bahwasannya, efektivitas diambil dari kata “efek”
yang berarti akibat atau pengaruh, sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau
adanya akibat serta aksennya jadi sesuatu. Jadi “efektivitas” berarti keberpengaruhan
atau keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah melakukan sesuatu).85
Dari pengertian di atas peneliti akan menjabarkan temuan data yang peneliti
peroleh, ditinjau dari pengaruh metode komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan
emosi murid-murid Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus.
Dapat kita lihat dalam temuan data, yang berupa respon dari murid-murid
Playgroup Caterpillar Super Kids. Yaitu bahwa setiap anak memang masih labil untuk
bisa mengendalikan emosinya, terlebih anak-anak usia pra-sekolah seperti para murid
di sekolah ini. Nah disinilah peran seorang pendidik (baik guru dan orang tua) untuk
bisa mengendalikan emosi mereka dengan baik dan bijak.
85
Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan Bahasa (P3B) Departeman Pendidikan dan
Kebudaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 250.
86
Dalam temuan data yang diperoleh, salah satu yang digunakan untuk bisa
mengendalikan atau mengatasi luapan emosi anak adalah dengan menggunakan
komunikasi antarpribadi.
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi
yang
berlangsung antara dua orang, di mana terjadi kontak langsung dalam bentuk
percakapan. Komunikasi ini biasanya berlangsung secara berhadapan muka, bisa juga
melalui sebuah medium telepon86.
Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.
Keefektifan komunikasi dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh
kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita
sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain
sesuai keinginan kita. Dengan cara berlatih mengungkapkan maksud keinginan kita,
menerima umpan balik tentang tingkah laku kita, dan memodifikasi tingkah laku kita
sampai orang lain mempersepsikannya sebagaimana kita maksudkan.
Dalam berbagai kasus mengenai bagaimana cara mengendalikan emosi anak
pra-sekolah yang peneliti temukan di lapangan, adalah para guru (miss-miss) berusaha
mendekati anak yang bermasalah, kemudian guru berusaha memasuki dunianya.
Maksudnya menjadi teman yang dipercaya oleh anak tersebut, dan membiarkan si
anak untuk meluapkan apa yang sebenarnya dia rasakan, kemudian setelah dia merasa
lega untuk meluapkan emosinya, guru menasehatinya dan memberi masukkan yang
positif untuk merubah tingkah lakunya atau mengendalikan emosinya. Dan apa yang
dilakukan oleh para guru tersebut Alhamdulillah bisa diterima oleh anak-anak, dan
mereka tidak merasa terkekang atau tertekan dengan apa yang kita sampaikan.
86
Onong Uchjana, Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, h. 48.
87
Sama halnya dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan, yakni para guru
dalam mengendalikan emosi anak pra-sekolah itu dengan menggunakan komunikasi
antarpribadi. Karena dengan bentuk komunikasi ini antara guru dan murid dapat
berhubungan dengan baik, khususnya dalam mengendalikan emosi anak-anak, karena
mereka merasa nyaman dan percaya dengan missnya. Dan seperti yang telah
dijelaskan pada bab II, bahwa komunikasi terjadi bisa dilihat dari beberapa perspektif
dan tingkatan analisis. Dan yang dilakukan para guru tersebut tentu mencakup semua
itu.
Dari apa yang dilakukan oleh para miss dengan komunikasi antarpribadi dalam
mengendalikan emosi anak, berindikasi bahwa anak-anak bisa menerima apa yang
kita sampaikan dan mereka mau berubah menjadi apa yang kita harapkan, dan
mungkin juga sebaliknya. Mereka mengaharapkan kita untuk seperti yang mereka
inginkan. Dan juga para miss berharap bahwa dengan metode komunikasi antarpribadi
ini bisa dilakukan oleh para orang tua di rumah. Karena hal ini dapat membantu dalam
perkembangan psikologis anak-anak mereka juga.
Dari hasil data lapangan dan wawancara yang peneliti dapatkan yaitu: kedua
hasil data ini menunjukkan bahwa dalam mengendalikan emosi anak yaitu, samasama menghargai perasaan dan pikiran anak, mendengartkan emosi yang diungkapkan
anak (mereka sedang menceritakan sesuatu kepada anda) menjadi pribadi yang baik
untuk anak, mendorong anak untuk menjelajahi dunianya, meluangkan waktu hanya
untuk anak ketika sedang bersama mereka, menunjukkan kasih sayang, sama-sama
memberitahu anak tidak menyetujui agresi yang bermusuhan dan menghentikan
dengan tegas, dan pendekatan yang bijaksana dan luwes terhadap tingkah laku anak
yang bekerja dengan baik.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan mengenai pengendalikan emosi
anak pra-sekolah melalui komunikasi antar pribadi di Playgroup Caterpillar Super
Kids Lebak Bulus, dan pada bab-bab sebelumnya. Maka peneliti menyimpulkan
tentang cara pengendalian emosi anak melalui Komunikasi Antar Pribadi:
1. Cara pengendalian emosi (marah, sedih, gembira, takut, dan cemburu)
berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan obsevasi di lapangan yaitu:
menunjukkan kasih sayang pada anak disertai pelukan yang hangat, melalui
pendekatan individual pada anak, membiarkan anak berjelajah ke dunianya,
mengajarkan disiplin pada anak yang disesuaikan dengan situasi, dan terakhir
yaitu mengajarkan pada anak untuk hidup rukun dan tidak saling bermusuhan.
Kemudian ditambahkan memberikan bujukan pada anak agar mereka menurut
pada kita, dan diupayakan memberikan bujukkan yang mendidik.
2. Berdasarkan analisis antara teori Sri Esti dengan hasil temuan data peneliti
yaitu: terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dalam mengendalikan
emosi anak antara lain persamaannya, sama-sama menghargai perasaan dan
pikiran anak, mendengarkan emosi yang diungkapkan anak (mereka sedang
menceritakan sesuatu kepada anda), menjadi pribadi yang baik untuk anak,
mendorong anak untuk menjelajahi dunianya, meluangkan waktu hanya untuk
anak ketika sedang bersama mereka, menunjukkan kasih sayang, sama-sama
memberitahu
anak
tidak
menyetujui
70
agresi
yang
bermusuhan
dan
89
menghentikan dengan yang tegas, dan pendekatan yang bijaksana dan luwes
terhadap tingkah laku anak yang bekerja dengan baik.
3. Perbedaan antara keduanya yaitu, mengendalikan emosi anak, dengan cara
mengandalkan peran orang tua dalam memecahkan masalah ini, jadi orang tua
disini memiliki pengaruh besar karena teori Sri Esti menganggap orang tua
biasanya lebih didengarkan oleh anak dan pasti mereka akan patuh dan
menurut dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan
sedangkan pada temuan data yang didapat, mereka menggunakan jasa orang
tua hanya sebagai pendamping saja; menurut Teori Si Esti menghindari
hukuman fisik pada anak sedangkan berdasarkan hasil penelitian saya
menggunakan sedikit hukuman fisik namun bertujuan agar anak menjadi
disiplin; pada hasil penelitian memberi teguran secara halus pada anak jika
terlihat si anak memang bersalah sedangkan pada Teori Sri Esti tidak; dan
terakhir pada hasil penelitian saya ditemukan menggunakan intropeksi diri
pada anak agar menyadari perbuatan mereka salah atau benar dan
mengusahakan agar anak tidak merasa tervonis sedangkan pada Teori Sri Esti
tidak.
B. Saran-saran
Selanjutnya peneliti akan mencoba untuk memberikan beberapa saran-saran
yang diperlukan sebatas ilmu yang dimiliki, agar kiranya dapat berguna untuk
membantu:
1. Playgroup Caterpillar Super Kids dalam mengendalikan emosi anak
khususnya para guru harus lebih bersabar dalam menjalaninya dan usahakan
untuk lebih memahami dan memasuki dunia mereka agar kita dapat merasakan
apa keinginan mereka.
90
2. Sarana dan pra-sarana harus digunakan sebaik mungkin agar kenyamanan dan
kegiatan menjadi tetap berlangsung.
3. Dalam menjalani suatu tugas haruslah dikerjakan secara benar dan semangat
agar tidak tersendat-sendat dalam pengerjaannya.
4. Komunikasi antara orang tua murid dan guru sangat penting dalam
membentuk pribadi seorang anak.
5. Sebaiknya guru dan orang tua membentuk tim yang saling bekejasama dengan
baik dalam mendidik anak.
91
DAFTAR PUSTAKA
Agus, M. Hardjana. Komunikasi Intrapersonal da Interpersonal. Yogyakarta:
Kanisius, Cet Ke-1, 2003.
Bahauddin, Muhammad Khalid. Membimbing Anak Hidup Terencana dan Teratur.
Jakarta: Gema Insani Press, 2003.
Baradja, Abu Bakar. Psikologi Perkembangan (tahapan dan Aspek-aspeknya).
Jakarta: Studia Press, 2005.
Buckley, Erick. The Oxford English Dictionary. Oxford: The Clarendon Press, 1978.
Chaplin, JP. (Penerjemah Kartini Kartono). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta:
Rajawali Press, 2004.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Daradjat, Zakiah, Dr,. Perawatan Jiwa Untuk Anak-anak. Jakarta: N.V. Bulan
Bintang, 1982.
Dewanto, Nugroho. Kamus Bahasa Indonesia Pendidikan Dasar. Bandung: Yrama
Widya, 2004.
Djiwandoyo, Sri Esti Wuryani. Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua.
Jakarta: PT. Grasindo, 2005.
Davis, Keith. Human Behavior at work: Organizational Behavior,6th ed. New York,
Mc Graww Hill, 1981.
Effendy, Onong Uchjana. Prof. Drs, MA. Dimensi-dimensi Komunikasi. Jakarta:
Alumni.
------------------------. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
------------------------. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1998.
Fadhlullah, Husain. Dunia Anak (memahami perasaan dan pemikiran anak anda).
Jakarta: Cahaya, 2004.
Fauzi, Ahmad. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Gunarsa, Ny. Singgih D., Dra. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: PT. BPK Gunung
Mulia, 2004.
Gunarsa, Singgih D. Prof. Dr, dan Singgih, Yulia, Dra. Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja, Jakarta: Erlangga, 2004.
92
Hafid, Muhammad Nur Abdul. Mendidik Anak Bidang Sosial, Budi Pekerti, dan
Kejiwaan. Yogyakarta: Darussalam, 2004.
Hafied, Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet
ke-4, 2003.
Jurjis, Malak, Dr. Cara Mengatasi Gejolak Emosi Anak. Bandung: PT. Mizan
Publika, 2004.
L. Tubbs, Steward, Moss, Sylvia. Human Communication (prinsip-prinsip dasar
pengantar. Dr. Dedi Mulyana M. A. ). Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001.
Lathief, Rusydi, T. A. Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi. Medan, cet
ke-1, 1985.
Masyah, Syarif Hade. Kiat Menjadi Orang Tua Bijak. Jakarta: Hikmah, 2004.
Merriam Webster, G & C Merriam Company Webster’s. third new international
dictionary: of the English language un a bridge: USA;,,editor in chief Phillip
Babcock Gove, Ph. D & The Merriam- Webstereditor; all staff, 1992, A. B.
Prinnodigdo, Hasan Shadily, Ensiklopedi Umum, Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Moleong, Lexy J, Prof, Dr, MA. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004.
Mulyadi, Seto, Dr. M.Psi. Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya. Jakarta:
Erlangga, 2004.
Mutmainah, Dra. Siti dan Fauzi, Drs. Ahmad. Modul UT “Psikologi Komunikasi”.
Jakarta: Universitas Terbuka , 2005.
Pearce, Jhon, Dr,. Bagaimana Mengatasi Perkelahian, Olok-olok dan Gertakan.
Jakarta: Binarupa Aksara, 1990.
Ridwan, M. Drs. Dkk. Kamus Ilmiah Populer. Jakarta: Pustaka Indonesia, 1999.
Robbins, G., James. Komunikasi Yang Efektif. Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya,
1995.
Sarwono, Sarlito W, Prof. Dr. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 2003.
Sendjaja, Sasa Djuarsa. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
Shadily, Hasan dan Echols, M. Jhon. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1990.
Surviani, Istanti. Menghias Jiwa Dan Perilaku Anak. Bandung: Pustaka Ulummudin,
2004.
93
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar B. Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka Depdikbud, 1995.
Tim Redaksi Ayah Bunda. Anak Pra-Sekolah (Pegangan Orang Tua Untuk
Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun). Jakarta: PT. Gaya Favorit Press, 1994.
Ulama Besar Universitas Al-Azhar Mesir. Mengasuh Anak Menurut Ajaran Islam.
Jakarta: Pustaka Shadra, 2004.
Widjaja,A. W. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta, cet ke-2,
2000.
Zulkifli L. Drs,. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986.
94
CATATAN LAPANGAN
Catatan lapangan No: 1
Waktu : Minggu Ke-1 bulan Oktober 2007, pukul 07.45- 10.45 WIB
Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus
Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids
Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya.
Peneliti : Dina Prahasty
LATAR
Cuaca cerah, bangunan sekolah Caterpillar Super Kids yang terlihat cukup luas
dipenuhi alat-alat permainan. Loker-loker yang berwarna-warni untuk menyusun
tempat sepatu dan tas para murid. Washtafel yang bersih dan rapi untuk para murid
mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan berbagai kegiatan. Suasana di dalam
kelas setelah selesai istirahat selama ½ jam. Murid-murid telah selesai makan siang
dan berkumpul di kelas yang sangat penuh dengan hiasan di dinding kelas dan
bermacam-macam alat permainan untuk para murid. AC (Air Conditioner) dinyalakan
karena anak-anak berada di kelas, dan mereka duduk tertib bersama miss Ida dan miss
Icha diatas ubin beralaskan karpet hijau.
CATATAN LANGSUNG/ DESKRIPTIF
Waktu menunjukkan pukul 09.45 WIB acara makan siang telah selesai. Lalu miss Ida
menyerukan muridnya yang sudah selesai makan untuk merapihkan tempat makannya
kemudian mencuci tangan(ditemani miss Dyna (saya)). Setelah semuanya selesai dan
telah berkumpul di kelas, miss Ida dan saya membentuk murid-murid dalam barisan
seperti ular panjang untuk pindah ke ruang perpustakaan. Dan mereka pun berkumpul
dan duduk dengan tertib di atas karpet pink, dengan mata yang penuh tanda tanya miss
Ida menanyakan kepada beberapa muridnya yaitu Daffa, Win, dan Adrien. Karena
sejak dimulainya masuk kelas, ke-3 anak ini terlihat suka berlari-lari kesana kemari,
terlihat melamun dengan pandangan kosong hingga tidak mendengar jika miss Ida
memanggil, terlihat suka mencolak-colek teman-temannya yang sedang mengerjakan
tugas hingga marah dan saling memukul. Pertama dengan mata yang tajam sambil
menatap wajah Adrien, miss Ida bertanya pada Adrien, “Adrien, miss Ida sering
95
berbicara dengan Adrien, tetapi kenapa sih Adrien tidak mau mendengarkan sehingga
miss harus bicara lagi dengan Adrien?” Ini membuat miss Ida mengerutkan wajah dan
menggeleng-gelengkan kepalanya karena harus berbicara berkali-kali baru didengar
oleh Adrien. Namun Adrien tidak memberikan jawaban apa-apa hanya menundukkan
kepala saja sambil memainkan jari tangannya. Karena Adrien tidak berkata apa-apa,
miss Ida meneyerukan Adrien agar lain kali mendengarkan apa yang miss Ida katakan,
cukup dengan sekali tanpa harus diulang-ulang. Dengan wajah yang memerah Adrien
menganggukkan kepala saja. Kemudian pertanyaan yang kedua miss Ida bertanya
kepada Win, “Win kenapa sih melamun terus, apa yang dilamunin Win?” Dengan
wajah yang memerah Win menjawab, “aku inget di rumah, waktu main sama mas
Bimo (kakaknya)”. Sambil mengerutkan dahi miss Ida bertanya lagi, “kenapa ingat di
rumah dan main sama mas Bimo?”, Win menjawab lagi “di rumah aku bisa main PS
(Playstation) sama kakak, jadi pengen main deh.” Lalu sambil tersenyum miss Ida
bilang “ya sudah nanti kalau liburan kan Win bisa main, sekarang di sekolah jangan
memikirkan main PS lagi ya, dan ingat di kelas jangan suka melamun lagi, karena di
sini kan Win mau belajar, jadi kita bisa main sambil belajar dan belajar sambil
bermain.” Dan Win berkata “ya miss” sambil menganggukkan kepalanya. Lalu
pertanyaan yang ketiga diberikan kepada Daffa, “Daffa kenapa sih suka sekali berlari
kesana kemari, padahal bukan pelajaran olah raga?” Lalu dengan pandangan mata
yang melihat kesana-kemari Daffa menjawab “gak tahu”. Sambil tersenyum karena
miss Ida sudah sering menasehati Daffa, miss Ida kemudian berkata “ya udah, besokbesok dikurangi ya berlari-lari di sekolah kecuali pada saat pelajaran olahraga. Miss
Ida pasti senang deh sama Daffa”. Dan Daffa menjawab “iya miss” sambil
menganggukkan kepala. Demikian miss Ida memberi beberapa jawaban atas beberapa
pertanyaan yang diberikan kepada ke-3 muridnya tersebut. Waktu pun menunjukkan
pukul 10.00 WIB pelajaran Math pun segera dimulai.
CATATAN REFLEKTIF
Waktu menunjukkan pukul 09.45 WIB istirahat telah selesai, lalu miss Ida mengajak
muridnya untuk berkumpul dikelas dan membaca doa selesai makan. Setelah
membaca do’a, miss Ida mengajak murid-muridnya untuk pindah ke ruang
perpustakaan. Lalu mereka pun berkumpul dan duduk di atas karpet pink, tiba-tiba
96
miss Ida menanyakan beberapa pertanyaan kepada beberapa muridnya yaitu Adrien,
Daffa dan Brandon. Karena sejak dimulainya masuk kelas, ke-3 anak ini sangat susah
diatur oleh miss Ida. Pertama miss Ida bertanya pada Adrien masalah pendengaran
Adrien, karena Adrien harus disuruh berulang kali baru mendengar perintah miss Ida.
Namun Adrien tidak menjawab apa-apa, Karen Adrien hanya diam saja maka miss Ida
menasehati Adrien agar mendengarkan apa yang miss Ida perintahkan cukup dengan
sekali perintah saja, tanpa harus diulang-ulang. Kemudian miss Ida bertanya kepada
Win mengenai alaskan Win yang suka melamun pada saat belajar, jawaban Win yaitu
ia ingin main sama kakaknya. Lalu miss Ida memberi saran untuk lupakan
keinginannya jika Win sedang belajar, dan hal itu bisa Win lakukan pada saat liburan.
Yang ketiga miss Ida bertanya kepada Daffa mengenai kebiasaan Daffa yang suka
lari-larian disaat pelajaran dimulai dan setiap berjalan. Namun Daffa sendiri
menjawab ia tidak tahu mengapa ia suka berlari-lari. Kesekian kali miss Ida
menasehati Daffa untuk mengurangi kebiasaannya itu dan menggantinya jika sedang
pelajaran olah raga saja. Dan akhirnya ketiga anak tersebut mang-iya kan nasihat miss
Ida dan pelajaran pun berganti menjadi pelajaran Math.
97
CATATAN LAPANGAN
Catatan Lapangan No: 2
Waktu : Minggu ke-2 bulan November 2007, pukul 08.00- 10.00 WIB
Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus
Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids
Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya.
Peneliti : Dina Prahasty
LATAR
Ruang kelas Jumper yang dipenuhi oleh berbagai macam hiasan dinding, terdapat
juga loker-loker berwarna-warni tempat untuk murid menaruh sepatu & tasnya. Jadi
para murid tidak memakai sepatu saat berada di dalam ruangan sekolah, kecuali di
Playground. Cuaca tampak cerah di luar gedung sekolah, karena di dalam gedung
sekolah setiap ruangan memakai AC.
CATATAN LANGSUNG/ DESKRIPTIF
Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB dimana saatnya murid-murid masuk kelas
untuk memulai pelajaran. Lalu kemudian terdengar pintu kelas terketuk, dan ternyata
Kirani yang datang terlambat. Pada saat mau masuk ke kelas wajah Kirani terlihat
sedih dan tak lama kemudian dia menangis. Dan pada hari itu juga kebetulan
merupakan hari pertamanya dia masuk kelas jumper, karena sebelumnya dia masih
duduk di kelas toodler. Lalu miss Ida meminta tolong saya untuk mengajak Kirani
keluar kelas dahulu untuk menenangkannya. Tetapi dia tetap sedih dan menangis,
saya lalu bilang seraya memangkunya “Kirani kenapa sayang?”. Kirani menjawab
“pengen sama mama!”, sambil terbata-bata karena sambil menangis. Saya berkata lagi
“kan nanti pulang sekolah ketemu sama mama, sekarang Kirani main dulu yuk sama
teman-teman”. Kirani masih saja menangis, saya bilang “teman-teman di kelas jumper
senang lho Kirani sekarang bisa belajar bareng sama mereka”. Namun dia masih
sedih, dan saya menggendong dia ke ruang gross motor dan mengalihkan
kesedihannya dengan bermain, hingga akhirnya dia berhenti menangisnya dan mau
masuk kelas.
CATATAN REFLEKTIF
98
Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB pelajaran dimulai, murid-murid masuk kelas.
Lalu miss Ida menyerukan murid-muridnya untuk mengecat bahan-bahan pelajaran
hari itu, sebelum dimulai terdengar pintu diketuk dan ternyata Kirani terlambat.
Kemudian saya menggendongnya untuk menenangkannya, yaitu dengan memeluknya
dan mengalihkan kesedihannya dengan bermain di gross motor. Sampai akhirnya dia
lupa dan merasa sudah nyaman sehingga mau masuk kelas. Sedangkan murid- murid
lainnya belajar di kelas dengan miss Ida.
99
CATATAN LAPANGAN
Catatan Lapangan No: 3
Waktu : Minggu ke-4 bulan Desember 2007, pukul 08.00- 10.00 WIB
Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus
Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids
Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya.
Peneliti : Dina Prahasty
LATAR
Hari yang indah untuk memulai pelajaran hari ini, pelajaran dimulai di library yang
tersedia buku-buku cerita dan boneka bear yang besar. Dengan materi story telling,
dimana murid-murid menceritakan sesuatu yang paling ia sukai di depan temantemannya. Yang sebelumnya miss Ida menceritakan terlebih dahulu, dan anak-anak
mendengarkannya. Kemudian murid-murid duduk di atas bantal boneka yang
beralaskan karpet berwarna pink, dan menunggu giliran mereka untuk bercerita.
CATATAN LANGSUNG/ DESKRIPTIF
Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB setelah murid-murid masuk kelas dan
meletakkan tas dan sepatunya, lalu miss Ida menyerukan murid-murid untuk
membentuk barisan kemudian menuju library. Di perpustakaan murid-murid segera
menduduki bantal boneka untuk duduk mereka. Pada saat miss Ida bercerita, terlihat
Win dan Nayla berebut salah satu bantal boneka tersebut, hingga akhirnya Win dan
Nayla bertengkar dan Win marah sekali pada Nayla, sampai membuyarkan perhatian
murid-murid yang lain mendengarkan miss Ida. Akhirnya miss Ida meminta tolong
saya untuk melerainya. saya berkata “Win, bantal ini punya sekolah bukan punya
Win, jadi harus berbagi ya sama teman-teman yang lain”. Win menjawab “iya miss,
tapi aku mau duduk di sini”. Saya kemudian berkata “iya boleh, tapi kan tadi Nayla
duluan yang duduk di sini, Win duduk di bantal yang lain aja ya?”. “gak mau, aku
maunya di situ”, jawab Win. Akan tetapi Nayla tidak mau pindah, jadi saya
menawarkan Win untuk duduk di pangkuan saya. Dan akhirnya Win mau dan senang,
kemudian saya menyeru Win untuk meminta maaf sama Nayla. Mereka pun akhirnya
berbaikan lagi. Setelah miss Ida selesai cerita, sekarang giliran murid-murid untuk
100
menceritakan salah satu yang paling disukainya. Dan pada saat story telling, muridmurid sangat antusias dan senang.
CATATAN REFLEKTIF
Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB miss Ida menyerukan murid-murid untuk
membentuk barisan
kemudian
menuju
library.
Di dalamnya
murid-murid
mendengarkan cerita dari miss Ida, kemudian setelah miss Ida selesai bercerita muridmurid diminta untuk menceritakan sesuatun yang paling mereka sukai. Namun pada
saat miss Ida bercerita terlihat Win sangat marah dengan Nayla karena merebutkan
sebuah bantal boneka. Yang sempat mengganggu perhatian murid-murid lainnya
mendengarkan cerita miss Ida. Hingga akhirnya saya meleraikan mereka, sampai
mereka bermaafan. Lalu dalam menceritakan hal-hal yang disukai oleh setiap murid,
murid-murid merasa senang dan antusias. Walaupun pada awal bercerita mereka ada
yang terlihat sedikit takut atau malu.
101
CATATAN LAPANGAN
Catatan Lapangan No: 4
Waktu : Minggu ke-2 bulan Januari 2008, pukul 09.00- 11.00 WIB
Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus
Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids
Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya.
Peneliti : Dina Prahasty
LATAR
Cuaca hari ini sangat cerah dan sejuk. Hari ini merupakan jadwal ekstrakurikuler yang
diadakan oleh sekolah, yaitu kegiatan field trip atau darmawisata. Pada acara kali ini
para murid dan guru-guru memakai baju berwana merah, sehingga tampak menambah
semangat berwisata.
CATATAN LANGSUNG/ DESKRIPTIF
Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB, murid-murid terlihat sangat senang sekali dan
terlihat tidak sabar untuk segera berangkat menuju lokasi. Pada field trip kali ini
playgroup Caterpillar Super Kids berwisata ke Kebun Binatang Ragunan dan Pusat
Primata Schmudtzer. Sesampainya di sana, anak-anak sangat senang sekali sehingga
sampai ada yang berlari, yaitu Adrien, Rafif, dan Daffa. Mereka berlari karena saking
senangnya, sampai akhirnya Daffa terjatuh karena matanya meleng. Padahal miss Ida
sudah mencoba meraihnya. Dan kemudian miss Ida menasehatinya “Daffa sabar ya,
miss tau kamu senang banget tapi jangan terlalu senang dan harus sabar”. “iya miss”,
jawab Daffa sambil menangis. Dan kejadian ini diingatkan juga kepada murid-murid
lainnya, sehingga tidak terulang kembali. Kemudian miss Ida menggendong Daffa
karena kakinya sedikit luka. Sesampai di sekolah murid-murid sudah dinanti oleh
mama atau susternya untuk pulang ke rumah masing-masing. Dan tak lupa miss Ida
memberi tahu kepada mamanya Daffa, kenapa kakinya Daffa luka. Dan mamanya
Daffa juga menasehati anaknya itu.
CATATAN REFLEKTIF
102
Waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB, murid-murid dan para guru bersiap-siap
untuk berangkat wisata ke Kebun Binatang Ragunan. Murid-murid sangat senang
sekali di dalam perjalanan dan di lokasi wisata. Sampai ada yang berlari-lari yaitu
Adrien, Rafif dan Daffa. Yang mana Daffa akhirnya terjatuh dan menangis. Dan ini
dijadikan pelajaran untuk murid-murid lainnya, agar bisa mengontrol rasa senangnya.
Sesampai di sekolah, miss Ida menemui ibunya untuk menjelaskan apa yang dialami
Daffa.
103
CATATAN LAPANGAN
Catatan Lapangan No: 5
Waktu : Minggu ke-1 bulan Februari 2008, pukul 09.00- 11.00 WIB
Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus
Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids
Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya.
Peneliti : Dina Prahasty
LATAR
Hari ini sedikit mendung, tapi sesekali matahari menampakkan sinarnya. Murid kelas
jumper akan bermain di playground. Banyak mainan yang disediakan di sekolah ini,
ada area pasir putih, bak yang diisi air, perosotan, ayunan, mobil-mobil kecil,
jembatan, dan papan untuk murid belajar keseimbangan. Semuanya tampak segar
dipandang mata karena indahnya suasana di playground yang ada tumbuhan segar dan
mainan yang berwarna-warni.
CATATAN LANGSUNG/DESKRIPTIF
Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB seusai belajar collage di dalam kelas, miss Ida
dan miss Icha menyerukan murid-murid untuk membentuk barisan karena akan
bermain di playground. Sebelum keluar kelas, miss Ida dan saya mengoleskan
mosquito repellent agar murid-murid tidak digigit serangga. Setelah itu murid-murid
bebas mau main apa, akan tetapi guru tetap mengawasi dengan seksama. Ada yang
main ayunan, mobil, air dan pasir. Tiba-tiba ketika sedang asyik bermain terdengar
teriakan suara Namira yang sedang bermain pasir. Miss Ida kemudian mendektinya,
dan bertanya “kenapa Namira?”. “ada kodok miss, aku takut..!”, kata Namira dengan
wajah ketakutan. Lalu miss Ida memeluknya dan mengatakan “gak apa-apa kok
sayang, kodoknya gak ganggu Nami, cuma numpang lewat aja. Nami kaget ya?”.
Dengan raut wajah yang masih takut sampai air matanya jatuh, dia menjawab “iya
miss”, sambil agak merengek. “yaudah jangan takut lagi ya, kan di sini ada miss Ida
yang nemenin kamu, lagipula kodoknya sudah pergi”, lanjut miss Ida. Akhirnya Nami
pun melanjutkan permainannya. Kemudian waktu menunjukkan pukul 09.30 WIB,
104
miss Ida menyerukan murid-muridnya untuk melanjutkan pelajaran di kelas. Seusai
bermain di playground, murid-murid harus mencuci tangannya terlebih dahulu
sebelum memulai aktivitas lainnya.
CATATAN REFLEKTIF
Waktu
menunjukkan pukul 09.00
WIB
murid-murid
yang
telah
selesai
menyelesaikan materi collage ,memakai sepatu dan membentuk barisan, kemudian
diolesi mosquito repellent. Setelah semua murid siap, mereka langsung menuju
playground. Dan tiba-tiba Namira teriak ketakutan, karena ketika dia sedang asyik
bermain pasir ada seekor kodok kecil lewat mengagetkannya. Kemudian miss Ida
datang untuk menenangkan Namira, hingga akhirnya rasa takutnya hilang.
105
CATATAN LAPANGAN
Catatan Lapangan No: 6
Waktu : Minggu ke-3 bulan Februari 2008, pukul 10.00- 10.20 WIB
Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus
Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids
Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya.
Peneliti : Dina Prahasty
LATAR
Cuaca di luar gedung sekolah hujan deras, jadi murid-murid bermain di ruang
manipulative area yang dipenuhi mainan edukatif untuk murid-murid tertata rapih dan
indah. Diantaranya ada mainan play dough, berbagai macam boneka, mainan masakmasakan, dokter-dokteran, trolley dan keranjang shopping dan masih banyak lagi.
CATATAN LANGSUNG/DESKRIPTIF
Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB seusai belajar di kelas, murid jumper bermain
di ruang manipulative area, karena diluar hujan deras. Ada yang yang bermain puzzle,
masak-masakan, belanja-belanjaan dan lain-lain. Tapi pada saat bersamaan, muridmurid dari kelas toodler juga ikut gabung bermain di sini. Dan ketika miss Ida
menggoda dede’ Sandro, tanpa disadari Win cemburu, hal ini tampak karena Win
melarang miss Ida untuk main dengan Sandro dan hanya boleh main sama dia. Miss
Ida dan miss Dwi jadi tersenyum. Lalu Win bilang “miss Ida gak boleh main sama
dede’ Sandro!”. Kemudian miss Ida sambil bercanda bilang “aduh,,Win miss dibagi
dua aja deh, supaya miss bisa main sama Win dan dede’ Sandro”. Dan juga miss Ida
memberi pengertian sama Win, kalau yang sudah besar harus bisa mengalah sama
adiknya dan juga bisa mengajak main bersama. Dan Win pun akhirnya mengerti.
Istirahat pun selesai, para murid kelas jumper masuk kelas lagi untuk melanjutkan
pelajaran berikutnya.
CATATAN REFLEKTIF
106
Selesai materi di kelas, murid-murid jumper beristirahat atau bermain di manipulative
area, para murid berlari untuk memilih permainan yang akan dimainkannya. Pada saat
bermain tiba-tiba murid kelas toodler juga ikut gabung bermain di sini, karena di luar
hujan jadi semua murid beristirahat di ruangan ini. Ketika miss Ida coba menggoda
dede’ Sandro untuk bermain, Win nampak cemburu, yaitu miss Ida tidak boleh
bermain dengan dede’ Sandro. Kemudian miss Ida memberi pengertian sama Win dan
akhirnya Win mengerti dan mau main bersama dengan adik kelasnya itu.
107
Download