PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA YUNANI

advertisement
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA YUNANI KUNO
Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara
mendadak, melainkan terjadi secara bertahap. Oleh karena itu, untuk memahami sejarah
perkembangan ilmu kita harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik, karena
secara periodik menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Untuk menelusuri filsafat Yunani, perlu dijelaskan terlebih dahulu asal kata filsafat.
Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun 700 SM di Yunani, Sophia diberi arti
kebijaksanaan; sophia juga berarti kecakapan. Kata philosophos mula-mula dikemukakan dan
dipergunakan oleh Heraklitos (540-480 SM), sementara ada yang mengatakan bahwa kata
tersebut mula-mula dipakai oleh Pythagoras (580-500 SM). Namun pendapat yang lebih tepat
adalah pendapat yang mengatakan bahwa Heraklitos-lah yang menggunakan istilah tersebut.
Menurutnya, philosophos (ahli filsafat) harus mempunyai pengetahuan luas sebagai
pengejawantahan daripada kecintaannya akan kebenaran dan mulai benar-benar jelas
digunakan pada kaum sofis dan sokrates yang memberi arti philosophein sebagai penguasaan
secara sistematis terhadap pengetahuan teoritis. Philosophia adalah hasil dari perbuatan yang
disebut philosophein, sedangkan philosophos adalah orang yang melakukan philosophein.
Dari kata Philosophia inilah akhirnya timbul kata-kata philosophie (Belanda, Jerman,
Perancis), philosophy (Inggris), dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat atau falsafat.
Mencintai kebenaran/pengetahuan adalah awal proses manusia mau menggunakan
daya pikirnya, sehingga mampu membedakan mana yang riil dan mana yang ilusi. Penemuan
demi penemuan yang dilakukan pada waktu itu hingga zaman sekarang ini tidaklah terpusat
disatu tempat atau wilayah tertentu. Penemuan-penemuan yang menyebar dari Babylonia,
Mesir, Cina, India, Irak, Yunani, hingga ke daratan Eropa membuktikan bahwa manusia
selalu dihadapkan pada tantangan alam, situasi, dan kondisi yang mengacu daya kreatifitas.
Kita melihat bahwasanya sekarang ini Eropa merupakan sentral atau gudang ilmu
pengetahuan, maka dalam sejarah perkembangan ilmu terbukti bahwa sumbangsih dunia
timur bagi kemajuan ilmu pengetahuan hingga sekarang ini sangatlah besar. Banyak
penemuan yang terjadi di dunia timur yang baru dikembangkan belakangan di dunia barat.
Namun perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban
Yunani.
Oleh karena itu, periodesasi perkembangan ilmu yang disusun mulai dari peradaban
Yunani kemudian diakhiri pada penemuan-penemuan pada zaman kontemporer. Sehubungan
dengan hal-hal yang telah diuraikan di atas, penyusun mencoba mengkaji tentang
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Yunani kuno yang kami ambil dari beberapa
referensi yang ada.
DEFINISI DAN KARAKTERISTIK PEMIKIRAN PADA MASA YUNANI KUNO
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berangkat dari tradisi
pemikiran para filsafat barat berawal dari abad ke 7 SM yang ditandai dengan runtuhnya mite
dan dongeng yang selama ini dipercaya menjadi referensi pengetahuan manusia. Zaman
Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang
memiliki kebebasan mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Bangsa Yunani juga tidak
dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima begitu saja, melainkan
menumbuhkan sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis.
Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir-ahli pikir
terkenal sepanjang masa. Pada masa ini Filsafat lebih bercorak “kosmosentris”, artinya para
filsuf pada waktu itu mengarahkan perhatian mereka terhadap masalah-masalah yang
berkaitan dengan asal mula terjadinya alam semesta. Mereka berupaya mencari jawaban
tentang prinsip pertama (arkhe) dari alam semesta, oleh karena itu mereka lebih dikenal
dengan julukan “Filsuf-Filsuf Alam”.
Filsafat Yunani adalah sebuah filsafat rasional pertama yang pernah ada dalam
sejarah kehidupan manusia. Pada abad ini mungkin kita kenal yang namanya Thales, inilah
orang pertama yang mengajukan pertanyaan yang sangat mendasar tentang kosmos, What is
the nature of the world stuff ? dan dia menjawab Water. Pertanyaan ini sangat mendasar
sekali, karena pertanyaan dan jawabannya itu menggunakan akal, tidak menggunakan agama
atau kepercayaan lainnya. Alasannya ialah karena air penting bagi kehidupan. Disinilah akal
mulai digunakan dan lepas dari keyakinan atau kepercayaan. Pada tahap permulaan, yaitu
pada Thales dan pemikir-pemikir lainnya akal mulai menonjol dominasinya meskipun iman
juga masih memainkan perannya.
Dalam sejarah Yunani, dapat dikatakan bahwa filsafat pada abad ini adalah di
dominasi oleh akal “rasio”. Hal ini terbukti pada zaman sofis. Pada zaman ini akal dapat
dikatakan menang mutlak. Manusia adalah ukuran kebenaran dan semua kebenaran bersifat
relatif, yang merupakan ciri filsafat sofisme. Jika semua kebenaran relatif, maka yang terjadi
adalah kekacauan kebenaran. Akibat selanjutnya adalah teori sains diragukan, semua
kepercayaan dan akidah keagamaan dicurigai sehingga manusia pada waktu itu hidup tanpa
pegangan. Dan lebih parah lagi pada zaman ini ditambahi oleh pembela-pembela kebenaran,
yaitu kaum sofis. Mereka mengajar, menjadi guru terutama bagi pemuda yang belajar filsafat,
mereka menjadi filosof dan menjadi hakim.
Terlepas dari itu dapat kita pahami bahwa pemikiran pada abad ini, terutama
pemikiran sofis yang menganggap bahwa kebenaran itu relatif. Pemikiran inilah yang
menjadi penyebab kekacauan dan menggoyahkan keyakinan Agama. Dari sinilah muncul
seorang tokoh yang hendak menyelamatkan pemikiran-pemikiran orang Yunani. Dialah
Socrates, orang pertama yang ingin menyelamatkan pemikiran Yunani dari relativisme.
Metode yang digunakan oleh Socrates hampir sama dengan orang-orang sofis. Dia berkata
bahwa tidak semua kebenaran itu relatif, ada kebenaran yang sifatnya objektif atau kebenaran
umum yang dapat diterima oleh semua orang. Akan tetapi pemikiran Scrates harus rela
dibayar dengan nyawa yang ia milki, dengan dipaksa minum racun.
Masa Yunani Kuno. Pada tahap awal kelahirannya filsafat menampakkan diri sebagi
suatu bentuk mitologi, serta dongeng-dongeng yang dipercayai oleh Bangsa Yunani, baru
sesudah Thales (624-548 S.M) mengemukakan pertanyaan aneh pada waktu itu, filsafat
berubah menjadi suatu bentuk pemikiran rasional (logos). Pertanyaan Thales yang
menggambarkan rasa keingintahuan bukanlah pertanyaan biasa seperti apa rasa kopi ?, atau
pada tahun keberapa tanaman kopi berbuah ?, pertanyaan Thales yang merupakan pertanyaan
filsafat, karena mempunyai bobot yang dalam sesuatu yang ultimate (bermakna dalam) yang
mempertanyakan tentang Apa sebenarnya bahan alam semesta ini (What is the nature of the
world stuff ?), atas pertanyaan ini indra tidak bisa menjawabnya, sains juga terdiam, namun
Filsuf berusaha menjawabnya. Thales menjawab Air (Water is the basic principle of the
universe), dalam pandangan Thales air merupakan prinsip dasar alam semesta, karena air
dapat berubah menjadi berbagai wujud. Kemudian silih berganti Filsuf memberikan jawaban
terhadap bahan dasar (Arche) dari semesta raya ini dengan argumentasinya masing-masing.
Anaximandros (610-540 S.M) mengatakan Arche is to Apeiron, Apeiron adalah sesuatu yang
paling awal dan abadi, Pythagoras (580-500 S.M) menyatakan bahwa hakekat alam semesta
adalah bilangan, Demokritos (460-370 S.M) berpendapat hakekat alam semesta adalah Atom,
Anaximenes (585-528 S.M) menyatakan udara, dan Herakleitos (544-484 S.M) menjawab
asal hakekat alam semesta adalah api, dia berpendapat bahwa di dunia ini tak ada yang tetap,
semuanya mengalir . Variasi jawaban yang dikemukakan para filsuf menandai dinamika
pemikiran yang mencoba mendobrak dominasi mitologi, mereka mulai secara intens
memikirkan tentang Alam/Dunia, sehingga sering dijuluki sebagai Philosopher atau akhli
9
tentang Filsafat Alam (Natural Philosopher), yang dalam perkembangan selanjutnya
melahirkan Ilmu-ilmu kealaman. Pada perkembangan selanjutnya, disamping pemikiran
tentang Alam, para akhli fikir Yunani pun banyak yang berupaya memikirkan tentang hidup
kita (manusia) di Dunia. Dari titik tolak ini lahir lah Filsafat moral (atau filsafat sosial) yang
pada tahapan berikutnya mendorong lahirnya Ilmu-ilmu sosial. Diantara filsuf terkenal yang
banyak mencurahkan perhatiannya pada kehidupan manusia adalah Socrates (470-399 S.M),
dia sangat menentang ajaran kaum Sofis
TOKOH ATAU FILOSUF YANG HIDUP PADA MASA YUNANI KUNO
Pertentangan atau kerjasama antara akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah
filsafat.Yang dimaksud dengan akal adalah akal logis yang terdapat dikepala,sedangkan hati
adalah rasa yang bertempat di dalam dada. Akal akan menghasilkan pengetahuan logis yang
disebut filsafat,sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang
disebut pengetahuan mistik,seperti iman.Pada zaman Yunani kuno,secara akal menang,dan
hal itu dihentikan oleh Socrates ,sehingga akal dan hati sama-sama menang.
1.THALES
Thales lahir di Miletus pada tahun 625-546 SM.Ia diberi gelar sebagai bapak filsafat ,karena
Ia adalah orang yang mula-mula berfilsafat.Gelar itu diberikan kepada Thales ,karena ia
mengajukan pertanyaan tentang “Apa sebenarnya bahan alam semesta ini?’ (Mayer,1950 : 18
) ,padahal pertanyaan ini amatlah mendasar,dari pertanyaan ini saja ia dapat mengangkat
namanya menjadi filosof pertama.
2. ANAXIMANDER
Anaximander menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal dan ada dengan
sendirinya ( Mayer,1950 : 19 ).Anaximenes mengatakan itu udara.Udara merupakan sumber
segala kehidupan,demikian alasannya.Pembicaraan ketiga filosof ini saja telah
memperlihatkan bahwa di dalam filsafat terdapat lebih dari satu kebenaran tentang satu
persoalan .Sebabnya ialah bukti kebenaran teori dalam filsafat terletak pada logis atau
tidaknya argumen yang digunakan,bukan terletak pada kongklusi.Disini sudah kelihatan bibit
ralativisme yang kelak dikembangkan dalam filasafat sofisme.
3. HERACLITUS
Heraclitus yang hidup pada sekitar th 500an SM. Di yang mengagetkan manusia awam brang
kali peryama kali di lontarkan tatkala ia berkata bahwa seungguhnyua yang sunggun
H2 ada ,yang hakikat ,ialah gerak dan perubahan dan paham relatifisme semakin mempunyai
dasar setelah Heraclitus menyatakan engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali
karena air sungai iu selalu mengalir.
Menurut heraclitus alam semesta ini dala keadaan berubah, suatu yang dingin berubah
menjadi panas , yang panas berubah menjadi dingin . itu berarati bila kita memahami
kehidupan kosmos , kita mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis kosmos tidak pernah
berhenti ia selalu bergerak dan bergerak berarti berubah , gerak itu menghasilkan perlawanan
2 itulah semesta ini bukan bahan (stuff)-nya seperti yang dipertanyakasn “semua mengalir”
berarti semua berubah bukanlah pernyataan yang mengandung sederhana . implikasi
pernyataan ini amat hebat hebat. Pernyataan itu mengandung penertian bahwa kebenaran itu
selalu berubah , tidak tetap .
4.PARMANIDES
Parmanides yang lahir pada kira2 tahun 450 SM . parmanides adalah salah seorang tokoh
relatifisme yang penting , ia dikatakan sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat,
bahkan apat disebut filosof pertama dalam pengertian modern .
Sistemny6a secara keseluruhan pada deduksi logis . parmanides dalam menggunakan metode
intuisi. Ia sangat dihargai oleh filosof filosof lainnya. Karena plato amat menghargai metode
parmanides itu , dan plato lebih banyak mengambil dari parmanides dibandingkan dengan
filosof lain pendahulunya.
Dalam the way of truth parmanides bertanya : apa setandar kebenaran ,dan apa ukuran
realitas ? Bagaimana itu dapat di pahami ? dan ia mendapat jawaban ukuranya adalah logika
yang konsisten., dalam contoh berikut ada tiga cara berfikir tentang tuhan :
1. ada
2. tidak ada
3. ada dan tidak ada
Tapi yang benar itu ada: - tidak mungkin meyakini yang tidak ada
- sebagian ada karena yang tidak ada pastilah tidak ada
- tidak mungkin tuhan itu ada dan sekaligus tidak ada,
Jadi benar tidaknya suatu pendapat diukur dengan logika,disinilah masalah muncul bentuk
extrim perntyataan itu ialah bahwa ukuran kebenaran adalah akal manusia
5.ZENO
Zeno lahir pada tahun 490 SM,ia dapat merelatifkan kebenaran yang telah mapan.Orangorang sofis tidak disenangi para filosof karena sifat mereka di tentang oleh Socrates dan
Plato.Pada kata “sofis”terkandung arti tipuan,hipkret dan sains,mereka orang-orang yang
menjual kebijakan untuk mendapat materi.Mereka itu ingin populer dengan ide-idenya tanpa
memperlihatkan
sesuatu
yang
orisinil.
Dalam moral mereka dikatakan menganut moral yang relatif.Pendek kata orang-orang sofis
tidak ada generalisasi.Dengan kata lain,tidak ada kebenaran umum atau semu kebenaran itu
relatif.Salah satu sebab kaum filosof menentang mereka mati-matian adalah mereka sangat
populer di Athena,mendengarkan ocehannya,dan menerimanya sebagai tidak mungkin salah
dianggap
sebagai
wahyu
oleh
murid-muridnya.
Sebagian orang-orang filosof menentang orang-orang sofis karena mereka mau menerima
uang dari ajaran mereka.Plato memandang uang yang didapat bisa merendahkan derajat
filsafat.Kebanyakan dari kelas rendah dimasyarakat,filosof mendatakan bahwa filsafat untuk
di senangi ,bukan untuk alat mencari uang.
6.PROTAGORAS
Sebagai salah satu tokoh sofis ia menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran (
Mayer,1950 : 84 ) ,dan kebenaran itu bersifat pribadi ( private ). Akibatnya ialah tidak akan
ada ukuran yang absolute dalam etika,metafisika,maupun agama. Bahkan teori matematika
juga
di
anggap
tidak
mempunyai
kebenaran
yang
absolute.
7.GORGIAS
Pada tahun 427 SM Gogias datang dari Leontini ke Athena.Beliau mengemukakan tiga
proposisi, yaitu tidak ada yang ada,yakni realitas itu sebenarnya tidak ada. Sedangkan Zeno
pernah menyimpulkan bahwa hasil pemikiran itu selalu tiba pada paradoks.Dan
sesungguhnya realitas itu tunggal dan banyak,terbatas dan tidak terbatas,dicipta dan tak
dicipta.Karena kontradiksi tidak dapat diterima ( rumus ketiga parmanides = ada dan tidak
ada ), maka menurut Gorgias, pemikiran lebih baik tidak menyatakan apa-apa tentang
realitas. Bila sesuatu itu ada, ia tidak akan dapat diketahui. Ini disebabkan oleh penginderaan
itu tidak dapat dipercaya,penginderaan itu sumber ilusi.Akal menurut Gorgias,tidak juga
mampu meyakinkan kita tentang bahan alam semesta ini,karena kita telah dikungkum oleh
dilema
subyektif.
9
Sekalipun realitas itu dapat kita ketahui,ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang
lain.Itu menunjukkan kurangnya bahasa untuk mengkomunikasikan pengetahuan
kita.Semantik modern mengatakan bahwa kata-kata tidak mempunyai pengertian
absolut,kata-kata
hanya
mempunyai
pengertian
yang
relative.
Dalam penggambaran Plato pada Thrasymachus dalam republic sebagai prototype
maciavelli.Ia mengatakan bahwa keadilan dapat ditegakkan apabila ada yang
mendukungnya,yaitu kekuatan.Ia tidak menganut prinsip moral yang absolute,moral itu hasil
konvensi.Tokoh-tokoh itu pemerintahan yang cerdas dalam mengetahui antara baik dan
buruk,kemudian masyarakat mengikutinya. Antiphon menganggap Tuhan itu harus diperoleh
dengan menggunakan rasio,ia beranggapan kemajuan hanya dapat diraih dengan jalan
memajukan pendidikan,bukan melalui agama.
8.SOCRATES
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relative telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah
mapan,menggoncangkan keyakinan agam.Ini menyebabkan kebingungan dan kekacaun
kehidupan.Socrates bangkit dan meyakinkan orang-orang Athena bahwa tidak semua
kebenaran itu relative,ada kebenaran yang umum yang dapat di pegang oleh semua
orang.Sayangnya Socrates tidak meninggalkan tulisan.Kita memperoleh ajarannya dari
tulisan para muridnya,terutama plato.Kehidupan Socrates ( 470 – 399 SM ) berada di tengah
–tengah keruntuhan imperium Athena.Disekitarnya dasar-dasar lama hancur,kekuasaan jahat
mengganti keadilan disertai munculnya penguasa-penguasa politik yang menjadi orang-orang
yang sombong dibandingkan yang sebelumnya.Para pemuda Athena pada masa itu dipimpin
oleh doktrin relativisme dari kaum sofis,sedangkan Socrates penganut moral yang absolute
yang meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filofof yang berdasarkan ide-ide
rasional dan keahlian dalam pengetahuan. Filsafat adalah kebenaran obyektif,untuk
membuktikan adanya kebenaran obyektif,Socrates menggunakan metode yang bersifat
praktis,yaitu melalui percakapan-percakapan dan menganalisis pendapat-pendapat tentang
salah dan tidak salah,adil dan tidak adil,berani dan pengecut ,dll.Socrates menganggap
jawaban pertama sebagai hipotesa,dan dengan jawaban-jawaban lebih lanjut yang menarik
konsekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban-jawaban tersebut.Jika
hipotesa pertama tidak dapat dipertahankan karena menghasilkan konsekuensi yang
mustahil,maka diganti dengan hipotesa lain,lalu hipotesa kedua ini diselidiki dengan
jawaban-jawaban lain dst.Sering terjadi percakapan Socrates menghasilkan kebingungan
(aporia ),akan tetapi tidak jarang dialog itu menghasilkan suatu definisi yang berguna.
Metode yang digunakan Socrstes disebut Dialektika,dari kata kerja Yunani ”dialegethai” (
bercakap-cakap/dialog ). Didalam tratatnya tentang metafisika,Aristoteles memberikan
catatan mengenai metode Socrates ini. Ada dua penemuan itu berkenaan dengan
pengetahuan,yaitu induksi dan definisi. Pertama,menggunakan istilah induksi,yaitu pemikiran
yang bertolak dari pengetahuan khusus,lalu menyimpulkan yang umum.Kedua,menggunakan
istilah definisi,yaitu mengupayakan sifat umum dengan menyebutkan ciri yang
disetujui,kemudian menyisihkan ciri khusus yang tidak disetujui. Orang sofis beranggapan
bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya,tidak ada pengetahuan yang bersifat
umum.Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan kepada orang-orang sofis bahwa
pengetahuan yang umum itu ada,yaitu definisi.Jadi,orang sofis tidak seluruhnya benar,yang
benar sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus,yang khusus itulah
pengetahuan yang kebenarannya relative.Dengan mengajukan definisi itu Socrates telah dapat
menghentikan laju dominasi relativisme kaum sofis,dan orang Athena mulai kembali
memegang
kaidah
sains
dan
aqidah
agama
mereka.
Plato memperkokoh tesis Socrates itu.Ia mengatakan kebenaran umum itu memang ada.Ia
bukan dicari dengan induksi seperti pada Socrates,melainkan telah ada di alam idea.Kubu
Socrates semakin kuat,dan orang-orang sofis semakin kehabisan pengikut.Orang sofis
kalap,lalu menuduh Socrates merusak mental pemuda dan menolak Tuhan-tuhan.Sehingga
Socrates diadili oleh muridnya,Plato,dibawah judul Apologia ( pembelaan ).Socrates
dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati
9.
PLATO
Puncak zaman Yunani dicapai pada pemikiran filsafati Sokrates (470-399 sM), Plato (428348 sM) dan Aristoteles (384-322 sM). Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman
(pengamatan), apabila manusia sudah terlatih dalam hal intuisi, maka ia pasti sanggup
menatap ke dunia idea dan karenanya lalu memiliki sejumlah gagasan tentang semua hal,
termasuk tentang kebaikan, kebenaran, keadilan, dan sebagainya.Plato mengembangkan
pendekatan yang sifatnya rasional-deduktif sebagaimana mudah dijumpai dalam matematika.
Problem filsafati yang digarap oleh Plato adalah keterlemparan jiwa manusia kedalam
penjara dunia inderawi, yaitu tubuh. Itu persoalan ada ("being") dan mengada (menjadi,
"becoming").Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 – 347 Sebelum
Masehi. Filsafat Agama; Filsafat pendidikan; Filsafat ilmu; Filsafat hukum. Sebagai produk
artinya melihat filsafat sebagai kumpulan pemikiran dan pendapat. Setelah Plato meninggal
Aristoteles
menjadi
guru
pribadinya
Alexander
Agung.
Plato adalah salah satu dari filsuf besar Yunani yang hidup sekitar abad ke-4 SM yang
gagasannya banyak dikembangkan oleh era filsafat maupun para pemikir selanjutnya,
termasuk gagasan-gagasan keagamaan dikemudian hari yang juga menjadi perhatian Plato
dibawah pengaruh Ofirisme Phytagoras. Sedikit banyak, setelah masa filosofis, Plato
mentransformaiskan pemikirannya ke wilayah relijius dengan gagasannya tentang Idea dan
Cinta atau Eros sebagaipendorong gerak untuk mencari hakikat dari kehidupan. Dalam buku
Mohammad Hatta, “Alam Pikiran Yunani’, ia digambarkan sebagai orang paling bijak yang
pernah dilahirkan sejak era Phytagoras dan sebelum Aristoteles dilahirkan. Setidaknya
demikianlah yang diyakini oleh mereka yang mengenal benar pikiran Plato. Salah satunya
yang kontroversial dan mengundang pertanyaan banyak orang dan para arkeolog adalah
hipotesis metaforisnya tentang Atlantis sebagai Benua Yang Tenggelam, yang konon
digambarkan Plato sebagai suatu pulau atau anak benua “Nesos” atau “Continent” dimana
peradaban manusia masa kini berasal. Demikian tingginya peradaban manusia Atlantis
sampai-sampai kesombongan hinggap pada para penduduknya dan dalam sekejap mata
menurut taksiran para ahli purbakala yang berminat membuktikan keberadaan Benua
Atlantis, benua itu lenyap ditelan tsunami yang sekarang disebut Atlantik. Jadi peristiwa
lenyapnya Atlantis mirip dengan Gempa bawah Laut dan Tsunami yang menimpa Serambi
Mekah pada tanggal 26-12-2004 yang lalu.
10.ARISTOTELES
Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas
tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas
tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa
bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk
dalam kesadarannya oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang
merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan
kesadaran manusia kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles,
pada
manusia
tidak
ada
idea-bawaan.
Aristoteles menegaskan bahwa ada dua cara untuk mendapatkan kesimpulan demi
memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu metode rasional-deduktif dan metode
empiris-induktif. Dalam metode rasional-deduktif dari premis dua pernyataan yang benar,
dibuat konklusi yang berupa pernyataan ketiga yang mengandung unsur-unsur dalam kedua
9
premis itu. Inilah silogisme, yang merupakan fondasi penting dalam logika, yaitu cabang
filsafat yang secara khusus menguji, dan keabsahan cara berfikir. Logika dibentuk dari kata
berarti sesuatu yang diutarakan. Daripadanya logika berarti pertimbangan pikiran atau akal
yang
dinyatakan
lewat
kata
dan
dinyatakan
dalam
bahasa.
Dalam metode empiris-induktif pengamatan-pengamatan indrawi yang sifatnya partikular
dipakai sebagai basis untuk berabstraksi menyusun pernyataan yang berlaku universal.
Aristoteles mengandalkan pengamatan inderawi sebagai basis untuk mencapai pengetahuan
yang sempurna. Itu berbeda dari Plato. Berbeda dari Plato pula, Aristoteles menolak dualisme
tentang manusia dan memilih "hylemorfisme": apa saja yang dijumpai di dunia secara
terpadu merupakan pengejawantahan material ("hyle") sana-sini dari bentuk ("morphe") yang
sama. Bentuk memberi aktualitas atas materi (atau substansi) dalam individu yang
bersangkutan. Materi (substansi) memberi kemungkinan ("dynamis", Latin: "potentia") untuk
pengejawantahan (aktualitas) bentuk dalam setiap individu dengan cara berbeda-beda. Maka
ada banyak individu yang berbeda-beda dalam jenis yang sama. Pertentangan Herakleitos dan
Parmendides diatasi dengan menekankan kesatuan dasar antara kedua gejala yang "tetap" dan
yang
"berubah".
Dalam konteks ini dapat dimengerti bila Aristoteles ada pada pandangan bahwa wanita
adalah "pria yang belum lengkap". Dalam reproduksi, wanita bersifat pasif dan reseptif,
sedang pria aktif dan produktif. Semua sifat yang aktual ada pada anak potensial terkumpul
lengkap dalam sperma pria. Wanita adalah "ladang", yang menerima dan menumbuhkan
benih, sementara pria adalah "yang menanam". Dalam bahasa filsafat Aristoteles, pria
menyediakan
"bentuk",
sedang
wanita
menyumbangkan"substansi".
Dalam makluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia), bentuk diberi nama "jiwa" ("psyche",
Latin: anima). Tetapi jiwa pada manusia memiliki sifat istimewa: berkat jiwanya, manusia
dapat "mengamati" dunia secara inderawi, tetapi juga sanggup "mengerti" dunia dalam
dirinya. Jiwa manusia dilengkapi dengan "nous" (Latin: "ratio" atau "intellectus") yang
membuat manusia mampu mengucapkan dan menerima "logoz". Itu membuat manusia
memiliki bahasa.
PEMIKIRAN TOKOH DAN FILOSUF PADA MASA YUNANI KUNO
Pada masa Yunani Kuno, perkembangan filsafat diibaratkan bagai gunung-gunung
dan mata air. Filsafat (akal) mendapatkan tempat yang sangat tinggi dan mengalahkan agama.
Ada beberapa tokoh filsafat yang muncul pada masa ini, diantaranya adalah Parmenides dan
Heraclitos. Parmenides berfilsafat dalam bentuk aphorisme yaitu kalimat-kalimat pendek
yang harus ditafsirkan lebih jauh. Di dalam tulisannya, dia mengajarkan dua ajaran yang
disebut jalan kebenaran (the way of truth) dan jalan pendapat (the way of opinion).
Dalam pengajarannya tentang jalan kebenaran mengenai konsep “ada” (being), Parmenides
mengajarkan “yang ada itu ada” (what is, is).
“Yang ada” merupakan yang tetap, tidak terbagi, dan sempurna seperti lingkaran. Maka,
“yang ada” itu tidak mungkin “yang tidak ada”, karena “yang tidak ada” itu tidak dapat
dipikirkan dan dikatakan. Dengan begitu, “yang tidak ada” itu tidak ada.
Ketika “yang tidak ada” itu tidak ada, maka konsekuensinya, “yang menjadi” itu pun tidak
ada, karena “yang menjadi” itu terjadi dari “yang ada” ke “yang tidak ada”, kemudian “yang
menjadi”. Akan tetapi “yang tidak ada” itu tidak ada, karena tidak dapat dipikirkan. Jelaslah,
“yang menjadi”, karena memiliki aspek “tidak ada”, itu tidak ada. Maka perubahan dari
“yang ada” menjadi “yang menjadi” itu tidak akan pernah terjadi. Maka perubahan itu tidak
ada.
Dalam pengajarannya tentang jalan pendapat, Parmenides mengajarkan konsep doxa
(pendapat umum) dan aletheia (kebenaran). Doxa adalah kebiasaan dan pandangan umum
yang kita dengar dan dapatkan dengan begitu saja, sedangkan aletheia bersumber pada akal
budi semata. Dalam bersikap, dia mengajarkan agar berpikir sendiri dan menemukan
kebenaran itu sendiri, serta tidak boleh percaya pada gagasan-gagasan umum yang
kebenarannya tidak pasti. Menurutnya, kebenaran hanya dapat diperoleh melalui akal budi
semata. Dengan akal budi hendaklah kita menjadi penguji dan hakim segala sesuatu,
memperoleh pengetahuan yang murni dan sejati, yang mampu menangkap “yang ada”, yang
bersifat tetap, dan tidak berubah di balik pengetahuan indera yang menipu. Parmenides
mengajarkan pentingnya berpikir dan mengambil sikap tegas terhadap apa yang diyakini oleh
umum. Keyakinan umum tidak selalu benar. Oleh karena itu, kita harus melihat realitas
dengan menggunakan akal budi secara langsung.
Berbeda dengan Parmenides, Heraclitos justru menyatakan bahwa segala sesuatu itu terus
bergerak dan berubah, dan tidak hanya diam. Dia memandang api bersifat dinamis, yang
perlu diberikan umpan berupa bahan bakar agar menghasilkan suatu perubahan yang
menakjubkan, yaitu berupa cahaya. Selain api, dia juga tertarik pada pertentangan dan
kesatuan, misalnya pada laut. Satu sisi laut dapat menyelamatkan, namun di sisi lain laut juga
dapat menghancurkan kehidupan. Pernyataan Heraclitos yang paling terkenal adalah tentang
sungai, yaitu “stepping into a river”. Dari ide sungai ini, kemudian muncul slogan yang selalu
dikaitkan dengan pemikiran Herakleitos, yaitu panta rhei: segala sesuatu mengalir
(“everything flows”). Dengan menggunakan perumpamaan sungai, dia ingin kita memahami
bahwa segala sesuatu mengalir seperti air dan mengalami perubahan yang terus menerus
(flux).
DAFTAR PUSTAKA
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007
Bakhtiar Amsal, H., Dr,. M.A., Filsafat Ilmu, Logos, Jakarta, 2005
Mawardi, Drs., Nur Hidayati, Ir., IAD-ISD-IBD, Pustaka Setia, Bandung, 2009
Masniah, Dkk., Makalah “Sejarah Perkembangan Ilmu”, STAI Rakha, Amuntai,
2009
Nur Hikmah, Dkk., Makalah “Sejarah Perkembangan Ilmu”, STAI Rakha, Amuntai, 2010
________
Firsty Asmaliring A
Disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen pengampu Afid
Burhanuddin, M.Pd.
9
Download