EFEKTIVITAS DUKUNGAN SOSIAL BAGI ODHA

advertisement
EFEKTIVITAS DUKUNGAN SOSIAL BAGI ODHA (ORANG DENGAN
HIV/AIDS) DI KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA KULDESAK
KOTA DEPOK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
DHEA ARIESTA KHAIRUNNISA
NIM. 1111054100028
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H /2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) Jurusan Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini bukan
hasil karya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain (plagiat),
maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2015
Dhea Ariesta Khairunnisa
ABSTRAK
Dhea Ariesta Khairunnisa
Efektivitas Dukungan Sosial bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di Kelompok
Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok.
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau penyakit
yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Stigma dan diskriminasi pada ODHA dapat terjadi di mana saja
dan kapan saja, hal ini terutama dikarenakan stigma negatif yang dilekatkan pada ODHA. Stigma
dan diskriminasi yang dihubungkan dengan penyakit menimbulkan efek psikologi yang berat
tentang bagaimana ODHA melihat diri mereka sendiri, hal ini bisa mendorong terjadinya
depresi, kurangnya penghargaan diri dan keputusasaan. Untuk itu dibutuhkan adanya sumber
dukungan sosial dapat berupa dukungan emosional dari keluarga dan teman sebaya. Seperti
dengan adanya Kelompok dukungan sebaya Kuldesak yang bertujuan untuk menolong para
penderita HIV/AIDS agar tidak merasa dikucilkan dan sendiri dalam menghadapi masalah, dapat
membuka jalan untuk bertemu orang lain dan berteman, bisa menolong mereka menjadi lebih
percaya diri dan merasa kuat dan juga berfungsi sebagai wadah untuk melakukan kegiatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar efektivitas bentuk dukungan
sosial bagi ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak dan untuk mengetahui jenis
dukungan sosial yang paling efektif bagi ODHA. Terdapat lima dimensi dukungan sosial yakni;
dukungan material/instrumental, dukungan emosi/psikologis, dukungan penghargaan, dukungan
integritas sosial dan dukungan informasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif. Metode penelitian
survei dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data dengan menggunakan metode
pengambilan sampel total sampling sebanyak 40 responden ODHA dari berbagai status.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Efektivitas dukungan sosial bagi ODHA di
kelompok dukungan sebaya kuldesak memiliki rataan skor (2,49) berdasarkan rataan skor
tersebut dikategorikan kurang efektif. Dari kelima dimensi dukungan sosial yang ada memiliki
rataan skor sebagai berikut: Dukungan materi/instrumental memiliki rataan skor (2,25)
berdasakan rataan skor tersebut dikategorikan kurang efektif, lalu dukungan emosi/psikologis
memiliki rataan skor (2,57) berdasarkan rataan skor tersebut dikategorikan efektif, dukungan
penghargaan memiliki rataan skor (2,67) berdasarkan rataan skor tersebut dikategorikan efektif,
dukungan integritas sosial memiliki rataan skor (2,45) berdasarkan rataan skor tersebut
dikategorikan kurang efektif dan dukungan informasi memiliki rataan skor (2,53) berdasarkan
rataan skor tersebut dikategorikan efektif. Dari rataan skor kelima dimensi yang ada, maka
dimensi dukungan sosial yang paling efektif bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) adalah
dukungan penghargaan dengan skor rataan tertinggi 2,67 berdasarkan rataan skor tersebut
dikategorikan efektif.
Kata kunci : Dukungan Sosial, ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala Puji bagi Allah SWT Yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Dukungan
Sosial bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota
Depok” dan shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna meraih
gelar sarjana sosial jurusan kesejahteraan sosial. Penulis menyadari banyak pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,
penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dan membimbing penyusunan skripsi ini, diantaranya:
1. Drs. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Roudhonah, MA selaku
Wakil Dekan bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, M, SI selaku Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan.
2. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial, Hj.
Nunung Khairiyah, MA, selaku Sekertaris Program Studi, dan para dosen Program Studi
Kesejahteraan Sosial yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada
penulis.
ii
3. Ismet Firdaus, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan
bimbingannya kepada penulis.
4. Para pengurus Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian, Khususnya kepada Om Samsu
Budiman, Mba Hages, Bang Awang, Bang Dian dan Mbak Lilis.
5. Kepada kedua orangtua yang sangat penulis cintai, Ibuku Rukminah dan Ayahku Agus
Sulaiman, terimakasih atas dukungan nya sehingga penulis selalu termotivasi dengan
kasih sayang yang selalu tercurah. Juga untuk kedua adik laki-lakiku Rayhan Sulaiman
dan Royyan Sulaiman yang selalu memberikan dukungannya. Serta terimakasih juga
untuk keluarga besar yang telah banyak memberikan dukungan terutama untuk
Almarhum Uwa Suryat D.S yang semasa hidupnya selalu memberikan penulis saran dan
masukan.
6. Terimakasih untuk teman-teman seperjuangan di Kessos 2011 yang selama 4 tahun telah
berjuang bersama dibangku kuliah, Desi Agustin, Evi Arista, Wati Indriani, Oktaviany
Nindy serta teman-teman Kessos 2011 lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan do’a dan dukungan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Juga terimakasih untuk teman-teman terdekat Della Fatmasari, Sarah Azzahrah dan
Wenda Andina Ayu Astari yang juga telah membantu dan terlibat dalam pembuatan
skripsi ini.
8. Dan terimakasih juga untuk Reza Agustiyadi Rachmansyah yang telah meluangkan
waktu, tenaga, selalu memberikan dukungan dan saran kepada penulis.
iii
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik secara
materil maupun penulisannya. Oleh karena itu penulis masih membutuhkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Jakarta, Juni 2015
Dhea Ariesta Khairunnisa
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................................
PENGESAHAN ..........................................................................................
ABSTRAK ..................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
v
DAFTAR TABEL.......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................
1
B. Pembatasan Rumusan Masalah ..............................................................
7
1. Pembatasan Masalah ..........................................................................
7
2. Perumusan Masalah............................................................................
8
C.Tujuan Penelitian.....................................................................................
8
D.Manfaat Penelitian .................................................................................
8
a. Manfaat Akademis ..............................................................................
9
b.Manfaat Praktis....................................................................................
9
E. Pedoman Penulisan Skripsi ....................................................................
9
F. Tinjauan Pustaka .....................................................................................
10
v
G. Sistematika Penulisan ............................................................................
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Efektivitas ...............................................................................................
13
a. Pengertian Efektivitas .........................................................................
13
b. Pengukuran Efektivitas.......................................................................
14
B. Dukungan Sosial ....................................................................................
16
a. Pengertian Dukungan Sosial ...............................................................
16
b. Manfaat Dukungan Sosial ..................................................................
17
c. Dimensi Dukungan Sosial ..................................................................
17
C. ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) .......................................................
24
a. Pengertian ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) .................................
24
b. Penyebab HIV/AIDS ..........................................................................
24
c. Gejala Klinis HIV/AIDS ....................................................................
25
d. Pengobatan HIV/AIDS .......................................................................
25
e. Pencegahan HIV/AIDS .......................................................................
26
D. Kelompok Dukungan Sebaya/Support Grup..........................................
27
a. Pengertian Dukungan Sebaya .............................................................
27
b. Tipe Kelompok Dukungan .................................................................
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................
30
a. Subjek dan Objek Penelitian...............................................................
30
vi
b. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................
30
B. Pendekatan Jenis Penelitian ..................................................................
31
a. Pendekatan Penelitian .........................................................................
31
b. Jenis Penelitian ...................................................................................
31
C. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................
33
a. Data Primer .........................................................................................
33
b. Data Sekunder ....................................................................................
35
D. Populasi Sample .....................................................................................
35
E. Operasionalisasi Konsep Penelitian ......................................................
36
F. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................
38
G. Uji Instrumen .........................................................................................
42
a. Uji Validitas........................................................................................
42
b. Reliabilitas ..........................................................................................
43
BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak .................
45
B. Visi dan Misi Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak ..........................
45
C. Tujuan Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak ....................................
46
D. Strategi Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak ...................................
47
E. Struktur Organisasi Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak .................
47
F. Kegiatan Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak ..................................
48
G. Sarana dan Prasarana Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak .............
51
vii
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden ........................................................................
52
B. Sumber Dukungan Sosial ......................................................................
63
C. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................................
66
D. Efektivitas Dukungan Sosial bagi ODHA .............................................
76
E. Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan Sosial ........................................
78
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................
96
B. Saran ......................................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
100
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasionalisasi Konsep ............................................................
36
Tabel 3.2 Skor Item Skala Likert ...............................................................
40
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin................
52
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...............................
53
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ....................
54
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan .........
55
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Terdiagnosa ........
56
Tabel 5.6 Karakteristik Berdasarkan Penyebab Terdiagnosa .....................
57
Tabel 5.7 Sumber Dukungan Sosial ...........................................................
62
Tabel 5.8 Dimensi Dukungan Materi/Instrumental ....................................
64
Tabel 5.9 Dimensi Dukungan Emosi/Psikologi .........................................
66
Tabel 5.10 Dimensi Dukungan Penghargaan .............................................
68
Tabel 5.11 Dimensi Dukungan Integritas Sosial ........................................
70
Tabel 5.12 Dimensi Dukungan Informasi ..................................................
72
Tabel 5.13 Efektivitas Dukungan Sosial Bagi ODHA ...............................
74
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Diagram Pie Karakteristik Responden Jenis Kelamin............
59
Gambar 5.2 Diagram KarakteristikPie Responden Berdasarkan Usia .......
59
Gambar 5.3 Diagram Pie Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
......................................................................................................
60
Gambar 5.4 Diagram Pie Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Perkawinan .................................................................................................
60
Gambar 5.5 Diagram Pie Karakteristik Responden Berdasarkan Lama
Terdiagnosa ................................................................................................
61
Gambar 5.6 Diagram Pie Karakteristik Berdasarkan Penyebab Terdiagnosa
......................................................................................................
61
Gambar 5.7 Diargam Pie Variasi Sumber Dukungan Sosial ......................
63
Gambar 5.8 Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan sosial Berdasarkan Jenis
Kelamin ......................................................................................................
64
Gambar 5.9 Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan Usia 76
Gambar 5.10 Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan
Pendidikan ..................................................................................................
81
Gambar 5.11 Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan
Status Perkawinan ......................................................................................
84
Gambar 5.12 Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan
Lama Terdiagnosa ......................................................................................
87
Gambar 5.13 Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan
x
Penyebab Terdiagnosa ................................................................................
89
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Form Bimbingan Skripsi
Lampiran 2
Kuisioner Dukungan Sosial
Lampiran 3
Excel Tabel Instrumen
Lampiran 4
Excel Karakteristik Responden
Lampiran 5
Excel Analisis Dimensi
Lampiran 6
Excel Tabulasi Silang
Lampiran 3
Formulir Anggota Kuldesak
Lampiran 4
Brosur Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak
Lampiran 5
Membership Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak
Lampiran 6
Pedoman Observasi dan Hasil observasi
Lampiran 7
Dokumentasi Penyebaran Angket
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akar dari konsep dukungan sosial ditemukan oleh pakar sosiologi pada abad
ke-20 seperti Durkheim, yang membentuk hubungan antara mengurangi permasalahan
sosial dan pertambahan angka bunuh diri.Sebagai sebuah konsep, hal tersebut
dikembangkan dengan istilah yang disebut “social ties” seperti yang digunakan
Durkheim.1
Caplan, mendeskripsikan sistem sosial sebagai; pertama sesuatu yang
membantu seseorang untuk menggerakan sumber psikologi mereka dalam hal
permasalahan emosional (hubungan, cinta, dan empati); yang ke dua informasi
(tentang lingkungan); dan yang ketiga instrumen bantuan (menyediakan bantuan
individu berupa uang, materi, kemampuan, dan bimbingan untuk membantu mereka
mengatasi situasi yang menyebabkan mereka stress).
Dukungan sosial dapat memiliki dimensi yang berbeda dan diekspresikan
melalui bentuk dan cara yang berbeda pula. Sumber dukungan sosial dapat berupa
dukungan emosional dari keluarga dan teman sebaya.Hal itu juga dapat berasal dari
interaksi sosial dalam komunitas profesional dan bahkan dari interaksi dengan
lingkungan.2
1
Sushil Yadav, “Perceived social support, hope, and quality of life of persons with HIV/AIDS: a case
study from Nepal,”Springer Science+Business Media B.V, 11 December 2009, h.2
2
Sushil Yadav, h.2
1
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau
penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh
Human Immunodeficiency Virus (HIV).3AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi
HIV.HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.Ini adalah
retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk
memproduksi kembali dirinya.AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah
fase terakhir dari infeksi HIV dan biasanya dicirikan oleh jumlah CD4 kurang dari
200.AIDS bukanlah penyakit yang khusus melainkan kumpulan dari sejumlah
penyakit yang mempengaruhi tubuh dimana sistem kekebalan yang melemah tidak
dapat merespons.4
Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan September 2014,
HIV-AIDS tersebar di 386 (78%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi
diIndonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya HIV-AIDS adalah Provinsi Bali,
sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat padatahun 2011.
Sampai dengan tahun 2005 jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 859,
tahun 2006 (7.195), tahun 2007 (6.048), tahun 2008 (10.362), tahun 2009
(9.793),tahun 2010 (21.591), tahun 2011 (21.031), tahun 2012 (21.511), tahun 2013
(29.037), dan tahun 2014 (22.869). Sampai dengan September 2014, jumlahkumulatif
HIV yang dilaporkan sebanyak 150.296 orang dan AIDS sebanyak 55.799 orang.
Jumlah infeksi HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta (32.782), diikuti JawaTimur
(19.249), Papua (16.051), Jawa Barat (13.507), dan Bali (9.637).Faktor resiko
penularan HIV terutama adalah melalu jalur seksual (57%), Pengguna Narkoba Suntik
3
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 21 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan
HIV/AIDS, pasal 1
4
Family Health International, “apa itu hiv/aids?”, pdf diakses pada 19 Januari 2015
2
(15%) Penularan LSL (laki-laki seks laki-laki) (4%),penularan dari Ibu ke
anaksebesar 3%.5
Estimasi Orang dengan HIV dan AIDS di Indonesia tahun 2012 adalah
sebanyak 591.823 sedangkan saat ini ODHA yang sudah kita ketahui baru
berjumlah150.296. Yang ini berarti dalam membongkar fenomena gunung es baru
sekitar 30% ODHA yang telah terdeteksi, sehingga saat ini kita masih
harusmengintensifikasikan penemuan ODHA sehingga setidaknya cakupan sasaran
kita mencapai 80%. Dari data jumlah kasus yang dilaporkan setiap tahun
terjadipeningkatan jumlah pengidap HIV sedangkan jumlah penderita AIDS semakin
menurun.Ini bisa disimpulkan bahwa semakin banyak orang yang diketahui statusHIV
nya masih belum masuk kedalam stadium AIDS, jika dibandingkan dengan sekitar 10
tahun yang lalu, dimana jumlah kasus AIDS lebih banyak dilaporkandibandingkan
kasus HIV. Deteksi dini ini semakin baik seiring dengan makin banyaknya jumlah
fasyankes yang dapat memberikan layanan bagi ODHA baik tesHIV, pengobatan
IMS, dan pengobatan ARV sehingga semakin banyak orang yangmengetahui status
HIV nya lebih dini sebelum muncul gejala-gejala AIDS.6
Jika kita berbicara mengenai penyakit HIV/AIDS pasti banyak masyarakat
yang merasa takut dengan penyakit menular ini.Stigma negatif pun sangat melekat
pada
penderitanya.Tak
jarang
penderita
HIV/AIDS
ini
dikucilkan
oleh
masyarakat.Mereka dianggap sebagai manusia yang memiliki harapan hidup
sedikit.Walaupun telah diketahui bentuk penyebaran HIV/AIDS, masyarakat masih
memandang bahwa dekat dengan seseorang pengidap HIsV/AIDS ini berbahaya atau
5
Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, “HARI AIIDS SEDUNIIA
2014” artikel ini diakses pada 20 Januari 2015 dariwww.depkes.go.id
6
Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, “HARI AIIDS SEDUNIIA
2014” artikel ini diakses pada 20 Januari 2015 dariwww.depkes.go.id
3
mereka merasa takut tertular.Maka stigma negatif banyak didapatkan pengidap
HIV/AIDS atas tanggapan masyarakat tersebut.
Stigma dan diskriminasi pada ODHA dapat terjadi di mana saja dan kapan
saja, hal ini terutama dikarenakan stigma negatif yang dilekatkan pada ODHA,
misalnya sampah masyarakat, pengguna narkotika, dan pelanggan lokalisasi. Bentuk
lain dari stigma berkembang melalui internalisasi oleh ODHA dengan persepsi negatif
tentang diri mereka sendiri. Stigma dan diskriminasi yang dihubungkan dengan
penyakit menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat
diri mereka sendiri, hal ini bisa mendorong terjadinya depresi, kurangnya
penghargaan diri dan keputusasaan, sesuai dengan hasil penelitian Wagner et al,
bahwa kondisi psikologis yang berat dihubungkan dengan adanya stigma terhadap
penyakit HIV. Stigma dan diskriminasi ini seringkali menyebabkan menurunnya
semangat hidup ODHA yang kemudian membawa efek dominan menurunnya kualitas
hidup ODHA.7
Minimnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit HIV/AIDS juga menjadi
salah satu dinding yang membatasi ODHA. Banyak masyarakat yang belum paham
dan mengerti tentang apa itu HIV/AIDS sebenarnya sehingga akhirnya mereka hanya
akan mengucilkan dan memandang sebelahmata ODHA. Hal tersebut juga menjadi
salah satu mengapa stigma negatif bagi ODHA sangatlah melekat.
Namun, tidakah kalian lihat bahwa para penderita HIV/AIDS ini juga masih
memiliki harapan hidup seperti yang lainnya.Mereka masih harus berjuang melawan
penyakit tersebut, mereka rentan terpukul, down dan penerimaan pun sulit dilakukan
diri sendiri atas penyakit HIV/AIDS yang mereka derita.Dukungan dari orang-orang
7 Suhardiana Rachmawati, “Kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS yang mengikuti terapi
antiretroviral,” ISSN: 2303-2936 Volume I (1), 48 – 6248, 2013.
4
terdekat terutama keluarga menjadi hal terpenting yang seharusnya mereka
dapatkan.Motivasi hidup juga menjadi pendekatan penting yang harus didapatkan
para pengidap HIV/AIDS agar mereka juga memiliki semangat hidup kembali.Dan
walaupun mereka sakit, mereka dapat kembali beraktivitas seperti sediakala.
Studi lainnya pada HIV mengusulkan bahwa harapan merupakan komponen
penting dari penerimaan secara efektif dari HIV/AIDS. Dari pengalaman yang terjadi,
biasanya harapan berkurang setelah didiagnosis HIV, dan sumber potensi dari
pengembangan harapan adalah: (1) dukungan penerimaan; (2) mengikutsertakan
pengalaman hidup yang bermakna; (3) merasa memiliki pilihan; (4) perilaku
penerimaan dan memelihara kualitas hidup.8
Intinya,
dukungan
masyarakat
sangat
penting,
tidak
hanya
untuk
perkembangan kepribadian masyarakat tetapi juga untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup individu pada khususnya dan kelangsungan hidup pada
masyarakat padaumumnya.Warren dalam Netting, menyebutkan bahwa dukungan
masyarakat (mutual support/social support) merupakan salah satu fungsi penting dari
masyarakat (community).Masyarakat wajib dan harus memberikan dukungan sosial
terhadap
individu-individu
yang
ada
didalam
maupun
diluar
sistem
tersebut.Masyarakat dapat dikatakan mengalami ketidakfungsian sosial (disfungsi
sosial), apabila tidak dapat memberikan dukungan sosial terhadap anggota masyarakat
yang ada didalamnya serta masyarakat yang lebih luas pada umumnya.9
Hal ini juga menjadi salah satu kewajiban kita sebagai manusia untuk saling
memberikan dukungan satu sama lain. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an
Surah Al- Hujurat/49:10 berikut:
8
Sushil Yadav, h.3
Didiet Widhiowati &Rokna Murni,Bagian ke lima: Manual praktek pengembangan sosial
masyarakat “Pemberian Dukungan Kepada Masyarakat” (Bandung: STKS, 2008) h.61
9
5

 
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara.sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap
Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”10
Dalam ayat tersebut dikatakan „bersaudara‟ dan karena bersaudara kita harus
berhubungan dengan baik. Dapat diartikan bahwa tidak boleh ada diskriminasi atau
pembedaan diantara kita sesama manusia karena pada dasarnya manusia itu sama di
mata Allah SWT. Untuk itu, dengan adanya ayat tersebut sebagai manusia kita tidak
boleh membedakan atau mengucilkan ODHA.Justru kitalah yang seharusnya
menolong mereka. Salah satu bentuk pertolongan kepada sesama adalah memberikan
dukungan satu sama lain/dukungan sosial. Hal tersebut juga agar terciptanya
kesejahteraan sosial yakni dimana kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.11
Hal ini dibuktikan dengan adanya kelompok dukungan sebaya Kuldesak di
Kota Depok yang didirikan bagi para penderita HIV/AIDS.Hal tersebut juga
dikarenakan jumlah penderita HIV dan AIDS di Kota Depok terus bertambah. Komisi
Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Depok, mencatat hingga penghujung tahun
2013 setidaknya sudah ada 301 kasus di mana 36 di antaranya penderita baru.12
Kelompok dukungan sebaya Kuldesak bertujuan untuk menolong para
penderita HIV/AIDS agar tidak merasa dikucilkan dan sendiri dalam menghadapi
10
11
Syamil Al-qur‟an Miracle The Reference, (Bandung: Sygma Publishing, 2010) Cet.Ke-1, h.1029
Undang-undang Republik IndonesiaNo.11 Tahun 2009 TentangKesejahteraan Sosial, Pasal 1 Ayat 1.
12.REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK, “Jumlah Penderita HIV/AIDS di Depok Terus Bertambah,” artikel
diakses
pada
20
Januari
2015
dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-
nasional/13/12/19/my283y-jumlah-penderita-hivaids-di-depok-terus-bertambah
6
masalah, dapat membuka jalan untuk bertemu orang lain dan berteman, bisa
menolong mereka menjadi lebih percaya diri dan merasa kuat dan juga berfungsi
sebagai wadah untuk melakukan kegiatan.13Salah satu program divisi kuldesak adalah
Konseling Sebaya. Konseling sebaya bertujuan untuk memberikan dukungan kepada
ODHA yang baru mengetahui status HIV nya, maupun support kepada keluarga
ODHA yang baru mengetahui status HIV salah satu anggota keluarganya. Ada juga
home visit/kunjungan rumah yang bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan diri
teman-teman ODHA terhadap dirinya sendiri sehingga dia dapat melakukan aktivitas
dan kegiatan kesehariannya seperti biasa.14
Menariknya disini adalah kelompok dukungan sebaya kuldesak ini hadir dari
ODHA dan untuk ODHA. Dimana sang pendiri melihat keprihatinan pemerintah yang
kurang memperhatikan permasalahan pada ODHA. Untuk itu dibentuklah dukungan
sebaya kuldesak yang akhirnya menjadi wadah untuk ODHA saling mendukung satu
sama lain untuk terus berjuang mejalani hidup.
Maka, berdasarkan penjabaran latar belakang masalah diatas, penulis tertarik
untuk meneliti mengenai “Efektivitas Dukungan Sosial Bagi ODHA (Orang
Dengan HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok”
13
Dukungan
Sebaya
dari
Kuldesak
SG,
web
diakses
pada
21
Januari
2015
dari
http://www.odhaberhaksehat.org/2014/dukungan-sebaya-dari-kuldesak-sg/
14
Profil Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dan pelebaran pembahasan maka penulis
mencoba memfokuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain:
a. Penelitian ini dilakukan pada ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) yang
berada di kota depok dan mengikuti kegiatan di kelompok dukungan
sebaya kuldesak.
b. Objek penelitian yang dijadikan populasi dan sampel dalam penelitian
adalah ODHA baik laki-laki, perempuan, gay maupun waria.
c. Penelitian ini dibatasi pada dukungan sosial bagi ODHA di kelompok
dukungan sebaya kuldesak.
2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang peneliti angkat adalah:
1) Seberapa besar efektivitas dukungan sosial bagi ODHAdi kelompok
dukungan sebaya kuldesak?
2) Jenis dukungan sosial apa yang paling efektif bagi ODHA?
C. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka sebagai langkah
penyusunan skripsi yang diteliti agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lain dari
skripsi yang sudah ada sebelumnya, serta sebagai referensi penelitian yang
berhubungan dengan strategi pemberdayaan masyarakat. Setelah mengadakan
tinjauan pustaka, maka peneliti menemukan beberapa skripsi yang berhubungan
8
dengan pemberdayaan, tetapi peneliti akan memaparkan dari sudut yang berbeda
yaitu;
1)
Nama
: Puti Yasmina (090521032)
Universitas
: Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik,
Program Studi Komunikasi Massa. 2008
Judul
: Strategi Komunikasi Dalam Menangani Permasalahan
HIV/AIDS (ODHA) di LSM Rumah Cemara Bogor.
Skripsi tersebut mengenai strategi komunikasi yang digunakan dalam
menangani permasalahan orang dengan HIV/AIDS (ODHA).Perbedaan skripsi
peneliti adalah penelitian ini lebih mengarah kepada efektivitas dukungan sosial
dengan adanya kelompok dukungan sebaya Kuldesak bagi ODHA sebagai salah satu
bentuk upaya menangani permasalahan ODHA namun secara sosial.Selain itu subjek
dan objek penelitian yang berbeda dengan judul penelitian yang tertera di atas.
2)
Nama
: Pian Hermawati (105070002251)
Universitas
: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Psikologi. 2011.
Judul
:Hubungan Presepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS
Masyarakat Dengan Interaksi Sosial Pada ODHA.
Skripsi tersebutmengenai presepsi ODHA terhadap stigma yang didapatkan
dari masyarakat dan bagaimana interaksi sosialnya.Perbedaan skripsi peneliti adalah
penelitian ini lebih mengarah kepada adanya kelompok dukungan sebaya Kuldesak
sebagai salah satu alternatif untuk menghilangkan stigma negatif ODHA di
masyarakat salah satunya dengan adanya dukungan sosial yang juga dapat
9
meningkatkan kualitas hidup ODHA.Selain itu subjek dan objek penelitian yang
berbeda dengan judul penelitian yang tertera di atas.
3)
Nama
: Dwi Agustanti, SKp
Universitas
: Thesis S2 Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan.
2006.
Judul
: Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup Orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) di Bandar Lampung.
Skripsi tersebut lebih menjelaskan tentang hubungan dukungan sosial yang
diberikan kepada ODHA terhadap kualitas hidupnya. Sedangkan perbedaan skripsi
peneliti hanya membahas bagaimana dukungan sosial yang diberikan pada ODHA
dan tipe dukungan apa yang paling efektif. Selain itu tempat penelitian berbeda
dengan skripsi tersebut.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.) Seberapa besar efektivitas bentuk dukungan sosial bagi ODHA di
kelompok dukungan sebaya kuldesak.
2.) Untuk mengetahui jenis dukungan sosial yang paling efektif bagi ODHA.
10
E. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penulisan diharapkan dapat digunakan sebagai informan dan dokumentasi
ilmiah dan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan studi kesejahteraan sosial, khususnya yang berkaitan dengan
dukungan sosial.
b. Manfaat Praktis
Penulisan ini di harapkan dapat menjadi masukan dan informasi yang berguna
bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa/i kesejahteraan sosial dalam
mengetahui bagaimana bentuk dukungan sosial bagi ODHA.
F. Pedoman Penulisan Skripsi
Teknik penulisan yang dilakukan dalam skripsi ini merujuk pada buku
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan
CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 sebagai pedoman penulisan
skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis penelitiannya
dibagi ke dalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya
sebagai berikut:
11
BAB I
PENDAHULUAN
Di bab I ini peneliti penguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penelitian skripsi.
BAB II
KAJIAN TEORI
Bab ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan isi skripsi
sebagai dasar pemikiran untuk membahas permasalahan dalam penelitian skripsi,
yaitu: pengertian efektivitas, teori dukungan sosial, pengertian ODHA (Orang dengan
HIV/AIDS) dan pengertian kelompok dukungan sebaya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai metode-metode yang berkenaan dengan
skripsi ini, yaitu: Pendekatan dan desain penelitian, ruang lingkup penelitian, metode
penentuan sampel, metode pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, teknik
analisis data.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Bab ini akan dijelaskan gambaran umum tentang Kelompok Dukungan Sebaya
Kuldesak.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan dan menjabarkan data hasil penelitian yang telah
didapatkan beserta analisis data berdasarkan statiska.
BAB VI
PENUTUP
Bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Efektivitas
a. Pengertian Efektivitas
Kata „efektivitas‟ berasal dari bahasa inggris „effective‟ yang berarti berhasil,
mujarab, berlaku atau mengesankan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
„efektif‟ berarti dapat membawa hasil, berhasil guna. 15Efektivitas merupakan
unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan didalam
setiap organisasi, kegiatan ataupun program.Disebut efektif apabila mencapai
tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan.Hal ini sesuai dengan
pendapat H.Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat S. yang menyatakan
bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.”16
Efektivitas dapat diterjemahkan sebagai tingkat pengaruh atau akibat yang
ditimbulkan oleh adanya pelaksanaan kegiatan tertentu.Efektivitas dapat juga
diartikan sebagai kondisi atau keadaan yang mengandung pengertian mengenai
terjadinya suatu efek dan akibat sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
Dari dua definisi tersebut dapat diperoleh pengertian, bahwa efektivitas
merupakan suatu hasil atau efek yang timbul setelah dilakukan treatment atau
intervensi tertentu melalui suatu program.Suatu program dapat dikatakan efektif
15
Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Inbdonesia, (Jakarta: Balai Pustaka)
Cet Ke-1, h.284
16
Soewarno Hadayaningrat, Azas-azas Organisasi Manajemen, (1994) h.16
13
apabila dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan berdampak secara positif
terhadap sasaran yang dikenai program.17
Sedangkan jika ditinjau dari segi istilah, banyak pendapat dari para ahli yang
mencoba mengemukakakn mengenai pengertian dari efektivitas sendiri. Beberapa
diantaranya:
a) James A. F Stoner, “efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang
tepat”
b) Peter Drucker, “efektivitas berarti melakukan pekerjaan yang benar”
c) Sarmon, “efektivitas dilakukan untuk menemukan bukti yang kuat agar dapat
menyelesaikan masalah dan memberikan gambaran yang akurat tentang
banyak faktor dalam sekolah yang berkaitan dengan murid.”18
Jika dilihat dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas adalah segala jenis kegiatan
yang tepat guna atau sesuai dengan tujuan atau hasil yang kita rencanakan.
b. Pengukuran efektivitas
Untuk mengukur sejauh mana tingkat keefektifan, FX. Suwarto berpendapat
terdapat tiga pendekatan dalam hal pengukuran keefektifan, yaitu:
a) Pendekatan tujuan, adalah yang menekankan pada pentingnya pencapaian
tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan.
b) Pendekatan teori sistem, yaitu pendekatan yang menekankan pentingnya
adaptasi tuntunan ekstern saling tergantung.
17
Istiana Hermawati, dkk, Studi Evaluasi Efektivitas KUBE dalam Pengentasan Keluarga Miskin di
Era Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Departemen Sosial RI, 2005) Cet.Ke-1, h.28
18
James A. F Stoner&Alofonsius Sirait, Manajemen,(Jakarta: Penerbit Erlangga, 1994) Cet.Ke-5, h.14
14
c) Pendekatan Teori Multipel Konstituensi Organisasi, dapat dikatakan efektif
apabila dapat terpenuhi tuntunan dari konstituensi yang menjadi pendukung
kelanjutan eksistensi organisasi tersebut.19
Sedangkan R Elkin dan Cornick juga mengemukakan criteria dalam mengukur
efektivitas, yaitu:
a) Produktivitas dari tujuan khusus program yang diekspresikan baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.
b) Pencapaian hasil dampak dari pelayanan kepada individu yang tercermin dari
fungsi dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
c) Dampak program terhadap komunitas.20
Pada sisi lain dalam konteks mengukur efektivitas yang dilakukan melalui
evaluasi, Earl Bargy mengemukakan bahwa efektivitas suatu program dapat
dilihat dari tiga aspek yaitu:
a) Kemandirian masyarakat secara sosial dan ekonomi (not recommitted anymore
with institution).
b) Organisasi kerja bergerak sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat (to
wards reality) sesuai dengan rencana program.
c) Masyarakat yang menjadi sasaran dapat menikmati program yang diberikan
(enjoy general well-being).21
19
FX. Suwarto, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1999) h.5-8.
Istiana Hermawati, dkk, h.29
21
Warto, dkk, Uji Coba Model Pelayanan Sosial Penyandang HIV dan AIDS, (Yogyakarta:
Departemen Sosial RI B2P3KS, 2008) h.32
20
15
B. Dukungan Sosial
a. Pengertian Dukungan Sosial
Beberapa
ahli
memberikan
definisi
tentang
dukungan
sosial
yang
dikemukakan sebagai berikut22:
Dukungan sosial dipahami sebagai suatu bentuk hubungan sosial yang bersifat
menolong dengan melibatkan aspek emosi, informasi, bantuan instrumenal dan
penghargaan (Cohen & Syme)
Sejalan dengan hal tersebut diatas Leavy menyatakan bahwa dukungan sosial
adalah suatu hubungan yang didalamnya terkandung isi pemberian bantuan dan
hubungan itu memiliki nilai positif bagi si penerima dukungan.
Brehm dan Kassin menyatakan arti dukungan sosial melalui kontak sosial
adalah tersedianya orang yang membantu hubungan yang berkualitas dan
tersedianya bantuan.
Johnson dan Johnson menjelaskan bahwa dukungan sosial adalah pemanfaatan
sumber-sumber di lingkungan individu untuk membuat kehidupan agar menjadi
lebih baik dengan cara meningkatkan kemampuan pada diri seorang dengan
memberikan bantuan berupa dorongan, peralatan dan penerimaan.
Sarason, Lerin dan Basham mendefinisikan dukungan sosial suatu keadaan
yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat
dipercaya.
Dengan
demikian
individu
mengetahui
bahwa
orang
lain
memperhatikan, menghargai dan mencintai.
Ganster, Fullier dan Mayes mengemukakan bahwa dukungan sosial secara
luas didefinisikan sebagai tersedianya atau adanya hubungan yang bersifat
menolong dan hubungan tersebut mempunyai nilai khusus.Definisi ini
22
Didiet Widhiowati & Rokna Murni, h.62-63
16
mengkonotasikan adanya ikatan-ikatan sosial yang bersifat positif. Senada dengan
pendapat Kaplan mengemukakan bahwa dukungan sosial adalah tindakan
menolong dari orang lain dan adanya ketentraman berkomunikasi dengan orang
lain.23
b. Manfaat Dukungan Sosial
Ada tiga pengaruh dasar dari dukungan sosial yang menonjol dikemukakan
oleh Brownell dan Schumaker diantaranya, pengaruh langsung, tidak langsung
dan interaktif
1) Pengaruh langsung, yaitu terciptanya hubungan interpersonal dan
hubungan yang bersifat menolong dan hubungan tersebut dapat
memfasilitasi terbentuknya perilaku yang lebih sehat.
2) Pengaruh tidak langsung, yaitu membantu individu menghadapi dan
mengatasi stressor yang datang dengan cara membantu individu mengatasi
stress yang datang, dengan mencoba membantu indidvidu mempelajari
cara pemecahan masalah dan mengontrol masalah-masalah kecil sebelum
menjadi besar.
3) Pengaruh interaktif, berupa dampak yang diinterprestasikan untuk
meredam atau memperbaiki dampak-dampak yang merugikan dengan
mempengaruhi rekognisi, kualitas dan kuantitas terhadap sumber-sumber
coping.
23
Didiet Widhiowati & Rokna Murni, h.62-63
17
c. Dimensi Dukungan Sosial
Menurut Oxford ada lima dimensi dukungan sosial yaitu24:
a) Dukungan materi/ instrumenal, berupa bantuan nyata (tangible aid) atau
dukungan alat (instrumenal aid). Menurut Jacobson (dalam Oxford), dukungan
ini mengacu pada penyediaan benda-benda dan layanan untuk memecahkan
masalah praktis. Wortman berpendapat bahwa tangible assistance
dapat
berupa bentuk pemberian uang atau makanan kepada seseorang dimasa sulit
atau kesusahan. Pada ODHA, dukungan materi dapat diberikan berupa uang,
obat maupun kendaraan untuk membantu perawatan maupun pengobatan
sehingga
ODHA
dapat
mempertahankan
dan
meningkatkan
status
kesehatannya. Selain itu, tenaga ataupun jasa yang diberikan orang lain juga
termasuk dalam dukungan materi (Shirey).
b) Dukungan emosi/psikologis, yaitu dukungan yang berhubungan dengan hal
yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi atau ekspresi.
Tolsdorf (dalam Oxford) menyebutkan bahwa tipe dukungan ini lebih
mengacu pada pemberian semangat, kehangatan, cinta kasih dan emosi. Leavy
(dalam Oxford) juga mengemukakan bahwa dukungan emosi ini melibatkan
ekspresi empati, perhatian, dorongan dan keprihatinan terhadap seseorang.
Dukungan emosi adalah dukungan yang dapat membuat seseorang merasa
nyamabn, tenang, rasa memiliki dan dicintai saat stress (Sarafino).
Wortman, menyebutkan bahwa berusaha menghibur orang lain yang
sedang berduka atau mengalami kesusahan juga merupakan salah satu bentuk
dukungan emosional. Dukungan emosi ini sangat diperlukan ODHA, terutama
dukungan dari masyarakat. Perlakuan diskriminasi dari masyarakat yang
24
Dwi Agustanti, “Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) di Bandar Lampung” (Thesis S2 Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, 2006) h.54-59
18
diterima ODHA membuat ODHA semakin stress dan anakn membawa
dampak yang lebih buruk pada ODHA, dimana perkembangan penyakit justru
akan semakin cepat dan memperburuk kondisi ODHA.
Davis, menyebutkan bahwa stress dapat membawa pengaruh negatif
dan dapat mempengaruhi sistem imun seseorang.Seseorang yang terinfeksi
HIV/AIDS tanpa stress saja sudah mengalami penurunan daya tahan tubuh
karena sifat virus HIV yang merusak sistem imun seseorang, apalagi dengan
adanya stress.Oleh karena itu dukungan emosional ini sangat dibutuhkan oleh
ODHA demi mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya.
c) Dukungan penghargaan, yaitu terjadi apabila ada ekspresi penilaian yang
positif terhadap individu. Cohen dan Wills mengemukakan bahwa dukungan
penghargaan ini merupakan informasi yang diberikan pada seseorang bahwa
dia dihargai dan diterima, diakui keberadaannya dan rasa dimiliki dan dicintai
orang lain.
Harga
diri
seseorang
dapat
ditingkatkan
dengan
cara
mengkomunikasikan kepadanya bahwa dia bernilai dan diterima meskipun
tidak luput dari kesalahan. ODHA membutuhkan dukungan penghargaan
berupa penerimaan dan penilaian positif dari masyarakat, walaupun adanya
stigma yang berkembang dimasyarat yang menganggap bahwa penyakit
HIV/AIDS adalah penyakit “kutukan” yang disebabkan oleh kesalahan
individu berupa perilaku seksual menyimpang ataupun pengguna narkoba.
Munculnya stigma ini dikarenakan 2 hal yaitu adanya salah presepsi atas cara
penularan HIV/AIDS dan adanya anggapan bahwa semua ODHA adalah
orang tercela.
19
d) Dukungan integritas sosial, yaitu perasaan individu sebagai bagian dari suatu
kelompok. Cohen dan Will berpendapat bahwa dukungan ini dapat berupa
menghabiskan waktu bersama-sama dengan orang lain dalam aktifitas
rekreasional dan waktu senggang. Dukungan ini dapat mengurangi stress
dengan memenuhi kebutuhan afiliasi dan kontak dengan orang lain, dengan
membantu mengalihkan perhatian seseorang dari kecemasan terhadap
masalah, atau dengan memfasilitasi suatu suasana hati yang positif. Menurut
Barrerra dan Ainley (dalam Oxford) menggambarkan dukungan ini termasuk
didalamnya membuat lelucon, membicarakan minat, berorganisasi dan
melakukan aktifitas yang menciptakan perasaan senang/kesenangan.
Orang yang telah terinfeksi HIV umumnya tidak akan membukakan
rahasia penyakitnya ini kepada teman maupun keluarganya, apalagi pada
masyarakat sampai ia tidak mampu lagi menutupinya, biasanya setelah ia
mengalami AIDS dan membutuhkan perawatan segera. Hal ini disebabkan
mereka takut akan diisolasi dari aktifitas sosial yang ada di masyarakat,
sedangkan bersosialisasi merupakan salah satu kebutuhan manusia sebagai
mahluk hidup. Oleh karena itu, masyarakat sangat berperan dalam
meningkatkan semangat hidup harga diri ODHA dengan tetap menerima
ODHA berada ditengah-tengah masyarakat yang melibatkannya dalam segala
aktifitas sosial yang ada dimasyarakat, seperti pengajian, kegiatan gotong
royong, peringatan hari-hari besar agama atau nasional maupun kegiatan
sosialnya.
e) Dukungan informasi, yaitu pemberian informasi yang diperlukan individu.
House menyatakan bahwa dukunga informasi ini berarti member informasi
atau mengajarkan suatu keahlian yang dapat member solusi terhadap satu
20
masalah. Sarafino menyebutkan bahwa dukungan informasi ini termasuk
pemberian nasehat, arahan, saran dan feedback atau umpan balik tentang apa
yang sedang dan telah dilakukan seseorang, misalnya: pemberian informasi
tentang penyakit oleh dokter pada pasien yang membutuhkannya.
Masyarakat khususnya ODHA perlu diberikan informasi berupa
pendidikan kesehatan tentang penyakit HIV/AIDS agar mereka mengetahui
begaimana terjadinya perjalanan virus HIV sampai menyebabkan AIDS, tanda
dan gejalanya, serta mekanisme penularan penyakitnya. Informasi ini akan
membuat masyarakat dapat lebih bijaksana dalam mmenyikapi ODHA dan
akan memberikan dukungan sepenuhnya pada ODHA.
Ketidaktahuan ODHA akan mekanisme penularan virus HIV ini akan
mempercepat perluasan penyebaran virus HIV kepada masyarakat. Kampanye
tentang pencegahan, pengobatan dan perawatan HIV/AIDS ini sangat perlu
digalakkan,
terutama
pada
masyarakat
luas
agar
masyarakat
lebih
meningkatkan perhatian dan kewaspadaannya terhadap ODHA yang berada
disekitarnya sehingga dapat mengantisipasi penularan lebih lanjut.25
Herth menguji strategi pengembangan harapan di PLWHA yang
menggambarkan sumber tersebut sebagai bantuan, pengukuhan, atau
mengembalikan harapan dalam beberapa cara. Selanjutnya strategi tersebut
dikategorikan dalam 7 kategori: (1) hubungan interpersonal; fokus utama
dalam kasih sayang dari keluarga, dan teman, dapat berupa pertalian,
mencintai dan dicintai; (2) Dasar spiritual berfokus pada sumber harapan
dalam praktik spiritual, keyakinan terhadap tuhan dan keluarga, keyakinan
membantu mengatasi kesengsaraan. (3) Tujuan dapat langsung dicapai melalui
25
Dwi Agustanti, h.54-59
21
seting capaian dan mempertahankan kemandirian, lebih lanjut lagi capaian
dapat terbagi menjadi dapat dicapai dan tidak dapat dicapai. (4) Penguatan dari
sesuatu yang bernilai: memfokuskan pada hubungan yang positif dalam karir
professional, membantu hubungan yang tidak sehat dan kemudian
diperlakukan dengan baik dan penuh rasa hormat. (5) Penerangan hati;
memfokuskan pada pertemanan dengan orang lain yang memderita karena hal
yang sama, tertawa bersama para professional dan tertawa sebagai sumber
pribadi.(6) Atribut personal; memfokuskan pada kebulatan tekad dan menjadi
pejuang. (7) Meringankan ingatan; memfokuskan pada memanggil kembali
kejadian- kejadian yang membahagiakan sebagai strategi pengembangan
harapan.
Halangan untuk harapan yang digambarkan sebagai faktor yang turut
campur, mengganggu, atau menghalangi kemungkinan dari pencapaian atau
memelihara harapan, yang terdapat: (1) ketertinggalan dan pengasingan,
kehilangan pskis dan emosional, seperti suami atau istri yang tidak akan atau
tidak bisa mendukung kesabaran secara psikologi, komunikasi yang buruk
dengan professional; (2) Rasa sakit yang tidak dapat dikontrol dan tidak
nyaman, keberlanjutan dari rasa sakit yang berlebihan atau ketidaknyamanan
meskipun berulang kali berusaha untuk di control; dan (3) devaluasi dari
perseorangan, diperlakukan seperti tidak ada orang yang memiliki sedikit
nilai.26
26
Sushil Yadav, h.3
22
C. ODHA (Orang dengan HIV/AIDS)
a. Pengertian ODHA
Orang Dengan HIV dan AIDS yang selanjutnya disingkat ODHA adalah
orang yang telah terinfeksi virus HIV/AIDS.27HIV berarti virus yang dapat
merusak sistem kekebalan tubuh manusia.Ini adalah retrovirus, yang berarti virus
yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi kembali dirinya.AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah fase terakhir dari infeksi HIV
dan biasanya dicirikan oleh jumlah CD4 kurang dari 200.AIDS bukanlah penyakit
yang khusus melainkan kumpulan dari sejumlah penyakit yang mempengaruhi
tubuh dimana sistem kekebalan yang melemah tidak dapat merespons. 28
Penyakit ini bukan sejenis penyakit keturunan yang diwariskan dari orangtua
pada anak-anaknya melainkan penyakit yang didapat dalam perjalanan hidup
seseorang. Akibat penurunan daya tahan tubuh penderita, maka berbagai kuman
dan jazad renik, yang dalam keadaan normal dapat ditahan dengan baik, akan
menyerbu ke dalam darah dan jaringan-jaringan tubuh penderita tersebut.29
b. Penyebab HIV/AIDS
Virus HIV termasuk RNA virus genus Lentivirus golongan Retrovirus family
Retroviridae.Spesies HIV-1 dan HIV-2 merupakan penyebab infeksi HIV pada
manusia.Kedua spesies HIV tersebut berasal dari primata.
HIV/AIDS ditularkan melalui darah penderita, misalnya pada waktu tranfusi
darah atau penggunaan alat suntik yang dipakai bersama-sama. Penularan melalui
27
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan
HIV dan AIDS, Pasal 1 butir 4.
28
Family Health International, “apa itu hiv/aids?”, pdf diakses pada 19 Januari 2015
29
Luc Montagnier, dkk, Para Ahli Menjawab Tentang HIV/AIDS, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,
1997),h.4
23
hubungan seksual baik pada homoseksual maupun heteroseksual dan penularan
pada waktu proses persalinan dari ibu yang menderita HIV/AIDS ke anak yang
dilahirkannya juga merupakan penyebaran utama penyakit ini. 30
c. Gejala Klinis HIV/AIDS
Penderita yang terinfeksi HIV dapat dikelompokan menjadi 4 golongan, yaitu:
1) Penderita asimtomatik, tanpa gejala, yang terjadi pada masa inkubasi yang
berlangsung antara 7 bulan sampai 7 tahun lamanya.
2) Persistent Generalized Lymphadenopathy (PGL) dengan gejala limfadenopati
umum.
3) AIDS Related Complex (ARC) dengan gejala lelah, demam, dan gangguan
sistemimun atau kekebalan.
4) Full Blown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala klinis yang berat
berupa diare kronis, pneumonitis interstisial, hepatomegali, splenomegali, dan
kandidiasis oral yang disebabkan oleh infeksi oportunistik dan neoplasia
misalnya Sarkoma Kaposi. Penderita akhirnya meninggal dunia akibat
komplikasi penyakit infeksi sekunder.
d. Pengobatan HIV/AIDS
Pengobatan infeksi HIV mutakhir adalah dengan antiretrovirus (ARV) yang
sangat aktif (Highly Active Antiretroviral Therapy) HAART yang menggunakan
protease inhibitor, berupa kombinasi sedikitnya 3 ARV berasal dari sedikitnya 2
jenis/ kelas yang berbeda.Kombinasi ARV yang umum digunakan adalah NRTI
(nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor), dengan protease inhibitor
30
Soedarto, Virologi Klinik Membahas Penyakit-penyakit Virus Termasuk AIDS, Flu Burung, Flu Babi,
dan SARS (Jakarta: CV Sagung Seto, 2010) h.188
24
atau dengan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI).Penerapan
HAART meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan umum ODHA, menurunkan
dengan drastic angka kesakitan dan angka kematian HIV.Pada prinsipnya ARV
harus diberikan segera sesudah diagnosis HIV ditegakan.
e. Pencegahan HIV/AIDS
Tidak ada vaksin untuk mencegah HIV atau AIDS. Pencegahan hanya dapat
dilakukan dengan menghindari kontak dengan virus yang berasal dari penderita
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui barang-barang yang
tercemar dengan bahan infektif berasal dari penderita HIV.
Untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di masyarakat harus dilakukan upaya
mencegah paparan HIV yang terjadi melalui transfuse darah, persalinan,
penularan dari ibu ke anak, penggunaan jarum suntik bersama, hubungan seksual
baik yang heteroseksual maupun homoseksual atau perilaku seksual lainnya. 31
Pencegahan HIV dan AIDS juga dapat dilakukan dengan memberikan
informasi yang benar melalui penyuluhan dan bimbingan sosial (PBS) secara
intensif kepada keluarga ataupun masyarakat, yang sekaligus merupakan
komponen sangat penting dalam upaya pencegahan ataupun penanggulangan
masalah HIV dan AIDS. Informasi secara benar sangat bermanfaat bagi keluarga
dan masyarakat dalam mengatasi ketakunan dan keserasahan sosial. Disamping
itu, pemahaman informasi secara benar dapat pula mendorong warga masyarakat
untuk berpartisipasi dalam upaya pencegahan terutama mengubah perilaku
ataupun pola hidup yang mempunyai resiko tinggi tertular HIV dan AIDS.
Penanganan penyandang HIV dan AIDS secara baik merupakan langkah penting
31
Soedarto, h.189-193
25
untuk pencegahan penularan HIV dan AIDS, diharapkan keluarga ataupun
masyarakat dapat berpartisipasi dalam pelayanan penyandang HIV dan AIDS,
sekaligus dapat pula mencegah meluasnya penularan kepada orang lain.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan melihat HIV dan AIDS sebagai
suatu penyakit dan perilaku seseorang sebagai penyebar penyakit.Kedua aspek ini
perlu dicermati, deihadapi dan sisikapi secara proporsional.Artinya, selain kita
berhadapan dengan virus, juga berhadapan dengan orang sebagai penderita dengan
permasalahannya.Dalam hal ini kita dihadapkan pada suatu kenyataan manakala
HIV berada pada tubuh seseorang yang disebut penderita. Oleh karena itu, patut
dipahami dan disadari bahwa penderita HIV ini akan mengalami sindrom dalam
rentang waktu tertentu. Orang dengan HIV/AIDS di tengah masyarakat yang
merupakan fenomena dalam konteks masalah sosial.Bagaimana masyarakat harus
bersikap terhadap orang dengan HIV/AIDS, atau sebaliknya bagaimana seseorang
dengan HIV/AIDS menyikapi kehidupan sehat dilingkungan masyarakat.Berkait
dengan fenomena sosial tersebut, bersikap dan bertindak diskriminasi harus
dihindari agar tidak menambah beban psikososial penyandang HIV/AIDS dan
permasalahan sosial dimasyarakat.32
32
Warto, dkk, h.11
26
D. Kelompok Dukungan Sebaya/Peer Support Group
a. Pengertian Kelompok Dukungan
Kelompok dukungan dilakukan untuk memberikan dukungan emosional dan
informasi kepada orang-orang yang memiliki masalah yang sama. Mereka
seringkali difasilitasi oleh professional dan di hubungkan ke agen sosial atau yang
lebih besar, organisasi formal. Kriteria keanggotaan biasanya dari diri nya sendiri
tidak berdasarkan organisasi yang mendukung. Perilaku dan perubahan sosial
berkaitan dengan tujuan dukungan emosional dan pendidikan.Pertemuan biasanya
tidak terstruktur dan program kelompok tersebut tidak mengikuti sebuah ideology
tertentu.Kelompok dukungan biasanya tidak terkena biaya atau sukarela.33
Ini adalah sekelompok orang yang bertemu secara sukarela untuk berbagi
kebutuhan yang sama. Kelompok ini biasanya kecil, tetapi tidak selalu kecil.
b. Tipe Kelompok Dukungan
Kelompok dukungan ada dua tipe: terbuka dan tertutup. Kelompok tipe
terbuka bertemu pada hari yang ditentukan oleh kelompok, pada waktu yang
ditentukan, dan pada lokasi yang ditentukan.Informasi diumumkan secara
luas.Mengundang semua orang yang memiliki kesamaan situasi kehidupan untuk
kelompok tersebut. Misalnya kelompok penjudi menerima siapapun yang
memiliki masalah perjudian dan
menghindari orang-orang lain untuk hadir.
Mungkin orang akan hadir kesebuah kelompok grup terbuka sebanyak yang
mereka inginkan. Secara alami, grup seperti ini akan bermacam-macam variasi
ukuran dari pertemuan ke pertemuan.
33
Linda Farris Kurts, Self-help and Support Groups (California: Sage sourcebooks for the human
services, 1997) h.3-5
27
Grup tertutup didesain untuk terbatas beberapa orang yang setuju untuk hadir
pada semua jadwal pertemuan. Artinya mereka yang berpartisipasi di pertemuan
pertama akan mengikutinya sampai selesai .Beberapa grup tertutup menetapkan
kondisi-kondisi terhadap mereka yang ingin bergabung ke grup setelah grup
tersebut terbentuk.
Kelompok dukungan dibentuk dengan prinsip yang dipahami oleh anggota
sebagai tumpuan.Tidak seorangpun mempunyai kekuatan ataupun kekuasaan
terhadap siapapun.Peserta
didorong untuk berbicara mengenai urusan dan
perasaan mereka yang terkait dengan fokus pertemuannya, untuk merespon apa
yang orang lain ceritakan.
Ada
dua
lagi
perbedaan
yang
dapat
mendefinisikan
kelompok
dukungan.Kelompok time-limited, kelompok ini pertemuannya sudah ditentukan
dan setelah selesai mereka bubar.Kelompok open-ended ini bertemu tanpa akhir
yang direncanakan. Selama mereka tertarik, mereka akan terus melanjutkan.
Dua perbedaan kelompok tersebut adalah kepemimpinan.Beberapa grup
menggunakan fasilitator, sedangkan yang lainnya tidak.Keduanya memiliki satu
fasilitator atau lebih dari satu, dan mereka mungkin orang awam atau seorang
professional.
Seperti yang kamu bisa lihat, ada banyak variasi dalam kelompok
dukungan.Apa yang dikerjakan untuk satu grup mungkin tidak bekerja dengan
baik untuk grup yang lainnya. Tapi apa yang bekerja untuk semua nya yaitu:
orang datang bersama-sama untuk mencari dukungan. Apa yang mereka ketahui
adalah mereka mendapatkan dukungan sesuai apa yang mereka terima. Mereka
juga mendapatkan sebuah kebebasan untuk bicara dan mendapatkan penerimaan
28
yang mungkin mereka sulit dapatkan dimana-mana dan mungkin tidak
dimanapun.34
34
James E. Miller, Effective Support Groups, How to Plan, Design, Facilitate and Enjoy Them (Fort
Wayne, Indiana: Willowgreen Publishing, 1998) h.8-9
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan kerangka kerja untuk melaksanakan penelitian yang
bersistem; sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang bersistem; sekumpulan
peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu; studi
atau analisis teoritis mengenai suatu cara/metode; atau cabang ilmu logika yang berkaitan
dengan prinsip umum pembentukan pengetahuan (knowledge).35
A. Ruang Lingkup Penelitian
a. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah penderita
HIV/AIDS yang menjadi anggota Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak. Alasan
pengambilan subjek ini adalah karena objek ini sangat tepat sebagai bahan
penelitian, dimana mereka mendapatkan dukungan sosial dari Kelompok
Dukungan Sebaya Kuldesak, sehingga penelitian objektif karena jawaban yang
diberikan adalah berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan bukan berdasarkan
informasi di media elektronik atau cerita dari orang lain.
b. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak,
yang beralamat di Jalan Margonda Raya, Gg.Kapuk No.05 Rt.002/01 Kel.Pondok
35
Juliansyah Noor, Metodologi penelitian (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011) Cet.Ke-1,
h.22
30
Cina Kec.Beji Depok 16424. Pemilihan lokasi tersebut didasari oleh
pertimbangan:
a) Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti.
b) Adanya keingintahuan penulis terhadap seberapa besar efektivitas dukungan
sosial bagi ODHA yang dilakukan oleh kelompok dukungan sebaya Kuldesak.
Dan juga sebagai penambah pemahaman dan wawasan penulis dalam kajian
kesejahteraan sosial.
c) Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2015 sampai dengan Juni 2015.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu
masalah yang hasilnya dapat digenerelisasikan.Dengan demikian tidak terlalu
mementingkan kedalaman data atau analisis.Peneliti lebih mementingkan aspek
keluasaan data sehingga data atau hasil penelitian dianggap representasi dari
seluruh populasi.36
Dalam penelitian ini penulis ingin melihat bagaimana efektivitas dari
dukungan sosial bagi ODHA.Penelitian kuantitatif ini menekankan analisisnya
pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan statiska. Untuk menguji
teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel.37
36
37
Rachmat kriyanto, Tekhnik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2009), h.55
Juliansyah Noor, h.38
31
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif.Penelitian deskriptif
(descriptive reaserch) adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau
uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek
yang di teliti.38
Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan,
meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang
timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang
terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang
kondisi, situasi, ataupun variabel tesebut.39
Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan
antarvariabel yang ada; tidak dimaksudkan untuk menarik generasi yang
menjelaskan variabel-variabel anteseden yang menyebabkan sesuatu gejala atau
kenyataan sosial.Oleh karena itu, pada suatu penelitian deskriptif, tidak
melakukan pengujian hipotesis; berarti tidak dimaksudkan untuk membangun
pembendaharaan
teori.Dalam
pengolahan
dan
analisis
data,
lazimnya
menggunakan pengolahan statistic yang bersifat deskriptif (statistik deskriptif).40
Dalam penelitian ini metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode
penelitian survei, penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sample dari
satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok.41
38
Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta: PPM, 2005) Cet.Ke-3, h.105
Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2005)
Cet.Ke-2, h.44
40
Sanapiah Faisal, Format-format penelitian Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) h.20-21
41
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES, 1995) h.3
39
32
C. Tehnik pengumpulan data
Dalam penelitian ini tekhnik penelitian data yang digunakan oleh peneliti adalah
dengan data primer dan data sekunder yaitu sebagai berikut:
a) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau
tangan pertama di lapangan.Sumber data ini bisa responden atau subjek riset,
dari hasil pengisian kuisioner, wawancara dan observasi.
1) Angket/Kuisioner
Merupakan
suatu
teknik
pengumpulan
data
dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden
dengan
harapan
memberikan
respons
atas
daftar
pertanyaan
tersebut.adapuninstrumen daftar pertanyaan (berupa isian yang akan
diisi oleh responden), chekslist (berupa pilihan dengan member tanda
pada kolom yang disediakan), dan skala (berupa pilihan dengan
member tanda pada kolom berdasarkan tingkatan tertentu).42
Penyusunan kuisioner berdasarkan dimensi-dimensi
dari
variabel dan dijabarkan ke dalam setiap pertanyaan-pertanyaan yang
terdapat dalam kuesioner.
Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa
kuisioner yang terdiri dari:
1. Kuisioner pertama berisi 7 (tujuh) pertanyaan
tentang data
karakteristik ODHA yang meliputi: umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, lama terdiagnosa
HIV/AIDS dan penyebab terinfeksi HIV/AIDS
42
Juliansyah Noor, h.139
33
2. Kuisioner kedua berisi 26 pertanyaan tentang dukungan sosial yang
telahdikembangkan oleh peneliti sebelumnya dari instrumen“The
medical Outcomes Study Social Support Survey (MOS)” dari
Sherbourne dan Stewart tahun 1991.43
2) Observasi
Alasan peneliti untuk melakukan observasi yaitu untuk
menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian, menjawab
pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia, dan evaluasi yaitu
melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan
balik terhadap pengukuran tersebut.44
Observasi peneliti lakukan pada tahap awal fase pra lapangan.
Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat melihat situasi dan kondisi
tempat maupun subjek yang akan dijadikan sebagai objek penelitian.
3) Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah
tersedia dalam catatan dokumen.Dalam penelitian sosial, fungsi data
yang berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data
pendukung dan pelengkap data.45Dokumentasi yang tersaji berupa
foto-foto, brosur, dan buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian
43
Dwi Agustanti, h.78
Juliansyah Noor, h.140
45
Suwandi Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif , h.158.
44
34
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka, media
internet atau laporan data yang diperoleh dari Kelompok Dukungan Sebaya
Kuldesak yang berupa catatan dan dokumentasi mengenai lembaga tersebut.
D. Populasi dan Sample
a) Populasi
Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang
merupakan perhatian peneliti.46Populasi penelitian merupakan keseluruhan
(universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhtumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya,
sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.47
Populasi peneliti yang mendapatkan layanan tetap dikuldesak sejumlah
40 orang ODHA dari berbagai status.
b) Sampel
Sampel
adalah
bagian
dari
populasi.Tidak
semua
penelitian
menggunakan sampel sebagai sasaran penelitian pada penelitian tertentu
dengan skala kecil, yang hanya memerlukan beberapa orang sebagai objek
penelitian, ataupun beberapa penelitian kuantitatif yang dilakukan terhadap
objek atau populasi kecil, biasanya penggunaan sampel penelitian tidak
diperlukan.Hal tersebut karena keseluruhan objek penelitian dapat dijangkau
oleh peneliti.Dalam istilah penelitian kuantitatif, objek penelitian yang kecil
ini disebut sebagai sample total, yaitu keseluruhan populasi merangakap
46
47
Ronny Kountur, h.137
Burhan Bugin, h.141
35
sebagai sampel penelitian.48Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
pengambilan sample total sampling. Karena populasi kurang dari 100 orang.
E. Operasionalisasi Konsep Penelitian
Tahap operasionalisasi konsep dibuat sebagai landasan membuat kuisioner dan
harus sesuai dengan apa yang telah dirinci pada tabel operasionalisasi variabel.
Berikut rincian konsepnya:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Konsep
Variabel
Dukungan Sosial
(X)
Dimensi
a. Dukungan
Materi/Instrumenal
Indikator
1. Uang
2. Obat
3. Alat kendaraan
4. Makanan
5. Tenaga/jasa
b. Dukungan
Emosi/Psikologis
1. Empati
2. Perhatian
3. Dorongan
4. Rasa dicintai
5. Rasa disayangi
6. Rasa senang
7. Rasa nyaman
c. Dukungan
48
1. Sikap dihargai
Bugin, Burhan, h.111
36
Penghargaan
2. Dimiliki
3. Diterima
4. Diberi
penilaian
positif, diakui
d. Dukungan integritas
sosial
1. Berupa kegiatan
di
masyarakat
seperti;
pengajian, gotong
royong, kegiatan
sosial, organisasi
di masyarakat
e. Dukungan Informasi
1. Nasehat
2. Saran
3. Arahan
4. Umpan balik
5. Pengajaran
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1) Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya adalah mengolah data. Dalam pengolahan
data peneliti melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
37
a) Editing
Proses editing merupakan proses dimana peneliti melakukan
klarifikasi, keterbacaan, konsisitensi dan kelengkapan data yang sudah
terkumpul. Proses klarifikasi menyangkut memberikan penjelasan mengenai
apakah data yang sudah terkumpul akan menciptakan masalah konseptual atau
teknis pada saat peneliti melakukan analisis data.dengan adanya klarifikasi ini
diharapkan masalah teknis atau konseptual tersebut tidak mengganggu proses
analisis sehingga dapat menimbulkan bias penafsiran hasil analisis.
Keterbacaan berkaitan dengan apakah data yang sudah terkumpul secara logis
dapat digunakan sebagai justifikasi penafsiran terhadap hasil analisis.
b) Koding
Pemberian kode pada data dimaksudkan untuk menterjemahkan data
ke dalam kode-kode yang biasanya dalam bentuk angka.Tujuannya ialah untuk
dapat dipindahkan ke dalam sarana penyimpanan. Dengan data sudah diubah
dalam bentuk angka-angka, maka peneliti akan lebih mudah mentransfer
kedalam komputer dan mencari program perangkat lunak yang sesuai dengan
data untuk digunakan sebagai sarana analisis.
c) Tabulasi
Tabulasi merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden
dengan cara tertentu. Tabulasi juga dapats digunakan untuk menciptakan
statistik deskriptif variabel-variabel yang diteliti atau yang variabel yang akan
ditabulasi silang.49
49
Jonathan Sarwono, “Metode Penelitian Kuantitatif&Kualitatif” (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006)
Cet.Ke-1, h.136-138
38
2) Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam menganalisis data ini, peneliti
menggunakan metode analisis kuantitatif guna mengetahui efektivitas dukungan
sosial bagi ODHA di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk memaparkan hasil
yang diperoleh.Dengan menggunakan analisa statistik deskriptif. Statistic
deskriptif mengacu pada transformasi data mentah ke dalam suatu bentuk yang
akan membuat pembaca lebih mudah memahami dan menafsirkan maksud dari
data atau angka yang ditampilkan. Kegunaan utama statistik deskriptif ialah untuk
menggambarkan
diantaranya
ialah
jawaban-jawaban
distribusi
observasi.Yang
frekuensi,
distribusi
termasuk
persen
didalamnya
dan
rata-rata
(mean).50Dengan menggunakan analisa data statistik distribusi frekuensi dengan
rumus:
Keterangan:
50
51
P
= Angka prosentase
F
= Frekuensi jawaban
N
= Jumlah responden
100%
= Nilai Konstanta51
Jonathan Sarwono, h.138
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 43.
39
Dalam mendeskripsikan hasil peneliti juga menggunakan skala likert.Skala
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.Dalam penelitian, fenomena sosial ini
telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian.Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indicator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan.52
Tabel 3.2
Skor Item Skala Likert
NO
52
Alternatif Jawaban
Skor
1.
Tidak pernah
1
2.
Jarang
2
3.
Sering
3
4.
Selalu
4
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D” (Bandung: Alfabeta, 2014) Cet.ke-
20, h.93
40
3) Interpretasi Data
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Keterangan:
Rs
: Rentang Skala
R (Bobot)
: Bobot Terbesar-Bobot terkecil
Jumlah Kelas : Banyaknya kategori bobot
Rentang skala likert yang digunakan adalah 1 – 4, Sehingga rentang skala
yang didapat yaitu:
Berdasarkan hasil posisi range tingkatan untuk efektivitas diatas, dapat
diinterpretasikan sebagai berikut53:
1, 00 – 1, 75
: Tidak Efektif
1, 76 – 2,5 : Kurang Efektif
53
2, 51 – 3, 25
: Efektif
3, 26 – 4, 00
: Sangat Efektif
Wenda Andina Ayu Astari, “Efektivitas Publisitas dan Kampanye E-Ticketing oleh Humas Trans
Jakarta” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional, 2015) h.48-49
41
G. Uji Instrumen
a) Uji Validitas
Validitas atau kesahihan adalah menunjukan sejauh mana suatu alat
ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (a valid measure if it
successfully measure the phenomenon). Dalam suatu penelitian baik yang
bersifat deskriptif, maupun eksplanatif yang melibatkan variabel/konsep
yang tidak bisa diukur secara langsung, masalah validitas tidak sederhana,
didalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis
sampai empiris (indikator), namun bagaimana tidak suatu instrumen
penelitian harus valid agar hasilnya dapat dipercaya. 54
Uji validitas masing-masing instrumen dengan menggunakan tekhnik
person korelation, yaitu dengan membandingkan r tabel “person product
moment” item pernyataan dikatakan valid bila r hitung > r tabel dengan α
= 0,05. Hasil uji coba insturmen untuk dukungan sosial didapatkan, dari 41
item pertanyaan ada 26 item yan valid.55
b) Reliabilitas
Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Uji
reliabilitas
alat
ukur
dapat
dilakukan
secara
eksternal
maupun
internal.Secara eksternal, pengujian dapat dilakukan test-retest, equivalent
dan gabungan keduanya.Secara internal, reliabilitas alat ukur dapat diuji
54
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2013) Cet.Ke-
55
Dwi Agustanti, h.78-79
1, h.46
42
dengan menganalisis butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik
tertentu.56
Sedangkan untuk uji reliabilitas pada penelitian sebelumnya dengan
membandingkannya dengan alpha cornbach.Bila nilai alpha hitung > nilai
alpha tabel maka dikatakan reliable. Kusioner dukungan sosial dengan 26
pertanyaan telah diuji oleh peneliti sebelumnya dan telah dikembangkan
dari instrumen“The Medical Outcomes Study Social Support survey
(MOS)” dari serbhourne dan stewart tahun 1991.
Pada MOS, pertanyaan berjumlah 21 buah, setelah diuji secara testretest selama 1 tahun menghasilkan nilai reliablitas (α = 0,78). Instrumen
yang peneliti gunakan mempunyai nilai reliabilitas (r ) = 0,957 untuk
dukungan
materi/
instrumenal
;
r
=
0,814
untuk
dukungan
emosi/psikologis ; r = 0,759 untuk dukungan penghargaan ; r = 0,706
untuk dukungan integritas sosial dan r = 0,796 untuk dukungan
informasi.57
Uji coba instrumen telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya pada
tanggal 1-6 Mei 2006 pada ODHA yang tergabung dalam LSM Spiritia di
Jl.Radio Dalam IV Kebayoran Baru Jakarta, sejumlah 30 orang. Pemilihan
LSM ini dengan pertimbangan bahwa jumlah ODHA nya memiliki
karakteristik yang sama.
56
57
Syofian Siregar, h.55
Dwi Agustanti, h.78-79
43
BAB IV
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak
Awal berdirinya kuldesak adalah berdasarkan kebutuhan teman-teman yang
terinfeksi HIV (+) dan teman-teman yang terdampak langsung di Kota Depok akan
kebutuhan akses layanan untuk Voluntary, Counceling And Testing/Tes HIV sukarela
dan pengobatan penyakit penyertanya, Harm Reduction (pengurangan dampak buruk
pemakai jarum suntik dari penyakit menular dan HIV), belum tersedianya obat Anti
Retroviral Virus (ARV) baik ditingkat puskesmas maupun rumah sakit dan belum
adanya Komisi Penanggulangan AIDS Kota Depok.
Didirikan pada hari Sabtu, 6 Juni 2011 yang diprakarsai oleh beberapa orang
yang terinfeksi HIV (+) dan orang yang terdampak yang terdiri dari : Samsu
Budiman, Anwar Hakim, Erdiansyah, Handi Abdasmara, Rano Putera Samudera, Lilis
Sumila, Radiaz Hages Trianda, Farmayano dan Sigit Hartantio.
Arti umum Kuldesak adalah jalan buntu. Tapi yang sebenarnya adalah
Kuldesak itu hanyalah istilah.Kuldesak hanyalah momentum sementara.Kuldesak
adalah maya.Dua hal yang dapat kita lakukan ketika menemui Kuldesak adalah diam
dan bergerak. Diam berarti logika dan hati yang bekerja, bukan mulut. Bekerja berarti
melakukan sesuatu secara fisik untuk menempuh suatu jalan yang lebih baik.
44
B. Visi dan Misi Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak
Visi:
1. Menurunkan angka penyebaran HIV/AIDS
2. Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena infeksi HIV/AIDS
3. Memperkuat kelompok dukungan sebaya ODHA dan orang yang terdampak serta
memperkuat sistem kesehatan untuk perbaikan kinerjanya
Misi:
1. Membentuk kelompok dukungan sebaya ODHA dan orang yang terdampak
berbasis masyarakat
2. Menurunkan angka stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dan yang
terdampak
3. Meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV melalui peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan
4. Menjadi role model atau contoh bagi orang dengan HIV lainnya
C. Tujuan Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak
Tujuan Umum:
a) Meninigkatkan kualitas hidup orang yang hidup dengan HIV/AIDS
b) Meluruskan cara pandang masyarakat terhadap stigma dan diskriminasi
terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
c) Mengupayakan pelayanan kesehatan yang ramah terhadap orang dengan HIV
dan keluarganya
45
Tujuan Khusus:
a) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan orang yang hidup dengan
HIV/AIDS dan yang terdampak
b) Menguatkan dan mengembangkan jejaring orang dengan HIV/AIDS di seluruh
tanah air
D. Strategi Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak
Strategi yang akan dilakukan adalah mengumpulkan beberapa orang yang
terinfeksi HIV/AIDS maupun yang terdampak yang sudah berpengalaman maupun
yang baru mengenal tentang apa itu Kelompok Dukungan Sebaya berbasis
masyarakat. Mereka diperkenalkan dengan kelompok dukungan sebaya berbasis
masyarakat dari semua populasi kunci (pemakai narkoba suntik, wanita penjaja seks,
waria, laki-laki seks dengan laki-laki, ibu rumah tangga, anak serta masyarakat yang
terdampak langsung maupun tidak. Menjelaskan akan pentingnya sebuah kelompok
dukungan sebaya berbasis masyarakat untuk orang dengan HIV dan yang terdampak
mengingat kuatnya diskriminasi yang ditimbulkan oleh masyarakat terhadap orang
dengan HIV/AIDS.
E. Struktur Organisasi Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak
a) Struktur Lembaga Kuldesak:
1) Penasehat
: H. Tamami
2) Pembina I
: Munir HM
3) Pembina II
: Sutrisna
4) Pengawas
: Priadi Gaspet
5) Ketua Umum : Samsu Budiman
46
6) Wakil Ketua I : Anwar Hakim
7) Wakil Ketua II: Handi Abdasmara
8) Sekretaris
: Erdiansyah
9) Bendahara
: Ahmad Suwandri
b) Struktur Program
1) Direktur Program
: Samsu Budiman
2) Wakil Direktur Program
: Anwar Hakim
3) Program Manajer
: Hendra Chairuddin
4) Finance Administrasi Office : 1. Radiaz Hages Triandha
2. Lilis Sumila
6) Divisi Care & Support
: Koordinator : Erdiansyah
7) Divisi PMTS
: Koordinator : Farmayano
8) Divisi Harm Reduction
: Koordinator : Dimas Prasetyo
9) Divisi Media KIE
: Koordinator : Reza Dwi Nanda S
F. Kegiatan Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak
Adapun rangkaian kegiatan yang akan dilakukan oleh kelompok dukungan sebaya
Kuldesak adalah sebagai berikut :
a. Close meeting (rapat tertutup)
Close meeting ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang hidup
dengan HIV (ODHA). Didalam kegiatan close meeting ini peserta bebas
untuk mengutarakan hal apa saja (sharing) termasuk kesedihan atau
kesenangan yang sedang dirasakan. Para peserta yang lain akan
mendengarkan dan siap memberi dukungan apabila ada peserta yang
sedang dalam kesedihan. Selain memberikan dukungan, peserta juga bebas
47
bertanya mengenai hal-hal apa saja kepada temannya terkait permasalahan
HIV/AIDS, bebas untuk mengeluarkan pendapatnya masing-masing.
b. Study club
Study club adalah sebuah pertemuan dimana pada setiap pertemuan
melibatkan ODHA (orang dengan HIV/AIDS), keluarga serta masyarakat
secara langsung sebagai peserta pertemuan. Didalam pertemuan ini akan
ada satu atau dua orang narasumber yang akan memberikan materi seputar
pengetahuan HIV/AIDS kepada peserta. Tema materi yang akan
disampaikan akan disepakati sesuai kebutuhan peserta.
c. Support Group (Konseling Sebaya)
Konseling Sebaya ini dilakukan setiap hari pada hari kerja yaitu dari
hari Senin-Jum‟at. Konseling sebaya bertujuan untuk memberikan
dukungan kepada ODHA yang baru mengetahui status HIV nya, maupun
support kepada keluarga ODHA yang baru mengetahui status HIV salah
satu anggota keluarganya. Selain memberikan dukungan, diberikan juga
informasi-informasi
yang
sangat
berhubungan
dengan
HIV/AIDS,
pembagian seri buku kecil sebagai sarana informasi bagi orang dengan HIV
dan yang terdampak.
d. Hospital Visit (kunjungan rumah sakit)
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan dukungan kepada
teman-teman ODHA yang sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit,
baik rawat inap maupun rawat jalan. Selain memberikan dukungan kepada
ODHA yang sedang dirawat, hospital visit juga memberikan informasi
48
seputar HIV/AIDS dan pembagian seri buku kecil kepada keluarga ODHA
tersebut.
e. Home visit (kunjungan rumah)
Anggota kelompok dukungan akan mengunjungi anggota lain dirumah
dan memberikan dukungan kepada teman-teman ODHA dan keluarganya.
Hal ini bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan diri teman-teman
ODHA terhadap dirinya sendiri sehingga dia dapat melakukan aktivitas dan
kegiatan kesehariannya seperti biasa. Kegiatan ini juga dapat membantu
mengontrol kepatuhan teman-teman terhadap ARV yang mereka konsumsi
dengan berkomunikasi dengan salah satu anggota keluarga yang dapat
dipercaya dalam hal ini
f. Advokasi
a)
Sebagai kontrol pemerintah dan masyarakat dalam seluruh aspek
kehidupan sosial, baik secara kesehatan, sosial kemasyarakatan,
ekonomi, pendidikan, politik dan budaya.
b)
Dapat bekerja sama dengan instansi terkait seperti Kementrian
Kesehatan,
Dinas
Kesehatan
Provinsi,
Kab/Kota,
Komisi
Penanggulangan Aids Nasional, Komisi Penanggulangan Aids
Provinsi, Kab/Kota dan seluruh instansi yang terkait dalam isu
penanggulangan HIV/AIDS pusat hingga daerah, Lembaga Swadaya
Masyarakat, Komunitas, Donor Asing serta seluruh warga masyarakat
yang peduli HIV/AIDS.58
58
Profil Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak
49
G. Adapun Sarana dan Prasarana yang ada dikelompok dukungan Sebaya Kuldesak
sebagai berikut59:
1. Ruang tamu, lengkap dengan kursi panjang dan meja
2. Ruang kerja dengan 1 unit komputer, 1 unit laptop, 3 buah printer, 1 telpon kantor,
kursi dan meja
3. 1 etalase besar berisikan majalah kuldesak/ majalah kuldezine
4. 2 rak berkas
5. 1 lemari besi besar
6. 2 papantulis
7. 1 lemari kayu
8. 1 rak rotan untuk menyimpan laporan
9. 1 rak contoh obat HIV/AIDS
10. 1 rak besi untuk menyimpan berkas
11. Kamar mandi
12. Dapur
13. Ruang makan
14. Parkiran depan
59
Hasil Observasi Peneliti. Di sekretariat Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak. Depok, 10 Juni 2015
50
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Dalam penelitian yang dilakukan tentang efektivitas dukungan sosial bagi
ODHA (orang dengan HIV/AIDS) di kelompok dukungan sebaya kuldesak Kota
Depok,
peneliti
menemukan data-data
yang relevan
di
dalam
penelitian
tersebut.Banyak ODHA yang merasa mendapatkan dukungan sosial dari orang-orang
disekitarnya.Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah ODHA dari
berbagai status yang berada di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak. Dari 40 angket
yang telah disebar, peneliti mendapatkan data mengenai identitas responden
berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan, lama terdiagnosa
HIV/AIDS dan penyebab terinfeksi HIV/AIDS.
Adapun frekuensi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
dalam tabel 5. 1 di berikut ini:
51
Tabel 5.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Karakteristik
Responden
1
Jumlah
Frekuensi
Prosentase
Laki-Laki
26
65 %
Perempuan
14
35%
40
100%
Jenis Kelamin
Total
Berdasarkan Tabel 5.1, dapat diketahui bahwa jumlah ODHA di kelompok
dukungan sebaya kuldesak lebih banyak laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Laki-laki berjumlah 26 responden atau sebesar 65% sedangkan perempuan berjumlah
14 responden atau sebesar 35%. Hal ini dikarenakan penderita HIV/AIDS lebih
banyak laki-laki dibanding perempuan.Hal ini dapat dilihat dari data kumulatif AIDS
Jenis kelamin pada tahun 1987-2014 bahwa laki-laki yang terkena HIV/AIDS lebih
banyak dibandingkan perempuan.60
Selanjutnya, karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel
5.2 berikut ini:
60
Hasil Observasi Peneliti. Pada Presentasi Dokter Ningsih dalam kegiatan penyuluhan HIV/AIDS di
Puskesmas Pancoranmas bersama kelompok dukungan sebaya kuldesak. Depok, 6 Juni 2015
52
Tabel 5.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
NO
Karakteristik
Responden
Jumlah
Frekuensi
Prosentase
≤ 20 tahun
1
2,5%
21 – 30 tahun
14
35%
31 – 40 tahun
23
57,5%
≥ 40 tahun
2
5%
40
100%
2
Usia
Total
Berdasarkan Tabel 5.2, dapat diketahui bahwa usia ODHA di kelompok
dukungan sebaya Kuldesak ialah lebih banyak yang berusia antara 31-40 tahun yang
berjumlah 23 responden atau sebesar 57,5%. Selanjutnya yang berusia antara 21-30
tahun berjumlah 14 responden atau sebesar 35%. Sedangkan ODHA yang berusia
kurang dari 20 tahun berjumlah 1 responden atau sebesar 2,5% dan ODHA yang
berusia lebih dari 50 tahun berjumlah 2 responden atau sebesar 5%.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, ODHA yang berada di
kelompok dukungan sebaya kuldesak memang lebih banyak yang berusia 30 tahun
keatas dan kebanyakan dari mereka telah berkeluarga juga memiliki anak.Dari
sebagian ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak dapat memiliki anak yang
negatif dari HIV/AIDS.Hal tersebut dikarenakan program yang dilakukan pasangan
53
HIV/AIDS secara rutin dan sesuai petunjuk dokter agar mendapatkan anak yang
bebas dari virus HIV/AIDS61.
Selanjutnya, karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat
pada tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
NO
Karakteristik
Responden
Jumlah
Frekuensi
Prosentase
SD
7
17,5%
SMP
3
7,5%
SMA
26
65%
Diploma 3
3
7,5%
Strata 1
1
2,5%
40
100%
3
Pendidikan
Total
Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir ODHA di
kelompok dukungan sebaya Kuldesak lebih banyak yang berpendidikan terakhir SMA
yang berjumlah 26 responden atau sebesar 65%. Selanjutnya, berpendidikan terakhir
SD berjumlah 7 responden atau sebesar 17,5%. Sedangkan berpendidikan terakhir
SMP berjumlah 3 orang responden atau sebesar 7,5%. Lalu berpendidikan terakhir
61
Hasil Observasi Peneliti. Dalam kegiatan Talkshow HIV/AIDS Kuldesak yang diadakan di
lingkungan masyarakat. Depok, 23 Mei 2015
54
Diploma 3 juga berjumlah 3 responden atau sebesar 7,5% dan berpendidikan terakhir
Strata 1 berjumlah 1 responden atau sebesar 2,5%.
Dari data yang telah didapat mengenai karakteristik responden melalui
pendidikan yang paling banyak mengecam pendidikan terakhir adalah SMA.Disini
dapat terlihat bahwa pendidikan mempengaruhi satus ODHA tersebut.Ketika mereka
sudah berstatus sebagai ODHA berarti tidak banyak ODHA yang dapat melanjutkan
jenjang pendidikan ke jenjang selanjutnya dan hanya berakhir pada tingkatan SMA.
Hal ini juga dapat kita lihat bahwa dari 40 responden yang ada, hanya 3 responden
lulusan Diploma 3 dan 1 responden lulusan Strata 1. Dapat disimpulkan pula bahwa
ruang gerak seorang ODHA masih dibatasi oleh masyarakat.
Selanjutnya karakteristik responden berdasarkan status perkawinan dapat
dilihat pada tabel 5. 4 sebagai berikut:
55
Tabel 5.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan
NO
4
Karakteristik
Responden
Jumlah
Frekuensi
Prosentase
Status
Perkawinan
Lajang
16
40%
Menikah
22
55%
Janda
1
2,5%
Duda
1
2,5%
40
100%
Total
Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa ODHA di kelompok dukungan
sebaya kuldesak ialah lebih banyak yang berstatus menikah yang berjumlah 22
responden atau sebesar 55%.Sedangkan ODHA yang berstatus lajang berjumlah 16
responden atau sebesar 40%. Lalu ODHA yang berstatus janda berjumlah 1 orang
atau sebesar 2,5% dan yang berstatus duda juga berjumlah 1 orang atau sebesar 2,5%.
Dari observasi yang juga peneliti lakukan, ODHA yang berstatus menikah
memiliki pasangan yang juga ODHA.Untuk ODHA yang berstatus janda dan duda
dikarenakan ditinggal pasangannya yang sudah terlebih dahulu menghadap kepada
illahi62.
Selanjutnya, karakteristik responden berdasarkan lama terdiagnosa HIV/AIDS
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
62
Hasil Observasi Peneliti. Dalam kegiatan penyuluhan HIV/AIDS di puskesmas Pancoranmas bersama
dengan kelompok dukungan sebaya kuldesak. Depok, 6 Juni 2015
56
Tabel 5.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Terdiagnosa HIV/AIDS
NO
Karakteristik
Responden
5
Jumlah
Frekuensi
Prosentase
Lama
Terdiagnosa
HIV/AIDS
≤ 1 tahun
10
25%
1 - 5 tahun
17
42,5%
6 – 10 tahun
13
32,5%
40
100%
Total
Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa lama terdiangnosa HIV/AIDS
ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak lebih banyak berada pada 1-5 tahun
dengan jumlah 17 responden atau sebesar 42,5%. Sedangkan lama terdiangnosa
selama 6-10 tahun berjumlah 13 responden atau sebesar 32,5% dan lama terdiagnosa
kurang dari satu tahun berjumlah 10 responden atau sebesar 25%.
Dari lama terdiagnosa HIV/AIDS dapat terlihat bahwa dengan melakukan
terapi ARV (antiretroviral) dapat memperpanjang hidup ODHA.Hal tersebut dapat
dibuktikan meski bertahun-tahun mengidap HIV/AIDS mereka dapat menjalankan
kehidupan sehari-hari seperti biasanya63.
Selanjutnya
karakteristik
responden
berdasarkan
penyebab
terinfeksi
HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel 5.6 sebagai berikut ini:
63
Hasil Observasi peneliti.Pada presentasi Dokter Dian dalam Penyuluhan HIV/AIDS di Puskesmas
Pancoranmas bersama Kelompok dukungan sebaya Kuldesak. Depok, 6 Juni 2015
57
Tabel 5.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Penyebab Terinfeksi HIV/AIDS
NO
6
Karakteristik
Responden
Penyebab
Terinfeksi
HIV/AIDS
Jarum
suntik/Narkoba
Free sex
(heterosexsual dan
homosexual)
Tertular dari
suami
HRM (Laki-laki
beresiko tinggi)
Insulin
Tidak diketahui
Total
Jumlah
Frekuensi
Prosentase
19
47,5%
10
25%
4
10%
1
2,5%
1
2,5%
2
12,5%
40
100%
Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa ODHA di kelompok dukungan
sebaya Kuldesak ialah lebih banyak terkena HIV/AIDS dikarenakan penggunaan
jarum suntik/narkoba yang berjumlah 19 responden atau 47,5%. Sedangkan
dikarenakan perilaku free sex/sex bebas (heterosexual dan homosexual) berjumlah 10
responden atau 25%. Lalu penyebab HIV/AIDS dikarenakan tertular dari suami
berjumlah 4 responden atau 10%. Selanjutnya penyebab HIV/AIDS dikarenakan
HRM (laki-laki beresiko tinggi) berjumlah 1 responden atau sebesar 2,5%. Penyebab
HIV/AIDS dikarenakan insulin berjumlah 1 responden atau sebesar 2,5% dan tidak
diketahui penyebab HIV/ADIS berjumlah 2 responden atau sebesar 12,5%.
58
Ketidaktahuan penyebab dari terinfeksi HIV/AIDS dapat pula dikarenakan
virus HIV/AIDS ini tidak memiliki gejala khusus pada penderitanya. Secara tidak
sadar, penderita HIV/AIDS tidak akan menyadari adanya virus yang telah
berkembang didalam tubuhnya. Virus HIV/AIDS ini hanya akan terdeteksi apabila
telah melakukan VCT atau cek darah untuk mengetahui adakah virus HIV/AIDS
didalam tubuh seseorang64.
Jika digambarkan dalam bentuk diagram pie, maka hasil karakteristik
responden adalah sebagai berikut:
64
Hasil Observasi Peneliti. Dalam Seminar IMS (Infeksi Menular Seksual) Bersama Dokter Mira.
Depok, 27 Maret 2015
59
Gambar 5.1
Jenis Kelamin
35.00%
Laki-laki
65.00%
Perempuan
Gambar 5.2
Usia
5.00% 2.50%
35.00%
57.50%
≤ 20 tahun
21 – 30 tahun
31 – 40 tahun
Diatas 40 tahun
60
Gambar 5.3
Pendidikan
7.50% 2.50%
17.50%
7.50%
SD
SMP
SMA
65.00%
Diploma 3
Strata 1
Gambar 5.4
Status Perkawinan
2.50% 2.50%
40.00%
55.00%
lajang
menikah
janda
duda
61
Gambar 5.5
Lama Terdiagnosa HIV/AIDS
25.00%
32.50%
kurang dari 1 tahun
1 - 5 tahun
42.50%
5 - 10 tahun
Gambar 5.6
Penyebab Terinfeksi HIV
10.00%
tidak tahu
2.50% 2.50%
jarum suntik/narkoba
12.50%
25.00%
47.50%
free sex (heteroseksual
dan homoseksual)
tertular dari suami
HRM (Laki-laki Beresiko
Tinggi)
Insulin
62
B. Sumber Dukungan Sosial
Setelah mengetahui karakteristik responden maka dapat dilihat distribusi
sumber dukungan sosial yang didapatkan oleh ODHA di kelompok dukungan sebaya
kuldesak pada tabel 5.7 berikut ini:
Tabel 5.7
Sumber Dukungan Sosial
NO
Sumber Dukungan
Frekuensi
Prosentase
1
Ada
37
92,5%
2
Tidak Ada
3
7,5%
40
100%
Total
Berdasarkan tabel 5.7, dapat diketahui bahwa sebanyak 37 responden atau
sebesar 92,5% menyatakan mempunyai sumber dukungan yang berasal dari keluarga,
teman, tenaga professional maupun tenaga non professional. Sedangkan responden
yang menyatakan tidak memiliki sumber dukungan berjumlah 3 responden atau
sebesar 7,5%.
Variasi sumber dukungan sosial yang diterima responden dapat dilihat pada
gambar 5.1 berikut ini:
63
Gambar 5.7
Sumber Dukungan Sosial
variasi sumber dukungan sosial
tidak ada sumber
dukungan
keluarga, teman, tenaga
professional
17.50%
2.50%
7.50% 7.50%
22.50%
30.00%
keluarga, teman, tenaga
professional, tenaga non
professional
keluarga
12.50%
teman
keluarga, tenaga
profesional
tenaga professional
Berdasarkan gambar 5.1, dapat diketahui bahwa sebagian besar 30%
responden mendapatkan dukungan dari 3 sumber yakni keluarga, teman dan tenaga
professional. Sumber dukungan hanya dari keluarga saja menempati posisi terbanyak
kedua yakni sebesar 22,5%. Sedangkan sumber dukungan dari 4 sumber yakni
keluarga, teman, tenaga professional dan tenaga non professional sebesar 12,5%
persen. Setelahnya disusul dengan sumber dukungan dari teman sebesar 30%. Lalu
sumber dukungan dari keluarga dan tenaga professional sebesar 7,5%. Sedangkan
sumber dukungan dari keluarga dan tenaga professional sebesar 2,5% dan responden
yang merasa tidak mendapatkan sumber dukungan dari siapapun sebesar 7,5%.
64
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pengumpulan data yang peneliti lakukan terhadap 40 responden
ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) mengenai dukungan sosial di Kelompok
Dukungan Sebaya Kuldesak, maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 5.8
Dimensi Dukungan Materi/Instrumenal
No
Pernyataan
TP
JR
SR
SL
Rataan
Skor
1
Saya menerima bantuan uang untuk biaya
21
14
5
0
1,6
22
11
6
1
1,65
2
10
18
10
2,9
0
24
10
6
2,55
3
17
7
13
2,75
11
19
6
4
2,075
pengobatan ketika tidak memilikinya.
2
Saya mendapatkan pinjaman kendaraan
ketika saya butuhkan untuk pergi berobat.
3
Saya akan memperoleh informasi yang jelas
ketika membutuhkannya.
4
Saya mendapatkan saran yang sesuai
keinginan saya.
5
Saya mendapatkan rasa empati disaat saya
merasa adanya keluhan.
6
Saya akan mendapat bantuan makanan
ketika dibutuhkan.
Total Rataan Skor Dukungan Materi/Instrumenal
2,25
Butir instrumen nomer 1 pada dimensi dukungan materi/instrumenal item
analisis yang mendapatkan bantuan uang untuk biaya pengobatan ketika
membutuhkannya memiliki rataan skor 1,6 dengan jumlah jawaban tidak pernah
65
sebanyak 21 responden, jarang sebanyak 14 responden, sering 5 responden dan selalu
0 responden. Maka sebagian responden lebih banyak yang merasakan tidak pernah
mendapatkan bantuan uang untuk biaya pengobatan ketika membutuhkannya.
Butir instrumen nomor 2 yang mendapatkan pinjaman kendaraan ketika
responden butuhkan untuk pergi berobat, memiliki rataan skor 1,65 dengan jumlah
jawaban tidak pernah 22 responden, sebanyak 11 responden menjawab jarang,
sebanyak 6 orang menjawab sering dan 1 responden menjawab selalu. Maka sebagian
besar responden merasa bahwa mereka tidak pernah mendapatkan pinjaman
kendaraan ketika responden butuhkan untuk pergi berobat.
Pada butir instrumen nomor 3 pada indikator item analisis yang memperoleh
informasi yang jelas ketika membutuhkannya, memiliki rataan skor 2,9 dengan
jumlah jawaban tidak pernah 2 responden, jumlah jawaban jarang 10 responden,
jumlah jawaban sering 18 responden, jumlah jawaban selalu sebanyak 10 responden.
Maka sebagian besar responden menjawab sering dalam memperoleh informasi yang
jelas ketika membutuhkannya.
Butir instrumen nomor 4 pada indikator item analisis yang mendapatkan saran
yang sesuai keinginan responden, memiliki rataan skor 2,55 dengan jumlah jawaban 0
responden menjawab tidak pernah, 24 responden menjawab jarang, 10 responden
menjawab sering, 6 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden
menjawab jarang mendapatkan saran yang sesuai keinginan responden.
Sedangkan butir instrumen nomor 5 pada indikator item analisis yang
mendapatkan rasa empati disaat merasa adanya keluhan, memiliki rataan skor 2,75
dengan jumlah jawaban 3 responden menjawab tidak pernah, 17 responden menjawab
jarang, 7 responden menjawab sering dan 13 responden menjawab selalu. Maka
66
sebagian besar responden merasa jarang mendapatkan rasa empati disaat adanya
keluhan.
Lalu butir instrumen nomor 6 pada indikator item analisis yang akan mendapat
bantuan makanan ketika dibutuhkan, memiliki rataan skor 2,075 dengan jumlah
jawaban 11 tidak pernah, 19 responden menjawab jarang, 6 responden menjawab
sering dan 4 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden merasa
jarang mendapat bantuan makanan ketika dibutuhkan.
Selanjutnya untuk dimensi dukungan emosi/psikologis maka dapat dilihat
pada tabel 5.9 sebagai berikut ini:
Tabel 5.9
Dimensi Dukungan Emosi/Psikologis
No
Pernyataan
TP
JR
SR
SL
Skor
1
Saya akan mendapatkan perhatian ketika
4
16
11
9
2,62
untuk
8
10
13
9
2,57
yang
22
14
2
2
1,6
Saya tetap mendapatkan penilaian positif
2
16
11
11
2,77
4
10
7
19
3,025
0
16
13
11
2,87
saya mempunyai masalah.
2
Saya
menerima
bantuan
obat
mengatasi keluhan yang saya rasakan.
3
Saya
merasa
tidak
ada
orang
mencintai saya saat ini.
4
dalam kondisi saat ini.
5
Saya tetap merasa senang dengan kondisi
saya saat ini.
6
Saya merasa pendapat saya dihargai.
Total Rataan Skor Dukungan Emosi/Psikologis
2,57
67
Butir instrumen nomer 1 pada dimensi dukungan emosi/psikologi item analisis
yang mendapatkan perhatian ketika mempunyai masalah memiliki rataan skor 2,62
dengan jumlah jawaban tidak pernah sebanyak 4 responden, jarang sebanyak 16
responden, sering 11 responden dan selalu 9 responden. Maka sebagian responden
lebih banyak yang merasakan jarang mendapatkan perhatian ketika mempunyai
masalah.
Butir instrumen nomor 2 yang menerima bantuan obat untuk mengatasi
keluhan yang dirasakan, memiliki rataan skor 1,6 dengan jumlah jawaban tidak
pernah 22 responden, sebanyak 14 responden menjawab jarang, sebanyak 2 orang
menjawab sering dan 2 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden
merasa bahwa tidak pernah merasa tidak ada orang yang mencintainya saat ini.
Pada butir instrumen nomor 3 pada indikator item analisis yang merasa tidak
ada orang yang mencintainya saat ini, memiliki rataan skor 2,9 dengan jumlah
jawaban tidak pernah 2 responden, jumlah jawaban jarang 10 responden, jumlah
jawaban sering 18 responden, jumlah jawaban selalu sebanyak 10 responden. Maka
sebagian besar responden menjawab sering dalam memperoleh informasi yang jelas
ketika membutuhkannya.
Butir instrumen nomor 4 pada indikator item analisis yang tetap mendapatkan
penilaian positif dalam kondisinya saat ini, memiliki rataan skor 2,22 dengan jumlah
jawaban 2 responden menjawab tidak pernah, 16 responden menjawab jarang, 11
responden menjawab sering, 11 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar
responden menjawab jarang mendapatkan penilaian positif dalam kondisinya saat ini.
Sedangkan butir instrumen nomor 5 pada indikator item analisis yang
mendapatkan rasa empati disaat merasa adanya keluhan, memiliki rataan skor 3,025
dengan jumlah jawaban 0 responden menjawab tidak pernah, 16 responden menjawab
68
jarang, 11 responden menjawab sering dan 13 responden menjawab selalu. Maka
sebagian besar responden merasa sering mendapatkan penilaian positif dalam
kondisinya saat ini.
Lalu butir instrumen nomor 6 pada indikator item analisis yang merasa
pendapatnya dihargai, memiliki rataan skor 2,87 dengan jumlah jawaban 11 tidak
pernah, 19 responden menjawab jarang, 6 responden menjawab sering dan 4
responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden merasa jarang merasa
pendapatnya dihargai.
Selanjutnya untuk dimensi dukungan penghargaan dapat dilihat pada tabel
5.10 berikut ini:
Tabel 5.10
Dimensi Dukungan Penghargaan
No
Pernyataan
TP
JR
SR
SL
Skor
1
Saya merasa nyaman ketika berada didekat
1
12
13
14
3
4
12
12
12
2,8
atas
5
20
9
6
2,4
Saya merasa dimiliki oleh orang-orang
4
12
9
15
2,87
10
14
10
6
2,3
orang lain.
2
Saya mendapatkan kasih sayang disaat yang
tepat.
3
Saya
mendapatkan
pengakuan
kelebihan yang saya miliki.
4
disekitar saya.
5
Saya mengikuti kegiatan sosial yang ada di
masyarakat.
Total Rataan Skor Dukungan Penghargaan
2,67
69
Butir instrumen nomer 1 pada dimensi dukungan penghargaan item analisis
yang merasa nyaman ketika berada didekat orang lain, memiliki rataan skor 3 dengan
jumlah jawaban tidak pernah sebanyak 1 responden, jarang sebanyak 12 responden,
sering 13 responden dan selalu 14 responden. Maka sebagian responden lebih banyak
yang merasakan selalu merasa nyaman ketika berada didekat orang lain.
Butir instrumen nomor 2 yang mendapatkan kasih sayang disaat yang tepat,
memiliki rataan skor 2,8 dengan jumlah jawaban tidak pernah 4 responden, sebanyak
12 responden menjawab jarang, sebanyak 12 orang menjawab sering dan 12
responden menjawab selalu. Maka sebagian responden lebih banyak merasakan
jarang, sering, dan selalu mendapatkan kasih sayang disaat yang tepat.
Pada butir instrumen nomor 3 pada indikator item analisis yang mendapatkan
pengakuan atas kelebihan yang dimiliki, memiliki rataan skor 2,4 dengan jumlah
jawaban tidak pernah 5 responden, jumlah jawaban jarang 20 responden, jumlah
jawaban sering 9 responden, jumlah jawaban selalu sebanyak 6 responden. Maka
sebagian besar responden menjawab jarang mendapatkan pengakuan atas kelebihan
yang dimiliki.
Butir instrumen nomor 4 pada indikator item analisis yang merasa dimiliki
oleh orang-orang disekitarnya, memiliki rataan skor 2,87 dengan jumlah jawaban 4
responden menjawab tidak pernah, 12 responden menjawab jarang, 9 responden
menjawab sering, 15 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden
menjawab selalu merasa dimiliki oleh orang-orang disekitarnya.
Sedangkan butir instrumen nomor 5 pada indikator item analisis yang
mengikuti kegiatan sosial yang ada di masyarakat, memiliki rataan skor 2,3 dengan
jumlah jawaban 10 responden menjawab tidak pernah, 14 responden menjawab
jarang, 10 responden menjawab sering dan 6 responden menjawab selalu. Maka
70
sebagian besar responden merasa jarang mengikuti kegiatan sosial yang ada di
masyarakat.
Selanjutnya pada dimensi dukungan integritas sosial dapat dilihat pada tabel
5.11 berikut ini:
Tabel 5.11
Dimensi Dukungan Integritas Sosial
No
Pernyataan
TP
JR
SR
SL
Skor
1
Saya menerima pujian ketika berhasil
3
19
11
7
2,55
15
11
7
7
2,15
4
17
11
8
2,57
1
24
8
7
2,52
melakukan tugas yang diberikan.
2
Saya menjadi anggota salah satu organisasi
yang ada dimasyarakat.
3
Saya mendapatkan tawaran bekerja sama
dengan orang lain.
4
Saya menerima umpan balik terhadap apa
yang saya lakukan.
Total Rataan Dukungan Intergritas Sosial
2,45
Butir instrumen nomer 1 pada dimensi dukungan integritas sosial item analisis
yang menerima pujian ketika berhasil melakukan tugas yang diberikan, memiliki
rataan skor 2,55 dengan jumlah jawaban tidak pernah sebanyak 3 responden, jarang
sebanyak 19 responden, sering 11 responden dan selalu 7 responden. Maka sebagian
responden lebih banyak yang merasakan jarang menerima pujian ketika berhasil
melakukan tugas yang diberikan.
Butir instrumen nomor 2 yang menjadi anggota salah satu organisasi yang ada
dimasyarakat, memiliki rataan skor 2,15 dengan jumlah jawaban tidak pernah 15
71
responden, sebanyak 11 responden menjawab jarang, sebanyak 7 orang menjawab
sering dan 7 responden menjawab selalu. Maka sebagian responden lebih banyak
yang tidak pernah menjadi anggota salah satu organisasi yang ada dimasyarakat.
Pada butir instrumen nomor 3 pada indikator item analisis yang mendapatkan
tawaran bekerja sama dengan orang lain, memiliki rataan skor 2,57 dengan jumlah
jawaban tidak pernah 4 responden, jumlah jawaban jarang 17 responden, jumlah
jawaban sering 11 responden, jumlah jawaban selalu sebanyak 8 responden. Maka
sebagian besar responden menjawab jarang mendapatkan tawaran bekerja sama
dengan orang lain.
Butir instrumen nomor 4 pada indikator item analisis yang menerima umpan
balik terhadap apa yang dilakukan, memiliki rataan skor 2,52 dengan jumlah jawaban
1 responden menjawab tidak pernah, 24 responden menjawab jarang, 8 responden
menjawab sering, 7 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden
menjawab jarang menerima umpan balik terhadap apa yang dilakukan.
Lalu pada dimensi dukungan informasi dapat dilihat pada tabel 5.12 sebagai
berikut ini:
72
Tabel 5.12
Dimensi Dukungan Informasi
No
Pernyataan
TP
JR
SR
SL
Rataan
Skor
1
Saya mendapatkan waktu yang memadai
7
15
11
7
2,45
6
18
9
7
2,42
2
14
10
14
2,9
5
21
9
5
2,35
untuk didampingi.
2
Saya
mendapatkan
pengajaran
cara
mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
3
Saya akan dibawa berobat pada saat saya
merasakan adanya keluhan.
4
Saya akan mendapatkan bantuan jasa saat
saya membutuhkannya.
Total Rataan Skor Dukungan Informasi
2,53
Butir instrumen nomer 1 pada dimensi dukungan informasi item analisis yang
mendapatkan waktu yang memadai untuk didampingi, memiliki rataan skor 2,45
dengan jumlah jawaban tidak pernah sebanyak 7 responden, jarang sebanyak 15
responden, sering 11 responden dan selalu 7 responden. Maka sebagian responden
lebih banyak yang merasakan jarang mendapatkan waktu yang memadai untuk
didampingi.
Butir instrumen nomor 2 yang mendapatkan pengajaran cara mengatasi
masalah yang sedang dihadapi, memiliki rataan skor 2,42 dengan jumlah jawaban
tidak pernah 6 responden, sebanyak 18 responden menjawab jarang, sebanyak 9 orang
menjawab sering dan 7 responden menjawab selalu. Maka sebagian responden lebih
73
banyak yang merasa jarang mendapatkan pengajaran cara mengatasi masalah yang
sedang dihadapi.
Pada butir instrumen nomor 3 pada indikator item analisis yang akan dibawa
berobat pada saat merasakan adanya keluhan, memiliki rataan skor 2,9 dengan jumlah
jawaban tidak pernah 2 responden, jumlah jawaban jarang 14 responden, jumlah
jawaban sering 10 responden, jumlah jawaban selalu sebanyak 14 responden. Maka
sebagian besar responden menjawab jarang dan selalu akan dibawa berobat pada saat
saya merasakan adanya keluhan.
Butir instrumen nomor 4 pada indikator item analisis yang akan mendapatkan
bantuan jasa saat membutuhkannya, memiliki rataan skor 2,35 dengan jumlah
jawaban 5 responden menjawab tidak pernah, 21 responden menjawab jarang, 9
responden menjawab sering, 5 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar
responden menjawab jarang akan mendapatkan bantuan jasa saat membutuhkannya.
D. Efektivitas Dukungan Sosial bagi ODHA di Kelompok Dukungan Kuldesak
Efektivitas dukungan sosial dapat diukur berdasarkan lima dimensi yaitu
dimensi dukungan materi/instrumenal, dukungan emosi/psikologis, dukungan
penghargaan, dukungan integritas sosial dan dukungan informasi. Lalu kelima
dimensi tersebut akan dikategorikan hasil posisi range tingkatan untuk efektivitas
dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1, 00 – 1, 75
: Tidak Efektif
1, 76 – 2, 5
: Kurang Efektif
2, 51 – 3, 25
: Efektif
74
3, 26 – 4, 00
: Sangat Efektivitas
Maka, efektivitas dari ke lima dimensi dukungan sosial dan jumlah efektivitas
secara keseluruhan tersebut dapat kita lihat pada tabel 5.13 Berikut ini:
Tabel 5.13
Efektivitas Dukungan Sosial bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di
Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok
No
Dimensi
Rataan Skor
Kategori Efektivitas
1
Dukungan Materi/Instrumenal
2, 25
Kurang Efektif
2
Dukungan Emosi/Psikologis
2, 57
Efektif
3
Dukungaan Penghargaan
2, 67
Efektif
4
Dukungan Intergritas Sosial
2, 45
Kurang Efektif
5
Dukungan Informasi
2, 53
Efektif
2, 49
Kurang Efektif
Efektivitas
Berdasarkan tabel 5.13, hasil nilai rata-rata pada pengukuran efektivitas
dukungan sosial bagi ODHA di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, bahwa
keseluruhan indikator berada pada jumlah 2,49 berdasarkan rataan skor tersebut maka
dikategorikan pada rentang skala rataan skor kurang efektif. Hal ini dikarenakan pada
ke lima dimensi dukungan sosial ada dua dimensi yang berada pada skala rataan skor
kurang efektif yakni dimensi dukungan materi/instrumenal berjumlah 2,25,
berdasarkan rataan tersebut maka dikategorikan kurang efektif. Lalu pada dimensi
dukungan integritas sosial memiliki jumlah rataan skor 2,45, berdasarkan rataan
tersebut maka dikategorikan kurang efektif.
75
Sedangkan ke tiga dimensi lainnya dikategorikan efektif yakni, dimensi
dukungan emosi/psokologis yang memiliki rataan skor 2,57. Lalu dimensi dukungan
penghargaan yang juga dikategorikan efektif memiliki rataan skor 2,67 dan dimensi
dukungan informasi yang memiliki rataan skor 2,53 berdasarkan rataan tersebut maka
dikategorikan efektif.
Maka secara keseluruhan dimensi dukungan sosial, masih adanya dukungan
sosial yang kurang efektif bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS).Lalu untuk
kedepannya diharapkan bahwa dukungan bagi ODHA ini lebih ditingkatkan
kembali.Hal tersebut karena dengan adanya dukungan sosial yang besar bagi ODHA,
maka mereka dapat menjalani kehidupan seperti sediakala tanpa stigma maupun
diskriminasi dari masyarakat/orang-orang disekitarnya.
E. Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan Sosial
Berikut ini merupakan hasil penelitian tingkat efektivitas dukungan sosial bagi
ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dikelompok dukungan sebaya Kuldesak dari
kelima dimensi dukungan sosial berdasarkan jenis kelamin yang termasuk ke dalam
laki-laki dan perempuan:
76
Gambar 5.8
Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin
2.8
2.7
2.6
2.5
2.4
2.3
2.2
2.1
2.757
2.738
2.714
2.631
2.4712.452
2.571
2.494
2.385
Laki-laki
2.433
Perempuan
Berdasarkan tabulasi silang dan grafik pada gambar 5.8, dapat dilihat bahwa
pada kategori jenis kelamin laki-laki pada dimensi pertama yaitu item analisis
dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,47, pada dimensi kedua yaitu
dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,49, lalu pada dimensi ketiga yaitu
dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,63, sedangkan pada dimensi dukungan
integritas sosial memiliki rataan skor 2,38 dan pada dimensi dukungan informasi
memiliki rataan 2,43. Dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling
tinggi dan yang memiliki rataan skor lebih rendah yaitu pada dimensi dukungan
integritas sosial.
Pada kategori jenis kelamin perempuan, dimensi pertama yaitu dukungan
materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,45, pada dimensi kedua yaitu dukungan
emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,73, lalu pada dimensi ketiga yaidtu dukungan
penghargaan memiliki rataan skor 2,75, sedangkan pada dimensi dukungan integritas
sosial memiliki rataan skor 2,57 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor
77
2,71. Pada kategori jenis kelamin perempuan, dimensi dukungan penghargaan juga
memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi
dukungan materi/instrumenal.
Pada dimensi penghargaan yang memiliki skor tertinggi pada responden lakilaki mauupun perempuan, namun responden perempuan memberikan skor lebih tinggi
lagi pada dimensi dukungan penghargaan yaitu sebesar 2,75 sedangkan, pada
responden laki-laki hanya memberikan skor 2,63. Hal ini dikarenakan bahwa
responden perempuan lebih merasakan bahwa dukungan penghargaan ini sangat
penting. Karena pada dasarnya baik laiki-laki maupun perempuan sangat
membutuhkan adanya sikap dihargai dan diterima, diakui keberadaannya dan rasa
dimiliki dan dicintai orang lain. Pada dasarnya, ODHA ini sangat membutuhkan
dukungan penghargaan berupa penerimaan dan penilaian positif dari masyarakat. Stop
stigma negatif dan diskriminasi terhadap ODHA.
Dengan demikian, maka terdapat pendapat yang sama antara responden lakilaki maupun perempuan dalam menilai efektivitas tertinggi dukungan sosial pada
dimensi dukungan penghargaan.
Berikutnya hasil penelitian tingkat efektivitas dukungan sosial bagi ODHA
(orang dengan HIV/AIDS) dikelompok dukungan sebaya Kuldesak dari kelima
dimensi dukungan sosial berdasarkan usia yang termasuk ke dalam usia ≤ 20 tahun,
21-30 tahun, 31-40 tahun dan usia diatas 40 tahun:
78
Gambar 5.9
Efektivitas Dukungan Sosial BerdasarkanUsia
3.5
3.1
3
3
2.5
2.66
2.52
2.42
2.6
2.68
2.34
2.11 2.17 2.08
2.16
1.83
2
2.52
2.5
2.25
2.62
2.48
2.30
1.75
1.5
1
0.5
0
Dukungan Materi
Instrumental
Dukungan
Emosi/Psikologis
≤ 20 tahun
Dukungan
Penghargaan
21 – 30 tahun
Dukungan
Integritas Sosial
31 – 40 tahun
Dukungan
Informasi
Diatas 40 tahun
Berdasarkan tabulasi silang pada gambar 5.9, dapat dilihat bahwa pada
kategori usia ≤ 20 tahun tahun pada dimensi pertama yaitu item analisis atau
dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 3, pada dimensi kedua yaitu
dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 1,83, lalu pada dimensi ketiga yaitu
dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,6, sedangkan pada dimensi dukungan
integritas sosial memiliki rataan skor 1,75 dan pada dimensi dukungan informasi
memiliki rataan 2,5. Dimensi dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor
paling tinggi dan yang memiliki rataan skor lebih rendah yaitu pada dimensi
dukungan integritas sosial.
79
Pada kategori usia 21-30 tahun, dimensi pertama yaitu dukungan
materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,11, pada dimensi kedua yaitu dukungan
emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,42, lalu pada dimensi ketiga yaidtu dukungan
penghargaan memiliki rataan skor 2,34, sedangkan pada dimensi dukungan integritas
sosial memiliki rataan skor 2,16 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor
2,30. Pada kategori usia 21-30 tahun, dimensi dukungan emosi/psikologis memiliki
rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan
materi/instrumenal.
Pada kategori usia 31-40 tahun, dimensi pertama yaitu dukungan
materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,08, pada dimensi kedua yaitu dukungan
emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,66, lalu pada dimensi ketiga yaidtu dukungan
penghargaan memiliki rataan skor 2,68, sedangkan pada dimensi dukungan integritas
sosial memiliki rataan skor 2,52 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor
2,48. Pada kategori usia 31-40 tahun, dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan
skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan
materi/instrumenal.
Pada kategori usia 40 tahun keatas, dimensi pertama yaitu dukungan
materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,11, pada dimensi kedua yaitu dukungan
emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,42, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan
penghargaan memiliki rataan skor 3,1, sedangkan pada dimensi dukungan integritas
sosial memiliki rataan skor 2,25 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor
2,62. Pada kategori usia 40 tahun keatas, dimensi dukungan penghargaan memiliki
rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan
materi/instrumenal.
80
Pada dimensi dukungan sosial materi/instrumenal, karakteristik berusia ≤ 20
memberikan skor lebih tinggi yaitu 3 dibandingan dengan karakteristik responden
pada umur 21-30 tahun, 31-40 tahun dan diatas 40 tahun yang masing-masing lebih
banyak memberikan rataan skor pada dimensi dukungan penghargaan dan
memberikan skor paling rendah pada dukungan materi/instrumenal. Hal tersebut
dikarenakan, pada usia ≤ 20 tahun masih dapat mengukur sesuatu hanya dengan
materi, sedangkan pada usia 20 tahun keeatas, cenderung sudah memasuki
kedewasaan dan sudah merasa bahwa dukungan penghargaan diri itu jauh lebih utama
dibandingan hanya dukungan materi.
Dengan demikian, maka terdapat perbedaan pendapat dalam menilai
efektivitas dukungan sosial pada responden berusia ≤ 20, responden berusia 21-30,
responden berusia 31-40 dan responden berusia 40 tahun keatas. Pada dimensi
dukungan sosial materi/instrumenal mendapatkan penilaian paling tinggi dari
responden usia≤ 20. Sedangkan usia 21-30, 31-40, dan lebih dari 40 tahun secara
umum memberikan penilaian yang paling tinggi terhadap dimensi dukungan
penghargaan.
Berikutnya hasil penelitian tingkat efektivitas dukungan sosial bagi ODHA
(orang dengan HIV/AIDS) dikelompok dukungan sebaya Kuldesak dari kelima
dimensi dukungan sosial berdasarkan status pendidikan terakhir yang termasuk ke
dalam SD, SMP, SMA, Diploma 3 dan Strata 1 yakni sebagai berikut:
81
Gambar 5.10
Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan Pendidikan Terakhir
3.33
3.5
3
2.5
4
3.8
4
2.83
2.5 2.38 2.60
2.27
2.21 2.282.27
1.94
3
2.68
2.46
2.42
3 3
2.5
2.28
2.58
2.33
2
2
2.32
1.91
1.5
1
0.5
0
Dukungan
Materi
Instrumental
Dukungan
Emosi/Psikologis
SD
SMP
Dukungan
Penghargaan
SMA
Dukungan
Integritas Sosial
Diploma 3
Dukungan
Informasi
Strata 1
Berdasarkan tabulasi silang pada gambar 5.10, dapat dilihat bahwa pada
kategori pendidikan terakhir SD (sekolah dasar), pada dimensi pertama yaitu item
analisis atau dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,21, pada dimensi
kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,38, lalu pada dimensi
ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,42, sedangkan pada
dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,28 dan pada dimensi
dukungan informasi memiliki rataan 2,32. Dimensi dukungan penghargaan memiliki
rataan skor paling tinggi dan yang memiliki rataan skor lebih rendah yaitu pada
dimensi dukungan materi/instrumenal.
Pada kategori pendidikan terakhir SMP (sekolah menengah pertama), dimensi
pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 1,94, pada dimensi
kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,27, lalu pada dimensi
82
ketiga yaidtu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,46, sedangkan pada
dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2 dan pada dimensi informasi
memiliki rataan skor 2,91. Pada kategori pendidikan terakhir SMP, dimensi dukungan
emosi/psikologis memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada
pada dimensi dukungan informasi.
Pada kategori pendidikan terakhir SMA (sekolah menengah atas), dimensi
pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,28, pada dimensi
kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,60, lalu pada dimensi
ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,68, sedangkan pada
dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,5 dan pada dimensi
informasi memiliki rataan skor 2,58. Pada kategori pendidikan terakhir SMA, dimensi
dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor
terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal.
Pada kategori pendidikan terakhir Diploma 3 (D3), dimensi pertama yaitu
dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,27, pada dimensi kedua yaitu
dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,83, lalu pada dimensi ketiga yaitu
dukungan penghargaan memiliki rataan skor 3, sedangkan pada dimensi dukungan
integritas sosial memiliki rataan skor 2,33 dan pada dimensi informasi memiliki
rataan skor 3. Pada kategori pendidikan terakhir D3, dimensi dukungan penghargaan
dan dukungan informasi memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor
terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal.
Lalu pada kategori pendidikan terakhir Strata 1 (S1), dimensi pertama yaitu
dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,5, pada dimensi kedua yaitu
dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 3,33, lalu pada dimensi ketiga yaitu
dukungan penghargaan memiliki rataan skor 3,8, sedangkan pada dimensi dukungan
83
integritas sosial memiliki rataan skor 4 dan pada dimensi informasi memiliki rataan
skor 3. Pada kategori pendidikan terakhir S1, dimensi dukungan intergritas sosial
memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi
dukungan materi/instrumenal.
Pada dimensi dukungan sosial materi/instrumenal, dari berbagai karakteristik
pendidikan terakhir yakni SD, SMA, D3 dan S1 memberikan skor terendah sedangkan
pendidikan terakhir SMP memberikan skor terendah pada dukungan informasi. Untuk
dukungan tertinggi pada lulusan SD, SMP, SMA dan D3 masing-masing memberikan
skor tertinggi pada dimensi dukungan penghargaan. Sedangkan pada pendidikan
terakhir S1 memiliki pendapat lain dengan memberikan skor tertinggi pada dimensi
dukungan integritas sosial. Hal tersebut dapat terlihat bahwa pendidikan S1 lebih
banyak menghabiskan waktunya dengan orang-orang disekitarnya dan mudah
berinteraksi dengan masyarakat serta sudah lebih merasa nyaman dan percaya diri
berada ditengah-tengah masyarakat. Sedangkan pada pendidikan terakhir SD, SMP,
SMA dan diploma 3 yang lebih memilih dukungan penghargaan dengan skor
tertinggi, hal tersebut bahwa diterima dan dihargai masyarakat masih menjadi hal
yang sangat penting bagi mereka untuk selanjutnya dapat menyesuaikan diri didalam
kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian, maka terdapat perbedaan pendapat dalam menilai
efektivitas dukungan sosial pada responden dengan pendidikan terakhir SD, SMP,
SMA, Diploma 3 dan Strata 1.Pada dimensi dukungan sosial materi/instrumenal
mendapatkan penilaian paling rendah dari lulusan SD, SMA, D3 dan S1.Sedangkan
lulusan SMP memberikan skor terendah pada dukungan informasi. Untuk dukungan
tertinggi pada dimensi dukungan penghargaan pada lulusan terakhir SD, SMP, SMA
84
dan D3. Sedangkan pada lulusan S1 memberikan skor tertinggi pada dimensi
dukungan integritas sosial.
Berikutnya hasil penelitian tingkat efektivitas dukungan sosial bagi ODHA
(orang dengan HIV/AIDS) dikelompok dukungan sebaya Kuldesak dari kelima
dimensi dukungan sosial berdasarkan status perkawinan yakni, lajang, menikah, janda
dan duda sebagai berikut:
Gambar 5.11
Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan Status Perkawinan
3.4
3.5
3
3
2.5
2
2.72
2.32
2.16
2.5
3.25
2.88
2.66
2.6
2.35
2.34
2.63
2.18
2.75
2.25
2.67
2.32
2
1.66
1.5
1
0.5
0
Dukungan Materi
Instrumental
Dukungan
Emosi/Psikologis
Lajang
Dukungan
Penghargaan
Menikah
Janda
Dukungan
Integritas Sosial
Dukungan
Informasi
Duda
Berdasarkan tabulasi silang pada gambar 5.11, dapat dilihat bahwa pada
kategori ststus lajang, pada dimensi pertama yaitu item analisis atau dukungan
materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,16, pada dimensi kedua yaitu dukungan
emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,34, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan
85
penghargaan memiliki rataan skor 2,35, sedangkan pada dimensi dukungan integritas
sosial memiliki rataan skor 2,18 dan pada dimensi dukungan informasi memiliki
rataan 2,32. Dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi dan
yang memiliki
rataan
skor
lebih rendah
yaitu
pada
dimensi
dukungan
yaitu
dukungan
materi/instrumenal.
Pada
kategori
status
menikah,
dimensi
pertama
materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,32, pada dimensi kedua yaitu dukungan
emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,72, lalu pada dimensi ketiga yaidtu dukungan
penghargaan memiliki rataan skor 2,88, sedangkan pada dimensi dukungan integritas
sosial memiliki rataan skor 2,63 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor
2,67. Pada kategori ststus menikah, dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan
skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan
materi/instrumenal.
Pada
kategori
status
janda,
dimensi
pertama
yaitu
dukungan
materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,5, pada dimensi kedua yaitu dukungan
emosi/psikologis memiliki rataan skor 3, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan
penghargaan memiliki rataan skor 3,4, sedangkan pada dimensi dukungan integritas
sosial memiliki rataan skor 2,75 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor
3,25. Pada kategori berstatus janda, dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan
skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan
materi/instrumenal.
Pada
kategori
berstatus
duda,
dimensi
pertama
yaitu
dukungan
materi/instrumenal memiliki rataan skor 1,66, pada dimensi kedua yaitu dukungan
emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,66, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan
penghargaan memiliki rataan skor 2,6, sedangkan pada dimensi dukungan integritas
86
sosial memiliki rataan skor 2,25 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 2.
Pada kategori berstatus duda, dimensi dukungan emosi/psikologis memiliki rataan
skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan
materi/instrumenal.
Pada dimensi dukungan sosial materi/instrumenal, dari berbagai karakteristik
berstatus lajang, menikah, janda dan duda memberikan skor terendah.Sedangkan
untuk dukungan tertinggi pada status lajang, menikah dan janda masing-masing
memberikan skor tertinggi pada dimensi dukungan penghargaan. Sedangkan pada
status duda memiliki pendapat lain dengan memberikan skor tertinggi pada dimensi
dukungan emosi/psikologis. Hal tersebut dapat terlihat pada status duda yang lebih
banyak mendapatkan dukungan emosi/ psikologis yang diterima ini bisa dikatakan
lebih
mengacu
pada
pemberian
semangat,
kehangatan,
cinta
kasih
dan
emosi.Sedangkan pada status lajang, menikah dan janda yang merasa lebih banyak
mendapatkan dukungan penghargaan, merasa bahwa dirinya lebih bernilai dan
diterima dengan kondisinya saat ini.
Dengan demikian, maka terdapat perbedaan pendapat dalam menilai
efektivitas dukungan sosial pada responden dengan status lajang, menikah, janda dan
duda.Pada dimensi dukungan sosial materi/instrumenal mendapatkan penilaian paling
rendah dari semua status.Sedangkan pada status duda memberikan dukungan
emosi/psikologis skor tertinggi. Lalu skor dukungan tertinggi lain diberikan pada
dimensi dukungan penghargaan pada status lajang, menikah dan janda.
Berikutnya hasil penelitian tingkat efektivitas dukungan sosial bagi ODHA
(orang dengan HIV/AIDS) dikelompok dukungan sebaya Kuldesak dari kelima
dimensi dukungan sosial berdasarkan lamanya terdiangnosa yakni, < dari 1 tahun, 1-5
tahun dan 6-10 tahun sebagai berikut ini:
87
Gambar 5.12
Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan Lama Terdiagnosa HIV/AIDS
2.83
3
2.5
2.23 2.15
2.39
2.48
2.57 2.65
2.52
2.76
2.64
2.22
2.33
2.67
2.37
2.51
2
1.5
1
0.5
0
Dukungan Materi
Dukungan
Instrumental
Emosi/Psikologis
< dari 1 tahun
Dukungan
Penghargaan
1 - 5 tahun
Dukungan
Integritas Sosial
Dukungan
Informasi
6 - 10 tahun
Berdasarkan tabulasi silang pada gambar 5.12 diatas, dapat dilihat bahwa pada
kategori lama terdiagnosa kurang dari 1 tahun, pada dimensi pertama yaitu item
analisis atau dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,23, pada dimensi
kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,48, lalu pada dimensi
ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,52, sedangkan pada
dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,22 dan pada dimensi
dukungan informasi memiliki rataan 2.37. Dimensi dukungan penghargaan memiliki
rataan skor paling tinggi dan yang memiliki rataan skor lebih rendah yaitu pada
dimensi dukungan integritas sosial.
88
Pada kategori lama terdiagnosa 1-5 tahun, dimensi pertama yaitu dukungan
materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,15, pada dimensi kedua yaitu dukungan
emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,57, lalu pada dimensi ketiga yaidtu dukungan
penghargaan memiliki rataan skor 2,64, sedangkan pada dimensi dukungan integritas
sosial memiliki rataan skor 2,33 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor
2,51. Pada kategori lama terdiagnosa 1-5 tahun, dimensi dukungan penghargaan
memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi
dukungan materi/instrumenal.
Pada kategori lama terdiagnosa 6-10 tahun, dimensi pertama yaitu dukungan
materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,39, pada dimensi kedua yaitu dukungan
emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,65, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan
penghargaan memiliki rataan skor 2,83, sedangkan pada dimensi dukungan integritas
sosial memiliki rataan skor 2,76 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor
2,67. Pada kategori lama terdiagnosa 6-10 tahun, dimensi dukungan penghargaan
memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi
dukungan materi/instrumenal.
Pada
dimensi
dukungan
penghargaan
masing-masing kategori
lama
terdiagnosa memberikan skor tertinggi.Sedangkan pada skor dimensi dukungan
terendah pada kategori lama terdiagnosa 1-5 tahun dan 1-6 berada pada dimensi
dukungan materi/instrumenal.Sedangkan pada lama terdiagnosa kurang dari 1 tahun
memberikan skor terendah pada dimensi dukungan integritas sosial.Hal ini dapat
dikatakan bahwa ketika seseorang baru mengetahui statusnya sebagai ODHA, orangorang disekitarnya masih saja mendiskriminasi dan menstigma hal tersebut.Maka,
kurangnya dukungan sosial integritas sosial sangat dirasakan oleh kategori yang
tergolong baru mengetahui statusnya sebagai ODHA.
89
Dengan demikian, maka terdapat kesamaan pendapat dalam menilai
efektivitas dukungan sosial pada responden dengan kategori lama terdiagnosa kurang
dari 1 tahun, 1-5 tahun dan 6-10 tahun. Karena pada dimensi dukungan penghargaan,
dari masing-masing kategori memberikan skor tertinggi.
Berikutnya hasil penelitian tingkat efektivitas dukungan sosial bagi ODHA
(orang dengan HIV/AIDS) dikelompok dukungan sebaya Kuldesak dari kelima
dimensi dukungan sosial berdasarkan penyebab HIV/AIDS yaitu, narkoba/jarum
suntik, tertular dari suami, freeseks (heteroseksual dan homoseksual), HRM (laki-laki
beresiko tinggi), insulin dan tidak tahu penyebabnya sebagai berikut ini:
90
Gambar 5.13
Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan Penyebab HIV/AIDS
3.4
3.5
3.18
3
3
2.5
2
2.66
2.36
2.22.14
2.73 2.75
2.53
2.46
2.33
2.16
3
2.64
2.58
2.6
2.5
2.24
2
1.83
2.57
2.43
2.35 2.25 2.25
2.12
2
2.5
1.75
1.5
1
0.5
0
Dukungan Materi
Instrumental
Dukungan
Emosi/Psikologis
Dukungan
Penghargaan
Dukungan
Integritas Sosial
tidak tahu
Jarum Suntik
Free Seks (Homoseksual/Heteroseksual)
Tertular dari Suami
HRM (Laki-laki Beresiko Tinggi)
Insulin
Dukungan
Informasi
Berdasarkan tabulasi silang pada gambar 5.13, diatas, dapat dilihat bahwa
pada kategori tidak tahu penyebab terdiagnosa HIV/AIDS, pada dimensi pertama
yaitu item analisis atau dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,2, pada
dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,53, lalu pada
dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,24. Sedangkan
pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2 dan pada dimensi
dukungan informasi memiliki rataan 2,25. Dimensi dukungan emosi/psikologis
memiliki rataan skor paling tinggi dan yang memiliki rataan skor lebih rendah yaitu
pada dimensi dukungan integritas sosial.
91
Pada kategori penyebab terdiagnosa HIV/AIDS karena Jarum suntik/narkoba,
dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,14, pada
dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,46, lalu pada
dimensi ketiga yaidtu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,64, sedangkan
pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,5 dan pada dimensi
informasi memiliki rataan skor 2,43. Pada kategori penyebab HIV/AIDS karena jarum
suntik/narkoba, dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi,
namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal.
Pada kategori penyebab terdiagnosa HIV/AIDS karena free sex (Heteroseksual
dan Homoseksual), dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki
rataan skor 36, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan
skor 2,73, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor
2,58, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,35
dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 2,57. Pada kategori penyebab
HIV/AIDS karena free sex (heteroseks dan homoseks), dimensi dukungan
emosi/psikologis memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada
pada dimensi dukungan integritas sosial.
Lalu pada kategori penyebab terdiagnosa karena tertular dari suami, pada
dimensi pertama yaitu item analisis atau dukungan materi/instrumenal memiliki
rataan skor 2,66, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki
rataan skor 2,75, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki
rataan skor 3,4, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan
skor 2,12 dan pada dimensi dukungan informasi memiliki rataan 3,18. Dimensi
dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi dan yang memiliki rataan
skor lebih rendah yaitu pada dimensi dukungan integritas sosial.
92
Pada kategori penyebab terdiagnosa karena HRM (laki-laki beresiko tinggi),
dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 1,83, pada
dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,16, lalu pada
dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 3, sedangkan pada
dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2 dan pada dimensi informasi
memiliki rataan skor 1,75. Pada kategori penyebab terdiagnosa karena HRM (laki-laki
beresiko tinggi), dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi,
namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan informasi.
Pada kategori terdiagnosa HIV/AIDS karena insulin, dimensi pertama yaitu
dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,33, pada dimensi kedua yaitu
dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 3, lalu pada dimensi ketiga yaitu
dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,6, sedangkan pada dimensi dukungan
integritas sosial memiliki rataan skor 2,25 dan pada dimensi informasi memiliki
rataan skor 2,5. Pada kategori terdiagnosa HIV/AIDS karena insulin, dimensi
dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor
terendah ada pada dimensi integritas sosial.
Pada dimensi dukungan sosial integritas sosial, dari karakteristik responden
penyebab HIV/AIDS karena tidak tahu, free sex (homoseksual dan heteroseksual),
tertular dari suami dan karena insulin memberikan skor terendah. Lalu pada dimensi
dukungan materi/instrumenal mendapatkan skor terendah dari penyebab HIV/AIDS
karena jarum suntik dan penyebab HIV/AIDS karena HRM (laki-laki berseiko
tingggi) memberikan skor terendah pada dukungan informasi.Sedangkan untuk
dukungan
tertinggi
pada
penyebab
terdiagnosa
HIV/AIDS
karena
jarum
suntik/narkoba, tertular dari suami dan HRM (laki-laki beresiko tinggi), memberikan
skor tertinggi pada dimensi dukungan penghargaan. Sedangkan pada kategori
93
penyebab terdiagnosa HIV/AIDS karena tidak tahu penyebab, free sex dan insulin
memiliki pendapat lain dengan memberikan skor tertinggi pada dimensi dukungan
emosi/psikologis. Hal tersebut dapat terlihat bahwa penyebab dari HIV/AIDS juga
mempengaruhi dimensi dukungan sosial yang diterima dari masing-masing
kategori.Dengan demikian, maka terdapat perbedaan pendapat dalam menilai
efektivitas dukungan sosial pada responden dengan kategori penyebab HIV/AIDS.
94
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang berjudul “Efektivitas Dukungan Sosial Bagi ODHA
(Orang Dengan HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok”
dapat disimpulkan sebagai berukut:
1. Efektififas dukungan sosial bagi ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak
memiliki rataan skor (2,49) berdasarkan rataan skor tersebut maka dikategorikan
kurang efektif.
2. Dari kelima dimensi dukungan sosial yang ada memiliki rataan skor sebagai
berikut: Dukungan Materi/Instrumenal memiliki rataan skor (2,25) berdasarkan
rataan
tersebut
maka
dikategorikan
kurang
efektif,
lalu
dukungan
emosi/psikologis memiliki rataan skor (2,57) berdasarkan rataan skor tersebut
maka dikategorikan efektif, dukungan penghargaan memiliki rataan skor (2,67)
berdasarkan rataan skor tersebut maka dikategorikan efektif, dukungan Integritas
Sosial memiliki rataan skor (2,45) berdasarkan rataan skor tersebut maka
dikategorikan kurang efektif dan dukungan informasi memiliki rataan skor (2,53)
berdasarkan rataan skor tersebut maka dikategorikan efektif.
3. Dari rataan skor kelima dimensi yang ada, maka dimensi dukungan sosial yang
paling efektif bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) adalah dukungan
penghargaan dengan skor rataan tertinggi 2,67 berdasarkan rataan skor tersebut
maka dikategorikan efektif.
95
4. Hasil Crosstab atau tabulasi silang menunjukkan berdasarkan jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir, status perkawinan, lama terdiagnosa dan penyebab
HIV/AIDS, terdapat perbedaan pendapat dalam menilai dimensi dukungan
materi/isntrumental,
dukungan
emosi/psikologis,
dukungan
penghargaan,
dukungan integritas sosial dan dukungan informasi.
5. Hubungan dari penelitian ini dengan jurusan kesejahteraan sosial atau terhadap
profesi pekerja sosial adalah, pekerja sosial dapat membantu ODHA (Orang
dengan HIV/AIDS) didalam memperbaiki dan meningkatkan fungsi sosialnya.
Oleh karena itu, apabila fungsi-fungsi dari ODHA tersebut yang tidak dapat
dilaksanakan secara memadai sehingga menyebabkan ketidakberfungsian atau
masalah bagi anggota-anggota masyarakat, maka pekerja sosial disini diharapkan
dapat menjadi salah satu peran untuk membantu ODHA dalam memperbaiki dan
meningkatkan keberfungsiannya dengan memberikan dukungan sosial. Dengan
demikian, masalah-masalah yang muncul pada ODHA akibat ketiadaan dukungan
sosial dari masyarakat dapat diatasi dengan baik.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang berjudul “Efektivitas dukungan Sosial bagi ODHA
(Orang dengan HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok”
dapat disarankan bahwa:
1.
Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak kedepannya di harapkan agar dapat
meningkatkan dukungan sosial bagi ODHA yang berada di Kelompok Dukungan
Sebaya.
96
2. Untuk kedua dimensi dukungan yang masih dikategorikan memiliki rataan skor
kurang efektif yakni pada dimensi dukungan instrumenal/materi dan dukungan
integritas sosial untuk lebih ditingkatkan kembali bagi ODHA.
3. Pada dimensi dukungan sosial yang memiliki rataan skor efektif yakni dukungan
sosial emosi/psikologis, dukungan sosial penghargaan dan dukungan sosial
informasi agar di pertahankan. Terutama pada dimensi dukungan penghargaan
yang memiliki rataan skor tertinggi untuk kedepannya menjadi salah satu
keunggulan yang dimiliki kuldesak dalam memberikan dukungan sosial bagi
ODHA.
4. Dalam memberikan dukungan sosial ini dapat dilibatkan profesi selain dokter atau
dapat dikatakan bahwa memerlukan adanya profesi pekerja sosial dalam
membantu memberikan dukungan sosial kepada ODHA agar kembali dapat
berfungsi secara sosial. Lalu untuk kedepannya, diharapkan pula adanya
dukungan sosial spiritual bagi ODHA agar pendekatan agama juga dapat menjadi
salah satu motivasi untuk kehidupan yang lebih baik lagi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan didalamnya.Untuk itu, penulis memberikan beberapa saran
sebagai pertimbangan dalam penyempurnaan penelitian selanjutnya yakni, agar
penelitian selanjutnya dapat lebih mengeksplor penelitian tentang ODHA (Orang
dengan HIV/AIDS) terutama pada dukungan sosial yang diberikan bagi ODHA dan
sumber dukungan sosial tersebut.
97
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Anas Sudjiono.Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
Bugin, Burhan.Metodologi Penelitian Kuantitatif.Cetakan Ke-2, Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2005.
Departemen pendidikan dan kebudayaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan ke-1,
Jakarta: Balai Pustaka.
E. Miller, James.Effective Support Groups, How to Plan, Design, Facilitate and Enjoy Them.
Fort Wayne, Indiana: Willowgreen Publishing, 1998.
Faisal, Sanapiah.Format-format penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
FX.Suwarto.Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1999.
Hermawati, Istiana, dkk.Studi Evaluasi Efektivitas KUBE dalam Pengentasan Keluarga
Miskin di Era Otonomi Daerah. Cetakan Ke-1, Yogyakarta: Departemen Sosial RI,
2005.
James A. F Stoner&Alofonsius Sirait.Manajemen. Cetakan Ke-5, Jakarta: Penerbit Erlangga,
1994.
Jonathan Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif&Kualitatif. Cetakan Ke-1, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006.
Kountur, Ronny.Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis. Cetakan Ke-3, Jakarta: PPM,
2005.
Kurts, Linda Farris.Self-help and dupport groups, California: Sage sourcebooks for the
human services.1997.
Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1995.
Montagnier, Luc, dkk.Para Ahli Menjawab Tentang HIV/AIDS. Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti, 1997.
Noor, Juliansyah.Metodologi penelitian. Cetakan Ke-1, Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2011.
Oxford, J., (1992). Community Psycology: Theory & Practice. New York : Jhon Wiley &
Sons, Inc.
98
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 21 Tahun 2013 Tentang
Penanggulangan HIV/AIDS
Profil Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak
Rachmat kriyanto.Tekhnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: kencana, 2009.
Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif. Cetakan Ke-1, Jakarta: Kencana Prenamedia
Group, 2013.
Soedarto.Virologi Klinik Membahas Penyakit-penyakit Virus Termasuk AIDS, Flu Burung,
Flu Babi, dan SARS. Jakarta: CV Sagung Seto, 2010.
Soewarno Hadayaningrat. Azas-azas Organisasi Manajemen.( 1994).
Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan Ke-20, Bandung:
Alfabeta, 2014.
Syamil Al-qur‟an Miracle The Reference, (Bandung: Sygma Publishing, 2010).
Warto, dkk.UjiCoba Model Pelayanan Sosial Penyandang HIV dan AIDS. Yogyakarta:
Departemen Sosial RI B2P3KS, 2008.
Widhiowati, Didiet & Murni, Rokna, Bagian ke lima: Manual praktek pengembangan sosial
masyarakat “Pemberian Dukungan Kepada Masyarakat”. Bandung: STKS, 2008.
Sumber Jurnal:
Suhardiana Rachmawati, ( 2013). Kualitas hidup orang dengan HIV / AIDS yang mengikuti
terapi antiretroviral. ISSN: 2303-2936 Volume I (1), 48 – 6248.
Sushil Yadav. Perceived social support, hope, and quality of life of persons with HIV/AIDS:
a case study from Nepal. Springer Science+Business Media B.V, 11 December 2009.
Sumber Skripsi:
Agustanti,Dwi.Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) di Bandar Lampung. Thesis S2 Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Indonesia, 2006.
Wenda Andina Ayu Astari. Efektivitas Publisitas dan Kampanye E-Ticketing oleh Humas
Trans Jakarta. (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Pembangunan Nasional, 2015)
Sumber Internet:
99
Dukungan Sebaya dari Kuldesak SG, web diakses pada 21 Januari 2015 dari
http://www.odhaberhaksehat.org/2014/dukungan-sebaya-dari-kuldesak-sg/
Family Health International, “apa itu hiv/aids?”, pdf diakses pada 19 Januari 2015
Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, “HARI AIIDS
SEDUNIIA 2014” artikel ini diakses pada 20 Januari 2015 dariwww.depkes.go.id
REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK, “Jumlah Penderita HIV/AIDS di Depok Terus Bertambah,”
artikel
diakses
pada
20
Januari
2015
dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/12/19/my283yjumlah-penderita-hivaids-di-depok-terus-bertambah
100
LAMPIRAN
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Judul Penelitian : Efektifitas Dukungan Sosial bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) di
Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok
Peneliti
: Dhea Ariesta Khairunnisa
Alamat
: Komplek Bumi Sawangan Indah 1 Blok A1/19 Sawangan-Depok
No Telp/Hp
: 02191604030/083876889144
Peneliti, Dhea Ariesta Khairunnisa, Mahasiswi Program Studi Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta akan melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas Dukungan Sosial bagi ODHA
(Orang Dengan HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Seberapa besar efektifitas bentuk dukungan sosial
bagi ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak dan untuk mengetahui jenis dukungan
yang paling efektif bagi ODHA.
Peneliti menjamin kerahasiaan identitas maupun jawaban yang diberikan responden serta
menjamin bahwa penelitian ini tidak akan memberikan dampak negatif bagi siapapun.
Apabila selama penelitian berlangsung, ada dampak negatif yang dirasakan oleh responden
maka peneliti akan memberikan kompensasi yang sesuai tanpa membebankan responden.
Peneliti juga akan menjunjung tinggi hak-hak responden dan tidak akan memberikan sanksi
apapun bagi responden yang tidak berkenan berpartisipasi dalam penelitian.
Demikianlah penjelasan penelitian ini, semoga dapat meningkatkan partisipasi saudara.
Atas partisipasinya, peneliti ucapkan terima kasih.
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan kesediaan menjadi responden pada
penelitian yang berjudul “Efektifitas Dukungan Sosial bagi ODHA (Orang Dengan
HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok”, setelah mendapat
penjelasan dari peneliti tentang tujuan, manfaat dan risiko yang akan terjadi selama
penelitian berlangsung.
Saya menyadari bahwa partisipasi saya akan memberikan manfaat bagi semua pihak.
Oleh kerena itu, dengan sukarela atau tanpa paksaan saya menyatakan bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
Peneliti,
(…………………….)
Responden,
(….…………….…)
Petunjuk:
1. Bagi responden dianjurkan untuk membaca dengan teliti semua pertanyaan/pernyataan
yang ada dalam kuisioner
2. Kuisioner terdiri dari 2 bagian:
a. Bagian A, terdiri dari 7 pertanyaan yang langsung diisi oleh responden.
b. Bagian B, terdiri dari 1 pertanyaan tentang sumber dukungan atau bantuan yang
diterima oleh responden dengan memberikan tanda “ ” pada kotak yang tersedia dan
25 pernyataan tentang dukungan sosial/bantuan yang diterima dengan memberikan
tanda “ ” pada kolom yang tersedia, dengan keterangan sbb:

Tp (Tidak pernah)
: bila tidak menerima bantuan apapun

Jr (Jarang)
: bila menerima bantuan 1-2 kali/bulan

Kd (Kadang-kadang)
: bila menerima bantuan 3-4 kali/bulan

Sr (Sering)
: bila menerima bantuan 5-6 kali/bulan

Sl (Selalu)
: bila menerima bantuan > 6 kali/bulan
1 bulan
3. Semua pertanyaan/pernyataan sedapat mungkin diisi secara jujur dan lengkap.
4. Bila ada pertanyaan/pernyataan yang kurang dipahami, mintalah petunjuk langsung pada
peneliti.
5. Atas partisipasi responden kami mengucapkan terimakasih.
KUISIONER A : KARAKTERISTIK RESPONDEN
Kode responden
: …………………………(diisi oleh peneliti)
Umur
: ………………………….(Tahun)
Jenis kelamin
: …………………………..
Pendidikan
: …………………………..
Status perkawinan
: …………………………..
Lama terdiagnosa HIV/AIDS
: …………………………..(Bulan/Tahun)
Penyebab terinfeksi HIV/AIDS
: …………………………..
KUISIONER B : DUKUNGAN SOSIAL
Pertanyaan :
1. Sumber dukungan sosial yang saya terima berasal dari …….
Tidak ada
Keluarga: Suami/istri, anak, adik/kakak, ayah/ibu, kakek/nenek, kerabat
(paman/bibi/ipar/mertua)
Teman : rekan kerja, teman sebaya, kekasih/pacar, teman klub, teman organisasi
Tenaga professional: dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan lainnya
Tenaga non professional: tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh daerah/ aparat
pemerintah.
Berilah tanda chek list ( ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi saudara saat ini.
JAWABAN
N
Tidak
O
PERNYATAAN
Saya menerima bantuan uang untuk biaya
pengobatan ketika tidak memilikinya.
2.
Saya mendapatkan pinjaman kendaraan
ketika saya butuhkan untuk pergi berobat.
3.
Saya akan mendapatkan perhatian ketika
saya mempunyai masalah.
4.
Saya merasa nyaman ketika berada didekat
orang lain.
5.
Saya menerima pujian ketika berhasil
melakukan tugas yang diberikan.
6.
Saya mendapatkan waktu yang memadai
untuk didampingi.
7.
Saya akan memperoleh informasi yang
jelas ketika membutuhkannya.
8.
Saya mendapatkan saran yang sesuai
keinginan saya.
9.
Saya
menerima
bantuan
obat
untuk
mengatasi keluhan yang saya rasakan.
10.
Saya mendapatkan kasih sayang disaat
yang tepat.
11.
Saya
mendapatkan
pengakuan
atas
kelebihan yang saya miliki.
12.
Saya menjadi anggota salah satu organisasi
yang ada dimasyarakat.
Sering
Selalu
1-2 x /
5-6 x /
>6 x / bln
bln
bln
Pernah
0 x / bln
1.
Jarang
13.
Saya
mendapatkan
pengajaran
cara
mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
14.
Saya akan dibawa berobat pada saat saya
merasakan adanya keluhan.
15.
Saya mendapatkan rasa empati disaat saya
merasa adanya keluhan.
16.
Saya
merasa
tidak ada
orang
yang
mencintai saya saat ini.
17.
Saya tetap mendapatkan penilaian positif
dalam kondisi saat ini.
18.
Saya mendapatkan tawaran bekerja sama
dengan orang lain.
19.
Saya akan mendapatkan bantuan jasa saat
saya membutuhkannya.
20.
Saya akan mendapat bantuan makanan
ketika dibutuhkan.
21.
Saya tetap merasa senang dengan kondisi
saya saat ini.
22.
Saya merasa pendapat saya dihargai.
23.
Saya merasa dimiliki oleh orang-orang
disekitar saya.
24.
Saya mengikuti kegiatan sosial yang ada di
masyarakat.
25.
Saya menerima umpan balik terhadap apa
yang saya lakukan.
*Sumber kuisioner: Dwi Agustanti, SKp, “Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA) di Bandar Lampung (Tesis S2, FIK-UI, 2006).
Pedoman Observasi
Melihat segala sesuatu yang ada didalam proses kegiatan Kelompok Dukungan Sebaya
Kuldesak.
A. Melihat proses kegiatan kelompok dukungan sebaya kuldesak sebagai berikut:
1. Melihat Kegiatan Beauty Class bagi Ibu-ibu Rumah Tangga ODHA
2. Melihat dan mengikuti Seminar IMS (Infeksi Menular Seksual) yang diadakan oleh
KPA Kota Depok dan bekerjasama dengan Kuldesak
3. Melihat dan mengikuti Kelas Hukum dan Paralegal di KDS Kuldesak yang diadakan
setiap bulannya
4. Melihat talkshow HIV/AIDS dan tes VCT HIV/AIDS di Masyarakat
5. Melihat dan Mengikuti Pertemuan Rutin ODHA di Puskesmas Pancoranmas, Depok
B. Melihat Sarana dan Prasarana yang ada dikelompok dukungan Sebaya Kuldesak
HASIL OBSERVASI
Fokus Observasi
: Melihat Kegiatan Beauty Class bagi Ibu-ibu Rumah Tangga ODHA
Waktu Observasi
: 15.00-17.00
Tempat Observasi
: Kuldesak
Orang yang terlibat
: Para Pengurus Kuldesak
Waktu
15.00 - 17.00
Deskripsi
Salah
satu
program
Makna
kuldesak
adalah Kegiatan
ini
bertujuan
untuk
memberikan life skill bagi para ODHA yang membangun kepercayaan diri ibuberada di kuldesak. Salah satunya dengan ibu dengan belajar menggunakan
memberikan
keterampilan
dalam make-up. Hal ini juga menjadi
menggunakan make-up. Disini kuldesak salah
memberikan
skill
bagi
ibu-ibu
mempergunakan make-up.
Peneliti
satu
bentuk
dukungan
dalam informasi. Yakni dimana dukungan
juga informasi dibutuhkan bagi diri ibu-
membantu menjadi model dalam kegiatan ibu ODHA tersebut. Dukungan
make up tersebut. Setiap tahapan mulai dari informasi
ini
berarti
memberi
memberikan foundation sebagai alas utama informasi atau mengajarkan suatu
dalam
bermake-up.
Lalu
bagaimana keahlian yang dapat memberi solusi
menyapukan bedak secara rata diwajah. terhadap
satu
masalah.
Yakni
Sampai bagaimana cara mempergunakan eye dengan karena stigma negatif tetang
shadow dengan memadukan warna yang ODHA namun, dengan adanya
cocok di kelopak mata. Lalu bagaimana cara kegiatan
ini
diharapkan
agar
membentuk alis agar terlihat rapih dan kepercayaan diri masing-masing
cantik. Serta cara menggunakan blush on terutama pada ibu-ibu ODHA ini
dikedua
pipi
dan
juga
bagaimana dapat terbangun kembali.
memnggunakan lipstick agar rapih. Semua
diajarkan salam sesi beauty class tersebut.
Ibu-ibu
terlihat
antusias
saat
acara
berlangsung. Masing-masing dari ibu-ibu
tersebut
juga
mencoba
mempergunakan
make-up pada dirinya sendiri dengan alat
yang
telah
disediakan
oleh
pengurus
kuldesak. Dengan begitu ibu-ibu dapat
melihat hasil dari belajar make-upnya hari
ini.
HASIL OBSERVASI
Fokus Observasi
: Melihat dan mengikuti Seminar IMS (Infeksi Menular Seksual) yang
diadakan oleh KPA Kota Depok dan bekerjasama dengan Kuldesak
Waktu Observasi
: 09.00 – 13.00 WIB
Tempat Observasi
: Rumah Makan Roti Bakar Eddy, Margonda
Orang yang terlibat
: Pengurus Kuldesak dan KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Kota
Depok
Waktu
09.00 – 13.00
WIB
Deskripsi
Makna
Dalam acara seminar IMS (Infeksi Menular Dari kegiatan tersebut menjadi
Seksual) ini tidak hanya didatangi oleh salah satu wadah untuk memerangi
populasi
kunci
(ODHA)
tetapi
juga virus
HIV/AIDS
dan
tidak
didatangi oleh ibu-ibu PKK yang aktif memberikan stigma negatif pada
dalam menangani kasus HIV/AIDS di penderitanya. Kegiatan ini juga
Depok. Ibu-ibu PKK ini biasanya berperan menjadi
dalam
mendampingi
ODHA
salah
satu
bentuk
untuk dukungan informasi bagi ODHA
mendapatkan pelayanan kesehatan. Ibu-ibu terutama.
Karena
dukungan
PKK ini juga menjadi salah satu mitra informasi ini termasuk pemberian
Kuldesak untuk menjangkau ODHA agar nasehat, arahan, saran dan feedback
mendapatkan
pengobatan
yang
sesuai. atau umpan balik tentang apa yang
Disini dapat terlihat keterlibatan kuldesak sedang
dan
telah
dilakukan
dalam menanggulangi HIV/AIDS sangat seseorang. Hal tersebut terlihat dari
besar. Dengan menjangkau populasi kunci pemberian
(ODHA)
dapat
HIV/AIDS
di
menekan
Depok.
Serta
dapat pasien yang membutuhkannya.
melakukan pengobatan yakni berupa terapi
ARV. Dan kuldesak juga sebagai mitra
KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Kota
Depok dalam menjangkau populasi kunci.
Dalam acara tersebut, menghadirkan Dokter
Mira, Dokter spesialis kulit & penyakit
kelamin dari unit puskesmas Cimanggis.
tersebut
macam-macam
menjelaskan
penyakit
tentang
seksual
dan
bagaimana penularannya. Terutama untuk
penularan HIV/AIDS yang hanya menular
melalui: hubungan seksual, cairan sperma,
cairan vagina, asi dan melalui darah.
HIV/AIDS tidak menular melalui hubungan
sosial sehari-hari maupun kontak fisik
seperti bersalaman. Hal ini juga menjadi
pengetahuan
masyarakat
agar
tidak
memberikan stigma negatif pada penderita
HIV/AIDS.
tentang
penyebaran penyakit oleh Dokter Mira pada
memberikan edukasi kepada ODHA untuk
Dokter
informasi
HASIL OBSERVASI
Fokus Observasi
: Melihat dan mengikuti Kelas Hukum dan Paralegal di KDS Kuldesak
Waktu Observasi
: 14.00 – 17.00 WIB
Tempat Observasi
: Sekretariat Kuldesak
Orang yang terlibat
: Pengurus Kuldesak dan Pembicara dari lembaga Hukum
Waktu
Deskripsi
Makna
14.00 – 17.00 Kegiatan kelas hukum paralegal ini Dengan adanya kelas hukum
WIB
merupakan salah satu dari program study paralegal ini menjadi salah satu
club yang ada di Kuldesak. Kelas hukum wadah
untuk
memberikan
para legal kali ini sedang membahas pengetahuan kepada ODHA karena
mengenai
undang-undang
narkotika
di penyalahgunaan
Indonesia. Sesi kelas hukum paralegal ini pengurus
napza.
kuldesak
Untuk
sendiri,
dibawakan pembicara dari lembaga hukum pengetahun ini sebagai acuan dalam
yang sangat
memahami
hukum
dalam memperjuangkan hak teman-teman
undang-undang. Kelas ini dihadiri oleh penyalahgunaan
ODHA yang menjadi anggota Kuldesak. mendapatkan
napza
rehabilitasi
untuk
secara
Kelas hukum paralegal ini memberikan medis dan sosial. Kegiatan ini juga
pengetahuan mengenai hukum narkotika di menjadi salahsatu bentuk dukungan
Indonesia. Dimana kebanyakan ODHA yang informasi
ada
di
Kuldesak
merupakan
Penasun mengetahui
untuk
ODHA dalam
perundang-undangan
(Pengguna Napza Suntik)/mantan pemakai yang ada di Indonesia.
narkoba. Dalam kelas tersebut mengupas
tentang hukum yang akan diterima oleh
penyalahguna
narkoba.
Dalam
undang-
undang juga dijelaskan bahwa penyalahguna
narkoba
ini
seharusnya
mendapatkan
rehabilitasi secara medis maupun sosial.
Dengan begitu sang penyalahguna narkoba
dapat sembuh dengan adanya pengobatan
serta dapat berfungsi secara sosial kembali
dengan adanya rehabilitasi tersebut. Namun
yang dirasakan saat ini bahwa undangundang tentang rehabilitasi pada pengguna
napza tersebut dirasa belum terealisasikan
dengan baik. Selama ini penyalahgunaan
napza hanya dijatuhkan hukuman pidana.
Banyak teman-teman ODHA yang berdebat
dan antusias dengan topic yang dibicarakan
dalam kelas hukum paralegal ini.
HASIL OBSERVASI
Fokus Observasi
: Melihat talkshow HIV/AIDS dan tes VCT HIV/AIDS di Masyarakat
Waktu Observasi
: 10.00 – 12.00 WIB
Tempat Observasi
: Jalan Kapuk Margonda, Halaman Kos-kosan
Orang yang terlibat
: Pengurus Kuldesak dan Karang Taruna
Waktu
Deskripsi
Makna
10.00 – 12.00 Talkshow tentang HIV/AIDS ini dilakukan Dalam kegiatan talksow ini yang
WIB
kuldesak yang bermitra dengan karang taruna mengadirkan pengurus kuldesak
di lingkungan masyarakat dekat dengan sebagai informan HIV/AIDS yang
lokasi Kuldesak yakni di Jalan Kapuk bertujuan agar masyarakat tidak
Margonda. Talkshow ini mengundang Dokter merasa takut dekat dengan ODHA
Naweng dari unit puskesmas Beji, Depok (Orang Dengan HIV/AIDS) dan
sebagai ahli tentang penyakit HIV/AIDS dan lagi-lagi disini Kuldesak berupaya
para pengurus kuldesak sebagai sumber agar masyarakat tidak memberikan
informan HIV/AIDS. Lalu Dokter Naweng stigma negatif dan diskriminasi
memberikan penjelasan kepada masyarakat kepada ODHA. Karena ODHA
tentang apa itu penyakit HIV/AIDS dan juga
berhak
untuk
menjalani
bagaimana cara penularannya. Tentu saja kehidupan sehari-harinya seperti
HIV/AIDS tidak menular secara sosial dan selayaknya orang-orang biasa.
kontak fisik seperti bersalaman. Lalu disesi
lainnya, 2 orang pengurus kuldesak yakni
Bang Awang dan Bang Dian menjelaskan
tentang
apa
itu
memberikan
Kuldesak
dan
penjelasan
juga
tentang
penanggulangan HIV/AIDS. Dan salah satu
pengurus
kuldesak
yang
juga
menjadi
moderator dalam acara talkshow tersebut,
Mba
Hages
juga
menceritakan
pengalamannya yang dapat memiliki anak
dengan HIV negatif dan tentu dengan
serangkaian program yang ia lakukan dari
rumah
sakit
salahsatu
caranya
dengan
melihat jumlah virus dan CD4 yang ada
didalam
tubuh
si
Ibu.Disini
Kuldesak
mengajak masyarakat untuk memerangi virus
HIV/AIDS serta untuk tidak menjauhi dan
memberikan
penderitanya.
stigma
Sambil
negatif
pada
berjalannya
acara
talkshow juga diadakan donor darah dan
VCT/tes
HIV/AIDS
masyarakat
HIV/AIDS.
yang
untuk
menjangkau
beresiko
terkena
HASIL OBSERVASI
Fokus Observasi
:Melihat dan Mengikuti Pertemuan Rutin ODHA di Puskesmas
Pancoranmas, Depok
Waktu Observasi
: 09.00 – 13.00 WIB
Tempat Observasi
: Puskesmas Pancoranmas, Depok
Orang yang terlibat
: Pengurus Kuldsak, Dokter Puskesmas dan ODHA (Orang Dengan
HIV/AIDS) yang hadir
Waktu
09.00 – 13.00
WIB
Deskripsi
Makna
Dalam pertemuan ODHA (Orang Dengan Dari
diadakannya
pertemuan
HIV/AIDS) di puskesmas pancoranmas ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
Depok. Saat peneliti datang, rangan aula ini dapat membuka jalan untuk
puskesmas sudah mulai didatangi peserta saling bertukar pikiran. Hal ini juga
kegiatan.
Hari
itu
terlihat
beberapa menjadi
salah
satu
dukungan
diantaranya berpasangan suami istri dan emosi/psikologis yakni dukungan
beberapa turut serta membawa anaknya. emosi
ini
melibatkan
ekspresi
Dari yang peneliti dapatkan dari hasil empati, perhatian, dorongan dan
interaksi dengan beberapa ODHA, terdapat keprihatinan terhadap seseorang.
ODHA yang sigle parent dikarenakan salah Dukungan emosi adalah dukungan
satu pasangannya telah menghadap terlebih yang dapat membuat seseorang
dahulu
kepada
illahi
akibat
penyakit merasa
nyamabn,
tenang,
rasa
HIV/AIDS yang juga diderita pasangannya memiliki dan dicintai saat stress.
tersebut. Lalu Kuldesak membuat bangku Seseorang
yang
terinfeksi
didalam ruangan membentuk bulatan. Lalu HIV/AIDS tanpa stress saja sudah
para pengurus Kuldesak mengajak ODHA mengalami penurunan daya tahan
untuk saling bertukar pikiran. Yakni salah tubuh karena sifat virus HIV yang
satunya tentang pengobatan/terapi ARV, merusak sistem imun seseorang,
disini
Kuldesak
berperan
dalam apalagi dengan adanya stress. Oleh
memberikan informasi seputar pengobatan karena itu dukungan emosional ini
dan terapi ARV. Terutama memberikan sangat dibutuhkan oleh ODHA
informasi tentang kepatuhan meminum obat demi
mempertahankan
dan
ARV, hal ini dikarenakan kebanyakan meningkatkan status kesehatannya.
ODHA lupa dan telat meminum obat ARV. Juga pertemuan ini merupakan
Ketelatan itu dapat berpengaruh pada dukungan
penghargaan
bagi
perkembangan virus HIV/AIDS yang ada ODHA, dukungan penghargaan ini
dalam CD4. Kuldesak juga memberikan merupakan
informasi
yang
motivasi kepada para ODHA untuk terus diberikan pada seseorang bahwa dia
semangat dalam menjalani pengobatan dan dihargai
dan
diterima,
diakui
kegiatan sehari-hari agar ODHA dapat keberadaannya dan rasa dimiliki
merasa
percaya
menggunakan
sesama
diri.
Disini
pendekatan
ODHA
sepenanggungan,
kuldesak dan dicintai orang lain. Harga diri
dengan
dan
dengan
kata seseorang
dapat
ditingkatkan
senasib dengan cara mengkomunikasikan
begitu
para kepadanya bahwa dia bernilai dan
ODHA yang hadir dapat merasakan apa diterima meskipun tidak luput dari
yang dirasakan. Disni ODHApun mudah kesalahan. ODHA membutuhkan
terbuka dan merasa lebih percaya diri dukungan
penghargaan
berupa
dengan adanya kelompok dukungan sebaya penerimaan dan penilaian positif.
kuldesak
ini.
Setelah
sesi
kuldesak,
dilanjutkan dengan menghadirkan dokter
khusus yang menangani HIV/AIDS dalam
pertemuan tersebut yakni ada dokter Dian
yang menjelaskan tentang apai itu penyakit
HIV/AIDS
dan
bagaimana
fenomena
penyakit tersebut didalam masyarakat dan
pengobatan apa yang harus dilakukan.
Penjelasan tersebut juga ditambahkan oleh
Dokter Ningsih yang juga menjelaskan
bahwa penderita HIV/AIDS menurut data
kumulatif HIV/AIDS jenis kelamin tahun
1987-2014 lebih banyak laki-laki yang
mengidap
HIV/AIDS
sebanyak
54%
sedangkan perempuan sebanyak 30% dan
tidak melaporkan jenis kelamin sebanyak
16%. Lalu setelah sesi presentasi selesai
dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab.
Banyak ODHA yang antusias dalam sesi ini
dan
menanyakan
meminum obat.
tentang
kepatuhan
HASIL OBSERVASI
Fokus Observasi
: Melihat Sarana dan Prasarana di Kuldesak
Waktu Observasi
: 14.00 WIB
Tempat Observasi
: Sekretariat Kuldesak
Orang yang terlibat
: Sekretariat Kuldesak dan Peneliti
Waktu
14.00 WIB
Deskripsi
Makna
1. Ruang tamu, lengkap dengan
kursi panjang dan meja
2. Ruang
kerja
dengan
1
unit
komputer, 1 unit laptop, 3 buah
printer, 1 telpon kantor, kursi dan
meja
3. 1 etalase besar berisikan majalah
kuldesak/ majalah kuldezine
4. 2 rak berkas
5. 1 lemari besi besar
6. 2 papantulis
7. 1 lemari kayu
8. 1 rak rotan untuk menyimpan
laporan
9. 1 rak contoh obat HIV/AIDS
10. 1 rak besi untuk menyimpan
berkas
11. Kamar mandi
12. Dapur
13. Ruang makan
14. Parkiran depan
DOKUMENTASI
Pengisian kuisioner yang dilakukan di Sekretariatan Kuldesak setelah kegiatan kelas hukum
paralegal.
Pengisian kuisioner yang dilakukan saat pertemuan rutin di puskesmas Pancoran mas Depok
yang bertempat diaula lantai 2 puskesmas Pancoranmas Depok.
Download