BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Stroke a. Definisi Definisi Cerebro Vascular Accident ( CVA) atau stroke menurut WHO adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal yang terganggu. Post stroke akut adalah kondisi stroke yang tekanan perfusi dan oksigenasi dalam kondisi stabil. Stroke dibedakan menjadi 2 penyebab kelainan pembuluh darah, yaitu tersumbat yang menyebabkan iskemik otak infark dan pecah yang menyebabkan perdarahan otak (Tshikwela et al., 2015; Sengupta et al., 2014). Stroke iskemik disebabkan oleh trombus yang menghalangi arteri intrakranial, sehingga jaringan otak tidak dapat menerima makanan dan darah dalam beberapa waktu. Hal ini yang menjadi langkah pertama dalam penyembuhan stroke iskemik dalam 4,5 jam setelah serangan stroke (Menon et al., 2015; Tsivgoulis, et al., 2014). b. Faktor yang mempengaruhi Stroke Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya stroke diantaranya adalah hipertensi, fibrilasi atrium (FA), penyakit katup jantung, diabetes mellitus, tingginya kadar hematokrit, fibrinogen dan polisitemia, hipercholesterolemia, pil kontrasepsi, merokok, alkohol, riwayat stroke dan obesitas (Boden-Albala et al., 2015; Esenwa et al., 2015; Sarikaya et al., 2015; Teoh et al., 2015; Dorrance et al., 2014; Sarfo et al., 2014; Misbach et al., 2011; Perdossi, 2011). Jenis kelamin merupakan faktor penting dari risiko stroke. Wanita relatif dilindungi dari penyakit stroke daripada pria, hal ini dikaitkan dengan efek protektif hormon seks yaitu 4 5 estrogen dan progesteron (Gibson, 2013; Koellhoffer dan McCullough, 2013; Liu et al., 2009). Homosistein (Hcy) merupakan asam amino yang mengandung sulfur hasil metabolisme metionin yang berperan fisiologis, dipengaruhi adanya asam folat dan vitamin B6 dan B12 atau kombinasi keduanya. Tingkat Hcy fisiologis ditentukan oleh asupan makanan dan status vitamin. Kadar plasma Hcy (eHcy) menyebabkan gangguan kardiovaskular, aterosklerosis, infark miokard, stroke, gangguan kognitif, demensia, penyakit parkinson, multiple sklerosis, epilepsi, dan eklampsia. Peran plasma Hcy relevan dengan berbagai gangguan neurologis (Ansari et al., 2014; Huang, 2007). c. Hipertensi Hipertensi merupakan faktor risiko utama stroke. Hipertensi didefinisikan bila tekanan darah lebih tinggi dari atau sama dengan 140/90 mmHg pada pengukuran berulang (Banach et al., 2015; Dunn et al., 2008). Batasan hipertensi menurut JNC VIII (2014) usia < 60 tahun bila tekanan darah > 140/90 dan bila usia ≥ 60 tahun bila tekanan darah > 150/90. Studi Framingham dengan analisis regresi multivariat, dikategorikan hipertensi bila tekanan darah lebih besar atau sama dengan 160/95 mmHg, normotensi jika tekanan darah kurang atau sama dengan 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah antara 140/90 mmHg – 160/95 mmHg termasuk borderline atau hipertensi ringan. Hasil analisa lanjutan studi Framingham, baik hipertensi sistolik maupun diastolik, mempunyai risiko yang sama kejadian stroke. Sedangkan untuk tekanan darah borderline, lebih berisiko penyakit jantung koroner. Hipertensi merupakan faktor risiko umum untuk semua tipe stroke. Lokasi yang paling umum untuk stroke infark adalah infark lakunar di basal ganglia. Pada kondisi hipertensi, agen pro-inflamasi berperan meningkatkan hidrogen peroksida dan radikal bebas seperti radikal hidroksil dan anion superoksida dalam plasma. Gangguan vasodilasi pada endotel karena penurunan nitrit oksida (NO) yang merupakan vasodilator 6 dapat menyebabkan atherosklerosis (Banach et al., 2015; Garry et al., 2015; Misbach et al., 2011). Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VIII (2014) Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol Darah (mmHg) (mmHg) <120 <80 High normal 120-139 80-89 Hipertensi Stage 1 140-159 90-99 Hipertensi Stage 2 ≥ 160 ≥100 Normal Tabel 2.2 Target Penurunan Tekanan Darah Menurut JNC VIII (2014) Kategori Tanpa DM dan CKD usia < 60 tahun (mmHg) Tanpa DM dan CKD usia ≥ 60 tahun (mmHg) DM tanpa CKD semua usia (mmHg) CKD dengan/tanpa DM semua usia (mmHg) Target penurunan tekanan Darah (mmHg) < 140/90 < 150/90 < 140/90 < 140/90 Perbedaan JNC VII dengan JNC VIII adalah mendefinisikan pre hipertensi, pada JNC VIII definisi pre hipertensi tidak difokuskan, menekankan manajemen pengobatan farmakologis, sedangkan pada JNC VII masih ada kategori pre hipertensi. Ada beberapa rekomendasi pengobatan farmakologi pada JNC VIII, antara lain : 1. Pada pasien berusia ≥ 60 tahun, mulai pengobatan farmakologis pada tekanan darah sistolik ≥ 150 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg dengan target terapi untuk sistolik < 150 mmHg dan diastolik < 90 mmHg (rekomendasi kuat-grade A). 2. Pada pasien berusia < 60 tahun, mulai pengobatan farmakologis pada tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg dengan target < 90 mmHg (untuk 7 usia 30-59 tahun, rekomendasi kuat -grade A; untuk usia 18-29 tahun , opini ahli - kelas E). 3. Pada pasien berusia < 60 tahun, mulai pengobatan farmakologis pada tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dengan target terapi < 140 mmHg (opini ahli - kelas E). 4. Pada pasien berusia ≥ 18 tahun dengan penyakit ginjal kronis, mulai pengobatan farmakologis pada tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg dengan target terapi sistolik < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg (opini ahli - kelas E). 5. Pada pasien berusia ≥ 18 tahun dengan diabetes, mulai pengobatan farmakologis pada tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik BP ≥ 90 mmHg dengan target terapi untuk sistolik gol BP < 140 mmHg dan diastolik gol BP < 90 mmHg (opini ahli - kelas E). 6. Pada populasi umum bukan kulit hitam, termasuk orang-orang dengan diabetes, pengobatan antihipertensi awal harus mencakup diuretik tipe thiazide, CCB, ACE inhibitor atauARB (rekomendasi sedang-grade B) Rekomendasi ini berbeda dengan JNC 7 yaitu panel merekomendasikan diuretik tipe thiazide sebagai terapi awal untuk sebagian besar pasien. 7. Pada populasi umum kulit hitam, termasuk orang-orang dengan diabetes, pengobatan antihipertensi awal harus mencakup diuretic tipe thiazide atau CCB(Untuk penduduk kulit hitam umum:rekomendasi sedang - grade B, untuk pasien hitam dengan diabetes:rekomendasi lemah-grade C). 8. Pada penduduk usia ≥ 18 tahun dengan penyakit ginjal kronis, pengobatan awal atau tambahan anti hipertensi harus mencakup ACE inhibitor atau ARB untuk meningkatkan outcome ginjal (rekomendasi sedang-grade B). 9. Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam waktu satu bulan pengobatan, tingkatkan dosis obat awal atau menambahkan obat kedua dari salah satu kelas dalam rekomendasi 6. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan dua obat, tambahkan dan titrasi obat ketiga dari daftar yang tersedia. Jangan gunakan ACEI dan ARB bersama- 8 sama pada pasien yang sama. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai hanya dengan menggunakan obat-obatan dalam rekomendasi 6 karena kontraindikasi atau kebutuhan untuk menggunakan lebih dari 3 obat untuk mencapai target tekanan darah, maka obat anti hipertensi dari kelas lain dapat digunakan. d. Patofisiologi Penutupan aliran darah ke bagian otak tertentu, maka akan terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai di tingkat seluler, berupa perubahan fungsi dan struktural sel yang diikuti kerusakan pada fungsi utama serta intergritas fisik dari susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron (Misbach et al., 2011). Disamping itu terjadi pula perubahan miliu ektra seluler, karena peningkatan pH jaringan serta kadar gas darah, keluarnya zat neurotransmitter (glutamat) serta metabolisme sel-sel yang iskemik, disertai kerusakan sawar darah otak (blood brain barier). Seluruh proses ini merupakan perubahan yang terjadi pada stroke iskemik (Tshikwela et al., 2015; Misbach et al., 2011). Pengurangan aliran darah yang disebabkan oleh sumbatan atau sebab lain, akan menyebabkan iskemia di suatu daerah otak. Terdapatnya kolateral di sekitarnya disertai mekanisme kompensasi fokal berupa vasodilatasi, memungkinkan terjadinya beberapa keadaan berikut ini : a. Pada sumbatan kecil, terjadi daerah iskemia yang dalam waktu singkat dikompensasi dengan mekanisme kolateral dan vasodilatasi lokal. Secara klinis gejala yang timbul adalah Transient Ischemic Attack (TIA) yang timbul dapat berupa hemiparesis yang menghilang sebelum 24 jam atau amnesia umum sepintas. b. Bila sumbatan agak besar, daerah iskemia lebih luas. Penurunan CBF regional lebih besar, tetapi dengan mekanisme kompensasi masih mampu memulihkan fungsi neurologik dalam waktu beberapa hari sampai dengan 2 minggu. Mungkin pada pemeriksaan klinik ada 9 sedikit gangguan. Keadaan ini secara klinis disebut Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND). c. Sumbatan yang cukup besar menyebabkan daerah iskemia yang luas sehingga mekanisme kolateral dan kompensasi tak dapat mengatasinya. Dalam keadaan ini timbul defisit neurologis yang berlanjut (Misbach et al., 2011). Klasifikasi stroke iskemik terutama berdasarkan gejala pasien dikombinasikan dengan hasil satu atau lebih tes diagnostik (Shaikh et al., 2015). Iskemik otak dapat bersifat fokal atau global. Terdapat perbedaan etiologi keduanya. Pada iskemik global, aliran otak secara keseluruhan menurun akibat tekanan perfusi, misalnya karena syok irreversible akibat henti jantung, perdarahan sistemik yang masif, fibrilasi atrial berat, dan lain-lain. Sedangkan iskemik fokal terjadi akibat menurunnya tekanan perfusi otak regional, keadaan ini disebabkan oleh sumbatan atau pecahnya salah satu pembuluh darah otak di daerah sumbatan atau tertutupnya aliran darah sebagian atau seluruh lumen pembuluh darah otak (Misbach et al., 2011). Pada infark serebri yang cukup luas, edema serebri timbul akibat kegagalan energi dari sel-sel otak dengan akibat perpindahan (Na+, K+) dan perubahan permeabilitas membran serta gradasi osmotik. Akibatnya terjadi pembengkakan sel (cytotoxic edema). Keadaan ini terjadi pada iskemia berat dan akut seperti hipoksia dan henti jantung. Selain itu edema serebri dapat juga timbul akibat kerusakan sawar otak yang mengakibatkan permeabilitas kapiler rusak, sehingga cairan dan protein bertambah mudah memasuki ruangan ekstra seluler sehingga meyebabkan edema vasogenik. Efek edema meyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dan akan memperburuk iskemia otak. Selanjutnya terjadi efek massa yang berbahaya dengan akibat herniasi otak (Misbach et al., 2011). e. Penatalaksanaan Tujuan dasar penatalaksanaan stroke secara umum adalah menurunkan morbiditas, kematian dan angka kecacatan. Salah satu upaya penting 10 untuk mencapai tujuan tersebut adalah pengenalan gejala-gejala stroke dan penanganan stroke secara dini dimulai dari penanganan pra rumah sakit yang cepat dan tepat. Filosofi yang harus dipegang adalah time is brain and the golden hour. Pendidikan dan penyuluhan terhadap masyarakat, petugas kesehatan, petugas ambulans dan terutama unit gawat darurat atau yang bekerja di berbagai fasilitas kesehatan lainnya. Penanganan yang benar pada jam-jam pertama akan mengurangi angka kecacatan sebesar 30% pada penderita stroke (Perdossi, 2011). Pengaturan nutrisi pada penderita stroke perlu perhatian khusus dan mencegah terjadinya serangan stroke berulang (Dearborn et al., 2015; Sherzai et al., 2015). Intervensi gizi yang dilakukan untuk menangani penderita stroke salah satunya dengan memperhatikan asupan kalium yang memadai untuk mempertahankan tekanan darah yang rendah. Masalah ini menjadi penting khususnya jika pasien mendapat terapi diuretik yang meningkatkan ekskresi kalium. Pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung kalium yang memadai sehingga kadar serum kalium dalam batas normal dapat dipertahankan. Nutrisi enteral paling lambat sudah diberikan dalam 48 jam, oral nutrisi hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik. Bila terjadi gangguan menelan atau kesadaran menurun, makanan diberikan melalui nasogastric tube, mengingat salah satu penyebab paling umum kematian pada stroke adalah pneumonia aspirasi (Inoue, 2015; Jeyaseelan et al., 2015; Maeshima et al., 2015; Soares dan Silva et al., 2015). Pada keadaan tertentu pada saat pemberian nutris enteral tidak memungkinkan, dukungan nutrisi boleh diberikan secara parenteral (Perdossi, 2011). Pembatasan natrium akan memberikan efek yang menguntungkan dalam meningkatkan efektivitas terapi antihipertensi. Namun efek tersebut mungkin hanya sedikit, kecuali pada 20–50% penderita yang sensitif garam (secara genetik, penyakit hipertensi). Sebagian penderita akan memperlihatkan sensifitas terhadap garam, sementara sebagian lainnya tidak. Para kritikus sepakat bahwa asupan garam yang moderat (3 gram/hari) dapat dianjurkan (Hartono, 2006). 11 Perhatikan diet pasien yang tidak bertentangan dengan obat-obatan yang diberikan, misal hindari makanan yang banyak mengandung vitamin K pada pasien yang mendapat terapi obat warfarin (Perdossi, 2011). 2. Tomat Tomat dalam bentuk segar maupun olahan memiliki komposisi zat gizi cukup lengkap dan baik. Tomat juga mudah dibudidayakan, murah dan tersedia dalam setiap musim. Tanaman tomat, diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospremae Klas : Dycotyledonae Ordo : Tubuflorae Famili : Solanaceae Genus : Lycopersicum Spesies : Lycopersicum Esculentum Mill Tabel 2.3 Komposisi zat gizi buah tomat per 100 gram Komponen Kandungan zat gizi Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Kalium (mg) Phospor (mg) Besi (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B (mg) Vitamin C (mg) Air (%) Bagian yang dapat dimakan (%) 20 1,00 0,30 4,20 5,00 245,00 27,00 0,50 1500,00 0,06 40,00 94,00 95,00 Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2009) Tomat mengandung antioksidan, diantaranya adalah likopen, vitamin A, vitamin C (Astawan, 2008). Tomat mengandung bepengaruh pada kualitas kesehatan, diantaranya 8 komponen yang likopen, beta-caroten, 12 carotenoid lain, flavanoid, asam phenolic, vitamin C, vitamin E dan abu (Frusciante et al., 2007). Tomat juga mengandung asam gamma-aminobutyric (GABA) yang berfungsi antihipertensi (Yoshimura et al., 2010). Tomat organik mengandung gula, vitamin C dan flavonoid, 3-quercetin rutinosida, dan myricetin (Hallmann, 2012). Tabel 2.4 Beberapa Perubahan Komposisi Buah Tomat Terkait Dengan Proses Pematangan Komposisib Bahan kering (%) Keasaman tertitrasi (%) Asam organic (%) Asam askorbat (%) Klorofil (pg %) P-Karoten (pg %) Lycopene (μg %) Penurunan gula (%) Pektin (%) Pati (%) Votatiles (ppb) Votatile reducing subtances (peq %) Asam amino (pmole %) Nitrogen protein (rag N/g) Hijau Breaker Pink Merah 6.40 0.285 0.058 14.5 45.0 50.0 8.0 2.40 2.34 0.61 17.0 284 6.20 0.310 0.127 17.0 25.0 242.0 124.0 2.90 2.20 0.14 17.9 290 5.81 0.295 0.144 21.0 9.0 443.0 230.0 3.10 1.90 0.136 22.3 251 5.80 0.270 0.166 23.0 0.0 10.0 374.0 3.45 1.74 0.18 24.6 278 Merah Matang 6.20 0.285 0.194 22.0 0.0 0.0 412.0 3.65 1.62 0.07 31.2 400 c 9.44 2358 10.00 3259 10.27 2941 10.27 2723 6.94 a. kultivar Fireball, selain kultivar V. R. Moscow untuk kandungan asam amino. b. Dinyatakan dalam basis berat segar. c. Nilai tidak dilaporkan (Sumber: Salunkhe et al, 1974) Tabel 2.5 Kandungan Lycopene Buah Segar dan Olahan Tomat Bahan Kandungan Lycopene (mg/100g) Pasta tomat 42,2 Saus spagetti 21,9 Sambal 19,5 Saus tomat 15,9 Jus tomat 12,8 Tomat segar 8,8 Sumber: Tsang (2005); Arab dan Steck (2000) Tomat (solanum lycopersicum) merupakan salah satu tanaman herbal yang penting terkait sejumlah fitokimia. Tomat sumber dari vitamin C, kalium, asam folat, dan karotenoid, seperti likopen. Komponen penting dari tomat adalah zat 13 warna karotenoid, terutama likopen. Karotenoid adalah pigmen yang disintesis selama pematangan buah dan memberikan warna merah pada tomat. Konsumsi tomat dan produk tomat membantu penyerapan karotenoid dan likopen dalam serum manusia (Andrea et al, 2013). Pada Tabel 2.4, dijelaskan bahwa tomat yang matang dan berwarna merah mengandung likopen yang lebih tinggi. Pada Tabel 2.5 menunjukkan kandungan likopen pada produk olahan tomat lebih tinggi dibanding kandungan likopen pada tomat segar. Likopen dalam tomat segar dalam konfigurasi trans, dengan pengolahan konfigurasi trans dirubah menjadi cis. Panas menginduksi isomerisasi dari trans ke bentuk cis. Cis-isomer meningkat dengan suhu dan waktu proses. Likopen adalah karoten kimia asiklik dengan 11 ikatan ganda terkonjugasi. Likopen memiliki kemampuan untuk menghambat adenosin deaminase yang berperan penting dalam regresi tumor. Tomat juga mengandung senyawa lain yang aktif, yaitu neoxanthin, lutein, αcryptoxanthin, α-karoten, β-karoten, cyclolikopen, dan β-karoten 5, 6-epoksida. Komponen ini memberikan efek perlindungan terhadap berbagai sindrom metabolik. Penelitian terbaru menunjukkan hubungan antara konsumsi tomat dan produk-produknya terhadap penurunan risiko berbagai penyakit seperti obesitas, hiperglikemia, hiperkolesterolemia, gangguan kardiovaskular, dan kanker. Tomat dan komponen bioaktifnya memiliki potensi efektif dalam diet (Perveen et al., 2015). Ada ketidak jelasan informasi suplemen produk tomat yang mengandung antioksidan karotenoid (termasuk likopen) dalam menurunkan stres oksidatif. Penelitian yang menguji efek dari dosis yang berbeda dari suplemen likopen murni pada biomarker stres oksidatif pada orang sehat menunjukkan manfaat suplementasi likopen pada tiga dosis yang berbeda diet dicapai 6,5; 15 dan 30 mg/hari. Hasil penelitian adalah dosis harian 30 mg likopen dapat mengurangi 9% kerusakan DNA. Biomarker penting dari kerusakan DNA adalah urin 8OhdG. Beberapa studi telah menunjukkan efek menguntungkan dari produk tomat atau karotenoid lainnya (bayam, wortel), konsumsi sayuran mengurangi peroksidasi lipid pada orang dewasa (Devaraj et al., 2008). Suplementasi likopen 12 mg/hari selama 56 hari pada 37 wanita sehat postmenopause yang 14 tidak merokok menunjukkan penurunan kerusakan DNA dalam limfosit (Zhao et al., 2006). Penelitian meta-analisis membuktikan likopen menurunkan tekanan darah sistolik dan pemberian likopen atau ekstrak tomat efektif untuk pengobatan anti hipertensi (Li dan Xu, 2013). Asupan tomat dan produk berbahan tomat, mengurangi risiko berbagai macam stroke dan stroke iskemik pada pria (Karppi, 2012). Risiko stroke iskemik lebih rendah pada wanita non-hipertensi, dengan intake kalium yang lebih tinggi (Seth al., 2015). Asupan kalium tinggi menurunkan kejadian risiko stroke 0,76 kali (WHO, 2012). Tabel 2.6 Komposisi zat gizi jus tomat 100 cc Komponen Jus tomat segar Jus tomat blanching Energi (kkal) 16 17 Protein (g) 0,27 0,35 Lemak (g) 0,07 0,06 Karbohidrat (g) 3,68 3,76 Kalium (ppm) 327,84 349,57 Vitamin C (mg) 21,64 44,80 Antioksidan IC50 (mg/ml) 209 72,17 Air (%) 95,64 95,56 Abu (%) 0,34 0,27 Sumber : Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan UB (2015) Sampel jus tomat blanching dan jus tomat segar diuji aktivitas antioksidannya dengan dipreparasi terlebih dahulu sebelum diekstraksi. Ektrak dibuat dengan menggunakan pelarut metanol sebanyak 1500 mL selama 24 jam. Setelah 24 jam, sampel disaring dan filtrat yang diperoleh ditampung. Sementara itu, residu hasil penyaringan diekstraksi lagi sebanyak dua kali seperti cara sebelumnya. Filtrat yang diperoleh dievaporasi menggunakan vacumrotatory evaporator pada suhu 40°C sampai diperoleh ekstrak pekat. Ekstrak pekat yang diperoleh kemudian diuji aktivitas antioksidannya untuk ditentukan nilai IC50nya. Ekstrak metanol kemudian dipartisi dengan nheksana, etil asetat, dan air. Masing-masing fraksi diuji aktifitas antioksidan menggunakan metode DPPH dan ditentukan IC50. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan untuk mengetahui nilai IC50 dari sampel. Pengujian 15 dilakukan terhadap ekstrak metanol sampel dan fraksi hasil partisi dan dilakukan dengan sistem duplo. Dari hasil pengujian, jus tomat segar memiliki memiliki nilai IC50 208 mg/ml dan jus tomat blanching memiliki nilai IC50 sebesar 72,17 mg/ml. Semakin kecil nilai aktivitas antioksidan IC50, semakin besar kemampuan sampel untuk menghambat terjadinya oksidasi. Jus tomat blanching mempunyai nilai aktivitas antioksidan IC50 lebih tinggi dibanding jus tomat segar (Laboratorium Pengujian mutu dan keamanan pangan UB , 2015; Filbert et al., 2014). Tomat memiliki kapasitas antioksidan yang tinggi karena kandungan tinggi vitamin C, vitamin E dan likopen yang merupakan penangkal radikal bebas, namun efek tomat pada plasma lipoprotein belum diungkap. Suplementasi produk tomat yang mengandung likopen, telah terbukti menurunkan biomarker stres oksidatif . Aktifitas likopen terbukti lebih baik pada produk tomat seperti jus tomat blanching, pasta tomat, saus tomat dibandingkan sebelum dilakukan pengolahan. Mekanisme likopen sebagai antioksidan melindungi lipoprotein plasma, DNA limfosit dan serum protein terhadap kerusakan oksidatif. Penelitian terkait likopen pada tomat diberikan pada 19 orang sehat berupa jus tomat, saus spaghetti dalam waktu 1 minggu, kemudian dilakukan pemeriksaan darah pada akhir perlakuan. Hasil penelitian tidak ada perubahan kadar kolesterol darah (kolesterol total, LDL, atau HDL), tetapi kadar peroksidasi lipid dan oksidasi LDL secara signifikan menurun (Basu dan Imrhan, 2007). Jus tomat berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik sebesar 11,76 mmHg (8,4%) dan tekanan darah diastolik sebesar 8,82 mmHg (9,6%) pada wanita postmenopouse hipertensif yang dilakukan intervensi jus tomat 200 cc selama 7 hari (Lestari et al., 2012). Terdapat penurunan tekanan darah sistolik pada lansia yang diberi jus tomat dengan kulit maupun tanpa kulit, tetapi tidak ada perbedaan penurunan tekanan darah sistolik antara kedua kelompok perlakuan (Aiska dan Chandra, 2013). Pengobatan jangka pendek dengan ekstrak tomat yang kaya antioksidan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi grade I, terapi tidak disarankan sebagai terapi obat tunggal. Tidak ada perubahan signifikan pada parameter lipid (Engelhard, 2006). 16 Vitamin C (asam askorbat), vitamin E (alfa-tokoferol), dan beta-karoten sebagai antioksidan berperanan terhadap oksidasi lipid dalam larutan, membran dan lipoprotein. Asam askorbat dan alpha-tocopherol merupakan antioksidan yang paling penting dalam membran hidrofilik dan lipofilik, baik bekerja sendiri atau saling sinergis. Beta-karoten memiliki reaktivitas rendah daripada alpha-tocopherol dalam larutan. Vitamin C dan vitamin E dapat bersinergi. Vitamin C tidak dapat bersinergi dengan beta-karoten. Vitamin E dan betakaroten dapat bersinergi (Hansen et al., 2014; Jacob et al., 2008). Hasil metaanalisis kuantitatif menunjukkan likopen mengurangi stres oksidatif dalam pencegahan penyakit (Chen et al., 2013). Likopen dalam tomat segar dalam konfigurasi trans. Penyebab utama degradasi likopen tomat selama pemrosesan adalah isomerisasi dan oksidasi. Isomerisasi mengkonversi trans ke cis. Penentuan tingkat isomerisasi likopen selama pemrosesan akan memberikan manfaat. Pengolahan termal (blanching, retort, dan proses pembekuan) umumnya menyebabkan beberapa kehilangan likopen, tetapi juga memberikan keuntungan menghilangkan pestisida dari kulit tomat itu sendiri. Panas menginduksi isomerisasi dari trans ke bentuk cis. Cis-isomer meningkat dengan suhu dan waktu proses. Pengeringan dan abu tomat memiliki stabilitas likopen rendah. Makanan beku dan makanan panas disterilkan menunjukkan stabilitas likopen yang sangat baik, selama penyimpanan dalam suhu normal dan ditempatkan dalam rak. Penyerapan likopen dipengaruhi oleh banyak faktor. Penyerapan cis-isomer dalam makanan lebih tinggi dari trans isomer. Penyerapan likopen dalam produk tomat olahan lebih tinggi daripada tomat segar. Komposisi dan struktur dari makanan juga berdampak pada penyerapan likopen dan dapat mempengaruhi pelepasan likopen dari matriks jaringan tomat. Pengolahan makanan dapat meningkatkan penyerapan dinding sel, antara likopen dan matriks jaringan, sehingga membuat likopen lebih mudah diperoleh dan meningkatkan cisisomerisasi. Produk makanan sehat mengembangkan makanan kaya likopen sebagai makanan fungsional (Chauhan et al. 2014; Keikotlhaile et al. 2010; Frohlich et al. 2006). 17 3. Efek Jus Tomat Terhadap Tekanan Darah Antioksidan baik endogen maupun eksogen sangat penting bagi fungsi tubuh, karena antioksidan tersebut mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh. Antioksidan endogen misalnya enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase (GSH-Px), sedangkan antioksidan eksogen misalnya likopen, vitamin E, vitamin C, β-karoten, flavonoid, asam urat, bilirubin dan albumin. Pemanfaatan senyawa antioksidan eksogen secara efektif sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya stres oksidatif. Antioksidan eksogen merupakan sistem pertahanan preventif, dimana sistem kerja antioksidan ini adalah dengan memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsih, 2011). Radikal bebas menyebabkan kerusakan sel dengan tiga cara yaitu (Kumar et al. 2005): 1. Peroksidasi komponen lipid dari membran sel dan sitosol, yang menyebabkan serangkaian reduksi asam lemak (otokatalisis) yang berakibat kerusakan membran dan organel sel. 2. Kerusakan DNA, yang berakibat mutasi DNA bahkan kematian sel. 3. Modifikasi protein teroksidasi oleh karena terbentuknya cross linking protein, melalui mediator sulfidril atas beberapa asam amino labil seperti sistein, metionin, lisin dan histidin. Bila radikal bebas yang terbentuk bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda dalam membran sel, akan terjadi reaksi peroksidasi lipid dari membran sel tersebut yang mengakibatkan peningkatan fluiditas membran, gangguan integritas membran dan inaktifasi ikatan membran dengan enzim dan reseptor. Tahap akhir reaksi akan dibebaskan aldehid seperti malodialdehyde, pentane, etana dan conjugated diane yang juga bersifat merusak tubuh (Murray et al. 2009). 18 Gambar 2.1 Sistem Stres Oksidatif pada Manusia (Montezano dan Touyz, 2014) ROS merupakan salah satu hasil dari metabolisme tubuh manusia dalam kondisi normal. Berbagai pengaruh lingkungan menyebabkan produksi ROS yang berlebihan sehingga menyebabkan kerusakan oksidatif yang progresif dan kematian sel. Meskipun ROS mempunyai sifat merusak, tetapi ROS juga mempunyai fungsi dalam jumlah normal sebagai sinyal adanya kerusakan oksidatif pada jaringan organ tubuh manusia dan tubuh akan menjaga keseimbangan antara ROS dan antioksidan dalam tubuh. Dalam Gambar 2.1 menjelaskan Reactive Oxygen Species (ROS) terjadi pada beberapa organ penting dalam tubuh manusia, meliputi otak, ginjal, jantung dan pembuluh darah. Di otak, ROS meningkatkan produksi dan pengeluaran bahan yang merangsang pembuluh darah dalam meningkatkan atau menurunkan resistensi vaskuler, yang berdampak pada tekanan darah. Di ginjal, ROS meningkatkan produksi dan pengeluaran berbagai agen vasoaktif, termasuk angiotensin II dan aldosteron yang menyebabkan gangguan pada fungsi kardiak vaskuler dan ginjal. ROS mempengaruhi proses perubahan disfungsi endotel, fibrosis dan inflamasi yang merupakan karakteristik hipertensi. Di jantung, ROS dihubungkan dengan kontraktilitas, fibrosis dan mengubah bentuk jantung yang mencerminkan penyakit jantung dan hipertensi. ROS berdampak pada 19 hipertensi dan kerusakan organ, termasuk stroke, gagal jantung dan gagal ginjal kronik (Montezano dan Touyz, 2014; Sharma et al., 2012). Spesies oksigen reaktif (ROS) adalah molekul yang penting dalam proses fisiologis, termasuk pertahanan, penuaan, dan homeostasis seluler. Peningkatan ROS dan stres oksidatif berperan terhadap perkembangan penyakit kronis, termasuk hipertensi. Stres oksidatif bukan satu-satunya penyebab hipertensi, ada beberapa penyebab lain, yaitu asupan garam, aktivasi sistem reninangiotensin aldosteron, dan hiperaktif simpatik. Sumber utama ROS dalam sistem kardiovaskular-ginjal adalah oksidase nicotinamide adenin dinukleotida fosfat (Noxs), yang menyimpang melalui jalur redox-sensitive yang penting dalam proses patofisiologi yang berhubungan kerusakan pembuluh darah pada hipertensi (Montezano dan Touyz, 2014). Peran ROS dan stres oksidan dalam hipertensi dibuktikan bahwa hipertensi dirangsang oleh asupan garam tinggi dan angiotensin II, dapat meningkatkan produksi ROS di otak, ginjal, dan pembuluh darah dan masing-masing memberikan kontribusi, baik hipertensi atau penyakit lain. Enzim oksidase NADPH di berbagai organ merupakan sumber dominan terhadap produksi ROS. Penelitian klinis membuktikan antioksidan tidak efektif dalam mencegah atau mengobati penyakit jantung dan hipertensi. Hal ini mungkin karena bertindak dengan cara non-target. Peran sel T mengatur peran oksidase NADPH dalam sel pada beberapa organ pada hipertensi. Angiotensin II merangsang oksidase NADPH, meningkatkan aliran simpatis. Saraf simpatis pada kelenjar getah bening mengaktifkan sel T, dan angiotensin II juga langsung mengaktifkan sel T. Rangsangan ini juga mengaktifkan ekspresi sel. Sel T melepaskan sitokin yang merangsang oksidase NADPH, menyebabkan vasokonstriksi dan retensi natrium (Montezano dan Touyz, 2012; Harrison dan Gongora, 2009; Grossman, 2008). Penyakit aterosklerosis seperti penyakit arteri koroner dan stroke mengalami stres oksidatif, dimana terjadi ketidakseimbangan antioksidan dalam tubuh, oleh karena itu perlu adanya asupan makanan yang tinggi antioksidan. Sumber bahan makanan yang mengandung antioksidan adalah sayur dan buah (Lamprecht et al., 2015; Saita et al., 2013; Lamprecht, 2012). 20 Likopen, vitamin A, vitamin C sebagai antioksidan eksogen berfungsi sebagai pemutus rantai, dapat menerima atau memberi elektron dari atau ke radikal bebas, sehingga membentuk senyawa baru yang stabil. Pemberian jus tomat tinggi omega 3 dapat menurunkan stres oksidasi, tetapi tidak menurunkan profil lipid (García-Alonso et al.,2012). Dari beberapa penelitian sudah diketahui bahwa Likopen memiliki berbagai aktivitas biologis seperti aktivitas sebagai antiinflamasi, mengurangi risiko penyakit kardiovascular dan sebagai penangkap radikal bebas. Ada hubungan pemberian Vitamin C dengan risiko stroke (Chen et al., 2013) Makanan yang mengandung fitokimia seperti vitamin antioksidan (A, C, E) dan komponen bioaktif makanan (alpha dan beta-karoten) menunjukkan efek antioksidan dalam mengurangi penanda oksidatif stres dan proses LDLoksidasi. Bukti ilmiah mendukung peran fitokimia dalam pencegahan beberapa penyakit kronis. Likopen, karotenoid dengan sifat antioksidan menunjukkan dapat mengurangi risiko kardiovaskular baik dalam studi epidemiologi dan eksperimen pada manusia. Namun, uji klinis terkontrol dan studi intervensi diet menggunakan populasi subyek belum memberikan bukti yang jelas dari likopen dalam pencegahan penyakit kardiovaskuler (Raiola et al., 2014; Winarsih, 2011). 21 4. Penelitian yang Relevan No Judul 1 Short-term Lycopersicum esculentum consumption may increase plasma high density lipoproteins and decrease oxidative stress (Madrid et al., 2006) Tujuan Untuk mengetahui secara in vivo suplementasi jus tomat murni terhadap perubahan tingkat oksidasi dan plasma lipoprotein. Metode - Eksperimen Klinis - Manusia sehat (17 org) - Suplementasi jus tomat murni selama 7 hari. - Pada awal dan akhir intervensi dilakukan pemeriksaan darah. Hasil suplementasi jus tomat murni secara signifikan meningkatkan kadar likopen dan kolesterol HDL 2 Effect of likopen supplementation on oxidative stress: an exploratory systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials (Chen et al., 2013) Untuk mengetahui apakah likopen dapat menurunkan stress oksidasi - Systematic Likopen dapat review dan meta menurunkan analysis stress oksidasi - Manusia - Suplementasi likopen oral 3 Vitamin C intake, circulating vitamin C and risk of stroke: a meta-analysis of prospective studies (Chen et al., 2013) Untuk mengetahui hubungan pemberian Vitamin C dengan risiko stroke - Meta analysis Ada hubungan - Manusia pemberian - Pemberian Vit C Vitamin C dengan risiko stroke 4 Effects of olive oil and tomato likopen combination on serum likopen, lipid profile, and lipid oxidation (Ahuja et al., 2006). Untuk mengetahui apakah pemberian likopen tomat kombinasi olive oil atau likopen tomat kombinasi diet tinggi KH rendah olive oil dapat menurunkan serum likopen, lipid dan oksidasi. - Randomized Crossover - Manusia - Pemberian tomat dan minyak sayur (olive oil) - Lama perlakuan :10 hari Tomat dan olive oil dapat menurunkan stres oksidasi dan mencegah CHD 22 No Judul 5 Effect of consumption of tomato juice enriched with n-3 polyunsaturated fatty acids on the lipid profile, antioxidant biomarker status, and cardiovascular disease risk in healthy women (Garcia et al., 2012) Tujuan Untuk mengetahui apakah pemberian jus tomat tinggi omega 3 dapat menurunkan stress oksidasi, tetapi tidak menurunkan profil lipid. Metode - Eksperimen Klinis - Manusia - Pemberian Jus tomat tinggi omega 3. - Lama perlakuan 2 mgg Hasil Pemberian jus tomat tinggi omega 3 dapat menurunkan stress oksidasi, tetapi tidak menurunkan profil lipid. 6 The effects of natural antioxidants from tomato extract in treated but uncontrolled hypertensivepatients (Paran et al., 2009) Untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak tomat dapat menurunkan tekanan darah - Eksperimen Klinis - Manusia - Pemberian ekstrak tomat. - Lama perlakuan 6 mgg Pemberian ekstrak tomat dapat menurunkan tekanan darah sistol 10 mmHg dan tekanan darah diastol 5 mmHg pada pasien hipertensi stage 1. 7 Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicum Commune) terhadap Tekanan Darah pada Wanita Postmenopause Hipertensif (Lestari dan Rahayuningsih, 2012) Untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak tomat dapat menurunkan tekanan darah - Eksperimen Klinis - Manusia - Pemberian jus tomat 200 cc - Lama perlakuan : 7 hari Pemberian jus tomat 200 cc selama 7 hari dapat menurunkan tekanan darah sistol 11,76 mmHg dan tekanan darah diastol 8,82 mmHg pada wanita postmenopause hipertensif 8 A dose-response study on the effects of purified likopen supplementation on Biomarkers of oxidative stress (Devaraj et al., 2008) Untuk mengetahui apakah likopen dapat menurunkan kerusakan DNA oksidasi - RCT - Manusia - Suplementasi likopen oral (kapsul) - Lama perlakuan 8 mgg Likopen dapat menurunkan kerusakan DNA oksidasi 23 No Judul 9 Effect of lycopene from tomatoes (cooked) on plasma antioxidant enzymes, lipid peroxidation rate and lipid profile in gradeI hypertension (Bose dan Agrawal, 2007) Tujuan Untuk mengetahui apakah likopen tomat berpengaruh pada enzim antioksidan plasma, peroksida lipid, dan profil lipid pada penderita hipertensi grade I. Metode - Eksperimen Klinis - Penderita hipertensi I (30 org). - Pemberian tomat - Lama perlakuan 60 hari. Hasil Likopen tomat memiliki potensi terapeutik yang cukup alami sebagai antioksidan tetapi tidak dapat digunakan sebagai terapi hipolipidemik hipertensi Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah : 1. Penelitian klinis yang dilakukan pada pasien post stroke akut di rawat inap. 2. Variabel bebas : dosis dan waktu pemberian suplementasi jus tomat 3. Dosis suplementasi jus tomat yang diberikan 100 cc, 200 cc. 4. Waktu pemberian suplementasi jus tomat pagi hari, sore hari. 5. Variabel terikat : tekanan darah. 24 B. Kerangka Berpikir Jus tomat Peningkatan retensi verifer (pembuluh darah) NADPH Oksidase (ROS) Peningkatan cardiac output (jantung) (Jantung) Penurunan NOS Tekanan Darah menurun Faktor Risiko stroke : - Umur - Jenis kelamin - Obesitas - Diet - Hipertensi - Merokok Mencegah serangan stroke berulang Obat anti hipertensi Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Pengaruh Dosis dan Waktu Pemberian Suplementasi Jus Tomat (Solanum Lycopersicum) Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Post Stroke Akut Keterangan : NOS : : : Menyebabkan Menghambat Nitric Oxide Synthase NADPH : Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate ROS : Reactive Oxygen Spesies 25 C. Hipotesis 1. Ada penurunan tekanan darah pada pasien post stroke akut dengan dosis suplementasi jus tomat. 2. Ada penurunan tekanan darah pada pasien post stroke akut dengan waktu pemberian suplementasi jus tomat.