1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Perkembangan aktivitas masyarakat perkotaan dalam berbagai kegiatan disektor kehidupan seperti pemukiman, transportasi, industri dan berbagai sektor pendukung lainnya merupakan kegiatan yang potensial dapat mengubah kualitas lingkungan. Semakin besar aktivitas perkotaan maka makin besar beban pencemaran udara yang dilepaskan ke atmosfer perkotaan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kenyamanan lingkungan kawasan pendidikan (sekolah) yang berlokasi di kota-kota besar seperti Kota Denpasar. Pemilihan lokasi sekolah pada awalnya didasarkan atas pertimbangan strategis sehingga sekolah berada pada jalur trasportasi utama kota atau dipinggir jalan besar yang menguntungkan bagi sekolah karena lokasi sekolah mudah dicapai oleh siswa. Namun seiring dengan perkembangan kota dan meningkatnya kebutuhan trasportasi, lokasi sekolah dinilai tidak strategis lagi dengan kenyamanan belajar siswa di sekolah (Prawira, 2011). Lingkungan sekolah yang sehat dan nyaman sangat diperlukan, selain dapat mendukung proses pembelajaran, juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan diharapkan juga dapat membudayakan prilaku hidup bersih dan sehat, tidak hanya pada peserta didik, tetapi diharapkan juga dapat meluas pada keluarga dan masyarakat sekitar. Djunaedi (2003) dalam Maknun J, dkk (2010) mengungkapkan ada dua syarat agar murid dapat mendengarkan pelajaran dengan baik. Pertama, lingkungan yang tidak bising. Bising bisa datang dari lalu 1 2 lintas di jalan, aktivitas di sekitar sekolah, suara dari kelas sebelah, dan bising dari mesin penyejuk udara. Kedua adalah waktu dengung yang rendah. Waktu dengung adalah ukuran yang menunjukkan seberapa cepat suara akan menghilang. Semakin tinggi waktu dengung akan semakin lama suara itu bertahan di dalam ruangan. Belajar tidak dipengaruhi oleh faktor internal saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu kondisi lingkungan sekitarnya. Kebisingan merupakan hal yang mengganggu dalam proses belajar mengajar, pada intensitas yang lama dan tingkat tertentu dapat berbahaya bagi kesehatan. Sumber kebisingan di dalam kelas terjadi karena aktivitas kelas dan pengaruh kebisingan yang terjadi di luar kelas misalnya dari trasportasi, industri, pepohonan dan manusia, sebagai tambahan tetesan hujan di atas atap juga menimbulkan kebisingan menurut Shield and Dockrell (2003). Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Bhinnety, et al. (1994), dalam Suarna, et al. (2012) menyatakan bahwa intensitas bising (bunyi) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap memori jangka pendek; semakin tinggi intensitas kebisingan akan menurun memori jangka pendek seseorang, variasi intensitasnya antara 30 dB sampai dengan 95 dB. Pengaruh kebisingan terhadap manusia secara fisik tidak saja mengganggu organ pendengaran, tetapi juga dapat menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh lain, seperti penyempitan pembuluh darah dan sistem jantung (Sasongko, et al. 2000). Berdasarkan laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Denpasar 2008 menunjukkan bahwa Kota Denpasar telah mengalami penurunan kualitas udara. Dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan terus bertambahnya 2 3 jumlah penduduk membuat kebutuhan akan pembangunan perumahan, gedunggedung perkantoran dan gedung-gedung sekolah semakin meningkat. Secara fisik, kantor ataupun sekolah adalah suatu ruangan atau bagian dari suatu bangunan tempat melaksanakan aktivitas pekerjaan baik itu bekerja ataupun belajar. Tata ruang kantor dan ruang sekolah merupakan salah satu hal penting karena terdapat suatu sistem yang membutuhkan keseimbangan dari tiga aspek yaitu manusia, alat dan lingkungan ruangan. Salah satu faktor kenyamanan proses belajar mengajar ditentukan oleh keadaan lingkungan tempat dimana proses tersebut dilakukan. Temperatur dan kelembaban ruangan belajar dinilai sangat mempengaruhi kelancaran proses tersebut. Temperatur yang terlalu panas atau dingin dan tingkat kelembaban yang tinggi atau rendah dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna ruangan. Hasil yang didapatkan bahwa pada temperatur udara 23o C, pelajar tetap dapat melakukan aktivitas secara optimal berapapun tingkatan kelembaban relatif udaranya, sedangkan untuk temperatur udara 27oC, kelembaban relatif udara yang optimal adalah di bawah 40% (Marsidi dan Kusmindari, 2009) dalam Nainggolan (2013). Tingkat kenyamanan lingkungan belajar di sekolah juga mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia. Adanya pengelolaan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang memadai di lingkungan belajar sekolah, akan mempengaruhi tingkat kenyamanan belajar siswa, baik kwalitas maupun kwantitas yang diupayakan secara terus menerus termasuk perawatan dan pemeliharaannya dengan melibatkan semua potensi yang ada di lingkungan 3 4 belajar sekolah. Berdasarkan hal di atas, maka penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui tingkat kenyamanan siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dirumuskan masalah yaitu : Bagaimana tingkat kenyamanan lingkungan belajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Denpasar ditinjau dari tingkat kebisingan, ketersediaan dan pengelolaan sarana prasarana serta persepsi siswa terhadap tingkat kenyamanan lingkungan sekolah ? 1.3.Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui tingkat kenyamanan lingkungan belajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Denpasar ditinjau dari tingkat kebisingan, ketersediaan dan pengelolaan sarana prasarana serta persepsi siswa terhadap tingkat kenyamanan lingkungan sekolah ? 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi berbagai pihak, antara lain : a. Dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengkajian lebih lanjut mengenai tingkat kenyamanan lingkungan belajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Denpasar. b. Memberikan saran juga sebagai rekomendasi kepada pihak terkait dalam upaya peningkatan lingkungan belajar sekolah yang nyaman. 4 5 5 6 6 7 7 8 8