Danau Singkarak

advertisement
KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP
Gerakan Penyelamatan Danau
(GERMADAN)
Danau Singkarak
2014
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Singkarak
© Kementerian Lingkungan Hidup, 2014
Bagian atau seluruh isi buku ini dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya disertai ucapan
terimakasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Cara mengutip :
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Gerakan Penyelamatan Danau
(GERMADAN) Singkarak.
Pengarah :
Arief Yuwono
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, KLH
Penanggung Jawab :
Hermono Sigit
Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat, KLH
Tim Penyusun :
Hafrijal Syandri, Nasaruddin, Harmin Manurung, Titi Novitha Harahap, Inge Retnowati, Siti Rachmiati,
Wahyu Cahyadi Rustadi, Azrita.
Didukung oleh :
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Kementerian
Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian
Kelautan Perikanan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bappeda Provinsi Sumatera Barat,
Bapedalda Provinsi Sumatera Barat, Bappeda dan BLH Kabupaten Solok, Bappeda dan BLH
Kabupaten Tanah Datar serta Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Provinsi Sumatera Barat,
Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar dan Badan Pengelola Kawasan Danau Singkarak
(BPKDS).
Diterbitkan oleh :
Kementerian Lingkungan Hidup.
Cetakan I : Tahun 2013
Cetakan II : Tahun 2014
SAMBUTAN
DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
DAN PERUBAHAN IKLIM
Danau Singkarak merupakan salah satu dari 15 Danau Prioritas Nasional yang disepakati pada
Kesepakatan Bali tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan pada Konferensi Nasional Danau Indonesia I
pada tahun 2009. Kesepakatan Bali yang ditandatangani oleh 9 Menteri yakni Menteri Lingkungan Hidup,
Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Pertanian, Menteri Pertanian, Menteri
Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Menteri Riset
dan Teknologi telah melahirkan komitmen untuk mempertahankan, melestarikan dan memulihkan fungsi
danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungannya.
Untuk mempercepat implementasi Kesepakatan Bali Tahun 2009, maka pada Konferensi Nasional Danau
Indonesia II di Semarang, KLH telah meluncurkan Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) dan
mengangkat Penyelamatan Danau Rawapening sebagai model. Diharapkan Model Penyelamatan Danau
Rawapening yang telah disusun dalam dokumen Germadan Rawapening dapat direplikasikan kepada 14
danau prioritas lainnya.
Sebagai wujud replikasi model penyelamatan Danau Rawapening, maka saat ini dokumen Germadan
Danau Singkarak telah tersusun. Dokumen Germadan Singkarak ini lahir berdasarkan arahan dan
kebijakan yang telah digariskan dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia serta
hasil kajian, penelitian serta data dan informasi terbaru mengenai Danau Singkarak dari berbagai sumber
terkait. Germadan Singkarak ini berisi Rencana Aksi Penyelamatan Danau Singkarak yang menjelaskan
program super prioritas dan prioritas penyelamatan Danau Singkarak yang akan dilaksanakan secara
bertahap oleh Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah serta oleh Dunia Usaha dan Masyarakat
sesuai tugas fungsi dan kewenangannya.
Danau Singkarak yang terletak di provinsi Sumatera Barat adalah danau terbesar kedua di pulau Sumatera
setelah Danau Toba. Danau Singkarak adalah danau vulkanis yang memiliki potensi sumberdaya alam
dan budaya yang cukup besar. Salah satu potensi wisata yang paling menonjol adalah kegiatan tour de
Singkarak dan keberadaan biota endemik ikan bilih (Mystacoleucus padangendis). Namun beberapa tahun
terakhir ini kondisi lingkungan Danau Singkarak menghadapi tantangan yang cukup besar, seperti
penurunan kualitas air dan peningkatan tingkat kesuburan danau akibat tingginya potensi buangan limbah
dari berbagai kegiatan masyarakat di kawasan danau. Selain itu masih luasnya lahan kritis di Daerah
Tangkapan Air Danau serta pemanfaatan sempadan danau yang menyalahi ketentuan peraturan
perundangan juga menjadi ancaman bagi keberlangsungan pelestarian danau.
i
Akhir kata saya mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih kepada Tim
Penyusun khususnya dan para narasumber baik yang berasal dari pemerintah pusat, daerah, dunia usaha
maupun masyarakat pada umumnya, sehingga dokumen Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak ini
dapat tersusun. Diharapkan dokumen Germadan ini dapat menjadi bahan arahan dan acuan bersama bagi
para pihak untuk secara sinergis dan terpadu merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi
kebijakan, program dan kegiatan penyelamatan Danau Singkarak.
Jakarta,
September 2013
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan
Perubahan Iklim
Ir. Arief Yuwono, MA
ii
KATA PENGANTAR
KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
PROVINSI SUMATERA BARAT
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Singkarak ini disusun sebagai salah satu upaya untuk
menyelamatkan ekosistem Danau Singkarak dari kerusakan yang terjadi pada saat sekarang maupun
dimasa yang akan datang dengan Visi “Melestarikan fungsi ekosistem Danau Singkarak untuk
kepentingan generasi sekarang dan waktu akan datang yang berbudaya, taat hukum dan
berkeadilan pada tahun 2020”.
Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak merupakan salah satu wujud komitmen pemerintah dalam
pengelolaan ekosistem danau secara berkelanjutan yang dicetuskan pada Kesepakatan Bali tahun 2009.
Komitmen pemerintah tersebut ditandatangani oleh sembilan menteri terkait, yaitu Menteri Negara
Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Pertanian, Menteri
Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral, Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), dan Menteri Negara Riset dan
Teknologi. Selanjutnya, pada tahun 2011, komitmen tersebut kian diperkuat dengan dibentuknya Panitia
Kerja Lingkungan Hidup Kawasan Danau dengan Fokus pada 15 Danau Prioritas oleh Komisi VII DPR-RI,
yang salah satu fokus 15 danau prioritas tersebut adalah Danau Singkarak.
Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak dilakukan dalam rangka mewujudkan pengelolaan ekosistem
Danau Singkarak secara seimbang antara kepentingan pemanfaatan dan kelestariannya oleh berbagai
pemangku kepentingan. Di dalam buku ini akan diuraikan, antara lain, maksud, tujuan, dan sasaran
penyusunan Germadan Singkarak, kondisi ekosistem danau saat ini, serta permasalahan dan kondisi ideal
yang diinginkan berdasarkan analisis SWOT. Selain itu, dibahas pula pokok-pokok pikiran program super
prioritas dan prioritas penyelamatan ekosistem Danau Singkarak untuk jangka waktu lima tahun ke depan.
Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi para pemangku
kepentingan, baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat, dalam merencanakan, melaksanakan
rencana aksi, dan/atau mengevaluasi pelaksanaan penyelamatan ekosistem Danau Singkarak.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak ini. Harapannya, semoga buku ini dapat bermanfaat dalam
menentukan arah penyelamatan ekosistem Danau Singkarak.
Padang,
September 2013
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Provinsi Sumatera Barat
Drs. Asrizal Asnan, MM
iii
DAFTAR ISI
Sambutan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bab 1. PENDAHULUAN ................................................................................................................
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................
1.2 Landasan Hukum ..................................................................................................
1.3 Ruang Lingkup dan Kerangka Pikir .......................................................................
1.4 Tujuan dan Manfaat Program Penyelamatan Danau Singkarak ...........................
1.4.1 Tujuan ...........................................................................................................
1.4.2 Manfaat .........................................................................................................
i
iii
iv
vii
viii
Bab 2. GAMBARAN UMUM DANAU SINGKARAK ......................................................................
2.1 Profil Ekosistem Danau Singkarak ........................................................................
2.1.1. Letak Geografis ...........................................................................................
2.1.2. Iklim .............................................................................................................
2.1.3. Hidrologi ......................................................................................................
2.1.4. Topografi dan Tata Guna Lahan .................................................................
2.1.5. Fungsi dan Manfaat Danau Singkarak ........................................................
2.2 Karakteristik Danau Singkarak ..............................................................................
2.2.1. Hidromorfometri Danau ...............................................................................
2.2.2. Sumberdaya Perikanan Danu Singkarak ....................................................
2.2.3 Flora Fauna yang Hidup di Danau Singkarak .............................................
2.2.4 Tanaman air .................................................................................................
2.3 Sumber-sumber Pencemaran air Danau Singkarak ..............................................
2.3.1. Limbah Pertanian ........................................................................................
2.3.2. Limbah Penduduk ........................................................................................
2.3.3. Limbah Detergen .........................................................................................
2.3.4. Limbah Keramba Jaring Apung (KJA)..........................................................
2.4 Status Mutu Air dan Status Trofik Danau Singkarak .............................................
2.5 Sumber Daya Manusia Nelayan Danau Singkarak ...............................................
2.6 Potensi Wisata Danau Singkarak...........................................................................
2.6.1. Pemandangan Alam Perbukitan ..................................................................
2.6.2. Tanjung Mutiara ...........................................................................................
2.6.3 Pemandangan Keindahan Daerah Penangkapan Ikan Bilih dengan
Alahan ........................................................................................................
2.6.4 Olahraga Paralayang di Payorapuih ...........................................................
2.6.5 Kereta Wisata .............................................................................................
2.6.6 Festival Singkarak dan Danau Kembar ......................................................
2.6.7 Tour de Singkarak ......................................................................................
2.7 Elemen-Elemen Lembaga yang Bertanggung Jawab untuk Penyelamatan
Danau Singkarak …....................................................................………………..…
iv
Bab 3. GERAKAN PENYELAMATAN DANAU SINGKARAK ......................................................
3.1 Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Ancaman dan Peluang Kawasan Danau
Singkarak ...............................................................................................................
3.1.1 Kekuatan (Strength)..................................................................................
a. Kealamian Ekosistem Danau Singkarak ..................................................
b. Letak Yang Strategis ................................................................................
c. Potensi Sumberdaya Danau yang Besar .................................................
d. Potensi Sumberdaya Air Untuk PLTA Singkarak .....................................
e. Keunikan Wilayah Dengan Adanya Ikan Bilih ..........................................
f. Adanya Hutan Rakyat ...............................................................................
g. Dukungan Masyarakat ..............................................................................
3.1.2. Kelemahan (Weakness) ............................................................................
a. Belum Memiliki Visi dan Misi .....................................................................
b. Sarana dan Prasarana Umum Tidak Memadai .........................................
c. Topografi Dasar Danau yang Curam ........................................................
d. Topografi Tepian Daratan Danau yang Sempit .........................................
e. Banyaknya Bangunan Yang Tidak Tertata Dengan Baik di Sepanjang
Sempadan Danau .....................................................................................
f. Belum Ada Zonasi dan Kesepakatan Antar Pemangku Kepentingan
Dalam Mengelola Danau Singkarak ..........................................................
g. Belum Ada Peraturan Bersama 13 Nagari (Desa) tentang Pengelolaan
Ikan Bilih ............................................................................................................
3.1.3 Peluang (Opportunity) ..............................................................................
a. Danau Singkarak Berpeluang Besar Menjadi Objek Wisata melalui
Promosi Tour de Singkarak .....................................................................
a. Danau Terletak di antara Dua Kabupaten ...............................................
b. Kerjasama Instansi Terkait ......................................................................
c. Adanya Pihak Swasta Yang Ingin Menanamkan Modal ..........................
d. Terbuka Peluang Produk Ikan Bilih Dijual ke Provinsi Tetangga dan
Negara Jiran ............................................................................................
e. Diversifikasi Hasil Perkebunan ……………………………….………….....
3.1.4. Ancaman (Threat) .....................................................................................
a. Adanya Bencana Alam .............................................................................
b. Ikan Bilih Terancam Punah karena Penangkapan yang Tidak Ramah
Lingkungan ........................................................................................................
c. Surutnya Air Danau Karena Aktifitas PLTA Singkarak …………...............
d. Potensi Buangan Limbah .........................................................................
e. Daerah Tangkapan Air Semakin Kritis .....................................................
3.2 Analisis SWOT dan Strategi Program ...................................................................
3.3 Program Super Prioritas (Pokok)............................................................................
3.3.1. Koordinasi Antar Pemangku Kepentingan dalam Mengatasi
Permasalahan dan Ancaman yang terdapat di Danau Singkarak ………...
3.3.2. Melengkapi Sarana dan Prasarana untuk Pelayanan Wisatawan …………
v
3.3.3. Membuat Peraturan Daerah tentang Pembangunan Pemukiman di
Sempadan Danau .......................................................................................
3.3.4. Penghijauan DTA dan Sempadan Danau yang sesuai dengan Kondisi
Biofisik Lahan .............................................................................................
3.3.5. Peningkatan Pengawasan Penangkapan Biota danau, Validasi Alat
Tangkap Ikan, Rumah Tangga Petani Ikan serta Pemacuan Stok Ikan
Lokal Ekonomis melalui Restocking............................................................
3.3.6. Pelatihan dan Percontohan Pengelolaan Sampah .....................................
3.4 Program Prioritas (Penunjang) ..............................................................................
3.4.1. Menarik Investor untuk Pengembangan Wisata Danau Singkarak dengan
tetap Memperhatikan Kelestarian Sumberdayanya ....................................
3.4.2. Membuat Aturan Pelarangan Budidaya Ikan dengan Keramba Jaring
Apung (KJA) di Danau ................................................................................
3.4.3. Mengendalikan Penyebaran Eceng Gondok ..............................................
Bab 4. PENUTUP ...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 2.8
Tabel 2.9
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Sub DAS di DTA Danau Singkarak ...........................................................................
Wilayah Kecamatan pada Setiap Kabupaten/Kota di DTA Danau Singkarak ...........
Jenis Penutupan dan Penggunaan Lahan di DTA Singkarak...................................
Morfometri dan Batimetri Danau Singkarak .............................................................
Rata-rata P-Total, Total N, Klorofil-a dan Kecerahan pada Inlet, Tengah Danau
dan Outlet Danau Singkarak .....................................................................................
Elemen Lembaga yang harus terlibat dalam Pengelolaan Danau Singkarak............
Elemen Peran Pemerintah dalam Pengembangan Pengelolaan Danau
Singkarak...................................................................................................................
Elemen Kebutuhan dalam Pengelolaan Danau Singkarak........................................
Elemen Kendala dalam Pengembangan Pengelolaan Danau
Singkarak...................................................................................................................
Matrik SWOT Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman...................................
Alternatif Program dan Kegiatan Penyelamatan Danau Singkarak…………….........
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Pendekatan Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak ...........................................
Peta Padu Serasi Rencana Pola Ruang Selingkar Danau Singkarak …………........
Peta Batimetri Danau Singkarak ..............................................................................
Persentase Limbah yang Masuk ke Badan Air Danau.............................................
Peta Kesesuaian Wisata Danau Singkarak ..............................................................
Rata-rata Outflow Air melalui Intake PLTA Singkarak ..............................................
Perkembangan Jumlah KJA (petak) Danau Singkarak ............................................
viii
Bab 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesepakatan Bali 2009 menetapkan 15 danau prioritas yang akan ditangani bersama
secara terpadu, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan pada periode 2010-2014. Penetapan
danau prioritas berlandaskan pada kerusakan danau, pemanfaatan danau, komitmen Pemda dan
masyarakat dalam pengelolaan danau, fungsi strategis untuk kepentingan nasional,
keanekaragaman hayati, dan tingkat resiko bencana. 15 danau tersebut adalah Danau Toba,
Maninjau, Singkarak, Kerinci, Tondano, Limboto, Poso, Tempe, Matano, Mahakam, Sentarum,
Sentani, Batur, Rawa Danau, dan Rawapening.
Provinsi Sumatera Barat dengan luas areal 42.297,3 km2 memiliki kondisi alam yang
berupa dataran tinggi yang bergunung-gunung. Dari luas areal yang dimiliki hanya 15% yang
dapat digunakan untuk pertanian. Provinsi ini memiliki lima danau besar yaitu Danau Maninjau
(9.950 ha), Danau Singkarak (10.908,2 ha), Danau Diatas (3.500 ha), Danau Dibawah (1.400 ha)
dan Danau Talang (500 ha) (Suryono et al, 2008).
Danau Diatas dan Danau Dibawah atau sering disebut dengan danau kembar
merupakan danau tektonik. Berdasarkan pemetaan dengan GPS Danau Diatas berada pada
ketinggian 1.531 m di atas permukaan laut dan Danau Dibawah 1.462 m di atas permukaan laut.
Kedua danau ini merupakan salah satu kawasan yang sering dikunjungi oleh wisatawan
mancanegara maupun domistik. Kawasan danau kembar terletak 60 km dari Kota Solok, beriklim
sejuk pegunungan sehingga banyak dimanfaatkan untuk peristirahatan, dengan kondisi alam
seperti ini maka dikawatirkan akan terjadi perkembangan yang pesat dalam sektor pariwisata
sehingga kalau hal ini tidak dikendalikan akan menimbulkan persoalan baru terhadap danau.
Danau Diatas kedalamannya sekitar 44 meter, merupakan danau air tawar dangkal yang
lebar di Indonesia. Danau ini memiliki outlet utama yaitu sungai Gumanti, kondisinya relatif bagus
akan tetapi sumber pencemar dari non-point source seperti pertanian dan domistik perlu
diwaspadai. Danau Dibawah memiliki kedalaman maksimum 309 meter. Air danau ini mengalir
melalui outlet utama yaitu sungai Lembong dan airnya bergabung dengan Sungai Sumani yang
masuk ke Danau Singkarak.
Danau Singkarak merupakan danau terbesar kedua di pulau Sumatera setelah Danau
Toba dan menjadi danau terbesar di Provinsi Sumatera Barat, terletak di Kabupaten Tanah Datar
dan Kabupaten Solok, memiliki luas 11.200 ha dengan kedalaman rata-rata 178.68 m,
merupakan danau vulkanis yang berasal dari bekas letusan gunung berapi yang terjadi pada
masa Kwarter. Sumber air Danau Singkarak berasal dari beberapa sungai, terutama dari Sungai
Sumpur yang masuk dari sebelah utara, Sungai Paninggahan sebelah barat, dan Sungai Sumani
dari sebelah selatan dengan luas daerah tangkapan air 129.000 hektar (Syandri, 1996). Outlet
Danau Singkarak secara alami keluar mengalir ke Sungai Ombilin yang bermuara ke pantai
timur pulau Sumatera. Semenjak tahun 1998 air Danau Singkarak lebih banyak volumenya
1
dialirkan melalui terowongan PLTA Singkarak ke daerah Asam Pulau Lubuk Alung untuk
menghasilkan energi listrik 175 MW dan bermuara ke samudera Hindia di wilayah Kabupaten
Padang Pariaman.
Danau Singkarak memiliki potensi sumberdaya alam dan budaya yang cukup besar
yakni potensi sumberdaya alam terdiri dari lingkungan fisik dan biologi (hayati). Lingkungan fisik
yang menjadi daya tarik Danau Singkarak adalah hamparan danau yang luas dengan air yang
tenang, bukit-bukit yang mengelilingi danau, pohon-pohon yang tumbuh di sepanjang tepian
danau yang menjadi pembatas antara daratan dan air, lingkungan yang asri dan hawanya yang
sejuk, dan sungai-sungai terdapat di sekitar danau. Di Danau ini hidup 19 jenis ikan ekonomis
penting, namun yang popular untuk menjadi potensi wisata bagi Danau Singkarak adalah
adanya biota endemik ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). Ikan endemik ini menjadi daya
tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung untuk melihat secara langsung atau sekedar
mencicipi cita rasa makanan ikan bilih. Selain itu Danau Singkarak juga memiliki potensi budaya
dari masyarakat setempat yang dapat menjadi objek yang menarik bagi wisatawan apabila
dikelola dengan baik (Syandri, 2008). Salah satu icon pariwisata Sumatera Barat yang terkenal
ke mancanegara adalah tour de Singkarak. Selain kegiatan pariwisata dan penangkapan ikan di
danau ini, sudah mulai ada kegiatan budidaya ikan dengan sistem Karamba Jaring Apung (KJA).
Permasalahan di daerah tangkapan air Danau Singkarak adalah terdapat pemanfatan
lahan yang tidak sesuai dengan tata guna lahan, terdapat lahan kritis, erosi di musim hujan dan
adanya pencemaran karena masuknya limbah rumah tangga dan industri kecil di sepanjang
daerah aliran sungai yang bermuara ke Danau Singkarak. Pembangunan pemukiman di daerah
sempadan danau dan pembuangan sampah oleh masyarakat juga menurunkan nilai estetika
danau ini. Kondisi demikian dapat dinyatakan bahwa beban limbah bahan organik yang masuk ke
badan air Danau Singkarak semakin meningkat. Bahan organik tersebut dapat berasal dari
limbah rumah tangga, industri kecil, limbah pertanian dan peternakan, pariwisata dan beban dari
aktifitas kegiatan perikanan Keramba Jaring Apung (KJA). Tingkat kesuburan Danau Singkarak
pada tahun 1996 berdasarkan hasil laporan penelitian Syandri (1998) adalah oligotropik yaitu
miskin unsur hara, pada tahun 2008 tingkat kesuburan meningkat menjadi mesotropik yaitu agak
subur (Syandri, 2008; Purnomo dan Sunarno, 2009).
Berdasarkan keunikan dan permasalahan Danau Singkarak maka sudah banyak
program yang telah dikembangkan dan dijalankan, namun masih bersifat sporadis, dan seringkali
berbenturan dengan kewenangan dan tanggung jawab, sehingga hasilnya kurang optimal.
Program-program tersebut hanya menyelesaikan permasalahan sesaat, namun ketika program
telah berhenti, permasalahan akan muncul lagi. Berdasarkan hal tersebut, sangat perlu
dikembangkan grand design yang mampu mengatasi akar permasalahan dan keberlanjutan
programnya terjamin.
2
1.2. Landasan Hukum
Dasar Hukum yang digunakan dalam penyusunan Gerakan Penyelamatan Danau
(Germadan) Singkarak antara lain sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistem;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi
Undang-Undang;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan ;
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan;
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 tentang Sistem Budidaya
Pertanian;
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfataan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar;
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan
Hutan;
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi
Sumberdaya Ikan;
17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumberdaya Air;
18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan;
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik;
21. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005-2025;
22. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012 – 2032;
3
23. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata cara
persyaratan penimbunan hasil pengolahan, persyaratan lokasi bekas pengolahan, lokasi
bekas penimbunan limbah B3;
24. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika di Tempat kerja;
25. Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep02/MENKLH/6/1988 tentang Pedoman Baku Mutu Lingkungan;dan
26. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51/KEPLH/10/ 1995 tentang
Limbah Cair.
1.3. Ruang Lingkup dan Kerangka Pikir
Bahwa perkembangan pembangunan khususnya pemanfaatan ruang di wilayah Provinsi
Sumatera Barat diselenggarakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
pemanfaatan potensi sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan sumberdaya manusia dengan
tetap memperhatikan daya dukung, daya tampung, dan kelestarian lingkungan hidup.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 13 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012 – 2032 Danau Singkarak
termasuk kawasan unggulan wisata maupun kawasan potensial wisata serta perikanan dan
kelautan. Setiap analisis terhadap keragaan kegiatan di ekosistem perairan Danau Singkarak
(perikanan tangkap, budidaya, pariwisata, pemukiman, pertanian dan lain sebagainya)
seharusnya dilakukan dalam kaitannya dengan ekosistem yang lebih luas.
Visi pengembangan Kawasan Danau Singkarak merupakan salah satu penjabaran dari visi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Tanah Datar Tahun 2020 ”Tanah
Datar Sebagai Pusat Budaya Minangkabau Yang Maju, Sejahtera dan Berkeadilan’’ dan Visi
RPJP Kabupaten Solok Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Lokal Yang Berwibawa dan Taat
Hukum. Berdasarkan Visi kedua Kabupaten tersebut maka Visi pengelolaan Danau Singkarak
adalah “Melestarikan fungsi ekosistem danau untuk kepentingan generasi sekarang dan
waktu akan datang yang berbudaya, taat hukum dan berkeadilan pada tahun 2020”.
Untuk mewujudkan Visi tersebut di atas, maka ditetapkan Misi Pengembangan Kawasan
Danau Singkarak sebagai berikut :
1. Meningkatkan kegiatan inventarisasi, penelitian dan kajian ekosistem danau dengan
mengikutsertakan peran aktif masyarakat setempat dan meningkatkan kapasitas
kelembagaan dengan kerjasama, koordinasi, dan keterpaduan antar pemangku
kepentingan;
2. Meningkatkan pemanfaatan Danau Singkarak untuk pariwisata, energi dan perikanan
tangkap yang berbudaya, taat hukum dan berwawasan lingkungan;
3. Melakukan tindakan pengelolaan dan konservasi berbasis kearifan lokal dan
pemanfaatan yang bijak serta taat hukum atas badan air danau dan daerah tangkapan
airnya; dan
4
4. Mengembangkan kawasan minapolitan (perikanan tangkap, budidaya di lahan atas dan
pengolahan ikan bilih) yang berwawasan lingkungan sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, mengamanahkan bahwa setiap pembangunan yang dilaksanakan di daerah
harus berada dalam koridor ”perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup”. Perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup. Hal ini akan tercermin dalam perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Prinsip ini ditetapkan dalam Pola Dasar
Pembangunan Daerah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Daerah dengan mempertimbangkan
segi-segi konservasi, pemulihan terhadap kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup sesuai
dengan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu strategi kebijaksanaan pengelolaan
lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat ditempatkan pada 3 (tiga) isu yaitu isu pertama
terkait masalah hutan dan lahan; isu kedua terkait masalah air; isu ketiga terkait masalah
kebencanaan. Ketiga isu prioritas tersebut juga merupakan isu prioritas dalam penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010-2015 dan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) 2009 -2029 Provinsi Sumatera Barat.
Sumberdaya perairan Danau Singkarak masih tergolong alami, dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitarnya untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci, minum, dan aktifitas
ekonomi penangkapan ikan bilih. Namun sudah ada permasalahan yang muncul antara lain pada
bidang penataan ruang di sempadan danau, fluktuasi air (elevasi danau) akibat operasional
PLTA Singkarak, terancamnya biota danau seperti spesies endemik ikan bilih, pembuangan
sampah ke badan sungai dan badan air danau, menurunnya kualitas air, aktifitas Keramba Jaring
Apung (KJA) dan lahan kritis di daerah tangkapan air. Berdasarkan hal tersebut antisipasi
terhadap kerusakan ekosistem Danau Singkarak penting disusun melalui Gerakan Penyelamatan
Danau (GERMADAN) Singkarak untuk lima tahun ke depan menuju tercapainya visi 2020
dengan 3 pendekatan yang saling mendukung dan terintegrasi seperti pada Gambar 1.
Pendekatan untuk GERMADAN Singkarak tediri dari Aplikasi sains dan teknologi untuk
remediasi badan danau dan DTA, Pengembangan kelembagaan untuk peningkatan pengelolaan
ekosistem danau, dan Peningkatan peran serta masyarakat berbasis kearifan lokal untuk
kemajuan pariwisata, energi, perikanan tangkap, konservasi dan kebencanaan.
5
Gambar 1.1. Pendekatan Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak
1.4. Tujuan Dan Manfaat Program Penyelamatan Danau Singkarak
1.4.1. Tujuan
Program Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Singkarak bertujuan untuk
mengkonservasi ekosistem danau sehingga fungsi dan peranannya sebagai reservoir alami
untuk pariwisata, PLTA Singkarak, irigasi pertanian, kehidupan biota danau, khususnya spesies
endemik ikan bilih, perikanan, perhubungan dan sumber baku air minum dapat terjaga. Adapun
tujuan khusus dari program ini adalah:
a.
Mengaplikasikan sains dan teknologi untuk remediasi badan air dan Daerah
Tangkapan Air (DTA);
b.
Mengembangkan proses kebijakan pengelolaan Danau Singkarak yang
didukung oleh kelembagaan yang baik; dan
c.
Meningkatkan peran serta masyarakat berbasis kearifan lokal untuk kemajuan
pariwisata, energi listrik, perikanan tangkap, konservasi dan antisipasi
kebencanaan di selingkar Danau Singkarak.
1.4.2. Manfaat
Gerakan penyelamatan Danau Singkarak akan memberikan berbagai manfaat
antara lain:
a.
Mencegah kerusakan ekosistem danau, terutama daerah tangkapan air dari
kekritisan, ketersediaan air sebagai sumber energi serta kehidupan biota danau
terutama spesies endemik ikan bilih dari penangkapan yang tidak ramah
lingkungan;
6
b.
Menjadi acuan dan arah kebijakan oleh pemerintah untuk mengantisipasi
kerusakan DTA, lahan dan sumber daya air sesuai dengan strategi kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat berdasarkan isu masalah
hutan dan lahan, isu masalah air dan isu masalah kebencanaan; dan
c.
Melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi di dalam kegiatan pengelolaan
lingkungan Danau Singkarak. Melalui partisipasi masyarakat dalam proses
penyelamatan ekosistem danau diharapkan di masa mendatang masyarakat
akan turut serta secara aktif dalam pengambilan keputusan penyelamatan
ekosistem Danau Singkarak.
7
Bab 2
GAMBARAN UMUM DANAU SINGKARAK
2.1. Profil Ekosistem Danau Singkarak
2.1.1. Letak Geografis
Danau Singkarak merupakan salah satu danau yang berada di Sumatera Barat, terletak
di antara Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Secara geografis Danau Singkarak
terletak pada 1000 26′ 15" – 1000 35′ 55" BT dan 00 31′ 46" – 00 42′ 20" LS. Danau Singkarak
berjarak ± 10 km dari Kota Solok, apabila menggunakan kendaraan umum dapat dicapai dalam
waktu ± 1 jam dari Kota Solok atau ± 1.5 jam dari Kota Bukittinggi. Danau ini dikelilingi 13 nagari
yaitu: Kacang, Tikalak, Singkarak, Sumani, Saning Baka, Muaro Pingai, Paninggahan, Guguak
Malalo, Padang Laweh, Sumpur, Tigo Jorong, Batu Taba dan Simawang. Secara administratif
40% wilayah Danau Singkarak berada di Kabupaten Solok dan 60% berada di Kabupaten Tanah
Datar. Danau ini berada di tepi jalan raya Lintas Sumatera pada jalur Solok - Bukitinggi yang
menyusuri hampir separuh pinggiran danau.
Danau Singkarak memiliki sungai-sungai yang memberikan masukan air (inlet) bagi
danau tersebut. Sumber air Danau Singkarak yang relatif besar berasal dari Sungai Sumpur yang
inletnya dari sebelah utara, Sungai Paninggahan, Sungai Pingai dan Sungai Baing dari sebelah
barat, dan Sungai Sumani dari sebelah selatan. Danau ini merupakan hulu Sungai/Batang
Ombilin yang bermuara ke Sungai Indragiri Hulu Provinsi Riau dan merupakan sumber pengairan
penting bagi lahan pertanian yang dilalui aliran sungai ini. Rencana pola ruang Danau Singkarak
disajikan pada Gambar 2.1.
2.1.2. Iklim
Tipe iklim DTA Singkarak tergolong pada tipe B (basah), wilayah ini termasuk pada iklim
tipe Afa dan Ama. Tipe Afa dicirikan dengan iklim hujan tropis dengan suhu normal di atas 22 0C,
sedangkan tipe Ama dicirikan dengan iklim basah yang cukup, meskipun waktu kering terdapat
kelebihan air dalam tanah dari bulan yang banyak hujan.
Jumlah hari hujan di daerah sekitar Danau Singkarak sekitar 144-288 hari/tahun dengan
intensitas hujan antara 1632-3063 mm/tahun atau 82-252 mm/bulan. Musim kering di daerah
sekitar Danau Singkarak hanya sekitar dua bulan yaitu pada bulan Juni sampai dengan Juli
(bulan dengan curah hujan bulanan kurang dari 100 mm). Suhu rata-rata disekitar Danau
Singkarak 26-27 oC, sedangkan suhu air danau bekisar antara 25- 27oC dan kelembaban relatif
rata-rata 80,7.
8
9
Gambar 2.1. Peta Padu Serasi Rencana Pola Ruang Selingkar Danau Singkarak
2.1.3. Hidrologi
Kondisi hidrologis Danau Singkarak dibentuk oleh aliran sungai yang berukuran kecil
hingga besar yang bermuara ke Danau Singkarak antara lain : Sungai Sumpur, Sungai Baing,
Sungai Paninggahan, Sungai Saningbakar, Sungai Muaro Pingai dan Sungai Sumani.
Sedangkan outlet Danau Singkarak secara alami mengalir ke arah timur melalui Sungai Ombilin
dan bermuara ke Provinsi Riau. Sejak tahun 1996 dialirkan melalui terowongan PLTA ke daerah
Asam Pulau untuk menghasil daya listrik 175 MW dan bermuara ke pantai barat pulau Sumatera.
Ditinjau dari tatanan hidrologis, Danau Singkarak dan sekitarnya merupakan areal yang
dipengaruhi oleh tujuh wilayah sub DAS seperti Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sub DAS di DTA Danau Singkarak
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Nama Sub DAS
Sub Das Aripan
Sub Das Imanggadang
Sub DAS Kuok
Sub DAS Lembang
Sub DAS Paninggahan
Sub DAS Partahunan
Sub DAS Sumani
Sub DAS Sumpur
Danau Dibawah
Danau Singkarak
Jumlah
Sumber : BPDAS Kuantan Indragiri, 2009.
Luas (Ha)
11.634
5.252
6.104
14.967
11.652
5.678
24.864
19.697
1.108
10.751
111.652
Persentase (%)
10,37
4,70
5,47
13,41
10,44
5,09
22,27
17,64
0,99
9,63
100,00
2.1.4. Topografi dan Tata Guna Lahan
Secara administrasi kecamatan yang masuk ke dalam daerah tangkapan air (DTA)
Danau Singkarak pada tiap kabupaten dapat dilihat pada Tabel 2.2. Daerah tangkapan air (DTA)
danau mempunyai peran yang sangat penting terhadap ketersediaan air dan kualitas air danau,
semakin besar perbandingan antara luas DTA dengan luas permukaan danau akan semakin
besar peran DTA. Luas DTA Danau Singkarak 129.000 hektar yang diperuntukkan untuk
berbagai kepentingan. Luas yang terbesar digunakan untuk hutan lahan kering primer yaitu
23.235,4 ha (20,70%), pertanian lahan kering 28.062,1 ha (25,0%) dan pertanian lahan kering
campur semak 21.749,6 ha (19,38%) dan paling kecil digunakan untuk hutan tanaman 29,4 ha
(0,03%). Lebih jelasnya penggunakan lahan di daerah tangkapan air dicantumkan pada Tabel
2.3.
10
Tabel 2.2. Wilayah Kecamatan pada Setiap Kabupaten/Kota di DTA Danau Singkarak
No.
Kecamatan pada Setiap Kab/Kota
1. Kota Padang Panjang
Padang Panjang Barat
Padang Panjang Timur
Jumlah Padang Panjang
2. Koto Solok
Lubuk Sikarah
Tanjung Harapan
Jumlah Koto Solok
3. Kabupaten Solok
Bukit Sundi
Danau Kembar
Gunung Talang
IX Koto Sungai Lasi
Junjung Sirih
Kubung
Lembang Jaya
X Koto Singkarak
Jumlah Kabupaten Solok
4. Kabupaten Tanah Datar
Batipuh
Batipuh Selatan
Rambatan
Sepuluh Koto
Jumlah Kab. Tanah Datar
Sumber : Analisis Digital Peta RBI
Luas (Ha)
Luas (%)
1.077
2.963
4.040
0,96
2,65
3,62
7.562
2.454
10.016
6,77
2,20
8,97
5.186
1.775
17.288
66
7.169
17.864
4.938
14.778
69.065
4,64
1,59
15,48
0,06
6,42
16,00
4,42
13,24
61,86
9.104
10.379
3.646
5.402
111.652
8,15
9,30
3,27
4,84
100,00
Tabel 2.3. Jenis Penutupan dan Penggunaan Lahan di DTA Singkarak
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Jenis penutupan lahan
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Hutan Tanaman
Pemukiman
Perkebunan
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering Campur Semak
Sawah
Semak/Belukar
Tanah Terbuka
Tubuh Air
Jumlah
Sumber : BPDAS Kuantan Indragiri, 2011
Luas (Ha)
23.235,4
5.595,9
29,4
3.665,2
167,4
28.062,1
21.749,6
14.559,0
2.815,7
316,5
12.032,4
112.228,6
%
20,70
4,99
0,03
3,27
0,15
25,00
19,38
12,97
2,51
0,28
10,72
100,0%
Berdasarkan data tersebut ternyata daerah tangkapan air Danau Singkarak sudah
dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan masyarakat, sehingga lahan terbuka lebih tinggi yang
pada gilirannya akan mengakibatkan banyak terjadi erosi dan sedimen yang masuk ke Danau
Singkarak melalui sub daerah aliran sungai. Kondisi ini juga akan membahayakan terhadap debit
11
air sungai yang secara tidak langsung akan berepengaruh kepada habitat pemijahan ikan bilih di
sepanjang daerah aliran sungai, terutama di muara-muara sungai. Sebaliknya apabila proses
yang terjadi pada DTA Danau Singkarak masih berjalan dengan baik maka fluktuasi aliran
permukaan pada oulet DTA (inlet danau) mempunyai perbedaan yang relatif kecil dan kandungan
sedimen baik yang melayang maupun pada dasar sungai juga relatif kecil. Menurut Fakhruddin
(2001) penggundulan lahan merupakan unsur yang dapat dirubah secara cepat oleh manusia
dan merupakan unsur penting dalam pengelolaan DAS khususnya dalam teknik-teknik pertanian.
Penggunaan lahan yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan kemampuan lahan (land capability)
akan menimbulkan berbagai kerugian antara lain (1) erosi yang dipercepat atau erosi yang
melebihi batas-batas toleransi dan penurunan produktivitas pertanian. Erosi ini menyebabkan
hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta
berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air, (2) tanah yang terangkut
akan diendapkan di dalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi, di atas tanah pertanian dan
sebagainya, (3) kerusakan yang ditimbulkan oleh peristiwa erosi terjadi di 2 (dua) tempat yaitu
pada tempat erosi terjadi dan pada tempat tujuan akhir tanah yang terangkut tersebut
diendapkan (Arsyad, 1989). Oleh karena itu dalam pengelolaan danau, daerah cakupannya tidak
dibatasi oleh batas-batas administrasi pemerintahan tapi yang menjadi pembatas sistem hidrologi
yaitu mencakup seluruh daerah yang dihubungkan oleh sistem sungai yang ketika hujan
alirannya dapat mencapai danau.
2.1.5. Fungsi dan Manfaat Danau Singkarak
Perairan umum daratan yang berupa sungai dan paparan banjirnya, danau, waduk dan
genangan air tawar lainnya merupakan sumberdaya air tawar yang berperan sangat penting dan
merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Ditinjau dari
sektor perikanan, perairan umum daratan sebagai salah satu wilayah pengelolaan perikanan RI
berperan penting seperti yang dikemukakan oleh Kartamihardja et al, (2009) adalah sebagai
berikut : (1) sumber protein dan ketahanan pangan, (2) sumber ekonomi masyarakat, (3) sumber
lapangan kerja, (4) sumber plasma nutfah dan genetik, (5) sumber devisa dan pendapatan asli
daerah dan (6) objek wisata alam (eco-tourism). Adapun fungsi dan manfaat lingkungan Danau
Singkarak (ekosistem danau dan ekosistem sempadan danau) adalah sebagai berikut :
1. Sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan genetik;
2. Tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna;
3. Sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya (rumah tangga,
industri, pertanian dan perikanan);
4. Tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan,
sungai-sungai atau sumber air bawah tanah;
5. Memelihara iklim mikro, karena dapat mempengaruhi kelembaban dan tingkat curah
hujan setempat;
6. Sebagai sarana transportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu
ke tempat yang lainnya;
7. Sebagai penghasil energi listrik melalui PLTA Singkarak dengan kapasitas pembangkit
175 MW;
12
8. Sebagai sarana rekreasi dan objek pariwisata; dan
9. Selain tempat wisata, Danau Singkarak juga digunakan sebagai tempat olah raga (sport
tourism) dan berbagai event nasional dan internasional telah digelar di kawasan danau
ini, seperti yang menjadi rutinitas tahunan yaitu lomba balap sepeda yang dipopulerkan
dengan Tour de Singkarak.
2.2. Karakteristik Danau Singkarak
2.2.1. Hidromorfometri Danau
Hidromorfometri danau merupakan sifat-sifat danau yang terkait dengan bentuk dan
hidrometri. Menurut Wetzel (1983) parameter morfologi danau direpresentasikan oleh panjang
dan lebar maksimum permukaan danau, volume air, luas permukaan danau, kedalaman
maksimum, panjang garis pantai dan shoreline development. Parameter morfologi mempunyai
pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi perairan danau. Pada danau
yang mempunyai panjang maksimum besar akan mempengaruhi potensi angin untuk
mengaduk/menghantam permukaan air danau.
Posisi Danau Singkarak menunjukkan bentuk danau yang memanjang dengan arah
barat laut tenggara searah dengan tegasan sumatera, hal ini sesuai dengan tipe danau yaitu
volcano-tektonik yang terbentuk akibat letusan gunung api dimasa lampau dengan akibat tektonik
pulau Sumatera. Hasil pemetaan batimetri menunjukkan bahwa cekungan yang dalam di Danau
Singkarak terdapat di bagian utara dan barat.
13
Tabel 2.4. Morfometri dan Batimetri Danau Singkarak
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Parameter
Luas permukaan
Keliling
Panjang maksimum
Lebar maksimum
Kedalaman maksimum
volume air
Kedalaman rata-rata
Kedalaman relatif
Pengembangan garis pantai
Luas Daerah Tangkapan Air (DTA)
Rasio luas DTA/luas permukaan Danau
Satuan
Ha
km
km
km
m
km3
m
(%)
(DL)
Ha
Dimensi
11.220
61,00
20,00
7,00
296,00
16.1
136
2,45
0,16
129.000
1 :11,5
Gambar. 2.2. Peta Batimetri Danau Singkarak (Sumber: Puslit-Limnologi 2009)
Pola sedimentasi di dasar danau belum dapat ditentukan. Namun demikian tingkat erosi
yang kemungkinan sudah terjadi akibat pemanfaatan lahan di DTA dan akumulasi material
sedimen diduga terjadi terutama di sisi selatan, utara dan barat yang menjadi muara sungai inlet
utama Danau Singkarak yaitu Sungai Sumani, Sungai Paninggahan dan Sungai Sumpur.
Struktur tanah di DTA Singkarak pada umumnya merupakan tanah yang lempung liat,
liat, agak liat lepas sehingga mudah longsor. Dikemukakan bahwa kejadian banjir sesaat dengan
debit cukup besar akan membawa material sedimen dari tanah yang mudah longsor dan masuk
ke sungai yang kemudian selain terendapkan di bagian daratan, juga masuk ke Danau
Singkarak.
Luas perairan Danau Singkarak mencakup 8,68% dari DTA-nya atau dengan rasio
sebesar 1:11,5. Luas perairan tersebut menempati proporsi yang cukup besar di DTA-nya.
Luasan DTA terutama akan berpengaruh terhadap debit aliran yang masuk ke danau dan
14
akhirnya pada debit aliran yang keluar danau. Hankanson (2005) menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara luasan DTA dengan debit aliran air tahunan yang keluar dari danau,
luasan DTA juga akan memberikan peran terhadap tingkat sedimentasi di danau. Parameter
morfometrik danau memberikan pengaruh terhadap proses-proses fisika, kimia dan biologi di
dalam perairan danau itu sendiri, seperti kedalaman relatif, pengembangan garis pantai, maupun
pola dari cekungannya.
Berdasarkan tingkat kedalaman relatif (Zr = 2,45%), maka Danau Singkarak memiliki
stabilitas perairan yang rendah. Menurut Wetzel (1983) dalam Lukman dan Ridwansyah (2009)
sebagian besar danau memiliki nilai Zr kurang dari 2% menunjukkan tingkat stabilitas yang
rendah. Sedangkan danau yang memiliki stabilitas tinggi umumnya memiliki nilai Z r >4% dan
merupakan danau dalam dengan luas permukaan sempit. Pengembangan garis pantai (D L)
adalah gambaran potensi dan peran wilayah tepian dalam hubungannya dengan kesuburan
danau, semakin panjang garis pantai, maka semakin besar nilai DL. Menurut Welch (1952)
semakin panjang garis pantai semakin besar produktivitas danau. Garis pantai diantaranya akan
berkontribusi terhadap luasan kontak perairan dan daratan, memberikan daerah terlindung serta
luasan dari wilayah litoral danau. Nilai DL Danau Singkarak mencapai 0,16 yang menunjukkan
bahwa peranan wilayah tepian Danau Singkarak kurang mendukung produktivitas perairannya.
Nila DL Danau Poso 1,59 (Lukman dan Ridwansyah, 2009), Danau Semayang 2,78 (Lukman et
al,1998), Danau Lindu 1,27 (Lukman da Ridwansyah, 2003). Berdasarkan debit air keluar danau
rata-rata 42,02 m3/detik dan vulume air danau 16.100.000.000 m3 maka Danau Singkarak
memiliki masa simpan air 20,4 tahun, lebih kecil daripada masa simpan air Danau Maninjau
25,05 tahun (Lukman dan Ridwansyah, 2003) dan lebih besar daripada masa simpan air Danau
Poso 7,21 tahun (Lukman dan Ridwansyah, 2009), Danau Lindu 2,26 tahun (Lukman dan
Ridwansyah, 2003).
2.2.2. Sumberdaya Perikanan Danau Singkarak
Danau Singkarak memiliki 19 spesies ikan yakni ikan bilih/bako (Mystacoleucus
padangensis), asang/nilem (Osteochilus brachmoides), rinuak, turiak/turiq (Cyclocheilichthys de
Zwani), lelan (Osteochilis vittatus), sasau/barau (Hampala mocrolepidota), gariang/tor (Tor
tambroides), kapiek (Puntius shwanefeldi), balinka/belingkah (Puntius belinka), baung (Macrones
planiceps), kalang (Clarias batrachus), jabuih/buntal (Tetradon mappa), kalai/gurami
(Osphronemus gurami lac), puyu/betok (Anabas testudeneus), sapek/sepat (Trichogaster
trichopterus), tilan (Mastacembelus unicolor), jumpo/gabus (Channa striatus), kiuang/bujuk
(Channa lucius), dan mujaie/mujair (Tilapia nilaticus). Ikan yang memiliki populasi paling tinggi
adalah ikan bilih/bako (Mystacoleucus padangensis), dan rinuak (Psylopsis sp) (Syandri 2008).
Danau Singkarak memiliki keunikan yang sangat khas yaitu memiliki spesies ikan
endemik yakni ikan bilih. Ikan ini bernilai ekonomis penting bagi masyarakat sekitar dan juga
dapat menjadi salah satu daya tarik wisata Danau Singkarak. Ikan bilih memiliki ukuran kecil
berkisar antara 6-12 cm, namun merupakan populasi paling besar di Danau Singkarak. Ikan ini
memiliki cita rasa yang lezat dan gurih mengandung protein, lemak, vitamin yang sangat baik
15
sehingga merupakan komoditas penting perikanan Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok
(Syandri, 2008).
Ikan bilih memijah ribuan ekor setiap hari mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul
02.00 WIB dengan cara beruaya menentang arus ke sungai-sungai yang bermuara ke Danau
Singkarak, antara lain Sungai Sumpur, Sungai Paninggahan, Sungai Baing, Sungai Saningbakar,
dan Sungai Muaro Pingai untuk kemudian bertelur di sela-sela batu (Syandri et al, 2011).
Keberadaan ikan bilih di Danau Singkarak, memberikan sumbangan yang sangat besar sebagai
sumber mata pencarian bagi masyarakat di selingkar danau. Dalam menangkap ikan bilih,
masyarakat setempat menggunakan beberapa alat tangkap seperti menangkap dengan cara
sistem alahan, jala, jaring insang, lukah dan setrum aki. Dari hasil tangkapan masyarakat dengan
menggunakan sistem alat tangkap alahan setiap hari berkisar Rp 5.000.00 – Rp 100. 000.00 per
kepala keluarga, jaring insang antara Rp 40.000.- – Rp 80.000., per kepala keluarga, jala antara
Rp 60. 000.00 – Rp 100. 000.00 per orang, lukah antara Rp 20 000., –Rp 40. 000., per orang dan
sentrum antara Rp 5.000., – Rp 10. 000., per orang. Total produksi ikan bilih setiap hari dari
berbagai jenis alat tangkap tersebut rata-rata 2 ton dengan nilai Rp 20.000.000., per hari. Hal ini
memperlihatkan bahwa ikan bilih memberikan sumbangan yang sangat besar sebagai sumber
mata pencaharian masyarakat di selingkar Danau Singkarak (Syandri, 2008).
Akhir - akhir ini hasil tangkapan ikan bilih di Danau Singkarak cenderung mengalami
penurunan, penyebabnya bermacam-macam antara lain karena intensitas penangkapan yang
kurang memperhatikan kelestarian ikan bilih, aktifitas masyarakat di pemukiman selingkar Danau
Singkarak, dan fluktuasi air permukaan serta perubahan outlet danau akibat beroperasinya PLTA
Singkarak. Dari segi alat tangkap banyak nelayan yang menggunakan alat tangkap tidak ramah
lingkungan, seperti penggunaan jaring insang dengan ukuran mata jaring 5/8 inci dan ¾ inci
bahkan ada yang memakai 5/8 inci, setrum aki, dan penggunaan bahan peledak, hal ini pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap keadaan stok ikan bilih (Syandri, 2010).
Danau Singkarak juga digunakan sebagai tempat membuang berbagai jenis limbah yang
dihasilkan dari kegiatan pertanian, limbah domestik dari pemukiman dan pasar, limbah pariwisata
dan transportasi air. Apabila proses pencemaran terus berlanjut tanpa adanya upaya-upaya
untuk meminimalkan pencemaran yang terjadi, maka beban pencemaran ekosistem Danau
Singkarak akan semakin berat dan pada akhirnya akan merugikan semua pihak yang
berkepentingan, termasuk kelestarian biota danau, khususnya ikan bilih. Keberadaaan ikan bilih
yang terancam punah harus segera diatasi oleh semua pihak agar kelestarian sumberdayanya
tetap terjaga.
2.2.4. Flora Fauna yang Hidup di Danau Singkarak
Danau Singkarak dikelilingi oleh Bukit Barisan dan Gunung Singgalang yang menyimpan
berbagai jenis flora fauna. Flora yang hidup di Danau Singkarak diantaranya adalah: pinus
(Pinus merkusii), jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia mahogani), surian (Toonasureni),
coklat (Theobroa cacao), mangga (Mangiferaindica), durian (Durio zibenthinus), kemiri (Aleurites
moluccana), alpukat (Perseaamericana), cengkeh (Eugenia aromatica), sawo (Diospyros digyna),
melinjo (Gnetum gnemon), pisang (Musa spp), kelapa (Cocos nucfera), kapuk (Ceiba pentandra),
16
padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), cabai (Capsicum annum), bawang (Allium cepa),
beringin (Ficus benjamina), dan nangka (Artocarpus) (Farida et al. 2005). Keberadaan flora di
Danau Singkarak tentunya dapat menambah keindahan dan kesejukan mata.
Fauna atau jenis binatang yang hidup di sekitar Danau Singkarak adalah: harimau,
monyet, kelelawar, anjing dan tikus (Farida et al. 2005). Penduduk yang berdomisili di kawasan
Danau Singkarak juga memiliki usaha beternak kambing, sapi dan ayam.
2.2.5. Tanaman Air
Tanaman air merupakan salah satu komponen biologi yang terdapat pada suatu
ekosistem danau. Kehadiran tumbuhan air pada suatu ekosistem perairan darat adalah penting
selama populasinya masih terkendali. Fungsi tumbuhan air pada suatu ekosistem perairan darat
diantaranya adalah sebagai sumber makanan bagi manusia maupun hewan, tempat berlindung
bagi hewan-hewan seperti invertebrate maupun vertebrate dari pemangsaan predator maupun
teriknya sinar matahari, tempat ikan-ikan meletakkan telurnya, dapat menahan nutrien yang
datang dari ekosistem darat dan juga dapat mengurangi kecepatan aliran air sehingga dapat
mengurangi erosi dan menurunkan kadar kekeruhan. Tanaman air yang terdapat di Danau
Singkarak adalah eceng gondok (Eichornia crassipes), dan rumput ikan (Potamogeton
malaianus). Dua jenis tanaman air ini dominan keberadaannya dibandingkan tanaman air
lainnya. Jenis tanaman air lainnya yang hidup di Danau Singkarak adalah kiambang (Salvinia
natans dan Azolla pinnata), kangkung (Ipomoea aquatica), Hydrilla sp, seroja (Nelumbo nucifera),
dan genjer (Lymnocharis flava).
2.3. Sumber-sumber Pencemaran Air Danau Singkarak
2.3.1. Limbah Pertanian
Pencemaran air yang berasal dari aliran permukaan akibat fosfor (Total -P) dari tanah
yang diolah (dalam hal adalah sawah) adalah 0,9 kg/ha/tahun (Moran et al, 1985). Jika luas
persawahan di Kecamatan Batipuh Selatan 872 ha, Kecamatan Rambatan 1.803 ha, diperkirakan
30% masuk ke Danau Singkarak yaitu 541 ha, Kecamatan Junjung Sirih 900 ha dan
Kecamatan X Koto Singkarak 1.200 ha. Total luas sawah di selingkar Danau Singkarak adalah
3.513 ha, maka diprediksi beban pencemaran berupa Total P dari lahan sawah sebesar 3.513
ha x 0,9 = 3.161,70 kg/tahun (3,16 ton/tahun). Menurut Kusumaningtyas dan Sukamto (2010)
erosi tanah pertanian merupakan salah satu sumber ortofosfat di perairan. Ortofosfat adalah
suatu bentuk senyawa fosfor yang dapat digunakan langsung oleh alga tanpa pemecahan
terlebih lanjut (Krismono et al, 2010).
2.3.2. Limbah Penduduk
Limbah penduduk yang masuk ke Danau Singkarak berdasarkan jumlah penduduk yang
terdapat di Kecamatan X Koto Singkarak 31.493 jiwa, dipredikasi 50% bermukim di daerah
tangkapan air Danau Singkarak sebesar 15.476 jiwa, Kecamatan Junjung Sirih 12.103 jiwa,
Kecamatan Batipuh Selatan 10.479 jiwa dan Kecamatan Rambatan 33.479 jiwa, dipredikasi
sebesar 30% berada di tangkapan air Danau Singkarak (16.818 jiwa) sehingga diperkirakan
17
total jumlah penduduk yang bermukim di selingkar Danau Singkarak 32.294 jiwa (Data tahun
2011).
Limbah penduduk terdiri dari tinja dan urin setiap orang per hari akan menghasilkan
beban total nitogen (N) dan total Fosfor (P) (Irianto, 1996).
• Tinja, mengandung T-N : 14,5 gram/orang/hari dan T-P : 1,9 gram/ orang/hari
• Urin, mengandung T-N : 7 gram/orang/hari, dan T-P : 2 gram/orang/hari.
• Berdasarkan perhitungan tersebut, diperkirakan 25 % limbah ini akan masuk ke danau
Singkarak, meliputi T-N dari tinja sebesar 62,77 ton/tahun, dan T-P dari tinja sebesar
8,22 ton/tahun. T-N dari urin 30,30 ton/tahun/tahun dan T-P urin sebesar 8,66 ton/tahun.
Jadi total limbah penduduk dalam bentuk P yang masuk ke Danau sebesar 16,88
ton/tahun.
2.3.5. Limbah Detergen
Limbah yang berasal dari detergen setiap orang adalah 1,2 kg /tahun. Jika jumlah
penduduk yang bermukim di selingkar Danau Singkarak sebanyak 48.101 jiwa yang berasal dari
kecamatan Batipuh Selatan, Rambatan, Junjung Sirih dan X Koto Singkarak (data tahun 2011),
maka jumlah detergen yang dihasilkan sebesar 57,72 ton/tahun . Diasumsikan 25 % saja yang
masuk ke Danau, maka detergen yang masuk ke Danau Singkarak sebesar 14,43 ton P/tahun.
2.3.6. Limbah Keramba Jaring Apung (KJA)
Jumlah petak KJA berdasarkan hasil survei di Danau Singkarak 200 petak dengan
jumlah pakan yang digunakan sebanyak 200 petak x 1 ton/petak x 2 kali periode
pemeliharaan/tahun = 400 ton/tahun. Jumlah produksi ikan Nila dari KJA (ton)/tahun dengan nilai
konversi pakan (NKP) 1,6 : 1 (1,6 ton pakan menghasilkan 1, 0 ton daging ikan) = 250 ton ikan
nila. Jumlah pakan yang terbuang rata-rata 15% x 400 ton (ton/tahun) = 60 ton. Jumlah total
Fosfor (P) yang masuk ke Danau Singkarak dari produksi ikan nila dengan NKP 1,6 :1 = 22,6
kg/ton produksi ikan nila (250 ton/tahun) = 5,65 ton/tahun. Jumlah total Nitrogen (N) yang masuk
ke badan air Danau Singkarak dari produksi ikan nila = 48,8 kg/ton, produksi ikan nila (250
ton/tahun) = 12,2 ton/tahun. Dari 4 (empat) jenis sumber pencemaran (limbah) yang masuk ke
Danau Singkarak maka total P adalah sebesar 40,02 ton/tahun dengan rincian limbah pertanian
3,16 ton (7,89%), limbah penduduk 16,88 ton (42,17%), limbah detergen 14,33 ton (35,80%) dan
limbah KJA 5,65 ton (14,11%), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut.
18
Gambar 2.3. Persentase Limbah yang Masuk ke Badan Air Danau
2.4. Status Mutu Air dan Status Trofik Danau Singkarak
Status mutu air Danau Singkarak berdasarkan metode Storet yaitu membandingkan
antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya.
Klasifikasi mutu air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 ditetapkan menjadi 4
(empat) kelas. Berdasarkan data kualitas maka status mutu air Danau Singkarak untuk kelas I
dan II tergolong sedang, untuk kelas III tergolong baik dan kelas IV tergolong baik sekali.
Penentuan status trofik Danau Singkarak ditentukan dengan membandingkan nilai status
perairan dengan empat parameter berikut yaitu kadar rata-rata N (mg/l), rata-rata total P (mg/l),
rata-rata khlorofil-a (mg/l) dan rata-rata kecerahan air (cm) disajikan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Rata-rata P-Total, Total N, klorofil-a dan kecerahan pada inlet, tengah Danau
dan outlet Danau Singkarak
Parameter
Satuan
P-Total
(mg/L)
N-Total
(mg/L)
Klorofil-a
(mg/L)
Kecerahan
cm
Sumber : Data Primer, Agustus 2012
Inlet
0,479±0,05
0,806±0,11
0,667±0,11
56,66±11,5
Stasiun Pengamatan
Tengah Danau
0,172±0,01
0,513±0,09
0,967±0,35
316,6±28,86
Outlet
0,276±0,09
0,487±0,14
1,110±0,26
291,66±38,18
Berdasarkan hasil analisis kualitas air pada tiga stasiun penelitian diperoleh kadar ratarata N pada stasiun inlet (muara sungai Sumani) 806±110 µg/l, rata-rata total P sebesar 479±57
µg/l, rata-rata khloropihil-a sebesar 6673±1147 µg/l dan kedalaman berkisar antara 5-8 m,
kecerahan rata-rata 0,5 meter. Pada data terlihat bahwa unsur P tertinggi terdapat di daerah inlet
dan menurun pada daerah tengah danau dan outlet. Menurut Haryadi et al (1991) fosfat terdapat
di air atau air limbah sebagai senyawa polifosfat, fosfat, dan orthofosfat. Orthofosfat adalah fosfat
anorganik merupakan salah satu bentuk fosforus (p) yang terlarut di dalam air. Jorgensen et al
(1989) menerangkan bahwa proses penurunan P04 di dalam perairan tergenang (danau dan
waduk) karena terjadi absorbsi oleh partikulat kemudian mengendap atau diserap untuk
pertumbuhan fitoplankton dan dapat dijadikan sebagai indikator kualitas bagi aktifitas perikanan.
Berdasarkan data empat parameter tersebut maka status trofik perairan di inlet (muara
Sungai Sumani) adalah eutrofik yaitu perairan kaya unsur ortofosfat (P-PO4). Perairan danau
yang relatif dangkal seperti di muara Sungai Sumani dengan kandungan nutrien yang tinggi
19
memacu pertumbuhan makrofita. Komposisi tumbuhan air disekitar kawasan muara Sungai
Sumani (Stasiun inlet) didominasi oleh eceng gondok dan kangkung air 80%, ganggang (hydrilla
sp.). Peran eceng gondok di muara sungai Sumani sangat besar dan dapat berdampak positif
dan negatif. Hasil penelitian membuktikan bahwa eceng gondok (makrofita) merupakan
komponen yang penting bagi ekosistem, sebagai penghasil oksigen untuk fotosintesis, habitat
pemijahan ikan, asuhan ikan, menempelnya pakan alami dari hewan dan konsentrasi nutrient.
Pengaruh makrofita pada ekosistem danau adalah merupakan bagian dari rantai stabilitas
perairan (Pipalova, 2006; Krismono et al, 2007 dalam Krismono dan Kartamihardja, 2010). Eceng
gondok selain berfungsi sebagai pembersih limbah rumah tangga (detergen) juga dapat
membersihkan danau dan waduk dari cemaran pestisida dan logam berat (Marson, 2006).
Kadar rata-rata N pada stasiun tengah danau 531±95 µg/l, rata-rata total P sebesar
205±47 µg/l, rata-rata khlorophil-a sebesar 9677±3518 µg/l dan kecerahan rata-rata 5 meter.
Pada stasiun outlet (air keluar) di sekitar intake PLTA Singkarak di perairan Malalo kadar ratarata N sebesar 487±144 µg/l, rata-rata total P 276±92 µg/l, rata-rata khlorophil-a sebesar
11.108±2622 µg/l dan kecerahan rata-rata 5 meter. Berdasarkan data tersebut maka status trofik
Danau Singkarak lebih cenderung bersifat mesotrofik. Nutrien N dan P di perairan Danau
Singkarak dapat berasal dari limbah domestik, limbah pakan ikan budidaya, detergen, dan limbah
penduduk. Sebagai pembanding di Danau Limboto nutrien N dan P berasal dari limbah domestik,
limbah pakan ikan dalam hampang, dan erosi dari pebukitan sekitarnya (Krismono et al, 2009),
sedangkan di Danau Maninjau unsur P dan N lebih dominan (94%) berasal dari limbah karamba
jaring apung (Syandri et al, 2012).
2.5. Sumber Daya Manusia Danau Singkarak
Danau Singkarak terletak diantara dua kabupaten yakni Kabupaten Solok dan
Kabupaten Tanah Datar. Secara administratif, wilayah Danau Singkarak yang termasuk
Kabupaten Solok adalah Kecamatan X Koto Singkarak dan Kecamatan Junjuang Siriah,
sedangkan wilayah Danau Singkarak yang termasuk Kabupaten Tanah Datar adalah Kecamatan
Batipuah Selatan dan Kecamatan Rambatan.
Total penduduk yang bermukim di selingkar
Danau Singkarak sebanyak 32.294 jiwa.
Mata pencarian masyarakat di selingkar danau cukup beragam antara lain nelayan,
petani, pedagang, PNS, tukang dan buruh. Persentase terbesar didominasi oleh masyarakat
petani dan nelayan. Jumlah petani nelayan di Danau Singkarak mencapai 395 RTP (Data tahun
2001), yang tersebar hampir di selingkar danau, khususnya di Nagari Sumpur, Tigo Koto, Padang
Laweh, Guguak Malalo, Paninggahan, Saning Baka dan Singkarak.
Petani nelayan di Danau Singkarak merupakan nelayan yang berusia antara 15-70
tahun, komposisi terbesar adalah petani nelayan yang berusia 26-50 tahun (74%). Hal ini
menggambarkan usia petani nelayan termasuk usia produktif yang berarti usia muda pada
umumnya relatif lebih ekonomis dan aktif dalam mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurut Syandri (2008) tingkat pendidikan sebagian besar petani nelayan di Danau Singkarak
tidak tamat SD (37,81%), tamat SD (23,80%), tidak tamat SLTP (0,99%), tamat SLTP (16,51%),
tamat SMU (16,91%), tamat D1/D3 (1,50%) dan tamat Sarjana (1,50%).
20
2.6. Potensi Wisata Danau Singkarak
2.6.1. Pemandangan Alam Perbukitan
Danau Singkarak di kelilingi oleh perbukitan yang dikenal dengan bukit barisan.
Perbukitan ini ditumbuhi oleh beraneka ragam pepohonan, seperti kelapa, pinus, mahoni, surian,
pala, durian, saus dan sebagainya. Hijaunya perbukitan dapat menyejukkan mata dan dapat
memberikan perasaan tenang serta nyaman bagi yang memandangnya. Selain itu, hamparan
danau yang luas dapat dilihat keindahannya dari atas bukit-bukit tersebut, untuk itu keberadaan
flora dan fauna yang terdapat di sekeliling bukit Danau Singkarak harus terjaga kelestariannya
agar keindahan danau tetap terjaga.
2.6.2. Tanjung Mutiara
Tanjung Mutiara merupakan objek wisata Danau Singkarak
yang terdapatdi wilayah Kabupaten Tanah Datar. Kegiatan wisata
yang bisa dilakukan oleh wisatawan di Tanjung Mutiara adalah
berenang di pinggiran danau yang dangkal dan berperahu. Sebelum
memasuki bulan Ramadhan Tanjung Mutiara ramai dikunjungi
karena adanya tradisi masyarakat Minangkabau yang dikenal
dengan “Balimau”. Balimau merupakan acara pembersihan diri untuk menyambut bulan suci
dengan cara mandi.
2.6.3. Pemandangan Keindahan Daerah Penangkapan Ikan Bilih dengan Alahan
Danau Singkarak memiliki keunikan yang sangat khas yaitu
memiliki spesies endemik ikan bilih. Ikan bilih memijah ribuan ekor
setiap hari mulai pukul 16.00 WIB sampai pukul 02.00 WIB dengan
cara beruaya ke sungai-sungai yang bermuara ke Danau Singkarak,
antara lain Sungai Sumpur, Sungai Paninggahan, Sungai Baing,
Sungai Saningbakar, dan Sungai Muaro Pingai untuk kemudian bertelur di sela-sela batu
(Syandri, 2008). Di daerah pemijahan ikan tersebut masyarakat memasang alat tangkap yang
diberi nama “Sistem Alahan”. Alahan ini dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata di
Danau Singkarak, karena petak-petak pemijahan ikan bilih tersebut airnya jernih dan dingin,
berarus, dangkal, dan substrat dasarnya terdiri atas kerikil dan kerakal sehingga ribuan ikan bilih
yang terdapat di kawasan ini dapat dilihat dengan mata telanjang.
2.6.4. Olahraga Paralayang di Payorapuih
Perbukitan Danau Singkarak di wilayah Payorapuih memiliki
karakteristik angin timur sehingga cocok dikembangkan untuk kegiatan
olahraga paralayang. Olahraga Paralayang ini sedang dikembangkan
oleh pihak pengelola kawasan wisata Danau Singkarak.
21
2.6.5. Kereta Api Wisata
Kereta api wisata merupakan program wisata provinsi
Sumatrera Barat. Jalur kereta ini dimulai dari Padang sampai ke Kota
Sawahlunto. Dalam perjalanannya, kereta wisata tersebut melewati
kawasan wisata Danau Singkarak. Penumpang kereta yang sedang
berada di kereta tersebut dapat memandang secara langsung keindahan
Danau Singkarak. Tetapi kereta ini masih beroperasi setiap hari Minggu,
dan jumlah penumpangnya belum terlalu banyak. Oleh karena itu potensi ini perlu dikemas dan
dikembangkan.
2.6.6. Festival Singkarak dan Danau Kembar
Festival Singkarak - Danau Kembar merupakan kegiatan
wisata Kabupaten Solok. Acara ini pertama kali diadakan pada
tanggal 23-27 Agustus 2008. Tujuan diadakannya festival ini adalah
untuk lebih mengenalkan seni, budaya, dan keindahan alam di
Kabupaten Solok kepada seluruh masyarakat di Indonesia dan
masyarakat keturunan Minang yang berada di Malaysia, Singapura,
dan Brunei Darussalam sehingga dapat lebih mengenal dan pada
akhirnya mencintai seni, budaya, dan kekayaan alam Indonesia khususnya Sumatera Barat.
Festival ini berhasil mencetak rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan menggelar arakarakan 74 jenis adat dan budaya khas dari 74 nagari di 14 Kecamatan yang ada di Kabupaten
Solok. Festival ini direncanakan diadakan dua tahun sekali. Festival Danau Singkarak dan Danau
Kembar bisa menjadi ajang promosi pariwisata Danau Singkarak khususnya secara nasional
bahkan internasional melalui pemberitaan media cetak dan elektronik.
2.6.7. Tour de Singkarak
Tour de Singkarak merupakan perlombaan balap
sepeda tingkat internasional yang diadakan di Sumatera Barat.
Perlombaan ini melewati berbagai daerah wisata di Sumatera
Barat seperti Padang, Bukittinggi, Lembah Harau di
Payakumbuh, Sijunjung, Sawahlunto dan tentunya Danau
Singkarak. Perlombaan balap sepeda Tour de Singkarak baru pertama kali dilaksanakan di
Sumatera Barat dan direncanakan menjadi acara tahunan. Tahun 2009 merupakan tahun
pertama penyelenggaraannya yang dimenangkan oleh pembalap asal negara Iran. Puncak acara
dilaksanakan di Danau Singkarak. Tahun 2013 lintasan tour de Singkarak sudah mencakup 15
kabupaten dan kota. Acara ini bertujuan untuk mempromosikan daerah wisata yang terdapat di
provinsi Sumatera Barat termasuk Danau Singkarak dan Danau Maninjau.
22
Gambar 2.4. Peta Kesesuaian Wisata Danau Singkarak (Sumber Fitri, 2009)
2.7. Elemen-Elemen Lembaga yang Bertanggungjawab untuk Penyelamatan Danau
Singkarak
Penyelamatan Danau Singkarak harus melibatkan pemangku kepentingan, maka
berdasarkan analisis yang dilakukan terdapat 14 sub elemen lembaga yang terlibat dalam
penyelamatan pengelolaan Danau Singkarak (Tabel 2.6). Lembaga yang menjadi elemen kunci
dalam pengelolaan tersebut adalah Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pemukiman dan Tata
Ruang, Tokoh Adat/Lembaga Adat, Bapedalda, Perguruan Tinggi dan Dinas Pariwisata dan
PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bukittinggi yang membawahi PLTA Singkarak.
Tabel 2.6. Elemen lembaga yang harus terlibat dalam pengelolaan Danau Singkarak
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12
13
14
Sub Elemen
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi dan Dinas Terkait diKabupaten
Dinas Tata Ruang dan Pemukiman
Bapedalda Propinsi dan Dinas terkait di Kabupaten)
Dinas Kehutanan Propinsi dan Dinasterkait di Kabupaten
Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi dan Dinas terkait diKabupaten
Dinas Kesehatan (Propinsi-Kabupaten)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Prop/Kab/Kota
PLN Sektor Pembangkitan Bukittinggi
Perguruan Tinggi
Industri dan Pengusaha (Hotel, budidaya KJA, restaurant, dll)
Camat
Wali Nagari/Wali Jorong/ BPRN
Tokoh agama/tokoh adat
Lembaga Swadaya Masyarakat
Arah dan kebijakan yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah pengelolaan Danau
Singkarak harus secara menyeluruh dan terpadu yang melibatkan berbagai sektor baik dari
pemerintah (policy maker), pelaku hukum, pengusaha maupun masyarakat umum (Lembaga
adat dan Lembaga Agama). Arahan tersebut adalah untuk tidak menganggap Danau Singkarak
sebagai tempat eksploitasi saja karena nilai ekonomis yang tinggi, tetapi juga harus mempunyai
23
nilai dan hak untuk dijaga, dikembangkan dan dilestarikan. Ganjaran hukum harus ditegakkan
secara konsekuen dan konsisten terhadap pemanfaatan Danau yang mengabaikan aspek
pelestariannya.
Berdasarkan kondisi eksisting Danau Singkarak maka elemen peran pemerintah yang
terlibat dalam pengelolaan Danau Singkarak baik langsung maupun tidak langsung dijabarkan
menjadi 10 sub elemen (Tabel 2.7). Sedangkan hasil analisis elemen untuk kebutuhan dalam
pengembangan model pengelolaan Danau Singkarak dijabarkan lagi menjadi 9 sub elemen
(Tabel 2.8 dan 2.9).
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Tabel 2.7. Elemen Peran Pemerintah dalam Pengembangan Pengelolaan
Danau Singkarak
Sub-Elemen
Pemetaan tata ruang
Evaluasi kesesuian lahan di DTA dan badan air Danau Singkarak
Master plan perwilayahan ekologi, ekonomi dan sosial
Penerapan kebijakan antar pemangku kepentingan
Ketegasan penegakan hukum terhadap pelanggaran
Kajian kebijakan
Perioritas rencana strategis
Membuat dan merealisasikan penerapan rencana strategis
Koordinasi antar wilayah administrasi
Prinsip integrasi lintas sektoral
Tabel 2.8. Elemen Kebutuhan dalam Pengelolaan Danau Singkarak
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sub-Elemen
Pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia berkualitas
Pengendalian sumber erosi dan pencemaran di DTA, sempadan danau dan di kolom air danau
Pengembangan ekowisata dengan melengkap sarana dan prasarana
Pelestarian dan pengendalian keberlanjutan biota danau
Pengaturan perikanan (penangkapan ikan dan budidaya KJA)
Pengelolaan budidaya pertanian dan perkebunan sesuai tata guna lahan
Modal untuk pemberdayaan masyarakat
Manajemen usaha
Stabilitas politik
Tabel 2.9. Elemen Kendala dalam Pengembangan Pengelolaan Danau Singkarak
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Sub-Elemen
Belum ada Visi dan Misi pengelolaan lingkungan Danau Singkarak
Perbedaan tujuan antar pemangku kepentingan
Belum sinkron tujuan antar wilayah adiministrasi
Belum ada konsistensi arah kerja sama antar wilayah administrasi
Belum ada konsistensi arah kerja sama antar pemangku kepentingan
Koordinasi antar instansi belum optimal
Kualitas dan kuantitas SDM masih rendah
Dukungan peratuan secara bersama-sama antara pemangku kepentingan belum ada
Manajemen antara pemangku kepentingan masih rendah
Persaingan kebutuhan/kepentingan
Penegakan peraturan persektor masih lemah
24
Berdasarkan elemen-elemen tersebut maka perlu ada pembagian peran antara
pemerintah dan masyarakat dalam rangka pengelolaan danau Singkarak melalui model
pengelolaan Co-manajemen yaitu pembagian kekuasaan untuk mengelola danau antara
pemerintah, instansi swasta dengan masyarakat. Berdasarkan elemen-elemen tersebut maka
disusun rencana kerja, tujuan, sasaran, rekomendasi, indikator kinerja, tahap pelaksanaan dan
instansi pelaksana seperti dijabarkan pada Bab 3.
25
Bab 3
GERAKAN PENYELAMATAN DANAU SINGKARAK
3.1. Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Ancaman dan Peluang Kawasan Danau Singkarak
Penentuan strategi pengembangan kawasan Danau Singkarak dilakukan dengan
menggunakan analisis SWOT. Caranya adalah manganalisa faktor-faktor internal dan eksternal
yang dimiliki kawasan Danau Singkarak. Faktor-faktor internal yang dimaksud adalah faktorfaktor yang mempengaruhi ekosistem yang berasal dari dalam Danau Singkarak sendiri,
sedangkan faktor-faktor eksternal adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi degradasi danau
yang berasal dari luar badan air. Faktor-faktor internal terdiri atas kekuatan (Strength) dan
kelemahan (Weakness). Faktor-faktor eksternal terdiri atas peluang (Opportunity) dan ancaman
(Threat).
3.1.1. Kekuatan (strength)
a. Kealamian Ekosistem Danau Singkarak
Sumberdaya perairan Danau Singkarak masih tergolong alami, terlihat dari permukaan
perairan danau yang tidak banyak mengalami campur tangan manusia khususnya dalam
perubahan bentang. Selama ini Danau Singkarak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk
kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan minum. Selain itu, perairan ini juga
dimanfaatkan untuk perikanan, irigasi, sumber energi listrik oleh PLTA Singkarak dan wisata air.
Danau Singkarak lebih banyak dimanfaatkan sebagai usaha perikanan tangkap, terutama
penangkapan ikan bilih, namun sejak tahun 2011 sudah mulai dimanfaatkan untuk usaha
perikanan dengan Keramba Jaring Apung (KJA). Kegiatan KJA sebetulnya tidak cocok
dilaksanakan di danau ini karena faktor musuh alami berupa hewan isopoda (istilah lokal Gamih)
yang mengisap darah dari insang ikan yang dipelihara. Selain itu angin dan arus pada musim
tertentu di Danau Singkarak juga cukup kuat sehingga bisa merusak KJA seperti kejadian di
perairan Nagari Singkarak. Hal inilah salah satu penyebab yang membuat Danau Singkarak
masih terlihat sangat alami dan indah sehingga manjadi kekuatan daya tarik bagi wisatawan.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menetapkan kawasan Danau Singkarak dalam rencana
strategisnya adalah sebagai kawasan pariwisata dan kawasan cadangan air untuk sumber energi
PLTA Singkarak.
b. Letak Yang Strategis
Danau Singkarak terletak di jalur lintas Sumatera yaitu jalan yang menghubungkan
provinsi-provinsi di pulau Sumatera. Jarak perjalanan dari pusat kota di Sumatera Barat tidak
terlalu jauh. Dari Kota Padang dan Bandara Internasional Minangkabau dapat ditempuh selama
± 2 jam. Dari Solok dapat ditempuh 30 menit dan dari Kota Bukittinggi dan Kota Padang Panjang
ke Danau Singkarak dapat ditempuh selama 1-1,5 jam dengan menggunakan kendaraan umum.
26
Dengan adanya letak yang stategis ini dapat memudahkan wisatawan menemukan lokasi wisata
Danau Singkarak.
Disepanjang pinggir Danau Singkarak antara Nagari Batu Taba dengan Nagari
Singkarak lebih kurang 35 km disebelah timur Danau Singkarak terdapat jalur kereta api yang
sangat berpeluang untuk dikembangkan menjadi wisata kereta api untuk menikmati keindahan
Danau Singkarak.
c. Potensi Sumberdaya Danau yang Besar
Danau Singkarak merupakan danau terluas ke dua di Pulau Sumatera setelah danau
Toba dengan luas 10.908,2 ha yang tentunya banyak memiliki potensi sumberdaya alam, baik
sumberdaya perairan maupun sumberdaya perikanan. Danau Singkarak memiliki pemandangan
yang indah dan alami. Hamparan perairan danau yang begitu luas dan jernih dikelilingi
perbukitan, enam buah sungai besar yang airnya masih jernih pada musim kemarau; kecuali
sungai Sumani airnya sangat keruh akibat banyak limbah dari Kota Solok dan galian C sepanjang
aliran sungai tersebut; serta pepohonan yang sangat potensial untuk dijadikan kawasan wisata.
Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di kawasan Danau Singkarak adalah berkemah,
perahu wisata, memancing, duduk santai, outbound, berenang dan wisata kuliner serta wisata
penangkapan ikan bilih dengan sistem alahan dan jala di muara-muara sungai. Semua kegiatan
wisata tersebut harus dikelola dan ditata sedemikian rupa sehingga dalam pelaksanaannya tidak
merusak atau mengurangi kealamian kawasan.
d. Potensi Sumberdaya Air Untuk PLTA Singkarak
Danau Singkarak mempunyai potensi sumber daya air sebesar 16.1 km3. Dari volume air
tersebut PLTA Singkarak memproduksi energi listrik dengan frekuensi 50 Hz, tegangan 10 KV
dan menghasilkan daya 4 x 43,5 MW (175 MW). Dari hasil pemantauan outflow turbin dari bulan
Januari sampai bulan Oktober 2012 berkisar antara 52.253.857–180.881.672 m3/detik. Outflow
tertinggi terjadi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Agustus 2012 dengan elevasi akhir
muka air danau berkisar antara 360,86-362,20 mdpl. Produksi energi pada tahun 2012 berkisar
antara 22.129.472- 105.392.867 GWH/bulan. Produk berupa energi listrik diserahkan kepada
Pusat Pengendalian Pengatur Beban (P3B) dan disalurkan ke Unit Pengatur Transmisi (UPT),
Unit Pengatur Beban (UPB) dan Unit Pengatur Distribusi (UPD) yang selanjutnya dijual kepada
masyarakat atau instansi yang membutuhkan.
e. Keunikan Wilayah Dengan Adanya Ikan Bilih
Keunikan Danau Singkarak yang tidak dimilliki oleh danau lainnya adalah adanya
spesies ikan endemik yaitu ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). Ikan bilih yang hidup di
Danau Singkarak berukuran kecil antara 5 - 12 cm. Ikan bilih merupakan ikan bernilai ekonomi
tinggi karena harganya cukup mahal berkisar antara Rp 50.000.,-100.000.,/kg dalam bentuk
olahan ikan goreng atau ikan kering. Berbagai kegiatan wisata ikan bilih dapat dikembangkan
oleh pengelola, tentunya dengan tetap memperhatikan kelestariannya. Wisata kegiatan
penangkapan ikan bilih dengan sistem alahan dan jala di muara sungai yang masuk ke danau,
antara lain muara Sungai Paninggahan, Sungai Sumpur, Sungai Baing dapat dikemas menjadi
27
obyek wisata yang menarik. Selain itu juga ada wisata kuliner misalnya, ikan bilih (baby fish)
goreng, pangek ikan sasau dan pangek ikan belingka yang memiliki rasa yang gurih dan enak
menjadi daya tarik dan diharapkan dapat mengundang banyak wisatawan yang datang ke Danau
Singkarak khusus mencicipi hidangan ikan bilih dan pangek yang tersedia di warung makan dan
restoran di sepanjang sempadan kawasan Danau Singkarak.
f. Adanya Hutan Rakyat
Di daerah tangkapan air (catchment area) terdapat hutan rakyat yang terdiri dari hutan
tanaman, hutan perkebunan dan hutan semak sekitar 21.946,4 hektar. Hutan rakyat tersebut
berpotensi untuk dikembangkan berupa tanaman sawo, coklat, pala, alpokat, mangga, manggis,
durian, cengkeh dan kelapa yang masih memerlukan penguatan kelembagaan petani untuk
peningkatan hasil produksi berupa diversifikasi produk yang dapat meningkatkan nilai tambah
dan pendapatan petani.
g. Dukungan Dari Masyarakat
Dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengelola suatu ekosistem Danau
Singkarak agar tidak terjadi konflik dikemudian hari antara pemangku kepentingan
(Stakeholders). Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, masyarakat sekitar kawasan
Danau Singkarak mempunyai dukungan yang besar terhadap kawasan wisata ini asal sesuai
dengan sosial dan budaya. Contohnya, 100% responden menyatakan senang dengan adanya
kawasan wisata tersebut dan sebesar 63,33% responden bersedia apabila tanah mereka
digunakan untuk membangun fasilitas wisata seperti hotel.
Masyarakat menyadari adanya kawasan wisata Danau Singkarak dapat memberikan
manfaat bagi mereka, karena memiliki kesempatan untuk berdagang, terlibat dalam tim
pengelola, berinteraksi dengan wisatawan dan berekreasi di kawasan wisata Danau Singkarak.
Masyarakat juga berkewajiban menjaga potensi sumberdaya alam yang dimiliki danau terluas di
Provinsi Sumatera Barat ini yaitu dengan tidak membuang limbah cair dan sampah padat hasil
kegiatan rumah tangga, pasar, pertanian dan perikanan ke saluran air yang menuju danau. Hal
ini diperlukan agar kelestarian danau dapat terus terjaga yang selanjutnya dapat mempengaruhi
keberlanjutan pengembangan kawasan wisata. Selain itu, perlu diadakan kegiatan gotong
royong masyarakat sekitar danau dalam pembangunan tempat sampah umum dan bak
penampungan air limbah. Sebaliknya persepsi masyarakat, terutama nelayan masih negatif
terhadap kehadiran PLTA Singkarak karena mereka beranggapan berkurangnya populasi ikan
bilih disebabkan oleh perubahan ekosistem danau ini, terutama dengan di bangunnya Dam Weir
di Hulu Sungai Ombilin yang merupakan outlet alami Danau Singkarak. Semenjak tahun 1998 air
Danau Singkarak dialirkan melalui terowongan PLTA sepanjang 17 km yang outletnya berlokasi
di Nagari Malalo yang mengalir ke daerah Asam Pulau untuk memutar turbin PLTA.
28
3.1.2. Kelemahan (weakness)
a. Belum Memiliki Visi dan Misi
Pemangku kepentingan yang terlibat di dalam pemanfaatan dan pengelolaan Danau
Singkarak belum memiliki Visi dan Misi. Hal ini mengakibatkan setiap instansi pemerintah, swasta
dan badan lain yang memanfaatkan Danau Singkarak masih berjalan secara parsial yang dapat
mengakibatkan kerusakan ekosistem Danau Singkarak di masa yang akan datang.
b. Sarana dan Prasarana Umum Tidak Memadai
Sarana dan prasarana umum yang terdapat di kawasan wisata Danau Singkarak masih
sangat kurang walaupun ada kondisinya kurang terawat. Kurangnya sarana dan prasarana
pendukung seperti tempat sampah, toilet, tempat duduk santai, tempat ibadah dan air bersih,
terutama di lokasi wisata menyebabkan masyarakat masih membuang sampah ke badan air
danau, selain itu pelayanan dan kemanan yang diberikan juga kurang. Berdasarkan hasil
wawancara dengan masyarakat di Pasar Ombilin dan Pasar Sumani serta wisatawan, sekitar
35% mereka menyatakan membuang sampah ke sungai dan danau serta di kawasan wisata
Danau Singkarak karena kurangnya ketersediaan tempat sampah.
Kotornya kawasan dengan sampah dapat mengganggu keindahan dan kelestarian
sumberdaya air Danau Singkarak. Setiap hari minggu yang merupakan hari pasar di Jorong
Ombilin, setelah kegiatan pasar selesai maka sampah ± 4 m 3 dibuang ke danau yaitu di sekitar
jembatan di hulu Sungai Ombilin (di lokasi Dam Weir PLTA). Demikian pula di pasar Sumani
pada setiap hari minggu sampah dari sisa aktifitas pasar ± 6 m3 di buang ke Sungai Lembang
yang berlokasi di bawah Jembatan Sumani.
c. Topografi Dasar Danau Yang Curam
Danau Singkarak tergolong danau yang sangat dalam dengan kedalaman maksimal 296
m dan kedalaman rata-rata 136 m dan tidak ditemukan petunjuk mengenai zona berbahaya untuk
beraktifitas di badan air dan sempadan danau, termasuk rambu-rambu-rambu lalu lintas,
terutama untuk kegiatan wisata sehingga bagi wisatawan yang tidak mengetahui bahwa Danau
Singkarak sangat dalam akan berbahaya bagi keselamatan mereka ketika melakukan kegiatan
wisata berenang, berperahu dan memancing. Pada saat angin kencang, gelombang perairan
tergolong besar dan dapat membahayakan wisatawan apabila melakukan kegiatan di air. Selain
itu di daerah litoral danau juga terdapat tanaman air yaitu Jariamun yang dapat membahayakan
pengunjung wisata jika berenang di air.
d. Topografi Tepian Daratan Danau Yang Sempit
Danau Singkarak memiliki tepian yang sempit, bahkan sebagian besar danau Singkarak
di wilayah studi tidak ditemukan tepian danau sama sekali, danau dibatasi langsung dengan jalan
raya. Hal ini menyebabkan pilihan wisata di danau Singkarak menjadi terbatas.Padahal
dibeberapa titik yang tidak ada tepian danaunya memiliki pemandangan yang sangat
indah.Berdasarkan tingkat kedalaman relatif (Zr = 2,45%), maka danau Singkarak memiliki
stabilitas perairan yang rendah. Menurut Wetzel (1983) dalam Lukman dan Ridwansyah (2009).
29
sebagian besar Danau memiliki nilai Zr kurang dari 2% menunjukkan tingkat stabilitas yang
rendah. Sedangkan Danau yang memiliki stabilitas tinggi umumnya memiliki nilai Z r>4% dan
merupakan Danau dalam dengan luas permukaan sempit. Pengembangan garis pantai (D L)
adalah gambaran potensi dan peran wilayah tepian dalam hubungannya dengan kesuburan
danau, semakin panjang garis pantai semakin besar nilai D L. Nilai DLdanau Singkarak mencapai
0,16 yang menunjukkan bahwa peranan wilayah tepian danau kurang mendukung produktivitas
perairannya (Syandri et al, 2012).
e. Banyaknya Bangunan Yang Tidak Tertata Dengan Baik di Sepanjang Sempadan Danau
Bangunan perumahan, warung dan restoran yang tidak tertata dengan baik di sepanjang
sempadan Danau Singkarak menyebabkan nilai keindahan danau semakin berkurang.
Berdasarkan laporan dari Pemerintah Kecamatan Rambatan jumlah bangunan baru yang tumbuh
di sempadan danau Singkarak kurang lebih 500 unit, dari jumlah tersebut hanya 50 unit yang
memiliki izin mendirikan bangunan (IMB). Akibatnya wisatawan yang ingin melihat pemandangan
danau terganggu dengan bangunan yang berdiri di sepanjang sempadan danau tersebut. Tidak
adanya peraturan yang tegas untuk membatasi pembangunan di sepanjang sempadan danau
menyebabkan masyarakat leluasa mendirikan bangunan. Selain itu kesadaran masyarakat
sekitar sangat diperlukan agar keindahan Danau Singkarak tetap terjaga.
f.
Belum Ada Zonasi dan Kesepakatan Antar Pemangku Kepentingan Dalam Mengelola Danau
Singkarak
Pemanfaatan Danau Singkarak untuk berbagai kegiatan oleh Satuan Kerja Pemerintah
Daerah (SKPD) masih bersifat ego sektoral. Hal ini menyebabkan masing-masing SKPD
melaksanakan program secara parsial. Misalnya Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi
Sumatera Barat masih menginginkan dikembangkan budidaya ikan dengan sistem karamba
jaring apung (KJA), padahal karakteristik danau ini tidak mendukung pelaksanaan usaha
budidaya ikan dengan KJA, sedangkan dari Bapedalda dan Dinas Pariwisata dan kebudayaan
ingin mengembangkan danau ini untuk tujuan wisata, karena Danau Singkarak sudah mendunia
dengan wisata tour de Singkarak.
g.
Belum Ada Peraturan Bersama 13 Nagari (Desa) Tentang Pengelolaan Ikan Bilih
Ikan bilih merupakan spesies endemik di Danau Singkarak dan memiliki nilai ekonomis
penting bagi masyarakat yang bermukim di selingkar danau. Berdasarkan data yang ada di
lapangan, jumlah alat tangkap yang tidak ramah lingkungan untuk menangkap ikan bilih semakin
bertambah, antara lain jaring insang yang memiliki ukuran mata jaring 5/8 inci dan ¾ inci serta
setroom aki, bahkan dengan bahan peledak. Dari 13 nagari yang terdapat di selingkar danau,
hanya 1(satu) Nagari Sumpur yang sudah mempunyai peraturan tentang penangkapan ikan bilih
dengan melibatkan pemerintahan nagari, pemuka adat, tokoh agama, pemuda dan nelayan.
30
3.1.3. Peluang (opportunity)
a.
Danau Singkarak Berpeluang Besar Menjadi Objek Wisata Melalui Promosi Tour de
Singkarak
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Tanah
Datar dan Kabupaten Solok, dalam hal ini Dinas Pariwisata kedua kabupaten telah melakukan
berbagai promosi mengenai Danau Singkarak melalui brosur, leafletdan pameran. Namun
promosi tersebut masih kurang. Dengan adanya acara tahunan balap sepeda internasional Tour
de Singkarak, maka secara tidak langsung Danau Singkarak juga ikut dipromosikan secara
nasional dan internasional melalui media iklan yang terdapat di media cetak dan elektronik. Balap
sepeda Tour de Singkarak merupakan perlombaan balap sepeda tingkat internasional yang
melewati berbagai daerah di Sumatera Barat termasuk mengelilingi Danau Singkarak.
Acara balap sepeda ini pertama kali diadakan di Sumatera Barat pada bulan Mei tahun
2009 dan diikuti oleh 11 negara. Event ini setiap tahun sudah menjadi agenda promosi wisata
pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota, dan pada tahun 2013 telah diikuti oleh 23
negara. Dengan adanya event seperti ini secara tidak langsung sarana prasarana, aksesibilitas,
fasilitas wisata di Danau Singkarak seharusnya semakin baik agar peserta, tamu undangan dan
penonton merasa nyaman berada di Danau Singkarak. Namun sampai saat ini, acara Tour de
Singkarak belum mampu memperbaiki wajah Danau Singkarak. Selain Tour de Singkarak,
bentuk kegiatan lain yang digunakan sebagai ajang promosi Danau Singkarak adalah Festival
Danau Kembar dan Danau Singkarak yang diadakan dua tahun sekali.
a. Danau Terletak di Antara Dua Kabupaten
Danau Singkarak berada di wilayah dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan
Kabupaten Solok, secara administratif 40% wilayah Danau Singkarak berada di Kabupaten Solok
dan 60% berada dikawasan Tanah Datar. Dua pemerintahan kabupaten ini memiliki peluang
yang besar untuk menjadikan Danau Singkarak sebagai objek wisata yang sangat diminati
wisatawan. Dua pemerintahan kabupaten ini dapat bekerja sama dalam hal pendanaan
penggalian potensi sumberdaya Danau Singkarak, pengembangan wisatanya, promosi,
perbaikan sarana dan prasarana, penetapan peraturan-peraturan daerah, dan peningkatan
kualitas sumberdaya manusia sehingga tercipta suatu kawasan wisata yang memperhatikan
kelestarian danau.
b. Kerjasama Instansi Terkait
Instansi terkait bertugas mengawasi keberlanjutan Danau Singkarak yang berwawsan
lingkungan, terutama kawasan wisata baik perairannya, sarana dan prasarana, fasilitas wisata,
dan masyarakat sekitar danau. Dengan adanya kerjasama antara instansi seperti Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Tata Ruang dan Pemukiman, Dinas
Perikanan dan Kelautan, dan Bapedalda, maka kelemahan ataupun ancaman terhadap kawasan
Danau Singkarak, terutama wisata danau dapat dikurangi atau diwaspadai.
31
c. Adanya Pihak Swasta Yang Ingin Menanamkan Modal
Melihat potensi Danau Singkarak yang sangat sangat besar, maka banyak pihak swasta
yang ingin menanamkan modal untuk berbisnis di kawasan Danau ini. Oleh karena itu penting
untuk membuat zonasi pemanfaatan danau serta melakukan pembenahan dalam hal sarana dan
prasarana terutama sarana wisata dan variasi kegiatan wisata. Untuk itu diperlukan modal guna
mendorong pembangunan dan pengembangannya yang dapat berasal dari pihak swasta.
Fasilitas wisata seperti perahu dan hotel yang terdapat di kawasan wisata Danau Singkarak saat
ini berasal dari pihak swasta.
d. Terbuka Peluang Produk Ikan Bilih Dijual ke Provinsi Tetangga dan Negara Jiran
Ikan bilih yang ditangkap oleh nelayan sebagian besar dijual dalam bentuk segar kepada
agen dan konsumen lokal, yang harganya sangat tergantung kepada musim. Pada saat musim
ikan bilih, nelayan dan keluarganya sangat dirugikan oleh pedagang karena harga ikan ini
murah. Oleh karena itu diperlukan diversifikasi dari produksi ikan bilih, terutama dalam bentuk
ikan olahan, misalnya ikan bilih goreng, ikan salai, ikan kering, dan kerupuk ikan bilih.
Generasi muda/perempuan di selingkar Danau Singkarak mempunyai minat untuk
meningkatkan produk olahan ikan bilih, sehingga mereka yang menganggur dapat berusaha
dalam usaha ini yang pada gilirannya dapat menumbuhkan pekerjaan baru dan meningkatkan
tingkat pendapatannya. Dengan melakukan pengolahan pasca penangkapan, masyarakat
mendapatkan beberapa keuntungan (1) dapat meningkatkan nilai jual ikan bilih dari Rp 40.000,/kg (dalam keadaan basah) menjadi Rp 90.000,-/kg (dalam bentuk produk olahan ikan bilih
salai); (2) meningkatkan daya tahan pemanfaatan produk sehingga dapat dimanfaatkan secara
maksimal sehingga dapat di jual ke propinsi tetangga dan negara jiran; dan (3) mengembangkan
potensi SDA spesifik daerah.
e. Diversifikasi Hasil Perkebunan
Wilayah catchment area yang subur dan luas di selingkar Danau Singkarak berpotensi
untuk menjadi hutan rakyat yang menghasilkan produk-produk perkebunan dan sudah dikelola
oleh masyarakat secara turun temurun seperti perkebunan sawo, pala dengan jumlah produksi
yang cukup tinggi. Untuk itu perlu dikembangkan diversifikasi hasil perkebunan sehingga memiliki
nilai jual yang lebih tinggi, misalnya keripik sawo, manisan pala, minyak pala dan lain
sebagainya.
3.1.4. Ancaman (threat)
a. Adanya Bencana Alam
Danau Singkarak pernah beberapa kali mengalami bencana alam seperti gempa bumi
dan tanah longsor. Bencana alam tersebut telah merusak berbagai fasilitas wisata di Danau
Singkarak seperti tempat-tempat duduk yang terbuat dari semen. Kawasan Sumatera Barat
memang sering terjadi bencana alam salah satunya adalah gempa. Adanya bencana alam dapat
mengancam keberadaan suatu kawasan wisata, tidak terkecuali di Danau Singkarak.
32
b. Ikan Bilih Terancam Punah Karena Penangkapan Yang Tidak Ramah Lingkungan
Ikan bilih ditangkap menggunakan peralatan tradisional seperti jaring insang, jala, sistem
lahan, dan lukah. Akan tetapi banyak juga nelayan yang menangkapnya menggunakan peralatan
yang tidak ramah lingkungan seperti setrum aki, racun, bahan peledak, jaring insang dengan
ukuran mata jaring 5/8 inci, dan ¾ inci . Hal ini dilakukan oleh nelayan karena ikan bilih memiliki
nilai ekonomi yang tinggi sehingga terjadilah eksploitasi besar-besaran terutama dengan alat
tangkap jaring insang (baca jaring langli).
Berdasarkan laporan Syandri et al (2001), jumlah alat jaring insang pada tahun 1980
sebanyak 30 unit dan bartambah menjadi 854 unit pada tahun 2001. Menurut data tahun 1997
menyebutkan stok ikan bilih mencapai 542.56 ton dan yang telah dieksploitasi sebesar 416.90
ton (Syandri, 1997). Ini menggambarkan sumberdaya ikan bilih sudah mengalami tangkap lebih.
Nelayan juga mengakui bahwa tangkapan mereka beberapa tahun belakangan ini mengalami
penurunan. Sekitar 10 tahun lalu, masing-masing nelayan setiap harinya bisa menangkap ikan
bilih 50 kg per harinya, tetapi belakangan ini mereka masing-masing hanya memperoleh hasil
tangkapan sebanyak 0.5 kg per harinya. Apabila kegiatan penangkapan ikan bilih yang tidak
ramah lingkungan ini tetap berlangsung maka ikan endemik ini akan mengalami kepunahan.
Padahal ikan bilih memiliki keunikan tersendiri bagi Danau Singkarak dan berpotensi menjadi
objek wisata. Untuk itu diperlukan tindakan dari instansi terkait dan kesadaran masyarakat agar
kelestarian sumberdaya ikan bilih tetap terjaga.
c. Surutnya Air Danau Karena Aktifitas PLTA Singkarak
PLTA yang sudah dibangun semenjak tahun 1998 telah mengancam surutnya air Danau
Singkarak. Menurut masyarakat, air Danau Singkarak mengalami penyusutan sejauh 20 meter,
tetapi belum ada data yang menyebutkan dengan pasti. Hal ini mungkin terjadi karena produksi
energi PLTA Singkarak dimanfaatkan secara interkoneksi oleh provinsi tetangga yaitu Sumatera
Barat, Riau dan Jambi. Menurut masyarakat sekitar, keberadaan PLTA juga mengancam
populasi ikan bilih, karena ikan bilih tersebut terbawa oleh arus ke dalam terowongan PLTA yang
mana air danau ini sebagian besar dialirkan melewati terowongan menembus Bukit Barisan ke
Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di daerah Asam Pulau Lubuk Alung
Kabupaten Padang Pariaman yang berjarak sekitar 17 km dari Danau Singkarak. Selain itu
keberadaan PLTA menyebabkan penurunan permukaan air danau sehingga aktifitas memijah
bagi ikan danau ini menjadi terhambat (Syandri 2008). Hasil pengelolaan lingkungan dan
pemantauan lingkungan (UKL dan UPL) outflow turbin tahun 2009 dari bulan Januari - Desember
2009 berkisar antara 43.623.963- 175.513.181 m3/detik, outflow tertinggi terjadi pada bulan
Desember 2009 dan terendah pada bulan Juli 2009 dengan kondisi elevasi akhir muka air danau
berkisar antara 361,06-362,48 mdpl (Syandri et al, 2012).
33
Gambar 3.1. Rata-rata Outflow Air melalui Intake PLTA Singkarak
d. Potensi Buangan Limbah
Adanya pemanfaatan Danau Singkarak bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, dan
masyarakat yang bermukim di sepanjang sungai yang bermuara ke Danau Singkarak serta
kunjungan wisatawan dapat menyebabkan tercemarnya air danau. Tercemarnya air danau
tentunya akan berdampak bagi kelestarian sumberdaya yang hidup di dalamnya dan akan
mengancam kegiatan wisatanya. Oleh karena itu, untuk mengurangi limbah yang masuk ke
perairan Danau Singkarak, perlu diadakan tempat penampungan sampah sementara pada
lokasi-lokasi padat penduduk dan pasar, dan masyarakat didampingi oleh instansi-instansi terkait
melakukan gotong royong untuk membersihkan danau dan sungai-sungai yang mengalir di
sepanjang danau.Dengan terciptanya perairan danau yang bersih sehingga dapat menjadi daya
tarik unggulan bagi wisatawan.
e. Daerah Tangkapan Air Semakin Kritis
Luas daerah tangkapan air (catchment area) Danau Singkarak adalah 129.000 ha,
43.000 ha berstatus lahan kritis termasuk di dalamnya peruntukan pertanian lahan kering, sawah
dan perumahan. Pemanfaatan yang paling besar digunakan untuk pertanian lahan kering seluas
28.062,1 ha (25%) dan hutan lahan kering primer seluas 23.235,4 ha (20,70%).
3.2. Analisis SWOT dan Strategi Program
Rangkuti (2005) menyatakan bahwa analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity,
Threat) merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi.
Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui atau melihat kondisi ekosistem Danau Singkarak
secara sistematik berdasarkan faktor-faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness)
yang merupakan faktor internal serta peluang/kesempatan (Opportunity) dan ancaman (Threat)
yang merupakan faktor eksternal yang dihadapi. Strategi yang efektif diasumsikan dapat tercapai
dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dan kesempatan yang ada serta meminimalkan
kelemahan yang dimiliki dan ancaman yang dihadapi. Berdasarkan analisis yang dilakukan
terhadap ekosistem Danau Singkarak, maka disajikan kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman seperti ditampilkan pada Tabel 3.1. Sedangkan Alternatif Program dan Kegiatan
Penyelamatan Danau Singkarak dapat dilihat pada Tabel 3.2.
34
Tabel 3.1. Matrik SWOT Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Internal Factor Evaluation (IFE)
External Factor
Evaluation (EFE)
Peluang (O)
a.
b.
c.
d.
e.
Danau Singkarak berpeluang
besar untuk dijadikan objek
wisata melalui promosi Tour de
Singkarak dan festival danau
Kerjasama instansi terkait
Ada pihak swasta yang ingin
menanamkan modal dalam
bidang kepariwisataan
Terbuka peluang produk ikan
bilih di jual ke provinsi tetangga
dan negara jiran dan wisata
kuliner
Terbuka peluang diversifikasi
hasil perkebunan (keripik
Sawo,manisan pala, minyak
pala)
Kekuatan
Kelemahan
a. Kealamian ekosistem Danau Singkarak
b. Letak yang strategis
c. Sumberdaya ekosistem danau yang
besar untuk wisata alam (duduk santai,
outbond, wisata religious, berperahu,
olah raga paralayang)
d. Potensi sumberdaya air untukPLTA
Singkarak
e. Keunikan danau dengan adanya spesies
endemik ikan bilih
f. Memiliki hutan rakyat (tanaman sawo,
pala dan vanilla dan coklat)
g. Ada dukungan masyarakat.
a. Belum ada Visi dan Misi pengelolaan kawasan
Danau Singkarak
b. Sarana dan prasarana umum belum memadai
c. Topografi dasar danau yang curam.
d. Topografi tepian daratan danau yang sempit.
e. Banyak bangunan di sepanjang sempadan
danau yang tidak tertata dengan baik.
f. Belum ada zonasi pemanfaatan danau antar
pemangku kepentingan
g. Belum ada peraturan bersama 13 Nagari (Desa)
tentang pengelolaan ikan bilih.
h. Data dasar tentang danau masih kurang
Strategi S-O
Strategi W-O
1. Kerjasama kedua pemerintahan
kabupaten dalam bidang pendanaan
untuk membenahi objek wisata (sarana
dan prasarana)
2. Mengadakan kerjasama dalam
promosi Danau Singkarak sebagai
kawasan wisata yang terjaga
kealamian dan kelestariannya.
3. Promosi kesenian & budaya serta atraksi
4. Mengajak investor untuk
pengembangan wisata Danau
Singkarak (bukan KJA) dengan tetap
memperhatikan kelestarian
sumberdayanya
4. Menjaga kelestarian ikan bilih dengan
meningkatkan pengawasan dan membuat
daerah suaka konservasi dan restocking
1. Mengupayakan modal dari kerjasama
dari berbagai pihak yang dapat digunakan untuk
pengembangan wisata Danau Singkarakyang
berkelanjutan seperti penyediaan sarana dan
prasarana, sehingga dapat menarik wisatawan
untuk berkunjung ke Danau Singkarak
2. Perancangan dan pengadaan fasilitas
wisata seperti perahu wisata yang aman dan
nyaman digunakan di perairan Danau Singkarak
yang tergolong dalam
3.Menampilkan atraksi wisata budaya dan
seni
4. Membuat peraturan daerah yang
memberikan izin pembangunan
di sepanjang sempadan Danau dan
5. Membuat peraturan penangkapan ikan bilih
berbasis kearifan lokal
6. Pengembangan wisata pada daerah yang
topografinya memadai.
Ancaman (T)
Strategi S-T
Strategi W-T
a. Bencana alam (jalur gempa bumi)
b. DTA semakin kritis
c. Potensi buangan limbah semakin
besar.
d. Pembangunan pemukiman tanpa
IMB semakin banyak di sempadan
danau
e. Ikan bilih terancam punah
f. Aktifitas PLTA Singkarak
berpengaruh terhadap ekosistem
danau dan Dam Weir terhadap
jalur ruaya ikan (fishway).
1. Penghijauan DTA dan sempadan danau
yang sesuai dengan kondisi biofisik lahan
2. Melengkapi sarana dan prasarana wisata
di Danau Singkarak
3. Membuat Peraturan tentang
pembangunan pemukiman di sempadan
Danau berdasarkan RT-RW Pemerintah
Sumatera Barat dengan dukungan
kelembagaan BPKDS dan melibatkan
tokoh adat, pemuka masyarakat dan
pemangku kepentingan lainnya
4. Peningkatan Pokwasmas dalam
menggunakan alat tangkap ikan bilih dan
jenis ikan lainnya untuk kelestariannya
5. Membangun daerah konservasi secara
insitu dan eksitu untuk menjaga
kelestarian biota danau , terutama ikan
bilih dan melakukan restocking ikan asli
(ikan asang, baung, garing, dll.)
1. Meningkatkan sarana-prasarana dan
mengurangi beban pencemaran ke danau
Singkarak
2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam
menjaga kelestarian Danau Singkarak
3. Mengurangi jumlah alat tangkap jaring insang
ukuran mata jaring ¾ dan 5/8 inci dan
memberikan penggantian dengan ukuran 1,0
inci.
4. Mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke
danau dengan menyediakan tempat
penampungan sampah sementara
5. Memprioritaskan pembuatan peraturan bersama
13 nagari untuk menyelamatkan ekosistem
danau dan biota danau yang difasilitasi oleh
Pemerintah Provinsi dan pemerintah kabupaten.
35
Tabel 3.2. Alternatif Program dan Kegiatan Penyelamatan Danau Singkarak
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Program dan Kegiatan Penyelamatan
Danau Singkarak
Mengintensifkan Koordinasi antar pemangku
kepentingan dengan melibatkan tokoh adat, agama
dan Badan Pengelola Kawasan Danau Singkarak
(BPKDS) dalam mengatasi kelemahan, ancaman
dan peluang yang ada
Melengkapi sarana dan prasarana untuk pelayanan
wisatawan
Membuat Peraturan Daerah selingkar danau
tentang pembangunan pemukiman/rumah makan di
sempadan Danau berdasarkan RTRW Pemerintah
Provinsi Sumatera Barat
Penghijauan DTA dan sempadan danau yang
sesuai dengan kondisi biofisik lahan, permintaan
pasar dan diterima masyarakat setempat (misalnya
tumbuhan dalu-dalu dan jawi-jawi yang ditanam di
sempadan danau)
Peningkatan peran Pokmaswas dalam pengawasan
illegal fishing ikan bilih, validasi data rumah tangga
dan alat penangkapan ikan bilih. Membuat peraturan
bersama selingkar danau (13 nagari) tentang
pengelolaan ikan bilih dan membangun daerah
konservasi secara insitu dan eksitu untuk menjaga
kelestarian biota danau, terutama ikan bilih
Pelatihan dan Percontohan Pengelolaan Sampah
berbasis 3R kepada masyarakat dan dunia usaha
dilengkapi dengan daerah percontohan
Sifat Program
Super Prioritas
Prioritas






Mengundang investor untuk pengembangan wisata
Danau Singkarak dengan tetap memperhatikan
kelestarian sumberdayanya
Membuat aturan pelarangan tidak melakukan
budidaya ikan dengan KJA di danau
Pengendalian penyebaran eceng gondok agar tidak
berkembang menutupi badan air
3.3.
Program Super Prioritas (Pokok)
3.3.1.
Mengintensifkan Koordinasi
antar
Pemangku
Kepentingan
Mengatasi Permasalahan dan Ancaman yang terdapat di Danau Singkarak



dalam
Danau Singkarak selain memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan dalam bidang
pariwisata, perikanan tangkap dan sumber energi listrik juga tidak lepas dari segala bentuk
kelemahan dan ancaman. Ancaman-ancaman seperti bencana alam, penurunan populasi ikan
bilih akibat penangkapan yang tidak ramah lingkungan, penurunan muka air danau akibat
operasional PLTA Singkarak, dan potensi buangan limbah masyarakat serta kelemahankelemahan dalam hal sarana prasarana, topografi dasar danau yang curam, topografi tepian
36
daratan yang sempit dan banyaknya bangunan di sepanjang sempadan danau dapat dikurangi
dengan cara melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti Badan Pengelola Kawasan
Danau Singkarak (BPKDS), tokoh adat, tokoh agama, pemerintah, Kepala PLTA Singkarak dan
Perguruan Tinggi. Koordinasi yang baik antar semua pihak dapat meminimalkan ancaman dan
mengatasi kelemahan dan permasalahan dalam upaya menjaga kelestarian ekosistem, biota
danau dan wisata serta pemanfaatan air untuk kepentingan PLTA Singkarak secara
berkelanjutan sehingga kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan.
Diagram posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan
ekosistem Danau Singkarak sebaiknya menggunakan strategi prioritas utama berdasarkan pada
strategi S-O (Strength-Opportunities). Dengan potensi sumberdaya Danau Singkarak yang
memiliki kealamian, keunikan endemik ikan bilih, letak yang stategis, serta dukungan
masyarakat, dapat mewujudkan Danau Singkarak sebagai objek ekowisata andalan Sumatera
Barat. Hal ini sangat mungkin terwujud karena didukung oleh dua pemerintah Daerah Kabupaten,
instansi-instansi terkait, modal dari pihak swasta, dan promosi dan agenda Tour de Singkarak
setiap tahun.
3.3.2. Membuat Peraturan Daerah tentang Pembangunan Pemukiman di Sempadan Danau
Kawasan sempadan danau (kawasan sekitar danau) dimaksud dalam hal ini adalah
sebagaimana tercantum dalam Keppres No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung yaitu wilayah yang terletak sejauh 100 meter dari titik pasang tertingginya merupakan
kawasan lindung setempat yang perlu dilindungi dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu
kelestarian fungsi danau tersebut. Namun jika melihat kondisi eksisting kawasan sekitar Danau
Singkarak, terutama di daerah Batu Taba, Ombilin hingga perbatasan dengan Kabupaten Solok
tampak bahwa hampir sebagian besar kawasan sempadan danau tersebut sudah merupakan
kawasan pemukiman. Menurut informasi dari 500 unit bangunan yang memiliki IMB hanya 5 unit,
selain itu daerah sempadan Danau Singkarak juga digunakan untuk kegiatan budidaya pertanian,
pariwisata dan sebagainya. Oleh karena itu, pengembangan kawasan sempadan danau
sebagian diarahkan sebagai kawasan lindung dengan mempertimbangkan keberadaan kegiatan
yang telah ada saat ini.
Untuk mencapai arahan tersebut, maka kriteria-kriteria pengembangan kawasan
sempadan danau antara lain:
1. Alokasi lahan untuk kegiatan jasa pedesaan, seperti hotel, perdagangan, dan tempat
hiburan di sempadan danau dapat dilakukan secara terbatas dengan memperhatikan
keberlangsungan lingkungan (tidak menimbulkan erosi, dan sebagainya). Sedangkan
untuk kegiatan yang telah berkembang di sempadan danau diterapkan arahan
pengendalian pemanfaatan ruang. Untuk lahan-lahan yang masih kosong di pinggiran
danau dapat dikembangkan untuk pengembangan ruang terbuka hijau atau ruang publik
yang sifatnya dibangun untuk kepentingan umum dengan konstruksi yang ramah
lingkungan;
2. Dikembangkan model konsolidasi lahan dan revitalisasi zona-zona wisata (kawasan
yang memiliki objek-objek wisata bersejarah yang potensial untuk dikembangkan)
37
dengan mengubah orientasi pengembangan menghadap danau atau menjadikan danau
sebagai beranda rumah mereka. Tentunya konsep ini juga akan disertai dengan
pengembangan jalan-jalan lokal sekunder pada tepian danau yang bermanfaat untuk
mobilitas penduduk dalam berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua,
sepeda, atau yang sejenis, maupun aktivitas yang tidak menimbulkan polusi lainnya;
3. Perlu ditetapkan fungsi lindung bagi daerah yang berupa lahan terbuka. Hal ini dilakukan
untuk mengantipasi tingginya intensitas pembangunan kawasan budidaya yang dapat
mempengaruhi secara negatif nilai estetika danau dan keseimbangan lingkungan,
sehingga nantinya dapat menurunkan nilai daya tarik kawasan Danau Singkarak secara
keseluruhan.
3.3.3. Penghijauan DTA dan Penataan Sempadan Danau yang sesuai dengan kondisi
Biofisik Lahan
Daerah tangkapan air (catchment area) Danau Singkarak yang luasnya sekitar 129.000
hektar diperuntukkan untuk berbagai kepentingan. Luas terbesar digunakan untuk hutan lahan
kering primer yaitu seluas 23.235,4 ha (20,70%), pertanian lahan kering seluas 28.062,1 ha
(25,0%) dan pertanian lahan kering campur semak seluas 21.749,6 ha (19,38%) dan paling kecil
digunakan untuk hutan tanaman seluas 29,4 ha (0,03%). Permasalahan yang dihadapi pada DTA
Singkarak adalah alih fungsi lahan dan adanya kerusakan lahan sehingga mengakibatkan
terjadinya lahan-lahan kritis. Upaya mengembalikan fungsi lahan-lahan kritis adalah dengan
melakukan rehabilitasi lahan, yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun
2008, pada pasal 28 dan pasal 32 yang menyebutkan bahwa rehabilitasi lahan diselenggarakan
pada lahan kritis dan tidak produktif. Kegiatan rehabilitasi lahan dapat dilakukan melalui tiga
pendekatan yaitu (1) mengkombinasikan teknik-teknik konservasi tanah yang sesuai dengan
kondisi lahan dan merangsang partisipasi aktif masyarakat yang meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan monitoring; (2) pengelolaan DAS yang dilakukan secara terpadu oleh
semua pihak termasuk Badan Pengelola Danau Singkarak dengan mempertimbangkan aspek
biofisik, sosial, ekonomi dan budaya; dan (3) pemahaman yang sifatnya komprehenship dan
terpadu untuk menyelesaikan permasalahan lahan kritis dalam kedudukan yang seimbang antara
faktor fisik, biotik, teknik, sosial, ekonomi dan budaya.
Khusus untuk sempadan danau yang saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa
terkendali yang telah menimbulkan gangguan pada ekosistem dan nilai estetika danau diperlukan
program-program yang ditujukan untuk menata sempadan danau sehingga kelestarian danau
dapat tetap terjaga.
3.3.4. Membuat Peraturan Daerah tentang Pembangunan Pemukiman di Sempadan Danau
Kawasan sempadan danau (kawasan sekitar danau) dimaksud dalam hal ini adalah
sebagaimana tercantum dalam Keppres No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung yaitu wilayah yang terletak sejauh 100 meter dari titik pasang tertingginya merupakan
kawasan lindung setempat yang perlu dilindungi dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu
kelestarian fungsi danau tersebut. Namun jika melihat kondisi eksisting kawasan sekitar Danau
38
Singkarak, terutama di daerah Batu Taba, Ombilin hingga perbatasan dengan Kabupaten Solok
tampak bahwa hampir sebagian besar kawasan sempadan danau tersebut sudah merupakan
kawasan pemukiman. Menurut informasi dari 500 unit bangunan yang memiliki IMB hanya 5 unit,
selain itu daerah sempadan Danau Singkarak juga digunakan untuk kegiatan budidaya pertanian,
pariwisata dan sebagainya. Oleh karena itu, pengembangan kawasan sempadan danau
sebagian diarahkan sebagai kawasan lindung dengan mempertimbangkan keberadaan kegiatan
yang telah ada saat ini.
Untuk mencapai arahan tersebut, maka kriteria-kriteria pengembangan kawasan
sempadan danau antara lain:
4. Alokasi lahan untuk kegiatan jasa pedesaan, seperti hotel, perdagangan, dan tempat
hiburan di sempadan danau dapat dilakukan secara terbatas dengan memperhatikan
keberlangsungan lingkungan (tidak menimbulkan erosi, dan sebagainya). Sedangkan
untuk kegiatan yang telah berkembang di sempadan danau diterapkan arahan
pengendalian pemanfaatan ruang. Untuk lahan-lahan yang masih kosong di pinggiran
danau dapat dikembangkan untuk pengembangan ruang terbuka hijau atau ruang publik
yang sifatnya dibangun untuk kepentingan umum dengan konstruksi yang ramah
lingkungan;
5. Dikembangkan model konsolidasi lahan dan revitalisasi zona-zona wisata (kawasan
yang memiliki objek-objek wisata bersejarah yang potensial untuk dikembangkan)
dengan mengubah orientasi pengembangan menghadap danau atau menjadikan danau
sebagai beranda rumah mereka. Tentunya konsep ini juga akan disertai dengan
pengembangan jalan-jalan lokal sekunder pada tepian danau yang bermanfaat untuk
mobilitas penduduk dalam berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua,
sepeda, atau yang sejenis, maupun aktivitas yang tidak menimbulkan polusi lainnya;
6. Perlu ditetapkan fungsi lindung bagi daerah yang berupa lahan terbuka. Hal ini dilakukan
untuk mengantipasi tingginya intensitas pembangunan kawasan budidaya yang dapat
mempengaruhi secara negatif nilai estetika danau dan keseimbangan lingkungan,
sehingga nantinya dapat menurunkan nilai daya tarik kawasan Danau Singkarak secara
keseluruhan.
3.3.5. Peningkatan Pengawasan Penangkapan Biota Danau, Validasi Alat Tangkap Ikan,
Rumah Tangga Petani Ikan serta Pemacuan Stok Ikan Lokal Ekonomis melalui
Restocking
Ikan bilih sebagaimana dicantumkan pada analisis SWOT merupakan ikan endemik yang
sudah terancam punah, namun berfungsi sebagai sumber mata pencarian masyarakat. Hal ini
disebabkan karena jumlah alat tangkap, terutama jaring insang (istilah lokal jaring langli) ukuran
mata jaringnya semakin kecil yang dipakai oleh nelayan untuk menangkap ikan bilih yaitu dari 1
inci menjadi 3/4 inci dan ada yang memakai 5/8 inci. Secara berturut-turut jumlah alat tangkap
jaring insang sejak tahun 1980 (30 unit), 1985 (56 unit), 1990 (98 unit), 1995 (201 unit), 2001
(894 unit) seperti dicantumkan pada Gambar 3.2. Jumlah alat tangkap dan rumah tangga nelayan
sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2013 (±12 tahun) tidak pernah dilakukan pendataan
39
yang valid. Pada hal data tersebut sangat penting yang dapat dipergunakan sebagai bahan
untuk menyusun kebijakan pengelolaan penangkapan ikan bilih di masa yang akan datang.
Gambar 3.2. Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Jaring Inssang di Danau Singkarak
Pemacuan stok ikan (fish stock enhancement) yang kemudian istilah tersebut berkembang lebih
luas menjadi pemacuan sumber daya ikan (fisheries enhancement), didefinisikan sebagai
aktifitas yang ditujukan untuk menambah atau melestarikan pengadaan satu atau lebih
organisme perairan dan meningkatkan total produksi. Upaya ini dilakukan di perairan yang
produktifitas alaminya tinggi, tetapi pengadaan alami terbatas akibat penangkapan yang intensif
dengan alat yang tidak selektif. Dari definisi tersebut di atas tersirat bahwa pemacuan sumber
daya ikan bilih pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan atau
memperbaiki populasi ikan bilih yang sudah menurun. Jika ikan bilih punah maka sumber
pendapatan masyarakat dan potensi wisata Danau Singkarak akan menurun.
Pemacuan sumber daya ikan di Danau Singkarak juga dimaksudkan untuk memperbaiki
kuantitas dan kualitas stok ikan yang memijah sehingga memperbaiki potensi reproduksi alminya.
Ikan yang terganggu reproduksi alaminya antara lain adalah ikan balingka, ikan asang, ikan
sasau dan ikan garing yang terganggu proses pemijahan akibat fluktuasi permukaan air danau
sehingga daerah litoral seringkali tidak terendam oleh air.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 menyebutkan bahwa
konservasi sumber daya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber
daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan,
dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan
keanekaragaman sumber daya ikan. Danau Singkarak yang berada di dua Kabupaten yaitu
Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2007, maka pengelolaan suatu kawasan konservasi berada pada kewenangan
pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
Agar suaka berfungsi dengan baik secara insitu diperlukan evaluasi badan air yang akan
menjadi calon suaka ikan. Kriteria yang dipakai adalah luas perairan, kedalaman, kualitas air,
kelimpahan plankton, kelimpahan tumbuhan air, tempat asuhan, tempat pemijahan,
keanekaragaman spesies dan keterlindungan. Konservasi biota Danau Singkarak secara eksitu
diprogramkan dengan membangun panti pembenihan ikan di pinggir Danau Singkarak.
40
Konservasi dapat dimulai dengan proses domestikasi, pembenihan dan restocking berdasarkan
skala prioritas keterancaman spesies ikan.
3.3.6. Melengkapi Sarana dan Prasarana untuk Pelayanan Wisatawan
Danau Singkarak memiliki pemandangan yang indah serta masih tergolong alami karena
belum banyak mengalami campur tangan manusia.Kedua potensi ini dapat menjadi modal untuk
megemmbangkan kegiatan ekowisata, ditambah lagi dengan keunikan danau Singkarak yang
tidak dimiliki oleh perairan lainnya adalah adanya spesies endemik ikan bilih.Potensi-potensi
tersebut seharusnya dapat menarik wisatawan dari berbagai daerah bahkan berbagai negara di
dunia datang berkunjung ke danau Singkarak.Pada saat sekarang ini wisatawan mancanegara
khususnya lebih menyukai kegiatan wisata dengan prinsip ekowisata, karena bagi mereka bentuk
wisata buatan manusia sudah banyak dikembangkan di negara mereka.Hal ini menjadi peluang
besar bagi pemerintah dan instansi terkait untuk memperkenalkan danau Singkarak kepada
wisatawan baik nasional maupun internasional.Bentuk promosi harus dikemas dengan sebaik
mungkin agar menarik wisatawan untuk datang berkunjung.
Salah satu bentuk promosi yang dapat memperkenalkan Danau Singkarak secara
nasional maupun internasional adalah melalui kegiatan Tour de Singkarak.Tour de Singkarak
merupakan perlombaan balap sepeda bertaraf internasional yang telah dilaksanakan semenjak
tahun 2009. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempromosikan objek-objek wisata yang ada di
Sumatera Barat dengan cara para pembalap tersebut mengelilingi berbagai daerah di Sumatera
Barat seperti Kota Padang, Kabupaten Agam, Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota
Payakumbuh, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok, Solok Selatan dan Kota Solok, Kota
Sawahlunto, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat. Danau
Singkarak jika dibenahi akan dapat dipilih menjadi tempat penyelenggaraan puncak acara.
Kegiatan Tour de Singkarak memberikan peluang yang besar kepada danau Singkarak, budaya
dan kesenian untuk diperkenalkan ke dunia internasional. Promosi melalui media cetak dan
elektronik harus dimanfaatkan semaksimal mungkin agar wisatawan tertarik untuk berkunjung,
sehingga pada akhirnya akan menambah devisa bagi negara dan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
3.3.7. Pelatihan dan Percontohan Pengelolaan Sampah
Sampah organik rumah tangga/pasar merupakan permasalahan yang hingga saat ini
belum teratasi dengan baik di Danau Singkarak. Penumpukan sampah di Dam Weir PLTA
Singkarak di Jorong Ombilin dan pembuangan sampah ke Sungai Sumani di lokasi jembatan
dapat hanyut oleh air ke Danau Singkarak dan mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan
badan air danau. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan atau pengolahan yang sekaligus
diharapkan dapat menghasilkan suatu produk yang bernilai ekonomi. Selain sampah anorganik
yang dapat didaur ulang, sampah organik dapat diolah menjadi pupuk atau biogas. Volume
sampah di Pasar Ombilin yang dibuang ke badan danau kurang lebih 4 m3 per/hari dan yang
berasal dari Pasar Sumani 5 m3 per hari.
41
Persepsi negatif dari masyarakat adalah Dam Weir PLTA di Ombilin dan Intake PLTA di
Malalo telah mengakibatkan banyak sampah yang tidak bisa keluar dari danau. Berdasarkan
hasil pemantauan sangat banyak sampah di dasar perairan di sekitar Dam Weir PLTA di Ombilin
yang berasal dari sampah organik dan anorganik. Air limpasan dari Dam Weir dipergunakan oleh
masyarakat untuk mandi dan mencuci disekitar hilir Dam Weir.
Upaya pengelolaan sampah yang telah dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Sektor
Pembangkitan Bukittinggi yang membawahi PLTA Singkarak adalah: (1) menyediakan tempat
sampah dalam bentuk bak sampah, namun belum menyediakan tempat akhir pembuangan
sampah (TPA), (2) membersihan sampah pada areal intake dan screen yang dilakukan setiap
hari atau setiap minggu, meliputi proses perawatan dan pembersihan sampah-sampah organik
dan anorganik, dan (3) membersihkan sampah-sampah yang ada di sekitar Dam Weir dengan
mengatur stoplog.
Sampah basah organik (SBO) merupakan limbah rumah tangga yang dapat diolah
menjadi pupuk yang bernilai ekonomi dan sekaligus ramah lingkungan. Proses penguraian SBO
menjadi pupuk kompos membutuhkan kondisi dan pengaturan komposisi bahan yang tepat.
Faktor-faktor seperti rasio C/N (carbon-to-nitrogen) dalam SBO, ukuran bahan dalam SBO, jenis
dan jumlah mikroba (starter), kelembaban, aerasi, suhu, derajat keasaman(pH), dan penggunaan
bahan aditif sangatmempengaruhi keberhasilan proses pengomposan.
Untuk mengatasi sampah yang menumpuk di sekitar intake dan Dam Weir PLTA
disarankan :
a. Untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat melalui kegiatan Bank Sampah,
pemisahan sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik dapat dikumpulkan oleh
masyarakat (ibu-ibu rumah tangga dan remaja), kemudian diserahkan ke Bank Sampah
dan dinilai harganya. Sampah organik dapat dibuat menjadi wadah tas/tas, seminar kit
dan lain sebagainya;
b. Mengadakan pelatihan dan pembinaan kepada masyarakat untuk mengolah sampah
organik menjadi pupuk, sehingga mempunyai nilai ekonomi dan dapat menambah
penghasilan masyarakat;
c. Mengadakan pelatihan kepada masyarakat (ibu-ibu rumah tangga) untuk membuat
kerajinan tangan berupa tas, dompet sehingga dapat meningkatkan pendapatan rumah
tangga dan mendukung perkembangan wisata di Danau Singkarak.
3.4. Program Prioritas (Penunjang)
3.4.1. Menarik Investor untuk Pengembangan Wisata Danau Singkarak dengan
tetap memperhatikan Kelestarian Sumberdayanya
Keunggulan serta peluang yang dimiliki Danau Singkarak seperti potensi sumberdaya
yang besar, kealamian wilayah, keunikan karena adanya spesies endemik ikan bilih, letak yang
strategis, serta adanya dukungan masyarakat dapat menjadi peluang bagi pemerintah atau
instansi terkait untuk mencari investor dalam pengembangan wisata danau yang berkelanjutan.
Investor sangat diperlukan dalam pengembangan wisata, dan biasanya investor akan
42
menginvestasikan modal mereka apabila berpeluang menguntungkan. Melihat berbagai
keunggulan dan peluang yang dimiliki Danau Singkarak, maka peluang menguntungkan bagi
investor bisa tercapai. Keuntungan yang diperoleh harus berasal dari pengembangan wisata
danau yang berkelanjutan. Investor dapat berperan dalam perbaikan dan penambahan sarana
prasarana, fasilitas wisata, promosi, dan pengembangan kegiatan wisata yang terdapat di Danau
Singkarak. Pada saat ini, fasilitas, sarana dan prasarana wisata masih sangat kurang.
Pemerintah, instansi terkait, investor serta masyarakat harus bisa bekerjasama untuk
menciptakan suatu kawasan wisata danau dengan memperhatikan aspek-aspek kelestarian
sumberdayanya, sehingga pada akhirnya akan menarik wisatawan untuk datang ke Danau
Singkarak sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
3.4.2. Membuat Aturan Pelarangan Budidaya Ikan dengan Keramba Jaring Apung (KJA) di
Danau
Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu menjadikan Indonesia sebagai penghasil
ikan terbesar tahun 2015 dengan meningkatkan produksi ikan sebesar 353%. Budidaya ikan
sistem KJA di danau dan waduk memiliki prospek yang cerah untuk meningkatkan produksi ikan.
Di danau Singkarak KJA sudah mulai dioperasikan tahun 2011, namun dalam bentuk ujicoba
oleh instansi terkait. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa KJA kurang berkembang karena
ada gamih yang mengisap darah pada insang ikan.
Rencana strategis pemanfaatan Danau Singkarak adalah untuk pariwisata, sumber
energi listrik dan perikanan tangkap, disarankan kepada para pemangku kepentingan Danau
Singkarak sebaiknya untuk tidak mengembangkan kegiatan budidaya ikan dengan KJA. Belajar
dari kasus Danau Maninjau yang statusnya kini rusak parah bermula dari aktifitas kegiatan KJA.
Jika ingin meningkatkan produksi ikan maka sebaiknya disarankan untuk melakukan usaha
budidaya di lahan atas pada daerah tangkapan air.
3.4.3. Mengendalikan Penyebaran Eceng Gondok
Perkembangan gulma air antara lain eceng gondok sudah mulai tumbuh di daerah
pinggiran Danau Singkarak terutama di daerah muara Sungai Sumani dan daerah Saning Bakar
yang disebabkan banyak limbah yang berasal dari daerah tangkapan air, penduduk, detergen
dan ternak yang melalui aliran sungai Sumani sehingga menyebabkan perairan kaya akan unsur
N dan P. Kondisi pencemaran ini telah banyak meningkat jika dibandingkan dengan kondisi awal
atau kondisi alamiah sebelum ada Dam Weir PLTA di Ombilin, pertambahan penduduk dan
pemukiman di sempadan danau. Persentase luas tutupan badan air oleh eceng gondok di
Danau Singkarak belum mencapai 1%. Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solm.)
merupakan tanaman gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang dalam atau
mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air yang dangkal. Eceng gondok
berkembangbiak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif maupun generatif.
Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7-10 hari.
Hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Sumatera Utara di Danau Toba (2003)
melaporkan bahwa satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1
m2, atau dalam waktu 1 tahun mampu menutup area seluas 7 m2. Heyne (1987) menyatakan
43
bahwa dalam waktu 6 bulan pertumbuhan eceng gondok pada areal 1 ha dapat mencapai bobot
basah sebesar 125 ton.
Eceng gondok dianggap sebagai gulma yang mengganggu, oleh karena itu maka
berbagai cara perlu dilakukan untuk menanggulanginya. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan
untuk mengatasinya antara lain: menggunakan herbisida, mengangkat eceng gondok tersebut
secara langsung dari lingkungan perairan, menggunakan predator (hewan sebagai pemakan
eceng gondok), salah satunya adalah dengan menggunakan ikan grass carp (Ctenopharyngodon
idella) atau ikan koan. Ikan grass carp memakan akar eceng gondok, sehingga keseimbangan
gulma di permukaan air hilang, daunnya menyentuh permukaan air sehingga terjadi dekomposisi
dan kemudian dimakan ikan. Cara ini pernah dilakukan di Danau Kerinci dan berhasil mengatasi
eceng gondok di danau tersebut. Selain itu juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan eceng
gondok tersebut, misalnya sebagai bahan pembuatan kertas, kompos, biogas, perabotan,
kerajinan tangan, dan juga sebagai media pertumbuhan bagi jamur merang. Namun program ini
belum menjadi prioritas untuk dilaksanakan karena luas tutupan eceng di Danau Singkarak
belum sampai 1% dari luas danau (11.200 ha). Selain itu kegiatan ini juga memerlukan kehatihatian karena ada biota danau yaitu jenis ikan tertentu yang kehidupannya juga tergantung
kepada gulma air.
Secara keseluruhan, program super prioritas (pokok) dan prioritas (penunjang) yang
dituangkan dalam matrik Rencana Aksi Penyelamatan Danau Singkarak untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 3.3.
44
TABEL 3.3. RENCANA AKSI PENYELAMATAN DANAU SINGKARAK BERDASARKAN SKALA PRIORITAS
No
Rencana Aksi/
Program
Tujuan
1
2
3
1.
Pengembangan
Kelembagaan
dan Pranata
hukum
Memperkuat
kelembagaan
pengelolaan
kawasan
Danau
Singkarak yang
sudah ada
Meningkat-kan
kesadaran
seluruh
pemangku
kepentingan
untuk
menjalankan
peraturan yang
berlaku
Sasaran
4
Optimalisasi
fungsi Badan
Pengelola
kawasan Danau
Singkarak
(BPKDS)
Pemerintah
Nagari,
Pemerintah
Kabupaten Tanah
Datar dan Kab.
Solok serta
Pemprov
Sumbar.
Terciptanya
aturan hukum
untuk pelestarian
kawasan Danau
Singkarak
Dasar
Pertimbangan/
Permasalahan
5
Kegiatan
6
Indikator capaian
Kegiatan
2014
7
8
Belum ada dukungan
yang memadai dari
Pemerintah Kabupaten
dan provinsi terhadap
optimaliasi kinerja
BPKDS
Fungsi dan tugas
Pemerintah Nagari dan
Pemerintahan Kab.
belum terlihat
kontribusinya untuk
penyelamatan Danau
Singkarak
Mengintensifkan
koordinasi antar
pemangku kepentingan
Fungsi dan peran BPKDS
dalam membantu
pengelolaan kawasan Danau
Singkarak semakin optimal
Membuat peraturan
nagari Selingkar Danau
yang mengacu kepada
RTRW Pemerintah
Kabupaten dan Provinsi
Sumatera Barat
Diterbitkan Peraturan
Bersama Seluruh Nagari
Selingkar danau untuk
menjaga kelestarian Danau
Singkarak
Belum ada Perda yang
sama pada dua
Kabupaten
untuk pengelolaan
danau Singkarak
(Contoh bangunan di
Sempadan Danau
90% belum ada IMB)
Mempercepat terbitnya
Perda Pengelolaan
Kawasan Danau
Singkarak
Terbit Perda Pengelolaan
Kawasan Danau Singkarak
berbasis kearifan lokal
Tahap Pelaksanaan
2015
2016
2017
9
10
11
2018
12
Pelaksana
Sifat
Program
13
14
Kementerian
Lingkungan Hidup,
Pemprov. Sumbar
PemKab.Tanah Datar
dan Solok berserta
Tokoh Masyarakat
Kementerian Dalam
Negeri, Pemprov
Sumbar, dan Lembaga
Adat, BPKDS, PLTA
Singkarak dan Perg.
Tinggi
Kementerian Dalam
Negeri, Pemprov.
Sumbar, Pemerintah
Kab. Tanah Datar dan
Solok, BPKDS, PLTA
Singkarak, Perg.
Tinggi,
Super
Prioritas
Super
Prioritas
Prioritas
45
No.
1
Rencana
Aksi/
Program
2
Tujuan
3
Sasaran
4
Pengaturan
tata kelola
daerah
tangkapan air
dan sempadan
danau
Peningkat an
kualitas air
danau
2.
Pengendalia
n laju erosi
dan
sedimentasi
serta sumber
pencemaran
air Danau
Singkarak
Mengurangi laju
sedimentasi di
danau dan air
danau tidak
tercemar dan
sesuai dengan
peruntukannya
Dasar
Pertimbangan/
Permasalahan
5
Lahan kritis ± 40%
dari luas DTA (129.000
ha) belum dikelola
dengan baik dan
pemanfaatan lahan
yang belum tepat
sehingga laju erosi dan
sedimentasi besar
Masih banyak yang
membuang bahan
pencemaran ke danau
(sampah, erosi Galian
C, sisa pakan KJA,
detergen)
Baku Mutu Kualitas Air
pada Kelas II dan
Status trofik
mesotrofik-eutrofik
KJA tidak
dilaksana-kan
di Danau
Singkarak
Limbah KJA akan
mencamari air danau
(belajar dari Danau
Maninjau)
Peningka-tan
kesadaran
lingkungan
Belum optimal
berbagai pihak dalam
penyelamatan
ekosistem danau
Pengelola-an
sampah ramah
lingkungan
Kebiasaan masyarakat
membuang sampah ke
danau & sungai (kasus
di Jembatan Ombilin
dan Jembatan Sumani
setelah hari pasar)
Kegiatan
6
Indikator capaian
Kegiatan
2014
7
8
Penghijauan DTA dengan
tanaman yang
mengandung nilai
konservasi dan ekonomi
Ditanam tanaman yang
sesuai dengan kondisi
biofisik lahan di DTA
(100.000 batang/tahun)
Pembangunan cek dam
dan embung
Ditanam daerah sempadan
dengan tumbuhan DaluDalu di pinggir danau (1.000
batang/tahun)
Pembangunan IPAL
terpadu 2 unit dan 10 unit
IPAL komunal
Penertiban pengambilan
sirtu di litoral danau
Pemantauan kualitas air
secara berkala
Melahirkan Peraturan
pelarangan KJA dan
usaha perikanan
dilaksanakan di daerah
daratan selingkar danau
Penataan kawasan
dengan peningkatan
penyadaran dan
pendidikan lingkungan
untuk 13 nagari
Membuat percontohan
pengelolaan sampah di 4
(empat) lokasi pasar dan
sampah rumah tangga di
13 nagari
Terbangun cek dam dan
embung
Terbangun IPAL Terpadu 2
unit dan IPAL Komunal
sebanyak 10 unit.
Masyarakat tidak ada lagi
yang mengambil sirtu di
danau
Tahap Pelaksanaan
2015
2016
2017
9
10
11
2018
12
Pelaksana Utama
13
Sifat
Program
14
KLH, Kemenhut, Dinas
Kehutanan, BPDAS
Rokan Indragiri, PLTA
Singkarak
Super Prioritas
KLH, Pemprov Sumbar,
Pemkab. Tanah Datar
dan Solok, PLTA
Singkarak dan
Perusahaan lain
Super Prioritas
Kemen Kelautan &
Perikanan, PemProv.
Sumbar , Pemkab Tanah
Datar dan Solok, BPKDS,
Perg. Tinggi
KLH, PemProv. Sumbar,
Perguruan Tinggi, PLTA
Singkarak
Prioritas
KLH, Kemen. PU,
Pemprov Sumbar, Pem
Kab. Tanah Datar dan
Solok. PLTA Singkarak,
Perg. Tinggi
Super Prioritas
Mempertahankan Baku Mutu
Kualitas Air Danau pada
Kelas II dan status tropik
menjadi mesotrofik
Ditetapkan Perda tentang
larangan budidaya
perikanan KJA di perairan
danau yang disepakati oleh
masyarakat
Pelatihan dan percon-tohan
pengelolaan lingkungan
(pengelolaan sampah) 1
kali/tahun/
kabupaten
Terbangun model
pengelolaan sampah
sebagai percontohan dan
digunakan oleh masyarakat
4 (empat) unit
Super Prioritas
Lokasi TPS di Ombilin,
Sumani, Guguak Malalo,
Paninggahan dan
membawa ke TPA sampah
46
No.
1
3.
Rencana
Aksi/
Program
2
Pelestarian
dan
Pengendalian ikan/
biota danau
Tujuan
3
Keseimbangan
ekologi dan mempertahankan
keberadaan
plasma nutfah
ikan, terutama
ikan bilih
4
Dasar
Pertimbangan/
Permasalahan
5
Ikan bilih dan
spesies lainnya
tetap lestari di
Danau Singkarak
Ikan bilih terancam
punah (ukuran
semakinkecil dan
produksi menurun),
Menyadarkan
masyarakat arti
penting
pelestarian biota
danau, terutama
ikan bilih
Alat tangkap
semakin bertambah
dan ukuran mata
jaring semakin kecil
dari ¾ inci ke 5/8
inci
Sasaran
Penetapan
zonasi
Konservasi ikan
secara insitu
Populasi ikan asli
semakin berkurang
(bilih, asang, turiq,
lelan, garing, kapiek)
Domestikasi /
budidaya ikan
lokal ekonomis
penting secara
eksitu
Daerah Pemijahan,
pembesaran dan
ruaya ikan
berkurang dan ada
yang terputus akibat
Dam PLTA
Pengendalian
eceng gondok
Eceng gondok
sudah mulai
berkembang ,
terutama di muara
sungai Lembang
dan daerah
Saningbakar
Indikator capaian
Kegiatan
2014
6
7
8
Meningkatkan aktifitas
pengawasan oleh Instansi
terkait & melakukan
validasi data alat tangkap
ikan bilih dan rumah
tangga nelayan
Pendataan jumlah alat
tangkap dan RTP (Rumah
Tangga Petani) perikanan
Meningkatnya kinerja
Pokmaswas berbasis nagari
secara periodik dengan
menyediakan sarana
/prasarana untuk
pengawasan
Tersedia data alat tangkap
dan RTP yang valid di
Danau Singkarak
Kegiatan
Mengatur jumlah alat
tangkap jaring insang
dan waktu penangkapan.
Membuat peraturan
penangkapan ikan bilih
Survei lokasi reservat
yang memenuhi syarat
Pembuatan daerah suaka
perikanan dan petak
pemijahan ikan bilih (komanajemen)
Membangun tempat
Penangkaran ikan lokal
ekonomis penting
(Hacthery) di kawasan
Danau Singkarak 2 (dua)
unit
Pengendalian secara
biologis dan fisik dan
pembuatan pagar
pembatas eceng gondok
Lahir Peraturan Nagari
(
13 Nagari) untuk
menyelamatkan ikan bilih
dan biota danai lainnya
Tersedia tempat
berkembangbiak ikan
sebanyak 39 unit
Dapat dikelola dengan baik
oleh masyarakat
Terbangunan Hacthery 2
(dua) unit
Tersedia benih ikan lokal
yang dapat ditebar ke danau
setiap tahun sebanyak
100.000 ekor/tahun
Volume gulma air (eceng
gondok) tidak bertambah di
Danau Singkarak
Tahap Pelaksanaan
2015
2016
2017
9
10
11
2018
12
Pelaksana
13
Sifat
Program
14
Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Pemprov Sumbar ,
Pemkab Tanah Datar dan
Solok, BKPDS, Perg.Tinggi
Super
Prioritas
Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Pemprov. Sumbar,
Pemkab. Tanah Datar dan
Solok, Pemerintahan Nagari,
PLTA Singkarak, Perg. Tinggi
Prioritas
Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Pemprov Sumbar,
Perg. Tinggi, Pemkab Tanah
Datar dan Solok, Perg. Tinggi,
PLTA Singkarak
Super
Prioritas
Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Pemprov Sumbar,
Pemkab. Tanah Datar dan
Solok, PLTA Singkarak,
Perguruan Tinggi
Super
Prioritas
PemProv. Sumbar, Pemkab
Tanah Datar dan Solok, PLTA
Singkarak. Perg. Tinggi
Prioritas
47
No.
Rencana
Aksi/Program
Tujuan
1
2
3
Sasaran
4
Wisatawan
domestik
4.
Pengembangan
Ekowisata
Kegiatan
Indikator capaian
Kegiatan
2014
6
7
8
Potensi wisata belum
dikemas dengan
agenda yang menarik
Pengemasan agenda
tahunan wisata
domestik
Hutan dan danau yang
unik menjadi modal
pengembangan wisata
privasi
Membuat model
hikling, track hutan,
lomba sepeda dan
perkampungan unik
Peningkatan
kegiatan tour de
Singkarak
Pelaksanaan tour de
Singkarak belum diikuiti
dengan agenda wisata
lain
Lokasi Wisata
bebas sampah,
dilengkapi
trambu-rambu
wisata dan
penamaan
daerah/lokasi
spesifik
Pengelolaan sampah
belum optimal, lokasi
wisata belum baik,
belum ada ramburambu wisata &
penamaan daerah
spesifik komoditi Danau
Singkarak .
Mengembangkan
agenda wisata lain
yang dapat
mendukung Tour de
Singkarak
Mengelola sampah
domestik dengan
menyediakan sarana
dan prasarana
Penyediaan
kuliner spesifik
Belum optimalnya
kuliner spesifik berbasis
sumberdaya lokal
Penujukkan lokasi
wisata serta
penamaan lokasi
spesifik daerah yang
bersangkutan
Penyediaan kuliner
olahan berbasis
sumberdaya lokal
Tertata dengan
rapi daerah
sempadan
danau
Pemanfaatan daerah
sempadan merusak
ekosistem danau
Penataan semua
bangunan yang ada di
sempadan danau
Tercipta
kegiatan wisata
yang unik
dengan layanan
Prima
Danau
Singkarak
menjadi
daerah
tujuan wisata
utama
Dasar
Pertimbangan/
Permasalahan
5
Tersedia agenda wisata
yang terjadwal serta
rambu-rambu petunjuk
wisata
Terbangunnya areal lokasi
wisata yang unik
Terlaksananya pelayanan
prima di lokasi wisata
Tersedia agenda wisata lain
untuk mendukung kegiatan
Tour de Singkarak
Terkelola sampah dengan
baik didukung dengan
sarana dan prasarana
Terpasang informasi daerah
spesifik komoditi (misal :
Anda memasuki Kampung
Ikan Bilih ) di Sekitar Ombilin
Tercipta olahan ikan bilih,
buah sao dan lain-lain untuk
peningkatan pendapatan
masyarakat
Tertata dengan rapi
bangunan di Sempadan
Danau
Tahap Pelaksanaan
2015
2016
2017
9
10
11
2018
12
Pelaksana
Sifat
Program
13
14
Kementerian Pariwisata &
Ekonomi Kreatif,
PemProv. Sumbar ,
Pemkab Tanah Datar dan
Solok, Perg. Tinggi
Prioritas
Kementerian Pariwisata &
Ekonomi Kreatif,
PemProv. Sumbar ,
Pemkab Tanah Datar dan
Solok, Perg. Tinggi
Super Prioritas
Kementerian Pariwisata &
Ekonomi Kreatif,
PemProv. Sumbar ,
Pemkab, Pem. Nagari,
Perg. Tinggi
Kementerian Pariwisata &
Ekonomi Kreatif,
Kementerian LH,
Kemeterian PU, Pemprov.
Sumbar, Pemkab, PLTA
Singkarak, Perg. Tinggi.
Kementerian Pariwisata &
Ekonomi Kreatif,
Pemprov. Sumbar,
Pemkab.
Kementerian PU,
Pemprov Sumbar,
Pemkab Kabupaten
Super Prioritas
Super Prioritas
Prioritas
Super Prioritas
48
Bab 4
PENUTUP
Menindaklanjuti Kesepakatan Bali Tahun 2009 tentang Pengelolaan Danau
Berkelanjutan yang telah menyepakati 15 danau (Danau Toba, Danau Singkarak, Danau
Maninjau, Danau Kerinci, Rawa Danau, Danau Rawapening, Danau Sentarum, Danau Tondano,
Danau Tempe, Danau Poso, Danau Mahakam (Semayang, Melintang, Jempang), Danau
Matano, Danau Limboto, Danau Batur, Danau Sentani) menjadi danau prioritas, maka pada
tahun 2011 telah dicanangkan Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) sebagai wujud upaya
percepatan impelementasi Kesepakatan Bali. Untuk itu maka sebagai model, Germadan
Rawapening yang telah diluncurkan pada KNDI II (Konferensi Nasional Danau Indonesia Kedua)
di Semarang harus dapat direplikasikan ke-14 danau prioritas lainnya, salah satunya adalah
Danau Singkarak.
Dokumen Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak yang telah tersusun ini diharapkan
dapat menjadi acuan bagi para pihak, baik pemerintah, dunia usaha, masyarakat, maupun
perguruan tinggi dan LSM dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan
penyelamatan Danau Singkarak.
Guna mendukung keberhasilan penyelamatan Danau Singkarak sangat diperlukan
kerjasama yang kuat antar para pihak dalam melaksanakan komitmen penyelamatan Danau
Singkarak. Untuk itu, maka Gubernur Sumatera Barat, Bupati Tanah Datar dan Kabupaten
Solok dapat meminta Bappeda serta unit SKPD terkait di daerah untuk menggunakan dokumen
Germadan Singkarak ini menjadi dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program
dan kegiatan penyelamatan Danau Singkarak. Program penyelamatan Danau Singkarak dapat
dilaksanakan dengan mengoptimalkan peran dan fungsi masing-masing institusi terkait. Untuk
menilai keberhasilan program dan kegiatan penyelamatan Danau Singkarak di tingkat daerah,
maka perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi. Unit pemantauan dan evaluasi penyelamatan
Danau Singkarak dapat merupakan lembaga Ad-Hoc yang dibentuk oleh Gubernur dan memiliki
kekuatan hukum. Lembaga tersebut dapat dibentuk dengan penguatan kelembagaan yang telah
ada tanpa membentuk lembaga baru.
Sinergisitas program dan kegiatan antar sektor dan SKPD terkait di daerah sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan penyelamatan Danau Singkarak. Untuk itu, maka
komunikasi dan koordinasi dalam mengawal pelaksanaan penyelamatan danau hingga mencapai
sasaran dan target capaian yang diinginkan menjadi prasyarat utama dan kunci keberhasilan
program penyelamatan Danau Singkarak.
51
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,S. 1989. Konservasi tanah dan air. Institut Pertanian Bogor, 290 halaman.
Fakhruddin, M, 2001. Evaluasi pengelolaan DAS dengan pendekatan erosi (Studi kasus DAS
Cinere, Pengalengan Jawa Barat. Limnotek 1 (VIII) : 11-20.
Farida, K. Jeanes, D. Kurniasari, A. Widayati A, Ekadinata A, Hadi DP, Joshi L, Suyatmo D, Van
Noordwijk M. 2005. Rapid Hydrological Appraisal (RHA) of Singkarak lake in the context
of rewarding upland poor for environmental services (RUPES). ICRAF.
Hakanson.L. 2005. The importance of lake morphometry and catchment characteristic in
limnology-rangking based on statistical analysis, Hydrobiologia 541 : 117-137.
Haryadi,S; Suryadiputra dan W,Bambang, 1991. Limnologi : Metode analisis kualitas air. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Jorgensen, S. E., 1986. Fundamental of ecological modelling. Elsevier Science Publiser B. V.
Amsterdam. 387 p
Kartamihardja, E.S., K. Purnomo dan C. Umar. 2009. Sumber daya perairan umum daratan di
Indonesia terabaikan. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 1 (1) : 1-15.
Krismono, Astuti L.P., & Sugianti Y., 2009, Karakteristik Kualitas Air Danau Limboto, Provinsi
Gorontalo. JurnalPenelitian Perikanan Indonesia 15(1) : 59-68.
Krismono dan E, Kartamihardja., 2010. Pengelolaan sumber daya ikan di Danau Limbota,
Gorontolo. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 2(1):27-41.
Krismono, M.F. Rahadjo, E. Harris dan E.S Kartamihardja. 2010. Pengaruh perambahan eceng
gondok (Eichhornia crassipes) oleh ikan Koan (Ctenopharyngodon idella) terhadap
kesuburan (N,P) dan kelimpahan fitoplankton di Danau Limboto. Bawal 2 (3) : 103-113.
Kusumaningtyas, D.I dan Sukamto, 2010. Analisis kadar Ortofosfat di peraian waduk
Ir.H.Djuanda periode bulan Mei 208. Buletin Teknik Litkayasa Sumber daya dan
penangkapan 1 (8) : 9-14.
Lukman.M, Fakhrudin, Gunawan, I. Ridwansyah. 1998. Ciri morfometri dan pola genangan
Danau Semayang . Laporan Rehabilitasi Lingkungan Danau Semayang. PEP-LIPI 15-23.
Lukman dan I. Ridwansyah. 2003. Kondisi daerah tangkapan dan ciri morfometri Danau Lindu
Sulawesi Tengah. Oceanologi dan Limnologi di Indonesia 7 (1) : 1-10.
Lukman dan I, Ridwansyah, 2009. Telaah kondisi fisik Danau Poso dan prediksi ciri ekosistem
perairannya. Limnotek 2 (XVI) : 64-73.
Lukman dan I, Ridwansyah, 2009. Kondisi daerah tangkapan air dan ciri morfometrik Danau
Lindu Sulawesi Tengah. Oceanologi dan Limnologi di Indonesia 35 : 11-20.
Marson, 2006. Jenis dan pernanan tumbuhan air bagi perikanan di perairan Lebak Lebung.
Bawal 1 (2) : 49-52.
Pipalova.I. 2006. A review og grass carp use for aquatic weed control and its impact on water
bodies. Journal Aquatic Plant.Manage 44 : 1-12.
Purnomo. K & M.S.D. Sunarno. 2009. Beberapa aspek biologi ikan bilih (Mystacoleucus
padangensis Blkr) di Danau Singkarak. Bawal 2 (6) : 265-271.
52
Suryono et al, 2008.
Syandri.H. 1996. Aspek Reproduksi Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr) dan
Kemungkinan Pembenihannya di Danau Singkarak. Disertasi Program Pascasarjana
IPB Bogor.
Syandri, H. 1998. Fekunditas, Makanan dan habitat pemijahan ikan bilih (Mystacoleucus
padangensis Blkr) di Danau Singkarak. Jurnal Iptekni 2 (5) : 61-72.
Syandri, H. 2008. Ancaman terhadap plasma nutfah ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr)
dan upaya pelestariannya di Danau Singkarak. Orasi Ilmiah pada upacara pengukuhan
Guru Besar Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta
Padang.
Syandri.H. 2010. Efektifitas bantuan paket jaring insang terhadap pendapatan nelayan ikan bilih
(Mystacoleucus padangensis Blkr) di Danau Singkarak. Makalah disampaikan pada
seminar Nasional Forum Perairan Umum Daratan di Palembang tanggal 26-27
September 2011.
Syandri, H; Junaidi, Azrita, 2011. Pengelolaan Sumber Daya Ikan Bilih (Mystacoleucus
padangensis Blkr) Berbasis Kearifan Lokal di Danau Singkarak. Jurnal Kebijakan
Penelitian Perikanan 3 (2) : 135-143.
Syandri.H, N. Aryani, Azrita dan Jafri. 2012. Kajian pengelolaan dan pemantauan lingkungan
Danau Singkarak Sumatera Barat. Laporan RKL-RPL PLTA Singkarak. Kerjasama PT.
PLN Sektor pembangkitan Bukittinggi dengan LPPM Universitas Bung Hatta (tidak
dipublikasikan).
BPDAS Kuantan Indragiri, 2009. Laporan Tahunan.
BPDAS Kuantan Indragiri, 2011. Laporan Tahunan.
Welsh.P.S. 1952. Limnology. Mc Graw-Hill Book Company. Inc.538 pp.
Wetzel, R.G.1983. Limnology. W.B Saunders College Publ. Philadelphia, 744 pp.
53
Download