Aturan Dengan Gaya Nudge State Lebih Dipatuhi Dibanding Nanny State Dikirim oleh oky_dian pada 28 September 2015 | Komentar : 0 | Dilihat : 3288 Dekan FEB UB, Prof Candra Fajri Ananda Pada Saat Menerima Vandel Sejumlah negara memilih untuk menjadi nudge state (negara pendukung) dibanding nanny state (negara pemaksa) untuk memberlakukan sejumlah aturan khususnya dibidang kesehatan kepada warganya. Demikian dikatakan oleh Prof Dr. Gabriel Moens dari Curtain University Australia dalam konferensi internasional Global Conference on Business and Social Sciences (GCBSS) di Bali (17/9-18/9/2015). Beberapa contoh peraturan yang diadopsi dengan gaya nudge state antara lain pemberlakukan pajak terhadap makanan berlemak jenuh tinggi di Denmark, sanksi bagi pengguna tas belanja dari plastik di Hongkong, dan peraturan pengemasan rokok di Australia. Dikatakan oleh Prof Gabriel pemberlakuan aturan dengan gaya tersebut tidak bersifat memaksakan keinginan negara namun lebih memanipulasi orang untuk bergerak sendiri terhadap peraturan yang ditentukan oleh negara. Contohnya adalah aturan berhenti merokok dan bukan larangan merokok. Ditambahkannya, bahwa negara yang berperilaku seperti seorang nanny lebih bersikap memaksa sesuatu hal yang dianggap baik. Salah satu contohnya ada larangan merokok. Sehingga dengan aturan nudge state, masyarakat lebih cenderung untuk mematuhi dan sadar terhadap kesehatan. GCBSS merupakan konferensi internasional bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB). Dalam konferensi tersebut Indonesia menempati posisi pertama dengan jumlah paper terbanyak dibandingkan negara lain. Dari 254 paper, Indonesia mengirimkan sebanyak 165 paper. Sementara itu, konferensi tersebut diadakan dengan tujuan untuk meningkatkan iklim penelitian di Indonesia dan seluruh dunia, menjembatani hubungan internasional diantara peneliti dalam bidang bisnis dan ilmu sosial, dan menjadi wadah bagi para akademisi. Konferensi Internasional GCBSS yang didakan di pulau Dewata Bali merupakan yang kedua kali. Konferensi Internasional ketiga akan dilaksanakan di Kuala Lumpur Malaysia pada bulan Desember 2015 konferensi internasional keempat akan dilaksanakan di Dubai pada tahun 2016, dan yang kelima akan dilaksanakan pada tahun 2017 di Universitas Brawijaya Malang. Selain itu, semua paper yang diterima akan diterbitkan di jurnal internasional, antara lain Plos One, Global Business and Economic Review, Pertanika Journal of Social Science and Humanities, International Journal of Business Governance and Ethics, Elsevier Procedia of Social and Behavioural Science, Journal of Management Research, USA, dan Global Journal of Business and Social Science Review, Malaysia. Sebagai perwakilan panitia pelaksana, Dekan FEB UB, Prof Candra Fajri Ananda mengatakan merupakan sebuah kehormatan bagi UB menjadi salah satu panitia konferensi internasional GCBSS di Bali. Meskipun sebagai panitia pelaksana, namun lokasi UB bukan di Bali namun di kota Malang Jawa Timur. Oleh karena itu, untuk konferensi selanjutnya Prof Candra mengusulkan untuk diadakan di UB Malang. [Oky/Humas UB] Artikel terkait CBCC FEB Dorong Ekonomi Kreatif Mahasiswa FEB Raih Good Practice Award dari ABEST 21 Prof. Candra Fajri Ananda: Masyarakat Masih Percaya Jokowi Menanam Bibit Entrepreneur Melalui MED 2016 Pengembangan SDM dan Pengelolaan Keragaman Untuk Hadapi Persaingan di Era Global