4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Metode Penelitian Dalam proses pengumpulan data-data yang dibutuhkan untuk penyusunan makalah ini, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu: 1. Kajian Pustaka berupa data-data yang didapat dari buku literatur (terutama buku-buku tentang arsitektur peninggalan kolonial Nusantara, khususnya Bandung, dan tentang Bandung tempo dulu), media masa, dan internet 2. Hasil survey dan wawancara kepada Bandung Society of Heritage Conservation (Bandung Heritage), yang juga disebut sebagai Paguyuban Pelestari Budaya Bandung, dan narasumber berupa pakar bangunan bersejarah maupun dosen arsitektur bidang sejarah 3. Data berupa hasil pengamatan langsung 2.3 Sekilas Tentang Art Deco Istilah ‘Art Deco’ belum umum di era 1920-1930an. Istilah ini baru secara resmi digunakan pada November 1966 dalam judul sebuah article oleh Hilary Gelson di surat kabar The Times. Gaya ini sempat diperdebatkan dengan istilah ‘Jazz Age’ dan ‘Moderne’, namun istilah ‘Art Deco’ lah yang akhirnya digunakan. Istilah ini juga 5 dipengaruhi oleh pameran Exposition Internationale des Arts Decoratifs Industriale et Modernes yang diadakan di Paris pada tahun 1925. Art Deco memang bukan merupakan gaya yang mudah untuk didefinisikan. Lebih mudah jika langsung menunjukkan contoh benda-benda yang menjadi ikon dari Art Deco: dalam dunia arsitektur, orang akan menyebut antara Chrysler Building di Manhattan atau Hoover Factory di London; dalam bidang furniture, sebuah kabinet karya Emile-Jacques Ruhlmann, atau sebuah kursi berdesain streamline karya desainer Kalifornia Kem Weber; radio Bakelite atau set minum teh dari Shelley; maupun poster kereta api yang didesain oleh Cassandre. Masing-masing dari objek ini dianggap mewakili Art Deco: ketujuhnya dekoratif dan modern, mengandung unsur garis siku dan lekuk halus, representasi yang memiliki gaya, motif Kubis, atau bentuk streamline yang futuristis. Modernitas terefleksi di dalam teknologi dari konstruksi dan produksinya, atau di dalam ciri khas yang terinspirasi oleh keindahaan dari mekanisasi. Seperti yang telah dikemukakan pada bagian latar belakang, Art Deco merupakan suatu gaya yang menerima pengaruh dari berbagai aliran lainnya. Pada awalnya Art Deco terinspirasi oleh warna-warna yang digunakan pada desain kostum Ballets Russes hasil karya Diaghilev dan fashion karya Paul Poiret. Gaya Art Deco juga mendapat pengaruh dari bentuk abstrak dan bentuk yang disederhanakan di dalam lukisan-lukisan avant-garde aliran konstruktivis, kubis, fauvis, dan futuris. Penemuan makan Tutankhamun oleh Howard Carter pada tahun 1922 menginspirasi gaya Mesir yang selanjutnya juga menjadi salah satu bagian dari Art Deco. Memang Art Deco juga mendapat pengaruh dari bentuk-bentuk eksotik, seperti bentuk piramid dan zigurat yang banyak diadopsi para arsitek Art Deco. 6 Gaya Art Deco di Amerika juga dikarateristikan oleh glamour, fantasi, dan eskapisme. Sedangkan di Prancis, desain poster mengadopsi bentuk-bentuk yang disederhanakan dan bentuk siluet, seperti karya poster yang didesain Cassandre untuk jaringan perkapalan Normandie (1935). Merayakan ketertarikan yang baru akan travel, kecepatan, dan kemewahan, para seniman grafis di masa Art Deco menggunakan warna yang kuat dan bentuk-bentuk angular yang datar untuk menerjemahkan kekaguman mereka. Karakteristik dari Art Deco antara lain: o Geometris, bentuk yang bertingkat-tingkat o Warna-warna cerah o Ujung yang tajam, sudut yang membulat o Material-material mahal: enamel, ivory, tembaga, dan batu poles o Material-material yang diproduksi massal: krom, gelas/kaca berwarna, Bakelite 2.4 Sekilas Tentang Arsitektur Art Deco Seperti daya Art Deco pada bidang seni terapan merupakan sebuah hibrida yang ekletik, arsitektur Art Deco juga mendapat pengaruh dari berbagai gaya kuno, eksotik, dan beberapa aliran baru. Seperti yang telah dibahas pada bagian latar belakang, arsitektur Art Deco menyerap dan ada berdampingan dengan berbagai aliran lainnya: garis-garis lurus dari aliran Modern Movement, Bauhaus, Rasionalisme, De Stilj dan Internasional Style, dan elemen dekoratif, struktural tinggi dari Viennese Secession, Ekspresionisme Belanda (dapat dilihat paling menonjol pada hasil karya Amsterdam 7 School), Romantisme Skandinavia dan Neoklasisme, Arts and Crafts Inggris, The Chicago School dan Prairie School-nya Frank Lloyd Wright, dan bahkan pendahulunya yang berbentuk organik, Art Nouveau dan Jugendstil. Ikon Art Deco yang paling terkenal mungkin adalah gedung pencakar langit di Manhattan, yaitu Chrysler Building dan Empire State Building, serta Rockefeller Center di New York. Namun arsitektur Art Deco tidak hanya meliputi bangunan-bangunan terkenal ini saja, tetapi luas meliputi berbagai bentuk bangunan baik vertikal maupun horizontal, publik maupun pribadi, monumental dan vernakular. Diantaranya adalah blok-blok apartemen yang menyerupai Kubis, pabrik dan statsiun pembangkit tenaga yang besar, sinema-sinema yang bergaris lengkung halus atau berwarna warni dan eksotik, gereja-gereja berbentuk zigurat, dan deretan bangunan Neoklasik dari masa antar perang, diberi label ‘Art Deco’ karena memiliki alegori gaya atau relief floral (dan seringkali ornamen metal) yang dengan halus memperkuat eksteriornya. Dikarenakan panel-panel floral, bentuk-bentuk lengkung streamlining, elemenelemen geometris ala Jazz Moderne atau Zigzag Moderne, ornamen metal, relief dan pahatan yang klasik namun modern, pemakaian warna (pada ornamen terakota, metal, cat, batu, bahkan stained glass) dan imajinasi justapose antara elemen gelap-terang dan halus-bertekstur, bangunan-bangunan Art Deco muncul di berbagai negara, mengarah pada apa yang disebut-sebut sebagai gaya ‘universalisme’. 2.5 Sekilas Tentang Art Deco di Indonesia Sesuai dengan klasifikasi yang ada, arsitektur Art Deco dibedakan menjadi empat, yaitu Floral Deco, Streamline Deco, Zig-zag Deco, dan Neo-Classical Deco. Di 8 Indonesia, banyak dikenal dua langgam yang disebut pertama, jarang didapati corak ketiga dan keempat. Namun jika menurut Bandung Heritage, di Indonesia terdapat empat klasifikasi, yaitu: Ornamental Deco, Geometical Deco, Streamline Deco, dan Greeko Deco. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa Art Deco di tiap daerah akan berbeda, dan bahwa di Amerika dan Eropa Art Deco mendapat pengaruh dari diketemukannya makam Tutakhamun di Mesir dan Zigurat, maka di Indonesia disebutsebut langgam Art Deco dipengaruhi oleh bangunan-bangunan candi. Masuknya Art Deco ke Indonesia dibawa oleh para arsitek kolonial Belanda, diantaranya adalah C.P Wolff Schoemaker dan A.F Albers. Adapun bangunan-bangunan berlanggam Art Deco yang dibangun pada masa kolonial jumlahnya ratusan, namun yang tersisa sekarang tinggal sebagian jumlahnya, diantaranya adalah yang akan dibahas dalam buku ini, dengan menggambil beberapa bangunan yang kiranya dapat mewakili. Ada juga beberapa bangunan peninggalan Art Deco yang telah hilang maupun dihancurkan untuk dibangun bangunan lain, misalnya seperti bangunan Singer yang diubah menjadi lahan parkir. Sangat disayangkan betapa kurangnya kesadaran dan penghargaan untuk menjaga bangunan-bangunan ini. 2.6. Spesifikasi Buku Berikut ini merupakan rencana rancangan buku “BANDUNG ART.CHI.TAGE: Art Deco. Architecture. Heritage.” yang baru setelah diredesain: Naskah : Irma Elita Penyelenggara : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat bekerja 9 sama dengan Bandung Heritage Desainer : Irma Elita Fotografi : Irma Elita Penerbit : Red & White Publishing Spesifikasi : 29 x 22 cm (hard cover) Full Color Tebal : 73 halaman Harga : Rp. 400.000,- Kerangka Buku : a. Halaman judul dalam b. Daftar Isi c. Intro (sekilas tentang Art Deco dan sekilas Bandung) d. Peta Bandung d. Isi buku: 1. Hotel Grand Preanger 2. Villa Isola 3. Hotel Savoy Homann 4. Gedung Merdeka 5. Bioskop Majestic 6. Bank Jabar (DENIS Bank) 7. Jaarbeurs 8. Gedung Landmark e. Bangunan lainnya f. Daftar Pustaka 10 2.7. Buku-buku Kompetitor dan Pembanding 2.5.1 Album Bandoeng Tempo Doeloe Penulis : Sudarsono Katam dan Lulus Abadi Jumlah Halaman : 375 halaman Penerbit : NavPress Indonesia Tahun Terbit : 2005 Harga : Rp. 105.000,- Spesifikasi : 28.5 x 21 cm (soft cover) Black and White Buku ini berisi kumpulan foto-foto mengenai keadaan Bandung tempo doeloe, yang dilengkapi teks dan keterangan. Tidak terbatas pada foto bangunan-bangunan pada zaman dahulu saja, namun juga tentang dinamika kehidupan masyarakat dan politik saat itu. Foto-foto bangunannya pun lebih terfokus untuk memperlihatkan keadaan kehidupan saat itu daripada detail bangunannya itu sendiri. 11 2.5.2 Historical Sites Of Jakarta Penulis : Adolf Heuken Jumlah Halaman : 225 halaman Penerbit : Cipta Loka Caraka Tahun Terbit : 1982 Spesifikasi : hardcover (full color) dan softcover (black and white) Buku ini mengandung kisah-kisah dibalik bangunan dan tempattempat bersejarah di Jakarta, mulai dari sejarah Batavia awal. Isi buku ini selain mengandung banyak teks juga dilengkapi dengan fotografi dan ilustrasi, serta peta lokasi-lokasi bangunan tersebut. Buku ini pada awalnya diterbitkan dalam versi softcover, namun kemudian dibuat juga versi hardcovernya. 2.5.3 Wajah Bandoeng Tempo Doeloe