BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modul 2.1.1 Pengertian

advertisement
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Modul
2.1.1 Pengertian Modul
Salah satu model pembelajaran individu yang kini semakin berkembang
penggunaannya adalah sistem pembelajaran dengan menggunakan modul. Menurut
Dick dan Cary di dalam Wena (2008) modul diartikan sebagai unit pembelajaran
berbentuk cetak yang memiliki fungsi sebagai bahan belajar mandiri, yang
didalamnya memuat satu unit materi pembelajaran.
Sedangkan Nasution (1982) mendefinisikan modul sebagai suatu unit terkecil
yang lengkap, berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar. Modul
juga membantu mahasiswa dalam mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara
khusus dan jelas. Sedangkan Ruseel dalam Sriyono (2011) menjelaskan bahwa modul
adalah suatu paket belajar mengajar pada satu unit bahan pelajaran yang didesain
dengan tujuan agar mahasiswa mampu menguasai kompetensi pelajaran secara
mandiri.
Berdasarkan definisi tersebut, modul dapat diartikan sebagai susuan materi
pelajaran yang telah direncanakan dan di tulis secara sistematis agar pembaca mampu
menyerap materi tersebut secara mandiri. Dengan kata lain modul adalah bahan
belajar bagi mahasiswayang digunkan sebagai acuan belajar secara mandiri.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
8
2.1.2. Tujuan Pengajaran Modul
Roestiyah (1982) menjelaskan tujuan sistem pengajaran dengan modul adalah
meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar mengajar. Sejalan dengan hal tersebut
Nasution (1982) menjelaskan pula bahwa tujuan pengajaran dengan menggunakan
modul adalah:
1. Membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar dengan kecepatannya
masing-masing.
2. Memberi kesempatan bagi mahasiswauntuk belajar menurut caranya masingmasing.
3. Memberi sebuah inovasi pada suatu mata kuliah yang pola minat dan motivasi
belajar para mahasiswanya tidak sama.
4. Memberi kesempatan kepada mahasiswauntuk mengenal kelebihan dan
kekurangannya, sertamemperbaiki kelemahan tersebut melalui tes dan tugas yang
terdapat pada sebuah modul.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa tujuan pengajaran
dengan modul adalah untukmemberikan kesempatan pada mahasiswa untuk belajar
secara mandiri, mengefisiensi dan mengefektivitaskan waktu dalam pembelajaran.
2.1.3 Keuntungan Pengajaran Modul
Penyusunan modul secara baik dan benar dapat memberikan banyak
keuntungan bagi mahasiswa. Nasution (1982) menyebutkan keuntungan-keuntungan
tersebut antara lain:
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
9
Keuntungan Bagi Mahasiswa
1. Memberi
balikan
atau
feedback
yang
banyak
dan
segera,
sehingga
mahasiswadapat mengetahui taraf hasil belajarnya.
2. Setiap mahasiswamendapat kesempatan yang sama untuk mencapai nilai tertinggi
dengan menguasai bahan pelajaran secara tuntas.
3. Memiliki tujuan yang jelas.
4. Memotivasi
mahasiswauntuk
berusaha
dengan
giat
melalui
pengajaran
terbimbing.
5. Dapat disesuaikan dengan perbedaan mahasiswa, mulai dari kecepatan belajar,
cara belajar, dan bahan pelajaran.
6. Mengurangi rasa persaingan dikalangan mahasiswakarena tidak menggunakan
kurva normal dalam penentuan hasil belajar.
7. Memberi kesempatan pada mahasiswauntuk memperbaiki kelemahan, kesalahan,
atau kekurangan mahasiswamelalui evaluasi secara kontinu.
Keuntungan Bagi Pengajar
1. Menumbuhkan rasa kepuasan karena modul yang disusun secara baik dan benar,
mampu memudahkan mahasiswauntuk memahami materi pembelajaran.
2. Memberi kesempatan yang lebih besar dan waktu yang lebih banyak kepada guru
untuk membimbing mahasiswayang membutuhkannya.
3. Memberikan waktu pengayaan yang lebih banyak.
4. Memudahkan pengajar dalam persiapan pembelajaran, karena persiapan
pembelajaran telah tersusun secara struktural dalam modul.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
10
5. Dapat saling bertukar modul dengan universitas atau instansi pendidikan yang
sejenis.
6. Meningkatkan peran pengajar sebagai pendidik.
7. Mengetahui kompetensi yang kurang dipahami oleh mahasiswadari hasil evaluasi
setiap sub-bab.
Pada hakikatnya keuntungan pengajaran modul bagi mahasiswa adalah untuk
memudahkan pemahaman dan menarik minat mahasiswa dalam pembelajaran. Hal ini
dikarenakan modul memberi kesempatan pada mahasiwa untuk belajar secara mendiri
dan memperbaiki kesalahan, kelemahan, dan kekurangannya melalui evaluasi
kontinu.
2.1.4 Karakteristik Modul
Agar suatu modul pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar dan
mencapai kompetensi yang diharapkan, maka pengembangan modul harus
memperhatikan karakteristik penyusunan modul.
Asyhar (2010) menyebutkan
terdapat 5 karakteristik yang harus dipenuhi dalam penyusunan sebuah modul, hal
tersebut adalah:
1. Self Instruction
Self instruction merupakan karakteristik terpenting dalam pengembangan suatu
modul. Karakter ini memungkinkan mahasiswauntuk belajar secara mandiri dan tidak
bergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instruction maka suatu
modul harus memuat:
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
11
a. Tujuan pembelajaran yang jelas dilengkapi dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
b. Materi pembelajaran yang di susun secara spesifik agar mudah dipelajari.
c. Menyertakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi
pembelajaran.
d. Menyertakan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang dapat digunakan untuk
penugasan mahasiswa.
e. Bersifat kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas
atau konteks kegiatan dan lingkungan mahasiswa.
f. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.
g. Menyertakan rangkuman materi pembelajaran.
h. Menyertakan instrument penilaian, agar mahasiswadapat melakukan penilaian
mandiri.
i. Terdapat umpan balik atas penilaian mahasiswa, sehingga mahasiswamengetahui
tingkat penugasan materi.
j. Terdapat informasi tentang rujukan, atau referensi yang mendukung materi
pembelajaran yang dimaksud.
2. Self Contained
Self contained memiliki arti bahwa seluruh materi pembelajaran yang
dibutuhkan termuat dalam modul dan tetap memperhatikan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Hal ini bertujuan untuk
memberikan kesempatan mahasiswamempelajari materi pembelajaran secara tuntas.
3. Stand Alone
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
12
Stand alone memiliki arti bahwa modul yang dikembangkan tidak tergantung
dan tidak membutuhkan media lain untuk mempelajari atau mengerjakan tugas yang
ada dalam modul tersebut.
4. Adaptive
Suatu modul harus dapat menyesuaikan perkembangan teknologi dan dapat
digunakan secara fleksibel. Dikatakan adaptif apabila isi materi pembelajaran dapat
digunakan sampai dengan kurung waktu tertentu.
5. Use Friendly
Suatu modul hendaknya dekat dengan penggunanya, artinya setiap instruksi
dan penjelasan yang tertuang dalam modul bersifat membantu penggunanya. Hal ini
dapat dilihat dari penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti,
menggunakan istilah yang umum digunakan, desain modul yang menarik, format
penyajian yang menyesuaikan kebutuhan mahasiswa,
serta mempermudah
mahasiswadalam merespon, dan mengakses sesuai dengan keinginan.
Berdasakan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik yang ada
pada modul adalah memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk belajar secara
mandiri. Selain itu modul juga memuat materi pembelajaran yang lengkap dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran, tidak bergantung pada bahan ajar lain, dan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
2.1.5 Kerangka Modul
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
13
Dalam penulisan modul perlu dibuatnya sebuah kerangka modul yang
sederhana dan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Adapun
kerangka modul pembelajaran menurut Daryanto (2013) adalah:
“Kata Pengantar
Daftar Isi
Peta Kedudukan Modul
Glosarium
I. PENDAHULUAN
A.Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
B.Deskripsi
C.Waktu
D.Prasyarat
E.Petunjuk Penggunaan Modul
F.Tujuan Akhir
G.Cek Penugasan Standar Kompetensi
II.PEMBELAJARAN
A.Pembelajaran 1
1.Tujuan
2.Uraian Materi
3.Rangkuman
4.Diskusikan
5.Latihan
6.Tes Formatif
7.Umpan Balik dan Tindak Lanjut
B.Pembelajaran 2- n
dan seterusnya, mengikuti jumlah pembelajaran yang dirancang )
III.PENUTUP
KUNCI JAWABAN
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA.”
2.1.6 Kriteria dan Langkah Pengembangan Modul
Indriyanti dan Susilowati(2010) menjelaskan dalam mengembangkan sebuah
modul diperlukan prosedur tertentu yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.
Kriteria pengembangan modul merupakan acuan prosedur yang harus dilakukan dan
adadalam pengembangan modul. Kriteriapengembangan modul tersebut, yaitu:
1. Membantu mahasiswa menyiapkan belajar mandiri.
2. Memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara maksimal.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
14
3. Memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan kesempatan
belajar kepada mahasiswa.
4. Dapat memonitor kegiatan belajar mahasiswa.
5. Dapat memberikan saran dan petunjuk serta infomasi balikan tingkat kemajuan
belajar mahasiswa.
Selain itu pengembangan sebuah modul harus mengikuti langkah-langkah yang
sistematis. Indriyanti dan Susilowati(2010) menjelaskan langkah-langkah tersebut
adalah:
1. Langkah analisis kondisi pembelajaran meliputi analisis tujuan dan karakteristik
isi bidang studi, analisis sumber belajar, analisis karakteristik pebelajar, dan
menetapkan sasaran dan isi pembelajaran.
2. Langkah pengembangan meliputi menetapkan strategi pengorganisasian isi
pembelajaran,
menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran, dan
menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran.
3. Langkah pengukuran hasil pembelajaran yang berupa pengembangan prosedur
pengukuran hasil pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kriteria pengembangan
modul haruslah sesuai dengan isi pembelajaran dan membantu mahasiswa dalam
proses pembelajaran. Sedangkan langkah pengembangan modul meliputi analisis
kondisi pembelajaran, analisis isi modul, dan analisis pengukuran hasil pembelajaran
dengan modul.
2.2 Konstruktivisme
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
15
2.2.1 Pengertian dan HakikatPembelajaran Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif
baru dalam psikologi pendidikan. Teori ini menyatakan bahwa mahasiswa harus
menemukan, mengembangkan pengetahuan, serta memperbaharui informasi tentang
perkembangan pengetahuan yang ada.
Menurut Slavin dalam Trianto (2010) menyebutkan bahwa:
“Konstruktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan
kognitif yang menekankan peran aktif peserta didik dalam membangun pemahamam
mereka tentang realita. Konstruktivisme merupakan suatu prinsip dimana pengajar
bukanlah satu-satunya sumber informasi suatu pengetahuan. Peserta didik harus lebih
aktif membangun dan mengembangkan pengetahuannya secara mandiri. Dalam hal ini
guru hanya berperan sebagai fasilitator, dengan memberikan kesempatan peserta didik
untuk menemukan dan menerapkan pemikiran-pemikiran peserta didik.”
Sejalan dengan hal tersebut Bell dalam Sa’ud (2013) menjelaskan pendekatan
konstruktivisme merupakan salah satu pandangan yang menyatakan bahwa dalam
proses memperoleh pengetahuan diawali dengan suatu permasalahan kognitif, dan
diselesaikan melalui pengetahuan awal. Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan
dibangun sendiri oleh mahasiswa melalui pengalamannya dari hasil interaktif dengan
lingkungan.
Sedangkan, Piaget sebagai konstruktivis pertama menegaskan bahwa
konstruktisime memandang pengetahuan dibangun dalam pikiran mahasiswa melalui
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses penyerapan informasi baru
dalam pikiran, dan akomodasi merupakan proses penyusunan kembali struktur
pemikiran yang telah dibangun melalui proses asimilasi (Yudhawati dan Haryanto,
2011).
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
16
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konstruktivisme
merupakan teori pembelajaran yang membangun pemahaman mahasiswa berdasarkan
pengetahuan awal yang dimilikinya, serta lebih menekankan peran aktif mahasiswa
dalam proses pembelajaran.
2.2.2 Tujuan dan Strategi Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Wilson dalam Khodijah (2014) tujuan pembelajaran secara
konstruktivisme adalah menanamkan pada diri mahasiswa untuk memiliki rasa
tanggung
jawab
dan
kemandirian,
mampu
mengembangkan
pembelajaran,
penyelidikan dan pemecahan masalah, serta menggunakan operasi tingkat tinggi.
Sejalan dengan hal tersebut Suparno dalam Trianto (2010) menyebutkan
terdapat beberapa prinsip-prinsip belajar konstruktivisme. Prinsip-prinsip tersebut
yaitu, pengetahuan dibangaun oleh mahasiswa secara aktif, tekanan dalam proses
belajar terletak pada mahasiswa, berorientasi pada proses, lebih menekankan
partisipasi mahasiswa, dan pengajar berperan sebagai fasilitator.
Secara umum, prinsip-prinsip ini berperan sebagai referensi dan acuan terhadap
praktik, pembaharuan, dan perencanaan pendidikan. Tytler dalam Haryanto dan
Yudhawati (2011) menyebutkan rancangan pembelajaran yang dapat dilakukan dalam
mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme adalah:
1. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengemukakan gagasan atau
pendapat dengan bahasanya sendiri.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
17
2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berfikir tentang pengalamannya
sehingga pembelajaran menjadi lebih aktif dan imajinatif.
3. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki
mahasiswa.
4. Mendorong mahasiswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
5. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Pendekatan belajar konstruktivisme memiliki beberapa strategi dalam proses
pembelajaran. Menurut Slavin dalam Baharuddin dan Wahyuni (2007) menerangkan
strategi-strategi belajar konstruktivisme tersebut yaitu:
1. Top down processing
Strategi
ini
menjelaskan
bahwa
dalam
pembelajaran
konstruktivisme
mahasiswa belajar dimulai dari masalah yang kompleks, kemudian menghasilkan
atau menemukan keterampilan yang dibutuhkan. Dalam arti lain top down processing
merupakan pembelajaran yang dimulai dari permasalahan yang umum untuk
menemukan bagian-bagain khusus dari masalah tersebut.
2. Cooperative learning
Merupakan strategi belajar yang lebih menekankan pada lingkungan sosial
belajar dan menjadikan kelompok belajar sebagai tempat untuk mendapatkan
pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan, dan evaluasi pengetahuan.
3. Generative learning
Merupakan strategi belajar yang menekankan pada adanya integrasi yang aktif
antara materi baru. Generative learning mengajarkan sebuah metode untuk
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
18
melakukan kegiatan mental saat belajar, seperti membuat pertanyaan, kesimpulan,
atau analogi-analogi terhadap apa yang sedang dipelajarinya.
Degeng
dalam
Warsita
(2008)
menyebutkan
strategi
pembelajaran
konstruktivisme lebih menekankan penggunaan pengetahuan secara bermakna,
pembelajaran yang mengikuti pendangan mahasiswa, lebih menekankan proses, serta
aktivitas belajar secara mandiri. Sedangkan evaluasi lebih menekankan pada
penjabaran pemahaman masing-masing mahasiswa dengan menuntut pemecahan
ganda dan bukan memilih jawaban benar.
Warsita (2008) menjelaskan bahwa implementasi teori konstruktivisme lebih
menekankan pada pemahaman informasi baru.
Pada teori konstruktivisme
mahasiswa perludidorong untuk melakukan diskusi, berfikir secara luas (divergent),
menekankan aktivitas belajar, dan memperbaharui informasi. Sejalan dengan hal
tersebut untuk mencapai pembelajaran secara konstruktivisme Degeng dalam Warsita
(2008) menyebutkan perlunya strategi dalam pembelajaran. Strategi tersebut
diantaranyamenyediakan
berbagai pilihan tugas untuk mahasiswa, menyediakan
pilihan cara untuk memperlihatkan keberhasilan, menyediakan waktu yang cukup
untuk memahami dan mengerjakan tugas, menyediakan tes yang cukup, menyediakan
waktu untuk merevisi pemahaman, dan melibatkan pengalaman mahasiswa.
Trisna (2015) menambahkan bahwa unsur konstruktivisme terdiri dari
orientasi,
elicitasi,restrukturisasi
ide,
danreview.
Orientasi
dalam
unsur
konstruktivisme merupakan suatu bentuk kegiatan mengamati topik yang akan
dipelajari dan dapat dilihat. Elicitasi merupakan suatu bentuk kegiatan yang
memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mengungkapkan hasil pengamatan
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
19
dalam bentuk tulisan maupun gambar. Restrukturisasi Ide merupakan suatu bentuk
kegiatan penggunaan ide yang telah ditemukan oleh mahasiswa. Sedangkan
reviewmerupakan suatu bentuk pemantapan konsep yang dasarkan pada kegiatan
orientasi, elicitasi, dan restrukturisasi ide.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
konstruktivisme adalah membangun pemahaman mahasiswa berdasarkan pemecahan
masalah. Sedangkan strategi belajar yang ada pada teori belajar konstruktivisme
adalah pembelajaran dimulai dengan pengamatan pada permasalahan, merumuskan
hipotesis, berdiskusi, penarikan kesimpulan, dan eksplorasi pengetahuan.
2.3 Model Atom Hidrogen
2.3.1 Sifat Dasar Atom
1. Perkembangan Fisika Atom
Pada awalnya teori tentang struktur materi hanya didasarkan pada pengamatan
fenomena yang terjadi dialam semesta dan tidak berdasarkan pada hasil eksperimen.
Kemudian seiring perkembangan zaman para ilmuan mulai menyelidiki hubungan
antara beberapa fenomena fisika seperti kelistrikan dan kemagnetan suatu benda
untuk menerangkan struktur penyusun materi. Berawal dari hal inilah model-model
struktur atom mulai berkembang.
a. Teori Atom Demokritus
Pada tahun 460-370 SM Demokritus dan Leucippus seorang filusuf Yunani
Kuno merumuskan gagasan bahwa suatu zat dapat dibagi-bagi sampai mencapai
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
20
bagian yang paling kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Bagian zat yang tidak dapat
dibagi lagi disebut atom. Kata atom berasal dari bahasa Yunani, yaitu a yang artinya
tidak dan tomos yang artinya terbagi. Dengan kata lain atom merupakan bagian
terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi. Konsep tentang atom yang
dikemukakan oleh Demokritus ini didasarkan pada hasil pemikiran dan bukan pada
hasil eksperimen. Konsep atom ini selanjutnya dikembangkan oleh muridnya
Leukipos dan sampai sekarang masih diakui kebenarannya. Leukipos berkesimpulan
bahwa alam semesta ini hanya berisi atom-atom.
b. Teori Atom Dalton
Selama kurang lebih 2000 tahun teori tentang atom dari Demokritus dan
Leukipos ini tidak berkembang sama sekali. Hal ini dikarenakan Aristoteles yang
seorang ilmuan terkemuka dan dipercaya oleh orang-orang tidak membenarkan
konsep tentang atom. Namun pada abad ke-18 para ilmuan mulai percaya pada
konsep atom dari hasil proses fisika dan kimia yang mulai berkembang. Pada tahun
1802 Dalton melakukan pengamatan terhadap komposisi udara dan sifat-sifat gas. Ia
menemukan bahwa gas-gas bergabung seolah-olah tersusun oleh partikel-partikel
individu. Partikel-partikel ini adalah atom-atom Demokritus. Pokok-pokok teori atom
Dalton dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Atom merupakan partikel kecil suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi.
2) Atom suatu unsur tidak dapat berubah menjadi atom unsur lain. Misalnya atom
unsur besi tidak dapat berubah menjadi atom unsur emas, dan hal ini berlaku
untuk semua unsur yang lain.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
21
3) Dua buah atom atau lebih yang berasal dari unsur-unsur yang berlainan dapat
bersenyawa membentuk molekul. Misalnya atom hidrogen dan oksigen
bersenyawa membentuk molekul air (H2O). Molekul suatu zat dapat dibagi atas
atom dan molekul yang masih mempunyai sifat seperti zat asalnya.
4) Pada suatu reaksi kimia, atom-atom berpisah kemudian bergabung lagi dengan
susunan yang berbeda dari semula, tetapi massa keseluruhannya tetap. Gagasan
ini sesuai dengan hukum Lavoiser yang berbunyi: massa zat sebelum reaksi sama
dengan massa zat sesudah reaksi.
5) Pada reaksi kimia, atom-atom bergabung menurut perbandingan tertentu yang
sederhana. Gagasan ini sesuai dengan hukum Proust yang berbunyi: perbandingan
berat unsur-unsur yang menyusun suatu senyawa selalu tetap. Misalnya, unsur
karbon dan oksigen dapat bersenyawa membentuk molekul CO dan CO2.
Dengan semakin berkembangnya teori atom dan dalam beberapa hal tidak
sesuai dengan teori atom Dalton, bahwa atom tidak dapat dibagi ternyata
bertentangan dengan eksperimen-eksperimen. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa
atom masih terbagi menjadi partikel-partikel proton, neutron, dan elektron. Inti atom
suatu unsur dapat berubah menjadi inti atom unsur lain. Meskipun demikian, teori
atom Dalton diterima karena dapat menjelaskan dengan baik beberapa fakta
eksperimen pada masa itu, di antaranya Hukum Lavoiser dan Hukum Prout.
2. Sifat Dasar Atom
a. Atom sangat kecil
Ukuran atom sangat kecil, jari-jari atom berkisar 0,1 π‘›π‘š, sehingga tidak dapat
diamati dengan menggunakan cahaya tampak (πœ† = 500 π‘›π‘š). Untuk menaksir secara
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
22
kasar ukuran sebuah atom kita dapat meninjau suatu kubus yang berunsur zat,
misalnya unsur besi. Besi memiliki rapat massa (𝜌)8 𝑔/π‘π‘š3 dan berat atom sekitar
50. Suatu mol besi (50 g) mengandung jumlah atom sebanyak sebanyak bilangan
Avogadro 6 π‘₯ 1023 buah. Jadi, 6 π‘₯ 1023 buah atom menempati volume sekitar 6 π‘π‘š3 ,
sehingga 1 atom mempunyai volume ruang sekitar 10−23 . Jika kita menganggap
atom-atom zat padat tersusun rapat sekali seperti bola-bola keras yang bersentuhan,
maka taksiran diameter sebuah atom adalah
3
10−23 π‘π‘š3 = 2 π‘₯10−8 π‘π‘š = 0,2 π‘π‘š.
b. Semua atom mengandung elektron bermuatan negatif, namun netral
Hal ini dapat dilihat dari percobaan efek fotolistrik. Ketika sebuah lempeng
disinari dengan cahaya dengan panjang gelombang tertentu (spektrum daerah biru
dan ultraviolet ), maka elektron akan menyerap energi cahaya tersebut dan pada nilai
energi tertentu elektron akan akan bergetar hingga tercapai cukup enengi untuk
melepaskan sebuah elektron dari ikannya dengan atom dan elektron dari katoda (+)
akan menuju ke anoda (-).
Meskipun elektron-elektron tersebut memiliki muatan yang sama yaitu negatif,
elektron tersebut saling mengikat satu sama lain. Karena ada ikatan antar elektron
inilah, dapat disimpulkan bahwa elektron memiliki muatan negatif dan positif,
sehingga bersifat netral. Dengan kata lain sebuah atom dengan Z elektron yang
bermuatan negatif harus memiliki muatan positif sebesar Ze.
c. Semua atom stabil
Atom-atom ini tidak membelah diri secara spontan menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil. Dalam sebuah atom terdapat gaya dalam yang berupa gaya tarik dan gaya
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
23
tolak sehingga saling mengikat dan berimbang, karena bila hal ini tidak terjadi maka
semua atom dalam alam semesta tidak akan menyatu dan berantakan.
d. Atom memancarkan dan menyerap radiasielektromagnetik
Bukti atom memancarkan dan menyerap radiasi elektromagnetik ini dapat
dilihat dari fenomena lompatan elektron. Ketika sebuah atom disinari dengan cahaya
pada panjang gelombang tertentu, elektron pada atom tersebut akan menerima energi
berupa foton, jika energi yang diterima cukup untuk melakukan eksitasi maka
elektron tersebut akan tereksitasi ke n lainnya sesuai dengan energi yang diterima.
2.3.2 Model Atom Thomson
1. Percobaan Thomson
Pada tahun 1897 J. J Thomson menemukan perbandingan muatan elektron dan
massa (e/m= 1,7588.108 C/gdengan menggunakan sebuah tabung sinar katoda.
Hampir semua udara didalam tabung dikeluarkan sehingga tekanan udara dalam
tabung kira-kira 0,01 mmHg. Skema percobaan tabung sinar katoda yang dilakukan
Thomson tersebut ditunjukkan pada gambar 2.1. Dalam tabung tersebut terdapat
tegangan V sebagai beda potensial tinggi antara katoda K dan anoda A. Beda potensial
Vini mempercepat partikel-partikel bermuatan negatif yang keluar dari katoda
menuju ke anoda.
Gambar 2.1Skema percobaan tabung katoda Thomson.
(Sumber: Kanginan, 2007).
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
24
Kecepatan partikel keluar dari katoda v, dapat dihitung dari fakta bahwa
energi potensial yang diterima partikel bermuatan e dari beda potensial V, yaitu
𝐸𝑃 = 𝑒𝑉 diubah menjadi energi kinetik elektron keluar dari katoda, yaitu πΈπ‘˜ =
1
2
π‘šπ‘£ 2 .
Dengan demikian diperoleh persamaan ;
πΈπ‘ƒπΏπ‘–π‘ π‘‘π‘Ÿπ‘–π‘˜ = πΈπ‘˜
1
𝑒𝑉 = 2 π‘šπ‘£ 2
𝑒
π‘š
=
𝑣2
2𝑉
(2.1)
Dimana: e = muatan
m = massa
v = kecepatan partikel negatif
Beberapa partikel berhasil melalui lubang anoda A membentuk berkas-berkas
partikel tipis. Agar berkas partikel dengan kecepatan v tersebut bergerak lurus
kelayar, maka di tengah tabung diletakkan keping sejajar dengan kuat medan listrik E
berarah ke atas dan elektromagnet dengan induksi magnetik B berarah masuk bidang
tabung.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
25
Gambar 2.2 Pergerakan elektron didalam tabung katoda.
(Sumber: Kanginan, 2007).
Dimisalkan bahwa sebuah ion positif dipilih sehingga bergerak dengan
kecepatan v mendatar kekanan dalam suatu pasangan keping sejajar, dengan arah kuat
medan listrik E vertikal keatas. Pada ion positif bekerja dua buah gaya yaitu gaya
Lorentz yang memotong tegak lurus medan magnet, 𝐹𝐿 = π‘žπ‘£π΅ sin 90° = π‘žπ‘£π΅, dan
gaya listrik (gaya Coulomb) yang bekerja pada ion positif yang melintasi medan
listrik E, yaitu πΉπ‘ž = π‘žπΈ. Pergerakan elektron didalam tabung sinar katoda ditunjukkan
pada gambar 2.6. Sesuai dengan kaidah tangan kanan, arah gaya Lorentz 𝐹𝐿 adalah
kebawah. Gaya Coulomb πΉπ‘ž searah dengan E, yaitu keatas.
πΉπ‘ž = 𝐹𝐿
π‘žπΈ = π‘žπ‘£π΅
𝑣=
𝐸
(2.2)
𝐡
Substitusikan persamaan 2.2 dan persamaan 2.1,
𝑒
π‘š
𝑒
π‘š
𝑒
π‘š
=
=
𝑣2
2𝑉
(𝐸/𝐡)2
2𝑉
𝐸2
= 2𝑉𝐡 2
𝑒
Setelah ruas kanan diukur dilaboratorium semuanya, didapatkanπ‘š =
1,76 π‘₯ 10−11 𝐢/π‘˜π‘”, didapatkan pula muatan elektron 𝑒 = 1,6 π‘₯ 10−19 𝐢, dan massa
elektron π‘šπ‘’ = 9,1 π‘₯ 10−31 π‘˜π‘”.
2. Teori Atom Thomoson
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
26
Berdasarkan percobaann menggunakan tabung sinar katoda. Thomson
merumuskan model atom yang berupa:
1. Atom tersusun atas muatan-muatan positif yang tersebar merata dalam sebuah
volume bola.
2. Elektron yang bermuatan negatif melekat pada permukaan bola positif di titik-titik
atau posisi tertentu.
3. Massa keseluruhan atom terdistribusi secara merata dalam seluruh volume bola.
4. Elektron tidak bergerak mengelilingi inti, tetapi bergetar pada frekuensi tertentu
diposisinya.
Model atom Thomson berhasil menerangkan banyak sifat atom yang
diketahui seperti; ukuran, massa, jumlah elektron dan kenetralan muatan elektrik.
Thomson menerangkan sebuah atom mengandung
Z elektron yang dibenamkan
dalam suatu bola bermuatan positif seragam. Muatan positif total bola adalah ze.
Gambar 2.3. Model atom Thomson.
(Sumber: Krane, 2011).
Berdasarkan gambar 2.3dapat dilihat bahwa volume bola dalam yang berjarijari r (diukur dari salah satu elektron) dan volume bola keseluruhan yang berjari-jari
R sama dengan muatan dalam bola itu dari muatan ze, sehingga;
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
27
π‘žπ‘‘π‘Žπ‘™π‘Žπ‘š
π‘‰π‘‘π‘Žπ‘™π‘Žπ‘š
=
π‘žπ‘‘π‘œπ‘‘
π‘‰π‘‘π‘œπ‘‘
π‘žπ‘‘π‘Žπ‘™π‘Žπ‘š
=
𝑍𝑒
4
3
4
3
πœ‹π‘Ÿ 3
πœ‹π‘… 3
π‘Ÿ3
π‘žπ‘‘π‘Žπ‘™π‘Žπ‘š = Ze 𝑅 3
(2.3)
Dimana: q= Muatan dalam bola
Ze= Muatan positif total bola
r = Jarak elektron
R= Jari-jari bola
Menurut Hukum Gauss, medan elektrik E pada r dapat dicari dengan persamaan:
Δ’ . 𝑑𝑠 =
1
π‘ž
πœ€Λ³ π‘‘π‘Žπ‘™π‘Žπ‘š
𝐸. 𝑑𝑠 π‘π‘œπ‘  πœƒ =
𝐸. 𝑠 =
(2.4)
1
π‘ž
πœ€Λ³ π‘‘π‘Žπ‘™π‘Žπ‘š
1
π‘ž
πœ€Λ³ π‘‘π‘Žπ‘™π‘Žπ‘š
Dimana: s = 4πr2,
𝐸=
𝐸=
π‘žπ‘‘π‘Žπ‘™π‘Žπ‘š
4πœ‹π‘Ÿ 2 πœ€Λ³
𝑍𝑒 π‘Ÿ 3
4πœ‹πœ€Λ³π‘Ÿ 2 𝑅 3
1
𝑍𝑒
𝐸 = 4πœ‹πœ€Λ³ ˳𝑅 3 π‘Ÿ
Jadi gaya listrik yang bekerja pada elektron adalah
𝐹 = 𝑒. 𝐸
(2.5)
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
28
𝐹 = 𝑒.
𝐹=
𝑍𝑒
π‘Ÿ
4πœ‹πœ€Λ³π‘… 3
𝑍𝑒²
π‘Ÿ
4πœ‹πœ€Λ³π‘…α΅Œ
𝑍𝑒²
Dimana k = 4πœ‹πœ€ ˳𝑅 3 maka
𝐹 = π‘˜. π‘Ÿ
(2.6)
Menurut model atom Thomson gaya tarik dari muatan positif terhadap
elektron dinetralkan oleh gaya tolak-menolak antar elektron-elektron, sehingga
elektron tetap berada dalam keadaan setimbang. Gaya tolak-menolak antar elektronelektron menyebabkan elektron tersebut mengatur posisinya masing-masing
dipermukaan bola bermuatan positif. Dimana elektron tidak bergerak mengelilingi
bola bermuatan positif tersebut, tetapi bergetar dengan frekuensi tertentu pada
posisinya masing-masing. Walaupun Thomson telah beranggapan bahwa elektron
adalah sebuah partikel, namun Thomson tidak dapat menjelaskan secara rinci
bagaimana interaksi partikel elektron dengan muatan positif.
3. Percobaan Hamburan
Percobaan hamburanmenunjukkan sebuah partikel alfa bermuatan positif
menerobos masuk kedalam model atom Thomson yang padat dan bermuatan positif
dalam keadaan diam.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
29
Gambar 2.4. Pembelokan lintasan sebuah partikel pada percobaan hamburan.
(Sumber: Krane, 2011).
Dari gambar 2.4diketahui bahwa partikel alfa yang bergerak dengan laju v ( kita
menganggap v lebih kecil sehingga K = ½ mv2)mengalami pembelokan lintasan.
Lintasan partikel alfa berupa garis lurus yang disejajarkan dengan garis pusat atom
sebelum dibelokkan disebut parameter impak (b). Setelah melewati atom partikel
alfa bergerak sepanjang suatu lintasan yang membelok dengan besar sudut πœƒ, hal ini
disebabkan oleh gaya tolak antara partikel alfa dan model atom Thomson. Partikel
alfa memiliki muatan positif sedangkan model atom Thomson tersusun atas muatanmuatan positif yang tersebar merata dalam seluruh volume bola dan muatan-muatan
negatif (elektron) melekat pada permukaan bola positif dititik-titik posisi tertentu.
Kita dapat menghitung sudut belok πœƒ ini dengan meninjau impuls dan
momentum partikel dalam arah y.
Dimana: b = parameter impak
πœƒ = sudut yang terbentuk akibat pembelokan
Pembelokan lintasan sebuah partikel yang bergerak dengan laju v dan berjarak
b dari pusat atom. Memiliki laju elektron v lebih kecil dan energinya sebesar k =1/2
mv2dengan momentum setelah tumbukan P = mv.
βˆ†π‘π‘¦ =
𝐹𝑦 . 𝑑𝑑
(2.7)
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
30
=
𝐹 cos πœƒ 𝑑𝑑
Gaya yang dialami elektron adalah gaya listrik yang besarnya F= qE, dimana q
π‘π‘’π‘Ÿ
adalah muatan yang besarnya ze, dan 𝐸 = 4πœ‹πœ€Λ³π‘… 3 , maka
𝐹 = π‘žπΈ
𝐹 = π‘§π‘˜π‘Ÿ
(2.8)
𝑍𝑒²
Dimana k adalah tetapan yang nilainya k = 4πœ‹πœ€ Λ³π‘…α΅Œ ,kembali kepersamaan (2.7)
βˆ†π‘ƒπ‘¦ =
βˆ†π‘ƒπ‘¦ =
𝐹 cos πœƒ 𝑑𝑑
βˆ†π‘ƒπ‘¦ =
π‘§π‘˜π‘Ÿ cos πœƒ 𝑑𝑑
𝐹𝑦 𝑑𝑑
Karena pembelokan partikel ini sangat kecil, maka lintasan pembelokannya hampir
berupa sebuah garis lurus (Gambar 2.8), sehingga y = b.
βˆ†π‘ƒπ‘¦ =
π‘§π‘˜π‘Ÿ
𝑏
𝑑𝑑
π‘Ÿ
βˆ†π‘ƒπ‘¦ = π‘§π‘˜π‘π‘‡
(2.9)
T adalah waktu total yang dibutuhkan proyektil untuk melewati atom dengan
𝑠
𝑣 = 𝑑 . Dimana lintasan pembelokan y = bdan laju elektron rata-rata hampir sama
dengan v, maka t =
π‘†π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™
∇
. Untuk mempermudah penghitungan jarak yang ditempuh
partikel didalam atom, maka atom tersebut dibagi dua diambil dari titik pusat atom.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
31
Gambar 2.5. Pembelokan sebuah partikel alfa memasuki atom Thomson.
(Sumber: Krane, 2011).
Dimanaπ‘†π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ = 𝑆1 + 𝑆2 = 2 𝑅 2 − 𝑏 2
𝑇=
2 𝑅 2 −𝑏 2
(2.10)
𝑣
Substitusikan kepersamaan (2.9),
βˆ†π‘ƒπ‘¦ = π‘§π‘˜π‘ 𝑇
βˆ†π‘ƒπ‘¦ = π‘§π‘˜π‘
2 𝑅 2 −𝑏 2
(2.11)
𝑣
Dari gambar 2.5 diketahui bahwa terjadi perubahan momentum dikoordinat
Py, sedangkan pada koordinat 𝑃π‘₯ tidak terjadi perubahan momentum sehingga
𝑃π‘₯ dianggap tetap (𝑃π‘₯ = 𝑃 = π‘šπ‘£ 2 ). Oleh karena atom sangat kecil maka sudut
hamburnya bisa dipastikan kecil pula, sehingga jika πœƒ kecil, maka π‘‘π‘Žπ‘› πœƒ = πœƒ(πœƒ = 0,
π‘‘π‘Žπ‘› 0 = 0)
𝑃𝑦
tan θ = 𝑃π‘₯ =
πœƒ =
πœƒ=
βˆ†π‘ƒπ‘¦
𝑃
βˆ†π‘ƒπ‘¦
𝑃
2π‘§π‘˜π‘ 𝑅 2 −𝑏 2
𝑑𝑏
=
(2.13)
π‘š 𝑣2
Untuk mendapatkan πœƒπ‘šπ‘Žπ‘₯
π‘‘πœƒ
(2.12)
𝑑
2π‘§π‘˜π‘ 𝑅 2 −𝑏 2
π‘š 𝑣2
𝑑𝑏
terlebih dahulu kita turunkan πœƒ terhadap b.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
32
2π‘§π‘˜
πœƒπ‘šπ‘Žπ‘₯ =
πœƒπ‘šπ‘Žπ‘₯ =
1
2
2𝑅 2 −𝑅 2
𝑅2
2
π‘šπ‘£ 2
π‘§π‘˜ 𝑅 2
(2.14)
π‘š 𝑣2
4. Percobaan Hamburan Khas
Berdasarkan percobaan hamburan dapat diketahui bahwa kita tidak dapat
menembakkan satu proyektil pada sebuah atom dan tidak dapat menentukan
parameter impak b. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara menembakkan
seberkas partikel pada selembar tipis bahan tertentu. Seberkas partikel datang akan
dibelokkan dan kita dapat menentukan sudut hambur πœƒπ‘Žπ‘£π‘” atau sudut hambur πœƒπ‘šπ‘Žπ‘₯ .
Percobaan hamburan khas menjelaskan bahwa ketika seberkas partikel ditembakkan
pada selembar tipis bahan, maka akan dihamburkan dengan sudut hamburan θ.
Gambar 2.6. Percobaan hamburan khas.
(Sumber: Krane, 2011).
Untuk mendapatkan sudut hambur rata-rata πœƒπ‘Žπ‘£π‘” atom ditinjau dari sudut
pandang partikel dengan membayangkan penampang berbentuk piringan bundar yang
terbagi atas cincin-cincin sepusat.Setiap kali proyektil memasuki daerah sebuah
cincin berjari-jari 𝑏dengan lebar 𝑑𝑏, ia dihamburkan kedalam rentang sudut π‘‘πœƒ
sekitar πœƒ.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
33
Untuk menghitung sudut rata-rata partikel yang dihamburkan pada piringan
bundar digunakanlah rumus
πœƒπ‘Žπ‘£π‘” =
π‘˜π‘’π‘™π‘–π‘™π‘–π‘›π‘” π‘™π‘–π‘›π‘”π‘˜π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘› 𝑏 𝑑𝑏
π‘™π‘’π‘Žπ‘  π‘™π‘–π‘›π‘”π‘˜π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘›
πœƒ=
π‘§πœ‹π‘π‘‘π‘
πœ‹π‘… 2
πœƒ
(2.16)
Gambar 2.7. Geometri hamburan bagi satu atom.
(Sumber:Krane, 2011).
Oleh karena sudut dihamburkan dari tiitk pusat (0) ke R, maka batas
integralnya adalah 0 → 𝑅.
πœƒπ‘Žπ‘£π‘” =
𝑅 π‘§πœ‹π‘π‘‘π‘
0 πœ‹π‘… 2
πœƒ
(2.17)
Dimana berdasarkan persamaan 2.13πœƒ =
𝑅
πœƒπ‘Žπ‘£π‘” =
0
𝑅
πœƒπ‘Žπ‘£π‘” =
0
2π‘§π‘˜π‘
π‘š 𝑣2
𝑅2 − 𝑏2
π‘§πœ‹π‘π‘‘π‘ 2 π‘§π‘˜π‘
𝑅2 − 𝑏2
πœ‹π‘… 2 π‘šπ‘£ 2
4π‘§π‘˜ 2 2
𝑏 𝑅 − 𝑏 2 𝑑𝑏
π‘šπ‘£ 2
4π‘§π‘˜
Untuk mempermudah perhitungan π‘š 𝑣 2 disimbolkan dengan a,
𝑅
𝑏 2 𝑅 2 − 𝑏 2 𝑑𝑏
πœƒπ‘Žπ‘£π‘” = π‘Ž
0
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
34
πœƒπ‘Žπ‘£π‘” =
πœƒπ‘Žπ‘£π‘” =
4π‘§π‘˜ 𝑅 4 πœ‹
𝑅 2 π‘šπ‘£ 2 16
πœ‹ π‘§π‘˜ 𝑅 3
4 π‘šπ‘£ 2
(2.18)
5. Kegagalan Atom Thomson
Dari percobaan hamburan oleh Thomson yang tidak ditinjau adalah kenyataan
bahwa ketika menempuh suatu jarak tertentu dalam bahan, proyektil mengalami
banyak tumbukan dengan atom-atom bahan, dan setiap tumbukan akan membelokkan
proyektil sebesar suatu sudut belok tertentu yang rata-ratanya adalah π‘‰π‘Žπ‘£π‘” . Beberapa
tumbukan tersebut memberikan hasil sudut belok total yang lebih besar, sedangkan
yang lainnya memberikan hasil sudut belok total yang lebih kecil.
Pada eksperimen hamburan partikel alfa oleh Rutherford pada inti He yang
bermuatan positif, partikel alfa ditembakkan ke lapisan tipis logam emas. Dari
ekperimen tersebut diperoleh data bahwa kebanyakan partikel alfa diteruskan atau
dihamburkan dengan sudut yang kecil dan jarang sekali partikel alfa dipantulkan
balik atau dihamburkan dengan sudut yang besar. Dari fakta tersebut dapat
disimpulkan bahwa massa atom yang bermuatan positif terletak ditengah atom dan
atom hampir kosong sama sekali.
Muatan positif tidak terdistribusi secara merata tetapi terkonsentrasi di tengahtengah atom. Hal ini bertentangan dengan model atom Thomson yang menyatakan
massa keseluruhan atom terdistribusi secara merata dalam seluruh volume bola atom
sehingga seharusnya partikel alfa yang bermuatan positif banyak yang dipantulkan.
Tetapi dari eksperimen justru didapatkan banyak partikel alfa yang menembus selaput
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
35
tipis emas dengan sudut hambur kecil. Hal ini menunjukkan bahwa didalam atom
terdapat banyak ruang kosong.
Gambar 2.8. Gambaran mikroskopik dari hamburan.
(Sumber: Krane, 2011).
Menurut model atom Thomson, atom Hidrogen hanya mempunyai satu elektron
yang bergetar pada suatu frekuensi tertentu.Spektrum emisi gas Hidrogen diharapkan
akan berupa satu garis frekuensi, padahal kenyataan dari eksperimen didapatkan
bahwa spektrum emisi atau pancaran gas Hidrogen memiliki banyak garis-garis
terang berfrekuensi berbeda, seperti terlihat pada gambar 2.9.
Gambar 2.9. Spektrum emisi atau pancaran gas Hidrogen.
(Sumber: en.wikipedia.org).
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa kelemahan model atom
Thomson adalah:
1. Tidak dapat menjelaskan mengapa partikel alfa yang ditembakkan pada lapisan
tipis emas (eksperimen Rutherford) banyak yang menembus lapisan tipis emas.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
36
2. Tidak dapat menjelaskan garis-garis terang spektrum emisi atau pancaran gas
Hirogen yang jumlahnya banyak. Padahal Hidrogen hanya memiliki satu elektron.
2.3.3 Model Atom Rutherford
1. Model Atom Rutherford
Model atom Rutherford menerangkan bahwa muatan dan massa atom terpusat
pada pusatnya dalam suatu daerah yang disebut dengan inti (nucleus). Percobaan
hamburan yang dilakukan oleh Rutherford menerangkan bahwa massa dan muatan
positif atom tidak tersebar secara merata dalam seluruh volume atom, tetapi terbatas
pada daerah yang sangat kecil. Rutherford penggunaan partikel alfa yang bermuatan
positif dengan cara ditembakkan kesuatu materi merupakan bahan ideal untuk
mempelajari struktur atom. Dari percobaan tersebut Rutherford berpendapat:
1. Massa atom terpusat ditengah atom karena massa elektron sangat kecil.
2. Inti atom padat dan memiliki muatan positif yang sangat besar dibanding partikel
alfa sehingga dianggap diam ditempat dan tidak bergerak ketika terjadi interaksi.
3. Atom hampir kosong sama sekali, inti atom hanya menempati sepermilyar ruang
atom dan terletak di pusat atom.
4. Gaya listrik yang bekerja antara partikel alfa dengan inti atom logam adalah gaya
tolak elektrostatik.
2. Parameter Impak (b)
Rutherford mengusulkan model atom yang menerangkan bahwa muatan dan
massa atom terpusatkan pada pusatnya, dalam suatu daerah yang disebut inti
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
37
(nucleus). Gambar 2.10 menunjukkan geometri hamburan sebuah proyektil
bermuatan ze yang mengalami gaya tolak oleh muatan positif atom Rutherford.
Gambar 2.10 Hamburan oleh sebuah inti atom.
(Sumber: Krane, 2011).
Keterangan:
πΈπ‘˜= Energi kinetik partikel alfa.
𝑏 = Jarak terdekat partikel alfa terhadap inti sebelum pembelokan.
𝑍𝑒= Muatan atom Rutherford
𝑧𝑒= Muatan partikel alfa.
πœƒ= Sudut pembelokan partikel alfa dari garis lurus
terhadap inti.
πœ™= Sudut atom Rutherford terhadap inti.
Gaya tolak partikel alfa oleh muatan positif inti tersebut adalah :
π‘ž π‘ž
𝐹 = 4πœ‹πœ€1 Λ³π‘Ÿ22
𝑧𝑒 𝑍𝑒
𝐹 = 4πœ‹πœ€ Λ³π‘Ÿ 2 =
𝑧𝑍𝑒 2
4πœ‹πœ€ Λ³π‘Ÿ 2
(2.19)
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
38
Gambar 2.11 Lintasan hiperbola dari sebuah partikel terhambur.
(Sumber: Krane, 2011).
Untuk mencari hubungan antara b dan πœƒ kita dapat meninjau dari lintasan
yang berbentuk hiperbola (Gambar 2.11). Koordinat polar r dan πœ™ menghasilkaan
persamaan hiperbola, yaitu
1
π‘Ÿ
𝑧𝑍𝑒 2
1
= 𝑏 sin πœ™ + 8πœ‹πœ€ ˳𝑏 2 𝐾 (cos πœ™ − 1)
(2.20)
𝑧𝑍𝑒 2
1
0 = 𝑏 sin(πœ‹ − πœƒ) + 8πœ‹πœ€ ˳𝑏 2 𝐾 (cos (πœ‹ − πœƒ) − 1)
𝑧𝑍𝑒 2
𝑏 = 8πœ‹πœ€ ˳𝑏 2 𝐾
𝑧𝑍 𝑒 2
(cos −1)
sin πœƒ
1
𝑏 = 2𝐾 4πœ‹πœ€ Λ³ π‘π‘œπ‘‘ 2 πœƒ
(2.21)
𝑒2
Dimana 4πœ‹πœ€ Λ³ = 1,44 π‘›π‘š 𝑒𝑉
3. Fraksi Partikel
Untuk meninjau fraksi partikel yang dihamburkan pada sudut yang lebih besar
dari pada θ digunakanlah perumpamaan. Perumpamaan ini berupa sebuah partikel
memasuki atom dalam daerah piringan berbentuk lingkaran yang tersusun rapat dan
masing-masing lingkaran memiliki luas π𝑅 2 .
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
39
Gambar 2.12 Geometri hamburan bagi susunan banyak atom.
(Sumber: Krane, 2011).
Keterangan:
b = Jari-jari jarak hampir terdekat.
R = Jari-jari atom Rutherford
π𝑏 2 = Luas daerah jarak hampir terdekat atau luas piringan yang berjari-jari b
π𝑅 2 =Luas atom Rutherford atau luas masing-masing piringan
Masing-masing atom diumpamakan sebagai piringan bundar, dengan luas π𝑅 2 .
Jika lembar piringan tersebut mengandung N buah atom, maka luas totalnya (luas
volume piringan) adalah 𝑁π𝑅 2 . Untuk hamburan dengan sudut yang lebih besar dari
θ, parameter impaknya berada antara nol (0) dan b. Hal ini menunjukkan bahwa jarak
hampir proyektil ke inti atom berada dalam daerah piringan bundar seluas π𝑏 2 . Jika
semua proyektil dianggap tersebar merata pada luas lembar, fraksi partikel yang
π𝑏 2
berada dalam atom adalah π𝑅 2 .
π𝑏 2
𝑓 = π𝑅 2
Dimana 𝜌 =
π‘š
𝑣
(2.22)
=
π‘š
𝐴𝑑
π‘š = πœŒπ΄π‘‘ π‘‘π‘Žπ‘› 𝑣 = 𝐴𝑑
πœŒπ΄π‘‘
Dimana π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žπ‘• π‘€π‘œπ‘™ π‘π‘–π‘Ÿπ‘–π‘›π‘”π‘Žπ‘› = π‘šπ‘Žπ‘ π‘ π‘Žπ‘šπ‘Žπ‘ π‘ π‘Ž
=
π‘šπ‘œπ‘™π‘’π‘˜π‘’π‘™
𝑀
Sehingga untuk menghitung jumlah atom persatuan volume adalah
𝑛=
π½π‘’π‘šπ‘™π‘Ž 𝑕 π‘šπ‘œπ‘™
π‘£π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’
.
π½π‘’π‘šπ‘™π‘Ž 𝑕 π‘Žπ‘‘π‘œπ‘š
π‘£π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
𝑛=
𝑛=
40
πœŒπ΄π‘‘
𝑀
𝑁
. 𝐴𝑑𝐴
𝑁𝐴 𝜌
𝑀
(2.23)
Keterangan :
𝑛 = Jumlah atom
NA = Bilangan Avogadro (6 x 1023)
𝜌 = Kerapatan
M = Massa molekul
At = Luas lembar hambur
t = ketebalan lembar hambur
Bila sebuah proyektil datang, jumlah inti atom persatuan luas yang tampak
adalah
𝑛𝑑 =
𝑁𝐴 πœŒπ‘‘
(2.24)
𝑀
Untuk sudut hambur lebih besar dari θ, proyektil harus berada dalam daerah
lingkaran seluas π𝑏 2 yang berpusat pada sebuah atom. Dengan menganggap semua
partikel datang tersebar merata pada luas lembar hambur, maka fraksi partikel yang
dihamburkan pada sudut yang lebih besar dari pada θ, adalah jumlah partikel yang
menghampiri atom pada daerah π𝑏 2 .
𝑓< 𝑏 = 𝑓> πœƒ = π‘›π‘‘πœ‹π‘ 2
(2.25)
4. Rumus Hamburan Rutherford
Untuk menghitung probabilitashamburan sebuah partikelkedalam suatu selang
sudut kecil pada πœƒ (antara πœƒ dan πœƒ + π‘‘πœƒ) digunakanlah sebuah detektor. Dimana kita
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
41
tempatkan sebuah detektor yang terhambur pada sudut πœƒ tersebut sejauh jarak r dari
inti atom. Sedangkan parameter impaknya disyaratkan terletak dalam suatu selang
kecil (db)di b.
Gambar 2.13 Partikel yang dideteksi telah dihambur dengan sudut 𝜽 dan 𝜽 + π’…πœ½.
(Sumber: Krane,2011).
Diketahui bahwa perubahan fraksi partikel alfa (df) berbanding lurus dengan
selang kecil db sehingga,
𝑑𝑓
𝑑𝑏
= 2πœ‹π‘π‘›π‘‘
𝑑𝑓 = 2πœ‹π‘π‘›π‘‘. 𝑑𝑏
𝑧𝑍 𝑒 2
(2.26)
1
Dimana: 𝑏 = 2𝐾 4πœ‹πœ€ Λ³ π‘π‘œπ‘‘ 2 πœƒ, maka
𝑑𝑏
π‘‘πœƒ
𝑧𝑍 𝑒 2
1
1
= 2𝐾 4πœ‹πœ€ Λ³ (2 π‘π‘œπ‘ π‘’π‘ 2 2 πœƒ )
𝑧𝑍 𝑒 2
1
𝑑𝑏 = 4𝐾 4πœ‹πœ€ Λ³ π‘π‘œπ‘ π‘’π‘ 2 2 πœƒ π‘‘πœƒ
(2.27)
Dengan mensubstitusikan persamaan 2.27 kepersamaan 2.26didapatkanlah
𝑑𝑓 =
𝑑𝐴
𝑛𝑑 2 πœ‹
2
𝑧𝑍 2
2𝐾
𝑒2
4πœ‹πœ€ Λ³
Maka, π‘‘πœƒ = 2πœ‹π‘Ÿ 2 𝑠𝑖𝑛2 πœƒ cos πœƒ
2
1
1
π‘π‘œπ‘‘ 2 πœƒ π‘π‘œπ‘ π‘’π‘ 2 2 πœƒ π‘‘πœƒ
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
42
𝑑𝑓
𝑁(πœƒ) = 𝑑𝐴 =
𝑁(πœƒ ) =
2
πœ‹π‘π‘‡ 𝑧𝑍 2 𝑒 2
1
π‘π‘œπ‘‘ πœƒ
2 2𝐾
4πœ‹πœ€ Λ³
2
1
2
π‘π‘œ 𝑠𝑒𝑐 2 πœƒ π‘‘πœƒ
2πœ‹π‘Ÿ sin πœƒ π‘Ÿ π‘‘πœƒ
𝑛𝑑
𝑧𝑍 2
4π‘Ÿ 2
2𝐾
𝑒2
4πœ‹πœ€ Λ³
2
1
(2.28)
1
2
𝑠𝑖𝑛 4 πœƒ
Rumus hamburan Rutherford menunjukkan bahwa 𝑁 πœƒ berubah terhadap θ.
Rumustersebut juga tergantung pada:
a. 𝑁 πœƒ ∞𝑑
b. 𝑁 πœƒ ∞ 𝑧 2
c. 𝑁 πœƒ ∞
d. 𝑁 πœƒ ∞
1
π‘˜2
1
1
4 πœƒ
𝑠𝑖𝑛 2
Grafik perubahan N(θ) terhadap θ ditunjukkan pada gambar 2.14 Semakin besar
sudut hambur, maka semakin kecil jumlah partikel terhambur.
Ju
ml
ah
ter
ha
m
bu
r
Sudut hambur
Gambar 2.14. Pengaruh N(θ) berubah terhadap θ.
(Sumber : Beiser, 1989).
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
43
5. Dimensi Inti (d)
Dimensi inti adalah jarak hampir terdekat partikel hambur ke inti penghambur.
Dengan kata lain dimensi inti adalah jarak terdekat partikel alfa dapat mendekati inti
suatu atom.Pada titik tersebut energi kinetik (Ek) partikel alfa sama dengan energi
potensial partikel alfa yang disebabkan oleh inti atom (Gambar 2.15). Dari gambar
tersebut dapat dijelaskan bahwa ketika sebuah partikel bermuatan positif menghampir
sebuah inti atom, ia memiliki energi potensial V = 0, energi kinetik
1
2
π‘šπ‘£ 2 , dan
momentum sudut 𝑙 = π‘šπ‘£π‘. Ketika partikel tersebut mendekat keinti maka energi
potensial bernilai
𝑧𝑍𝑒 2
4πœ‹πœ€Λ³π‘‘
dan energi kinetik = 0. Hal ini dikarenakan partikel yang
menghampiri atom tersebut mengalami perlambatan, sebagian energi kinetik awal
diubah menjadi energi potensial yang berasal dari gaya tolak Coulomb inti atom.
Gambar 2.15 Jarak hampir terdekat partikel ke inti.
(Sumber: Krane, 2011).
Semakin dekat partikel menghampiri inti atom, maka semakin besar pula energi
potensial yang diperoleh. Ketika terjadi pembelokan partikel dengan jarak π‘Ÿπ‘šπ‘–π‘› ,
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
44
𝑧𝑍𝑒 2
energi potensial berubah menjadi
1
4πœ‹πœ€Λ³π‘Ÿ π‘šπ‘–π‘›
, energi kinetik 2 π‘šπ‘£π‘šπ‘–π‘› 2 , dan momentum
sudut π‘šπ‘£π‘ = π‘šπ‘£π‘šπ‘–π‘› π‘Ÿπ‘šπ‘–π‘› ..Untuk mengetahui energi total partikel sebelum
menghampiri inti atom adalah energi potensial ditambah energi kinetik.
πΈπ‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ = 𝑉 + 𝐾
1
πΈπ‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ = 0 + 2 π‘šπ‘£ 2
1
πΈπ‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ = 2 π‘šπ‘£ 2
(2.29)
πΈπ‘Žπ‘˜ π‘•π‘–π‘Ÿ = 𝑉 + 𝐾
𝑧𝑍𝑒 2
πΈπ‘Žπ‘˜ π‘•π‘–π‘Ÿ = 4πœ‹πœ€Λ³π‘Ÿ
𝑧𝑍𝑒 2
1
π‘šπ‘£ 2 = 4πœ‹πœ€Λ³π‘Ÿ
2
π‘šπ‘–π‘›
1
+
π‘šπ‘–π‘›
+
2
1
2
1
π‘šπ‘£π‘šπ‘–π‘› 2 = 2 π‘šπ‘£ 2
π‘šπ‘£π‘šπ‘–π‘› 2
(2.30)
Momentum sudut partikel alfa pada π‘Ÿπ‘šπ‘–π‘› adalah
𝑙 = π‘šπ‘£π‘ = π‘šπ‘£π‘šπ‘–π‘› π‘Ÿπ‘šπ‘–π‘›
π‘£π‘šπ‘–π‘› =
𝑏
π‘Ÿ π‘šπ‘–π‘›
𝑣
(2.31)
Dengan mensubtitusikan pers.(2.30 ) dan (2.31), didapatkanlah
𝑧𝑍𝑒 2
1
π‘šπ‘£ 2 = 4πœ‹πœ€Λ³π‘Ÿ
2
𝐾=
𝐾=
𝑑=
1 𝑧𝑍𝑒 2
4πœ‹πœ€Λ³ π‘Ÿ π‘šπ‘–π‘›
π‘šπ‘–π‘›
+
+
1
1
2
π‘š
2
π‘š(π‘Ÿ
𝑏
π‘šπ‘–π‘›
𝑣)2
𝑏 2 .𝑣 2
2
π‘Ÿmin
𝑧𝑍𝑒 2
4πœ‹πœ€Λ³π‘‘
𝑧𝑍𝑒 2
4πœ‹πœ€Λ³πΎ
6. Orbit Elektron
(2.32)
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
45
Rutherford telah dapat menerangkan fenomena hamburan, namun belum dapat
menjelaskan susunan elektron disekitar inti. Terdiri dari apakah inti atom itu dan apa
yang mempertahankannya dari tolakan muatan-muatan positif, serta mengapa
elektron yang bermuatan negatif tidak jatuh keinti yang bermuatan positif oleh gaya
tarik elektrostatik.
Untuk menjelaskan pertanyaan-pertanyaan tersebut, Rutherford kemudian
mengajukan model atom planet. Model ini menjelaskan bahwa sebuah elektron
mengelilingi inti dan gaya sentrifugal yang bekerja pada elektron saat mengelilingi
inti tersebut akan mengimbangi gaya tarik elektrostatik. Hal inilah yang
menyebabkanelektron tetap pada orbitnya. Model atom planet yang dikemukakan
Rutherford tersebut ditunjukkan pada gambar 2.16.
Gambar 2.16 Kesetimbangan gaya dalam atom Hidrogen.
(Sumber: Beiser, 1989).
Dari model atom planet Rutherford diketahui terdapat dua gaya yang bekerja
pada atom yaitu gaya sentripetal 𝐹𝐢 =
π‘šπ‘£ 2
π‘Ÿ
, dan gaya listrik 𝐹𝑒 =
1 𝑒2
4πœ‹πœ€Λ³ π‘Ÿ 2
. Untuk tetap
berada diorbitnya kedua gaya ini harus saling berimbang, jadi syarat kemantapan
orbit elektron adalah
𝐹𝑐 = 𝐹𝑒
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
π‘šπ‘£ 2
π‘Ÿ
46
1 𝑒2
= 4πœ‹πœ€Λ³ π‘Ÿ 2
(2.33)
Dimana kecepatan elektron v berhubungan dengan jejari r melalui rumus
𝑣=
𝑒
(2.34)
4πœ‹πœ€Λ³π‘šπ‘Ÿ
Energi total E elektron dalam atom hidrogen ialah energi kinetik ditambah
dengan energi potensial yang bernilai minus, hal ini menunjukkan bahwa gaya pada
elektron berada dalam arah –r .
πΈπ‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ = 𝐾 + 𝑉
𝑒2
𝑒2
𝐸 = 8πœ‹πœ€Λ³π‘Ÿ − 4πœ‹πœ€Λ³π‘Ÿ
𝑒2
𝐸 = − 8πœ‹πœ€Λ³π‘Ÿ
(2.35)
Energi total elektron bertanda negatif ini berlaku untuk setiap elektron atomik,
dan mencerminkan bahwa elektron terikat pada inti. Jika E lebih besar dari nol,
elektronnya tidak akan mengikuti orbit tertutup disekelilingi inti. Hubungan antara
energi atom dengan jari-jari orbit elektron dapat dilihat pada gambar 2.17.
Gambar 2.17 Hubungan antara energi total dan jari-jari orbit.
(Sumber: Wiyatmo, 2008).
Sebenarnya, energi E bukan hanya milik elektron saja tetapi merupakan milik
sistem elektron dan inti. Nilai energi total ini dipengaruhi oleh jari-jari. Dari gambar
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
47
2.20 nampak bahwa jika energi elektron berkurang maka akan menyebabkan jari-jari
orbit elektron mengecil dan akhirnya jatuh ke inti. Selain itu berkurangnya energi
tersebut menyebabkan frekuensi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan
mengecil secara kontinu, yang berarti bahwa atom tersebut akan menghasilkan
spektrum yang kontinu. Hal ini bertentangan dengan, kenyataan yang ada yaitu
bahwa tiap atom menghasilkan deretan frekuensi gelombang elektron magnetik yang
diskrit berupa spektrum garis.
7. Kegagalan Model Atom Rutherford
Meskipun
Rutherford
dapat
menerangkan
fenomena
hamburan
dan
mengajukan model atom planet, namun model planet Rutherford masih memunculkan
persoalan lain yaitu:
a. Elektron yang bergerak mengelilingi inti akan mengalami percepatan sentripetal
dan karena elektron partikel bermuatan, maka percepatan elektron akan
memancarkan radiasi kontinu gelombang elektromagnetik
b. Elektron akan menghilangkan energinya terus-menerus dan akhirnya secara spiral
elektron akan jatuh ke inti.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
48
Gambar 2.18Lintasan elektron berbentukspiral saat menuju inti atom.
(Sumber: Strukturatom.slideshare.net).
Gambar 2.18menunjukkan bahwa elektron mempunyai jumlah orbit lintasan
yang tak terbatas, karena bergerak spiral menuju inti atom. Padahal menurut
eksperimen lintasan elektron stabil dan tidak jatuh ke inti. Sehingga model planet
Rutherford masih mengandung kelemahan yaitu tidak dapat menjelaskan:
a. Masalah stabilitas elektron secara keseluruhan.
b. Masalah distribusi elektron-elektron diluar inti atom.
2.3.4 Spektrum Atom
1. Spektrum Garis
Spektroskopi merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis suatu zat
yang belum diketahui komposisinya. Gambar 2.19 menjelaskan bahwa ketika sumber
cahaya putih melalui suatu cuplikan gas dilewatkan pada lensa, lensa tersebut akan
meneruskan sinar yang diterimanya ke sebuah plat yang tidak tembus cahaya. Pada
plat tersebut diberi celah sempit agar sinar dapat diteruskan. Selanjutnya sinar
tersebut dibiaskan oleh prisma dan didapatkanlah dua warna, yaitu warna biru dan
merah. Sinar kemudian kembali diteruskan oleh lensa dan pembiasannya dan
ditangkap layar dan menghasilkan warna-warna beragam yang disebut spektrum.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
49
Gambar 2.19. Spektrometer ideal menunjukkan spektrum garis emisi.
(Sumber: wikiwand.com).
Masing-masing spektrum gas molekular atau uap molekular berisi pita-pita
yang terdiri dari banyak sekali garis yang terletak sangat berdekatan. Pita tersebut
timbul dari rotasi dan vibrasi (getaran) atom dalam molekul yang tereksitasi.
Spektrum untuk beberapa unsur ditunjukkan pada gambar 2.19.Panjang-gelombang
dalam setiap deret dapat dispesifikasikan dengan rumus empiris yang sederhana dan
hampir sama satu sama lain yang dikenal sebagai deret Balmer. Garis dengan
panjang-gelombang terbesar 6.563 Å diberi lambang 𝐻∝ , garis dengan panjanggelombang 4.863 Å diberi lambang 𝐻𝛽 , dan seterusnya.
Gambar 2.20Garis utama dalam spektrum garis emisi.
(Sumber: budilittlehandsam.blogspot.com).
Ketika panjang gelombang bertambah kecil, maka garis pada spektrum
tersebut bertambah dekat dan intensitasnya menjadi lebih lemah. Ketika pada batas
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
50
deret 3.643 Å, tidak terdapat lagi garis yang terpisah, hanya terdapat spektrum malar
(continue) yang lemah. Hal ini ditunjukkan pada gambar 2.21.
Gambar 2.21 Diagram garis pada deret spektral atom Hidrogen.
(Sumber: Muljono, 2011).
Pada tahun 1884 Balmer mencatat bahwa sederet panjang gelombang
spektrum garis pancar hidrogen dalam daerah tampak dapat diketahui melalui rumus :
πœ† = 364,5
𝑛2
𝑛 2 −4
π‘›π‘š
(2.36)
Rumus ini kemudian dikenal sebagai rumus Balmer dan deret garis. Panjang
gelombang 364.5 nm, yang berhubungan dengan n → ∞, disebut batas deret. Secara
umum garis spektrum dalam spektrum hidrogen dapat dicocokkan dengan rumus
berikut :
πœ† = πœ†π‘™π‘–π‘šπ‘–π‘‘
𝑛2
𝑛 2 −𝑛 02
(2.37)
Dengan πœ†π‘™π‘–π‘šπ‘–π‘‘ adalah panjang gelombang deret batas yang sesuai, dengan n
adalah bilangan bulat yang mengambil nilai 2, 3, 4, 5 dan seterusnya. Sedangkan
untuk deret Lyman π‘›π‘œ = 1, Balmer π‘›π‘œ = 2, Paschen π‘›π‘œ = 3, Brackett π‘›π‘œ = 4, dan
Pfund π‘›π‘œ = 5. Tahun 1890, Rydberg menemukan rumusan serupa pada unsur-unsur
alkali Li, Na, K, dan Cs. Ia mengusulkan bahwa rumus deret dapat dinyatakan
sebagai bilangan gelombang adalah
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
𝜈=
51
1
(2.38)
πœ†
Pada spektrum hidrogen terdapat satu kelompok garis-garis spektrum yang
disebut seri Balmer. Pada seri ini Balmer menunjukkan ada lompatan elektron dari
orbitnya dengan n lebih besar dari 2 (n>2), ke orbit tertentu dengan n = 2.
Lompatan elektron ini menimbulkan spektrum hidrogen yang berasal dari
deret yang berbeda-beda diantaranya deret Lyman, Balmer, Paschen, Braktett, dan
Pfund. Pada deret Lyman bila elektron berada pada orbitnya yang terendah, yaitu n =
1, maka hal ini dikatakan atom hidrogen dalam keadaan normal. Bila elektron berada
pada orbit dengan nomor kuantum n lebih besar dari 1, atom hidrogen dalam keadaan
tidak normal atau keadaan tereksitasi.
Gambar 2.22 Lompatan elektron spektrum hirogen.
(Sumber: Wihoro, 1997).
Seri Lyman mempunyai spektrum hasil loncatan elektron dari nomor kuantum
lebih besar dari 1 (n>1) ke orbit dengan nomor kuantum 1 dan n = 2, 3, 4,…
1
πœ†
= 𝑅𝐻
1
12
1
− 𝑛2
(2.39)
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
52
Deret Balmer mempunyai spektrum hasil loncatan elektron dari nomor
kuantum lebih besar dari 2 (n>2) ke orbit dengan nomor kuantum 2 dan n = 3, 4, 5,
…
1
πœ†
= 𝑅𝐻
1
22
1
− 𝑛2
(2.40)
Deret Paschen mempunyai spektrum hasil loncatan elektron dari nomor
kuantum lebih besar dari 3 (n>3) ke orbit dengan nomor kuantum 3 dan n = 4, 5, 6,
…
1
πœ†
= 𝑅𝐻
1
32
1
− 𝑛2
(2.41)
Deret Brackett mempunyai spektrum hasil loncatan elektron dari nomor
kuantum lebih besar dari 4 (n>4) ke orbit dengan nomor kuantum 4 dan n = 5, 6, 7,
…
1
πœ†
= 𝑅𝐻
1
42
1
− 𝑛2
(2.42)
Deret Pfund mempunyai spektrum hasil loncatan elektron dari nomor
kuantum lebih besar dari 5 (n>5) ke orbit dengan nomor kuantum 5 dan n = 6, 7, 8,
…
1
πœ†
= 𝑅𝐻
1
52
1
− 𝑛2
(2.43)
Berdasarkan percobaan deret spektral Hidrogen atau lebih dikenal dengan
deret Balmer (Lyman, Balmer, Paschen, Brakett, dan Pfund tergambar pada gambar
2.23
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
53
Gambar 2.23 Deret Spektral.
(Sumber: Beiser,1989).
.
Rumus umum, nama dan warna masing-masing deret spektral pada spektrum
garis atom Hidrogen ditunjukkan pada table 2.1.
Tabel 2.1 Spektrum Garis Atom Hidrogen
m=
1
1
πœ†
1
2
πœ†
1
3
πœ†
1
4
πœ†
1
5
πœ†
=
=
=
=
=
Rumus
1
1
𝑅𝐻 2 − 2
1
𝑛
1
1
𝑅𝐻 2 − 2
2
𝑛
1
1
𝑅𝐻 2 − 2
3
𝑛
1
1
𝑅𝐻 2 − 2
4
𝑛
1
1
𝑅𝐻 2 − 2
5
𝑛
n=
2, 3, 4, …
Nama dan warna
Deret Lyman Ultraviolet
3, 4, 5, …
Deret Balmer cahaya tampak
4, 5, 6, …
5, 6, 7, …
Deret Paschen Inframerah
(dekat)
Deret Brackett Inframerah
6, 7, 8, …
Deret Pfund Inframerah (jauh)
(Sumber: Muljono, 2011).
2.3.5 Model Kuantum Bohr
1. Postulat Bohr
Pada tahun 1913, Neils Bohr menyusun model atom hidrogen berdasarkan
teori atom Rutherford dan teori kuantum Planck. Model atom Bohr dikenal sebagai
model atom semiklasik karena menggabungkan antara fisika klasik dan fisika
kuantum. Hasil pengamatan yang dilakukan Bohr ternyata membuktikan bahwa
energi yang dipancarkan tidak berubah, sehingga Bohr menyusun teori dengan
mengajukan empat postulat yang fundamental.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
54
a. Postulat 1
Atom hidrogen terdiri dari sebuah elektron yang bergerak dalam suatu lintas
edar berupa lingkaran mengelilingi inti atom. Gerak elektron tersebut dipengaruhi
oleh gaya tarik coulomb yang sesuai dengan kaidah mekanika klasik. Postulat 1
memberikan susunan atom hidrogen dan gaya yang bekerja antara inti atom dengan
elektron.
b. Postulat 2
Lintas edar elektron dalam atom hidrogen yang mantap, hanyalah yang
mempunyai harga momentum sudut L yang merupakan kelipatan bilangan bulat dari
𝑕
tetapan Planck dibagi 2π. 𝐿 = 𝑛ħ = 𝑛 2πœ‹ . Postulat 2 memberikan kuantisasi sistem
atom, yang dikuantisasikan adalah momentum sudut L. Kuantisasi ini juga
mengkuantisasikan lintasan edar elektron dalam atom.
c. Postulat 3
Dalam lintasan edar yang mantap, elektron yang mengelilingi inti atom tidak
memancarkan energi elektron magnetik, dalam hal ini energi total atom E tidak
berubah. Postulat 3 menyatakan bahwa elektron dalam orbit stasioner tidak
memancarkan energi elektromagnetik.
d. Postulat 4
Energi elektromagnetik akan dipancarkan oleh sistem atom apabila suatu
elektron yang melintasi orbit mantap dengan energi E, secara tidak sinambung
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
55
berpindah ke suatu orbit mantap lainnya berenergi Ef, pancaran energi elektron
magnetiknya memiliki frekuensi yang besarnya sama dengan 𝑣 =
𝐸𝑖 −𝐸𝑓
𝑕
. Postulat 4
menyatakan bahwa dalam transisi dari suatu orbit stabil ke orbit stabil lainnya,
elektron memancarkan energi elektromagnetik (foton) dengan frekuensi yang sesuai
denganbeda energi atom pada dua keadaan stabil tersebut.
2. Momentum Sudut (L)
Lintasan elektron berupa lingkaran memiliki mementum sudut yang besarnya
merupakan kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang de-Broglie.
π‘›πœ† = 2πœ‹π‘Ÿ
dengan n= bilangan kuantum utama = 1, 2, 3, 4, ...
𝑕
𝑛 π‘šπ‘£ = 2πœ‹π‘Ÿπ‘›
𝑕
π‘šπ‘£π‘Ÿπ‘› = 𝑛 2πœ‹
𝐿 = π‘šπ‘£π‘Ÿπ‘› = 𝑛ħ
(2.44)
Dengan
m = massa elektron = 9.1 x 10-31 kg
v = kecepatan orbit elektron
rn= jari-jari orbit elektron
h = 6.625 x 10-34 Js
𝑕
Δ§ = 2πœ‹
Pada lintasan tertentu elektron bergerak mengelilingi inti tanpa memancarkan
energi. Lintasan ini dikenal sebagai lintasan atau orbit stasioner. Besarnya momentum
anguler elektron memenuhi postulat Bohr yaitu:
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
56
π‘šπ‘£π‘Ÿ=
𝑛𝑕
2πœ‹
π‘šπ‘Ÿ 2 πœ” = 𝑛
𝑕
2πœ‹
Dengan memperhatikan bahwa inti atom juga bergerak, maka persamaannya
menjadi
πœ‡π‘Ÿ 2 πœ” = 𝑛
πœ”=𝑛
𝑕
𝑕
(2.45)
2πœ‹
1
(2.46)
2πœ‹ πœ‡ π‘Ÿ 2
3. Jari-jari Elektron
Menurut Bohr panjang gelombang de-Broglie untuk elektron pada atom
Hidrogen adalah:
𝑕
πœ† = π‘šπ‘£
πœ†=
(2.47)
𝑕
4πœ‹πœ€Λ³π‘Ÿ
𝑒
π‘š
(2.48)
Dengan mensubstitusikan 5.3 x 10-11 m untuk jari-jari r dari orbit elektron, maka
πœ†=
6.63 π‘₯ 10 −34 𝐽 .𝑠
1.6 π‘₯
10 −19 𝐢
4πœ‹ π‘₯ 8.85 π‘₯
10 −12 𝐹
π‘š
9.1 π‘₯
π‘₯ 5.3 x 10−11 m
10 −31
π‘˜π‘”
= 33π‘₯10−11 π‘š
Panjang gelombang ini sama dengan keliling orbit elektron 2πœ‹π‘Ÿ =
33π‘₯10−11 π‘š.Orbit elektron akan mantap jika keliling orbit elektron sama dengan
kelipatan bilangan bulat panjang gelombang de-Broglie elektron.Syarat kemantapan
orbit adalah
π‘›πœ† = 2πœ‹π‘Ÿπ‘›
(2.49)
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
57
dengan n = 1, 2, 3,….
Untuk mengetahui Jejari orbit dalam atom Bohr maka substitusikan persamaan 2.48
ke persamaan 2.49.
πœ†=
𝑕
4πœ‹πœ€Λ³π‘Ÿ
𝑒
π‘š
π‘Ÿπ‘› =
π‘Ÿπ‘› =
1 𝑛 2 𝑕 2 4πœ‹πœ€Λ³
4πœ‹ 2 𝑒 2
π‘š
𝑛 2 𝑕 2 πœ€Λ³
πœ‹π‘š 𝑒 2
(2.50)
𝑕 2 πœ€Λ³
π‘Žπ‘œ = πœ‹π‘š 𝑒 2 = 5.292 π‘₯ 10−11 π‘š = 0.5292 Å
π‘Žπ‘œ dikenal sebagai jari-jari Bohr Dengan demikian dari persamaan (2.48) jari-jari
orbit elektron secara sederhana dapat diungkapkan dalam pers. (2.51)
π‘Ÿπ‘› = 𝑛2 π‘Žπ‘œ
(2.51)
dengan n = 1, 2, 3,…
Berdasarkan persamaan (2.51) dapat diungkapkan bahwa hanya pada jari-jari
orbit tertentu elektron dapat mengelilingi inti atom tanpa memancarkan radiasi dalam
bentuk gelombang elektromagnetik.
Untuk suatu atom hidrogen yang tidak tereksitasi (dalam keadaan normal),
maka elektron berada dalam tenaga terendah pada orbit dengan n = 1 (kulit K) yang
disebut keadaan dasar.Bila elektron dalam keadaan dasar ia dalam keadaan yang
stabil dan berputar tanpa memancarkan atau menyerap suatu tenaga. Eksitasi elektron
pada atom hidrogen dari keadaan dasar ditunjukkan pada gambar 2.24.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
58
Gambar 2.24 Jari-jari orbit elektron atom Hidrogen.
(Sumber: Muljono, 2003).
Atom menjadi tereksitasi bila elektron menyerap tenaga melalui beberapa
cara, yaitu:
a. Suatu partikel yang dipercepat ditembakkan pada elektron sehingga menyerahkan
sebagian tenaganya pada elektron itu.
b. Atom hidrogen dipanaskan sehingga elektron menyerap tenaga termal, dan lainlain.
Bila elektron menyerap tenaga, maka elektron itu akan terangkat pada
keadaan tenaga lebih tinggi yang diperbolehkan yang berkenan dengan harga-harga 𝑛
yang berbeda-beda itu.Sebagai contoh :
a. Misalkan elektron menyerap tenaga sebesar 13,6 𝑒𝑉, maka elektron akan
terangkat ke tingkat n = ∞, yaitu elektron akan meninggalkan atom dan ia akan
pindah ke n lainnya. Bila elektron dikeluarkan dari atom, maka dikatakan atom
terionisasi. Tenaga 13,6 𝑒𝑉 disebut tenaga terionisasi dari atom hidrogen.
Potensial ionisasi dari atom hidrogen adalah 13.6 𝑒𝑉.
b. Bila elektron menyerap suatu tenaga sebesar 20 𝑒𝑉. Tenaga tersebut tidak hanya
cukup untuk melepaskan elektron dari atom, tapi memberikan tenaga kinetik
sebesar 20 𝑒𝑉 − 13,6 𝑒𝑉 = 6, 4 𝑒𝑉 pada elektron itu.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
59
c. Bila elektron menyerap suatu tenaga sebesar 10,2 𝑒𝑉, maka elektron akan
terangkat (tereksitasi) dari keadaan dasar (n = 1), ke keadaan yang lebih tinggi
berikutnya dengan n = 2, karena beda tenaga dari kedua tingkatan keadaan adalah
= 13, 6 𝑒𝑉 − 3,4 𝑒𝑉 = 10, 2𝑒𝑉. Tenaga tersebut disebut tenaga eksitasi.
d. Untuk mengangkat elektron dari n = 1 ke keadaan n = 4, maka elektron harus
menyerap sejumlah tenaga = 13, 6 𝑒𝑉 − 0, 85 𝑒𝑉 = 12, 75 𝑒𝑉.
Setelah tereksitasi maka elektron akan kembali ke keadaan dasarnya dalam
interval 10−8 𝑠. Bila elektron tereksitasi katakanlah pada keadaan n = 4, maka
elektron dapat melompat dari keadaan n = 4, langsung ke keadaan n = 1 (n = 4 → n =
1) atau n = 4 → n = 2 → n = 1 atau n = 4 → n = 3 → n = 1 atau n = 4 → n = 3 → n =
2 → n = 1. Untuk setiap langkah elektron kembali dari keadaan n yang lebih tinggi ke
keadaan n yang lebih rendah selalu dipancarkan tenaga sebesar beda tenaga dari
kedua keadaan itu yang frekuensinya:
𝑓=
𝐸𝑛 2 −𝐸𝑛 1
𝑕
(2.52)
dimana ( 𝑛2 > 𝑛1 )
4. Tingkat Energi
Tiap-tiap lintasan elektron mempunyai tingkat energi yang berbeda-beda. Bila
elektron meloncat dari suatu lintasan yang tingkat energinya E, ke tingkat energi yang
rendah Ef, maka akan dipancarkan foton dengan hv.
Δ𝐸 = 𝐸𝑖 − 𝐸𝑓 = 𝑕𝑣
(2.53)
Dengan v menyatakan frekuensi foton yang terpancar. Sebaliknya jika
elektron meloncat dari tingkat energi lebih rendah ke tingkat energi lebih tinggi maka
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
60
energi diserap oleh atom. Dengan demikian menurut model atom Bohr, elektron tidak
terus-menerus memancarkan energi, tetapi hanya memancarkan atau menyerap energi
apabila elektron meloncat dari suatu lintasan ke lintasan yang lain. Tingkat-tingkat
energi untuk atom hidrogen pada lintasan n memenuhi
𝐸𝑛 = −
𝑒2
(2.54)
8πœ‹πœ€Λ³π‘Ÿπ‘›
Dengan mensubstitusikan π‘Ÿπ‘› =
𝐸𝑛 = −
𝐸
𝐸𝑛 = − 𝑛 12 = −
π‘šπ‘’4
1
8πœ€Λ³2 𝑕
𝑛2
𝑛 2 𝑕 2 πœ€Λ³
πœ‹π‘š 𝑒 2
kedalam pers. (2.54) diperolehlah:
13,6 𝑒𝑉
𝑛2
(2.55)
n = 1, 2, 3, …
Tingkat energi ini semua bernilai negatif, hal ini menyatakan bahwa elektron
tidak memiliki energi yang cukup untuk melepaskan diri dari inti atom. Tingkat
energi yang terendah E1 dikenal sebagai keadaan dasar (ground state) atom, dan
tingkat energi yang lebih tinggi 𝐸2 , 𝐸3 , 𝐸4 , … disebut keadaan eksitasi (excited state).
Ketika bilangan kuantum n bertambah energi E bersesuaian dengan nol dalam
limit n = ∞, E∞ = 0 dan elektron tidak terikat lagi pada inti atom untuk mementuk
atom. Energi yang diperlukan untuk membebaskan elektron dari atom dalam keadaan
dasarnya disebut energi ionisasi. Energi ionisasi atom hidrogen adalah:
πΈπ‘–π‘œπ‘›π‘–π‘ π‘Žπ‘ π‘– = −𝐸1
πΈπ‘–π‘œπ‘›π‘–π‘ π‘Žπ‘ π‘– atom Hidrogen = -13.6 eV.
5. Lompatan Elektron
(2.56)
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
61
Suatu elektron yang meloncat dari suatu lintasan dengan tingkat energiE, ke
tingkat energi yang rendah Ef, maka akan memancarkan foton dengan nilaihv.
Sebaliknya jika elektron meloncat dari tingkat energi lebih rendah ke tingkat energi
lebih tinggi maka energi diserap oleh atom.
Gambar 2.25 Eksitasi elektron dalam atom.
(Sumber: lintasan-elektron.blogspot.co.id).
Jika bilangan kuantum keadaan awal ni (energi lebih tinggi) dan bilangan
kuantum keadaan akhir nf (energi lebih rendah), maka pada saat terjadi eksitasi
elektron dalam atom berlaku:
πΈπ‘“π‘œπ‘‘π‘œπ‘› = πΈπ‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ − πΈπ‘Žπ‘˜ π‘•π‘–π‘Ÿ
(2.57)
𝑕𝑣 = 𝐸𝑖 − 𝐸𝑓
Menurut postulat Bohr, energi radiasi dengan frekuensi 𝑣 terjadi bila elektron
meloncat dari satu orbit (ni) ke orbit lain yang lebih dalam (nf), sehingga frekuensi
foton yang terpancar adalah:
𝑣=
1
(𝐸 − 𝐸𝑓 )
𝑕 𝑖
𝑣=
1 𝐸1 𝐸1
( − )
𝑕 𝑛𝑖2 𝑛𝑓2
𝑣= −
𝐸1 1
1
( 2 − 2)
𝑕 𝑛𝑓 𝑛𝑖
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
62
Karena 𝑐 = π‘£πœ† maka frekuensi foton yang terpancar menjadi :
𝑐
𝐸1 1
1
= −
( 2 − 2)
πœ†
𝑕 𝑛𝑓 𝑛𝑖
1
πœ†
𝐸
1
1
𝑓
𝑖
= − 𝑐𝑕1 (𝑛 2 − 𝑛 2 )
(2.58)
Perhitungan tetapan Ryberg (R):
𝑅𝐻 = −
𝑅𝐻 =
𝑅𝐻 =
𝐸1
π‘šπ‘’ 4 1
= − 2 2
𝑐𝑕
8πœ€Λ³ 𝑕 𝑐𝑕
π‘šπ‘’ 4
8πœ€Λ³2 𝑐𝑕3
9. 1 π‘₯ 10−31 π‘˜π‘” (1.6 π‘₯ 10−19 𝐢)2
8 ( 8.85 𝑋 10−12 𝐹/π‘š)2 (3 π‘₯ 108 π‘š/𝑠)(6.625 π‘₯ 10−34 𝐽𝑠)
𝑅𝐻 = 1.097 π‘₯ 107 π‘š−1
Dengan mensubstitusikan nilai tetapan Rydberg ke persamaan 2.57, maka
rumusan panjang gelombang deret untuk atom hidrogen menjadi:
1
πœ†
= 𝑅𝐻 (
1
𝑛 𝑓2
−
1
𝑛 𝑖2
)
(2.59)
Atom hidrogen yang paling sederhana ini mempunyai inti ditengah atom,
sedangkan elektronnya berada di salah satu orbit-orbitnya dengan nomor kuantum n =
1, 2, 3, 4, …Nilai nf dan nimasing-masing deret dalam deret Balmer ditunjukkan pada
tabel 2.2.
Deret
Lyman
𝒏𝒇
1
Balmer
2
Paschen
3
Tabel 2.2 Deret Spektral
Formasi
1
𝐸1 1
1
= −
( 2 − 2)
πœ†
𝑐𝑕 1
𝑛
1
𝐸1 1
1
= −
( 2 − 2)
πœ†
𝑐𝑕 2
𝑛
1
𝐸1 1
1
= −
( − )
πœ†
𝑐𝑕 32 𝑛2
π’π’Š
n= 2, 3, 4, …
n= 3, 4, 5, …
n= 4, 5, 6, …
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
63
Bracket
4
Pfund
5
1
𝐸1 1 1
= −
( − )
πœ†
𝑐𝑕 4 𝑛2
1
𝐸1 1
1
= −
( − )
πœ†
𝑐𝑕 52 𝑛2
n= 5, 6, 7, …
n= 6, 7, 8, …
(Sumber: Wiyatmo, 2008).
Jika elektron tetap berada disalah satu orbitnya, maka tidak ada energi yang
diradiasikan. Tetapi bila elektron melompat ke orbit yang lebih dalam, ada energi
dalam bentuk sinar elektromagnetik yang dipancarkan. Sebaliknya bila ada energi
dari luar (misalnya panas, tembakan elektron, sinar dan sebagainya), elektron dapat
melompat ke orbit yang lebih luar, dengan catatan belum tentu semua energi dari luar
tadi dipakai semua, karena untuk meloncat ke orbit lebih luar tersebut tentu
dibutuhkan energi tertentu. Bila ada sisanya, energi sisa ini tidak digunakan.
Lain halnya bila energi dari luar tadi cukup kuat untuk melemparkan elektron
keluar dari atom, energi sisanya ( energi dari luar dikurangi energi untuk
mengionkan) digunakan untuk energi kinetis atau kecepatan awal dari elektron yang
terlempar ke luar tadi.
πΈπ‘›π‘’π‘Ÿπ‘”π‘–π‘˜π‘–π‘›π‘’π‘‘π‘–π‘  = πΈπ‘‘π‘Žπ‘Ÿπ‘–
π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ
− 𝐸 π‘–π‘œπ‘›π‘–π‘ π‘Žπ‘ π‘–
(2.60)
Perpindahan transisi energi atom menghasilkan deret spektral yang secara
skematis tampak pada gambar 2.26.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
64
Gambar 2.26Transisi tingkat energi elektron.
(Sumber: Beiser, 1989).
Telah diterangkan bahwa atom hidrogen dalam keadaan normal, 𝑛 = 1; 𝐸 =
−13.6 𝑒𝑉, mempunyai keadaan yang paling stabil. Bila mendapat energi dari luar
kurang dari 13.6 𝑒𝑉 hal ini dimungkinkan dalam keadaan terionisasi, dengan
kecepatan awal 0. Bila energi dari luar lebih besar dari 13,6 𝑒𝑉, misalnya 20 𝑒𝑉;
yang 13,6 𝑒𝑉 digunakan untuk ionisasi sedangkan selebihnya 6, 4 𝑒𝑉 digunakan
untuk kecepatan awal sesaat setelah lepas dari atomnya. Dengan menggunakan
1
persamaan 2 π‘šπ‘£ 2 = 6, 4 𝑒𝑉, kecepatan awal elektron dapat dihitung.
2.3.6 Asas Persesuaian
1. Eksperimen Franck Hertz
Spektrum atomik (percobaan Balmer) bukanlah satu-satunya cara untuk
menyelidiki adanya tingkat energi diskrit dalam atom. Franck dan Hertz pada tahun
1914 melakukan eksperimen yang menunjukkan adanya tingkat energi atomik. Hasil
eksperimen ini sama seperti pada spektrum garis. Eksperimen Franck dan Hertz
dilakukan dengan peralatan yang terlihat pada gambar 2.27.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
65
Gambar 2.27Skema eksperiment Franck-Hertz.
(Sumber: commons.wikimedia.org).
Eksperimen Franck dan Hertz menerangkan bahwa ketika sebuah filament
dipanasi maka elektron-elektron meninggalkan katoda (𝐢). Semua elektron itu
kemudian dipercepat menuju sebuah kisi (G) oleh beda potensial 𝑉, yang dapat
diatur. Elektron dengan energi V (𝑒𝑉) dapat menembus kisi (G) dan jatuh pada pelat
Anoda (P). Jika 𝑉 lebih besar dari pada π‘‰π‘œ, maka elektron akan mengalami perlambat
menuju kisi dan pelat katoda. Jalannya arus elektron yang menuju pelat anoda (P)
dapat diukur dengan menggunakan ammeter A.
Jika tabung tersebut diisi dengan gas atom hidrogen dan tegangan yang
nilainya nol dinaikkan, maka elektron yang sampai lepat anoda semakin banyak. Arus
yang tercatat pada ammeterpun semakin naik. Elektron-elektron didalam tabung
tersebut dapat menumbuk atom-atom hidrogen, namun tidak energi yang dilepaskan
dalam tumbukan ini. Hal ini berarti tumbukan tersebut elastis sempurna.
Satu-satunya cara agar elektron dapat melepaskan energi melalui tumbukan
dengan atom hidrogen. Hal ini dapat terjadi jika elektron memiliki energi yang cukup
untuk membuat atom hidrogen berpindah (bertransisi) ke suatu keadaan eksitasi.Jadi
apabila energi elektron mencapai atau melebihi energi sebesar 10.2 𝑒𝑉 atau ketika
tegangan mencapai 10. 2 V, elektron dapat melakukan tumbukan tak elastis dengan
atom hidrogen. Kemudian energi 10.2 𝑒𝑉 tersebut diberikan pada atom hidrogen
(yang sekarang berada pada tingkat n=2). Hal ini mengakibatkan elektron setelah
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
66
tumbukan bergerak dengan energi yang lebih rendah. Dengan demikian, jika elektron
harus melewati kisi (G) dan tegangan 𝑉 lebih besar dari pada π‘‰π‘œ, maka elektron akan
mengalami perlambat menuju kisi dan pelat katoda. Jadi apabila 𝑉 = 10.2 𝑉, akan
teramati penurunan arus.
Grafik pada gambar 2.28 merupakan hasil eksperimen Franck-Hertz yang
menunjukkan hubungan antara arus A dan tegangan V. Dimana Arus menurun pada V
= 4.9 V, dan 9.8 V atau ketika energi mencapai 4.9 𝑒𝑉, dan 9.8 𝑒𝑉yang merupakan
kelipatan dari 4.9 eV.
Gambar 2.28 Hasil eksperimen Franck-Hertz pada air raksa.
(Sumber: Krane, 2011).
Ketika tegangan 𝑉 dinaikkan menjadi lebih besar, maka arus Aakan kembali
naik dan akan turun ketika 𝑉 = 14,7 𝑉 atau mencapai energi 14.7 𝑒𝑉.
Hal ini
memperlihatkan secara jelas bukti kehadiran sebuah keadaan eksitasi pada energi
4.9 𝑒𝑉 atau pada tegangan 4.9 𝑉. Apabila tegangannya merupakan kelipatan dari
4.9 𝑉 maka akan tampak suatu penurunan arus dan bertepatan dengan itu spktrum
pancar dari uap air raksa. Pancaran ini memperlihatkan suatu garis benderang
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
67
ultraviolet pada panjang gelombang 254 π‘›π‘š yang berkaitan dengan energi sebesar
4.9 𝑒𝑉.
2. Asas Persesuaian
Teori Bohr menjelaskan bahwa kita dapat menghitung panjang gelombang
transisi dalam atom Hidrogen. Untuk menjelaskan hal ini ia mengajukan postulat
yang mengatakan bahwa sebuah elektron dalam model atom Bohr, yang mengalami
percepatan pada saat beredar dalam garis edar berupa lingkaran, tidak meradiasikan
energi elektromagnetik (kecuali jika ia berpindah dari garis edar lainnya). Hal ini
tentu melanggar hukum fisika klasik yang mengatakan bahwa sebuah partikel
bermuatan meradiasikan energi elektromagnetik bila mengalami percepatan. Untuk
memecahkan keraguan tentang apakah elektron yang dipercepat meradiasikan energi
elektromagnetik atau tidak. Bohr mengajukan asas persesuaian atau prinsip
korespondensi “Hukum fisika klasik hanya berlaku dalam ranah klasik, sedangkan
hukum fisika kuantum berlaku pada ranah atom”. Apabila antara kedua hukum
tersebut terjadi kesimpang siuran, maka hukum fisika tersebut harus memberikan
hasil yang sama”.
Menurut fisika klasik, sebuah partikel bermuatan elektrik yang bergerak
sepanjang sebuah lingkaran meradiasikan gelombang elektromagnet dengan frekuensi
yang sama dengan frekuensi gerak melingkarnya. Untuk gerak edar elektron dalam
atom, periode gerak melingkar (T) adalah jarak tempuh satu gerak edar (keliling
orbit = 2πœ‹π‘Ÿ ), dibagi dengan laju edar (𝑣 =
𝑇=
2πœ‹π‘Ÿ
2𝐾/π‘š
=
πœ‹π‘Ÿ 2π‘š 8πœ€Λ³πœ‹π‘Ÿ
𝑒
2𝐾/π‘š, dengan K adalah energi kinetik.
(2.61)
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
68
Karena frekuensi 𝑣 adalah kebalikan periode, maka
1
𝑣=𝑇=
𝑒
Dimana jari-jari atom π‘Ÿπ‘› =
𝑣𝑛 =
(2.62)
16πœ€Λ³πœ‹ 3 π‘šπ‘Ÿ 3
𝑛 2 𝑕 2 πœ€Λ³
πœ‹π‘š 𝑒 2
, maka
1
π‘šπ‘’ 4
1
=
2
3
3
𝑇 32πœ€Λ³ πœ‹ ℏ 𝑛3
Dari rumus diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah elektron klasik yang
bergerak dalam orbit lingkaran berjari-jari π‘Ÿπ‘› akan meradiasikan gelombang
elektromagnetik dengan frekuensi 𝑣𝑛 .
𝐸1
Dengan 𝑣 = −
𝑕
1
1
𝑓
𝑖
(𝑛 2 − 𝑛 2 ) dan
π‘šπ‘’ 4
𝐸 = 8πœ€Λ³2 𝑕 2 , maka frekuensi radiasi yang
dipancarkan oleh atom bila elektron meloncat turun dari orbit 𝑛 ke orbit 𝑛 − 1 adalah
π‘šπ‘’4
1
π‘šπ‘’4
2𝑛−1
1
𝑣𝑛 = 64πœ€Λ³2 πœ‹ 3 ℏ3 ( 𝑛−1 2 − 𝑛 2 )
𝑣𝑛 = 64πœ€Λ³2 πœ‹ 3 ℏ3 𝑛 2
𝑛−1 2
Jika n besar sekali, kita dapat menyimpulkan bahwa 𝑛 – 1 = 𝑛 dan 2𝑛 −
1 = 2𝑛, dan memberikan
π‘šπ‘’4
2𝑛
π‘šπ‘’4
1
𝑣𝑛 = 64πœ€Λ³2 πœ‹ 3 ℏ3 𝑛 4
𝑣𝑛 = 32πœ€Λ³2 πœ‹ 3 ℏ3 𝑛 3
(2.63)
3. Kelemahan Model Atom Bohr
Teori atom Bohr didasarkan pada orbit-orbit lingkaran dari elektron. Teori ini
juga mampu meramalkan secara tepat posisi dari garis-garis spektra atom hidrogen
dan atom Helium yang terionisasi satu. Garis-garis spektra sebenarnya bukan
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c899b81944d34104942c9
69
merupakan garis tunggal melainkan mempunyai struktur yang lebih halus, yaitu
terdiri dari beberapa garis-garis yang sangat halus dan terletak berdekatan satu sama
lain.
Sebagai contoh garis 𝐻𝛼 dalam deret Balmer atom hidrogen itu terdiri atas 5
garis. Struktur halus dari garis-garis spektra ini tidak dapat diterangkan dengan teori
Bohr yang mengatakan bahwa untuk setiap bilangan kuantum pokok n hanya terdapat
satu orbit (atau satu tingkatan tenaga). Terdapatnya struktur halus (fine structure)
menghendaki bahwa untuk suatu bilangan kuantum pokok n terdapat beberapa orbit
dengan beda tenaga yang kecil sekali. Kelemahan teori Bohr dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Tidak dapat menjelaskan struktur halus pada garis-garis spektrum yang
memerlukan bilangan kuantum tambahan, karena model atom Bohr hanya
memperkenalkan satu bilangan kuantum yaitu n.
b. Tidak dapat menejelaskan secara kualitatif ikatan-iktan kimia, karena
memberikan hasil negatif pada perhitungan kekuatan ikatan.
c. Teori Bohr hanya berlaku untuk atom-atom dengan satu elektron dan tidak dapat
menjelaskan atom-atom yang mempunyai banyak elektron.
d. Teori Bohr tidak dapat digunakan untuk perhitungan transisi dari satu level ke
level lain pada struktur halus.
Download