ISSN-P 2407-2184 Jurnal Akuntansi Politeknik Sekayu ( ACSY ) Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23 ANALISIS PERBANDINGAN PENYUSUTAN ASET BIOLOGIS KARET PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) UNIT USAHA MUSILANDAS Mardiana, S.E., M.M. Dosen Program Studi Akuntansi Politeknik Sekayu Email :[email protected] Hp. 081368369232 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode penyusutan aset biologis tanaman karet yang digunakan perusahaan dengan metode jumlah unit produksi yang digunakan sebagai pembanding.Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan bagaimana mendapatkan suatu harga perolehan dalam suatu aset biologis tanaman karet tersebut. Karena untuk menentukan harga perolehan aset biologis tanaman karet itu dibutuhkan lebih kurang 6 tahun, dihitung dari biaya yang telah dikeluarkan untuk tanaman baru/ulang, biaya pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) selama 5 tahun. Dengan metode garis lurus yang telah digunakan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Musilandas – Banyuasin. Biaya penyusutan yang dihasilkan lebih besar dibandingkan nilai biaya penyusutan dengan metode jumlah unit produksi. Hal ini menjadi pembanding bahwa apabila metode penyusutan yang digunakan PTPN dengan menggunakan jumlah unit produksi maka laba yang akan dihasilkan perusahaan semakin besar dan ini sangat menguntungkan bagi perusahaan. Keywords : Aset Biologis, Penyusutan Aset, Laba. 1. Pendahuluan (TBM) dan Aset tanaman menghasilkan (TM). 1.1 Latar Belakang Tanaman belum menghasilkan dicatat sebagai aset Karet alam termasuk salah satu komoditi tidak lancar dan tidak disusutkan.Tanaman telah strategi agroindustri Indonesia karena memberikan menghasilkan, biaya perolehan tanaman belum peranan yang cukup penting sebagai penghasil menghasilkan direklasifikasi ke akun tanaman devisa negara dari sub-sektor perkebunan dan telah menghasilkan pada saat tanaman tersebut memiliki mata rantai yang sangat banyak bagi mulai menghasilkan.Jangka waktu suatu tanaman penciptaan lapangan kerja. Hingga saat ini dinyatakan mulai menghasilkan ditentukan oleh Indonesia masih merupakan produsen karet alam pertumbuhan vegetatif dan berdasarkan taksiran terbesar kedua di dunia dengan produksi sebesar manajemen. 2,77 juta ton pada tahun 2010 setelah Thailand Hasil dari aset tanaman menghasilkan dengan produksi sebesar 3,09 juta ton (Siti adalah lateks karet yang akan memberikan Sabarsih, 2010:02). kontribusi yang sangat menonjol bagi perusahaan. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Mengingat jumlah produksi yang dihasilkan oleh Unit Usaha Musilandas adalah salah satu Badan aset karet ini merupakan salah satu faktor pembagi Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam perhitungan penyusutan, maka apabila ada dalam bidang perkebunan khususnya perkebunan penurunan produksi akan berpengaruh terhadap karet yang menghasilkan produk lateks dan naiknya biaya penyusutan. (http:/www.mb.ipb.ac produksi akhirnya berupa Rubber Smoke Sheet .id). (RSS).PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Besarnya beban penyusutan aset tanaman Unit Usaha Musi Landas memiliki aset berupa aset biologis karet mempengaruhi besar kecilnya tanaman yang juga dikelompokkan atas 2 (dua) labayang diperoleh perusahaan.Oleh karena itu, bagian yaitu: Aset tanaman belum menghasilkan pemilihan metode penyusutan harustepat dan perlu Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23 11 diadakan analisis terhadap metode penyusutan aset biologis karet tanaman menghasilkan yang diterapkan perusahaan dalam aset yang oleh perusahaan. dimilikinya. Pada umumnya nilai ekonomis suatu 2. Untuk mengetahui metode mana yang aset akan mengalami penurunan yang disebabkan paling pemakaian dan kerusakan,keusangan karena faktor perusahaan yang bergerak dalam bidang ekonomis perkebunan dan teknis.Pada perusahaan PT. tepat digunakan dan untuk produksi, suatu khususnya Perkebunan Nusantara VII ini menghitung nilai perhitungan penyusutan aset pada PT. penyusutan aset tanaman karet dan aset tetap Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit dengan Usaha Musilandas. menggunakan metode garis lurus. Berdasarkan uraian di atas mengenai produksi latek,yang dihasilkan dari tanaman karet tersebut 2. LANDASAN TEORI pada PT. Perkebunan Nusantara VII, maka penulis 2.1 Pengertian Aset tertarik untuk menganalisis dengan metode lain sebagai pembanding, apakah metode yang Aset didalam suatu perusahaan sangatlah bernilai harganya.Aset merupakan semua digunakan perusahaan lebih baik dari pada metode kekayaan yang dimiliki oleh seseorang atau yang penulis gunakan. Maka dalam rangka perusahaan baik berwujud maupun tak berwujud penelitian ini, penulis memilih judul “ Analisis yang Perbandingan Penyusutan Aset BiologisKaret mendatangkan Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) perusahaan tersebut. Ridwan (2011:19), Dalam Unit Usaha Musilandas – Banyuasin”. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) berharga atau manfaat bernilai bagi yang akan seseorang atau yang berlaku di Indonesia disebutkan bahwa: 1.2 Perumusan Masalah “Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh Berdasarkan latar belakang diatas, maka perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu penulis akan membahas tentang Bagaimana perbandingan metode penyusutan aset biologis karet pada PT. Perkebunan Nusantara dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.” VII (Persero) Unit Usaha Musilandas – Banyuasin. 2.2 Klasifikasi Aset Secara umum klasifikasi aset pada neraca 1.3 Pembatasan Masalah dikelompokkan menjadi aset lancar (current Agar penelitian lebih fokus maka penelitian assets) dan aset tidak lancar (noncurrent assets). ini dibatasai hanya pada perbandingan perhitungan Dalam bukuKieso(2007:198), penyusutan dengan metode garis lurus dan unit menjadi 2 yaitu : produksi untuk tahun 2003 sampai dengan 2012. a. membagi aset Aset lancar (current assets) merupakan aset yang berupa kas dan aset lainnya yang 1.4 Tujuan Penelitian dapat diharapkan akan dapat dikonversi Sejalan dengan judul penelitian ini, maka menjadi kas, atau dikonsumsi dalam satu penelitian ini bertujuan : tahun atau dalam satu siklus operasi, 1. Untuk mengetahui kebijakan- kebijakan tergantung mana yang paling lama. Aset yang yang termasuk aset lancar seperti kas, digunakan perusahaan tersebut, khususnya mengenai metode penyusutan Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23 persediaan, investasi jangka pendek, 12 b. piutang, beban dibayar di muka, dan lain dari pembibitan sampai dengan menjadi tanaman sebagainya. telah menghasilkan (proses dari TBM menjadi Aset tidak lancar (noncurrent assets) TM) dan dari tanaman telah menghasilkan sampai merupakan aset yang tidak mudah untuk dengan dikonversi ditebang atau diganti dengan tanaman lain. menjadi kas atau tidak dihentikan pengakuannya, misalnya diharapkan untuk dapat menjadi kas dalam Berdasarkan masa manfaat atau jangka jangka waktu satu tahun atau satu siklus waktu transformasi biologisnya, aset biologis dapat produksi. Aset yang termasuk aset tidak dikelompokkan menjadi 2 jenis, Ridwan (2011:10) lancar seperti investasi jangka panjang, aset yaitu: tetap, aset tak berwujud (intangible assets) a. dan aset lain-lain. Aset biologis jangka pendek (short term biological assets). Aset biologis yang memiliki masa manfaat 2.3 /masa transformasi biologis kurang dari Aset Biologis atau sampai 1 (satu) tahun.Contoh dari aset 2.3.1 Definisi Aset Biologis Aset biologis merupakan jenis aset berupa hewan dan seperti pendek, yaitu tanaman/hewan yang dapat dipanen/dijual Accounting pada tahun pertama atau tahun kedua Standard 41 (IAS 41) dalam Ridwan (2011:09), setelah pembibitan seperti ikan, ayam, padi, menjelaskan : jagung, dan lain sebagainya. dalam hidup, jangka yang didefinisikan tumbuhan biologis International “Biological asset is a living animal or b. Aset biologis jangka panjang (long term plant” Aset biologis dapat dijabarkan sebagai biological assets). tanaman pertanian atau hewan ternak yang dimiliki Aset biologis yang memiliki masa manfaat oleh perusahaan yang diperoleh dari kegiatan masa /masa tranformasi biologis lebih dari 1 lalu. (satu) tahun. Contoh dari aset biologis jangka panjang, yaitu tanaman/hewan yang dapat dipanen/dijual lebih dari satu tahun 2.3.2 Jenis - Jenis Aset Biologis Dalam Pedoman Akuntansi Perkebunan atau aset biologis yang dapat menghasilkan BUMN (2011:88), membagi aset tanaman menjadi produk agrikultur dalam jangka waktu lebih 2 yaitu: dari 1 (satu) tahun, seperti tanaman a. Aset tanaman semusim penghasil buah (jeruk, apel, durian, dsb), Aset tanaman perkebunan semusim kurang hewan ternak yang berumur panjang (kuda, dari 1 tahun yang belum menghasilkan (aset sapi, keledai, dsb.) pembibitan) b. Aset tanaman tahunan 2.3.3 Pengklasifikasian Aset Biologis dalam Aset tanaman perkebunan yang terdiri dari Laporan Keuangan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan Dalam penjelasan jenis aset biologis yang tanaman telah menghasilkan (TM). Dalam Pedoman Akuntansi telah dibahas sebelumnya bahwa aset biologis Perkebunan dapat dikelompokkan berdasarkan jangka waktu BUMN (2011:94), menjelaskan bahwa proses yang transformasi biologisnya, yaitu aset biologis dilalui untuk menjadi aset tanaman tahunan adalah jangka pendek (short term biological assets) dan Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23 13 aset biologis jangka panjang (long term biological sebagai aset tidak lancar jika masa manfaat/masa assets).Berdasarkan transfomasi biologisnya lebih dari 1 (satu) tahun. hal tersebut maka pengklasifikasian aset biologis dalam laporan Penghentian keuangan dapat dimasukkan ke dalam aset lancar Pedoman (current assets) BUMN menurut (2011 :98), lancar menjelaskan bahwa untuk penghentian pengakuan dari masa suatu aset tanaman tahunan dilakukan saat aset transformasi biologis yang dimiliki oleh aset tanaman tahunan ditebang, dijual, atau dengan cara biologis atau jangka waktu yang diperlukan dari lainnya. assets) aset Akuntansi aset, tidak (noncurrent ataupun pengakuan tergantung aset biologis untuk siap dijual. Aset biologis yang mempunyai masa transformasi atau siap untuk dijual dalam waktu 2.3.5 Pengukuran Aset Biologis Di dalam IFRS pernyataan tentang kurang dari atau sampai 1 (satu) tahun, maka aset pengukuran aset biologis diatur dalam IAS biologis tersebut diklasifikasikan ke dalam aset 41.Berdasarkan IAS 41 dalam Ridwan (2011:18), lancar, biasanya digolongkan ke dalam perkiraan menjelaskan persediaan atau aset lancar lainnya. Sedangkan, berdasarkan nilai wajar.Aset biologis harus diukur aset biologis yang mempunyai masa transformasi pada pengakuan awal dan pada tanggal pelaporan biologis lebih dari 1 (satu) tahun diklasifikasikan berikutnya pada nilai wajar dikurangi estimasi ke dalam aset tidak lancar, biasanya digolongkan biaya penjualannya, kecuali jika nilai wajar tidak ke dalam perkiraan aset lain. bisa diukur secara andal. bahwa aset biologis diukur Selain pengukuran berdasarkan nilai wajar, Pengakuan Aset Biologis pengukuran aset biologis juga dapat dilakukan Sesuai yang diatur dalam International dengan mengidentifikasi semua pengeluaran untuk Accounting Standard 41(IAS 41) dalam Ridwan mendapatkan aset biologis tersebut dan kemudian (2011:14), menjelaskan bahwa perusahaan dapat menjadikannya sebagai nilai dari aset biologis mengakui aset biologis jika, dan hanya jika: tersebut.Pendekatan a. pengukuran aset biologis tersebut dapat dilihat 2.3.4 b. perusahaan aset tersebut berbeda tentang sebagai hasil dari transaksi masa lalu; pada peraturan perpajakan yang tertuang dalam memungkinkan manfaat Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang tentang perubahan terhadap ketentuan Peraturan ekonomi c. mengontrol yang pada diperolehnya masa depan akanmengalir ke dalam perusahaan; dan Menteri Keuangan No.249/PMK.03/2008 tentang mempunyai nilai wajar atau biaya dari aset Penyusutan Atas Pengeluaran untuk Memperoleh dapat diukur secara andal. Harta Berwujud yang Dimiliki dan Digunakan Aset biologis dalam laporan keuangan dalam Bidang Usaha Tertentu. dapat diakui sebagai aset lancar maupun aset tidak Dalam Pedoman Akuntansi Perkebunan lancar sesuai dengan jangka waktu transformasi BUMN (2011:98), menjelaskan bahwa pedoman biologis dari aset biologis yang bersangkutan.Aset ini menggunakan model biaya sebagai kebijakan biologis diakui ke dalam aset lancar ketika masa akuntansi untuk pengukuran setelah pengakuan manfaat/masa transformasi biologisnya kurang dari awal. Terkait dengan pengakuan biaya perolehan atau sampai dengan 1 (satu) tahun dan diakui aset biologis berupa tanaman tahunan, maka hal ini Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23 14 dapat diklasifikasikan atas biaya TBM dan biaya akhir masa manfaat suatu aset setelah TM. dikurangi tafsiranbiaya pelepasan. b. 2.4 Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu aset mungkin dapat ditukar atau suatu Penyusutan Aset kewajiban diselesaikan antara pihak yang 2.4.1 Pengertian Penyusutan (Depreciation) Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam memahami buku “Pengantar Akuntansi” (2013:04), sesuai Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar. c. Jumlah tercatat adalah nilai buku, yaitu Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) mengartikan biaya perolehan suatu aset setelahdikurangi penyusutan adalah sebagai berikut : “Penyusutan dengan akumulasi penyusutan. (depresiasi) adalah alokasi sistematis dari jumlah d. Jumlah yang dapat disusutkan adalah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur jumlah perolehan suatu aset atau jumlah manfaatnya. lain yang didistribusikan untuk biaya Penyusutan dapat didefinisikan sebagai pengalokasian biaya perolehan aset tetap perolehan menjadi beban ke dalam periode akuntansi yang dikurangi nilai sisanya. menikmati manfaat dari aset tetap tersebut”. e. dalam laporan keuangan Biaya perolehan merupakan jumlah kas Dari beberapa definisi diatas maka dapat atau setara kas yang dibayarkan atau nilai disimpulkan penyusutan aset tetap yaitu suatu wajarimbalan lain yang diberikan untuk alokasi atas harga perolehan suatu harga aset tetap memperoleh suatu aset ada saatperolehan karena atau konstruksi sampai dengan aset tersebut alokasi jumlah suatu aset disusutkan sepanjang masa yang dapat manfaat yang dalam diestimasi atau sebagian dari harta perolehan aset kondisidan tempat yang siap digunakan. tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi”. 2.4.3 Penyusutan Berdasarkan Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN Pedoman ini juga mengatur mengenai 2.4.2 Penyusutan Berdasarkan SAK Penyusutan diatur dalam standar akuntansi penyusutan keuangan di dalam PSAK No.17 tentang akuntansi tanaman penyusutan.Penyusutan Perkebunan berdasarkan standar khususnya perkebunan. BUMN penyusutan Pedoman (2011:99), atas aset Akuntansi menjelaskan akuntansi keuangan disebut sebagai penyusutan penyusutan aset tanaman dimulai ketika TBM komersial.Penyusutanaset tetap dimulai pada saat direklasifikasi ke TM. Penyusutannya dilakukan aset tersebut pertama kali digunakan dalam dengan kegiatan operasional perusahaan dan pada saat itu Penyusutan aset tanaman diakui sebagai beban pula dilakukan penyusutan. produksi atau menambah biaya pos perolehan Istilah-istilah penyusutan yang berkaitan berdasarkan dengan standarakuntansi menggunakan persediaan yang metode dihasilkannya. garis lurus. Akumulasi penyusutan aset tanaman disajikan sebagai pos keuangan adalah sebagai berikut : pengurang jumlah tercatatnya.Jurnal pada saat a. dilakukan penyusutan : Nilai sisa atau nilai residu adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23 15 Untuk penurunan nilai aset tanaman tahunan, menurut Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN (2011:96), menjelaskan bahwa : a. b. Pada saat tanggal laporan keuangan harus 2) Metode Beban Menurun dilakukan review atas adanya indikasi Suatu metode penghitungan penyusutan penurunan nilai aset tanaman tahunan. Jika aset, dimana beban penyusutan pada terdapat indikasi penurunan nilai aset suatu periode akuntansi dihitung dengan tanaman tahunan, entitas harus cara mengalikan harga perolehan suatu menaksir jumlah yang dapat diperoleh aset yang dikurangi dengan nilai sisanya kembali dari aset tersebut. dengan bagian pengurang yang setiap Apabila jumlah yang dapat diperoleh tahunnya selalu berkurang. maka kembali lebih rendah dibandingkan dengan jumlah tercatat, maka entitas mengakui kerugian penurunan nilai aset. Pada periode 2. Metode Penyusutan Berdasarkan Penggunaan 1) Metode Jam Jasa (Service Hour Method) selanjutnya, apabila jumlah yang dapat Suatu metode penghitungan penyusutan diperoleh kembali meningkat, maka entitas /depresiasi aset, mengakui keuntungan atas pemulihan nilai penyusutan pada aset, tetapi tidak boleh menyebabkan nilai akuntansi dihitung berdasarkan berapa buku setelah pemulihan nilai melebihi nilai jam buku seumpama tidak terjadi penurunan mempergunakan aset itu. Semakin lama nilai sebelumnya. aset tersebut dipergunakan di dalam periode di mana beban suatu periode akuntansi tersebut suatu periode, akan semakin besar pula 2.4.4 Metode Penyusutan bebanpenyusutannya. Metode ini dapat Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban penyusutan. dihitung dengan cara : 2) Metode Jumlah Unit Produksi (Sum Of Berikut ini adalah metode penyusutan yang The Unit Of Production Method) dikelompokkan berdasarkan kriteria-kriteria : Pada metode jumlah unit produksi, 1. Metode penyusutan yang berdasarkan waktu beban penyusutan dihitung berdasarkan 1) Metode Garis Lurus (Straight Line berapa banyak produk yang dihasilkan Method)\ (unit output) dengan menggunakan aset Suatu metode perhitungan penyusutan tersebut aset akuntansi Semakin banyak produk yang dihasilkan diberikan beban yang sama secara oleh aset tersebut dalam suatu periode merata. Ciri-ciri metode garis lurus akan adalah penyusutannya, dan setiap periode sederhana, besarnya beban dalam semakin periode besar akuntansi. pula demikian beban pula penyusutan per-periode adalah tetap, sebaliknya. Metode ini dapat dihitung dan dengan cara : Beban penyusutan aset tidak memperhatikan pola penggunaan aset tetap. yang dihitung dengan metode hasil Beban Penyusutan dihitung dengan cara produksi Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23 akan menghasilkan tarif 16 penyusutan per unit atau per satuan visi tertentu. Hasil tarif penyusutan tersebut, organisasi perusahaan, dan lain-lain. beban penyusutan suatu dengan mengalikan dihitung periode 2. dan misi perusahaan, struktur Kuantitatif tarif yaitu suatu metode atau teknik yang tersebut dengan jumlah unit atau satuan menggunakan data berupa angka yang lain yang digunakan di dalam periode diperoleh dari perusahaan. tersebut. Ciri – ciri metode hasil produksi adalah beban penyusutan per 4. PEMBAHASAN periode berfluktuasi, tarif penyusutan 4.1 Penyajian Aset Biologis Berupa Aset tetap. Tanaman Karet Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha 3. METODOLOGI PENELITIAN Musilandas – Banyuasin 3.1 Objek Penelitian Aset biologis yang dikelola oleh PT. Objek penelitian dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara VII khususnya di Unit Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Usaha Musilandas ini adalah berupa tanaman Musilandas yang mengelola budidaya karet, yang karet.Aset Tanaman Karet ini merupakan aset berkedudukan di Jalan Raya Palembang – Jambi biologis jangka panjang karena memiliki masa KM. 20 Desa Mainan Kecamatan Banyuasin III manfaat lebih dari 1 tahun. Dalam pengakuan aset Kabupaten Banyuasin propinsi Sumatera Selatan. tanaman perkebunan karet ini dikelompokkan menjadi 2 3.2 kelompok Data Yang Digunakan menghasilkan (TBM) Dalam penelitian ini, data yang peneliti menghasilkan(TM). yaitu tanaman belum dan tanaman telah gunakan adalah data sekunder dalam penulisan penelitian ini.Yaitu berupa data-data berupa sejarah data-data yang perusahaan, dan berhubungan dengan penelitian. 4.2 Kebijakan Perhitungan Penyusutan Aset Tanaman Karet Tanaman telah menghasilkan karena telah mampu memberikan kontribusi manfaat ke dalam 3.3 perusahaan Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian menggunakan metode ini berupa kemampuan untuk penulis banyak menghasilkan produk agrikultur maka penyusutan dokumentasi untuk perlu dilakukan untuk mengakui manfaat dari penulisan penelitian yaitu mengambil data-data tanaman yang berhubungan dengan penulisan penelitian. periodenya.Penyusutan dihitung berdasarkan harga perolehan 3.4 telah dibagi menghasilkan taksiran pada masa setiap manfaat Analisis Data ekonomis.Ketentuan taksiran ekonomis tanaman Teknik analisis yang digunakan peneliti karet khususnya di PT. Perkebunan Nusantara VII dalam pembahasan penyusunan penelitian yaitu : ini yaitu selama 25 tahun dihitung setelah tanaman 1. karet itu bisa menghasilkan pertama kali. Kualitatif Merupakan data yang bukan berbentuk Metode penyusutan yang digunakan oleh angka seperti sejarah singkat perusahaan, perusahaan ini berupa metode garis lurus yaitu dengan membagi harga perolehan dari TBM ke Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23 17 TM dengan umur ekonomisnya. Dan sebagai pembandingnya metode penulis jumlah akan unit menggunakan produksi Rp 13.164.625, 00 4. sebagai pembandingnya. Yaitu dengan membandingkan Rp 10.595.039, 00 5. biaya perolehan dari TBM ke TM dengan taksiran jumlah total produk yang dapat dihasilkan selama umur ekonomisnya. Biaya pemeliharaan TBM tahun III Biaya pemeliharaan TBM tahun IV Rp 6. Biaya pemeliharaan TBM tahun V Rp Total 4.3 9.768.052, 00 9.224.679, 00 Biaya Rp 99.678.625, 00. Perhitungan Penyusutan Aset Tanaman Karet Menghasilkan Dengan melihat sesuai laporan yang ada 4.3.1 Perhitungan Penyusutan Aset Tanaman dan ketentuan mengenai aset tanaman karet ini Karet Menghasilkan (TM) Pada PT. maka manajemen akan melakukan kebijakan Perkebunan Nusantara VII (Persero) mengenai pemindahan aset dariTBM ke TM. Maka Unit Usaha Musilandas – Banyuasin. jurnal pemindahan dari TBM ke TM yaitu : Harga perolehan dari 1 hektar aset tanaman Apabila suatu aset tanaman sudah karet sejumlah Rp 99.678.625,00. Harga perolehan dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan maka itu didapat dengan menjumlahkan biaya tanaman harus dilakukan penyusutan setiap tahunnya. Pada baru dengan biaya selama dalam masa TBM, yaitu PT. Perkebunan Nusantara VII dalam menghitung meliputi : biaya penyusutan aset tanaman karet dengan 1. Biaya tanaman ulang/baru menggunakan metode garis, maka akan didapat Rp 39.129.554, 00 biaya penyusutan setiap tahunnya sebesar : 2. Biaya pemeliharaan TBM tahun I Rp 17.796.676, 00 3. Biaya pemeliharaan TBM tahun II Jadi biaya penyusutan dalam 1 hektar aset tanaman karet sebesar Rp 3.987.145, 00 per tahun.Untuk mengetahui perhitungan biaya penyusutan setiap tahunnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini: Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23 18 Tabel 4.1 Perhitungan Penyusutan Aset Tanaman Karet 1 hektar dengan menggunakan metode garis lurus Nilai Buku (Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan) Tahun Harga Perolehan Biaya Penyusutan Akumulasi Penyusutan 1 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 95.691.480, 00 2 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 7.974.290, 00 Rp 91.704.335, 00 3 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 11.961.435, 00 Rp 87.717.190, 00 4 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 15.948.580, 00 Rp 83.730.045, 00 5 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 19.935.725, 00 Rp 79.742.900, 00 6 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 23.922.870, 00 Rp 75.755.755, 00 7 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 27.910.015, 00 Rp 71.768.610, 00 8 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 31.897.160, 00 Rp 67.781.465, 00 9 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 35.884.305, 00 Rp 63.794.320, 00 10 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 39.871.450, 00 Rp 59.807.175, 00 11 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 43.858.595, 00 Rp 55.820.030, 00 12 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 47.845.740, 00 Rp 51.832.885, 00 13 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 51.832.885, 00 Rp 47.845.740, 00 14 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 55.820.030, 00 Rp 43.858.595, 00 15 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 59.807.175, 00 Rp 39.871.450, 00 16 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 63.794.320, 00 Rp 35.884.305, 00 17 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 67.781.465, 00 Rp 31.897.160, 00 18 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 71.768.610, 00 Rp 27.910.015, 00 19 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 75.755.755, 00 Rp 23.922.870, 00 20 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 79.742.900, 00 Rp 19.935.725, 00 21 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 83.730.045, 00 Rp 15.948.580, 00 22 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 87.717.190, 00 Rp 11.961.435, 00 23 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 91.704.335, 00 Rp 7.974.290, 00 24 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 95.691.480, 00 Rp 3.987.145, 00 25 Rp 99.678.625, 00 Rp 3.987.145, 00 Rp 99.678.625, 00 Rp 0, 00 Sumber : Data yang diolah 4.3.2 Aset Pada penjelasan bab II, menjelaskan Tanaman Karet Dengan Menggunakan bahwa metode jumlah unit produksi ini adalah Metode Jumlah Unit Produksi suatu metode penghitungan penyusutan suatu aset, Perhitungan Penyusutan dimana beban penyusutan pada periode akuntansi Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23 19 dihitung berdasarkan berapa banyak produk yang digunakan dalam metode penyusutan jumlah unit dihasilkan dalam periode produksi yaitu: akuntansi tersebut dengan menggunakan aset tersebut. Rumus yang Besar kecilnya produksi latek ini sangat oleh Balai Penelitian yang ada,dengan klon/jenis dipengaruhi oleh cuaca yang ada pada saat itu, yang bagus dapat dihasilkan produksi selama umur biasanya produksinya akan menurun pada musim ekonomisnya (25 tahun) yaitu sebesar 96.956 kg kemarau. Pada bab II telah dijelaskan taksiran latek per hektar, jika diketahui harga perolehan produksi latek pada aset tanaman karet tergantung aset dengan klon/jenis karet yang ditanam. Disini 99.678.625, 00. Maka perhitungan tarif biaya taksiran produksi lateks yang sudah pernah diteliti penyusutan per kg sebesar : tanaman menghasilkan sebesar Rp Untuk mengetahui perhitungan biaya penyusutan setiap tahunnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Perhitungan Penyusutan Aset Tanaman Karet dengan menggunakan metode jumlah unit produksi Tahun Harga Perolehan Tarif per kg Produksi per tahun (kg) Biaya Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku 2003 (1) Rp 99.678.625 Rp 1.028 1,336 Rp 1.373.408 Rp 1.373.408 Rp 98.305.217 2004 (2) Rp 99.678.625 Rp 1.028 1,455 Rp 1.495.740 Rp 2.869.148 Rp 96.809.477 2005 (3) Rp 99.678.625 Rp 1.028 1,507 Rp 1.549.196 Rp 4.418.344 Rp 95.260.281 2006 (4) Rp 99.678.625 Rp 1.028 1,131 Rp 1.162.668 Rp 5.581.012 Rp 94.097.613 2007 (5) Rp 99.678.625 Rp 1.028 1,368 Rp 1.406.304 Rp 6.987.316 Rp 92.691.309 2008 (6) Rp 99.678.625 Rp 1.028 1,412 Rp 1.451.536 Rp 8.438.852 Rp 91.239.773 2009 (7) Rp 99.678.625 Rp 1.028 1,469 Rp 1.510.132 Rp 9.948.984 Rp 89.729.641 2010 (8) Rp 99.678.625 Rp 1.028 1,584 Rp 1.628.352 Rp11.577.336 Rp 88.101.289 2011 (9) Rp 99.678.625 Rp 1.028 1,248 Rp 1.282.944 Rp12.860.280 Rp 86.818.345 2012(10) Rp 99.678.625 Rp 1.028 1,405 Rp 1.444.340 Rp14.304.620 Rp 85.374.005 Sumber : Data yang diolah Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23 20 Dalam menghitung biaya penyusutan pertahun bisa mengalikan tarif biaya penyusutan biaya penyusutan paling terkecil dibandingkan tahun-tahun lainnya. dengan jumlah produksi yang dihasilkan pada periode tersebut.Pada tabel 4.2 tentang perhitungan dengan menggunakan metode jumlah unit produksi. Pada tahun 2003 aset tanaman karet 4.4 Analisis Perbandingan Penyusutan Aset Biologis Tanaman Karet Penyusutan terhadap aset yang mempunyai tersebut menghasilkan latek sejumlah 1.336 kg/ha, manfaat dengan tarif harga sebesar Rp 1.028 /kg, maka dilakukan.Penyusutan paling sering digunakan akan dihasilkan biaya penyusutan 1 ha aset untuk menunjukkan bahwa aset tetap berwujud tanaman karet sebesar Rp 1.373.408,00. Dengan telah menurun nilainya.Maka untuk itu dalam harga perolehan Rp 99.678.625 maka akan suatu perusahaan harus memilih metode mana menghasilkan yang paling tepat untuk menyusutkan suatu aset nilai bukunya sebesar Rp 98.305.217,00. bagi perusahaan sangat perlu tersebut.Agar nantinya tidak terjadi kerugian untuk Begitu juga ditahun 2004 dengan hasil perusahaan dimasa mendatang. karet berupa latek sebesar 1.455 kg/ha maka biaya Perhitungan penyusutan aset tanaman karet penyusutan ditahun 2004 menjadi Rp 1.495.740, yang telah dibahas sebelumnya, adalah metode 00, maka akan dihasilkan akumulasi penyusutan garis lurus yang dipakai PT. Perkebunan Nusantara sebesar Rp 2.869.148,00 dan nilai bukunya sebesar VII Musilandas dengan metode pembandingnya Rp 96.809.477. yaitu metode jumlah unit produksi.Berdasarkan Ditahun 2005 ada peningkatan terhadap dari hasil penelitian yang dilakukan pada PTPN produksi karet tersebut yaitu senilai 1.507 kg/ha, VII (Persero) Musilandas. Harga perolehan dari maka biaya penyusutan ditahun 2005 mencapai aset biologis berupa tanaman karet didapat dari nilai akumulasi menjumlahkan setiap biaya yang telah dikeluarkan penyusutannya sebesar Rp 4.418.344,00, maka dalam proses penanaman dan pemeliharaan sampai nilai Rp aset karet tersebut dinyatakan menghasilkan. Besar 95.260.281,00. Biaya penyusutan terbesar pada harga perolehan 1 kali tanam sebesar Rp tahun 2010 yaitu senilai Rp 1.628.352,00. Hal ini 99.678.625,00 dikarenakan hasil produksi latek tahun 2010 Pada Rp 1.549.196,00. buku meningkat yang yaitu Nilai dihasilkan sebesar sebesar 1.584 kg/ha.Nilai penyusutan tabel aset 4.1 tentang tanaman perhitungan karet dengan akumulasi penyusutan tahun 2010 sebesar Rp menggunakan metode garis lurus maka akan 11.577.336,00, dengan nilai bukunya sebesar Rp didapat biaya penyusutan aset tanaman karet tiap 88.101.289,00. tahunnya sebesar Rp 3.987.145,00. Nilai ini Dari data yang dihasilkan tahun 2003 didapat dengan membagi harga perolehan aset sampai dengan tahun 2012 hasil produksi terkecil tanaman karet selama masa TBM dengan umur pada tahun 2006 yaitu sebesar 1.131 kg/ha. Biaya ekonomisnya 25 tahun.Dengan nilai akumulasi penyusutan penyusutan akumulasi sebesar Rp 1.162.668,00, penyusutannya sebesar nilai tahun pertama sebesar Rp Rp 3.987.145,00, dan nilai buku tahun pertama 5.581.012,00, dengan nilai bukunya sebesar Rp sebesar Rp 95.691.480,00. Dan pada waktu masa 94.097.613,00. Tahun 2006 ini menghasilkan umur ekonomisnya habis maka akan didapat nilai bukunya Rp 0, 00. Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23 21 Pada tabel 4.2 tentang perhitungan penyusutan aset karet. Maka akan penyusutan menggunakan jumlah unit produksi, menghasilkanbiaya penyusutan lebih kecil disini produksi yang dihasilkan tiap tahunnya dibandingkan dengan menggunakan metode berbeda-beda atau berfluktuasi.Ini dikarenakan garis lurus, sehingga laba usaha yang hasil produksi pertahun yang berbeda-beda dari didapat akan lebih besar. tahun ke tahun.Hal ini mengakibatkan biaya penyusutan per periode berfluktuasi juga ada yang besar dan ada yang kecil. Didalam metode jumlah unit produksi ini biaya penyusutan yang dihasilkan dari 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2003 sampai tahun 2012 nilainya masih lebih kecil dibandingkan, biaya penyusutan dengan metode garis lurus. Ini dikarenakan perkiraan jumlah produksi yang kecil mengakibatkan biaya penyusutan per periodenya juga kecil. Dengan melihat perbedaan-perbedaan yang didapat dengan kedua metode ini. Maka diharapkan perusahaan dalam penetapan metode penyusutan aset yang dimiliki harus dipertimbangkan metode yang lebh cocok dan sesuai dengan tujuan peerusahaan apakah lebih berorentasi ke laba atau tujuan penggunaan aset. Dan yang paling penting adalah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. 5. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Musilandas Banyuasin, maka dapat ditarik kesimpulan : 1. Metode yang digunakan perusahaan dalam mengukur biaya penyusutan aset tanaman karet yaitu dengan menggunakan metode garis lurus (harga perolehan dibagi taksiran umur ekonomis aset) yang dimiliki perusahaan sudah baik, sudah sesuai dengan standar SAK, dan Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN. 2. Perbandingan dengn penggunaan metode jumlah unit produksi dalam perhitungan Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23 22 DAFTAR PUSTAKA Baridwan, Zaki. 2008. Intermediate Accounting. Edisi ke – 4. Yogyakarta: BPFE Nomor Buchari, Alma. 2009. Pengantar Bisnis. Bandung : Alfabeta. 126/PMK.011/ 2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No.249/PMK.03/2008 tentang Penyusutan Daryanto.2012. Sari Kuliah Manajemen Produksi.Bandung : Yrama Widya. Operasi. Bandung : Alfabeta. Karet Rakyat. Edisi ke – 6.Balai Penelitian Pusat Penelitian Karet Palembang - Sumatera Selatan. 7.Jilid sites/default/files/peraturan_pajak/PMK126 MK011.pdf. Diakses pada hari sabtu, 25 Mei 2013. Ridwan Horngren, Charles T.; Harrison JR, Walter T. 2007.Akuntansi.Edisi dalam BidangUsahaTertentu.http://www.ikpi.or.id/ Gunawan, Anang dkk. 2012. Saptabina Usahatani – Atas Pengeluaran untuk Memperoleh Harta Berwujud yang Dimiliki dan Digunakan Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Produksi Dan Sembawa Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia 1.Jakarta : Erlangga. Ikatan Akuntan Indonesia. 2013. Pengantar Akuntansi. Edisi revisi 1.Buku 2.Palembang : Sriwijaya Grafika Mandiri. Kieso, Donald E.; Weygant, Jerry J. & Warfield, Terry D. 2007.Akuntansi Intermediate. Edisi 12.Jilid 2.Jakarta : Erlangga. ABD, Achmad. Akuntansi Aset 2011. Perlakuan Biologis Pada PT.Perkebunan Nusantara XIV Makasar (Persero). Makasar. Universitas Hasanuddin. Diakses pada hari Sabtu.23 Maret 2013. Rudianto. 2009. Pengantar Akuntansi. Jakarta : Erlangga. Setiyono, Dedy. 2009. Jurnal :Evaluasi Kebijakan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Laras, Esti & Fachriyah Nurul.Jurnal.Evaluasi Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Universitas Madura. Diakses pada hari Dalam Pelaporan Aset Biologis (Studi Sabtu.23 Maret 2013. Kasus Pada Koperasi “M”. Malang : Suryani, Yuyun. 2005. Perbandingan Penyusutan Universitas Brawijaya. Diakses pada hari Aktiva Menurut StandarAkuntansi Keuangan Minggu 31 Maret 2013. Dengan Ketentuan Perundang-Undangan Munawir. 2001. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta: Liberty. Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN berbasis IFRS.http://www.scribd.com/doc/118299537/Pedom Perpajakan Dan Hubungannya Dengan Laporan Keuangan (Study Kasus Pada Perusahaan Tenun Pelangi Lawang. Diakses pada hari Minggu, 31 Maret 2013. an-Akuntansi-Perkebunan-BUMN05122011Diakses pada hari selasa, 21 Mei 2013. Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23 23