PERBANDINGAN PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT DENGAN PEWARNAAN KOMBINASI GIEMSA DAN WRIGHT Chandra Nurlaela*, Dewi Yayuningsih, Siti Sa’adah Alawiyah Program Studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis *email:[email protected] ABSTRACT Leukocyte count aims to calculate the percentage of the types of leukocytes in the blood and can provide information on a variety of disease states. Calculate leukocyte staining technique needs to be done. Staining technique consists of Giemsa staining, coloring wright, May-Grunwald staining and Leishman staining. Staining leukocyte count serves to facilitate observation of blood cells properly. According to The International Council For Standardization In Hematology blood smear staining using the principle Romanowsky. And staining is recommended Wright, Giemsa and May Grunwald-Giemsa (Mansyur arif.dr, 2015) .In Indonesia is frequently used staining Giemsa while theoretically wright will color the cell cytoplasm and nucleus more clearly visible. But because the dye can not be durable wright it is rarely used. This study aims to describe the peripheral blood smear staining leukocyte count Giemsa and Wright combination. Based on the research results leukocyte count with a combination of Giemsa staining and wright at the STIKes Muhammadiyah Ciamis totaling as much as 15 preparations obtained an average 89% of the results are almost in accordance with the principle of Romanowsky. This staining can be used for staining of blood smear edge especially leukocyte count. Keywords : leukocytes, giemsa staining, wright staining INTISARI Hitung jenis leukosit bertujuan untuk menghitung persentase jenis-jenis leukosit dalam darah dan dapat memberikan informasi mengenai berbagai keadaan penyakit. Hitung jenis leukosit perlu dilakukan teknik pewarnaan. Teknik pewarnaan terdiri dari pewarnaan giemsa, pewarnaan wright, pewarnaan May-Grunwald dan pewarnaan Leishman. Pewarnaan hitung jenis leukosit berfungsi untuk mempermudah pengamatan sel darah secara tepat. Menurut The international Council for Standarization in Hematology pewarnaan sediaan apus darah menggunakan prinsip Romanowsky. Dan pewarnaan yang dianjurkan adalah Wright, Giemsa dan May GrunwaldGiemsa (Mansyur arif.dr, 2015).Di Indonesia pewarnaan yang sering digunakan adalah giemsa sedangkan secara teori wright akan mewarnai sitoplasma dan inti sel lebih jelas terlihat. Tetapi karena pewarna wright tidak bisa tahan lama maka jarang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sediaan apus darah tepi hitung jenis leukosit dengan pewarnaan kombinasi giemsa dan wright. Berdasarkan hasil penelitian hitung jenis leukosit dengan pewarnaan kombinasi giemsa dan wright di STIKes Muhammadiyah Ciamis sebanyak yang berjumlah 15 preparat didapatkan rata-rata 89% hasilnya hampir sesuai dengan prinsip Romanowsky. Pewarnaan ini bisa digunakan untuk pewarnaan sediaan apus darah tepi khususnya hitung jenis leukosit. Kata Kunci : leukosit, pewarnaan giemsa, pewarnaan wright Pendahuluan Darah adalah jaringan tubuh yang berada dalam konsistensi cair menyerupai sirop dengan berat jenis 1,055 dan kekentalan dua setengah kali air. Beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan pembuluh darah, yang berfungsi sebagai alat transfor serta hemostasis (Kiswari, 2014). Sel darah putih (leukosit) adalah sel yang terdapat dalam darah, yang Berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing. Biasanya leukosit tidak hanya satu jenis saja, tapi ada 5 jenis leukosit yang terdapat dalam darah normal (Kiswari, 2014). Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih dan serba otomatis, perhitungan jenis leukosit saat ini dapat dilakukan dengan alat automated hematology analyzer, yang dapat menghitung sampai ribuan leukosit. Tidak hanya secara otomatis pemeriksaan 3 jenis leukosit dilakukan, secara manual juga perlu dilakukan apabila didapatkan hasil yang abnormal dari perhitungan secara otomatis. Pemeriksaan hitung jenis leukosit secara manual harus membuat sediaan apus darah terlebih dahulu. Kemudian, Untuk mempermudah pengamatan hitung jenis leukosit pada SADT secara tepat, perlu dilakukan teknik pewarnaan. Teknik pewarnaan yang dianjurkan oleh The International Council For Stadardization in Hematology adalah pewarna giemsa, wright dan May Grunwald-Giemsa (Hoffbrand.A.V., 2012). Di Indonesia sendiri pewarnaan untuk sediaan apus darah tepi kebanyakan sering menggunakan pewarnaan giemsa. Hal itu disebabkan karena ketahanan hasil zat warna tersebut lebih baik. Padahal, pewarnaan giemsa lebih bagus digunakan untuk mempelajari parasit-parasit darah. Sedangkan pewarnaan wright jarang dilakukan atau bahkan tidak pernah dilakukan, Faktor utamanya yaitu karena zat warna wright tidak bisa tahan lama dalam iklim trofik. Padahal, secara teori pewarna wright akan mewarnai sitoplasma dan inti sel menjadi lebih jelas terlihat. hal itu disebabkan karena komposisi dari wright, yang terdiri dari metilen blue yang akan memberi warna biru pada inti (nukleus) yang mengandung DNA. Kemudian eosin yang memberi warna merah pada sitoplasma (Freund,2012). Dengan cara mengkombinasikan pewarna giemsa dan wright diharapkan kelebihan dari tiap-tiap pewarna giemsa dan wright bisa di dapatkan, dan akan menjadikan pewarnaan sediaan apus darah tepi lebih jelas terlihat dan lebih tahan lama (Gandasoebrata, 2007). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti akan meneliti pewarnaan perbandingan pemeriksaan hitung jenis lekosit dengan metode pewarnaan yang baru, yaitu mengkombinasikan 2 zat warna antara pewarna giemsa dan wright, 4 yang sebelumnya sudah ada pewarnaan dari masing-masing zat warna tersebut. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental karena dalam penelitian ini ada perlakuan pada sampel sediaan apus darah tepi yaitu pada saat pewarnaan dengan cara diberikan pewarna kombinasi antara pewarna giemsa dan wright. Prosedur Penelitian Langkah pertama persiapan pengambilan sampel darah disiapkan alat dan bahan pemeriksaan dan pengambilan darah vena dari pasien sebanyak 3 mL. Bersihkan bagian yang akan diambil darahnya dengan kapas alkohol 70% dan biarkan sampai kering setelah itu pasang torniquet, sarankan responden untuk mengepal. Tegangkan kulit diatas vena dengan tangan supaya vena tidak bergerak, pastikan nidledan spuit kuat dan tidak ada udara. Tusuk kulit samapi terkena vena dengan posisi jarum membentuk sudut 45˚C. Longgarkan torniquet secara perlahan, lalu hisap darah sebanyak 3 mL. Pasang kapas kering diatas jarum lalu cabut jarum dengan cepat. Tekan daerah tusukan dengan kapas dan kasih plaster. Tusukan spuit yang berisi darah responden kedalam tabung EDTA, homogenkan dan kasih identitas (Riswanto, 2013). Proses selanjutnya yaitu, pembuatan apusan, pilih kaca objek yang bertepi rata untuk digunakan sebagai kaca penghapus sudut, kaca objek dipatahkan menurut garis diagonal untuk dapat menghasilkan sediaan apus darah yang tidak mencapai kaca objek. Teteskan darah pada objek glass di ujung kanan objek glass. Kemudian tangan kanan memegang objek glass lain, tarik mundur sampai menyentuh tetesan darah. Tunggu sampai darah menyebar pada sisi kaca penggeser . Dengan gerak yang mantap, kaca penghapus didorong sehingga terbentuk apusan darah sepanjang 3-4 cm pada kaca objek. Darah harus habis sebelum kaca penghapus sampai ujung lain dari kaca objek. Apusan darah tidak boleh teerlalu tipis atau terlalu tebal, ketebalan bisa diatur dengan mengubah sudut antara kedua kaca objek dan kecepatan penggeseran., biarkan sediaan kering diudara. Pewarnaan kombinasi wright dan giemsa Letakan seilakukan dengan meletakan sediaan diatas rak pewarna dengan posisi apusan menghadap ke atas. Teteskan larutan wright sampai apusan tergenangi semua (Inkubasi selama 2 menit), Buang sisa wright. Tambahkan pewarna giemsa yang telah diencerkan dengan larutan penyanggah pH 6,8 (1 : 4) sampai apusan tergenagi semua (Inkubasi selama 15 menit). Bilas dengan Aquadest kemudia keringkan diudara. Pembacaan hasil dilakukan dengan cara meletakan preparat pada meja mikroskop. Atur cahaya mikroskop sesuai dengan pembesaran yang digunakan. Periksa dengan menggunakan lensa objektif pembesaran 1000x menggunakan minyak imersi, amati penyerapan zat warna (Gandasoebrata, 2007). Hasil Penelitian Spesimen pada penelitian ini adalah darah yang ditambahkan antikoagulan EDTA 10% dengan perbandingan 4 : 1. Banyaknya slide yang dihasilkan adalah sebanyak 15 slide yang dikerjakan kurang dari 1 jam. Setelah slide mengering selanjutnya dilakukan pewarnaan. Kemudian preparat dikeringkan dan dilakukan pengamatan, dengan mikroskop pembesaran 1000x dan memakai minyak imersi. Hasil pewarnaan hitung jenis leukosit yang diharapkan adalah sebagai berikut : A. Neutrofil Berukuran lebih besar dari limfosit kecil, berbentuk bulat dengan sitoplasma yang banyak agak kemerahan. Inti berwarna biru muda sampai biru tua keunguan, berbentuk batang atau segmen. Dikatakan batang apabila lekukan inti melebihi setengah diameter inti. Berbentuk segmen bila inti terbagi menjadi beberapa bagian yang saling berhubungan dengan benang kromatin. Sitoplasma bergranula warna keunguan. B. Eosinofil Bentuk dan ukuran sama dengan neutrofil, akan tetapi sitoplasmanya berwarna merah muda dipenuhi granula yang besar, bulat, ukurannya sama besar dan berwarna kemerahan, inti biru muda sampai biru tua keunguan. C. Basofil Sel ini tidak selalu dapat dijumpai, bentuk dan ukuranya menyerupai neutrofil, sitoplasmanya mengandung granula bulat tidak sama besar, berwarna biru tua, granula dapat menutupi inti. Kadang-kadang dapat dijumpai adanya vakuola kecil dan sitoplasma. D. Limfosit Limposit menurut ukurannya dibagi menjadi dua yaitu limfosit besar dan limfosit kecil. Limfosit kecil berukuran 8-10 um, berbentuk bulat, berinti kira-kira sebesar ukuran eritrosit normal, inti mengisi sebagian besar dari ukuran sel dengan kromatin yang padat bergumpal berwarna biru ungu tua, sitoplasma tidak mengandung granula. Limposit besar ukurannya 12-16 um, berbentuk bulat atau agak tak beraturan, berinti oval atau bulat, terletak di tepi sel. Sitoplasmanya relatif lebih banyak dibandingkan limfosit kecil, biru muda atau dapat mengandung granula azrofilik yang berwarna merah. E. Monosit Monosit merupakan sel yang paling besar dibandingkan yang lain, berukuran 14-20 um, berbentuk tak beraturan, mempunyai inti yang bentuknya macammacam, umumnya berbentuk seperti ginjal berwarna biru ungu dengan kromatin seperti girus otak. Sitoplasma berwarna merah muda kebiruan atau berwarna keabu-abuan, mengandung granula halus kemerahan dan kadang-kadang bervakuola (Mansyur arif.dr, 2015). Hasil Pewarnaan Kombinasi giemsa dan wright pembesaran 1000x Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan dapat dikatakan bahwa hasil pewarnaan hitung jenis leukosit dengan pewarnaan kombinasi giemsa dan wright didapatkan rata-rata hasilnya hampir sesuai dengan prinsip Romanowsky. Hal ini berarti zat warna yang terkandung dalam pewarna giemsa dan wright bereaksi dengan sifat kimiawi dalam sel. Pewarna wright selain memberikan zat warna juga berfungsi untuk memfiksasi preparat karena adanya metanol dalam konsentrasi tinggi yang terkandung didalamnya. Kemudian pewarna giemsa yang diencerkan dengan buffer pH 6,8 selain memberikan zat warna juga sebagai larutan penyanggah. Jadi pada penyerapan zat warna yang dihasilkan sedikit lebih baik, dan tidak ada perubahan secara morfologi pada sel darah. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa kualitas pewarnaan SADT adalah standar atau persyaratanpewarnaan yang ditetapkan sebagai upaya untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan secara terus menerus dalam teknik pewarnaan SADT sesuai tuntunan yang ditetapkan sehingga bisa mendapatkan hasil yang memusakan dan sesuai dengan perinsip. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian hitung jenis leukosit dengan pewarnaan kombinasi giemsa dan wright didapatkan rata-rata hasilnya hampir sesuai dengan prinsip Romanowsky, dan pewarnaan ini dapat digunakan untuk pewarnaan sediaan apus darah tepi khususnya hitung jenis leukosit. Daftar Pustaka Freund, M. & Dany, F. 2012. Atlas hematologi Heckner praktikum Hematologi Dengan Mikroskop, edisi 11. Jakarta. Kedokteran EGC. Gandasoebrata. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta. Dian Rakyat. Hoffbrand.A.V., Petit.J.E., Moss.P.A.H. 2012. Kapita Selekta Hematologi Edisi 4. Jakarta. Kedokteran EGC Kiswari, Rukman. 2014. Hematologi & Transfusi. Jakarta. Erlangga Mansyur, Arif.dr. 2015. Penuntun Praktikum Hematologi. Makasar. Fakultas Kedokteran UNHAS Makasar. Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta. Alfamedia.