IKHTISAR EKSEKUTIF Pusat Karantina Tumbuhan dan

advertisement
IKHTISAR EKSEKUTIF
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati sebagai salah satu
Unit Kerja Eselon II Lingkup Badan Karantina Pertanian, mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis perkarantinaan
tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati. Pelaksanaan tugas ini
diuraikan pada
tugas pokok dan fungsi bidang-bidang yang mengelola untuk
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan
pemantauan, serta evaluasi perkarantinaan tumbuhan benih, non benih dan
pengawasan Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT), invasive alien
species (IAS), agens hayati (AH), produk rekayasa genetika (PRG), benda lain (BL)
serta media pembawa lain (MBL) melalui kegiatan operasional perkarantinaan
tumbuhan impor, ekspor serta antar area yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana
Teknis Karantina Pertanian di tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran.
Untuk pencapaian kegiatan yang telah ditentukan secara terencana dalam
suatu Rencana Stratejik jangka menengah 2010-2014 yang memuat rencana Kinerja
Tahunan
dan
Penetapan
Kinerjanya
sebagai
kontrak
kinerja
serta
Pertanggungjawabannya untuk setiap tahun pelaksanaannya. Dalam Renstra 20102014, Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati telah menetapkan
beberapa kegiatan sebagimana tertuang dalam perjanjian kontrak kerjanya setiap
tahun
yang harus dicapai. Pencapaian kinerja tersebut sebagaimana telah
ditargetkan sebagai bagian dari Renstra Badan Karantina Pertanian, yang
selanjutnya
diharapkan
dapat
mendukung
dalam
pelaksanan
Program
Pembangunan Kementerian Pertanian.
Penyelenggaraan perkarantinaan tumbuhan baik terhadap media pembawa
yang tergolong benih maupun non benih dalam kurun 2010-2014 ditandai dengan
penguatan pelaksanaan operasional karantina tumbuhan sebagai amanah yang
telah tertuang dalam Undang Undang No.16 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah
No.14 Tahun 2002 melalui beberapa kajian teknis untuk melahirkan berbagai
pengaturan yang terkait dengan kebijakan perkarantinaan tumbuhan antara lain
penyempurnaan berbagai peraturan seperti revisi Daftar Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina (OPTK), Penetapan Instalasi Karantina Tumbuhan (IKT),
Pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan tertentu oleh pihak ketiga, Pelaksanaan
tindakan karantina tumbuhan diluar tempat pemasukan dan pengeluaran, Pedoman
1
Pest Free Area, Pedoman Pre-Clearance, Standar Teknis Perlakuan, SOP Sistem
Sertifikasi Komoditas Ekspor serta kebijakan pengaturan lainnya terkait dengan
analisis risiko dan mitigasi risiko OPTK. Secara keseluruhan sampai tahun 2014,
telah dihasilkan sebanyak 41 (empat puluh satu) rumusan kebijakan atau sebesar
151,85 % dari jumlah rumusan kebijakan yang direncanakan dalam Renstra Pusat
Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Tahun 2010-2014, sebanyak 27
(dua puluh tujuh) rumusan kebijakan.
Penambahan tugas dan fungsi untuk menyelenggarakan pengawasan
keamanan hayati yang terdiri atas beberapa elemen yakni PSAT, IAS, PRG, AH, BL
dan MBL. Khusus untuk pengawasan Keamanan PSAT yang telah diinisiasi dan
telah mulai diselelenggarakan sejak tahun 2009 sejak ditetapkan melalui Permentan
No. 27 Tahun 2009 jo. No.38 Tahun 2009, penguatan penyelenggaraan
pengawasan KPSAT telah ditingkatkan melalui permentan 88/201.
Dalam kurun
waktu tersebut penyelenggaraan pengawasan PSAT diwarnai dengan pelaksanaan
Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi.
Untuk mendukung
Pelaksanaan
pengawasan PSAT pada tahun 2014 telah diinisiasi Penyusunan Pedoman Analisis
Risiko Keamanan Pangan.
Pengawasan terhadap IAS dan PRG belum dapat dilaksanakan meskipun
telah ada inisiasi untuk melahirkan peraturan yang medukungnya. Sementara untuk
agens hayati tetap berlangsung semestinya meskipun masih berpedoman pada
ketentuan pada SK mentan 411/95.
Mengingat semakin berkembangnya
kondisistrategis yang ada, mendorong Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan
Hayati Nabati untuk menyempurnakan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.411
Tahun 1995 pada periode penyelengaraan perkarantinaan KT dan KH berikutnya.
Terhadap Media Pembawa Lain, khususnya terhadap sampah di Bandara, telah
dilakukan inisiasi sejak tahun 2013 yang telah melahirkan kebijakan teknis yang
dikolaborasikan dengan penyelenggaraan pengelolaan sampah kebandaraan
melalui Otoritas Bandara. Diharapkan di awal periode berikut dapat berlangsung
secara operasional sehingga upaya yang sama dapat dikembangkan terhadap
pelabuhan laut dan temat pemasukan lainnya. Sebagai penjabaran PP 14 /2002
pada tahun 2014 telah diinisiasi untuk melahirkan kajian teknis terhadap media
pembawa tergolong benda lain khususnya biakan organisme.
Jika hal ini dapat
direalisasikan pada periode berikutnya, maka diharapkan akan ditingkatkan lagi
2
pada elemen lain yang terkandung pada benda lain seperti vektor, tanah, media
tumbuh lainnya.
3
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Terwujudnya good governance dalam praktik-praktik pemerintahan dan
kenegaraan merupakan harapan semua pihak. Saat ini setiap tindakan dan
kebijakan dalam pelaksanaan pemerintahan akan selalu dikaitkan dengan
konsep tata pemerintahan yang baik
dengan 3 (tiga) pilar utamanya, yaitu
Partisipasi, Transparansi dan Akuntabiitas.
Asas Akuntabilitas adalah salah satu azas dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang memiliki konsekuensi bahwa setiap instansi pemerintah
diharapkan mampu mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (Sistem AKIP). Substansi dari Sistem AKIP pada intinya adalah
penyelerasan antara produk perencanaan dan realisasinya dengan orientasi
kepada hasil (result oriented).
Proses penyelerasan ini dilakukan melalui penyusunan suatu Rencana
Stratejik dalam jangka menengah (5 Tahun), Rencana Kinerja Tahunan dan
Penetapan
Kinerja
yang
merupakan
kontrak
kinerja
serta
Laporan
Pertanggungjawaban Kinerja setiap tahunnya.
Maksud dan Tujuan Laporan Akuntabilitas Kinerja ini adalah sebagai wujud
pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Pusat Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati. Dari laporan ini diharapkan dapat
diperoleh suatu kesimpulan pencapaian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
serta dapat digunakan sebagai titik tolak dan bahan analisis dalam rangka
meningkatkan kinerja Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
ditahun-tahun berikutnya. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan dan fungsi utama
LAKIP yaitu sebagai media pertanggungjawaban dan sebagai alat untuk
meningkatkan kinerja suatu organisasi.
2. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/10/
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian menyatakan
bahwa kedudukan, tugas pokok dan fungsi Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati sebagai berikut:
4
2.1. Tugas Pokok
Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsí,
Susunan Organisasi dan
Tata
Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia jo. Peraturan Presiden R.I Nomor
10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian
Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden R.I Nomor 15 Tahun 2005 serta Peraturan Menteri Pertanian No.
61/Permentan/OT.140/10/2010
tanggal
14
Oktober
2010
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, menyatakan bahwa
tugas pokok Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
adalah Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis
perkarantinaan tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati.
Secara rinci tugas pokok Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan
Hayati Nabati adalah sebagai berikut :
a. Bidang Karantina Tumbuhan Benih mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan
pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan tumbuhan benih;
b. Bidang
Karantina
Tumbuhan
Non
Benih
mempunyai
tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan
teknis,
pemantauan
dan
evaluasi
pelaksanaan
perkarantinaan
tumbuhan non benih;
c. Bidang Keamanan Hayati Nabati mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan
pemantauan, serta evaluasi di bidang pengawasan invasive alien
species, agensia hayati, produk rekayasa genetika, benda lain dan
media pembawa lain impor, ekspor serta antar area;
d. Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut diatas, Pusat Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati menyelenggarakan fungsi :
5
a. Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis dan
pemantauan serta evaluasi di bidang perkarantinaan tumbuhan benih;
b. Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis dan
pemantauan serta evaluasi di bidang perkarantinaan tumbuhan non
benih;
c. Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis dan
pemantauan serta evaluasi di bidang pengawasan pangan segar asal
tumbuhan, invasive alien species, agensia hayati, produk rekayasa
genetika, benda lain dan media pembawa lain impor, ekspor serta
antar area.
3.
Organisasi dan Tata Kerja
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Kepala Pusat Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati sejak tahun 2011 terdiri dari unsurunsur: Bidang Karantina Tumbuhan Benih, Bidang Karantina Tumbuhan Non
Benih dan Bidang Keamanan Hayati Nabati serta Kelompok Jabatan
Fungsional. Secara rinci, struktur organisasi Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini :
PUSAT KARANTINA TUMBUHAN
DAN KEAMANAN HAYATI NABATI
BIDANG
KARANTINA TUMBUHAN
BENIH
BIDANG
KARANTINA
TUMBUHAN
NON BENIH
BIDANG
KEAMANAN HAYATI
NABATI
Gambar
Struktur Organisasi Pusat
Tumbuhan danSUB
Keamanan
SUBKarantina
BIDANG
BIDANG
SUB1.
BIDANG
KEAMANAN HAYATI
NON BENIH IMPOR
BENIH IMPOR
Hayati Nabati
NABATI IMPOR
SUB BIDANG
NON BENIH
EKSPOR DAN
ANTAR AREA
SUB BIDANG
BENIH EKSPOR DAN
ANTAR AREA
SUB BIDANG
KEAMANAN HAYATI
NABATI EKSPOR DAN
ANTAR AREA
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan
Hayati Nabati.
6
4.
Landasan Hukum Pelaksanaan Tugas
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati dibentuk
berdasarkan dasar hukum sebagai berikut :
a) Undang Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan
dan Tumbuhan;
b) Undang Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan;
c)
Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Convenction
Keanekaragaman Hayati;
d) Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2002 tentang Karantina
Tumbuhan;
e) Peraturan Pemerintah Nomor: 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi Pangan;
f)
Permentan Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementrian Pertanian.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina
Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, pelaksanaan Karantina Tumbuhan bertujuan
untuk:
a. Mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan karantina dari
luar negeri ke dalam wilayah Negara Repubik Indonesia;
b. Mencegah tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan karantina dari
suatu area ke area lain dalam wilayah Negara Republik Indonesia;
c. Mencegah keluarnya organisme pengganggu tumbuhan dari wilayah
Negara Republik Indonesia, apabila negara tujuan menghendakinya.
Sedangkan
pelaksanaan
pengawasan
keamanan
hayati
nabati
termasuk pengawasan keamanan pangan sesuai Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1996 tentang Pangan bertujuan untuk:
a. Tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan
gizi bagi kepentingan kesehatan manusia Indonesia;
7
b. Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab; dan
c. Terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan
terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kedua Undang-undang tersebut di atas antara lain ditindaklanjuti
dengan penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Karantina Tumbuhan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004
tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan yang menjadi dasar dalam
pelaksanaan perkarantinaan tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati
nabati.
Terkait dengan Pengawasan Jenis Asing Invasive (IAS), saat ini kajian
teknis dan Draft Peraturan Presiden yang telah disusun oleh Pusat Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati telah disampaikan ke Kementerian
Lingkungan Hidup untuk ditindaklanjuti.
8
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Agar pelaksanaan tugas dan fungsi Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati dapat mencapai kinerja yang ditetapkan, diperlukan
Rencana Strategis, yang berguna untuk :
a. Menyusun rencana kinerja (performance plan);
b. Menyusun rencana kerja dan anggaran (workplan and budget);
c. Menyusun penetapan kinerja (performance agreement);
d. Melaksanakan tugas, pelaporan, dan pengendalian kegiatan di lingkungan Pusat
Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati; dan
e. Menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati.
1.
Visi
Visi adalah gambaran umum masa depan organisasi yang diinginkan
dalam 5 tahun ke depan, sedangkan misi organisasi di bidang pemerintahan
adalah ungkapan dari tugas pokok dan fungsi atau merupakan maksud
dari keberadaan organisasi.
Visi Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati :
“Mendukung Badan Karantina Pertanian menjadi Instansi yang Tangguh
dan Terpercaya dalam Perlindungan Kelestarian Sumberdaya Alam
Hayati Nabati, Keamanan Pangan (Pengawasan Keamanan PSAT) dan
Lingkungan (JENIS ASING INVASIF, PRG, dan Kerusakan Lapisan Ozon)”
Pengertian Tangguh dan Terpercaya adalah sebagai berikut :
Tangguh :
“Penyelenggaraan karantina pertanian pada hakekatnya adalah pewujudan
pertahanan
negara
di
bidang
kelestarian
sumberdaya
alam
hayati,
keanekaragaman hayati serta keamanan pangan dan lingkungan.
Prinsip
pertahanan dimaksudkan
yaitu tangguh menghadapi serangan dan ancaman OPTK, cemaran kimia
berbahaya, produk rekayasa genetik berbahaya, serta spesies asing invasif.”
9
Terpercaya :
“Penyelenggaraan perkarantinaan dan pengawasan keamanan hayati nabati
harus mendapat kepercayaan yang tinggi secara nasional dan internasional.
Kepercayaan
akan
diperoleh
antara
lain
melalui
akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan dibidang perkarantinaan dan keamanan
hayati.”
2.
Misi
Dengan mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi serta Prioritas
Nasional dan Kebijakan Kementerian Pertanian, dengan Misi Badan
Karantina Pertanian sebagai berikut:
a. Melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan dari
serangan penyakit hewan karantina (HPHK) dan Organisme Penganggu
Tumbuhan Karantina (OPTK);
b. Mendukung terwujudnya keamanan pangan.
c. Menfasilitasi
perdagangan
dalam
rangka
mempertahankan
dan
meningkatkan akses pasar komoditas pertanian;
d. Meningkatkan citra dan kualitas layanan publik.
Selanjutnya misi Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati
Nabati adalah sebagai berikut:
a. Melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati nabati dari ancaman
OPTK/OPTP;
b. Mendukung terwujudnya sistem keamanan pangan yang sehat dan
pengawasan keamanan lingkungan dari ancaman spesies asing invasif
(JENIS ASING INVASIF) dan produk rakayasa genetik serta kerusakan
lapisan ozon.
c. Mempertahankan dan meningkatkan akses pasar komoditas pertanian;
d. Meningkatkan citra dan kualitas layanan publik perkarantinaan tumbuhan
dan pengawasan keamanan hayati nabati.
10
3.
Tujuan
Visi dan Misi memiliki sifat yang relatif sulit diukur oleh karena itu perlu
diturunkan/diderivasi
menjadi
tujuan
dan
sasaran
strategis.
Tujuan
merupakan pernyataan tentang apa yang ingin dicapai oleh Pusat Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati dalam kurun 5 tahun ke depan.
Sesuai tugas pokok dan fungsinya yaitu melaksanakan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang Karantina Tumbuhan Benih, Non
Benih, serta Pengawasan Keamanan Hayati Nabati, maka tujuan Pusat
Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati dalam tahun 2010-2014
adalah:
Menyiapkan
kebijakan
teknis
perkarantinaan
tumbuhan
dan
pengawasan keamanan hayati nabati guna meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pelaksanaan perkarantinaan tumbuhan nasional.
4.
Sasaran Strategis
Sasaran strategis merupakan penjabaran dari tujuan dengan arah
yang lebih terukur. Sasaran Strategis Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati
terbagi dalam 2 (dua) kelompok utama yaitu
sasaran prioritas misi dan sasaran prioritas pengembangan sumberdaya.
Prioritas misi berorientasi pada proses internal utama yang berkaitan
dengan tugas pokok yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang
undangan, sedangkan
prioritas misi
berkontribusi langsung pada
pencapaian tugas pokok Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati
Nabati.
Strategi pengembangan sumberdaya berkaitan dengan dukungan
manajemen yang mendukung langsung pencapaian sasaran prioritas misi.
Strategi pengembangan sumberdaya atau lazim juga disebut
‘capacity
building’ berhubungan dengan perencanaan teknis secara umum, penyediaan
dan pelaksanaan angggaran yang optimal.
Sasaran strategis Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati
Nabati adalah :
11
“Kebijakan teknis operasional karantina tumbuhan dan pengawasan
keamanan hayati nabati yang efektif”
Melalui sasaran strategis tersebut
diharapkan dapat meningkatkan
efektifitas pelaksanaan kebijakan teknis perkarantinaan tumbuhan dan
pengawasan keamanan hayati nabati dalam rangka mencegah masuk,
tersebar dan keluarnya OPTK/OPTP dan bahan pangan yang tidak
sehat/aman, serta pengawasan jenis asing invasif dan produk rekayasa
genetik.
Indikator kinerja tercapainya sasasan strategis tersebut dapat dilihat
dari jumlah rumusan kebijakan teknis operasional karantina tumbuhan dan
pengawasan keamanan hayati nabati yang dihasilkan/disempurnakan.
Pencapaian Sasaran Strategis tersebut dijabarkan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 1. Rencana Tindak Jangka Menengah Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati
N
o
5.
Program
Kegiatan
Prioritas
Sasaran
Indikator
Peningkatan
sistem
perkaran
-tinaan
tumbuhan dan
keamanan hayati
nabati
Kebijakan
teknis
operasional
karantina
tumbuhan
dan
pengawasan
keamanan
hayati
nabati
yang
efektif
Jumlah
rumusan
kebijakan
teknis
operasional
karantina
tumbuhan dan
pengawasan
keamanan hayati
nabati
yang
dihasilkan/disempurnakan
Target
2010
3
2011
6
2012
6
2013
6
2014
6
Alokasi Anggaran Baseline
Kegiatan Priorotas
(Milyar Rp)
2010
2011
2012
2013
2014
6,44
8,97
9,00
10,3
10,5
Kebijakan dan Program
5.1.
Kebijakan
Dalam rangka mencapai misi pusat karantina tumbuhan dan
keamanan hayati nabati, ditetapkan kebijakan utama penyiapan
kebijakan
teknis
pelaksanaan
perkarantinaan
tumbuhan
dan
pengawasan keamanan hayati nabati di Pre-Border, At-Border dan
Post-Border yang ditentukan melalui analisis risiko.
12
5.2.
Program
Kebijakan utama perkarantinaan tumbuhan dan keamanan
hayati nabati diuraikan melalui program utama dan pendukung.
5.2.1. Program Utama
1. Pre-Border
a. Menyusun kebijakan teknis, Pedoman dan Petunjuk
pelaksanaan perkarantinaan tumbuhan dan keamanan
hayati nabati;
b. Menyusun kebijakan teknis pelaksanaan Pre-Shipment
Inspection dengan negara mitra dagang;
c. Menyusun
kebijakan
teknis
tentang
Pengakuan
(Recognition) dan Perjanjian Ekivalensi dengan negara
mitra dagang di bidang perkarantinaan tumbuhan dan
pengawasan keamanan pangan segar asal tumbuhan
dengan negara mitra dagang;
d. Melakukan verifikasi sistem perkarantinaan tumbuhan
dan keamanan pangan dengan negara mitra dagang;
e. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi
terkait dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
kebijakan perkarantinaan tumbuhan dan keamanan
hayati nabati;
2. At-Border
a. Menyusun kebijakan teknis operasional perkarantinaan
tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati di
tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran;
b. Menyusun kebijakan teknik dan metode pelaksanaan
tindakan
karantina
tumbuhan
dan
pengawasan
keamanan hayati nabati;
c. Menyusun SOP umum pelaksanaan pelayanan karantina
tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati;
13
d. Menyusun
kebijakan
janji
layanan
(Service
Level
Arangement) dan sistem penjaluran media pembawa
OPTP/OPTK berdasarkan analisis resiko OPTP/OPTK;
e. Menyusun kebijakan teknis instalasi karantina tumbuhan;
f. Menyusun kebijakan teknis laboratorium perkarantinaan
tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati.
3. Post-Border
a. Menyusun
kebijakan
teknis
pelaksanaan
kawasan
karantina tumbuhan;
b. Menyusun
kebijakan
teknis
pelaksanaan
sistem
peringatan dini (early warning systems);
c. Menyusun kebijakan teknis pelaksanaan pemantauan
dan monitoring daerah sebar OPT/OPTP/OPTK;
d. Menyusun
kebijakan
teknis
pelaksanaan
program
eradikasi (eradication program) OPTP/OPTK dengan
melibatkan instansi terkait;
e. Menyusun
kebijakan
teknis
pelaksanaan
tindakan
pengasingan dan pengamatan;
f. Menyusun
kebijakan
teknis
mekanisme
pelaporan
adanya OPT/OPTK (Pest Reporting);
g. Menyusun Kajian Teknis Pedoman Karantina Pasca
Masuk (Post Entry Quarantine);
h. Melakukan koordinasi dengan lembaga penelitian dan
perguruan tinggi di bidang perkarantinaan tumbuhan dan
pengawasan keamanan hayati nabati.
5.2.2. Program Pendukung
Dalam rangka akselerasi ekspor media pembawa maka
dilakukan program pendukung sebagai berikut:
a. Menyusun kebijakan teknis pelaksanaan In-line Inspection;
14
b. Menyiapkan infomasi teknis persyaratan SPS negara tujuan;
c. Menyiapkan kebijakan teknis instalasi karantina tumbuhan;
d. Menyiapkan kebijakan teknis tindakan perlakuan karantina
tumbuhan;
e. Menyiapkan kebijakan teknis implementasi sistem skim
audit;
f. Menyusun
kebijakan
teknis
dalam
rangka
pertukaran
informasi teknis prosedur NPPO dengan negara mitra
dagang.
6.
Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja antara Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati dengan Kepala Badan Karantina Pertanian yang
akan dicapai berdasarkan anggaran yang telah disetujui pada Tahun 2014
adalah :
1. Penyempurnaan Kepmentan No.3237/2009;
2. Pedoman Pelaksanaan Tindakan Pemeriksaan Kesehatan Oleh Pihak
Ketiga:
3. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan PreBorder di Negara Asal (Pre-Clearance);
4. Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sertifikasi Fitosanitari
Komoditas Unggulan;
5. Pedoman Analisa Risiko Keamanan Pangan;
6. Kajian
Teknis
Tentang
Tatacara
Tindakan
Karantina
Terhadap
Pemasukan dan Pengeluaran Benda Lain.
15
III. AKUNTABILITAS KINERJA
1.
Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja kegiatan di lingkup Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan
Hayati
Nabati
Tahun
2014
dilakukan
membandingkan antara target dengan realisasi
dengan
cara
masing-masing sasaran
dengan indikator kinerja. Selain itu, dilakukan juga dengan membandingkan
antara target yang telah dicapai sampai tahun 2014 dengan target yang
direncanakan sampai tahun 2015.
Keberhasilan dan ketidakberhasilan setiap sasaran ditentukan dengan
persentase pencapaian target yang telah ditetapkan, dengan kisaran sebagai
berikut :
A. Sangat Baik
: 96 -100 %
B. Baik
: 76 - 95 %
C. Cukup
: 61 - 75 %
D. Kurang
: 60 %
Pusat Karantina Tumbuhan telah berhasil mencapai 6 (enam) target
Penetapan
Kinerja
tahun
2014
berupa
Rumusan
Kebijakan
Teknis
Operasional Karantina Tumbuhan sebagai berikut :
1. Penyempurnaan Kepmentan No.3237/2009;
2. Pedoman Pelaksanaan Tindakan Pemeriksaan Kesehatan Oleh Pihak
Ketiga;
3. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan PreBorder di Negara Asal (Pre-Clearance);
4. Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sertifikasi Fitosanitari
Komoditas Unggulan;
5. Pedoman Analisa Risiko Keamanan Pangan;
6. Kajian
Teknis
Tentang
Tatacara
Tindakan
Karantina
Terhadap
Pemasukan dan Pengeluaran Benda Lain.
16
Hasil pengukuran kinerja terhadap 6 (enam) target Penetapan Kinerja
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Tahun 2014
dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Pengukuran Kinerja Tahunan
No
Sasaran
Strategis
Indikator kinerja
Target
(Dokumen)
1
Kebijakan
teknis yang
efektif dalam
operasional
pencegahan
masuk dan
menyebarnya
OPTK,
pangan nabati
yang tidak
aman serta
media lain
yang
mengancam
kelestarian
sumberdaya
hayati
tumbuhan dan
kesehatan
pangan nabati
Kebijakan teknis
operasional Karantina
Tumbuhan dan
Keamanan Hayati nabati
yang
dihasilkan/disempurnakan
dan dapat
diimplementasikan
1. Penyempurnaan
Kepmentan
No.3237/2009
2. Pedoman Pelaksanaan
Tindakan Pemeriksaan
Kesehatan Media
Pembawa OPTK Oleh
Pihak Ketiga
3. Penyusunan Pedoman
Pelaksanaan Karantina
Tumbuhan Pre-border
di Negara Asal (PreClearance)
4. Penysunan Standar
Operasional Prosedur
(SOP) Sertifikasi
Fitosanitari Komoditas
Unggulan
5. Kajian Tatacara
Tindakan Karantina
Tumbuhan Terhadap
Pemasukan dan
Pengeluaran Benda
Lain
6. Pedoman Analisa
Risiko Keamanan
Pangan
6
Kebijakan
dengan
kualitas
baik
Keterangan:
Nilai Kisaran
A. Sangat baik
B. Baik
C. Cukup
Realisasi
(Dokumen)
%
87,5
100
75
87,5
100
75
87,5
100
75
87,5
100
75
87,5
100
75
87,5
100
75
= 96 - 100 %
= 76 - 95 %
= 61 - 75 %
17
D. Kurang
=
60
%
Bobot penilaian:
Perumusan kebijakan sudah ditanda tangani
Perumusan kebijakan baru nota dinas ka Badan
Perumusan kebijakan belum slesai atau belum nota dinas
= 100
= 75
= 50
Tabel 3. Hasil Pengukuran Kinerja 5 (Lima) Tahun
2.
Tujuan
Sasaran
Menyiapkan
kebijakan
teknis
perkarantina
an tumbuhan
dan
pengawasan
keamanan
hayati nabati
guna
meningkatka
n efektifitas
dan efisiensi
pelaksanaan
perkarantina
an tumbuhan
nasional
Kebijakan
teknis
operasional
karantina
tumbuhan
dan
pengawasan
keamanan
hayati nabati
yang efektif
Indikator
kinerja
Jumlah
rumusan
Kebijakan
teknis
operasional
Karantina
Tumbuhan
dan
Keamanan
Hayati nabati
yang
dihasilkan/ disempurnakan
dan dapat diimplementasi
-kan
Realisasi Kinerja pada tahun ke2010 2011 2012 2013 2014
13
10
6
6
6
Evaluasi dan Analisis Akuntabilitas Kinerja
Rumusan
Kebijakan
Teknis
Operasional
Karantina
Tumbuhan
dan
Pengawasan Keamanan Hayati Nabati yang telah berhasil dicapai oleh Pusat
Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati TA. 2014 diuraikan
sebagai berikut :
2.1.
Penyempurnaan Kepmentan No. 3237/2009
Dalam Pasal 76 PP No. 14 Tahun 2002 tentang Karantina
Tumbuhan dicantumkan bahwa (1) untuk setiap tindakan karantina
tumbuhan diterbitkan dokumen tindakan karantina tumbuhan oleh
Petugas Karantina Tumbuhan, (2) Dokumen Tindakan Karantina
Tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, wajib segera
disampaikan kepada Pemilik dan/atau pihak lain yang berkepentingan,
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang jenis, bentuk dan tatacara penerbitan
18
dokumen tindakan karantina tumbuhan ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Pertanian.
Bentuk dan
ditetapkan
Jenis Dokumen
melalui
Keputusan
Karantina Tumbuhan telah
Menteri
Pertanian.
Dalam
perkembangannya, Keputusan Menteri Pertanian tentang Bentuk dan
Jenis Dokumen Karantina Tumbuhan telah mengalami beberapa kali
revisi/penyempurnaan. Revisi terakhir tentang Bentuk dan Jenis
Dokumen Tindakan Karantina Tumbuhan telah ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Pertanian No. 3237/2009.
Kegiatan
Penyempurnaan
Permentan
No.
3237/2009
didasarkan atas hasil monitoring dan evaluasi penggunaan dokumen
tindakan karantina tumbuhan di UPT Karantina Pertanian. Dari hasil
monitoring dan evaluasi tersebut ditemukan beberapa permasalahan
antara lain :
-
Masih terdapat beberapa perbedaan penggunaan dokumen
karantina tumbuhan di UPT Karantina Pertanian untuk tindakan
karantina tumbuhan;
-
Perlu perubahan redaksi pada beberapa dokumen;
-
Masih terdapat tindakan yang belum difasilitasi dalam Kepmentan
no. 3237/2009 dan sekaligus masih diperlukan penyederhaan
terhadap bentuk dan jenis dokumen tindakan karantina tumbuhan
yang telah ditetapkan.
Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan
Penyempurnaan Kepmentan No. 3237/2009 adalah sebesar Rp.
420.150.000,- dan realisasi penyerapan anggarannya sebesar Rp.
371.924.000,- (88,50%)
2.1.1. Capaian Kinerja
Kegiatan Penyempurnaan Kepmentan No. 3237/2009
dilaksanakan dalam bentuk rapat pembahasan dan workshop
dengan melibatkan pejabat fungsional lingkup Badan Karantina
Pertanian, baik di Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan
19
Hayati Nabati dan Unit Pelaksna Teknis Karantina Pertanian.
Fokus utama dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk
menyempurnakan
bentuk
dan
jenis
dokumen
karantina
tumbuhan yang tercantum dalam Kepmentan No.3237/2009.
Hasil penyempurnaan kepmentan tersebut adalah :
-
Secara umum penyempurnaan Kepmentan No. 3237/2009
dilakukan terhadap penandatanganan dokumen, dasar
hukum dan revisi beberapa judul dan substansi dalam
dokumen;
-
Melengkapi atau memperjelas petunjuk pengisian dalam
Pedoman
tumbuhan
Penggunnaan
sebagai
Dokume
Lampiran
II
Tindakan
Keputusan
Karantina
Menteri
Pertanian, menyesuaikan dengan perubahan substansi
dalam dokumen dan disertai dengan contoh;
-
Telah disusun dokumen tambahan untuk memfasilitasi
laporan hasil pengambilan sampel dan laporan hasil
pengawasan lalulintas media pembawa tanpa pemilik.
2.1.2. Evaluasi Capaian Kinerja
Pelaksanaan kegiatan Penyempurnaan Kepmentan No.
3237/2009 dinilai tidak menemui kendala yang berarti dan
output yang diharapkan dapat dihasilkan. Untuk pelaksanaanya
mengalami perubahan waktu dari jadwal yang telah ditetapkan
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena peserta/tim yang terlibat
dalam kegiatan ini mengikuti kegiatan lain dalam waktu yang
bersamaan.
Setelah kegiatan selesai, kebijakan Penyempurnaan
Kepmentan No.3237/2009 disampaikan oleh Pusat Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati kepada Sekretariat
Badan Karantina Pertanian cq. Bagian Hukum dan Humas,
melalui Memo Dinas Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati pada bulan Desember 2014 untuk
diproses lebih lanjut.
20
Dengan telah dilaksanakannya seluruh tahapan kegiatan
Penempurnaan
Kepmentan
No.3237/2009
yang
telah
disampaikan kepada Sekretariat Badan Karantina Pertanian,
maka kebijakan tentang Penyempurnaan Kepmentan No.
3237/2009 telah berhasil dicapai.
2.1.3. Analisis Capaian Kinerja
Akuntabilitas kinerja diukur berdasarkan indikator yang
telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja. Indikator kinerja
untuk Penetapan Kinerja tahun 2014 adalah “Kebijakan teknis
operasional karantina tumbuhan dan keamanan hayati nabati
yang dihasilkan/disempurnakan dan dapat diimplementasikan”.
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
telah menetapkan Penyempurnaan Kepmentan No. 3237/2009
sebagai salah satu dari 6 (enam) Penetapan Kinerja. Sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan, Kebijakan Teknis
Operasional Karantina Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan
Hayati Nabati telah berhasil dicapai salah satunya melalui
pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Penyusunan kebijakan.
Kebijakan tersebut telah disampaikan kepada Sekretariat Badan
Karantina Pertanian untuk ditindaklanjuti proses penetapannya
melalui Nota Dinas Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati tanggal 4 November 2014.
Mengacu pada indikator yang telah ditetapkan, Kebijakan
Teknis Operasional Karantina Tumbuhan dan Pengawasan
Keamanan Hayati Nabati yang dihasilkan diharapkan nantinya
dapat
berimplementasi
dalam
operasional
perkarantinaan
tumbuhan. Sebagai upaya untuk mencapai kriteria dapat
berimplementasi, pengumpulan dan/atau pembahasan bahan
kajian senantiasa mengupayakan solusi permasalahan yang
sedang dihadapi. Dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan
melibatkan peserta dan/atau tim penyusun yang berasal
beberapa UPT KP. Peserta dan/atau tim penyusun dinilai sudah
21
merupakan representasi UPT KP yang mempunyai keterkaitan
dengan kebijakan yang akan dihasilkan
2.2.
Pedoman Pelaksanaan Tindakan Pemeriksaan Kesehatan Media
Pembawa OPTK Oleh Pihak Ketiga
Tindakan Pemeriksaan Kesehatan Media Pembawa OPTK (MP
OPTK) merupakan bagian dari tindakan pemeriksaan MP OPTK yang
menjadi tanggung jawan dan wewenang petugas karantina tumbuhan
(POPT). Dengan tanggung jawab dan kewenangan tersebut, maka
tindakan pemeriksaan kesehatan MP OPTK seharusnya dilaksanakan
di laboratorium karantina tumbuhan.
Namun demikian, berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku menyatakan bahwa sebagian tindakan karantina
tumbuhan dapat dilaksanakan oleh instansilain selaku pihak ketiga,
khususnya tindakan pemeriksaan kesehatan MP OPTK negara tujuan
yang akan dikeluarkan dari dalam wilayah negara RI.
Dalam pelaksanaannya, pengaturan pelimpahan kewenangan
belum diatur secara menyeluruh dan masih terbatas pada persyaratan
registrasi, prosedur registrasi, audit surveilen dan audit investigasi,
tindakan
perbaikan,
pembekuan
serta
perpanjangan
registrasi.
Sedangkan pedoman yang menjelaskan tentang prosedur pengujian
kesehatan benih berikut metode yang digunakan secara khusus belum
diatur,
sehingga
terdapat
kecenderungan
bahwa
pelaksanaan
pengujian kesehatan benih yang dilakukan oleh Pihak Ketiga belum
seragam.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut diatas,
maka Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
menyelenggarakan kegiatan Penyusunan Pedoman Pelaksanaan
Tindakan Pemeriksaan Kesehatan Media Pembawa OPTK Oleh Pihak
Ketiga.
Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan
Penyusunan
Pedoman
Pelaksanaan
Tindakan
Pemeriksaan
22
Kesehatan MP OPTK adalah sebesar Rp. 245.616.000,- dan realisasi
penyerapan anggarannya sebesar Rp. 183.852.500,- (74,80%)
2.2.1. Capaian Kinerja
Kegiatan
Penyempurnaan
kebijakan
klasifikasi
laboratorium karantina tumbuhan dilaksanakan dalam bentuk
pembahasan
dan
workshop
dengan
melibatkan
pejabat
fungsional lingkup Badan Karantina Pertanian, baik di Pusat
Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati dan Unit
Pelaksna Teknis Karantina Pertanian. Fokus utama dari
pelaksanaan
kegiatan
ini
adalah
untuk
menyeragamkan
tindakan pemeriksaan kesehatan MP OPTK yang dilakukan oleh
Pihak Ketiga.
Dari hasil pembahasan dan workshop telah ditetapkan
beberapa hal, yaitu :
- Secara umum pedoman ini mengatur tentang pemeriksaan
kesehatan media pembawa OPTK, rekaman/dokumentasi
hasil pemeriksaan kesehatan dan penerbitan Phytosanitary
Certificate (PC)
- Pemeriksaan
kesehatan
media
pembawa
OPTK
dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori yaitu pemeriksaan
langsung dan pemeriksaan tidak langsung
- Penentuan metode pemeriksaan kesehatan yang akan
digunakan pada umumnya ditentukan berdasarkan kelompok
OPTK yang akan diuji/diidentifikasi dan jenis media pembawa
(OPTK Kelompok Serangga, Tungau, Gulma, Nematoda,
Cendawan, Bakteri, Fitoplasma dan Virus)
- Peneritan Phytosanitary Certificate (PC) terhadap tindakan
pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak ketiga, dilaksanakan
setelah petugas karantina tumbuhan melakukan pemeriksaan
identitas yang menyatakan bahwa media pembawa yang
akan dikirim adalah benar, jenis dan jumlahnya serta bebas
dari OPT sasaran.
23
2.2.2. Evaluasi Capaian Kinerja
Pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan
Tindakan
Penyusunan
Pemeriksaan
Pedoman
Kesehatan
Media
Pembawa OPTK Oleh Pihak Ketiga dinilai tidak menemui
kendala yang berarti dan output yang diharapkan dapat
dihasilkan. Untuk pelaksanaanya mengalami perubahan waktu
dari jadwal yang telah
ditetapkan
sebelumnya.
Hal ini
disebabkan karena peserta/tim yang terlibat dalam kegiatan ini
mengikuti kegiatan lain dalam waktu yang bersamaan.
Setelah
kegiatan
selesai,
Pedoman
Pelaksanaan
Tindakan Pemeriksaan Kesehatan Media Pembawa OPTK Oleh
Pihak Ketiga disampaikan oleh Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati kepada Sekretariat Badan Karantina
Pertanian cq. Bagian Hukum dan Humas, melalui Nota dinas
Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati
Nabati pada bulan Desember 2014 untuk diproses lebih lanjut.
Dengan telah dilaksanakannya seluruh tahapan kegiatan
Penyusunan
Pedoman
Tindakan
Pemeriksaan
Media Pembawa OPTK Oleh Pihak Ketiga
Kesehatan
yang telah
disampaikan kepada Sekretariat Badan Karantina Pertanian,
maka kebijakan tentang Pedoman Pelaksanaan Tindakan
Pemeriksaan Kesehatan Media Pembawa OPTK Oleh Pihak
Ketiga telah berhasil dicapai.
2.2.3. Analisis Capaian Kinerja
Akuntabilitas kinerja diukur berdasarkan indikator yang
telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja. Indikator kinerja
untuk Penetapan Kinerja tahun 2014 adalah “Kebijakan teknis
operasional karantina tumbuhan dan keamanan hayati nabati
yang dihasilkan/disempurnakan dan dapat diimplementasikan”.
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
telah
menetapkan
Pedoman
Pelaksanaan
Tindakan
Pemeriksaan Kesehatan Media Pembawa OPTK Oleh Pihak
24
Ketiga sebagai salah satu dari 6 (enam) Penetapan Kinerja.
Sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, Kebijakan
Teknis Operasional Karantina Tumbuhan dan Pengawasan
Keamanan Hayati Nabati telah berhasil dicapai salah satunya
melalui pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Penyusunan
kebijakan.
Kebijakan
tersebut
telah
disampaikan
kepada
Sekretariat Badan Karantina Pertanian untuk ditindaklanjuti
proses penetapannya melalui Nota Dinas Kepala Pusat
Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati.
Mengacu pada indikator yang telah ditetapkan, Kebijakan
Teknis Operasional Karantina Tumbuhan dan Pengawasan
Keamanan Hayati Nabati yang dihasilkan diharapkan nantinya
dapat
berimplementasi
dalam
operasional
perkarantinaan
tumbuhan. Sebagai upaya untuk mencapai kriteria dapat
berimplementasi, pengumpulan dan/atau pembahasan bahan
kajian senantiasa mengupayakan solusi permasalahan yang
sedang dihadapi. Dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan
melibatkan peserta dan/atau tim penyusun yang berasal
beberapa UPT KP. Peserta dan/atau tim penyusun dinilai sudah
merupakan representasi UPT KP yang mempunyai keterkaitan
dengan kebijakan yang akan dihasilkan
2.3.
Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Karantina Tumbuhan PreBorder di Negara Asal (Pre-Clearance)
Upaya pencegahan terhadap masuk dan tersebarnya OPTK ke
dalam Wilayah Negara Republik Indonesia merupakan amanat Undang
Undang Nomor 16 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Nomor 14
Tahun
2002.
Pemasukan
komoditas
pertanian
sebagai media
pembawa OPTK, yang terjadi pada era perdagangan bebas saat ini,
telah meningkatkan risiko terhadap masuk dan tersebarnya organisme
pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) ke dalam wilayah negara
Republik Indonesia.
25
Dalam rangka meningkatkan pencegahan terhadap risiko masuk
dan tersebarnya OPTK, tindakan karantina dapat dilaksanakan di
negara asal (pre border), di tempat pemasukan dan pengeluaran (at
border), dan setelah melalui tempat pemasukan (post border). Untuk
memperkecil risiko dari adanya importasi komoditas pertanian dan
untuk
meningkatkan
kelancaran
pelayanan
di
tempat-tempat
pemasukan diperlukan suatu penguatan pelaksanaan karantina
tumbuhan pre-border melalui pelaksanaan penilaian atau asesmen
komoditas impor secara komprehensif di negara asal. Pusat Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati sebagai salah satu unit
eselon II Badan Karantina Pertanian mempunyai tugas melakukan
kajian
akademis
sebagai
bahan
dalam
menyusun
kebijakan
pelaksanaan pre-clearance.
Berkaitan dengan tugas dan fungsi tersebut, maka Pusat
Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati melalui Daftar Isian
Pelaksana Anggaran (DIPA) Badan Karantina Pertanian tahun 2014
menyelenggarakan kegiatan yaitu Penyusunan Pedoman Pelaksanaan
Karantina Tumbuhan Pre-border di Negara Asal (Pre-clearance). Total
anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut
adalah sebesar Rp. 305.592.000,- dengan realisasi penyerapan
anggarannya sebesar Rp. 303.579.500 (99,00%). Hal ini karena ada
penghematan dalam penggunaan anggaran untuk akomodasi dan
konsumsi.
2.3.1. Capaian Kinerja
Pre-clearance
(compliance)
sistem
merupakan
fitosanitari
penilaian
negara
asal
kesesuaian
terhadap
persyaratan yang ditetapkan negara pengimpor. Aktivitas
program pre-clearance mencakup penilaian penerapan sistem
sertifikasi fitosanitari terhadap komoditas yang akan diekspor,
antara lain: penerapan Good Agriculture Practices (GAP),
kondisi area produksi, penerapan pengendalian hama terpadu
(Intergrated Pest Management, IPM), program surveillance,
status Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), pengujian
26
laboratorium,
penanganan
pasca
panen
(Good
Handling
Practices), metode perlakuan, transportasi, dan pencatatan.
Pre-clearance dipandang lebih efektif dalam upaya mitigasi
risiko OPTK dan lebih efisiensi dari segi biaya, waktu, dan
Sumber Daya Manusia (SDM).
Output kegiatan ini adalah 1 (satu) dokumen naskah hasil
kajian teknis pelaksanaan pre-clearance sebagai upaya untuk
mendukung penyelenggaraan perkarantinaan yang efektif dan
efisien. Kajian teknis ini mencakup dasar pelaksanaan dan
persyaratan pre-clearance, prosedur pelaksanaan, konsekuensi
dan kaji ulang penerapan pre-clearance. Hasil yang diperoleh
melalui kegiatan tersebut dapat digunakan sebagai pedoman
bagi
petugas
karantina
tumbuhan
dalam
melaksanakan
tindakan karantina tumbuhan pre-border di negara asal.
Sebagai tindaklanjut dari hasil kegiatan agar pedoman tersebut
memiliki kekuatan hukum formal untuk diimplementasikan,
Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati
Nabati telah menyampaikan Memo Dinas beserta hasil kajian
yaitu Pedoman Pelaksanaan Karantina Tumbuhan Pre-border di
Negara
Asal
(Pre-clearance)
kepada
Sekretaris
Badan
Karantina Pertanian tertanggal 8 April 2014.
2.3.2. Evaluasi Capaian Kinerja
Kegiatan Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Karantina
Tumbuhan Pre-border di Negara Asal (Pre-clearance) dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan jadwal waktu yang
telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan ini meliputi penyusunan
bahan kajian, pembahasan terhadap kajian yang telah disusun
dengan melibatkan narasumber, dilanjutkan dengan workshop
yang diikuti oleh seluruh peserta kegiatan untuk mendapatkan
masukan dalam menyempurnakan pedoman tersebut.
Hasil dari seluruh tahapan kegiatan tersebut berupa
naskah kajian atau dokumen Pedoman Pelaksanaan Karantina
27
Tumbuhan Pre-border di Negara Asal (Pre-clearance) yang
selanjutnya
diserahkan
ke
Sekretariat
Badan
untuk
ditindaklanjuti oleh Bagian Hukum dan Humas, sehingga
pedoman
tersebut
memiliki
kekuatan
hukum
untuk
diimplementasikan oleh semua pihak yang terkait ataupun
stake-holder di lapangan. Dengan demikian Pusat Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati dalam menyusun kebijakan
tentang Pedoman Pelaksanaan Karantina Tumbuhan Preborder di Negara Asal (Pre-clearance) telah berhasil dicapai.
Hambatan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja
tersebut, peserta yang hadir dalam pelaksanaan kegiatan sudah
melibatkan perwakilan dari UPT Karantina Pertanian yang
diharapkan memberikan masukan masih belum maksimal,
walaupun jumlah peserta yang hadir sudah sesuai dengan
alokasi anggaran yang direncanakan. Hal ini perlu mendapat
perhatian semua pihak yang terlibat sehingga masa yang akan
datang, peserta kegiatan dapat memberikan kontribusi yang
lebih baik terhadap hasil kegiatan yang dilaksanakan.
2.3.3. Analisis Capaian Kinerja
Penyusunan kebijakan tentang Pedoman Pelaksanaan
Karantina Tumbuhan Pre-border di Negara Asal (Pre-clearance)
merupakan
kegiatan
yang
ditetapkan
Pusat
Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati sebagai salah satu
dari 6 (enam) Penetapan Kinerja. Sesuai dengan indikator yang
telah ditetapkan, Kebijakan Teknis Operasional Karantina
Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan Hayati Nabati telah
berhasil dicapai. Pencapaian dalam Penetapan Kinerja tersebut,
salah satunya melalui pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan
penyusunan
kebijakan
Pedoman
Pelaksanaan
Karantina
Tumbuhan Pre-border di Negara Asal (Pre-clearance) yang
telah
disampaikan
kepada
Sekretariat
Badan
Karantina
Pertanian untuk ditindaklanjuti proses penetapannya sebagai
28
suatu
kebijakan
yang
memiliki
kekuatan
hukum
dalam
implementasinya.
Mengacu pada indikator yang telah ditetapkan tersebut,
Pedoman Pelaksanaan Karantina Tumbuhan Pre-border di
Negara Asal (Pre-clearance) yang telah dihasilkan perlu segera
ditetapkan dengan suatu keputusan sebagai Kebijakan Teknis
Operasional Karantina Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan
Hayati Nabati, khusunya terkait dengan pelaksanaan tindakan
karantina
di
negara
asal
(Pre-clearance).
Selanjutnya
disosialisasikan ke seluruh UPT Karantina Pertanian dan semua
pihak yang terkait, sehingga kebijakan yang diihasilkan dapat
dilaksanakan. Dengan demikian diharapkan pedoman tersebut
dapat
memperlancar
dalam
operasional
perkarantinaan
tumbuhan khususnya terkait dengan pelayanan terhadap
komoditas impor, sebagai upaya dalam meningkatkan efektifitas
cegah-tangkal
terhadap
terintroduksinya
Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dari komoditas impor
ke Indonesia.
2.4.
Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sertifikasi
Fitosanitari Komoditas Unggulan
Kegiatan ini terdapat perubahan yang semula kebijakan sistem
sertifikasi ekspor terhadap komoditas ekspor strategis menjadi
penyusunan standar operasional prosedur (SOP) sertifikasi fitosanitari
komoditas unggulan dengan pertimbangan bahwa kebutuhan di UPT
dalam melakukan pelayanan karantina tumbuhan untuk saat ini adalah
SOP
sebagai
acuan
dalam
memberikan
pelayanan
terhadap
komoditas unggulan. Pelayanan sertifikasi tersebut melalui penerbitan
sertifikasi karantina tumbuhan (Phytosanitary Certificate, PC) terhadap
komoditas unggulan yang dilakukan oleh UPT diharapkan dapat
mendukung pemerintah dalam upaya peningkatan daya saing ekpsor
komoditas unggulan Indonesia.
Oleh karena itu, Badan Karantina Pertanian sebagai focal point
NPPO Indonesia perlu memiliki standar operasional prosedur (SOP)
29
sertifikasi ekspor komoditas pertanian untuk komoditas unggulan. SOP
ini diperlukan sebagai acuan bagi Petugas Karantina Tumbuhan di
UPT dalam melakukan sertifikasi terhadap komoditas yang akan
diekspor, sehingga proses pelaksanaan sertifikasi dapat dilakukan
secara seragam, kredibel, tertelusur dan acceptable.
Berdasarkan hal tersebut, Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati pada tahun 2014 melaksanakan kegiatan
untuk menyusun standar operasional prosedur (SOP) sertifikasi ekspor
berdasarkan komoditas dan untuk tahun ini adalah buah Salak dan
Manggis serta PKE sesuai dengan perkembangan kebutuhan dalam
mengakselerasi ekspor komoditas tersebut. Pelaksanaan kegiatan ini
tertuang dalam Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Badan
Karantina Pertanian tahun 2014 dengan total anggaran yang
dialokasikan adalah sebesar Rp. 107.160.000 yang telah dapat
direalisasikan seluruhnya 100%, yaitu sebesar Rp. 107.160.000,-2.4.1. Capaian Kinerja
Kegiatan Penyusunan Standar Operasional Prosedur
(SOP) Sertifikasi Fitosanitari Komoditas Unggulan yang untuk
tahun ini adalah buah Salak dan Manggis serta PKE, sesuai
dengan
perkembangan
kebutuhan
dalam
mengakselerasi
ekspor komoditas tersebut. Dengan adanya SOP ini diharapkan
dalam pelaksanaan sistem sertifikasi ekspor dapat lebih
kredibel, tertelusur dan acceptable. Hal ini sejalan dengan
ketentuan dalam Artikel IV IPPC yang mengamanatkan bahwa
negara
anggota
wajib
membuat
aturan
Phytosanitary
Certification untuk menjamin bahwa tanaman, hasil tanaman,
media pembawa yang diatur lainnya dan barang kiriman sesuai
dengan yang tertuang dalam sertifikat dengan merujuk kepada
International Standard for Phytosanitary Meausres (ISPM)
nomor 7 (Phytosanitary Certification System) dan ISPM Nomor
12 (Phytosanitary Certificates).
Output kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut di atas
adalah berupa naskah kajian Standar Operasional Prosedur
30
(SOP) Sertifikasi Fitosanitari Komoditas Unggulan yang terdiri
atas : a) Pedoman Sertifikasi Fitosanitari Buah Salak Tujuan
China (1 dokumen) dengan ruang lingkup meliputi langkahlangkah dalam penerapan pemenuhan persyaratan fitosanitari
dalam protokol ekspor buah salak ke China, serta pembagian
tugas dan kewenangan semua pihak yang terkait dalam ekspor
buah salak; b) Pedoman Sertifikasi Fitosanitari Palm Kernel
Expeller (PKE) Tujuan New Zealand (1 dokumen), sebagai
acuan dalam penerapan sistem sertifikasi fitosanitari yang
berbasis in-line inspection dalam pengelolaan risiko dengan
penerapan mitigasi risiko terbawanya organisme pengganggu
tumbuhan dan kontaminasi cemaran berbahaya mulai dari
tempat produksi sampai pengiriman dengan melibatkan para
pihak yang terkait; dan c) Pedoman Sertifikasi Fitosanitari Buah
Manggis Tujuan Australia, sebagai acuan dalam penerapan
sistem sertifikasi fitosanitari terhadap buah manggis untuk
memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan oleh negara
tujuan Australia.
Saat ini, naskah kajian berupa pedoman tersebut di atas
sudah disampaikan kepada Sekretaris Badan Karantina oleh
Kepala
Pusat
Karantina
Tumbuhan
melalui
Nota
Dinas
tertanggal 25 Nopember 2014 untuk dapat segera ditetapkan
oleh Kepala Badan Karantina Pertanian. Dengan adanya
penetapan ini, diharapkan pedoman tersebut dapat memiliki
kekuatan hukum dalam penerapannya oleh seluruh UPT
Karantina Pertanian dan semua pihak yang terkait.
2.4.2. Evaluasi Capaian Kinerja
Dengan telah tersusunnya SOP Sertifikasi Fitosanitari
Komoditas Unggulan yang meliputi : Pedoman Sertifikasi
Fitosanitari Buah Salak Tujuan China, Pedoman Sertifikasi
31
Fitosanitari Palm Kernel Expeller (PKE) Tujuan New Zealand
dan Pedoman Sertifikasi Fitosanitari Buah Manggis Tujuan
Australia, diharapkan dapat menjadi pedoman dalam penerbitan
sertifikat, sehingga sertifikat yang diterbitkan benar-benar dapat
menjamin bahwa
komoditas yang dikirim telah mememuhi
persyaratan negara tujuan.
Dengan penerapan SOP tersebut dalam penerbitan
sertifikat
kesehatan
dilaksanakan
oleh
(Phytosanitary
UPT
Karantina
Certificate)
Pertanian
di
yang
tempat
pengeluaran, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
negara mitra dagang Indonesia yang pada akhirnya dapat
meningkatkan
daya
saing
ekspor
komoditas
unggulan
Indonesia. Hal ini sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai
dalam pelaksanaan program pembangunan pertanian oleh
Kementerian Pertanian. Dengan demikian Pusat Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati dalam menyusun kebijakan
tersebut telah tercapai dan sejalan dengan arah kebijakan
program pembangunan pertanian yang ditetapkan.
Hambatan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja
tersebut, bahwa semua pedoman tersebut dapat dilaksanakan
apabila setelah memiliki kekuatan hukum, oleh karena itu harus
segera ditetapkan Badan Karantina Pertanian sebagai acuan
bagi seluruh UPT Karantina Pertanian dan semua pihak yang
terkait. Selanjutnya pedoman yang telah ditetapkan tersebut
masih perlu disosialisasikan ke semua pihak, sehingga dalam
pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
yang diharapkan.
2.4.3. Analisis Capaian Kinerja
Penyusunan
Standar
Operasional
Prosedur
(SOP)
Sertifikasi Fitosanitari Komoditas Unggulan yang telah berhasil
dicapai adalah untuk buah Salak dan Manggis serta PKE,
32
merupakan
kegiatan
yang
ditetapkan
Pusat
Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati sebagai salah satu
dari 6 (enam) Penetapan Kinerja. Pencapaian dalam Penetapan
Kinerja tersebut dapat bermanfaat setelah ditindaklanjuti proses
penetapannya sebagai suatu kebijakan yang memiliki kekuatan
hukum, sehingga dapat diimplementasikan oleh UPT Karantina
Pertanian dan semua pihak yang terkait.
Mengacu pada indikator yang telah ditetapkan tersebut,
Pedoman yang dihasilkan harus segera ditetapkan dengan
suatu
keputusan
sebagai
Kebijakan
Teknis
Operasional
Karantina Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan Hayati
Nabati yang dapat diimplementasikan dalam operasional
perkarantinaan
tumbuhan,
khususnya
dalam
pelayanan
sertifikasi untuk komoditas ekspor. Hal ini sebagai upaya untuk
mencapai sasaran yang ditetapkan dalam menyusun SOP
tersebut
sebagai
meningkatkan
pedoman
kredibilitas
dari
bagi
semua
sertifikasi
pihak
fitosanitari
dalam
yang
diberikan terhadap komoditas ekspor buah Salak, Manggis dan
PKE sesua dengan persyaratan negara tujuan.
2.5.
Pedoman Analisa Risiko Keamanan Pangan
Program pengawasan dan monitoring merupakan hal utama
dalam penerapan system kebijakan keamanan pangan. Perpindahan
dari konsep keamanan pangan dari reaktif menjadi preventif telah
membawa
pemerintah
diseluruh
dunia untuk bergerak
kearah
pendekatan berbasis risiko dalam melakukan pengawasan pangan dan
membutuhkan seluruh pelaksana yang terlibat dalam rantai pangan
untuk berbagi tanggung jawab dalam menjamin keamanan pangan.
Perpindahan dari pendekatan reaktif menjadi preventif pada risiko
keamanan
pangan
internasional.
merupakan
subjek
dari
suatu
konsensus
Pendekatan ini mempersyaratkan petugas untuk
memiliki ketrampilan untuk menganalisa proses dan mengkaji relevasi
dan efisiensi cara-cara yang berbeda untuk mencapai tujuan
33
keamanan pangan, dibandingkan hanya menguji keseuaian dengan
ketentuan yang dipersyaratkan
Didalam
mekanisme
pengawasan
keamanan
pangan
berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 88 tahun 2011, kegiatan
pemeriksaan difokuskan pada pengambilan contoh dan pengujian
produk akhir untuk menentukan kesesuaiannya dengan regulasi. Saat
pemeriksaan umumnya fokus pada penjaminan kepatuhan pelaku
usaha dengan persyaratan regulasi, sedangkan program monitoring
ditujukan pada suatu pengumpulan informasi secara sistematik
mengenai keamanan pangan pada konteks tertentu, sehingga dapat
menyediakan suatu gambaran tentang situasi yang ada. Penetapan
peraturan tersebut belum sepenuhnya didasari pada analisa risiko
karena masih terbatasnya informasi dan data mengenai keamanan
pangan di Indonesia. Sesuai aturan internasional keamanan pangan
internasional yaitu Codex Alimentarius Commission, suatu Negara
diperbolehkan untuk menetapkan suatu kebijakan dalam rangka
melindungi kesehatan masyarakat dengan mengacu pada aturanaturan keamanan pangan yang ada baik yang bersifat nasional
maupun internasional walaupun belum didasarkan pada suatu analisa
risiko yang komprehensif.
Meskipun demikian, kedepannya Negara
tersebut diharapkan dapat mengembangan system pengawasan dan
kebijakan yang didasarkan pada analisa risiko.
Untuk itu, dalam rangka mempersiapkan pengembangan
system pengawasan keamanan pangan khususnya untuk pangan
segar asal tumbuhan (PSAT) yang lebih efektif dan efisien dan
didasarkan pada suatu analisis risiko, Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan
Hayati
Nabati
pada
tahun
2014
pembahasan dalam rangka menghasilkan
Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan
telah
melakukan
Pedoman Analisis Risiko
berbasis risiko, yang
menjelaskan mengenai prinsip-prinsip dan tahapan yang harus
dilakukan didalam pengkajian risiko keamanan PSAT dalam rangka
pengawasan keamanan terhadap pemasukan PSAT dari luar negeri
kedalam wilayah Republik Indonesia. Pedoman in ditujukan sebagai
dasar didalam merancang suatu model analisis risiko keamanan
34
pangan segar asal tumbuhan yang akan digunakan dalam mekanisme
pengawasan keamanan pangan segar asal tumbuhan ditempat
pemasukan.
2.5.1. Capaian Kinerja
Kegiatan Pembahasan dan workshop Pedoman Analisa
Risiko Keamanan Pangan dilaksanakan dalam bentuk rapat
pembahasan
dan
workshop
dengan
melibatkan
pejabat
struktural, Pejabat Pengawas Mutu Hasil Pertanian dan Pejabat
Fungsional (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan),
baik di Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati
Nabati dan Unit Pelaksana Teknis Karantina PertanianTujuan
serta Instansi terkait. Tujuan utama dari pelaksanaan kegiatan
ini adalah merancang suatu model analisis risiko yang akan
digunakan sebagai Pedoman pengawasan keamanan pangan
segar asal tumbuhan berbasis Risiko ditempat pemasukan dan
pengeluaran.
Hasil pembahasan dan workshop tersebut adalah :
- Menjelaskan
prinsip
dan
tahapan-tahapan
yang
harus
dilakukan dalam melaksanakan analisis/pengkajian risiko
keamanan pangan segar asal tumbuhan;
- Didalam komponen analisis risiko yang terdiri dari kajian
risiko, manajemen risiko dan komunikasi risiko, badan
Karantina Pertanian yang memiliki tupoksi pengawasan
ditempat
pemasukan
dan
pengeluaran
memiliki
peran
sebagai manajer risiko.
Dengan demikian, didalam penyusunan pedoman kajian
risiko keamanan pangan ini maka Badan Karantina Pertanian
harus memilih opsi terbaik berdasarkan alternative yang sudah
diidentifikasi untuk menangani risiko tersebut. Berdasarkan opsi
yang ada, maka Badan Karantina Pertanian menetapkan kajian
risiko dalam bentuk Model Penetapan Frekuensi Pemeriksaan
Acak.
35
2.5.2. Evaluasi Capaian Kinerja
Pelaksanaan
kegiatan
Pembahasan
dan
workshop
rancangan Pedoman Analisa Risiko Keamanan Pangan dinilai
tidak menemui kendala yang berarti dan output yang diharapkan
dapat
dihasilkan.
Di
dalam
pelaksanaanya
mengalami
perubahan waktu dari jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hal ini disebabkan karena narasumber dalam kegiatan ini
memiliki kegiatan lain dalam waktu yang bersamaan. Output
kegiatan
berupa
Pedoman
Analisa
Risiko
Keamanan
Pangandisampaikan oleh Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati kepada Sekretariat Badan Karantina
Pertanian melalui Nota dinas Kepala Pusat Karantina Tumbuhan
dan Keamanan Hayati Nabati pada bulan Desember 2014 untuk
diproses lebih lanjut.
2.5.3. Analisis Capaian Kinerja
Akuntabilitas kinerja diukur berdasarkan indikator yang
telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja.Indikator kinerja
untuk Penetapan Kinerja tahun 2014 adalah “Kebijakan teknis
operasional karantina tumbuhan dan keamanan hayati nabati
yang dihasilkan/disempurnakan dan dapat diimplementasikan”.
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
telah menyusun Pedoman Analisa Risiko Keamanan Pangan
sebagai salah satu dari 6 (enam) Penetapan Kinerja. Sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan, Kebijakan Teknis
Operasional Karantina Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan
Hayati Nabati telah berhasil dicapai melalui pelaksanaan
seluruh rangkaian kegiatan Penyusunan kebijakan.
Mengacu
pada
indikator
yang
telah
ditetapkan,
diharapkan Pedoman Analisa Risiko Keamanan Pangan dapat
diimplementasikan dalam operasional pengawasan keamanan
pangan segar asal tumbuhan yang berbasis risiko melalui suatu
model penetapan frekuensi pemeriksaan acak, menggantikan
36
model
pengawasan
yang
saat
ini
diimplementasikan
berdasarkan Permentan No. 88 Tahun 2011. Sebagai upaya
untuk mencapai kriteria dapat diimplementasikan, penyusunan,
pembahasan serta workshop senantiasa mengupayakan solusi
serta tujuan yang akan dicapai. Dalam setiap tahapan
pelaksanaan
kegiatan
melibatkan
peserta
dan/atau
tim
penyusun yang berasal beberapa UPT Karantina Pertanian dan
wakil dari instansi terkait. Peserta dan/atau tim penyusun dinilai
sudah merupakan representasi UPT KP yang mempunyai
keterkaitan dengan kebijakan yang akan dihasilkan.
2.6.
Kajian
Tatacara
Tindakan
Karantina
Tumbuhan
Terhadap
Pemasukan dan Pengeluaran Benda Lain
Pengertian benda lain dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14
Tahun 2002 tentang karantina tumbuhan adalah sarana pengendalian
hayati, biakan organism, tanah, kompos atau media pertumbuhan
lainnya, dan vector. Biakan organism termasuk salah satu benda lain
yang merupkan media pembawa yang berpotensi menjadi atau
membawa organism pengganggu tumbuhan karantina.
Biakan
organisme dapat didefinisikan sebagai satu jenis isolate/biakan murni
mikroorganisme atau lebih, yang telah atau belum ddidentifikasi dan
dapat
digunakan
tumbuhan,
untuk
penelitian,
pengendalian
proses
produksi,
organism
pengganggu
peningkatan
produksi
pertanian, lingkungan, kesehatan, industri dan kehutanan.
Sejalan dengan meningkatnya lalu lintas pemasukan dan
pengeluaran biakan organisme dalam rangka pengendalian, penelitian,
produksi dan pertukaran baik dari dan ke wilayah Negara Republik
Indonesia maupun antar area didalam wilayah Negara Republik
Indonesia,
maka
peluang
masuk
dan
tersebarnya
organisme
pengganggu tumbuhan melalui biakan semakin meningkat. Undangundang 16 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun
2002 telah mengamanatkan pengaturan karantina tumbuhan mengenai
benda lain yang dapat membawa organism pengganggu tumbuhan
37
karantina. Berdasarkan hal tersebut, Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan
Hayati
Nabati
berdasarkan
penyusunan kajian teknis tentang
tugasnya
melakukan
Tata Cara Tindakan Karantina
Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Benda Lain, pada kajian
teknis ini difokuskan pada biakan organisme. Kajian teknis ini sebagai
bahan pertimbangan untuk dasar penyusunan peraturan menteri
pertanian tentang persyaratan dan tatacara tindakan karantina
tumbuhan terhadap pemasukan dan pengeluaran biakan organism dari
dan ke wilayah Negara Republik Indonesia, serta antar area didalam
wilayah Negara Republik Indonesia.
2.6.1. Capaian Kinerja
Kegiatan Pembahasan dan workshop Kajian Tatacara
Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Pemasukan dan
Pengeluaran Benda Lain dilaksanakan dalam bentuk rapat
pembahasan
dan
workshop
dengan
melibatkan
pejabat
struktural dan Pejabat Fungsional (Pengendali Organisme
Pengganggu Tumbuhan), baik di Pusat Karantina Tumbuhan
dan Keamanan Hayati Nabati dan Unit Pelaksana Teknis
Karantina Pertanian. Tujuan utama dari pelaksanaan kegiatan
ini
adalah
menyediakan
kajian
teknis
sebagai
dasar
penyusunan peraturan menteri pertanian tentang persyaratan
dan tatacara tindakan karantina tumbuhan terhadap pemasukan
dan pengeluaran benda lain
dari dan ke wilayah Negara
Republik Indonesia, serta antar area didalam wilayah Negara
Republik Indonesia.
.
Dari hasil pembahasan dan workshop kajian teknis
tersebut telah ditetapkan beberapa hal, yaitu :
- Pada kajian teknis
ini hanya spesifik mengatur biakan
organisme, karena ketentuan pemasukan mengenai
tanah
dan kompos, serangga hidup dan agens hayati telah diatur
pada peraturan tersendiri.
38
- Tempat pemasukan dan pengeluaran pada tempat-tempat
pemasukan dan pengeluaran yang telah ditetapkan pada
Permentan No. 44 tahun 2014.
- Pemeriksaan kesehatan untuk uji kemurnian oleh petugas
karantina tumbuhan tidak dilakukan dengan alasan bahwa
contoh biakan organisme tersebut nantinya akan dikawal dan
dibawa untuk dilakukan pengujian dilaboratorium penguji,
sehingga pengujian oleh petugas karantina tidak diperlukan.
- Untuk antar area biakan organism yaitu biakan organism baik
lokal maupun impor yang akandiedarkan atau diantarareakan
ditetapkan dokumen persyaratan berupa surat izin peredaran
yang dikeluarkan oleh Menteri Pertanian.
2.6.2. Evaluasi Capaian Kinerja
Pelaksanaan kegiatan Pembahasan dan workshop Kajian
Tatacara Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Pemasukan
dan Pengeluaran Benda Lain tidak menemui kendala
output
yang
diharapkan
dapat
dihasilkan.
dan
Didalam
pelaksanaanya mengalami perubahan waktu dari jadwal yang
telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena
peserta/tim yang terlibat dalam kegiatan ini dalam waktu yang
bersamaan mengikuti kegiatan lain. Output dari kegiatan yaitu
Kajian TeknisKajian Tatacara Tindakan Karantina Tumbuhan
Terhadap
Pemasukan
dan
Pengeluaran
Benda
Lain
disampaikan oleh Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan
Hayati Nabati kepada Sekretariat Badan Karantina Pertanian
melalui Nota dinas Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati pada bulan Desember 2014 untuk
diproses lebih lanjut.
Dengan telah dilaksanakannya seluruh tahapan kegiatan,
maka bahan penyusunan bahankebijakan sebagai dasar untuk
pengaturan tindakan karantina tumbuhan terhadap Pemasukan
dan Pengeluaran Benda Lain berhasil dicapai.
39
2.6.3. Analisis Capaian Kinerja
Akuntabilitas kinerja diukur berdasarkan indikator yang
telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja.Indikator kinerja
untuk Penetapan Kinerja tahun 2014 adalah “Kebijakan teknis
operasional karantina tumbuhan dan keamanan hayati nabati
yang dihasilkan/disempurnakan dan dapat diimplementasikan”.
Kajian Teknis tentang Tatacara Tindakan Karantina
Tumbuhan Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Benda Lain
merupakan salah satu bagian dari 6 (enam) Penetapan Kinerja
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati.
Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, Kebijakan Teknis
Operasional Karantina Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan
Hayati Nabati telah berhasil dicapai salah satunya melalui
pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Penyusunan kebijakan.
Kebijakan tersebut telah disampaikan kepada Sekretariat Badan
Karantina Pertanian untuk ditindaklanjuti proses penetapannya
melalui Nota Dinas Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati.
Mengacu pada indikator yang telah ditetapkan, Kebijakan
Teknis Operasional Karantina Tumbuhan dan Pengawasan
Keamanan Hayati Nabati yang dihasilkan diharapkan nantinya
dapat
berimplementasi
dalam
operasional
perkarantinaan
tumbuhan dan keamanan hayati nabati. Sebagai upaya untuk
mencapai
kriteria
dapat
berimplementasi,
pengumpulan
dan/atau pembahasan bahan kajian senantiasa mengupayakan
solusi permasalahan yang sedang dihadapi dan efektifitas
pelaksanaan. Dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan
melibatkan peserta dan/atau tim penyusun yang berasal
beberapa UPT KP. Peserta dan/atau tim penyusun dinilai sudah
merupakan representasi UPT KP yang mempunyai keterkaitan
dengan kebijakan yang akan dihasilkan.
40
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati pada Tahun
2014 juga melaksanakan kegiatan lain, sebagai kegiatan pendukung.
Kegiatan pendukung tersebut antara lain Penyelenggaraan AROPT (Benih
dan Non Benih),
Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi, dan
Kesekretariatan (Pusat KT dan Kehati, NPPO/IPPC, Komisi Agens Hayati).
Kegiatan tersebut untuk mengetahui implementasi berbagai kebijakan
operasional baik yang telah berjalan maupun dalam rangka pemantauan dan
pengendalian terhadap kebijakan operasional di bidang perkarantinaan
tumbuhan Tahun 2013.
Berdasarkan Renstra Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan
Hayati Nabati Tahun 2010-2014, telah direncanakan pencapaian kinerja
sebanyak 27 (dua puluh tujuh) rumusan kebijakan yang akan dihasilkan.
Sampai tahun 2014, telah dihasilkan sebanyak 41 (empat puluh satu)
rumusan kebijakan atau sebesar 151,85 % dari jumlah rumusan kebijakan
yang direncanakan akan dihasilkan.
41
IV. PENUTUP
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati Tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa seluruh
Penetapan Kinerja yang teridiri dari 6 (enam) Rumusan Kebijakan yang dapat
dihasilkan/disempurnakan telah dapat dicapai 100%.
Kendala utama yang dihadapi adalah mengenai konsistensi waktu
pelaksanaan dan beberapa pada ruang lingkup output yang ditargetkan
menjadi cenderung lebih spesifik. Hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya
kegiatan yang melibatkan peserta dan atau tim penyusun dalam waktu yang
bersamaan serta kondisi lingkungan strategis yang menuntut adanya
perubahan waktu pelaksanaan dan perubahan output kegiatan.
Sehubungan dengan hal tersebut, ke depan diharapkan konsistensi
dalam hal pengaturan jadwal dan target output dapat diantisipasi sebagai
salah satu titik kritis dengan melakukan perencanaan dan melaksanakan
persiapan kegiatan lebih awal dan matang.
42
LAMPIRAN
43
Lampiran 1. Penetapan Kinerja
PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014
BADAN KARANTINA PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan
akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Dr. Ir. Antarjo Dikin, M.Sc
Jabatan
: Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
Selanjutnya disebut pihak pertama.
Nama
: Ir. Banun Harpini, M.Sc.
Jabatan
: Kepala Badan Karantina Pertanian
Selanjutnya disebut pihak kedua.
Pihak pertama pada tahun 2014 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja
tahunan sesuai lampiran perjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka
menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan.
Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung
jawab pihak pertama.
Pihak kedua akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan
evaluasi akuntabilitas kinerja terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan akan
mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan
sanksi.
Jakarta,
Februari 2014
Pihak Kedua,
Pihak Pertama,
BANUN HARPINI
ANTARJO DIKIN
44
FORMULIR PENETAPAN KINERJA
BADAN KARANTINA PERTANIAN
Unit Organisasi Eselon II :
Tahun Anggaran
NO.
1
:
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati
Nabati
2014
SASARAN
STRATEGIS
1
INDIKATOR KINERJA
TARGET
2
3
Kebijakan teknis yang
efektif dalam
operasional pencegahan
masuk dan
menyebarnya OPTK,
pangan nabati yang
tidak aman serta media
lain yang mengancam
kelestarian sumberdaya
hayati tumbuhan dan
kesehatan pangan
nabati
Kebijakan teknis operasional
Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati nabati yang
dihasilkan/disempurnakan dan
dapat diimplementasikan
1. Penyempurnaan
Kepmentan No.3237/2009;
2. Pedoman Pelaksanaan
Tindakan Pemeriksaan
Kesehatan Media Pembawa
OPTK Oleh Pihak Ketiga;
3. Penyusunan Pedoman
Pelaksanaan Karantina
Tumbuhan Pre-Border di
Negara Asal (PreClearance);
4. Penyusunan Standar
Operasional Prosedur
(SOP) Sertifikasi Fitosanitari
Komoditas Unggulan;
5. Kajian Tatacara Tindakan
Karantina Tumbuhan
Terhadap Pemasukan dan
Pengeluaran Benda Lain;
6. Pedoman Analisa Risiko
Keamanan Pangan
6 Dokumen
Jumlah Anggaran:
Peningkatan Sistem Perkarantinaan Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
sebesar Rp 7.141.784.000,Kepala Badan Karantina Pertanian,
BANUN HARPINI
Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati,
ANTARJO DIKIN
45
Lampiran 2. Pengukuran Kinerja
Unit Organisasi Eselon II :
Tahun Anggaran
:
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati
Nabati
2014
No
Sasaran
Strategis
Indikator kinerja
Target
(Dokumen)
Realisasi
(Dokumen)
1
Kebijakan
teknis yang
efektif dalam
operasional
pencegahan
masuk dan
menyebarnya
OPTK, pangan
nabati yang
tidak aman
serta media lain
yang
mengancam
kelestarian
sumberdaya
hayati
tumbuhan dan
kesehatan
pangan nabati
Kebijakan teknis operasional
Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati nabati
yang
dihasilkan/disempurnakan
dan dapat diimplementasikan
1. Penyempurnaan
Kepmentan
No.3237/2009
2. Pedoman Pelaksanaan
Tindakan Pemeriksaan
Kesehatan Media
Pembawa Oleh Pihak
Ketiga
3. Penyusunan Pedoman
Pelaksanaan Karantina
Tumbuhan Pre-Border di
Negara asal (PreClearance)
4. Penyusunan Standar
Operasional Prosedur
(SOP) Sertifikasi
Fitosanitari Komoditas
Unggulan
5. Kajian Tatacara
Tindakan Karantina
Tumbuhan Terhadap
Pemasukan dan
Pengeluaran Benda Lain
6. Pedoman Analisa Risiko
Keamanan Pangan
Kebijakan
dengan
kualitas baik
100
87,5
1
75
87,5
1
75
87,5
1
75
87,5
1
75
87,5
1
75
87,5
1
75
Jumlah Total Anggaran Tahun 2014
Jumlah Realisasi Anggaran Tahun 2014
: Rp. 7.141.784.000,: Rp. 6.749.494.522,- (94,51%)
Jumlah Anggaran Kegiatan PK
Jumlah Realisasi Anggaran PK Tahun 2014
: Rp. 1.438.884.000,: Rp. 1.268.653.300,- (88,17%)
46
%
Download