pura di antara seribu masjid : studi kerukunan antar etnis bali dan

advertisement
PURA DI ANTARA SERIBU MASJID : STUDI KERUKUNAN ANTAR ETNIS BALI
DAN SASAK DI DESA KARANG TAPEN, CAKRANEGARA, LOMBOK BARAT
OLEH :
MERI YULIANI
NIM. 1214021003
Oleh
Meri Yuliani
1214021003
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2016
Pura di antara Seribu Masjid: Studi Kerukunan Antar etnis Bali dan Sasak di Desa
Karang Tapen, Cakranegra, Lombok Barat.
Oleh
Meri Yuliani, Dr. I Wayan Mudana, M.Si, Dr. Drs. I Made Pageh, M.Hum
Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan
Ganesha
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kehidupan masyarakat Desa Karang
Tapen yang bisa hidup rukun berdampingan satu sama lain dalam perbedaan keyakinan; (2)
mengetahui strategi etnis Bali dan Sasak di Desa Karang Tapen dalam mempertahankan
kerukunan; (3) Aspek - aspek kerukunan antaretnis Bali dan Sasak di desa Karang Tapen,
Cakranegara, Lombok Barat, yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan tahap-tahap; (1) teknik
penentuan lokasi penelitian, (2) teknik penentuan informan, (3) teknik pengumpulan data
(observasi, wawancara, studi dokumen), (4) teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menghasilkan
temuan yakni (1) bahwa terciptanya kerukunan, karena masing-masing setiap pemeluk agama
saling terbuka dan menerima keberadaan dari agama lain. (2) strategi yang digunakan etnis
Bali dan Sasak dalam mempertahankan kerukunan di Karang Tapen yaitu: (a) ikatan
kekeluargaan, (b) saling menghormati dan menghargai antarumat beragama. (3) Aspek-aspek
dari kerukunan antar etnis yang dapat dipakai sebagai sumber belajar sejarah yakni: (a) aspek
kognitif, yang meliputi pengetahuan, pemahaman dan penerapan (b) aspek afektif, meliputi
menanggapi, menerima atau memperhatikan (c) psikomotorik, pengamatan peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung.
Kata Kunci: Kerukunan, Etnis Bali dan Sasak, Sumber Belajar Sejarah
ABSTRACT
This study aims to (1) determine Karang Tapen community life that could live
harmoniously alongside one another in a different beliefs; (2) determine the strategy of ethnic
Balinese and Sasak village of Karang Tapen in maintaining harmony; (3) aspects - aspects of
interethnic harmony in Bali and Sasak village of Karang Tapen, Cakranegara, Lombok Barat,
which can be used as a source of learning history. This study used a qualitative descriptive
approach to the stages of (1) a technique of determining the location of the research, (2)
determination techniques informant, (3), data collection techniques (observation, interviews,
document study), (4) data analysis techniques used in this study is the presentation of the data
and drawing conclusions. This research has resulted in findings that (1) that the creation of
harmony, because each every religion open to each other and accept the existence of other
religions. (2) the strategies used ethnic Balinese and Sasak in maintaining harmony in Coral
Tapen namely: (a) a familial bond, (b) mutual respect and respect among religions. (3) aspects
of harmony between ethnic groups that can be used as a source of learning history namely: (a)
cognitive, which includes knowledge, understanding and application (b) the affective aspects,
including responding to, accept or pay attention to (c) psychomotor observation learners during
the learning process.
Keywords: Harmony, Community Balinese and sasak village, learning history
A. PENDAHULUAN
Kemajemukan
telah
melahirkan
perpaduan yang sangat indah dalam
berbagai bentuk mozaik budaya. Berbagai
suku, agama, adat istiadat dan budaya
dapat hidup berdampingan dan memiliki
ruang negoisasi yang sangat tinggi dalam
kehidupan sehari-hari
Kerukunan antar etnis di Indonesia
masih banyak menyisakan masalah. Kasuskasus yang muncul terkait dengan hal ini
belum bisa terhapus secara tuntas. Kasus
Ambon, Kupang, Poso, dan lainnya masih
menyisakan masalah ibarat api dalam
sekam yang sewaktu-waktu siap membara
dan memanaskan suasana di sekelilingnya.
Hal
ini
mengindikasikan
bahwa
pemahaman
masyarakat
tentang
kerukunan antarumat perlu ditinjau ulang.
Banyaknya konflik yang melibatkan agama
sebagai pemicunya menuntut adanya
perhatian yang serius untuk mengambil
langkah-langkah yang antisipatif demi
damainya kehidupan umat beragama di
Indonesia pada masa-masa mendatang
(Mukti Ali, 1996).
Pengkajian tentang hubungan antarumat
beragama dan antaretnis sekarang ini
memasuki tantangan baru dan semakin
menarik untuk diteliti dan di diskusikan. Hal
ini disebabkan oleh munculnya konflikkonflik bernuansa SARA (Suku, Ras,
Agama dan Antar Golongan) dan
perubahan dinamika hubungan sosial dan
keagamaan yang terjadi dilapangan.
Berbagai
peristiwa
yang
sempat
menggejolak disebagian wilayah Indonesia
beberapa tahun terakhir menunjukan
indikasi bahwa telah terjadi pergeseran
hubungan antaragama dan antaretnis di
negeri ini. Akan tetapi sekelompok etnik
yang bermukim dalam suatu wilayah tidak
selamanya saling bersifat berlawanan
seperti yang terjadi di Ambon, Kupang dan
daerah lainnya.
Lombok adalah satu dari puluhan pulau
di Indonesia yang memiliki masyarakat
yang multi - etnis, dan dikenal akan
penerimaan keberagaman etnis tersebut
dengan sifat saling menghargai ini terbukti
dari minimnya pemberitaan mengenai
pertikaian atau konflik antaretnik yang
terjadi. Sebutkan saja, hubungan yang
terdapat di desa Blahbatuh, antara etnis
Tionghoa dengan etnis Sasak. Etnis
Tionghoa membantu upacara adat suku
Sasak, selain itu etnis Bali membantu
menjaga lancarnya persembahyangan etnis
Tionghoa di Vihara dengan menyediakan
beberapa pecalang di kawasan vihara dan
sebaliknya.
Sifat solidaritas yang tinggi yang dimiliki
oleh etnis Sasak dan etnis Bali, dapat
dilihat dari letak lokasi tempat ibadah di
kawasan ini. Tempat peribadatan seperti
Pura untuk umat Hindu, dan Masjid untuk
umat Islam, dibangun saling berdekatan
dan aktivitas yang dilakukan oleh masing masing umat tidak ada yang saling
menggangu. selain itu juga dapat kita lihat,
aktivitas keagamaan atau adat di Bali juga
bisa ditemui sehari-hari di Lombok
khususnya di Desa Karang Tapen pada
masyarakat Hindunya, bahkan masih
terkesan “etnisitasnya”. Bahasa daerah Bali
logat Bali masih mudah di dengar di desa
tersebut
dan menjadi alat komunikasi
keluarga. Seperti , bila ada hari raya umat
Hindu, umat Hindu di Desa Karang Tapen
sangat antusias dan marak merayakannya.
Demikian halnya saat hari raya Nyepi umat
Hindu di Desa Karang Tapen juga
melaksanakannya
termasuk
juga
menyelenggarakan pawai Ogoh-ogoh.
Terkait tentang kerukunan antaretnis di
Pulau Lombok sudah pernah diteliti oleh
Sofyan, yang menulis tentang “kerukunan
antaretnis
di
Lombok”penelitian
ini
menganalisa tentang kerukunan antaretnis
yang berbeda, antaretnis yang minoritas
dan mayoritas (2009).
akan tetapi
khususnya di Desa Karang Tapen Cakra,
sepengetahuan penulis belum ada yang
meneliti karena itu penulis mencoba
mengkajinya secara khusus dengan
mengambil judul “Pura Diantara seribu
Masjid” (Studi Tentang Kerukunan antar
etnis di Pulau Lombok), penelitian ini
membahas tentang kerukunan hubungan
antara etnis Bali dan etnis Sasak di desa
Karang Tapen yang saling berhubungan
sehingga membentuk interaksi sosial yang
berjalan secara damai dan aman. Adapun
Rumusan Masalah yang diangkat yaitu
1. Mengapa etnis Bali dan etnis Sasak di
Desa karang Tapen, Kecamatan
Cakranegara, Lombok Barat bisa
menciptakan kerukunan.
2. Bagaimana strategi etnis Bali dan
Sasak
di Desa Karang Tapen,
Kecamatan Cakranegara, Lombok
Barat untuk bisa mempertahankan
kerukunan.
3. Aspek - aspek apa sajakah dari
kerukunan antar etnis Bali dan Sasak di
desa Karang Tapen, Cakranegara,
Lombok
Barat,
yang
dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar
sejarah.
B. METODE PENULISAN
di pilih sebab Desa karang tapen
merupakan tempat Tinggal atau tempat
berlangsungnya proses kehidupan antar
etnis Bali dan etnis.
(3) Teknik penentuan Informan
Pemilihan informan sebagai sumber
data
dalam
penelitian
ini
adalah
berdasarkan pada asas subyek yang
menguasai permasalahan, informan kunci
disini ialah Bapah Haji jamal (35 tahun),
beliau kemudian menunjukkan individu lin
yang juga mengetahui tentang kerukunan
ntar etnis tersebut seperti kepala desa.
(4) Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode yang dipergunakan
dalam pengumpulan dta dilapangan ntara
lain:
(1)
Observasi,(2)
wawancara
(interview), (3) Studi Dokumen
Penulisan suatu penelitian sangat
diperlukan suatu metode yang tepat untuk
mendapatkan data yang valid dan sesuai
dengan permasalahan yang di bahas.
Metode yang diterapkan disebut akan
memberikan arah dan ketepatan langkah
dalam penelitian. Sehingga hasil yang
didpatkan akan lebih optimal terkait dengan
hal tersebut maka langkah-langkah yang
akan penulis terapkan yakni:
(5) Teknik Analisis Data
(1) Rancangan Penelitian
C. HASIL DAN PEMBHASAN
Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang
menyangkut tentang Mengapa etnis Bali
dan etnis Sasak di Desa Karang Tapen,
Kecamatan Cakranegara, Lombok Barat
bisa menciptakan kerukunan, strategi etnis
Bali dan Sasak di Desa Karang Tapen,
Kecamatan Cakranegara, Lombok Barat
untuk bisa mempertahankan kerukunan,
dan Aspek - aspek yang dapat
dimanfaatkan dari kerukunan antar etnis
Bali dan Sasak terhadap pembelajaran
sejarah.
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
(2). Lokasi Penelitian
penelitian ini di lakukan di desa
Karang Tapen, Kecamatan cakra. Lokasi ini
Pada penelitian ini analisis data yan
digunakan adalah model analisis deskriftif
kualitatif.
Data-data
yang
terkumpul
didapatkan melalui observasi, wawancara,
kajian
pustaka
atau
dokumentasi,
selanjutnya
diseleksi
dan
dianalisis,
sehingga diperoleh suatu kesimpulan.
Desa Karang Tapen merupakan salah
satu Desa dari empat desa yang termasuk
dalam kecamatan Cakranegara, Kabupaten
Lombok Barat. Jarak tempuh dari pusat
kecamatan cakranegara yaitu 6 km dan
jarak ke kabupaten 5 km, serta jarak ke
provinsi 5 km. Desa ini memliki luas
834.000.Ha atau 8,43 km yang terbagi atas
460.281 Ha. Desa Karang Tapen terletak
pada ketinggian 120-126 m di atas
permukaan laut, terletak pada sebuah bukit,
di sebelah Utara dan Selatan terdapat
persawahan dan ladang penduduk. Untuk
menjangkau desa Karang Tapen tidak
terlalu sulit karna untuk menjangkau desa
ini dapat menggunakan bemo (mobil) yang
menuju jurusan ke Cakra kemudian lurus
Karang Tapen . ini membuktikan desa
Karang Tapen bukanlah desa yang terisolir
tapi merupakan desa yang strategis juka
ditinjau
dari
pusat-pusat
kegiatan
ekonominya, bahkan desa Karang Tapen
sudah dikenal oleh masyarakat luar.
kemudian bekas ibukota Karangasem
Sasak selesai dibina, dan tahun 1866
diganti
namanya
menjadi
kerajaan
Cakranegara. Cakra menurut bahasa
sansekerta berarti lingkaran atau bundaran,
dan Negara adalah kota, hunian, atau
negeri. Jadi Cakranegara berarti kota
hunian yang bundar melingkar.
2.Sejarah Masuknya Hindu di
Karang Tapen
Berdasarkan perjalanan sejarah diatas
suatu yang sangat wajar jika sampai saat
ini pemukiman etnis Bali berada di sekitar
Lombok Barat khususnya di Desa Karang
Tapen yang sebagian besar penduduknya
beragama Hindu yang datang dari Bali
(Parmitha Gede, 2001).
Desa
Pada masa pemerintahan Dalem Watu
Renggong (abad XV), kerajaan Gelgel di
pulau Bali mengalami puncak kebesaran.
Daerah kekuasaannya sampai di luar pulau
Bali meliputi :Lombok, Sumbawa, dan
Blambangan.
Setelah
Dalem
Watu
Renggong meninggal, ia digantikan oleh
dua orang putranya yang belum dewasa,
yaitu yang sulung bernama I Dewa
Pemayun, kemudian setelah di angkat
menjadi raja bergelar Dalem Bekung dan
yang lebih kecil bernama I Dewa Anom
Saganing, bergelar Dalem Saganing.
Jabatan patih agung pada saat itu di
pegang oleh I Gusti Arya Batanjeruk, dan
semua kebijakan pemerintahan ada di
tangan patih agung Batan jeruk. Situasi
seperti ini lama kelamaan menimbulkan
ketidak
puasan
dikalangan
pejabat
kerajaan. Pada tahun 1556, terjadilah
kekacauan di kerajaan Gelgel.
Pada bulan Januari 1838 pecahlah
perang antara kerajaan Karangasem Sasak
melawan kerajaan Mataram. Perang itu
meletus di sebabkan oleh pertikaian
masalah air antara desa Kateng (wilayah
Lombok Tengah bagian selatan) yang ada
di bawah kekuasaan kerajaan Karangasem
sasak dengan desa Penujak (juga wilayah
Lombok Tengah bagian selatan) yang
berada di bawah kekuasaankerajaan
Mataram. Raja Mataram I Gusti Ngurah
Ketut Karangasem menyatakan perang
karena kerajaan Karangasem Sasak
mengambil desa Penujak dan daerah
sekitarnya ke dalam wilayahnya.
Menjelang akhir tahun 1838 raja
Mataram I Gusti Ngurah Ketut Karangasem
memindahkan ibukota kerajaannya ke
wilayah kerajaan Karangasem Sasak
Lombok,
kemudian
beberapa
tahun
3. Etnis
Bali
dan
Sasak
dalam
Menciptakan
Kerukunan
Umat
Beragama di Desa Karang Tapen
Kondisi aktual dalam kehidupan seharihari masyarakat Desa Karang Tapen
terlihat pada semua suasana kehidupan
sosial sehari-harinya. Mereka hidup rukun
berdampingan satu dengan yang lainnya
walaupun mereka berbeda agama. dalam
kaitannya dengan pola kerukunan umat
beragama, masyarakat desa Karang Tapen
secara umum mempunyai pola kerukunan
yang sangat dinamik. Hal ini terlihat dari
hubungan sosial keagamaan, hubungan
sosial kemasyarakatan dan aktivitas sosial
keagamaan umat islam seperti kegiatan
Jama‟ah sholat lima waktu, Jama‟ah
sholat Jum‟at, Jama‟ah Tahlilan dan
Yasinan setiap hari senin dan jum‟at bagi
bapak-bapak, Jama‟ah Tahlilan dan
Yasinan setiap malam selasa dan rabu bagi
ibu-ibu, setiap malam sabtu bagi ibu-ibu,
Diba‟an di masjid setiap malam selasa
kliwon., yang mana hal-hal tersebut akan
menjelaskan bagaimana kerukunan umat
beragama yang terjadi di desa Karang
Tapen.
Aktivitas
Sosial
keagamaan
Pemeluk Hindu seperti hari raya nyepi,
Ngaben, dan aktivitas keagamaan lainnya.
Terdapat beberapa Hubungan atau aktivitas
sosial keagamaan dalam menciptakan
kerukunan di Desa Karang Tapen antara
lain:
1. Adanya Sikap Kekeluargaan
Masyarakat Desa Karang Tapen
menyadari bahwa menerapkan sikap
kekeluargaan dalam menjalin hubungan
dengan tetangga karena masyarakat sadar
bahwa mereka tidak bisa hidup sendiri.
Mereka mampu bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar tanpa memandang
perbedaan agama. Hal ini terbukti dengan
sikap warga saat salah satu warga atau
tetangga mengalami musibah warga datang
untuk menjenguk dan menolongnya. Sikap
seperti ini menunjukkan bahwa warga
Karang Tapen peduli dengan sesamanya.
2. Adanya
Hubungan
Keagamaan
Sosial
Masing-masing umat beragama yang
ada di Desa Karang Tapen menjalankan
ajaran agama yang mana telah digariskan
oleh agamanya masing-masing, baik
ajaran-ajaran ritual perorangan, kelompok,
maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Hubungan sosial keagamaan yang secara
nyata membentuk interaksi sosial yang
harmonis serta komunikasi sosial selalu
terjadi antara pemeluk agama yang
berbeda.
Masyarakat Desa Karang Tapen
memandang bahwa perbedaan faham
keagamaan adalah urusan individu dengan
Tuhan. Keyakinan yang mereka pegang
dan masalah keimanan tidak bisa dilihat
oleh orang lain. Kebebasan dalam hal
memeluk agama sangat dijunjung tinggi,
serta perbedaan agama tidak menjadi
jurang pemisah yang suram bagi mereka
dalam berinteraksi antar pemeluk agama
yang berbeda. Seperti halnya keluarga
Bapak Kento, yang mana beliau memiliki
anggota keluarga yang berbeda agama.
Bapak Kento menganut agama islam dan
Istrinya menganut agama Hindu, anak lakilakinya menganut agama Islam, dan anak
perempuannya menganut agama Hindu
kemudian ia menikah dengan laki-laki yang
beragama Islam dan pada akhirnya ia
mengikitu suaminya memeluk agama Islam.
Dalam keluarga ini tercipta hubungan yang
harmonis, mereka menganggap perbedaan
agama dalam keluarga itu adalah sesuatu
hal yang wajar, karena bagi mereka
kebebasan agama dan keyakinan terhadap
suatu agama tidak bisa dipaksakan dan
pada saat mereka merayakan hari-hari
besar agama antara Bapak Kento dan
Istrinya saling menghargai dalam artian jika
Istrinya ada upacara keagamaan seperti
hari raya nyepi Bapak Kento juga ikut tidak
keluar rumah untuk menghargai Istrinya
yang beragama Hindu.
3. Adanya
Hubungan
Kemasyarakatan
Sosial
Menurut
Warga
Karang
Tapen
Hubungan sosial kemasyarakatan yang
berkembang di Desa Karang Tapen secara
nyata telah menunjukan pada kehidupan
sosial yang integrasi atau kerukunan. Hal
ini dibuktikan bahwa selama masyarakat
setempat tinggal ditempat itu belum pernah
terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh
agama, bahkan mereka hidup rukun dan
damai saling menghormati satu sama lain
walaupun keyakinan mereka berbeda-beda.
Kehidupan yang kian terjaga tercipta
karena adanya keterkaitan antara norma
yang menjadi acuan masyarakat dengan
nilai-nilai agama maupun nilai adat atau
kebudayaan yang kemudian menjelma
dalam sikap dan cara kehidupan seharihari.
Potensi kerukunan yang ada di
masyarakat secara jelas bisa dilihat dalam
berbagai upacara tradisional. Hal ini
memperlihatkan adanya potensi lokal atau
pengetahuan asli masyarakat untuk tetap
menjaga kerukunan hidup. Dalam tradisi
orang Sasak memiliki kebiasaan dalam hal
kehidupan perorangan maupun kelompok
yang mendekatkan tali persaudaraan yang
kuat, seperti tradisi selametan, tradisi ini
memiliki nilai spiritual dan sosial yang
tinggi. Selametan dalam tradisi orang
Sasak perlu dilihat dari aspek waktu
biasanya dilakukan pada hari yang bagus
secara agama semisal malam Jum’at.
Partisipasi orang-orang terdekat seperti
tetangga dan saudara satu keturunan
menjadi lebih terlihat, dalam selametan
orang-orang
yang
datangpun
tidak
membedakan dari segi etnis dan agama,
acara ini biasanya ditunjukan kepada kaum
laki-laki. Upacara selametan ini dilakukan
berkaitan dengan niat tuan rumah untuk
berbagi kebahagiaan atau memohon do’a
sesuatu. Contoh yang paling lumrah adalah
ketika seorang anaknya dikhitan, orang tua
sang anak akan mengadakan selametan
untuk meminta do’a restu kepada tetangga
atau keluarganya sendiri.
4. Adanya
aktivitas
Keagamaan
(a) Aktivitas
Islam
Keagamaan
Sosial
Umat
Aktivitas dan kegiatan keagamaan
Umat Islam adalah Jama‟ah sholat lima
waktu, Jama‟ah sholat Jum‟at, Jama‟ah
Tahlilan dan Yasinan setiap hari senin dan
jum‟at
bagi
bapak-bapak,
Jama‟ah
Tahlilan dan Yasinan setiap malam selasa
dan rabu bagi ibu-ibu, setiap malam sabtu
bagi ibu-ibu, Diba‟an di masjid setiap
malam selasa kliwon. Lain dengan hari-hari
biasa, pada bulan ramadhan kegiatan di
Masjid cukup banyak dibanding dengan
hari-hari biasa. Selain rutin jama‟ah sholat
lima waktu ada pula tadarus atau mengaji
Al-Qur‟an setiap habis sholat tarawih, ada
pula ta‟jil atau pembagian makanan kecil
untuk buka puasa.
(b). Aktivitas Sosial keagamaan
Pemeluk Hindu
Aktivitas
sosial
budaya
dan
keagamaan di lingkup unit hunian bagi
masyarakat Hindu di Desa Karang Tapen
sangat sering dilaksanakan. Masyarakat
setempat menyatakan bahwa aktivitas
sosial budaya dan keagamaan ini tidak saja
dilaksanakan pada setiap unit hunian tetapi
lebih luas pada lingkup kota. Aktivitas yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
proses siklus kehidupan manusia,
antara lain: (1) upacara "megedonggedongan". Upacara ini dilaksanakan bila
kandungan janin telah berumur 6-8 bulan,
(2) upacara menyambut bayi lahir disebut
upacara "pamagpagrare", (3) upacara bayi
berumur dua belas hari disebut "kepus
pengsed", (4) upacara bayi berumur satu
bulan tujuh hari disebut"mecolongan", (5)
upacara bayi berumur105 hari disebut
"nyambuti", (6) upacara bayi berumur 210
hari disebut "ngotonin", (7) upacara potong
gigi, dan (8) upacara perkawinan setelah
berumur dewasa, serta upacara-upacara
lainnya yang bersifat keagamaan
Kedua; aktivitas berkaitan dengan
penanganan jenazah (kegiatan kematian);
dimulai dari membersihkan jenazah,
pembakaran
jenazah
dan
upacara
mengembalikan roh kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa (upacara "ngeroras"). Kedua
aktivitas tersebut sebelum dilaksanakan
terlebih dahulu mereka mengundang
keluarga dekat dan tetangga. Hasil
observasi ditemukan bahwa semua proses
aktivitas diawali dari halaman unit hunian,
berdoa di pura dan kemudian meletakkan
sesajen dibeberapa tempat yang dianggap
memiliki kekuatan supernatural. Semua
upacara di atas melibatkan jalan raya
sebagai area kegiatan upacaranya. Selain
aktivitas
keagamaan
yang
sudah
dipaparkan diatas berbagai aktivitasaktivitas
keagamaan
lainnya
yang
mencerminkan kerukunan antar etnis Bali
dan Sasak seperi hari raya Nyepi, Perang
Topat,dan hari raya besar lainnya.
4.Bentuk
kerukunan
Antarumat
Beragama yang ada di Desa Karang
Tapen
Desa Karang Tapen adalah desa
yang mempunyai keragaman agama
dengan agama yang berbeda-beda,
sebagian besar beragama Islam dan
sebagian penduduk beragama Hindu,
adanya
keragaman
agma
dalam
masyarakat sangatlah rentan terhadap
terjadinya konflik itu masalah yang
berhubungan dengan agama. Banyak
orang yang berpendapat bahwa agama
merupakan sumber konflik. Tapi dalam
masyarakat Desa Karang Tapen hal
tersebut tidak berlakun karena menurut
masyarakat Desa Karang Tapen dengan
adanya keragaman tersebut justru mereka
dapat hidup rukun dan berdampingan
dengan warga yang berbeda agama tanpa
menimbulkan konflik. Dalam catatan
keamanan dan ketertiban Desa Tahun
2016, tidak pernah ada kasus konflik
antaragama yang terjadi di Desa Karang
Tapen.
Masyarakat Desa Karang Tapen
sangat menghargai adanya perbedaan
agama yang ada dalam lingkungan mereka,
karena masyarakat sadar bahwa mereka
hidup dalam lingkungan yang berbeda
agama tidak hanya sekali ini saja namun
warga sejak dahulu sudah terbiasa dengan
perbedaan
agama.
Dalam
hal
ini
masyarakat sudah dapat mengatur dan
mengelola keragaman agama tersebut dan
dapat memastikan bahwa agama tidak
saling bertentangan satu sama lain. Warga
Karang Tapen percaya bahwa semua
agama mengajarkan tentang kebaikan dan
menolak kejahatan.
Dengan
mengamalkan
ajaran
agama, masyarakat dapat mewujudkan
kerukunan antar pemeluk agama yang
berbeda. Kerukunan di Desa Karang Tapen
dapat terlihat dalam keseharian dan
kegiatan masyarakat sekitar. Bentuk dari
kerukunan hidup antarumat beragama di
Desa Karang Tapen adalah adanya sikap
saling tolong menolong dan sikap saling
peduli terhadap sesamanya. Contoh dari
sikap tolong menolong warga adalah ketika
tetangga mengalami kesusahan atau
bantuan seperti ada salah satu warga yang
meninggal, maka dengan kesadaran warga
itu sendiri datang untuk menolong tanpa
diminta. Bahkan warga yang beragama
Hindu mengikuti acara Yasinan. Berikut
wawancara peneliti dengan salah seorang
warga yang beragam Hindu pada tanggal 2
juni 2016 pada pukul 16.45, Menerapkan
sikap toleransi antarumat beragama
sangatlah penting bagi terbentuknya
kerukunan antarumat beragama yang
berbeda. Hubungan antara umat Hindu
dengan umat Islam dalam masyarakat
Desa Karang Tapen sangatlah harmonis.
Dalam mewujudkan keharmonisan antar
pemeluk agama yang berbeda sangatlah
dipengaruhi sikap toleransi warga. Sikap
toleransi tidak datang dengan sendirinya
tetapi harus melalui kesadaran yang
mendalam
dari
pribadinya
sendiri.
Kesadaran warga akan adanya perbedaan
agama
dalam
lingkungannya
dan
kesadaran
akan
pentingnya
hidup
berdampingan dapat menimbulkan suatu
sikap toleransi antarsesama.
Toleransi di Desa Karang Tapen
terwujud dengan adanya kebebasan
beragama, dan melakukan kegiatan
keagamaan yang sesuai dengan ajaran
agama masing-masing tanpa ada rasa takut
akan adanya gangguan dalam menjalankan
kegiatan keagamaan mereka. Meskipun
berada dalam lingkungan yang mayoritas
beragama Islam, namun agama minoritas
dapat melaksanakan kegiatan keagamaan
dengan rasa aman dan nyaman karena
warga memiliki sikap toleransi yang tinggi.
Warga Desa Karang Tapen mempunyai
kesadaran tentang adanya perbedaan cara
dan kegiatan dalam menjalankan ajaran
agama mereka sehingga dengan adanya
kesadaran tentang perbedaan ajaran
agama warga merasa tidak terganggu
dengan acara kegiatan tersebut.
Sikap toleransi antarumat beragama
sudah tertanam sejak mereka tinggal
dilingkungan mereka. Dengan kebiasaan
melihat bahkan mendengar dan membantu
dalam kegiatan keagamaan membuat
warga merasa bahwa itu adalah hal yang
biasa dan tidak mengganggu aktifitas
mereka. Misalnya dalam kegiatan Yasinan
yang dilakukan tiap malam jum’at, warga
yang beragama lain merasa tidak
terganggu, begitu juga dengan warga yang
beragama Islam tidak terganggu dengan
acara keagamaan warga Hindu.
Fenomena diatas menunjukkan
makna toleransi dalam masyarakat yang
berada dalam keragaman agama. Dengan
menanamkan sikap toleransi, masyarakat
Desa
Karang
Tapen
juga
dapat
menciptakan sikap saling menghormati
antar sesama pemeluk agama. Bila ada
warga atau seseorang yang merasa
terpanggil untuk mengikuti ajaran agama
lain dan agama tersebut menerima dia
dengan
baik,
maka
keputusannya
dihormati. Dalam kasus di Desa Karang
Tapen, warga berpindah agama bukan
karena hasutan atau paksaan dari pihak
manapun melainkan berpindah agama
karena adanya unsur pernikahan dan
kesadaran mereka sendiri.
5.Strategi Masyarakat Desa
Karang
Tapen Dalam Memelihara Kerukunan
Antar Umat
(a) Ikatan Kekeluargaan
Dari hasil temuan wawancara
dilapangan dapat dikatakan bahwa faktor
kekeluargaan ini cukup baik dimasyarakat
Desa Karang Tapen. Dalam hal kehidupan
sosial nampaknya ikatan kekeluargaan
menjadi faktor penting, ini terlihat dari
adanya penduduk Sasak yang beragama
Islam melakukan perkawinan dengan
Penduduk Karang Tapen yang beragama
Hindu akan tetapi ini tidak menjadi
halangan untuk tetap hidup rukun walaupun
mereka berbeda agama. Ini membuktikan
bahwa masyarakat Karang Tapen tidak
memandang adanya perbedaan dari segi
agama, masyarakat Karang Tapen sangat
menjunjung tinggi nilai toleransi karna kalo
toleransi tidak kita bina sangat sulit untuk
menciptakan kerukunan hidup dalam
bermasyarakat.
Dengan
adanya
perbedaan-perbedaan keyakinan tersebut
maka tidak bisa dipungkiri bahwa akan
muncul suatu konflik. Tetapi konflik-konflik
yang dilatar belakangi oleh perbedaan
keyakinan ini bisa diredam bahkan tidak
bisa terjadi karena adanya faktor ikatan
kekeluargaan ini. Misalkan dalam sutu
keluarga besar terdapat angota-anggota
keluarga
yang
memiliki
perbedaan
keyakinan, ketika mereka hendak berkonflik
yang dilatarbelakangi oleh keyakinan
beragama, mereka berfikir bahwa semua ini
tidak ada gunanya karena kita berada
dalam satu rumpun keluarga yang
katakanlah satu Nenek atau satu Kakek.
Dengan demikian terlihat bahwa ikatan
kekeluargaan ini memiliki faktor penting
yang mempengaruhi kerukunan antar umat
beragama di Desa Karang Tapen
(b) Saling
Menghormati
Menghargai
Antar
Beragama
dan
Umat
Untuk mengembangkan kehidupan
beragama, diperlukan suasana yang tertib,
aman dan rukun. Kekhusuan beribadat
tidak mungkin terwujud dalam suasana
yang
tidak
aman.
Disinalah
letak
pentingnya kerukunan, ketertiban dan
keamanan dalam kehidupan beragama.
Dengan prilaku tersebut, kehidupan
beragama yang tertib, aman dan rukun
akan tercapai. Sikap egois pada dasarnya
merupakan
penyakit
manusia
yang
senantiasa mementingkan dirinya sendiri
dan menempatkan dirinya pada kedudukan
yang
paling
tinggi
dengan
tidak
memperhatikan kepentingan orang lain.
Sikap selalu menganggap dirinya sebagai
yang terhebat, terpandai, terpenting,
terpercaya
atau
paling
berpengaruh
merupakan sikap egois yang perlu
dihindari. Sikap egois seperti ini dapat
menimbulkan
kebencian
orang
lain
sehingga suasana kerukunan dalam
kehidupan akan hilang. Dengan selalu
menanamkan sikap saling menghormati
dan menghargai ini, kerukunan dan
kedamaian atau keharmonisan antar
pemeluk agama di masyarakat Desa
Karang Tapen terjalin begitu baik.
(c) Gotong Royong
Masyarakat desa Karang Tapen
secara umum masih memegang teguh nilainilai dan adat istiadat nenek moyang secara
utuh. Seperti halnya gotong royong,
masyarakat Desa Karang Tapen selalu
mengerjakan semua hal dalam bentuk
kerjasama baik yang bersifat pribadi
maupun sosial kemasyarakatan. Prinsip
hidup seperti inilah yang terlihat di
masyarakat desa Karang Tapen. Yang
mana gotong royong menjadi suatu tradisi
masyarakat setempat dan merupakan suatu
elemen yang berkembang selama puluhan
tahun lamanya. Gotong royong inilah yang
merupakan salah satu faktor pendorong
terwujudnya suasana yang harmonis di
masyarakat desa Karang Tapen.
5. Aspek-Aspek Kerukunan antaretnis
Bali dan Sasak Sebagai Sumber
Pembelajaran Sejarah
1. Aspek Kognitif
Dengan diberlakukannya kurikulum
2013 maka pembelajaran sejarah menjadi
mata pelajaran yang sangat penting.
Sejarah memberikan manfaat bagi siswa
guna memberikan rasa bangga akan
negranya sendiri Indonesia. Pelajaran
sejarah di sekolah selama ini hanya
mengandalkan fakta-fakta sejarah yang
sudah ada. Guru cenderung tidak
mengupdate pemahaman mengenai faktafakta sejarah yang baru.
Kurikulum
2013
memberikan
peluang bagi guru dan siswa untuk
menambah wawasan mengenai fakta –
fakta dan sumber belajar sejarah yang ada
di lingkungan siswa. Salah satu sumber
sejarah yang bisa di manfaatkan guru dan
siswa sebagi sumber belajar sejarah
adalah Kerukunan antar etnis Bali dan
Sasak di Desa Karang Tapen. Keberadaan
komunitas ini erat kaitannya dengan
penaklukan Lombok yang di lakukan oleh
Raja Karangasem. Pada saat itu Kerajaan
Karangasem di bawah pemerintahan tiga
bersaudara yakni I Gusti Anglurah Nengah
Karangasem, I Gusti Anglurah Wayan
Karangasem, dan I Gusti Anglurah Ketut
Karangasem telah berhasil membawa
Kerajaan Karangasem mengalami masa
keemasannya pada sekitar tahun 1692.
Sejarah masuknya orang – orang
Bali terutama yang memiliki keyakinan
berbeda, agama Hindu di Desa Karang
Tapen dapat memberikan kontribusi
terhadap materi mata pelajaran sejarah.
Proses masuknya orang – orang Hindu
Bali yang membentuk komunitas di Desa
Karang Tapen ini di kaitkan dalam materi
proses masuknya Hindu ke Indonesia.
Kerukunan antaretnis Bali dan Sasak di
Desa Karang Tapen ini dapat di masukkan
ke dalam sejarah wajib di kelas X semester
genap
dalam
materi
“Zaman
Perkembangan”.
2. Aspek Afektif
Negara Indonesia adalah negara
besar yang di dalamnya ada berbagai
macam suku, ras, agama, dan budaya.
Keberadaan hal tersebut merupakan
berkah bagi Negara Indonesia sendiri,
namun bila tidak bisa menjaganya maka
timbul perpecahan. Negara Indonesia tidak
lagi menjadi negara yang seutuhnya dalam
satu kesatuan namun menjadi negara yang
terkotak – kotak. Untuk menghindari hal
terebut maka di perlukan adanya toleransi
di Indonesia. Untuk menanamkan toleransi
tentu saja sekolah menjadi tempat yang
sangat tepat selain lingkungan sekitar siswa
dan
keluarga.
Rasa
untuk
saling
menghargai antar teman yang memiliki
keyakinan yang berbeda, budaya dan ras
sangat penting untuk di lakukan. Indonesia
sendiri banyak sekali contoh – contoh
toleransi antara umat beragama tidak
terkecuali di kecamatan Cakra Lombok
Barat. Di Cakra sendiri banyak sekali
penduduk yang memiliki keyakinan berbeda
hidup saling berdampingan salah satunya
adalah di Desa Karang Tapen.
Kurikulum 2013 menekankan pada
siswa untuk saling menghargai hal ini
termuat dalam KI (Kompetensi Inti) nomor 2
yaitu “Menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif, dan pro – aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi
secara
efektif
dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.”
Dalam Kompetensi Inti tersebut
menekannya
siswa
untuk
saling
menghargai
dan
toleran
terhadap
lingkungan sekitar siswa. Keberadaan etnis
bali di desa Karang Tapen bisa menjadi
contoh secara real. Komunitas ini hidup
dalam komunitas yang mayoritas penduduk
Muslim. Namun kenyataannya Komunitas
Muslim Sasak Bayan hidup rukun dengan
Komunitas Hindu yang ada di Desa Karang
Tapen. Mereka bisa hidup dengan rukun
dan bergandengan tangan satu dengan
yang lainnya walaupun berbeda keyakinan.
Kerukunan antaretnis Bali dan
Sasak di desa Karang Tapen dapat
memberikan gambaran kepada siswa
bahwa Indonesia adalah negara yang terdiri
dari berbagai macam suku, ras, budaya dan
agama.
3. Aspek Psikomotorik
Agar pelajaran sejarah tidak menjadi
pelajaran yang membosankan maka guru
sejarah bisa menggunakan siswa untuk
melakukan metode pembelajaran inovatif
karya wisata. Dimana guru bisa mengajak
siswa untuk terjun langsung ke sumber
belajar sejarah yang ada di lingkungan
sekitar siswa. Salah satu yang dapat di
kunjungi keberadaan etnis bali dan Sasak
di desa Karang Tapen, Cakranegara,
Lombok Barat. Desa tersebut dapat
memberikan
gambaran
bagaimana
masuknya Hindu ke Lombok terutama di
Cakranegara.
Bukan berarti belajar sejarah hanya
berada di dalam kelas saja akan tetapi juga
bisa belajar di luar kelas. Hal ini juga
bermanfaat
melatih
dan
mengasah
kemampuan siswa untuk memiliki sifat
bertanggung jawab, jujur, disiplin dalam
melakukan pelajaran di luar kelas. Bila di
kaitkan dalam kurikulum 2013 aspek
psikomotorik ini masuk dalam KI 1 yakni
Menghayati dan mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif, dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi
secara
efektif
dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia. Dan KI 4
yakni Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
D. SIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Etnis Bali dan Sasak dapat hidup
berdampingan secara harmonis dalam
perbedaan agama yang di anut yaitu
agama Hindu dan Islam. Perbedaan
tersebut tidak hanya terdapat pada masingmasing warganya melainkan perbedaan
tersebut juga ada dalam satu keluarga
Batih.
Perbedaan yang
ada pada
masyarakat
Karang
Tapen
tidak
menjadikan
mereka
hidup
dalam
ketegangan yang menimbulkan konflik
seperti yang terjadi di daerah lain.
Perbedaan agama yang ada justru
menjadikan masyarakat Karang Tapen
dapat hidup harmonis, hidup secara
berdampingan dan sangat menjunjung
tinggi
toleransi
beragama.
Setiap
masyrakatnya bukan hanya mengakui
keberadaan hak agama lain, tetapi juga
terlibat dalam usaha memahami perbedaan
dan persamaan dari masing-masing
penganut agama yang ada.
Hal seperti ini tentunya tidak terjadi
secara alamiah atau datang dengan
sendirinya. Jelas ada usaha-usaha yang
mereka lakukan untuk mempertahankan
kerukunan. Dimana usaha-usaha tersebut
mereka implementasikan dengan baik
dalam kehidupan sehari-hari. Kerukunan
umat beragama yang berkembang di Desa
Karang Tapen sangat dinamik hal ini dapat
terlihat dari beberapa pola kerukunan yang
berkembang di masyarakat misalkan,
hubungan sosil keagamaan, hubungan
sosial kemasyarakatan. Selain itu juga ada
beberapa faktor yang mempengaruhi
kerukunan umat beragama di Karang
Tapen seperti, ikatan kekeluargaan, saling
menghormati dan menghargai antarumat
beragama serta gotong royong yang telah
menjadi budaya masyarakat Karang Tapen.
2. Saran
Berdasarkan penelitian di atas,
maka dapat disimpulkan beberapa saran
yakni:
1. Bagi Departemen Agama
Diharapkan
agar
tetap
mengupayakan
dalam
membantu
menciptakan kondisi masyarakat Karang
Tapen yang rukun dan harmonis, dengan
cara tidak menanamkan sikap fanatisme
agama yang akan mengarah pada
timbulnya konflik antar mat beragama.
2. Bagi Pemerintah Setempat
Mampu memberikan keamanan
(mejaga) warganya untuk melakukan
tindakan yang tidak melanggar normanorma agama serta menanamkan sikap adil
dalam bentuk apapun terhadap semua
pemeluk agama tanpa membedakan
agama yang satu dengan yang lain,
sehingga tercipta suatu hubungan yang
rukun dan harmonis dalam kehidupan
masyarakat Karang Tapen.
3. Bagi Masyarakat Karang Tapen
Masyarakat Karang Tapen hendaknya
terus menjaga dan memelihara kerukunan
yang terjadi di antara pemeluk Hindu dan
Islam. Masyarakat juga dapat ikut serta
dalam memberikan pengetahuan lebih
dalam
terhadap
generasi
penerus
mengenai kerukunan antarumat di Karang
Tapen
Daftar Pustaka
Hartoyo.
1996.
(tesis)
Keserasian
Hubungan Antar Etnik, Faktor
Pendorong dan Pengelolaannya.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Moeloeng, Lexy. 2001. Metodologi
Penelitian kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosda karya.
Mukti Ali. 1996. Beberapa Persoalan
Agama Dewasa Ini. Jakarta,
Rajawali Pers.
Parmitha, I Gede. 2001. LOMBOK: Lombok
Abad XIX. Jakarta: Balai Pustaka.
Sedana. 2010. Subak pancoran sebagai
sumber belajar sejarah kebudayaan
indonesia (studi kasus di jurusan
pendidikan sejarah fakultas ilmu
sosial
universitas
pendidikam
ganesha)
Sudrajat,Ajat. 2012. “Pengertian dan
Bentuk-bentuk KonflikSosial”Tersedia pada
http://anaajat.blogspot.com/2012/10/
pengertian-dan-bentuk-bentuk
konflik.html. (Akses 3-01-2016)
Azhari,
Akmal.
2011.
“Membangun
kerukunan umatberagama”Tersedia pada
http://www.waspada.co.id/index.php
?option=com_content&view=article&
id=175639:membangunkerukunanu
matberagama&catid=33:artikeljumat
&Itemid=981. (Akses 3-02-2016)
Download