-$.3,+ Buku Suplemen Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS Pegangan Fasilitator untuk Populasi Remaja dengan Perilaku Risiko Tinggi BUKU SUPLEMEN BIMBINGAN TEKNIS KESEHATAN REPRODUKSI: INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS November 2012 Publikasi ini didukung oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) bekerjasama dengan UNESCO Jakarta sebagai sebuah bagian dari proses multi sektor menuju pengembangan buku Panduan Nasional untuk Pendidikan Seksualitas Komprehensif yang merujuk kepada buku ITGSE (International Technical Guidance on Sexuality Education) yang diproduksi oleh UNESCO, UNICEF, UNFPA, WHO, dan UNAIDS pada tahun 2009. Alamat dan Kontak UNESCO Jakarta Kantor Perwakilan UNESCO, Jakarta Kantor Gabungan untuk Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Timur Leste Biro Sains Regional untuk Asia dan Pasifik Jl. Galuh (II), No. 5, Kebayoran Baru Jakarta 12110, Indonesia Tel.: +62 (21) 739 9818 Fax: +62 (21) 7279 6489 Email: [email protected] www.unesco.org/jakarta Editor 1. Allan Taufiq Rivai, dr 2. Desi Lokitasari, dr 3. Tim Adaptasi Buku BKKBN 4. Nia Reviani, dr, MAPS 5. Fitri Adinda Novianti, dr 6. Allan Taufiq Rivai, dr 7. Desi Lokitasari, dr 8. Alifah Nuranti, S.Psi, MPH 9. Dwi Ariyanti, dr 10.Azora Ferolita, dr, Akp 11. Popy Irawati, dr, MPH 12.Lhuri Dwianti Rahmartani, dr 13. Samuel Josafat Olam, dr INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS 3 Ilustrasi Priagi Pertama Constadi, ST Tim HIV UNESCO Mee Young Choi, Spesialis Program Pendidikan, Kantor UNESCO, Jakarta Ahmed Afzal, Koordinator HIV dan Kesehatan Sekolah, Kantor UNESCO, Jakarta Ucapan Terimakasih Publikasi dari buku ini dapat terlaksana atas kontribusi teknis dari BKKBN melalui pendanaan Unified Budget, Results and Accountability Framework (UBRAF) dari UNAIDS dan anggaran program rutin UNESCO. Hak Cipta © UNESCO 2012 Hak Cipta Dilindungi Konsep Sampul/Rancangan: © BKKBN Ilustrasi/Tata Letak Sampul: © BKKBN ISBN xxxxxxxxxxx (Versi Elektronik) Disclaimer Judul yang digunakan dan penyajian materi di dalam publikasi ini tidak diartikan sebagai pendapat pribadi dari pihak BKKBN ataupun UNESCO terkait dengan status hukum dari negara, wilayah, kota atau area mana pun, atau terkait penetapan batas-batasnya. 4 Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi Dan Seksualitas Yang Komprehensif UCAPAN TERIMA KASIH B uku Suplemen Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi ini dikembangkan atas kerjasama BKKBN dan UNESCO. Buku ini merupakan hasil pengembangan dari ide-ide pokok dalam International Technical Guidance on Sexuality Education (ITGSE). Dalam hal ini BKKBN dan UNESCO mengucapkan terima kasih kepada Panitia Pengarah dalam hal ini Subagyo, Sekretaris Utama BKKBN; Julianto Witjaksono AS, Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi ; Soedibyo Alimoeso, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga ; Wendy Hartanto, Deputi Bidang Pengendalian Penduduk ; Perwakilan UNESCO. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Tim Penyusun Panduan ini yaitu Nia Reviani, Fitri Adinda Novianti, Allan Taufiq Rivai, Desi Lokitasari, Alifah Nuranti, Popy Irawati, Azora Ferolita, Dwi Ariyanti, Samuel Josafat Olam, Lhuri Dwianti Rahmartani. Terimakasih sebesar – besarnya juga kami tujukan kepada Tim Penelaah yang terdiri dari berbagai unsur dan lembaga yang berkepentingan. Rudi Amin, PKBI ; Liris Kinasih, PKBI ; Bangkit Purwandari, Kementerian Kesehatan Sub direktorat AIDS ; Dhito Pemi Aprianto, Kementerian Kesehatan Sub Direktorat Bina Ketahanan Anak Usia Sekolah – Remaja ; Kurnia Wijiastuti, Aliansi Remaja Independen ; Rahardhika A.U, Aliansi Remaja Independen ; Siti Handayani, Aliansi Remaja Independen ; Ryan Fajar Febrianto, Aliansi Remaja Independen ; Lieska Prasetya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ; Ida. M. Kosasih, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ; Susy Farida, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ; Tini Setiawan, WHO ; Margaretha Sitanggang, UNFPA ; Anissa Elok Budiyani, UNICEF ; Andri Yoga Utama, Rutgers WPF ; Kheri Marifah, BKKBN ; Robertha, BKKBN ; Afif MM, BKKBN ; Nurlaila Susilowati, BKKBN ; Kartono, BKKBN ; Yuliana Slamet, BKKBN. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terimakasih atas dukungan UNESCO dalam hal ini kepada Hubert J. Gijzen, Mee Young Choi, Ahmed Afzal, Ade Sandra. Akhirnya, kami juga mengucapkan terimakasih kepada Saudara Priagi Pertama Constadi atas desain tampilan buku ini. INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS 5 PENGANTAR J umlah kasus HIV/AIDS di Indonesia terus menunjukkan peningkatan. Kementerian Kesehatan RI melaporkan kasus HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011 sebanyak 106.758 kasus. Sejak permulaan epidemi HIV di Indonesia, laporan dari Kementerian Kesehatan RI secara konsisten menunjukkan hampir separuh kasus AIDS dialami oleh kelompok usia 20-29 tahun. Informasi ini menunjukkan bahwa populasi usia muda merupakan kelompok paling berisiko dalam kaitannya dengan infeksi HIV. Banyaknya kasus AIDS pada kelompok usia 20-29 tahun juga menyiratkan kelompok usia 15-24 tahun sebagai masa-masa rentan di mana awal infeksi HIV terjadi. Upaya untuk mengatasi merebaknya infeksi HIV dilakukan secara konkret salah satunya oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) yang sedang dalam proses penyusunan Rencana Aksi Nasional (RAN) Penanggulangan AIDS untuk orang muda berisiko usia 1524 tahun. Langkah ini merupakan langkah yang signifikan dalam upaya mengidentifikasi kebutuhan populasi remaja dengan perilaku yang berisiko tinggi. BKKBN sebagai lembaga Pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi dalam Kesehatan Reproduksi juga turut berperan nyata dalam upaya peningkatan kesadaran dan kepedulian untuk mengendalikan infeksi HIV, salah satunya melalui pembuatan bukubuku dengan tema Kesehatan Reproduksi hasil kerjasama dengan UNESCO. Buku ini merupakan suplementasi dari buku “Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas yang Komprehensif” hasil kerjasama BKKBN dan UNESCO. Buku suplemen ini dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan pengetahuan populasi dengan perilaku risiko tinggi dalam hal kesehatan reproduksi, sehingga diharapkan terjadi pengaruh positif dalam perilaku keseharian remaja tersebut. Buku suplemen ini juga menjadi suatu bentuk dukungan terhadap inisiatif RAN Penanggulangan AIDS yang dikembangkan KPAN. Buku suplemen ini terdiri dari 5 judul buku yakni: • Keterampilan Komunikasi dan Penolakan • Pelecehan Seksual • Pubertas • Dorongan Seksual • Infeksi Menular Seksual dan HIV/AIDS. Buku suplemen ini merupakan pegangan untuk fasilitator dan pembimbing. Sasaran dari kandungan buku ini adalah populasi remaja berusia 15-24 dengan perilaku risiko tinggi, antara lain anak jalanan, remaja di lembaga pemasyarakatan, pengguna jarum suntik, pekerja seks, dan remaja pria homoseksual. Buku ini tidak ditujukan untuk pendidikan formal sehingga tidak untuk dipergunakan oleh siswa di sekolah. 6 Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi Dan Seksualitas Yang Komprehensif INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS 7 INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS 1. Apa itu IMS? Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, baik melalui vagina, mulut, maupun anus. Infeksi tersebut dapat disebabkan oleh bakteri (misalnya sifilis), jamur, virus (misalnya herpes, HIV), atau parasit (misalnya kutu). 2. Siapa saja yang dapat terkena IMS? Semua orang yang sudah pernah melakukan hubungan seksual berisiko tertular IMS. Risiko tersebut akan lebih tinggi pada orang yang: - Melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan (multipartner) - Melakukan hubungan seksual seseorang yang multipartner - Melakukan hubungan pengaman (kondom) dengan seksual tanpa 3. Mengapa IMS berbahaya? IMS menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar, sakit berkepanjangan, kemandulan dan kematian. Remaja perempuan perlu menyadari bahwa risiko untuk terkena IMS lebih besar daripada laki-laki sebab alat reproduksi perempuan lebih rentan. Dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera dikenali, sedangkan penyakit berlanjut ke tahap lebih parah. Misalnya keputihan yang lebih disebabkan oleh kuman atau bakteri yang masuk ke vagina, akibat pemeliharaan kebersihan yang buruk. 4. Mengapa remaja perlu mendapat pengetahuan tentang IMS? Remaja dianggap belum cukup memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang pemeliharaan kesehatan reproduksi. Angka penularan IMS yang cukup tinggi pada remaja adalah salah satu buktinya. UNFPA dan WHO menyebutkan, 1 dari 20 remaja tertular IMS setiap tahunnya, sementara hampir separuh kasus infeksi HIV baru berusia di bawah 25 tahun. Beberapa faktor penyebabnya adalah: 8 Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi Dan Seksualitas Yang Komprehensif a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. Minimnya pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas yang komprehensif. Kontrol keluarga dan masyarakat yang cenderung semakin rendah. Semakin terbukanya akses informasi mengenai seksualitas termasuk pornografi dari media atau internet yang mempermudah remaja untuk mengakses dan memanfaatkannya secara tidak benar. Tingkat permisifitas (serba boleh) dari hubungan antara laki-laki dengan perempuan yang cenderung melonggar. Perasaan bahwa dirinya tidak mungkin terjangkit penyakit apapun. Kebutuhan untuk mencoba pengalaman baru. Nilai-nilai cinta atau hubungan lawan jenis yang cenderung disalahgunakan. Kurangnya pemahaman remaja akan akibat dari perilaku seks tidak aman yang dilakukannya. Semakin banyaknya tempat pelacuran baik yang terlokalisir ataupun tidak. Mitos-mitos yang berkembang di masyarakat tentang perilaku seksual dan dampaknya. Tidak sedikit masyarakat yang masih belum bisa menerima kehadiran pendidikan seksualitas bagi keluarga. Sehingga anak remaja cenderung untuk mencari informasi kepada teman atau media yang justru tidak mendidik. 5. Bagaimana mencegah penularan IMS? WHO menyatakan bahwa pantang dari hubungan seksual (abstinence) dan inisiasi tertunda perilaku seksual (terutama menghindari seks pranikah) adalah beberapa komponen utama dari upaya pencegahan IMS bagi kaum muda. Monogami dan pengurangan jumlah pasangan seksual (be faithful) serta meningkatkan akses dan layanan pencegahan komprehensif, termasuk pendidikan pencegahan dan penyediaan kondom (condoms) sangat penting bagi orang-orang muda yang aktif secara seksual. Pada dasarnya remaja perlu memahami pentingnya poin-poin edukasi tentang hal-hal berikut ini: a. Menghindari perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab, antara lain: hubungan seksual pranikah, hubungan seksual tanpa pengaman. b. Meningkatkan ketahanan moral melalui pendidikan agama/kerohanian. Di banyak ajaran agama di dunia, hubungan seksual pranikah adalah salah satu bentuk zina yang merupakan dosa besar. c. Melakukan kegiatan-kegiatan positif, agar tidak terlintas untuk melakukan hubungan seksual. d. Mencari informasi yang benar sebanyak mungkin tentang risiko tertular IMS. e. Mendiskusikan dengan orang tua, guru, atau teman mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perilaku seksual, dan mendorong untuk tidak malu bertanya. INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS 9 f. Menolak ajakan pasangan yang meminta untuk melakukan hubungan seksual tidak aman. g. Bersikap waspada, mampu membaca situasi, dan melindungi diri. Misalnya ketika pergi ke pesta atau clubbing, usahakan pergi bersama teman atau anggota keluarga yang dapat dipercaya. Minum minuman yang memabukkan (baik disengaja maupun tidak) juga merupakan gerbang menuju perilaku seksual tidak aman. h. Mengetahui hak atas serta cara untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Misalnya penggunaan kondom. Perlu diperhatikan bahwa edukasi pencegahan IMS pada remaja harus disesuaikan dengan kelompok target. Edukasi pada remaja pada umumnya mungkin akan sedikit berbeda dengan edukasi pada remaja dari kelompok YKAP (young key affected population). YKAP terdiri dari remaja pekerja seks, pengguna jasa pekerja seks, kaum transjender, pengguna obat suntik, pria pelaku seks sesama jenis, dan orang yang terinfeksi HIV. Tidak semua poin dapat diaplikasikan secara efektif pada setiap situasi. Sebagai contoh, poin (h) tentang hak dan cara menjaga sistem reproduksi mungkin patut lebih diprioritaskan oleh konselor/ pendidik dalam memberi edukasi pada kelompok remaja pekerja seks. Beberapa poin bisa menjadi isu yang sensitif bagi kelompok tertentu. Oleh karena itu, pemilihan cara edukasi harus dipersiapkan dan dipertimbangkan secara bijaksana. 6. Kapan dan ke mana harus mencari konsultasi medis? Penting bagi mereka yang pernah melakukan hubungan seksual untuk dapat mengenali kemungkinan tertular IMS seperti terangkum dalam tabel berikut. Perlu diingat bahwa informasi di bawah ini hanya beberapa contoh saja. Informasi lebih lengkap dapat diperoleh di situs kesehatan seperti www.mayoclinic.com, http://www.cdc.gov/std/, atau situs untuk remaja dengan bahasa yang lebih awam seperti www.guetau.com. Namun yang terpenting adalah berkonsultasi 10 Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi Dan Seksualitas Yang Komprehensif ke dokter terutama jika mendapati gejala-gejala seperti di bawah ini : Penyebab Beberapa gejala yang mungkin muncul Akibat yang dapat timbul Bakteri Neisseria gonorhoeaez - Pada pria: Mulut lubang kencing bengkak, nyeri, gatal, memerah, dan mengeluarkan cairan berwarna putih, kuning kehijauan - Pada wanita: Keputihan yang lebih banyak dari biasanya, nyeri berkemih - Kemandulan pada pria maupun wanita - Memudahkan penularan HIV - Keguguran - Bayi lahir prematur atau mengalami infeksi mata - Luka pada kemaluan tanpa rasa nyeri, biasanya tunggal - Bintil/bercak merah di tubuh, tanpa gejala klinis yang jelas - Kelainan syaraf, pembuluh darah dan kulit - Jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan berat pada organ lain seperti otak dan jantung - Memudahkan penularan HIV - Keguguran - Bayi lahir cacat Virus Herpes simplex - Rasa terbakar atau rasa kesemutan - Bintil-bintil berkelompok seperti anggur yang sangat nyeri pada kemaluan, kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering berkerak, lalu hilang sendiri - Rasa nyeri yang mengganggu aktivitas - Memudahkanpenularan HIV - Penularan infeksi pada bayi baru lahir Trikomoniasis Protozoa Trikomonas vaginalis Jarang menimbulkan gejala, namun pada wanita biasanya mengalami keputihan berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk - Memudahkan penularan HIV - Bayi lahir prematur Hepatitis B Hepatitis B Virus - Kulit dan sklera (daerah berwarna putih pada mata) menguning - Tubuh lemah dan lesu - Kanker hati Infeksi HPV Human Papilloma Virus Muncul kutil di sekitar alat kelamin Ulkus mole Bakteri Haemophilus ducreyi Jenis IMS Gonorrhea (GO/Kencing nanah) Sifilis (Raja Singa) Herpes genitalis Bakteri Treponema pallidum - Benjolan yang mudah pecah atau ulkus (luka) di lipatan paha yang sangat sakit - Kutil kelamin - Kanker serviks (leher rahim) - Memudahkan penularan HIV Selain itu masih banyak lagi jenis IMS, seperti kandidiasis, kutu pubis, klamidiasis, serta HIV. Khusus HIV/AIDS, penjelasan detail tentang pengertian, penularan, pencegahan, cara mengetahui, pengobatan,serta stigma HIV/AIDS dapat dilihat pada bahan pembelajaran materi tersendiri. Yang harus diingat adalah pengobatan IMS tidak dapat dilakukan sendiri. Ada pemeriksaan spesifik yang memerlukan konsultasi medis, baik pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Hal-hal yang perlu dilakukan antara lain: INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS 11 a. Konsultasi dan minum obat sesuai anjuran dokter b. Mengajak pasangan seksual berobat untuk menghindari penularan berulang c. Jika memiliki teman yang terkena atau berisiko terkena IMS, anjurkan mereka untuk segera memeriksakan diri ke dokter atau petugas kesehatan, bila perlu temani mereka. Ingatkan juga untuk jangan malu menyampaikan keluhan-keluhan kepada dokter atau petugas kesehatan 7. Mitos Seputar IMS a. Minum antibiotik dapat mencegah IMS Antibiotik tidak menjamin dapat mencegah IMS karena penyebab IMS bukan hanya bakteri tapi juga virus, jamur, dan parasit. Selain itu penggunaan antibiotik harus sesuai dengan petunjuk dokter. b. Mencuci alat kelamin Tidak ada sabun atau desinfektan apapun yang dapat mencegah IMS, bahkan penggunaan sabun pada vagina akan mempertinggi risiko terkena keputihan akibat dari berkurangnya kadar keasaman dari permukaan vagina yang berfungsi untuk membunuh kuman-kuman yang ada. c. Penularan melalui kamar mandi/WC Kuman IMS tidak dapat bertahan cukup lama di luar tubuh, sehingga tidak akan menulari orang lain selain melalui cairan sperma, vagina dan darah, atau adanya perlukaan. 12 Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi Dan Seksualitas Yang Komprehensif HIV/AIDS 1. Apa itu HIV/AIDS? Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia. Infeksi HIV pada tahap yang lanjut dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat melemahnya sistem kekebalan tubuh. 2. Mengapa HIV/AIDS perlu perhatian khusus? HIV/AIDS perlu mendapat perhatian khusus karena metode penularannya yang tidak hanya melalui hubungan seksual, namun juga melalui kontak cairan tubuh seperti darah dan air mani. Selain itu, terapi HIV/AIDS juga spesifik, karena tanpa pengobatan yang tepat, HIV/AIDS menyebabkan orang yang terinfeksi mudah terserang berbagai penyakit yang dapat dapat berakibat kematian. 3. Siapa saja yang berisiko terinfeksi HIV? Sesuai dengan metode penularannya, maka kelompok berikut adalah yang paling berisiko terinfeksi HIV: a. Pasien yang menerima transfusi produk darah atau transplantasi organ/ jaringan tubuh b. Pelaku hubungan seks atau perilaku seksual lainnya yang tidak aman, yang memungkinkan kontak antara cairan sperma atau cairan vagina dengan mukosa kemaluan tanpa penghalang (kondom) c. Pengguna narkotika suntik, terutama yang alat suntiknya digunakan bergantian satu sama lain d. Mereka yang menggunakan alat tajam/suntik secara bergantian, misalnya jarum tato, jarum tindik, peralatan pencet jerawat yang tidak disterilkan atau sekali pakai. e. Bayi yang dikandung dan dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi HIV f. Bayi yang disusui oleh ibu yang terinfeksi HIV g. Petugas medis yang sering terpapar alat suntik terkontaminasi HIV tidak ditularkan lewat kontak kasual, seperti berjabat tangan, berpelukan, menggunakan toilet yang sama, bersin, batuk, gigitan serangga, ataupun minum dari gelas yang sama. Virus HIV tidak bertahan lama di luar tubuh, terutama di tempat yang kering. INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS 13 4. Bagaimana mencegah penularan infeksi HIV? Pencegahan HIV mirip dengan pencegahan IMS dan ditambah aspek penggunaan narkotika dan peralatan tajam. Pencegahan ini dikenal dengan metode ABCDE. A= Abstinence, yaitu tidak melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. B= Be faithful, yaitu tetap setia pada satu pasangan seksual. C= Condom, gunakan kondom saat melakukan hubungan seksual. D= Don’t use drugs, tidak menggunakan suntikan mengkonsumsi NAPZA, khususnya yang E= Equipment, berhati-hati terhadap peralatan yang berisiko membuat luka dan digunakan secara bergantian (bersamaan), misalnya jarum suntik, pisau cukur, dll. Risiko penularan HIV juga dapat dicegah setelah terjadi paparan terhadap virus, misalnya ketika seseorang tanpa sengaja tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi HIV atau setelah hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HIV. Pada ibu hamil yang terinfeksi HIV, penularan pada bayi yang idkandung dapat dicegah dengan penggunaan terapi antiretroviral (ARV) yang diberikan dalam pengawasan dokter 14 Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi Dan Seksualitas Yang Komprehensif PERILAKU POSITIF UNTUK MENGHINDARI PENULARAN HIV S emua orang tanpa kecuali dapat tertular HIV, apabila perilaku sehari-harinya berisiko tinggi terpapar HIV, oleh karena itu yang perlu dilakukan: Bagi remaja : • Mencari informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan HIV/AIDS. • Tidak melakukan sebelum menikah. • Mendiskusikan secara terbuka permasalahan seksualitas remaja kepada orang tua, guru, teman atau orang yang memiliki pengetahuan terhadap isu. • Menghindari penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, jarum suntik, tato dan tindik. • Menghindari perilaku tidak sehat dan tidak bertanggung jawab. hubungan seks Bagi pengguna NAPZA: • Mulai berhenti menggunakan NAPZA, sebelum terinfeksi HIV • Atau paling tidak, tidak memakai jarum suntik • Atau paling tidak, sehabis dipakai, jarum suntik langsung dibuang dan dihancurkan • Atau paling tidak kalau menggunakan jarum yang sama, sterilkan dulu, yaitu dengan merendam ke dalam desinfektan (dengan kadar campuran yang benar) atau direbus dengan ketinggian suhu yang benar. Bagi ODHA • Mendekatkan diri pada Tuhan • Menjaga kesehatan fisik • Menghindari penyalahgunaan NAPZA INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS 15 • Menghindari perilaku seks yang tidak aman • Berusaha mendapatkan terapi HIV/AIDS • Menggunakan alat pengaman (kondom) bila melakukan hubungan seksual Bagaimana perjalanan infeksi HIV? • Fase akut (0 – 6 bulan) Fase akut dimulai dari masuknya HIV ke dalam tubuh seseorang hingga terbentuknya antibodi terhadap HIV. Pada fase ini dapat muncul gejala ringan, seperti demam, pembesaran kelenjar limfe, mual, dan sebagainya. Meskipun masih awal, orang yang terinfeksi HIV sudah bisa menularkan virus kepada orang lain. • Fase laten (3-10 tahun) Pada fase ini, orang yang terinfeksi HIV belum menunjukkan gejala (tampak sehat) dan dapat beraktivitas seperti biasa. • Fase AIDS Pada fase ini sudah terjadi penurunan kekebalan tubuh yang menimbulkan gejala, artinya HIV sudah berubah menjadi AIDS. Timbul infeksi oportunistik yaitu infeksi yang tidak berbahaya bagi orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh normal, namun dapat berakibat fatal bagi orang yang mengidap HIV. Misalnya: sarkoma Kaposi dan pneumonia Pneumocystis carinii. Tanda-tanda AIDS antara lain: • Penurunan 10% berat badan dalam waktu 1 bulan tanpa sebab yang jelas. • Diare lebih dari 1 bulan tanpa sebab yang jelas. • Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan. • Batuk yang tidak sembuh-sembuh. • Kulit gatal di seluruh tubuh. • infeksi jamur kandida pada mulut, lidah atau tenggorokan. • Pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau selangkangan. 5. Bagaimana pemeriksaan/Tes HIV dilakukan? Tes HIV adalah suatu tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan cara mendeteksi adanya antibodi HIV di dalam sampel darahnya. Ada 2 macam tes HIV : • ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) Tes ELISA merupakan uji serologis yang digunakan untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel dengan 16 Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi Dan Seksualitas Yang Komprehensif menggunakan enzim. Kelebihannya, ELISA memiliki teknik pengerjaan relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang tinggi. • Western Blot Tes Western Blot merupakan sebuah metode untuk mendeteksi protein pada sampel jaringan. Sampel yang positif pada tes ELISA dapat dikonfirmasi dengan tes Western Blot. Syarat tes darah untuk keperluan HIV adalah : • Bersifat rahasia • Harus dengan konseling baik pra tes maupun pasca tes • Tidak ada unsur paksaan Prosedur tes HIV meliputi: • Konseling Pra Tes Yaitu konseling yang dilakukan sebelum darah seseorang yang menjalani tes itu diambil. Konseling ini sangat membantu seseorang untuk mengetahui risiko dari perilakunya selama ini, dan bagaimana nantinya bersikap setelah mengetahui hasil tes. Konseling pra tes juga bermanfaat untuk meyakinkan orang terhadap keputusan untuk melakukan tes atau tidak, serta mempersiapkan dirinya bila hasilnya nanti positif. • Tes darah Elisa •Hasil tes Elisa (-) kembali ke konseling, penataan perilaku seks yang aman (ingat window period). Pemeriksaan diulang kembali dalam waktu 3-6 bulan berikutnya. •Hasil tes Elisa (+) konfirmasikan dengan Western Blot. • Tes Western Blot •Hasil tes Western Blot (+) laporkan ke dinas kesehatan (dalam keadaan tanpa nama). Lakukan post konseling dan pendampingan (menghindari emosi putus asa keinginan untuk bunuh diri). •Hasil tes Western Blot (-) sama dengan Tes Elisa (-) • Konseling Pasca Tes Yaitu konseling yang harus diberikan setelah hasil tes diketahui, baik hasilnya positif maupun negatif. Konseling pasca tes sangat penting untuk membantu mereka yang hasilnya HIV positif agar dapat mengetahui cara menghindari penularan pada orang lain, serta untuk bisa mengatasinya dan menjalin hidup secara positif. Bagi mereka yang hasilnya HIV negatif, konseling pasca INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS 17 tes bermanfaat untuk memberitahu tentang cara-cara mencegah infeksi HIV di masa datang. 6. Bagaimana mengobati infeksi HIV/AIDS Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh individu atau vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV. Namun demikian, terdapat 2 macam pengobatan yang dapat diberikan : • Obat antiretroviral (ARV) Obat ini bekerja dengan cara menghambat proses perkembangbiakan HIV dalam sel CD4 sehingga menekan perjalanan penyakit dan memperbaiki kualitas hidup. ARV disarankan untuk diberikan kepada orang yang terinfeksi HIV dengan hasil hitung CD4 ≤350 sel/mm3 apapun stadium klinisnya, atau orang yang terinfeksi dengan stadium klinis 3 dan 4 berapapun hasil hitung CD4-nya. • Obat infeksi oportunistik Selain obat antiretroviral, orang yang terinfeksi HIV juga mungkin memerlukan pengobatan untuk penyakit infeksi yang dialaminya (infeksi oportunistik). Contohnya : kotrimoksazol dosis tinggi untuk mengatasi pneumonia Pneumocystis carinii atau radioterapi pada sarkoma Kaposi. 7. Kapan dan ke mana harus mencari bantuan – Voluntary Counseling and Testing (VCT) Program Voluntary Counseling and Testing (VCT) atau konseling dan pemeriksaan HIV secara sukarela adalah proses konseling yang berlangsung sebelum, selama, dan sesudah seseorang menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah ia telah terinfeksi HIV. VCT bertujuan agar seseorang mengetahui kondisi kesehatannya sejak dini, serta dapat mengantisipasi kemungkinan terburuk terhadap dirinya. Selain itu, VCT juga dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi mengenai HIV atau membantu seseorang mencari pelayanan dan bantuan yang sesuai. Konseling pra tes meliputi: 18 • Alasan mengapa klien ingin diperiksa • Melihat seberapa jauh klien tahu tentang HIV/AIDS • Melihat kemungkinan risiko penularan • Melihat kemungkinan klien menerima hasil tes • Melihat rencana pengurangan risiko klien • Melihat dukungan yang dibutuhkan dan dimiliki oleh klien • Memberi waktu bagi klien untuk mempertimbangkan keputusan untuk dites Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi Dan Seksualitas Yang Komprehensif • Membuat rencana tindak lanjut Konseling pasca tes meliputi: • Melihat pemahaman klien mengenai hasil tes • Mendiskusikan dampak • Tindak lanjut perawatan dan dukungan • Membuat rencana tindak lanjut Pusat Pelayanan VCT Di indonesia terdapat beberapa lembaga yang menyediakan layanan VCT , di antaranya: • Kios Informasi Kesehatan Atma Jaya, (021) 348 33134 • Yayasan Pelita Ilmu, (021) 831 1577 • PKBI DKI Jakarta, (021) 859 09885, (021) 856 6535 • Yayasan AIDS Indonesia, (021) 530 300, ext. 16-20 • Yayasan Mitra Inti, (021) 850 2226 • POKDISUS FKUI-RSCM, (021) 390 3838 • Gaya Nusantara Surabaya, (031) 593 4924 • AIDS Triple M PKBI Ujung Pandang, (0411) 871 051 8. Bagaimana Kondom Dapat Membantu Mencegah IMS? Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kondom adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk pencegahan kehamilan dan IMS temasuk HIV/AIDS terutama bila metode abstinence (A) dan be faithful (B) tidak dapat diterapkan pada situasi maupun kelompok tertentu. Memang tidak ada jaminan bahwa kondom akan memberikan perlindungan 100%, namun bila digunakan dengan benar, kondom akan mengurangi risiko-risiko tersebut. Bagaimana memilih kondom yang tepat? Tidak semua jenis kondom dapat mencegah penularan penyakit menular seksual. Beberapa jenis kondom variasi, misalnya, hanya ditujukan untuk memberikan rangsangan dan sensasi yang berbeda saat berhubungan seksual. Kondom yang pendek dan tidak dapat menutupi seluruh panjang penis pun sebaiknya tidak digunakan karena tidak memberikan perlindungan yang optimal. Kondom yang dapat digunakan untuk mencegah penularan HIV, INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS 19 hepatitis, dan virus herpes adalah kondom yang terbuat dari lateks, bukan yang berbahan alami seperti kulit hewan. Beberapa merk kondom yang baik telah mencantumkan keterangan bahwa kondom tersebut dapat digunakan untuk mencegah penularan penyakit menular seksual. Bagaimana menyimpan kondom dengan benar? Kondom harus disimpan di tempat yang sejuk dan kering, jauh dari sinar matahari, misalnya di laci meja atau lemari. Jika hendak dibawa, kondom boleh diletakkan di saku yang tidak ketat, dompet, atau tas hanya selama beberapa jam. Ingat, suhu tinggi dapat menyebabkan lateks rusak. Bagaimana menggunakan kondom dengan benar? 1. Ingatlah untuk selalu menggunakan kondom yang baru tiap kali berhubungan seks 2. Bukalah kemasan kondom dengan hati-hati, jangan menggunakan gigi, gunting, ataupun benda tajam karena dapat merobek kondom 3. Pastikan kondom tidak lengket dan periksa apakah ujungnya bolong atau robek. Jangan membuka gulungan kondom karena dapat merusaknya sebelum pemakaian 4. Bila kondom rusak atau tidak dalam keadaan baik, buang dan carilah kondom yang baru 5. Kondom harus dipakai ketika penis dalam keadaan ereksi dan sebelum penis berkontak dengan bagian tubuh apapun dari pasangan 6. Bila penis belum disunat, tarik dulu kulit luar penis sebelum memasang kondom 7. Bila kondom tidak memiliki ujung penampung cairan mani, cubit bagian ujungnya saat memasang untuk meninggalkan ruang untuk menampung cairan mani 8. Setelah memasang kondom di kepala penis dengan bagian yang tergulung berada di sisi luar, tarik bagian yang tergulung menuju pangkal penis 9. Bila saat menarik gulungan, kondom tidak dapat terbuka karena ternyata kondom dipasang pada sisi yang terbalik, buang kondom dan ambil yang baru karena membalik sisi kondom dan meletakkan sisi yang sudah bersentuhan dengan penis berada di luar dapat berpotensi menyebabkan terjadinya transmisi penyakit ataupun sel sperma 10. Saat melakukan hubungan seks, bila kondom dirasakan rusak, segeralah berhenti dan tarik penis keluar. Jangan lanjutkan sampai kondom baru terpasang 20 Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi Dan Seksualitas Yang Komprehensif 11. Setelah ejakulasi dan penis kembali lemas, genggam tepian kondom dengan tangan untuk mencegah terlepasnya kondom sebelum menarik penis keluar dari tubuh pasangan 12. Lepaskan kondom dengan hati-hati dari penis, jangan sampai cairan mani tertumpah 13. Bungkus kondom yang telah dipakai dengan kertas tisu dan buang di tempat sampah. Jangan buang kondom di kloset atau saluran pembuangan limbah 14. Cuci tangan dengan air dan sabut setelah membuang kondom 15. Hindari penggunaan narkotika dan minuman keras karena dapat mempengaruhi akal sehat dan menyebabkan seseorang lupa menggunakan kondom atau tidak mampu mengenakan kondom dengan benar INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS 21 REFERENSI 22 1. Panduan Kurikulum dan Modul Pelatihan Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja untuk Pengelola PIK Remaja/Mahasiswa, Pendidik Sebaya, dan Konselor Sebaya. Jakarta, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2011. 2. Short Course Training Manual: Understanding the Focus on Young People from Key Affected Populations in Concentrated and Low Prevalence HIV Epidemics. Bangkok, UNICEF East Asia and Pacific Regional Office, 2012. 3. Sexually Transmitted Diseases (STDs). Atlanta, Centers for Disease Control and Prevention, 2012 (http://www.cdc.gov/std/, diakses 1 September 2012) 4. WHO 10 Facts on Adolescent Health. Geneva, World health Organization, 2008 (http://www.who.int/features/factfiles/adolescent_health/facts/en/index1.html, diakses 1 Oktober 2012). 5. UNFPA and Adolescents. United Nations Population Fund, (http://www.unfpa. org/public/home/sitemap/icpd/International-Conference-on-Population-andDevelopment/unfpa_and_adolescents, diakses 1 September 2012) 6. WHO HIV and young people. Geneva, World health Organization, 2012 (http:// www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/adolescence/hiv/en/index.html, diakses 1 Oktober 2012) 7. Condoms and Sexually Transmitted Diseases, Brochure. Maryland, US Food and Drugs Administration, 2010 (http://www.fda.gov/ForConsumers/byAudience/ ForPatientAdvocates/HIVandAIDSActivities/ucm126372.htm diakses 1 September 2012) Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi Dan Seksualitas Yang Komprehensif Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami di : Kantor UNESCO Jakarta Jl. Galuh II No. 5 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110, Indonesia Telepon: +62 21 739 9818; Fax: +62 21 7279 6489 Email: [email protected] www.unesco.org / Jakarta