TELAAH BAHAN AJAR KETERAMPILAN MENULIS DALAM BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS VII Nur Aminatus Sholichah, Kusubakti Andajani, Indra Suherjanto Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected] ABSTRAK: Penelitian ini dilakukan dengan menelaah bahan ajar keterampilan menulis yang terdapat dalam Buku Sekolah Elektronik Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kelayakan isi, penyajian, dan bahasa yang terdapat dalam Buku Sekolah Elektronik Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Berdasarkan jenis data, penelitian ini termasuk dalam penelitian analisis isi. Hasil penelitian ini adalah deskripsi kelayakan isi, penyajian, dan bahasa yang terdapat dalam BSE Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII. Kata Kunci: telaah teks, bahan ajar keterampilan menulis, BSE Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII ABSTRACT: The research was conducted by studying the writing skills of teaching materials that appear in the Electronic School Book Indonesian Language and Literature Class VII. Purpose of this study was to describe the feasibility of content, presentation, and language contained in the Electronic School Book Indonesian Language and Literature Class VII. The method used in this study is quantitative. Based on the type of data, the study was included in the content analysis research. The results of the feasibility study is a description of the content, presentation, and language contained in the Electronic School Book Indonesian Language and Literature Class VII. Key Words: study of texts, teaching materials writing skills, Electronic School Book Indonesian Language and Literature Class VII. Dalam setiap kegiatan pembelajaran selalu dibutuhkan sumber belajar. Sumber belajar yang banyak digunakan di sekolah adalah buku teks atau buku pelajaran. Buku merupakan bagian dari kelangsungan pendidikan. Dengan buku, pelaksanaan pendidikan dapat berjalan lebih lancar. Guru dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien. Siswa pun dapat lebih optimal dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan sarana buku (Muslich, 2010:23). Mengingat begitu pentingnya peran buku dalam pendidikan, pada tahun 2008 pemerintah mencanangkan buku murah dalam bentuk buku elektronik (ebook) yang diberi nama Buku Sekolah Elektronik (BSE). Buku yang hak ciptanya telah dibeli pemerintah ini dapat diakses oleh siapa saja secara gratis (Muslich, 2010: 26). BSE pada dasarnya sama dengan buku teks yang sudah ada. Cakupan isi yang ada di dalamnya juga didasarkan pada kurikulum yang berlaku. Perbedaannya hanya terletak pada bentuk. Buku teks umum dicetak dalam lembaran kertas, sedangkan BSE disajikan dalam bentuk elektronik. Meski demikian, BSE juga ada dalam bentuk cetak karena pemerintah memberi kebebasan untuk menggandakan, mencetak, memfotokopi, mengalihmediakan, dan/atau memperdagangkan BSE tanpa prosedur perijinan, dan bebas biaya royalti 87 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013 sesuai dengan kebutuhan yang diberlakukan menteri pendidikan. BSE adalah buku teks resmi dari pemerintah yang banyak dipakai di sekolah-sekolah dari tingkat sekolah dasar hingga menengah atas (Muslich, 2010: 27). Adanya BSE merupakan gebrakan baru dalam dunia pendidikan karena pemerintah mencanangkan buku murah dan berkualitas untuk jenjang sekolah dasar hingga menengah atas. Diharapkan dengan adanya BSE ini dapat membantu proses pembelajaran agar lebih optimal tanpa terbebani masalah biaya buku yang relatif mahal. BSE direkomendasikan pemerintah sebagai buku unggulan yang layak digunakan dalam pembelajaran. Namun hal ini agaknya disikapi berbeda oleh masyarakat. Banyak masyarakat yang menilai kelayakan BSE masih kurang, baik dari segi materi, pemberian contoh dan ilustrasi, serta dalam penggunaan istilah dan ejaan. Selain itu masih banyak sekolah yang lebih memilih untuk menggunakan buku terbitan swasta daripada BSE, seperti Erlangga, Yudhistira, Ganeca Excat, dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan BSE Bahasa dan Sastra Indonesia pada tingkat SMP karena SMP merupakan masa pengembangan awal sehingga siswa harus mendapatkan materi yang benar-benar tepat agar tidak terjadi kesalahan di masa yang akan datang. Penelitian ini hanya akan menelaah kompetensi dasar menulis pada bidang bahasa karena keterampilan menulis bahasa merupakan keterampilan dasar yang akan terus dipakai pada tingkat perguruan tinggi sehingga materi yang didapat tidak boleh salah. Selain itu menulis bahasa juga merupakan keterampilan yang paling sulit dilakukan karena banyak hal yang harus diperhatikan ketika akan menulis, mulai dari ide dasar penulisan, wawasan penulis, hingga pemahaman terhadap penggunaan istilah dan penulisan ejaan. Panen dan Purwanto menyebutkan bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional yang akan dicapai, memotivasi peserta didik untuk belajar, mengantisipasi kesukaran belajar peserta didik sehingga menyediakan bimbingan bagi peserta didik untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan yang banyak, menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi pada peserta didik secara individual. Biasanya, bahan ajar bersifat mandiri, artinya dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri karena sistematis dan lengkap (dalam Suparmin dan Pujiastuti, 2010:2). Tarigan (1986:3) mendefinisikan menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur kata, dan kosa kata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Tarigan dan Tarigan (1986:13) mendefinisikan buku teks sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang tersebut untuk maksud-maksud dan tujuan instruksional, yang diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar keterampilan menulis adalah isi pembelajaran keterampilan menulis yang termuat di dalam 88 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013 buku yang mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, ditulis oleh penulis untuk kepentingan pembelajaran dan dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan kelayakan bahasa yang terdapat dalam Buku Sekolah Elekronik (BSE) Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII. Dengan diketahuinya kelayakan buku teks, diharapkan dapat membantu pengguna buku untuk memilih buku yang berkualitas. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi yang menggambarkan objek yang diteliti pada waktu itu. Penelitian deskriptif melakukan penelitian hanya pada sampai tahap deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan data secara sistematik sehingga mudah dipahami dan disimpulkan. Berdasarkan jenis data yang diperoleh, penelitian ini digolongkan penelitian analisis isi, yaitu penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak. Rancangan penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan kelayakan isi, penyajian dan bahasa dalam BSE bahasa dan sastra Indonesia kelas VII. Sumber data dalam penelitian ini adalah BSE yang berjudul Bahasa Indonesia Bahasa Kebanggaanku Untuk SMP/MTs Kelas VII oleh Sarwiji Suwandi dan Sutarmo yang diterbitkan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2008. Buku ini memiliki beberapa ciri, yaitu sampul berwarna coklat, ukuran buku 17,6 x 25 cm, dan tebal buku sebanyak 198 halaman. Sedangkan data dalam penelitian ini adalah keseluruhan isi materi, penyajian, dan bahasa yang ada dalam BSE tersebut pada keterampilan menulis dalam bidang bahasa pada KD menulis buku harian, menulis surat pribadi, menulis pengumuman, menulis teks narasi dari hasil wawancara, serta menulis pesan singkat. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumenter, karena keseluruhan data yang dikumpulkan berupa dokumen yang bersumber dari BSE Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII. Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu (1) mengidentifikasi seluruh KD-KD menulis dalam BSE bahasa dan sastra Indonesia kelas VII, (2) kodifikasi data pada masing-masing KD menulis, (3) pengklasifikasian data pada kelayakan isi, penyajian dan kelayakan bahasa, dan (4) memasukkan data pada tabel instrumen penilaian kelayakan isi, penyajian, dan bahasa. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pencocokan dengan kurikulum. Kegiatan yang dilakukan adalah mencocokkan SK dan KD yang ada dalam BSE bahasa dan sastra Indonesia kelas VII dengan SK dan KD yang ada dalam kurikulum. (2) Menganalisis kelayakan isi, penyajian dan penggunaan bahasa dalam BSE bahasa dan sastra Indonesia kelas VII. Analisis ini dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing butir instrumen penelitian dan melakukan penghitungan dari skor yang diperoleh.Penilaian ini 89 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013 didasarkan pada dua puluh empat butir instrumen yang telah ditentukan. Skor yang diperoleh akan dipersentasekan menggunakan rumus berikut ini. Skor Perolehan x 100% Skor maksimum HASIL PENELITIAN Dalam hal kelayakan isi, ada tiga subkomponen yang harus diperhatikan, yaitu kesesuaian uraian materi dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam kurikulum mata pelajaran yang bersangkutan; keakuratan materi; serta materi pendukung pembelajaran. Tiap-tiap subkomponen terdapat beberapa butir penilaian. Dalam subkomponen kesesuaian uraian materi dengan SK dan KD terdapat lima butir penilaian, yaitu kesesuaian indikator dengan KD, kesesuaian materi dengan indikator, kelengkapan materi, keluasan materi, dan kedalaman materi. Sedangkan dalam subkomponen keakuratan materi terdapat tiga butir penilaian, yaitu keakuratan konsep, keakuratan contoh, dan keakuratan soal atau latihan. Pada subkomponen materi pendukung pembelajaran, terdapat delapan butir penilaian, yaitu kesesuaian dengan perkembangan ilmu dan teknologi, keterkinian fitur, keterkaitan antarkonsep, komunikasi, penerapan, kemenarikan materi, mendorong siswa untuk memperoleh informasi lebih jauh, serta materi pengayaan. Setelah dilakukan penghitungan, dapat diketahui persentase dari butir-butir penilaian dalam subkompnen kesesuaian dengan SK/KD, keakuratan materi, dan materi pendukung pembelajaran. Persentase kelayakan isi yang paling tinggi terdapat dalam KD menulis surat pribadi dan KD menulis narasi dari teks wawancara. Perolehan persentase mencapai 92%. Sedangkan yang terendah terdapat dalam KD menulis teks pengumuman dengan persentase mencapai 73%. Pada masing-masing butir penilaian, persentase tertinggi terdapat dalam butir kesesuaian indikator dengan KD dan kesesuaian materi dengan indikator. Kedua butir ini mencapai persentase dengan angka maksimal, yaitu 100%. Sedangkan presentase terendah terdapat dalam butir materi pengayaan dengan perolehan 60%. Persentase kelayakan isi secara keseluruhan mencapai 86%. Dalam hal kelayakan penyajian, ada dua subkomponen yang harus diperhatikan, yaitu teknik penyajian dan penyajian pembelajaran. Tiap-tiap subkomponen terdapat beberapa butir penilaian. Dalam subkomponen teknik penyajian terdapat satu butir penilaian, yaitu sistematika penyajian. Sedangkan dalam subkomponen penyajian pembelajaran terdapat dua butir penilaian, yaitu berpusat pada peserta didik dan mengembangkan keterampilan proses. Dari hasil penghitungan, diketahui persentase kelayakan penyajian pada semua KD mencapai nilai maksimal yaitu 100%. Pada masing-masing butir penilaian pun juga mencapai angka maksimal. Dalam hal kelayakan bahasa, ada tiga subkomponen yang harus diperhatikan, yaitu kesesuaian pemakaian bahasa dengan tingkat perkembangan siswa, pemakaian bahasa yang komunikatif, dan pemakaian bahasa memenuhi syarat keruntutan dan keterpaduan alur berpikir. Tiap-tiap subkomponen terdapat beberapa butir penilaian. Dalam subkomponen kesesuaian pemakaian bahasa dengan tingkat perkembangan siswa 90 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013 terdapat dua butir penilaian, yaitu kesesuaian dengan tingkat perkembangan intelektual siswa dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan emosional siswa. Dalam subkomponen pemakaian bahasa yang komunikatif terdapat dua butir penilaian, yaitu keterbacaan pesan dan ketepatan kaidah bahasa. Dalam subkomponen pemakaian bahasa memenuhi syarat keruntutan dan keterpaduan alur berpikir, terdapat satu butir penilaian, yaitu keruntutan dan keterpaduan antarparagraf. Setelah dilakukan penghitungan, dapat diketahui bahwa persentase kelayakan bahasa yang paling tinggi terdapat dalam KD menulis buku harian dengan perolehan persentase mencapai 95%. Persentase terendah terdapat dalam KD menulis narasi dari teks wawancara dengan persentase sebesar 85%. Pada masing-masing butir penilaian, persentase tertinggi terdapat dalam butir kesesuaian dengan tingkat perkembangan emosional serta keruntutan dan keterpaduan antarparagraf yang mencapai persentase maksimal, yaitu 100%. Sedangkan presentase terendah terdapat dalam butir ketepatan kaidah bahasa dengan perolehan persentase sebesar 65%. Persentase kelayakan bahasa secara keseluruhan mencapai 90%. PEMBAHASAN Terdapat lima KD menulis dalam bidang bahasa dalam BSE kelas VII, yaitu menulis buku harian, menulis surat pribadi, menulis teks pengumuman, menulis narasi dari teks wawancara, serta menulis pesan singkat. Kelima KD tersebut dijabarkan menjadi beberapa indikator. KD menulis buku harian dan menulis teks pengumuman dijabarkan menjadi dua indikator, KD menulis narasi dari teks wawancara dijabarkan menjadi empat indikator dan KD menulis surat pribadi serta menulis pesan singkat dijabarkan menjadi tiga indikator. Dari kelima KD tersebut, terdapat dua KD yang dijabarkan menjadi dua indikator, yaitu KD menulis buku harian dan KD menulis teks pengumuman. Hal ini tidak sesuai dengan panduan pengembangan indikator yang telah dikeluarkan oleh BSNP. Dalam panduan pengembangan indikator tersebut dijelaskan bahwa “setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator” (BSNP, 2010:9). Indikator inilah yang nantinya akan dikembangkan menjadi uraian materi dalam BSE atau buku ajar lainnya. Uraian materi yang terdapat dalam BSE telah sesuai dengan indikator yang sudah dirumuskan. Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang dikembangkan. Indikator inilah yang nantinya menjadi acuan dalam pengembangan materi pada setiap KD. Hal ini sesuai dengan pedoman pengembangan indikator yang terdapat dalam BSNP (2010:3) yang menyebutkan “indikator yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah dalam pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik, sekolah, serta lingkungan”. Dari kelima KD yang diteliti, terdapat satu KD yang tidak disertai pemberian contoh, yaitu KD menulis teks pengumuman. Materi yang terdapat dalam KD menulis teks pengumuman berisi rumusan indikator, konsep pengumuman, unsur-unsur dalam pengumuman, serta latihan yang harus dikerjakan siswa. Sedangkan kelengkapan materi pada empat KD yang lain, yaitu KD menulis buku harian, menulis surat pribadi, menulis narasi dari teks wawancara, serta, menulis pesan singkat telah memenuhi standar kelengkapan 91 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013 materi yang berisi rumusan indikator, materi, contoh, serta latihan yang harus dikerjakan siswa. Dalam setiap uraian materi perlu diberikan contoh untuk mempermudah siswa dalam memahami materi serta pengerjaan latihan. Pemberian contoh merupakan hal yang penting dalam dalam buku teks karena siswa akan mendapat gambaran yang jelas dalam memahami materi dan pengerjaan latihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusmana (2008) yang menyatakan bahwa “buku teks pelajaran berisi kesatuan materi bahan ajar, cara penyajian materi bahan ajar, contoh, serta latihan agar memberi kemudahan untuk dipahami dan dipraktikkan, baik oleh siswa maupun guru”. Dalam penyajian materi ajar, perlu diperhatikan keakuratan materi yang meliputi keakuratan konsep dan definisi, keakuratan contoh, serta keakuratan soal. Dalam KD menulis buku harian dan KD menulis surat pribadi tidak memuat konsep dan definisi yang jelas sehingga bisa menyebabkan miskonsepsi terhadap siswa. Definisi atau konsep yang jelas perlu diberikan agar siswa dapat memahami obyek dengan baik. Singarimbun mengemukakan bahwa “konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian atau keadaan” (dalam Dikasari, 2012). Melalui konsep, siswa diharapkan dapat menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan satu istilah. Seperti yang diungkapkan Nasution bahwa “bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep” (dalam Junaidi, 2011). Materi pendukung pembelajaran diarahkan pada kesesuaian dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Dari hasil penelitian yang dilakukan, materi yang terdapat dalam lima KD yang diteliti sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Hal ini selaras dengan konsep yang menyatakan “fitur (termasuk uraian, contoh, dan latihan) mencerminkan peristiwa atau kondisi terkini dengan menggunakan rujukan lima tahun terakhir” (Muslich, 2010:295). Teknik penyajian yang digunakan dalam kelima KD menulis, mulai dari menulis buku harian, menulis surat pribadi, menulis teks pengumuman, menulis narasi dari teks wawancara, serta menulis pesan singkat diawali dengan sajian indikator yang harus dikuasai siswa. Kemudian dilanjutkan dengan uraian materi, pemberian contoh, serta latihan atau soal yang harus dikerjakan siswa. Teknik penyajian tersebut telah sesuai dengan sistematika penulisan yang memuat pendahuluan, isi, penutup, dan evaluasi/umpan balik. Penilaian penyajian pembelajaran diarahkan pada butir penilaian berpusat pada peserta didik dan mengembangkan keterampilan proses. Dalam BSE ini, arahan butir penilaian berpusat pada peserta didik sudah terlihat. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya tugas-tugas mandiri dalam setiap KD. Selain itu, penyajian materi yang interaktif dan partisipatif juga mendukung fakta pada butir penilaian berpusat pada peserta didik. Pada butir penilaian berpusat pada peserta didik, peserta didik akan menjadi subjek pembelajaran untuk menyelesaikan latihan yang diberikan. Dengan adanya latihan-latihan yang dapat dikerjakan secara mandiri, maka peserta didik akan memperoleh pengetahuan dengan caranya sendiri dan mendapat pengetahuan yang mendalam. Hal ini selaras dengan pendapat Afiatin (2010:2) berikut ini. Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa/peserta didik, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk dapat membangun sendiri 92 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013 pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa. Melalui penerapan pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisa dan dapat memecahkan masalahnya sendiri. Secara umum, penggunaan bahasa dalam BSE kelas VII sudah sesuai dengan tingkat perkembangan siswa baik dalam hal intelejensi siswa maupun emosional siswa. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan bahasa yang mudah dipahami dan dekat dengan kehidupan siswa. PENUTUP Simpulan Secara umum materi, persentase kelayakan isi dari enam belas butir penilaian mencapai 86%. Dari persentase yang didapat, dapat disimpulkan bahwa bahwa kelayakan isi dalam BSE Bahasa dan Sastra Indonesia masuk dalam kategori sangat layak. Materi dalam BSE Bahasa dan Sastra Indonesia telah memenuhi syarat kelayakan isi sesuai dengan butir penilaian yang meliputi kesesuaian materi dengan SK-KD, keakuratan materi, dan materi pendukung pembelajaran. Secara umum, persentase kelayakan penyajian dari tiga butir penilaian mencapai angka maksimal yaitu 100%. Dari persentase ini, dapat disimpulkan bahwa kelayakan penyajian dalam BSE Bahasa dan Sastra Indonesia masuk dalam kategori sangat layak. Materi yang terdapat dalam BSE Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII telah memenuhi syarat kelayakan penyajian sesuai dengan indikator kelayakan penyajian yang meliputi teknik penyajian dan penyajian pembelajaran. Teknik penyajian yang digunakan dalam BSE Bahasa dan Sastra Indonesia diawali dengan menyajikan indikator yang harus dikuasai siswa, materi ajar, pemberian contoh, dan latihan yang harus dikerjakan siswa. Pada indikator penyajian pembelajaran ditekankan pada arahan indikator berpusat pada peserta didik dan mengembangkan keterampilan proses. Secara umum materi yang terdapat dalam BSE Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII telah memenuhi syarat kelayakan bahasa sesuai dengan indikator kelayakan bahasa yang meliputi kesesuaian pemakaian bahasa dengan tingkat perkembangan siswa, pemakaian bahasa yang komunikatif, dan pemakaian bahasa memenuhi syarat keruntutan dan keterpaduan alur berpikir. Persentase kelayakan bahasa ini mencapai angka 90%. Hal ini menunjukkan bahwa kelayakan bahasa dalam BSE bahasa dan sastra Indonesia kelas VII masuk dalam kategori sangat layak. Saran Pertama, untuk guru dan pengguna buku teks agar lebih teliti dalam memilih buku teks yang akan dijadikan sebagai pendukung kegiatan belajar mengajar. Guru sebaiknya memilih buku teks yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu, sebaiknya guru tidak hanya menggunakan buku teks sebagai sumber belajar yang utama karena yang mengetahui karakteristik siswa adalah guru, bukan penulis buku teks. Kedua, untuk penyusun buku teks hendaknya lebih teliti dalam menyusun buku teks. Kelengkapan materi, pemilihan contoh dan penggunaan bahasa lebih 93 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013 disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa baik intelektual maupun emosional. Ketiga, untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini karena penelitian ini hanya didasarkan pada satu aspek keterampilan berbahasa, yaitu menulis. Peneliti selanjutnya dapat meneliti pada aspek yang lain seperti menyimak, berbicara, atau membaca. Peniliti selanjutnya juga dapat melakukan penelitian menggunakan buku pada jenjang pendidikan sekolah dasar atau menengah atas. DAFTAR RUJUKAN Afiatin, Tina. 2010. Pembelajaran Berbasis Student-Centered Learning. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM Badan Standar Nasional Pendidikan. 2010. Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Dikasari, Bidaulan, Eni Ermawati, Fandi Akhmad, Muhammad Syafi’i Nurhasanal, Rafiq Ridho, dan Wahyu Prastiyani. 2012. Penelitian Survei. Yogyakarta: FAI UMY Junaidi, Wawan. 2011. Pengertian Konsep, (Online), (http://wawanjunaidi.blogspot.com/2011/06/pengertian-konsep.html), diakses 18 Oktober 2012 Kusmana, Suherli. 2008. Bagaimana Memilih Buku Teks di Sekolah?, (Online), (http://suherlicentre.blogspot.com/2008/11/bagaimana-memilih-buku-teksdi-sekolah.html), diakses 17 Juli 2012 Muslich, Masnur. 2010. Textbook Writing. Jogjakarya: Ar-Ruzz Media Suparmin dan Desy Pujiastuti. 2010. Pengembangan Bahan Ajar, (Online), (http://dc182.4shared.com/img/VQHeCead/preview.html), diakses 15 Mei 2012 Suwandi, Sarwiji dan Sutarmo. 2008. Bahasa Indonesia Bahasa Kebanggaanku Untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1986. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa 94 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013