LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN LISTRIK Disusun Oleh : Aizzah Nur (06224053) Avian Wisnu Purbowo (06224077) Rachmawati (06224106) Pramana Hadiayansyah (06224036) Syarif Alfarizki (06224112) PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA 2009 LEMBAR PENGESAHAN Nama Percobaan : E.2 : Pengukuran Daya dan Faktor Daya Arus Bolak - Balik Satu Fasa E.3 : Pengukuran Daya dan Faktor Daya Tiga Fasa E.4 : Penerapan KWH Meter Satu Fasa E.8 : Pengukuran Tahanan Pertanahan Program Studi : Teknik Elektro Konsentrasi : Teknik Telekomunikasi Tim Kerja : Aizzah Nur (06224053) Avian Wisnu Purbowo (06224077) Rachmawati (06224106) Pramana Hadiayansyah (06224036) Syarif Alfarizki (06224112) Tanggal Praktikum : 15 Agustus 2009 Tanggal Penyerahan : 16 Agustus 2009 Nilai : Tanggal Disetujui : Tanda Tangan : PRAKTIKUM PENGUKURAN LISTRIK PERCOBAAN E.2 PENGUKURAN DAYA DAN FAKTOR DAYA ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA 1. Tujuan : 1.1. Mengetahui dan mengerti cara kerja alat ukur daya satu fasa dan menentukan daya serta faktor daya dari beban. 1.2. Menguasai pengoprasian dan pengawatan dari Watt meter dan Cos Ø meter satu fasa. 2. Teori : 2.1. Suatu beban mendapat daya listrik dari satu sumber. Pada beban akan mengalir arus 1 pada tegangan V dengan faktor daya Cos Ø. Besarnya daya P satu fasa pada beban tersebut adalah P = VI Cos Ø. Apabila daya pada beban tersebut diukur dengan Wattmeter satu fasa, akan diperoleh persamaan sebagai berikut : W = Pw.fp. dimana: Pw = pembacaan watt meter fp = faktor penggali fp mempunyai harga tertentu, sebagai contoh : Rate Voltage Rated current 1A 5A f.p 120 V 1 5 240 V 2 10 3. Alat yang digunakan : - Sebuah watt meter satu fasa klas 0,5.120/240v, 1 & 5A, f.p = 1,0 - Sebuah Cos Ø meter : ± 30, 120/240V, 1 & 5A - Sebuah Voltage Regulator (VR) : AC 0 – 240V, 3 KVA - Sebuah Voltmeter AC. Klas : 0,5 150/300V. - Sebuah Ammeter AC. Klas : 0,5, 1 & 5A - Sebuah beban : 1. Lampu pijar. 2. Lampu TL. 3. Kapasitor. 4. Prosedur percobaan : 4.1. Buat rangkaian percobaan seperti pada gambar 2.1. Gambar 1.1 4.2. Periksakan rangkaian yang dibuat kepada assisten pembimbing. 4.3. Atur VR pada posisi minimum (nol) dan masukkan kontak SW. 4.4. Naikkan tegangan dengan mengatur VR.( Besarnya tahapan tegangan ditentukan oleh assisten ) 4.5. Catat pembacaan Voltmeter , Ampermeter, Wattmeter dan Cos Ø meter 4.6. Ulangi percobaan 4.3 s/d 4.5 untuk beban-beban lainnya. 5. Hal-hal yang perlu diperhatikan : 5.1. Agar diperhatikan terminal tegangan dan arus dalam menghubungkan rangkaian dengan Wattmeter. 5.2. Catat secara benar nilai daya yang diperoleh dari hasil kali pembacaan Wattmeter dan Cos Ø meter sesuai dengan arus beban. ( Lihat dan perhatikan ˝ name plate ˝ pada alat serta ikutilah petunjuk alat tersebut ). 6. Hasil Pengamatan : Pembacaan NO 1 Beban Resistif/ VM (V) KM (A) 210 1,45 Wattmeter Pembacaa Faktor n Pengal (P’) i (a) 36 10 Daya Aktif =P’.a (watt) Daya nyata P=V.I. cos φ (VA) Daya Reaktif Pr = 360 304,5 55,5 Pa 2 - P 2 VAR ) ( Faktor daya P/Pa x 100% Pemb acaan factor meter (cos φ) 118,2 1 205 1,24 35 10 350 254,2 95,8 137,68 3 200 1,35 34 10 340 270 70 125,92 4 195 1,35 32 10 320 263,25 56,75 121,55 5 190 1,35 31 10 310 256,5 53,5 120,85 1 210 2 48 10 480 390,6 89,4 0,93 205 2 370,5 69,5 195 1,90 351,98 68,02 190 0,85 155,04 244,96 210 1,90 460 440 420 400 480 70,5 1,95 10 10 10 10 10 389,5 200 46 44 42 40 48 122,88 118,10 118,75 119,32 257,99 399 81 120,30 1 205 1,85 46 10 460 379,25 80,75 121,29 1 200 1,80 44 10 440 360 80 122,22 1 195 1,75 42 10 420 341,25 78,75 123,07 190 1,7 40 10 400 332,5 67,5 120,30 2 2 3 4 5 1 2 3 4 5 / Resistif/ / Induktif Resistif/ / Induktif/ / Kapasiti f Keterangan 7. : - Ld = Leading - Beban Induktif (TL) = 3 x 40 watt - Lg = Lagging - Beban Kapasitif = 11 µF - Beban Resistif (Lampu pijar) = 4 x 100 watt Pengolahan Data: > Daya aktif adalah > Faktor Daya cos φ > Daya nyata > Daya Aktif dari hasil percobaan > Daya Reaktif adalah Pr2 > Daya Reaktif dari hasil percobaan > Menghitung Impedansi : 1. Beban RL : Z2 = R2 - Xc2 2. Beban RLC : Z2 = R2 + (Xl - Xc)2 > Menghitung Presentase kesalahan : > Daya Aktif : Percobaan - Perhitungan Perhitungan > Daya Reaktif : Percobaan - Perhitungan Perhitungan = P’. a (watt) = P / Pa X 100% = V . I (VA) = V . I cos φ = Pa2 – P2 = V . I sin φ X 100% X 100% 1 1 1 1 0,95 0,95 0,95 0,96 1 1 > Tabel harga Cos φ (pembacaan pada PF meter): Cos φ 0,99 0,97 0,962 0,955 0.942 φ (0 ) 8,11 14,10 15,85 17,25 19,61 Sin φ 0,14 0,24 0,27 0,30 0,34 > Tabel harga Cos Φ (berdasarkan perhitungan): Cos φ 0,6 0,61 0,62 0,63 0,64 0,65 0,66 0,68 φ (0 ) 53,13 52,41 51,68 50,95 50,21 49,46 48,77 47,16 Sin φ 0,8 0,792 0,785 0,777 0,768 0,760 0,752 0,733 8. Jawaban dan penyelesaian Tugas : 1. Hitung daya aktif dan reaktif dari hasil percobaan. BEBA N Resistif// Resistif// Kapasitif Percobaan Daya Aktif Daya Reaktif (VA) (VAR) Perhitungan Daya Aktif Daya Reaktif (VA) (VAR) 360 55,5 304,5 350 340 320 310 95,8 254,2 70 270 56,75 263,25 53,5 256,5 89,4 420 70,5 410 69,5 390 480 460 440 0 0 0 0 0 0 0 0 Resistif// Induktif// Kapasitif 420 400 480 460 440 68,02 370,5 244,96 161,5 81 399 80,75 379,25 80 360 0 0 0 0 0 420 78,75 341,25 0 400 67,5 332,5 0 2. Bandingkan hasil perhitungan dan pengukuran dari hasil percobaan diatas ! Jawab : Ternyata harga daya reaktif dan aktif pada percobaan dan perhitungan hasilnya tidak mendekati, bahkan cenderung memiliki selisih lebih besar. 3. Hitung kesalahan dalam persen. (Setelah diambil nilai rata-rata) 4. Beban Daya Aktif (%) Daya Reaktif (%) Resistif// 55,2 % - 18 % Resistif // Kapasitif 53,6 % - 25 % Resistif // Kapasitif // Induktif 54,4 % -17 % Gambarkan vektor diagram untuk jenis setiap beban ! Diagram Vektor untuk beban Resistif I Diagram Vektor untuk beban Resistif // Induktif I Z = R2 + XL2 Z=R V Diagram Vektor untuk beban Resistif // Induktif // Kapasitiff I Jika XL > XC θ V Diagram Vektor untuk beban Resistif // Induktif // Kapasitiff V θ Jika XL < XC θ V I 5. Terangkan cara kerja Watt-meter induksi. Jawab : * Fluks magnet kumparan arus yang memotong piringan logam akan menginduksikan arus pusar I yang berada dalam medan magnet yang dibangkitkan kumparan potensial. * Fluks magnet kumparan potensial yang memotong piringan logam akan menginduksikan arus pusat I yang berada dalam medan magnet yang dibangkitkan kumparan arus. * Interaksi fluks magnet dan dan arus-arus pusar ini akan menghasilkan torsi, sehingga piringan logam berputar 6. Berikan kesimpulan dari percobaan di atas. Jawab : (a) Antara daya nyata dan daya reaktif pada percobaan yang telah kami lakukan ternyata hasilnya tidak mendekati dan bisa dikatakan bahwa kesalahannya pun sangat besar. (b) Tegangan dalam sebuah penghantar terbangkit karena pengaruh medan magnetik akibatnya menimbulkan gaya yang akan menggerakkan piringan yang dihubungkan pada konter pada indicating sistem. (c) Dalam praktik sering kali praktikkan mengalami kesalahan yang dapat ditimbulkan dari : Kurang akuratnya pembacaan alat ukur oleh para praktikan Sumber yang tidak konstan Kurang ketelitian dalam mengatur dan mengkalibrasian alat ukur. Untuk salah dalam rangkaian kemungkinan kecil tidak terjadi. Terlalu tinggi nilai faktor pengali (a) yaitu 10 sehingga tidak mendekati dengan daya nyata yang terbaca melalui voltmeter dan amperemeter. PRAKTIKUM PENGUKURAN LISTRIK PERCOBAAN E.3. PENGUKURAN DAYA DAN FAKTOR DAYA TIGA FASA 1. Tujuan Percobaan : 2. Untuk mengetahui prosedur pengukuran daya tiga fasa dan alat ukur faktor daya tiga fasa 3. Memberikan pengertian prinsip pengukuran daya tiga fasa dengan menggunakan dua buah watt meter satu fasa serta cara menggunakannya. 2. Teori : 2.1 Pada sistem tiga fasa terdapat dua jenis hubungan beban , yakni : hubungan bintang (y) dan hubungan segitiga (∆). Beban dengan hubungan bintang seimbang mempunyai persamaan daya per fasa. P = Vf . Vi . Cos φ ( watt ) ....................... (3.1) dan untuk tiga fasa, P = 3 Vf . Ij. Cos φ ( watt ) ........................ (3.2) Untuk beban dengan hubungan segitiga seimbang, maka persamaan daya perfasanya adalah = Vj . If Cos φ ( watt ) ........................ (3.3) dan untuk tiga fasa adalah P = 3 Vj . Ij Cos φ ( watt ) ........................ (3.4) Dari kedua persamaan daya tiga fasa ( 5.2 ) dan ( 8.4 ) terdapat perbedaan pada sistem tegangan dan arusnya, dimana untuk hubungan bintang : Vj = √3 Vf If = Ij untuk hubungan segitiga : Vj = Vf Ij = √a If maka persamaan daya tiga fasa dapat ditulis dalam bentuk umum, P = √3 . Vj . Ij Cos φ ( watt ) ............................. (3.5) 2.2 Pengukuran daya tiga fasa dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu : a. Menggunakan tiga buah wattmeter satu fasa b. Menggunakan dua buah wattmeter satu fasa c. Menggunakan satu buah wattmeter tiga fasa Pada percobaan jenis ini, yang dilakukan adalah cara b dan c. Dalam wattmeter terdapat kumparan arus dan kumparan tegangan.Ketiga cara di atas mempunyai hubungan masing-masing seperti gambar 3.1 a, b dan c 2.3 Mengukur daya beban tiga fasa dengan dua buah wattmeter, akan terdapat dua buah kemungkinan untuk memperoleh daya totalnya yakni, penjumlahan pembacaan wattmeter atau selisihnya. Secara sistematis, pengukuran denganmenggunakan dua buah wattmeter ini, dapat dipahami dari uraian dibawah ini. Bila P1 dan P2 merupakan daya yang terbaca pada wattmeter satu (W 1) dan wattmeter dua (W2) seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.1.b maka dengan bantuan diagram vektor seperti gambar 3.2 didapatkan hubungan : P1 = Vab . Ia Cos ( π/6 – φ ) ............................... (3.6) = Vj . Ij Cos (π /6 – φ ) P2 = Vbc . Ib Cos (π /6 + φ ) ............................... (3.7) = Vj . Ij Cos (π /6 + φ ) P1 + P2 = Vj . Ij [ ( Cos (π /6 – φ ) + Cos (π /6 + φ ) = 2Vj . Ij Cos π /6 . Cos φ P1 + P2 = √3Vj . Cos φ ( Watt ) ................................ ( 3.8) Persamaan ini ( 3.8 ), merupakan daya beban tiga fasa seimbang sebagaimana pada persamaan ( 3.5 ). 4. Alat – alat yang digunakan : Dua Wattmeter satu fasa. Satu Wattmeter tiga fasa Satu power – factor meter tiga fasa. Satu induction voltage regulator ( IVR ), tiga fasa. Satu Voltmeter arus bolak-balik. Satu ampermeter arus bolak-balik. Satu unit beban tiga fasa seimbang berupa : Lampu pijar Lampu tabung ( TL, neon ). Motor induksi. Kabel penghubung. 4. Prosedur Percobaan : 4.1. Pengukuran dengan wattmeter tiga fasa. 4.1.1. Buatlah hubungan seperti gambar 3.3 a, dan perhatikan petunjuk yang ada pada masing-masing alat ukur ( khususnya pada wattmeter dan power factor meter ), dimana hubungan terminalnya, diperlihatkan pada gambar 3.4 dan 3.5. 4.1.2. Periksakan rangkaian yang dibuat kepada assisten pembimbing. 4.1.3. Hubungkan beban untuk setiap percobaan, yaitu : a.Beban tiga fasa seimbang lampu pijar. b.Beban tiga fasa seimbang lampu tabung ( TL, neon ). c.Beban tiga fasa seimbang paralel lampu pijar dengan lampu tabung. d.Beban motor induksi tiga fasa. 4.1.4. Setiap mulai percobaan diatas, atur IVR pada kedudukan nol dan masukkan saklar S. 4.1.5. Naikkan tegangan sekunder IVR perlahan-lahan sampai 220 Volt. Selama percobaan, tegangan tersebut diusahakan tetap. 4.1.6. Catatlah angka-angka penunjukan jarum yang terbaca pada masing-masing alat ukur serta faktor penggalinya dan isikan pada lembar pengamatan. 4.2. Pengukuran dengan dua buah wattmeter dua fasa 4.2.1. Buatlah hubungan seperti gambar 3.3 a, dan perhatikan petunjuk yang ada pada masing – masing alat ukur. 4.2.2. Ulangilah percobaan seperti yang dilakukan pada 4.1 diatas 4.2.3. Bila salah satu wattmeter menunjuk arah kebalikan, maka rubahlah polaritasnya dan angka penunjukan dibaca negatif. 5. Penyelesaian Soal-soal Tugas : 5.1. Bandingkan hasil pengukuran yang diperoleh dari percobaan wattmeter tiga fasa dengan percobaan dua buah wattmeter satu fasa. Jawab : Perbandingan antara percobaan yang menggunakan Wattmeter 3 fasa dengan 2 buah wattmeter satu fasa adalah : > Dari Wattmeter 3 fasa diambil contoh : Misal : V = 190 Volt; P’ = 21 watt; a = 20 Maka P = P’ . a = 21 x 20 = 420 watt > Dari 2 buah Wattmeter 1 fasa diambil contoh : Misal : V = 190 Volt; P1’ = 22 dan P2’ = 26 watt; a1’ dan a2’ = 10 Maka P1 = P1’ x a1’ = 22 x 10 = 220 watt P2 = P2’ x a2’ = 26 x 10 = 260 watt 5.2. Hitunglah dengan menggunakan rumus-rumus yang saudara ketahui untuk besaran : Daya semu, Daya reaktif, Faktor daya dan faktor reaktif untuk setiap percobaan. Jawab : a) “ Daya Semu ” [ S = V . I ] (VA) Misal : Jika V =190 Volt ; I = 1,35 A Maka S = 190 . 1,35 = 256,5 (VA) b) “ Daya Reaktif ” [ S = V . I . sin φ ] (VAR) Misal : Jika V = 190 Volt ; I = 1,35 A ; sin φ = 0,95 Maka S = 190 . 1,35 . 0,95 = 243,68 (VAR) c) “ Faktor Daya ” [ P/Pa ] Misal : Jika Pa = 420 watt ; P = 265,5 VA Maka Faktor Daya = 420/265,5 = 1,58 d) “ Faktor Reaktif ” [ Pr/P x 100%] Misal : Jika Pr = 243,68 VAR ; P = 265,5 VA Maka Faktor Daya = 243,68/265,5 x 100% = 91,78% 5.3. Gambarlah diagram vektor untuk mendapatkan daya yang ditunjukkan oleh wattmeter dari hubungan seperti gambar 5.6 dan gambar 5.7. Jawab : P = Vbc . Ib cos (30 + φ) P = 3 Vp. Ib cos (30 + φ) Ia = Ib = Ij = Ip Vbc = Vj = 3 Vp P = Vbc . Ia cos(90- –φ) P = 3 Vp. Ia. cos (90 – φ) P = 3 Vp. Ij cos (90 – φ) 5.4. Jelaskanlah mengapa penunjukan wattmeter dapat berbalik faktor daya lebih kecil dari 0,50. Jawab : Sudut φ nya akan lebih besar dari / 3 berarti Ib tertingal lebih dari / 2 terhadap Vbc sedangkan Cos ( / 6 + φ ) untuk lebih besar dari / 3 berharga negatif, sehingga P2 = Vb Ib Cos φ ( / 2 + φ ) berharga negatif maka penunjukan wattmeter dapat berbalik. 5.5. Kesimpulan Perbandingan antara perhitungan dari pecobaan yang menggunakan wattmeter 3 fasa dengan dua buah wattmeter 1 fasa, besar nilai dayanya tidak berbeda (sama) Pada percobaan dengan dua buah wattmeter 1 fasa dan wattmeter 3 fasa, power factor yang ditunjukkan alat ukur pertama dan dan kedua dari tegangan tertinggi ( 190 Volt) sampai dengan tegangan terendah (180 Volt) menurun. Akan tetapi, pada percobaan ketiga power factornya naik lagi Untuk membandingkan faktor daya dan faktor reaktif percobaan yang menggunakan 2 buah wattmeter 1 fasa dan dan wattmeter 3 fasa tidak bias diperoleh, karena arus pada percobaan tiga fasa tidak diketahui, sedangkan pada wattmeter 3 fasa diketahui. 6. Blangko Pengamatan : * Pengukuran dengan wattmeter tiga fasa Beban R RL RLC Amperemeter Volt Meter (V) Cos φ 190 185 180 190 185 180 190 185 180 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 Wattmeter A1 A2 A3 Penunjukan P’ 1,35 1,35 1,3 1,65 1,6 1,55 1,65 1,6 1,6 1,35 1,35 1,35 1,7 1,65 1,6 1,6 1,55 1,55 1,3 1,4 1,4 1,7 1,65 1,6 1,65 1,6 1,6 21 22 23 28 26 25 28 26 25 Daya Faktor Pengali a 20 20 20 20 20 20 20 20 20 P = P’ . a (watt) 420 440 460 560 520 500 560 520 500 * Pengukuran dengan dua buah wattmeter satu fasa Amperemeter Volt Beban Meter (V) R RL 190 185 180 190 185 Wattmeter W1 Cos φ A1 A2 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 1,35 1,35 1,3 1,65 1,6 1,35 1,35 1,35 1,7 1,65 A3 Penun jukan P’1 Faktor Pengali a’1 1,3 1,4 1,4 1,7 1,65 22 21 21 23 22 10 10 10 10 10 Daya W2 W2 W1 FakPenun tor juka Pen ngali P’2 a’2 P1 = P1 xa1 (watt) P2 = P2xa2 (watt ) P3= P1+P2 (watt) 220 210 210 230 220 260 240 240 310 290 480 450 450 540 510 26 24 24 31 29 10 10 10 10 10 W3 RLC 180 190 185 180 0,95 0,95 0,95 0,95 1,55 1,65 1,6 1,6 1,6 1,6 1,55 1,55 1,6 1,65 1,6 1,6 21 28 26 26 10 10 10 10 28 23 22 21 10 10 10 10 210 280 260 260 280 230 220 210 PRAKTIKUM PENGUKURAN LISTRIK PERCOBAAN E.4. PENERAAN KWH METER SATU FASA 1. Tujuan : Membandingkan KWH meter satu fasa dengan satu KWH meter standard satu fasa atau dengan suatu wattmeter standard satu fasa + stop watch. 2. Teori 2.1 Jumlah energi listrik yang mengalir ke dalam satu system, selama selang waktu antara t1 dan t2 adalah : t2 E e.i.dt............................................................................(1) ti Sedangkan daya rata-ratanya : t2 1 P e.i.dt...............................................................(2) (t 2 t1) t1 Jika daya yang mengalir itu besarnya diketahui dan konstan selama selang waktu tertentu, maka jumlah energinya dapat dihitung dengan mengalikan besarnya daya dengan waktu selama daya itu mengalir. Jika daya yang mengalir tidak tetap, pekerjaan integrasi harus dilakukan untuk mengetahui jumlah energi tersebut. KWH meter menghitung jumlah energi yang mengalir tidak saja pada pembebanan konstan (daya konstan) tetapi juga pada pembebanan yang berubah. 2.2 KWH-meter pada pembebanan konstan. Jika daya yang mengalir konstan, maka untuk suatu KWH-meter dapat ditulis hubungan : n E P.t ...........................................................................(3) k n = jumlah putaran piringan k = konstan KWH-meter E = jumlah P = daya t = waktu putaran per KWH Dari hubungan tersebut jelaslah bahwa untuk suatu harga daya tertentu, kecepatan perputaran piringan (w) tertentu pula, yang besarnya : n E KP...........................................................................(4) k atau untuk suatu jumlah putaran tertentu dibutuhkan waktu 490 510 480 470 t n .....................................................................................(5) kp Kecepatan perputaran piringan dapat ditentukan dengan menggunakan stroboskop dan membandingkan dengan kecepatan yang seharusnya yang dihitung berdasarkan besarnya daya yang masuk dan selang waktu yang diukur dengan menggunakan stopwatch. Disini harus dipilih waktu pengukuran yang cukup agar ketelitian pengukuran cukup baik. Perlu diingat bahwa kecepatan reaksi pengamatan dalam menggunakan stopwatch, ketajaman menghitung putaran dan ketelitian stopwatch sendiri sangat menentukan ketelitian pengukuran. 2.3 Menghitung kesalahan KWH-meter. Kesalahan dalam persen dapat dinyatakan dengan : A S F 100%.................................................................(6) S dimana A adalah jumlah energi yang ditujukan oleh KWH-merter yang besarnya, n A ...................................................................................(7) k dan S adalah jumlah energi yang seharusnya untuk membuat n putaran dengan waktu t detik. Sedangkan daya yang masuk adalah sebesar P watt, maka jumlah energinya adalah : P.t S KWH ........................................................(8) 3600 1000 dan besarnya kesalahan yang terdapat dalam persen nx3600 x100 F 100 1..................................................(9) k pt Besarnya kesalahan tersebut dapat juga dilihat dengan membandingkan kecepatan putaran dengan waktu, seperti telah disebutkan pada 2.2 di atas. Kalau daya yang mengalir adalah P watt maka kecepatan putaran piringan seharusnya : P Ws k ( putaran per jam) 1000 kecepatan putaran KWH-meter yang diukur adalah : n 3600 W ( putaran per jam) t maka kesalahan dalam persen adalah : W F 100 1.....................................................................(10) Ws Waktu yang seharusnya diperlukan untuk membuat n putaran pada daya sebesar P watt adalah n ts k P x 3600 1000 n 360 1000 k p dimana kesalahan dalam persen dapat juga dinyatakan dengan : ts F 100 1..........................................................................(11) t 2.4 Pembebanan Maya (phantom loading) Pembebanan maya dilakukan dengan menghubungkan sumber yang terpisah (kecuali satu titik referensi) untuk rangkaian tegangan dan arus dari KWH-meter. Sumber itu masing-masing dapat diatur secara bebas. Dengan cara ini dapat diperoleh beberapa keuntungan dibandingkan dengan pembebanan nyata : 1. Tegangan, arus dan factor daya dapat diatur lebih bebas 2. Pemakaian daya (VA) yang lebih kecil 3. Tidak perlu memperhitungkan rugi-rugi pada rangkaian tegangan arus 2.5 Berdasarkan pada teori diatas, ada beberapa cara untuk melakukan peneraan pada KWH-meter antara lain : 2.5.1 Cara yang pertama adalah membandingkan KWH-meter yang ditera dengan KWH-meter standard yang dapat melakukan pekerjaan integrasi secara betul dengan syarat, kedua meter itu beroperasi pada beban dan waktu yang sama. 2.5.2 Cara kedua adalah membandingkan antara KWH meter yang akan ditera dengan wattmeter standard dan stopwatch. Pada peneraan cara ini selama peneraan baik tegangan dan harus stabil. Bentuk percobaan yang bakan dilakukan disini adalah dengan cara kedua dimana wattmeter standard dapat juga diganti dengan Ampermeter dan Voltmeter standard serta cos ф meter. 3. Alat-alat yang akan digunakan : Sebuah KWH meter satu fasa yang ditera Sebuah Watt meter standard satu fasa (klas 0,5) Sebuah stopwatch standard Sebuah Ampermeter standard bolak balik Sebuah Cos ф (fakto daya) meter Slide regulator/auto transformer satu fasa 4. Prosedur Percobaan 4.1 Buatlah rangkaian percobaan seperti pada gambar 4.1 4.2 Periksalah hubungan rangkaiannya pada Asisten Pembimbing 4.3 Pasang tegangan nominal pada KWH meter 4.4 Atur beban pada keadaan maksimum (pertama lakukan dengan beban tahanan murni) 4.5 Lakukan pemanasan awal sekitar 20 menit 4.6 Atur beban sesuai petunjuk Asisten 4.7 Catat waktu putar piringan n, (ditentukan oleh assisten)V,I dan cos ф sebagai watt meter standard. 4.8 Ulangi percobaan 4.6 dan 4.7 beberapa kali (ditentukan oleh assisten) dengan arus yang berbeda. 4.9 Ulangi percobaan 4.6; 4.7 dan 4.8 beberapa kali (ditentukan oleh assisten). 4.10 Ulangi percobaan 4.6 s/d 4.8, untuk beban-beban resistif // induktif dan resistif // induktif // kapasitif. 5. Tugas dan pertanyaan : 1. Apakah gunanya pemanasan awal ? 2. Hitung jumlah KWH yang sebenarnya dari percobaan ini, bandingkan dengan KWH meter standard. 3. Mengapa kesalahan KWH meter yang ditera untuk tiap beban. 4. Mengapa kesalahan KWH meter mendekati nol untuk beban nominal. 5. Buatlah grafik antara kesalahan Vs beban pada cos ф tertentu, apa kesimpulan saudara. PENYELESAIAN 1. Guna dari Pemanasan Awal adalah Untuk menaikkan suhu kumparan alat ukur mencapai suhu dimana pada suhu kerja pengaturan posisi magnetmagnet ke permanent pada alat ukur akan bekerja dengan normal untuk mendapatkan hasil yang baik. 2. KWH tera = P. t Contoh : P = 250 W t = 56 detik KWH = 250 56 3600 1000 KWH standard : n A = ; Contoh : k = 0,0038 KWH n = 5 k = 250 n A= k Resistif No 1 2 3 4 5 Beban n Resistif 5 5 5 5 5 = 5 250 = 0,02 P ( watt ) t ( detik ) KWH Tera ( S ) 250 360 450 550 670 56 36 26 21 16 KWH Standard ( A ) 0,00388 0,00360 0,00325 0,00320 0,00297 0,02 0,014 0,011 0,0091 0,0075 3. Kesalahan KWH meter yang ditera untuk tiap beban. Resistif Contoh : No 1 2 3 4 5 Beban Resistif F = AS S X 100% = 0,02 0,00388 0,00388 = 415,46% X 100% P ( watt ) t ( detik ) KWH Tera ( S ) KWH Standard ( A ) 250 360 450 550 670 56 36 26 21 16 0,00388 0,00360 0,00325 0,00320 0,00297 0,02 0,014 0,011 0,0091 0,0075 F% 415,46 288,89 238,46 184,37 152,52 4. Kesalahan KWH meter mendekati nol untuk beban nominal. Karena KWH meter bekerja dengan prinsip arus yang terinduksi pada piringan yang berputar melalui kumparan yang dialiri listrik, sehingga pada beban nominal arus pada kumparan konstan dan arus induksi pada piringan konstan dan dalam keadaan stabil. 5. Gambar grafik : terlampir 6. Kesimpulan : Untuk setiap arus yang berbeda seharusnya KWH nya sama karena jumlah n putaran konstan. Hasil perhitungan menunjukkan perbedaan tapi tidak jauh ini dikarenakan kurang ketelitian pembacaan pada skala alat ukur dan bias juga kurangnya pengkalibrasian dan kurang ketelitian dalam pembacaan ini relatif kecil PERCOBAAN E.4 PENERAAN KWH – METER SATU FASA No. BEBAN n V I P Cos T (volt) (Amp) (Watt) Ø (detik) 1. 5 210 4,0 850 1,0 16,49 2. 5 210 3,5 750 1,0 19 5 210 3,0 650 1,0 21,94 4. 5 210 2,5 550 1,0 28,83 5. 5 210 2,0 450 1,0 32,60 1. 4 210 4.0 850 1 12.7 2. 4 210 .3.0 650 1 37.7 4 210 2.0 450 1 28.8 4 210 1.0 200 1 57.9 3. 3. RESISTIF RESISTIF//INDUKTIF 4. 5. 1. 2. RESISTIF//INDUKTIF 3. //KAPASITIF 4. 5. PRAKTIKUM PENGUKURAN LISTRIK PERCOBAAN E.8 PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN 1. Tujuan Percobaan : 1.1. Mengukur tahanan dari suatu elektroda pentanahan dengan “Earth Tester” 1.2. Mengetahui cara kerja alat ukur tahanan pentanahan 2. Teori : 2.1. Pada pengukuran tahanan ini dapat digunakan arus bolak-balik yang yang dibangkitkan oleh sebuah generator yang diputar dengan tangan, atau digunakan arus searah yang polaritasnya diubah-ubah secara periodic. Untuk tanah dengan resitivity sama rata (uniform), distribusi arus sekitar elektroda akan membentuk bidang-bidang ekipotensial setengah bola, dan tegangan jatuh yang terbesar terjadi dekat elektroda. Dalam mengukur tahanan pentanahan, dipakai elektroda pembantu seperti terlihat pada gambar 8.1 diatas. Hasil pengukuran tahanan tanah langsung dapat dibaca pada alat ukur tahanan tanah dalam satuan ohm. 2.2. Untuk mengukur tahanan jenis tanah, dipakai rangkaian seperti Gambar 8.2 dibawah ini : Elektroda-elektroda C1, P1, P2, dan C2 ditanam dengan jarak yang sama, sejauh S meter, dalam suatu garis lurus dan elektroda G ditengah-tengah antara P1 dan P2. Arus mengalir melalui elektroda C1, lewat tanah, elektroda C2dan kembali ke sumber yang besarnya = 1 Ampere. Antara P1 dan P2 akan terjadi jatuh tegangan sebesar V Volt. Bila tanahnya sejenis (homogen), maka tahanan jenisnya : 2 π S (Ohm-meter) …………………………. (8 – 1) dimana R adalah tahanan tanah antara elektroda P1 dan P2 V R I 3. Alat-alat yang digunakan : 3.1. Alat ukur tahanan tanah (Earth tester Yew 3235). 3.2. Elektroda pentanahan dan 2 buah elektroda Bantu. 3.3. Kabel penghubung secukupnya. 4. Prosedur Percobaan : 4.1. Selidiki nilai tahanan elektroda, kabel penghubung dan peralatan listrik yang akan digunakan. 4.2. Periksa sumber tegangan (baterai) untuk alat ukur tahanan tanah. 4.3. Perhatikan petunjuk pada alat ukur tahanan tanah tersebut. 4.4. Tanam elektroda penahanan (E) dan elektroda Bantu (P&C) pada tanah menurut garis lurus dengan jarak ditentuka oleh Asisten. 4.5. Periksa sambungan pada terminal alat ukurnya dan kontak antara elektroda-elektroda dengan tanah harus baik (jika perlu disiram dengan air/air garam). 4.6. Tekan tombol pada alat ukur dan atur “dial” dan cacat pada blangko pengamatan. 4.7. Ukur tahanan elektroda yang digunakan, kabel penghubung dan peralatan lainnya seperti point 4.1. 5. Tugas dan pertanyaan : 1. Buktikan penurunan rumus (8 -1) 2. Berapa besar nilai tahanan tanah dari elektroda yang diukur dan tahanan jenis tanah bila tanah dianggap homogen. 3. Gambarkan pada kertas millimeter skala logaritma antara tahanan tanah dengan jarak tahanan tanah dengan jarak dan tahanan tanah dengan kedalaman elektroda. Berikanlah penjelasan. 4. Bagaimana cara untuk mendapatkan tahanan tanah yang rendah dari suatu elektroda pentanahan. 5. Berapa jarak minimum yang dapat diambil antara elektroda-elektroda itu? 6. Berikan kesimpulan dari hasil percobaan suadara. Penyelesaian : 2. Berapa besar nilai tahanan tanah dari elektroda yang di ukur dan tahanan jenis tanah bila dianggap homogen. = 2SR dimana : R = Tahanan Tanah Antara Elektroda S = Jarak Antar Elektroda Blanko Pengamatan : Kedalaman Elektroda,H ( meter ) No 1 2 3 4 EP 5 6 7 8 10 Meter 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Meter Jarak VEARTH Rx PC EC ( volt ) ( ohm ) 5 10 3,2 6 12 3,5 7 14 0 3,4 8 16 3,4 5 6 7 8 10 12 14 16 0 1 2 3 4 Jarak, S ( meter ) 5 6 7 8 Tahanan, R ( ohm ) 3,2 3,5 3,4 3,4 Tahanan Jenis Tanah ( ohm ) 100,48 131,88 149,46 170,81 1 2 3 4 5 6 7 8 3,5 3,8 3,9 4 109,9 143,18 171,44 200,96 No 3,5 3,8 3,9 4 Penghitungan Tahanan Jenis Tanah : 1. 2. 3. 4. Untuk Kedalaman Elektroda 10 meter : = 2 S R = 2 x 3,14 x 5 x 3,2 = 100,48 = 2 S R = 2 x 3,14 x 6 x 3,5 = 131,88 = 2 S R = 2 x 3,14 x 7 x 3,4 = 149,46 = 2 S R = 2 x 3,14 x 8 x 3,4 = 170,81 1. 2. 3. 4. Untuk Kedalaman Elektroda 9 meter : = 2 S R = 2 x 3,14 x 5 x 3,5 = 109,9 = 2 S R = 2 x 3,14 x 6 x 3,8 = 143,18 = 2 S R = 2 x 3,14 x 7 x 3,9 = 171,44 = 2 S R = 2 x 3,14 x 8 x 4 = 200,96 3. Gambar Terlampir Dari grafik terlihat bahwa semakin besar jarak S maka nilai tahanan jenis akan semakin besar. 4. Untuk mendapatkan tahanan tanah : Memperpanjang ke dalam elektroda pertahanan Memperpanjang jarak antara elektroda EP dan PC Menyiram air garam pada elektroda - elektroda 5. Jarak minimum yang dapat diambil antara elektroda - elektroda antara 7 meter untuk EP dan 8 meter untuk PC jarak tersebut merupakan batas kritis bagi pembenutukan bidang - bidang eksponsial yang ½ bola pada elektroda. Jika jarak itu lebih kecil maka elektroda akan terbentuk bidang eksponsial yang menyerupai tabung, sehingga akan mempersulit proses perhitungan tahanan jenisnya karena rumus 8.1 tidak berlaku lagi pada keadaan tersebut. 6. Blanko Pengamatan PERCOBAAN E.8 PENGUKURAN TAHANAN TANAH No. 1. 2. 3. 4. 5. Kedalaman Elektroda, H (meter) JARAK EP PC 10 16 m 16 m 16 m 8m 7m 6m EC VEARTH (VOLT) Rx (ohm) 3 ohm 3 ohm 3 ohm 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 9 16 m 16 m 16 m 8m 7m 6m 3,9 ohm 3,4 ohm 3,1 ohm 8 16 m 16 m 16 m 8m 7m 6m 4,4 ohm 4,3 ohm 4,3 ohm 7 16 m 16 m 16 m 8m 7m 6m 5,5 ohm 5,5 ohm 5,5 ohm PERCOBAAN E2 PERCOBAAN E3 PERCOBAAN E4 PERCOBAAN E8