Space elevators, Space Hotels, and Space Tourism Naomi Maria Fransisca (15411076) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No. 10, Bandung Email: [email protected] Abstrak Seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi yang ada pun semakin bergerak sedemikian cepatnya sehingga dunia mengalami perubahan besar-besaran. Banyak orang yang ingin pergi ke luar angkasa. NASA dan kebanyakan orang di dalam industri kedirgantaraan percaya bahwa suatu saat nanti manusia bisa berwisata ke luar angkasa. Namun sampai sekarang, ide futuristik ini masih belum direalisasikan karena masih menyesuaikan konsep yang diusulkan dan dikembangkan untuk kegiatan NASA. Akan tetapi, dengan ditemukannya sebuah teknologi baru maka ide mengenai Space elevator ini menjadi semakin memungkinkan untuk diwujudkan. Teknologi tersebut ialah Carbon Nanotube, yang merupakan sebuah material baru dan dapat dikatakan lebih kuat dari intan namun lebih ringan daripada baja. Hal inilah yang nantinya memungkinkan dimulainya era baru dalam penjelajahan ruang angkasa menggunakan Space elevator. Dengan adanya space elevator yang biayanya jauh lebih murah dari roket, maka orang awam yang hendak berwisata ke luar angkasa tidak perlu melakukan persiapan ekstra seperti menggunakan roket dan memakan biaya yang sangat mahal. Kata Kunci: NASA, futuristik, space elevator I. Pendahuluan Teknologi-teknologi yang ada di zaman sekarang semakin berkembang dan semakin revolusioner. Ada begitu banyak hal-hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh para ilmuwan yang sebelumnya hanya ada di dalam khayalan-khayalan manusia saja. Teknologi-teknologi canggih yang akan ada ataupun yan g sudah ada di zaman sekarang ini seakan-akan membuat kita bisa “menggenggam dunia”. Pada dasarnya, hal ini akan mempengaruhi psikologi manusia. Banyak orang berharap, bahwa program ruang angkasa yang tadinya berhenti sampai di bulan karena sangat mahal, akan bisa dimulai lagi. Space elevator merupakan sebuah sistem yang didasarkan pada “ruang lift” dan”ruang hotel” yang ada di bumi. Space elevator atau lift luar angkasa adalah seperti lift yang sangat tinggi dari bumi menuju ke orbit bumi di luar angkasa dengan ketinggian mencapai 35.000 kilometer. Konsep ini berawal dari ide seorang ilmuwan Rusia Konstantin Tsiolkovsky, yang pada tahun 1985 mengajukan struktur kompresi atau yang disebut Menara Tsiolkovsky. Lift yang didesain untuk mengirim material dari permukaan bumi ke luar angkasa melinatkan perjalanan melalui struktur dan bukan dengan menggunakan roket. Dengan lift ini maka perjalanan ke orbit bumi akan menjadi lebih mudah dan juga murah. Sperti yang telah diketahui bahwa kekuatan karbon nano-tube dalam skala mikroskopis sangatlah kuat jika dibandingkan dengan bahan lainnya yang telah ada sehingga secara teoritis dapat dipakai untuk pembuatan lift luar angkasa. Akan tetapi, belum diketahui kapan proyek ini akan terlaksana. Sejauh ini proyek lift luar angkasa masih berupa konsep yang belum juga direalisasikan. Gambar 2.1 Space elevator II. Isi dan Pembahasan Space elevator atau yang dalam bahasa Indonesia disebut Lift Luar Angkasa ini merupakan struktur yang didesain untuk mengirim material dari bumi menuju ke luar angkasa. Lift ini akan menggantikan peran roket yang ribet, berbahaya dan mahal dalam mengirim bahan-bahan material. Manusia bisa dengan sangat nyaman pulang-balik ke luar angkasa dengan biaya murah, metode gampang dan bisa berulang-ulang dipakai tanpa resiko tinggi. Gambar 2.2 Konsep Space elevator Sumber: Google, 2013 Sumber: Google, 2013 Pengembangan konsep lift luar angkasa ini dibicarakan pada pertemuan ilmuwan seluruh dunia dalam pertemuan yang digagas Japan Space elevator Association di Jepang. Pertemuan itu dijadwalkan membahas pengembangan desain lift dengan ratusan hingga ribuan lantai. Menurut Obayashi Corp yang merupakan sebuah perusahaan di Jepang yang saat ini sedang bersiap untuk membangun lift ke luar angkasa dan diperkirakan selesai pada tahun 2050, mengatakan bahwa panjang total dari lift ini nantinya akan mencapai 22000 mil dan akan menghubungkan bumi ke stasiun luar angkasa. Stasiun bumi dan stasiun ruang angkasa ini akan terhubung bersama-sama melalui kabel. Stasiun luar angkasa juga akan bertindak seperti sebuah penyeimbang orbital untuk memgang kabel. Lift akan membawa sekitar tiga puluh orang dan itu akan memakan waktu delapan hari untuk mencapai stasiun ruang angkasa. Selama perjalanan, pada setiap hari penumpang akan secara bertahap merasa seperti kehilangan berat badan dan terbang di langit. Lift akan naik ke kecepatan maksimum 125 mil per jam. Menurut Obayashi, kabel lift akan dibuat menggunakan nanotube karbon. Pada dasarnya terdapat 4 komponen dasar dalam space elevetor, diantaranya ialah: 1. Base Station (stasiun dasar) Base station merupakan stasiun yang berada di permukaan bumi. 2. Elevator Merupakan benda yang akan meluncur ke luar angkasa seperti lift. Untuk elevatornya sendiri Yang pasti bentuknya tidak sama dengan lift yang biasa kita lihat di gedung-gedung bertingkat. Lift ke luar angkasa ini berupa sebuah pesawat luar angkasa yang akan membawa penumpang dari bumi menuju satelit yang sedang mengorbit. Pesawat ini berbeda dengan pesawat luar angkasa yang saat ini digunakan para astronot untuk menjalankan misi-misi mereka. Pesawat luar angkasa yang mereka gunakan harus diluncurkan menggunakan roket yang bisa melemparkan pesawat sampai ke luar atmosfer bumi. Pesawat yang akan menjadi lift kita nanti tidak membutuhkan roket semacam itu. Pesawat modern ini memanfaatkan konsep magnetic levitation (maglev). Teknologi maglev saat ini digunakan untuk kereta api (Maglev Trains) yang melayang (tidak menyentuh permukaan rel kereta) setinggi 5-10 cm di atas rel kereta. Kereta maglev bisa melayang di atas rel karena ada gaya tolak-menolak antara magnet-magnet yang dijejerkan di sepanjang rel dengan magnet-magnet yang dijejerkan di sepanjang dasar kereta, yang memiliki kutub yang berlawanan dengan magnet-magnet di sepanjang rel tadi. Karena permukaan kereta dan rel tidak pernah bersentuhan (melayang) maka tidak terjadi gesekan antara kedua permukaan itu. Ini berarti kereta bisa meluncur dengan saat cepat! Itupun tanpa memerlukan banyak energi karena kereta meluncur dengan memanfaatkan gaya gaya magnet yang mendorong dan menariknya sepanjang lintasan. Konsep inilah yang digunakan untuk lift luar angkasa kita. Pesawat maglev meluncur tanpa bersentuhan dengan kabel raksasa super panjang yang menjadi lintasannya. CNT yang ringan dan kuat tadi ternyata memiliki kelebihan lain. Material ajaib ini dapat bersifat magnet! Padahal biasanya semua material karbon tidak pernah menunjukkan sifat magnet. Ini membuatnya semakin ideal untuk dijadikan bahan pembuat kabel raksasa kita. 3. Lintasan (kabel) Merupakan jalan yang akan digunakan oleh elevator. Untuk lintasan dari space elevator sendiri, akan dibuat panjang seperti pita, tapi dengan ukuran lebih besar. Panjang dari lintasan ini kurang lebih mencapai 100.000 km. lintasan ini akan dibuat menggunakan teknologi nano yang disebut carbon nanotubes composite. Karbon ini sepanjang 62.000 mil, dengan lebar 3 kaki (sekitar 90 cm), dan lebih tipis dari selembar kertas. Carbon nanotubes composite tersusun dari atom karbon (C), seperti grafit dan berlian, berdimensi cukup 2.5cm dan berbobot seringan kertas namun memiliki kekuatan hingga 100 kali lipat dibanding kabel baja sehingga kabel dapat dibuat lebih panjang dan kuat tanpa takut jatuh/roboh karena beratnya sendiri. 4. Counter Balance Merupakan massa yang berfungsi sebagai penyeimbang. Dibutuhkan sesuatu yang cukup berat yang dapat mengorbit bumi dan asteroid ternyata dapat dimanfaatkan untuk tujuan tersebut. Asteroid ini berfungsi sebagai beban yang menstabilkan kabel serta satelit geostasioner yang sedang mengorbit itu. Tanpa beban penstabil (counter balance), kabel dan satelit bisa jatuh menimpa bumi karena tertarik gravitasi, walaupun bahan konstruksinya merupakan material yang sangat ringan. Asteroid ini nantinya dihubungkan dengan satelit menggunakan kabel yang sama. Asteroid ini dapat diarahkan supaya mengorbit pada ketinggian tertentu mengelilingi bumi dengan cara menembaknya dengan rudal. Tabrakan dengan rudal tersebut dapat menggeser posisi asteroid sehingga berada pada jangkauan gravitasi bumi. Dengan demikian asteroid akan terus mengorbit mengelilingi bumi pada ketinggian yang sama. Rancangan space elevator menggunakan ribuan kilometer kabel untuk menggapai jarak antara bumi ke luar angkasa. Alat tersebut nantinya, akan menggunakan pendekatan berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu fisika. Teori-teori fisika akan menentukan kecepatan lift dan posisi lift di orbit stasiun bumi. Para ilmuwan berharap, lift tersebut mampu membawa manusia atau benda keluar angkasa. Teknologi yang ada sekarang kebanyakan menggunakan tenaga nuklir untuk keperluan pesawat luar angkasa, dengan adanya ‘space elevator’ maka penggunaan tenaga nuklir dapat dikurangi. Sistem ruang lift ini terdiri dari dermaga (the dock), gondola, tether gantung (hanging tether), gondola track running the length of the tether, serta momentum. Gambar 2.3 Space elevator System Sumber: Google, 2013 Nanoteknologi Gambar 2.4 Carbon Nano-Tube Sumber: Google, 2013 Nanoteknologi merupakan salah satu komponen yang mendasar yang memungkinkan ide futuristik untuk pergi ke luar angkasa menggunakan space elevator bisa menjadi kenyataan dan mengakali biaya pembangunan proyek yang luar biasa ini. Nanoteknologi merupakan teknologi yang mengutak-atik material dalam ukuran nanometer (1 nanometer = seper satu milyar meter). Dengan demikian, nanoteknologi merupakan teknologi yang sangat presisi. Teknologi yang menakjubkan ini dapat membantu cita-cita NASA untuk menekan biaya pembangunan menara super tinggi dan kabel super panjang tadi. Hal ini dikarenakan melalui bantuan nanoteknologi para ilmuwan bisa mengatur susunan atomatom yang digunakan sesuai kemauan mereka. Mereka bahkan bisa diprogram untuk melakukan self-assembly. Ini berarti, proses pembangunan kabel yang luar biasa panjang itu dapat berlangsung secara otomatis. Selain itu, tenaga kerja manusia yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek ini dapat dikurangi. Proses pembangunannya pun bisa dipercepat. Nanoteknologi juga sudah berhasil menyodorkan suatu material hebat yang sangat ringan, tetapi kekuatannya 100 kali lebih kuat dari baja. Material hebat ini diberi nama Carbon Nano-Tube (CNT). Material ini hanya tersusun dari atom karbon (C), seperti grafit dan berlian. Walaupun kuat tetapi CNT ini sangat ringan sehingga menara dapat dibuat lebih tinggi dan kabel dapat dibuat lebih panjang dan kuat tanpa takut jatuh/roboh karena beratnya sendiri. Pada dasarnya konsep elevator space ini sederhana saja. Satelit pada orbit dihubungkan dengan kabel yang terhubung pada stasiun di daerah khatulistiwa bumi. Lift inilah yang kemudian akan memutari kabel. Menurut laporan Engadget, carbon nanotube merupakan material yang bersifat konduktif sehingga bisa mengalirkan listrik. Oleh karena itu, kabel yang ada nantinya tidak hanya berperan sebagai pegangan lift, namun juga sekaigus menjadi kabel listrik/power. Hal ini juga berarti bahwa kebutuhan listrik dalam lift bisa terpenuhi sekaligus. Dermaga (The Dock) Dermaga (the dock) memiliki ruang parkir untuk tiga atau empat gondola dan merupakan tempat berlabuh untuk dua atau tiga kendaraan peluncur. Tekanan dan iklim dikendalikan oleh lorong yang menghubungkan kendaraan dengan gondola serta [erlatan muatan kargo. Setiap berth memiliki mesin derek yang akan menurunkan sebuah docking magnetik 70 mil di bawah dermaga. Pemisahan ini juga memungkinkan peluncuran kendaraan tanpa merusak dermaga atau kendaraan yang terparkir disana. Peluncuran kendaraan ini akan memperpanjang pelat baja dan menjangkarkan magnet pada kontak sehingga memiliki radar pertemuan GPS dan memungkinkan pendorong roket kecil untuk menstabilkan posisinya. Tether Hanging Tether Hanging merupakan sebuah elemen struktural super kuat yang memegang beban berat sendiri termasuk dermaga, jalur gondola, dan stasiun perimbangan. Tether Hanging juga harus menahan radiasi dari sabuk Van Allen. Untuk membuat tether selama mungkin diperlukan anggaran massa tertentu (yang membuat dermaga bergerak selambat mungkin serta meningkatkan kapasitas muatan peluncur), penting untuk memiliki bahan yang paling kuat. Secara khusus sosok merit untuk bahan tether adalah kekuatan tarik dibagi dengan kerapatan. Panjang tether terpilih menjadi sekitar besar yang bisa dibangun dengan dua penerbangan per hari selama setahun (untuk sistem lift yang sama). Bahan dengan sosok terbaik merit Spectra-2000, yang merupakan serat polyester 3. Kekuatan tarik dari desain ini adalah sekitar 1,35 GPa (kekuatan utamanya adalah 3,25 GPa), dan kepadatannya sekitar 0.97g/cc, sehingga sosok jasa sekitar 8 kali lebih baik daripada baja (1,76 GPa dan 7.85g/cc termasuk marjin desain). Masalah dengan Spectra (dan serat plastik pada umumnya) adalah bahwa hal itu tidak berlangsung lama di ruang angkasa karena terkena radiasi dari sabuk Van Allen. Serat karbon (seperti yang digunakan untuk raket tenis grafit-epoksi, dll) memiliki radiasi tahan 4 dan memiliki sosok pahala yang sangat dekat dengan Spectra-2000. Thornel T-40 dari Amoco Kinerja Produk 5 h sebagai kekuatan tarik utama dari 5,65 GPa dan kepadatan 1.81g/cc (dengan desain marjin 2.4:1, kekuatan tarik diasumsikan 2,35 GPa). Grafik berikut menunjukkan profil ketebalan tether (versus ketinggian), berdasarkan pada konstruksi dengan Thornel T-40 serat karbon (meskipun Spectra-2000 dapat digunakan untuk bagian bawah seratus mil di beberapa ketinggian). Gambar 2.5 Grafik Diameter Tether dengan Ketinggian Sumber: Google, 2013 Massa tether dihitung menjadi £ 34.000.000 6 (untuk menambatkan, dermaga, dan panel surya) dengan asumsi bahwa massa dermaga memuat 1.25 juta pound (termasuk dua kendaraan peluncuran dan tiga gondola), gondola track dan massa kabel listrik sebesar £ 1,34 / kaki (yang datang ke £ 6.000.000), panel surya 4,2 megawat pada 100 ton / MegaWatt, dan juga penyeimbang massa stasiun sebesar 22 juta pound (untuk membawa gravitasi efektif dari 1/10 sampai penuh lunar 1 / 6 Gee. Tether akan diperluas ke 38 Mlbs dan massa penyeimbang turun menjadi 8,6 Mlbs di 1.190 mil). Kepadatan bahan tether yang empuk 20% untuk memungkinkan kaku gulungan dengan kekuatan material menurun dengan faktor 2,4 untuk margin keamanan. Karena risiko dari dampak puing-puing (debu angkasa atau bintik-bintik cat dari satelit lama, dll) yang bisa memutuskan apa pun yang kena, dibuatlah tether dengan beberapa kabel paralel. Sebuah konfigurasi enam kabel diatur dalam tabung beberapa meter dengan diameter tertentu. Masing-masing dari enam kabel tersebut bisa terdiri dari unsur-unsur yang lebih kecil yang dikonfigurasi sebagai Hoytubes beberapa inci diameter (lihat Tethers situs Terbatas 7 ). Tiga dari kabel-kabel tersebut akan mendukung jalur gondola, dan yang lain akan mendukung kabel listrik. Gulungan spasi sepanjang tether (mungkin hanya satu per mil untuk meminimalkan massa total) akan mendistribusikan beban ke sisa kabel (hal ini juga mempermudah mengganti bagian yang rusak dari tether). Perlu dicatat bahwa serat karbon konduktif secara elektrik. Hal ini berarti mereka harus terisolasi untuk dilindungi dari plasma yang mengisi ruang di orbit bumi. Di sisi lain, tether juga bisa digunakan sebagai konduktor netral dalam sistem listrik, dan karena itu menambahkan sedikit lebih redundansi. Hal ini telah diamati oleh Hans Moravec yang mengatakan bahwa dengan berputar akan memiliki massa lebih rendah untuk kecepatan dock yang diberikan dari tether, tergantung dari tipe yang diuraikan di sini. Konsep ini bisa berguna untuk penerbangan kargo dan akan nyaman karena beberapa alasan untuk aplikasi Hotel. Rotasi mungkin akan menjengkelkan untuk tamu hotel, terutama karena tingkat rotasi bervariasi sebagai akibat putaran dari tether. Sebuah tether yang berputar juga akan mencelupkan kendaraan peluncuran dalam sabuk radiasi di setiap rotasi (jika tether mencapai ketinggian di atas sekitar 500 mil). Jika tether gagal, menambatkan berputar akan membuat lebih sulit untuk mencegah stasiun penyeimbang masuk kembali ke atmosfer, dan lebih sulit untuk setiap kendaraan bisa meluncur dan merapat kembali dengan aman. Rotasi akan menyulitkan penggunaan mesin momentum, karena mesin tidak harus berputar selama operasi. Gondola Karena massa dari trek adalah faktor penentu utama untuk massa tether, gondola berukuran untuk membawa hanya sepertiga penumpang sebanyak kendaraan peluncuran, mungkin sekitar 35. Karena naik gondola akan kemungkinan beberapa jam terakhir, gondola akan memiliki dapur, WC, dll. Selain pintu utama, pintu keluar darurat (termasuk terowongan pop-out) akan disediakan untuk memungkinkan evakuasi ke gondola lain pada track yang berdekatan. Gambar 2.6 Gondola Sumber: Google, 2013 Gondola menggantung di bawah kereta bermotor. Akibatnya, mereka tidak bisa melewatI titik nol. Para penumpang yang bepergian dari dermaga ke stasiun counter harus berhenti di titik nol. Motor kereta api memiliki beberapa jenis mobil. Mobil-mobil pertama dan terakhir yang ekstra panjang memiliki kerangka kaku. Mobil pertama harus mampu mendorong ke atas untuk melewati bagian track yang telah kehilangan daya (untuk meningkatkan keandalan sistem). Mobil terakhir membawa beban ekstra lateral, karena kabel gondola. Sebuah mobil track inspeksi independen akan melakukan perjalanan untuk melindungi insiden yang dihasilkan dari track yang rusak. Mobil Ballast (yang bukan bagian dari gondola motorik kereta api) akan ditempatkan sepanjang lift untuk penyimpanan energi. Mereka bergerak dalam arah yang berlawanan (mobil naik mengonsumsi energi listrik dan turun satu menghasilkan energi listrik). Massa gabungan dari mobil ballast cukup besar (mungkin 10 sampai 50x massa dari satu gondola), sehingga hanya mobil dalam seratus atau lebih mil dari gondola akan mengirimkan daya ke gondola. Penggunaan mobil ballast mengurangi efisiensi listrik dari sistem, tetapi menghilangkan kebutuhan untuk menjadwalkan layanan penumpang ke atas pada saat yang sama sebagai layanan ke bawah, dan menghaluskan puncak pada beban listrik pada panel listrik surya (serta memungkinkan operasi selama sisi malam orbit). Switch track akan diberikan mungkin selusin atau lebih banyak tempat di sepanjang tether sehingga gondola dapat berpindah dari satu track ke yang lain untuk rute sekitar bagian yang rusak atau untuk sekadar mengubah arah pada akhir lari. Untuk menghindari kebutuhan sambungan listrik langsung antara gondola dan trek, trek bisa berfungsi sebagai bagian stasioner motor AC sinkron linier. Hal ini dikarenakan trek memiliki kumparan listrik datar (dengan kapak yang berorientasi horizontal) ditempatkan dalam posisi tumpang tindih. Motor gondola memberikan dorongan saat kumparan diberikan energi. Kumparan energi secara berurutan, pada tingkat yang sebanding dengan kecepatan gondola. Tegangan tinggi kabel listrik sepanjang tether mengirimkan tiga fasa listrik AC dari panel surya di mana pun dibutuhkan (tegangan kemungkinan akan melebihi 50kV untuk meminimalkan massa kawat). Sebagian besar panel surya mungkin akan terletak di dekat titik nol gee, di mana matahari bersinar 69% dari waktu dan bisa dilacak dengan mudah. Tapi panel tambahan bisa merebak panjang tether untuk keragaman. Kabel listrik harus menjadi transformator terisolasi setiap beberapa lusin kilometer karena medan magnet bumi akan menyebabkan kabel bergerak untuk memiliki cukup DC tegangan tinggi di seluruh panjang mereka, yang akan menyulitkan isolasi. Ini juga mungkin diinginkan untuk memompa daya DC ke kabel listrik dalam rangka mendorong medan magnet bumi dan menghasilkan momentum tambahan. Mesin Momentum (Momentum Engine) Mesin momentum diperlukan di sepanjang panjang tether (dekat titik gravitasi nol) dalam rangka untuk mengimbangi gaya tarik dan momentum yang ditransfer ke muatan ketika mereka bergerak naik lift, sampai tidak diimbangi dengan penurunan gerak muatan (yaitu selama pembangunan hotel, atau untuk kargo yang dilepaskan ke orbit). Dengan cara ini, lift dengan mesin bertindak sebagai roket tahap atas, kecuali jika bahan bakar mesin lebih efisien dapat digunakan. Untuk sebagian besar aplikasi roket berbahan bakar mesin secara kimiawi (yaitu propelan juga merupakan sumber energi), seperti mesin hidrogen-oksigen yang digunakan dalam Space Shuttle. Untuk mengurangi propelan yang dibutuhkan untuk jumlah yang diberikan momentum, beberapa jenis mesin yang layak yang akan menggunakan energi dari matahari ke drive propelan. Mesin solar ini tidak dapat digunakan untuk kendaraan peluncuran karena mereka cenderung banyak pesanan dari besarnya jauh dari yang mampu mengangkat berat badan mereka sendiri. Untuk mesin momentum pada ruang lift, meskipun, dorongan rendah untuk rasio berat dapat ditoleransi, mesin solar akan menjadi biaya yang paling efektif. Mesin solar dengan impuls spesifik yang terbaik memanfaatkan panel volta surya untuk menghasilkan listrik yang kemudian digunakan di berbagai perangkat elektrostatik atau elektromagnetik percepatan propelan. Mereka dapat memiliki puluhan hingga ratusan kali impuls spesifik yang lebih baik daripada mesin kimia, tetapi dapat mengambil megawatt listrik untuk menghasilkan hanya beberapa pon (dibutuhkan sekitar 100 ton solar panel untuk membuat megawatt listrik). Sebuah alternatif menengah adalah mesin solar-termal yang memiliki sekitar setengah konsumsi propelan mesin kimia (ISP = 700-1000 detik), tapi akan menggunakan jauh lebih kecil (yaitu lebih ringan dan lebih murah) kolektor surya untuk dorongan yang diberikan dari mesin listrik. Mesin surya termal tidak melibatkan listrik (kecuali untuk pompa bahan bakar yang berpotensi menjadi listrik), tetapi hanya menggunakan sinar matahari terkonsentrasi untuk memanaskan tinggi hidrogen cair tekanan yang kemudian lelah dari roket normal. Konstruksi Ruang lift akan dibangun di orbit bumi rendah, dengan peralatan konstruksi yang terletak di tengah-tengah struktur. Kedua ujung yang dibuat pertama akan terletak lebih jauh dari pusat (ini memungkinkan kapal kargo untuk berlabuh di titik gravitasi nol). Selama pembangunan ruang lift, jika kendaraan peluncuran tidak memiliki kapasitas muatan yang wajar dalam satu tahap tahap ke mode Orbit, dapat digunakan dalam mode dua-tahap, dan melepaskan muatan yang melekat pada mesin pendorong di sub-orbital lintasan. RLV kemudian akan mendarat sekitar 1.000-2.000 mil serta diangkut kembali ke tempat peluncuran di atas sebuah jet jumbo (seperti yang saat ini dilakukan ketika Shuttle menggunakan lokasi pendaratan California). Sebagai alternatif untuk tahap di atas yang harus dibuang atau dikembalikan ke bumi untuk digunakan kembali, (30x payload mass) fasilitas putaran tether dapat digunakan meningkatkan muatan dari lintasan sub-orbital yang dihasilkan ke dalam orbit konstruksi. Lift yang sebagian selesai dapat digunakan untuk mengangkut RLV kembali ke tempat peluncuran untuk memberikan muatan kapasitas RLV yang memadai. Ketika ruang lift selesai, pembangunan hotel bisa dimulai. Biaya per penumpang Ongkos untuk naik lift ini diperkirakan sekitar AS $ 1,48 per km. Jumlah ini tentunya jauh sangat murah dibandingkan dengan ongkos jika naik roket yang menghabiskan sekitar AS $ 22.000 per km. Peluncuran, bahan bakar, hotel, dan biaya lift, total adalah $ 78.100 untuk empat hari tinggal. Kemungkinan bahwa harga sebenarnya akan disubsidi oleh pendapatan dari menjual jasa peluncuran high-profit margin NASA dan perusahaan satelit dengan menyewa ruang hotel ke studio film. Dengan begitu tentu saja biaya total untuk lift dan hotel akan semakin turun. Tantangan-tantangan yang dihadapi Walaupun space elevator ini dapat dibangun dengan sangat mudah didunia nanoteknologi menggunakan konsep fisika yang sederhana, namun ilmuan hingga kini meyakini bahwa tantangan utama dalam merealisasikan proyek Space elevator adalah dalam mengembangkan teknologi carbon nano tube untuk mendapatkan kabel jenis “lightweight cable” yang berkarakteristik amat ringan namun berkekuatan tinggi 180 kali lipat lebih kuat dibanding kekuatan tarik serat baja: tensile strength. Ilmuwan Jepang Akira Tsuchida mengatakan bahwa hingga kini ilmuwan ilmuwan baru sanggup merealisaikan wujud kabel carbon nano tube yang berkekuatan antara 1/3 – 1/4 kali kekuatan yang dipersyaratkan struktur kabel tautan: tether pada Space elevator. III. Kesimpulan Pada masa yang akan datang, tidak perlu naik pesawat dan menghabiskan waktu berhari-hari untuk pergi ke luar angkasa karena ada lift yang akan mengantar kita ke sana hanya dalam hitungan jam. Badan Angkasa Luar Amerika (NASA) tengah sibuk mempersiapkan lift yang disebut space elevator. Sebenarnya, lift ini meluncur vertikal ke atas dengan hanya tergantung pada beberapa utas kabel yang diameternya beberapa sentimeter. Hebatnya kabel itu terentang sejauh 47.000 km di atas permukaan bumi ke stasiun pemberhentian di luar angkasa, dengan mengibaratkan lift sebagai satelit. Para ilmuwan NASA optimis dengan keberhasilan proyek tersebut, karena itu, mereka terus berusaha menyelesaikan beberapa tantangan. Pertama, mereka membuat kabel berbahan carbon nanotube yang kekuatannya mencapai 130 giga pascal (setara dengan 100 kali kekuatan kabel baja). Kedua, terus mengembangkan teknologi yang mentransfer beban lift ke orbit di angkasa luar. Ketiga, demi keselamatan, menara landasan pemberangkatan akan dibangun di suatu wilayah lepas pantai di lintasan katulistiwa, dengan ketinggian 10 km atau lebih. Untuk itu, ilmuwan dan arsitek telah menyiapkan sebuah menara pemberangkatan setinggi 15 km yang dilengkapi perkantoran, hunian, sarana hiburan, observasi kegiatan ilmiah, dan lain-lain. Keempat, lift akan dijalankan dengan sistem electromagnetic propulsion, yaitu sistem yang membuat kendaraan mengambang hingga tidak ada gesekan langsung dengan kabel selama lift bergerak. Lift akan mampu berjalan secepat 2.000 km/jam. Alasan utama NASA membuat lift ini adalah menginginkan adanya alat transportasi ke luar angkasa masa depan yang lebih murah daripada sekarang. Ongkos untuk naik lift ini nantinya sekitar AS $ 1,48 per km yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan ongkos roket yang mencapai AS $ 22.000 per km. Selain murah, orang awam yang pergi tidak perlu persiapan ekstra karena cuma seperti naik lift biasa. IV. Referensi http://www.youtube.com/watch?v=yenK_Bq1gPU (Diaksess tanggal 15 Desember 2013, pukul 15.00 WIB) http://www.apakabardunia.com/2011/09/space-elevator-project-nasa-yangakan.html (Diaksess tanggal 13 Desember 2013, pukul 11.00 WIB) http://jelajahi-internet.blogspot.com/2011/11/proyek-bangunan-tertinggi-diseluruh.html (Diaksess tanggal 13 Desember 2013, pukul 17.29 WIB) http://usgovinfo.about.com/library/weekly/aa041702a.htm (Diaksess tanggal 13 Desember 2013, pukul 18.12 WIB) http://spaceelevatorwiki.com/wiki/index.php/Main_Page (Diaksess tanggal 13 Desember 2013, pukul 19.00 WIB) http://www.yohanessurya.com/download/penulis/Bermimpi_14.pdf (Diaksess tanggal 13 Desember 2013, pukul 19.15 WIB) http://fisikasman1ubud.wordpress.com/2011/03/15/space-elevator/ (Diaksess tanggal 13 Desember 2013, pukul 20.00 WIB)