Rintisan Sekolah Klasifikasi Mandiri

advertisement
SISTEM KREDIT SEMESTER (SKS) DAN
PEMBIMBING AKADEMIK (PA) DALAM KAITAN
DENGAN IMPLEMENTASI RINTISAN
SEKOLAH KATAGORI MANDIRI (SKM)1
*********************************************************************
Oleh: Nyoman Dantes2
****************************************************************
1. Pengantar
Dalam pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi dan
strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya
sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua Warga Negara Indonesia, berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah. Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip yang dijadikan
landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan.
Salah satu prinsip tersebut adalah bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai
proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat,
di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan
mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta
didik. Prinsip tersebut menyebabkan adanya pergeseran paradigma proses pendidikan,
dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran.
Paradigma pengajaran yang telah berlangsung sejak lama lebih menitikberatkan
peran guru dalam mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. Paradigma tersebut
bergeser pada paradigma pembelajaran yang memberikan peran lebih banyak kepada
peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dirinya dalam rangka
membentuk manusia yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, berakhlak mulia,
berkepribadian, memiliki kecerdasan, memiliki estetika, sehat jasmani dan rohani, serta
keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk
dapat menyelenggarakan pendidikan berdasarkan pergeseran paradigma tersebut,
diperlukan acuan dasar bagi setiap satuan pendidikan yang meliputi serangkaian kriteria
(kriteria minimal) sebagai pedoman untuk kendali mutu yang bersifat demokratis,
mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas dan dialogis.
1
2
Disampaikan pada In House Training (IHT) Rintisan SKM-SMA Negeri 1 Kuta Utara
Guru Besar Makro Pedagogik Universitas Pendidikan Ganesha
1
Dengan mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan
karakteristik peserta didik ( sebagai masukan) dalam sistem pembelajaran, dan di sisi lain
adanya tuntutan agar proses pembelajaran mampu menghasilkan lulusan yang bermutu,
maka proses pembelajaran harus dipilih, dikembangkan, dan diterapkan secara luwes dan
bervariasi dengan memenuhi kriteria standar.
Pada jalur pendidikan formal proses pembelajaran lebih banyak terjadi dalam
lingkungan kelas dengan sejumlah peserta didik di bawah pembinaan seorang guru, dan
lazim disebut sebagai kelas klasikal. Kelas klasikal ini sering disalah artikan sebagai
kelas konvensional yang menganggap peserta didik dalam satu kelas sebagai kelompok
homogin, sehingga dapat diperlakukan secara sama untuk memperoleh hasil yang sama.
Perlakuan yang seharusnya adalah bahwa peserta didik merupakan kelompok heterogin
yang terdiri atas pribadi-pribadi yang mempunyai karakteristik, kondisi dan kebutuhan
yang berbeda, sehingga oleh karena itu perlu mendapat perlakuan sedemikian rupa
sehingga potensi masing-masing pribadi tersebut dapat berkembang secara optimal.,
Pemberdayaan peserta didik agar mereka mampu untuk membangun diri sendiri
berdasarkan rangsangan yang diperolehnya sesuai dengan taraf perkembangan psikis,
fisik dan sosial memerlukan interaksi aktif antara guru dengan peserta didik, antar peserta
didik, dan antara peserta didik dengan lingkungan, dalam suasana yang menyenangkan
dan menggairahkan, serta sesuai dengan kondisi dan nilai-nilai yang ada dalam lingkungannya.
Tidak ada satupun model proses pembelajaran yang berlaku untuk setiap
matapelajaran di dalam kelas dengan peserta didik yang beragam. Untuk itu semua guru
harus mampu memilih, mengembangkan dan menerapkan proses pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik mata kuliah, karakteristik peserta didik, serta kondisi dan
situasi lingkungan. Hal ini menunjukkan posisi penting proses pembelajaran dalam
menghasilkan lulusan yang bermutu. Untuk itu, betul-betul diperlukan guru yang
profesional., maka dari itu pendidikan dan pelatihan pada calon guru untuk mencapai
tujuan tersebut harus dilakukan secara serius dan sungguh-sungguh, sehingga mampu
menterjadikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Mengingat bahwa pendidikan itu merupakan suatu sistem dengan komponenkomponen yang saling berkaitan, maka keseluruhan sistem harus sesuai dengan
ketentuan yang diharapkan atau standar. Untuk itu masing-masing komponen dalam
sistem harus pula sesuai dengan standar yang ditentukan bersama. Dalam UU SPN RI
No.20/2003 dan PP 19/2005 ditentukan delapan standar mutu yang harus dipenuhi oleh
setiap satuan pendidikan, yaitu menyangkut : (1) standar isi, (2) standar proses, (3)
2
standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar
sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8)
standar penilaian pendidikan. Keterkaitan antara standar tersebut dapat divisualisasi
sebagai berikut :
Standar
Isi
Peserta
didik
Standar
Tenaga
Standar
Sar. &
Pras.
Standar
Pembiayaan
Standar
Pengeloaan
Standar
Penilaian
Standar Proses Pembelajaran
Standar
Komp.
Lulusan
Lingkungan
Gambar 1: Keterkaitan antara Aspek-Aspek Standar Mutu
Salah satu implikasi dari penetapan standar pendidikan tersebut, adanya
keperluan untuk melakukan pemetaan (pengkatagorian) sekolah khususnya SMA
berdasarkan tingkat pemenuhan Standar Nasional Pendidikan. Pengkatagorian tersebut
dapat dilakukan dalam : katagori standar, mandiri dan bertaraf internasional (BI),
keunggulan lokal. Aturan mengenai hal tersebut belum dikeluarkan oleh BSNP, dan
sambil menunggu aspek legal, Ditjen Manajemen Dikdasmen, mengambil langkah awal
penerapan kebijakan standar nasional pendidikan (SNP), mengembangkan konsep :
Sekolah Katagori Standar, Sekolah Katagori Mandiri, dan Satuan Kredit Semester untuk
SMA. Sedangkan untuk penerapannya dirintis Sekolah Katagori Mandiri.
Dalam kaitan dengan rintisan SKM, delapan SNP di atas minimal diwujudkan
dalam hal sbb :
a. Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dimaksudkan sekolah
memiliki dokumen KTSP yang memuat komponen yang dipersyaratkan dan telah
disahkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi. Penyusunan KTSP dilakukan secara mandiri
oleh sekolah berdasarkan tujuh prinsip pengembangan kurikulum dan acuan operasional
3
Lulusan
penyusunan KTSP ( yaitu, berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya, beragam dan terpadu, tanggap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, relevan dengan kebutuhan
kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan, belajar sepanjang hayat, seimbang antara
kepentingan nasional dan kepentingan daerah). Sedangkan kriteria ketuntasan minimal
(KKM) sesuai dengan SI dan SKL nya adalah minimal 75 %.
b. Standar Proses, dalam kaitan ini dimaksudkan
sekolah mempunyai
perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana,
melaksanakan penilaian dengan berbagai cara, melaksanakan pengawasan dan
pengendalian terhadap seluruh proses pendidikan yang terjadi di sekolah untuk
mendukung pencapaian standar kompetensi lulusan. Sekolah menerapkan sistem kredit
semester (SKS).
c.Standar Pengelolaan, dalam kaitan ini dimaksudkan sekolah menerapkan
manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan,
partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas. Untuk mendukung penerapan MBS sekolah
memiliki/telah mengembangkan berbagai aturan untuk menjamin ketertiban sekolah
dalam melaksanakan program-programnya.
d. Standar Sarana, dalam kaitan ini dimaksudkan sekolah memiliki seluruh
kebutuhan sarana prasarana, mendayagunakan dan memanfaatkannya secara optimal
didukung sistem perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan.
e. Standar Ketenagaan, dalam kaitan ini dimaksudkan sekolah memiliki tenaga
guru dan tenaga kependidikan yang memenuhi kualifikasi jabatan/profesi yang diemban
dan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional.
f. Standar Pembiayaan, dalam kaitan ini dimaksudkan sekolah dapat membiayai
seluruh kegiatan pendidikan di sekolah dengan memanfaatkan berbagai sumber
pembiayaan, yang dapat digali oleh sekolah.
g. Standar Penilaian, dalam kaitan ini dimaksudkan hasil belajar siswa diperoleh
melalui kegiatan penilaian yang dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan
pemerintah. Penilaian hasil belajar aspek kognitif pada kelompok mata pelajaran ilmu
4
pengetahuan dan teknologi, dilakukan melalui ujian nasional. Penilaian hasil belajar
aspek kognitif dan/atau psikomotor pada kelompok mata pelajaran agama dan Akhlak
Mulia, kelompok pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian, kelompok mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi yang tidak diujikan pada ujian nasional,
kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan
kesehatan dilakukan oleh satuan pendidikan melalui ujian sekolah. Penilaian hasil belajar
aspek afektif pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan, kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan
kesehatan dilakukan melalui pengamatan oleh pendidik yang nilai akhir ditentukan
melalui sidang dewan pendidik. Untuk mengetahui pencapai belajar siswa pada ujian
nasional dan ujian sekolah beserta persiapan yang dilakukan siswa, guru, dan sekolah
dalam menghadapi ujian dilakukan pemantauan.
2. Profil Sekolah Katagori Mandiri (SKM)
Sekolah Katagori Mandiri, merupakan sekolah yang mampu mengoptimalkan
pencapaian tujuan pendidikan, potensi dan sumberdaya yang dimiliki untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi peserta didik
sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas. Persyaratan minimal yang harus
dipenuhi yaitu :
a. Dukungan internal, yang meliputi : (1) kinerja sekolah (terakreditasi A, rerata
nilai UN tiga tahun terakhir  7 , persentase kelulusan UN tiga tahun terakhir  90 %,
animo tiga tahun terakhir > dari daya tampung, prestasi akademik dan nonakademik yang
dicapai (teridentifikasi), melaksanakan manajemen berbasis sekolah, jumlah siswa perklas maksimal 32 orang, ada pertemuan rutin pimpinan dengan guru, ada pertemuan rutin
sekolah dengan orang tua); (2) Kurikulum (memiliki kurikulum tingkat satuan
pendidikann (KTSP) yang mencerminkan kurikulum SKM, beban belajar dinyatakan
dengan Satuan Kredit Semester (sks), mata pelajaran yang harus diikuti oleh peserta
didik tediri dari tiga kelompok yaitu wajib (mata pelajaran pokok) dan pilihan (paket dan
bebas); (3) Ketersediaan Panduan Pelaksanaan yang meliputi, memiliki pedoman
pembelajaran, memiliki pedoman pemilihan mata pelajaran sesuai dengan potensi dan
minat, memiliki panduan menjajagi potensi peserta didik, memiliki pedoman penilaian:
(4) Kesiapan sekolah, meliputi sekolah menyatakan ingin melaksanakan SKS, persentase
guru yang ingin melaksanakan SKS  90 %, pernyataan staf administratif akademik
bersedia melaksanakan SKS, kemampuan staf administrasi akademik dalam
menggunakan komputer ; (5) Kesiapan Sumber Daya Manusia, meliputi persentasi guru
memenuhi kualifikasi akademik  75 %, relevansi guru setiap mata pelajaran dengan
5
latar belakang pendidikan (90 %), rasio guru dengan siswa 1:20, jumlah tenaga
administrasi akademik sesuai ketentuan, guru bimbingan konseling/karir ; (6)
Ketersediaan fasilitas, meliputi ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang
guru, ruang bimbingan, ruang unit kesehatan, tempat olah raga, tempat ibadah, lapangan
bermain, komputer untuk administrasi, memiliki laboratorium bahasa, TIK, MIPA,IPS,
perpustakaan memiliki koleksi buku setiap mata pelajaran dan dikelola, layanan
bimbingan karir.
b. Dukungan Eksternal, meliputi dukungan dari komite sekolah, persentase
orang tua yang menyatakan bersedia putranya mengikuti pembelajaran dengan SKS  60
%, dukungan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota secara tertulis (kebijakan dan
fasilitas/pembiayaan), dukungan tenaga pendamping/nara sumber dalam keseluruhan
proses pengembangan dan pelaksanaan SKM.
c. Kriteria (pelevelan) sekolah
Landasan implementasi SMA rintisan katagori mandiri sebenarnya merupakan
kebijakan yang harus didasarkan pada ketetapan BSNP. Sambil menunggu kebijakan dari
BSNP untuk sementara ditetapkan pelevelannya sbb:
1) SMA katagori standar I = x  30 %
2) SMA katagori standar II = 30 % < x  50 %
3) SMA katagori standar III = 50 % < x  75 %
4) SMA katagori mandiri I = 75 % < x  100 % (hampir memenuhi SNP)
5) SMA katagori mandiri II  100 % (memenuhi/melampaui SNP)
Dimana x adalah SNP (8 standar)
3. Sistem Kredit Semester (SKS)
Sesuai dengan PP No 19 tahun 2005, pasal 11 ayat (3) menyatakan bahwa beban
belajar untuk SMA dan bentuk lain yang sederajat pada jalur pendidikan formal katagori
mandiri dinyatakan dalam SKS. Ketentuan tersebut mengisyaratkan bahwa SKM harus
menerapkan SKS. Untuk mendeskripsikan lebih rinci tentang SKS di SMA, akan
diuraikan hal sbb:
a. Dasar pikiran.
1) Penerapan sistem kredit semester didasarkan oleh kenyataan bahwa kecepatan
belajar seseorang (siswa) adalah tidak sama disebabkan oleh potensial abiliti mereka
tidak sama sehingga potensi belajar mereka tidak sama juga. Di samping itu minatnya
terhadap mata pelajaran pun tidak sama, sehingga kesuksesan siswa dalam menempuh
studi akan sangat besar dipengaruhi oleh hal tersebut.
6
2) Dalam kaitan dengan itu, ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam
menentukan beban studi seorang siswa dalam satu semester, yaitu rata-rata kerja sehari
dan kemampuan individu. Pada umumnya orang bekerja rata-rata 6-8 jam sehari selama 6
hari berturut-turut. Apabila seorang siswa bekerja normal rata-rata 6-8 jam pada siang
hari dan 2 jam pada malam hari selama 6 hari berturut-turut, maka seorang siswa
diperkirakan memiliki waktu belajar sebanyak 8-10 jam sehari atau selama 48-60 jam
seminggu. Karena nilai satu kredit semester setara dengan 3 jam kerja, maka beban studi
siswa untuk setiap semester (rata-rata) akan bergerak antara 19-20 sks.
b. Pengertian
Sistem semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan dengan
menggunakan satuan waktu terkecil yang disebut semester. Semester merupakan satu
kesatuan waktu yang lamanya setara dengan 16-19 minggu kerja, sudah termasuk
persiapan ujian (minggu tenang) dan masa ujian.
Program semester adalah program penyelenggaraan pendidikan secara bulat
untuk setiap mata pelajaran pada semester tersebut. Penyelenggaraan pendidikan dalam
satu semester terdiri atas kegiatan teori, praktikum dan kerja lapangan, baik dalam bentuk
tatap muka, belajar terstruktur dan kerja mandiri. Dalam satu semester ditawarkan
sejumlah mata pelajaran dengan bobot sks yang bervariasi, sesuai dengan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum.
Pengertian SKS adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang merangkum
beban studi siswa, beban kerja guru, dan beban lembaga penyelenggaraan pendidikan
yang dinyatakan dalam satuan kridet semester (sks) Dalam kaitan dengan ini, satuan
kredit semester menurut standar isi (SI) adalah sistem penyelenggaraan program
pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran
yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Jadi SKS melambangkan sistem
kredit yang berlaku, sedangkan sks melambangkan satuan kredit yang merupakan bobot
kredit masing-masing mata pelajaran.
c. Tujuan
Tujuan umum Sistem Kredit Semester (SKS) adalah agar Satuan Tingkat
Pendidikan (SMA/sederajat) dapat lebih memenuhi tuntutan pembangunan, karena di
dalamnya dimungkinkan penyajian program pendidikan yang bervariasi dan fleksibel
sehingga memberi kemungkinan lebih luas kepada siswa (peserta didik) untuk memilih
sesuai dengan potensi dan minatnya.
4. Implementasi sistem kredit semester di SMA
a. Kurikulum dan Sistem Kredit Semester
1) Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ada pada SI
disusun menjadi satuan kredit semester (sks), menjadi 120 sks, yang terdistribusi dalam
7
berbagai mata pelajaran yaitu : (a) mata pelajaran wajib/pokok yang harus diambil oleh
seluruh peserta didik; (b) pilihan paket, sebagai dasar untuk mendukung bidang
kemampuan yang akan dipilih di Perguruan Tinggi, (c) pilihan bebas, sesuai dengan
bakat dan minat peserta didik, (d) kelompok MP Pilihan Paket, meliputi berbagai bidang
kemampuan yang diperlukan peserta didik untuk melanjutkan ke pendidikan lebih lanjut,
yang meliputi : Program akademik (teknik, Ilmu Kesehatan, Sains, Ekonomi, Ilmu
Sosial, Bahasa, Hukum dan sebagainya, dan program profesional seperti politeknik).
2) Beban belajar peserta didik dinyatakan dengan sks yaitu 16-27 sks persemester, dimana kecepatan belajar normal rata-rata 20 sks per-semester.
3) Bobot satu sks dapat dirinci sebagai berikut
Bentuk Kegiatan
Teori
Praktikum
Tatap Muka (menit)
Terstruktur + Mandiri (menit)
sks
1 x 45
1 x 25
1
2-3 x 45
2-3 x 25
1
Catatan :
(a) Mata pelajaran pilihan ditawarkan mulai semester 3
(b) Tatap muka adalah kegiatan terjadual per-minggu dengan pendidik (guru) di
dalam kelas atau di laboratorium
(c) Kegiatan terstruktur adalah kegiatan studi yang tidak terjadual, tetapi
direncanakan oleh guru dan dilakukan oleh siswa berupa pekerjaan rumah
(take home), latihan soal, konsultasi, penyelesaian proyek dan sejenisnya
(d) Kegiatan mandiri adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara mandiri
untuk mendalami atau menyiapkan satu tugas akademik (bisa seperti butir c),
atau membaca buku acuan dan sejenisnya.
4) Beban mengajar : (a) semester 1 dan 2 diprogram secara paket masing-masing
sebanyak 20 sks, (b) semester 3 dan seterusnya pengambilan beban studi berdasarkan IP
(Indeks Prestasi) semester sebelumnya (ganjil-ganjil; genap-genap). Pengambilan
sementer 3 didasarkan IP semester 1 dan pengambilan beban studi semester 4 didasarkan
IP semester 2, dan begitu seterusnya. Rentangan pengambilan beban studi antara 16 sks
s/d 28 sks per-semester. Sebagai ancer-ancer dapat digunakan kriteria sbb:
8
IP  3,0
= 25 – 27sks
2,5  IP < 3,0
= 22 – 24 sks
2,0  IP < 2,5
= 19 – 21 sks
IP
= 16 – 18 sks
< 2,0
Catatan : IP =
 KN
K
Keterangan : IP = Indeks Prestasi

= Jumlah
KN= Hasil kali bobot kredit (sks) dengan nilai
K = Bobot kredit (sks) yang diambil
5) Pembelajaran : (a) pelaksanaan pembelajaran menerapkan pendekatan tatap
muka, kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Oleh karena itu peserta
didik didorong untuk dapat belajar secara mandiri, (b) menerapkan pengelolaan
pembelajaran dengan sistem pindah ruang kelas (moving class), sehingga diperlukan
kelas mata pelajaran, (c) guru menyediakan jadual untuk konsultasi mata pelajaran, (d)
jadual pemanfaatan laboratorium untuk kegiatan di luar jadual rutin, (e) pemanfaatan
perpustakaan, (f) penasehat akademik (PA) mendeteksi potensi siswa (bisa dengan tes
bakat, prestasi siswa, dsb), (g) ada program remidi sepanjang semester (sangat baik
didukung dengan fasilitas modul/referensi), (h) menerapkan pembelajaran berbasis TIK.
6) Penilaian, dilaksanakan dalam : (a) bentuk tugas-tugas dan asesmen otentik
lainnya (penilaian proses), ujian tengah semester (midsemester), ujian akhir semester, (b)
penilaian menggunakan Acuan kriteria/patokan (PAP) dengan katagori A, B, C, dan D
(dalam skala 4), (c) lulus minimum mencapai nilai C, dan (d) syarat lulus dari sekolah
dengan IP minimum 2,0. Alternatif PAP adalah sbb:
Tingkat Penguasaan (%)
Nilai
Katagori
Tingkat Penguasaan (%)
Nilai
Katagori
90 – 100
4
A
90 - 100
4
A
75 - 89
3
B
75 - 89
3
B
55 - 75
2
C
65 - 74
2
C
1
D
1
D

54

9
64
7) Administrasi akademik, pada hakekatnya adalah merupakan registrasi siswa
yang berupa pelayanan pada siswa dalam rangka status formal mereka (terdaftar sebagai
siswa di sekolah) baik dalam kaitan dengan kepentingan data akademik maupun data
pribadi siswa. Untuk itu masing-masing siswa harus memiliki folder yang menyimpan
data individual siswa seperti : (a) kartu rencana studi (KRS), (b) kartu hasil studi (KHS),
dan (c) data pribadi lainnya (seperti data Inteligensi, TPA, Bakat siswa). Dua hal pertama
butir a, b, disimpan 1 eks oleh siswa, 1 eks oleh PA dan 1 eks oleh Pusat administrasi
akademik sekolah (dan bila mungkin disimpan di PUSKOM). Untuk data butir c
disamping disimpan oleh siswa sendiri, sebaiknya teradministrasi secara bagus di Unit
Layanan Bimbingan Konseling.
5. Sistem Bimbingan Akademik
a. Pengantar
Standar Kelulusan pada satuan pendidikan menengah umum (SMA) bertujuan
untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri serta mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam rangka
mengimplementasikan tujuan tersebut dalam proses transformasi pembelajaran banyak
kendala yang ditemukan. Salah satu dampak tidak langsungnya adalah sukses dan tidak
suksesnya seorang siswa menyelesaikan studinya. Ketuntasan penyelesaian studi siswa
salah satu merupakan tujuan utama yang harus diprioritaskan oleh siswa itu sendiri dan
juga oleh tingkat satuan pendidikan terkait.
Guru merupakan salah satu unsur (faktor) penggerak dalam instrumental input.
Guru juga memegang posisi yang sangat strategis dalam proses transformasi. Guru secara
tidak langsung memiliki kewajiban untuk mengantarkan kesusksesan studi siswa. Untuk
itu secara terorganisir oleh lembaga, guru dibutuhkan (diwajibkan) untuk memberikan
bimbingan pada siswa. Dalam kaitan dengan itulah guru sangat dibutuhkan berperan
sebagai guru penasehat akademik (PA) untuk bisa secara intens memberikan bibingan
akademik pada siswa.
Dengan demikian bimbingan akademik adalah bimbingan yang diberikan oleh
Penasehat Akademik (PA) kepada siswa dalam bidang akademik selama mengikuti studi.
Sehingga tujuan bimbingan akademik oleh PA antara lain adalah memberikan bantuan
10
dan nasehat kepada siswa bimbingannya (SB) dalam menyusun program studinya dan
memberikan pengawasan secara terus menerus demi kelancaran studi SB.
b. Tugas, tanggung jawab Guru PA dan Kriteria Personal
Kehidupan adalah merupakan proses adaptabilitas baik pada lingkungan, norma
maupun permasalahan yang dihadapi. Masalah hampir-hampir melekat pada kehidupan
manusia. Begitu pula kehidupan siswa, dia mengalami perubahan kehidupan baik yang
bersifat fisik maupun yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Kehidupan
akademiknya pun tidak terlepas dari goncangan. Faktor-faktor psikologis dan sosial
sangat mempengaruhi kehidupan akademiknya. Siswa tingkat yang lebih tinggipun tidak
luput dari permasalahan akademik maupun pribadi. Untuk itu sangat diperlukan peran
guru PA untuk dapat membantu para siswa memecahkan masalah yang ia hadapi. Secara
umum tugas PA sebenarnya adalah menandai siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajar, memediasi, memberikan informasi dan bimbingan dalam bidang akademik dan
non-akademik yang terkait. Dengan demikian secara lebih rinci dapat dirumuskan tugas
guru PA sebagai berikut : (1) memberi penjelasan dan petunjuk kepada siswa tentang
rencana studinya, (2) memberi bimbingan dan nasehat kepada siswa tentang cara-cara
belajar yang baik dalam menyelesaikan studi, (3) memberikan nasehat pada siswa dalam
pemilihan mata pelajaran sesuai dengan jurusan, kemampuan, (4) meneliti sebab-sebab
ketidaksuksesan siswa dalam menempuh studi, (5) mencari, menyusun dan menyimpan
secara rahasia data SB, (6) memberi laporan dan rekomendasi tentang SB nya (bila
diperlukan), (7) memantau, memberikan bimbingan secara kontinyu, dan bila perlu
memberi peringatan kepada siswa yang berprestasi rendah. Bila diperlukan dilakukan
reveral pada unit yang relevan, (8) menyediakan waktu yang cukup pada siswa untuk
berkonsultasi.
Bila dikaji hal di atas, tugas guru PA sangat berkaitan dengan kemampuan
menjalin hubungan dengan siswa, sehingga diharapkan guru PA memiliki kemampuan
untuk itu, sehingga siswa merasa nyaman untuk melakukan konsultasi dengan guru PA.
Prinsip komunikasi yang dijalin oleh guru PA agar berorientasi pada prinsip komunikasi :
I am ok, you are ok (jangan sampai terjadi I am ok, you are not ok ).
Sebagai bahan pertimbangan kriteria guru PA dapat merujuk pada : (1) kriteria
formal ; seperti guru tetap di tingkat satuan pendidikan bersangkutan, masa kerja minimal
11
2 tahun, (2) kriteria Personal ; seperti : memiliki komitmen yang tinggi,
integritas,
terbuka menerima pendapat luar, empati dan sensitif terhadap keadaan orang lain,
memiliki daya observasi yang tajam, dan
mampu mengidentifikasi kendala-kendala
psikologis, sosial dan kultural.
c. Meningkatkan Interaksi Guru PA - Siswa
Membimbing siswa untuk dapat mengenali masalahnya dan mampu melakukan
pemecahannya tentu memerlukan keterampilan tersendiri bagi guru. Banyak kemampuan
yang berperan untuk itu, beberapa hal yang simpel yang perlu dikuasai adalah sbb :
1)
Kemampuan menjalin komunikasi, komunikasi inter/antar-personal yang
didasarkan pada prinsip I am ok, you are ok. Bertolak dari pandangan bahwa dalam diri
manusia ada tiga ego, yaitu ego anak-anak (A), ego dewasa (D), dan ego orang tua (O).
Maka interaksi personal diharapkan terjadi saling melengkapi dan bila mungkin
membentuk garis-garis sejajar.
0
0
0
0
D
D
D
D
A
A
A
A
Yang diharapkan dalam
interaksi guru - siswa
Sedapat mungkin dihindari
2) Memiliki kemampuan mengidentifikasi/ mengenali faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan studi siswa.
d. Strategi Umum Bimbingan Siswa
1) Sasaran bimbingan adalah semua siswa dari semester 1-akhir
2) Tujuan bimbingan dimaksudkan untuk mendeteksi dini masalah studi/ kesulitan
belajar siswa.
3) Arah bimbingan adalah untuk mengembangkan keterampilan umum dalam belajar.
4) Mengembangkan suasana yang lebih kondusif dalam hubungan guru siswa agar
bimbingan lebih efektif.
5) Perlunya memperbaiki persepsi siswa terhadap keefektifan bimbingan.
6) Adakan deteksi dini masalah studi siswa dengan cara; manfaatkan Tes Bakat,
12
Minat siswa dsb, angket/inventori kesulitan belajar, dan lakukan tindak lanjut.
7) Kembangkan keterampilan belajar siswa seperti : penyusunan rencana studi,
penyusunan rencana belajar sendiri, penggunaan waktu belajar dan waktu lowong, cara
belajar efektif.
e. Alur Pembimbingan
Prestasi
Rendah
Inisiatif
siswa
Waktu
Terjadwal
Penasehat
Akademik
(PA)
= Diagnostik=
Non Akademis
Data Dasar
siswa oleh
guru BS+
BK/Konselor
Akademis
Guru BS/
Guru PA
Konselor
Pusat
Konseling
(Unit BK)
Remedial
13
SISTEM KREDIT SEMESTER (SKS) DAN
PEMBIMBING AKADEMIK (PA) DALAM KAITAN
DENGAN IMPLEMENTASI RINTISAN
SEKOLAH KATAGORI MANDIRI (SKM)
Disampaikan pada In House Training (IHT)
Rintisan SKM-SMA Negeri 1 Kuta Utara
IT
G
L
NA S H A
IO NE
A
UNIV DEPA
ER R
S
NDIDIKA
N PE
N
ME PENDIDIKA NA
TE AS
N S
U NDI
KSHA
Oleh: Prof. Dr. Nyoman Dantes
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2008
14
Download