STUDI PEROLEHAN MINYAK ATSIRI DARI DAUN NILAM ACEH

advertisement
STUDI PEROLEHAN MINYAK ATSIRI DARI DAUN NILAM ACEH
SIDIKALANG (Pogostemon cablin BENTH) MENGGUNAKAN PROSES
DESTILASI UAP
Yora Faramitha* dan Setiadi
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
*
e-mail: [email protected]
Abstrak
Minyak nilam merupakan bahan fiksatif yang paling banyak digunakan pada industri wewangian.
Namun masih terdapat kendala dalam memproduksi minyak nilam, yakni rendahnya rendemen dan
mutu minyak nilam. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan rendemen minyak nilam yang
tinggi dan mempelajari fenomena terambilnya minyak nilam dari jaringan daun nilam. Penelitian
dilakukan menggunakan teknik destilasi uap dan berhasil didapatkan rendemen sebesar 3,36%,
selama 4 jam penyulingan dengan menggunakan bahan daun nilam sebesar 200 g. Hasil GC-MS
menunjukkan kadar komponen utama penyusun minyak nilam (patchouli alcohol) adalah sebesar
33,59%. Hasil analisis SEM menunjukkan terjadinya kerusakan jaringan morfologi daun nilam
setelah penyulingan, akibat dari panas dan tekanan uap air yang menerobos masuk lewat jaringan
epidermis dan dinding sel, kemudian menguapkan dan membawa minyak atsiri keluar jaringan
Kata kunci: destilasi uap; jaringan daun nilam; minyak nilam; patchouli alkohol
Abstract
Patchouli oil is the most widely use in fragrances industry as fixative agent. But there are still
problem in producing patchouli oil, which is low yield and low quality of patchouli oil. This
research is purposed to get high yield of patchouli oil and study phenomenom of getting out the
patchouli oil from patchouli leaf tissue. This research is done by using steam distillation technique
and successfully obtained yield 3,36%, for 4 hours distillation with use 200 g patchouli leaf. Result
of GC-MS showed main component of patchouli oil (Patchouli alcohol) is 33,59%. Result of SEM
Analysis showed occurance morphological tissue damage of patchouli leaf after distillation, due to
heat and water vapour break through epidermal tissue and cell wall, then vaporize and carry out
patchouli oil from tissue.
Keywords: patchouli alcohol; patchouli leaf tissue; patchouli oil; steam distillation
1.
Pendahuluan
Industri wewangian mempunyai aplikasi produk yang luas dan akan selalu dibutuhkan karena
sesuai dengan gaya hidup masyarakat. Untuk menjaga ketahanan aroma wewangian, Industri
wewangian menggunakan bahan fiksatif. Bahan fiksatif (pengikat) mutlak diperlukan dalam produk
wewangian agar wangi lebih tahan lama. Sampai saat ini, bahan fiksatif yang paling banyak
Studi Perolehan ..., Yora Faramitha, FT UI, 2013
digunakan di dunia adalah minyak nilam. Hal ini dikarenakan minyak nilam mempunyai fungsi
sebagai bahan fiksatif terbaik dibanding minyak atsiri lainnya.
Indonesia mempunyai peluang besar dalam mengekspor minyak nilam. Sampai saat ini,
Indonesia merupakan pemasok utama minyak nilam di dunia, dengan ekspor sebesar 90% per
tahunnya. Kebutuhan dunia akan minyak nilam dapat berkisar 1200 -1500 ton/ tahun dengan
pertumbuhan 5% per tahun [1]. Meskipun begitu, terdapat permasalahan yang dihadapi berupa
rendahnya rendemen dan mutu minyak nilam Indonesia. Salah satu faktor penyebabnya dikarenakan
proses penyulingan yang masih belum optimal.
Di Indonesia, perkebunan minyak nilam didominasi oleh perkebunan rakyat dan produksinya
didominasi oleh industri skala kecil dan menengah. Produksi minyak nilam yang dilakukan oleh
para petani mayoritas menggunakan metode destilasi uap (penyulingan uap). Penggunaan destilasi
uap selain efektif juga karena lebih praktis dan ekonomis bila dibandingkan dengan proses ekstraksi.
Pemahaman yang baik untuk proses destilasi uap membuat penelitian mengenai perolehan
minyak nilam melalui proses destilasi uap menjadi perlu dilakukan. Terdapat beberapa penelitian
destilasi uap minyak nilam Aceh yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan rendemen yang
dihasilkan. Perlakuan penyulingan dengan kenaikan tekanan bertahap 1; 1,5; dan 2 atm dengan
lama penyulingan 5 jam menghasilkan rendemen minyak nilam sebesar 3,25% [2]. Penyulingan
minyak nilam Aceh pada temperatur penyulingan 135oC, waktu penyulingan 6 jam, dan tekanan
penyulingan 1,5 bar menghasilkan rendemen optimum sekitar 3,772% [3]. Adapun fokus dari
penelitian ini adalah mendapatkan yield dan rendemen minyak nilam yang optimal dari sistem
penyulingan sederhana dan mempelajari fenomena proses terlepasnya minyak nilam dari jaringan
daun nilam menggunakan metode penyulingan.
2.
Metode Penelitian
2.1
Bahan Penelitian
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tanaman nilam Aceh Sidikalang
(Pogostemon cablin Benth) yang diambil dari ladang nilam di Gunung Tampomas, Sumedang, Jawa
Barat. Daun nilam yang didapat telah dalam keadaan kering karena telah melewati proses pelayuan
dan penjemuran selama 4 hari.
2.2
Perakitan Alat Destilasi Uap
Rangkaian alat untuk proses penyulingan uap terdiri dari pemanas, boiler, ketel suling, pipa
uap, kondensor, dan gelas Erlenmeyer. Sistem alat yang dirancang lebih dikenal dengan nama
Studi Perolehan ..., Yora Faramitha, FT UI, 2013
destilasi uap dan air. Namun, bila merujuk ke fenomena proses, destilasi uap dan air tergolong
dalam destilasi uap karena yang dikontakkan dengan bahan adalah uap bukan air. Maka dari itu,
dalam penelitian ini sistem alat yang dibuat disebut sistem destilasi uap. Skema sistem destilasi uap
yang dirakit ditunjukkan pada Gambar 1.
d
c
b
a
e
f
Gambar 1. Skema Sistem Destilasi Uap
2.3
Proses Destilasi Uap
Aquades yang digunakan sebagai sumber uap dimasukkan kedalam boiler sebanyak 80% dari
volum boiler. Daun nilam kering dimasukkan ke dalam ketel suling. Pemanas berupa induction
cooker dinyalakan. Proses keluarnya destilat mulai terjadi setelah 35 menit dari waktu pemanas
dinyalakan. Saat inilah waktu penyulingan mulai dihitung. Hasil distilat diambil setiap 40 menit.
Distilat air dan minyak nilam dipisahkan menggunakan corong pemisah, tabung sentrifuge, dan
penambahan Na2SO4.
2.3.1 Penentuan Waktu Operasi Penyulingan
Bahan daun nilam kering yang digunakan adalah sebanyak 200gr. Proses penyulingan
dihentikan saat minyak nilam yang terlihat dalam distilat hanya sedikit sekali.
2.3.2 Penentuan Massa Bahan Optimal
Massa bahan optimal adalah Massa bahan daun nilam kering yang dapat menghasilkan
minyak nilam dengan rendemen terbesar. Proses penyulingan dilakukan dengan menggunakan
variasi massa 50, 100, 150, 175, 200, 225, dan 250 g. Waktu operasi penyulingan yang digunakan
adalah waktu operasi optimal yang didapat dari percobaan sebelumnya.
Studi Perolehan ..., Yora Faramitha, FT UI, 2013
2.3.3 Pengambilan Minyak Nilam Berdasarkan Rentang Waktu Penyulingan
Waktu operasi dan massa bahan optimal yang digunakan adalah yang didapat dari percobaan
sebelumnya. Pengambilan distilat air dan minyak nilam di ambil pada menit ke 10,20, 30, dan 40
penyulingan.
2.4
Rendemen Minyak Nilam
Perhitungan rendemen minyak nilam ditentukan dengan persamaan berikut.
!"#$"%"# = 2.5
!"##" !"#$%& !"#$% !"#$ !"ℎ!"#$%!&
! 100%
!"##" !"ℎ!" !"#$
Kualitas Minyak Nilam
Pengujian kualitas minyak nilam dilakukan dengan mengacu pada standar SNI 06-2385-2006
untuk minyak nilam. Uji yang dilakukan adalah uji warna, bobot jenis, bilangan asam, kadar
patchouli oil, kandungan alpha coaene, kandungan besi, dan kelarutan dalam alkohol.
2.6
Komponen kimia Penyusun Minyak Nilam
Minyak nilam dianalisis dengan GC-MS (Gas Cromatography – Mass Spectroscopy) jenis
Agilent GC-MSD 5975s yang dilengkapi kolom Hewlett-Packard 5MS (30 m X250 µm X 0.25 µm),
dan gas pembawa helium. Suhu injektor 250 °C, kondisi oven diatur suhu awalnya 100 °C untuk
menit 0 kemudian dinaikkan 3°C/menit sampai 220 °C selama 15 menit. Volume injeksi 2 µL dan
split flow 200 mL/menit. Spektrum massa masing-masing puncak hasil analisis GC-MS
diidentifikasi dengan spektrum massa senyawa yang telah diketahui pada basis data pustaka
Wiley7n.L.
2.7
Morfologi Daun Nilam Sebelum dan Sesudah Penyulingan.
Morfologi daun nilam dianalisis menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope). Hasil
dari SEM adalah foto morfologi daun nilam dengan perbesaran 100 kali, 250 kali, dan 500 kali.
3.
Hasil dan Pembahasan
3.1
Waktu Operasi Penyulingan Optimal.
Hasil perolehan minyak nilam selama waktu proses penyulingan ditunjukkan pada Gambar 2.
Perolehan minyak nilam terbesar didapat saat 40 menit pertama penyulingan. perolehan minyak
Studi Perolehan ..., Yora Faramitha, FT UI, 2013
nilam semakin sedikit seiring lamanya waktu penyulingan. Dari Gambar 2 terlihat pola grafik yang
menuju fase stasioner pada menit ke 240. Bila proses penyulingan tetap dilanjutkan, minyak nilam
yang dihasilkan sangat sedikit sekali dan proses menjadi tidak efisien dan tidak ekonomis, karena
besar energi yang digunakan tidak sebanding dengan volum minyak nilam yang dihasilkan. Maka
dari itu, waktu operasi penyulingan optimal dari sistem destilasi uap yang dirakit adalah selama 4
jam.
Peroleham minyak nilam (mL)
8 7 6,57 6 7,00 6,94 6,84 5,95 5,11 5 4 3 2 1 0 0 40 80 120 160 200 240 Waktu penyulingan (menit)
Gambar 2. Perolehan Minyak Nilam Selama Waktu Proses Penyulingan
3.2
Penentuan Massa Bahan Optimal.
Besar rendemen minyak nilam berdasarkan variasi massa ditunjukkan pada gambar 3.
Rendemen tertinggi diperoleh pada saat mempergunakan bahan dengan massa 200 g, yaitu sebesar
3,36 %. Saat menggunakan massa bahan dibawah 200 g, rendemen yang dihasilkan lebih sedikit
dikarenakan masih terdapat banyak celah kosong untuk uap bisa langsung lolos dari ketel suling
tanpa membawa uap minyak atsiri nilam. pengisian bahan kedalam ketel harus diatur sedemikian
rupa, agar uap dapat berpenetrasi secara merata ke dalam bahan, sehingga rendemen yang
dihasilkan lebih tinggi. Jika bahan terlalu renggang, uap akan langsung lolos tanpa menimbulkan
pengaruh terhadap bahan yang disuling [4].
Sebaliknya, semakin padat bahan dalam ketel menyebabkan semakin rendah rendemen yang
diperoleh. Hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi jumlah bahan dalam ketel yang disuling, akan
Studi Perolehan ..., Yora Faramitha, FT UI, 2013
semakin besar jarak yang ditempuh dan halangan yang dialami uap air akan mengakibatkan
semakin lambat kecepatan penyulingan [5]. Dari hasil percobaan variasi massa, penggunaan massa
bahan daun nilam melebihi 200 g menunjukkan unggun massa yang terlalu padat sehingga uap sulit
menembus tumpukan bahan. Hal ini menyebabkan kontak antara uap dan bahan menjadi tidak
sempurna karena tidak semua bahan dapat tersuling. Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa
massa daun nilam optimal untuk sistem destilasi uap penelitian ini adalah 200 gr. Pada massa ini
didapatkan rendemen tertinggi, yaitu sebesar 3,36%.
rendemen minyak atsiri (%)
4 4 3.18 3 3 3.36 3.16 3.09 225 250 2.69 2.11 2.11 50 100 2 2 1 1 0 150 175 200 Massa daun nilam (g)
Gambar 3.
Pengaruh Variasi Massa Daun Nilam Terhadap Rendemen Minyak
Nilam Yang Dihasilkan
3.3
Kualitas Minyak Nilam.
Hasil uji kualitas minyak nilam berdasarkan standar SNI ditunjukkan pada Tabel 1. Dari uji-
uji yang dilakukan, dapat disimpulkan minyak nilam pada penelitian ini berkualitas baik, karena
memenuhi persyaratan SNI.
Studi Perolehan ..., Yora Faramitha, FT UI, 2013
Tabel 1. Kualitas Minyak Nilam Penelitian Berdasarkan Standar SNI
3.4
No
Jenis Uji
Persyaratan
SNI
Kualitas
Minyak
Nilam
Penelitian
Kuning jernih
1
Warna
2
3
Bobot jenis
Bilangan Asam
Kuning mudacoklat
kemerahan
0,95-0,975
Maks 8
4
Min 30%
33,59%
5
Patchouli
Alkohol
Aplha coaene
Maks 0,5%
-
6
Kandungan Besi
Maks 25 Mg/kg
-
0,9607
0,56
Analisa Kandungan Komponen Minyak Nilam
Kromatogram hasil analisis komponen kimia penyusun minyak nilam Aceh Sidikalang
menggunakan GC-MS ditunjukkan pada Gambar 4. Sedangkan komponen-komponen kimia
penyusun minyak nilam hasil analisis terdapat dalam Tabel 2. Pada Tabel 2, komponen-komponen
kimia penyusun minyak nilam yang mempunyai presentase terbesar berdasarkan persentase area
adalah patchouli alcohol (33,59%), Alpha-bulnesene (18,19%), Alpha-Guaiene (14,55%),
Seychellene (7,31%), dan Alpha-Patchoulene (4,9%). Terdapatnya perbedaan komponen-komponen
penyusun minyak nilam dari spesies yang sama secara kualitatif dan kuantitatif bisa disebabkan
karena perbedaan faktor-faktor lingkungan daerah asal yang berbeda yang sangat mempengaruhi
komposisi kimia dari minyak atsiri tersebut [6].
Studi Perolehan ..., Yora Faramitha, FT UI, 2013
Gambar 4. Kromatogram Analisa Komposisi Kimia Penyusun Minyak Nilam
Tabel 2. Komponen – Komponen Kimia Penyusun Minyak Nilam.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Komponen
beta-Patchoulene
beta- Elemene
trans-Caryophyllene
alpha-Guaiene
Seychellene
alpha-humulene
alpha-patchoulene
Isoledene
Patchoulene
trans-caryophyllene
alpha-Guaiene
2-Isopropenyl-4a,8-Dimethyl1,2,3,4,4a,5,6,8a-OctahydroNaphthalen
RT
20.001
20.12
21.409
21.997
22.499
22.702
22.966
23.076
23.187
23.255
23.45
24.283
Area %
2.08
0.61
2.9
14.55
7.31
0.57
4.9
1.69
1.08
0.44
0.44
3.67
13
14
15
16
17
18
Alpha-bulnesene
7-epi-alpha-selinene
caryophyllene oxide
veridiflorol
Alpha-selinene
Patchouli alcohol
24.639
25.141
27.621
29.048
30.229
30.747
18.19
0.22
0.71
0.75
2.55
33.59
Studi Perolehan ..., Yora Faramitha, FT UI, 2013
3.5
Analisis Kandungan Minyak Nilam Berdasarkan Rentang Waktu Penyulingan
Pengambilan minyak nilam berdasarkan rentang waktu penyulingan bertujuan tujuan untuk
mempelajari faktor difusi minyak nilam. Data hasil penelitian perolehan minyak nilam berdasarkan
rentang waktu penyulingan dapat dilihat pada Tabel 3. Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa komponen
dengan berat molekul 136 g/mol dan 204 g/mol mempunyai kecendrungan persentase area yang
menurun dari rentang waktu 0-10 ke rentang waktu 30-40. Sebaliknya, Komponen kimia penyusun
minyak nilam dengan berat molekul 220 g/mol dan 222 g/mol mempunyai kecendrungan persentase
area yang meningkat dari rentang waktu 0-10 ke rentang waktu 30-40. Dari data yang didapatkan
menunjukkan ada pengaruh berat molekul terhadap proses difusi minyak nilam dari jaringannya.
Komponen-komponen kimia yang mempunyai berat molekul lebih kecil akan tersuling dahulu
sehingga pada rentang waktu 0-10 didapatkan persentase area yang besar. Hal tersebut berlaku pula
sebaliknya untuk komponen kimia dengan berat molekul yang lebih besar. Untuk Patchouli Alcohol,
persentase areanya mengalami peningkatan yang cukup besar dari rentang 0-10 ke rentang 30-40,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama proses penyulingan maka semakin besar kadar
patchouli alcohol yang terkandung dalam minyak nilam.
Studi Perolehan ..., Yora Faramitha, FT UI, 2013
Tabel 3. Persentase Area Beberapa Komponen Kimia Penyusun Minyak Nilam
Berdasarkan Rentang Waktu
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Komponen
Senyawa
alpha.-Terpinene
beta-Patchoulene
beta- Elemene
trans-Caryophyllene
alpha-Guaiene
Seychellene
alpha-humulene
alpha-patchoulene
Patchoulene
alpha-Guaiene
germacrene
2-isopropenyl-4a,8dimethyl1,2,3,4,4a,5,6,8aoctahydronaphthalen
Alpha-bulnesene
7-epi-alpha-selinene
caryophyllene oxide
Patchouli alcohol
136
204
204
204
204
204
204
204
204
204
204
Persentase
Area
komponen
senyawa pada rentang waktu
penyulingan(menit ke-)
0-10
10-20 20-30 30-40
0,13
0,14
0,14
0,11
3,59
2,2
1,55
1,23
0,83
0,78
0,72
0,56
4,5
3,46
2,6
2,1
21,43
17,25 13,02
10,52
10,55
8,79
6,91
5,72
0,81
0,73
0,61
0,5
7
5,97
4,69
3,87
2
1,77
1,43
0,85
0,63
0,59
0,5
0,41
0,16
0,15
0,14
0,11
204
4,44
4,69
3,98
3,35
204
204
220
222
20,73
0,23
0,83
15,15
22,42
0,27
0,6
22,41
19,41
0,25
0,8
33,94
16,65
0,22
0,91
42,26
Berat
molekul
(g/mol)
Studi Perolehan ..., Yora Faramitha, FT UI, 2013
3.6
Morfologi Daun Nilam Sebelum Dan Sesudah Penyulingan.
Uji SEM dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui letak produksi minyak atsiri pada
daun nilam dan mengetahui pengaruh tekanan dari uap yang mendorong minyak atsiri
berdifusi keluar dari jaringan daun terhadap bentuk morfologi daun. Gambaran umum
morfologi daun nilam hasil karakterisasi SEM terdapat pada Gambar 5. Dari Gambar 5
terlihat bahwa permukaan daun nilam terdiri dari banyak tonjolan sel epidermis atau dikenal
dengan nama trikoma. Terdapat banyak trikoma non-glandular dan trikoma glandular.
Trikoma non-glandular diidentifikasi dari strukturnya yang berbentuk rambut, yang
merupakan sel basal yang besar dan panjang. Trikoma glandular yang diidentifikasi dari
strukturnya yang berbentuk bulatan. Pada gambar terlihat trikoma glandular jenis short-stalk
capitae. Short-stalk capitae terdiri dari 1 sel basal, pendek, dan uniselular atau biselular [7].
Trikoma glandular jenis short-stalk capitae merupakan jenis trikoma glandular yang paling
umum ditemui pada tanaman Lamiaceae [8]. Hasil analisis SEM yang dilakukan
menunjukkan perbedaan morfologi daun sebelum dan sesudah penyulingan. Hal ini terlihat
dari banyaknya jaringan yang rusak setelah penyulingan. Pada Gambar 6 terlihat morfologi
permukaan daun yang berantakkan dan trikoma non-glandular menjadi tidak beraturan.
Menurut dugaan, kerusakan ini terjadi akibat dorongan uap saat proses destilasi uap
berlangsung yang membuat minyak atsiri keluar dari jaringan.
Gambar 5. Hasil Karakterisasi SEM Morfologi Daun Nilam Perbesaran 100 Kali
Keterangan : A = trikoma glandular
B = trikoma non-glandular
Studi Perolehan ..., Yora Faramitha, FT UI, 2013
Gambar 6. Hasil Karakterisasi SEM Morfologi Daun Nilam Sesudah
Penyulingan Perbesaran 100 Kali
3.7
Analisis Fenomena Proses Terlepasnya Minyak Atsiri dari Jaringan Daun Nilam
Gambaran fenomena proses terlepasnya minyak atsiri dari jaringan nilam dianalisa dari
percobaan, pengolahan data, dan uji yang dilakukan yang dikaitkan dengan sumber literatur.
Dari uji SEM yang dilakukan, didapatkan gambaran trikoma glandular yang merupakan
tempat minyak nilam diproduksi (Gambar 5). Meskipun minyak nilam diproduksi di jaringan
terluar, yaitu epidermis, minyak nilam tidak dapat keluar dari membran epidermis begitu saja.
Minyak nilam tersimpan banyak di dalam vakuola daun [9]. Vakuola daun terdapat di dalam
membran sel yang dilindungi oleh dinding sel. Selain itu, komponen kimia penyusun minyak
nilam mempunyai berat molekul yang besar (Tabel 3) dan struktur molekul yang rumit,
sehingga komponen-komponen kimia penyusun minyak nilam mempunyai titik didih yang
tinggi [10]. Oleh karenanya, minyak nilam yang terdapat di dalam jaringan daun tidak dapat
berdifusi keluar dari jaringan daun tanpa adanya energi yang mendorong minyak tersebut
untuk keluar.
Pada proses destilasi uap, minyak nilam teruapkan atau terbebaskan dari jaringan daun
akibat adanya uap air dan panas. Tekanan dari uap air berdifusi melalui pori-pori jaringan
daun, menembus dinding sel, dan kemudian menguapkan minyak nilam yang tersimpan di
vakuola. Adanya panas dan tekanan dari uap air yang menembus jaringan membuat jaringan
daun nilam rusak (Gambar 6). Bila melihat kondisi operasi yang digunakan saat penelitian,
suhu yang digunakan hanya 100oC dengan tekanan 1 atm. Sedangkan pada minyak nilam,
Studi Perolehan ..., Yora Faramitha, FT UI, 2013
komponen utamannya, yaitu Patchouli Alcohol mempunyai titik didih yang tinggi, yaitu
287,4oC pada tekanan 1 atm. Dalam logikanya, liquid baru dapat menguap ketika dikenakan
suhu yang mencapai titik didihnya. Sedangkan dari hasil penelitian, uap air dan panas 100oC
dapat menguapkan dan membawa minyak nilam yang bertitik didih tinggi keluar dari jaringan
daun. Fenomena yang janggal ini dijawab dengan menggunakan Hukum Raoult dan Hukum
Dalton mengenai tekanan uap parsial dari masing-masing komponen liquid yang bercampur.
Liquid yang bercampur akan menguap saat total tekanan uap dari liquid yang bercampur
tersebut sama dengan tekanan disekitarnya (tekanan atm) [11]. Dari pengolahan data yang
dilakukan, campuran uap air dan minyak nilam mempunyai titik didih mendekati 100oC.
Sehingga, pada suhu 100oC minyak nilam dapat teruapkan jauh dibawah titik didih
seharusnya karena hadirnya uap air dalam jaringan tersebut.
4.
Kesimpulan
• Penyulingan minyak nilam menggunakan sistem destilasi uap sederhana dalam
penelitian ini dapat menghasilkan rendemen sebesar 3,36 %, dengan menggunakan
kondisi operasi optimal yang didapat dari percobaan, yaitu penyulingan selama 4 jam
dan massa daun nilam sebesar 200 g. Berdasarkan hasil GC-MS, kadar komponen kimia
utama penyusun minyak nilam (patchouli alcohol) adalah sebesar 33,59%.
• Berat molekul komponen kimia penyusun minyak nilam mempengaruhi kecepatan
tersulingnya minyak nilam.
• Terdapat perbedaan morfologi daun nilam sebelum dan sesudah penyulingan. Morfologi
permukaan daun nilam setelah penyulingan terlihat rusak dan lebih berantakan.
• Minyak nilam dapat terdifusi keluar dari jaringan daun nilam akibat adanya tekanan uap
air dan panas yang menerobos jaringan daun nilam yang bersifat semipermeabel, lalu
menguapkan minyak nilam dan membawanya keluar dari jaringan.
Studi Perolehan ..., Yora Faramitha, FT UI, 2013
Daftar Rujukan:
[1]
Pusat Data dan Informasi Pertanian. (2010). Outlook komoditas pertanian perkebunan.
Jakarta : Penulis.
[2]
Barus, Pina. (2008). Desain alat penyulingan minyak nilam untuk meningkatkan
rendemen dan mutu. Jurnal Penelitian Rekayasa,1, 37-40
[3]
Harunsyah. (2012). Peningkatan rendemen dan mutu minyak nilam aceh dalam rangka
merebut peluang pasar internasional. 288-295.
[4]
Ketaren, S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: PN Balai Pustaka.
[5]
Rusli, S. (1974). Pengaruh kepadatan dan lama penyulingan terhadap rendemen dan
mutu minyak nilam. Bogor: Balai Besar Tanaman Rempah dan obat.
[6]
Aisyah, Y., et al . (2008). Komposisi kimia dan sifat antibakteri minyak nilam
(Pogostemon cablin). Majalah Farmasi Indonesia, 151-156.
[7]
Talip, N., Rahman, R. A., Latip, J., Sharif, I., & Rusydi, A. (2013). Morphology of
trichomes in Pogostemon cablin Benth (Lamiceae). Australian Journal of Crop Science,
744-749.
[8]
Ascensao, L., Mota, L., Castro, MD. (1999). Glandular trichomes on the leaves and
flowers of Plectranthus ornatus: morphology, distribution and histochemistry. Ann
BotLondon, 84, 437-447.
[9]
Guenther, E. (1949). Essential Oils. New York: Van Nostrand Reinhold Company.
[10] Luebke, W. (2012). The Good Scents Company. The Good Scents Company:
http://www.thegoodscentscompany.com/
[11] Tandon, S. (2008). Distillation technology for essential oils. In S. Handa, S. Khanuja, G.
Longo, & D. Rakesh, Extraction technologies for medicinal and aromatic plants (pp.
115-127). Italy: ICS-UNIDO.
Studi Perolehan ..., Yora Faramitha, FT UI, 2013
Download