survei gaya berat dan audio magnetotelurik (amt) daerah panas

advertisement
SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT)
DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR
PROVINSI SUMATERA BARAT
Muhammad Kholid, M. Nurhadi
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi
Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Daerah panas bumi Pariangan berada di wilayah Kabupaten Tanah Datar, Provinsi
Sumatera Barat. Keberadaan sistem panas bumi di daerah ini ditandai dengan manifestasi
panas bumi berupa mata air panas yang tersebar di dua daerah yaitu mata air panas
Pariangan yang terdapat di bagian barat dengan temperatur 49,10C dan mata air panas
Sopandidih yang terdapat dibagian tenggara dengan temperatur 35,5 0C. Survei AMT
menunjukkan sebaran tahanan jenis rendah (< 30 Ohm-m) terdapat pada mulai kedalaman
500 meter, lapisan tahanan jenis rendah ini diperkirakan sebagai lapisan yang berfungsi
sebagai batuan penudung/caprock. Lapisan tahanan jenis sedang dengan nilai 30-200
Ohm-m terdapat di bawah lapisan tahanan jenis rendah dan diperkirakan merupakan zona
yang berfungsi sebagai reservoir panas bumi. Hasil gaya berat menunjukkan keberadaan
struktur yang berarah baratdaya-timurlaut, struktur-struktur ini yang mengontrol munculnya
manifestasi mata air panas tersebut. Hasil kompilasi geosain terpadu (geologi, geokimia
dan geofisika) menunjukkan daerah prospek panas bumi meliputi daerah mata air panas
Pariangan yang diperkirakan masih membuka ke arah utara yaitu ke arah puncak Gunung
Marapi. Daerah prospek ini dibatasi oleh struktur yang berarah baratdaya-timurlaut dengan
luas sekitar 18.8 km2 . Estimasi potensi energi panas bumi di daerah Pariangan sekitar 74
MWe pada kelas sumber daya hipotetis.
Kata kunci : magnetotelurik, panas bumi, Gunung Talang
.
PENDAHULUAN
Daerah panas bumi Pariangan yang
secara administratif berada di wilayah
Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera
Barat terdapat pada jalur zona Sesar
Sumatera dan gunung api aktif,
yang
melintang mulai dari Sabang di utara
sampai Teluk Semangko di selatan
(Gambar 1). Keberadaan sistem panas
bumi di daerah ini ditandai dengan
manifestasi panas bumi berupa mata air
panas yang tersebar di dua lokasi yaitu
mata air panas Pariangan yang terdapat di
bagian barat dengan temperatur 49,10C dan
mata air panas Sopandidih yang terdapat
dibagian tenggara dengan temperatur 35,5
0
C.
Survei geofisika yang meliputi metode
gaya berat dan Audio Magnetotelurik (AMT)
yang telah dilakukan di daerah ini bertujuan
untuk memperoleh data keprospekan
daerah panas bumi Pariangan dari tinjauan
data geofisika dan menjadi data pendukung
yang menguatkan bagi evaluasi geosain
terpadu keprospekan daerah panas bumi
Pariangan. Metode gaya berat dan AMT
merupakan metode pasif yang menerima
sinyal dari alam dan tidak membutuhkan
source untuk memperoleh respon bumi.
Hasil pemodelan bawah permukaan berupa
sebaran densitas dan tahanan jenis bawah
permukaan dapat menentukan model yang
merepresentasikan konsep pemodelan dari
sistem panas bumi. Kedua metode ini
merupakan metode yang saat ini banyak
digunakan, dikarenakan kedua metode ini
dapat memperkirakan keberadaan struktur
dan lapisan bawah permukaan, sehingga
dapat menetukan daerah yang diperkirakan
sebagi daerah prospek panas bumi.
GEOLOGI
Stratigrafi daerah Pariangan terdiri
dari satuan batuan yaitu Satuan Batu
Sabak, Satuan Metagamping, Satuan
Metabatupasir, Granit, Satuan Batupasir
Kuarsa,
Satuan Konglomerat, Satuan
Jatuhan Piroklastik Tua, Satuan Vulkanik
Tua Raja, Satuan Lava Pra-Marapi, Satuan
Jatuhan Piroklastik Marapi, Satuan Aliran
Piroklastik Marapi, Satuan Lava Marapi,
Satuan Lahar Marapi, Satuan Lava
Sibakaljawi, Satuan Aliran Piroklastik
Sibakaljawi, Satuan Jatuhan Piroklastik
Sibakaljawi, Satuan Lava Parapati, Satuan
Aliran Piroklastik Parapati, Satuan Jatuhan
Piroklastik Parapati, Satuan Lava Gantung,
Satuan Aliran Piroklastik Gantung, Satuan
Jatuhan Piroklastik Gantung,
Struktur geologi yang berkembang di
daerah ini sangat dipengaruhi oleh kegiatan
tektonik sesar sumatera dan juga pola sesar
radial mengikuti perkembangan vulkanisme
komplek Marapi. Pola utama rekahan dan
sesar berarah baratlaut – tenggara dan orde
selanjutnya
berupa
kelurusan
sesar
baratdaya – timur laut yang kemungkinan
merupakan antitetik dari sesar utama dan
orde ketiga berupa rekahan yang berarah
hampir utara – selatan..(Gambar 2).
GAYA BERAT
Pengukuran
gaya
berat
yang
dilakukan di daerah Pariangan mencakup
daerah manifestasi mata air panas
Pariangan yang terdapat di sebelah barat
dan mata air panas Sopandidih yang
terdapat dibagian tenggara. Pengukuran
gaya berat menggunakan alat Gravimeter
Scintrex CG-5 dari Kanada dengan jumlah
titik ukur gaya berat sebanyak 224 titik dan
sebaran titik ukur gaya berat dapat dilihat
pada Gambar 3.
Hasil gaya berat
berupa anomali
Bouguer, didapatkan dengan nilai antara
-220 mGal sampai dengan -184 mGal. Pola
umum liniasi kontur memperlihatkan pola
liniasi yang berarah
baratlaut-tenggara.
Pola arah liniasi ini sangat dipengaruhi oleh
struktur geologi yang berarah baratlauttenggara. Ditinjau secara regional pola
anomali rendah yang terdapat di bagian
tengah ke arah utara diinterpretasikan
sebagai respon dari keberadaan produk
vulkanik mudari dari Gunung Marapi.
Anomali tinggi di bagian timur diperkirakan
dipengaruhi oleh batuan lahar Marapi yang
memiliki nilai densitas yang lebih besar,
sedangkan anomali tinggi dibagian selatan
ke arah barat merupakan batuan metamorf
yang terdiri dari batuan Sabak berumur
pra-Tersier. Pola liniasi anomali rendahtinggi dengan kontras densitas yang sangat
jelas yang berarah baratlaut-tenggara
memiliki arah yang selaras dengan struktur
geologi yang ada di daerah ini. Anomali
regional yang mencerminkan batuan secara
regional memiliki tren yang hampir sama
dengan anomali Bouguernya dimana
anomali regional memiliki pola liniasi yang
berarah baratlaut-tenggara yang sesuai
dengan arah struktur geologi.
Peta anomali sisa memperlihatkan
pola sebaran yang agak berbeda dengan
sebaran anomali Bouguernya. Perubahan
pola sebaran yang signifikan antara anomali
Bouguer (sebelum dikoreksi) dengan
sebaran anomali setelah (residual) adalah
di bagian tengah dan timur. Sebelumnya di
bagian tengah terisi oleh nilai anomali
rendah setelah dikoreksi muncul anomali
tinggi berselingan dengan anomali rendah,
begitu juga dengan di bagian timur yang
sebelumnya terisi oleh anomali tinggi
setelah dikoreksi muncul anomali rendah.
Pada anomali sisa, nilai tinggi yang
diperkirakan
sebagai
respon
batuan
metamorf dibagian barat terlihat makin jelas.
Mata air panas Pariangan dan Sopandidih
muncul pada zona anomali rendah, anomali
rendah ini diperkirakan merupakan zona
lemah karena adanya zona kekar yang terisi
fluida. Anomali sisa rendah yang tersebar
di bagian utara ditempati oleh produk
Gunung Marapi berupa lahar dan jatuhan
piroklastik. (Gambar 4)
AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT)
Pengukuran Audio Magneto Telurik
(AMT) di daerah panas bumi Pariangan
menggunakan alat GDP-32 dari Zonge, titik
ukur AMT berjumlah 60 tiitik ukur dengan
sebaran titik ukur meliputi manifestasi mata
air panas Pariangan dibagian baratlaut dan
mata air panas Sopandidih disebelah
tenggara, sebaran titik ukur AMT dengan
jarak antar titik sejauh 1000 meter dan jarak
antar lintasan 2000-2500 meter. Pada
Gambar 5 memeprlihatkan sebaran titik
ukur yang membentuk lintasan sebanyak 7
lintasan yang berarah baratdaya- timurlaut,
penentuan arah lintasan ini berdasarkan
dari struktur geologi daerah Pariangan yang
berarah baratlaut-tenggara.
Data time series didapatkan dari
pengukuran 2 komponen medan listrik. (Ex
dan Ey) serta 3 komponen medan magnet
(Hx, Hy dan Hz). Data yang didapat secara
umum dapat dikategorikan sebagai data
yang bagus, beberapa contoh data hasil
pengukuran berupa kurva tahanan jenis
terhadap frekuensi dapat dilihat pada
Gambar 6. Pemodelan 2D dilakukan
dengan menggunakan algoritma algoritma
Non Linear Conjugate Gradient (Rodi &
Mackie, 2001).
1. Sebaran Tahanan Jenis
Peta tahanan jenis dibuat berdasarkan
hasil pemodelan 2D dengan menggunakan
software WinGlink . Sebaran tahan jenis
secara lateral ditampilkan pada kedalaman
250 m, 500 m, 750 m dan 1000 m
(Gambar7).
Pola sebaran tahanan jenis pada
kedalaman 250 meter memperlihatkan pola
sebaran tahanan jenis yang didominasi oleh
sebaran tahanan jenis rendah dengan nilai
< 30 Ohm-m. Nilai tahanan jenis rendah ini
diperkirakan berasosiasi dengan batuan
produk Gunung Marapi berupa lahar atau
jatuhan piroklastik. Zona tahanan jenis
sedang (30-200 Ohm-m) terdapat di bagian
utara, tenggara dan di bagian barat. Zona
tahanan
jenis
sedang
diperkirakan
berasosiasi dengan batuan produk vulkanik
yang lebih kompak. Zona tahanan jenis
tinggi dengan nilai tahanan jenis >200 Ohmm terdapat di bagian barat, zona tahanan
jenis tinggi ini kemungkinan berasosiasi
dengan batuan metamorf dan/atau batuan
granit).
Pola sebaran tahanan jenis pada
kedalaman 500 meter memperlihatkan
sebaran tahanan jenis rendah mulai
menyempit di bagian tengah ke arah utara.
Sebaran tahanan jenis rendah ini masih
merupakan respon dari produk Gunung
Marapi. Zona tahanan jenis sedang mengisi
bagian tengah dan timur dan memiliki
sebaran yang lebih luas dibanding pada
peta sebelumnya. Zona tahanan jenis tinggi
terlihat lebih jelas dibagian barat, tahanan
jenis tinggi pada kedalaman ini juga terlihat
dibagian utara.
Pada kedalaman 750 meter sebaran
tahanan jenis menunjukkan zona tahanan
jenis rendah dibagian utara semakin jelas
terlihat, hal ini menegaskan keberadaan
lapisan batuan yang mengalami proses
hidrotermal lebih kuat. Penyebaran tahanan
jenis rendah ini memiliki pola yang masih
membuka kearah utara Zona tahanan jenis
sedang mengisi bagian tengah dan timur.
Zona tahanan jenis tinggi masih terlihat
dibagian barat dan juga terdapat dibagian
selatan.
Pola sebaran tahanan jenis pada
kedalaman 1000 meter
menunjukkan
sebaran tahanan jenis rendah masih
mendominasi dibagian tengah ke arah
utara, hal ini menunjukkan batuan yang
telah mengalami proses hidrotermal atau
batuan yang berfungsi sebagai batuan
penudung. Zona tahanan jenis tinggi di
bagian timur, barat, dan selatan
pada
kedalaman ini semakin terlihat dengan
jelas, hal ini diperkirakan bahwa batuan
metamorf dan/atau batuan
granit yang
berkorelasi dengan nilai tahan jenis tinggi ini
semakin jelas terlihat pada kedalaman 1000
meter
2. Pemodelan Tahanan Jenis 2D
Penampang tahanan jenis berarah
baratdaya-timurlaut, pada pembahasan
mengenai model 2D hasil inversi akan
dibahas dua buah lintasan yaitu lintasan 2
yang melewati mata air panas Pariangan
dan lintasan 6 yang terdapat di bagian
tenggara yang melewati mata air panas
Sopandidih. Pada lintasan 2 dapat dilihat
lapisan permukaan dengan tahanan jenis
dengan nilai 30-200 Ohm-m yang memiliki
ketebalan sekitar 500 meter. lapisan ini
tersebar di permukaan sepanjang lintasan.
Nilai tahanan jenis sedang pada
lintasan ini memiliki ketebalan yaitu 500-700
meter dan diperkirakan sebagai respon dari
produk vulkanik muda atau jatuhan
piroklastik. Tahanan jenis tinggi yang
berada di bagian bawah tahanan jenis
sedang
di
sebelah
baratdaya
diinterpretasikan masih sebagai batuan
metamorf berupa batu Sabak. Dibawah titik
AMTP13 hingga AMTP 17 pada kedalaman
2000 meter terdapat tahanan jenis sedang
yang berada dibawah lapisan tahanan jenis
rendah, kemungkinan tahanan jenis sedang
ini merupakan zona reservoir panas bumi
yang ada didaerah ini (Gambar 8).
Hasil
pemodelan
lintasan
6
memperlihatkan pola lapisan yang berbeda
dengan penampang tahanan jenis yang
terdapat di bagian utara, dimana secara
umum hanya terlihat dua lapisan tahan jenis
yaitu tahanan jenis sedang yang terdapat
hingga kedalaman 1000 meter dan lapisan
tahanan jenis tinggi terdapat pada mulai
kedalaman 1000 meter. Lapisan dengan
nilai tahanan jenis tinggi diperkirakan
berasosiasi dengan batuan dasar yang
berupa
batuan
granit
atau
batu
Sabak(Gambar 9).
DISKUSI
Hasil pemodelan tahanan jenis 2D dari
data AMT menggambarkan susunan lapisan
batuan model sistem panas bumi dimana
dari
peta
sebaran
tahanan
jenis
diinterpretasikan bahwa sebaran tahanan
jenis rendah yang diperkirakan sebagai
lapisan yang berfungsi sebagai lapisan
penudung mulai terdapat pada kedalaman
500 meter, sedangkan ke arah selatan pola
sebaran tahanan jenis rendah ini memiliki
pola melidah. Dari penampang model 2D
memperlihatkan lapisan permukaan dengan
ketebalan sekitar 500 meter yang terdapat
disepanjang lintasan, yang diikuti oleh
lapisan metamorf dengan tahanan jenis
sedang dan kemudian batuan granit yang
direspon dengan tahanan jenis tinggi di
bagian barat laut sedangkan di bagian timur
dibawah batuan metamorf terdapat lapisan
tahanan jenis rendah yang diperkirakan
merupakan batuan yang telah mengalami
proses hidrotermal yaitu berupa batuan
alterasi, lapisan ini yang diperkirakan
merupakan batuan penudung (caprock).
Lapisan penudung ini terlihat ke arah
timurlaut semakin dalam. sedangkan di
bawah lapisan tahanan jenis rendah
terdapat tahanan jenis sedang yang
diperkirakan merupakan reservoir dari
sistem panas bumi di daerah Pariangan.
Mata air panas Pariangan muncul melalui
celah-celah dari struktur yang ada di daerah
ini yang
berasal dari reservoir yang
memiliki kedalaman sekitar 1500 meter.
Mata air panas ini menurut data kimia
merupakan tepian upflow dari sistem panas
bumi Marapi dimana air dari dalam tertahan
oleh batuan alterasi di sekitar Pariangan
dan mengalir ke arah tenggara dengan
munculnya air panas Sopandidih. Hasil
gaya berat menunjukkan liniasi-liniasi kontur
sebagai indikasi adanya struktur geologi
berupa sesar dengan arah baratlauttenggara dan baratdaya-timurlaut. Zona
anomali rendah yang terdapat dua mata air
panas diperkirakan merupakan zona lemah
yang diperkirakan sebagai daerah yang
terdapat sistem panas panas bumi.
Hasil survei gaya berat dan AMT
kemudian dikompilasikan dengan data
geosain lainnya yang meliputi data geologi
dan geokimia membentuk peta kompilasi
geosain (Gambar 10). Berdasarkan peta
kompilasi tersebut, daerah prospek panas
bumi Pariangan berada di bagian utara
yaitu di sekitar mata air panas Pariangan
dengan luas sekitar 18.8 km2.
KESIMPULAN
Daerah prospek panas bumi Pariangan
berada di daerah pemunculan manifestasi
mata air panas Pariangan, penyebaran
daerah prospek masih membuka kearah
utara atau ke arah Gunung Marapi. Lapisan
batuan penudung yang berasosiasi dengan
tahanan jenis rendah dengan nilai < 30
Ohmm diperkirakan terbentuk pada. Batuan
vulkanik yang teralterasi Lapisan penudung
mulai terdeteksi pada kedalaman sekitar
500 meter. Lapisan reservoir diduga
tersusun dari batuan dengan tahanan jenis
berikisar 30-200 ohmm dengan puncak
reservoir berada pada kedalaman sekitar
1500 meter. Luas daerah prospek panas
bumi sekitar 18.8 km2, dengan potensi
panas sekitar 74 MWe pada kelas
cadangan terduga.
DAFTAR PUSTAKA
Geothermal Departement, Basic Concept of
Magnetotelluric Survey in Geothermal
Fields., West Japan Engineerring
Consultants, Inc.
Lawless, J., 1995. Guidebook: An
Introduction to Geothermal System.
Short course. Unocal Ltd. Jakarta.
Sheriff, R. E., 1982. Encyclopedic Dictionary
of Exploration Geophysics, Society
of Exploration Geophysicists, Tulsa,
Oklahoma.
Tim Survei Terpadu, 2014. Penyelidikan
Panas
Bumi
Terpadu
Geologi,
Geokimia
Daerah
Panas
Bumi
Pariangan,Provinsi Sumatera Barat,
Pusat Sumber Daya Geologi, Badan
Geologi. (Unpubl. Report).
Telford, W.M. et al, 1982. Applied
Geophysics. Cambridge University
Press. Cambridge.
Van Bemmelen (1949) Geology of
Indonesia
Gambar 1 Peta Lokasi daerah Panas Bumi Pariangan
Gambar 2 Peta Geologi daerah panas bumi Pariangan
Gambar 3 Peta titik ukur gaya berat daerah Panas Bumi Pariangan
Gambar 4 Peta Anomali Gaya Berat
Gambar 5 Peta titik ukur AMT
Gambar 6 Kurva Tahanan jenis hasil pengukuran AMT
Gambar 7. Peta tahanan jenis per kedalaman
Baratdaya
MAP Pariangan
Timurlaut
Gambar 8 Penampang Model 2D sebaran tahanan jenis lintasan 2
Baratdaya
Air Panas Sopandidi
Timurlaut
Gambar 9 Penampang Model 2D sebaran tahanan jenis lintasan 6
Gambar 10. Peta Kompilasi geosains daerah prospek
Download