BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah Perbankan 2.1.1.1 Asal Mula Kegiatan Perbankan Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Jika ditelusuri sejarah dikenalnya kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang. Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat menukarkan uang. Dalam perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu mungkin penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran uang ini sekarang dikenal dengan nama pedagang valuta asing (money changer). Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kegiatan operasional perbankan berkembang menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang. Uang yang disimpan dari masyarakat oleh perbankan dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya. Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan semakin meningkat dan beragam, maka peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara maju maupun negara berkembang. Bahkan dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan modern, perbankan semakin mendominasi perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara. Bahkan aktivitas dan keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan suatu negara. 2.1.1.2 Sejarah Perbankan Indonesia Usaha perbankan itu sendiri baru dimulai dari zaman Babylonia kemudian dilanjutkan ke zaman Yunani Kuno dan Romawi. Namun, pada saat itu tugas utama bank hanyalah sebagai tempat tukar-menukar uang.Seiring dengan perkembangan perdagangan dunia, perkembangan perbankan pun semakin pesat karena perkembangan dunia perbankan tidak terlepas dari perkembangan perdagangan. Perkembangan perdagangan semula hanya di daratan Eropa dan akhirnya menyebar ke Asia Barat. Bank-bank yang sudah terkenal pada saat itu di Benua Eropa adalah Bank Venesia tahun 1171, kemudian menyusul Bank of Genoa dan Bank of Barcelona tahun 1320. Sebaliknya perkembangan perbankan di daratan Inggris baru dimulai pada abad ke-16. Namun, karena Inggris yang begitu aktif mencari daerah perdagangan yang kemudian dijajah, maka perkembangan perbankan pun ikut dibawa ke negara jajahannya. Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada saat itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda. Bank-bank yang ada, yaitu antara lain : a. De Javasche NV b. De Post Paar Bank c. De Algemenevolks Crediet Bank d. Nederland Handles Maatscappij (NHM) e. Nationale Handles Bank (NHB) f. De Escompo Bank NV Di samping itu, terdapat pula beberapa bank-bank milik pribumi, China, Jepang dan Eropa lainnya. Bank-bank tersebut antara lain : a. Bank Nasional Indonesia b. Bank Abuan Saudagar c. NV Bank Boemi d. The Charteredbank of India e. The Yokohama Species Bank f. The Matsui Bank g. The Bank of China h. Batavia Bank Di zaman kemerdekaan perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain : a. Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 kemudian menjadi BNI 1946. b. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari De Algemene Volks Crediet Bank atau Syomin Ginko c. Bank Surakarta MAI (Maskapai Adil Makmur) tahun 1945. d. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946. e. Bank Dagang Nasional Indonesia Tahun 1946 di Medan. f. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta. g. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946. h. Bank Dagang Indonesia NV di Banjarmasin tahun 1949. i. Kalimantan Corporation Trading di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan Bank Pasifik. j. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari, kemudian merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949. 2.1.1.3 Sejarah Bank Pemerintah Seperti diketahui bahwa bangsa Indonesia mengenal dunia perbankan dari bekas penjajahnya, yaitu Belanda. Oleh karena itu, sejarah perbankan pun tidak terlepas dari pengaruh negara yang menjajahnya, baik untuk bank pemerintah maupun bank swasta nasional. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat sejarah bank-bank milik pemerintah, yaitu sebagai berikut : a. Bank Sentral Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) berdasarkan UU No. 13 Tahun 1968. Kemudian ditegaskan lagi dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999. Bank ini sebelumnya berasal dari De Javasche Bank yang dinasionalisasi tahun 1951. b. Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Bank ini berasal dari De Algemene Volkcrediet Bank, kemudian dilebur setelah menjadi Bank Tunggal dengan nama Bank Nasional Indonesia (BNI) unit II yang bergerak di bidang rural dengan eksim dipisahkan lagi menjadi : 1. Yang membidangi rural menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan UU No. 21 Tahun 1968. 2. Yang membidangi eksim dengan UU No. 22 1968 menjadi Bank Ekspor Impor Indonesia. c. Bank Negara Indonesia 1946 (BNI) Bank ini menjalankan fungsi BNI unit III dengan UU No 17 Tahun 1968 berubah menjadi Bank Negara Indonesia 1946. d. Bank Dagang Negara (BDN) BDn berasal dari Escompto Bank yang dinasionalisasi dengan PP No. 13 Tahun 1960, namun PP ini dicabut dan diganti dengan UU No. 18 Tahun 1968 menjadi Bank Negara. BDN satu-satunya bank pemerintah yang berada di luar Bank Negara Indonesia Unit. e. Bank Bumi Daya (BBD) BBD semula berasal dari Nederlandsch Indische Handles. Bank ini kemudian menjadi Nationale Handlesbank, selanjutnya bank ini menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV dan berdasarkan UU No. 19 Tahun 1968 menjadi Bank Bumi Daya. f. Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO) BAPINDO didirikan dengan UU No. 21 Tahun 1960 yang merupakan kelanjutan dari Bank Industri Negara (BIN) tahun 1951. g. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bank ini didirikan di daerah-daerah tingkat I. Dasar hokum pendiriannya adalah UU No.12 Tahun 1962. h. Bank Tabungan Negara (BTN) BTN berasal dari De Post Paar Bank yang kemudian menjadi Bank Tabungan Pos Tahun 1950. Selanjutnya menjadi Bank Negara Indonesia Unit V dan terakhir menjadi Bank Tabungan Negara dengan UU No. 20 Tahun 1968. i. Bank Mandiri Bank ini merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Pembangunan Indonesia dan Bank Ekspor Impor. Hasil merger keempat bank ini dilaksanakan pada tahun 1999. 2.1.1.4 Pengertian Bank dan Jenis Bank Menurut Fungsinya Bank adalah sebuah tempat dimana uang disimpan dan dipinjamkan. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dan menurut Kasmir (2008), pengertian bank merupakan perusahaan yang bergeak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, jenis perbankan menurut fungsinya, terdiri dari : a. Bank Sentral Adalah bank yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengerahan dana-dana, mengatur perbankan, mengatur perkreditan dan lain sebagainya. b. Bank Umum Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya berdasarkan jasa dalam lalu lintas pembayaran. c. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. 2.1.1.5 Fungsi Perbankan Terdapat empat fungsi utama jasa keuangan terutama bank bagi perekonomian. Pertama adalah menyediakan uang (a medium exchange, a store of value unit of account to measure the value of the transaction). Kedua adalah sebagai intermediasi keuangan. Ketiga sebagai penyedia sarana pemerintah dan pendistribusian risiko dalam perekonomian. Keempat sebagai salah satu bagian dari instrument kebijakan penstabil perekonomian. Aktivitas intermediasi keuangan yang dapat kita baca adalah kemampuan perbankan dalam memobilisasi dana masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau kredit. Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa menyangkut penyimpanan nilai dan perluasan kredit. Evolusi bank berawal dari tulisan dan berlanjut sampai sekarang dimana bank sebagai institusi keuangan yang menyediakan jasa keuangan. Sekarang ini bank adalah institusi yang memegang lisensi bank. Lisensi bank diberikan oleh otoriter supervise keuangan dan memberikan hak untuk melakukan jasa perbankan dasar, seperti menerima tabungan dan memberikan pinjaman. Yang pada mulanya kata bank berasal dari bahasa Italia yang berarti banca atau uang. Biasanya bank menghasilkan keuntungan dari biaya transaksi atas jasa yang diberikan dan bunga dari pinjaman. Adapun kegiatan antar bank yang dilakukan antara lain : - Memberikan pinjaman berkelompok (pool loan). - Kliring house dimana utang piutang antar bank diperhitungkan. 2.1.2 Kinerja 2.1.2.1 Pengertian Kinerja Dari uraian sebelumnya penilaian efisiensi dan produktivitas perusahaan dilakukan melalui kinerja perusahaan atas laporan manajemen dan laporan keuangan. Penilaian kinerja menurut Poerwadarminta (2003) menjelaskan pengertian tentang penilaian dan kinerja adalah proses atau cara menilai. Dalam bahasa inggris sering diartikan dengan kata measurement yang berarti sisi pengukuran. Sedangkan kinerja mempunyai pengertian kemampuan kerja. Dalam bahasa inggris kinerja sering diartikan sebagai performance yang mempunyai arti pelaksanaan. Kinerja dapat dipergunakan manajemen untuk melakukan penilaian secara periodik mengenai efektivitas suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun penilaian kinerja atau prestasi menurut Dessler (2008), penilaian kinerja adalah suatu prosedur yang mengaitkan pengaturan standar kerja, mengukur kinerja terkini dari karyawan yang dibandingkan dengan standar dan memberi timbal balik pada karyawan dengan tujuan untuk memotivasi karyawan dan menghilangkan kinerja yang buruk atau melanjutkan kinerja yang sudah baik. Selain itu menurut Sedarmayanti (2007) penilaian kinerja adalah uraian sistematik, tentang kekuatan/kelebihan dan kelemahan yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang/kelompok. Pengertian penilaian kinerja menurut Mulyadi (2007) adalah sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan oleh manajemen suatu perusahaan untuk mengukur measurement dan performance terkini dibandingkan dengan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan. 2.1.2.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Adanya pengukuran kinerja tentu memiliki tujuan dan manfaat bagi perusahaan dan berbagai pihak yang berkepentingan. Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran perusahaan dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya terjadi melalui umpan balik kinerja hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan. Menurut Mulyadi (2007) tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Sedangkan menurut Mulyadi (2007), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan. 3. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka dalam menilai kinerja bawahannya. 4. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. 5. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kinerja seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 2.1.2.3 Pengukuran dalam Penilaian Kinerja Untuk mengetahui sejauh mana kinerja karyawan, maka perlu diadakan penilaian terhadap kinerja karyawan dan dari penilaian tersebut dapat diketahui apakah kinerja yang dihasilkan karyawan telah memenuhi target yang ditentukan oleh organisasi atau tidak. Selanjutnya menurut Dessler (2008 : 295) menjabarkan metode yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan sebagai berikut : 1. Graphic rating scale method Supervisor menilai bawahannya dengan cara memberi tanda centang atau melingkari skor yang paling menggambarkan setiap kategori penilaian. 2. Alternation ranking method Mengurutkan ranking karyawan dari yang terbaik hingga yang terburuk di setiap kategori. 3. Paired comparison method Metode ini membantu metode ranking menjadi lebih tepat. Kita membandingkan antara satu karyawan dengan karyawan yang lain pada setiap kategori yang ada. 4. Forced distribution method Dengan metode ini, kita menentukan nilai prosentase terlebih dahulu pada setiap kategori kinerja yang ingin dinilai. 5. Critical incident method Supervisor membuat catatan tentang baik atau buruknya (critical incidents) kinerja bawahannya dan membahas hal ini bersama bawahannya pada waktu yang sudah ditentukan. 6. Narrative forms Asesmen naratif ini menolong karyawan dalam memahami dimana kinerja mereka baik atau buruk dan bagaimana untuk meningkatkan kinerja mereka. 7. Behaviorally anchored rating scale (BARS) Skala ini merupakan gabungan dari kejadian kritis yang diuraikan seccara naratif dengan peringkat kuantitatif, dimana setiap angkan kuantitatif dikaitkan dengan perilaku kerja yang baik dan buruk. 8. Management by objective Mengaitkan tujuan yang spesifik dan terukur dengan karyawan dan membahas perkembangan yang sudah tercapai secara periodik. 9. Computerized and web-based performance appraisal Supervisor memantau data kinerja karyawannya yang sudah terkomputerisasi yang diperbaharui setiap hari. Adapun menurut Mulyadi (2007) terdapat tiga macam pengukuran kinerja, yaitu : 1. Kriteria Tunggal (Singel Criteria) Mengukur kinerja karyawan dimana orang akan cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut dengan akibat diabaikannya kriteria lain, yang memungkinkan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya suatu perusahaan atau bagiannya. 2. Kriteria Beragam (Multiple Criteria) Aspek kinerja manajer dicari ukurannya, sehingga seorang manajer diukur kriterianya dengan beragam kriteria. Tujuannya agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja. 3. Kriteria Gabungan (Composite Criteria) Pembobotan angka tertentu kepada beragam kriteria kinerja untuk mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer, setelah memperhitungkan bobot beragam kriteria kinerja masing-masing. 2.1.2.4 Alat Ukur Penilaian Kinerja Perusahaan Penilaian kinerja dikembangkan untuk memberikan beberapa petunjuk bagi para manajer untuk mengevaluasi kinerja. Perkembangan alat ukur penilaian kinerja dan spesifikasi struktur penghargaan merupakan hal utama dalam organisasi atau perusahaan, karena alat ukur dan penilaian kinerja dapat mempengaruhi perilaku para manajer. Penilaian kinerja dapat mendukung tingkat keserasian tujuan. Dengan kata lain, penilaian kinerja mempunyai pengaruh dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2006), ada beberapa alat ukur kinerja perusahaan, yaitu : 1. Laba Atas Investasi (ROI) Merupakan alat ukur kinerja yang paling umum bagi pusat investasi, yaitu alat ukur kinerja yang mengaitkan laba operasi dengan akiva. Yang akan dipakai adalah menghitung laba yang dihasilkan per-rupiah investasi. 2. Laba Residual (Residual Income) Merupakan perbedaan antara laba operasi dan minimum pengembalian rupiah yang diperlukan aktiva operasi perusahaan. 3. Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added) Adalah laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya modal tahunan. Jika economic value added positif, berarti perusahaan menghasilkan kekayaan. Jika negatif, maka perusahaan tidak bisa menghasilkan kekayaan. 2.1.3 Laporan Keuangan 2.1.3.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai “alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana dalam proses tersebut semua transaksi yang terjadi akan dicatat, diklarifikasikan, diikhtisarkan untuk kemudian disusun menjadi suatu laporan keuangan. Dimana laporan keuangan tersebut akan terlihat data kuantitatif dari harga, hutang, modal, pendapatan dan biaya-biaya dari perusahaan yang bersangkutan. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan keuangan, berikut dikemukakan pengertian/definisi laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntasi Keuangan (2009), yaitu laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan-catatan dan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industry dan geografis serta pengungkapan pengaruh harga. Kemudian laporan keuangan menurut Fahmi (2012), yaitu laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Lebih lanjut Drs. S. Munawir (2007) menyatakan bahwa laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan alat untuk menginformasikan kondisi keuangan pada periode tertentu yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan. 2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009) disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang telah dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau dipertanggungjawabkan, berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk menahan, menjual investasi mereka dalam perusahaan atau untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi pemakainya dalam hal pengambilan keputusan tentang perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan atau pihak manajemen perusahaan tersebut. Manfaat dari laporan keuangan itu sendiri terletak pada interpretasi masing-masing pemakai laporan keuangan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009), pemakai laporan keuangan terdiri dari berbagai pihak dengan beberapa kepentingan, seperti yang dinyatakan sebagai berikut pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Menurut Fahmi (2012) ada beberapa pihak yang selama ini dianggap memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan yaitu : a. Kreditur Kreditur adalah pihak yang memberikan pinjaman baik dalam bentuk uang (money), barang (goods) mapun dalam bentuk jasa (services). Contoh kreditur yang memberikan pinjaman dalam bentuk uang adalah perbankan atau leasing. Pada saat pihak debitur mengajukan permohonan untuk meminjam sejumlah dana kepada kreditur, maka sudah menjadi kewajiban bagi pihak kreditur untuk melakukan pengecekan terhadap laporan keuangan pihak debitur. Karena dengan melihat dan meneliti setiap laporan keuangan tersebut pihak kreditur akan dapat memberikan sebuah rekomendasi apakah usulan pinjaman tersebut layak direalisasikan atau tidak, dan jika layak berapa angka yang harus direalisasikan. Karena bagi pihak kreditur ini menyangkut dengan kemampuan dari pihak debitur untuk mampu mengembalikan pinjaman tersebut. b. Investor Investor disini bisa mereka yang membeli saham tersebut atau bahkan komisaris perusahaan. Seorang investor berkewajiban untuk mengetahui secara mendalam kondisi perusahaan dimana ia akan berinvestasi atau pada saat ia sudah berinvestasi, karena dengan memahami laporan keuangan perusahaan tersebut artinya ia akan mengetahui berbagai informasi keuangan perusahaan. c. Akuntan Publik Akuntan publik adalah mereka yang ditugaskan untuk melakukan audit pada sebuah perusahaan. Dan yang menjadi bahan audit seorang akuntan publik adalah laporan keuangan perusahaan, untuk selanjutnya pada hasil audit ia akan melaporkan dan memberikan penilaian dalam bentuk rekomendasi. d. Karyawan Perusahaan Karyawan merupakan mereka yang terlibat secara penuh di suatu perusahaan. Dan secara ekonomi mereka mempunyai ketergantungan yang besar yaitu pekerjaan dan penghasilan yang diterima dari perusahaan tempat bekerja telah begitu berperan dalam membantu kehidupannya, terutama jika karyawan tersebut telah berkeluarga. Dengan begitu posisi perusahaan yang tergambarkan dalam laporan keuangan menjadi bahan kajian bagi para karyawan dalam memposisikan keputusan ke depan nantinya. e. Bapepam Bapepam adalah Badan Pengawas Pasar Modal. Bagi suatu perusahaan yang akan go public maka perusahaan tersebut berkewajiban untuk memperlihatkan laporan keuangannya kepada Bapepam dalam hal ini PT. Bursa Efek Indonesia. Bapepam bertugas untuk mengamati dan mengawasi setiap kondisi perusahaan yang go public. go public artinya perusahaan tersebut telah memutuskan untuk menjual sahamnya kepada publik dan siap untuk dinilai oleh publik secara terbuka. f. Underwriter Underwriter adalah penjamin emisi bagi setiap perusahaan yang akan menerbitkan sahamnya di pasar modal. g. Konsumen Konsumen adalah pihak yang menikmati produk dan jasa yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan. Dari sudut marketing konsumen dibagi menjadi dua, yaitu ada yang dimaksud dengan konsumen aktual dan konsumen potensial. Konsumen aktual adalah konsumen yang loyal terhadap produk dan jasa yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan. Dan konsumen potensial adalah konsumen yang berpotensi menjadi konsumen aktual h. Pemasok (supplier) Pemasok (supplier) merupakan mereka yang menerima order untuk memasok setiap kebutuhan perusahaan mulai dari hal-hal yang dianggap kecil sampai yang besar yang mana semua dihitung dengan skala finansial. i. Lembaga Penilai Lembaga penilai disini berasal dari berbagai latar belakang seperti GCG (Good Corporate Governance), WALHI (wahana lingkungan hidup), majalah, televisi, tabloid, surat kabar dan lainnya yang secara berkala membuat rangking perusahaan berdasarkan klasifikasi masing-masing seperti 10 perbankan terbaik versi majalah Warta Ekonomi misalnya. j. Asosiasi Perdagangan Asosiasi perdagangan ini mencakup mulai dari KADIN (Kamar Dagang dan Industri), HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), asosiasi pertekstilan Indonesia dan lainnya. Dimana organisasi tersebut menaungi berbagai perusahaan yang menjadi anggotanya dan setiap tahun diadakan rapat tahunan atau berbagai pertemuan lainnya yang membahas hal yang menjadi hambatan dalam aktivitas bisnis yang dijalankan dan tidak terkecuali seperti terjadinya penurunan angka penjualan. k. Pengadilan Laporan keuangan yang dihasilkan dan disahkan oleh pihak perusahaan adalah dapat menjadi barang bukti pertanggungjawaban kinerja keuangan, dan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan keuangan tersebut nantinya akan menjadi subjek pertanyaan dalam peradilan. l. Akademis dan Peneliti Pihak akademis dan peneliti adalah mereka yang melakukan research terhadap sebuah perusahaan. Sehingga dengan begitu kebutuhan akan informasi sebuah laporan keuangan yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan adalah mutlak, apalagi jika nanti penelitian tersebut dipublikasikan ke berbagai jurnal dan media massa baik nasional maupun internasional. m. Pemerintah Daerah Pemerintah daerah atau local government adalah mereka yang mempunyai hubungan kuat dengan kajian seperti akan lahirnya suatu perda (peraturan daerah) yang berkaitan dengan berbagai aspek. n. Pemerintah Pusat Pemerintah pusat adalah dengan segala perangkat yang dimilikinya telah menjadikan laporan keuangan perusahaan sebagai data fundamental acuan untuk melihat perkembangan pada berbagai sektor bisnis. Juga harus disadari bahwa terbentuknya angka-angka pada laporan keuangan tidak bisa dipungkiri dari regulasi dan deregulasi yang telah digulirkan. o. Pemerintah Asing Pemerintah asing merupakan pihak yang mengamati perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu negara, dimana misalnya negara tersebut saling memiliki keterkaitan dalam bentuk perjanjian dagang (trade contract) yang mencakup dalam berbagai bidang usaha. p. Organisasi Internasional Organisasi internasional disini seperti IMF (International Monetary Fund), WB (World Bank), ADB (Asian Development Bank), ASEAN, PBB dan lainnya. Mereka ini menjadi pihak yang turut andil dalam usaha menciptakan terbentuknya tatanan dunia baru. Dukungan baik financial dan non financial yang diberikan adalah menjadi ukuran kinerja dari lembaga tersebut, seperti kucuran dana yang diberikan oleh IMF dan WB pada beberapa negara. Dimana dana tersebut akan dikelola guna mendorong pertumbuhan ekonomi termasuk dana tersebut disalurkan bagi tumbuh dan berkembangnya private sector. Manfaat intern dari hasil interprestasi laporan keuangan dapat berupa tingkat kinerja keuangan perusahaan , kondisi keuangan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan saingan, efektivitas manajemen dalam pengoperasian perusahaan dan sebagainya. Sedangkan manfaat ekstern dari hasil interpretasi laporan bagi investor dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan untuk menanamkan dana atau menaikkan modalnya pada perusahaan, bagi kreditur yaitu membantu pengambilan keputusan dalam pemberian pinjaman pada perusahaan. Secara luas manfaat pokok yang diberikan oleh laporan keuangan adalah informasi mengenai tingkat kinerja keuangan perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan tersebut. Tingkat kinerja perusahaan dapat diketahui dengan melakukan analisis dan interpretasi terhadap laporan keuangan. Dari analisis tersebut, dapat diketahui potensi-potensi dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat menggunakannya sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 2.1.3.3 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Walaupun laporan keuangan merupakan informasi yang sangat berguna bagi berbagai pihak untuk pengambilan keputusan, tapi haruslah disadari bahwa laporan keuangan masih mempunyai sifat dan keterbatasan, dan keduanya haruslah menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputuan dari hasil analisis laporan keuangan. Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen yang bersangkutan. Menurut Munawir (2007) sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report, laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara: a. Fakta yang telah dicatat (recorded fact) Berarti bahwa laporan keuangan itu dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di dalam bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lampau, dan jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos itu dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut (at original cost). Dengan sifat yang demikian itu maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu perusahaan dalam kondisi perekonomian yang paling akhir, karena segala sesuatunya bersifat historis. b. Prinsip-prinsip dan kebiasaan dalam akuntansi Berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapananggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (General Accepted Accounting Principles), hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan pencatatan (expediensi) atau untuk keseragaman. c. Pendapat pribadi (personal judgment) Dimaksudkan bahwa walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan yang sudah menjadi standard praktek pembukuan namun penggunaan dari konvensikonvensi dan dalil dasar tersebut tergantung dari pada akuntan atau manajemen perusahaan yang bersangkutan. Judgment atau pendapat ini bergantung kepada kemampuan atau integritas pembuatnya yang dikombinasikan dengan fakta yang tercatat dan kebiasaan serta dalil dasar akuntansi yang telah disetujui akan digunakan dalam beberapa hal. Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain : a. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. Karena itu semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan nilai likuidasi atau realisasi dimana dalam interim report ini terdapat/terkandung pendapat-pendapat pribadi yang telah dilakukan oleh Akuntan atau Manajemen yang bersangkutan. b. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti atau tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standard nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep going concern atau anggapan bahwa perusahaan akan berjalan terus sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau harga perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya. c. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin juga diikuti dengan kenaikan tingkat harga. Jadi, suatu analisa dengan membandingkan data beberapa tahun tanpa membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan yang keliru (misleading). d. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang, misalnya reputasi dan prestasi perusahaan, adanya beberapa pesanan yang tidak dapat dipenuhi atau adanya kontrak-kontrak pembelian maupun penjualan yang telah disetujui, kemampuan serta integritas manajernya dan sebagainya. 2.1.3.4 Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan termasuk juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari : a. Neraca Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. Untuk dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu, neraca mempunyai tiga unsur laporan keuangan yaitu : aktiva, kewajiban dan ekuitas. Menurut Munawir (2007), masing-masing unsure tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Aktiva Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible asset) misalnya goodwill, hak paten, hak menerbitkan dan sebagainya. Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva Lancar Penyajian pos-pos aktiva lancar di dalam neraca didasarkan pada urutan likuiditasnya, sehingga penyajiannya dimulai dari aktiva yang paling likuid sampai dengan aktiva yang paling tidak likuid. Yang termasuk kelompok aktiva lancar (likuid) adalah kas, investasi jangka pendek (surat-surat berharga/marketable securities), piutang wesel, piutang dagang, persediaan, persediaan, piutang penghasilan, dan persekot (biaya di bayar di muka) Aktiva Tidak Lancar Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relative permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan. Yang termasuk aktiva tidak lancar adalah investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets), beban yang ditangguhkan (deffered charges) dan aktiva lain-lain. 2) Hutang Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang tidak lancar (hutang jangka panjang). Hutang Lancar Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar meliputi antara lain hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, biaya yang masih harus di bayar, hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, dan penghasilan yang diterima di muka (deffered revenue). Hutang Jangka Panjang Adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca), yang meliputi hutang obligasi, hutang hipotik dan pinjaman jangka panjang lainnya. 3) Modal Adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutanghutangnya. b. Laporan Laba Rugi Menurut Fahmi (2012), laporan laba rugi merupakan salah satu dari banyak bagian suatu paket laporan keuangan dan seperti bagian lainnya, laporan laba rugi merupakan bagian dari produk berbagai pilihan, dilaporkan seperti halnya kebijakan bisnis, kondisi ekonomi dan banyak variable yang memengaruhi hasil yang dilaporkan. Secara umum unsur-unsur yang terkandung dalam laporan laba rugi (income statement) adalah : 1) Penjualan (Sales) Penjualan merupakan penerimaan yang diperoleh dari pengiriman barang dagangan atau dari penyerahan pelayanan dalam bursa sebagai bahan pertimbangan. 2) Harga Pokok Penjualan (Cost of Good Solds) Harga pokok penjualan merupakan harga beli atau pembelian suatu barang yang dijual, dan juga disebut cost of good solds. 3) Depresiasi (Depreciation) Depresiasi adalah penurunan nilai yang terjadi secara berangsur-angsur dari waktu ke waktu. 4) Bunga (Interest) Bunga merupakan balas jasa yang harus diberikan atas dasar kesepakatan dalam pinjaman yang diberikan. 5) Pendapatan Sebelum Pajak (Earning Befor Tax) Pendapatan sebelum pajak (earning before tax) merupakan laba yang terlihat atau diperoleh sebelum dikurangkan dengan pajak. 6) Pajak (Tax) Pajak (Tax) merupakan pembayaran yang dibebankan oleh pemerintah atas penghasilan perorangan, perusahaan, tanah, barang-barang pemberian atau sumber-sumber lainnya untuk memberikan pemasukan bagi barang umum (public). 7) Laba Setelah Pajak (Earnings After Tax) Laba setelah pajak (earnings after tax) merupakan laba yang diperoleh setelah dikurangkan dengan pajak. 2.1.4 Analisis Laporan Keuangan 2.1.4.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Bagi investor beserta pihak lainnya yang berkeinginan untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan, maka perlu melakukan analisis laporan keuangan secara sistematis dan terukur. Dengan tujuan agar hasil yang diperoleh dapat dijadikan pendukung dalam proses pengambilan keputusan, terutama dukungan dalam keputusan jangka panjang. Menurut Harahap (2008), pengertian analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut Munawir (2010), analisis laporan keuangan diartikan sebagai berikut analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan juga dalam melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio-rasio laporan keuangan, dengan melakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan akan dapat menentukan suatu keputusan yang akan diambil. 2.1.4.2 Teknik Analisis Laporan Keuangan Pada dasarnya setiap teknik analisis yang digunakan dalam analisis laporan keuangan memiliki tujuan untuk mendapat pengertian yang lebih mendalam tentang perusahaan dan sebagai salah satu informasi untuk pengambilan keputusan. Menurut Munawir (2010), teknik analisis laporan keuangan terdiri dari : 1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan: a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah. b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah. c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase. d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio. e. Persentase dalam total. Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahanperubahan yang terjadi dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut. 2. Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. 3. Laporan dengan persentase per komponen (Common Size Statement), adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masingmasing aset terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. 6. Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari akun-akun tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari suatu periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor dari suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. 8. Analisis Break Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 2.1.5 Analisis Rasio Keuangan 2.1.5.1 Rasio sebagai Analisis Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Rasio menggambarkan suatu hubungan matematis antara suatu jumlah dengan jumlah yang lain. Penggunaan alat analisis berupa rasio dapat menjelaskan baik dan buruk posisi keuangan perusahaan terutama bila angka rasio ini dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Analisis rasio ini menghubungkan satu pos dengan pos lainnya dalam laporan keuangan dan memberikan gambaran yang jelas tentang hubungan antar pos tersebut. Pengertian ratio analysis menurut Gitman (2009) adalah ratio analysis involves methods of calculating and interpreting financial ratios to analyze and monitor the firm’s performance. Artinya bahwa analisa rasio meliputi metode-metode perhitungan dan menerjemahkan rasio-rasio keuangan untuk menganalisis dan memantau kinerja perusahaan. Sedangkan menurut Harahap (2009), analisis rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Analisa rasio seperti halnya alat-alat analisa lainnya adalah merupakan future oriented. Oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan factor-faktor di masa depan yang mungkin akan mempunyai posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian manfaat suatu angka rasio sepenuhnya tergantung kepada kemampuan atau kecerdasan penganalisa dalam menginterpretasikan data bersangkutan. Menurut Riyanto (2010), dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu : a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktuwaktu yang lalu (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara pembanding ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Kalau diketahui perubahan dari angka rasio tersebut maka dapatlah diambil kesimpulan mengenai tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan serta hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio standar) untuk waktu yang sama. Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek keuangan tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak dibawah rata-rata industri. Menurut Fahmi (2012), untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio, maka diperlukan adanya pembanding. Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam membandingkan rasio keuangan perusahaan, yaitu: 1. Cross sectional approach, merupakan suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat bersamaan. 2. Time series analysis, merupakan suatu cara dengan membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembanding antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperhatikan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. Menurut Riyanto (2010), apabila dilihat dari sumber darimana rasio ini dibuat, maka dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu: 1. Rasio neraca (Balance Sheet Ratios), yang digolongkan dalam katagori ini adalah semua data yang diambil dari atau bersumber dari neraca. 2. Rasio-rasio laporan laba-rugi (Income Statement Ratios), yang tergolong dalam kategori ini adalah semua data yang diambil dari laba-rugi. 3. Rasio-rasio antar laporan (Interstatement Ratios), yang tergolong dalam katagori ini adalah semua data yang diambil dari neraca dan laporan laba-rugi. Menurut Riyanto (2010), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu : 1. Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. 2. Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang. 3. Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya. 4. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan. 2.1.5.2 Manfaat Analisis Rasio Terdapat beberapa manfaat dalam melakukan analisis rasio. Menurut Fahmi (2012), adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan yaitu: a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan. b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan. c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahan dari perspektif keuangan. d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman. e. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi. 2.1.5.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan Dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan oleh pihak eksternal maupun pihak internal. Menurut Fahmi (2012), jenis-jenis rasio keuangan adalah : 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Contoh membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknisi, gaji lembur, tagihan telepon dan lain sebagainya. Karena itu rasio likuiditas sering disebut dengan short term liquidity. Beberapa rasio likuiditas secara umum sering digunakan adalah : a. Current Ratio Adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo. b. Quick Ratio (Acid Test Ratio) Adalah ukuran uji solvensi jangka pendek yang lebih teliti daripada rasio lancar karena pembilangnya mengeliminasi persediaan yang dianggap aktiva lancar yang sedikit tidak liquid dan kemungkinan menjadi sumber kerugian. 2. Rasio Solvabilitas / Leverage Rasio solvabilitas / leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Rasio solvabilitas / leverage antara lain : a. Debt to Total Assets / Debt Ratio Rasio ini disebut juga sebagai rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu diperoleh dari perbandingan total utang dibagi dengan total asset. b. Debt to Equity Ratio Rasio ini menilai laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor. 3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan menggunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat maksimal dengan memperoleh hasil yang maksimal. Rasio aktivitas yang umum digunakan antara lain : a. Inventory Turnover Rasio ini menilai sejauh mana tingkat perputaran persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. b. Total Assets Turnover Rasio ini menilai sejauh mana keseluruhan asset yang dimiliki oleh perusahaan menjadi perputaran yang efektif. 4. Rasio Profitabilitas Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas secara umum ada 4 (empat), yaitu : a. Gross Profit Margin Gross profit margin merupakan margin laba kotor. Margin laba kotor yang memperlihatkan hubungan antara penjualan dan beban pokok penjualan, mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk mengendalikan biaya persediaan atau biaya operasi barang maupun untuk meneruskan kenaikan harga lewat penjualan kepada pelanggan.. b. Net Profit Margin Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap penjualan. Rasio ini menunjukan kestabilan kesatuan untuk menghasilkan perolehan pada tingkat penjualan khusus. c. Return On Investment (ROI) Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan asset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan. d. Return On Equity (ROE) Rasio return on equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity. Di beberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau perputaran total asset. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk memberikan laba atau ekuitas. 5. Rasio Nilai Pasar Rasio nilai pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Rasio ini mampu memberi pemahaman bagi pihak manajemen perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakan dan dampaknya pada masa yang akan datang. Beberapa rasio nilai pasar yang umumnya digunakan adalah : a. Earning Pers Share (EPS) Earning per share atau pendapatan per lembar saham yaitu bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. b. Price Earning Ratio (PER) Price earning ratio (PER) adalah perbandingan antara market price per share (harga pasar per lembar saham) dengan earning per share. Bagi para investor semakin tinggi PER maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. 2.1.6 Rasio Profitabilitas 2.1.6.1 Pengertian Rasio Profitabilitas Laba merupakan tujuan utama dari semua perusahan yang beorientasi bisnis. Namun, perhitungan laba untuk jangka waktu tertentu hanya dapat diramalkan saja, karena perhitungan yang tepat baru dapat terjadi jika perusahaan mengakhiri kegiatan operasionalnya dan menjual semua produk yang ada. Dengan kata lain biaya produksi harus lebih kecil dari harga jual suatu produk. Menurut Skousen (2009) laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya. Adapun menurut Suwardjono (2008) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa). Menurut Munawir (2007), Rasio profitabilitas atau rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas/keuntungan yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan untuk operasi tersebut atau mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Untuk mengetahui profitabilitas perusahaan, maka perlu dilakukan penilaian atas kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Untuk melakukan penilaian tersebut diperlukan adanya ukuran yang tepat memberikan indikasi mengenai profitabilitas perusahaan. 2.1.6.2 Pengertian Return On Equity (ROE) Analisa Return On Equity (ROE) dalam menganalisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisa ROE ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur sejauh mana suatu perusahaan dapat mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atau ekuitas. Menurut Fahmi (2012), ROE adalah Return on equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity. Di beberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau perputaran total asset. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atau ekuitas. Menurut Kasmir (2011), pengertian ROE adalah rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income. Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi kerja yang diraih oleh suatu perusahaan, oleh karena itu pengukuran kinerja keuangan perusahaan juga memerlukan suatu analisis yang mampu menganalisis kemampuan perusahaan secara menyeluruh. Berdasarkan alasan tersebut, analisis kemampuan manajemen dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income seringkali dijadikan sebagai acuan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Menurut Kasmir (2008), ROE dapat diperoleh dengan rumus: ROE = Rasio ini menggambarkan kemampuan manajemen dalam mengelola capital/equity perusahaan yang ada untuk mendapatkan net income. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan capital perusahaan dalam kegiatan operasionalisasinya. Semakin tinggi rasio ROE maka semakin baik keadaan perusahaan tersebut. Artinya, posisi pemilik perusahaan semakin kuat, dan berlaku juga sebaliknya. 2.1.7 Rasio Nilai Pasar 2.1.7.1 Pengertian Rasio Nilai Pasar Rasio selanjutnya yang peneliti teliti adalah rasio nilai pasar. Rasio ini adalah rasio yang sering dipergunakan di pasar modal. Rasio ini menggambarkan kondisi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. Indikator ini biasanya dipakai investor untuk mengukur tingkat ketertarikan terhadap harga saham tertentu. Rasio ini menunjukan perbandingan harga saham dipasar dengan nilai buku saham tersebut yang di gambarkan di neraca. Semakin tinggi rasio yang didapat, maka semakin tinggi pula minat investor untuk membeli saham tersebut. Menurut Fahmi (2012) rasio nilai pasar adalah rasio nilai pasar ini digunakan oleh investor untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi yang terjadi di pasar/market. Dan bagi perusahaan, rasio ini mampu memberikan pemahaman bagi pihak manajemen perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakannya dan dampaknya pada masa yang akan datang. Dengan mengetahui rasio nilai pasar, pertumbuhan perusahaan dapat diketahui. Pertumbuhan menunjukan investment opportunity set, atau set kesempatan investasi dimasa yang akan datang. Dengan semakin besarnya rasio yang diperoleh, artinya pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan bersangkutan lebih besar dari nilai bukunya. Dan pilihan keputusan investor untuk berinvestasi akan semakin besar. 2.1.7.2 Pengertian Earning Per Share Rasio nilai pasar yang diteliti diwakili oleh earning per share (EPS). Tingkat pengembalian dari pemilik modal yang dapat dilihat dari Earning Per Share (EPS) merupakan rasio nilai pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik dengan nilai EPS yang tinggi, karena hal ini merupakan salah satu indicator keberhasilan perusahaan. Menurut Munawir (2007) EPS adalah jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan. Keuntungan netto ini setelah dikurangi dengan dividend dan hak-hak lainnya untuk pemegang saham prioritas, merupakan keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham. Dengan cara membagi jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham dengan jumlah lembar saham yang beredar akan diketahui jumlah keuntungan untuk setiap lembar saham. Adapun menurut Fahmi (2012) earning per share adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Menurut Gitman (2006), Earning Per Share dapat dirumuskan sebagai berikut : EPS = Jadi, rasio Earning per Share digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. Dan rasio ini yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya. 2.1.8 Rasio Likuiditas 2.1.8.1 Pengertian Rasio Likuiditas Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki posisi keuangan yang kuat apabila memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya, yaitu pada saat waktu jatuh tempo. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban lancar finansialnya. Menurut Fahmi (2012), pengertian rasio likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Contoh membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknisi, gaji lembur, tagihan telepon dan lain sebagainya. Karena itu rasio likuiditas sering disebut dengan short term liquidity. Selanjutnya pengertian rasio likuiditas menurut Munawir (2007) adalah rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidak-tidaknya ingin mengetahui prospek dari dividend dan pembayaran bunga di masa yang akan datang. Dengan demikian rasio likuiditas ini sangat berguna bagi manajemen perusahaan, kreditor, dan juga pemegang saham untuk mengetahui prospek mengenai perusahaan di masa yang akan datang yang berkaitan dengan pemenuhan kewajiban-kewajibannya terutama kewajiban jangka pendek perusahaan. 2.1.8.2 Pengertian Loan To Deposit Ratio Rasio likuiditas yang diteliti diwakili oleh loan to deposit ratio (LDR). LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga. Menurut Kasmir (2008), Loan To Deposit Ratio yaitu rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Besarnya Loan To Deposit Ratio menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110%. Berdasarkan SE No. 6/23/DNPP tanggal 31 Mei 2004, rasio LDR dapat dirumuskan sebagai berikut (Statistik Perbankan Indonesia,2011) : Loan To Deposit Ratio = LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan debitur dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. 2.1.9 Rasio Solvabilitas 2.1.9.1 Pengertian Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang dan rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Menurut Kasmir (2008), rasio solvabilitas adalah ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut. Adapun menurut Fahmi (2012), rasio solvabilitas adalah rasio solvabilitas / leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Pengurus Bank dan Kreditor jangka pendek sangat berminat pada kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dalam jangka pendek. Tetapi para kreditor jangka panjang atau pemegang saham selain berminat pada kondisi jangka pendek justru terutama berminat pada kondisi jangka panjang karena posisi keuangan jangka pendek betapapun baiknya tidaklah selalu paralel dengan posisi keuangan jangka panjang. Dengan demikian kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang. 2.1.9.2 Pengertian Capital Adequacy Ratio Rasio solvabilitas yang diteliti diwakili oleh capital adequacy ratio (CAR). CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR diukur dari rasio antara modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Rasio modal terhadap aktiva mulai dipergunakan karena ukuran kecukupan modal harus menunjukkan seberapa jauh modal bank dapat menyerap kerugian dan melindungi nasabahnya. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 tercantum bahwa Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang menurut resiko (ATMR), CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Menurut Dendawijaya (2009), CAR adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul dan dapat mempengaruhi besarnya modal bank. Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan rumus : CAR = x100% Ketentuan CAR tersebut pada dasarnya merupakan suatu ukuran modal yang diharapkan dapat menjamin bank yang beroperasi secara internasional maupun nasional akan beroperasi secara baik atau prudent. 2.1.10 Saham 2.1.10.1 Pengertian Saham Salah satu surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal adalah saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas saham tersebut sesuai dengan proporsi kepemilikannya yang tertera pada saham. Menurut Martono dan Harjito (2007), saham adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten). Saham juga merupakan bukti pengambilan bagian atau peserta dalam perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas). Adapun menurut Fahmi (2012), saham adalah saham yang dimaksud disini adalah saham yang berasal dari perusahaan lain, yang dibeli oleh pihak manajemen perusahaan dan selanjutnya sewaktu-waktu bisa dijual kembali jika membutuhkan dana. Dan hasil keuntungan penjualan tersebut akan masuk ke kas perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda bukti kepemilikan perusahaan yang dibeli dari emiten (perusahaan yang menjual sahamnya) dan mempunyai hak atau sebagian kekayaan perusahaan itu dan proporsinya sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor tersebut. 2.1.10.2 Jenis-Jenis Saham Menurut Martono dan Harjito (2007), menyebutkan bahwa pada dasarnya ada dua jenis saham, yaitu : 1. Saham Preferen / Preffered Stock Saham preferen merupakan pendanaan yang memiliki sifat kombinasi antara hutang dan saham biasa. Jika terjadi likuidasi, tuntutan pemegang saham preferen atas aktiva berada pada urutan setelah kreditur namun sebelum pemegang saham biasa. Dari sisi perusahaan yang mengeluarkan saham preferen, manfaat utama yang diperoleh adalah bahwa pembayaran dividen atas saham preferen relatif lebih fleksibel dibandingkan dengan bunga hutang. Karena walaupun saham preferen memiliki dividen, namun pembayarannya dividen cenderung bersifat sebagai kebijakan perusahaan. Pada dasarnya ada dua jenis saham preferen, yaitu saham preferen kumulatif dan saham preferen partisipasi. Pada saham preferen kumulatif selalu diperhitungkan kewajiban pembayaran dividennya sebelum membayar dividen kepada pemegang saham biasa. Sedangkan saham preferen partisipasi merupakan saham preferen dimana pemiliknya juga berhak menerima dividen tambahan. Dengan saham preferen partisipasi berarti pemegang saham preferen jenis ini diberikan kesempatan untuk menikmati nilai sisa laba perusahaan berdasarkan jumlah yang disepakati. 2. Saham Biasa / Common Stock Saham biasa yaitu saham yang tidak mencantumkan nama pemilik dan kepemilikannya melekat pada pemegang sertifikat tersebut. Saham biasa merupakan saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa perusahaan merupakan pemilik akhir perusahaan. Secara kelompok mereka memiliki perusahaan dan menanggung risiko terakhir kepemilikan. Kepemilikan mereka dibatasi sesuai dengan investasi. Jika terjadi likuidasi, pemilik saham biasa memiliki hak atas sisa tuntutan terhadap aktiva perusahaan setelag tuntutan kreditur dan pemegang saham preferen dipenuhi seluruhnya. Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo, namun pemegang saham dapat melikuidasi investasinya dengan menjual saham yang dimiliki pada pasar sekunder. Menurut Fahmi (2012), saham biasa ini memiliki beberapa jenis yaitu : a. Blue Chip Stock / Saham Unggulan b. Growth Stock c. Defensive Stock / Saham Defensif d. Cyclical Stock e. Seasonal Stock f. Speculative Stock 2.1.10.3 Hubungan antara Rasio Keuangan dengan Harga Saham Setiap akhir periode waktu perusahaan akan menerbitkan laporan keuangan / annual report. Laporan keuangan yang telah diterbitkan setelah dianalisis akan memberikan informasi-informasi yang sangat bermanfaat terutama berkaitan dengan rasio keuangan perusahaan yang berguna untuk menunjukkan apakah posisi keuangan perusahaan tersebut membaik atau tidak selama periode waktu tersebut. Hal ini akan sangat membantu bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan atas laporan keuangan perusahaan tersebut, terutama pihak investor, manajemen dan pihak lainnya yang potensial. Berdasarkan nilai rasio keuangan yang telah diperoleh, maka manajemen perusahaan yang bersangkutan maupun investor akan dapat menentukan keputusan ekonomi, setelah menilai kinerja perusahaan yang dilihat dari rasio keuangan tersebut dan melakukan penilaian terhadap harga saham perusahaan. Sebagai contoh adalah rasio ROI (Return On Investment), jika diperoleh ROI yang cukup tinggi, maka dapat diasumsikan bahwa perusahaan tersebut beroperasi secara efektif untuk menghasilkan keuntungan atau profit dengan pemanfaatan modal sendiri, hal ini merupakan daya tarik bagi investor yang mengharapkan tingkat pengembalian (return) dari investasi yang ditanamkan di perusahaan yang bersangkutan. 2.2 Kajian Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai pengaruh rasio profitabilitas, nilai pasar, likuiditas dan solvabilitas terhadap harga saham di Indonesia diantaranya adalah Siregar (2010) dalam penelitiannya mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham menyimpulkan bahwa ROE dan DER secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Susilo (2009) dalam penelitiannya dengan menggunakan variabel ROE, memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Penelitian Siregar (2010) didukung juga oleh Fitriyanti (2009) yang menemukan bahwa variabel DER berpengaruh terhadap harga saham secara parsial maupun simultan. Lestyorini (2008) juga melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham dan menemukan hasil penelitian yang berbeda dengan Fitriyanti (2009), Susilo (2009) dan Siregar (2010). Hasil penelitian Lestroyini (2008) dengan menggunakan variabel keuangan ROE, ROI, EPS dan DER menemukan bahwa secara individu/parsial hanya ROI dan EPS yang berpengaruh terhadap harga saham dan secara simultan (ROE, ROI, EPS dan DER) berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian Fitriyanti (2009) dengan menggunakan DER dan Jhojor (2009) menggunakan ROE menemukan hasil parsial serupa yang ditemukan Lestroyini (2010). Penelitian lainnya dilakukan oleh Putra (2009) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio profitabilitas (ROI dan NPM) terhadap harga saham perusahaan dan menemukan hasil penelitian secara parsial menunjukkan profitabilitas yang diukur dengan ROI berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan NPM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Wulandari (2009) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham dan menemukan hasil penelitian secara simultan yang menggunakan uji F-statistik menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kinerja keuangan yang diukur dengan rasio solvabilitas (DER), rasio profitabilitas (ROI) dan rasio pasar (EPS) terhadap harga saham. Aziz (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh return on asset (ROA), debt to equity (DER), tingkat suku bunga dan tingkat inflasi terhadap return saham dan menemukan hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa variabel Return On Asset (ROA) berpengaruh positif, Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negative tetapi tidak signifikan sementara variabel tingkat suku bunga dan tingkat inflasi sama-sama memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap return saham. Hamzah (2007) menganalisis korelasi antara rasio keuangan, yang mencakup rasio likuiditas (Current Ratio), rasio profitabilitas (Return on Investment), rasio aktivitas (Total Assets Turnover) dan rasio solvabilitas (DER) dan capital gain/loss dan dividend di dalam 135 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Di dalam penelitian ini menyatakan bahwa seluruh rasio tersebut memiliki korelasi positif/searah dengan capital gain/loss. Meskipun, hanya current ratio yang dimana memiliki tingkat signifikansi (α=5%). Lebih lanjut, korelasi dengan dividend yield, hanya total assets turnover yang terbukti signifikan (α=10%). Padli (2011) menyatakan Faktor-faktor fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham, ternyata hanya sebagian yang berpengaruh. Dari tiga variabel yang diteliti yaitu LDR, CAR, dan ROA, hanya ROA yang terbukti berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. Sedangkan variabel LDR dan CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. 2.3 Kerangka Pemikiran Dalam arti sempit pengertian pasar merupakan tempat para penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan transaksi. Artinya pembeli dan penjual langsung bertemu untuk melakukan transaksi dalam suatu lokasi tertentu. Lokasi atau tempat pertemuan tersebut disebut pasar. Namun, dalam arti luas pengertian pasar merupakan tempat melakukan transaksi antara pembeli dan penjual, dimana pembeli dan penjual tidak harus bertemu dalam suatu tempat atau bertemu langsung, tetapi dapat dilakukan melalui sarana informasi yang ada seperti sarana elektronika. Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Pasar Modal menurut Husnan (2005), yaitu secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Dengan demikian, pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam financial market, diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang, baik negotiable atau tidak. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk menjuak efek-efek di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan. Pasar modal dikenal dengan nama bursa efek dan di Indonesia dewasa ini hanya memiliki satu bursa efek yaitu Bursa Efek Indonesia (gabungan dari Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya). Dalam melakukan transaksi di pasar biasanya ada barang atau jasa yang diperjualbelikan. Begitu pula dengan pasar modal, barang yang diperjualbelikan kita kenal dengan istilah instrumen pasar modal. Instrument pasar modal menurut Kasmir (2008), yaitu instrumen pasar modal yang diperdagangkan berbentuk surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan kembali oleh pemiliknya, baik instrumen pasar modal bersifat kepemilikan atau bersifat utang. Instrument pasar modal yang bersifat kepemilikan diwujudkan dalam bentuk saham, sedangkan yang bersifat utang diwujudkan dalam bentuk obligasi. Pada umumnya transaksi dalam pasar modal adalah berbentuk sekuritas yang telah dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), yang meliputi saham dan obligasi yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Dua pendekatan dasar dalam melakukan analisis dan memilih saham, yaitu Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal. Menurut Husnan (2005), definisi analisis fundamental adalah Analisis Fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (i) mengestimasi nilai factor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan variabelvariabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model, dan sering dipergunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Sedangkan definisi Analisis Teknikal menurut Husnan (2005) adalah Analisis Teknikal ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Berlainan dengan pendekatan fundamental, analisis teknikal tidak memperhatikan factor-faktor fundamental (seperti kebijaksanaan pemerintah, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penjualan perusahaan, pertumbuhan laba, perkembangan tingkat bunga, dan sebagainya) yang mungkin mempengaruhi harga saham (kondisi pasar). Pemikiran yang mendasari analisis tersebut adalah (i) bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan, (ii) bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu yang lalu, dan (iii) karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut akan berulang. Investasi pada umumnya dilakukan dalam dua sektor, yaitu sektor riil dan (real assets) ataupun pada sektor keuangan (financial assets). Investasi pada sektor riil biasanya dilakukan dengan membangun pabrik, membangun gedung, dan lain-lain. Sedangkan investasi pada pada sektor keuangan merupakan investasi yang dilakukan pada sekuritas, seperti membeli sertifikat deposito, saham, obligasi ataupun sertifikat reksadana. Menurut Tandelilin (2003) yang dimaksud dengan investasi adalah investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi, investor membutuhkan informasi-informasi keuangan dalam menggunakan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Sumber informasi yang dapat dipergunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi serta menilai kondisi dan potensi perusahaan adalah dengan menggunakan suatu alat berupa laporan keuangan. Menurut Munawir (2007) laporan keuangan itu terdiri dari Neraca dan Perhitungan Rugi Laba serta Laporan Perubahan Modal, dimana Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan Perhitungan (laporan) Rugi Laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Permintaan investor terhadap saham perusahaan dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan tersebut. Ada berbagai cara yang bisa digunakan untuk mengukur kondisi dan prestasi keuangan suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangan perusahaan. Salah satunya adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan (financial ratio analysis). Rasio Profitabilitas yang diteliti diwakili oleh Return On Equity (ROE). Menurut Munawir (2007), Rasio profitabilitas atau rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas/keuntungan yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan untuk operasi tersebut atau mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Analisa Return On Equity (ROE) dalam menganalisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisa ROE ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur sejauh mana suatu perusahaan dapat mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atau ekuitas. Pengertian Return On Equity menurut Kasmir (2008), merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendaptkn net income. Semakin tinggi rasio ROE maka semakin baik keadaan perusahaan tersebut. Artinya, posisi pemilik perusahaan semakin kuat, dan berlaku juga sebaliknya. Menurut Kasmir (2008), ROE dapat diperoleh dengan rumus: ROE = Rasio selanjutnya yang peneliti teliti adalah rasio nilai pasar. Rasio nilai pasar ini digunakan oleh investor untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi yang terjadi di pasar/market. Dan bagi perusahaan, rasio ini mampu memberikan pemahaman bagi pihak manajemen perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakannya dan dampaknya pada masa yang akan datang. Rasio nilai pasar ini diwakili oleh Earning Per Share. Tingkat pengembalian dari pemilik modal yang dapat dilihat dari Earning Per Share (EPS) merupakan rasio nilai pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik dengan nilai EPS yang tinggi, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan. Menurut Gitman (2006), Earning Per Share dapat dirumuskan sebagai berikut : EPS = Selain rasio profitabilitas dan nilai pasar, variabel selanjutnya yang dapat dijadikan sebagai indikator dalam menilai saham untuk investasi adalah dengan melihat rasio Likuiditas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban lancar finansialnya. Rasio likuiditas diwakili oleh Loan To Deposit Ratio. Menurut Kasmir (2008), Loan To Deposit Ratio yaitu rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Besarnya Loan To Deposit Ratio menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110%. Loan To Deposit Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut : Loan To Deposit Ratio = Selanjutnya, penulis akan meneliti variabel terakhir yaitu rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang dan rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Menurut Munawir (2007), Pengurus Bank dan Kreditor jangka pendek sangat berminat pada kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dalam jangka pendek. Tetapi para kreditor jangka panjang atau pemegang saham selain berminat pada kondisi jangka pendek justru terutama berminat pada kondisi jangka panjang karena posisi keuangan jangka pendek betapapun baiknya tidaklah selalu paralel dengan posisi keuangan jangka panjang. Dengan demikian kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang. Rasio solvabilitas yang diteliti diwakili oleh Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 tercantum Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang menurut resiko (ATMR), CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan rumus : CAR = x100% Menurut Pandji dan Piji (2003) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : a. Harga Nominal b. Harga saham perdana c. Harga pasar Pusat perhatian para investor yang utama di dalam pasar modal adalah harga saham. Harga saham dalam penelitian ini merupakan pengertian harga saham pasar sekunder. Pasar sekunder adalah pasar untuk memperdagangkan saham yang telah beredar. Harga saham pada pasar sekunder ditentukan oleh hukum penawaran dan permintaan. Harga pasar saham memiliki nilai yang berbeda-beda setiap waktunya. Jadi, harga saham di pasar sekunder akan terbentuk oleh adanya hukum penawaran dan permintaan antar para investor terhadap saham suatu perusahaan. Kesepakatan harga saham dapat terbentuk ketika terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli untuk suatu harga saham tertentu yang diperjualbelikan di pasar modal. Kesepakatan investor tersebut terjadi dikarenakan berbedanya analisis yang dilakukan antar investor dalam menganalisis suatu saham dan berbedanya informasi yang didapat oleh para investor, semakin akurat informasi yang diterima oleh investor maka akan semakin tepat keputusan yang diambil oleh investor tersebut untuk membeli atau menjual saham yang dimilikinya dan berlaku sebaliknya. Melalui analisis fundamental, investor mempelajari dan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham suatu perusahaan. Kondisi kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dicerminkan oleh Return On Equity, Earning Per Share, Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Dengan demikian Return On Equity, Earning Per Share, Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio dapat mempengaruhi harga saham. Kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas dapat diilustrasikan dalam bagan kerangka pemikiran berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pasar Modal Investor Analisis Teknikal Analisis Fundamental Kinerja Keuangan (Laporan Keuangan) Rasio Keuangan Profitabilitas Aktivitas ROE abili Likuiditas Nilai Pasar Solvabilitas LDR EPS CAR Harga Saham Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti 2.4 Pengembangan Hipotesis Atas dasar pertimbangan dari penelitian pengaruh rasio profitabilitas, nilai pasar, likuiditas dan solvabilitas terhadap harga saham pada PT. Bank Mandiri, Tbk dimana sebelum memutuskan untuk berinvestasi, investor membutuhkan informasi-informasi keuangan dalam menggunakan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Sumber informasi yang dapat dipergunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi serta menilai kondisi dan potensi perusahaan adalah dengan menggunakan suatu alat berupa laporan keuangan. Permintaan investor terhadap saham perusahaan dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan tersebut. Ada berbagai cara yang bisa digunakan untuk mengukur kondisi dan prestasi keuangan suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangan perusahaan. Salah satunya adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan (financial ratio analysis). Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Pada rasio tersebut penulis menggunakan satu rasio yang mewakili profitabilitas yaitu Return On Equity (ROE). Siregar (2010) juga mengatakan dalam penelitiannya mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham menyimpulkan bahwa ROE dan DER secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian lainnya dilakukan oleh Bagja Rahman Putra (2009) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio profitabilitas (ROI dan NPM) terhadap harga saham perusahaan dan menemukan hasil penelitian secara parsial menunjukkan profitabilitas yang diukur dengan ROI berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan NPM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas yang dalam penelitian ini diwakili oleh ROE berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Rasio nilai pasar adalah rasio yang digunakan oleh investor untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi yang terjadi di pasar/market. Dan bagi perusahaan, rasio ini mampu memberikan pemahaman bagi pihak manajemen perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakannya dan dampaknya pada masa yang akan datang. Rasio nilai pasar ini diwakili oleh Earning Per Share. Lestroyini (2010) mengatakan variabel keuangan ROE, ROI, EPS dan DER menemukan bahwa secara individu/parsial hanya ROI dan EPS yang berpengaruh terhadap harga saham dan secara simultan (ROE, ROI, EPS dan DER) berpengaruh terhadap harga saham. Artinya, variable keuangan EPS yang akan diteliti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo. Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran artinya perusahaan dalam keadaan likuid tetapi jika tidak maka perusahaan dikatakan ilikuid. Rasio likuiditas yang penulis gunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Menurut Padli (2011) menyatakan Faktor-faktor fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham, ternyata hanya sebagian yang berpengaruh. Dari tiga variabel yang diteliti yaitu LDR, CAR, dan ROA, hanya ROA yang terbukti berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. Sedangkan variabel LDR dan CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hal ini, disimpulkan bahwa LDR dan CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang dan rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Menurut Munawir (2007), Pengurus Bank dan Kreditor jangka pendek sangat berminat pada kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dalam jangka pendek. Tetapi para kreditor jangka panjang atau pemegang saham selain berminat pada kondisi jangka pendek justru terutama berminat pada kondisi jangka panjang karena posisi keuangan jangka pendek betapapun baiknya tidaklah selalu parallel dengan posisi keuangan jangka panjang. Dengan demikian kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang. Rasio solvabilitas yang diteliti diwakili oleh Capital Adequacy Ratio (CAR). Berdasarkan pandangan di atas, maka pada penelitian dirumuskan beberapa hipotesis untuk diuji apakah rasio profitabilitas, nilai pasar, likuiditas dan solvabilitas berpengaruh terhadap harga saham. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 = Rasio profitabilitas berpengaruh terhadap harga saham pada PT. Bank Mandiri, Tbk. H2 = Rasio nilai pasar berpengaruh terhadap harga saham pada PT. Bank Mandiri, Tbk. H3 = Rasio likuiditas berpengaruh terhadap harga saham pada PT. Bank Mandiri, Tbk. H4 = Rasio solvabilitas berpengaruh terhadap harga saham pada PT. Bank Mandiri, Tbk.