Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Perbankan
2.1.1
Sejarah Perbankan
2.1.1.1 Asal Mula Kegiatan Perbankan
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada
zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini
berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia,
Afrika dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan
ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Jika ditelusuri
sejarah dikenalnya kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang.
Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat
menukarkan uang. Dalam perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu mungkin
penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain.
Kegiatan penukaran uang ini sekarang dikenal dengan nama pedagang valuta
asing (money changer).
Kemudian
dalam
perkembangan
selanjutnya
kegiatan
operasional
perbankan berkembang menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang
ini kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan
peminjaman uang. Uang yang disimpan dari masyarakat oleh perbankan
dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya. Jasa-jasa bank
lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat
yang semakin beragam. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan
semakin meningkat dan beragam, maka peranan dunia perbankan semakin
dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara maju
maupun negara berkembang. Bahkan dewasa ini perkembangan dunia perbankan
semakin pesat dan modern, perbankan semakin mendominasi perkembangan
ekonomi dan bisnis suatu negara. Bahkan aktivitas dan keberadaan perbankan
sangat menentukan kemajuan suatu negara.
2.1.1.2 Sejarah Perbankan Indonesia
Usaha perbankan itu sendiri baru dimulai dari zaman Babylonia kemudian
dilanjutkan ke zaman Yunani Kuno dan Romawi. Namun, pada saat itu tugas
utama bank hanyalah sebagai tempat tukar-menukar uang.Seiring dengan
perkembangan perdagangan dunia, perkembangan perbankan pun semakin pesat
karena perkembangan dunia perbankan tidak terlepas dari perkembangan
perdagangan. Perkembangan perdagangan semula hanya di daratan Eropa dan
akhirnya menyebar ke Asia Barat. Bank-bank yang sudah terkenal pada saat itu di
Benua Eropa adalah Bank Venesia tahun 1171, kemudian menyusul Bank of
Genoa dan Bank of Barcelona tahun 1320. Sebaliknya perkembangan perbankan
di daratan Inggris baru dimulai pada abad ke-16. Namun, karena Inggris yang
begitu aktif mencari daerah perdagangan yang kemudian dijajah, maka
perkembangan perbankan pun ikut dibawa ke negara jajahannya.
Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan
Hindia Belanda. Pada saat itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan
penting di Hindia Belanda. Bank-bank yang ada, yaitu antara lain :
a. De Javasche NV
b. De Post Paar Bank
c. De Algemenevolks Crediet Bank
d. Nederland Handles Maatscappij (NHM)
e. Nationale Handles Bank (NHB)
f. De Escompo Bank NV
Di samping itu, terdapat pula beberapa bank-bank milik pribumi, China,
Jepang dan Eropa lainnya. Bank-bank tersebut antara lain :
a. Bank Nasional Indonesia
b. Bank Abuan Saudagar
c. NV Bank Boemi
d. The Charteredbank of India
e. The Yokohama Species Bank
f. The Matsui Bank
g. The Bank of China
h. Batavia Bank
Di zaman kemerdekaan perbankan di Indonesia bertambah maju dan
berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisasi oleh Pemerintah
Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain :
a. Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 kemudian menjadi
BNI 1946.
b. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini
berasal dari De Algemene Volks Crediet Bank atau Syomin Ginko
c. Bank Surakarta MAI (Maskapai Adil Makmur) tahun 1945.
d. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
e. Bank Dagang Nasional Indonesia Tahun 1946 di Medan.
f. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian
menjadi Bank Amerta.
g. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
h. Bank Dagang Indonesia NV di Banjarmasin tahun 1949.
i. Kalimantan Corporation Trading di Samarinda tahun 1950 kemudian merger
dengan Bank Pasifik.
j. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari, kemudian
merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.
2.1.1.3 Sejarah Bank Pemerintah
Seperti diketahui bahwa bangsa Indonesia mengenal dunia perbankan dari
bekas penjajahnya, yaitu Belanda. Oleh karena itu, sejarah perbankan pun tidak
terlepas dari pengaruh negara yang menjajahnya, baik untuk bank pemerintah
maupun bank swasta nasional. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat sejarah
bank-bank milik pemerintah, yaitu sebagai berikut :
a. Bank Sentral
Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) berdasarkan UU No. 13
Tahun 1968. Kemudian ditegaskan lagi dengan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999. Bank ini sebelumnya berasal dari De Javasche Bank yang
dinasionalisasi tahun 1951.
b. Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor
Bank ini berasal dari De Algemene Volkcrediet Bank, kemudian dilebur
setelah menjadi Bank Tunggal dengan nama Bank Nasional Indonesia (BNI)
unit II yang bergerak di bidang rural dengan eksim dipisahkan lagi menjadi :
1. Yang membidangi rural menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan UU
No. 21 Tahun 1968.
2. Yang membidangi eksim dengan UU No. 22 1968 menjadi Bank Ekspor
Impor Indonesia.
c. Bank Negara Indonesia 1946 (BNI)
Bank ini menjalankan fungsi BNI unit III dengan UU No 17 Tahun 1968
berubah menjadi Bank Negara Indonesia 1946.
d. Bank Dagang Negara (BDN)
BDn berasal dari Escompto Bank yang dinasionalisasi dengan PP No. 13
Tahun 1960, namun PP ini dicabut dan diganti dengan UU No. 18 Tahun 1968
menjadi Bank Negara. BDN satu-satunya bank pemerintah yang berada di luar
Bank Negara Indonesia Unit.
e. Bank Bumi Daya (BBD)
BBD semula berasal dari Nederlandsch Indische Handles. Bank ini kemudian
menjadi Nationale Handlesbank, selanjutnya bank ini menjadi Bank Negara
Indonesia Unit IV dan berdasarkan UU No. 19 Tahun 1968 menjadi Bank
Bumi Daya.
f. Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO)
BAPINDO didirikan dengan UU No. 21 Tahun 1960 yang merupakan
kelanjutan dari Bank Industri Negara (BIN) tahun 1951.
g. Bank Pembangunan Daerah (BPD)
Bank ini didirikan di daerah-daerah tingkat I. Dasar hokum pendiriannya
adalah UU No.12 Tahun 1962.
h. Bank Tabungan Negara (BTN)
BTN berasal dari De Post Paar Bank yang kemudian menjadi Bank Tabungan
Pos Tahun 1950. Selanjutnya menjadi Bank Negara Indonesia Unit V dan
terakhir menjadi Bank Tabungan Negara dengan UU No. 20 Tahun 1968.
i. Bank Mandiri
Bank ini merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya, Bank Dagang
Negara, Bank Pembangunan Indonesia dan Bank Ekspor Impor. Hasil merger
keempat bank ini dilaksanakan pada tahun 1999.
2.1.1.4 Pengertian Bank dan Jenis Bank Menurut Fungsinya
Bank adalah sebuah tempat dimana uang disimpan dan dipinjamkan.
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanana dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dan menurut
Kasmir (2008), pengertian bank merupakan perusahaan yang bergeak dalam
bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang
keuangan. Sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah
keuangan.
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, jenis
perbankan menurut fungsinya, terdiri dari :
a. Bank Sentral
Adalah bank yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur
pengerahan dana-dana, mengatur perbankan, mengatur perkreditan dan lain
sebagainya.
b. Bank Umum
Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya berdasarkan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
c. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas
perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.
2.1.1.5 Fungsi Perbankan
Terdapat empat fungsi utama jasa keuangan terutama bank bagi
perekonomian. Pertama adalah menyediakan uang (a medium exchange, a store of
value unit of account to measure the value of the transaction). Kedua adalah
sebagai intermediasi keuangan. Ketiga sebagai penyedia sarana pemerintah dan
pendistribusian risiko dalam perekonomian. Keempat sebagai salah satu bagian
dari instrument kebijakan penstabil perekonomian. Aktivitas intermediasi
keuangan yang dapat kita baca adalah kemampuan perbankan dalam memobilisasi
dana masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk
pembiayaan atau kredit.
Fungsi
utama dari bank adalah menyediakan jasa menyangkut
penyimpanan nilai dan perluasan kredit. Evolusi bank berawal dari tulisan dan
berlanjut sampai sekarang dimana bank sebagai institusi keuangan yang
menyediakan jasa keuangan. Sekarang ini bank adalah institusi yang memegang
lisensi bank. Lisensi bank diberikan oleh otoriter supervise keuangan dan
memberikan hak untuk melakukan jasa perbankan dasar, seperti menerima
tabungan dan memberikan pinjaman. Yang pada mulanya kata bank berasal dari
bahasa Italia yang berarti banca atau uang. Biasanya bank menghasilkan
keuntungan dari biaya transaksi atas jasa yang diberikan dan bunga dari pinjaman.
Adapun kegiatan antar bank yang dilakukan antara lain :
-
Memberikan pinjaman berkelompok (pool loan).
-
Kliring house dimana utang piutang antar bank diperhitungkan.
2.1.2
Kinerja
2.1.2.1 Pengertian Kinerja
Dari uraian sebelumnya penilaian efisiensi dan produktivitas perusahaan
dilakukan melalui kinerja perusahaan atas laporan manajemen dan laporan
keuangan. Penilaian kinerja menurut Poerwadarminta (2003) menjelaskan
pengertian tentang penilaian dan kinerja adalah proses atau cara menilai. Dalam
bahasa inggris sering diartikan dengan kata measurement yang berarti sisi
pengukuran. Sedangkan kinerja mempunyai pengertian kemampuan kerja. Dalam
bahasa inggris kinerja sering diartikan sebagai performance yang mempunyai arti
pelaksanaan. Kinerja dapat dipergunakan manajemen untuk melakukan penilaian
secara periodik mengenai efektivitas suatu organisasi, bagian organisasi dan
karyawan berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Adapun penilaian kinerja atau prestasi menurut Dessler (2008), penilaian
kinerja adalah suatu prosedur yang mengaitkan pengaturan standar kerja,
mengukur kinerja terkini dari karyawan yang dibandingkan dengan standar dan
memberi timbal balik pada karyawan dengan tujuan untuk memotivasi karyawan
dan menghilangkan kinerja yang buruk atau melanjutkan kinerja yang sudah baik.
Selain itu menurut Sedarmayanti (2007) penilaian kinerja adalah uraian
sistematik, tentang kekuatan/kelebihan dan kelemahan yang berkaitan dengan
pekerjaan seseorang/kelompok. Pengertian penilaian kinerja menurut Mulyadi
(2007) adalah sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu
organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah suatu
usaha formal yang dilaksanakan oleh manajemen suatu perusahaan untuk
mengukur measurement dan performance terkini dibandingkan dengan sasaran,
standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan.
2.1.2.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Adanya pengukuran kinerja tentu memiliki tujuan dan manfaat bagi
perusahaan dan berbagai pihak yang berkepentingan. Tujuan pokok penilaian
kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran perusahaan
dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya terjadi
melalui umpan balik kinerja hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan.
Menurut Mulyadi (2007) tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi
karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar
perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil
yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau
rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Sedangkan menurut Mulyadi
(2007), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk :
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan.
3. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka
dalam menilai kinerja bawahannya.
4. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
5. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk
menyediakan kinerja seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
2.1.2.3 Pengukuran dalam Penilaian Kinerja
Untuk mengetahui sejauh mana kinerja karyawan, maka perlu diadakan
penilaian terhadap kinerja karyawan dan dari penilaian tersebut dapat diketahui
apakah kinerja yang dihasilkan karyawan telah memenuhi target yang ditentukan
oleh organisasi atau tidak. Selanjutnya menurut Dessler (2008 : 295) menjabarkan
metode yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan sebagai berikut :
1. Graphic rating scale method
Supervisor menilai bawahannya dengan cara memberi tanda centang atau
melingkari skor yang paling menggambarkan setiap kategori penilaian.
2. Alternation ranking method
Mengurutkan ranking karyawan dari yang terbaik hingga yang terburuk di
setiap kategori.
3. Paired comparison method
Metode
ini
membantu
metode
ranking
menjadi
lebih
tepat.
Kita
membandingkan antara satu karyawan dengan karyawan yang lain pada setiap
kategori yang ada.
4. Forced distribution method
Dengan metode ini, kita menentukan nilai prosentase terlebih dahulu pada
setiap kategori kinerja yang ingin dinilai.
5. Critical incident method
Supervisor membuat catatan tentang baik atau buruknya (critical incidents)
kinerja bawahannya dan membahas hal ini bersama bawahannya pada waktu
yang sudah ditentukan.
6. Narrative forms
Asesmen naratif ini menolong karyawan dalam memahami dimana kinerja
mereka baik atau buruk dan bagaimana untuk meningkatkan kinerja mereka.
7. Behaviorally anchored rating scale (BARS)
Skala ini merupakan gabungan dari kejadian kritis yang diuraikan seccara
naratif dengan peringkat kuantitatif, dimana setiap angkan kuantitatif
dikaitkan dengan perilaku kerja yang baik dan buruk.
8. Management by objective
Mengaitkan tujuan yang spesifik dan terukur dengan karyawan dan membahas
perkembangan yang sudah tercapai secara periodik.
9. Computerized and web-based performance appraisal
Supervisor memantau data kinerja karyawannya yang sudah terkomputerisasi
yang diperbaharui setiap hari.
Adapun menurut Mulyadi (2007) terdapat tiga macam pengukuran kinerja, yaitu :
1. Kriteria Tunggal (Singel Criteria)
Mengukur kinerja karyawan dimana orang akan cenderung memusatkan
usahanya kepada kriteria tersebut dengan akibat diabaikannya kriteria lain,
yang memungkinkan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau
tidaknya suatu perusahaan atau bagiannya.
2. Kriteria Beragam (Multiple Criteria)
Aspek kinerja manajer dicari ukurannya, sehingga seorang manajer diukur
kriterianya dengan beragam kriteria. Tujuannya agar manajer yang diukur
kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja.
3. Kriteria Gabungan (Composite Criteria)
Pembobotan angka tertentu kepada beragam kriteria kinerja untuk
mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer, setelah memperhitungkan bobot
beragam kriteria kinerja masing-masing.
2.1.2.4 Alat Ukur Penilaian Kinerja Perusahaan
Penilaian kinerja dikembangkan untuk memberikan beberapa petunjuk
bagi para manajer untuk mengevaluasi kinerja. Perkembangan alat ukur penilaian
kinerja dan spesifikasi struktur penghargaan merupakan hal utama dalam
organisasi atau perusahaan, karena alat ukur dan penilaian kinerja dapat
mempengaruhi perilaku para manajer. Penilaian kinerja dapat mendukung tingkat
keserasian tujuan. Dengan kata lain, penilaian kinerja mempunyai pengaruh dalam
mewujudkan tujuan perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2006), ada
beberapa alat ukur kinerja perusahaan, yaitu :
1. Laba Atas Investasi (ROI)
Merupakan alat ukur kinerja yang paling umum bagi pusat investasi, yaitu alat
ukur kinerja yang mengaitkan laba operasi dengan akiva. Yang akan dipakai
adalah menghitung laba yang dihasilkan per-rupiah investasi.
2. Laba Residual (Residual Income)
Merupakan perbedaan antara laba operasi dan minimum pengembalian rupiah
yang diperlukan aktiva operasi perusahaan.
3. Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added)
Adalah laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya modal tahunan. Jika
economic value added positif, berarti perusahaan menghasilkan kekayaan. Jika
negatif, maka perusahaan tidak bisa menghasilkan kekayaan.
2.1.3
Laporan Keuangan
2.1.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai
“alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan
keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk
dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut. Laporan
keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana dalam proses
tersebut semua transaksi yang terjadi akan dicatat, diklarifikasikan, diikhtisarkan
untuk kemudian disusun menjadi suatu laporan keuangan. Dimana laporan
keuangan tersebut akan terlihat data kuantitatif dari harga, hutang, modal,
pendapatan dan biaya-biaya dari perusahaan yang bersangkutan.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan
keuangan, berikut dikemukakan pengertian/definisi laporan keuangan menurut
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntasi Keuangan (2009), yaitu
laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti
misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan-catatan dan
bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi
keuangan segmen industry dan geografis serta pengungkapan pengaruh harga.
Kemudian laporan keuangan menurut Fahmi (2012), yaitu laporan keuangan
merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu
perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran
kinerja keuangan perusahaan tersebut. Lebih lanjut Drs. S. Munawir (2007)
menyatakan bahwa laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan
atau
aktivitas
suatu
perusahaan
dengan
pihak-pihak
yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan
keuangan merupakan alat untuk menginformasikan kondisi keuangan pada
periode tertentu yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan
sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan.
2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan
Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009)
disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga
menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang telah dipercayakan kepadanya. Pemakai yang
ingin menilai apa yang telah dilakukan atau dipertanggungjawabkan, berbuat
demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin
mencakup, misalnya keputusan untuk menahan, menjual investasi mereka dalam
perusahaan atau untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa tujuan laporan keuangan adalah
untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi pemakainya dalam hal
pengambilan keputusan tentang perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan
atau pihak manajemen perusahaan tersebut. Manfaat dari laporan keuangan itu
sendiri terletak pada interpretasi masing-masing pemakai laporan keuangan.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan (2009), pemakai laporan keuangan terdiri dari berbagai pihak dengan
beberapa kepentingan, seperti yang dinyatakan sebagai berikut pemakai laporan
keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi
pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta
lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan
untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.
Menurut Fahmi (2012) ada beberapa pihak yang selama ini dianggap
memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan yaitu :
a. Kreditur
Kreditur adalah pihak yang memberikan pinjaman baik dalam bentuk uang
(money), barang (goods) mapun dalam bentuk jasa (services). Contoh kreditur
yang memberikan pinjaman dalam bentuk uang adalah perbankan atau leasing.
Pada saat pihak debitur mengajukan permohonan untuk meminjam sejumlah
dana kepada kreditur, maka sudah menjadi kewajiban bagi pihak kreditur
untuk melakukan pengecekan terhadap laporan keuangan pihak debitur.
Karena dengan melihat dan meneliti setiap laporan keuangan tersebut pihak
kreditur akan dapat memberikan sebuah rekomendasi apakah usulan pinjaman
tersebut layak direalisasikan atau tidak, dan jika layak berapa angka yang
harus direalisasikan. Karena bagi pihak kreditur ini menyangkut dengan
kemampuan dari pihak debitur untuk mampu mengembalikan pinjaman
tersebut.
b. Investor
Investor disini bisa mereka yang membeli saham tersebut atau bahkan
komisaris perusahaan. Seorang investor berkewajiban untuk mengetahui
secara mendalam kondisi perusahaan dimana ia akan berinvestasi atau pada
saat ia sudah berinvestasi, karena dengan memahami laporan keuangan
perusahaan tersebut artinya ia akan mengetahui berbagai informasi keuangan
perusahaan.
c. Akuntan Publik
Akuntan publik adalah mereka yang ditugaskan untuk melakukan audit pada
sebuah perusahaan. Dan yang menjadi bahan audit seorang akuntan publik
adalah laporan keuangan perusahaan, untuk selanjutnya pada hasil audit ia
akan melaporkan dan memberikan penilaian dalam bentuk rekomendasi.
d. Karyawan Perusahaan
Karyawan merupakan mereka yang terlibat secara penuh di suatu perusahaan.
Dan secara ekonomi mereka mempunyai ketergantungan yang besar yaitu
pekerjaan dan penghasilan yang diterima dari perusahaan tempat bekerja telah
begitu berperan dalam membantu kehidupannya, terutama jika karyawan
tersebut
telah
berkeluarga.
Dengan
begitu
posisi
perusahaan
yang
tergambarkan dalam laporan keuangan menjadi bahan kajian bagi para
karyawan dalam memposisikan keputusan ke depan nantinya.
e. Bapepam
Bapepam adalah Badan Pengawas Pasar Modal. Bagi suatu perusahaan yang
akan go public maka perusahaan tersebut berkewajiban untuk memperlihatkan
laporan keuangannya kepada Bapepam dalam hal ini PT. Bursa Efek
Indonesia. Bapepam bertugas untuk mengamati dan mengawasi setiap kondisi
perusahaan yang go public. go public artinya perusahaan tersebut telah
memutuskan untuk menjual sahamnya kepada publik dan siap untuk dinilai
oleh publik secara terbuka.
f. Underwriter
Underwriter adalah penjamin emisi bagi setiap perusahaan yang akan
menerbitkan sahamnya di pasar modal.
g. Konsumen
Konsumen adalah pihak yang menikmati produk dan jasa yang dihasilkan oleh
sebuah perusahaan. Dari sudut marketing konsumen dibagi menjadi dua, yaitu
ada yang dimaksud dengan konsumen aktual dan konsumen potensial.
Konsumen aktual adalah konsumen yang loyal terhadap produk dan jasa yang
dihasilkan oleh sebuah perusahaan. Dan konsumen potensial adalah konsumen
yang berpotensi menjadi konsumen aktual
h. Pemasok (supplier)
Pemasok (supplier) merupakan mereka yang menerima order untuk memasok
setiap kebutuhan perusahaan mulai dari hal-hal yang dianggap kecil sampai
yang besar yang mana semua dihitung dengan skala finansial.
i. Lembaga Penilai
Lembaga penilai disini berasal dari berbagai latar belakang seperti GCG
(Good Corporate Governance), WALHI (wahana lingkungan hidup), majalah,
televisi, tabloid, surat kabar dan lainnya yang secara berkala membuat
rangking perusahaan berdasarkan klasifikasi masing-masing seperti 10
perbankan terbaik versi majalah Warta Ekonomi misalnya.
j. Asosiasi Perdagangan
Asosiasi perdagangan ini mencakup mulai dari KADIN (Kamar Dagang dan
Industri), HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), IKAPI (Ikatan
Penerbit Indonesia), asosiasi pertekstilan Indonesia dan lainnya. Dimana
organisasi tersebut menaungi berbagai perusahaan yang menjadi anggotanya
dan setiap tahun diadakan rapat tahunan atau berbagai pertemuan lainnya yang
membahas hal yang menjadi hambatan dalam aktivitas bisnis yang dijalankan
dan tidak terkecuali seperti terjadinya penurunan angka penjualan.
k. Pengadilan
Laporan keuangan yang dihasilkan dan disahkan oleh pihak perusahaan adalah
dapat menjadi barang bukti pertanggungjawaban kinerja keuangan, dan
pertanggungjawaban dalam bentuk laporan keuangan tersebut nantinya akan
menjadi subjek pertanyaan dalam peradilan.
l. Akademis dan Peneliti
Pihak akademis dan peneliti adalah mereka yang melakukan research terhadap
sebuah perusahaan. Sehingga dengan begitu kebutuhan akan informasi sebuah
laporan keuangan yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan adalah
mutlak, apalagi jika nanti penelitian tersebut dipublikasikan ke berbagai jurnal
dan media massa baik nasional maupun internasional.
m. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah atau local government adalah mereka yang mempunyai
hubungan kuat dengan kajian seperti akan lahirnya suatu perda (peraturan
daerah) yang berkaitan dengan berbagai aspek.
n. Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat adalah dengan segala perangkat yang dimilikinya telah
menjadikan laporan keuangan perusahaan sebagai data fundamental acuan
untuk melihat perkembangan pada berbagai sektor bisnis. Juga harus disadari
bahwa terbentuknya angka-angka pada laporan keuangan tidak bisa dipungkiri
dari regulasi dan deregulasi yang telah digulirkan.
o. Pemerintah Asing
Pemerintah asing merupakan pihak yang mengamati perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu negara, dimana misalnya negara
tersebut saling memiliki keterkaitan dalam bentuk perjanjian dagang (trade
contract) yang mencakup dalam berbagai bidang usaha.
p. Organisasi Internasional
Organisasi internasional disini seperti IMF (International Monetary Fund),
WB (World Bank), ADB (Asian Development Bank), ASEAN, PBB dan
lainnya. Mereka ini menjadi pihak yang turut andil dalam usaha menciptakan
terbentuknya tatanan dunia baru. Dukungan baik financial dan non financial
yang diberikan adalah menjadi ukuran kinerja dari lembaga tersebut, seperti
kucuran dana yang diberikan oleh IMF dan WB pada beberapa negara.
Dimana dana tersebut akan dikelola guna mendorong pertumbuhan ekonomi
termasuk dana tersebut disalurkan bagi tumbuh dan berkembangnya private
sector.
Manfaat intern dari hasil interprestasi laporan keuangan dapat berupa
tingkat kinerja keuangan perusahaan , kondisi keuangan perusahaan dibandingkan
dengan perusahaan saingan, efektivitas manajemen dalam pengoperasian
perusahaan dan sebagainya. Sedangkan manfaat ekstern dari hasil interpretasi
laporan bagi investor dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan
keputusan untuk menanamkan dana atau menaikkan modalnya pada perusahaan,
bagi kreditur yaitu membantu pengambilan keputusan dalam pemberian pinjaman
pada perusahaan.
Secara luas manfaat pokok yang diberikan oleh laporan keuangan adalah
informasi mengenai tingkat kinerja keuangan perusahaan yang mengeluarkan
laporan keuangan tersebut. Tingkat kinerja perusahaan dapat diketahui dengan
melakukan analisis dan interpretasi terhadap laporan keuangan. Dari analisis
tersebut, dapat diketahui potensi-potensi dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki
perusahaan, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat
menggunakannya sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2.1.3.3 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Walaupun laporan keuangan merupakan informasi yang sangat berguna
bagi berbagai pihak untuk pengambilan keputusan, tapi haruslah disadari bahwa
laporan keuangan masih mempunyai sifat dan keterbatasan, dan keduanya
haruslah menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputuan dari hasil analisis
laporan keuangan. Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud
untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara
periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen yang bersangkutan. Menurut
Munawir (2007) sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah bersifat historis
serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report, laporan keuangan terdiri dari
data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara:
a. Fakta yang telah dicatat (recorded fact)
Berarti bahwa laporan keuangan itu dibuat atas dasar fakta dari catatan
akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun
yang disimpan di dalam bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan,
hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos
ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di
masa lampau, dan jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos itu
dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut (at
original cost). Dengan sifat yang demikian itu maka laporan keuangan tidak
dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu perusahaan dalam kondisi
perekonomian yang paling akhir, karena segala sesuatunya bersifat historis.
b. Prinsip-prinsip dan kebiasaan dalam akuntansi
Berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapananggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim
(General Accepted Accounting Principles), hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk memudahkan pencatatan (expediensi) atau untuk keseragaman.
c. Pendapat pribadi (personal judgment)
Dimaksudkan bahwa walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh
konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan yang sudah
menjadi standard praktek pembukuan namun penggunaan dari konvensikonvensi dan dalil dasar tersebut tergantung dari pada akuntan atau
manajemen perusahaan yang bersangkutan. Judgment atau pendapat ini
bergantung
kepada
kemampuan
atau
integritas
pembuatnya
yang
dikombinasikan dengan fakta yang tercatat dan kebiasaan serta dalil dasar
akuntansi yang telah disetujui akan digunakan dalam beberapa hal.
Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan tersebut
diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan itu mempunyai
beberapa keterbatasan, antara lain :
a. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya
sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. Karena itu semua
jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak
menunjukkan nilai likuidasi atau realisasi dimana dalam interim report ini
terdapat/terkandung pendapat-pendapat pribadi yang telah dilakukan oleh
Akuntan atau Manajemen yang bersangkutan.
b. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifat pasti atau tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan
standard nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Laporan keuangan
dibuat berdasarkan konsep going concern atau anggapan bahwa perusahaan
akan berjalan terus sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis
atau harga perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap
tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum
dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang
belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.
c. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan
atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli
(purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang
dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit
yang dijual semakin besar, mungkin juga diikuti dengan kenaikan tingkat
harga. Jadi, suatu analisa dengan membandingkan data beberapa tahun tanpa
membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh
kesimpulan yang keliru (misleading).
d. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor
tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang, misalnya reputasi dan
prestasi perusahaan, adanya beberapa pesanan yang tidak dapat dipenuhi atau
adanya kontrak-kontrak pembelian maupun penjualan yang telah disetujui,
kemampuan serta integritas manajernya dan sebagainya.
2.1.3.4 Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan
keuangan serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan termasuk juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan
laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari :
a. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi
keuangan perusahaan pada saat tertentu. Untuk dapat menggambarkan posisi
keuangan perusahaan pada saat tertentu, neraca mempunyai tiga unsur laporan
keuangan yaitu : aktiva, kewajiban dan ekuitas.
Menurut Munawir (2007), masing-masing unsure tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Aktiva
Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud
saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan
(deffered charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan
yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible asset)
misalnya goodwill, hak paten, hak menerbitkan dan sebagainya. Pada dasarnya
aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan
aktiva tidak lancar.
 Aktiva Lancar
Penyajian pos-pos aktiva lancar di dalam neraca didasarkan pada urutan
likuiditasnya, sehingga penyajiannya dimulai dari aktiva yang paling likuid
sampai dengan aktiva yang paling tidak likuid. Yang termasuk kelompok
aktiva lancar (likuid) adalah kas, investasi jangka pendek (surat-surat
berharga/marketable securities), piutang wesel, piutang dagang, persediaan,
persediaan, piutang penghasilan, dan persekot (biaya di bayar di muka)
 Aktiva Tidak Lancar
Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relative
permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu
tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan.
Yang termasuk aktiva tidak lancar adalah investasi jangka panjang, aktiva
tetap, aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets), beban yang
ditangguhkan (deffered charges) dan aktiva lain-lain.
2) Hutang
Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang
belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal
perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat
dibedakan ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang tidak lancar
(hutang jangka panjang).
 Hutang Lancar
Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan
perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka
pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar
yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar meliputi antara lain hutang
dagang, hutang wesel, hutang pajak, biaya yang masih harus di bayar, hutang
jangka panjang yang segera jatuh tempo, dan penghasilan yang diterima di
muka (deffered revenue).
 Hutang Jangka Panjang
Adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh
temponya) masih panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca), yang
meliputi hutang obligasi, hutang hipotik dan pinjaman jangka panjang lainnya.
3) Modal
Adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang
ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau
kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutanghutangnya.
b. Laporan Laba Rugi
Menurut Fahmi (2012), laporan laba rugi merupakan salah satu dari
banyak bagian suatu paket laporan keuangan dan seperti bagian lainnya, laporan
laba rugi merupakan bagian dari produk berbagai pilihan, dilaporkan seperti
halnya kebijakan bisnis, kondisi ekonomi dan banyak variable yang memengaruhi
hasil yang dilaporkan. Secara umum unsur-unsur yang terkandung dalam laporan
laba rugi (income statement) adalah :
1) Penjualan (Sales)
Penjualan merupakan penerimaan yang diperoleh dari pengiriman barang
dagangan atau dari penyerahan pelayanan dalam bursa sebagai bahan
pertimbangan.
2) Harga Pokok Penjualan (Cost of Good Solds)
Harga pokok penjualan merupakan harga beli atau pembelian suatu barang yang
dijual, dan juga disebut cost of good solds.
3) Depresiasi (Depreciation)
Depresiasi adalah penurunan nilai yang terjadi secara berangsur-angsur dari waktu
ke waktu.
4) Bunga (Interest)
Bunga merupakan balas jasa yang harus diberikan atas dasar kesepakatan dalam
pinjaman yang diberikan.
5) Pendapatan Sebelum Pajak (Earning Befor Tax)
Pendapatan sebelum pajak (earning before tax) merupakan laba yang terlihat atau
diperoleh sebelum dikurangkan dengan pajak.
6) Pajak (Tax)
Pajak (Tax) merupakan pembayaran yang dibebankan oleh pemerintah atas
penghasilan perorangan, perusahaan, tanah, barang-barang pemberian atau
sumber-sumber lainnya untuk memberikan pemasukan bagi barang umum
(public).
7) Laba Setelah Pajak (Earnings After Tax)
Laba setelah pajak (earnings after tax) merupakan laba yang diperoleh setelah
dikurangkan dengan pajak.
2.1.4
Analisis Laporan Keuangan
2.1.4.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Bagi investor beserta pihak lainnya yang berkeinginan untuk mengetahui
kondisi keuangan suatu perusahaan, maka perlu melakukan analisis laporan
keuangan secara sistematis dan terukur. Dengan tujuan agar hasil yang diperoleh
dapat dijadikan pendukung dalam proses pengambilan keputusan, terutama
dukungan dalam keputusan jangka panjang. Menurut Harahap (2008), pengertian
analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan berarti menguraikan
akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat
hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang
satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat
penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut
Munawir (2010), analisis laporan keuangan diartikan sebagai berikut analisis
laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada
hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi
keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan
keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat
dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan
perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data
keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan keuangan,
sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan juga dalam
melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio-rasio laporan keuangan,
dengan melakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan akan dapat menentukan
suatu keputusan yang akan diambil.
2.1.4.2 Teknik Analisis Laporan Keuangan
Pada dasarnya setiap teknik analisis yang digunakan dalam analisis
laporan keuangan memiliki tujuan untuk mendapat pengertian yang lebih
mendalam tentang perusahaan dan sebagai salah satu informasi untuk
pengambilan keputusan. Menurut Munawir (2010), teknik analisis laporan
keuangan terdiri dari :
1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisis
dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau
lebih, dengan menunjukkan:
a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.
e. Persentase dalam total.
Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahanperubahan yang terjadi dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih
lanjut.
2. Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu
metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan
keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3. Laporan dengan persentase per komponen (Common Size Statement), adalah
suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masingmasing aset terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur
permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan
jumlah penjualannya.
4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis), adalah
suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode
tertentu.
6. Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari
akun-akun tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau
kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7. Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu analisis
untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari
suatu periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor dari suatu
periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
8. Analisis Break Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut
tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan.
Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau
kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu
merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis
laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu
untuk membuat agar data lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
2.1.5
Analisis Rasio Keuangan
2.1.5.1 Rasio sebagai Analisis
Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu
dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini
hanya menyederhanakan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Rasio
menggambarkan suatu hubungan matematis antara suatu jumlah dengan jumlah
yang lain. Penggunaan alat analisis berupa rasio dapat menjelaskan baik dan
buruk posisi keuangan perusahaan terutama bila angka rasio ini dibandingkan
dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Analisis rasio
ini menghubungkan satu pos dengan pos lainnya dalam laporan keuangan dan
memberikan gambaran yang jelas tentang hubungan antar pos tersebut. Pengertian
ratio analysis menurut Gitman (2009) adalah ratio analysis involves methods of
calculating and interpreting financial ratios to analyze and monitor the firm’s
performance. Artinya bahwa analisa rasio meliputi metode-metode perhitungan
dan menerjemahkan rasio-rasio keuangan untuk menganalisis dan memantau
kinerja perusahaan. Sedangkan menurut Harahap (2009), analisis rasio keuangan
adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan
keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan
signifikan.
Analisa rasio seperti halnya alat-alat analisa lainnya adalah merupakan
future oriented. Oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan
factor-faktor di masa depan yang mungkin akan mempunyai posisi keuangan atau
hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian manfaat suatu
angka rasio sepenuhnya tergantung kepada kemampuan atau kecerdasan
penganalisa dalam menginterpretasikan data bersangkutan. Menurut Riyanto
(2010), dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat
melakukannya dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu :
a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktuwaktu yang lalu (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan
untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara
pembanding ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut
dari tahun ke tahun. Kalau diketahui perubahan dari angka rasio tersebut maka
dapatlah diambil kesimpulan mengenai tendensi atau kecenderungan keadaan
keuangan serta hasil operasi perusahaan yang bersangkutan.
b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam
dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio standar)
untuk waktu yang sama. Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah
perusahaan yang bersangkutan dalam aspek keuangan tertentu berada di atas
rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak dibawah rata-rata industri.
Menurut
Fahmi
(2012),
untuk
dapat
menginterpretasikan
hasil
perhitungan rasio, maka diperlukan adanya pembanding. Pada pokoknya ada dua
cara yang dapat dilakukan dalam membandingkan rasio keuangan perusahaan,
yaitu:
1. Cross sectional approach, merupakan suatu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan
yang lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.
2. Time series analysis, merupakan suatu cara dengan membandingkan rasio-rasio
keuangan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembanding antara
rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan
memperhatikan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran.
Menurut Riyanto (2010), apabila dilihat dari sumber darimana rasio ini
dibuat, maka dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
1. Rasio neraca (Balance Sheet Ratios), yang digolongkan dalam katagori ini
adalah semua data yang diambil dari atau bersumber dari neraca.
2. Rasio-rasio laporan laba-rugi (Income Statement Ratios), yang tergolong dalam
kategori ini adalah semua data yang diambil dari laba-rugi.
3. Rasio-rasio antar laporan (Interstatement Ratios), yang tergolong dalam
katagori ini adalah semua data yang diambil dari neraca dan laporan laba-rugi.
Menurut Riyanto (2010), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4
(empat) tipe dasar, yaitu :
1. Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.
2. Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan
dibelanjai dengan hutang.
3. Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan sumber dananya.
4. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah
kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.
2.1.5.2 Manfaat Analisis Rasio
Terdapat beberapa manfaat dalam melakukan analisis rasio. Menurut
Fahmi (2012), adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio
keuangan yaitu:
a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat
menilai kinerja dan prestasi perusahaan.
b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai
rujukan untuk membuat perencanaan.
c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi
kondisi suatu perusahan dari perspektif keuangan.
d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan
untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan
adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok
pinjaman.
e. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak
stakeholder organisasi.
2.1.5.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan terdapat beberapa rasio
yang dapat digunakan oleh pihak eksternal maupun pihak internal. Menurut
Fahmi (2012), jenis-jenis rasio keuangan adalah :
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah kemampuan suatu perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Contoh
membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknisi, gaji lembur,
tagihan telepon dan lain sebagainya. Karena itu rasio likuiditas sering disebut
dengan short term liquidity.
Beberapa rasio likuiditas secara umum sering digunakan adalah :
a. Current Ratio
Adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek,
kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo.
b. Quick Ratio (Acid Test Ratio)
Adalah ukuran uji solvensi jangka pendek yang lebih teliti daripada rasio
lancar karena pembilangnya mengeliminasi persediaan yang dianggap
aktiva lancar yang sedikit tidak liquid dan kemungkinan menjadi sumber
kerugian.
2. Rasio Solvabilitas / Leverage
Rasio solvabilitas / leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan
dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan
membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori
extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat
utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut.
Rasio solvabilitas / leverage antara lain :
a. Debt to Total Assets / Debt Ratio
Rasio ini disebut juga sebagai rasio yang melihat perbandingan utang
perusahaan, yaitu diperoleh dari perbandingan total utang dibagi dengan
total asset.
b. Debt to Equity Ratio
Rasio ini menilai laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya
jaminan yang tersedia untuk kreditor.
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu
perusahaan menggunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang
aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat
maksimal dengan memperoleh hasil yang maksimal. Rasio aktivitas yang
umum digunakan antara lain :
a. Inventory Turnover
Rasio ini menilai sejauh mana tingkat perputaran persediaan yang dimiliki
oleh suatu perusahaan.
b. Total Assets Turnover
Rasio ini menilai sejauh mana keseluruhan asset yang dimiliki oleh
perusahaan menjadi perputaran yang efektif.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan
oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya
dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka
semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan
perusahaan. Rasio profitabilitas secara umum ada 4 (empat), yaitu :
a. Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan margin laba kotor. Margin laba kotor yang
memperlihatkan hubungan antara penjualan dan beban pokok penjualan,
mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk mengendalikan biaya
persediaan atau biaya operasi barang maupun untuk meneruskan kenaikan
harga lewat penjualan kepada pelanggan..
b. Net Profit Margin
Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap
penjualan. Rasio ini menunjukan kestabilan kesatuan untuk menghasilkan
perolehan pada tingkat penjualan khusus.
c. Return On Investment (ROI)
Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu
memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Dan
investasi tersebut sebenarnya sama dengan asset perusahaan yang ditanamkan
atau ditempatkan.
d. Return On Equity (ROE)
Rasio return on equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity. Di
beberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau
perputaran total asset. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk memberikan laba atau
ekuitas.
5. Rasio Nilai Pasar
Rasio nilai pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di
pasar. Rasio ini mampu memberi pemahaman bagi pihak manajemen
perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakan dan
dampaknya pada masa yang akan datang. Beberapa rasio nilai pasar yang
umumnya digunakan adalah :
a. Earning Pers Share (EPS)
Earning per share atau pendapatan per lembar saham yaitu bentuk pemberian
keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar
saham yang dimiliki.
b. Price Earning Ratio (PER)
Price earning ratio (PER) adalah perbandingan antara market price per share
(harga pasar per lembar saham) dengan earning per share. Bagi para investor
semakin tinggi PER maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan
mengalami kenaikan.
2.1.6
Rasio Profitabilitas
2.1.6.1 Pengertian Rasio Profitabilitas
Laba merupakan tujuan utama dari semua perusahan yang beorientasi
bisnis. Namun, perhitungan laba untuk jangka waktu tertentu hanya dapat
diramalkan saja, karena perhitungan yang tepat baru dapat terjadi jika perusahaan
mengakhiri kegiatan operasionalnya dan menjual semua produk yang ada. Dengan
kata lain biaya produksi harus lebih kecil dari harga jual suatu produk. Menurut
Skousen (2009) laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini
mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas
masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya. Adapun menurut
Suwardjono (2008) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan
menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan
diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan
barang / jasa).
Menurut Munawir (2007), Rasio profitabilitas atau rentabilitas adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas/keuntungan yang
diperoleh dari modal-modal yang digunakan untuk operasi tersebut atau mengukur
kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Untuk mengetahui
profitabilitas perusahaan, maka perlu dilakukan penilaian atas kemampuan
perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Untuk melakukan penilaian tersebut
diperlukan adanya ukuran yang tepat memberikan indikasi mengenai profitabilitas
perusahaan.
2.1.6.2 Pengertian Return On Equity (ROE)
Analisa Return On Equity (ROE) dalam menganalisa keuangan
mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan
yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisa ROE ini sudah merupakan
teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur
sejauh mana suatu perusahaan dapat mempergunakan sumber daya yang dimiliki
untuk mampu memberikan laba atau ekuitas. Menurut Fahmi (2012), ROE adalah
Return on equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity. Di beberapa
referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau perputaran total asset.
Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya
yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atau ekuitas. Menurut Kasmir
(2011), pengertian ROE adalah rasio untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi kerja yang diraih oleh
suatu perusahaan, oleh karena itu pengukuran kinerja keuangan perusahaan juga
memerlukan suatu analisis yang mampu menganalisis kemampuan perusahaan
secara menyeluruh. Berdasarkan alasan tersebut, analisis kemampuan manajemen
dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income seringkali
dijadikan sebagai acuan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Kasmir (2008), ROE dapat diperoleh dengan rumus:
ROE =
Rasio ini menggambarkan kemampuan manajemen dalam mengelola
capital/equity perusahaan yang ada untuk mendapatkan net income. Dengan
mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam
memanfaatkan capital perusahaan dalam kegiatan operasionalisasinya. Semakin
tinggi rasio ROE maka semakin baik keadaan perusahaan tersebut. Artinya, posisi
pemilik perusahaan semakin kuat, dan berlaku juga sebaliknya.
2.1.7
Rasio Nilai Pasar
2.1.7.1 Pengertian Rasio Nilai Pasar
Rasio selanjutnya yang peneliti teliti adalah rasio nilai pasar. Rasio ini
adalah rasio yang sering dipergunakan di pasar modal. Rasio ini menggambarkan
kondisi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. Indikator ini biasanya
dipakai investor untuk mengukur tingkat ketertarikan terhadap harga saham
tertentu. Rasio ini menunjukan perbandingan harga saham dipasar dengan nilai
buku saham tersebut yang di gambarkan di neraca. Semakin tinggi rasio yang
didapat, maka semakin tinggi pula minat investor untuk membeli saham tersebut.
Menurut Fahmi (2012) rasio nilai pasar adalah rasio nilai pasar ini digunakan
oleh investor untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi yang terjadi di
pasar/market. Dan bagi perusahaan, rasio ini mampu memberikan pemahaman
bagi pihak manajemen perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan
dilaksanakannya dan dampaknya pada masa yang akan datang.
Dengan mengetahui rasio nilai pasar, pertumbuhan perusahaan dapat
diketahui. Pertumbuhan menunjukan investment opportunity set, atau set
kesempatan investasi dimasa yang akan datang. Dengan semakin besarnya rasio
yang diperoleh, artinya pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan bersangkutan
lebih besar dari nilai bukunya. Dan pilihan keputusan investor untuk berinvestasi
akan semakin besar.
2.1.7.2 Pengertian Earning Per Share
Rasio nilai pasar yang diteliti diwakili oleh earning per share (EPS).
Tingkat pengembalian dari pemilik modal yang dapat dilihat dari Earning Per
Share (EPS) merupakan rasio nilai pendapatan setelah pajak dengan jumlah
saham yang beredar. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham
biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik dengan nilai EPS yang tinggi,
karena hal ini merupakan salah satu indicator keberhasilan perusahaan. Menurut
Munawir (2007) EPS adalah jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang
saham adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan. Keuntungan netto
ini setelah dikurangi dengan dividend dan hak-hak lainnya untuk pemegang
saham prioritas, merupakan keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham.
Dengan cara membagi jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham
dengan jumlah lembar saham yang beredar akan diketahui jumlah keuntungan
untuk setiap lembar saham. Adapun menurut Fahmi (2012) earning per share
adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham
dari setiap lembar saham yang dimiliki.
Menurut Gitman (2006), Earning Per Share dapat dirumuskan sebagai
berikut :
EPS =
Jadi, rasio Earning per Share digunakan untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. Dan rasio
ini yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor
atau pemegang saham per lembar sahamnya.
2.1.8
Rasio Likuiditas
2.1.8.1 Pengertian Rasio Likuiditas
Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki posisi keuangan yang kuat
apabila memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya, yaitu pada saat
waktu jatuh tempo. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban-kewajiban lancar finansialnya. Menurut Fahmi
(2012), pengertian rasio likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Contoh membayar
listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknisi, gaji lembur, tagihan
telepon dan lain sebagainya. Karena itu rasio likuiditas sering disebut dengan
short term liquidity. Selanjutnya pengertian rasio likuiditas menurut Munawir
(2007) adalah rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan
posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen
untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, juga
penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau
setidak-tidaknya ingin mengetahui prospek dari dividend dan pembayaran bunga
di masa yang akan datang.
Dengan demikian rasio likuiditas ini sangat berguna bagi manajemen
perusahaan, kreditor, dan juga pemegang saham untuk mengetahui prospek
mengenai perusahaan di masa yang akan datang yang berkaitan dengan
pemenuhan
kewajiban-kewajibannya
terutama
kewajiban
jangka
pendek
perusahaan.
2.1.8.2 Pengertian Loan To Deposit Ratio
Rasio likuiditas yang diteliti diwakili oleh loan to deposit ratio (LDR).
LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana
yang diterima oleh bank. Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada
pihak ketiga. Menurut Kasmir (2008), Loan To Deposit Ratio yaitu rasio untuk
mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah
dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Besarnya Loan To Deposit
Ratio menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110%.
Berdasarkan SE No. 6/23/DNPP tanggal 31 Mei 2004, rasio LDR dapat
dirumuskan sebagai berikut (Statistik Perbankan Indonesia,2011) :
Loan To Deposit Ratio =
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan debitur dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
2.1.9
Rasio Solvabilitas
2.1.9.1 Pengertian Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh
pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio
ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan
dibiayai oleh hutang dan rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari
para pemberi pinjaman (Bank). Menurut Kasmir (2008), rasio solvabilitas adalah
ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya.
Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank
untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut. Adapun menurut
Fahmi (2012), rasio solvabilitas adalah rasio solvabilitas / leverage adalah
mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang
yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan
masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak
dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut.
Pengurus Bank dan Kreditor jangka pendek sangat berminat pada
kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dalam jangka pendek. Tetapi
para kreditor jangka panjang atau pemegang saham selain berminat pada kondisi
jangka pendek justru terutama berminat pada kondisi jangka panjang karena posisi
keuangan jangka pendek betapapun baiknya tidaklah selalu paralel dengan posisi
keuangan jangka panjang. Dengan demikian kondisi keuangan yang baik dalam
jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam
jangka panjang.
2.1.9.2 Pengertian Capital Adequacy Ratio
Rasio solvabilitas yang diteliti diwakili oleh capital adequacy ratio
(CAR). CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan
risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR diukur dari rasio antara modal sendiri
terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Rasio modal terhadap
aktiva mulai dipergunakan karena ukuran kecukupan modal harus menunjukkan
seberapa jauh modal bank dapat menyerap kerugian dan melindungi nasabahnya.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1
tercantum bahwa Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset
tertimbang menurut resiko (ATMR), CAR adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal
sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.
Menurut Dendawijaya (2009), CAR adalah kecukupan modal yang menunjukkan
kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan
kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi,
dan mengontrol risiko-risiko yang timbul dan dapat mempengaruhi besarnya
modal bank.
Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan rumus :
CAR =
x100%
Ketentuan CAR tersebut pada dasarnya merupakan suatu ukuran modal
yang diharapkan dapat menjamin bank yang beroperasi secara internasional
maupun nasional akan beroperasi secara baik atau prudent.
2.1.10 Saham
2.1.10.1 Pengertian Saham
Salah satu surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal adalah
saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan
yang berbentuk perseroan terbatas. Saham menyatakan bahwa pemilik saham
tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan kertas saham tersebut sesuai dengan proporsi
kepemilikannya yang tertera pada saham. Menurut Martono dan Harjito (2007),
saham adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya atas
perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten). Saham juga merupakan
bukti pengambilan bagian atau peserta dalam perusahaan yang berbentuk PT
(Perseroan Terbatas). Adapun menurut Fahmi (2012), saham adalah saham yang
dimaksud disini adalah saham yang berasal dari perusahaan lain, yang dibeli oleh
pihak manajemen perusahaan dan selanjutnya sewaktu-waktu bisa dijual kembali
jika membutuhkan dana. Dan hasil keuntungan penjualan tersebut akan masuk ke
kas perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda bukti kepemilikan
perusahaan yang dibeli dari emiten (perusahaan yang menjual sahamnya) dan
mempunyai hak atau sebagian kekayaan perusahaan itu dan proporsinya sesuai
dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor tersebut.
2.1.10.2 Jenis-Jenis Saham
Menurut Martono dan Harjito (2007), menyebutkan bahwa pada
dasarnya ada dua jenis saham, yaitu :
1. Saham Preferen / Preffered Stock
Saham preferen merupakan pendanaan yang memiliki sifat kombinasi antara
hutang dan saham biasa. Jika terjadi likuidasi, tuntutan pemegang saham
preferen atas aktiva berada pada urutan setelah kreditur namun sebelum
pemegang saham biasa. Dari sisi perusahaan yang mengeluarkan saham
preferen, manfaat utama yang diperoleh adalah bahwa pembayaran dividen
atas saham preferen relatif lebih fleksibel dibandingkan dengan bunga hutang.
Karena walaupun saham preferen memiliki dividen, namun pembayarannya
dividen cenderung bersifat sebagai kebijakan perusahaan. Pada dasarnya ada
dua jenis saham preferen, yaitu saham preferen kumulatif dan saham preferen
partisipasi. Pada saham preferen kumulatif selalu diperhitungkan kewajiban
pembayaran dividennya sebelum membayar dividen kepada pemegang saham
biasa. Sedangkan saham preferen partisipasi merupakan saham preferen
dimana pemiliknya juga berhak menerima dividen tambahan. Dengan saham
preferen partisipasi berarti pemegang saham preferen jenis ini diberikan
kesempatan untuk menikmati nilai sisa laba perusahaan berdasarkan jumlah
yang disepakati.
2. Saham Biasa / Common Stock
Saham biasa yaitu saham yang tidak mencantumkan nama pemilik dan
kepemilikannya melekat pada pemegang sertifikat tersebut. Saham biasa
merupakan saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham
biasa perusahaan merupakan pemilik akhir perusahaan. Secara kelompok
mereka memiliki perusahaan dan menanggung risiko terakhir kepemilikan.
Kepemilikan mereka dibatasi sesuai dengan investasi. Jika terjadi likuidasi,
pemilik saham biasa memiliki hak atas sisa tuntutan terhadap aktiva
perusahaan setelag tuntutan kreditur dan pemegang saham preferen dipenuhi
seluruhnya. Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo, namun pemegang saham
dapat melikuidasi investasinya dengan menjual saham yang dimiliki pada
pasar sekunder. Menurut Fahmi (2012), saham biasa ini memiliki beberapa
jenis yaitu :
a. Blue Chip Stock / Saham Unggulan
b. Growth Stock
c. Defensive Stock / Saham Defensif
d. Cyclical Stock
e. Seasonal Stock
f. Speculative Stock
2.1.10.3 Hubungan antara Rasio Keuangan dengan Harga Saham
Setiap akhir periode waktu perusahaan akan menerbitkan laporan
keuangan / annual report. Laporan keuangan yang telah diterbitkan setelah
dianalisis akan memberikan informasi-informasi yang sangat bermanfaat terutama
berkaitan dengan rasio keuangan perusahaan yang berguna untuk menunjukkan
apakah posisi keuangan perusahaan tersebut membaik atau tidak selama periode
waktu tersebut. Hal ini akan sangat membantu bagi pihak-pihak yang memiliki
kepentingan atas laporan keuangan perusahaan tersebut, terutama pihak investor,
manajemen dan pihak lainnya yang potensial. Berdasarkan nilai rasio keuangan
yang telah diperoleh, maka manajemen perusahaan yang bersangkutan maupun
investor akan dapat menentukan keputusan ekonomi, setelah menilai kinerja
perusahaan yang dilihat dari rasio keuangan tersebut dan melakukan penilaian
terhadap harga saham perusahaan. Sebagai contoh adalah rasio ROI (Return On
Investment), jika diperoleh ROI yang cukup tinggi, maka dapat diasumsikan
bahwa perusahaan tersebut beroperasi secara efektif untuk menghasilkan
keuntungan atau profit dengan pemanfaatan modal sendiri, hal ini merupakan
daya tarik bagi investor yang mengharapkan tingkat pengembalian (return) dari
investasi yang ditanamkan di perusahaan yang bersangkutan.
2.2
Kajian Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai pengaruh rasio profitabilitas, nilai pasar,
likuiditas dan solvabilitas terhadap harga saham di Indonesia diantaranya adalah
Siregar (2010) dalam penelitiannya mengenai pengaruh kinerja keuangan
terhadap harga saham menyimpulkan bahwa ROE dan DER secara parsial dan
simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Susilo (2009) dalam
penelitiannya dengan menggunakan variabel ROE, memiliki pengaruh signifikan
terhadap perubahan harga saham. Penelitian Siregar (2010) didukung juga oleh
Fitriyanti (2009) yang menemukan bahwa variabel DER berpengaruh terhadap
harga saham secara parsial maupun simultan. Lestyorini (2008) juga melakukan
penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham dan
menemukan hasil penelitian yang berbeda dengan Fitriyanti (2009), Susilo (2009)
dan Siregar (2010). Hasil penelitian Lestroyini (2008) dengan menggunakan
variabel keuangan ROE, ROI, EPS dan DER menemukan bahwa secara
individu/parsial hanya ROI dan EPS yang berpengaruh terhadap harga saham dan
secara simultan (ROE, ROI, EPS dan DER) berpengaruh terhadap harga saham.
Penelitian Fitriyanti (2009) dengan menggunakan DER dan Jhojor (2009)
menggunakan ROE menemukan hasil parsial serupa yang ditemukan Lestroyini
(2010).
Penelitian lainnya dilakukan oleh Putra (2009) yang melakukan penelitian
mengenai pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio
profitabilitas (ROI dan NPM) terhadap harga saham perusahaan dan menemukan
hasil penelitian secara parsial menunjukkan profitabilitas yang diukur dengan ROI
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan NPM tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham.
Wulandari (2009) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio
profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham dan menemukan hasil
penelitian secara simultan yang menggunakan uji F-statistik menunjukan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara kinerja keuangan yang diukur dengan
rasio solvabilitas (DER), rasio profitabilitas (ROI) dan rasio pasar (EPS) terhadap
harga saham.
Aziz (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh return on asset
(ROA), debt to equity (DER), tingkat suku bunga dan tingkat inflasi terhadap
return saham dan menemukan hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa
variabel Return On Asset (ROA) berpengaruh positif, Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh negative tetapi tidak signifikan sementara variabel tingkat suku
bunga dan tingkat inflasi sama-sama memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap return saham.
Hamzah (2007) menganalisis korelasi antara rasio keuangan, yang
mencakup rasio likuiditas (Current Ratio), rasio profitabilitas (Return on
Investment), rasio aktivitas (Total Assets Turnover) dan rasio solvabilitas (DER)
dan capital gain/loss dan dividend di dalam 135 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEJ. Di dalam penelitian ini menyatakan bahwa seluruh rasio tersebut
memiliki korelasi positif/searah dengan capital gain/loss. Meskipun, hanya
current ratio yang dimana memiliki tingkat signifikansi (α=5%). Lebih lanjut,
korelasi dengan dividend yield, hanya total assets turnover yang terbukti
signifikan (α=10%).
Padli (2011) menyatakan Faktor-faktor fundamental yang berpengaruh
terhadap harga saham, ternyata hanya sebagian yang berpengaruh. Dari tiga
variabel yang diteliti yaitu LDR, CAR, dan ROA, hanya ROA yang terbukti
berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. Sedangkan variabel LDR dan
CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
2.3
Kerangka Pemikiran
Dalam arti sempit pengertian pasar merupakan tempat para penjual dan
pembeli bertemu untuk melakukan transaksi. Artinya pembeli dan penjual
langsung bertemu untuk melakukan transaksi dalam suatu lokasi tertentu. Lokasi
atau tempat pertemuan tersebut disebut pasar. Namun, dalam arti luas pengertian
pasar merupakan tempat melakukan transaksi antara pembeli dan penjual, dimana
pembeli dan penjual tidak harus bertemu dalam suatu tempat atau bertemu
langsung, tetapi dapat dilakukan melalui sarana informasi yang ada seperti sarana
elektronika.
Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya
para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh
modal. Pasar Modal menurut Husnan (2005), yaitu secara formal pasar modal
dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau
sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang
ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,
maupun perusahaan swasta. Dengan demikian, pasar modal merupakan konsep
yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam financial
market, diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik dana
jangka pendek maupun jangka panjang, baik negotiable atau tidak. Penjual dalam
pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga
mereka berusaha untuk menjuak efek-efek di pasar modal. Sedangkan pembeli
(investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut
mereka menguntungkan. Pasar modal dikenal dengan nama bursa efek dan di
Indonesia dewasa ini hanya memiliki satu bursa efek yaitu Bursa Efek Indonesia
(gabungan dari Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya).
Dalam melakukan transaksi di pasar biasanya ada barang atau jasa yang
diperjualbelikan. Begitu pula dengan pasar modal, barang yang diperjualbelikan
kita kenal dengan istilah instrumen pasar modal. Instrument pasar modal menurut
Kasmir (2008), yaitu instrumen pasar modal yang diperdagangkan berbentuk
surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan kembali oleh pemiliknya, baik
instrumen pasar modal bersifat kepemilikan atau bersifat utang. Instrument pasar
modal yang bersifat kepemilikan diwujudkan dalam bentuk saham, sedangkan
yang bersifat utang diwujudkan dalam bentuk obligasi. Pada umumnya transaksi
dalam pasar modal adalah berbentuk sekuritas yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan-perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), yang meliputi saham
dan obligasi yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Dua pendekatan
dasar dalam melakukan analisis dan memilih saham, yaitu Analisis Fundamental
dan Analisis Teknikal.
Menurut Husnan (2005), definisi analisis fundamental adalah Analisis
Fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang
dengan (i) mengestimasi nilai factor-faktor fundamental yang mempengaruhi
harga saham di masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan variabelvariabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini sering
disebut sebagai share price forecasting model, dan sering dipergunakan dalam
berbagai pelatihan analisis sekuritas. Sedangkan definisi Analisis Teknikal
menurut Husnan (2005) adalah Analisis Teknikal ini merupakan upaya untuk
memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga
saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Berlainan dengan pendekatan
fundamental, analisis teknikal tidak memperhatikan factor-faktor fundamental
(seperti
kebijaksanaan
pemerintah,
pertumbuhan
ekonomi,
pertumbuhan
penjualan perusahaan, pertumbuhan laba, perkembangan tingkat bunga, dan
sebagainya) yang mungkin mempengaruhi harga saham (kondisi pasar).
Pemikiran yang mendasari analisis tersebut adalah (i) bahwa harga saham
mencerminkan informasi yang relevan, (ii) bahwa informasi tersebut ditunjukkan
oleh perubahan harga di waktu yang lalu, dan (iii) karenanya perubahan harga
saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut akan berulang.
Investasi pada umumnya dilakukan dalam dua sektor, yaitu sektor riil dan
(real assets) ataupun pada sektor keuangan (financial assets). Investasi pada
sektor riil biasanya dilakukan dengan membangun pabrik, membangun gedung,
dan lain-lain. Sedangkan investasi pada pada sektor keuangan merupakan
investasi yang dilakukan pada sekuritas, seperti membeli sertifikat deposito,
saham, obligasi ataupun sertifikat reksadana. Menurut Tandelilin (2003) yang
dimaksud dengan investasi adalah investasi adalah komitmen atas sejumlah dana
atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Sebelum memutuskan untuk
berinvestasi, investor membutuhkan informasi-informasi keuangan dalam
menggunakan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Sumber informasi
yang dapat dipergunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi
serta menilai kondisi dan potensi perusahaan adalah dengan menggunakan suatu
alat berupa laporan keuangan. Menurut Munawir (2007) laporan keuangan itu
terdiri dari Neraca dan Perhitungan Rugi Laba serta Laporan Perubahan Modal,
dimana Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal
dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan Perhitungan (laporan)
Rugi Laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta
biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal
menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan
perubahan modal perusahaan. Permintaan investor terhadap saham perusahaan
dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan tersebut. Ada berbagai cara yang
bisa digunakan untuk mengukur kondisi dan prestasi keuangan suatu perusahaan
berdasarkan laporan keuangan perusahaan. Salah satunya adalah dengan
menggunakan analisis rasio keuangan (financial ratio analysis).
Rasio Profitabilitas yang diteliti diwakili oleh Return On Equity (ROE).
Menurut Munawir (2007), Rasio profitabilitas atau rentabilitas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas/keuntungan yang diperoleh dari
modal-modal yang digunakan untuk operasi tersebut atau mengukur kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Analisa Return On Equity (ROE)
dalam menganalisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah
satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisa
ROE ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan
perusahaan untuk mengukur sejauh mana suatu perusahaan dapat mempergunakan
sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atau ekuitas.
Pengertian Return On Equity menurut Kasmir (2008), merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk
mendaptkn net income. Semakin tinggi rasio ROE maka semakin baik keadaan
perusahaan tersebut. Artinya, posisi pemilik perusahaan semakin kuat, dan
berlaku juga sebaliknya. Menurut Kasmir (2008), ROE dapat diperoleh dengan
rumus:
ROE =
Rasio selanjutnya yang peneliti teliti adalah rasio nilai pasar. Rasio nilai
pasar ini digunakan oleh investor untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi
yang terjadi di pasar/market. Dan bagi perusahaan, rasio ini mampu memberikan
pemahaman bagi pihak manajemen perusahaan terhadap kondisi penerapan yang
akan dilaksanakannya dan dampaknya pada masa yang akan datang. Rasio nilai
pasar ini diwakili oleh Earning Per Share. Tingkat pengembalian dari pemilik
modal yang dapat dilihat dari Earning Per Share (EPS) merupakan rasio nilai
pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. Pada umumnya
manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham
sangat tertarik dengan nilai EPS yang tinggi, karena hal ini merupakan salah satu
indikator keberhasilan perusahaan. Menurut Gitman (2006), Earning Per Share
dapat dirumuskan sebagai berikut :
EPS =
Selain rasio profitabilitas dan nilai pasar, variabel selanjutnya yang dapat
dijadikan sebagai indikator dalam menilai saham untuk investasi adalah dengan
melihat rasio Likuiditas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban lancar finansialnya. Rasio
likuiditas diwakili oleh Loan To Deposit Ratio. Menurut Kasmir (2008), Loan To
Deposit Ratio yaitu rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan
dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.
Besarnya Loan To Deposit Ratio menurut peraturan pemerintah maksimum adalah
110%. Loan To Deposit Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
Loan To Deposit Ratio =
Selanjutnya, penulis akan meneliti variabel terakhir yaitu rasio
solvabilitas. Rasio solvabilitas mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh
pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio
ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan
dibiayai oleh hutang dan rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari
para pemberi pinjaman (Bank). Menurut Munawir (2007), Pengurus Bank dan
Kreditor jangka pendek sangat berminat pada kemampuan perusahaan untuk
membayar hutangnya dalam jangka pendek. Tetapi para kreditor jangka panjang
atau pemegang saham selain berminat pada kondisi jangka pendek justru terutama
berminat pada kondisi jangka panjang karena posisi keuangan jangka pendek
betapapun baiknya tidaklah selalu paralel dengan posisi keuangan jangka panjang.
Dengan demikian kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak
menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang. Rasio
solvabilitas yang diteliti diwakili oleh Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut
Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 tercantum
Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang
menurut resiko (ATMR), CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar
jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.
Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan rumus :
CAR =
x100%
Menurut Pandji dan Piji (2003) harga saham dapat dibedakan menjadi 3
yaitu :
a. Harga Nominal
b. Harga saham perdana
c. Harga pasar
Pusat perhatian para investor yang utama di dalam pasar modal adalah
harga saham. Harga saham dalam penelitian ini merupakan pengertian harga
saham pasar sekunder. Pasar sekunder adalah pasar untuk memperdagangkan
saham yang telah beredar. Harga saham pada pasar sekunder ditentukan oleh
hukum penawaran dan permintaan. Harga pasar saham memiliki nilai yang
berbeda-beda setiap waktunya. Jadi, harga saham di pasar sekunder akan
terbentuk oleh adanya hukum penawaran dan permintaan antar para investor
terhadap saham suatu perusahaan. Kesepakatan harga saham dapat terbentuk
ketika terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli untuk suatu harga saham
tertentu yang diperjualbelikan di pasar modal. Kesepakatan investor tersebut
terjadi dikarenakan berbedanya analisis yang dilakukan antar investor dalam
menganalisis suatu saham dan berbedanya informasi yang didapat oleh para
investor, semakin akurat informasi yang diterima oleh investor maka akan
semakin tepat keputusan yang diambil oleh investor tersebut untuk membeli atau
menjual saham yang dimilikinya dan berlaku sebaliknya. Melalui analisis
fundamental, investor mempelajari dan mengestimasi nilai faktor-faktor
fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham suatu perusahaan. Kondisi
kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dicerminkan oleh Return On Equity,
Earning Per Share, Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut. Dengan demikian Return On Equity, Earning Per Share,
Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio dapat mempengaruhi harga
saham.
Kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas dapat diilustrasikan dalam
bagan kerangka pemikiran berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Pasar Modal
Investor
Analisis Teknikal
Analisis Fundamental
Kinerja Keuangan
(Laporan Keuangan)
Rasio Keuangan
Profitabilitas
Aktivitas
ROE
abili
Likuiditas
Nilai Pasar
Solvabilitas
LDR
EPS
CAR
Harga Saham
Keterangan :

:
Variabel yang diteliti

:
Variabel yang tidak diteliti
2.4 Pengembangan Hipotesis
Atas dasar pertimbangan dari penelitian pengaruh rasio profitabilitas, nilai
pasar, likuiditas dan solvabilitas terhadap harga saham pada PT. Bank Mandiri,
Tbk dimana sebelum memutuskan untuk berinvestasi, investor membutuhkan
informasi-informasi keuangan dalam menggunakan analisis terhadap kondisi
keuangan perusahaan. Sumber informasi yang dapat dipergunakan oleh investor
dalam mengambil keputusan investasi serta menilai kondisi dan potensi
perusahaan adalah dengan menggunakan suatu alat berupa laporan keuangan.
Permintaan investor terhadap saham perusahaan dipengaruhi oleh kinerja
keuangan perusahaan tersebut. Ada berbagai cara yang bisa digunakan untuk
mengukur kondisi dan prestasi keuangan suatu perusahaan berdasarkan laporan
keuangan perusahaan. Salah satunya adalah dengan menggunakan analisis rasio
keuangan (financial ratio analysis).
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Pada rasio tersebut penulis
menggunakan satu rasio yang mewakili profitabilitas yaitu Return On Equity
(ROE). Siregar (2010) juga mengatakan dalam penelitiannya mengenai pengaruh
kinerja keuangan terhadap harga saham menyimpulkan bahwa ROE dan DER
secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Bagja Rahman Putra (2009) yang melakukan
penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan
rasio profitabilitas (ROI dan NPM) terhadap harga saham perusahaan dan
menemukan hasil penelitian secara parsial menunjukkan profitabilitas yang diukur
dengan ROI berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan NPM tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hal ini, dapat
disimpulkan bahwa rasio profitabilitas yang dalam penelitian ini diwakili oleh
ROE berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Rasio nilai pasar adalah rasio yang digunakan oleh investor untuk
mendapatkan gambaran mengenai kondisi yang terjadi di pasar/market. Dan bagi
perusahaan, rasio ini mampu memberikan pemahaman bagi pihak manajemen
perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakannya dan
dampaknya pada masa yang akan datang. Rasio nilai pasar ini diwakili oleh
Earning Per Share. Lestroyini (2010) mengatakan variabel keuangan ROE, ROI,
EPS dan DER menemukan bahwa secara individu/parsial hanya ROI dan EPS
yang berpengaruh terhadap harga saham dan secara simultan (ROE, ROI, EPS dan
DER) berpengaruh terhadap harga saham. Artinya, variable keuangan EPS yang
akan diteliti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar semua kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo. Jika
perusahaan mampu melakukan pembayaran artinya perusahaan dalam keadaan
likuid tetapi jika tidak maka perusahaan dikatakan ilikuid. Rasio likuiditas yang
penulis gunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Menurut Padli (2011)
menyatakan Faktor-faktor fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham,
ternyata hanya sebagian yang berpengaruh. Dari tiga variabel yang diteliti yaitu
LDR, CAR, dan ROA, hanya ROA yang terbukti berpengaruh secara parsial
terhadap harga saham. Sedangkan variabel LDR dan CAR tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hal ini, disimpulkan bahwa
LDR dan CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur sampai seberapa jauh
aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang dan rasio ini menunjukkan indikasi tingkat
keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Menurut Munawir (2007),
Pengurus Bank dan Kreditor jangka pendek sangat berminat pada kemampuan
perusahaan untuk membayar hutangnya dalam jangka pendek. Tetapi para
kreditor jangka panjang atau pemegang saham selain berminat pada kondisi
jangka pendek justru terutama berminat pada kondisi jangka panjang karena posisi
keuangan jangka pendek betapapun baiknya tidaklah selalu parallel dengan posisi
keuangan jangka panjang. Dengan demikian kondisi keuangan yang baik dalam
jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam
jangka panjang. Rasio solvabilitas yang diteliti diwakili oleh Capital Adequacy
Ratio (CAR).
Berdasarkan pandangan di atas, maka pada penelitian dirumuskan
beberapa hipotesis untuk diuji apakah rasio profitabilitas, nilai pasar, likuiditas
dan solvabilitas berpengaruh terhadap harga saham. Berdasarkan hal tersebut
maka hipotesis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 = Rasio profitabilitas berpengaruh terhadap harga saham pada PT. Bank
Mandiri, Tbk.
H2 = Rasio nilai pasar berpengaruh terhadap harga saham pada PT. Bank Mandiri,
Tbk.
H3 = Rasio likuiditas berpengaruh terhadap harga saham pada PT. Bank Mandiri,
Tbk.
H4 = Rasio solvabilitas berpengaruh terhadap harga saham pada PT. Bank
Mandiri, Tbk.
Download