BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Berdasarkan Angka Sementara (ASEM) 2011 dari Direktorat Jenderal Perkebunan, luas areal kelapa sawit di Indonesia cenderung meningkat selama tahun 2000-2011. Perkebunan Besar Swasta (PBS) mendominasi luas areal kelapa sawit, diikuti oleh Perkebunan Rakyat (PR) dan Perkebunan Besar Negara (PBN). Tahun 2011 luas areal kelapa sawit Indonesia mencapai 8,91 juta ha, dengan rincian luas areal PBS sebesar 4,65 juta ha (52,22%), luas areal PR sebesar 3,62 juta ha (40,64%), dan luas areal PBN sebesar 0,64 juta ha (7,15%) (Indarti, 2013:1). Kelapa sawit merupakan tanaman yang menghasilkan minyak CPO (Crude Palm Oil) dan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil). CPO dihasilkan dari pengolahan Tandan Buah Segar (TBS). Sisa dari pengolahan tandan buah segar ini berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebanyak 20-23% dari bahan baku Tandan Buah Segar (TBS). Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan jenis limbah padat dengan kandungan lignoselulosa yang sukar didekomposisi(Fricke, 2009:16). Timbulnya persoalan pencemaran lingkungan berasal dari pengolahan minyak kelapa sawit, karena sekitar 90 juta m3 biomassa terdiri dari batang pohon, daun, kulit, ampas, dan tandan kosong dihasilkan tiap tahunnya. Proses pengolahan kelapa sawit yang dilakukan di pabrik-pabrik tentu menghasilkan limbah yang jika tidak 1 2 ditangani dengan benar maka akan menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Selain limbah padat berupa TKKS, pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan limbah cair dan gas. Limbah cair dari pengolahan kelapa sawit berupa lumpur (sludge), dan limbah gas dari pengolahan kelapa sawit berupa gas cerobong dan uap air buangan pabrik kelapa sawit (Pamin, 2009:1-2). Pengolahan limbah TKKS selama ini yang dilakukan oleh pabrik hanyalah sebatas pembakaran, dan dibuang begitu saja. Proses pembakaran TKKS nantinya akan menjadi polusi dan dapat mencemari lingkungan. Padahal, jika ditindaklanjuti dengan baik TKKS ini berpotensi untuk dimanfaatkan kembali, misalnya diolah menjadi pupuk kompos, papan serat, bahan bakar biodiesel, dan media tumbuh untuk budidaya jamur. Pengomposan/dekomposisi merupakan salah satu pengolahan limbah TKKS yang tidak menggunakan cairan asam dan bahan kimia, melainkan menggunakan mikroorganisme berupa jamur dan bakteri sehingga tidak terdapat pencemaran atau polusi. Proses pengomposannya pun tidak menghasilkan limbah. Menurut Dharmawibawa (2004:1), biodegradasi oleh mikroorganisme merupakan salah satu cara yang tepat, efektif dan hampir tidak ada efek sampingnya pada lingkungan karena tidak menghasilkan racun atau blooming karena mikroba ini akan mati. Setiap mikroorganisme memiliki kemampuan untuk mendegradasi suatu substrat organik. Contohnya bakteri yang memiliki kemampuan mendegradasi selulosa, yaitu: Achromobacter, Angiococcus, Cellfalcicula, Cellvibrio,Polyangium, Sorangium, Pseudomonas, Cytophaga, Cellulomonas, Vibrio, Sporocytophaga, 3 Bacillus, Clostridium. Bakteri pendegradasi hemiselulosa, yaitu: Bacillus, Achromobacter, Pseudomonas, Cytophaga, Sporocytophaga, Lactobacillus, Vibrio. Bakteri pendegradasi lignin, yaitu: Pseudomonas, pendegradasi yaitu: Bacillus, pektin, pendegradasi protein, Clostridium, Flavobacterium. Bakteri Pseudomonas. Bakteri yaitu: Clostridium, Bacillus, Pseudomonas, Serratia, Micrococcus. Bakteri pendegradasi khitin, yaitu: Cytophaga, Achromobacter, Bacillus, Beneckea, Chromobacterium, Flavobacterium, Micrococcus, Pseudomonas (Rao, 1994:226). Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat kemampuan suatu mikroorganisme dalam proses dekomposisi suatu bahan organik. Kesumaningwati (2015: 40-45), menggunakan MOL (Mikroorganisme Lokal) bonggol pisang sebagai dekomposer untuk pengomposan tandan kosong kelapa sawit. Begitu juga dengan Ekawati dan Syekhfani (2005:120), menggunakan campuran bakteri selulolisis dan bakteri penambat nitrogen untuk mempercepat proses dekomposisi jerami padi. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Nur, dkk (2008:71) yang menggunakan bakteri selulolitik dan xilanolitik untuk mendekomposisi jerami padi.Nugraha (2014: 52) telah melakukan penelitian mengenai identifikasi bakteri pendegradasi limbah tandan kosong kelapa sawit dari sebuah perusahaan, dan teridentifikasi 18 isolat bakteri pendegradasi limbah tandan kosong kelapa sawit. Akan tetapi, kemampuan 18 isolat bakteri dalam mendekomposisi limbah tandan kosong kelapa sawit belum diuji. Oleh karena itu,perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji kemampuan ke 18 4 isolat bakteri dengan judul“Uji Kemampuan Inokulum Bakteri Pendegradasi Dalam Proses Pengomposan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit”. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah inokulum bakteri mampu mendegradasi limbah tandan kosong kelapa sawit? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan inokulum bakteri dalam mendegradasi limbah tandan kosong kelapa sawit. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai sumber informasi mengenai jenis inokulum bakteri yang mampu mendegradasi limbah tandan kosong kelapa sawit. 2. Menjadi bahan materi pengayaan pembelajaran mikrobiologi terapan pada mata kuliah mikrobiologi. 3. Menjadi bahan materi penuntun praktikum mikrobiologi terapan. 5 1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian 1.5.1 Ruang lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi dan Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jambi. 1.5.2 Batasan Penelitian Batasan penelitian ini adalah: 1. Bakteri yang digunakan yaitu bakteri pendegradasi yang berasal dari limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dari PT. Era Sakti Wira Forestama Muaro Jambi. 2. Parameter yang akan diamati adalah Rasio C/N. Rasio C/N diperoleh dari perbandingan kadar C-organik dan N-total TKKS. 1.6 Definisi Operasional 1. Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan salah satu hasil sampingan industri pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. 2. Degradasi kelapa sawit adalah proses penguraian dengan bantuan organisme untuk menguraikan senyawa yang terdapat pada limbah tandan kosong kelapa sawit yang memiliki susunan kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. 3. Inokulum adalah kultur murni bakteri yang diinokulasikan ke dalam sebuah media. 6