Topik Utama KAJIAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN AKUABAT, MINYAK BERAT (MFO), DAN BATUBARA PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA Gandhi Kurnia Hudaya Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara [email protected] SARI Kebijakan energi nasional mengamanatkan bahwa di masa mendatang batubara akan menduduki porsi 33% dari bauran energi nasional atau menjadi sumber energi utama. Penggunaan batubara sebagai sumber energi salah satunya adalah untuk memasok energi bagi industri atau pembangkit listrik yang menggunakan boiler. Teknologi yang dapat digunakan adalah teknologi Akuabat. Akuabat merupakan campuran batubara dan air dalam perbandingan tertentu dan untuk mencegah terjadinya endapan batubara maka umumnya ditambah dengan bahan aditif. Dengan bentuknya sebagai bahan bakar cair maka Akuabat dapat digunakan sebagai pengganti minyak berat yang lebih murah serta lebih mudah ditangani. Khususnya untuk industri yang memakai boiler dibutuhkan modifikasi yang tidak terlalu sulit dengan biaya terjangkau. Salah satu industri yang berpotensi untuk menggunakan Akuabat adalah pembangkit listrik. Kajian yang dilakukan adalah membandingkan biaya bahan bakar pembangkit listrik antara yang menggunakan minyak berat (MFO), Akuabat dan batubara. Kajian dilakukan menggunakan analisis dan perhitungan dari studi pustaka dan data sekunder. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa biaya bahan bakar pembangkit listrik berkapasitas 600 MW per tahun yang menggunakan bahan bakar MFO, Akuabat dan batubara secara berturut-turut adalah US$ 557,4 juta, US$ 495 juta dan US$ 111 juta. Penggunaan Akuabat sebagai bahan bakar terbukti lebih hemat dari sisi biaya bahan bakar dibandingkan menggunakan MFO. Meskipun demikian jika dibandingkan dengan batubara maka selisihnya sangat besar. Oleh karena itu diperlukan strategi khusus dalam pemanfaatan Akuabat sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Selain itu, kajian yang lebih detail serta lebih luas cakupannya juga penting dilakukan untuk menghitung potensi penghematan penggunaan Akuabat. Kata kunci : akuabat, MFO, pembangkit listrik 1. PENDAHULUAN Kebijakan energi nasional yang dijabarkan dalam bentuk Blue Print Pengelolaan Energi Nasional mengamanatkan bahwa di masa mendatang tepatnya tahun 2050, batubara ditargetkan memiliki porsi 33% dari bauran 96 energi nasional. Salah satu teknologi pemanfaatan batubara yang dapat digunakan adalah teknologi Akuabat. Penggunaan Akuabat adalah sebagai sumber energi pada industri khususnya industri yang menggunakan boiler serta pada pembangkit listrik. Akuabat dapat berfungsi sebagai substitusi bahan bakar minyak M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015 Topik Utama khususnya minyak berat, antara lain di pembangkit listrik, industri tekstil, keramik dan pulp. Akuabat memiliki potensi yang besar dimasa mendatang sebagai bahan bakar alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya minyak berat (MFO:Marine Fuel Oil) dengan harga yang relatif lebih murah dan modifikasi peralatan yang tidak terlalu rumit. Keunggulan Akuabat antara lain pada faktor biaya dan kemudahan modifikasi. Biaya akuabat lebih murah dari MFO dan juga pengalihan teknologi dari penggunaan MFO menjadi Akuabat tidak terlalu berbeda karena keduanya merupakan bahan bakar cair. Sebagai bahan bakar cair maka Akuabat memiliki keunggulan terutama mengenai transportasi dan masalah lingkungan. Penggunaan batubara dalam bentuk cair akan mengurangi resiko banyaknya debu yang bertebaran, mengurangi resiko terhadap swabakar dan dalam penyimpanannya batubara cair memerlukan lahan yang tidak terlalu luas dibandingkan batubara padat. Khusus untuk industri pengguna boiler yang dalam kegiatannya memerlukan bahan bakar cair sebagai pengganti minyak dengan biaya lebih murah serta lebih mudah ditangani dibandingkan dengan menggunakan batubara padat. Penelitian Akuabat telah dilakukan oleh tekMIRA sejak tahun 2000 dengan menggunakan berbagai jenis batubara, baik batubara peringkat tinggi, batubara peringkat rendah dan batubara peringkat rendah yang diupgrade. Selain itu PT JGC dari Jepang juga telah melakukan penelitian tentang Akuabat yang diberi nama JCF (JGC Coal Fuel) dan telah membangun sebuah pabrik demonstrasi di Karawang berkapasitas 10.000 ton JCF per tahun. Meskipun hasil penelitian JGC tersebut sudah terbukti baik dan dapat mensubstitusi minyak berat namun hingga kini belum ada industri ataupun pihak lain yang menjadi pengguna teknologi atau turut membangun pabrik komersialnya. Oleh karena itu PT JGC menggunakan strategi lain untuk menarik minat investor yaitu melalui pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 500 KW di lokasi pabrik demo-nya. Diharapkan M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015 dengan pembangunan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar JCF tersebut dapat lebih meyakinkan calon investor. Selain calon pembeli teknologi, tidak menutup kemungkinan bahwa PT JGC juga akan menjadi salah satu investor yang memasok listrik kepada PLN dengan menggunakan bahan bakar JCF. Kajian ini dimaksudkan untuk membandingkan penggunaan bahan bakar batubara, MFO dan Akuabat pada pembangkit listrik, khususnya di sisi ekonomi. Diharapkan melalui kajian ini dapat mencerminkan manfaat penggunaan Akuabat serta menarik minat investor untuk mengkomersialkan teknologi Akuabat ini di Indonesia sehingga batubara Indonesia dapat memberikan nilai tambah yang maksimal. 2. METODOLOGI PENELITIAN Kajian perbandingan ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari studi pustaka baik dari buku, media cetak ataupun media di internet. Selain itu digunakan juga data hasil diskusi serta konsultasi antara peneliti dengan ahli-ahli di bidang Akuabat, batubara serta pembangkit listrik. Selain data sekunder dan hasil diskusi kajian ini masih juga menggunakan asumsi mengingat keterbatasan waktu pelaksanaanya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data sekunder, disusunlah analisis finansial melalui perhitungan total biaya yang diperlukan untuk menghasilkan listrik dari masing-masing pembangkit listrik yang menggunakan bahan baku yang berbeda tersebut untuk dibuat perbandingan. 3. PENGERTIAN AKUABAT DAN ANALISIS FINANSIAL a. Akuabat Akuabat adalah bahan bakar campuran antara batubara dan air yang dengan bantuan zat aditif yang membentuk suspensi 97 Topik Utama kental yang homogen dan stabil selama penyimpanan, pengangkutan dan pembakaran. Pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar dalam bentuk Akuabat dapat menggantikan minyak bakar berat (marine fuel oil atau heavy fuel oil) yang biasa digunakan di industri untuk pembangkit tenaga listrik, misalnya pabrik semen, pembangkit tenaga uap dan industri yang biasa menggunakan boiler sebagai penghasil uap. Keuntungan penggunaan batubara dalam bentuk Akuabat antara lain (Hudaya, GK dan Umar, DF, 2011) : – sifat alirnya yang tergolong bersifat cairan (fluida) sama dengan sifat alir bahan bakar minyak (BBM); – dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar cair menggantikan minyak bakar di kilang-kilang minyak atau industri lainnya yang biasa menggunakan minyak bakar berat (heavy fuel oil) sebagai bahan bakar untuk pengolahan produknya; – penanganan sama dengan penanganan minyak berat, memungkinkan pengiriman/pengangkutan Akuabat di antara berbagai lokasi di dalam/luar instalasi/pabrik lewat pipa; – dapat menggunakan boiler yang sama dengan boiler yang biasa digunakan untuk minyak berat dengan melakukan sedikit modifikasi; – batubara dalam bentuk suspensi dapat ditangani secara lebih bersih hingga menunjang program bersih lingkungan dan terhindar dari kemungkinan terjadinya pembakaran spontan, peledakan dan masalah debu yang biasa ditimbulkan batubara dalam bentuk serbuk. Sebagai bahan bakar, ada beberapa karakteristik Akuabat yang perlu diperhatikan, yaitu: – stabil, selama penyimpanan, pengangkutan dan pembakaran; – mempunyai konsentrasi batubara yang tinggi; 98 – mudah dialirkan melalui pipa baik saat pengangkutan maupun saat pembakaran; – mudah dibakar dengan temperatur nyala yang tinggi. JGC Corp., Jepang saat ini tengah mengembangkan teknologi pembuatan JCF yang berasal dari batubara peringkat rendah yang telah melalui proses upgrading dengan metoda hot water drying (HWD), yaitu dengan cara memanaskan batubara pada temperatur >300°C dan tekanan > 60 Bar kemudian dibuat JCF (Suyama, 2008). Bagan alir proses pembuatan JCF melalui proses hot water drying (HWD) dapat dilihat pada Gambar 1. Potensi penerapan teknologi Akuabat di Indonesia cukup baik, karena di masa mendatang pemakaian bahan bakar minyak diperkirakan akan semakin mahal seiring dengan berkurangnya cadangan di bumi. Pada saat itu Akuabat menjadi salah satu pilihan yang tepat sebagai pengganti bahan bakar minyak karena karakteristik fisiknya tidak jauh berbeda, meskipun demikian beberapa modifikasi perlu dilakukan yaitu pada burner, bagian bawah boiler, soot blower, penambahan pipa air dan penangkap debu. Beberapa contoh industri yang potensial untuk mengalihkan bahan bakarnya ke Akuabat antara lain: – industri bahan makanan, minuman, farmasi, tekstil, dan lain-lain yang biasa menggunakan minyak berat sebagai bahan bakar boiler penghasil uap; – pembangkit listrik yang saat ini menggunakan minyak berat berupa marine fuel oil (MFO) untuk mesin diesel; – sebagai umpan proses gasifikasi batubara; – industri lainnya sebagai bahan bakar langsung. M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015 Topik Utama Gambar Gambar 1. 1. Pembuatan Pembuatan JCF JCF melalui melalui proses proses hot hot water water drying drying (HWD) (HWD) b. b. Analisa Analisa Finansial Finansial Tujuan Tujuan menganalisis menganalisis aspek aspek finansial finansial dari dari suatu suatu proyek proyek bisnis bisnis adalah adalah untuk untuk menentukan menentukan rencana rencana investasi investasi melalui melalui perhitungan biaya dan manfaat perhitungan biaya dan manfaat yang yang diharapkan, diharapkan, dengan dengan membandingkan membandingkan antara antara pengeluaran pengeluaran dan dan pendapatan, pendapatan, seperti seperti ketersediaan dana, biaya biaya modal, modal, ketersediaan dana, kemampuan kemampuan proyek proyek untuk untuk membayar membayar kembali kembali dana dana tersebut tersebut dalam dalam waktu waktu yang yang telah telah ditentukan ditentukan dan dan menilai menilai apakah apakah proyek proyek akan akan dapat dapat berkembang berkembang terus terus (Umar, (Umar, 2001). 2001). Secara Secara sederhananya, sederhananya, analisis analisis finansial finansial dilakukan dilakukan untuk untuk membandingkan membandingkan antara antara manfaat manfaat dan dan biaya biaya dari dari suatu suatu rencana rencana investasi investasi atau atau proyek proyek yang yang akan akan dilakukan. dilakukan. Analisis Analisis finansial finansial juga juga dapat dapat dilakukan dilakukan untuk untuk membandingkan membandingkan antara antara beberapa beberapa proyek proyek investasi investasi yang yang akan akan dilakukan dilakukan untuk untuk menentukan proyek mana yang paling menentukan proyek mana yang paling bermanfaat bermanfaat khususnya khususnya dari dari sisi sisi ekonomi. ekonomi. M&E, M&E, Vol. Vol. 13, 13, No. No. 2, 2, Juni Juni 2015 2015 4. HASIL PERHITUNGAN PERHITUNGAN 4. HASIL Untuk Untuk membandingkan membandingkan antara antara pembangkit pembangkit listrik listrik yang yang menggunakan menggunakan bahan bahan bakar bakar berbeda berbeda dapat dapat digunakan digunakan banyak banyak cara cara namun namun secara secara sedersederhana dapat dihitung dengan berfokus hana dapat dihitung dengan berfokus pada pada penggunaan penggunaan bahan bahan bakarnya bakarnya atau atau pada pada biaya biaya bahan bahan bakar bakar tersebut. tersebut. Untuk Untuk menghitung menghitung biaya biaya bahan bahan bakarnya bakarnya maka maka diperlukan diperlukan data data serta serta asumsi-asumsi terkait perhitungan biaya bahan asumsi-asumsi terkait perhitungan biaya bahan bakar bakar sebagai sebagai berikut berikut :: a. a. Kapasitas Kapasitas pembangkit pembangkit listrik listrik Pendapatan Pendapatan dari dari pembangkit pembangkit listrik listrik diperoleh diperoleh dari dari jumlah jumlah listrik listrik yang yang dihasilkan. dihasilkan. Dalam Dalam analisis analisis ini ini diasumsikan diasumsikan bahwa bahwa kapasitas kapasitas pembangkit pembangkit listrik listrik yang yang digunakan digunakan adalah adalah sama yaitu diasumsikan memiliki sama yaitu diasumsikan memiliki kapasitas kapasitas sebesar sebesar 600 600 MW. MW. b. b. Efisiensi Efisiensi pembangkit pembangkit listrik listrik Efisiensi Efisiensi boiler boiler sangat sangat menentukan menentukan jumlah jumlah bahan bahan bakar bakar yang yang diperlukan diperlukan untuk untuk menghasilkan menghasilkan listrik listrik yang yang sama. sama. Dalam Dalam 99 Topik Utama PT PLN menggunakan rata-rata batubara dengan nilai kalori adalah sekitar 4.000-5.200 kkal/kg (GAR) yaitu 4.600 kkal/kg. Sementara untuk Akuabat, jika menggunakan data dari percobaan maka rata-rata nilai kalori yang terkandung per 1 kg Akuabat adalah 4.000 kkal/kg. perhitungan ini diasumsikan bahwa efisiensi boiler MFO adalah 50% sementara boiler Akuabat dan batubara diasumsikan memiliki efisiensi yang sama yaitu 35%. c. Kebutuhan energi per jam Untuk menghitung kebutuhan energi per jam tergantung akan kapasitas pembangkit listrik serta efisiensinya. Untuk MFO, kebutuhan energi per jamnya adalah 1.200 MWH (efisiensi 50%) sementara untuk Akuabat dan batubara membutuhkan energi sebesar 1.714 MWH (efisiensi 35%). Secara matematis dihitung dengan kebutuhan energi = [1/(efisiensi)] X kapasitas. Jika dikonversikan ke kalori maka 1 MWH setara dengan 860.000 kkal. Dengan demikian maka kebutuhan energi di MFO adalah 1,032 miliar kkal. sementara untuk Akuabat dan batubara adalah 1.474.285.714 kkal. d. Nilai kalori masing-masing bahan bakar Nilai kalori MFO berdasarkan standar ditjen migas ESDM adalah sebesar 9.766 kkal/ liter yaitu setara dengan 10.000 kkal/kg . Sementara untuk batubara pada umumnya e. Kebutuhan bahan bakar Berdasarkan asumsi-asumsi diatas maka dapat dihitung masing-masing kebutuhan bahan bakar per jam dan per tahun adalah sebagai berikut : untuk MFO 103 ton/jam setara dengan 866.880 ton/ tahun. Sementara untuk Akuabat adalah 369 ton/ jam setara dengan 2,752 juta ton/tahun dan untuk batubara adalah 320 ton/jam setara dengan 2.692.174 ton/tahun. Diasumsikan bahwa pembangkit listrik beroperasi 350 hari per tahun. f. Harga bahan bakar Harga jual produk Akuabat diperkirakan adalah US$ 160 per ton (geoenergi.com, 2013). Sedangkan jika diperbandingkan dengan harga minyak bakar MFO (marine Tabel 1. Perhitungan biaya bahan bakar Kapasitas Kapasitas Pembangkit Pembangkit Bahan Bakar Bahan Bakar 600600 MW MW 600 MW 600 MW 600 MW 600 MW MFO MFO Akuabat Akuabat Batubara Batubara 35% 10.000 4.000 10.000 4.000 4.600 4.600 Efisiensi 50% 35% 50% 35% 35% Kebutuhan energi per 1.200 1.714 1.714 Kebutuhan jam (MWH)energi 1.200 1.714 1.714 per jam (MWH) Kebutuhan energi per 1.032.000.000 1.474.285.714 1.474.285.714 Kebutuhan energi jam (kilokalori) 1.032.000.000 1.474.285.714 1.474.285.714 Efisiensi per jam (kilokalori) Nilai kalori (kkal/kg) Nilai kalori (kkal/kg) Kebutuhan bahan Kebutuhan bahan bakar (ton/jam) bakar (ton/jam) 100 103103 369 369 320 Kebutuhan (ton/ Kebutuhan tahun) (ton/tahun) 866.880 3.096.000 2.692.174 866.880 3.096.000 2.692.174 Harga bahan bakar Harga bahan bakar (U$/ton) (U$/ton) 643 643 Biaya Bahan Bakar Biaya Bahan Bakar (US$) (US$) 557.403.840 495.360.000 557.403.840 495.360.000 160 160 41,21 110.944.487 110.944.487 M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015 Topik Utama fuel oil) PT Pertamina saat ini yang berharga Rp 7.831,-/liter (termasuk PPN dan PPH) (mac-sloraindustri, 2015) atau Rp 7.910,-/ kg (dengan specific gravity 0,99 kg/liter) (PT Pertamina Indonesia, 2011) dan kurs rupiahdollar saat ini dimana 1 US$ = Rp 12.300,maka harga MFO adalah US$ 643/ton. Sementara itu harga batubara saat ini untuk nilai kalori 4.600 kkal/kg adalah sekitar US$ 41,21/ton sebagaimana tercantum dalam HBA Desember 2014 (Ditjen Minerba, 2014). 5. PEMBAHASAN a. Perhitungan di atas menunjukkan bahwa dengan kondisi serta asumsi yang ditentukan maka biaya bahan bakar untuk pembangkit listrik berbahan bakar Akuabat jika dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar MFO memang lebih murah namun kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar batubara. b. Upaya memasyarakatkan atau mengkomersialkan bahan bakar Akuabat untuk pembangkit listrik memerlukan strategi khusus karena secara biaya bahan bakar terlihat bahwa membangun pembangkit listrik berbahan baku batubara akan jauh lebih menguntungkan. Salah satu strategi misalnya adalah lokasi pembangkit listrik berbahan bakar Akuabat dipilih yang secara infrastruktur tidak cocok untuk dibangun pembangkit listrik berbahan baku batubara. Atau melakukan modifikasi pada pembangkit listrik berbahan bakar MFO. c. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat maka dibutuhkan data yang lebih detail dan lebih lengkap. Antara lain misalnya perlu dihitung secara detail biaya investasi masing-masing pembangkit serta total biaya pembangunannya, biaya operasional kemudian perlu dirinci faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi arus kas perusahaan baik dari sisi pengeluaran maupun dari sisi pendapatan. M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015 4. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Berdasarkan biaya bahan bakar, pembangkit listrik berbahan bakar Akuabat berbiaya US$ 495 juta per tahun lebih menguntungkan dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar MFO yang berbiaya US$ 557 juta per tahun. Pembangkit listrik berbahan bakar batubara adalah yang paling menguntungkan karena biayanya paling sedikit yaitu sebesar US$ 111 juta per tahun. b. Saran Perlu adanya kajian yang lebih lengkap dengan data yang lebih detail misalnya menggunakan data investasi dan biaya operasional keseluruhan. Analisis finansial yang lebih akurat juga dapat dilaksanakan dengan menggunakan parameter finansial lainnya seperti Net Present Value, Payback Period, dan Internal Rate of Return. DAFTAR PUSTAKA Hudaya, G.K., Umar, D.F., 2011, Pra Studi Kelayakan Finansial Pembangunan Coal Water Mixture di indonesia (proses upgrading berteknologi hot water drying), Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 7 Nomor 3, 201. Jalinan Group Online, 18 Januari 2015, http:// mac-solarindustri.blogspot.com. Majalah Geo-energi, 12 Desember 2013, http:// www.geoenergi.co/m/others/1154/pabrikpercontohan-pengolah-batubara-dibangundi-karawang. PT Pertamina Indonesia Online, 25 Februari 2011, http://www.pertamina.com. Suyama. C., 2008, HWT-CS technology for Substitute for Fuel Oil, Proceedings of 7th Coaltech 2008, Technical and Policy Seminar. Umar, H., 2001, Studi Kelayakan Bisnis edisi 2, Gramedia Pustaka Utama. Website Ditjen Minerba KESDM, http:// www.minerba.esdm.go.id. 101