PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN DADU UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS II SD DI SLB B.C BHAKTI PUTERA BAHAGIA KLATEN ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Bhagas Ipang Yudha NIM.09103244044 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 2016 iii Peningkatan Kemampuan Berhitung .... (Bhagas Ipang Yudha) 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN DADU UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS II SD DI SLB B.C BHAKTI PUTERA BAHAGIA KLATEN COUNTING CAPABILITY IMPROVEMENT THROUGH DICE GAME FOR SECOND GRADE DEAF STUDENTS OF SLB B.C BHAKTI PUTERA BAHAGIA KLATEN Oleh : Bhagas Ipang Yudha, Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Yogyakarta, [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan melalui media dadu pada siswa kelas II di SLB B.C Bhakti Putera Bahagia Klaten. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan prosedur penelitian di adopsi dari model Kemmis & Mc Taggart. Subyek penelitian ini berjumlah 1 siswa yang merupakan siswa tunarungu kelas II di SLB B.C Bhakti Putera Bahagia Klaten dan dilakukan selama satu bulan dengan teknik pengumpulan data termasuk tes, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan masing-masing siklus terdapat empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menghitung dapat ditingkatkan melalui media dadu. Selain itu, juga terjadi perubahan perilaku seperti kemauan mengamati pada saat pembelajaran, lebih aktif selama pembelajaran, dan lebih termotivasi seperti aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan. Pada saat dilakukan test pra tindakan subjek belum paham dan harus dibimbing oleh guru, setelah diberi tindakan siklus I subjek mulai mengerjakan secara mandiri, tetapi belum memenuhi KKM, dilanjutkan dengan pemberian siklus II. Hasil pencapaian sebelum penerapan media dadu, nilai rata-rata subjek mencapai nilai 38,3 pada (pre test), sedangkan setelah diberi perlakuan (post test) nilai rata-rata mencapai 83,3. Presentase skor siklus I pada subyek KD sebesar 66, pada siklus II terjadi peningkatan yaitu dengan skor 83.3. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian mengalami peningkatan dengan menggunakan media dadu. Kata kunci : kemampuan berhitung penjumlahan, media dadu, siswa tunarungu Abstract This research aims to improve the arithmetic summation via the medium of the dice at grade two elementary schools in SLB B.C Bhakti Putera Bahagia Klaten. This study applied the classroom action research menthod with adapted research procedure from Kemmis & Taggart model. The subjects of these studies amounted to one student who is deaf studentssecond grade primary school in SLB B.C Bhakti Putera Bahagia Klaten and performed for one mount with data collection techniques including test, observation, and documentation. The data analysis done in a descriptivequantitative and qualitative. This research consists of two cycles, each cyclethere are four stages, namely the planning stages, action, observation, and reflection. The results showed that the ability of the count can be increased through the medium dice. In addition, it also changes the behavior of such a willingness to observe at the time of learning, more active during learning, and more motivated as actively asking and 2 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2016 answering the question asked. At the time ofthe pre test do not yet understand the subject and action should be guided by the teacher, after one cycle of action given the subject began independently, butdo not meet the KKM, continued with the awarding of two cycles. The achievement of the results before the application of the media dice, the average value of the subject is reached on 38.3 (pre test), while after being given the treatment (post test) average values reach 83.3. Percentage of one cycle scoreon subject of KD of 66, on two-cycle with an increase in score 83.3. Thus, it can be concluded that the subject has increased with the use of medium dice. Keywords : arithmetic summation, dice media, deaf students (ABK) untuk memperoleh informasi. Pendahuluan Pendidikan adalah upaya yang Penyelenggaraan pendidikan bagi dilakukan secara sadar dan terencana ABK merupakan salah satu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. untuk memberikan pendidikan yang Secara disesuaikan dengan kebutuhan pada garis memiliki besar tiga pendidikan klasifikasi yaitu, setiap individu. Dengan pendidikan pendidikan formal atau yang biasa yang sesuai kebutuhan diharapkan dikenal dapat dengan pendidikan meningkatkan dan persekolahan, pendidikan non formal mengembangkan atau yang biasa dikenal dengan berkebutuhan pendidikan serta tentang Sistem Pendidikan Nasional Dengan menyatakan bahwa warga negara pendidikan luar sekolah, informal. potensi khusus. Depdiknas mendapat pendidikan, peserta didik yang dapat mengembangkan kemampuan emosional, mental, intelektual, dan dan sosial berhak memperoleh pendidikan mengoptimalkan bakat yang dimiliki. Pernyataan tersebut, dapat memiliki anak kelainan fisik, khusus. disimpulkan setiap subjek memiliki Seseorang yang mengalami hak untuk mendapatkan pendidikan hambatan pendengaran (tunarungu) yang layak. Pendidikan tidak hanya sering pula diikuti dengan tunawicara. untuk subjek yang normal saja tetapi Kondisi ini merupakan rangkaian pendidikan juga diperuntukan untuk sebab subjek dengan kebutuhan khusus. dihindari. Dalam aspek kebahasaan, Pendidikan memberikan wadah bagi anak berkebutuhan khusus akibat konsekuensi yang dari tidak dapat kelainan pendengaran (tunarungu) berdampak Peningkatan Kemampuan Berhitung .... (Bhagas Ipang Yudha) 3 pada kesulitan subjek dalam ini peserta didik lebih terkait dengan menerima rangsangan bunyi atau objek peristiwa pembelajaran bunyi yang ada konkret, maka subjek dalam tunarungu disekitarnya. Ketidakpekaan subjek metode dan permainan merupakan terhadap unsur yang penting untuk mendukung sumber bunyi subjek mengalami mengakibatkan proses pembelajaran. kesulitan dalam memproduksi bunyi dan bahasa yang ada. Hambatan yang dialami anak Secara tunarungu dan kebutuhan akan pola intelegensi potensi anak tunarungu pendidikan yang kompleks membuat tidak berbeda dengan subjek normal mereka kesulitan memahami konsep pada umumnya, hanya saja secara keilmuan fungsional intelegensi mereka berada matematika. Mumpuniarti (2007: 117) di bawah subjek normal. Hal ini menjelaskan disebabkan merupakan kesulitan dalam salah satunya bahawa suatu konsep “matematika substansi yang kemampuan memahami bahasa yang menopang pemecahan masalah dalam merupakan segala salah satu faktor sektor kehidupan”. rangkaian dari proses komunikasi Berdasarkan (Mohammad Efendi, 2007: 56). dapat dipahami bahwa matematika Selanjutnya Mohammad Efendi (2007: 79) tersebut memiliki nilai subtansi tinggi dalam dalam kehidupan. prosesnya pembelajaran pada subjek digunakan tunarungu membutuhkan kesabaran, kehidupan, salah satunya konsep yang kreativitas banyak digunakan adalah berhitung. pengajarnya menjelaskan pertanyaan dan agar keuletan dari materi yang Matematika dalam Berhitung banyak berbagai adalah aspek kegiatan disampaikan dapat dipahami. Selain pengoperasian angka yang berkaitan itu terdapat juga beberapa unsur yang dengan manipulasi angka. Dalam saling kegiatan berkesinambungan dalam berhitung atau angka terdapat pelaksanaannya. Unsur-unsur tersebut mengoprasikan adalah tujuan, materi atau bahan ajar, beberapa keterampilan yang terdiri metode, permainan atau alat peraga, dari serta evaluasi. Mengingat pada fase mengurang, mengalikan dan membagi menghitung, menambah, 4 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2016 (Mumpuniarti, 2007: 126). Oleh pembelajaran berhitung penjumlahan karena itu berhitung juga merupakan dirasa salah penyampaian satu bagian dari proses mampu membantu dan dalam pemberian matematika yang digunakan untuk informasi mengenai konsep-konsep memecahkan berhitung masalah dan secara mengajarkan subyek untuk berfikir Karena logis serta sistematis. membutuhkan Berdasarkan uraian yang ada, maka diperlukan intervensi suatu pembelajaran upaya operasi hitung. Intervensi dilakukan agar subjek dapat menyelesaikan soal lebih belajar konkret. berhitung pemahaman yang bersifat konkret, maka subjek akan mengalami kejenuhan ketika tidak memahami yang diajarkan. Penggunaan media dadu dipilih sebagai salah satu upaya untuk pemahaman siswa operasi hitung. Dalam memberikan mempermudah pemahaman mengenai konsep operasi tunarungu akan materi-materi yang hitung yang benar, dibutuhkan media terkait yang berhitung utamanya terkait dengan mampu memvisualisasikan dengan konsep-konsep pembelajaran berhitung penjumlahan. berhitung Salah satu media visual yang dapat media digunakan untuk intervensi adalah memperjelas menggunakan dadu. Dadu adalah konsep berihtung yang digunakan kubus kecil yang pada sisinya diberi dalam mata 1 – 6 dan diatur sedemikian rupa penjumlaan. Pemilihan media ini sehingga disesuaikan dua sisi yang saling berhadapan selalu berjumlah 7. diharapkan dapat membantu guru dalam mencapai tujuan instruksional hendak membelajarkan dadu mengenai Media dadu ini selanjutnya yang penjumlahan. dianggap mengenai pemecahan Pemilihan mampu konsep- masalah dengan materi-materi berhitung penjumlahan yang berdasarkan pada karakteristik siswa. Penelitian yang dicapai dalam diharapkan dapat siswa terkait memecahkan persoalan dilakukan membantu mengenai kemampuan berhitung penjumlahan. pembelajaran berhitung khususnya Penggunaan permainan dadu dalam berhitung penjumlahan. Dengan Peningkatan Kemampuan Berhitung .... (Bhagas Ipang Yudha) 5 menggunakan media dadu diharapkan SLB B.C Bhakti Putera Bahagia mampu memberikan pengaruh Klaten teradap kemampuan berhitung Subjek Penelitian membantu Dalam penjumlahan dan memperjelas konsep-konsep berhitung dalam Pembelajaran diharapkan penjumlahan. berhitung mampu nantinya penelitian ini menggunakan sebanyak 1 siswa lakilaki sebagai Berdasarkan subjek hasil penelitian. pengamatan memberikan peneliti, diperoleh data bahwa subjek manfaat bagi siswa terkait dengan memiliki kemampuan beritung yang pengaruh kurang utamanya berkaitan dengan kemampuan penjumlahan, permainan dengan ini berhitung penggunaan dirasa mampu beritung penjumlahan. Prosedur memberikan gambaran bagi pendidik akan media yang ini menggunakan dalam desain penelitian tindakan kelas yang pembelajaran berhitung bagi siswa terdiri dari empat komponen dalam tunarungu. dua METODE PENELITIAN tindakan, observasi, dan refleksi. Jenis Penelitian Siklus 1 melalui tahapan perencanaan Penelitian ini tepat Penelitian menggunakan siklus tindakan, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, pendekatan penelitian kuantitatif dan pengamatan, dan refleksi. Sedangkan kualitatif penelitian pada siklus 2 tahapan akan disusun tindakan kelas dan desain penelitian setelah dilakukan refleksi pada siklus terdiri yakni 1. Diharapkan dengan 2 siklus yang perencanaan, tindakan, observasi, dan dilakukan akan mampu memberikan refleksi. perubahan yang siginifikan terhadap dengan dari 4 Penelitian jenis tahap ini dilakukan dengan dua siklus. kemampuan Waktu dan Tempat Penelitian penelitian. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yakni 1 bulan yang dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2015. Penelitian ini dilaksanakan di berhitung subjek 6 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2016 Data, Instrumen, dan Teknik Data-data yang dikumpulkan penelitian mengenai diinterpretasikan secara kualitatif untuk diambil kesimpulan. Pengumpulan Data dalam kemudian ini yakni kemampuan data Proses analisis data diawali dari menelaah seluruh data yang berhitung bersumber dari hasil tes dan observasi penjumlahan anak tunarungu yang yang telah dicatat. Tahap berikutnya diperoleh dengan teknik tes hasil yaitu menyusun data yang diperoleh belajar menggunakan instrumen tes. dari keseluruhan observasi kemudian Selain itu, digunakan teknik observasi diolah untuk mengetahui hasil dari dan penelitian dan dilakukan untuk mengamati aktivitas individu. Nilai subjek kemudian dokumentasi. Observasi selama mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas mengetahui yang diberikan. Observasi dilakukan kemampuan secara terstruktur dengan berpedoman penjumlahan. pada instrumen dipersiapkan. Teknik yang telah Untuk dianalisis secara yang didapat dianalisis besarnya untuk peningkatan berhitung memperoleh dalam skor dokumentasi prestasi hasil belajar berhitung dalam digunakan untuk mengumpulkan data pemjumlahan menggunakan rumus identifikasi siswa, hasil lembar kerja berikut (Ngalim Purwanto, 2006: siswa, 101): foto kegiatan selama pembelajaran, dan hasil pekerjaan NP = x 100 siswa. Teknik ini digunakan sebagai Keterangan : pendukung data hasil dari teknik tes dan observasi. NP : Nilai persen yang dicari atau Teknik Analisis Data diharapkan Teknik analisis yang digunakan R : Skor mentah yang diperoleh dalam penelitian ini adalah analisis siswa deskriptif kuantitatif dan kualitatif SM : Skor maksimum ideal dari tes maksudnya yang bersangkutan dalam penelitian ini semua data yang telah dikumpulkan akan dilaporkan dalam bentuk skor, 100 : Bilangan tetap Peningkatan Kemampuan Berhitung .... (Bhagas Ipang Yudha) 7 Setelah nilai didapatkan dengan akurat.Menurut Suharsimi Arikunto rumus diatas, maka untuk mengetahui (2006: 160), instrumen penelitian mengenai adalah “alat bantu yang dipilih dan pengaruh penggunaan media dadu terhadap kemampuan digunakan berhitung oleh peneliti dalam penjumlahan mencakup kegiatannya mengumpulkan data agar dalam penguasaan kegiatan tersebut menjadi sistematis konsep-konsep operasi hitung yang dan mudah dalam mengolehnya”. akan berhitung Instrumen penjumlahan dalam penelitian ini digunakan menggunakan statistik deskriptif yang peningkatan kemampuan berhitung penyajian khususnta dalam penjumlahan untuk kemampuan digunakan dalam datanya melalui tabel, dalam untuk grafik, dan histogram. siswa kelas II. Teknik Pengumpulan Data HASIL Sugiyono (2010: menjelaskan bahwa pengumpulan data 308) teknik merupakan penelitian ini mengetahui PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Secara harfiah istilah tunarungu berasal dari kata “Tuna” dan langkah yang paling utama dalam “Rungu”. “Tuna” artinya rusak, cacat penelitian dan “Rungu” artinya pendengaran. untuk dikarenakan bertujuan mendapatkan memenuhi standar ditetapkan. Dalam menggunakan pengumpulan data yang Anak tunarungu merupakan istilah data yang umum penelitian beberapa data yang masing-masing ini teknik dimana yang digunakan untuk menunjuk seseorang yang mengalami keterbatasan dalam dan ketidakmampuan mendengarkan bunyi-bunyi teknik yang berasal dari lingkungan sekitar menyumbangkan jenis perolehan data sehingga mengalami hambatan dalam yang berlainan. memperoleh Instrumen Penelitian berkomunikasi dengan orang lain, hal Instrumen penelitian adalah alat bahasa untuk bekal ini juga menyebabkan anak tunarungu yang digunakan untuk mengukur memerlukan variabel penelitian dengan tujuan khusus sesuai dengan karakteristik menghasilkan dan kebutuhannya. data yang layanan bimbingan 8 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2016 Pengertian tunarungu dikemukakan oleh para ahli yang dapat dilihat secara langsung dalam pelaksanaan evaluasi yang diantaranya adalah Suparno (2001: 9), dilaksanakan. menjelaskan bahwa secara pedagogis kemampuan berhitung pada anak tunarungu dapat diartikan sebagai sejak “suatu kehidupan anak di masa yang akan kondisi seseorang informasi ketidakmampuan dalam secara mendapatkan lisan, membutuhkan dan dini untuk bekal membekali datang dianggap sangat penting. sehingga bimbingan Memberi Kemampuan berhitung merupakan kemampuan matematis pelayanan khusus dalam belajarnya di yang sekolah”. Sutjihati kemampuan melakukan pengerjaan- Soemantri, (2006 : 93) tunarungu pengerjaan hitung seperti menjumlah, dapat diartikan sebagai suatu keadaan mengurang, mengalikan, membagi, kehilangan memangkatkan, Menurut T. pendengaran yang di dalamnya termuat menarik akar, mengakibatkan seseorang tidak dapat menarik menangkap memanipulasi bilangan-bilangan dan berbagai terutama rangsangan, melalui indera pendengarannya. logaritma lambing-lambang matematika. Hudoyo, (1996). Nyimas Aisyah, dkk Kemampuan berhitung (2007 : 65) menyatakan Kemampuan merupakan salah satu kemampuan berhitung yang kemampuan penting serta dalam kehidupann sehari-hari, dapat dikatakan bahwa kehidupan semua aktifitas kehidupan manusia dikatakan memerlukan kemampuan kehidupan Kemampuan berhitung ini. dapat merupakan yang salah penting sehari-hari, bahwa semua semua satu dalam dapat aktifitas manusia memerlukan kemampuan ini. diartikan pula sebagai kesanggupan Menurut Hasan Alwi (2003: untuk menguasai pengerjaan suatu 145) “berhitung berasal dari kata hitungan baik berupa penjumlahan, hitung pengurangan dan keadaan, setelah mendapat awalan Kemampuan berhitung sebagainya. yang mempunyai makna juga ber- akan berubah menjadi makna mengandung arti bahwa suatu hal yang menunjukan suatu kegiatan Peningkatan Kemampuan Berhitung .... (Bhagas Ipang Yudha) 9 menghitung (menjumlahkan, rangka meningkatkan kemampuan mengurangi, membagi, mengalikan berhitung. Jadi dalam permainan ini dan peneliti sebagainya).” Menurut menggunakan proses Depdiknas (2005: 456): “berhitung berhitung yaitu penjumlahan dan adalah kegiatan yang dilakukan untuk pengurangan. Guru dapat membuat menyelesaikan suatu hitungan atau sendiri mengoperasikan angka.” Pengertian menyesuaikan lain pembelajaran. yaitu, (2007: menurut 122) Mumpuniarti “berhitung media ini tujuan dan dengan materi adalah Dadu adalah bentuk dari suatu kegiatan pengoperasian angka yang benda yang biasanya kita gunakan berkaitan dengan manipulasi angka. dalam permainan. Dalam Wikimedia Dalam atau menyebutkan “kata Dadu berasal dari terdapat bahasa latin “datum”yang berarti kegiatan berhitung mengoperasikan angka beberapa ketrampilan yang terdiri dari sesuatu menghitung, menambah, mengurang, dimainkan. mengalikan dan membagi”. obyek kecil yang umumnya berbentuk Media dadu tampaknya hingga kubus yang diberikan Dadu yang adalah digunakan atau sebuah untuk saat ini masih dianggap sebagai menghasilkan angka atau symbol sebuah permainan belaka. Belum acak. diupayakan menjadi bahan belajar Dadu adalah kubus kecil berisi secara formal. Bahkan penelitian (biasanya terbuat dari kayu, tulang, tentang gading, atau plastik), pada sisinya peningkatan kemampuan berhitung dengan permainan dadu diberi dalam matematika sedemikian belum banyak dilakukan. Permainan berhadapan dadu menurut penulis sangat tepat (Depdiknas, 2002:228). untuk pembelajaran media mata 1-6 yang diatur rupa yang saling selalu berjumlah 7 pembelajaran Tindakan dalam penelitian ini matematika. Penulis menggunakan berupa penggunaan media dadu untuk dadu yang dirancang dengan gambar- meningkatkan kemampuan berhitung gambar penjumlahan pada siswa. Tindakan pada setiap sisi-sisinya sebagai media pembelajaran dalam dilaksanakan dalam dua siklus. 10 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2016 Setelah dilakukan tes kemampuan bimbingan dan bantuan pada saat awal, siswa diberikan tindakan berupa siswa sudah mampu mengerjakan penerapan namun belum bisa sempurna. media dadu. Dalam pelaksaan tindakan dibagi menjadi Pemberian tindakan melalui tahap persiapan, pelaksanaan, dan penggunaan media dadu merupakan penutup. salah Peningkatan kemampuan satu media digunakan dengan cara siswa mengikuti dan mengajar bagi siswa tunarungu dalam menyelesaikan menanamkan konsep beritung. Hal ini berhitung yang diberikan oleh peneliti. Hasil yang proses dapat berhitung penjumlahan dapat dilihat kegiatan dalam yang belajar didasarkan atas dasar permainan dadu pada dapat memberikan daya tarik kepada siklus I sudah mencapai atau di atas siswa dan memunculkan minat belajar batas kriteria ketuntasan minimal, sehingga hambatan-hambatan belajar namun yang pada diperoleh praktiknya langkah-langkah terdapat siswa saat terdapat pada diri siswa tunarungu dalam mempelajari operasi melakukan berhitung penjumlahan hitung yang belum optimal. Berdasarkan hal dengan tersebut, maka perlu diberi tindakan dadu siklus II. Tindakan siklus II dilakukan ketidakpahaman lebih terencana berdasarkan hasil penjelasan refleksi siklus I. Setelah pemberian konsep-konsep berhitung, permainan siklus peningkatan dadu ini pun mampu merepresentasi kemampuan berhitung penjumlahan hal–hal yang tidak terlihat dari dalam dengan baik. kegiatan berhitung. Menurut David II, diketahui Beberapa dilakukan pada perbaikan saat yang pemberian penjumlahan. Selain menggunakan ini mampu permainan mengurangi siswa suatu itu, mengenai materi berupa Glover (2007: 4) berpendapat bahwa ”penjumlahan adalah cara tindakan pada siklus II memberikan menemukan jumlah total dua bilangan peningkatan kemampuan berhitung atau penjumlahan pada siswa. Perbaikan penjumlahan yang dilakukan antara lain mengulang bilangan-bilangan materi dijumlahkan. kegiatan, pemberian lebih”. Tanda ”+” menunjukan dalam bahwa tersebut Peningkatan Kemampuan Berhitung .... (Bhagas Ipang Yudha) 11 Latihan kemampuan berhitung penjumlahan menggunakan media Berdasarkan hasil pre test dan post test siklus II diketahui bahwa dadu terdiri dari empat tahapan siswa sistematis perencanaan, kemampuan berhitung penjumlahan tindakan, pengamatan, dan refleksi. dari skor 38.3, pada saat pre test dan Tahap perencanaan dengan melihat 66 pada saat dilakukannya post test pedoman tes unjuk kerja, pedoman siklus II, hal ini menunjukkan bahwa observasi, pretest, siswa KD mengalami peningkatan rencana skor 83.3. berupa melakukan Menyusun strategi pembelajaran. latihan dan Tahap pelaksanaan kemampuan berhitung penjumlahan dimulai dari langkahlangkah permainan oleh peneliti kemudian siswa mengikuti langkahlangkah yang dimaksud peneliti, jika siswa mengalami kesulitan, peneliti akan memberikan bantuan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, dan juga jika siswa mampu Nilai Persentase Peningkatan Persentase Awal Persentase Siklus I Persentase Siklus II 38.3 - 66 27.7 83.3 45 Tabel 1. Peningkatan Kemampuan Berhitung Penjumlahan 90 80 70 peneliti akan segera memberikan 50 dengan baik, penguatan yang bersifat verbal atau nonverbal. Tahap pengamatan mengamati respon, kemampuan dan pemahaman materi kemampuan refleksi berhitung. mengulang tentang Tahap kegiatan berhitung dan mengulang langkahlangkah kegiatan permainan dadu untuk meningkatkan kemampuan dan memori siswa. peningkatan Persentase maka mngerjakan mengalami 60 40 30 20 10 0 ke mampuan awal Gambar siklus II 1. Histogram Kemampuan Awal, Setelah Tindakan Siklus I, dan Setelah Tindakan Siklus II. 12 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2016 KESIMPULAN DAN SARAN langkah-langkah Kesimpulan peneliti kemudian siswa mengikuti Berdasarkan dan hasil pembahasan, penelitian yang telah permainan langkah-langkah peneliti, jika yang oleh dimaksud siswa mengalami dilakukan dapat disimpulkan bahwa kesulitan, peneliti akan memberikan penerapan media permaianan dadu bantuan sesuai dengan aturan yang dapat kemampuan telah ditetapkan, dan juga jika siswa berhitung penjumlahan pada anak mampu mngerjakan dengan baik, tunarungu. Terbukti dengan adanya maka peningkatan perolehan skor yang memberikan penguatan yang bersifat didapatkan verbal meningkatkan oleh subyek hingga peneliti atau akan segera nonverbal. mencapai kriteria keberhasilan yaitu pengamatan sebesar kemampuan dan pemahaman materi 38,3. Persentase skor mengamati Tahap pencapaian siklus I pada subjek KD tentang sebesar 66. Pada siklus II, terjadi Tahap refleksi mengulang kegiatan peningkatan skor dari siklus I yaitu berhitung dan mengulang langkah- skor yang diperoleh subjek KD langkah kegiatan permainan dadu sebesar 83,3. untuk meningkatkan kemampuan dan Peningkatan kemampuan kemampuan respon, berhitung. memori siswa. berhitung penjumlahan menggunakan Faktor-faktor yang media dadu yang terdiri dari 2 siklus menyebabkan dan masing-masing siklus terdapat adalah perbaikan dari siklus I ke yaitu empat tahapan sistematis berupa siklus II. Pada siklus II kegiatan perencanaan, tindakan, pengamatan, pembelajaran hampir sama dengan dan siklus refleksi. Tahap peningkatan I, namun dengan melihat pedoman tes unjuk perbaikan yaitu kerja, pedoman observasi, melakukan tambahan pretest, langkah yang belum dikuasai dan Menyusun rencana pelaksanaan perencanaan adanya strategi pembelajaran. latihan dan Tahap kemampuan berhitung penjumlahan dimulai dari mengulang latihan ada tindakan memberikan pada langkah- langkah-langkah menyelesaikan kegiatan pembelajaran berhitung penjumlahan. Peningkatan Kemampuan Berhitung .... (Bhagas Ipang Yudha) 13 Saran Guru diharapkan memahami kebutuhan masing-masing anak dan dapat khusus dapat mengkaji serta menerapkan media dadu sebagai alternatif salah untuk satu media siswa. Guru sebaiknya mengadakan pembelajaran remedial bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam mencapai KKM. DAFTAR PUSTAKA Nyimas, Aisyah, dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas Hasan Alwi. Dkk. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka David Glover. (2007). A-Z Matematika Volume 1. Bandung: PT. Grafindo Media Pratama. Depdiknas. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas. (2002) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Depdiknas, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional Hudoyo. Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar, nomor 2, tahun I, 1996. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP. Mohammad Efendi. (2007). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara. Mumpuniarti. (2007). Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak Hambatan Mental. Yogyakarta: Kanwa Publisher. Ngalim Purwanto. (2004). PrinsipPrinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2008). Dasardasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Suparno. (2001). Pendidikan Anak Tunarungu. Yogyakarta: PLB FIP UNY. Sutjihati, T Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung : Refika Aditama,2006.