Analisis Penggunaan “Cara Cepat” Dalam Bimbingan Belajar Dengan Teori Jerome Bruner Oleh : Ekawati Sinaga (190110110118) Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah jenjang pendidikan formal di Indonesia. Siswa yang telah lulus dari jenjang SMA diharapkan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, yaitu jenjang perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang menjadi sasaran siswa beranekaragam. Perguruan Tinggi yang memiliki kualitas baik diiringi dengan seleksi yang sulit pula. Kesulitan seleksi memicu siswa untuk belajar lebih, salah satunya adalah dengan mengikuti bimbingan belajar. Bimbingan belajar menyajikan cara pengajaran beragam seperti cara cepat dengan analisis pilihan jawaban, bukan pemahaman materi. Wawancara dengan tiga orang siswa menunjukkan bahwa penggunaan cara cepat di dalam bimbingan belajar membuat mereka lebih fokus terhadap pilihan-pilhan jawaban dan cenderung menghapal rumus. Menurut Jerome Bruner, metode yang baik dilakukan adalah dengan membiarkan siswa menemukan pola tersendiri, bukan mengajarkan cara cepat dalam mengajarkan anak. program bimbingan belajar yang berada di Pengantar Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah jenjang pendidikan formal luar lingkungan sekolah. Dengan mengikuti di program bimbingan belajar ini diharapkan Indonesia yang membutuhkan waktu tempuh dapat membantu para siswa untuk lebih selama 3 tahun, dimuali dari kelasi X sampai memahami materi yang telah diajarkan di kelas XII. Pada jenjang pendidikan ini, sekolah, kebanyakan siswa mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian masuk perguruan tinggi. dapat menempuh ujian sekolah, ujian masuk perguruan tinggi, dan ujian sehingga mereka siap dalam Di SMA, biasanya sudah diajarkan lainnya materi-materi dengan konsep yang abstrak. khususnya pada siswa kelas 3 SMA. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Banyak dari siswa kelas 3 yang akan biasanya materi-materi yang diajarkan di menghadapi ujian masuk perguruan tinggi SMA merupakan materi persiapan menuju mempersiapkan diri dengan cara mengikuti perguruan tinggi dan persiapan untuk mengikuti ujian-ujian lainnya. Terlebih lagi universitas, bukan materi di kelas XII. “tembakan” jawaban. hanya karena Menurut Jerome Pada umumnya, sekolah memiliki Bruner, seharusnya siswa harus dibiarkan tujuan utama agar siswa yang belajar di mencari pola sendiri, sehingga diperlukan sekolahnya bisa lulus pada ujian-ujian yang analisis dihadapinya. aplikasinya terhadap anak SMA. Untuk mencapai tujuan teori Jerome Bruner untuk tersebut, biasanya sekolah menggunakan teknik pengajaran yang praktis, sekolah Metode dan Hasil lebih banyak mengajarkan mengenai cara Metode yang dilakukan adalah dengan cepat tanpa wawanca terhadap tiga orang siswa SMA menjelaskan proses dari mana cara cepat yang mengikuti bimbingan belajar di tempat tersebut didapatkan, sehingga siswa lebih tertentu. banyak hanya menghapalkan cara tersebut rumus-rumus cepat pada siswa agar mereka tapi tidak memahami dari mana cara cepat dapat mengerjakan soal dengan cepat. tersebut didapatkan. Yang lebih ekstrim, Siswa mengaku mereka cenderung untuk terkadang diajarkan menghapal cara nya dibandingkan dengan dalam menjawab soal, cara menjawab soal- soal dengan menganalisa ploa-pola jawaban Bimbingan belajar menyadiakan konsep-konsep yang dipakai. yang ada, sehingga siswa bisa menjawab tanpa melakukan perhitungan ataupun pemahaman pada soal yang ada. Kesimpulan Bruner merupakan penganut teori Jika hanya dilihat berdasarkan tujuan konstruktivist, yang berarti membiarkan untuk lulus pada ujian masuk perguruan siswa menemukan pola materi dan rumus tinggi, mungkin hal ini sah saja. Tetapi, jika dengan sendirinya. Berdasarkan fenomena dilihat berdasarkan parameter keberhasilan yang telah dijelaskan, sekolah cenderung dalam pembelajaran selama masa SMA memberikan mengenai siswa menyelesaikan masalah seperti matematika, terhadap materi, hal ini tentu menyalahinya. fisika, dan yang lainnya. Guru cenderung Ujian tentu memberikan rumus secara langsung bahkan diharapkan dapat meluluskan siswa-siswa cara cepat dalam menyelesaikan persoalan yang memang paham dalam materi yang bahkan terkadang mereka diminta untuk diujikan dan sudah pantas untuk masuk ke menghapal. Hal tersebut tidak sesuai dengan tingkat masuk pemahaman perguruan tinggi cara-cara praktis dalam teori Bruner. Sepeti yang telah disebutkan di pembelajaran seperti ini, akan sulit untuk atas, Bruner menyarankan agar siswa-siswa mengaplikasikan hendaknya belajar melalui berpartisipasi konteks yang berbeda dan akan sulit untuk secara aktif dengan konsep-konsep dan mengembangkan teori tersebut. Hal tersebut prinsip-pninsip, agar mereka dianjurkan akan membuat siswa hanya cenderung untuk memperoleh melakukan rumus tersebut pada pengalaman, dan menghapal rumus tersebut dan bingung eksperimen-eksperimen yang untuk mengaplikasikannya dalam berbagai mengizinkan mereka untuk menemukan konteks. prinsip-prinsip pembelajaran itu sendiri. Hal Menurut seperti Jerome ini juga akan siswa untuk tersebutdilakukan dengan melalui ketiga membangkitkan tahapan Bruner belajar lebih lagi untuk menemukan hal-hal sebelumnya yaitu tahapan enaktif, ikonik, baru. Selain itu, kognisi siswa juga akan dan simbolik. Di dalam belajar suatu hal lebih terstimulasi untuk menemukan hal yang baru, seharusnya siswa terlebih dahulu baru, bukan hanya pasif menerima saja apa belajar secara aktif dengan benda-benda yang telah diberikan oleh guru. Kesulitan di yang konkret, kemudian membuat ikon dari dalam mengaplikasikan teori ini adalah hasil belajar tersebut, maksudnya adalah waktu yang cukup lama. Siswa tentunya mengkontketkannya kembali dalam bentuk membutuhkan waktu yang cukup lama yang berbeda seperti membuat dalam bentuk dalam menurunkan sebuah konsep ke dalam diagram, bagan, tau yang lainnya. Tahap rumus. yang disebutkan oleh motivasi Bruner, terakhir adalah tahap simbolik dimana hasil Di dalam pendekatan ini, guru yang didapatkan dari tahap sebelumnya bukanlah seseorang yang bertugas untuk direpresentasikan dalam bentuk symbol lecturing dan memberikan rumus-rumus seperti rumus. secara langsung, namun guru bertugas untuk Apabila guru memberikan rumus secara langsung tanpa menemukan hal baru secara sendiri. Dalam mengetahui asal dari rumus tersebut, itu pembelajaran ini, guru harus sangat peka artinya guru langsung lompat ke tahap yang terhadap perkembangan pengatahuan siswa terakhir tanpa sehingga guru bisa memastikan bahwa siswa yang tersebut dapat menemukan rumus sendiri. yaitu kepada tahap mempertimbangkan seharusnya dilalui siswa memfasilitasi siswa untuk belajar dan simbolik tahapan sebelumnya, dengan Daftar Pustaka Bruner, Jerome. 1996. The Culture of Education. USA: Harvard University Press Santock, John W. 2011. Educationl Psychology fifth edition.McGrawHill: New York Santrock, J. W. 2011. Child Development: Thirteenth Edition. New York: McGraw-Hill.