бвгдге жгвзи © £ ¨ § ¢ бе !¨ "An asset is something to

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aset
Aset digunakan oleh individu atau perusahaan yang memilikinya
untuk mencapai tujuan. Aset harus dijaga dan dikelola dengan baik agar nilai
yang dimilikinya tetap bertahan sesuai rencana dan harapan.
Aset biasa disebut sebagai harta atau aktiva. Seiring dengan
bertambahnya
waktu,
pemahaman
mengenai
aset
pun
mengalami
perkembangan.
2.1.1 Pengertian Aset
An asset is something to
which a party assigns value and hence for which the party requires
Pengertian aset secara umum menurut Siregar (2004) adalah
barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai
ekonomi (economic value), nilai komersil (commercial value) atau nilai
tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau
individu. Sedangkan menurut Sutrisno (2004), aset adalah suatu potensi
yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan dari organisasi.
!
Berdasarkan ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
aset merupakan barang atau sesuatu barang yang mempunyai nilai ekonomi,
nilai komersil atau nilai tukar yang dimiliki oleh organisasi individu dimana
aset tersebut
mempunyai
peran untuk
mencapai tujuan
sehingga
membutuhkan perlindungan.
2.1.2 Klasifikasi Aset
Aset perlu diklasifikasikan untuk memudahkan pengelolaan. Aset
dapat dikasifikasikan berdasarkan wujud, sumber perolehan dana, dan
perspektif akuntansi.
8
a. Klasifikasi Aset Berdasarkan Wujud
Aset berdasarkan wujudnya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu aset
berwujud (tangible) dan aset tidak berwujud (intangible) (Hermanto,
2009). Aset berwujud adalah aktiva atau harta atau sumber daya
berwujud yang dimiliki dan diharapkan akan diperoleh suatu manfaat
ekonomi. Aset berwujud terbagi menjadi dua, yaitu aset tidak bergerak
berwujud dan aset bergerak berwujud. Contoh aset tidak bergerak
berwujud adalah real estate (tanah
bangunan/benda yang ada di atas
tanah). Sedangkan contoh aset bergerak berwujud adalah kendaraan.
Hariyono (2007) mendefinisikan aset tidak berwujud sebagai
properti yang mempunyai nilai ekonomis, tidak memiliki bentuk fisik,
memberikan hak istimewa dan biasanya memberikan pendapatan bagi
pemiliknya. Aset tidak berwujud dapat diakui dan dilindungi
keberadaanya secara hukum, hak kepemilikannya dapat dialihkan dan
dapat dipisahkan dari usahanya. Bentuk aset tidak berwujud diantaranya
adalah sistem organisasi (tujuan, visi, dan misi), patent (hak cipta),
quality (kualitas), goodwill (nama baik/citra), culture (budaya), capacity
(sikap, hukum, pengetahuan, keahlian), contract (perjanjian) dan
motivation (motivasi). Tabel 2.1 merupakan klasifikasi aset berdasarkan
wujud.
9
No
1
2
Tabel 2.1
Klasifikasi Aset Berdasarkan Wujud
Wujud Aset
Contoh Aset
aset tidak
real estate (tanah
bergerak
bangunan/benda yang ada
berwujud
di atas tanah)
Berwujud
(Tangible)
aset
Kendaraan
bergerak
berwujud
Sistem Organisasi (Tujuan,
Visi, dan Misi)
Patent (Hak Cipta)
Quality (Kualitas)
Tidak
Goodwill (Nama
Berwujud
Baik/Citra)
(Intangible)
Culture (Budaya)
Capacity (Sikap, Hukum,
Pengetahuan, Keahlian)
Contract (Perjanjian)
Motivation (Motivasi)
Sumber: Hermanto, 2009
b. Klasifikasi Aset Berdasarkan Sumber Perolehan Dana
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara (BMN)/Daerah (BMD). mengklasifikasikan aset
berdasarkan sumber perolehan dananya, yaitu aset negara dan aset
daerah.
1) Aset Negara
Aset negara disebut sebagai Barang Milik Negara (BMN),
yaitu semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah. Berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor KEP.225/MK/V/4/1971 tentang Pedoman
Pelaksanaan
tentang
Inventarisasi
Barang-barang
Milik
Negara/Kekayaan Negara, aset negara berada dibawah pengurusan
atau penguasaan departemen-departemen, lembaga-lembaga negara,
lembaga-lembaga pemerintah nondepartemen serta unit-unit dalam
lingkunganya yang terdapat baik di dalam negeri maupun di luar
negeri, namun kekayaan negara yang telah dipisahkan seperti
10
kekayaan perum, kekayaan persero, dan kekayaan daerah otonom
tidak termasuk BMN.
2) Aset Daerah
Aset daerah atau Barang Milik Daerah (BMD) adalah semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
c. Klasifikasi Aset Berdasarkan Perpektif Akuntansi
Dalam perspektif akuntasi, aset terbagi menjadi beberapa kategori
berikut: current assets (aset lancar), long-term assets (aset jangka
panjang), prepaid and deferred assets (aset dibayar dimuka), dan
intangible assets (aset tidak berwujud). Current aset merupakan kategori
aset yang mudah ditukar dalam bentuk uang. Yang termasuk dalam
kategori ini diantaranya kas, piutang, persediaan, beban dibayar dimuka,
dan surat saham. Long term asset merupakan kategori aset yang dapat
digunakan secara terus menerus dalam jangka lebih dari satu tahun dan
terikat pada umur aset yang dapat dikurangi depresiasi. Contoh long term
asset adalah real estate, pabrik, dan peralatan. Deffered asset merupakan
kategori aset yang merupakan biaya untuk masa depan. Contoh deffered
asset diantaranya adalah asuransi, sewa, dan bunga. Intangible asset
merupakan kategori aset yang tidak berwujud, contohnya adalah
trademarks, patents, copyrights, dan goodwill. Tabel 2.2 menjelaskan
klasifikasi aset berdasarkan perspektif akuntansi.
11
No
1
2
3
4
Tabel 2.2
Klasifikasi Aset Berdasarkan Perspektif Akuntasi
Kategori Aset
Aset
Kas,
Piutang,
Current assets
Persediaan,
Beban dibayar dimuka,
Surat saham
Real estate,
Long-term assets
Pabrik,
Peralatan
Asuransi,
Prepaid and deferred
Sewa,
assets
Bunga
Trademarks,
Patents,
Intangible assets
Copyrights,
Goodwill
Sumber: Investorwords, 2011
2.1.3 Bangunan Cagar Budaya
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya, yang dimaksud dengan cagar budaya adalah:
Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar
Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang
perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting
bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau
Bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari
benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang
berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap. Bangunan cagar budaya
dapat berunsur tunggal atau banyak, dan/atau berdiri bebas atau menyatu
dengan formasi alam. Bangunan dapat diusulkan sebagai bangunan cagar
budaya apabila memenuhi kriteria berikut ini:
1) berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
2) mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
12
3) memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan; dan
4) memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
2.1.4 Pencahayaan Panggung
Pencahayaan panggung bekerja dengan unsur-unsur lain dalam
produksi untuk memungkinkan pencipta dan aktor berkomunikasi dengan
penonton. Pencahayaan yang dihasilkan biasanya akan menjadi kombinasi
tertentu sehingga berperan dalam sebuah produksi. Menurut Reid (2001),
ada
6
(enam)
menggambarkan
peran
pencahayaan
bentuk,
pemilihan
panggung
area,
yaitu
suasana,
penerangan,
interkasi,
dan
ketidakstabilan.
1) Penerangan
Komunikasi antara aktor dan penonton tergantung pada suara dan
penglihatan. Tubuh lengkap aktor, terutama mata dan mulut, adalah
sarana komunikasi mereka dan harus jelas terlihat jika karakter ingin
diproyeksikan. Segala sesuatu di teater berinteraksi dan cahaya berkaitan
erat dengan suara
aktor yang sulit dilihat biasanya akan sulit untuk
didengar.
2) Menggambarkan Bentuk
Di bawah pencahayaan datar, hidung aktor tidak akan tampak
keluar dan mata mereka tidak akan terlihat surut. Tetapi, dengan peran
lampu sudut, aktor dapat dilihat sebagai bentuk tiga dimensi manusia
bukan sebagai bentuk dua dimensi.
3) Pemilihan Area
Dalam teater, penonton biasanya melihat seluruh panggung dalam
sudut penglihatan mereka sepanjang waktu, agar perhatian terfokus
sutradara dapat menggunakan cahaya. Teknik yang digunakan biasanya
dengan menerangi area yang dipilih dari panggung sementara sisanya
digelapkan.
13
4) Suasana
Mungkin penggunaan paling menarik dan bermanfaat dari cahaya
adalah kemungkinan mempengaruhi keadaan mental penonton. Salah
satu cara utama mengendalikan suasana tersebut adalah dengan
mencampur cahaya hangat dan sejuk. Hangat, emas, cerah, bahagia dan
nyaman di salah satu ujung; dingin, baja, sedih, suram dan menyedihkan
di ujung lainnya, tetapi dengan berbagai macam tingkat cahaya
mendukung berbagai respon emosional. Kemungkinan lainnya termasuk
keseimbangan
cahaya
dan
bayangan,
kontras
berlebihan
dapat
menimbulkan perasaan klaustrofobia, ketakutan, bahkan teror.
5) Interaksi
Tujuan pencahayaan
iluminasi, menggambarkan bentuk,
pemilihan area dan penciptaan suasana
berinteraksi satu sama lain.
Suasana sering dicapai oleh kurangnya sebagian pencahayaan. Pemilihan
daerah yang paling sederhana adalah dengan sorotan tunggal, namun
penggambaran bentuk memerlukan serangkaian cahaya dari beberapa
sudut. Pencahayaan untuk meningkatkan dimensi ketiga juga dapat
menyebabkan beberapa kemungkinan kerugian kecuali keseimbangan
sangat dikendalikan hati-hati.
6) Ketidakstabilan
Selama rentang waktu pertunjukan, pencahayaan untuk pemilihan
area dan menggambarkan suasana adalah tidak stabil dengan perubahan
dari dua jenis dasar, yaitu sadar dan bawah sadar.
Perubahan sadar
adalah cahaya memudar dengan cepat. Penonton mengetahui adanya
perubahan tersebut. Perubahan bawah sadar adalah penonton tidak
mengetahui
adanya
perubahan
tersebut,
tetapi
yang
demikian
mempengaruhi keterlibatan orang produksi. Contoh dari perubahan
bawah sadar adalah pergeseran halus dalam keseimbangan intensitas
yang naik beberapa poin pada satu bidang tertentu dan turun sedikit pada
sisa panggung
perhatian akan terkonsentrasi pada area terang tanpa
disadari penonton.
14
Menurut Reid (2001), seni pencahayaan merupakan palet cahaya
yang terfokus dan berwarna yang akan tergabung dalam serangkaian
permutasi untuk memberikan gambaran pencahayaan yang dibutuhkan. Ada
5 (lima) hal yang dapat dikendalikan oleh pencahayaan, yaitu:
1) Intensitas
Sistem kontrol pencahayaan sering disebut sebagai papan hubung
atau lebih tepatnya dimmerboard karena tidak hanya memungkinkan
untuk memilih lampu menyala, tetapi juga untuk mengontrol kecerahan
masing-masing lampu.
2) Warna
Di bagian depan setiap instrumen pencahayaan panggung ada
tempat untuk filter berbingkai yang dipilih dari berbagai pilihan warna
yang tersedia.
3) Arah
Pilihan posisi pemasangan sesuai fisik di teater menentukan sudut
di mana sinar akan mengenai aktor dan/atau adegan.
4) Ukuran, Bentuk, dan Kualitas Sorotan
Berbagai jenis instrumen pencahayaan memungkinkan berbagai
penyesuaian dari berkas cahaya. Pilihan jenis yang tepat dari instrumen
akan memberikan kontrol sorotan sesuai yang dibutuhkan pada setiap
titik tertentu di atas panggung.
5) Aliran
Pertunjukan memungkinkan pemilihan sorotan berwarna yang
menggambarkan
cahaya
pada
suatu
waktu
tertentu.
Dengan
memvariasikan pemilihan ini selama rentang waktu produksi, maka dapat
menghasilkan aliran pencahayaan sesuai tujuan.
Secara umum, menurut Reid (2001) pencahayaan panggung terdiri
dari 3 (tiga) instrumen, yaitu:
1) Floods
Instrumen yang paling sederhana adalah floods, yaitu lampu dan
reflektor dalam kotak yang dapat menyorot dari sisi ke sisi, dan berayun
15
ke atas dan bawah untuk mengendalikan arah cahaya. Tidak ada sarana
untuk memfokuskan cahaya atau untuk mengontrol ukuran sorotan dan
tidak ada perangkat shuttering untuk mengontrol bentuk sorotan.
Penyebaran cahaya dan daerah tertutup tergantung pada jarak antara
floods dan objek. Contoh instrumen floods adalah strand pattern 60,
strand mini-flood, dan strand coda 4.
2) Spots
Untuk mengontrol ukuran dan bentuk berkas cahaya diperlukan
lampu sorot (spotlight). Spots memiliki fasilitas yang sama seperti floods,
tetapi ada kemungkinan pengendalian yang tepat dari sudut sehingga
muncul cahaya berbentuk kerucut dan akibatnya daerah tersebut tertutup.
Hal ini mudah untuk sekelompok lampu sorot sesuai dengan jenis kontrol
sorotan yang ditawarkan. Contoh instrumen spots adalah plano convex,
fresnel, parcans, dan profile spot.
3) Focus
Ketika instrumen pencahayaan telah ditempatkan pada posisi
yang dipilih, mereka harus disesuaikan. Proses memancing sorotan dan
menyesuaikan sorotan tersebut disebut focus. Ketika fokus cahaya pada
posisi aktor, perhatian utama adalah memeriksa bahwa cahaya mencakup
semua daerah di mana aktor akan diterangi instument tertentu.
2.1.5 Siklus Hidup Aset
Siklus hidup aset merupakan tahapan dimana aset dirancang,
diakuisisi, dan dipergunakan untuk memenuhi fungsi yang diharapkan,
termasuk masa habis pakai dan pembuangan (Mitchell, 2006:12). Gambar
2.1 menjelaskan tentang siklus hidup aset.
16
Sumber: EMA, 2008
Gambar 2.1
Siklus Hidup Aset
Gambar 2.1 menunjukan bahwa siklus hidup aset dimulai dari
identifikasi kebutuhan. Identifikasi kebutuhan menentukan aset yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Setelah dilakukan identifikasi kebutuhan
maka dilakukan perencanaan. Perencanaan meliputi studi kelayakan aset,
yaitu studi untuk menentukan kelayakan dari pengadaan aset. Selain itu,
tahap perencanaan juga meliputi penentuan jenis aset yang akan diadakan,
spesifikasi kebutuhan, cara perolehan, dan lainnya. Tahap perencanaan akan
menentukan pengelolaan aset selanjutnya seperti pembelian suku cadang,
kemudahan akses pemeliharaan, dan kemudahan proses bongkar pasang.
Tahap selanjutnya yaitu perancangan. Pada tahap ini harus dipertimbangkan
dengan matang untuk memastikan bahwa spesifikasi, rancang bangun,
proses pembelian, dan atau proses konstruksi aset telah dibuat sedemikian
rupa sehingga menghasilkan umur produktif yang optimal. Tahap
selanjutnya adalah pengadaan/pembangunan. Ini merupakan tahap dimana
aset dijadikan ada, baik secara pembangunan, maupun dengan cara
pembelian. Setelah pengadaan, aset digunakan untuk menjalankan kegiatan
operasi dan secara berkala dilakukan pemeliharaan untuk menjaga
keandalan aset. Setelah melewati beberapa waktu aset akan mengalami
penurunan kinerja. Pada saat tersebut, aset yang bersangkutan dinilai untuk
17
mengidentifikasi apakah aset tersebut masih dapat digunakan lagi atau tidak
dan untuk mengidentifikasi apakah biaya perbaikan aset tersebut lebih
mahal atau tidak jika dibandingkan dengan biaya pengadaan aset baru.
Apabila
tidak dapat digunakan lagi aset mengalami masa penghapusan.
Penghapusan aset dapat dilakukan dengan cara pengangkutan atau
penghancuran.
2.2 Manajemen Aset
Manajemen aset merupakan suatu kajian ilmu yang baru dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Studi ini lahir lebih dikarenakan pengelolaan aset di
Indonesia, termasuk di dalamnya sumber daya alam (SDA), masih belum
optimal. Bahkan pengelolaan SDA cenderung merusak SDA itu sendiri dan
lingkungan di sekitarnya tanpa suatu pertanggungjawaban yang pasti. Selain
untuk mengelola SDA, manajemen aset juga digunakan untuk mengelola
kekayaan perusahaan, terutama aset produksinya agar dapat memberikan nilai
tambah produktivitas tertinggi dari aset-asetnya.
2.2.1 Pengertian Manajemen Aset
Manajemen aset merupakan istilah umum yang digunakan dalam
bidang keuangan, aset tetap dan fasilitas, mesin dan produksi, infrastruktur,
dan teknologi informasi. Pada umumnya manajemen aset diartikan sebagai
usaha untuk memaksimalkan pemanfaatan dan tingkat pengembalian aset
dari sisi keuangan. Di era perkembangan teknologi ini, manajemen aset
telah diadopsi oleh industri manufaktur dan industri penyedia jasa.
Menurut Institute of Asset Management UK (dalam Mitchell: 2006)
manajemen aset adalah:
peralatan untuk mengoptimalkan dampak bisnis selama aset
tersebut beroperasi, dipandang dari segi biaya, kinerja, paparan
terhadap risiko (berhubungan dengan ketersediaan, efisiensi,
kualitas, perpajangan umur operasional, serta kepatuhan pada
peraturan/keselamatan/lingkungan) dari aset-aset fisik per.
18
Menurut Mitchell (2006), pengertian tersebut masih umum.
Manajemen aset dalam dunia manufaktur secara lebih spesifik dapat disebut
sebagai optim terintegrasi,
diarahkan
dengan
aman
untuk
meningkatkan
dan
mempertahankan tingkatan terbaik dari umur produktif, pemanfaatan,
produktifitas, efektifitas, nilai aset, tingkat keuntungan dan tingkat
pengembalian modal dari aset produksi, operasi manufaktur dan
infrastruktur lainnya. Pengertian tersebut mencakup sasaran, yaitu
manajemen aset fisik dan tujuan yang ingin dicapai, yaitu optimasi
pemanfaatan aset, efektifitas aset, dan kinerja aset.
Publicly Available Specification (PAS) 55 yang dirilis oleh British
Standard
Institution
(BSI)
dan
diajukan
sebagai
standard
ISO
the systematic and coordinated
activities and practices through which an organization optimally manages
its physical assets, and their associated performace, risks and expenditures
over their lifecycle for the purpose of achieving its organizational strategic
.
Copenhagen
Energy
Sewerage
Dapertment
mendefinisikan
manajemen aset sebagai proses holistik, sistematik, dan dinamis yang
berkontribusi untuk alokasi sumber daya yang lebih baik dan biaya yang
lebih efektif. Manajemen aset bersifat holistik karena mengintegrasikan
semua jenis biaya (investasi, operasional, pemeliharaan, sosial, risiko) dan
efek dari siklus hidup keseluruhan. Manajemen aset adalah pendekatan
sistematis karena mengoptimalkan nilai siklus hidup aset fisik menggunakan
metodologi tertentu, terstruktur dan proses bisnis yang direncanakan.
Dengan demikian manajemen aset adalah strategi manajemen untuk
efektivitas biaya jangka panjang. Manajemen aset dinamis karena mencakup
pemantauan kinerja, umpan balik dan perbaikan berkelanjutan dari
manajemen aset.
19
2.2.2 Sasaran Manajemen Aset
mencapai kecocokan/kesesuaian sebaik mungkin antara aset dengan strategi
pengujian kritikal dari penggunaan-penggunaan aset. Dengan demikian,
suatu aset dapat diketahui apakah sesuai dengan strategi penyediaan
pelayanan atau tidak karena adanya manajemen aset. Hal yang mendasari
hal ini adalah bahwa aset ada untuk mendukung penyediaan layanan.
2.2.3 Tujuan Manajemen Aset
Menurut Siregar (2004:198), tujuan utama manajemen aset ada 3,
yaitu:
1) Efisiensi pemanfaatan dan pemilikan
Pengelolaan yang baik membuat pemanfaatan aset optimal
ataupun maksimal. Aset yang dikelola dapat digunakan sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi (tupoksi), serta dimanfaatkan secara efektif dan
efisien sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
2) Terjaga nilai ekonomis dan potensi yang dimiliki
Nilai ekonomis suatu aset akan terjaga apabila aset dikelola
dengan baik.
Potensi yang dimiliki oleh aset akan memberikan
keuntungan baik dari segi pendapatan maupun dari pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
3) Objektivitas
dalam
pengawasan
dan
pengendalian
peruntukan,
penggunaan serta alih penguasaan.
Pengelolaan aset yang baik membuat pengawasan lebih terarah
sehingga peruntukan, penggunaan dan alih penguasaan aset akan tepat
sesuai rencana. Selain itu, pengawasan bertujuan membantu pencapaian
tujuan dari aset tersebut.
Menurut Mitchell (2006), tujuan manajemen aset fisik secara khusus
ada 3, yaitu:
20
1) Mempertahankan kepatuhan terhadap seluruh aspek keselamatan kerja,
regulasi, dan lingkungan.
2) Mendapatkan
nilai
pencapaian
bisnis
terbesar
melalui
tingkat
ketersediaan (availability) yang optimal, integritas teknik, kinerja
operasional, efektifitas penggunaan modal dan biaya terendah untuk
lingkup pasar, operasi, dan kondisi bisnis tertentu.
3) Menerapkan implementasi yang sistematik, didasarkan pada prioritas
yang jelas dan implementasi oportunistik dari perbaikan optimal terhadap
proses, cara kerja dan teknologi yang menentukan tingkat utilisasi,
keefektifan dan keandalan aset fisik.
2.3 Pemeliharaan
Dahulu, pemeliharaan mendapat sedikit pengakuan atas kontribusinya
untuk mempertahanan kapasitas. Hal ini cenderung dilihat hanya sebagai
biaya yang diperlukan dan tidak dapat dihindari. Bahkan pada tingkat
departemen, manajer biasanya tidak melihat gambaran besar, mereka fokus
hanya pada isu-isu departemental mereka. Sayangnya, pemeliharaan sering
dipandang hanya dalam konteks menjaga biayanya turun.
Kebanyakan administrator anggaran tidak sepenuhnya memahami
pemeliharaan, hanya melihat dari angka biaya sebelumnya. Ketika biaya
pemeliharaan dikurangi, perbaikan akhirnya menurun. Selain itu, output
biasanya berkurang, dan risiko meningkat bila tidak ada waktu atau uang
yang cukup untuk melakukan pekerjaan dengan benar pada kali pertama.
Tentu saja, pandangan akuntansi adalah satu dimensi karena hanya
melihat historis biaya. Bila mempertimbangkan nilai yang diberikan
pemeliharaan, itu menjadi jauh lebih penting. Dengan mempertahankan
kapasitas produksi dan meningkatkan kualitas keandalan, aset menghasilkan
lebih banyak pendapatan dan mengurangi gangguan. Hal ini memerlukan
aplikasi yang tepat dari pemeliharaan dan keandalan. Tentu saja, melakukan
perawatan dengan benar berarti bersikap proaktif dan menerima beberapa
jumlah munculnya downtime. Metode perawatan yang efektif diperlukan
21
untuk membuat penggunaan terbaik dari downtime dan informasi yang
dikumpulkan.
2.3.1
Pengertian Pemeliharaan
Menurut Duffuaa, Raouf, dan Campbell (1999) pemeliharaan
the combination of activities by which equipment or a
system is kept in, or restored to, a state in which it can perform its designed
function (hal.1). Pemeliharaan merupakan kombinasi berbagai aktivitas
untuk mempertahankan suatu peralatan atau sistem bekerja sesuai dengan
fungsinya. Sedangkan menurut Heizer dan Barry adalah semua aktivitas yang terlibat dalam menjaga peralatan suatu sistem
Umum Nomor:
24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan
Gedung mendefinisikan pemeliharaan bangunan gedung sebagai kegiatan
menjaga keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar
bangunan gedung selalu laik fungsi (preventive maintenance).
Berdasarkan
pengertian
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
pemeliharaan merupakan semua aktivitas yang dilakukan untuk menjaga
atau mempertahankan peralatan dalam sistem atau untuk menjaga sistem itu
sendiri agar dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 063/U/1995 menjelaskan bahwa pemeliharaan benda cagar budaya
meliputi perawatan dan pemugaran. Perawatan dilakukan melalui 4 (empat)
cara, yaitu:
1) melakukan perawatan sehari-hari dengan menjaga kebersihan atau
dengan pengawetan benda cagar budaya untuk mencegah pelapukan;
2) melakukan perbaikan kerusakan kecil;
3) menyimpan benda cagar budaya pada tempat yang tidak mengakibatkan
benda cagar budaya tercemar atau rusak akibat pengaruh lingkungan;
22
4) memperhatikan faktor bahan, kondisi keterawatan dan nilai yang
dikandungnya, apabila menempatkan benda cagar budaya pada ruangan
terbuka.
Pemugaran dapat berupa restorasi atau rekonstruksi atau rehabilitasi
atau konsolidasi atau konservasi, sesuai dengan tingkat kerusakannya.
Restorasi benda cagar budaya adalah suatu kegiatan pemugaran yang
mengarah pada pekerjaan yang bersifat membongkar bangunan asli secara
menyeluruh, tetapi tidak mengadakan penggantian bahan bangunan secara
menyeluruh. Rekonstruksi adalah kegiatan penyusunan kembali struktur
bangunan yang rusak/runtuh yang pada umumnya bahan-bahan bangunan
yang asli sudah banyak yang hilang, dalam hal ini dapat menggunakan
bahan-bahan bangunan yang baru tetapi harus sesuai dengan bahan aslinya.
Rehabilitasi adalah satu bentuk pemugaran yang sifat pekerjaannya hanya
memperbaiki bagian-bagian bangunan yang mengalami kerusakan, hal ini
berlaku pada tingkat kerusakan yang kecil. Konsolidasi adalah pemugaran
yang hanya bersifat memperkuat bagian bangunan yang rusak, kegiatannya
hanya dilakukan di tempat-tempat tertentu saja dan tidak membongkar
bangunan keseluruhan. (Marzuki, 2008).
2.3.2 Tujuan Pemeliharaan
Menurut Campbell, Jardine, dan McGlynn (2011:90), tujuan
pemeliharaan berfokus pada empat hasil bisnis kunci, yaitu:
1) untuk meningkatkan kualitas output aset,
2) untuk memastikan ketersediaan peralatan maksimum atau uptime, atau
sebaliknya downtime minimal,
3) untuk meningkatkan siklus hidup aset yang optimal, dan
4) untuk memastikan lingkungan operasi yang aman bagi operator/ pekerja
pemeliharaan serta lingkungan.
Pemeliharaan meningkatkan kapasitas produksi dan mengurangi
pengeluaran modal di masa depan dengan cara:
1) Memaksimalkan uptime.
23
2) Memaksimalkan akurasi yang menghasilkan toleransi spesifik atau
tingkat kualitas.
3) Meminimalkan biaya per unit yang diproduksi.
4) Mempertahankan risiko praktik terendah dan terjangkau untuk hilangnya
kapasitas produksi dan kualitas.
5) Mengurangi sebanyak mungkin resiko keamanan kepada karyawan dan
masyarakat umum.
6) Memastikan risiko yang merugikan lingkungan serendah mungkin.
2.3.3 Pemeliharaan Preventif
Menurut Duffuaa, Raouf, dan Campbell (1999), pemeliharaan
preventif merupakan strategi melakukan pemeliharaan sebelum terjadi
kerusakan, yakni dilakukan dengan terencana. Pemeliharaan preventif
dilakukan untuk menjaga aset tetap dalam kondisi baik. Menurut Mitchell
maintenance
(2006) preventive maintenance
tasks including
inspection, service and/or replacement conducted at regular, scheduled
intervals
established
statistical/anticipated
to
avoid
lifetime
failure
based
on
average
berdasarkan kondisi aset (condition based) dan dapat pula berdasarkan
waktu penggunaan (time or use based).
a. Pemeliharaan Preventif Berdasarkan Kondisi (Condition Based)
Pemeliharaan
preventif
berdasarkan
kondisi
merupakan
pemeliharaan yang dilakukan sesuai kondisi aset yang telah diperkirakan
sebelumnya. Kondisi aset diketahui dari kegiatan monitoring terhadap
parameter yang dapat mengetahui kondisi aset. Strategi ini dapat disebut
juga dengan pemeliharaan prediktif. Mitchell (2006) menyatakan dalam
bukunya bahwa pemeliharaan prediktif telah terbukti merupakan cara
tepat yang dapat mengoptimalkan pemeliharaan dengan biaya minimal
karena pemeliharaan dilakukan berdasarkan identifikasi kondisi mesin
terlebih dahulu dan berdasarkan skala prioritas.
24
b. Pemeliharaan Preventif Berdasarkan Waktu Penggunaan (Time-Used
Based)
Pemeliharaan preventif berdasarkan waktu penggunaan dilakukan
secara berkala atau dalam jarak waktu yang konstan. Strategi
pemeliharaan ini membutuhkan perencanaan yang matang. Dalam
menentukan frekuensi pemeliharaan dibutuhkan pengetahuan mengenai
kerusakan yang biasa terjadi dan keandalan aset.
2.3.4
Manajemen Pemeliharaan
Manajemen pemeliharaan merupakan suatu proses kegiatan/aktivitas
yang dilakukan oleh suatu entitas dalam mengatur sumber daya sumber
daya yang dimilikinya, secara efektif dan efisien, untuk menjaga atau
mempertahankan peralatan dalam sistem atau untuk menjaga sistem itu
sendiri agar dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.
Dalam pemeliharaan, manajemen berarti melakukan apa yang Anda
katakan ketika Anda mengatakannya, melakukan tindakan korektif sebelum
terjadi gangguan utama, menjaga perkiraan, menjaga anggaran, dan biaya
operasi yang rendah dimana pelanggan mendapatkan kepuasan (Levitt,
2009).
Manajemen pemeliharaan dan kehandalan merupakan faktor yang
penting untuk meningkatkan profit, kepuasan pelanggan, dan dapat menjadi
salah satu kompetensi inti perusahaan. Hal ini dapat diperoleh karena
pemeliharaan
dapat
meningkatkan
produktivitas,
meminimalkan
ketidakberoperasinya pabrik, meningkatkan dan menjaga kualitas, dan
memenuhi permintaan pelanggan dengan tepat waktu (Heizer, 2006).
Menurut Levitt (2009), ada banyak alasan untuk mengelola
pemeliharaan, diantaranya sebagai berikut.
1) Mengelola pemeliharaan dapat mengurangi biaya jangka panjang.
2) Proses pemeliharaan tepat waktu yang dikelola dapat menjamin
kapasitas.
3) Pemeliharaan yang dikelola mengurangi konsumsi semua sumber daya.
25
4) Pemeliharaan yang dikelola mengurangi jumlah dan keparahan peristiwa
lingkungan.
5) Pengendalian biaya.
6) Manajemen pemeliharaan akan membantu menemukan tantangan yang
kompetitif.
7) Manajemen pemeliharaan akan membantu melestarikan aset fisik.
8) Manajemen pemeliharaan dapat meningkatkan tingkat pelayanan yang
dirasakan pengguna.
9) Manajemen
pemeliharaan
mempertimbangkan
faktor
kebakaran,
kesehatan, dan keselamatan.
10) Dalam pemeliharaan bangunan, manajemen pemeliharaan akan
meningkatkan arus kas.
11) Manajemen pemeliharaan dapat meningkatkan kualitas hidup.
12) Pemeliharaan yang baik juga dapat mengurangi denda pelanggaran
kode, biaya asuransi, biaya kewajiban, vandalisme, hubungan
masyarakat yang buruk, dan tindakan pihak lain yang beresiko terhadap
perusahaan.
2.4 Standar Operasional Prosedur (SOP)
Istilah standar operasional prosedur (SOP) sering digunakan untuk
menggambarkan semua jenis prosedur operasi. Namun, SOP sebenarnya
merupakan standar atau template dimana prosedur operasi peralatan dan unit
khusus dapat dibuat (Sutton, 2010). Menurut Marimin, Tanjung, dan Prabowo
(2006),
SOP
merupakan
pedoman
operasi
standar
dalam
mengimplementasikan keputusan dalam suatu tindakan yang terstruktur dan
dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian, berdasarkan Peraturan Gubernur
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 24 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan dan Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur,
yang dimaksud dengan standar operasional prosedur adalah serangkaian
perintah tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan
pelayanan.
26
SOP tidak hanya penting untuk menyaring informasi, tetapi juga untuk
memastikan bahwa aliran informasi dirutinkan dan tersedia pada waktu yang
tepat dan tempat yang tepat. SOP sangat penting untuk mencapai pelatihan
yang tepat serta kinerja operasi dan pemeliharaan yang efisien.
Menurut Center for Chemical Process Safety (2011), memahami
unsur-unsur dalam panduan dan peraturan membantu untuk menghasilkan
prosedur yang efektif yang akan membantu dalam mencapai keselamatan
proses, lingkungan, dan tujuan kualitas. Ada banyak alasan mengapa perlu
memahami persyaratan dan rekomendasi dari berbagai inisiatif dan peraturan
yang meliputi prosedur operasi dan pemeliharaan tertulis, diantaranya:
1) Membantu mempertahankan keunggulan kompetitif.
2) Membuat sudut pandang bisnis yang baik dari keselamatan proses,
kualitas, dan lingkungan.
3) Mencerminkan pemikiran terbaik tentang cara aman beroperasi dan
mengelola fasilitas.
4) Mungkin diperlukan untuk memenuhi satu atau lebih peraturan pemerintah
membutuhkan prosedur tertulis.
5) Mungkin diperlukan untuk sertifikasi yang diinginkan.
Selain itu, menurut Mobley (2004), alasan dibuat SOP diantaranya:
1) Pendapat mungkin berbeda atas tindakan yang terbaik dalam situasi yang
mempengaruhi pencapaian keseluruhan misi dan tujuan.
2) Keputusan dapat memiliki konsekuensi yang signifikan melebihi tingkat
lokal di mana keputusan tersebut dibuat.
3) Pemilihan tindakan dapat mengakibatkan resiko yang tidak perlu, kontraproduktivitas, inefisiensi, atau konflik.
4) Kerjasama dan tindakan timbal balik pada bagian dari satu elemen
organisasi diperlukan untuk memungkinkan elemen lain berfungsi secara
efektif.
27
2.4.1 Jenis Standar Operasional Prosedur
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 24 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan
Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur, SOP di lingkungan pemerintah
daerah terdiri dari:
a. SOP Teknis
SOP Teknis adalah standar prosedur yang sangat rinci dan
bersifat teknis dan setiap prosedur diuraikan dengan teliti sehingga tidak
ada kemungkinan-kemungkinan variasi lain. Dalam penyelenggaraan
administrasi pemerintahan, SOP teknis dapat diterapkan pada bidangbidang antara lain: pemeliharaan sarana dan prasarana, pemeriksaan
keuangan (auditing), kearsipan, korespondensi, dokumentasi, pelayananpelayanan kepada masyarakat, kepegawaian, dan lainnya.
b. SOP Administratif
SOP administratif adalah standar prosedur yang diperuntukkan
bagi
jenis-jenis
pekerjaan
yang
bersifat
administratif.
Dalam
penyelenggaraan administrasi pemerintahan lingkup makro, SOP
adminsitratif
dapat
digunakan
untuk
proses-proses
perencanaan,
penganggaran dan lainnya, atau secara garis besar proses-proses dalam
siklus penyelenggaraan administrasi pemerintahan. Dalam lingkup
mikro. SOP administratif disusun untuk proses-proses administratif
dalam operasional seluruh instansi pemerintah, mulai level unit
organisasi yang paling kecil sampai pada level organisasi secara utuh,
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
2.4.2 Prinsip Penyusunan Standar Operasional Prosedur
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 24 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan
Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur, penyusunan SOP sekurangkurangnya harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
28
1) Kemudahan dan kejelasan
Yang dimaksud dengan prinsip kemudahan dan kejelasan yaitu
prosedur yang distandarkan, mudah dimengerti dan diterapkan oleh
pelaksana pelayanan.
2) Efektifitas dan efisiensi
Prinsip efektifitas dan efisiensi yang dimaksud merupakan
prosedur yang distandarkan secara efektif dan efisien dalam proses
pelasanaan tugas.
3) Keselarasan
Prinsip keselarasan yang dimasud merupakan prosedur yang
distandarkan dan selaras dengan prosedur-prosedur standar lain yang
terkait.
4) Keterukuran
Yang dimaksud dengan prinsip keterukuran yaitu output dari
prosedur yang distandarkan, mengandung standar kualitas (mutu) tertentu
yang dapat diukur pencapaian keberhasilannya.
5) Dinamis
Prinsip dinamis yang dimaksud merupakan prosedur yang
distandarkan dengan cepat dapat disesuaikan dengan kebutuhan
peningkatan
kualitas
pelayanan
yang
berkembang
dalam
penyelenggaraan pelayanan.
6) Berorientasi pada penerima pelayanan
Prinsip berorientasi pada penerima pelayanan yang dimaksud
merupakan prosedur yang distandarkan dengan mempertimbangkan
kebutuhan penerima pelayanan sehingga dapat memberikan kepuasan.
7) Kepastian dan kepatuhan hukum
Yang dimasud dengan prinsip kepastian dan kepatuhan hukum
yaitu prosedur yang distandarkan harus ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sebagai sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan dan
menjadi instrumen untuk melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan
hukum, serta memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
29
2.4.3 Metode Penulisan Standar Operasional Prosedur
Laporan prosedur dapat mencakup latar belakang, prosedur, tujuan,
tanggung jawab, lingkup, tindakan, dan definisi. Sementara prosedur yang
penting untuk operasi yang efektif dan efisien dapat mencakup ukuran
organisasi,
manajemen, dan tingkat tanggung jawab pribadi, kesadaran, serta
kompleksitas
operasi,
tingkat
kekritisan
proses,
gaya
profesional karyawan. Sedangkan menurut Gaspersz (2007), penulisan
standar operasional prosedur dapat mengikuti metode penulisan prosedur
dalam ISO 9001: 2000 yang meliputi tujuan, ruang lingkup, definisi,
referensi, informasi umum, prosedur dan tanggung jawab, keadaan khusus,
dokumentasi, dan lampiran.
1) Tujuan
Bagian ini memuat tujuan dibuatnya standar operasional prosedur
yang spesifik sesuai dengan kebutuhan unit kerja.
2) Ruang Lingkup
Ruang lingkup berisi informasi kegunaan dan cakupan standar
operasional prosedur.
3) Definisi
Bagian ini berisi definisi-definisi atau istilah-istilah khusus yang
perlu diketahui.
4) Referensi
Referensi merupakan acuan atau rujukan yang digunakan untuk
terlaksananya standar operasional prosedur yang bersangkutan.
5) Informasi Umum
Berisi
informasi
umum
yang
berkaitan
dengan
standar
operasional prosedur.
6) Prosedur dan Tanggung Jawab
Berisi rincian tugas yang harus dilaksanakan dan personel terkait
yang harus bertanggungjawab terhadap implementasi standar operasional
prosedur tersebut.
30
7) Keadaan Khusus
Berisi informasi mengenai keadaan-keadaan khusus yang
berkaitan dengan standar operasional prosedur.
8) Dokumentasi
Berisi dokumen-dokumen atau laporan yang dihasilkan dari
standar operasional prosedur tersebut.
9) Lampiran
Memuat lampiran-lampiran yang diperlukan untuk memperjelas
standar operasional prosedur.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 24 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan
Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur, format standar operasional
prosedur adalah sebagai berikut.
1) Halaman judul
2) Informasi prosedur yang akan distandarkan, berisi:
a) Nomor SOP
Diisi dengan nomor SOP, yaitu (Nomor Komponen, Unit Kerja,
Bagian, Nomor SOP).
b) Tanggal pembuatan
Diisi dengan tanggal pengesahan SOP.
c) Tanggal revisi
Diisi dengan tanggal SOP.
d) Tanggal pengesahan
Diisi dengan tanggal mulai berlaku.
e) Disahkan oleh
Diisi dengan jabatan yang berkompeten yang mengesahkan.
f) Nama SOP
Diisi dengan nama prosedur yang akan distandarkan.
g) Dasar hukum
Diisi dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
disusunnya SOP.
31
h) Kualifikasi pelaksana
Diisi dengan penjelasan
mengenai kualifikasi
pegawai
yang
dibutuhkan dalam melaksanakan perannya pada prosedur yang
distandarkan.
i) Keterkaitan
Diisi dengan penjelasan mengenai keterkaitan prosedur yang
distandarkan dengan prosedur lain yang distandarkan.
j) Peralatan/perlengkapan
Diisi dengan penjelasan mengenai daftar peralatan dan perlengkapan
yang dibutuhkan.
k) Peringatan
Diisi dengan penjelasan mengenai kemunginan-kemungkinan risiko
yang
akan
timbul
ketika
prosedur
dilaksanakan.
Peringatan
memberikan indikasi berbagai permasalahan yang mungkin muncul
dan berada di luar kendali pelaksana ketika prosedur dilaksanakan
berbagai dampak yang mungkin ditimbulkan. Dalam hal ini,
dijelaskan pula bagaimana cara mengatasinya.
l) Pencatatan dan pendataan
Diisi dengan penjelasan mengenai berbagai hal yang perlu didata,
dicatat, atau diparaf oleh setiap pegawai yang berperan dalam
pelaksanaan prosedur yang telah distandarkan.
m) Uraian prosedur
Langkah kegiatan secara rinci dan sistematis dari prosedur yang
distandarkan.
n) Pelaksana
Diisi dengan jabatan yang melakukan suatu proses/aktivitas.
o) Kelengkapan
Diisi dengan penjelasan mengenai daftar peralatan dan kelengkapan
yang dibutuhkan.
32
p) Waktu
Diisi dengan lama waktu yang dibutuhkan dalam melakukan suatu
proses/kegiatan.
q) Output
Diisi dengan hasil/keluaran dari suatu proses/kegiatan.
r) Pengesahan
Diisi dengan nama dan tanda tangan Kepala SKPD.
Penyusunan Standar Operasional Prosedur pada akhirnya akan
mengarah pada terbentuknya diagram alir yang menggambarkan aliran
aktifitas atau kegiatan masing-masing unit organisasi. Berdasarkan
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 24
Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Pelaksanaan Standar
Operasional Prosedur, untuk menggambarkan aliran aktifitas, digunakan
simbol sebagaimana dijelaskan dalam Tabel 2.3.
Simbol
Tabel 2.3
Simbol dalam Diagram Alir
Sebutan
Definisi
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
Terminator awal/mulai dan akhir suatu bagan alir.
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
Proses
proses pelaksanaan kegiatan.
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
Pengambilan
keputusan yang harus dibuat dalam proses
keputusan
pelaksanaan kegiatan.
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
Dokumen
semua jenis dokumen sebagai bukti
pelaksanaan kegiatan.
Penggandaan Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
penggandaan dari semua jenis dokumen.
Dokumen
Simbol ini digunakan untuk menggunakan
Arsip manual semua jenis pengarsipan dokumen dalam
bentuk kertas/manual.
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
File
semua jenis penyimpanan dalam bentuk
data/file.
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
Konektor
perpindahan aktivitas dalam satu halaman.
33
Lanjutan Tabel 2.3
Simbol
Sebutan
Konektor
Garis alir
Definisi
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
perpindahan aktivitas dalam halaman yang
berbeda.
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
arah proses pelaksanaan kegiatan.
Sumber: Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 24
Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Pelaksanaan Standar
Operasional Prosedur
34
Download