FORMULASI GEL EKSTRAK DAUN BELUNTAS (PluceaindicaLess) DENGAN Na-CMC SEBAGAI BASIS GEL Jumasni Adnan Dosen tetap Program Studi DIII Farmasi STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK Daun beluntas (PluceaindicaLess) merupakan tanaman obat yang sering digunakan oleh masyarakat namun penggunaanya masih secara tradisional sehingga perlu dibuat dalam sediaan yang lebih praktis dan tidak mudah rusak misalnya gel. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi gel ekstrak daun beluntas (PluceaindicaLess) yang memenuhi persyaratan mutu fisik gel. Ekstrak dimaserasi dengan etanol 70% sebagai cairan penyari. Na CMC sebagai basis gel dan dibuat dalam 3 formula dengan konsentrasi1,25 g, 2,5 g, dan3,75g . Uji mutu fisik sediaan gel yang dilakukan meliputi uji organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar.Analisis data dilakukan secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel. Gel dengan basis Na-CMC 1,25 g, 2,5 g, memenuhi 4 uji parameter sediaan gel, yakni uji organoleptis,homogenitas, pH dan daya sebar. Sedangkan daya sebar gel 3,75 g belum memenuhi standar, daya sebar gel yang baik yakni 5-7 cm. Kata kunci :Gel, Ekstrak Daun beluntas,Basis Gel PENDAHULUAN Plucea indica L atau orang biasa mengenal dengan nama beluntas atau lamuntasa merupakan tanaman yang berasal dari Indonesia. Tanaman ini tumbuh di daerah dengan ketinggian 1000 m diatas permukaan laut. Dapat ditemui di daerah pantai, tumbuh liar atau sebagai tanaman pagar. Beluntas merupakan tanaman perdu tegak, berkayu, bercabang banyak, daun tunggal, bulat bentuk telur, ujung runcing berbulu halus, daun muda berwarna hijau kekuningan dan setelah tua berwarna hijau pucat serta panjang daun 3,86,4 cm. Beluntas biasa tumbuh liar di tanah dengan kelembaban tinggi. Daun beluntas merupakan salah satu tanaman obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat. Penggunaan daun beluntas yaitu untuk mengobati demam, meredakan nyeri rheumatik, dan mencegah timbulnya bau badan. Dalam penelitian Widyawati, (2010) mengatakan bahwa daun beluntas lebih berpotensi sebagai sumber antioksidan alami, didasarkan pada total fenol, total flavonoid. Senyawa fitokimia yang terdeteksi pada daun beluntas meliputi tanin, sterol, fenol hidrokuinon dan flavonoid. Secara tradisional, daun beluntas biasanya digunakan dalam bentuk lalapan atau bahan untuk membuat urap. Namun hal ini kurang praktis dan mudah rusak, maka perlu dibuat dalam bentuk sediaan lain yang lebih baik. Misalnya gel, Gel ekstrak daun beluntas merupakan salah satu alternatif bentuk sediaan yang dikembangkan mengingat bentuk sediaan gel memiliki beberapa keuntungan, diantaranya tidak lengket, gel mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik yaitu gel berbentuk padat apabila disimpan dan akan segera mencair bila dikocok, konsentrasi bahan pembentuk gel yang dibutuhkan hanya sedikit untuk membentuk massa gel yang baik, sehingga melalui penelitian ini akan dikembangkan formulasi gel ekstrak daun beluntas (Plucea indica Less) yang memenuhi persyaratan mutu fisik. BAHAN DAN METODE 1. Lokasi, populasi, dan sampel penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni–Agustus 2015 di Laboratorium Farmakognosi dan Farmasetika jurusan Farmasi Politekhnik Kesehatan Makassar Kementerian RI . Populasi dari penelitian ini adalah ekstrak daun beluntas. Sampel dari peneltian ini adalah gel ekstrak daun beluntas 2. Prosedur Penelitian a. Pengambilan Daun Sampel Daun beluntas (Plucea indica Less) diperoleh dari jl. Perintis Kemerdekaan VIII (Perumahan Dosen) Makassar, daun beluntas yang diambil dari pohon yang telah matang dengan ciri antara lain telah mengalami perubahan warna daun hijau tua,muda. b. Pengelolaan Daun Daun beluntas 200 gram yang segar dibersihkan dengan cara dicuci dengan air mengalir lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan (tidak terkena matahari langsung), Kemudian dipotong kecil-kecil dengan ukuran (5/8). c. Ekstraksi Bahan Dengan Cara Maserasi 1) Daun beluntas yang telah kering ditimbang sebannyak 200 gram dimasukkan kedalam bejana Journal of Pharmaceutical Science and Herbal Technology Vol.1 No.1 Juni 2016 41 maserasi kemudian ditambahkan pelarut etanol, Hingga terendam 1 cm diatas daun. 2) Diamkan di tempat terlindung cahaya selama 5 hari sambil sekali-kali diaduk, saring dan ampasnya dimaserasi kembali. Ulangi perlakuan hingga 3 kali penggantian pelarut. 3) Ekstrak dikumpulkan dan diuapkan dengan rotavapor sampai pekat, lanjutkan pengeringan dengan water bath hingga diperoleh ekstrak kental. d. Rancangan Formulasi Gel Ekstrak Daun Beluntas Tabel 1; Rancangan formulasi gel ekstrak daun beluntas. Bahan Kegunaan F1 Ekstrak daun Zat aktif 200 mg beluntas Na-CMC Basic gel 1,25 g Gliserin Humektan 2,5 g Nipagin Pengawet 0.25% Propilenglikol Humektan 1,25 g Aquadest Pelarut 50 g Konsentrasi F2 200 mg F3 200 mg 2,5 g 2,5 g 0.25% 1,25 g 50 g 3,75 g 2,5 g 0.25% 1,25 g 50 g e. Pembuatan Sediaan Gel Disiapkan semua bahan yang akandigunakan. Bahan ditimbang sesuaidengan formula yang ada.Nipagin dilarutkan dengan air panas, kemudian larutan nipagin digunakan untuk mengembangkan (Na-CMC campuran 1). Ekstrak daun beluntas dimasukkan ke dalam lumpang ditambahkan gliseril, propilenglikol aduk sampai homogen dan ditambahkan campuran 1 lalu diencerkan dengan air hingga 50 gram. Dengan cara yang sama dibuat ekstrak dengan Na-CMC 2,5 gr dan 3,75 gr. f. Pengujian Sediaan Gel a) Uji Organoleptik Uji organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan dengan cara melakukan pengamatan terhadap bentuk, warna dan bau dari sediaan yang telah dibuat. b) Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sediaan yang telah dibuat homogen atau tidak.Caranya, gel dioleskan pada kaca transparan dimana sediaan diambil 3 bagian yaitu atas, tengah dan bawah. Homogenitas ditunjukkan dengan tidak adanya butiran kasar. c) Uji pH Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan gel untuk menjamin sediaan gel tidak menyebabkan iritasi pada kulit.pH sediaan gel diukur dengan menggunakan pH meter. pH meter dicelupkan ke dalam sampel gel yang telah diencerkan, diamkan beberapa saat dan hasilnya disesuaikan dengan standar pH meter. pH sediaan yang memenuhi kriteria pH kulit yaitu dalam interval 4,5 – 6,5. d) Uji Daya Sebar Uji daya sebar dilakukan untuk menjamin pemerataan gel saat diaplikasikan pada kulit yang dilakukan segera setelah gel dibuat. Gel ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian diletakkan ditengah kaca bulat berskala. Di atas gel diletakkan kaca bulat atau bahan transparan lain dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 150 g, didiamkan 1 menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya. Daya sebar gel yang baik antara 5-7 cm. 3. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah hasil dari pengujian mutu fisik Gel ekstrak daun beluntas. HASIL PENELITIAN Tabel 2;Hasil evaluasi gel ekstrak Daun beluntas (Plucea indica L) N valuasi KONSENTRASI O Sediaan Gel F1 F2 1 Organoleptis semi padat atau semi padat atau Bentuk kental kental coklat coklat Warna khas daun khas daun Bau beluntas beluntas 2 Homogenitas 3 4 pH Daya Sebar Sediaan homogen (tidak ada butiran kasar) 5 5 Sediaan homogen (tidak ada butiran kasar) 5 4,5 F3 semi padat atau kental coklat khas daun beluntas Sediaan homogen (tidak ada butiran kasar) 4,5 3,5 PEMBAHASAN Gel yang sering di sebut jeli, merupakan sistem semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukan kedalam lubang tubuh (Depkes, 1995). Formulasi gel menggunakan Na-CMC sebagai basis gel. Na-CMC merupakan derivat selulosa yang umum digunakan sebagai basis gel yang bersifat netral, viskositas yang stabil, resisten terhadap pertumbuhan mikroba, menghasilkan basis gel yang jernih, dan film (selaput) yang kuat pada kulit ketika kering. Gliserin digunakan sebagai humektan yang dapat menyerap kadar air sehingga dapat mempertahankan kadar air sediaan. Emolien yang digunakan adalah propilenglikol dapat melunakan sediaan pada saat dioleskan pada permukaan kulit. Hasil uji organoleptis menunjukan semua sediaan gel yang telah dibuat berbentuk Journal of Pharmaceutical Science and Herbal Technology Vol.1 No.1 Juni 2016 42 setengah padat dengan aroma khas ekstrak daun beluntas (Plucea indica less). Warna yang dihasilkan oleh gel ekstrak daun beluntas (Plucea indica) dari semua variasi konsentrasi 1,2 g, 2,5 g dan 3,75 g berwarna coklat. Hal ini karena adanya campuran dari pelarut etanol dan ditambahkan pengaroma sehingga sediaan menghasilkan warna coklat dan aroma khas daun beluntas . Hasil pengujian homogenitas menunjukan sediaan gel ekstrak daun beluntas dengan basis Na-CMC1,2 g, 2,5 g dan 3,75 g homogen, ditandai dengan tidak adanya butiran kasar.Salah satu faktor yang mempengaruhi sediaan menjadi homogen, karena partikel-partikel terdispersi dan tersebar secara merata karena penambahan propilenglikol dan gliserin sehingga sediaan menjadi homogen. Hasil pengujian pH dengan basis Na-CMC 1,25 g dan 2,5 g menunjukan pH 5, sedangkan dengan basis Na-CMC 3,75 g menunjukan pH 4,5, Hal ini memenuhi kriteria pH kulit yaitu dalam interval 4.5-6.5. Faktor ini disebabkan karena adanya kandungan tanin pada ekstrak daun beluntas sehingga sediaan gel menghasilkan pH yang berbeda-beda pada setiap formula. Hasil pengujian daya sebar gel dengan basis Na-CMC 1,2 g dan 2,5 g memenuhi parameter daya sebar yakni 5 dan 4,5 cm, Sedangkan gel dengan basis Na-CMC 3,75 g tidak memenuhi parameter yaitu 3,5. Daya sebar sediaan gel yang baik antara 5-7 cm. Daya sebar gel yang kurang baik disebabkan karena viskositas Na-CMC yang terlalu tinggi sehingga sediaan gel menjadi terlalu kental. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Semua gel ekstrak daun beluntas dengan basis Na CMC 1,25 dan 2,5 memenuhi 4 uji parameter sediaan gel, yakni uji organoleptis homogenitas, uji daya sebar. Sedangkan daya sebar gel dengan basis Na-CMC 3,75 belum memenuhi standar, daya sebar gel yang baik yakni 5-7 cm. Saran Untuk peneliti selanjutnya disarankan agar dapat meneliti lebih lanjut daya sebar gel ekstrak daun beluntas (Plucea indica Less) dengan variasi konsentrasi basis Na-CMC yang lebih kecil. DAFTAR PUSTAKA Afdhal M, 2014. “Identifikasi Komponen Kimia Pada Ekstrak Bunga Rosella Asal Batu-Batu Kabupaten Soppeng Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis”, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin. Makassar. Hal: 11-18 Ansel C. Howard, 2008. “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, Edisi IV, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, Hal: 390-398 Anwar Effionora, 2012. “Eksipien Dalam Sediaan Farmasi Karakteristik dan Aplikasi”, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, Hal: 230-260 Departemen Kesehatan RI, 1979. “Farmakope Indonesia” Edisi III, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 1995. “Farmakope Indonesia” Edisi IV, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 1978.“Formularium Nasional” Edisi II, Jakarta Elshabrina, 2013. “Dahsyatnya Daun Obat Sepanjang Masa”, Penerbit Cemerlang Publishing, Yogyakarta. Hal: 93-97 Latief Abdul, 2012. “Obat Tradisional” Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Hal: 44-45. Lachman Dkk, 1994. “Teori Dan Praktek Farmasi Industri” Penerbit Universitas Indonesia, Hal: 1091-1146 Notoatmodjo Soekidjo, 2010. “Meteodologi Penelitian Kesehatan” Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Nahak Martina Maria, 2012 “Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Plucea indica L) Dapat Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans” Universitas Udayana SusetyariniEko, 2013. “Aktivitas Tanin Daun Beluntas Terhadap Konsentrasi Spermatozoa Tikus Putih Jantan”, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang Voigt, R. 1994. “Buku Pelajaran Teknologi Farmasi”, Gajah Mada University Press. Yogyakarta, Hal: 316-317 Journal of Pharmaceutical Science and Herbal Technology Vol.1 No.1 Juni 2016 43 Widyawati Sri Paini, dkk. “Pengaruh Ekstraksi dan Fraksinasi Terhadap Kemampuan Menangkap Radikal Bebas Dpph (1,1-Difenil-2- Pikrilhidrazil) Ekstrak Dan Fraksi Daun Beluntas (Pluchea indica Less)” Unika Widya Mandala Surabaya, 2010 Yazid Estien, 2005. “Kimia Fisika Untuk Paramedis”, Penerbit CV. Andi Offset, Yogyakarta, Hal: 154-155 Yuliarti Nurheti, 2009. “Sehat Cantik Bugar Dengan Herbal dan Obat Tradisional”, Penerbit CV. Andi Offset,Yogyakarta, Hal: 94 Journal of Pharmaceutical Science and Herbal Technology Vol.1 No.1 Juni 2016 44