ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN SUPLAI DAYA DARI PLTP GUNUNG GEDE TERHADAP SUSUT TEGANGAN DI PENYULANG PUNCAK Irfan Lutfiansyah, Rudy Setiabudy Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Abstrak - Sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia masih bergantung pada penggunaan bahan bakar fosil. Selain tidak terbarukan, penggunaannya juga menghasilkan emisi gas buang yang mencemari lingkungan. Di sisi lain, Indonesia merupakan negara dengan potensi energi panas bumi terbesar di dunia. Ironisnya, baru 4% yang sudah dimanfaatkan menjadi energi listrik. Salah satu potensi yang belum dimanfaatkan menjadi energi listrik terletak di kawasan gunung Gede, Jawa Barat. Namun, potensi energi panas bumi yang telah ditemukan di kawasan ini masih memiliki tingkat kepastian yang rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan eksplorasi lebih jauh hingga didapat potensi energi panas bumi yang lebih akurat. Optimasi dari potensi energi panas bumi ini nantinya diharapkan mampu memperbaiki kualitas tegangan serta meningkatkan pelayanan ketersediaan listrik bagi sistem tenaga listrik setempat. Kata kunci : panas bumi, gunung Gede, penyulang Puncak, optimasi, susut tegangan. Abstract - Most of Indonesia power plants still rely on fossil energy. Besides it is a non renewable source, it wastes a large scale of gas emission that cause enviromental pollution. On the other hand, Indonesia holds the world’s largest amount of geothermal energy potential. Ironically, only 4% of all these resources have been optimized for power plant. One of these geothermal energy potential area in Indonesia which is not optimized yet for power plant, is in Mount Gede, West Java. However, geothermal energy potential that had been explored in this area still have low certainty. Therefore, advance exploration is needed to find more accurate geothermal energy potential. Hopefully, this geothermal potential optimization could improve local power system voltage quality and electrical energy availability. Keywords: geothermal, mount Gede, Puncak feeder, optimize, voltage drop I. PENDAHULUAN Sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia sampai saat ini masih menggunakan bahan bakar minyak yang tidak terbarukan. Meski beberapa wilayah yang memiliki cadangan batu bara mulai mengkonversi penggunaan bahan bakar minyak menjadi batu bara, namun hal ini menghasilkan emisi gas NOx dan SO2 yang mencemari lingkungan. Oleh karenanya, dibutuhkan sumber energi listrik alternatif yang terbarukan dan ramah lingkungan. Di sisi lain, Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam hal energi panas bumi. Menurut kementrian energi dan sumber daya mineral (ESDM) pada Januari 2013, sebesar 40% potensi energi panas bumi dunia tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan potensi energi panas bumi terbesar di dunia. Ironisnya, sampai tahun 2012, Indonesia baru memanfaatkan 4% dari total potensi energi panas bumi yang tersebar Analisis pengaruh…, Irfan Lutfiansyah, FT UI, 2013 di berbagai daerah di Indonesia [1]. Salah satu daerah potensi energi panas bumi yang belum dikembangkan sebagai pembangkit listrik hingga saat ini adalah kawasan gunung Gede, Jawa Barat. Meskipun telah ditemukan indikasi adanya potensi energi panas bumi di kawasan ini, namun nilai potensi yang telah didapat di kawasan ini masih memiliki tingkat kepastian yang rendah. Oleh karena itu, butuh dilakukan eksplorasi lebih lanjut agar potensi energi panas bumi di kawasan gunung Gede benar-benar dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik. Optimasi energi listrik dari potensi ini nantinya diharapkan mampu memperbaiki kualitas tegangan pada jaringan distribusi setempat, terutama pada beban yang terletak jauh dari sumber, serta mampu menjadi sumber suplai daya cadangan bagi jaringan tersebut, sehingga meningkatkan pelayanan ketersediaan listrik di kawasan tersebut. II. TEORI A. Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi Sebelum energi panas bumi dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, terdapat klasifikasi potensi energi panas bumi yang dibagi berdasarkan tingkat kepastiannya. Klasifikasi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan penyelidikan dan pengembangan potensi energi panas bumi yang telah dilakukan pada kawasan tersebut. Besarnya nilai potensi pada masing-masing kelas diperoleh melalui perhitungan dengan berbagai metode, berdasarkan parameter yang ditentukan baik melalui pengambilan data langsung di lapangan, maupun melalui asumsi dari kawasan yang telah terproduksi listrik. Semakin banyak parameter yang ditentukan melalui pengambilan data langsung, semakin akurat nilai potensi yang didapat. Menurut Badan Standarisasi Nasional, klafikasi ini dibuat berdasarkan tahapan penyelidikan yang dilakukan pada suatu daerah atau lapangan panas bumi. Tahapan penyelidikan pendahuluan menghasilkan klasifikasi sumber daya (Resource), sedangkan tahapan penyelidikan rinci menghasilkan klasifikasi cadangan (Reserve): • Sumber daya spekulatif, adalah kelas sumber daya yang estimasi potensi energinya didasarkan pada studi literatur serta penyelidikan pendahuluan. Kelas ini memiliki tingkat kepastian yang paling rendah dan dihitung hanya berdasarkan keberadaan manifestasi 1 http://nationalgeographic.co.id Analisis pengaruh…, Irfan Lutfiansyah, FT UI, 2013 panas permukaan dan tanda-tanda lainnya. Luas reservoir dihitung dari penyebaran manifestasi dan batasan geologi, sedangkan temperatur dihitung dengan geotermometer. Daya per satuan luas ditentukan dengan asumsi. • Sumber daya hipotetis, adalah kelas sumber daya yang estimasi potensi energinya didasarkan pada hasil penyelidikan pendahuluan lanjutan. Kelas ini memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dari kelas sumber daya spekulatif. Data dasarnya adalah hasil survei regional geologi, geokimia dan geofisika. Luas daerah prospek ditentukan berdasarkan hasil penyelidikan geologi/ geokimia/geofisika sedangkan temperatur diperkirakan berdasarkan data geotermometer (air, gas atau isotop). • Cadangan terduga, adalah kelas cadangan yang estimasi potensi energinya didasarkan pada hasil penyelidikan rinci. Namun masih memiliki tingkat kepastian yang lebih rendah dari kelas cadangan lainnya dan dihitung hanya berdasarkan data survei geologi, geokimia dan geofisika. • Cadangan mungkin, adalah kelas cadangan yang estimasi potensi energinya didasarkan pada hasil penyelidikan rinci dan telah diindentifikasi dengan bor eksplorasi (wildcat) serta hasil prastudi kelayakan. Kelas ini memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dari kelas cadangan terduga dan dihitung dengan memasukan data satu sumur eksplorasi (discovery well). • Cadangan terbukti, adalah kelas cadangan yang estimasi potensi energinya didasarkan pada hasil penyelidikan rinci, diuji dengan sumur eksplorasi, delineasi dan pengembangan serta dilakukan studi kelayakan. Kelas ini memiliki tingkat kepastian yang paling tinggi dan dihitung dengan memasukan data dari paling sedikit satu sumur eksplorasi (discovery well) dan dua sumur delineasi atau sumur kajian. B. Susut Tegangan pada Sistem Tenaga Listrik Susut tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar. Susut tegangan juga menunjukkan bahwa nilai tegangan di sisi pengirim tidak akan sama dengan nilai tegangan di sisi penerima. Besarnya susut tegangan ini dapat direpresentasikan baik dalam persentase (%) maupun dalam satuan Volt. Berdasarkan peraturan umum instalasi listrik [PUIL]-2000, susut tegangan yang diizinkan adalah tidak melebihi 5% dari nilai tegangan yang dikirim. Jika lebih dari 5%, maka tegangan Analisis pengaruh…, Irfan Lutfiansyah, FT UI, 2013 yang diterima dianggap dalam kondisi tegangan kurang (under voltage) yang dapat menyebabkan peralatan listrik bekerja secara tidak maksimal karena beroperasi dibawah nilai ratingnya. Adapun persamaan umum dari susut tegangan pada suatu saluran yaitu sebagai berikut: ∆V = √3 x I x l x Z (1) Dimana: ∆V = Susut tegangan saluran [V] I = Arus [A] L = Panjang saluran [km] Z = Impedansi saluran per kilometer [ohm/km] Dari persamaan (1) di atas, dapat dilihat bahwa susut tegangan sebanding dengan arus, panjang saluran, serta impedansi saluran. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan terjadinya susut tegangan. • Arus, merupakan banyaknya muatan (elektron) yang mengalir tiap detiknya. Nilai arus pada saluran tergantung dari kapasitas daya yang di kirimkan (S) serta nilai tegangan yang ditransmisikan (V), • Impedansi saluran. Pada saluran baik transmisi maupun distribusi memiliki impedansi pada konduktornya. Impedansi ini terdiri dari resistansi dan induktansi. Impedansi merupakan penjumlahan vektor dari nilai resistansi dan reaktansi. Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan ketiga parameter ini, dapat dilihat pada persamaan (2) berikut: Z2 = R2 + X2 (2) Dimana: Z = Impedansi [ohm] R = Resistansi [ohm] X = Reaktansi [ohm] Nilai resistansi bergantung dari unsur material penyusunnya, panjang saluran, serta luas penampang saluran. Hal ini dapat dilihat dari persamaan (3) berikut: R = ρ l A Analisis pengaruh…, Irfan Lutfiansyah, FT UI, 2013 (3) Dimana: R = Nilai resistansi konduktor [ohm] ρ = Nilai hambat jenis [ohm.m] l = Panjang konduktor [m] A = Luas penampang konduktor [m2] Sementara itu, induktansi saluran timbul dipengaruhi oleh konfigurasi dari kawat penghantar yang digunakan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan persamaan (4) berikut: ! = ! ! !"!! !" !"# !"# (4) Dimana: L = induktansi saluran [H/m] GMD = Geometric Mean Distance GMR = Geometric Mean Radius GMD merupakan suatu nilai yang menggantikan konfigurasi asli konduktor-konduktor dengan sebuah jarak rata-rata hipotesis sehingga induktansi bersama dari konfigurasi tersebut dianggap sama. Sementara itu, GMR merupakan jari-jari fiktif konduktor berketebalan nol yang tidak memiliki fluks internal, tetapi memiliki induktansi yang sama dengan konduktor berjari-jari r. C. Pengendalian Susut Tegangan Besarnya susut tegangan yang timbul pada sistem tenaga listrik tentu saja menimbulkan berbagai kerugian bagi semua pihak seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Oleh karena itu, perlu adanya pengendalian terhadap susut tegangan agar kerugian dapat diminimalisir. Berikut dijelaskan mengenai beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengendalikan nilai susut tegangan tersebut: • .Penambahan sumber yang dekat dengan beban, mampu mengurangi besarnya susut tegangan yang terjadi pada beban. Hal ini dikarenakan impedansi saluran selama proses penyaluran dapat dikurangi dengan semakin dekatnya jarak dari sumber ke beban. Semakin dekat jarak penyaluran (l), semakin kecil susut tegangan yang terjadi (∆V), sesuai dengan persamaan (1) . Oleh karena itu, umumnya susut tegangan terbesar terjadi pada beban yang letaknya paling jauh dari sistem, disamping faktor lainnya seperti besarnya pembebanan yang tersambung dan karakteristik kabel yang digunakan. Analisis pengaruh…, Irfan Lutfiansyah, FT UI, 2013 • Pengubahan tap pada transformator, dilakukan untuk mengubah rasio lilitan primer dan sekunder transformator sehingga tegangan keluarannya dapat dikendalikan, seperti pada persamaan (5) berikut: !! !! = !! !! = ! (3.17) Vp = tegangan di sisi primer transformator [V] Vs = tegangan di sisi sekunder transformator [V] Np = jumlah lilitan primer transformator Ns = jumlah lilitan sekunder transformator ! = rasio lilitan Dengan dikendalikannya tegangan keluaran transformator, maka dapat dikendalikan pula nilai arus keluarannya, yang berarti susut tegangan yang terjadi dapat dikendalikan. Namun, besarnya susut tegangan tidak dapat diubah secara signifikan, karena umumnya pengubahan tap pada transformato berkisar dari 2,5% - 15% tergantung dari jenis transformator yang digunakan. III. METODE Pada awal penelitian skripsi ini, dilakukan studi lapangan dengan mempelajari klasifikasi potensi energi panas bumi, potensi energi panas bumi di kawasan gunung Gede serta kawasankawasan potensi di Indonesia, mempelajari kondisi sistem tenaga listrik di kawasan Cianjur serta konfigurasi jaringan distribusi penyulang Puncak. Studi ini dilakukan dengan mempelajari bukubuku serta artikel-artikel terkait, konsultasi dengan dosen pembimbing dan para ahli di bidang terkait, serta melalui pengambilan data lapangan ke perusahaan terkait. Kemudian, dilakukan simulasi aliran daya dengan menggunakan perangkat lunak untuk mengetahui susut tegangan yang terjadi pada tiap beban di jaringan distribusi penyulang Puncak sebelum penambahan suplai daya. Dari hasil simulasi, dianalisis faktor penyebab tingginya susut tegangan yang terjadi pada sistem, agar penambahan suplai daya yang akan dilakukan nantinya dapat memperbaiki susut tegangan secara optimal. Setelah itu, dilakukan simulasi aliran daya setelah penambahan suplai daya pada jaringan distribusi penyulang puncak. Simulasi ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Analisis pengaruh…, Irfan Lutfiansyah, FT UI, 2013 seperti pada simulasi sebelumnya. Sebelum dilakukan simulasi, terlebih dahulu ditentukan lokasi penambahan suplai daya agar perbaikan susut tegangan dapat optimal. Dari hasil kedua simulasi yang telah dilakukan, dianalisis pengaruh penambahan suplai daya pada persentase susut tegangan yang terjadi pada jaringan distribusi penyulang Puncak. Selain itu, dianalisis pula pengaruh lainnya dari penambahan suplai daya ini bagi sistem tenaga listrik di kawasan Cianjur Gambar 1 Alur Metodologi Penelitian A. Potensi Energi Listrik di Kawasan Gunung Gede Gambar 2 Lokasi Gunung Gede Sumber: maps.google.com. Analisis pengaruh…, Irfan Lutfiansyah, FT UI, 2013 Gunung Gede terletak di perbatasan tiga kabupaten di provinsi Jawa Barat, yaitu kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Gunung ini termasuk dalam gunung aktif jenis stratovolcano, yaitu gunung berapi yang tinggi dan mengerucut yang terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengeras. Gunung jenis ini umumnya memiliki potensi energi panas bumi yang terkandung di dalamnya. Energi inilah yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik. Berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan oleh Pertamina Geothermal, energi panas bumi yang terdapat di gunung Gede memiliki potensi kelas sumber daya hipotesis sebesar 130 MWe, serta kelas cadangan terduga sebesar 130 MWe. Namun, data tersebut masih rendah tingkat kepastiannya, sehingga perlu dilakukan eksplorasi lebih jauh hingga didapat potensi cadangan terbukti. Dengan mengetahui nilai potensi cadangan terbukti, estimasi kapasitas energi listrik yang dapat dibangkitkan menjadi lebih akurat. Namun, hingga saat ini belum dilakukan eksplorasi lebih jauh di kawasan gunung Gede hingga didapat potensi kelas cadangan terbuktinya. Karena alasan tersebut, pada skripsi ini, terlebih dahulu diasumsikan nilai potensi energi panas bumi kelas cadangan terbukti di kawasan ini melalui komparasi terhadap kawasan-kawasan potensi energi panas bumi lainnya di Indonesia. Tabel 1 berikut menunjukkan kawasan potensi energi panas bumi di Indonesia yang telah ditemukan potensi kelas cadangan terduga dan potensi kelas cadangan terbuktinya: Tabel 1 Persentase Cadangan Terbukti Terhadap Cadangan Terduga Potensi Energi (MWe) No. Nama Kawasan Provinsi 1 Gn. Sibayak 2 Sarulla Sumatra Utara 3 Lempur/Kerinci Jambi 4 Gn. Salak 5 Patuha 6 Karaha 7 Dieng 8 Bedugul Cadangan Terduga Cadangan Terbukti Persentase (%) 131 39 29.77 147 133 90.48 20 40 200.00 115 485 421.74 247 170 68.83 70 30 42.86 Jawa Tengah 185 280 151.35 Bali 245 30 12.24 Jawa Barat Analisis pengaruh…, Irfan Lutfiansyah, FT UI, 2013 Dari Tabel 1 terlihat bahwa persentase nilai cadangan terbukti terhadap cadangan terduga di setiap kawasan besarnya bervariasi, dengan nilai terendah sebesar 12,14% dan tertinggi 421,74%. Karena nilainya yang terlalu variatif, maka kurang representatif jika digunakan nilai rata-rata persentase dari seluruh kawasan potensi tersebut sebagai asumsi untuk menentukan nilai potensi cadangan terbukti di kawasan gunung Gede. Oleh karena itu, digunakan nilai persentase terendah dari seluruh kawasan tersebut untuk mengasumsikan nilai potensi cadangan terbukti di kawasan gunung Gede. Dari Tabel 1, terlihat nilai persentase terendah terdapat pada kawasan Bedugul, Bali, yaitu sebesar 12,24%. Jika kita gunakan nilai persentase di atas untuk mengasumsikan potensi cadangan terbukti di gunung Gede, yang sebelumnya telah diketahui memiliki potensi cadangan terduga sebesar 130 MWe, maka potensi cadangan terbukti di gunung Gede diasumsikan sebesar: !"#$%&' !"#"$%"$ !"#$%&' ! !"#$"%&!"# !"#$%&' = 130 !"# ! 12,24% = !", !" !"# B. Kondisi Sistem Tenaga Listrik di Kawasan Cianjur Cianjur merupakan kabupaten yang letaknya berdekatan dengan keberadaan sumber panas bumi di kawasan gunung Gede. Sistem tenaga listrik di kabupaten ini tersuplai langsung oleh gardu induk Cianjur. Gardu induk Cianjur memiliki 3 unit transformator 150/20 kV yang terpasang dengan kapasitas masing-masing 60 MVA. Masing-masing transformator tersebut menyuplai 6 penyulang yang memasok listrik ke lebih dari 20 kecamatan di sekitar kawasan gunung Gede. Tabel 2 di bawah ini menunjukan besar persentase pembebanan pada masingmasing transformator pada bulan April tahun 2013: Tabel 2 Persentase Pembebanan Puncak Masing-Masing Transformator Nama Ratio Transformator (kV/kV) Kapasitas Persentase Daya Pembebanan (%) (MVA) Cianjur 2 150/20 60 69 Cianjur 3 150/20 60 61 Cianjur 4 150/20 60 66 Sumber: PT. PLN (Persero) Distribusi Jabar & Banten, Area Cianjur Analisis pengaruh…, Irfan Lutfiansyah, FT UI, 2013 Berdasarkan standar PT. PLN (Persero), transformator dikatakan berada dalam kondisi kelebihan beban (overload) jika menanggung beban lebih dari 80% kapasitas maksimumnya. Kondisi ini dapat mengurangi umur dari transformator itu sendiri. Apabila kita lihat Tabel 2, persentase pembebanan pada gardu induk Cianjur tidak ada yang melebihi 80% kapasitas maksimum transformator. Hal ini menunjukkan jumlah pasokan daya yang tersedia di gardu induk Cianjur saat ini sudah cukup untuk memenuhi permintaan beban di kawasan tersebut. Atas dasar tersebut, pada skripsi ini, optimasi energi listrik dari pemanfaatan energi panas bumi di kawasan gunung Gede lebih dikhususkan untuk perbaikan nilai tegangan yang diterima beban, khususnya beban-beban yang terletak di ujung jaringan. Optimasi akan difokuskan pada jaringan distribusi penyulang Puncak karena jarak penyulang yang dekat dari sumber energi panas bumi, sehingga penambahan suplai daya yang dilakukan dapat mengurangi susut tegangan secara optimal. C. Konfigurasi Jaringan Distribusi Penyulang Puncak Penyulang Puncak merupakan salah satu penyulang yang disuplai langsung dari gardu induk Cianjur, dengan tegangan saluran sebesar 20 kV. Berdasarkan data lapangan yang diambil pada bulan Desember tahun 2012, penyulang ini mendistribusikan listrik secara langsung ke 52 gardu distribusi yang tersebar di kecamatan Cugenang, Cipanas, Cibadak, dan Cimacan, serta 3 beban tegangan menengah 20 kV di kecamatan Cipanas dan Cibadak. Untuk menyalurkan daya listrik dari gardu induk Cianjur ke gardu-gardu distribusi dan beban-beban tegangan menengah tersebut, digunakan saluran udara tegangan menengah (SUTM) dengan konfigurasi kabel horizontal, ketinggian dari tanah 10 meter, dan jarak antar kabel 0,9 meter, seperti pada Gambar 3. Selain itu, digunakan pula saluran kabel tegangan menengah (SKTM). Konfigurasi lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini: Tabel 3 Konfigurasi Saluran Udara dan Saluran Kabel Tegangan Menengah Jenis Saluran SKTM SUTM Jenis Kabel Luas Penampang (mm2) Panjang Saluran (km) XLPE 240 0,125 XLPE 150 0,117 AAACS 150 24,469 Analisis pengaruh…, Irfan Lutfiansyah, FT UI, 2013 Gambar 3 Konfigurasi Saluran Udara IV. SIMULASI Dari data konfigurasi di atas, maka bentuk diagram satu garis jaringan distribusi penyulang puncak sebelum dan sesudah penambahan suplai daya adalah sebagai berikut: Gambar 4 Diagram Satu Garis Penyulang Puncak Untuk menganalisis susut tegangan yang terjadi pada sepanjang jaringan distribusi penyulang Puncak, dilakukan simulasi analisis aliran daya (load flow analysis) menggunakan perangkat lunak. Dari hasil simulasi yang dilakukan, maka diperoleh persentase susut tegangan tegangan yang terjadi pada tiap beban sebelum dan sesudah dilakukannya penambahan suplai daya dari PLTP gunung Gede. Hasil simulasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini: Analisis pengaruh…, Irfan Lutfiansyah, FT UI, 2013 Gambar 5 Grafik Persentase Susut Tegangan pada Tiap Beban Berdasarkan Gambar 5, dapat disimpulkan bahwa penambahan suplai daya pada jaringan distribusi penyulang Puncak mampu mengurangi persentase susut tegangan yang diterima tiap beban pada penyulang tersebut. Setelah dilakukannya optimasi, dari total 55 beban, hanya 2 beban yang menerima tegangan pada kondisi critical, dan 53 beban lainnya menerima tegangan pada kondisi normal. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan sebelum dilakukan optimasi dimana beban yang menerima tegangan pada kondisi critical jumlahnya mencapai 54, dan hanya 1 beban yang menerima tegangan pada kondisi normal. Kondisi critical adalah kondisi ketika susut tegangan pada beban melebihi 5% dari tegangan normalnya, sesuai dengan batas toleransi yang diperbolehkan peraturan umum instalasi listri (PUIL) 2000. Dari hasil simulasi juga dapat dilihat rata-rata persentase susut tegangan yang diterima tiap beban setelah dilakukan optimasi, dengan menggunakan persamaan (6). rata-rata % susut = = !"#$%& % !"!"# !"#$ !"!#$ !"#$%& !"!#$ (6) !"#,!"% !! = 4,27 % Nilai persentase ini masih dalam batas normal susut tegangan yang diperbolehkan atau tidak melebihi 5%. Jika dibandingkan dengan rata-rata persentase susut sebelum dilakukannya optimasi yang mencapai 11,55%, nilai ini jauh lebih kecil. Dengan kata lain, terjadi perbaikan Analisis pengaruh…, Irfan Lutfiansyah, FT UI, 2013 pada rata-rata persentase susut tegangan yang diterima tiap beban setelah dilakukannya optimasi, yaitu sebesar: %susut sebelum optimasi - %susut setelah optimasi = 11,55% - 4,27% = 7,28 % Selain mampu memperbaiki persentase susut tegangan pada jaringan distribusi penyulang Puncak, optimasi ini juga memiliki dampak lain bagi sistem tenaga listrik yang tersuplai gardu induk Cianjur. Pada kondisi permintaan beban seperti pada simulasi ini, yaitu 75% beban maksimumnya, aliran daya dari optimasi PLTP gunung Gede ini juga mampu menyuplai penyulang lain pada gardu induk Cianjur, dengan kapasitas daya semu sebesar 6.789 kVA. Diagram satu garis untuk hasil simulasi analisis aliran daya tersebut dapat dilihat pada Gambar 6 berikut: Gambar 6 Aliran Daya Setelah Penambahan Suplai Daya Dengan kata lain, selain mampu memperbaiki nilai tegangan di penyulang Puncak, optimasi ini juga mampu memperbaiki nilai tegangan di penyulang lain yang tersuplai dari gardu induk Cianjur. Selain itu, optimasi ini juga mampu meningkatkan pelayanan ketersediaan listrik pada jaringan distribusi penyulang Puncak, dengan adanya PLTP gunung Gede yang sebagai sumber suplai daya cadangan apabila terjadi gangguan pada penyulang. seperti terlihat pada Gambar 7. berikut: Analisis pengaruh…, Irfan Lutfiansyah, FT UI, 2013 Gambar 7 Simulasi Aliran Daya Jika Terjadi Gangguan V. KESIMPULAN Dari hasil simulasi untuk optimasi jaringan distribusi penyulang Puncak berdasarkan data lapangan, penambahan daya dari PLTP gunung Gedemampu mengurangi susut tegangan yang diterima seluruh beban yang dipasok oleh penyulang Puncak, dengan rata-rata pengurangan persentase susut sebesar 7,28%. Rata-rata persentase susut tegangan yang diterima beban pada penyulang ini menjadi 4,27%, atau berada dalam batas toleransi susut tegangan yang diperbolehkan peraturan umum instalasi listrik (PUIL)-2000. Selain beban pada penyulang Puncak, optimasi ini juga mampu mengurangi susut tegangan pada beban yang terhubung dengan penyulang lainnya yang tersuplai dari gardu induk Cianjur, serta mampu meningkatkan pelayanan ketersediaan listrik dengan adanya sumber suplai daya baru sebagai cadangan bilamana terjadi gangguan pada jaringan sehingga suplai daya dari sumber utama terputus. VI. REFERENSI 1. Marsudi, Djiteng. 2005. Pembangkitan Energi Listrik. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2. Beaton, Clive F. 1986. Heat Exchanger Design Handbook. 3. Pertamina Geothermal. Pertamina Geothermal Development Resources & Utilization. Jakarta. Analisis pengaruh…, Irfan Lutfiansyah, FT UI, 2013 4. Daud, Yunus. Tahapan Pengembangan Lapangan Geothermal. Depok: Laboratorium Geothermal Universitas Indonesia. 5. Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI No.13-5012-1998. Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia. 6. Badan Standarisasi Nasional. 1999. SNI No. 13-6171-1999. Metode Estimasi Potensi Energi Panas Bumi. 7. PT. PLN (Persero). Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero) 2012-2021. 8. PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten, Area Cianjur. 2012. Panjang Jaringan dan Beban Trafo GI/Penyulang Distribusi Jawa Barat Tahun 2012. 9. PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten, Area Cianjur. 2013. Panjang Jaringan dan Beban Trafo GI/Penyulang Distribusi Jawa Barat Tahun 2013. 10. Badan Standarisasi Nasional.SNI No. 04-0225-2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 [PUIL2000]. 11. Fajry, Fidel Rezki. 2012. Evaluasi Susut pada Sistem Kelistrikan Energi Mega Persada Gelam. Depok 12. Cahyanto, Restu Dwi. 2008. Studi Perbaikan Kualitas Tegangan Dan Rugi-rugi Daya Pada Penyulang Pupur Dan Bedak Menggunakan Bank Kapasitor, Trafo Pengubah Tap, Dan Penggantian Kabel Penyulang. Depok 13. Taylor, Carson. 1994. Power System Stability and Control. McGraw-Hill. 14. Kundur, Prabha. 1993. Power System Stability and Control. McGraw-Hill. Analisis pengaruh…, Irfan Lutfiansyah, FT UI, 2013