Pengaruh Salinitas dan Kadmium… PENGARUH SALINITAS DAN KADMIUM TERHADAP HEMATOLOGI IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) Eka Noviyanti, Agoes Soegianto, dan Sucipto Hariyanto Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek salinitas dan kadmium terhadap respon hematologi ikan nila (Oreochromis niloticus). Terdapat empat tahapan pada penelitian ini yaitu tahap persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengujian hasil penelitian, dan pengolahan hasil penelitian. Hasil penelitian kadar hemoglobin pada salinitas 0 0/00, 5 0/00, 10 0/00, dan 15 0/00 dengan kadar kadmium 0 mg/L dalam kisaran normal. Pada perlakuan 0 0/00, 5 0/00, 10 0/00, dan 15 0/00 dengan kadar kadmium 2.5 mg/L dan 5 mg/L menunjukkan nilai rerata kadar hemoglobin dibawah batas normal atau telah terjadi anemia. Pada perlakuan jumlah eritrosit pada kadar kadmium 5 mg/L dengan salinitas 10 0/00 dan 15 0/00 berada dibawah batas normal jumlah eritrosit yaitu sebesar 1,05×106. Sedangkan pada perlakuan jumlah eritrosit pada kadar kadmium 0 mg/L dan 2,5 mg/L dengan salinitas 0 0/00, 5 0/00 dan 10 0/00 tidak mengalami anemia karena salinitas bersifat negatif terhadap keberadaan logam kadmium pada suatu media, sehingga salinitas mempengaruhi kadar logam berat pada ekosistem perairan. Kata kunci: hematologi, Oreochromis niloticus, salinitas, kadmium PENDAHULUAN Kadmium mencemari perairan akibat berbagai aktivitas manusia dan secara alami oleh lingkungan. Sumber utama pencemaran kadmium akibat aktivitas manusia berasal dari proses pertambangan, peleburan logam, limbah produksi perusahaan elektronika (baterai) dan industry plastik (Abdel dan Wafeek, 2008). Sumber kadmium dalam air laut berupa senyawa klorida (CdCl2), sedangkan dalam air tawar berupa senyawa karbonat (CdCO3) (Adriyani and Mahmudiono2, 2009). Kandungan Cd di perairan tawar berkisar antara 0,00010,001 ppm (Effendi, 2003). Adanya proses terlepasnya kadmium ke alam secara berlebihan mengakibatkan ekosistem perairan tercemar dan mengganggu kelangsungan hidup makhluk hidup. Pernyataan tersebut didukung dengan adanya beberapa studi kasus yang menunjukkan bahwa terdapat pencemaran di ekosistem perairan yang diakibatkan oleh logam kadmium. Soraya dkk (2012) dalam penelitian menyatakan bahwa tingkat pencemaran logam kadmium (Cd) di perairan Waduk Cirata selama 5 tahun terakhir, terkandung kadar Cd maksimum sebesar 0,011 ppm. Nilai konsentrasi logam Cd tersebut berada di atas baku mutu PP RI No. 82 Tahun 2001 dengan nilai sebesar 0,01 ppm. Laporan penelitian sebelumnya oleh Pikir (1991) menunjukkan bahwa konsentrasi kadmium dalam air di Pantai Kenjeran Surabaya saat itu mencapai 1,22 ppm dan Pantai Keputih Surabaya mengandung 1,09 ppm logam berat kadmium. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 Pada konsentrasi tertentu, kadmium dapat menyebabkan gangguan pada metabolisme organisme akuatik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa kadmium dapat menyebabkan anemia, kerusakan sistem saraf pusat dan ginjal, serta mempengaruhi sistem reproduksi organisme akuatik (Laws, 1993). Selain itu kadmium juga menghambat kerja enzim yang terjadi melalui pembentukan senyawa antara logam berat dengan gugus sulfhidril (-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil, histidil, hidroksil dan fosfatil dari protein dan purin. Keadaan tersebut dapat merusak sistem metabolisme tubuh organisme. Kadmium yang diabsorpsi dari saluran pernapasan, pencernaan atau kulit akan diangkut oleh darah ke organ-organ lain. Sekitar 95% kadmium dalam darah diikat oleh sel-sel darah dan 5% dalam plasma darah (Suciani, 2007). Menurut Aunorohim dan Yulaipi (2013) kadmium dapat mengganggu enzim oksidase dan akibatya menghambat sistem metabolisme sel. Pernyataan tersebut didukung oleh Mugahi et al (2003) yang menyebutkan bahwa kadmium yang terserap masuk ke peredaran darah kemudian menuju kesumsum tulang kemudian menuju sel stem hematopoitik sehingga menyababkan Basophilic Stippling. Kadmium yang masuk ke sumsung tulang menyebabkan defisiensi enzim G-6PD dan menghambat enzim pirimidin -5’nukleotidase sehingga tejadi peningkatan degradasi RNA serta ribosom eritrosit (Ganiswara, 1995). Selain itu, kadmium menghambat Na-K-ATPase yang menyebabkan 103 Pengaruh Salinitas dan Kadmium… kehilangan kalium intrasel dan menghambat biosintesis hemoglobin dengan cara menghambat aktivitas enzim ∞ALAD dengan enzim ferrokelatase (WHO, 1997). Dalam keadaan stres pada ikan juga dapat mengganggu nilai hematokrit yang dapat berdampak pada kesehatan ikan, hal ini seperti yang diungkapkan Mazur dan Iwana (1993) bahwa kondisi stres pada hewan dapat menyebabkan peningkatan nilai hematokrit darah. Kadar hematrokit ini bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan (Sahetapy, 2011). Menurut Gunawan (2013) Kadmium akan mempengaruhi proses hematopoisis yaitu dengan menghambat pembentukan sel-sel darah termasuk menghambat diferensiasi leukosit dan trombosit dari myeloblast dalam sumsum tulang. Selain itu, rendahnya leukosit disebabkan terjadinya peran kalsium di sumsum tulang terganggu. Pada hal lain, lingkungan perairan yang tercemar oleh kadmium dapat dideteksi oleh bioindikator. Menurut Soegianto (2004) bioindikator untuk pencemaran lingkungan perairan antara lain adalah ikan dan krustasea. Ikan dan krustasea memiliki sifat khas, diantaranya dapat mengakumulasi bahan-bahan pencemaran yang berada pada lingkungan yang tercemar, sehingga dapat mewakili keadaan di dalam lingkungan hidupnya. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang dapat mengakumulasi logam berat, juga toleran terhadap suhu rendah maupun tinggi dan bersifat euryhalin (Chervinski, 1982), sehingga ikan nila dapat digunakan sebagai bioindikator untuk lingkungan yang tercemar oleh kadmium. Ikan nila yang memiliki sifat euryhalin mampu hidup pada kondisi lingkungan dengan rentang salinitas yang luas, ikan nila yang hidup pada media yang memiliki salinitas memberikan pengaruh tekanan osmotik, yang pada akhirnya berperan pada pertumbuhan ikan nila, hal ini seperti yang diungkapkan Peter (1979) bahwa salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan. Menurut Guner et al. (2005) menyatakan bahwa pada ikan tilapia yang dipindah ke perairan bersalinitas akan melibatkan perubahan fungsional sel-sel kloroid dan aktivitas Na+K+-ATPase. Ikan nila yang berasal dari air tawar yang akan dipindah ke media bersalinitas ≥ 5 ppt tanpa melalui proses adaptasi akan mengalami stres, dalam kondisi stres terjadi perubahan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin (Roya dkk, 2007). Namun demikian, logam berat dan salinitas di ekosistem perairan memiliki hubungan yang saling berkaitan, hal ini seperti yang diungkapkan Roesijadi & Robinson (1994) bahwa logam berat dalam sistem akuatik bergantung kepada faktorfaktor spesifik kimia maupun fisik yang berlaku pada lingkungan sekitarnya. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka perlu dilakukan penelitian sebagai upaya untuk mengetahui pengaruh salinitas dan paparan logam berat kadmium terhadap respon hematologi. Parameter yang diukur adalah kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan respon hematologi ikan nila pada salinitas berbeda, mengetahui perbedaan respon hematologi ikan nila pada kadar kadmium berbeda, mengetahui efek salinitas dan kadmium terhadap respon hematologi ikan nila METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan di Universitas Airlangga, Fakultas Sains dan Teknologi, Deprtemen Biologi, Surabaya. Perlakuan dan pengambilan data penelitian dilakukan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Universitas Hang Tuah Surabaya, sedangkan pengujian hasil penelitian dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah (LABKESDA) pada bulan September-November 2015. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diperoleh dari Pandaan. Umur rata-rata ikan nila adalah 1 – 1,5 bulan, ukuran 10 - 12 cm, dan berat 15- 20 g/ekor. Media uji yang digunakan berupa air tawar yang berasal dari PDAM dan air laut yang diperoleh dari pasar ikan Gunung Anyar Surabaya. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kadmium (Cd) dalam bentuk Cd(NO3)2.4H20 dengan konsentrasi 0 mg/L, 2,5 mg/L, dan 5 mg/L dan air laut 00/00, 50/00, 100/00. 150/00 dan EDTA. Adapun alat yang digunakan antara lain aerator, akuarium (40x40x60)cm, bak plastik, jarum suntik, tabung vakum, hematology analyzer, gelas ukur, gelas objek, refrakto meter, DO meter, kertas pH, termo meter, penggaris, jaring ikan, pipet, tisu, kapas, sarung tangan lateks, masker, gunting, kertas label, peralatan tulis, kamera. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Faktorial dengan satu faktor perlakuan yaitu beberapa salinitas dengan beberapa konsentrasi kadmium (Cd). Salinitas yang digunakan dalam penelitian ini 0 0/00, 50/00, 100/00. 150/00 (Berdasarkan data ikan nila gelondong besar yang mampu hidup pada kisaran salinitas tersebut) Sedangkan kadmium yang digunakan yaitu dengan konsentrasi sebesar 0 mg/L, 2,5 mg/L, dan 5 mg/L. Untuk mendapatkan ulangan digunakan rumus (t-1) (r-1) ≥ 15 dengan t = perlakuan, r = ulangan didapatkan 3 kali pengulangan pada tiap perlakuannya. Pada Tabel 3.1 dapat di lihat setiap unit perlakuan yang di lakukan 3 kali pengulangan. Penelitian dilakukan secara bertahap untuk memaksimalkan hasil penelitian dan pengambilan darah 104 Pengaruh Salinitas dan Kadmium… ikan yang tidak dimungkinkan untuk dilakasanakan bersamaan semua perlakuannya, Setiap tahap dilakukan selama 7 hari kemudian ikan coba diambil darahnya. Sampel ikan nila diperoleh dari Unit Pelayanan Budidaya Air Tawar (UPBAT) Pandaan, Pasuruan. Sebanyak 250 ekor dimasukkan dalam kantong plastik dan diberi oksigen. Selanjutnya ikan dipindah ke akuarium untuk dilakukan aklimasi, setelah itu dilakukan penyeleksian terhadap ikan sebelum digunakan sebagai hewan uji. Ikan nila yang telah diseleksi sebagai hewan uji dipelihara di akuarium selama tujuh hari untuk penyesuaian fisiologis sebagai pengaruh akibat perubahan lingkungan. Dalam proses aklimasi diberi aerator untuk membantu penyediaan oksigen bagi ikan nila dan juga diberi makan berupa makanan buatan yang berbentuk butiran (pelet). Media hidup ikan nila terdiri atas campuran air laut dengan air tawar (PDAM) yang telah diendapkan selama 24 jam. Air laut diperoleh dari pasar ikan Gunung Sari Surabaya. Air laut dan air tawar dicampur dengan takaran tertentu sehingga diperoleh nilai salinitas yang diinginkan sebagai media hewan uji. Untuk membuat media hewan uji dengan salinitas yang diperlukan, digunakan rumus sebagai berikut. Sebanyak 10 ekor ikan nila yang sebelumnya telah dipuasakan selama 2 hari dipaparkan pada media uji dengan salinitas 00/00, 50/00, 100/00. 150/00 yang mengandung konsentrasi kadmium sebesar 0 mg/L, 2,5 mg/L, dan 5 mg/L. Selama tujuh hari masa pemaparan, dilakukan pengamatan terhadap kondisi lingkungan yaitu pH, suhu, dan DO. Pengukuran dilakukan dua kali pada setiap perlakuan dan di dapatkan hasil untuk pengukuran pH sebesar (7 ± 0,00), DO sebesar (5,70 ± 1,20), dan suhu sebesar (29,76 ± 0,72). Setelah tujuh hari pemaparan ikan nila yang masih hidup diambil darahnya pada daerah jantungnya untuk mengetahui pengaruh kadmium (Cd) terhadap respon hematologi ikan nila (O. niloticus). Sebelum pengambilan sampel darah, ikan dibuat pingsan terlebih dahulu dengan es kering. Setelah ikan pingsan, darah diambil dengan menggunakan jarum suntik (syringe) berukuran 1 mL yang diinjeksikan pada bagian jantung ikan (Lihat Gambar 6). Jumlah sampel ikan untuk respon hematologi masing-masing 5 ekor. Teknik pengambilan darah ini berlaku untuk uji respon hematologi. Darah yang diperoleh dari sampel ikan untuk uji respon hematologi diletakkan di tabung EDTA. Semua sampel darah tersebut kemudia dibawah ke laboratorium kesehatan untuk mengetahui hasil darah ikan. Sampel darah kemudian diuji dengan menggunakan alat hematology analyzer dimana sampel Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 darah ikan di homogen terlebih dahulu selama 10 menit kemudian sampel darah ikan langsung dimasukkan kedalam alat hematology analyzer untuk memperoleh data respon hematologi (kadar hemoglobin dan jumlah erirosit). Sampel darah yang telah homogen dengan antikoagulan diletakkan di dalam adaptor pada mesin hematology analyzer (sysmex), mesin tersebut akan bekerja dan menghasilkan data secara otomatis yang muncul pada layar hematology analyzer. Data yang dihasilkan kemudian dicatat (atau di print) untuk segera dianalisis. Terdapat dua jenis data pada penelitian ini, yaitu data utama dan data penunjang. Data utama dalam penelitian ini adalah hematokrit ikan nila (O. niloticus). Sedangkan data penunjangnya adalah pengamatan terhadap kondisi lingkungan lain berupa DO, pH, dan suhu Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara statistik. Untuk mengetahui pengaruh salinitas dan kadmium terhadap respon hematologi ikan nila (O. niloticus) dilakukan analisis ANOVA satu arah untuk mengetahui perbedaan antar tiap perlakuan dengan taraf ketelitian α = 0,05. Jika perlakuan berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji DUNCAN. HASIL DAN PEMBAHASAN Hewan uji berupa ikan nila diberi perlakuan berupa salinitas dan kadmium yang berbeda-beda sehingga dapat diketahui bagaimana ikan tersebut mengatur respons hematologi akibat perubahan lingkungan yang diberikan. Pengaturan tubuh yang diukur dalam penelitian ini adalah respon hematologi ikan nila dengan parameter nilai darah lengkap. Parameter darah lengkap ikan nila yang diukur adalah kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit yang diukur dengan menggunakan alat hemayology analizer. Pada penelitian ini juga diukur data penunjang yaitu kondisi lingkungan (media) ikan nila yang berupa DO, pH, dan suhu. Sifat euryhaline dari ikan dapat diketahui dengan cara menganalisis osmolaritas darah (plasma atau serum) maupun cairan tubuh pada berbagai kondisi salinitas air (Sampaio & Bianchini, 2002; Jandal & Wilson, 2011). Pada penelitian ini hewan uji ikan nila yang digunakan dengan panjang rata-rata 11,05± 0,14 cm ukuran tersebut sesuai dengan ukuran gelondongan besar (Deputi Menristek, 2000). Selain di ukur panjang tubuhnya, setiap hari pada masing-masing akuarium perlakuan diamati kematian ikan nila, rata-rata kematian ikan nila cukup tinggi, hal ini dikarenakan beberapa faktor lingkungan yaitu salinitas dan kadmium. Misalkan pada salinitas 10 ppt dan 15 ppt di setiap akuarium perlakuan tingkah laku ikan nila cenderung agresif dan 105 Pengaruh Salinitas dan Kadmium… saling menyerang satu sama lainnya. Menurut Bustaman dkk., (2009) hal tersebut merupakan perilaku yang wajar karena ikan nila mempunyai sifat kanibalisme yaitu tindakan membunuh dan memakan seluruh atau sebagian besar, dari individu yang memiliki spesies sama (Fesseheye, 2006). Peristiwa kanibalisme dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain ukuran atau usia ikan yang tidak merata, jenis spesies, dan kondisi lingkungan (Smith dan Reay, 1991 dalam Fasseheye, 2006) sehingga dapat menyebabkan kematian pada ikan (Anggoro, 1992). Pada perlakuan salinitas 0 ppt dengan konsentrasi logam berat 2,5 ppm dan 5 ppm kematian ikan nila dipengaruhi oleh oleh toksisitas kadmium karena kadmium dapat bersifat racun yang secara langsung mengganggu proses homoestasis dan secara tidak lamgsung menyebabkan perubahan biokimia dalam tubuh ikan serta dapat menonaktifkan berbagai macam enzim yang diperlukan oleh sel di dalam tubuh ikan nila, akibat perubahan metabolisme dan ketidak seimbangan metabolisme yang terlalu besar tersebut menyebabkan ikan nila tidak dapat bertahan hidup dan mati (Sobirin, 2015) Salah satu variabel bebas pada penelitian ini adalah hematologi ikan nila, salah satu parameter yang diukur untuk menggambarkan profil hematologi ikan nila adalah kadar hemoglobin. Berdasarkan data yang diperoleh pada perlakuan 0 mg/L, 2,5 mg/L, dan 5 mg/L dengan salinitas 00/00, 50/00, 100/00, 150/00 maka diperoleh rerata kadar hemoglobin yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rerata kadar hemoglobin ikan nila Kadar Hemoglobin (g/dL) Salinitas (0/00 ) Cd (mg/L) 0 2,5 5 0 9,167 ± 0,5686 5,033 ± 1,1150 4,100 ± 1,3748 5 4,367 ± 1,0970 4,000 ± 0,7000 3,003 ± 0,5859 10 4,567 ± 0,7234 4,133 ± 0,7371 3,922 ± 0,3215 15 6,167 ± 0,4726 4,000 ± 0,8660 2,633 ± 1,1719 2,5 mg/L pada media uji salinitas 00/00 menunjukkan rerata kadar hemoglobin sebesar 5,033 ± 1,1150, pada salinitas 50/00 menunjukkan rerata kadar hemoglobin sebesar 4,000 ± 0,7000, pada salinitas 100/00 menunjukkan rerata kadar hemoglobin sebesar 4,133 ± 0,7371, dan pada salinitas 150/00 menunjukkan rerata kadar hemoglobin sebesar 4,000 ± 0,8660. Kemudian perlakuan dengan kadar 5 mg/L pada media uji dengan salinitas 00/00 menunjukkan rerata kadar hemoglobin sebesar 4,100 ± 1,3748, pada salinitas 5 0/00 menunjukkan rerata kadar hemoglobin sebesar 3,003 ± 0,5859, pada salinitas 100/00 menunjukkan rerata kadar hemoglobin sebesar 3,922 ± 0,3215, dn pada salinitas 15 0/00 menunjukkan rerata kadar hemoglobin sebesar 2,633 ± 1,1719. Langkah awal untuk mengolah data kadar hemoglobin adalah dengan menguji normalitas sebaran dan homogenitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan Levene’s test. Setelah itu data diuji dengan menggunakan two wayANOVA untuk mengetahui pengaruh salinitas, kadmium, dan interaksi antara keduanya terhadap terhadap kadar hemoglobin. Hasil uji two way ANOVA untuk saliitas memiliki nilai signifikan 0.000. Selain itu, hasil uji two way ANOVA untuk cadmium juga memilki nilai signifikan 0.000, sedangkan untuk pengaruh interaksi salinitas dan kdmium menunjukkan nilai sebesar 0.005. Ke tiga nilai tersebut menunjukkan nilai <0.05 yang mengindikasikan bahwa ada pengaruh salinitas, cadmium, serta interaksi salinitas dan cadmium terhadap kadar hemoglobin ikan nila. Berdasarkan uji Duncan diketahui kadar hemoglobin pada kadar kadmium 0 mg/L berbeda nyata dengan yang terdapat pada kadar kadmium 2,5 mg/L dan 5 mg/L, kemudian kadar hemoglobin pada kadar kadmium 2,5 mg/L berbeda nyata dengan kadar kadmium 5 mg/L. Sedangkan kadar hemoglobin pada setiap salinitas juga berbeda, kadar hemoglobin pada salinitas 00/00 berbeda nyata dengan salinitas 50/00, 100/00 dan 150/00, kadar hemoglobin pada salinitas 50/00 berbeda nyata dengan salinitas 100/00 dan 150/00, kadar hemoglobin pada salinitas 100/00 bereda nyata dengan salinitas 150/00. Pada penelitian ini ikan nila yang dipapar dengan kadar kadmium 0 mg/L pada media uji dengan salinitas 00/00 menunjukkan rerata kadar hemoglobin sebesar 9,167 ± 0,5686, pada salinitas 50/00 menunjukkan rerata kadar hemoglobin sebesar 4,367 ± 1,0970, pada salinitas 100/00 menujukkan rerata kadar hemoglobin sebesar 4,567 ± 0,7234, dan pada salinitas 15 0/00 menunjukkan rerata kadar hemoglobin sebesar 6,167 ± 0,4726. Sedangkan ikan nila yang dipapar dengan kadar kadmium Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 106 Pengaruh Salinitas dan Kadmium… cb ca a bb ab ca ca ba aa bb ab ba aa Gambar 1. Kadar hemoglobin ikan nila pada salinitas 0 0 /00, 5 0/00, 10 0/00, 15 0/00 Sebagai upaya mengetahui ada atau tidak perbedaan kadar hemoglobin pada kadar cadmium 0 mg/L, 2,5 mg/L dan 5 mg/L, pada salinitas 0 0/00, 5 0/00, 10 0/00, 15 0/00 digunakan uji two way ANOVA dan uji lanjut Duncan. Hasil uji two way ANOVA pada kadar kadmium 0 mg/L, 2,5 mg/L, 5 mg/L dengan salinitas 0 0 /00 menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.000 yang mana nilai tersebut <0.05 yang berarti ada perbedaan kadar hemoglobin pada kadar kadmium 0 mg/L, 2,5 mg/L, 5 mg/L dengan salinitas 0 0/00. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kadar hemoglobin pada kadar cadmium 0 berbeda nyata dengan kadar hemoglobin pada kadar kadmium 2,5 mg/L dan 5 mg/L, kemudian kadar hemoglobin pada kadar cadmium 2,5 mg/L tidak berbeda nyata dengan kadar hemoglobin paada kadar kadmium 5 mg/L. Pada hasil uji two way ANOVA pada kadar kadmium 0 mg/L, 2,5 mg/L dan 5 mg/L dengan salinitas 5 0/00 menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.000 yang mana nilai tersebut < 0.05 yang berarti ada perbedaan kadar hemoglobin pada kadar kadmium 0, 2,5 mg/L dan 5 mg/L dengan salinitas 50/00. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kadar hemoglobin pada kadar cadmium 0 mg/L berbeda nyata dengan kadar hemoglobin pada kadar kadmium 2,5 mg/L dan 5 mg/L, kemudian kadar hemoglobin pada kadar kadmium 2,5 mg/L tidak berbeda nyata dengan kadar hemoglobin pada kadar kadmium 5 mg/L. Pada hasil uji two way ANOVA pada kadar cadmium 0, 2,5 mg/L dan 5 mg/L dengan salinitas 100/00 menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.000 yang mana nilai tersebut < 0.05 yang berarti ada perbedaan kadar hemoglobin pada kadar kadmium 0, 2,5 mg/L dan 5 mg/L dengan salinitas 50/00. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kadar hemoglobin pada kadar kadmium 0 mg/L berbeda nyata dengan kadar hemoglobin pada kadar Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 kadmium 2,5 mg/L dan 5 mg/L, kemudian kadar hemoglobin pada kadar kadmium 2,5 mg/L tidak berbeda nyata dengan kadar hemoglobin pada kadar kadmium 5 mg/L. Pada hasil uji one way ANOVA pada kadar kadmium 0, 2,5 mg/L dan 5 mg/L dengan salinitas 100/00 menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.000 yang mana nilai tersebut < 0.05 yang berarti ada perbedaan kadar hemoglobin pada kadar kadmium 0 mg/L, 2,5 mg/L dan 5 mg/L dengan salinitas 50/00. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kadar hemoglobin pada kadar cadmium 0 mg/L berbeda nyata dengan kadar hemoglobin pada kadar kadmium 2,5 mg/L dan 5 mg/L, kemudian kadar hemoglobin pada kadar kadmium 2,5 mg/L tidak berbeda nyata dengan kadar hemoglobin pada kadar kadmium 5 mg/L. Pada hasil uji one way ANOVA pada kadar cadmium 0 mg/L, 2,5 mg/L dan 5 mg/L dengan salinitas 150/00 menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.000 yang mana nilai tersebut < 0.05 yang berarti ada perbedaan kadar hemoglobin pada kadar kadmium 0 mg/L, 2,5 mg/L dan 5 mg/L dengan salinitas 5 0/00. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kadar hemoglobin pada kadar kadmium 0 mg/L berbeda nyata dengan kadar hemoglobin pada kadar cadmium 2,5 mg/L dan 5 mg/L, kemudian kadar hemoglobin pada kadar kadmium 2,5 mg/L tidak berbeda nyata dengan kadar hemoglobin pada kadar kadmium 5 mg/L. Sedangkan untuk melihat perbedaan kadar hemoglobin pada salinitas 00/00, 50/00, 100/00, dan 150/00 pada setiap perlakuan pada kadar kadmium 0 mg/L, 2,5 mg/L dan 5 mg/L juga menggunakan one way ANOVA kemudian dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji Duncan. Hasil uji one way ANOVA kadar hemoglobin pada salinitas 00/00, 50/00, 100/00, dan 150/00 pada perlakuan dengan kadar kadmium 0 mg/L memiliki nilai signifikan 6.067, nilai tersebut > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan pada setiap salinitas 00/00, 50/00, 100/00, dan 150/00 dengan kadar kadmium 0 mg/L. Hasil uji one way ANOVA kadar hemoglobin pada salinitas 00/00, 50/00, 100/00, dan 150/00 pada perlakuan dengan kadar kadmium 0 mg/L memiliki nilai signifikan 6.067 nilai tersebut > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan pada setiap salinitas 00/00, 50/00, 100/00, dan 150/00 dengan kadar kadmium 0 mg/L. Hasil uji one way ANOVA kadar hemoglobin pada salinitas 00/00, 50/00, 100/00, dan 150/00 pada setiap perlakuan pada kadar kadmium 2,5 mg/L memiliki nilai signifikan 4.292, nilai tersebut > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan pada setiap salinitas 0 0/00, 5 0/00, 100/00, dan 150/00 dengan kadar kadmium 2,5 mg/L. Uji Duncan menunjukkan pada salinitas 00/00 berbeda nyata dengan salinitas 50/00, 100/00, dan 150/00, kadar hemoglobin pada 107 Pengaruh Salinitas dan Kadmium… salinitas 50/00 tidak berbeda nyata dengan salinitas 100/00, dan 150/00. Hasil uji one way ANOVA kadar hemoglobin pada salinitas 00/00, 50/00, 100/00, dan 15 0/00 pada setiap perlakuan pada kadar cadmium 5 mg/L memiliki nilai signifikan 3.208, nilai tersebut > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan pada setiap salinitas 00/00, 50/00, 100/00, dan 150/00 dengan kadar kadmium 2,5 mg/L. Uji Duncan menunjukkan pada salinitas 00/00 berbeda nyata dengan salinitas 50/00, 100/00, dan 150/00, kadar hemoglobin pada salinitas 50/00 tidak berbeda nyata dengan salinitas 100/00, dan 150/00. Pada penelitian ini rerata kadar hemoglobin pada salinitas 00/00, 50/00, 100/00, dan 15 0/00 dengan kadar kadmium 0 mg/L dalam kisaran normal, menurut salasia et al (2001) kadar hemoglobin normal ikan nila berkisar 5,05-8,33 g/dl. Kadar hemoglobin yang normal meskipun telah dipapar salinitas terjadi diduga karena ikan yang akan dikenai perlakuan telah beradaptasi, hal ini dikarenakan setiap hewan uji diaklimasi secara bertahap dari salinitas 00/00 sampai salinitas 150/00 sebelum dikenai perlakuan selama tujuh hari. Hal ini seperti yang diungkapkan Suyatno (2003) bahwa ikan nila mampu beradaptasi dengan lingkungan yang memiliki salinitas 0350/00. Selain itu, pada perlakuan alinitas 150/00 dengan logam 2,5 mg/L juga menujukkan rerata kadar hemoglobin yang masih berada pada kisaran normal, hal ini mungkin terjadi karena salinitas menurunkan toksisitas logam kadmium sampai batas aman, sehingga kadmium tidak sampai mengganggu biosintesis hemoglobin ikan nila. Pernyataan mengenai salinitas yang dapat menentukan toksisitas kadmium didukung oleh Mance (1990) bahwa salinitas menentukan toksisitas logam berat. Sedangkan perlakuan pada sallinitas 00/00, 50/00, 0 10 /00, dan 150/00 yang ditambah kadmium 2.5 mg/L menunjukkan nilai rerata kadar hemoglobin di bawah batas normal atau telah terjadi anemia, begitu juga pada perlakuan 00/00, 50/00, 100/00, dan 150/00 dengan kadar kadmium 5 mg/L rerata kadar hemoglobin berada di bawah batas normal. Terjadinya anemia tersebut karena cadmium dapat menjai penghambat biosintesis hemoglobin dengan cara menghambat aktivitas enzim δALAD dengan enzim ferrokelatase (WHO, 1997). Hal tersebut didukung oleh pernyataan yang mengatakan bahwa anemia terjadi karena menurunnnya masa hidup eritrosit akibat interfensi cadmium dalam sintesis hemoglobin dan juga terjadi peningkatan korproporifin dalam urin (ATSDR, 2003) Berdasarkan data yang diperoleh pada perlakuan 0 mg/L, 2,5 mg/L, dan 5 mg/L dengan salinitas 0 0/00, 5 0/00, 10 0/00, 15 0/00 yang mana pada setiap perlakuan dikenai Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 pengulangan sebanyak tiga kali, maka diperoleh rerata kadar hemoglobin yang mana dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rerata kadar eritrosit ikan nila Kadar Eritrosit (g/dL) Salinitas (0/00 ) 0 5 10 15 Cd (mg/L) 0 2,5 5 1,896 ± 0,0450 1,6667 ± 0,2154 1,6933 ± 0,3156 1,7458 ± 0,1937 1,4800 ± 0,2722 1,2433 ± 0,3955 1,3467 ± 0,0321 1,1833 ± 0,25 1,2200 ± 0,3858 1,1933 ± 0,2577 0,8400 ± 0,3601 0,9600 ± 0,3666 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa rerata jumlah eritrosit pada kadar kadmium 5 mg/L dengan salinitas 10 0/00 dan 15 0/00 berada dibawah batas normal jumlah eritrosit yaitu sebesar 1,05×106. Batas jumlah normal eritrosit untuk ikan teleostei adalah 1,05×10 6 – 3,0×106 sel/mm3 (Robert, 1978 dalam Mulyani, 2006). Rerata jumlah eritrosit yang berada dibawah batas normal mengindikasikan bahwa ikan berada pada kondisi anemia. Hal ini disebabkan timbal dalam bentuk ion bebas pada perlakuan tersebut berada pada toksisitas yang dapat merusak eritrosit. Pada perlakuan dengan salinitas terendah pada penelitian ini yaitu salnitas 0 0/00 ikan tidak mengalami anemia karena salinitas bersifat negatif terhadap keberadaan logam kadmium pada suatu media, sehingga salinitas mempengaruhi kadar logam berat pada ekosistem perairan. Sesuai dengan laporan dari Mance (1990) bahwa salinitas menentukan toksisitas logam berat. Penurunan salinitas akan meningkatkan toksisitas logam berat (Sullivan, 2000). Kadmium yang masuk ke dalam tubuh ikan menyebabkan defisiensi enzim G-6PD dan penghambatan enzim pirimidin-5’-nukleotidase sehingga terjadi akumulasi degradasi RNA (pyrimidine nucleotides) serta ribosom eritrosit yang ditandai dengan ditemukannya Basophilic Stippling (terdapat bintik biru atau bintik basofilik pada eritrosit). Hal ini menyebabkan turunnya masa hidup eritrosit dan meningkatnya kerapuhan membran eritrosit, sehingga terjadi penurunan jumlah eritrosit (Ganiswara, 1995). Pernyataan mengenai rendahnya jumlah eritrosit akibat timbal juga didukung oleh penelitian Kurniawati (1996) yang menyebutkan bahwa penelitian larutan kadmium dapat menyebabkan kerusakan eritrosit. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian (Wahyuni, 2000) yang menyatakan pemberian larutan timbal dapat menurunkan nilai volume padat eritrosit (PCV/ packed cell volume). 108 Pengaruh Salinitas dan Kadmium… Pada penelitian ini data rerata jumlah eritrosit diuji dengan uji statistik untuk mengetahui rerata jumlah eritrosit pada setiap perlakuan serta pengaruh salinitas, kadmium dan interaksi antara kadmium dan salinitas tehadap jumlah eritrosit ikan nila. Hal pertama yang dilakukan adalah menguji normalitas sebaran dan homogenitas data dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov dan Levene’s test, dari uji tersebut menunjukan bahwa data rerata jumlah eritrosit berdistribusi normal karena menunjukkan nilai signifikan 0.782 dan homogen karena nilai signifikan sebesar 0.001. Setelah itu data diuji dengan menggunakan ANAVA dua arah, hasil uji tersebut menunjukkan bahwa pengaruh salinitas terhadap jumlah eritrosit memiliki nilai signifikan 0.000, selain itu pengaruh kadmium terhadap jumlah eritrosit juga memiliki nilai signifikan 0.000, sedangkan untuk pengaruh interaksi atara salinitas dan kadmium menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.844. Ketiga nila tersebut menunjukkan nilai <0.05 yang mengindikasikan bahwa salinitas memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah eritrosit, kadmium memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah eritrosit, dan interaksi antara salinitas dan timbal memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah eritrosit. Berdasarkan uji LSD dan Duncan diketahui bahwa rerata jumlah eritrosit pada kadar kadmium 0 mg/L berbeda nyata dengan yang terdapat pada kadar kadmium 2.5 mg/L dan 5 mg/L, kemudian rerata jumlah eritrosit pada kadar cadmium 2,5 mg/L berbeda nyata dengan kadar cadmium 5 mg/L. Sedangkan rerata jumlah eritrosit pada setiap salinitas menunjukkan bahwa rerata jumlah eritrosit pada salinitas 0 0/00 tidak berbeda nyata dengan salinitas 5 0/00, dan tidak berbeda nyata dengan salinitas 10 0/00 dan 15 0/00. Pada salinitas 5 0/00 rerata jumlah eritrosit tidak berbeda nyata dengan salinitas 10 0/00 dan 15 0/00. Pada salinitas 10 0/00 rerata jumlah eritrosit tidak berbeda nyata dengan salinitas 15 0/00, namun berbeda nyata pada salinitas 0 0/00 dan 5 0/00. Sedangkan pada salinitas 15 0/00 tidak berbeda nyata pada salinitas 0 0/00 dan 5 0/00. ca ba ca ca aa ca ba aa ba ba aa aa SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: ada perbedaan kadar hemoglobin pada salinitas berbeda, ada perbedaan jumlah eritrosit pada salinitas berbeda, ada perbedaan kadar hemoglobin pada kadar kadmium berbeda, ada perbedaan jumlah eritrosit pada kadar kadmium berbeda, ada perbedaan efek salinitas dan kadmium terhadap perbedaan kadar hemoglobin, ada perbedaan efek salinitas dan kadmium terhadap perbedaan jumlah eritrosit. Setelah penelitian ini perlu dilajutkan penelitian lanjutan dengan beberapa variabel dependen dan independen yang diubah atau pun ditambah, misalkan untuk penelitian selanjutnya parameter untuk profil hematologi tidak hanya kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit tetapi ditambah dengan parameter yang lain. Selain itu pada penelitian ini, ion-ion terlarut pada darah juga tidak diukur sehingga parameter tersebut juga dapat digunakan sebagai variabel dependen untuk penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Abdel, T. Mohsen dan Wafeek, Mohammed. 2008. Response of Nile Tilapia, Oreochromis Niloticus (L.) to Environmental Cadmium Toxicity During Organic Selenium Supplementation. International Symposium on Tilapia in Aquaculture. Adriyani, R dan Mahmudiono T. 2009. Kadar Logam Berat Kadmium, Protein dan Organoleptik pada Daging Bivalvia. Jurnal Penelitian Medis Esakta, 8(2) ; 152-161. Aldbert, RM. 2008. Gmbaran Darah pada Ikan Mas (Cyprinus carpio linn) Strain Majalaya yang Berasal dari Daerah Ciampea Bogor. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Bogor Anggoro, S, 1992. Efek osmotik berbagai tingkat salinitas media terhadap daya tetas telur dan vitalitas larva udang windu Penaeus monodon. Disertasi Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bwanika, G.N., Makanga, B., Kizito, Y., Chapman, L.J. & Balirwa, J. 2004. Observations on the biology of Nile tilapia, Oreochromis niloticus, L., in two Ugandan Crater lakes. African Journal of Ecology 42: 93–101 Boyd, C. E. 1990. Water Quality Management in Aquaculture and Fisheries Science. Elsevier Scientific Publishing Company Amsterdam. 3125p. Gambar 2. Kadar eritrosit ikan nila pada salinitas 0 0 /00, 5 0/00, 10 0/00, 15 0/00. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 Cambell, Neil, A., Reece, Jane, B dan Mitchell, L. G. 2004. Biologi: edisi 5 jilid 3. Jakarta: Erlangga. 109 Pengaruh Salinitas dan Kadmium… Chervinski, J. 1982. Environmental Physiology of Tilapia, p: 119-128. In R.S.V. Pulin, T. Bhukaswan, K. Thongtai & J.L. Mackan (Eds.).The Second International Symposium on Tilapia in Aquaculture.ICLARM. Conference Proceeding. Department of Fisheries.Bangkok, Thailand and Int. Centre for Living Aquatic Resources Managment. Manila. Philipines. Erlangga. 2007. Efek Pencemaran Perairan Sungai Kampar Di Provinsi Riau Terhadap Ikan Baung (Hemibagrus Nemurus). Thesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Ganiswara, G., S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru. Gunawan, L., Setiani O., Suhartono. 2013. Hubungan Kadar Kadmium Dalam Darah dengan Jumlah Leukosit, Trombosit dan Superoxide Dimutase (SOD). Jurnal Aktifitas Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 12 No 2/ Oktober 2013 Guner, Y., Ozden, O., Cagirgan, H., Altunok, M., dan Kizak, V. 2005. Effect of salinity on the osmoragulatory functions of the gills in nile tilapia (Oreochromis niloticus). Turk J Vet Anim Sci 29;1259-1266 Handajani, U. S., Agus, S dan Ristina Y. 2001. Pengaruh Salinitas Terhadap Akumulasi Cd pada Insang Udang (Macrobrachiumsintangense). Jurnal Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Vol 6 Page 159-163 Husnidar. 2011. Studi Pembudidayaan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) dalam Air Tawar dan dalam Campuran Air Tawar dan Air Laut. Tesis. Universitas Sumatera Utara. IARC. 1993. Cadmium and certain cadmium compounds. In: IARC monographs on the evaluation of the carcinogenic risk of chemicals to humans. Beryllium, cadmium, mercury and exposures in the glass manufacturing industry. World Health Organization Vol58 Page 119-236. Jonak, C., Nakagami, H dan Hirt, H. 2004. Heavy Metal Stress. Activation Mitogen-Activated Protein Kinase Pathways by Copper and Cadmium. Plant Physiology. Vol. 13 Page 3276-3283 Kordi, Gufron. 2000. Budidaya Ikan Nila. Jakarta: Dahara Prize. Kuswardani. 2006. Pengaruh Pemberian Pakan Resin Lebah TerhadapGambaran Darah Maskoki Carassius auratus yang Terinfeksi BakteriAeromonas hydrophyla (Skripsi). Bogor: Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan. IPB. Landis, Wayne G., R. M. Solfield, Ming – Hoyu. 2011. Introduction to Environmental Toxicology Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 Molecular Substructures to Ecological th Landscapes 4 Edition. CRC Press Taylor & Franciss Group. Lawson, E.O. dan Anetekhai, M.A. 2011. Salinity Tolerance and Preference of Hatchery Reared Nile Tilapia, Oreochromis niloticus (Linneaus 1758). Asian Journal of Agricultural Sciences 3(2): 104110. Lin, Y.M., Chen, C.N dan Lee, T.H. 2003. The expression of gill Na, K-ATPase in milkfish, Chanos chanos, acclimated to seawater, brackish water and fresh water. Comparative Biochemistry and Physiology Vol 135 Page 489–497. Mance, Geofrey. 1990. Pollution Threat OfHeavy Metals InAquatic Environments. Elsevier Applied Science: London And New York. Mazur, C.F., dan Iwana, G.K. 1993. Effect of Handling and StockingDensity on Hematokrit, Plasma Cortisol, and Survival inWild and Hatchery-reared Chinok Salmon, Onchirhynchustshawytscha. Aquaculture 112: 291–299. Mulyani 2006. Studi Pendahuluan Pengaruh Hormon Steroid Terhadap keragaanHematologi Induk Ikan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis (Tesis)Makassar: Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Nelson, J.S, 1976. Fishes of the World. First edition. John Wiley and Sons, Inc. New York. 601 p. Nicol, J. A. C. 1967. The Biology of Marine Animals. Interscience Publishers: New York. Noercholis, A., M. A. Muslim, Maftuch. 2013. Ekstraksi Fitur Roundness untuk Menghitung Jumlah Leukosit dalam Citra Sel Darah Ikan. Jurnal EECCIS. 7:35-40. Pasaribus, S. 2011.Kepadatan Ikan Jurung (Tor Sp) sertaKeterkaitannya dengan Kwalitas Perairan diSungai Raniate Kabupaten Tapanuli Selatan. Tesis. Universitas Sumatera Utara Peter, R.E. 1979. The Brain and Feeding Behaviour, p: 121-153. In W.S. Hoar, D.J. Randall & J.R. Brett (Eds.). Fish Physiology. Vol. VIII. Academic.Press. London. Poels C.L.M. 1983. Sub Lethal of Rhine Water of Rainbow Trout. Testing andResearch Institute of The Netherlands Water Undertakings. KIWA Ltd. Roesijadi, G. and W.E. Robinson. 1994. Metal Regulation in Aquatic Aninals: Mechanism of Uptake, Accumulation, and Release. In: Aquatic Toxicology, Molecular, Biochemical, and Cellular Perspectives. D.C.Malins and G.K Oslander (Eds.).Lewis Publishers. London. 387-420. Sahetapy, J. M. 2011. Toksisitas Logam Berat Timbal (Pb) dan Pengaruhnya pada Konsumsi Oksigen 110 Pengaruh Salinitas dan Kadmium… dan Respon Hematologi Juvenil Ikan Kerapu Macan.Thesis. Pasca Sarjana IPB, Bogor. Analyses Of Anodonta Woodiana, Lea. Jurnal Ekosains Vol. IV No. 1 Salasia, S.I.O., D. Sulanjari., dan A. Rahmawati.2001. Studi Hematologi Ikan Air Tawar. Biologi 2 (12): 710-723. WHO. 1997. Lead Environmental Health. Published Under the Joint Organization Ganeva, 3. Diambil dari http://www.euro.who.int/data.assets/pdf_file/0003 /134895/E80604.pdf. Diakses 28 Agustus 2015. Soegianto, A. 2004. Metode Pendugaan Pencemaran Perairan dengan Indikator Biologis. Surabaya: Airlangga University Press. Suciani, Sri. 2007. Kadar Kadmium Dalam Darah dan Hubungannya dengan Kadar Hemoglobin. Tesis. Semarang: Universitas Diponogoro. Wu, S. Mei., Shih, Mei-Jyun, Ho, Yi-Chia. 2007. Toxicological stress response and cadmium distribution in hybrid tilapia (Oreochromis sp.) upon cadmium exposure. Elsevier Biochemistry and Physiology, Vol 145 Page 218–226. Sunarto. 2012. Kadmium (Cd) Heavy Metal Pollutant Bioindicator with Microanatomy Structure Gill Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 111