sistem pengendalian mutu ikan laut segar yang

advertisement
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kesegaran Ikan
2.1.1 Definisi ikan segar
Menurut Adawyah (2007), ikan segar adalah ikan yang mempunyai sifat
sama seperti ikan hidup, baik rupa, bau, rasa, maupun teksturnya. Dengan kata
lain, ikan segar adalah:
1)
Ikan yang baru saja ditangkap dan belum mengalami proses pengawetan
maupun pengolahan lebih lanjut;
2)
Ikan yang belum mengalami perubahan fisik maupun kimia atau yang masih
mempunyai sifat sama ketika ditangkap.
Ikan segar dapat diperoleh melalui penanganan dan sanitasi yang baik,
semakin lama ikan dibiarkan setelah ditangkap tanpa penanganan yang baik, maka
akan mempercepat penurunan kesegaran ikan. Menurut Adawyah (2007), faktorfaktor yang menentukan mutu ikan segar dipengaruhi antara lain, cara
penangkapan ikan, pelabuhan perikanan, dan berbagai faktor lainnya, yaitu mulai
dari pelelangan, pengepakan, pengangkutan, dan pengolahan.
2.1.2 Parameter kesegaran ikan
Parameter untuk menentukan kesegaran ikan terdiri atas faktor-faktor
fisikawi, sensoris/organoleptik/kimiawi, dan mikrobiologi. Menurut Adawiyah
(2007), kesegaran ikan dapat dilihat dengan metode yang sederhana dan lebih
mudah dibandingkan dengan metode lainnya dengan melihat kondisi fisik, yaitu
sebagai berikut:
1)
Kenampakan luar
Ikan yang masih segar mempunyai penampakan cerah dan tidak suram.
Keadaan itu dikarenakan belum banyak perubahan biokomia yang terjadi.
Metabolisme dalam tubuh ikan masih berjalan sempurna. Pada ikan tidak
ditemukan tanda-tanda perubahan warna, tetapi secara berangsur warna makin
suram, karena timbulnya lendir sebagai akibat berlangsungnya proses biokimiawi
lebih lanjut dan berkembangnya mikrobia.
5
2)
Lenturan daging ikan
Daging ikan sangat cukup lentur jika dibengkokkan dan segera akan
kembali ke bentuknya semula apabila dilepaskan. Kelenturan itu dikarenakan
belum terputusnya jaringan pengikat pada daging, sedangkan pada ikan busuk,
jaringan pengikat banyak mengalami kerusakan dan dinding selnya banyak yang
rusak sehingga daging ikan kelihatan kelenturan.
3)
Keadaan mata
Parameter ini merupakan yang paling mudah untuk dilihat. Perubahan
kesegaran ikan akan menyebabkan perubahan yang nyata pada kecerahan
matanya. Ikan segar memiliki mata yang tampak terang, jernih, menonjol, dan
cembung.
4)
Keadaan daging
Kualitas ikan ditentukan oleh dagingnya. Ikan yang masih segar, berdaging
kenyal, jika ditekan dengan telunjuk atau ibu jari maka bekasnya akan segera
kembali. Daging ikan yang belum kehilangan cairan daging kelihatan basah dan
pada permukaan tubuh belum terdapat lendir yang menyebabkan kenampakan
ikan akan menjadi suram/kusam dan tidak menarik. Setelah ikan mati, beberapa
jam kemudian daging ikan menjadi kaku. Karena kerusakan pada jaringan
dagingnya, maka makin lama kesegarannya akan hilang, timbul cairan sebagai
tetes-tetes air yang mengalir keluar, dan daging kehilangan kekenyalan tekstur.
5)
Keadaan insang dan sisik
Warna insang dapat dikatakan sebagai indikator, apakah ikan masih segar
atau tidak. Ikan yang segar berwarna merah cerah, sedangkan ikan yang tidak
segar berwarna cokelat gelap. Insang ikan merupakan pusat darah mengambil
oksigen dari dalam air. Ikan yang mati mengakibatkan peredaran darah terhenti,
bahkan sebaliknya dapat teroksidasi sehingga warnanya berubah menjadi merah
gelap. Sisik ikan dapat menjadi parameter kesegaran ikan, untuk ikan bersisik jika
sisiknya masih melekat kuat, tidak mudah dilepaskan dari tubuhnya berarti ikan
tersebut masih segar.
6
2.1.3 Penentuan kesegaran ikan
Penentuan kesegaran ikan dapat dilakukan secara fisika, kimia, dan
mikrobiologi. Diantara metode yang ada, yang lebih mudah, cepat, dan murah
adalah dengan menggunakan metode fisik. Secara fisik, kesegaran ikan dapat
ditentukan dengan mengamati tanda-tanda visual. Perbedaan ikan segar dengan
ikan yang mulai busuk dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Ciri-ciri ikan segar dan ikan yang mulai membusuk
Ikan segar
Kulit
-
Sisik
-
Ikan mulai busuk
Warna kulit terang dan jernih
Kulit masih kuat membungkus
tubuh, tidak mudah sobek,
terutama pada bagian perut.
Warna-warna khusus yang masih
ada terlihat jelas
-
Sisik menempel kuat pada tubuh
sehingga sulit dilepas.
-
Sisik mudah terlepas dari tubuh.
-
Insang berwana cokelat suram
atau abu-abu, dan lamella
insang berdempetan.
Lendir insang keruh dan berbau
asam, menusuk hidung.
Insang
- Insang berwarna merah sampai
merah tua, terang, dan lamella
insang terpisah
- Insang tertutup oleh lendir
berwarna terang dan berbau segar
seperti bau ikan.
Mata
- Mata tampak terang, jernih
menonjol, dan cembung.
Daging
- Daging kenyal.
- Daging dan bagian tubuh lain
berbau segar.
- Bila daging ditekan dengan jari,
tidak tampak bekas lekukan.
- Daging melekat pada tulang.
- Daging perut utuh dan kenyal.
- Warna daging putih.
-
-
-
Tampak suram, tenggelam dan
berkerut.
-
Daging lunak.
Daging dan bagian tubuh lain
mulai berbau busuk.
Bila ditekan dengan jari tampak
bekas lekukan.
Daging mudah lepas dari
tulang.
Daging lembek dan isi perut
sering keluar.
Daging
berwarna
kuning
kemerah-merahan
terutama
disekitar tulang punggung.
-
Bila ditaruh di dalam air
- Ikan segar akan tenggelam
Sumber: Adawyah, 2007
Kulit berwarna suram, pucat,
dan berlendir banyak.
Kulit mulai terlihat mengendur
di beberapa tempat tertentu.
Kulit mudah sobek dan warnawarna khusus sudah hilang.
-
Ikan mengapung di permukaan
air
7
2.2 Kerusakan Ikan Segar
2.2.1 Pengaruh kegiatan enzim (autolisa)
Sebenarnya enzim yang menjadi salah satu penyebab kemerosotan mutu
secara alami sudah terdapat pada tubuh ikan. Diantaranya yaitu enzim dari daging
ikan (cathepsin), enzim pencernaan (trypsin, chymotrypsin, dan pepsin), serta
enzim-enzim dari mikroorganisme itu sendiri. Karena ikan mengandung banyak
protein dan sedikit sekali karbohidrat, maka yang berperanan penting dalam
proses kemunduran mutu adalah enzim-enzim yang menguraikan protein, yaitu
enzim proteolitis (Moeljanto, 1992).
Selama ikan masih hidup, enzim yang terdapat dalam sistem pencernaan
dan didalam daging dapat diatur oleh badan ikan, dan kegiatannya
menguntungkan bagi kehidupan ikan itu sendiri. Akan tetapi, setelah ikan mati,
enzim-enzim masih tetap aktif dan enzim proteolitis yang semula berfungsi
menguraikan bahan makanan yang masuk ke dalam perut ikan karena sudah tidak
ada lagi yang masuk lalu menguraikan jaringan disekitarnya. Proses inilah yang
disebut autolisa, yaitu proses penguraian jaringan yang berjalan dengan sendirinya
setelah makhluk itu mati (Moeljanto, 1992).
Kegiatan yang merusak ini akan dibantu oleh bakteri yang dibebaskan dari
rongga perut oleh serangan enzim. Sebab, hasil-hasil penguraian jaringan oleh
enzim juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Dalam proses
autolisa, kandungan karbihidrat dalam tubuh ikan akan diuraikan. Diantara hasil
penguraian tersebut terdapat asam laktat. Dengan adanya asam laktat ini, proses
kemunduran mutu ikan melewati fase rigor mortis (badan ikan menjadi kaku);
dan keadaan rigor atau kaku ini dapat dipakai sebagai petunjuk bahwa ikan basah
masih dalam keadaan sangat segar (Moeljanto, 1992).
Proses penguraian oleh enzim ini makin cepat bila suhunya meningkat dan
mencapai puncaknya pada suhu 37°C, sedangkan bila suhunya diturunkan
kecepatan penguraian akan menurun. Akan tetapi, penurunan suhu sampai -40°C
pun belum menghentikan kegiatan enzim seluruhnya. Pada akhir fase rigor, saat
hasil penguraian jaringan makin banyak, kegiatan bakteri pembusuk dengan
enzimnya makin meningkat dan setelah melewati fase rigor (badan ikan mulai
lembek) kecepatan kemunduran mutu makin meningkat (Moeljanto, 1992).
8
2.2.2 Pengaruh kegiatan bakteri
Dalam keadaan hidup, ikan dianggap tidak mengandung bakteri yang
bersifat merusak, meskipun didalam lendir yang melapisi badan dan di dalam
insang maupun sistem pencernaan terdapat banyak mikroorganisme. Jumlah
mikroorganisme itu tergantung pada tingkat pengotoran perairan tempat ikan itu
hidup. Sedangkan jenis-jenis bakteri yang biasa terdapat pada ikan segar termasuk
dalam golongan Achromobacter, Flavobacterium, Pseudomonas dan Clostridium.
Banyak usaha untuk mengurangi bakteri yang terdapat dibagian luar badan ikan,
misalnya dengan pencucian sebaik-baiknya, pembuangan sisik lalu dicuci,
pencucian dengan air yang dicampuri chlor (chlorinasi), penggunaan es yang
mengandung zat-zat anti-bakteri, dan bermacam-macam pemakaian zat kimia.
Namun, cara-cara tersebut biasanya terlalu mahal dan memerlukan waktu lama
walaupun hasilnya kadang-kadang memuaskan (Moeljanto,1992).
Bakteri tidak mampu tumbuh dengan baik pada suhu rendah, oleh karena
itu salah satu usaha yang diterapkan dalam menghambat proses pertumbuhan
bakteri adalah peng-es-an ikan segar atau membekukannya. Untuk mengurangi
bakteri dalam insang dapat dilakukan dengan mencuci atau membuang insangnya,
lalu mencucinya dengan air yang cukup banyak. Sedangkan bakteri yang terdapat
dalam perut, dapat dikurangi dengan membuang semua isi perut dan mencucinya
hingga bersih (Moeljanto, 1992).
2.3 Komoditas Unggulan Perikanan
Menurut Rahardjo (1999), sumberdaya ikan pelagis dan demersal dapat
dikategorikan sebagai komoditas unggulan perikanan apabila memenuhi beberapa
kriteria penting, yaitu diminati banyak konsumen, rata-rata harga, kekontinuan
produksi, jumlah produksi, dan nilai produksi dari komoditas tersebut lebih tinggi
daripada keseluruhan ikan ekonomis penting yang didaratkan disuatu wilayah
pelabuhan perikanan. Komoditas unggulan perikanan dapat dibagi menjadi dua
bagian utama yaitu unggulan lokal dan unggulan ekspor.
9
1)
Komoditas unggulan lokal
Komoditas unggulan lokal dapat diartikan sebagai komoditas ikan yang
memenuhi kriteria yang ada yaitu memiliki harga yang dapat bersaing,
banyak diminati konsumen, keberadaan ikan yang selalu terpenuhi setiap
tahunnya, dan rata-rata produksi serta nilai produksi yang dihasilkan lebih
unggul dari keseluruhan komoditas ikan yang ada. Dikategorikan sebagai
unggulan lokal jika ikan tersebut lebih unggul dengan memenuhi kriteria
yang ada namun masih dipasarkan secara lokal (dalam negeri), baik dalam
bentuk segar ataupun dalam bentuk olahan.
2)
Komoditas unggulan ekspor
Pada dasarnya komoditas unggulan ekspor memiliki pengertian yang sama
dengan komoditas unggulan lokal, hanya dibedakan dari segi pemasaran
saja. Kategori komoditas ikan ungulan ekspor diberikan terhadap komoditas
unggulan dalam bentuk segar atau produk olahan yang dapat dipasarkan ke
luar negeri (ekspor).
2.4 Sistem Mutu
Sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan
terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan
(Eriyatno, 1999). Elemen sistem adalah unsur (entity) yang mempunyai tujuan
dan realitas fisik. Setiap elemen mengandung atribut yang dapat berupa nilai
bilangan, formula intensitas ataupun suatu keberadaan fisik seperti seseorang,
mesin, organisasi, dan sebagainya. Unsur-unsur yang mewakili suatu sistem
secara umum adalah masukan (input), pengolahan (processing), dan keluaran
(output). Suatu sistem tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Organisasi
dipandang sebagai suatu sistem yang memiliki semua unsur-unsur ini (Davis,
1988).
Menurut Davis (1988) sistem dapat dibedakan atas sistem deterministik,
probabilistik, sistem tertutup, dan sistem terbuka. Sebuah sistem deterministik
beroperasi dalam cara yang dapat diramalkan secara tepat dan interaksi antar
bagian-bagian diketahui dengan pasti. Sistem probabilistik dapat diuraikan dalam
istilah perilaku yang mungkin, tetapi ada sedikit kesalahan atas ramalan terhadap
jalannya sistem. Sistem tertutup adalah sistem mandiri yang tidak terjadi
10
pertukaran materi, informasi, atau energi dengan lingkungannya. Sistem terbuka
memerlukan pertukaran materi, informasi atau energi dengan lingkungannya.
2.4.1 Definisi mutu
Menurut Nasution (2004), mutu adalah sesuatu yang memenuhi atau sama
dengan persyaratan (conformance to recuirements). Komoditas ikan yang sedikit
saja dari persyaratan, maka dapat dikatakan tidak bermutu dan dapat ditolak oleh
perusahaan yang menjadi tujuan distribusi. Persyaratan itu sendiri dapat berubah
sesuai dengan keinginan pelanggan, dan kebutuhan sebuah perusahaan. Mutu
merupakan
totalitas
dari
karakteristik
suatu
produk
yang
menunjang
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang dispesifikasikan. Mutu sering
diartikan sebagai segala sesuatu yang memuaskan pelanggan terhadap persyaratan
atau kebutuhan yang diberikan oleh pelanggan (Gaspersz,2005).
2.4.2 Pengendalian mutu
Pengendalian mutu merupakan salah satu bagian dari manajemen mutu.
Menurut Gasperz (2005), manajemen mutu merupakan semua aktifitas dari
fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan mutu,
tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui alatalat seperti perencanaan mutu (quality planning), pengendalian mutu (quality
control), jaminan mutu (quality assurance), dan peningkatan mutu (quality
improvement). Tanggung jawab untuk manajemen mutu pada semua level dari
manajemen,
tetapi
harus
dikendalikan
oleh
manajemen
puncak
(top
manajement), dan implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi.
Perencanaan mutu (quality planning) adalah penetapan dan pengembangan
tujuan serta kebutuhan untuk kualitas serta sistem mutu. Pengendalian mutu
(quality control) adalah teknik-teknik dan aktivitas operasional yang digunakan
untuk memenuhi persyaratan mutu. Jaminan mutu (quality assurance) adalah
semua tindakan terencana dan sistematik yang diimplementasikan guna
memberikan kepercayaan yang cukup bahwa produk yang dihasilkan akan
memenuhi persyaratan mutu tertentu, sedangkan peningkatan mutu (quality
improvement) adalah tindakan-tindakan yang diambil guna meningkatkan nilai
produk untuk pelanggan melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi dari proses
serta aktifitas melalui struktur organisasi (Gasperz,2005).
11
2.4.3 Metode pengendalian mutu
Menurut Herjanto (2007), berbagai alat dan teknik pengendalian mutu telah
dikembangkan oleh para ahli. Beberapa teknik secara umum telah banyak dipakai
dikalangan industri dalam rangka pengendalian mutu. Salah satunya adalah tujuh
alat pengendalian mutu. Tujuh alat pengendalian mutu (seven tools for quality
qontrol, 7T) dikenal juga dengan nama Ishikawa’s basic tools of quality karena
dipopulerkan oleh Kaoru Ishikawa, yang terdiri atas;
1.
Checksheet, adalah lembar pengecekan yang menjamin bahwa data
dikumpulkan secara hati-hati dan akurat oleh personal operasi untuk
mengontrol proses dan untuk pengambilan keputusan (Herjanto, 2007).
2.
Histogram, adalah gambaran grafis tentang nilai rata-rata dan penyebarannya
dari sekumpulan data suatu variabel. Dalam histogram, data cenderung
ditengah distribusi dan semakin sedikit semakin menjauhi titik tengah
(central tendency).
3.
Diagram pareto, digunakan untuk menggambarkan tingkat kepentingan relatif
antara berbagai faktor (Herjanto, 2007).
4.
Diagram
sebab
akibat,
adalah
diagram
yang
digunakan
untuk
mengembangkan variasi yang luas atau suatu topik dan hubungannya,
termasuk untuk pengujian suatu proses maupun perencanaan suatu kegiatan.
Diagram sebab akibat membuat analisis terhadap mutu dapat dilakukan secara
teliti untuk semua kemungkinan penyebab, dan memberikan suatu proses
untuk diikuti (Herjanto, 2007).
5.
Bagan kendali, digunakan untuk membedakan atau memisahkan hasil dari
suatu proses yang berada dalam kendali dan yang tidak (Herjanto, 2007).
6.
Diagram pencar, adalah diagram yang menunjukkan kemungkinan hubungan
antara pasangan dua macam variabel. Walaupun terdapat hubungan, namun
tidak berarti bahwa satu variabel menyebabkan timbulnya variabel yang lain.
Diagram pencar biasanya menjelaskan adanya hubungan antara dua variabel
dan menunjukkan keeratan hubungan tersebut yang diwujudkan sebagai
koefisien korelasi (Nasution, 2005).
12
7.
Bagan alir, yaitu gambaran skematik yang menunjukkan seluruh langkah
dalam suatu proses dan menunjukkan bagaimana langkah tersebut saling
mengadakan interaksi satu sama lain (Nasution, 2005).
2.4.4
Standardisasi mutu
Setiap produk pasti memiliki standar mutu tertentu, sehingga dapat
dijadikan sebagai indikator apakah produk tersebut layak untuk dipasarkan atau
tidak. Menurut Komaruddin (1972), spesifikasi kualitas yang baik mengandung
unsur-unsur antara lain, jaminan rasionalisasi metode kerja sehingga dapat
mengejar daya guna yang setinggi-tingginya dan berusaha untuk memperoleh
cara yang rasional dalam pemakaian bahan-bahan dan barang-barang. Spesifikasi
teknis tentang kualitas suatu komoditas yang digunakan untuk umum dan dibuat
dengan kerjasama dari pihak-pihak yang berkepentingan, didasarkan dari hasil
konsultasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan pengalaman sehingga standarisasi
kualitas dapat dimanfaatkan oleh masyarakat seoptimal mungkin disebut
standarisasi kualitas.
2.5 Penanganan Produk
Menurut Herjanto (2007), penanganan produk merupakan suatu filosofi
yang mengintegrasikan beberapa fokus utama, yaitu fokus pada pelanggan, proses
kerja, keuntungan, dan proses belajar yang berkelanjutan. Beberapa manfaat yang
dapat diperoleh dari penerapan manajemen mutu terpadu ialah sebagai berikut:
1) Mengurangi biaya operasi;
2) Meningkatkan kepuasan pelanggan;
3) Meningkatkan moral perusahaan;
4) Membangun sebuah proses peningkatan yang berkelanjutan;
5) Menciptakan rekayasa ulang proses usaha;
6) Memperoleh/membangun keuntungan kompetitif;
7) Membangun dasar untuk mendapatkan pengakuan.
Penanganan mutu dilakukan melalui proses yang membutuhkan keahlian
serta instrument pendukung yang meliputi pengumpulan dan pengukuran data,
analisis akar masalah, kerjasama kelompok, pencurahan ide, peningkatan proses
secara berkelanjutan, serta pemecahan konflik dan pembangunan sinergi dalam
organisasi. Penanganan mutu melibatkan setiap orang yang ada dalam organisasi
13
dalam
upaya
mencapai
tujuan
jangka
panjang
dan
sistematis
untuk
mengembangkan proses yang berorientasi kepada kebutuhan pelanggan. Mutu
mencakup semua aspek dari barang dan jasa dari sesuatu yang bernilai menjadi
sesuatu yang dibutuhkan pelanggan (Herjanto, 2007).
Dalam penanganan mutu yang baik, perlu diperhatikan pula proses
distribusi produk tersebut, mulai dari sumber produk hingga ke tangan produsen.
Suatu produk yang akan dipasarkan ke suatu tempat, tentu akan mengalami proses
distribusi. Berdasarkan keputusan Menteri kelautan dan perikanan Nomor KEP.
01/MEN/2007, distribusi adalah serangkaian kegiatan penyaluran hasil perikanan
dari satu tempat ke tempat lain sejak produksi sampai pemasaran. Dalam suatu
distribusi menurut Salim (2000), terdapat dua kategori, yaitu pemindahan bahan
dan hasil produksi dengan menggunakan sarana distribusi serta mengangkut
penumpang dari satu tempat ke tempat lain.
Salah satu cara untuk mengembangkan pelabuhan perikanan melalui
peningkatan usaha perikanan di pelabuhan yaitu, dengan distribusi hasil
perikanan, termasuk segala sarana dan prasarananya sehingga menunjang
timbulnya industrui perikanan. Menurut Moeljanto (1992), distribusi ikan dibagi
tiga kelompok yaitu:
1) Distribusi lewat jalan darat
Distribusi melalui jalan darat menggunakan sarana distribusi berupa
gerobak, kereta api, truk terbuka atau truk boks yang dilengkapi unit pendingin
mekanis. Pada proses distribusi, ikan segar harus didinginkan sampai mendekati
0°C agar kesegarannya dapat bertahan lebih dari 10 hari. Syarat untuk
mempertahankan kesegaran ini adalah ikan harus dikelilingi oleh hancuran es
yang cukup halus, dan kerendahan suhu ruangan tetap terjaga.
2) Distribusi lewat laut
Distribusi laut tidak jauh berbeda dengan distribusi di darat. Distribusi lewat
laut harus memiliki konstruksi palka pada kapal yang lebih baik karena
goncangan-goncangan di laut lebih banyak terjadi, apalagi ketika cuaca buruk
dan gelombang besar.
14
3) Distribusi lewat udara
Distribusi lewat udara dapat dilakukan dengan pesawat terbang. Pesawat
terbang memang merupakan sarana distribusi yang paling cepat, tetapi biayanya
paling mahal. Distribusi ini cocok untuk mengangkut hasil tangkapan yang
harganya mahal, dan memerlukan waktu yang singkat agar cepat sampai di
tempat tujuan.
2.6 Penanganan Ikan di Pelabuhan
2.6.1
Pendaratan ikan
Setelah kapal sampai dipelabuhan, kegiatan pembongkaran ikan harus
segera dilakukan tanpa menunda-nunda waktu. Pembongkaran ikan dilakukan
dengan cara hati-hati, cermat, teratur, higienik, dan tetap mempertahankan suhu
ikan serendah mungkin. Pada saat ikan dibongkar, sebelum dilelang atau dijual
ikan tetap diberi es sehingga tidak terjadi peningkatan suhu. Ikan tidak boleh
bersentuhan dengan air kotor atau bahan lainnya kecuali wadah pengangkutnya.
Pembongkaran ikan yang berukuran besarseperti tuna, marlin, cucut, dan pari
dilakukan dengan cara memikulnya dengan kaitan (ganco) dibawah insang ikan
tersebut atau dengan mengguanakan kendaraan pengangkut. Pada kegiatan
pendaratan atau pembongkaran, waktunya juga harus diperhatikan. Pembongkaran
seharusnya dilakukan pada pagi atau malam hari saat temperatur udara tidak
tinggi untuk mencegah ikan terkena sinar matahari langsung (Bahar dan
Bahar,1991 yang diacu dalam Nilawati, 1995).
Menurut Moeljanto (1992), hal yang harus diperhatikan dalam
pembongkaran adalah:
1)
Ikan dibongkar dengan hati-hati dan sedapat mungkin tidak menggunakan
sekop atau garpu untuk menghindari luka atau memar pada badan ikan;
2)
Saat menimbang, es dipindahkan dari ikan untuk memudahkan
penimbangan. Setelah ditimbang, ikan diberi es kembali;
3)
Wadah sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan seperti
aluminium, steinless steel, plastik keras tetapi tidak mudah pecah atau peti
kayu yang ringan, kuat dan mudah dibersihkan. Ikan harus dihindarkan
dari pancaran sinar matahari langsung.
15
2.6.2 Penyortiran ikan
Proses penyortiran dilakukan pada saat pembongkaran ketika ikan
dikeluarkan dari dalam palka dan langsung dipindahkan menurut jenis, ukuran
dan kualitas ikan. Selama berlangsung penyortiran, dilakukan pencucian ikan dan
pengesan ulang. Ikan kemudian diletakkan dalam wadah. Proses penyortiran harus
dilakukan secara cepat (Nilawati, 1995). Fasilitas yang umumnya digunakan
untuk penyortiran adalah keranjang, baik yang terbuat dari plastik maupun
anyaman rotan sebagai tempat ikan yang telah dikeluarkan dari dalam palka
(Hendrawan, 1997).
Ditjen Perikanan (1997) yang diacu dalam Nilawati (1995) menganjurkan
kegiatan penyortiran ikan dilakukan diatas meja sortir yang terbuat dari bahan
aluminium, stainless steel atau beton. Tujuan utama dari penyediaan meja
penanganan adalah mempercepat proses penyortiran hasil tangkapan berdasarkan
jenisnya serta menghilangkan darah dan kotoran dengan cara dicuci dengan air
bersih. Konstruksi meja harus terbuat dari bahan anti karat, kedap air dan
dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pencucian ikan, air
mudah mengalir dan dilengkapi dengan pipa pembuangan.
2.6.3 Pengangkutan ke tempat pelelangan ikan
Pengangkutan adalah proses pemindahan suatu produk dari suatu tempat
ke tempat lain. Penanganan pada saat proses pengangkutan merupakan hal yang
perlu diperhatikan terlebih apabila produk yang diangkut adalah ikan segar. Ditjen
(1997) yang diacu dalam Nilawati (1995) menyatakan cara penanganan ikan yang
baik saat pengangkutan adalah sebagai berikut:
1) Ikan
secepat
mungkin
diangkut
ke
tempat
penimbangan
dengan
mengguanakan alat angkut lori atau kereta dorong atau dipikul;
2) Selama pengangkutan, agar terhindar dari sinar matahari langsung, maka
sebaiknya ikan diangkut melalui tempat teduh atau ikan ditutupi;
3) Lori atau kereta dorong hanya digunakan untuk mengangkut ikan dalam
wadah;
4) Lori tidak boleh masuk ke ruang pelelangan untuk menghindari pencemaran.
16
2.6.4 Penanganan di tempat pelelangan ikan
Di tempat pelelangan, ikan tidak boleh diletakkan begitu saja diatas lantai,
dilangkahi atau diinjak. Konstruksi bangunan pelelangan ikan harus memenuhi
persyaratan kebersihan, seperti meja harus dilapisi dengan lapisan penutup yang
keras, kedap air, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Lantai harus mempunyai
kemiringan yang cukup memungkinkan air pada permukaan segera mengalir ke
selokan dan selokan harus cukup kemiringannya sehingga air tidak tergenang
(Ilyas, 1983). Selama proses pelelangan, ikan ditempatkan dalam wadah bersih
dan tetap dipertahankan pada suhu dingin dengan menggunakan es bersih.
Memindahkan wadah berisi ikan sebaiknya diangkat, tidak diseret di atas lantai.
Download