Lukas, seorang dokter berkebangsaan Siria, dipertobatkan menjadi Kristen ketika misionaris-misionaris pertama meninggalkan jemaat-jemaat Yerusalem dan Kaisarea untuk membawa Injil melewati batas-batas negara Yahudi. Lukas kemudian meninggalkan tanah airnya untuk menemani Rasul Paulus. Ia tiba di Roma, ibu kota dunia yang dikenal pada waktu itu, di mana ia tinggal selama sekurang-kurangnya dua tahun. Di sana ia bertemu dengan Petrus dan Markus yang sedang giat-giatnya berkhotbah di kalangan orang-orang Kristen di Roma. Ketika ia menulis Injilnya, ada banyak sekali naskah yang memuat perbuatan-perbuatan dan mukjizat-mukjizat Yesus yang dengan mudah diperoleh, naskah-naskah mana juga dipergunakan oleh Markus dan Matius. Dalam perjalanannya, ia juga mengambil cerita-cerita lain yang berasal dari murid-murid Yesus yang pertama. Cerita-cerita ini dilestarikan dalam Gereja-Gereja yang paling tua di Yerusalem dan Kaisarea. Tentang ini kita mempunyai kesaksian dalam alinea pertama bab pertama (1:1-4): ia selalu berpikir tentang bagaimana menemukan kesaksian dari pelayan-pelayan Sabda yang pertama, yaitu para rasul. Maka kelirulah kalau kita berpikir bahwa Lukas menulis lama sesudah kejadian-kejadian, seperti yang dikatakan sementara orang, dan hanya memperluas hal-hal yang tidak diketahuinya. Meskipun perbaikan-perbaikan terakhir atas injilnya baru dilakukan sekitar tahun 70, bagian terbesar naskah aslinya sudah dikerjakan jauh sebelumnya. Ini khususnya menyangkut dua bab pertama dari Injil Lukas yang memberi kita cerita tentang masa kanakkanak Yesus. Kedua bab pertama ini merupakan terjemahan yang hampir harfiah dari tulisan Ibrani atau Aram yang berasal dari generasi Kristen pertama. Cerita tentang masa kanakkanak Yesus ini didasarkan atas informasi yang kemungkinan besar diberikan oleh Maria, ibu Yesus. Latar belakang budaya Lukas adalah Yunani dan ia menulis untuk orang-orang Yunani. Ia menghilangkan beberapa detail dari Markus, yang membahas hukum dan adat istiadat Yahudi yang kiranya akan sulit dimengerti oleh para pembacanya. Lukas melihat di dalam Injil kekuatan yang mempersatukan umat dengan Allah dan di antara umat sendiri. Karena itu, ia mencurahkan perhatiannya memberikan perumpamaan tentang belas kasihan dan kata-kata yang mengutuk uang – suatu faktor yang memecahbelah umat. Demikian pula, Lukas menunjukkan bagaimana Yesus memperlakukan kaum perempuan dengan cara yang sangat manusiawi – kelompok yang sama sekali terpinggirkan. Injil Lukas mempunyai tiga bagian (lihat Pengantar Perjanjian Baru): – pelayanan Yesus di Galilea, 3:1-9:56; – perjalanan ke Yerusalem, 9:57-18:17; – kedatangan di Yerusalem dan penderitaan, 18:18-23. Bab terakhir tentang penampakan Yesus yang bangkit berfungsi sebagai undangan untuk membaca Kisah Para Rasul, yang merupakan kelanjutan Injil Lukas. • 1.1 Lukas mempersembahkan karyanya kepada Teofilus, kemungkinan seorang Kristen yang berada. Menurut kebiasaan pada waktu itu (percetakan belum ada), Lukas memberikan kepadanya manuskrip dengan harapan agar dapat dibuat beberapa salinan yang dibiayai oleh orang kaya ini. Salinan-salinan itu akan dipergunakan dalam jemaat-jemaat Kristiani. Lukas juga akan mempersembahkan Kisah Para Rasul kepada Teofilus. • 5. Di masa Herodes. Herodes ini adalah ayah dari raja Herodes yang dicatat dalam 3:1 dan yang dikenal Yesus. Dia adalah raja terakhir bangsa Yahudi. Ketika dia meninggal, Yudea kehilangan otonominya. Injil ini berawal dari dalam Kenisah dan berakhir di dalam Kenisah. Buku pertama dari Lukas ini mengambil latar yang semata-mata hanya budaya Yahudi. Baru dalam buku keduanya, Kisah Para Rasul, kita menemukan perluasan Injil kepada semua bangsa. Karya Allah dimulai dengan kaum beriman yang sederhana, dan ada banyak di Israel yang di dalam Mazmur disebut “kaum miskin Yahweh”. Di antara orang-orang Yahudi, ada beberapa keluarga imam yang disebut keturunan Harun. Semua laki-laki dari keluarga ini adalah imam dari generasi ke generasi. Di waktu-waktu tertentu mereka mempunyai privilese dan kewajiban untuk memenuhi tugas-tugas keimaman dalam kenisah Yerusalem, tetapi di waktu yang lain mereka bekerja di kota dan desa sebagai warga negara biasa. Elisabet tidak dapat mempunyai anak (ay. 7). Sebagaimana yang terjadi pada Sara, Ribka dan Rakhel (leluhur yang terkenal dari bangsa Yahudi), dan Hana (ibu dari nabi Samuel), hal ini terjadi supaya kebaikan dan kuasa Allah yang diperlihatkan kepada orang kecil dan terpinggirkan menjadi semakin kentara (1Sam 1). Doamu telah didengarkan (ay. 13). Zakharia ingin memiliki seorang putra, tetapi sudah kehilangan harapannya. Namun demikian, di dalam kenisah ia berdoa memohon agar Allah menganugerahkan keselamatan kepada umatnya, dan ia dijanjikan baik keselamatan maupun seorang putra. Ia tak akan pernah minum anggur (ay. 15). Di Israel banyak orang mempersembahkan diri mereka kepada Allah dengan cara ini: mereka tidak memotong rambut atau meminum minuman keras, dan menarik diri dari dunia untuk sementara waktu (Bil 6). Mereka disebut orang-orang Nazir. Putra Zakharia harus menjadi seorang Nazir sejak dari kandungan ibunya sampai kematiannya, sebagaimana halnya Simson (Hak 13: 5). Orang yang akan dikenal sebagai Yohanes Pembaptis menerima tugas untuk mewartakan pertobatan, dan hidupnya sendiri harus menjadi suatu teladan kesederhanaan (Mrk 1:6). Dengan cara ini ia bertolak belakang dengan Yesus yang, meskipun berpuasa di padang gurun untuk jangka waktu yang sangat lama, hidup seperti kebanyakan orang dan tidak menuntut puasa khusus dari para murid-Nya (Luk 7:33-34). Kemudian malaikat menyatakan akan menjadi siapakah Yohanes, putra Zakharia ini: Ia akan berjalan dalam roh dan kuasa Elia (ay. 17). Di dalam Kitab Suci kita melihat bahwa sesudah Elia menghilang, karena telah diangkat ke surga dalam kereta yang bernyala (2Raj 2:11), jemaat kaum beriman terus bertanya-tanya tentang makna dari kejadian yang luar biasa itu. Mereka bahkan berpikir, sebagaimana Elia telah berkarya selama masa krisis keagamaan untuk mengembalikan umatnya kepada iman, demikianlah ia akan kembali dari surga sebelum kedatangan Mesias untuk memulihkan kesetiaan umatnya. Teks di sini mengacu kepada harapan Israel: orang tidak boleh berpikir bahwa Elia akan kembali dari surga secara jasmaniah seperti yang diisyaratkan oleh Maleakhi (3:23). Teks justru mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis harus berkarya dengan roh Elia untuk memperoleh pendamaian bagi semua orang, lewat keadilan dan kesetiaan kepada hukum Allah. Demikianlah, di suatu sudut dunia yang terpencil, Kabar Baik dimulai dengan pasangan yang renta dan mandul, karena tak suatu pun yang mustahil bagi Allah. PERAWAN MARIA • 26. Dua bab pertama dari Injil ini, seperti permulaan Injil Matius, memuat kisah kelahiran Yesus. Akan tetapi semangat dalam kedua Injil ini sama sekali berbeda. Matius tanpa ragu-ragu mempergunakan ceritacerita saleh yang belum terbukti keasliannya, tetapi merupakan tradisi “cerita kelahiran para kudus” yang beredar di kalangan Yahudi dan ia mempergunakannya untuk memperlihatkan misi yang akan diemban Yesus. Lukas juga menyajikan kisah yang pada tempat pertama bersifat teologis tetapi didasarkan atas fakta. Dalam menulis kisah ini ia mempergunakan dokumen yang sangat tua yang dikenal di kalangan jemaat-jemaat Kristen Palestina. Kita menemukan tujuh adegan dalam dua bab pertama: – Pemberitaan tentang Yohanes, pemberitaan tentang Yesus; – Kunjungan Maria kepada Elisabet – Kelahiran Yohanes – Kelahiran Yesus – Yesus Dipersembahkan dalam Kenisah – Yesus Ditemukan dalam Kenisah Kisah pemberitaan tentang dikandungnya Yesus oleh Maria menandai perbedaannya dengan Yohanes dalam hal pribadi dan misi. Betapa Allah menghormati manusia! Ia tidak menyelamatkan mereka tanpa persetujuan mereka. Sang Juruselamat dinantikan dan disambut oleh seorang ibu: seorang gadis muda menerima menjadi hamba Tuhan dan bunda Allah. Nama perawan itu Maria (ay. 27). Lukas mempergunakan kata perawan. Mengapa ia tidak mempergunakan seorang gadis muda atau seorang perempuan? Hanya karena ia mengacu kepada kata-kata para nabi yang menyatakan bahwa Allah akan diterima oleh perawan Israel. Selama berabad-abad Allah telah bersabar terhadap ribuan ketidaksetiaan umatNya, dan telah mengampuni dosa-dosa mereka. Di saat kedatangan-Nya, Sang Juruselamat harus disambut oleh suatu umat yang “perawan”, yaitu suatu umat yang sepenuhnya dipersembahkan kepada-Nya. Di masa Yesus banyak orang menyimpulkan bahwa Mesias akan dilahirkan dari seorang ibu perawan ketika mereka membaca nubuat Yesaya 7:14. Maka sekarang Injil berkata, Maria adalah Sang Perawan. Dia yang dari semula dipilih oleh Allah untuk menyambut putra tunggalNya melalui laku iman yang sempurna, haruslah seorang perawan. Dia, yang harus memberi Yesus darahnya, sifat-sifat bawaan, watak dan pendidikan awalnya, haruslah bertumbuh di bawah naungan Yang Mahakuasa bagaikan sekuntum bunga rahasia yang tidak menjadi milik siapa pun, yang telah menjadikan seluruh hidupnya suatu persembahan bagi Allah. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? (ay. 34). Malaikat itu berkata bahwa bayi itu akan dilahirkan dari Maria tanpa intervensi Yusuf. Seorang yang harus dilahirkan Maria dalam kurun waktu sama dengan Dia yang berada di dalam Allah sebelum adanya waktu, yang dilahirkan dari Allah, Putra Bapa (lih. Yoh 1:1). Kuasa Yang Mahatinggi akan menaungimu. Kitab-kitab Suci berbicara tentang awan atau bayang-bayang yang memenuhi kenisah (1Raj 8:10) sebagai tanda kehadiran ilahi atas kota suci, demi melindunginya (Sir 24:4). Dengan mempergunakan gambaran ini Injil menyampaikan bahwa Maria menjadi tempat tinggal Allah; melaluinya Allah mengerjakan misterimisteri-Nya. Roh Kudus datang, bukan pertama-tama ke atas Putra, tetapi ke atas Maria sehingga dia boleh mengandung lewat kuasa Roh, karena intervensi manusia sudah ditiadakan. Dikandungnya Yesus di dalam Maria adalah akibat dan ekspresi biologis dari penyerahan dirinya yang total kepada Sabda Bapa yang unik dan abadi. Dengan demikian, maka persekutuan antara Allah dan manusia pada akhirnya terwujud. Persekutuan ini bukanlah “karya” Yesus semata-mata, melainkan Ia sendiri merupakan Persekutuan Abadi itu. Seorang anak yang dilahirkan ke dalam suatu keluarga menjadi milik sepenuhnya dari keluarga bapanya dan keluarga ibunya, dialah persekutuan antara dua keluarga yang sampai saat itu merupakan orang asing satu sama lain. Maka Yesus yang dilahirkan dari Bapa dan Maria, merupakan persekutuan antara Allah dan keluarga manusia, dan di sinilah iman akan Gereja berakar: Yesus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Sebelum malaikat datang, apakah Maria telah berpikir untuk mempersembahkan keperawanannya kepada Allah? Injil tidak memberikan petunjuk menyangkut hal ini selain kata-kata Maria: Aku tidak mengenal seorang laki-laki. Hendaklah kita ingat bahwa Maria mau dinikahkan dan telah dipertunangkan dengan Yusuf, dan menurut hukum Yahudi, pertunangan memberikan hak-hak perkawinan (Mat 1:20). Dapat saja terjadi bahwa pertanyaan ini hanyalah dimaksudkan untuk mengundang tanggapan dari malaikat mengenai campur tangan Roh. Seluruh teks menjadi transparan jika diandaikan Maria telah mempersembahkan seluruh dirinya melulu bagi Allah. “Mariatetapperawan” mengukuhkan tradisi Kristiani yang selalu mengembangkan pernyataan-pernyataan alkitabiahnya. Akan halnya Maria yang telah berpikir tentang hidup sebagai perawan sebelum kunjungan malaikat, ini merupakan persoalan lain. Keputusan seperti ini merupakan sesuatu yang tidak lazim dalam mentalitas Yahudi, tetapi adalah juga kenyataan yang pasti bahwa Injil menjadi hidup dengan keputusankeputusan yang baru dan mengejutkan. Keputusan yang tidak lazim ini, yang lahir dari hubungan yang tidak lazim dengan Allah tidak mengejutkan bagi mereka yang mempunyai pengalaman batiniah dengan Roh. KABAR MALAIKAT KEPADA MARIA Hanya Maria yang dapat menyingkapkan misteri dikandungnya Yesus kepada Gereja purba. Bagaimana ia dapat mengungkapkan pengalaman batiniah semacam itu dan bagaimana itu disampaikan? Karena itu, di dalam menulis, Lukas harus mempergunakan kata-kata dan ungkapan alkitabiah yang memungkinkan kita mengerti perjumpaan penuh misteri antara Maria dengan Allah. Malaikat Gabriel (ay. 26). Bagi orang Yahudi Gabriel adalah nama malaikat dari jenjang tertinggi yang muncul dalam Kitab Daniel untuk memaklumkan saat keselamatan (Dan 8:16) dan (9:21). Demikianlah, dalam berbicara tentang Gabriel, Injil menyiratkan suatu pemahaman bahwa bagi Maria segala sesuatu mulai dengan kepastian bahwa inilah saat di mana nasib seluruh dunia ditentukan. Bersukacitalah. Inilah cara yang menyenangkan yang dipakai para nabi untuk menyampaikan amanat kepada putri Sion, yaitu jemaat orang yang rendah hati, yang menantikan kedatangan Juruselamat (Zef 3:14; Zak 9:9). Penuh rahmat (ay. 28). Kata yang dipergunakan dalam Injil ini mempunyai makna khusus: yang terkasih dan yang paling disukai. Orang lain telah dikasihi, dipilih dan menjadi orang yang paling disukai, tetapi dalam hal ini semua atribut ini menjadi nama Maria. Ia menjadi bingung oleh kata-kata ini. Teks tidak berbicara tentang ketakutan seperti yang terjadi pada Zakharia (1:12). Sejak saat pertama semangat Maria bangkit, ia sadar akan kehadiran Allah yang mengilhami setiap keputusannya, dan dengan demikian wahyu ilahi tidak menimbulkan ketakutan dalam dirinya. Kata-kata ilahi yang menyatakan kepadanya panggilan unik, merisaukan dia. Engkau akan mengandung (ay. 13). Di sini Injil mempergunakan beberapa teks Kitab Suci, yang beberapa dari antaranya menubuatkan tentang masa depan seorang bayi, dan sebagiannya lagi merupakan ayat-ayat di mana Allah mempercayakan suatu misi. Lihat Kej 16:1; Kel 3:11; Hak 6:11. Kita telah menyebutkan nubuat Yesaya (7:14) yang memaklumkan dia yang akan menjadi Imanuel yang berarti Allah-berserta-kita. Maria akan memberinya nama Yesus yang berarti Juruselamat. Ia akan memerintah atas bangsa Yakub selama-lamanya (yaitu bangsa Israel). Ini merupakan suatu ungkapan yang mau mengatakan bahwa Yesus adalah Juruselamat, putra Daud, yang dimaklumkan oleh para nabi: 2Sam 7:16; Yes 9:6. Ia akan menjadi besar (ay. 32), tetapi tidak seperti Yohanes Pembaptis menjadi besar di hadapan Allah, karena Yohanes hanyalah manusia biasa (1:15). Yesus harus menjadi putra Yang Mahatinggi, dan putra Daud: kedua gelar ini menunjuk pada Mesias atau Juruselamat yang dinantinantikan (2Sam 7:14; Mzm 2:7). Lihat juga Rom 1:3-4. Inilah sebabnya mengapa dinyatakan dengan jelas bahwa Yusuf berasal dari keluarga Daud; lihat komentar tentang Matius 1:20. HAMBA TUHAN Aku ini hamba Tuhan (ay. 38). Ketika mengatakan hal ini, Maria tidak merendahkan dirinya dengan kerendahan hati yang palsu; sebaliknya ia menyatakan imannya dan penyerahan dirinya. Darinya akan lahir seorang yang akan menjadi hamba yang dimaklumkan oleh para nabi (Yes 42:1;50:4;52:13) dan Putra Tunggal (Ibr 1). Banyak orang keliru dengan kata “hamba” dalam arti bahwa mereka memandang Allah yang mahakuasa sebagai ‘seorang’ yang mempergunakan hamba-hamba untuk kepentingan pribadi-Nya tanpa menyisihkan waktu untuk memperhatikan dan mencintai mereka. Bagi mereka, Allah akan kehilangan kebesaran-Nya jika ia memberikan Maria tanggung jawab yang otentik dalam inkarnasi Putra-Nya. Ini persis bertentangan dengan semangat Alkitab. Allah mengasihi umat yang dikehendaki-Nya, agar Dia yang adalah Allah dapat mengalami persahabatan yang manusiawi (Ul 4:7; Ams 8:31). Allah tidak membutuhkan seorang perempuan untuk mengambil rupa seorang manusia, tetapi ia ingin Putra-Nya mempunyai seorang ibu; dan bagi Maria untuk benar-benar menjadi sang ibu, perlu kiranya bagi Allah untuk memperhatikan dia dengan kasih yang lebih besar daripada kasih-Nya terhadap ciptaan yang lain. Dengan demikian Maria disebut penuh rahmat. Rahmat adalah sebutan kita untuk kuasa yang dimiliki Allah untuk menyembuhkan roh kita, untuk menanamkan dalam diri kita sikap untuk percaya, dan untuk membuat kita menggemakan kembali kebenaran ini sehingga ungkapan kasih sejati datang dari kita secara spontan. Apa yang kita sebut rahmat adalah ‘benih’ yang datang dari Allah yang hidup agar bertumbuh dan mekar di bumi ini: Yes 45:8; Mzm 85:11. Maria sungguh-sungguh penuh rahmat karena Yesus dilahirkan dari padanya sama seperti Ia sendiri dilahirkan dari Bapa. Itulah sebabnya mengapa Gereja percaya bahwa Maria mempunyai peranan yang unik dalam karya keselamatan. Dialah keajaiban yang dicapai Allah pada permulaan transformasi umat manusia menjadi citra-Nya. UMAT YANG RENDAH HATI • 39. Pesan malaikat tidak meninggalkan Maria sendirian dengan masalahnya. Malaikat berbicara tentang sepupunya yang sudah tua, Elisabet. Bersama dia Maria membagi kegembiraan dan rahasianya. Maria, cukup muda pada waktu itu (sekitar lima belas tahun), akan belajar dari sepupunya tentang banyak hal yang tidak dapat disampaikan Yusuf kepadanya. Apa yang telah dinubuatkan kepada Zakharia sekarang akan terpenuhi: “Putramu akan dipenuhi dengan Roh Kudus semenjak dalam kandungan ibunya.” Yang paling penting dalam sejarah bukanlah sesuatu yang luar biasa. Injil lebih suka menarik perhatian kita kepada kejadian-kejadian kecil tetapi penuh hidup. Beberapa tahun kemudian, kelompok-kelompok orang Yahudi datang kepada Yohanes Pembaptis sambil mencari Sabda Allah. Tak seorang pun yang bertanya-tanya tentang bagaimana ia menerima Roh Allah, dan tak seorang pun yang tahu bahwa seorang gadis yang rendah hati, Maria, mulai melaksanakan rencana Allah pada hari perkunjungan itu. Terberkatilah engkau yang percaya! (ay. 45). Yang penting bukanlah bahwa Maria menjadi ibu Yesus dalam daging, dan ini akan diulang kembali oleh Yesus (11:27). Maria, yang telah menjadi Kenisah Allah mengkomunikasikan Roh – Roh Yesus. Tentang kidung Maria. Maria, yang sama sekali tidak menonjol dalam Injil, karena tidak mempunyai bagian dalam pelayanan Yesus, adalah orang yang memaklumkan revolusi sejarah yang dimulai dengan kedatangan Juruselamat. Ia memaklumkan: – belas kasih Allah yang selalu memenuhi janjinya, – perubahan yang harus terjadi dalam diri manusia. Inilah yang dikatakan oleh Martin Luther King, pembebas orang-orang kulit hitam: “Meskipun banyak orang sering melihat Gereja sebagai kekuasaan yang menentang setiap perubahan, namun sesungguhnya Gereja menyimpan suatu cita-cita yang sangat kuat untuk mendorong umatnya ke puncak-puncak gunung dan membuka mata mereka terhadap nasib mereka sendiri. Dari tempat-tempat panas di Afrika hingga pemukiman orang kulit hitam di Alabama, saya telah melihat laki-laki dan perempuan bangkit dan melepaskan belenggu mereka. Mereka baru saja menemukan bahwa mereka adalah anak-anak Allah, dan sebagai anak-anak Allah mereka tak mungkin diperbudak.” Nyanyian Maria juga mengungkapkan perasaan terdalam dari jiwa Kristiani. Ada waktu kita mencari kebenaran, untuk menemukan apa yang menjadi tugas utama kita dan menjadi benar-benar manusiawi. Ada pula waktu untuk meminta dari Tuhan dan melayani Tuhan. Lama-kelamaan kita akhirnya mengerti bahwa kasih ilahi mencari yang lebih miskin dan lebih lemah untuk diisi dan menjadikannya besar. Kemudian satu-satunya doa kita adalah ucapan syukur kepada Allah atas pengertian-Nya dan rencanarencana-Nya yang penuh kasih sayang. • 57. Apa itu sunat? (lihat Kej 17). Anak itu tinggal di padang gurun (ay. 80), yaitu padang gurun Yudea dekat Laut Mati, di mana hidup jemaat-jemaat yang besar, satu di antaranya yang terkenal adalah jemaat Qumran. Jemaat-jemaat ini yang disebut orang-orang Eseni, membaktikan hidupnya dalam doa dan renungan Kitab Suci. Dan mengambil bagian dalam pendidikan anak-anak. • 2.1 Kaisar menerbitkan dekrit. Orang-orang Yahudi membentuk suatu bangsa kecil di bawah pemerintahan kekaisaran Roma, yang meliputi bermacam-macam suku bangsa. Kecermatan data yang diberikan oleh Lukas menimbulkan suatu kesulitan karena Quirinus dilantik menjadi gubernur Siria dalam tahun 6 Masehi dan Yesus berusia 12 tahun pada waktu itu. Beberapa penjelasan telah dikemukakan, tetapi sangat mungkin Lukas mempergunakan catatan peristiwa yang keliru, seperti juga kentara dalam Kis 5:36. Lukas khilaf sebagai sejarawan tetapi bukan sebagai saksi keselamatan. Karena sensus ini Yusuf dan Maria harus meninggalkan kampung Nazaret ketika bayi mereka mau dilahirkan. Yusuf, seorang keturunan Daud, pasti mempunyai sanak keluarga di Betlehem, kota Daud dan kota keluarganya. Yesus mungkin saja telah dilahirkan di rumah salah seorang sanak keluarganya. Bukit kapur di atas mana kota Betlehem dibangun mempunyai banyak sekali gua-gua alam yang dipergunakan sebagai tempat tinggal oleh orang-orang yang kurang mampu. Gua di mana Yesus dilahirkan terdiri atas dua ruang yang dipisahkan oleh formasi karang. Ruangan yang paling dalam mungkin dipergunakan sebagai kandang. Karena tidak ada cukup kamar dan privasi dalam ruang keluarga, Yusuf dan Maria tinggal di ruang yang diperuntukkan bagi binatang. Dengan demikian, sebagaimana diramalkan oleh Bapa, Yesus akan dididik dalam suatu rumah sejati, di mana pekerjaan dan roti tidak akan pernah habis. Di saat kelahiran-Nya, sebagaimana juga di saat wafat-Nya, Yesus mewakili kelompok yang paling ditinggalkan. Ia melahirkan anak sulungnya (ay. 7). Istilah ini dipakai untuk menunjuk anak tunggal, untuk menekankan bahwa anak sulung ini dipersembahkan kepada Allah (Kel 13:1). Lihat juga Rm 8:29; Kol.1:15. Dalam Liturgi Natal terdengar nyanyian: “Berbahagialah Bunda Allah! Hari ini engkau melahirkan Juruselamat sepanjang zaman, dan sekalipun melahirkan, engkau tetap perawan.” Sesungguhnya Allah tidak terlalu besar bagi Maria: “Dari tempat tinggi Ia melihat orang yang sombong, tetapi Ia menjadi lemah bersama orang yang rendah hati.” • 8. Setelah manusia melewati semua tahapan pembentukan religius yang penting, Allah mengutus putra-Nya ke atas dunia untuk memperkenalkan agama yang benar. Sekarang malaikat memaklumkan damai dan kemurahan bagi umat manusia. Lihat betapa Allah mengasihi kita! Biarkanlah dirimu ditangkap dalam kasih-Nya! Mengapa terus merasa takut? Apakah kamu telah mengerti bahwa Allah menjadi seorang anak dan bahwa mulai sekarang dan seterusnya Ia akan tinggal di antara kita sebagai seorang anak yang tanpa suara dan tak berdaya? Hendaklah ini menjadi tanda bagimu (ay. 12.) Mereka akan mengenal Allah yang menjadi miskin bagi kita agar Ia dapat mengkomunikasikan kekayaan-Nya kepada kita. Mereka kembali sambil memuliakan Allah (ay. 20). Ketika dunia berada dalam kegelapan, beberapa orang gembala melihat Allah. Mengapa mereka dipanggil ke palungan? Allah suka menyatakan diri-Nya kepada orang miskin, dan Maria dan Yusuf merasa senang dapat membagikan bersama mereka, kecuali rahasia yang mereka pegang. Dengan kelahiran Yesus mulailah zaman baru (zaman terakhir seperti yang dikatakan oleh para rasul). Dalam zaman ini, di satu pihak, umat manusia berharap akan keselamatan dunia, tetapi di lain pihak mereka telah menikmati keselamatan itu. Para gembala adalah model bagi mereka yang mengkhususkan dirinya bagi kontemplasi. Dengan mengikuti mereka, Gereja tak akan pernah terlibat secara total dalam karya-karya karitatif atau pembangunan masyarakat, tetapi sebaliknya, dengan semangatnya yang paling murni, akan terus memandang Kristus yang tinggal di tengah umat-Nya, sambil mengucap syukur dan bersukacita di dalam Allah. • 19. Maria menyimpan semua pesan ini (ay. 19), karena setiap kejadian dalam hidupnya baginya merupakan cara Allah menyatakan rencana-Nya kepadanya, dan terlebih lagi sekarang ketika ia hidup bersama Yesus. Ia penuh dengan pertanyaan dan keheranan tetapi tidak pernah bingung, karena imannya tak pernah goyah. Namun demikian, ia pun harus menemukan cara-cara keselamatan secara perlahan-lahan dan penuh penderitaan. Ia mere-nungi hal-hal ini sampai saat kebangkitan dan Pentakosta ketika semua kata-kata dan perbuatan Yesus menjadi jelas. • 22. Maria dan Yusuf pergi ke Kenisah untuk memenuhi tata cara keagamaan menurut agama Yahudi (Im.12:8). Yesus sebagai anak laki-laki sulung, harus dipersembahkan kepada Allah (Kel 13:1). Simeon dan Hana seperti Maria dan Yusuf termasuk “sisa kecil Israel”. Minoritas umat Allah ini menghayati iman mereka dalam kerendahan hati dan kesetiaan kepada ajaran para nabi: Allah tahu bagaimana harus memperkenalkan diri-Nya kepada mereka. Apa arti pedang yang akan menembus jiwa Maria? Pedang menunjuk pada penderitaan Maria ketika melihat Putranya mati di salib. Pedang juga berarti bahwa Maria akan menderita karena ia tidak selamanya mengerti apa yang dilakukan Putranya. Kasih mendalam satu terhadap yang lain tidak dapat menghilangkan kemungkinan kedua belah pihak untuk tetap merupakan misteri satu sama lain, dan ini tentu saja lebih berlaku untuk Allah daripada untuk manusia. Allah tidak memperhatikan kesetiaan kita dari surga, tetapi mencari kita (ia menguji kita dalam arti meminta kita menyatakan diri kita). Kasih Bapa akan menjadi salib Maria maupun bagi Yesus. Kristus adalah terang Allah yang menerangi umat, tetapi yang kadangkadang juga membutakan dan membingungkan mereka. Dialah tanda yang ditentang, tetapi ini merupakan misteri, mereka yang menentang Dia tidak selamanya yang paling jelek. Ada juga orang-orang yang percaya kepada Kristus, tetapi tidak mengikuti Dia. Karena tidak sanggup melihat terang-Nya mereka tidak tahu bahwa cahaya itu menghukum mereka. Ada juga orang-orang baik yang tidak percaya karena Allah menghendaki agar mereka mencari terang sepanjang hidup mereka. NAZARET – MENCAPAI KEBEBASAN • 41. Selama masa hidup-Nya di Nazaret Yesus menghayati hidup sebagaimana kebanyakan anak-anak dan remaja pada masa-Nya. Ia tidak menerima pendidikan khusus. Ia juga tidak memperlihatkan bakat-bakat istimewa, selain kemampuan mengambil keputusan yang tepat untuk meniki dan mengevaluasi segala sesuatu menurut kriteria Allah. Yusuf menurunkan kepada-Nya iman Israel; komunitas Nazaret, betapapun tak berartinya, telah menjadikan Dia seorang Yahudi yang menghayati iman-Nya, yang tunduk kepada Hukum. Apa kiranya yang menjadi pengalaman yang mendalam dari Yesus, bagaimana Putra Allah menempatkan diri-Nya di tengah dunia manusia, langkah demi langkah, sebagaimana yang dialamiNya? Lukas telah memberi kita hanya satu contoh yang begitu berarti baginya dan bagi Maria sendiri. Pada umur dua belas tahun seorang remaja harus menjalankan kewajibankewajiban agama, di antaranya ziarah ke Yerusalem untuk merayakan harihari besar. Di sana para guru hukum yang duduk di pelataran Kenisah biasa mengajar kelompok-kelompok peziarah dan berdialog dengan mereka. Pada kesempatan inilah untuk pertama kalinya Yesus membuat cemas rombongan-Nya. Mengapa kaulakukan hal ini? Injil menggarisbawahi ketidakmengertian ini: Maria mengecam Yesus dan Yesus mengecam orangtua-Nya. Lalu Injil menegaskan bahwa Yesus memiliki kesadaran tentang hubungan-Nya yang istimewa dengan Bapa dan kesiapan-Nya yang total bagi misi-Nya. Jika penemuan di Kenisah, jantung seluruh bangsa, pusat agama Israel, membangkitkan perasaan baru di dalam diri-Nya, maka Ia dapat meminta izin atau memberi tahu orangtua-Nya lebih dulu. Bagaimana Ia bisa tinggal selama dua hari tanpa berpikir bahwa orangtua-Nya akan cemas mencari Dia. Ia pasti sudah berpikir bahwa penderitaan ini perlu dialami lalu menaklukkan kebebasan-Nya secara radikal sebelum Ia kembali ke rumah bersama orangtua-Nya. Yesus harus mengalami seluruh kehidupan manusia, kecuali dosa; dengan cara-Nya sendiri Ia melewati seluruh tahapan perkembangan psikologis. Dari pada berbicara tentang anak yang hilang, lebih tepat mengatakan bahwa Yesus yang masih remaja menemukan diri-Nya. Mungkin agak aneh bahwa Maria tidak ingat untuk suatu saat memberi tahu Yesus tentang asal usul-Nya dan siapakah Yusuf bagi diri-Nya. Kalau kita pertahankan kisah ini, maka Yesus yang mengambil inisiatif mengajari Yusuf dan Maria dan menyampaikan kepada mereka siapa diri-Nya sebenarnya, Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku. Mereka tidak mengerti jawaban itu (ay. 50). Maria telah mendengar pesan pemberitaan oleh malaikat Gabriel dan tahu bahwa Yesus adalah Putra Allah. Ia pasti tidak pernah berpikir bahwa menjadi Putra Allah berarti berperilaku seperti yang baru dilakukan Yesus. Atas cara yang sama Allah sering kali membingungkan kita meskipun kita tahu dengan pasti apa yang dikehendaki-Nya. • 52. Lukas tidak menyebut apa-apa lagi tentang kehidupan Yesus di Nazaret sampai Ia mencapai usia tiga puluh tahun, ketika ia mulai berkhotbah. Yesus menjalani magang tukang kayu pada Yusuf, dan sesudah kematian Yusuf menjadi tukang kayu di Nazaret. Yusuf pasti telah meninggal sebelum Yesus tampil di depan umum, sebab kalau tidak maka ketika Yesus meninggalkan rumah, Maria mestinya tinggal bersama Yusuf (lih. Mrk 3:31). Putra Maria adalah seorang manusia di tengah masyarakat sebab kemudian jemaat Kristiani di Nazaret menyimpan mebel yang dibuat oleh tukang kayu yang adalah Putra Allah itu. Terlalu sering kita membaca Injil sebagai “riwayat hidup Yesus” dan kaget ketika menemukan bahwa hampir tidak ada data sama sekali tentang tiga puluh tahun hidupnya di Nazaret. Kita lupa bahwa Injil yang tertulis pertama-tama dimaksudkan untuk menyusun katekese dengan tindakan dan kata-kata Yesus, dan bukan rekonstruksi atas seluruh hidup-Nya. • 3.1 Lukas menyajikan bagi kita fakta yang menyanggupkan kita menempatkan Yesus di dalam sejarah. Tanggalnya adalah tahun 27 sesudah Kristus dan Yesus kurang lebih berusia tiga puluh atau tiga puluh lima tahun. Bangsa Yahudi telah kehilangan otonominya, dan negeri mereka terbagi menjadi empat propinsi kecil. Herodes dan Filipus, yaitu anakanak Herodes yang disebut pada waktu kelahiran Yesus (lihat Mat 2:1) memerintah atas dua dari keempat propinsi ini. Pembaca yang tertarik dengan komentar kronologis dapat juga membaca Yohanes 2:20. Dalam dua bab pertama Lukas telah memperlihatkan kepada kita betapa Putra Allah memasukkan diri-Nya ke dalam kemanusiaan kita. Sebagaimana dikatakan Paulus dalam suratnya kepada umat di Galatia, Ia “dilahirkan dari seorang perempuan dan tunduk kepada Hukum” (Gal 4:4) yang berarti Ia harus dibentuk oleh suatu kebudayaan, ditandai dengan ciri-ciri khas zaman-Nya, dan dibatasi oleh konteks sejarah hidup-Nya. Sekarang kita akan melihat bahwa Ia tidak memulai misi-Nya secara gegap gempita dengan mukjizat-mukjizat yang hebat melainkan dengan cara yang sangat sederhana memasuki suatu gerakan yang diprakarsai oleh seorang lain, yaitu Yohanes Pembaptis. Alinea pertama menunjukkan betapa Tanah Suci terbagi-bagi, suatu tantangan bagi janji-janji Allah. Dalam kaitan dengan beberapa imam agung, telah dilakukan penghinaan terhadap hukum Allah, karena imamimam agung seharusnya saling menggantikan satu sama lain, bapa kepada anak, dan tetap bertugas sepanjang hidup mereka. Dalam situasi yang merosot ini suatu unsur baru tampil mengguncang masyarakat: khotbah Yohanes Pembaptis. • 3. Dengarkanlah suara ini yang berseru-seru di padang gurun (ay. 4). Teks yang menyusul berasal dari Yesaya (40:3). Yohanes membarui tradisi para nabi sesudah empat abad terputus dan seperti kebanyakan dari nabi, ia berbicara tentang pengadilan yang akan segera datang. Menghadapi pengadilan Allah selalu saja menakutkan dan Yohanes berbicara tentang membangun kembali rasa keadilan. Yohanes berbicara tentang hukuman yang akan datang. Dalam ayat 7 teks berbicara secara lebih tepat-sasar: “melarikan diri dari murka yang akan datang”. Kata-kata ini dalam bahasa Ibrani mengacu kepada hukuman yang sudah dimaklumkan Allah yang akan segera menghadirkan suatu penghakiman yang dahsyat dalam skala nasional bahkan global (Luk 21:23; 1Tes 2:16) yang diakui oleh orang beriman sebagai penghakiman Allah. Pada waktu itulah orang jahat akan menerima hukumannya, sementara orang benar yang mengandalkan Allah akan diselamatkan (Yes 1:24-27; Yl 3:1-5, Za 14). Yohanes membangkitkan harapan akan seorang Juruselamat. Mudah bagi kita untuk mengatakan bahwa Juruselamat adalah Yesus dan bahwa pengadilan Allah akan datang beberapa tahun kemudian dengan perang yang menghancurkan bangsa Yahudi, tetapi bagi mereka yang tengah mendengarkan Yohanes sulit membayangkan siapa sebenarnya Juruselamat ini. Kami adalah putra-putra Abraham! (ay. 8). Sama seperti para nabi, Yohanes memberi peringatan kepada kita tentang fanatisme, entah itu menyangkut kebangsaan entah itu menyangkut agama. Tidak cukup kiranya berjalan di bawah bendera Allah Israel (atau Gereja) karena banyak dari mereka yang berpura-pura membela iman atau Gereja adalah keturunan ular. Allah menuntut keadilan dan perbaikan karena kejahatan yang telah dilakukan. Demikianlah kita melihat Yohanes yang berkhotbah tanpa meminta apa-apa lebih dulu dari para pejabat agama. Orang datang dari segala penjuru sambil mencari pengampunan. Ayat 12-14 menceritakan kepada kita bahwa Yohanes tidak menolak seorang pun: entah pelacur entah pegawai pajak negara Roma. Semuanya diminta membangun solidaritas. Begitu korupsi merajalela dan visi atas Persekutuan Allah memudar, maka mereka yang tahu tentang keterlibatan mereka di dalam kejahatan yang berdampak terhadap seluruh masyarakat mesti menunjukkan perilaku positif menyangkut uang dan penggunaannya, yang bagi semua orang akan menjadi tanda dan panggilan kepada pertobatan. Tanda-tanda semacam itu harus meningkat dalam komunitas-komunitas Kristiani dewasa ini dan di dalam kelompok-kelompok yang berikhtiar memurnikan masyarakat kita. Itulah yang memberi makna kepada pengingkaran diri yang total dari Yohanes dan kesederhanaan hidupnya yang radikal: kita sama sekali tidak diminta untuk meniru dia, tetapi pengorbanannya memberi bobot kepada kata-katanya. Pemimpin agama dan kaum Farisi yang melihat diri mereka sebagai model terus menjauh bahkan mungkin sambil menyindir (7:30 dan 33) tetapi orang-orang yang datang kepada Yohanes meminta pembaptisan. • 15. Pembaptisan berarti ditenggelamkan ke dalam air lalu bangkit kembali. Orang-orang Eseni di padang gurun dibaptis pada pesta-pesta tertentu untuk memperlihatkan keinginan mereka mencapai hidup yang lebih murni ketika Juruselamat itu datang. Yohanes, pada gilirannya, membaptis mereka yang ingin meluruskan hidup mereka, dengan menandai komitmen mereka dengan suatu ritus yang kelihatan. Di sini Injil membandingkan Yohanes dengan Yesus dan pembaptisan Yohanes dengan pembaptisan Kristiani. Kita semua telah mendengar kata- kata seperti: karena Yesus tidak dibaptis hingga berusia tiga puluh tahun, maka setiap orang harus dibaptis sebagai orang dewasa. Ini merupakan argumen yang tidak berguna karena kita tidak mempersoalkan dua pembaptisan yang sama dan tuntutan-tuntutan pun berbeda. Pembaptisan di dalam air... pembaptisan di dalam api (ay. 16): ini mengacu kepada pengalaman sehari-hari. Kita membersihkan noda pakaian di dalam air, tetapi pakaian yang telah dicuci tidak sama dengan pakaian yang baru. Di samping itu noda-noda pun tetap ada. Lain halnya dengan api. Api memurnikan logam-logam yang karat, sehingga muncullah logam yang berkilauan seperti baru dari tempat peleburan. Lagi pula, api dapat membakar habis karat sekaligus dengan barangnya. Yohanes membaptis mereka yang ingin meluruskan hidup mereka dengan air. Bagi mereka, pembaptisan merupakan cara menyatakan di depan publik keputusan dan janji mereka. Pernyataan seperti itu sama rapuhnya seperti komitmen apa pun yang dilakukan manusia dan tidak cukup untuk mencabut akar kejahatan dari hati kita. Yesus, sebaliknya, meminta agar para rasul membaptis mereka yang memasuki Gereja. Baru pada waktu itulah Allah memberikan Roh-Nya yang mengubah manusia dari dalam. Yohanes tidak membaptis anak-anak (atau perempuan). Karena pembaptisan Kristiani menimba kekuatannya, bukan dari komitmen penerima baptisan, tetapi dari anugerah Allah yang menjadikan kita anak-anak-Nya, maka kita dapat membaptis anak-anak seperti yang dilakukan orang-orang Kristen awal. Mereka dapat saja menerima anugerah Allah, asalkan keluarga mereka dan komunitas kristiani menerima tanggung jawab atas pertumbuhan mereka di dalam iman. • 21. Yesus tidak membutuhkan pertobatan atau permandian Yohanes. Karena Ia adalah Penebus, Ia ingin bergabung dengan para pendosa yang mencari jalan memperoleh pengampunan. Dengan menerima permandian Yohanes, Yesus mengukuhkan permandian sebagai cara yang benar untuk mencari keadilan dan memperbarui hidup Sudah berabad-abad tidak ada nabi lagi. Allah rupanya diam dan orangorang Yahudi sering berkata bahwa “surga sudah tertutup”. Sekarang Allah kembali berbicara dan Yesus mengambil tempat para nabi. Surga terbuka berarti Yesus menerima suatu wahyu ilahi (lihat Yeh 1:1 dan Why 4:1). Engkaulah Putra-Ku (ay. 22). Siapa yang melihat dan mendengar suara itu tidak jelas dalam Injil (Mat 3:16; Mrk 1:10; Yoh 1:32). Dengan mempelajari teks-teks ini kita bisa sampai kepada kesimpulan berikut: Yesus memperoleh suatu wahyu dari Allah yang juga dialami Yohanes. Mengapa ada penyataan semacam ini? Apakah Yesus perlu mengetahui bahwa Ia Putra Allah? Hendaklah kita jangan lupa bahwa frase putra Allah dapat dimengerti dengan berbagai cara. Di masa sebelum Yesus, raja Israel disebut Putra Allah. Putra Allah juga dipergunakan untuk menyebut Mesias yang dinanti-nantikan, yang dipilih oleh Allah untuk menyelamatkan Israel. Yesus adalah Putra Allah dalam arti Satu-satunya Putra Allah, yang diperanakkan oleh Allah sejak perkandungan-Nya. Sejak saat itu Ia sadar akan status-Nya sebagai Putra Allah. Di lain pihak, hanya pada saat pembaptisan-Nya oleh Yohanes itulah Yesus menerima panggilan dari Allah yang mengundang Dia untuk memulai pelayanan keselamatan-Nya, dan bahwa Allah menjadikan Dia Putra-Nya (dalam arti biblis), yaitu nabi dan raja bagi umat-Nya. Itulah sebabnya mengapa dalam 3:22 kita membaca kata-kata Mzm 2: “Engkaulah Putra-Ku, pada hari ini Aku telah memperanakkan engkau,” sabda Allah yang menghadirkan Mesias kepada dunia (Dalam sejumlah naskah kuno Luk 3:22 bunyinya sama dengan Mrk 1:11). Karena Sabda Allah (jika benar-benar dari Allah) selalu efektif dan menggenapi apa yang dikatakan-Nya, Yesus sekaligus menerima kepenuhan Roh yang menguduskan para nabi dan mengerjakan mukjizat-mukjizat. Sejak saat dikandung Yesus menikmati kepenuhan Roh yang mengikat Dia dalam suatu hubungan unik dengan Bapa-Nya. Kini Ia menerima Roh yang menyanggupkan Dia menjadi sang nabi dan sang hamba Bapa. Dengan demikian, Yesus diurapi untuk memaklumkan pemerintahan Allah dan untuk lebih dulu memanggil orang miskin (4:8). Berbeda dari begitu banyak pembebas yang, menurut Kitab Suci, menerima Roh untuk suatu tugas khusus, Yesus adalah benar-benar Juruselamat. Berbeda dari kita yang selalu berpikir untuk mencari jalan keluar dari komitmen kita, Yesus tidak akan beristirahat sampai kata-kata dan kesaksian-Nya tentang kebenaran membawa Dia kepada kematian-Nya. Dalam banyak halaman Injil kita melihat Yesus berurusan dengan individu-individu. Pada bagian lain dan lebih penting Yesus dilukiskan sebagai juru selamat seluruh umat manusia sama seperti dalam pembaptisan ini. Alkitab menyampaikan kepada kita tentang seorang Allah yang mencipta, mengasuh, mengajar dan membawa kepada kematangan satusatunya “Adam”, yaitu bangsa manusia sebagai suatu keseluruhan – Yesus bukanlah Juruselamat “bangsa”, yaitu kumpulan individu, untuk memberi mereka tiket gratis ke surga – Yesus mengangkat dengan tangan-Nya bangsa manusia (Ibr 2:16) dan menjadikannya suatu tubuh yang kudus yang di dalamnya Allah Bapa akan mengenal Putra tunggal-Nya. • 23. Lukas kemudian menyajikan suatu daftar nenek moyang Yesus, yang agak berbeda dari yang disajikan Matius (Mat 1:1). Lukas bukan saja kembali kepada Abraham, tetapi ia juga menyajikan suatu daftar rekaan tentang nenek moyang Abraham, terus ke belakang sampai kepada manusia pertama, seolah-olah mau menekankan bahwa Yesus telah datang untuk menyelamatkan seluruh umat manusia. Ia bukan hanya juru selamat orangorang Kristen: kedatangan-Nya relevan bagi seluruh sejarah dan membantu kita mengapresiasi kontribusi para kudus dan orang-orang bijak yang telah dipilih Allah di seluruh dunia. Di pihak lain, dari Abraham sampai Yesus daftar nama sangat berbeda dari daftar Matius. Daftar nenek moyang bervariasi tergantung kepada apakah seorang pengarang memperhitungkan orangtua kandung atau orangtua angkat, karena pengangkatan anak adalah hal biasa di kalangan masyarakat Yahudi. PENCOBAAN • 4.1 Dalam sejarah sekular, orang hanya berpartisipasi bersama dan bertahan bersama orang lain. Sejarah suci memaparkan hal-hal dari perspektif yang lain: rencana Allah yang dinyatakan kepada manusia terhalang oleh siasat-siasat roh jahat yang mengganggu, dan orang-orang dipanggil untuk mengambil bagian dalam pergulatan ini yang melebihi rencana mereka. Inilah sebabnya Yesus harus menghadapi si jahat. Kita berbicara tentang pencobaan ketika kita merasakan adanya tekanan dari naluri-naluri yang jahat atau ketika kita merasa ditarik untuk melakukan kejahatan karena situasi tertentu. Yesus tidak memiliki naluri jahat seperti kita tetapi Roh Kudus membimbing-Nya untuk dicobai di padang gurun – ingat bahwa mencoba atau menguji mempunyai makna yang sama – dan di sana Ia merasakan bujukan yang paling kuat dari si jahat yang berusaha membelokkan Dia dari misi-Nya (lihat juga Mat 4:1). Yesus, yang dipenuhi Roh Kudus, memulai pelayanan-Nya dengan mengalami suatu ujian yang sangat berat: empat puluh hari kesendirian total dan puasa. Dalam situasi seperti ini Yesus mengalami kerapuhan-Nya karena Ia menghadapi suatu lompatan ke dalam yang tak diketahui: Ia baru saja melepaskan kehidupan-Nya di Nazaret dalam penyerahan kepada kehendak Bapa, dan memulai suatu misi yang akan membawa-Nya kepada maut beberapa tahun kemudian. Sang Iblis atau penuduh, berbicara kepada-Nya, demikianlah ia disebut dalam Kitab Suci karena ia selalu mengkritik. Ia membawa kita untuk menuduh Allah, dan setelah ia membuat kita jatuh, ia kemudian menuduh kita dan berusaha meyakinkan kita bahwa kejatuhan kita tidak akan diampuni Allah. Jika engkau Putra Allah. Yesus tahu siapa diri-Nya, tetapi Ia belum menguji kekuasaan-Nya. Bukankah Dia untuk sesaat saja dapat mengeluarkan tenaga ilahi-Nya ketika badan-Nya lemah karena lapar? Bukankah Dia suatu waktu dapat turun dari salib untuk menyelamatkan diri-Nya? Yesus tidak mau melayani diri sendiri. Ia mempunyai cita-cita yang lebih tinggi: dan karena itu Iblis membawa Dia ke tempat yang lebih tinggi. Dengan mengenal orang-orang sebagaimana adanya, Yesus dicobai untuk memperlihatkan diri-Nya kepada orang banyak dan memanipulasi mereka. Ia dicobai untuk berkompromi dan mempergunakan senjata iblis yang tidak menghormati kebenaran maupun kemerdekaan suara hati. Lebih mudah kiranya memerintah bangsa-bangsa ‘atas nama Allah” karena iblis memberikan mereka kepada orang yang disukainya (ay. 6). Yesus telah memilih untuk melayani Allah saja. Iblis bertanya, “Mengapa Engkau tidak memulai khotbah-Mu dengan sesuatu yang seru dan heboh, seperti menjatuhkan Diri dari tempat yang tinggi ke tengahtengah orang banyak yang sedang berdoa di kenisah? – Tidakkah Engkau percaya bahwa Allah akan mengerjakan keajaiban bagi-Mu? Saat ini Iblis mempergunakan kata-kata Kitab Suci: di dalam membacanya, seorang dapat berpikir bahwa dengan iman yang kuat, seorang akan selalu sehat dan berhasil. Yesus mengingatkan kita tentang kekeliruan suatu “iman” yang mencoba menyingkirkan salib. Yesus tidak akan menuntut mukjizat dari Bapa-Nya untuk menghindari penderitaan karena penghinaan dan penolakan yang merupakan nasib para utusan Allah: ini berarti menentang Allah dengan dalih percaya kepada-Nya. Iblis meninggalkan Dia, untuk kembali lagi pada kesempatan lain (ay. 13). Di dalam Kisah Sengsara Yesus, iblis mengalihkan kejahatan umat kepada sang Pembebas, yang tidak dapat disesatkan. Lihat Yoh 12:31 dan 14:30. • 14. Yesus kembali sambil ditemani beberapa pengikut Yohanes yang lalu menjadi murid-Nya sendiri (Yoh 1:35) dan Ia mengerjakan tanda heran-Nya yang pertama di Kana (Yoh 2:1). Mukjizat ini menandai permulaan karya pelayanan-Nya. Dari Kapernaum, di mana Yesus tinggal dalam rumah Simon dan Andreas, dekat danau, Yesus mulai berkhotbah dalam sinagoga-sinagoga di Galilea (Mrk 1:35) dan kata-kata-Nya mengesankan orang banyak karena Ia berkarya dengan kuasa Roh, dalam arti bahwa Ia berbicara dengan penuh kewibawaan dan mukjizat-mukjizatNya memperkuat kata-kata-Nya. Ia mulai mengajar dalam sinagoga-sinagoga (ay. 15). Yesus tidak mulai berkhotbah kepada kerumunan yang tidak tahu apa-apa tentang Dia, melainkan selama berbulan-bulan Ia lebih dulu memperkenalkan diri-Nya dalam sinagoga-sinagoga. • 16. Di Israel hanya ada satu Kenisah yaitu yang di Yerusalem, di mana imam-imam biasa mempersembahkan kurban. Namun di setiap tempat, di mana sekurang-kurangnya sepuluh orang dapat berkumpul, ada sebuah sinagoga. Di dalamnya pada setiap Sabat dirayakan liturgi yang dipimpin oleh anggota jemaat. Jadi, cukup mudah untuk mengambil bagian dalam pembacaan Kitab Suci dan komentar atas pembacaan itu. Begitulah Yesus memperkenalkan diri-Nya dengan mengambil bagian dalam kebaktian Sabat di dalam sinagoga-sinagoga di wilayah tempat tinggal-Nya, Galilea. Sesudah beberapa waktu Yesus, yang sudah terkenal, melanjutkan perjalanan ke Nazaret di mana Ia tidak diterima. Pada bagian ini Lukas menunjukkan mengapa Yesus menarik orang banyak dan mengapa Ia ditolak, khususnya di Nazaret. Ia menemukan bagian di mana ada tertulis: perikop ini berasal dari Yes 61:1-2. Nabi Yesaya mengacu kepada misinya sendiri: Allah mengutus dia kepada orang Yahudi di pembuangan untuk memaklumkan bahwa Allah akan segera mengunjungi mereka. Namun demikian kata-kata ini kiranya lebih cocok untuk diterapkan dalam kasus Yesus yang diutus untuk membawa kemerdekaan sejati kepada suatu bangsa yang sedang menantikan-Nya. Frase untuk memerdekakan yang tertindas tidak ditemukan dalam teks Yesaya, tetapi Lukas mengambilnya dari teks yang lain dari nabi yang sama (Yes 58:6) dan ia menyelipkannya di sini karena ungkapan ‘memerdekakan’ meringkaskan secara lebih tepat daripada kata-kata lain intisari karya Yesus dalam seluruh misi-Nya. Hari ini terpenuhilah kata-kata nabi ini, bahkan ketika kamu sedang mendengarnya (ay. 22). Yesus telah datang untuk meresmikan suatu abad baru ketika Allah hadir dan memperdamaikan umat-Nya. Setiap lima puluh tahun Israel merayakan tahun yubileum dan pada waktu itu utang-utang dihapuskan dan budak-budak dimerdekakan (Im 25:10). Atas cara yang sama tahun belas kasihan dari Tuhan telah mulai. Dengan demikian masa janjijanji dan nubuat sudah berakhir. Allah mulai menunjukkan diri-Nya kepada manusia sebagaimana adanya, Yesus menyatakan (mewahyukan) Bapa dan Bapa menyatakan Putra-Nya melalui tanda-tanda dan mukjizat yang dilakukan-Nya. Ia mengutus Aku untuk memerdekakan yang tertindas (ay. 18). Yesus membawa pemerdekaan sejati kepada setiap orang karena tindakan-tindakan-Nya mendesak setiap kita untuk hidup dalam kebenaran: “Putra memerdekakan kamu… kebenaran akan memerdekakan kamu…” (Yoh 8:32). Tentu saja orang-orang Yahudi pertama-tama dan terutama mencari kemerdekaan politik, yang merupakan bagian dari pemerdekaan kemanusiaan secara total. Mengapa Yesus tidak membawanya? Apa Ia hanya tertarik pada “jiwa-jiwa”? Sesungguhnya, Perjanjian Lama tidak pernah menjanjikan “penyelamatan jiwa-jiwa” yang kini kadang-kadang mendapat perhatian dari berbagai kelompok. Orang-orang itu berpikir bahwa mereka tengah menyelamatkan jiwa mereka, namun tetap tenang-tenang saja bahkan buta terhadap perbuatan dosa yang sudah merembet ke dalam kehidupan ekonomi dan sosial. Perjanjian Lama meramalkan bahwa Yesus akan menjadi Juruselamat bagi umat-Nya dan bangsa-Nya. Kata-kata dan perbuatan-Nya menggugah orang yang sudah tidak berdaya dan merintis jalan bagi pemerdekaan manusia pada segala tingkatan, tetapi semuanya itu seperti benih yang tidak serta merta menghasilkan buah. Yesus tidak mempunyai keinginan untuk bergabung dengan kelompok fanatik dan menggunakan kekerasan di tengah bangsa-Nya (seperti yang dilakukan orang-orang Roma terhadap mereka) untuk memperoleh kedaulatan nasional. Ia sedang memberi kesaksian pada kebenaran dan meletakkan dasar bagi semua gerakan pemerdekaan di masa yang akan datang. Atas cara yang sama, dewasa ini jika ada penginjilan yang benar, maka terlihatlah tindakan-tindakan yang memerdekakan dan muncullah orangorang yang merdeka, yang sanggup memerdekakan orang lain. Ia telah mengurapi Aku untuk membawa Kabar Baik kepada kaum miskin (ay. 18). Lihat komentar atas Luk 6:20. Kemudian Lukas menjelaskan mengapa orang Nazaret menolak Yesus, Pertama, karena kesombongan mereka, kita dengan mudah terpukau oleh seorang asing, tetapi dengan sengit kita menolak apabila salah seorang dari kita bisa tampil sebagai seorang guru: bukankah Dia ini putra Yusuf? Lihat komentar atas Mrk 6:1. Kedua, karena sifat ingat diri mereka, mereka tidak setuju kalau berkat Allah dibagi-bagi dengan orang lain. Maka Yesus mengingatkan mereka bahwa nabi-nabi zaman dulu tidak membatasi perhatian mereka pada orang-orang sebangsa saja (lih. 1Raj 17:7 dan 2Raj 5). • 31. Lihat komentar atas Mrk 1:21. • 42. Yesus adalah seorang misionaris teladan. Tidak lama sesudah Ia mengumpulkan beberapa pengikut, mereka mau mempertahankan Dia untuk kelompok mereka sendiri, entah karena mereka melihat di dalam diri-Nya seorang nabi sejati, entah karena mau membentuk suatu jemaat yang benar di bawah kepemimpinan-Nya. Yesus, sebaliknya, menyerahkan tugas penggembalaan (dalam arti memimpin jemaat tertentu) kepada orang lain, karena Ia masih berpikir tentang banyak orang lain yang sedang menantikan pemberitaan Injil. • 5.1 PARA RASUL Yesus ingin naik ke dalam perahu Petrus, dan Petrus rela mempersilakan Yesus naik. Yesus bahkan meminta lagi: meskipun banyak orang bersedia membantu Dia, Ia mencari mereka yang bersedia membaktikan diri secara total kepada pekerjaan-Nya. Para pendengar ada banyak tetapi Ia membutuhkan para rasul. Mukjizat-mukjizat adalah cara lain Yesus mengajar. Mukjizat yang diberitakan di sini adalah sabda Allah untuk rasul-rasul masa depan. Turunkanlah pukatmu; pukat hampir terobek; engkau akan menangkap manusia... Tinggalkan aku, Tuhan, karena aku seorang berdosa (ay. 8). Itulah ketakutan seorang yang menemukan bahwa Allah telah memasuki kehidupan batiniahnya, inilah tindakan iman yang pertama akan keilahian Yesus. Namun demikian Yesus memanggil para pendosa untuk menyelamatkan pendosa lain. Setelah meninggalkan segala sesuatu (ay. 11), mereka mengikuti Dia. Memang tidak banyak barang yang mereka miliki, tetapi itulah seluruh hidup mereka, pekerjaan, keluarga dan seluruh masa lampau mereka sebagai nelayan. Rasul berarti diutus. Kristus adalah Dia yang memilih rasul-rasul-Nya dan mengutus mereka atas nama-Nya. Di manakah Ia akan menemukan seseorang yang harus diutus kalau bukan dari antara mereka yang mau bekerja sama dengan Dia? Seorang mulai menjadi rasul, atau sekurangkurangnya bekerja sama dengan Kristus, apabila Dia mencari sesuatu lebih dari hanya melakukan perbuatan baik bagi kelompok atau parokinya saja. Seseorang dapat menjadi rasul apabila dia merasa bertanggung jawab atas umat manusia: penjala manusia. Di sini Lukas mungkin telah menggabungkan dua peristiwa yang berbeda: panggilan para rasul yang secara singkat disajikan dalam Mrk 1:16 dan penangkapan ikan yang ajaib. Yohanes juga menceritakan penangkapan ikan yang ajaib (Yoh 21) tetapi ia menempatkannya sesudah kebangkitan. Kita mempunyai alasan untuk berpikir bahwa kita tengah berhadapan dengan mukjizat yang sama, tetapi bagi Yohanes rasanya lebih cocok kalau ia menggabungkannya dengan penampakan Yesus yang bangkit kepada para rasul yang terjadi di kemudian hari di tempat yang sama. • 12. Lihat Komentar atas Mrk 1:40. Bawalah persembahan bagi kesembuhanmu (ay. 14). Hukum yang sama menuntut agar orang kusta diisolasikan (Im 13:45). Baru kalau orang kusta itu sudah disembuhkan dan mendapat pengesahan dari para imam, ia dapat berkumpul kembali dengan jemaatnya. Karena penyakit kusta dilihat sebagai hukuman Allah, maka penyembuhan berarti Allah telah mengampuni si pendosa yang harus menyatakan rasa syukurnya dengan sebuah kurban. • 15. Ia sering menarik diri ke tempat-tempat sepi dan berdoa. Lukas menyebut doa Yesus beberapa kali (3:21; 6:12; 9:28...) Yesus tidak menarik diri hanya untuk mendapat ketenangan, tetapi karena pada setiap kesempatan, doa merupakan suatu kebutuhan bagi Dia. • 17. Lihat komentar atas Mrk 2:1. Ada banyak orang Farisi dan guru-guru Hukum. Orang-orang Farisi dan guru-guru Hukum tidak menentang Yesus, tetapi karena mereka adalah orang-orang yang telah menerima banyak pendidikan religius, mereka merupakan orang-orang pertama yang mempertanyakan klaim religius Yesus, apakah Ia hanya seorang beriman yang setia yang menghormati hukum Allah dan sedang mempromosikan suatu sekte baru? Yesus mengambil keuntungan dari kehadiran mereka untuk menunjukkan bahwa Ia bukan hanya seorang murid Musa dan para nabi, tetapi Guru mereka semua. Kita mudah mengerti mengapa guru-guru Hukum itu terperangah. Bagaimana mungkin orang ini yang tanpa studi dan gelar, tampil menantang mereka seolah-olah Dia seorang guru. Mereka sedang menantikan kedatangan seorang Allah yang dapat mengukuhkan pengajaran mereka dan mengakui jasa-jasa mereka. Yesus, sebaliknya, ada di tengah masyarakat biasa dan tidak memberi perhatian kepada kewenangan para sarjana hukum yang menganggap remeh orang-orang kecil. Karena para guru Hukum tidak bisa percaya, maka upaya mereka satu-satunya adalah menentang Yesus. • 27. Lihat komentar atas Mrk 2:13. Kejadian-kejadian yang diceritakan dalam bab ini menunjukkan betapa Yesus menyatu dengan masyarakat dan dengan orang-orang macam apa Ia berhubungan: dengan kelompok kecil nelayan yang akan bertanggung jawab atas gerakan baru-Nya, dengan orang-orang kusta dan orang sakit yang mencari Dia. Ia mengunjungi orang seperti Lewi yang termasuk dalam kelompok yang dihina. • 6.1 Di sini kita mempunyai dua konflik antara Yesus dan kaum agamawan di masa-Nya menyangkut hari Sabat. Lihat komentar atas Mrk 3:1. Hendaklah kita ingat bahwa kata sabat berarti istirahat. Allah meminta agar satu hari dijadikan hari suci setiap minggu, bukan pertama-tama untuk kebaktian bersama, tetapi agar masing-masing orang dapat beristirahat (Kel 20:10). Allah dimuliakan kalau orang-orang tidak diperbudak demi memperoleh rezeki mereka sehari-hari lewat kerja. Dalam episode yang pertama, Yesus tidak bersoal-jawab dengan orang Farisi yang menganggap memetik beberapa bulir gandum dan mengucaknya di tangan sebagai pekerjaan berat. Pertama Ia mengingatkan bahwa tokoh iman yang besar seperti Daud, kadang-kadang mengabaikan hukum. Ia lalu menambahkan: Putra Manusia berkuasa atas hari Sabat. Di antara orang Yahudi, tak seorang pun, bahkan Imam Agung sekalipun dapat diberi dis- pensasi dari kewajiban menjalankan Sabat. Maka Yesus membiarkan mereka bingung dan bertanya-tanya, Mau jadi siapa Dia sebenarnya? Dalam kasus yang kedua, Yesus sebenarnya dapat berkata kepada orang itu, “Mengapa engkau meminta Aku melakukan sesuatu yang dilarang pada hari sabat? Kembalilah esok dan jadilah sembuh.” Yesus tidak menghindari konfrontasi karena Injil berarti pembebasan dan kita menjadi bebas ketika kita mengakui bahwa tak ada sesuatu pun yang suci di dalam masyarakat yang mencoba memberlakukan standarnya sendiri. Hukum istirahat (Sabat) merupakan salah satu hukum dasar dalam Kitab Suci tetapi tidak tertutup kemungkinan hukum ini menyebabkan penindasan dan karena alasan inilah pada waktu-waktu tertentu hukum ini harus didispensasikan. Ini sama juga dengan kebanyakan hukum suci dari Gereja: pada saat tertentu hukum-hukum itu dapat menjadi halangan bagi Injil, dan jika itu masalahnya, maka kesadaran Kristiani yang diterangi oleh Roh Kudus, harus mencari jalan keluar untuk sementara waktu. Sejauh seseorang harus tunduk kepada peraturan, hukum dan pihak-pihak yang berkuasa yang dianggap suci dan tidak boleh dikritik, maka orang-orang itu tidak bebas dan tidak juga merupakan putra-putri Allah. (Lihat 1Kor 3:21-23; 8:4-5; Kol 2:20-23). Penghormatan kepada Allah yang menghancurkan sikap kritis kita tidak selaras dengan penghayatan Injil; suatu agama yang menghalangi kita untuk mencari kebenaran dan untuk mempertanyakan setiap hal yang menggelisahkan manusia bukanlah agama yang benar. Mempelajari Kitab Suci tanpa berani mengetahui dan memperhitungkan sumbangan ilmu pengetahuan modern karena ketakutan bahwa kepercayaan kita terhadap suatu sejarah yang suci akan ambruk merupakan suatu pandangan yang naif, sekaligus merupakan dosa melawan Roh Kudus. • 12. Yesus selalu mengenang mereka yang amat dikasihi-Nya dalam doadoa-Nya. Keberhasilan misi-Nya bergantung kepada mereka, iman orang lain tergantung pada mereka. Yesus tidak mau bahwa panggilan mereka merupakan kehendak-Nya sendiri: sebelum memanggil mereka, Ia lebih dulu memastikan bahwa Ia melakukan kehendak Bapa (Ibr 5:8). Karena Kristus telah memilih mereka dan mempercayakan kepada mereka Gereja-Nya, mereka akan dicobai dengan seribu satu macam cara (Luk 22:31). Karena itu Yesus mau menjaga mereka melalui kekuatan doa-Nya (Yoh 17:9). Sehari sebelum kematian-Nya Ia mendapat hiburan bahwa tak seorang pun dari antara mereka yang diserahkan Bapa kepada-Nya akan hilang (Yoh 17:12). • 17. Lihat komentar tentang delapan sabda bahagia dalam Mat 5:1. Matius mengadaptasikan delapan sabda bahagia ini untuk anggota Gereja di masanya. Lukas, di lain pihak, menulis sabda bahagia di sini persis seperti yang disampaikan Yesus kepada masyarakat di Galilea. Dalam kata-kata Yesus sabda bahagia ini merupakan panggilan dan harapan yang dialamatkan kepada kaum yang terlupakan di dunia ini, dimulai dengan orang miskin yang ada di tengah masyarakat-Nya yang merupakan pewaris janji Allah kepada para nabi. Injil, sebagaimana dalam Kidung Maria (1:51-53), menjungkirbalikkan situasi sekarang. Sejak itu, Allah memperlihatkan belas kasihan-Nya secara khusus kepada kaum miskin dan terhina. Ia juga mempercayakan Injil-Nya kepada mereka dan membuat mereka orang-orang pertama yang mengambil bagian dalam karya-Nya di dunia. Kaum miskin adalah mereka yang memberikan sumbangan terpenting bagi pembangunan Kerajaan Allah; apabila Gereja melupakan ini, maka ia sudah kembali kepada apa yang dikritik Yesus tentang umat Allah pada zaman-Nya. Ada seribu satu jalan untuk menghadirkan Yesus dan karya-Nya. Akan tetapi supaya pengajaran seperti itu patut mendapat nama penginjilan (atau penyampaian Kabar Baik) maka ia harus diterima sebagai Kabar Baik pertama-tama oleh orang miskin. Jika kelompok sosial yang lain merasa lebih teridentifikasi dengan ajaran itu, atau mereka diundang lebih dulu, maka pasti ada sesuatu yang kurang, entah dalam isi entah dalam cara penyampaian pesan. Sangat mungkin bahwa warta ini tidak disampaikan sedemikian rupa sehingga kita berlaku adil terhadap kelompok yang tidak menerima warisan. Sebagai kontras terhadap ucapan bahagia ini, Lukas menyajikan ratapan yang mengingatkan kita akan ratapan Yesaya (65:13-14). Ini merupakan lagu ratap untuk orang yang sudah meninggal, bukan kutukan. Karena orang kaya melupakan Allah dan menjadi tak teresapi oleh rahmat (12,13, 16,19). Lagu ratap ini merupakan tanda kasih Allah kepada orang kaya, sebagaimana ucapan bahagia bagi orang miskin, karena Ia mengasihi mereka semua tetapi dengan cara yang berbeda. Kepada yang pertama Ia menandaskan bahwa Ia akan menghancurkan struktur ketidakadilan, dan kepada yang lain Ia memberi peringatan: kekayaan membawa maut. Ucapan bahagia tidak berbicara tentang pertobatan orang kaya, atau mengatakan bahwa orang miskin lebih baik, tetapi ia menjanjikan suatu pembalikan. Kerajaan Allah berarti suatu masyarakat baru: Allah memberkati kaum miskin tetapi bukan kemiskinan. Ketika semua orang berbicara baik tentang kamu (ay. 28) (lihat 1Kor 4:8). Kontras antara kelompok orang yang dikejar-kejar dengan kelompok orang baik-baik dalam pandangan masyarakat bisa terdapat dalam Gereja sendiri. Banyak persoalan tetap tidak terpecahkan, bahkan karya misi sendiri dapat dihalangi karena kelompok orang berpengaruh dan orangorang yang tidak menuntut apa-apa dan tahu bagaimana memperoleh berkat resmi. Yesus mengingatkan kembali teladan para nabi. Di masa Yesus para pemimpin agama masyarakat Yahudi tidak begitu memberi perhatian kepada tulisan para nabi. Mereka lebih mementingkan kitab-kitab Hukum yang berpusat pada kultus Kenisah. Yesus mengajar para murid-Nya bahwa merekalah pewaris para nabi (Mat 13:17; Kis 3:25; Yak 5:10), dan menekankan pentingnya para utusan yang sederhana itu yang di tengah umat Allah (yang sering kali bertentangan dengan pemikiran dominan) mewartakan Sabda Allah. Seorang Kristiani tidak pernah boleh terkejut oleh kelemahan atau kekurangan apa pun yang ditemuinya di dalam Gereja; biarlah ia merasa bahagia menjadi seorang yang setia bahkan ketika mengalami pengejaran. • 27. Di sini Lukas hanya menyajikan beberapa ucapan Yesus, yang oleh Matius digabungkan dalam bab 5 dan 7 dalam Injilnya. Ini pun sudah dijelaskan. Beberapa orang merasa tertipu ketika mereka melihat bahwa Yesus lebih berbicara tentang mengubah hidup kita daripada tentang reformasi masyarakat. Hendaknya kita tidak mengecam Yesus karena tidak menyebut reformasi sosial pada waktu tidak banyak orang mengerti tentang hal ini. Alasannya dapat ditemukan dalam banyak bagian Injil: Yesus ingin menyampaikan hal-hal yang hakiki. Akar kejahatan ada di dalam masyarakat. Bahwasanya struktur-struktur yang jahat menghalangi orang untuk hidup dan bertumbuh. Ternyata pula bahwa tak satu revolusi pun, betapapun besarnya keuntungan yang dibawanya, yang dapat membangun suatu masyarakat yang kurang menindas sejauh manusianya sendiri tidak ditransformasikan menurut Injil. Yesus mengajarkan kita jalan menuju kepada pertumbuhan dan kebebasan. Semua orang perlu bertobat (berbalik) kepada sabda Yesus. Keberpihakan Yesus yang nyata kepada orang miskin dan tertindas tidak berarti bahwa mereka lebih baik. Itu berarti Allah berbelaskasihan, membagikan kasih sayang-Nya yang lebih besar kepada orang yang lebih menderita, dan memberikan harapan dan pembebasan total kepada mereka yang putus asa. Orang yang tertindas bukannya tidak bersalah; jika ia tidak dilumpuhkan oleh ketakutan, perpecahan dan nafsu akan keuntungan yang ditawarkan si penindas kepadanya, ia akan memperoleh kekuatan moral yang sanggup membarui dunia. Dengan demikian, kaum tertindas tidak akan dibebaskan kecuali kalau mereka bertumbuh dalam kepercayaan kepada Allah, yang menyanggupkan mereka untuk mengerti satu sama lain dan mengambil risiko mengikuti jalan rekonsiliasi. Ucapan-ucapan Yesus yang berikut ini menegaskan perubahan hati dan cara pendekatan yang tak bisa ditawar-tawar. Berilah kepada dia yang meminta (ay. 30). Yesus tidak memberikan suatu peraturan pun yang secara otomatis dapat diterapkan dalam segala situasi: kita tahu ada kalanya kita tidak boleh memberi, karena tindakan ini akan memupuk kebiasaan buruk. Yesus mau menantang hati nurani kita: Mengapa kamu menolak untuk memberi? Apakah kamu takut tidak akan dibayarkan kembali? Bagaimana kalau ini merupakan kesempatan untuk mempercayai Bapamu dengan melepaskan sebagian dari “hartamu” (12:34)? Kalau ingin menjadi sempurna, mengapa kamu melalaikan begitu banyak kesempatan untuk melepaskan kebijaksanaanmu sendiri agar membiarkan Allah memelihara kamu? • 31. Di sini, sebagaimana dalam Matius 5:43, Yesus tidak mengacu terutama kepada kebencian atau persahabatan, tetapi kepada pertentangan dalam tatanan sosial, politik atau religius: yang memperlakukan secara berbeda orang-orang dari kelompok sendiri atau partai sendiri dengan mereka yang berasal dari kelompok atau partai lain. Kita menghasihi dan menghormati orang-orang dari kelompok kita sendiri dan hanya memberi perhatian seperlunya saja kepada hak-hak orang lain: mereka mungkin saja pendosa yang sedang menikmati keuntungan yang kecil saja…. Yesus mengundang kita untuk mengatasi perbedaan-perbedaan seperti ini: yang penting sekarang adalah individu dan ketika sesamaku membutuhkan aku, aku harus melupakan suku atau agamanya ataupun label yang telah diberikan kepadanya. Jika engkau meminjamkan dengan mengharapkan balasan. Sekali lagi, kita berbicara tentang suatu sikap sosial: orang yang mencari sahabat di antara mereka yang dapat menaikkan status sosialnya dan menghindari orang lain yang mungkin menjadi beban karena mereka merupakan orangorang tanpa pengaruh: Luk 14:12. • 35. Lihat komentar atas Mat 7:1. Kesempurnaan dalam diri kita terbentuk karena meniru Bapa. Ia menjadi Allah karena merasakan sukaduka kita; rasa sepenanggungan inilah yang membuat Dia tersentuh oleh kemiskinan dan kemelaratan makhluk-Nya, lalu melimpahi mereka dengan apa yang dapat diberikan-Nya. Sikap orang yang menghakimi saudarasaudarinya bertentangan sama sekali dengan sikap belas kasihan. Yesus berbicara tentang jalan di mana Allah sudah menuntun kita dalam kehidupan yang sekarang. Kebudayaan rasionalis sudah sering meyakinkan kita bahwa Allah membiarkan hukum alam dan kemanusiaan berlangsung menurut caranya sendiri sementara Ia tetap seorang penonton pasif, tetapi Kerajaan Allah adalah kehadiran Allah sendiri yang hari ini pun mempunyai kebebasan mengubah segala situasi, meskipun untuk maksud ini Ia mempunyai waktu-Nya sendiri. • 43. Tak ada pohon yang sehat... (ay. 43). Ucapan ini sudah disebutkan dalam Matius 7:15. Di sini Lukas memberi makna yang lain kepada ucapan ini dengan mengacu kepada hati nurani yang murni. Kita harus memurnikan pikiran dan roh kita menjadi pohon yang menghasilkan buah-buah yang baik. • 7.1 KUASA ALLAH Panglima pasukan asing mendapat penghormatan dari kaum Yahudi. Hal yang mengagumkan bukanlah kenyataan bahwa ia menyumbang bagi pembangunan sinagoga, tetapi bahwa orang Yahudi menerima sumbangan itu dari dia. Ia pasti orang baik. Ia mengetahui prasangka-prasangka orang Yahudi dengan sangat baik sehingga ia berani menghampiri Yesus yang sedang diperbincangkan. Tetapi sampai ke titik manakah Yesus turut merasakan kebanggaan orang-orang sebangsa-Nya. Apakah Ia harus menanggapi permohonan seorang perwira Roma? Itulah sebabnya mengapa perwira itu mengutus teman-teman Yahudinya kepada Yesus. Orang ini benar-benar resah: akankah Yesus setuju untuk datang ke rumah seorang kafir dan “menjadi najis”? (Yoh 18: 28). Panglima pasukan ini maju selangkah lebih jauh: Yesus tidak perlu datang ke rumahnya. Sementara orang sakit yang lain berusaha agar bisa disentuh oleh Guru sambil berpikir bahwa Yesus mempunyai kekuatan yang me-nyembuhkan, orang ini sebaliknya mengerti bahwa Yesus mempunyai kuasa Allah dan tidak perlu pergi kepada hamba yang sakit: rasanya tidak lebih sulit memberi perintah dari jarak jauh kepada seseorang yang hampir mati. • 11. Tak seorang pun pernah memperlihatkan kekuasaannya atas maut atau pribadi tertentu. Hanya Yesus yang mengalahkan maut dan Ia melakukannya dengan begitu gampang. Yesus hanya mengenal orang muda ini dari ibunya, dan karena ibunya inilah Ia memulihkan kehidupan dalam diri pemuda ini. Menjadi janda tanpa anak merupakan puncak penderitaan (lihat Rut), dan itulah nanti nasib Maria. Perempuan ini mewakili manusia yang menderita. “Engkau akan menderita karena anak-anakmu”: ini diucapkan sesudah dosa pertama. Manusia tidak dapat menghindar dari kewajiban mendampingi orang mati setelah melucuti semua sarana kehidupan dari mereka. Kemanusiaan mengubur anak-anak mereka dengan air mata, sementara itu terus membunuh mereka. MEREKA YANG BIMBANG • 18. Yesus dan Yohanes Pembaptis. Keadaannya sudah terbalik. Yohanes tampil sebagai nabi besar, sementara Yesus mulai berkhotbah pada alur yang telah diretas Yohanes tetapi dengan hasil yang tidak sama (3:1820). Kini Yohanes ada dalam penjara dan Yesus dikenal sebagai seorang pe-nyembuh. Apakah Yohanes mempunyai kebimbangan di dalam penjara? Mungkin saja demikian, meskipun ia telah berbicara dengan beberapa pengikutnya bahwa Yesus akan menggantikan tempatnya. Kiranya lebih tepat menafsirkan pertanyaannya sebagai undangan yang mendesak: “Jika Engkau ini Dia yang akan datang kemudian, mengapa begitu berlambat?” Murid-murid Yohanes menyaksikan penyembuhan, tetapi penyembuhan bukanlah segala-galanya dan Yesus menambahkan: orang miskin mendengarkan kabar baik karena penginjilan yang sejati memulihkan harapan dan membiarkan orang-orang diperbarui. Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan… (ay. 22). Nabi-nabi menubuatkan tanda-tanda ini (Yes 35:5) yang benar-benar merupakan sesuatu yang baru, karena di masa lampau Allah selalu menampilkan diriNya sebagai Juruselamat yang berkuasa. Penyembuhan-penyembuhan ini menunjuk pada pembebasan yang dibawa Yesus, bukan hukuman bagi para pendosa (yang merupakan bagian terbesar dari khotbah Yohanes Pembaptis) tetapi pertama-tama suatu rekonsiliasi yang cocok untuk menyembuhkan dunia kaum pendosa, yaitu dunia yang keras dan penuh kebencian. Berbahagialah mereka yang menjumpai Aku, tetapi bukan untuk kejatuhan mereka (ay. 23). Dan berbahagialah mereka yang tidak meragukan penyelamatan Kristus setelah melihat buah-buah penginjilan. Berbahagialah mereka yang tidak berkata, jalan ini terlalu lambat. Injil menunjukkan kekayaannya dengan memberikan hidup kepada orang banyak, dalam mengembalikan harapan kepada mereka yang telah mengalami kelemahan dan dosa. Kiranya perlu dilihat dan dimengerti bahwa hal ini sangat penting. Tidak menjadi masalah jika dunia kelihatannya terus menyerah kepada kekuatan-kekuatan si jahat. Kehadiran orang orang yang dibebaskan mendesak yang lain untuk mendefinisikan dirinya sebagai baik atau buruk dan ini membuat dunia bertumbuh. Dengan ini Yesus menjawabi murid-murid Yohanes, orang-orang yang mengurbankan diri dan prihatin terhadap perwujudan rencana Allah. Barangkali mereka begitu terobsesi dengan usaha mencari keadilan sehingga mereka gagal mengenal karya- karya besar Allah dalam tindakantindakan Yesus, yang tampak begitu lemah lembut. • 24. Setelah utusan-utusan Yohanes pergi. Kebanyakan murid Yohanes terus mengikutinya dan tidak mengenal Yesus. Yesus tidak mempersalahkan mereka, tetapi sebaliknya memuji Yohanes dan menempatkan diri-Nya dalam perbandingan dengan Yohanes. Seorang nabi dan lebih dari seorang nabi (ay. 26):Yesus jelas mengambil sikap yang menguntungkan Yohanes; namun Yohanes tidak diterima sepenuhnya dalam kelompok-kelompok terhormat. Tak seorang pun (Injil mempergunakan istilah Yahudi: dari antara mereka yang lahir dari perempuan, yang berarti tak seorang pun) yang ditemukan lebih besar daripada Yohanes. Bagi masyarakat biasa Yohanes merupakan tokoh terbesar pada masa itu. Yesus sependapat dengan mereka dengan alasan: Yohanes memperkenalkan Juruselamat dan Kerajaan Allah. Yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar daripada dia (ay. 28): dalam arti bahwa murid-murid Yesus memasuki kerajaan yang hanya dimaklumkan Yohanes. Namun demikian betapapun sucinya Yohanes, kepadanya tidak diberikan pengetahuan tentang Allah yang memenuhi Yesus. Sesungguhnya Yesus menekankan bukan superioritas murid-murid-Nya dibandingkan dengan murid-murid Yohanes, tetapi misi-Nya dibandingkan dengan misi Yohanes. Yohanes mengatakan bahwa tiap-tiap orang harus meluruskan hidupnya. Yesus sebaliknya menekankan bahwa semua usaha tidak berguna jika ia tidak percaya kepada kasih Bapa. Murid-murid Yohanes biasa berpuasa; murid-murid Yesus tahu bagaimana harus mengampuni. Yohanes menarik ke padang gurun orang-orang yang mau melepaskan kenikmatan hidupnya; Yesus hidup di tengah masyarakat dan menyembuhkan luka-luka me- reka. Pembaptisan Yohanes bermakna kerelaan pribadi untuk melepaskan cacat cela, pembaptisan Yesus menurunkan Roh Allah. Mereka seperti anak-anak yang duduk… (ay. 32). Mereka melakukan segala sesuatu pada waktu yang salah; mereka mengecam Yohanes karena matiraganya, dan mengecam Yesus karena tidak adanya sikap bermatiraga. Bukan hanya ada “satu” jalan untuk melayani Allah, “satu” model kekudusan, atau “satu” gaya hidup Kristiani. Allah berkarya lewat seribu satu cara sepanjang sejarah, sambil menegaskan pada waktu-waktu tertentu apa yang akan dilarang-Nya pada kesempatan lain. Askese yang menakutkan dari para pertapa di padang gurun, atau kehidupan para rahib dalam biara-biara tua di Irlandia telah menjadi kekayaan bagi hidup Kristiani; suatu kekristenan yang tampak lebih manusiawi tidak merintangi kaum beriman yang lain untuk mengikuti Yesus yang tersalib. Yesus maju lebih jauh lagi dari Yohanes tetapi Ia membutuhkan Yohanes; Injil didengar dengan sukacita tetapi tidak dihayati dengan serius sejauh pertobatan dan pengorbanan dikesampingkan. Barangkali pembaruan iman kita dewasa ini tengah menantikan para nabi dan gerakan yang berani mempertanyakan suatu kebudayaan dan masyarakat yang telah mandul. • 36. Simon, orang Farisi itu, mempunyai beberapa kaidah keagamaan yang jelas dan sederhana: dunia terbagi atas orang baik dan orang berdosa. Mereka yang taat adalah orang baik; sedangkan pendosa adalah mereka yang melakukan dosa berat. Allah mengasihi orang baik dan tidak mengasihi kaum pendosa: Allah tinggal jauh dari para pendosa. Karena orang baik, Simon tinggal jauh dari para pendosa. Karena Yesus tidak menyingkirkan perempuan pendosa itu, maka Yesus pasti tidak dibimbing oleh Roh Allah. Simon adalah seorang Farisi, dan Farisi berarti dipisahkan. Hendaknya kita tidak menghukum dia: tema yang selalu berulang dalam seluruh Kitab Suci mengundang orang benar untuk memisahkan diri mereka dari kaum pendosa; orang berpikir bahwa “kenajisan” kaum pendosa niscaya mencemarkan orang lain. Yesus menunjukkan bahwa kebutuhan untuk memisahkan diri sama seperti menunggu hukuman bagi kaum pendosa, mengabaikan kebijaksanaan Allah dan kenyataan hati manusia. Allah tahu bahwa kita perlu waktu untuk menguji baik dan buruk dan juga untuk tiba pada suatu orientasi yang matang dan stabil. Ia membiarkan kita berdosa, karena pada akhirnya kita akan tahu lebih jelas bahwa kita adalah orang jahat dan kita hanya membutuhkan Dia. Dengan demikian Allah dengan mudah melupakan dosa-dosa kita, meskipun lewat dosa inilah kita sampai kepada kasih sejati. Simon tidak menyambut Yesus dengan bentuk-bentuk keramah-tamahan yang lazim pada waktu itu. Di masa itu orang berbaring di atas sofa di sekeliling meja menurut kebiasaan orang-orang kaya dan Yesus juga berbuat demikian. Bagaimana Ia bisa berdialog dengan orang terpandang seperti ini yang yakin bahwa ia mengetahui perkara-perkara Allah tetapi tidak sanggup merasakannya? Yesus sedang menunggu kedatangan perempuan yang berdosa itu. Dia yang diampuni sedikit (ay. 47). Ini lebih merupakan semacam peribahasa daripada afirmasi yang valid atas setiap kejadian. Banyak orang yang bukan pendosa berat telah mengasihi Yesus dengan segenap hati. Di sini Yesus berbicara secara ironis kepada seorang yang sangat “saleh”: Simon, engkau pikir engkau berhutang sedikit (dan engkau salah dalam hal ini), dan karena alasan ini engkau belum benar-benar mengasihi. Karena itu dosanya diampuni (ay. 47). Ada yang melihat adanya kontradiksi antara ayat ini dan ayat 42, di mana kasih yang besar merupakan buah dari pengampunan yang lebih besar. Di dalam ayat 47 kasih yang besar mendatangkan pengampunan ini. Yesus tidak berusaha mengatakan mana dari kedua hal ini kasih atau pengampunan yang datang lebih dulu: sesungguhnya keduanya berjalan bersama-sama. Di sini Yesus mengkontraskan dua bentuk agama. Agama kaum Farisi adalah sesuatu yang mengikuti pembukuan: Allah mencatat semua pekerjaan baik dan buruk lalu memberi ganjaran secara lebih melimpah kepada orang yang tercatat berbuat baik lebih banyak. Sebaliknya agama sejati memfokuskan perhatiannya hanya kepada kualitas kasih dan kepercayaan, dan biasanya kita mengasihi sampai ke tingkat di mana kita menjadi sadar betapa banyak Allah telah begitu mengampuni kita. Dosamu telah diampuni (ay. 48). Berusahalah mengerti skandal yang telah ditimbulkan oleh kata-kata seperti itu. Bukankah tidak ada orang lain lagi yang dicintai perempuan itu selain Yesus? Siapakah yang dapat mengampuni dosa kecuali Allah? Rasanya mudah bagi kita yang berada jauh untuk memihak Yesus melawan Simon dan teman-temannya, tetapi sesungguhnya Yesus menentang semua alasan yang biasa dipergunakan kaum agamawan dalam mengambil keputusan. Sejak Gereja awal pertanyaan ini selalu diajukan: Apa hubungan antara perempuan pendosa dalam paragraf ini, Maria Magdalena dalam bab berikutnya, dan Maria dari Betania yang dalam salah satu perjamuan, menuangkan minyak wangi ke atas kaki Yesus (suatu perilaku yang sangat aneh) dalam rumah Simon yang lain, yang kemudian mengundang kecaman? Apakah mereka semua Maria yang sama atau ada dua atau tiga Maria? Injil tidak bercerita kepada kita dengan jelas, apalagi bila kita mengingat bahwa para penginjil tidak pernah ragu-ragu memindahkan kata-kata atau percakapan Yesus ke dalam konteks yang baru yang terasa lebih cocok dengan pesan yang disampaikan. Apa pun jawabannya, ada hubungan antara berbagai episode ini. Skandal bagi kaum agamawan bukanlah bahwa pada suatu kesempatan Yesus mengizinkan seorang perempuan pendosa mengham- piri diri-Nya, melainkan bahwa kaum perempuan yang termasuk dalam kelompok murid dengan leluasa mendekati Yesus. Salah seorang dari mereka, Maria Magdalena, mungkin bukan seorang yang patut diteladani ketika dikisahkan tentang setansetan yang merasuki dirinya (8:2). YESUS DAN KEBUDAYAAN ZAMAN-NYA • 8.1 Lihat komentar atas Matius 1:18 tentang status perempuan yang lebih rendah di zaman Yesus, secara khusus dalam masyarakat Yahudi. Tak seorang pun guru spiritual yang berbicara kepada perempuan di depan umum: perempuan tidak diizinkan masuk ke dalam sinagoga. Namun demikian, Yesus tidak memberi perhatian sedikit pun kepada prasangka yang begitu umum diterima. Banyak perempuan mengambil kata-kata dan sikap Yesus ini sebagai panggilan kepada kebebasan. Mereka bahkan bergabung dalam lingkaran teman-teman akrab Yesus untuk menghindari gosip. Di sini kita mempunyai kesaksian mendasar tentang kebebasan Injili. Yesus adalah sungguh-sungguh manusia, dan dengan demikian termasuk ke dalam ras dan kebudayaan tertentu: Ia merupakan seorang Yahudi zamanNya dan injil-Nya disenadakan dengan kebudayaan yang dihayati-Nya. Namun demikian Yesus tidak mengikuti ciri-ciri yang tidak manusiawi dari kebudayaan-Nya; Ia juga tidak menerima prasangka-prasangka orang Yahudi pada zaman-Nya dalam hubungan dengan perempuan, orang-orang yang dianggap sebagai kelompok pendosa, orang kafir dan seterusnya, pun tidak menerima pandangan mereka dalam hubungan dengan pelaksanaan Sabat. Injilnya merupakan ragi yang mengubah kebudayaan menjadi lebih baik; dalam banyak hal pandangan-pandangan-Nya bertentangan dengan arus utama dari kebudayaan-kebu-dayaan. Maria dari Magdala (Magdala adalah desa di pantai danau Tiberias) akan berada di kaki salib bersama Maria, istri Kleofas, ibu Yakobus dan Yosef. Kedua perempuan ini bersama dengan Yohana, akan menerima berita pertama tentang Kebangkitan (Luk 24:10). • 9. Lihat komentar atas Mat 13:1-23. Inilah inti perumpamaan (ay. 11). Perbandingan (atau perumpamaan) tentang penabur membantu kita untuk memahami kejadian di seputar Yesus. Banyak orang menjadi sangat antusias pada permulaan tetapi tidak lama kemudian pergi. Hanya beberapa saja yang bertahan sehingga para rasul bertanya-tanya, Bagaimana Kerajaan Allah bisa berkembang kalau tak seorang pun yang tertarik? Injil merekam penjelasan Yesus tentang ladang tempat benih itu jatuh. Masih banyak hal yang perlu dijelaskan. Pertama, para pendengar mestinya kaget dengan perbandingan Kerajaan Allah dengan sesuatu yang ditaburkan. Dalam seluruh Sejarah Suci telah dilakukan begitu banyak penaburan dan orang-orang sezaman Yesus mengharapkan panen (lihat Why 14:15). Kita, sebagaimana orang-orang sezaman Yesus, mau menuai, yaitu menikmati buah-buah Kerajaan Allah, yakni perdamaian, keadilan, dan kebahagiaan. Banyak orang bertanya-tanya bagaimana mungkin orang tetap begitu jahat dua ribu tahun sesudah Kristus? Jika Kerajaan Allah sudah datang dan sudah ada di tengah-tengah kita, itu tidak berarti bahwa kita langsung menikmati buah-buahnya. Kerajaan Allah ada di mana Allah memerintah, dan Allah memerintah di mana orang menerima Dia sebagaimana adanya, di mana Ia dapat menjadi Bapa dan di mana putra-putri-Nya dapat menerima rencana-Nya atas mereka. Mulai dari saat itu, orang-orang bertumbuh dalam seribu satu cara, dan kesadaran sosial juga bertumbuh. Orang-orang menjadi sadar akan martabat dan nasib bersama mereka, meskipun tiap hari kelihatannya semakin tidak mungkin mencapai sasaran. KERAJAAN ATAU PEMERINTAHAN ALLAH Yesus berbicara dalam bahasa Aram, bahasa di mana satu kata bisa berarti banyak: kerajaan, atau tempat di mana Allah bertindak sebagai raja; pemerintahan, atau kenyataan di mana Allah bertindak sebagai raja; kemuliaan rajawi, atau martabat Allah sebagai raja. Yesus sering berbicara tentang kerajaan dalam arti sempit; “engkau tidak akan memasuki Kerajaan Allah”; tetapi di tempat lain ini selalu menimbulkan perdebatan seperti dalam doa Bapa Kami. Apakah kita harus mengatakan: “Datanglah kerajaan-Mu” atau “Datanglah pemerintahan-Mu”? Dalam perumpamaan-perumpamaan ini, yang secara tradisional disebut perumpamaan-perumpamaan tentang Kerajaan Allah, dua makna tampil bersama-sama. Berita besar yang diwartakan Yesus adalah datangnya suatu masa yang sama sekali berbeda dari masa sejarah suci yang telah dialami orang Yahudi. Nyatalah Allah hadir sepanjang sejarah manusia, khususnya sejarah Israel, namun sekarang Ia datang dengan cara yang lain. Baru sekarang, dan hanya sekaranglah, orang-orang mengenal Dia sebagaimana adanya. Pemerintahan Allah mulai dengan Yesus yang mewahyukan wajah Allah yang sejati; kemudian pada waktu kebangkitan-Nya sebagai Tuhan atas yang hidup dan yang mati, Ia akan mulai memerintah dan secara pribadi mengorientasikan kembali sejarah manusia. • 19. Lihat komentar atas Markus 3:31. • 22. Lihat komentar atas Markus 5:1. • 40. Lihat komentar atas Markus 5:21. • 9.12 Lihat komentar atas Markus 6:35. Peristiwa perbanyakan roti yang ada dalam keempat Injil merupakan salah satu dari sedikit peristiwa dalam Injil yang benar-benar terjadi. Di samping kisah ini, ada pula cerita perbanyakan roti yang dikisahkan dalam Mat 15:32 dan Mrk 8:1. Agaknya karena inilah maka pemakluman ekaristi menjadi menonjol seperti yang dapat kita lihat dalam Injil Yohanes (bab 6). Banyaknya kisah ini barangkali disebabkan oleh kenyataan bahwa perbanyakan roti merupakan salah satu mukjizat Yesus yang paling jelas memperlihatkan kekuasaan-Nya yang mutlak atas hukum alam (lihat komentar atas Markus 8:1). Ingatlah bahwa bangsa Yahudi di masa Yesus adalah orang-orang miskin, mereka itu terlalu banyak untuk wilayah yang subur namun terbatas. Tentara pendudukan Romawi mengklaim sebagian besar dari sumber daya alam, dan para penguasa seperti Herodes memberlakukan pajak yang berat, yang sebagian besar dibenarkan oleh kebutuhan untuk membayar begitu banyaknya tenaga kerja di proyek-proyek besar. Banyak orang tidak mempunyai jamsostek dalam pekerjaannya, seperti yang dapat kita lihat di banyak negara dewasa ini, dan Yesus bersama dengan para pengikut-Nya mengalami situasi itu. Di wilayah yang sepi itu, Yesus merasa bertanggung jawab atas saudara-saudari-Nya yang menjadi tamunya (seperti yang juga terjadi dalam Lukas 11:5), dan Ia bertindak menurut iman. Setiap hari, di masa itu hingga sekarang, banyak orang harus membagi persediaan-Nya yang terakhir dengan seseorang yang lebih miskin, dengan keyakinan bahwa Allah akan mengganjari mereka kembali. Yesus, pada gilirannya, juga berbuat yang sama. Mukjizat yang dikerjakan-Nya di saat itu meneguhkan iman banyak kaum beriman sederhana, yang barangkali kurang mengabdikan dirinya kepada Gereja, tetapi yang sering tahu bagaimana mempertaruhkan semua yang mereka miliki. Yesus tidak risau kalau mukjizat ini membangkitkan dalam diri mereka antusiasme yang keliru yang berakhir dengan perpecahan antara pengikutpengikut-Nya (lihat Mrk 6: 45). Yesus tidak memberi makan kepada mereka untuk menarik mereka kepada gereja-Nya, tetapi untuk menggenapi janji Allah kepada kaum miskin. • 18. Ini terjadi dekat Kaisarea Filipi, sebuah spa yang terkenal, terletak di ujung utara Palestina pada kaki Gunung Hermon. Yesus telah pergi dari Galilea karena dia tidak aman di situ. Sebagaimana kebiasaan-Nya, Ia mengutus kedua belas murid mendahului Dia ke desa-desa yang akan dikunjungi-Nya, untuk mempersiapkan kedatangan-Nya. Apa kata orang banyak tentang Aku? Dan engkau, apa yang kaukatakan kepada mereka tentang Aku ketika engkau berada di tengah-tengah mereka? Siapakah Aku ini seperti yang kausampaikan kepada mereka? Petrus yang pertama menjawab, dengan suatu keyakinan bahwa mereka tidak keliru dalam menggambarkan guru mereka sebagai Mesias, Dia yang diutus Allah. Yesus tidak mengingkari siapa diri-Nya, tetapi Ia melarang mereka untuk memperkenalkan siapa diri-Nya mulai saat itu dan seterusnya, karena menurut orang banyak, sang Pembebas harus menghancurkan musuhmusuh-Nya. Dapatkah para rasul menyebut Pembebas, seorang yang akan mati di salib? Dengan membandingkan teks ini dengan Mrk 8:27 dan Mat16: 13, kita sampai kepada kesimpulan berikut ini: Matius menggabungkan dalam satu cerita dua kejadian yang berbeda, di mana Petrus merupakan orang pertama yang memaklumkan imannya. Episode pertama merupakan cerita yang Lukas kisahkan pada tempat ini. Dalam episode kedua, Petrus mengenal Yesus sebagai Putra Allah dan menerima janji yang disampaikan Matius. Barangkali ini terjadi sesudah perbanyakan roti: bdk. Yoh 6:66-69, atau barangkali sesudah Kebangkitan: bdk. Yoh 21:15-17, yang tidak menekankan iman, melainkan kasih yang dapat dilihat Yesus dalam diri Petrus. Lihat juga Gal 2:7-8. • 22. Mengapa Yesus bertanya kepada para rasul tentang siapa diri-Nya? Injil menjawab dengan jelas: karena telah tiba saatnya bagi Yesus untuk memberitahukan kesengsaraan-Nya kepada mereka. Yesus tidak hanya datang untuk mengajar orang banyak tetapi membukakan bagi mereka pintu menuju Kebangkitan. Karena para rasul-Nya sekarang mengenal-Nya sebagai Juruselamat yang dijanjikan kepada Israel, maka mereka harus belajar bahwa tidak ada keselamatan jika kematian tidak dikalahkan (1Kor 15:25). Yesus akan memperoleh kemenangan ini jika Ia dengan bebas memilih jalan salib: Putra Manusia harus menderita banyak dan ditolak oleh para penguasa. Segera sesudah itu, Yesus menambahkan bahwa kita harus mengambil bagian dalam kemenangan-Nya atas kematian: Kamu harus menyangkal dirimu: inilah orientasi hidup kita yang fundamental. Kita harus memilih antara melayani atau dilayani, mengorbankan diri untuk orang lain atau mengambil keuntungan dari mereka. Atau sebagaimana dikatakan oleh Santo Fransiskus: Biarlah aku tidak berusaha untuk dihibur melainkan menghibur, tidak untuk dimengerti melainkan mengerti, tidak untuk dikasihi melainkan mengasihi. Dalam tahun-tahun pertamanya seorang anak perlu dibantu melakukan pilihan ini. Dalam keluarga sejati, ia bukanlah pusat atau raja, dengan orangtuanya sebagai budak, melainkan bagaimana ia belajar melayani dan memberikan dirinya. Ia harus menerima saudara dan saudarinya, berbagi rasa dengan mereka dan kadang-kadang membatasi kepentingan masa depannya demi kebaikan mereka. Pikullah salibmu setiap hari (ay. 33). Di sinilah penerimaan terhadap salib yang Tuhan berikan kepada masing-masing kita dan yang tidak perlu kita pilih karena kita tahu bahwa itulah nasib kita. Kita tidak boleh memikulnya karena terpaksa, melainkan kita harus mencintainya karena Tuhan menghendakinya bagi kita. Dalam suatu dunia di mana kita sudah terbiasa dengan kehidupan sendiri-sendiri dan dengan demikian memboroskannya, banyak anak sulit, bahkan cacat, akan membuat orang tua mereka menjadi pengikut Yesus yang sejati dengan memikul salib mereka. Jika kamu memilih menyelamatkan hidupmu (ay. 24). Yesus mengacu kepada orientasi hidup kita pada umumnya. Ia sedikit pun tidak mempunyai kesamaan dengan mereka yang selalu berpikir untuk menghindari “dosa” sambil mengejar ambisi-ambisi mereka; keinginan mereka adalah mereguk kenikmatan hidup ini sehabis-habisnya. Mencari kenikmat-an hidup tanpa mau mengambil risiko memisahkan kita dari jalan Allah. Jika seseorang merasa malu terhadap Aku (ay. 26). Di samping salib yang diserahkan kepada kita setiap hari, Allah akan meminta kita mempersaksikan iman kita dan dalam penyaksian ini kita harus mengambil risiko, biarpun sirikonya tidak lebih daripada ditertawakan oleh temanteman dan pimpinan kita. Selama masa kekerasan, dapatkah orangorang Kristen tetap tenang, membatasi diri mereka hanya pada kegiatan (pertemuan) rohani, dan tidak menunjukkan tanda-tanda tentang apa yang mereka pikirkan dan hayati? • 28. Ingatlah akan wahyu ilahi yang diterima Yesus di awal pelayananNya (Luk 3:21). Penyataan ilahi yang lain yang diterima Yesus pada peristiwa Transfigurasi (Yesus berubah rupa di atas gunung) merupakan awal dari suatu adegan baru: Kisah sengsara Yesus. Yesus sudah berkhotbah selama dua tahun, tetapi tidak ada harapan bahwa Israel akan mengatasi kekerasan yang membawa kepada keruntuhannya. Sekalipun mukjizat Yesus tidak meyakinkan orang-orang sebangsa-Nya, Yesus harus menghadapi kekuatan-kekuatan jahat: korban- Nya akan lebih efektif daripada kata-kata-Nya dalam membangkitkan kasih dan semangat pengorbanan dalam diri semua orang yang akan melanjutkan karya penyelamatan-Nya di masa yang akan datang. Ia membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bersama dengan Dia: ketiga orang ini mempunyai tempat istimewa dalam kelompok dua belas (Mrk 1:29; 3:16: 5:37; 10:35; 13:3). Sangat mungkin bahwa para “rasul” yang lain terlalu pelan dalam bereaksi. Seluruh kesabaran dan pendidikan Yesus tidak membuat mereka bertumbuh lebih cepat dan mereka tidak siap memasuki awan bersama Dia. Ia naik ke gunung untuk berdoa. Sangat mungkin bahwa dalam doa-Nya sepanjang malam itulah Yesus mengharapkan terjadinya peristiwa ini. Perubahan rupa Yesus pertama-tama mengandung makna bagi diri-Nya sendiri. Yesus tidak mengetahui segala sesuatu lebih dulu; Ia tidak dibebaskan dari kebimbangan dan kecemasan. Rupanya Bapa tidak menyatakan diri-Nya dengan kasih yang melimpah kepada Yesus; Yesus melayani tanpa mengharapkan ganjaran surgawi. Namun pada kesempatan ini Ia mendapatkan kepastian yang berhubungan dengan tujuan misi-Nya. Bagi para rasul ini merupakan kesaksian yang menentukan yang akan membantu mereka untuk percaya akan Kebangkitan (Surat Kedua Petrus sama sekali tidak keliru ketika menekankan pentingnya kesaksian Allah ini, meskipun dilakukan secara agak kikuk (2Ptr 1:17), karena surat ini diklaim sebagai ditulis oleh Petrus sendiri). Adalah suatu kenyataan bahwa banyak orang sepanjang sejarah telah dianggap sebagai nabi bahkan “sang” nabi, tetapi tak seorang pun dari mereka yang berpretensi membawa suatu kesaksian dari Allah bahwa Allah berkenan kepada mereka, selain keberhasilannya sendiri. Yesus mengandalkan kesaksian, yang dimulai dengan Yohanes Pembaptis. Dalam seluruh wahyu alkitabiah, iman disokong oleh kesaksian-kesaksian ini. Di sini Musa, bapa pendiri Israel, dan Elia bapa para nabi, memberi kesaksian tentang Yesus. Lukas mengisahkan bahwa Musa dan Elia berbicara kepada Yesus tentang keberangkatan-Nya (ay. 31) (dalam bahasa Yunani exodus). Yesus kemudian menjadi Musa yang baru yang membawa umat Allah dari dunia perbudakan ini kepada Tanah Terjanji. Dialah Putra-Ku. Lihat komentar atas kata-kata yang sama dalam 3:22. Di sini, Yesus tampil sebagai Dia yang dinanti-nantikan oleh Musa dan Elia, Dia yang telah mereka persiapkan, meskipun untuk saat ini mereka dapat menghibur-Nya karena Dia masih membawa kelemahan dari kemanusiaan kita. Dalam hubungan dengan peristiwa trasfigurasi ini, lihat juga komentar atas Mrk 9:1. • 46. Lihat komentar atas Markus 9:33. Markus mengisahkan bahwa Yesus memeluk seorang anak kecil: sesuatu yang tidak biasa untuk orang-orang di masa itu, karena anak-anak tidak masuk hitungan, dan guru-guru agama hanya menekankan bahwa anak-anak harus tertib. Tokoh panutan agama rupanya seorang yang serius yang tidak suka tertawa, tidak berlari, tidak memandang orang-orang dari status sosial yang lebih rendah, khususnya perempuan dan anak-anak. Sering kali mentalitas semacam itu terlihat dalam diri mereka yang mengkritik pembaptisan anak-anak dan komuni pertama. Yesus tidak menjawab pertanyaan para rasul: siapa yang terbesar? Karena yang penting bukannya menjadi besar, tetapi dekat dengan Kristus. Supaya kita bisa menerima Kristus, kita harus menyambut Dia dalam diri orang-orang kecil. • 51. Sesudah mengisahkan tindakan-tindakan Yesus di Galilea, Lukas memulai bagian kedua dari Injilnya di mana ia menyatukan kata-kata Yesus yang diucapkan dalam berbagai macam kesempatan. Untuk menjaga kesinambungan dalam kisahnya, ia membayangkan Yesus yang sedang memberikan tanggapan ini dalam perjalanan dari Galilea ke Yerusalem, di mana bagian ketiga Injil akan terjadi. Paragraf yang pertama mengingatkan kita bahwa antara propinsi Galilea dan Yudea, ada Samaria. Orang-orang Samaria tidak termasuk bangsa Yahudi, dan kedua suku bangsa ini adalah musuh bebuyutan satu sama lain. Ketika orang-orang Yahudi dari Galilea hendak berziarah ke Yerusalem, maka di seluruh Samaria tidak ada pintu yang dibukakan bagi mereka. Tampaknya, setiap kali Yesus bertemu dengan orang Samaria, kita diajarkan suatu cara baru memandang mereka yang tidak seiman dengan kita. Agama-agama telah menjadi terlalu agresif, dan kadang-kadang menggunakan kekerasan, khususnya agama-agama yang melihat dirinya sebagai wahyu Allah Yang Mahaesa. Ini telah menjadi ciri khas Perjanjian Lama. Yesus bukanlah bagian dari fanatisme semacam itu, yang mengajar kita untuk tidak mengacaukan perkara Allah dengan perkara kita, atau dengan kepentingan-kepentingan dari kelompok agama kita. Ada penghormatan mutlak terhadap mereka yang dipimpin Allah pada jalan yang lain. Betapa kontrasnya dengan legenda-legenda kuno seperti yang tersirat dalam ayat 54 (lihat 2Raj 1:10). Di sini Yesus mengajar para rasul-Nya untuk jangan terlalu keburu nafsu: orang-orang Samaria yang menolak menyambut Yesus pada kesempatan ini bukanlah lebih bersalah daripada mereka yang menutup pintunya bagi seorang asing. Mengapa harus menghancurkan desa kecil ini, kalau dengan berbuat demikian mereka harus mencari tempat baru dalam desa yang lain? Lebih baik terus bergerak maju tanpa menunda-nunda. TEROBOSAN BARU – MENJADI BEBAS • 57. Kontras dengan sikap Yesus yang selalu penuh pengertian terhadap kodrat manusia, di sini kita melihat Yesus yang sangat menuntut murid yang mau mengikuti Dia: Yesus tidak dapat memboroskan waktunya dengan membina mereka yang belum siap mengorbankan segala sesuatu demi Injil. Sepertiga dari calon-calon murid barangkali secara diam-diam mengharapkan agar pada waktu mengucapkan selamat tinggal, keluarganya meminta dia untuk tidak melakukan hal yang tolol seperti itu, dan dengan demikian dia tetap dapat bertahan dengan niat baik saja: ya, sebenarnya saya mau, tetapi…. Kasus yang kedua agak lain: Biarlah orang mati menguburkan orang mati. Berhadapan dengan kata-kata yang serba tegas seperti ini yang kadangkadang kita jumpai di dalam Injil, maka ada dua sikap yang perlu dihindari. Pertama, ambillah kata-kata ini sebagai pedoman umum, suatu kaidah yang dialamatkan kepada setiap orang tanpa nuansa. Kedua, dan ini yang harus lebih sering diikuti, “Jangan memahami kata-kata ini secara harfiah, itu cara berkata-kata orang Timur.” Bagi Yesus tidak ada pintu masuk ke dalam Kerajaan Allah tanpa pengalaman kebebasan. Lebih dahulu aku ingin menguburkan bapaku (ay. 59). Barangkali ini berarti ia harus menguburkan ayahnya yang baru meninggal. Sangat mungkin ini berarti ia mau merawat ayahnya yang sudah tua hingga saat kematiannya (Tob 6:15). Sulit kiranya memikirkan bahwa seorang benarbenar bebas jika ia belum mempunyai kesempatan untuk membuktikannya dengan berbuat lain dari apa yang dimengerti dan diterima dalam masyarakatnya. Ingatlah akan Fransiskus Asisi yang mengemis roti di kotanya sendiri sesudah hidup sebagai putra sebuah keluarga kaya. Tinggalkanlah mereka dan maklumkanlah Kerajaan Allah. Apabila ada panggilan Yesus yang tertuju kepadamu, maka itu seratus persen merupakan kehendak Allah bagimu di saat ini. Tinggalkanlah alasan-alasanmu dan tugas-tugasmu: barangkali hal-hal ini hanya menjadi kewajiban dalam dunia orang mati. Allah telah mempersiapkan yang lain, barangkali malaikat-malaikat-Nya, yang akan memperhatikan mereka. • 10.1 Lihat komentar atas Matius 10:5 dan Markus 6:7. Lukas melaporkan suatu perutusan yang diberikan kepada tujuh puluh (atau tujuh puluh dua) orang sesudah perutusan kedua belas murid (9:1). Ada dua belas rasul, menurut jumlah suku Israel: ini berarti bahwa pada mulanya Injil dimaklumkan kepada bangsa Israel. Kemudian datanglah misi tujuh puluh dua (atau tujuh puluh); jumlah ini melambangkan banyaknya bangsa kafir. Misi ini kemudian merupakan gambaran tentang tugas yang menjadi tanggung jawab Gereja sampai akhir dunia: mewartakan Injil kepada segala bangsa (Mat 28:19). Ketika Gereja telah hadir cukup lama di sebuah tempat, kita cenderung percaya bahwa setiap orang mempunyai kesempatan untuk menerima Injil: ini merupakan ilusi. Bahkan dalam situasi yang paling menguntungkan pun, banyak keluarga, khusus yang paling miskin, telah menunggu bertahun-tahun kunjungan seorang misionaris. Jangan singgah pada rumah orang-orang yang kamu kenal (ay. 4). Injil berkata, “Janganlah menyalami seorang pun”. Para misionaris akan segera kehilangan sayapnya jika mereka tinggal untuk bercakap-cakap atau mencari keramah-tamahan dari teman-teman yang belum menyambut Kerajaan Allah. Lebih baik mereka mengandalkan Penyelenggaraan Bapa yang akan membukakan bagi mereka hati dan rumah salah seorang dari mereka yang telah mendengarkan Kabar Gembira. Dalam mengunjungi rumah-rumah itu, hal pertama yang dilakukan adalah memberi salam (damai), dalam arti datang sebagai seorang sahabat atas nama Kristus dan Gereja-Nya, menyediakan waktu untuk mendengarkan orang-orang yang dikunjungi dan mencari tahu keprihatinan mereka. Baru kemudian, kita sanggup memberikan jawaban yang baik dan berkata kepada mereka: Kerajaan Allah telah datang kepadamu; meskipun kamu mempunyai seribu satu macam masalah, percayalah bahwa sekarang Allah telah mendekati kamu untuk berdamai dengan kamu. Inilah saatnya untuk berdamai kembali dengan anggota keluarga dan tetangga dan membuang jauh-jauh kebencian. Mulailah melakukan apa yang dapat kamu lakukan, dan percayalah bahwa dengan caranya sendiri, Allah akan menyelesaikan apa yang berada di luar kesanggupanmu. Banyak orang yang menyambut para misionaris dengan riang gembira rupanya tidak berkanjang: mereka tidak akan masuk ke dalam jemaat Kristiani. Itu tidak dengan sendirinya berarti bahwa usaha para misionaris telah sia-sia. Orang-orang ini akan mengenang pengalamannya sebagai saat rahmat Tuhan, dan itu akan membantu mereka menghayati iman yang lebih kukuh. Namun demikian pasti ada juga orang yang hatinya tersentuh oleh Tuhan pada saat itu dan mereka akan menjadi anggota Gereja yang aktif. Tugas perutusan membantu membentuk para misionaris dan juga membangkitkan orang-orang yang mereka kunjungi. Yesus membentuk para murid-Nya, bukan hanya melalui pengajaran-Nya, tetapi juga dengan mengutus mereka ke daerah misi. Begitulah! Ia membentuk kelompok tujuh puluh beberapa bulan kemudian sesudah mereka bertemu dengan Dia. Demikian pula sekarang, umumnya misionaris yang paling ulet adalah mereka yang belum lama dipertobatkan. PENYEMBUHAN ORANG SAKIT • 8. “Sembuhkanlah orang-orang sakit,” kata Yesus. Kita telah menyebutkan bahwa Yesus tidak pertama-tama datang untuk membawa kesehatan bagi semua orang sakit, melainkan membawa keselamatan bagi kita. Karena kita adalah pendosa, maka keselamatan kita dikerjakan melalui penderitaan dan salib. Utusan-utusan Yesus bukan berusaha menggantikan posisi para dokter. Mereka tidak memaklumkan iman sebagai sarana kesembuhan: itu hanya akan membuat iman menjadi barang murahan. Memang mereka menawarkan “kesembuhan” kepada orang-orang yang belum menyadari bahwa Kerajaan Allah dan belas kasih-Nya telah datang ke atas mereka. Di mana ada umat Kristen, mereka harus memperhatikan orang sakit dan mengunjungi mereka sebagai tanda keprihatinan dan tanda bahwa mereka adalah anggota keluarga besar. Cinta yang diperlihatkan oleh seorang pengunjung meneguhkan si sakit, memberikan dia kegembiraan dan membangkitkan rasa syukur dalam dirinya, dan dengan demikian mengkondisikan dia untuk suatu pembaruan yang mendalam serta pengampunan atas dosadosanya. Lihat juga Yak 5:13. Dalam suratnya yang pertama kepada umat di Korintus 12:9, Paulus berbicara tentang bermacam-macam karunia yang diberikan Roh kepada umat Kristen dan membuat pembedaan antara karunia untuk mengerjakan mukjizat dan karunia menyembuhkan orang sakit. Karunia yang terakhir ini berhubungan dengan bakat bawaan yang telah dimiliki sebelumnya. Nyatalah bahwa kita harus meneguhkan mereka yang berdoa dan menumpangkan tangannya ke atas orang sakit. Dokter dan petugas kesehatan perlu melihat pengobatan mereka kepada pasien sebagai pelayanan kepada orang sakit demi Allah. • 17. Pada mulanya, orang yang mewartakan Kristus dan bekerja demi Dia akan merasa takut. Lalu menyusul rasa gembira karena telah melampaui diri sendiri; dan lebih lagi karena telah percaya dan bekerja dengan kuasa Yesus. Yesus bersyukur atas tujuh puluh (atau tujuh puluh dua) dan atas semua yang akan mengikuti mereka. Apakah yang dimaksudkan dengan hal-hal ini (ay. 21) yang telah dinyatakan Allah kepada orang-orang kecil? Itu tidak lain daripada kekuatan Injil yang penuh rahasia untuk mentransformasikan manusia dan menunjukkan kebenaran kepada mereka. Para rasul diliputi keheranan terhadap kekuatan yang datang dari nama Yesus (Mrk 16:17). Yesus menggarisbawahi kekalahan musuh, yaitu Setan. Kaum terpelajar dan cerdik pandai berpikir bahwa mereka tahu, tetapi tidak mengetahui apa yang hakiki. Mereka berbicara tentang seorang Allah yang tidak lebih dari bayang-bayang Allah yang sejati selama mereka tidak mengenal Dia dalam Diri Yesus. Mereka tidak tahu ke mana dunia ini sedang menuju karena mereka tidak melihat betapa kekuatan Allah bekerja di mana pun Yesus dimaklumkan. Orang-orang kecil, di lain pihak, telah mengerti. Sebelumnya mereka melihat diri mereka sebagai generasi yang dikurbankan. Karena orangorang kecil biasa mengorbankan diri mereka untuk anak-anak mereka dari generasi ke generasi, atau mereka dikurbankan oleh kekuasaan, dengan dalih mendatangkan kebahagiaan bagi anak cucu mereka. Mereka tidak hidup untuk diri mereka sendiri, tetapi mempersiapkan suatu tempat bagi orang lain. Sekarang orang-orang kecil, yaitu kaum beriman yang rendah hati, memiliki semuanya jika mereka memiliki Yesus, karena segala sesuatu telah diserahkan Bapa kepada-Nya. Orang-orang kecil menghayati iman mereka dengan cara-cara yang sederhana tetapi mereka tahu bahwa tak satu pun kurban mereka akan percuma. Adalah Yesus yang menyatakan Bapa kepada kita dan karena mengenal Dia di dalam kebenaran, kita juga mengambil bagian dalam kuasa-Nya mengendalikan kejadian-kejadian. Keinginan dan doa-doa kita mempunyai kekuatan yang besar, karena kita telah sampai kepada pusat dari mana Allah memancarkan kekuatan-Nya yang menyelamatkan umat manusia: karena kita bekerja bagi hidup abadi, nama kita sudah ditulis di surga (ay. 20). Mewartakan injil tidak berarti berusaha menjual Injil melainkan membuktikan kekuatannya yang menyembuhkan orang- orang dari kuasa iblis. Kita tidak perlu menjadi aktivis untuk hal ini. Kita harus mengakui bahwa kita tidak mempunyai kekuatan dalam hal-hal ini dan kita harus mengucap syukur kepada Allah yang menyanggupkan kita untuk melihat, mendengar dan mengkomunikasikan keselamatan-Nya. Berbahagialah kamu yang melihat… (ay. 24). Berhentilah iri hati terhadap orang-orang terkenal, raja-raja dan nabi-nabi di masa lampau. Kamu yang hidup sekarang, yang bukan raja atau nabi, mendapat bagian yang lebih baik. • 25. Siapakah sesamaku? (ay. 29). Guru hukum mengharapkan agar diberi batas-batas yang tegas tentang kewajibannya. Siapakah yang harus diperhatikan? Anggota keluarga? Orang-orang sesuku? Ataukah semua orang? Sangat bermakna bahwa Yesus menutup cerita-Nya dengan suatu pertanyaan lain: Siapakah dari ketiga orang itu yang menjadi sesamanya? (ay. 36). Seolah-olah Dia mau berkata, tidak usah bersusah-payah mencari tahu siapakah sesamamu, cukup mendengar panggilan di dalam dirimu dan jadilah seorang sesama, menjadi dekat dengan saudara-saudarimu yang berkebutuhan. Selama kita melihat perintah cinta kasih sebagai suatu kewajiban, kita tidak mengasihi seperti yang dikehendaki Allah. Cinta kasih tidak hanya berarti digerakkan oleh penderitaan orang lain. Perhatikan bagaimana orang Samaria itu berhenti biarpun itu tempat berbahaya, bagaimana ia membayar ongkos perawatan dan berjanji untuk memperhatikan segala sesuatu yang perlu. Daripada hanya bersikap karitatif, orang Samaria ini mengambil risiko tanpa syarat dan tanpa perhitungan terhadap seorang asing. Pada suatu kesempatan, Martin Luther King menandaskan bahwa cinta kasih tidak hanya dipuaskan dengan menghibur mereka yang menderita: “Pertama-tama, kita harus menjadi seorang Samaria yang baik kepada mereka yang telah jatuh sepanjang jalan. Tetapi ini baru permulaan. Kemudian, pada suatu waktu nanti, kita harus menyadari bahwa jalan ke Yerikho harus dibuat sedemikian rupa sehingga laki-laki dan perempuan jangan terus-menerus dipukul dan dirampoki ketika mereka sedang melakukan perjalanan melintasi lorong-lorong hidupnya.” Dengan contoh ini, Yesus juga membuat kita melihat bahwa banyak kali para pejabat agama, atau orang yang yakin bahwa mereka menjalankan hukum, tidak sanggup mencintai. Adalah orang Samaria yang dipandang sebagai bidaah oleh orang Yahudi, yang memberi perhatian kepada orang yang terluka. Bagi orang Yahudi, sesama adalah warga bangsa Israel, orang-orang mereka sendiri, bermartabat karena menghayati agama yang sama; hubungan keluarga hanya datang dari “daging dan darah”. Bagi Yesus, kasih sejati membawa kita untuk melepaskan diskriminasi mana pun. • 38. Banyak hal kelihatannya perlu dalam sebuah keluarga: membersihkan rumah, menyiapkan makanan, mengasuh anak-anak. Jika tidak ada waktu untuk mendengarkan orang lain, apa artinya hidup ini? Barangkali kita melakukan ba- nyak hal untuk melayani Allah dan sesama kita; namun sesungguhnya hanya satu hal yang perlu bagi kita semua: selalu siap bagi Yesus bilamana Dia hadir. Marta bekerja dan cemas lalu tidak mempunyai waktu untuk ada bersama Yesus. Yesus adalah damai dan barang siapa tidak memperhatikan Dia dengan hati yang damai tidak menerima Dia. Kita terbiasa melayani dan bekerja dengan penuh semangat yang membuat diri kita kosong apakah itu di rumah atau di dalam masyarakat; Yesus sebaliknya menghendaki kita menemukan Dia di dalam kehidupan kita sehari-hari. Doa kita juga kadang-kadang penuh dengan kegelisahan seperti Marta: ketika kita berdoa dengan tergesa-gesa, ketika kita lebih dari seratus kali menggunakan begitu banyak kata untuk membeberkan kecemasan kita kepada Tuhan; ketika orang yang bertanggung jawab untuk suatu perayaan menjadi cemas dan risau akan tetek bengek nyanyian dan tata cara ibadat. Berdoa berarti menyisihkan waktu untuk mendengar, merenungkan karya Allah dalam kehe- ningan, dan memperlambat keinginan-keinginan kita, sehingga kita memberi perhatian hanya kepada Allah, dan secara rahasia hadir dan masuk ke dalam kehendak-Nya. Sungguh aneh bahwa dalam beberapa agama bukan Kristen, orang belajar membawa pikiran mereka ke dalam kedamaian dan keheningan lalu mencapai keteduhan sejati. Sementara kita memasuki doa dengan persoalanpersoalan kita dan tidak menyingkirkannya sampai doa selesai. Maria duduk dekat kaki Tuhan. Ini merupakan sikap tradisional seorang murid pada kaki gurunya. Nyatalah bahwa Yesus tidak terus-terusan mengajar, tetapi karena Ia sendiri adalah Sabda Allah, Ia membawa Allah kepada semua orang yang dijumpai-Nya. Maria merasa baik kalau berada di sana dan sadar bahwa kehadirannya bukannya tidak menyenangkan Yesus. Maria telah memilih bagian yang terbaik (ay. 42). Ia mengikuti hanya dengan menggunakan naluri, tetapi Yesus melihat sesuatu yang lebih: Ia (Yesus) tidak akan berada lama di sana, dan dalam banyak hal kehadiranNya di tengah kita selalu untuk waktu singkat. Maria telah sanggup mempergunakan waktu yang singkat ini ketika Yesus menjadi miliknya, dan ia menjadi milik Yesus pada waktu mendengarkan Dia. Jika Maria dalam adegan ini sama dengan Maria Magdalena yang menemani Yesus (Luk 8:2) kita dapat membayangkan yang berikut ini: Maria berada di antara murid-murid yang, sama seperti Yesus, diterima oleh Marta, saudaranya atau kerabatnya. Maria paling tidak peduli dengan me-nyiapkan makanan dan Marta mengeluh. Yesus lalu memuji Maria, bukan hanya karena ia mendengarkan diri-Nya, melainkan karena ia telah memutuskan untuk mengikuti Dia. Sebagaimana para rasul, Maria telah memilih bagian yang terbaik. • 11.1 Para rasul sudah tahu bagaimana harus berdoa dan seperti orang Yahudi yang lain mereka berdoa dalam sinagoga-sinagoga pada waktu-waktu tertentu sepanjang hari. Namun demikian, ketika hidup bersama Yesus mereka menemukan cara hidup baru dalam persekutuan yang mesra dan mereka merasakan kebutuhan untuk berbicara kepada Bapa dengan cara yang berbeda. Yesus menantikan orang-orang yang meminta Dia mengajarkan mereka bagaimana harus berdoa. Lihat Mat 6:9. • 5. Yesus mendesak kita untuk memohon dengan tekun tanpa menjadi lelah, tetapi sebaliknya, memohon sampai “melelahkan” Allah. Allah tidak akan selamanya mengabulkan apa yang kita minta, karena kita tidak tahu apa yang baik bagi kita. Ia akan memberi kita Roh Kudus atau suatu pandangan yang lebih jelas tentang kehendak-Nya, dan sekaligus keberanian untuk mengikuti-Nya. Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu (ay. 9). Penggalan dari renungan Pater Molinie dapat dijadikan komentar atas ayat ini. “Jika Allah tidak mengabulkan semua permohonan kita dengan segera, itu bukan berarti Ia senang membuat kita menunggu. Jika kita mesti berkanjang dalam doa, itu bukan karena kita butuh sejumlah doa, tetapi karena dituntut suatu kualitas, suatu cara berdoa. Jika kita sanggup memiliki semuanya sejak awal, maka itu berarti doa kita langsung didengarkan.” “Doa berarti bisikan Roh Kudus di dalam hati kita seperti kata Santo Paulus. Namun, kita membutuhkan bisikan ini berulang-ulang agar dapat dibuka jalan di hati kita yang sekeras batu, sama seperti tetesan air melubangi batu yang paling keras. Setelah kita mengulangi doa Bapa Kami dan Salam Maria dengan tekun, pada suatu hari nanti kita dapat mendoakannya dengan cara yang benar-benar selaras dengan kehendak Allah. Ia sendiri menantikan bisikan ini, satu-satunya kekuatan yang dapat menggerakkan Dia dari dalam, karena sesungguhnya berasal dari dalam hati-Nya sendiri. “Sejauh kita tidak memainkan nada ini, atau menariknya dari dalam, Allah tidak dapat ditaklukkan. Bukan berarti bahwa Allah mempertahankan diri-Nya sendiri karena Ia merupakan kelemahlembutan dan aliran yang murni, melainkan sejauh tidak ada nada yang selaras dalam diri kita, maka arus tidak dapat mengalir antara Dia dan kita. Manusia menjadi bosan berdoa, tetapi jika ia berkanjang dan tidak patah semangat, ia akan perlahan-lahan membuang kesombongannya. Sesudah letih dan dikalahkan, ia memperoleh jauh lebih banyak daripada yang diinginkannya.” PERMOHONAN – PARA KUDUS Yesus mengundang kita untuk meminta dengan tekun: permohonan yang tekun tidak lagi menjadi sikap mementingkan diri sendiri melainkan menjadi doa; dengan kata lain, permohonan itu mengangkat kita dan mendekatkan kita kepada Allah. Bagaimana dengan memohon perantaraan para kudus? Kita harus mengakui bahwa sangat sering orang yang memohon perantaraan para kudus mengambil jalan yang bertentangan dengan doa yang sejati. Orang semacam itu tidak tertarik untuk menemukan belas kasih Allah, melainkan hanya berusaha mendapat bantuan. Ia tidak peduli kepada siapa ia mengalamatkan doanya, sepanjang dia menemukan suatu wadah yang secara efisien dan otomatis mencurahkan keberuntungan untuk dirinya. Inilah awal pencarian orang kudus ini dan itu, tempat-tempat suci ini dan itu, devosi ini dan itu. Gereja adalah satu keluarga. Sama seperti kita meminta teman-teman kita untuk berdoa bagi kita, begitulah seharusnya kita meminta kepada saudara-saudari kita, yaitu para kudus, untuk berdoa bagi kita. Tak seorang pun akan mengkritik kita, bila di waktu-waktu tertentu, kita menunjukkan keyakinan kita akan pengantaraan orang kudus, khususnya pengantaraan mereka yang lebih kita kagumi karena kita mengetahui hidup dan karya mereka. “Permohonan” kepada para kudus ini tidak boleh dikelirukan dengan perkanjangan dalam doa yang membawa kita ke dalam misteri Allah. Hanya Maria, bunda Allah dapat menemani kita di dalam doa karena Allah menjadikan dia bunda kita; karena Tuhan menaruh dalam diri Maria segala kasih sayang-Nya untuk kita; Tuhan mempersatukan Maria dengan diri-Nya sedemikian rupa sehingga ketika kita memandang kepadanya, kita selalu menemukan kehadiran Allah yang menghidupkan. • 14. Lihat komentar atas Markus 3:22 dan Matius 12:23. Oleh jari Allah (ay. 20). Dalam Keluaran 8:15 ungkapan yang sama digunakan untuk menunjukkan kuasa Allah yang mengerjakan keajaiban. • 23. Barang siapa tidak bersama Aku… Penggalan kalimat ini tampaknya bertentangan dengan Luk 9:50: Barang siapa tidak menentang kamu bersekutu dengan kamu. Sesungguhnya dalam Lukas 9:50 Yesus mengakui bahwa keluarga rohaninya jauh lebih luas daripada kelompok murid-murid yang kelihatan: mereka yang tidak termasuk anggota Gereja tetapi bekerja dengan sasaran yang sama, harus dipandang sebagai sahabat. Di lain pihak, di dalam Lukas 11:23, Yesus berbicara tentang orangorang yang menolak menerima Dia dan pesan-Nya dan yang tetap tidak mau bergabung: mereka tidak bergabung dengan kelompok-Nya, dan kemudian mereka mengkritik Dia. • 24. Orang Yahudi percaya bahwa roh jahat lebih suka hidup di padang gurun, karena Allah telah mencampakkan mereka di sana (Tob 8:3). Di sini Yesus berbicara tentang suatu bangsa yang hanya percaya sebentar saja karena mereka belum cukup bertobat dari dosa-dosa mereka di masa lampau. Mereka menikmati mendengarkan sabda, tetapi mereka tidak mau memenuhi persyaratannya yang berat yang menyanggupkan mereka me- nyembuhkan akar kejahatan. Lihat komentar atas Mat 12:43. • 27. Terberkatilah dia yang melahirkan Engkau! Perempuan ini iri terhadap ibu Yesus dan benar-benar terkesima oleh cara Yesus berbicara. Dia keliru kalau berpikir bahwa keluarga Yesus dapat berbangga karena Yesus; dia hanya membuang-buang waktu jika dia hanya mengagumi katakata Yesus daripada menghayatinya. Maka Yesus mengarahkan pandangan perempuan itu kepada Bapa, yang kata-kata-Nya sedang diwartakan, dan kepada dirinya sendiri yang diundang Allah kepada keluarga putra-putriNya. Akan halnya Maria, ibu Yesus, orang yang percaya (1:45), ia menyimpan semua sabda dan perbuatan Tuhan di dalam hatinya. (Luk 2:15). • 29. Orang-orang Niniwe, karena merupakan orang-orang berdosa, tidak menerima tanda lain kecuali kedatangan Yunus, yang mengajak mereka bertobat. Orang-orang sezaman Yesus percaya bahwa mereka “baik” karena mereka termasuk umat Allah, dan mereka tidak menyadari bahwa saatnya telah tiba bagi mereka untuk bertobat. Orang-orang Niniwe akan bangkit bersama orang-orang ini dan menuduh mereka (ay. 32). Sekali lagi Yesus mempergunakan gambaran tradisional tentang pengadilan kolektif di mana tiap-tiap orang memaafkan dirinya, dengan menunjuk pada orang lain yang berdosa lebih besar. Gambaran ini menyiratkan satu kebenaran yang mendalam: Semua yang telah Allah berikan kepada masing-masing kita harus menghasilkan buah-buah bagi kemanusiaan. • 37. Lihat komentar atas Matius 23. Alkitab tidak menuntut pemurnian ritual ini yang juga disebutkan Markus dalam 7:3 tetapi guru-guru di masa Yesus menekankan bahwa ritus pemurnian itu perlu. Yesus menentang kewajiban agama yang baru ini. Mengapa mereka tidak memberi perhatian yang lebih besar kepada pemurnian batiniah? Kemudian kita membaca tentang kecaman Yesus yang dialamatkan kepada kaum Farisi pada berbagai kesempatan. Jika Lukas dan Matius telah merekam kata-kata Yesus yang sangat keras ini, maka ini barangkali merupakan suatu peringatan bahwa apa yang disampaikan oleh Injil jauh melebihi pandangan kaum Farisi yang mengklaim bahwa mereka begitu memperhatikan pelayanan kepada Allah. Beberapa dari antara mereka merupakan anggota jemaat Kristen yang pertama, dan sangat berpengaruh (Kis 15:5). Tak ayal lagi, sikap permusuhan yang diperlihatkan partai kaum Farisi dalam tahun-tahun berikutnya menjelaskan mengapa kecaman ini diabadikan. Tentu ada alasan lain dan lebih mendalam yang menimbulkan kecaman terhadap orang-orang Farisi yang dapat kita baca dalam Kitab Suci. Adalah kenyataan bahwa setiap komunitas religius mengkhianati prinsipprinsipnya, persekutuan baru terukir dalam hati. Ini merupakan masalah orang perorangan dan tetap merupakan anugerah cuma-cuma bagi dia yang menerimanya. Secara teoretis ini merupakan karunia mengetahui dengan baik ajaranajaran Gereja, memberi pelayanan, atau menjadi bagian dari kelompok yang menghayati nilai-nilai kristiani secara lebih serius. Namun dalam praktek, semuanya membuat kita lebih sulit untuk menjadi benar-benar rendah hati, dan sering kali menghalangi kita untuk mengambil tempat terakhir yang menjadi bagian kita. • 49. Mereka yang, sebelum Lukas menuliskan ucapan Yesus ini: Aku akan mengutus para nabi… (yang dapat juga dibaca dalam Mat 23:34), memperkenalkannya dengan rumusan: “Kebijaksanaan berkata”, yang merupakan salah satu nama untuk Yesus. Ketika Lukas menempatkan kata-kata ini dalam wejangan Yesus, ia lupa menghilangkan kata-kata ini. Seandainya dihilangkan maka teksnya akan menjadi jauh lebih jelas. Lihat komentar atas Matius 23:34. Yesus me-nyatakan bahwa kaum Farisi dan guru-guru Hukum akan menjadi kelompok yang paling bertanggung jawab atas pengejaran terhadap orang-orang Kristen pertama (menentang para rasul dan nabi yang akan diutus-Nya). Yesus juga memaklumkan bahwa hukuman terhadap pengejaran ini akan menimpa generasi yang sekarang, dan dengan demikian meramalkan kehancuran bangsa Yahudi pada tahun 70 Masehi. Peringatan Yesus ini sama relevannya bagi institusi-institusi kristiani dan semua mereka yang dengan cara tertentu memimpin umat. Kita juga barangkali membangun Gereja bagi kelompok “elit” yang secara tidak sadar meremehkan kaum miskin dan sederhana. Maka dengan cepat para nabi dilumpuhkan dan disingkirkan. Kamu sendiri belum masuk, dan kamu menghalangi yang lain untuk masuk (ay. 52). Bukankah ini merupakan salah satu dari sekian banyak alasan yang membuat orang-orang kecil pindah ke gereja yang lain? • 12.1 Tak suatu pun hal tersembunyi yang tidak akan dinyatakan: ini dapat ditafsirkan dengan berbagai cara. Dalam paragraf-paragraf ini, Yesus mengacu kepada kesaksian iman yang berani. Kita harus berbicara tentang kebenaran tanpa menghiraukan apa yang dipikirkan dan dikatakan orang tentang kita. Di sini kemunafikan dikaitkan dengan mereka yang selalu berusaha bersikap diplomatis, yang keprihatinan utamanya adalah tidak mau kehilangan teman-teman. Jangan takut (ay. 4): lihat komentar atas Matius 10:28. Setiap orang yang mengkritik Putra Manusia (ay. 10): lihat komentar atas Markus 3:29. KETAMAKAN – PRODUKTIVITAS • 13. Siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atas kamu? Yesus tidak memecahkan persoalan hukum seperti yang dilakukan guru-guru Hukum, karena Hukumlah yang menentukan soal-soal sipil dan agama. Yesus menggunakan kuasa-Nya hanya untuk hal-hal yang hakiki: menekan ketamakan yang telah berkecambah dalam hati kita lebih penting daripada melihat hak setiap orang dengan kaca pembesar. Hindarilah segala macam ketamakan (ay. 15). Yesus tidak mengatakan bahwa hidup kita harus serba pas-pasan atau bahkan melarat, tanpa perumahan yang memadai atau kesempatan untuk meraih pendidikan. Kita tahu bahwa semuanya ini merintangi peningkatan kesadaran umat akan martabat dan panggilan ilahi mereka. Yesus tidak mengkritik usaha kita untuk mencapai suatu ma-syarakat yang lebih adil, karena seluruh Kitab Suci menuntut hal itu. Adalah satu hal mencari keadilan sambil mengetahui bahwa tanpa keadilan tidak ada perdamaian atau persatuan; lain hal lagi memandang apa yang dimiliki orang lain dengan nafsu untuk mengambil bagian dalam ketamakan orang lain. Hari ini kita meneriakkan keadilan tetapi esok kita mencari “kebutuhan” yang sesungguhnya tidak perlu. Ketamakan seperti itu tidak akan membuat kita tenang, dan yang lebih penting, akan menutup pintu Kerajaan Allah di muka kita (Mrk 10:23; 1Tim.6:8). Harta kekayaan tidak akan memberi hidup (ay. 15). Pastikan agar kekhawatiranmu untuk memiliki barang-barang yang belum kaumiliki tidak membuat engkau melalaikan apa yang dapat memberi engkau hidup sekarang ini. Dalam hubungan ini, kita harus membiarkan orang miskin berbicara, semua saudara-saudari kita yang, meskipun tenggelam dalam kemiskinan, tetap merupakan pribadi yang hidup dalam dunia ini dalam arti yang sebenar-benarnya. Apakah kita harus berbelas kasihan terhadap mereka, atau apakah kita harus menghitung mereka di antara sedikit orang yang sudah menikmati Kerajaan Allah? Salah satu rintangan terbesar dalam pembebasan umat Allah adalah ketamakan mereka sendiri. Pada hari mereka menyetujui untuk mengambil bagian dalam pemogokan atau boikot dan tidak mencari jalan sendiri untuk mengejar keuntungan bagi kelompok ini atau kelompok itu, maka mereka akan mulai hidup sebagai manusia sejati. Apa yang harus kulakukan? Orang kaya dalam perumpamaan ini merencanakan lumbung yang lebih besar demi keuntungannya sendiri dan Yesus mengecam dia. Kita juga harus mempertimbangkan apa yang harus kita lakukan untuk mewujudkan pemerataan kekayaan dunia. Orang yang menimbun harta bagi Allah (ay. 21) tahu bagaimana menemukan kebahagiaan pada saat sekarang. Di mana pun dia berada dia berusaha menciptakan jaringan kerja sosial, lewat mana setiap orang memberikan kepada orang lain dan juga menerima dari mereka, dan tidak lagi menginginkan dan mengumpulkan harta dengan cara yang serakah. SEBUAH GEREJA YANG MISKIN SEPERTI YESUS • 32. Jangan takut hai kawanan yang kecil. Tak pernah dijumpai di dalam Injil bahwa Yesus membawa kita untuk percaya bahwa semakin lama semakin banyak orang yang dipertobatkan. Kita tahu bahwa dunia bukan-Kristen dari segi jumlah lebih penting daripada dunia “Kristen” dan ia bertumbuh dengan cepat. Ketika begitu banyak orang dalam dunia “Kristen” tidak lagi menjalankan agamanya, kita mengerti bahwa Gereja sekaligus merupakan suatu tanda dan suatu kawanan yang kecil. Yesus meminta setiap kita untuk melepaskan diri dari perkara-perkara duniawi dan Ia juga meminta hal yang sama dari kawanan. Yang penting bagi Gereja bukanlah mendirikan institusi-institusi yang kuat atau memegang posisi kunci di dalam masyarakat “demi kemuliaan yang semakin besar bagi Allah”. Gereja yang menantikan kembalinya sang Guru perlu waspada untuk selalu siap mengemas barang-barangnya karena sewaktuwaktu Tuhan akan mengutus mereka keluar dan meminta mereka menjadi misionaris lagi. Juallah apa yang kaumiliki dan berilah sedekah (ay. 33). Apakah orang- orang biasa yakin bahwa Gereja telah melakukan ini? Orang-orang Kristen bergirang apabila uskup dan imam mereka mengutuk ketidakadilan dan mengingatkan mereka akan hak-hak kaum buruh dan kelompok yang terpinggirkan. Tidak cukup kalau kita hanya berkhotbah kepada orang lain. Allah menuntut keadilan dalam dunia dan kemiskinan dari Gereja-Nya. Seruan kita akan keadilan tidak akan didengarkan sepanjang Gereja tidak menerima bagi dirinya seluruh Injil. Adalah kesukaan hati Bapamu memberikan kepadamu kerajaan: bdk. Luk 10:23 dan Mat 16:16. Gereja berada dalam dunia; inilah kawanan kecil yang mencari apa yang hakiki. • 35. Yesus mengembangkan perumpamaan tentang hamba yang menantikan kembalinya tuannya. Hamba ini dikontraskan dengan orang kaya dalam paragraf sebelumnya (12:13) yang hanya berpikir tentang usia yang panjang dan penuh kenikmatan. Hamba ini bekerja bagi Allah. Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga (ay. 37). Berjaga-jaga berarti berpikir tentang dunia masa depan. Berjaga-jaga juga berarti sadar akan kebenaran; kita tidak mengatakan ‘baik’ untuk yang jahat dan ‘jahat’ untuk yang baik; kita tidak memaafkan diri kita karena membiarkan kejahatan dan kita tidak terintimidasi di hadapan ketidakadilan. Putra Manusia akan datang seperti seorang pencuri (ay. 40). Kita tidak boleh berpikir bahwa ini mengacu hanya kepada hari kematian, dan kita tidak perlu takut akan pengadilan Allah jika kita hidup dalam rahmatNya. Yesus berkata kepada kita tentang tuan yang kembali dari pesta nikah, yang begitu berbahagia sehingga Ia menjungkirbalikkan kebiasaan yang lazim dan mulai melayani hamba-hambanya. Jika kita telah melayani Allah selama bertahun-tahun, mengapa kita tidak bisa sampai kepada tahap kehidupan rohani yang lebih tinggi yang di dalamnya Allah tampaknya hanya berpikir tentang melayani kita dan berpesta bersama kita? Petrus berkata kepada-Nya, (ay. 41). Paragraf ini ditujukan kepada mereka yang memegang jabatan penting di dalam Gereja. Tuanku terlambat datang (ay. 45). Mereka yang memegang jabatan penting bisa saja mengkhianati misinya. Lebih sering lagi, mereka melakukan kekeliruan dengan hanya melihat berfungsinya lembaga secara efisien dan efektif lalu lupa akan kedatangan Kristus. Allah datang sepanjang waktu melalui peristiwa yang secara tak tersangka-sangka meruntuhkan rencana-rencana kita. Karena itu gereja tidak boleh terlalu bersandar pada perencanaan kegiatan-kegiatannya, siapakah yang mengetahui apa yang sudah disiapkan Allah untuk kita besok? Gereja seharusnya memperhatikan doa dan kesiapannya sehingga Tuhan akan membiarkan dia berada dalam situasi aman, ketika Ia menggguncang alam semesta. Waspadalah untuk mengagumi, bersukacita dalam dan menemukan kehadiran Allah dan berkat-berkat-Nya yang menerangi hidup kita. • 49. Aku telah datang untuk membawa api. Haruskah kita berpikir tentang api sebagai cinta, Injil atau karunia Roh Kudus? Lebih baik kita tetap dengan gambaran api yang memurnikan, membakar semua yang lapuk, memberikan kehangatan dan menunjang kehidupan; api pengadilan Allah menghancurkan semua yang tidak menyerahkan diri kepada daya pembarunya. Yesus datang untuk menjadikan kembali dunia dan mengeluarkan permata dari bebatuan yang akan bertahan sampai keabadian. Mereka yang mengikuti Yesus harus mengambil bagian dalam karya pe-nyelamatan ini yang diarahkan pada suatu situasi yang menggabungkan kerja, kekerasan, penderitaan, serta berbagai khayalan baik yang masuk akal maupun yang mengawang-awang. Aku harus menjalani pembaptisan… (ay. 50). Yesus adalah pemimpin dan akan menjadi orang pertama yang menghadapi kematian sebagai sarana memperoleh kebangkitan. Langkah ini, yang penuh penderitaan baik bagi Yesus maupun bagi kita adalah pembaptisan dengan api (lihat Lukas 3:16) yang mengantar kita ke dalam hidup yang mulia dan abadi. Ini merupakan pembaptisan yang benar, sementara dua pembaptisan yang lain, yakni pembaptisan dengan air dan Roh Kudus, hanyalah persiapan (Rom. 6:3-5). Aku datang membawa perpecahan. Ini diikuti oleh kata-kata Yesus yang juga membingungkan mereka yang mengharapkan dari pada-Nya hidup yang damai. Yesus adalah sumber perpecahan di antara bangsa-bangsa (lihat komentar atas Yohanes 10:1-4) dan kelompok-kelompok sosial. Sering orang berusaha mempergunakan agama sebagai perekat bagi kesatuan nasional atau perdamaian keluarga. Benarlah bahwa iman-kepercayaan merupakan salah satu faktor dalam perdamaian dan pengertian. Tetapi iman-kepercayaan juga memisahkan mereka yang benar-benar menghayati agamanya dari mereka yang entah kerabat atau sahabat, tidak bisa memiliki sekarang apa yang bernilai paling penting bagi orang beriman sejati ini. Sering kali luka dan skandal yang diakibatkan oleh perpisahan ini begitu menyakitkan sehingga mereka menjadi penganiaya kita. Injil tidak menempatkan dunia ini pada jalan menuju taman firdaus duniawi, tetapi ia menantangnya untuk bertumbuh. Kematian Yesus membawa apa yang tersembunyi dalam hati manusia kepada terang yang sepenuhpenuhnya (Luk 2:35); demikian pula ia menyatakan tipu-daya dan kekerasan yang mendasari masyarakat kita, sama seperti ia menyingkap hal-hal ini yang mendasari masyarakat Yahudi pada masanya. • 54. Ketika engkau melihat awan. Tanda-tanda yang terlihat di seputar Yesus cukup bagi setiap orang untuk mengerti bahwa sekaranglah saat yang dimaklumkan oleh para nabi, ketika umat manusia harus dipertobatkan dan Israel harus mengakui Juruselamatnya, esok sudah terlambat (ay. 57-59). Ketika engkau pergi bersama pendakwamu ke depan pengadilan (ay. 58). Dalam Injil Matius, ini mengacu kepada rekonsiliasi antara saudara dan saudari. Lukas, sebaliknya, menggunakan frase ini untuk menunjuk pada pertobatan kita. Kita ada di jalan menuju pengadilan Allah dan itu sama seperti datang ke hadapan penguasa; karena itu kita harus mempergunakan waktu yang diberikan ini dengan sebaik-baiknya untuk meluruskan situasi kita. Kita tidak boleh membuang-buang kesempatan ini ketika kita dapat diselamatkan dari Pengadilan dengan percaya kepada warta Kristus. • 13.1 Mereka menyampaikan kepada Yesus… tentang pemberontakan orangorang Galilea di halaman kenisah dan intervensi yang mendadak dari pasukan Romawi yang ditempatkan pada benteng terdekat. Mereka mencemarkan pelataran suci yang hanya boleh dimasuki orang Yahudi dan menumpahkan darah di Tempat Kudus. Mereka yang menyampaikan cerita ini mengharapkan agar Yesus akan memperlihatkan rasa nasionalisme dan keagamaan-Nya dengan mengutuk pembunuhan terhadap sesama warga negara dan penghinaan terhadap Allah. Yesus tidak memilih memfokuskan perhatian-Nya pada soal-soal ini, melainkan sebagaimana kebiasaan-Nya, Ia menunjukkan bahwa orang-orang lebih terobsesi dengan perkara-perkara manusia daripada perkara-perkara Allah dan Ia mengarahkan perhatian mereka pada apa yang hakiki: orang- orang Galilea itu adalah orang-orang yang keras, sama seperti tentara Roma yang membunuh mereka. Itulah saatnya Allah memanggil setiap orang kepada pertobatan yang padanya bergantung kelangsungan hidup mereka. Dalam atmosfir yang keras seperti itu tidak ada cara lain bagi bangsa Yahudi yang terjajah kecuali iman, karena iman bekerja melalui semangat pengampunan. HUKUMAN ALLAH Dalam perikop ini Yesus mempertanyakan gagasan yang kita miliki tentang hukuman Allah. Kita tidak bisa percaya kepada Allah tanpa percaya kepada keadilan. Bagi orang Yunani yang dewa-dewanya sewenangwenang, dan tidak begitu jujur, keadilan merupakan kuasa ilahi yang mengatasi dewa-dewa. Kita selalu cenderung menjadikan diri kita pusat dunia dan yakin bahwa kita lebih baik dari orang lain. Jika malapetaka menimpa seseorang, kita berpikir bahwa itu adil, tetapi ketika bencana menimpa kita, kita bertanya, “Apa yang telah kulakukan terhadap Allah sehingga bencana ini menimpa diriku?” Injil membahas beberapa aspek dari masalah ini. Pertama, hendaknya kita berusaha membebaskan diri dari mentalitas kelompok (lihat 6:32): kejahatan yang dilakukan oleh musuh kita tidak lebih jelek daripada kejahatan yang kita lakukan. Keadilan Allah jauh melampaui keadilan kita, dan baru benar-benar terwujud dalam kehidupan yang berikutnya (kasus Lazarus, 16:19). Kemalangan yang bagi kita di dunia ini tampak sebagai “hukuman Allah” tidak lebih daripada suatu tanda yang bernilai pedagogis yang dipergunakan Allah untuk membuat kita sadar akan dosa kita. Dan Allah sering mempertobatkan seorang pendosa dengan menganugerahkan kepadanya karunia yang tidak diharapkan (lihat kasus Zakeus, 19:1). Kalau begitu mengapa ada begitu banyak hukuman Allah dalam Perjanjian Lama? Umat Allah belum mengenal kehidupan abadi, sehingga perlulah berbicara tentang hukuman Allah dalam kehidupan di dunia ini, agar orang-orang ini percaya kepada keadilan-Nya. Sesungguhnya Allah terus memberikan tanda semacam itu baik untuk perorangan maupun untuk kelompok. Baiklah kalau kita belajar mengenal tanda-tanda itu, sambil mengingat bahwa itu bukanlah kata akhir dari keadilan Allah. • 10. Kata melepaskan (ay. 15) dipergunakan oleh orang Yahudi untuk menyatakan bahwa dosa atau hukuman bagi seseorang dibatalkan. Itu juga berarti membebaskan seekor hewan dari kuknya. Yesus membebaskan pribadi manusia dan mengundang kita untuk mengikuti teladan-Nya. Kita tidak boleh terkejut atas kebencian kepala sinagoga. Karena ia belum pernah sanggup membantu saudara perempuannya yang sakit, ia pasti merasa martabatnya telah dilecehkan oleh gerakan Yesus. Bukankah itu pengalaman kita juga? Tidak pernah terjadi bahwa Yesus meminta izin dari penguasa untuk menyelamatkan orang lain. • 18. Lihat komentar atas Matius 13:31. Di akhir pelayanan-Nya di Galilea, Yesus mengajak kita untuk bersikap optimis: meskipun hasilnya tidak seberapa, benih telah ditaburkan dan Kerajaan Allah terus bertumbuh. • 22. Lihat komentar tentang Matius 7:13. Benarkah bahwa hanya sedikit orang yang akan diselamatkan? Yesus memandang hal ini sebagai pertanyaan yang tidak ada gunanya. Yang seharusnya ditanyakan adalah apakah Israel mendengarkan panggilan Allah, dan apakah dia tengah mengambil jalan sempit yang akan menyelamatkan dia. Orang-orang dari timur dan barat (ay. 29). Orang-orang dari segala bangsa akan dipertobatkan dan masuk ke dalam Gereja sementara bangsa Yahudi – untuk sebagian besarnya – akan tetap tinggal di luar. • 34. Lihat komentar tentang Matius 23:37. Perhatikan bahwa ada perbedaan kecil: sampai tiba saatnya engkau akan berkata (ay. 35). Bagi Lukas, murid Paulus, ini merupakan suatu kepastian: hari itu akan datang ketika Israel mengakui Kristus (lihat Rom 11:25-32). Karena Yesus telah datang untuk menyelamatkan Israel, yang berarti memberi makna kepada sejarahnya. Tak ayal lagi, itu akan menjadi akhir dari seluruh sejarah lainnya. • 14.7 Di sini Yesus mengembangkan amsal kitab suci yang mengundang kita untuk bersikap merendah dalam pertemuan-pertemuan atau kegiatan sosial (Ams 25:6-7). Perilaku seperti itu cocok dengan anak-anak Allah. Apa pun wilayah kegiatan manusia, hendaknya kita membiarkan orang lain mencari tempat pertama. Kita tahu bahwa yang penting bukan hal yang dilihat: Allah tahu bagaimana meninggikan orang yang rendah hati dan menempatkan mereka pada tempat yang paling sesuai untuk mereka. Tambahan pula, ketika kita meninggalkan gereja duniawi menuju kerajaan surga, di sana akan ada perubahan mengenai siapa yang harus duduk di tempat utama. Seorang paus, uskup, atau tokoh Katolik yang menonjol bisa saja mendapat tempat lebih rendah daripada seorang ibu rumah tangga yang sederhana. • 12. Setiap kita berusaha untuk dekat dengan mereka yang ada di atas kita, karena kita berpikir kita akan memperoleh keuntungan yang lebih besar jika berhubungan dengan orang yang lebih tinggi daripada jika berhubungan dengan orang yang lebih rendah. Peringatan Yesus menunjuk pada salah satu sebab utama ketidakadilan. Kita semua mengambil bagian dalam kesalahan ketika kita memutuskan dengan siapa kita berhubungan karena lebih mendatangkan keuntungan; karena itu, setiap orang yang berusaha naik ke anak tangga yang lebih tinggi, selalu meninggalkan yang paling lemah dalam keadaan terisolir dan tak berdaya. Akan merupakan pemandangan aneh jika tokoh-tokoh masyarakat dan pejabat pemerintahan lebih memberi perhatian kepada orang-orang yang berpakaian compang-camping, atau kawasan kumuh diberi fasilitas listrik dan air lebih dulu dari pemukiman mewah, atau melihat dokter berpraktek di pedalaman. DALIH-DALIH • 15. Pada banyak bagian Perjanjian Lama ada percakapan tentang suatu “perjamuan” yang disediakan Allah bagi orang baik, bagi hamba-hambaNya, ketika Ia datang untuk mendirikan Kerajaan-Nya. Yesus juga mengembangkan tema ini banyak kali karena perjamuan melambangkan persekutuan para kudus. Perumpamaan di sini sangat mirip dengan perumpamaan yang diceritakan Matius dalam 22:1. Berbahagialah mereka yang makan pada perjamuan dalam Kerajaan Allah, kata orang itu kepada Yesus. Barangkali ia tidak curiga bahwa untuk dapat mengambil bagian dalam pesta abadi, kita perlu menanggapi panggilan dari Allah yang mengundang setiap orang untuk berkumpul dalam jemaat-Nya, yaitu Gereja dan membangun suatu dunia yang lebih saling mengasihi. Dia yang berpaling dari saudara atau saudarinya hari ini tidak akan berjamu bersama orang lain dalam perjamuan itu. Kita diberi alasan mengapa mereka yang diundang tidak menanggapi panggilan Tuhan, ketika Ia memanggil mereka untuk membangun suatu dunia yang lebih baik bersama Dia. Aku telah membeli sebidang ladang… Aku baru saja kawin… Semuanya ini merupakan alasan yang baik. Namun kekhawatiran terhadap ekonomi rumah tangga tidak boleh menghentikan keterlibatan kita dalam kegiat-an umat, ataupun menghalangi kita untuk terlibat dalam persekutuan kristiani. Banyak kali mereka yang lebih terpelajar terlalu risau dengan kebutuhan akan suatu “rumah tangga yang bahagia” dengan anak-anak yang terdidik. Jika kita tidak keras dengan diri sendiri maka kita akan segera berada di antara benih yang terhimpit onak dan duri. Bawalah orang miskin… paksalah mereka untuk datang ke Gerejaku; doronglah mereka untuk memainkan peran yang cocok dalam masyarakat. Allah mengandalkan orang miskin dan tersingkirkan untuk mempertahankan aspirasi menuju perdamaian dan keadilan di dalam dunia, untuk membangkitkan hati nurani orang-orang “baik” yang hidupnya terlalu mewah. • 25. Yesus memikirkan orang-orang yang setelah begitu antusias menerima Dia dan melepaskan ambisi-ambisi pribadinya demi membaktikan dirinya bagi pewartaan Injil, berbalik mencari apa yang oleh orangorang biasa dilihat sebagai hidup yang lebih ‘normal’ dan terjamin. Yesus membutuhkan murid-murid yang memberikan komitmen yang sekali untuk selama-lamanya terhadap tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya. Mengapa dilakukan perbandingan dengan raja yang hendak pergi berperang? Karena orang yang membebaskan dirinya demi pelayanan Injil, sesungguhnya adalah seorang raja yang akan memperoleh ganjaran Allah yang lebih besar daripada ganjaran yang diberikan oleh siapa pun juga (lihat Mrk 10:30). Ia juga harus mengetahui bahwa pertempuran yang dia lakukan adalah melawan “pemilik” dunia ini, yaitu iblis, yang berusaha menghentikan dia dengan seribu satu macam ujian dan perangkap yang tak tersangka-sangka. Andaikan dia tidak menyerah secara total, maka murid itu akan gagal dan lebih jelek keadaannya daripada kalau dia tidak pernah mulai. Sepanjang engkau tidak menyerah... (ay. 33). Yesus meminta kepada beberapa orang untuk meninggalkan orang-orang yang dikasihinya dan masalah-masalah keluarganya. Kepada semua orang Ia menunjukkan bahwa kita tidak akan pernah bebas menjawabi panggilan Allah, jika kita tidak bersedia meninjau kembali kekhawatiran tentang hubungan keluarga, penggunaan waktu kita dan semua yang kita kurbankan demi suatu kehidupan yang layak menurut pemikiran banyak orang. Tanpa melepaskan cintamu terhadap ayahmu dan anak-anakmu… (ay. 26). Ayat ini dijumpai dalam Matius 10:37. Lukas menambahkan: istrimu. KAMBING HITAM • 15.4 Mengapa orang-orang Farisi menggerutu? Karena mereka selalu risau dengan kemurnian ritual. Dalam perspektif ini – yang ada dalam Perjanjian Lama – maka dalam hubungan antara dua orang, pihak yang najis akan mencemarkan pihak yang tahir. Karena para “pendosa” pada hakekatnya tidak pernah berpikir untuk memurnikan dirinya dari berbagai macam kecemaran dalam kehidupan sehari-hari, maka Yesus dapat dipandang sebagai seorang guru yang siap menjadi tercemar setiap saat. Dengan demikian Yesus harus berbicara tentang belas kasih Allah yang tidak menyapu bersih pendosa dari hadapan-Nya. Kemudian, bukankah ada sesuatu yang lebih manusiawi dalam kebencian orang-orang “baik”: biarlah setiap orang melihat perbedaan antara kita dan orang lain! Sekali lagi Yesus bertempur melawan gagasan kuno, bahwa jasa yang telah diberikan pantas mendapat ganjaran Allah. Berbahagialah seekor domba yang dicari Yesus daripada sembilan puluh sembilan yang ditinggalkan! Kasihan, orang-orang benar yang tidak membutuhkan pengampunan Allah! Di kota-kota besar dewasa ini, gereja rupanya dibiarkan hanya seekor domba saja. Mengapa ia tidak keluar, dalam arti melepaskan penghasilannya, hak-hak istimewanya serta devosi-devosi yang bersifat komersial supaya bisa keluar mencari sembilan puluh sembilan yang tersesat? Meninggalkan lingkungan nyaman orang-orang yang tidak bermasalah, melihat di luar batas-batas ritual-ritual yang telah dibarui dan siap dikritik sebagaimana Yesus dikritik, itulah tantangan dewasa ini. Siapakah yang menyalakan lampu, menyapu rumah dan tidak mencari kalau bukan Allah sendiri? Demi penghormatan terhadap Allah, orang-orang Yahudi di masa Yesus lebih suka untuk tidak me-nyebut nama Allah, dan mereka menggunakan ungkapan-ungkapan seperti malaikat-malaikat atau surga. DOSA ASAL DAN BAPA YANG MURAH HATI • 11. Ada tiga tokoh dalam perumpamaan ini: bapa, yang mewakili Allah; anak sulung, yang mewakili orang Farisi, dan anak bungsu. Siapakah anak bungsu ini? Barangkali pendosa atau Manusia. Manusia menginginkan kebebasan dan sering kali berpikir bahwa Allah mengambil kebebasan itu dari dirinya. Ia mulai dengan meninggalkan sang ayah, yang cintanya tidak dia pahami dan yang kehadirannya telah menjadi beban baginya. Sesudah memboroskan warisan tanpa mempedulikan berapa nilainya, ia kehilangan kehormatannya dan menjadi budak orang lain dan perbuatan-perbuatan yang memalukan (babi adalah binatang najis bagi orang Yahudi). Anak itu kembali. Setelah sadar akan perbudakannya, ia meyakinkan dirinya bahwa Allah mempunyai rencana yang lebih baik bagi dirinya, dan ia pun mulai menempuh jalan pulang. Begitu ia tiba, ia menemukan bahwa sang Bapa sangat berbeda dengan apa yang dia pikirkan sebelumnya, bapanya tengah menantikan dia dan berlari menemui dia; ia memulihkan martabat anaknya, dengan menghapus ingatan akan warisan yang hilang. Ada perayaan pesta yang banyak kali disebut oleh Yesus. Pada akhirnya kita mengerti bahwa Allah adalah Bapa. Ia tidak menaruh kita di bumi untuk mengumpulkan bintang jasa dan tanda penghargaan tetapi untuk menemukan bahwa kita adalah anak-anak-Nya. Kita dilahirkan sebagai pendosa: sejak permulaan hidup kita, kita dibimbing oleh perasaan-perasaan kita dan contoh-contoh yang buruk dari masyarakat tempat kita dibesarkan. Dan yang lebih penting: sepanjang Allah tidak mengambil prakarsa dan menyatakan diri-Nya kepada kita, kita tidak dapat berpikir tentang kebebasan selain dalam pengertian bebas dari Dia. Allah tidak terkejut oleh kejahatan kita karena dengan menciptakan kita sebagai makhluk yang bebas, Ia menerima risiko bahwa kita akan jatuh. Allah bersama kita dalam seluruh pengalaman kita akan baik dan buruk, sampai Ia dapat memanggil kita putra-putri-Nya berkat jasa Putra Tunggal-Nya, Yesus. Perhatikan kalimat yang dahsyat ini: Aku telah berdosa melawan Allah dan melawan Engkau. Dosa berarti menentang Surga yang berarti menentang Allah yang adalah kebenaran dan kekudusan. Tetapi Allah adalah juga bapa yang prihatin terhadap putranya; putra telah berdosa di hadapan Dia yang menarik kebaikan dari dalam kejahatan. Demikianlah Allah dan Bapa kita – Dia yang menciptakan kita hari demi hari, tanpa kita menyadarinya, sementara kita terus berjalan pada jalan kita; Dia yang mencari pendosa yang dapat dilimpahi-Nya dengan kekayaan. Anak sulung, yaitu anak yang taat, karena mempunyai hati yang tertutup, tidak mengerti semuanya ini. Ia telah melayani dengan harapan mendapat ganjaran, atau sekurang-kurangnya, harapan untuk dilihat sebagai lebih tinggi dari yang lain; dan ia tidak sanggup menyambut para pendosa atau mengambil bagian dalam pesta Kristus, karena sesungguhnya ia tidak tahu bagaimana mengasihi. • 16.1 Yesus tidak berpikir untuk menghukum tindakan curang dari sang administrator, tetapi menunjuk pada kecerdikannya mempersiapkan masa depannya, orang ini sanggup menemukan pada waktunya bahwa sahabat lebih bertahan daripada uang. Atas cara yang sama, dalam mencari mata pencaharian baru, manusia terang harus melepaskan uang dari bayangbayangnya sebagai Kebaikan Tertinggi. Rupanya menyimpan uang di tempat yang aman merupakan cara terbaik untuk menjamin keberadaan dan masa depan kita. Yesus, sebaliknya, mengajar kita untuk mempergunakannya dan menukarkannya, tanpa ragu-ragu, dengan sesuatu yang lebih berharga seperti persahabatan atau sikap saling menghargai. Kita bukanlah pemilik melainkan pengelola atas kekayaan kita dan kita harus mengelolanya demi kebaikan banyak orang. Uang bukanlah hal yang jelek sepanjang kita mempergunakannya sebagai sarana untuk mempermudah penukaran. Yesus bahkan menyebutnya “tidak adil” (kita mempergunakan kata kotor) karena uang bukanlah barang yang sejati (bukan uang yang membenarkan kita di hadapan Allah); dan karena tidak mungkin mengumpulkan uang tanpa kehilangan iman kepada Bapa dan tanpa menyakiti sesama kita. Uang adalah sesuatu yang diperoleh dan dibelanjakan orang, ia tidak membuat seseorang semakin besar. Karena itu uang bukanlah bagian dari harta milik kita (ay. 12). ORANG KAYA • 13. Orang Farisi, mendengar semuanya ini dan mengejek Yesus (ay. 14). Lebih dari penginjil yang lain, Lukas melihat bahwa tak dapat dipadukan agama yang benar dan cinta akan uang. Orang Farisi dapat membenarkan cinta mereka terhadap uang dengan mengutip kata-kata Kitab Suci. Sesungguhnya, pada mulanya orang Yahudi melihat kekayaan sebagai berkat dari Allah. Maka bagi mereka, adillah kalau Allah mengganjari mereka yang setia kepada-Nya dengan uang sepanjang mereka tahu mengelola kekayaan dunia. Kemudian, dengan berlalunya waktu, mereka akhirnya melihat bahwa uang lebih besar bahayanya dan sering kali menjadi privilese dari orang-orang yang tidak beriman (Mzm 49, Ayub). Namun demikian, begitu seseorang memiliki uang, ia yakin bahwa ia memiliki kebenaran. Begitulah kaum Farisi merasa berwewenang untuk menghakimi dan memutuskan perkara-perkara Allah. Seperti mereka, banyak orang Kristen yang termasuk dalam kalangan yang berpengaruh, ingin mempergunakan uang dan kekuasaan demi pelayanan Kerajaan Allah dan dengan cepat mengukuhkan diri mereka sebagai manajer. Uang pada gilirannya menguasai mereka yang memilikinya. Cepat atau lambat seseorang bersedia menyetujui suatu tatanan moral yang membenarkan hakhak istimewanya dan melupakan nilai-nilai Injil seperti keadilan, kerendahan hati, dan kemiskinan. Pada akhirnya, Gereja sendirilah yang diremehkan oleh mereka yang mencari Allah. Mengapa orang-orang miskin merasa rendah diri di hadapan orang-orang kaya di dalam Gereja? Mereka terbiasa melihat orang-orang kaya memimpin organisasi gerejawi dan terbiasa pula menerima sabda Allah dari mereka, meskipun Yesus memberi peringatan tentang bahaya kekayaan. HUKUM • 16. Kita akan segera membaca tiga ucapan Yesus yang berkaitan dengan Hukum. Hukum berarti hukum yang telah diberikan Allah kepada orang Yahudi. Di samping itu, Hukum dan Kitab para Nabi adalah salah satu cara yang dipakai orang Yahudi untuk mengacu kepada Tulisan-tulisan Suci yang kita sebut Perjanjian Lama. Yesus mempergunakan ungkapan ini di sini untuk menunjuk pada masa Perjanjian Lama, kepada semua yang bersiap-siap menantikan kedatangan-Nya. Dari pada satu huruf pun dari Kitab Suci yang tidak terpenuhi (ay. 17): itu berarti segala sesuatu yang termuat di dalamnya mempunyai makna meskipun Yesus menyatakan bahwa saat yang menentukan telah datang bersama Dia. Hukum diperlukan untuk mempersiapkan kedatangan-Nya, tetapi hukum itu tidak lagi dijalankan dan dihayati seperti dulu (lih. Mat 5: 17-20). Bagi orang Yahudi yang menjalankan Hukum dan secara khusus bagi mereka yang mengikuti Yohanes Pembaptis, ada satu lagi langkah yang diperlukan: iman kepada Yesus, dan oleh iman ini menaklukkan Kerajaan Allah (Luk 7:24). Berbeda dengan apa yang tampak, jauh lebih mudah menjalankan kewajiban agama, menaati hukum dan berpuasa, daripada percaya dan mengambil risiko terhadap sesuatu yang belum diketahui dengan mengikuti Yesus yang tersalib. • 19. Perumpamaan ini berbicara tentang jurang antara orang kaya dan miskin yang tidak manusiawi yang kini menjadi persoalan global. Ada satu hukum uang yang mematikan yang membuat orang kaya hidup terpisah dalam hal: perumahan, transportasi, rekreasi, layanan kesehatan. Tembok yang dengan sengaja didirikan oleh orang kaya di dunia ini, sesudah kematiannya, menjadi jurang dalam yang tak dapat diseberangi oleh seorang pun. Dia yang menerima pemisahan ini akan menemukan dirinya di sisi sebelah untuk selama-lamanya. Seorang miskin bernama Lazarus: Yesus me-nyebut orang miskin ini dengan nama, tetapi orang kaya tidak. Begitulah Yesus membalikkan tatanan masyarakat sekarang ini yang memperlakukan orang-orang kaya sebagai pribadi, tetapi tidak demikian dengan orang miskin. Kita juga melihat bahwa, pada saat meninggalnya, Lazarus mendapat banyak sahabat: malaikat-malaikat dan Abraham, bapa kaum beriman. Orang kaya tidak mendapat sahabat maupun pengacara yang akan membebaskan dia dari keadaannya, neraka berarti isolasi. Sementara orang ingin mengetahui apa gerangan dosa si orang kaya ini yang membuat dia dicampakkan ke neraka. Apakah karena ia menolak memberikan remah-remah dari meja makannya kepada Lazarus? Injil tidak mengatakan hal ini. Sebaliknya Injil menunjukkan bahwa orang kaya ini bahkan tidak melihat Lazarus yang berbaring di pintunya. Ingatlah bahwa dalam hidupmu engkau sudah sejahtera. Lazarus zaman sekarang ada jutaan dan sudah ada di depan pintu kita; mereka dikenal sebagai dunia ketiga atau keempat. Pada skala dunia negara-negara maju dan minoritas yang mempunyai hak istimewa yang telah menguasai meja perjamuan yang diperuntukkan bagi semua orang: kekuasaan yang besar dan kebudayaan yang dipaksakan oleh media massa. Industri nasional dan sumber-sumber mata pencaharian telah dihancurkan oleh perdagangan bebas yang tak terhalang oleh larangan moral dan sosial. Ratusan juta Lazarus dipinggirkan dan ditolak sampai mereka mati dalam kemelaratan, atau melalui kekerasan yang timbul dari kehidupan yang tidak manusiawi. Lazarus zaman modern dijauhkan dari rumah gedongan oleh satpam, anjing dan kawat berduri. Mereka ingin mengisi perutnya dengan sisa makanan dari pesta pora, tetapi hanya sedikit yang tertinggal, karena sebagian besar sudah diboroskan untuk membeli produk-produk impor atau disimpan di bank-bank luar negeri. Lazarus hidup di antara anjing dan sampah: ia menjadi pelacur, pencopet, sampai kematian prematur membuat dia bisa menemukan seseorang yang mencintai dia: di sisi Abraham dan para malaikat. Dalam pada itu orang kaya bekerja keras, bukan terutama untuk menikmati hidup tetapi untuk meyakinkan dirinya bahwa ia benar: bahkan Gereja harus membenarkan dia dan pemisahan yang diciptakannya. Cara berpikir yang salah inilah yang membawa dia ke neraka; padahal cara pikir inilah yang sudah mengilhami dia dengan kebencian dan penghinaan terhadap mereka yang mewartakan tuntutan keadilan yang diajarkan oleh Musa dan para nabi, dengan kata lain, yang diajarkan Kitab Suci. Injil, dalam kerinduannya untuk menyelamatkan orang kaya dan orang miskin, meminta kita bekerja dengan suatu pandangan untuk menyingkirkan neraka yang memisahkan kedua kelompok sosial ini. Sudah saatnya menjembatani jurang pemisah dalam kehidupan ini. • 17.11 Sepuluh orang kusta yang disembuhkan tetapi hanya seorang yang diberitahu Imanmu telah menyelamatkan engkau. Dialah yang langsung menanggapi dari lubuk hatinya. Sementara yang lain hanya merisaukan pemenuhan kewajiban hukum, ia hanya berpikir tentang mengucap syukur kepada Allah persis di tempat rahmat Allah menemukan dia: demikianlah iman yang menyelamatkan dan mengubah kita. Di antara banyak orang yang meminta kepada Allah karunia kesembuhan atau karunia yang lain, berapa orangkah yang pada akhirnya benar-benar mengasihi Allah? • 20. Bilamanakah Kerajaan Allah itu datang? Kerajaan itu tidak datang sebagai revolusi atau perubahan musim setiap tahun: ia tengah berkarya di antara manusia yang menerima Kabar Baik. Mereka yang percaya sudah menikmati Kerajaan Allah. Kemudian datanglah sabda Yesus tentang pemusnahan Yerusalem dan kedatangan-Nya yang kedua (Mrk 13:14). Kita tidak boleh berbicara tentang akhir dunia setiap kali kita gelisah. Yesus memberikan kita dua perbandingan: kilat (ay. 24) yang dapat dilihat di mana-mana dan burung nasar (ay. 37) yang pasti akan berkumpul di mana ada mayat. Atas cara yang sama setiap orang secara tak terelakkan akan insyaf akan kembalinya Kristus. Namun kembalinya Kristus ini akan mendapati para penjaga dalam keadaan lengah (seperti di zaman Nuh). Penghakiman akan memisahkan kaum terpilih dari kaum terkutuk – tak suatu pun yang memisahkan mereka dalam kehidupan sehari-hari –dari dua orang yang sedang bekerja bersama-sama, yang satu akan diambil dan yang lain ditinggalkan. Dalam Matius 24:17 acuan kepada seorang di luar rumahnya dihubungkan dengan pemusnahan Yerusalem, dan itu berarti kita harus segera meluputkan diri. Dalam teks ini, ada makna yang lain: ketika akhir dunia datang, sudah terlambat untuk berpikir tentang menyelamatkan diri atau harta kekayaan. Di mana ini akan terjadi (ay. 37): pertanyaan tolol seperti dalam Lukas 17:20, karena Tuhan tidak akan datang membawa umatnya ke dalam suatu lokasi geografis. Pada hari itu, orang baik akan dibawa ke hadirat Allah, dan itu pasti sama seperti burung nasar berkumpul di sekeliling mayat. • 18.1 Jika ada Allah yang adil, mengapa Ia tidak melaksanakan keadilan? (Mzm 44:23; Ibr 1; Zak 1:12; Why 6:9). Yesus menjawab, “Apakah kamu merindukan dan meminta keadilan dari Allah dengan iman yang cukup? Ia pasti akan melaksana- kan keadilan tetapi kamu harus menunggu.” Seorang hakim yang tidak takut kepada Allah dan manusia: banyak orang begitu melihat apa yang tidak adil dan tidak masuk akal dalam hidup, memandang Allah dengan cara ini. Jika kita berdoa dengan tekun, kita perlahan-lahan akan menemukan bahwa kenyataan hidup tidaklah se-absurd seperti yang kita lihat, dan kita akan mengenal wajah Allah yang mengasihi kita lewat kejadian-kejadian itu. Siapa yang berseru kepada-Nya siang dan malam (ay. 7). Yesus yang begitu menekankan tanggung jawab kita kepada dunia, adalah juga Dia yang mendesak kita untuk berseru kepada Allah siang dan malam. Mengapa orang-orang lebih suka terbagi (atau mengapa kita membagi mereka) menjadi pendoa dan pekerja? Akankah Ia menemukan iman di bumi ini? (ay. 8). Yesus mengukuhkan suatu pendapat yang biasa ditemukan di kalangan Yahudi di masa itu. Pada hari terakhir sebelum Penghakiman, kuasa iblis akan begitu besar sehingga dalam diri banyak orang kasih akan menjadi dingin (Mat 24:12). Sesungguhnya, dengan kedatangan Kristus yang pertama, Perjanjian Lama seolah-olah berakhir dengan kegagalan; tidak banyak orang yang percaya kepada-Nya dan kemudian, kebanyakan orang dipengaruhi oleh kebingungan, juru selamat palsu dan kekerasan yang memicu kejatuhan bangsa selama empat puluh tahun sesudah Yesus wafat. • 9. Orang-orang Farisi bertekad melaksanakan hukum Allah; mereka sering berpuasa dan melakukan banyak karya amal. Sayangnya, banyak dari antara mereka yang merasa berjasa karena model hidup seperti itu: mereka berpikir mereka tidak lagi membutuhkan belas kasih Allah karena perbuatan-perbuatan baik akan memaksa Allah untuk mengganjari mereka. Di lain pihak orang kebanyakan itu mengenal dirinya sebagai pendosa di hadapan Allah dan sesama: apa yang dapat dilakukannya hanyalah meminta ampun. Dia berada dalam kebenaran dan rahmat Allah ketika kembali ke rumah. Yesus berbicara tentang mereka yang benar-benar yakin akan kebenaran mereka sendiri (ay. 9). Persisnya, teks mengatakan “keadilan mereka” yang dikontraskan dengan “ia dibenarkan” dalam ay. 14. Kitab Suci menyebut adil mereka yang hidupnya tertib di hadapan Allah karena mereka menjalankan hukum-Nya; maka dalam Mat 1:19 dan Luk 1:6 Yusuf dan Zakharias disebut adil. Tetapi di banyak tempat, jauh lebih dipentingkan tindakan-tindakan lahiriah dari manusia yang adil, dan bagi orang Farisi serta kelompok religius yang adalah sekaligus suatu partai atau kelompok sosial, para anggota kelompok memandang diri mereka sebagai orang baik. Yesus mengundang kita untuk bersikap rendah hati jika kita ingin memperoleh satu-satunya kebenaran yang diperhitungkan di mata Allah. Karena ini bukan soal memperolehnya lewat jasa dan praktek-praktek keagamaan, tetapi menerimanya sebagai anugerah dari Allah yang ditujukan kepada mereka yang merindukan pengampunan dan kekudusan. Bukan kebetulan bahwa perumpamaan ini ada dalam Injil Lukas, murid Paulus; karena Paulus, orang Farisi yang bertobat itu, terus- menerus menekankan apa itu keadilan sejati orang Kristen. Apa yang dikehendaki Allah bagi kita begitu besar sehingga kita takkan pernah bisa membelinya dengan praktek-praktek keagamaan atau karya-karya amal: tetapi bagi mereka yang percaya kepada-Nya, Allah memberikan semuanya (lih. Rm 4). Juga bukan kebetulan bahwa Yesus menampilkan bagi kita seorang Farisi yang hanya tahu bagaimana membandingkan dirinya dengan orang lain agar menemukan dirinya lebih baik daripada orang lain. Justru di situlah iblis menantikan kita semua dan juga semua kelompok orang Kristen yang membanggakan dirinya sebagai kelompok yang telah menemukan jalan menuju pertobatan. Di mana pun kita melihat Gereja yang terbagi, entah dengan alasan politik atau keagamaan, sudah dapat ditebak bahwa orang-orang menginginkan situasi itu karena dalam situasi itulah pihak yang satu dapat membandingkan dirinya dengan pihak yang lain. Sulit rasanya menjadi anggota kelompok “orang-orang yang dipertobatkan” tanpa memandang dengan penuh kasih sayang kepada saudara-saudari Kristen yang tidak mengambil jalan yang sama. KUASA YESUS • 19.1 Setiap orang di Yerikho menuding Zakheus: bagaimana mungkin orang ini yang terlibat dalam persekongkolan kotor, (seperti dia juga) dipertobatkan? Hukuman apa yang akan diberikan Allah kepadanya? Daripada menghukum dia, Allah datang ke rumahnya. Yesus menunjukkan bahwa Ia dibimbing oleh Roh ketika Ia ‘memergoki’ Zakheus di antara banyak orang, dan ketika Ia mengerti pada saat itu juga, bahwa pada hari itu Ia telah datang ke Yerikho, untuk menyelamatkan seorang kaya. Zakheus tahu bahwa ia menjadi obyek kecemburuan dan kebencian. Ia tidak seluruhnya jahat: meskipun tangannya kotor, ia belum kehilangan pengertian tentang apa yang baik dan ia mengagumi ‘nabi’ Yesus secara diam-diam. Allah dapat menyelamatkan dia karena niat baiknya. Kebaikan yang dilakukan Yesus terhadapnya mendorong dia untuk memperlihatkan kualitas-kualitas yang baik dan manusiawi yang tersembunyi dalam dirinya. Dikatakan bahwa ia menerima Yesus dengan sukacita: suatu kegembiraan yang memperlihatkan transformasi yang telah terjadi dalam dirinya. Sesudah itu, ia tidak mengalami kesulitan meluruskan tindakan-tindakannya yang bejat. Ia lalu membagikan kekayaannya dan menegakkan kembali keadilan. Orang-orang pada marah, dan dalam hal itu mereka meniru orang-orang Farisi; mereka percaya bahwa nabi Yesus harus mengambil bagian dalam prasangka mereka bahkan dalam kecemburuan sosial mereka. Yesus bukanlah seorang demagog; tidak adanya pengertian dari massa pendengar tidak menjadi soal bagi Yesus; yang menjadi soal adalah ketegaran hati orangorang Farisi. Sekali lagi Yesus menunjukkan kuasa-Nya; Ia menghancurkan kejahatan dengan menyelamatkan si pendosa. • 11. Orang-orang Galilea pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah dan Yesus pergi bersama mereka. Ia tahu bahwa kematian menunggu-Nya, mereka yakin bahwa Ia akan dimaklumkan sebagai raja dan pembebas Israel. Dalam perumpamaan ini Yesus mengundang mereka untuk berpegang pada harapan lain. Ia akan memerintah sekembalinya dari suatu negeri yang jauh (kematiannya sendiri) pada akhir sejarah. Dalam pada itu umat-Nya bertanggung jawab atas kekayaan, yang telah diberikan-Nya kepada mereka dan yang harus mereka perbanyak. Mereka tidak boleh menantikan kedatangan-Nya kembali sambil menganggur karena musuh-musuh-Nya akan memanfaatkan ketidakhadiran-Nya untuk berjuang menentang pengaruh-Nya. Hamba-hamba Yesus akan mengambil bagian dalam kemenangan-Nya sesuai dengan jerih payah mereka. Halaman ini berhubungan erat dengan perumpamaan tentang talenta (Mrk 25:15). Ada dua perbedaan yang ditonjolkan. Di satu pihak, dalam introduksi dan dalam kesimpulan, Yesus mengacu kepada kehidupan politik negerinya. Negerinya bergantung kepada Kekaiseran Roma dan raja-rajanya harus dapat diterima oleh pemerintahan Romawi yang membawahi mereka. Di lain pihak, perumpamaan ini menekankan keadilan Allah: setiap orang menerima menurut jasanya. Kebahagiaan surgawi bukanlah sesuatu yang dapat didistribusikan secara sama rata. Setiap orang akan mengenal Allah dan ambil bagian dalam kekayaan Allah dalam ukuran sesuai dengan besar kecilnya cintanya. Setiap langkah yang kita ambil berupa ketaatan, kurban, dan kerendahan hati, meningkatkan kemampuan kita untuk menerima Allah dan diubah oleh-Nya. • 20.9 Betapa banyaknya konfrontasi antara Yesus dan pemimpin-pemimpin Yerusalem. Di dalam 20:19 Lukas berkata, Mereka takut kepada orang banyak. Apakah benar bahwa orang Yahudi pada masa itu, guru-guru Hukum dan para imam lebih jelek daripada kita sekarang? Atau apakah kita keliru ketika kita bermimpi tentang suatu Gereja tanpa penindasan dan kontroversi? Tidak semua kita harus mengalami perlawanan yang dialami Yesus. Ia memilih bagi diri-Nya jalan salib ini karena itulah jalan raya menuju Allah. • 27. Lihat komentar atas Mrk 12:18. Lukas mempunyai ungkapan sendiri ketika berbicara tentang kebangkitan dalam ayat 34-36. Itu karena di negara-negara dengan kebudayaan Yunani (Lukas menulis untuk mereka) banyak orang percaya akan kebakaan jiwa sebagai sesuatu yang alamiah. Lukas memperjelas hal ini bagi mereka, bahwa kehidupan yang lain bukanlah sesuatu yang alamiah; ia merupakan karunia Allah bagi mereka yang dianggap layak memasukinya. Mereka juga putra-putri Allah. Dengan mempergunakan ungkapan Ibrani, teks ini berkata, mereka juga adalah putra-putri Allah (pada masa itu putra-putra Allah adalah para malaikat) karena mereka adalah putraputri kebangkitan. Kebangkitan bukan berarti dipulihkannya hidup seperti yang kita kenal, melainkan karya Roh Kudus yang mentransformasikan dan menguduskan mereka yang dibangkitkan-Nya. Karena itu mereka yang dibangkitkan adalah putra-putri Allah dalam arti yang lebih otentik daripada mereka yang berasal dari dunia ini: karena dibebaskan dari dosa, mereka dilahirkan kembali oleh Allah. Semua hidup bagi Dia. Mereka mulai menjadi hidup ketika Allah mengenal mereka dan memanggil mereka, dan mereka tidak akan lenyap, karena Allah memanggil mereka dari dunia ini untuk dibawa ke dalam dunia milik-Nya sendiri. Iman akan kebangkitan dikontraskan dengan ajaran tentang transmigrasi yang mengatakan bahwa jiwa-jiwa kembali kepada suatu kehidupan dan kondisi sosial yang sepadan dengan jasa-jasa mereka. Siklus ini akan terus berlangsung sepanjang proses pemurnian belum tuntas. Ini merupakan teori yang kuat yang sanggup menggugah banyak orang di Barat. Dapat dikatakan bahwa teori ini mudah dan praktis dan membawa orang kepada hilangnya rasa tanggung jawab karena semua bisa diatur. Namun sebenarnya ini bukanlah ajaran Hindu: penghayatan ajaran moral mereka sering kali jauh lebih keras daripada yang kita lakukan, karena mereka selalu berjaga-jaga untuk menghindar dari berulangnya kembali siklus ini. Perbedaannya di tempat lain. Ada dua konsep tentang manusia. Konsep yang satu mengatakan bahwa jiwa terpenjara di dalam tubuh; dalam konsep yang lain dikatakan bahwa Allah menyelamatkan pribadi utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Tubuh bukanlah pakaian bagi jiwa, yang dapat berpindah dari seorang tua kepada anak yang baru lahir. Inilah sebabnya mengapa harapan Kristiani menantikan kebangkitan dalam arti kemungkinan bagi tiap-tiap orang untuk dilahirkan kembali dari Allah di dalam Allah dan menyatakan dirinya sepenuh-penuhnya dalam “tubuh yang dimuliakan”. Kitab Suci mengajar kita bahwa kehidupan kita yang sekarang ini merupakan satu-satunya kesempatan bagi kita. Orang hanya satu kali mati dan dihakimi (Ibr.9:27). • 45. Mereka bahkan mencaplok milik para janda. Ini bisa saja mengacu kepada guru-guru Hukum yang menginap di rumah janda-janda saleh dan biaya hidupnya ditanggung si janda. • 21.5 Lihat komentar atas Mrk 13:1 dan Matius 24:1. Karena suatu malapetaka yang besar akan menimpa negeri ini (ay. 23). Lukas meramalkan kehancuran bangsa Yahudi secara lebih jelas daripada yang dilakukan oleh Matius dan Markus. Sampai genaplah zaman bangsa-bangsa bukan Yahudi (ay. 24). Lukas membagi sejarah ke dalam dua zaman. Yang satu berhubungan dengan Perjanjian Lama: itulah zaman ketika Sejarah Suci hampir sama dengan sejarah Israel. Kemudian, sesudah Yesus, datanglah zaman bangsa-bangsa. Kehancuran bangsa Yahudi dan terpencarnya orang-orang Yahudi menandai suatu era baru, yang hampir seluruhnya merupakan sejarah penginjilan dan pendidikan bangsa-bangsa oleh Gereja. Kita dapat menyebutnya zaman Perjanjian Baru yang akan berakhir dengan bencana dahsyat yang mengakhiri sejarah manusia. • 34. Berjaga-jagalah. Sesudah berbicara tentang akhir Yerusalem yang akan segera tiba (ay. 28-32), Lukas berbicara tentang hari itu yang akan mengakhiri sejarah manusia dengan kedatangan Kristus, sang Hakim (ay. 34-36). Berjaga-jagalah. Ajakan ini bukan hanya dialamatkan kepada mereka yang akan mengetahui hari itu, tetapi kepada setiap orang sepanjang sejarah Gereja. Sekali lagi Ia mengajak kita untuk berjaga-jaga dan berdoa selagi dunia tertidur (lihat Ef 6:18). Supaya kamu sanggup bertahan: untuk menghindari kesalahan dan penipuan (2Tes 2:9; 1Tes 3:13) selama pencobaan yang mendahului kedatangan Kristus. Doa Bapa Kami menyatakan keprihatinan yang sama. Mereka yang menantikan kedatangan Kerajaan Allah berdoa: janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan. Sesungguhnya berjaga dan berdoa tidak hanya berfungsi mencegah kejatuhan yang mungkin terjadi. Jika kaum beriman dan Gereja tetap berjaga-jaga, maka mereka lebih banyak bekerja sama dalam pengembangan rencana ilahi dan mempercepat kedatangan Tuhan. • 22.7 Di mana Engkau mau kami mempersiapkannya? Ini merupakan kecemasan utama para peziarah ke Yerusalem: menemukan sebuah rumah tempat mereka dapat makan domba kurban. Seorang akan datang kepadamu. Biasanya kendi air dibawa oleh perempuan, sehingga mudah dikenal laki-laki yang membawa kendi air. Yesus tahu bahwa Yudas sedang mengkhianati dia, dan tidak mau menunjukkan tempat perjamuan sebelum waktunya, ia dapat ditangkap di sana. Maka Ia percaya kepada suatu intuisi profetis: Bapa telah menentukan tempat bagi perjamuan akhir. Itulah rumah seorang kaya, murid Yesus di Yerusalem. Kemungkinan di rumah inilah para berkumpul sesudah kematian Yesus yang menandai permulaan Gereja. rasul • 14. Lihat komentar atas Mrk 14:12. Yesus mengambil tempat pada meja, atau lebih tepat sesuai dengan Injil, “Ia berbaring” sebagaimana kebiasaan pada perjamuan orang kaya: para tamu berbaring di sofa sekeliling meja. Sangat sulit untuk mengetahui apakah perjamuan akhir Yesus ini dimulai dengan makan domba Paskah lalu diakhiri dengan Ekaristi, atau apakah Yesus merayakan Ekaristi tanpa lebih dulu makan hidangan Paskah. Yang pasti, Injil bermaksud mengajarkan kita bahwa Ekaristi diperuntukkan bagi kita sebagaimana hidangan Paskah diperuntukkan bagi bangsa Israel. Mereka mengedarkan kepada-Nya piala. Orang yang memimpin perjamuan Paskah akan mengambil empat piala yang diberkatinya lalu diedarkan keliling oleh orang yang hadir. Aku tidak akan minum hasil pohon anggur (ay. 18). Yesus ingat bahwa bagi orang Yahudi, hidangan Paskah sudah merupakan gambaran antisipatoris atas perjamuan Kerajaan Allah. Pada malam itu, perayaan perjamuan bagi Yesus ini dilaksanakan dengan cara yang amat khusus. Inilah Tubuh-Ku. Apakah roti yang dikonsekrir merupakan lambang Tubuh Kristus atau benar-benar Tubuh Kristus? Telah ada kontroversi besar antara orang Katolik dan orang Protestan mengenai hal ini. Orang Katolik mengerti bahwa roti ini benar-benar Tubuh Kristus; orang Protestan mempertahankan bahwa roti ini tidak memuat kehadiran fisik dari Tubuh Kristus lalu memandangnya hanya sebagai lambang. Kedua pihak telah berusaha untuk mencapai saling pengertian. Iman Gereja mengatakan bahwa roti yang dikonsekrir merupakan lambang Tubuh Kristus dan sekaligus Tubuh Kristus itu sendiri. Kehadiran Tubuh Kristus tidak bersifat simbolis melainkan riil, meskipun bukan suatu kehadiran material, seolah-olah kita dapat berkata, “Yesus ada di sini di atas meja.” Tubuh Kristus hadir tetapi melalui tanda sakramental roti dan anggur, dan Ia hadir seperti Ia dilambangkan. Di dalam komuni kita menerima Tubuh Kristus yang “bangkit” (jadi ada satu alasan lain lagi untuk mengatakan bahwa kehadiran Yesus bukan suatu kehadiran material, melainkan suatu bentuk kehadiran lain, yang tidak kurang riilnya, tetapi berbeda) agar kita dapat menerima dari pada-Nya kekuatan dan hidup. Meskipun kehadiran-Nya bagi kaum beriman dalam komuni merupakan kenyataan rahasia dan intim, namun tujuan dari Ekaristi bukanlah membuat Kristus ‘lebih’ hadir, tetapi membarui dan memperkuat komunio (persekutuan) antara Yesus dan mereka yang makan pada meja perjamuan Tuhan, sekaligus membuat kita semakin sadar akan kehadiran ilahi yang berlimpah ruah. Darah-Ku ditumpahkan bagimu. Yesus memberi kita makna kematian-Nya, Ia akan menjadi Hamba Yahweh yang dijanjikan Yesaya (53:12), yang memikul pada diri-Nya dosa-dosa orang banyak. Katakanlah, bahwa bagi orang Yahudi, orang banyak tidak mengecualikan seorang pun. Namun demikian, orang banyak ini pertama-tama mengacu kepada orang-orang pilihan Yesus: itulah sebabnya kita membaca di sini ditumpahkan bagimu, yang sama bunyinya dengan 1Kor.11:24; Ef.5:25; Yoh17:19. Perjanjian baru: lihat komentar atas Mrk 14:12. Lakukan ini sebagai kenangan akan Daku. Dengan kata- kata ini Yesus melembagakan ekaristi yang akan dirayakan Gereja. Sebagai kenangan akan Daku: bukan untuk mengenang seorang yang sudah mati. Pada hari Paskah, orang Yahudi mengenangkan campur tangan Allah yang membebaskan mereka dari Mesir; dalam ekaristi kita mengenangkan campur tangan Allah yang menyelamatkan kita melalui kurban Putra-Nya. Parentesis ayat 19-20 mencakup kata-kata yang tidak terdapat dalam banyak naskah kuno dan barangkali tidak termasuk Injil Lukas. • 24. Sesudah cerita tentang Perjamuan Akhir (Mrk 14:12) Lukas menampilkan beberapa kenangan akan percakapan dengan Yesus sebelum meninggalkan rasul-rasul-Nya. Di sini Ia memperlihatkan Yesus yang sendirian dan tidak dimengerti oleh rasul-rasul-Nya sendiri pada malam sebelum kematian-Nya. Mereka belum belajar apa-apa setelah sekian banyak bulan dan menjelang acara penutup Perjamuan Akhir, mereka hanya mengungkapkan keprihatinan yang serba duniawi belaka. Rasul-rasul mendambakan tempat pertama di dalam Kerajaan: Apa kiranya konsep mereka tentang Kerajaan Allah? Selama perjamuan Yesus telah bertindak sebagai pelayan rumah (Yoh 13:1). Yesus tidak patah semangat ketika Ia melihat bahwa para rasul amat sulit menjangkau pikiran dan keinginan-Nya, bahkan ketika waktu-Nya sudah hampir berakhir. Ia telah menyerahkan hidup dan karya-Nya kepada Bapa: jika Ia tampak seolah-olah gagal, Ia tahu bahwa sesudah kematianNya, karya-Nya akan diperbarui sejalan dengan hidup baru yang diperoleh-Nya, dan dengan demikian Ia memenuhi janji-Nya kepada para rasul. Kamu akan duduk…(ay. 30). Betapa sulitnya bagi kita untuk mengerti kesetiaan Yesus kepada umat-Nya sendiri. Segala yang ada pada-Nya Ia bagikan kepada mereka yang membaktikan diri-Nya bagi karya-Nya. Kedua belas suku Israel berarti seluruh umat Allah. Dengan ini Yesus menetapkan kita semua yang datang dari segala bangsa untuk menerima iman para rasul. Petrus percaya bahwa karena ia adalah kepala, ia akan lebih kuat daripada yang lain. Yesus, di pihak lain, melihat misi Petrus yang akan datang. Meskipun Petrus pernah jatuh, Yesus memberikan kepadanya rahmat khusus supaya ia dapat memperkuat yang lain. Demikianlah cara Yesus mengerjakan segala sesuatu: Ia menyelamatkan apa yang hilang dan sesudah melihat kelemahan yang tak tersembuhkan dalam kodrat manusia Petrus, Ia menggunakan Petrus untuk memberikan kepada Gereja-Nya suatu stabilitas yang tak pernah dipikirkan oleh masyarakat mana pun. Memang, kelangsungan hidup Gereja selama berabad-abad, sebagian besar, karena jasa para paus, yaitu pengganti-pengganti Petrus. Pada akhirnya, Yesus mempergunakan beberapa gambaran untuk menunjukkan krisis yang sudah banyak diramalkan dan sekarang tengah dihadapi: para rasul tidak sungguh-sungguh mengerti dan mereka mencari pedang. • 39. Rupanya Yesus merayakan Paskah dalam sebuah rumah yang terletak di sebelah barat-daya kota tua Yerusalem. Ia menuruni jalan bertangga ke sebuah tempat yang disebut jeram Tiropeon, naik lagi ke daerah Ofel, kawasan tua dari kota Daud, lalu turun lagi ke sungai Kidron yang airnya hampir selalu kering. Dari situ Ia mungkin mengambil jalan melewati sebuah lorong menuju Bukit Zaitun. Disebut demikian karena lereng sebelah barat tertutup oleh pohon-pohon zaitun. Yesus pergi ke sebuah taman yang disebut Getsemani, atau “tempat pemerasan”. Tanah ini mungkin milik salah seorang murid Yesus karena Ia sudah beberapa kali ke situ (Yoh 18:2). Ia berada dalam sakrat maut. Yesus pasti telah merasakan (sebagaimana kita rasakan – bahkan atas cara yang lebih hebat) kengerian maut. Ia juga mestinya telah dikejutkan oleh penglihatan atas dosa dunia yang nyaris tak terpikulkan karena kehadiran Bapa yang mahakudus. Andaikan kita ingin mengerti sesuatu yang terjadi pada saat-saat itu, kita harus belajar tentang kesaksian tokoh-tokoh besar orang kudus yang dengan cara mereka sendiri mengalami ujian yang luar biasa berat. Beberapa manuskrip Injil yang kuno tidak memiliki ayat 43 dan 44: mungkin kedua ayat ini dihilangkan karena banyak orang merasa terpukul oleh “kelemahan” Kristus. Seorang malaikat dari surga. Kadang-kadang Kitab Suci berbicara tentang malaikat untuk menunjukkan bahwa Allah mengintervensi dengan cara yang penuh misteri lewat peneguhan, pengajaran, dan hukuman… Malaikat ini mengingatkan kita akan dia yang datang untuk meneguhkan Elia (1Raj 19:4). Kita harus mengerti bahwa Allah ingin memberikan Yesus bantuan istimewa agar Ia sanggup bertahan dalam ujian yang mahaberat. Sekali lagi kita membutuhkan kesaksian para kudus untuk mengerti hal ini dengan lebih baik. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah. Inilah gejala yang dimengerti oleh para dokter sebagai akibat dari kecemasan dan penderitaan. Jam dan cara penangkapan Yesus hanya bisa dilakukan oleh para penjahat yang didorong oleh kuasa kegelapan. Ada kalanya terasa seolah-olah semua harapan dan keadilan telah lenyap dari muka bumi. • 54. MENGAPA MEREKA MEMBUNUH-NYA? Dalam hubungan dengan dua pengadilan atas diri Yesus, yang satu pengadilan agama dan yang lain pengadilan politik, lihat komentar atas Mrk 14:53. Pengadilan Yesus dan hukuman mati atas diri-Nya tidak terlalu jauh berbeda dengan apa yang terjadi dengan orang Kristen militan dan para martir. Dengan menunjukkan keberpihakan kepada orang miskin dan mendidik orang-orang sederhana agar mereka dapat bebas dan bertanggung jawab, kita tidak melakukan tindak kriminal dalam negara, namun selama berabad-abad, telah dilakukan pengejaran terhadap banyak orang dengan alasan-alasan ini. Kita telah menyebutkan bahwa Yesus berkhotbah dalam situasi yang luar biasa sulitnya, karena negeri-Nya berada di bawah hukum pendudukan Roma dan setiap warta tentang pembebasan dapat dituduh subversif. Tak pelak lagi, mereka yang menghukum Yesus mempunyai banyak alasan untuk membenci Dia. Namun demikian Injil mencatat bahwa tuduhan terhadap Yesus difokuskan pada pokok-pokok ajaran-Nya. Mereka menghukum Yesus karena Ia mengklaim diri-Nya Anak Allah: Kristus, Putra Allah, Dia yang akan duduk pada sisi kanan Allah. Imam agung pada masa itu termasuk keluarga kaya yang memperjuangkan posisinya, karena posisi itu memberi akses kepada uang kenisah. Hanas dan putra-putranya (dan menantunya Kayafas) terkenal sebagai orangorang bermuka tebal yang mendiamkan protes dengan rotan dari para pengawal, yang sebenarnya merupakan pasukan ilegal. Di sini mereka tampil bersama para pemimpin Yahudi, atau Kaum Tua-tua, yang termasuk keluarga yang paling kaya. • 23.1 Pilatus tidak mau menghukum Yesus, antara lain karena ia membenci imam-imam Yahudi, dan karena itu ia mengirim Yesus kepada Herodes. Dengan mengenakan jubah putih pada Yesus, Herodes memperlakukan Dia sebagai orang gila yang bermimpi menjadi raja. Mereka menjadi sahabat mulai dari saat itu, karena meskipun keduanya sangat berbeda, mereka menyadari bahwa mereka termasuk kelas masyarakat yang sama, yang dengan kekuasaannya dapat mempermainkan hidup orangorang biasa. • 18. Barabas mungkin seorang teroris yang mengganggu ketenangan para penindas Romawi. Imam agung yang ingin berdamai dengan orang-orang Roma membenci orang semacam Barabas ini. Namun demikian imam agung membujuk rakyat untuk meminta pembebasan bagi Barabas. Meskipun rakyat membenci imam agung, mereka mendengarkan seruannya. Dengan demikian rencana Pilatus untuk melepaskan Yesus gagal. • 27. Apa yang akan terjadi dengan kayu kering? (ay. 31). Yesus mengajarkan bahwa kurban yang diterima menghasilkan banyak buah: tetapi pada saat yang sama Ia meratapi penderitaan yang tidak perlu dari suatu bangsa yang membiarkan peristiwa itu menimpa mereka; suatu bangsa yang akan dihancurkan akibat kesalahan mereka sendiri. Kata-kata ini juga ditujukan kepada mereka yang membuat darah Kristus tidak berguna bagi mereka. Orang banyak mengikuti Dia, khususnya perempuan… Lukas adalah satusatunya penginjil yang membuat refleksi atas sikap yang penuh kasih sayang ini. Berlawanan dengan Matius yang menekankan kesalahan bangsa Yahudi, Lukas ingin menonjolkan bahwa hukuman atas diri Yesus menggerakkan hati banyak orang. Kata-kata Yesus mengingatkan kita akan apa yang telah dikatakan-Nya tentang kehancuran bangsa Yahudi (Mrk 13 dan 11:26). • 39. Pemimpin-pemimpin Yahudi telah menaruh Yesus di tempat yang menjadi milik-Nya, karena Ia memutuskan untuk menanggung dosa-dosa kita. Kedua orang itu memandang Dia yang telah datang untuk berbagi nasib dengan mereka. Engkau akan berada dalam Firdaus (ay. 43). Apa itu firdaus? Kita tidak mempunyai cukup kata-kata untuk menyatakan apa yang ada di balik sana. Di masa Yesus orang Yahudi biasanya membandingkan Tempat Orang Mati dengan suatu negeri besar yang terbagi atas wilayah-wilayah yang dipisahkan oleh tembok yang tak dapat dilewati. Neraka adalah salah satu wilayah; tempat ini diperuntukkan bagi orang jahat, dan dari situ tak seorang pun dapat melarikan diri. Suatu wilayah yang lain adalah Firdaus, tempat orang-orang baik akan berkumpul bersama nenek moyang pertama dari orang kudus yang menantikan saat kebangkitan. Engkau akan bersama-Ku, kata Yesus. Itu berarti ia akan bersama Juruselamat, yang selama satu setengah hari berada dalam damai dan sukacita Allah sebelum kebangkitan. Pernyataan ini membuat kita lega ketika memikirkan nasib kita pada saat kematian, meskipun kita tidak tahu apa yang terjadi dengan diri kita sebelum Kebangkitan. Kita tidak akan dianestesi atau hilang keberadaan kita sebagaimana diklaim oleh sementara orang, tetapi sebaliknya kita akan memiliki semuanya karena berada bersama Yesus yang datang untuk berbagi nasib dengan saudarasaudari-Nya dalam kematian dan istirahat mereka (lihat Flp 1:23 dan Why 14:13). • 24.1 Tuhan Yesus: dengan ungkapan ini, yang tidak dijumpai pada bagian Injil yang lain tetapi sangat sering dipergunakan oleh Gereja perdana, Lukas menunjukkan kepada kita bahwa Yesus yang Bangkit telah memasuki semacam eksistensi yang berbeda dari eksistensi kehidupan fana-Nya. Hendaknya kita ingat akan hal-hal berikut ini: 1) Tak satu pun Injil yang menguraikan Kebangkitan Yesus: itu merupakan peristiwa yang tidak dapat dilihat. 2) Khotbah para rasul tentang Yesus yang bangkit didasarkan atas dua kenyataan: kubur yang kosong dan penampakan-penampakan (lihat komentar atas Mat 28:1). 3) Sebelum Injil-injil ditulis, surat Paulus yang pertama kepada umat di Korintus, dalam tahun 57, memberikan sebuah daftar penampakan Yesus (1Kor 15:3). 4) Meskipun keempat Injil ini sepakat mengenai hal-hal yang hakiki, ada perbedaan menyangkut urutan penampakan dan tempat kejadian. Lukas tidak menyebut penampakan di Galilea. Matius memberi kita kesan bahwa semua kejadian yang penting terjadi di Galilea, dan bahwa Kenaikan terjadi di sana. Paulus pertama-tama berbicara tentang penampakan kepada Petrus dan tidak menyebut penampakan kepada Maria Magdalena. Dalam suatu studi mendalam tentang teks-teks ini kita mendapat sedikit gambaran mengapa ada beberapa diskrepansi di sini: mereka tidak mau menyatakan segala sesuatu, dan sewaktu-waktu lebih suka memodifikasi detail tempat dan kronologi peristiwa agar cocok dengan tuntutan kitab dan demi tujuan pengajaran. 5) Dalam hubungan dengan kenaikan Yesus, tidak bisa dikatakan bahwa ini suatu “perjalanan” ke surga; Ia sudah “di surga” dalam arti bahwa Ia mengambil bagian dalam kemuliaan Allah sejak saat Kebangkitan. Kenaikan tidak lain dari penampakan-Nya yang terakhir (lihat komentar atas Ibr 1:9). • 13. Kita memperhatikan di halaman Injil ini betapa cermatnya Lukas secara bergantian mempergunakan kata kerja: melihat dan mengenal. Penginjil ini, sesungguhnya, ingin memperlihatkan kepada kita bahwa sesudah kebangkitan-Nya Yesus tidak lagi dapat dilihat oleh mata badaniah; Ia telah pergi dari dunia ini kepada Bapa, dan dunia baru ini luput dari kemampuan indrawi kita. Hanya dengan penglihatan barulah, terang iman membuat kita “mengenal”-Nya sebagai pribadi yang hadir dan aktif dalam diri kita dan di sekeliling kita. Jika sejarah Gereja mencatat sejumlah penampakan luar biasa dari Yesus yang bangkit, maka orang-orang beriman diundang untuk “mengenal” Dia melalui iman. Kedua murid ini kembali ke rumah untuk kembali ke pekerjaan mereka yang semula, setelah harapan mereka hancur. Kita terbiasa menyebut mereka peziarah Emaus. Orang-orang Yahudi atau bangsa Israel adalah kaum peziarah kerena mereka tidak pernah mempunyai kesempatan untuk berlama-lama di jalan. Keberangkatan dari Mesir, penaklukan Tanah Terjanji, pertempuran melawan penyerbu, pengembangan kebudayaan religius merupakan banyak tahapan sepanjang jalan. Setiap kali mereka berpikir bahwa dengan mencapai sasaran, masalah mereka akan terselesaikan tetapi setiap kali pula mereka harus menyadari bahwa jalan yang mereka tempuh masih panjang. Kleofas dan pengiringnya adalah peziarah sejak mereka mengikuti Yesus, karena mereka berpikir bahwa Dia akan menebus Israel. Pada akhirnya hanya ada kematian Yesus. Inilah saat ketika Yesus benar-benar hadir dan mengajar mereka bahwa tak seorang pun dapat memasuki Kerajaan Allah tanpa melewati kematian. Mereka mengenal-Nya (ay. 31). Barangkali Yesus tampak berbeda seperti yang kita lihat dalam Yohanes 20:14. Inilah yang dikatakan Markus dalam 16:12. Lukas juga menginginkan agar kita mengerti bahwa orang-orang yang sama, yang matanya tidak dapat mengenal Yesus, akan melihat Dia ketika mereka menjadi percaya. Mulai dengan Musa sampai kepada para nabi (ay. 27). Ingatlah bahwa “Musa dan para nabi” adalah salah satu cara menyebut Kitab Suci. Yesus mengundang mereka untuk beralih dari iman dan harapan Israel menuju masa depan yang bahagia bagi seluruh bangsa, yaitu kepada iman dalam tiap-tiap pribadi yang menerima misteri penolakan dan Kesengsaraan-Nya. Segala sesuatu dalam Kitab Suci yang berhubungan dengan diri-Nya (ay. 27). Dalam pelajaran Kitab Suci-Nya yang pertama, Yesus mengajarkan mereka bahwa Mesias harus menderita. Yesus tidak hanya membeberkan semua teks yang menubuatkan Kesengsaraan dan Kebangkitan-Nya seperti Yes 50; Yes 52:13; Zak 12:11; Mzm 22; Mzm 69; tetapi juga teks-teks yang menunjukkan bahwa rencana Allah menyaring sejarah manusia. Sesuatu yang mirip terjadi dengan kaum beriman sekarang ketika kita selalu mengeluh dan menunjukkan ketidaksabaran kita. Namun Yesus tidak meninggalkan kita sendirian. Ia tidak bangkit untuk duduk-duduk saja di surga; Ia mendahului kemanusiaan dalam ziarah-Nya dan menarik kita kepada hari terakhir ketika Ia datang menemui kita. Pada saat yang sama Ia berjalan bersama kita, dan ketika harapan kita hancur, itulah saatnya kita menemukan makna Kebangkitan. Jadi yang dilakukan Gereja bagi kita sama dengan yang dilakukan Yesus bagi kedua murid-Nya. Pertama, Gereja memberikan kita ‘penafsiran atas Kitab Suci’: yang menjadi persoalan dalam usaha kita mengerti Kitab Suci bukanlah menghafal perikop demi perikop, melainkan menemukan benang merah yang menghubungkan berbagai peristiwa dan mengerti rencana Allah terhadap manusia. Kedua, Gereja merayakan Ekaristi. Perhatikan bagaimana Lukas berkata, Ia mengambil roti, mengucap berkat, membagi-bagi-Nya dan memberikanNya; empat kata yang sama digunakan oleh kaum beriman dalam perayaan Ekaristi. Kita bisa datang mendekati Yesus lewat percakapan dengan Dia dan merenungkan sabda-Nya; kita mendapati Dia hadir dalam pertemuanpertemuan persaudaraan kita, tetapi Ia memperkenalkan diri-Nya dengan cara yang berbeda ketika kita membagi-bagikan roti yang adalah tubuhNya. Kleofas (ay. 18); suami Maria, ibu Yakobus dan Yoset (lihat Yoh 19:25 dan Mrk 15:40). • 36. Yesus dilahirkan kembali ke dalam hidup yang mulia sejak hari kebangkitan-Nya. Ia sudah ada ‘dalam kemuliaan Bapa’ tetapi ingin bersama murid-murid-Nya pada berbagai kesempatan guna meyakinkan mereka bahwa keadaan-Nya yang baru bukanlah suatu kehidupan yang kurang lengkap – katakanlah seperti kehidupan di dunia hantu – tetapi suatu kehidupan yang mulia. Dalam pasal ini kita tempatkan dalam kurung beberapa kata atau kalimat yang tidak terdapat dalam banyak manuskrip tua dan yang barangkali baru ditambahkan kemudian. • 44. Yesus mempergunakan pertemuan-pertemuan ini untuk mengklarifikasi misi-Nya yang singkat dan intens bagi para rasul-Nya. Ia menyelamatkan kita dari dosa, yang tidak lain berarti menata kembali sejarah demi membangkitkan manusia. Segala sesuatu yang ditulis tentang Aku di dalam Hukum Musa, kitab Para Nabi dan Mazmur harus dipenuhi. Apa yang dimaklumkan para nabi tentang juruselamat yang akan ditolak oleh bangsa-Nya dan yang menanggungkan dosa bangsa-Nya ke atas diri-Nya sendiri, harus dipenuhi. Dosa apa? Tentu saja dosa setiap orang tetapi juga kekerasan seluruh masyarakat Yahudi pada masa Yesus. Inilah dosa yang mengantar-Nya kepada salib. Sesungguhnya, cara kematian ini dan kebangkitan tidak saja dikhususkan bagi Yesus, tetapi bagi umat-Nya juga. Dalam masa itu, Israel yang berada di bawah kekuasaan Roma, harus menerima kematian atas ambisiambisi duniawinya, otonomi, kebanggaan nasional, keunggulan agama bangsa Yahudi atas bangsa lain… agar bangkit sebagai umat Allah yang tersebar di antara bangsa-bangsa dan menjadi agen keselamatan. Ada sekelompok kecil yang mengambil jalan yang ditunjukkan Yesus dan itulah awal Gereja. Pertobatan dan pengampunan. Pertobatan Kristiani tidak berarti beralih dari satu partai ke partai yang lain, dari agama yang satu ke agama yang lain: pertobatan berarti meleburkan kembali pribadi. Pribadipribadi adalah bagian dari suatu masyarakat, dunia, sejarah, yang semuanya harus diperbarui. Karena itu berkhotbah kepada bangsa-bangsa juga berarti pendidikan bangsa-bangsa bahkan masyarakat internasional. Ini sesuatu yang memakan waktu lebih dari ratusan tahun. Kamu akan menjadi saksi atas hal-hal ini (ay. 48). Yesus memanggil para rasul-Nya untuk menjadi saksi resmi atas Injil-Nya dan menjadi penilai iman yang sejati. Tinggallah dalam kota. Rasul-rasul tidak bisa langsung memulai karya misionernya. Mereka pertama-tama akan membaktikan dirinya demi memperkuat persekutuan dan semangat persaudaraan dalam komunitas muridmurid Yesus, baru sesudah itu menantikan waktu yang dipilih Bapa untuk memberi mereka kuasa yang datang dari atas. Aku akan mengirim kepada kamu apa yang dijanjikan Bapa. Yesus tidak dapat mengukuhkan otoritas ilahi-Nya dan kesatuan dalam tiga pribadi ilahi secara lebih berkuasa. Ia mengundurkan diri: inilah penampakan Yesus yang terakhir kepada kelompok murid-murid-Nya. Demikianlah Lukas mengakhiri kitabnya yang pertama. Kitabnya yang kedua, Kisah Para Rasul, mengikuti Injil-injil dan dimulai persis di mana Injil ini berakhir.