Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan pengendalian

advertisement
Buku panduan pengawasan
dan kumpulan peraturan
pengendalian pencemaran lingkungan
Badan pengelolaan lingkungan hidup daerah
provinsi jawa barat
Oktober 2014
PENYUSUN:
Sub bidang pembinaan
Bidang pengendalian pencemaran lingkungan
Bplhd provinsi jawa barat
APRESIASI
UNTUK SUBSTANSI:
Ruly fatwani, aep saepuloh, fitria rakhmawati, titin sumiati, mitha
pratiwi, prima puspita sari, sofiyan hadi, indah dewi puspita, hery
herawan.
UNTUK ARAHAN:
Anang sudarna
Suharsono
Didi adji siddik
Resmiani
Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan pengendalian
pencemaran lingkungan
Cetakan 1, 2014
DITERBITKAN OLEH:
Badan pengelolaan lingkungan hidup daerah provinsi jawa barat
KATA PENGANTAR
Perbedaan jenis usaha dan/atau kegiatan dari suatu industri akan
berdampak kepada perbedaan dalam pengelolaan lingkungan yang
dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Untuk
itu perlu upaya peningkatan pemahaman kepada aparat pengawas
lingkungan hidup mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan dari suatu
industri agar tepat dalam menerapkan berbagai peraturan dalam
melakukan pengendalian pencemaran lingkungan yang dilaksanakan
oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Pengawasan lingkungan hidup adalah kegiatan yang dilaksanakan
secara langsung ataupun tidak langsung oleh aparat pengawas
lingkungan hidup daerah untuk mengetahui ketaatan penanggung
jawab usaha dan atau kegiatan terhadap peraturan dalam melakukan
pengendalian pencemaran lingkungan. Dalam melakukan pengawasan,
pengawas dituntut untuk mempelajari industri yang akan diawasi dan
peraturan-peraturan pengelolaan lingkungan yang berkaitan dengan
hal tersebut. Oleh karena itu, bagi pengawas diperlukan teknik
pengawasan yang baik dan benar yang sesuai dengan kaidah
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
iii
Pedoman
pengawasan
pengendalian
pencemaran
industri
ini
merupakan panduan untuk memudahkan pengawas lapangan dalam
mengawasi kinerja pengelolaan lingkungan pada industri
untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas tentang langkah-langkah yang
diperlukan di dalam melakukan pengawasan. Pedoman ini berisi
prinsip-prinsip pengendalian pencemaran dari sumber-sumber limbah
yang dihasilkan, strategi pengawasan proses produksi, potensi
pencemaran, persyaratan teknis, dan peraturan yang harus ditaati.
Bandung, Oktober 2014
Penyusun,
BPLHD Provinsi Jawa Barat
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................. iii
DAFTAR ISI .......................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................. vii
DAFTAR TABEL ................................................................ viii
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................1
1.1
Latar belakang ........................................................................... 1
1.2
Maksud dan Tujuan .................................................................. 2
1.3
Sasaran ..................................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM ................................................ 4
2.1
Sumber-sumber Pencemaran Sektor Industri ......................... 4
2.2
Potensi Pencemaran Lingkungan ............................................. 6
2.2.1
Potensi Pencemaran Air ...................................................... 6
2.2.2
Potensi Pencemaran Udara ................................................. 7
2.2.3
Potensi Limbah Berbahaya dan Beracun (LB3) .................. 9
2.3
Pengelolaan Lingkungan ........................................................ 23
2.3.1
Pengendalian Pencemaran Air .......................................... 23
2.3.2
Pengendalian Pencemaran Udara ..................................... 25
2.3.3
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)
........................................................................................... 32
BAB III
STRATEGI PENGAWASAN .................................. 46
3.1
Persiapan Pengawasan ........................................................... 46
3.2
Pelaksanaan Pengawasan ....................................................... 47
3.3
Format Berita Acara Pengawasan .......................................... 50
3.4
Contoh dan Penjelasan Cara Pengisian Berita Acara ..............61
v
3.5
Kegiatan Paska Kunjungan Lapangan ................................... 84
3.5.1
Pengolahan Data dan Informasi Hasil Pengawasan ......... 84
3.5.2
Penyusunan Laporan Pengawasan ................................... 84
3.5.3
Penyusunan Rekomendasi (Rencana Tindak) Pengawasan
........................................................................................... 85
3.5.4
Pemeliharaan Data dan Informasi .................................... 86
BAB IV PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP ........................................... 87
4.1
Peraturan Perundang-Undangan Skala Nasional .................. 87
4.1.1
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.......... 87
4.1.2
Pengelolaan Sampah ......................................................... 87
4.1.3
Perlindungan dan Pengelolaan Air ................................... 88
4.1.4
Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) ............ 90
4.1.5
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (LB3)
............................................................................................ 91
4.1.6
Perlindungan dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati 93
4.1.7
Perlindungan dan Pengelolaan Tutupan Lahan ............... 94
4.1.8
Pelestarian Fungsi Atmosfer ............................................. 95
4.1.9
Pelestarian Fungsi Udara .................................................. 96
4.1.10 Perlindungan dan Pengelolaan Laut ................................. 97
4.1.11 Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup ................................................................................ 98
4.1.12 Data dan Informasi .......................................................... 113
4.1.13 Pengawasan dan Penegakan Hukum ............................... 113
4.1.14 Kapasitas Sumber Daya Manusia .................................... 115
4.1.15 Kapasitas Kelembagaan ................................................... 116
4.1.16 Perjanjian Internasional .................................................. 121
4.2
Peraturan Perundang-Undangan Skala Provinsi Jawa Barat
.............................................................................................. 123
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. ix
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pencemaran Lingkungan................................................... 5
Gambar 2 Mekanisme Pengelolaan LB3 .......................................... 33
Gambar 3 Diagram Pengelolaan Limbah B3 .................................... 34
Gambar 4 Kegiatan Pengawasan ...................................................... 47
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sumber Limbah Cair Berdasarkan Jenis Usaha .................... 6
Tabel 2 Potensi Pencemaran Udara Berdasarkan Industri ................ 8
Tabel 3 Identifikasi Jenis Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(LB3) Sektor Manufaktur ..................................................... 9
Tabel 4
Identifikasi Jenis LB3 Industri Agroindustri ...................... 17
Tabel 5
Identifikasi Jenis LB3 Fasilitas Umum Sektor Agroindustri
.............................................................................................18
Tabel 6
Identifikasi Jenis LB3 Sektor Pertambangan, Energi,
Minyak, Dan Gas ................................................................. 19
Tabel 7 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Prasarana Jasa Dan Non
Institusi ................................................................................ 21
Tabel 8
Peraturan Limbah Cair ....................................................... 24
Tabel 9
Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara.................. 26
Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara ............................ 27
Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi............... 30
Tabel 12 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 ................... 34
Tabel 13 Checklist Form Evaluasi TPS LB3 .................................... 35
Tabel 14 Checklist Pemanfaatan Fly ash dan Bottom ash Batubara 38
Tabel 15 Checklist Pemanfaatan Substitusi Bahan Bakar ................ 39
Tabel 16 Checklist Pengolahan Secara Thermal ................................ 41
Tabel 17 Checklist Penimbunan Limbah B3 ..................................... 43
Tabel 18 Persiapan Pelaksanaan Pengawasan .................................. 46
Tabel 19 Mekanisme Pengawasan ...................................................... 47
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Kasus-kasus pencemaran dan perusakan lingkungan dari sektor industri
yang terjadi akhir-akhir ini mendesak pemerintah untuk secara serius
meningkatkan efektivitas pengawasan lingkungan untuk mengetahui
tingkat ketaatan industri terhadap ketentuan peraturan perundangundangan di bidang lingkungan hidup dalam menjamin kelestarian
fungsi lingkungan dari hasil kegiatan usaha atau kegiatan industri.
Peran pemerintah berkewajiban menetapkan kebijakan dan peraturan,
pembinaan, dan bersama-sama melakukan pengawasan.
Sementara
pelaku usaha berkewajiban memenuhi ketentuan perundang-undangan
lingkungan sebagaimana tertuang pada Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
serta peraturan turunannya.
Kegiatan pengawasan penaatan merupakan amanat Pasal 71 ayat (1) UU
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa “Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan
pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab dan/atau kegiatan
atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup”. Untuk itu
penguatan sistem dan perangkat pengawasan lingkungan yang efisien
dan efektif menjadi suatu keharusan.
1
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002
tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup Bagi
Pejabat Pengawas menyebutkan bahwa tujuan pengawasan lingkungan
hidup adalah untuk memantau, mengevaluasi, dan menetapkan status
ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap:
1) Kewajiban yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan di
bidang pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan
hidup;
2) Kewajiban untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan
pemantauan lingkungan sebagaimana tercantum dalam dokumen
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) atau persyaratan lingkungan yang tercantum dalam izin
terkait.
Kegiatan pengawasan ini diperlukan agar penanggung jawab kegiatan
menaati semua ketentuan perundang-undangan lingkungan hidup,
persyaratan dalam berbagai izin (izin usaha, izin pembuangan limbah,
dll) serta persyaratan mengenai semua media lingkungan (air, udara,
tanah, kebisingan, getaran) yang seharusnya tercantum dalam perizinan
yang telah dimiliki. Buku pedoman ini dapat dijadikan dasar dalam
pelaksanaan
pengawasan
pemerintah
kabupaten/kota
untuk
meningkatkan ketaatan industri dalam pengelolaan lingkungan hidup.
1.2
Maksud dan Tujuan
Maksud pembuatan buku pedoman ini adalah sebagai panduan dalam
melaksanakan pengawasan penaatan pengelolaan lingkungan oleh
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
2
Tujuan pembuatan buku pedoman ini diantaranya adalah:

Menyajikan informasi mengenai potensi pencemaran lingkungan,
dan pengelolaan lingkungannya;

Menyajikan informasi tentang rangkaian kegiatan pengawasan
mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan pasca pengawasan;

Memberikan pemahaman kepada para pengawas dalam memantau
dan mengevaluasi ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang dituangkan ke dalam Berita Acara Pengawasan.
Selanjutnya
Berita
Acara
tersebut
dijadikan
acuan
dalam
menetapkan status ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap ketentuan izin/dokumen lingkungan, pengelolaan
dan pengendalian pencemaran air, pengelolaan dan pengendalian
pencemaran udara, pengelolaan dan pengendalian Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3), serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(LB3).
1.3
Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan buku pedoman ini yaitu
untuk mengetahui tingkat ketaatan suatu kegiatan dan/atau usaha
dalam pengelolaan lingkungan serta upaya tindak lanjut yang harus
dilakukan.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1
Sumber-sumber Pencemaran Sektor Industri
Salah satu dampak aktivitas industridari sisi lingkungan hidup adalah
terjadinya pencemaran lingkungan akibat limbah industri. Pencemaran
air, udara, tanah dan pembuangan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (LB3) merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh kita
semua, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri
tersebut. Beberapa hal yang dapat menimbulkan permasalahan,
misalnya lokasi pabrik yang dekat dengan pemukiman penduduk,
pembebasan tanah yang bermasalah, tidak dilibatkannya masyarakat
dalam rencana kegiatan, buruknya kualitas AMDAL, tidak adanya
pengolahan limbah yang baik, dan lain sebagainya.
Air limbah yang tidak dikelola dengan baik, apabila dibuang ke
lingkungan sekitar dapat mengakibatkan masuknya bahan-bahan
pencemar termasuk logam berat dan bahan berbahaya lainnya ke tanah
dan saluran-saluran air warga sekitar sampai ke sumber air masyarakat.
Pencemaran juga terjadi akibat kebisingan suara yang dihasilkan oleh
aktivitas produksi yang melebihi batas. Salah satu cara menguranginya
adalah dengan melakukan perbaikan kualitas bangunan agar dapat
menurunkan intensitas bising dan menambah pepohonan di sekitar
pabrik. Selain itu pencemaran lingkungan yang juga terjadi berupa
polusi udara, dimana polusi tersebut berasal dari kegiatan mesin-mesin
produksi pabrik yang membuang emisinya melalui cerobong, terutama
perusahaan yang dalam produksi lebih banyak melakukan kegiatan
pembakaran.
4
Gambar 1 Pencemaran Lingkungan
(Sumber: Diklat Dasar-Dasar Pengawasan Lingkungan Hidup, Pusdiklat Kementerian
Lingkungan Hidup dan Pusdiklat Provinsi Jawa Barat, 2012)
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan dari
aktivitas industri, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran
lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu
lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan
pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan
terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Adapun
prinsip
pengelolaan
limbah
industri
dapat
dilakukan
melalui
pendekatan teknis dan non teknis, pendekatan teknis berhubungan
dengan peraturan-peraturan, kajian sistem produksi dalam industri
tersebut yang meliputi sistem, produk, servis maupun proses.
Sedangkan pendekatan non teknis dengan peningkatan kesadaran
lingkungan masyarakat dan industri dalam menyikapi masalah
pencemaran.
5
2.2
Potensi Pencemaran Lingkungan
2.2.1 Potensi Pencemaran Air
Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat
No. 6 Tahun 1999, limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang
dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan
diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Sumber-sumber limbah
cair tersebut dapat berasal dari seluruh proses kegiatan yang meliputi
limbah cair domestik, limbah cair dari proses produksi bagi kegiatan
industri, perhotelan dan dari kegiatan klinis bagi kegiatan rumah sakit.
Sumber dan kegiatan yang menghasilkan limbah cair berdasarkan jenis
usaha dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Sumber Limbah Cair Berdasarkan Jenis Usaha
No.
1.
Jenis
Usaha/Kegiatan
Rumah Sakit
Sumber Air Limbah
Sarana Perawatan
Sarana Penunjang
6
2.
Keramik
Sarana umum
Sarana produksi
3.
Pupuk
Sarana produksi
4.
Pulp dan kertas
Sarana penunjang
Sarana produksi
Kegiatan yang
Menghasilkan Air
Limbah
Ruang rawat jalan, ruang
rawat inap, ruang operasi
dan IPI, ruang kamar
bersalin, ruang rawat bedah,
ruang
Instalasi
Gawat
Darurat
(IGD),
ruang
Intensive Care Unit (ICU).
Ruang
farmasi,
laboratorium,
ruang
sterilisasi, ruang instalasi
gizi, ruang jenazah, instalasi
gizi/dapur, laundry
Ruang kantor, fasilitas sosial
Proses persiapan bahan
baku,
penanganan
dan
penyimpanan, shaping glate
preparation,
off
gas
treatment, dan pengeringan.
Proses
oksidasi
parsial
untuk memproduksi karbon
dioksida, ceceran air bekas
cuci atau buangan dari
absorber,
blowdown,
kompresor,dll.
Laboratorium
Proses chemical making ,
ruang proses pemutihan,
No.
Jenis
Usaha/Kegiatan
5.
Peleburan besi dan
baja
Hotel
6.
Sumber Air Limbah
Sarana penunjang
Fasilitas kamar
Fasilitas umum
7.
Tekstil
Sarana produksi
Sarana utilitas
8.
Minyak Sawit
Sarana produksi
9.
Semen
Sarana umum
Kegiatan yang
Menghasilkan Air
Limbah
pulp making, dan black
liquor thickening.
Laboratorium dan ruang
proses pendinginan.
Kamar mandi dan toilet
meliputi
washtafel,
shower/bathtub,
pembersihan kamar mandi.
Dapur
dan
restoran,
meliputi pencucian bahan
masakan, peralatan masak
dan peralatan makan.
Laundry, kolam berenang,
alat pendingin (ac dan
refrigerator),
dan
alat
pemadam kebakaran
Proses pengkanjian, proses
penghilangan
kanji,
pengelantangan,
pemasakan,
merserisasi,
pewarnaan, pencetakan, dan
proses penyempurnaan.
Pencucian
sarana
dan
peralatan serta blowdown.
Sterilisasi, pemurnian, dan
pemisahan inti sawit dengan
cangkang.
Utilitas,
pencucian
kendaraan dan alat berat,
domestik.
2.2.2 Potensi Pencemaran Udara
Emisi udara adalah komponen-komponen yang dihasilkan dari suatu
pembakaran yang dikeluarkan langsung dari sumbernya. Sumber emisi
udara
utama
usaha
dan/atau
kegiatan
biasanya
berasal
dari
pengoperasian boiler (ketel uap) dan genset. Genset pada umumnya
bersifat sebagai cadangan (stand by) ketika aliran listrik padam.
Parameter pencemar udara yang dihasilkan dari ruang pembakaran
boiler dan genset bergantung pada bahan bakar yang digunakan.
Potensi pencemaran berdasarkan jenis industri dapat dilihat pada
Tabel 2.
7
Tabel 2 Potensi Pencemaran Udara Berdasarkan Industri
No.
1.
8
Jenis Industri
Rumah Sakit
Sumber pencemaran
Genset
Incinerator
2.
Keramik
3.
Pupuk
Kiln, utilitas (genset,
boiler)
Pabrik pupuk ammonium
sulfat ZA:
Drier scrubber, saturator,
exhaust gas scrubber,
unit asam sulfat, dan gas
turbin
Pabrik pupuk urea:
Primary reformer,
prilling tower, dan gas
turbine/waste heat boiler.
Pabrik pupuk fosfat:
Penyimpanan bahan ball
mill, unit reaksi, unit
granulasi
Pabrik pupuk majemuk
NPK:scrubber
Utilitas: Power boiler
Boiler, incinerator, turbin
generator
Unit DR Plant (cerobong
pabrik besi spons dan
cerobong pabrik hyl),
proses peleburan, rolling
mill, rotary kiln, dan
boiler.
Genset, boiler
Persiapan plat, electroless
plating, imaging,
electroplating, tahap
akhir, dan tes
Mesin penyempurnaan,
stentering, proofing, dry
cleaning, proses
pencucian, boiler,
pencelupan dan
pencetakan, pelepasan
dan penyempurnaan
crosslink.
Kiln plant/stack kiln,
packling, coal mill, dan
finish mill.
4.
Pulp dan kertas
5.
Peleburan besi
dan baja
6.
7.
Hotel
Elektronik
8.
Tekstil
9.
Semen
Potensi emisi
CO, NOx, SOx, Partikulat,
Partikulat, SO2, NO2, HF,
CO, HCl, CH4, As, Cd, Cr, Pb,
Hg, Ti, Opasitas
NOx, SOx, TSP, HF,
Opasitas, CO
Total partikel, NH3, SO2,
NO2
NO2, NH3, total partikel
Total partikel dan fluor
Total partikel, fluor, dan
amoniak
SO2, NO2
SO2, Cl2, ClO2, CO, NO2.
SO2, partikulat
SO2, NO2, dan partikulat
SO2, CO, NOx, dan jelaga
Partikulat, uap asam, VOC,
uap organik, ammonia, CFC
TSP, NOx, SOx, Minyak dan
Mist, Solven, VOC, CO2,
Amonia, Formaldehid, CO,
dan uap asam.
Partikulat, debu, SO2, NO2
2.2.3 Potensi Limbah Berbahaya dan Beracun (LB3)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun
1999, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)merupakan bahan
yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau
merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Limbah B3 Menurut Karakteristiknya antara lain :
1. Mudah meledak (misal : bahan peledak);
2. Mudah terbakar ( misal: bahan bakar, solven);
3. Bersifat reaktif (misal: bahan-bahan oksidator);
4. Beracun (misal: HCN, Cr(VI)) ;
5. Menyebabkan infeksi (limbah bakteri/rumah sakit);
6. Bersifat korosif (misal: asam kuat).
7. Pengujian toksikologi untuk menentukan sifat akut dan atau kronik
{karsinogenik, mutagenik dan teratogenik (merkuri, turunan
benzena), bahan radioaktif (uranium, plutonium,dll)}.
Adapun sumber limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) spesifik
dari berbagai sektor dapat dilihat pada Tabel 3- Tabel 7.
Tabel 3 Identifikasi Jenis Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)
Sektor Manufaktur
No
1.
Jenis Industri
Pupuk
Sumber Limbah
Proses produksi
ammonia,
urea/asam sulfat
IPAL yang
mengolah efluen
dari proses
produksi di atas
-
Jenis Limbah
Sumber spesifik
Katalis bekas
sludge proses produksi
limbah laboratorium
sludge dari IPAL
Karbon aktif bekas
Alumina ball
Sumber Tidak Spesifik:
Limbah PCB
Pelumas bekas
Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan,
dll)
9
No
Jenis Industri
Sumber Limbah
Jenis Limbah
Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum, dll)
Sumber Spesifik
Ash, dross, slag dari
furnace
Debu, residu, dan/atau
sludge dari fasilitas
pengendali pencemaran
udara
Sludge dari IPAL
Pasir foundry dan debu
cupola
Simulsi minyak dari
pendingin pelumas
Sludge ammonia
Sludge dari proses
rolling
-
2.
Peleburan/pengolaha
n besi dan baja
-
3.
Tekstil
-
4.
10
Manufaktur dan
Perakitan kendaraan
dan Mesin
-
Proses peleburan
besi/baja
Proses casting
besi/baja
Proses besi/baja:
rolling, drawing,
sheeting
Coke
manufacturing
IPAL yang
mengolah efluen
dari coke
oven/blast furnace
Proses finishing
tekstil
Proses dyeing
bahan bahan tekstil
Proses printing
bahan tekstil
IPAL yang
mengolah efluen
proses kegiatan di
atas
Seluruh proses
yang berhubungan
dengan fabrikasi
dan finishing
logam, manufaktur
mesin, dan suku
cadang dan
perakitan,
Sumber Tidak Spesifik:
Slag
Millscale
Debu EAF
Pelumas bekas
Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan,
dll)
Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum, dll)
Sumber Spesifik:
Sludge dari IPAL yang
mengandung logam
berat
Pelarut bekas
(cleaning)
Fire retardant
(SB/senyawa brom
organic)
Sumber Tidak Spesifik:
Fly ash dan bottom ash
Pelumas bekas
Kemasan bekas B3 dan
limbah B3 (kaleng cat,
drum)
Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
Sumber Spesifik:
Sludge proses produksi
Pelarut bekas dan
cairan pencuci (organik
dan anorganik)
Residu proses produksi
Sludge dari IPAL
Sumber Tidak Spesifik:
No
5.
Jenis Industri
Elektroplating dan
galvanis
Sumber Limbah
termasuk kegiatan
pengecatan
IPAL yang
mengolah efluen
dari proses di atas
-
-
-
6.
Cat (varnish dan
bahan pelapis lain)
-
semua proses yang
berkaitan dengan
kegiatan pelapisan
logam termasuk
proses perlakuan
phospating,
etching, polishing
chemical
conversion coating,
anodizing
pre treatment:
pickling
degreasing,
stripping, cleaning,
grinding, sand
blasting weld
cleaning
depainting
IPAL yang
mengolah efluen
proses
elektroplating dan
galvanis
MFDP cat
IPAL yang
mengolah efluen
proses yang
berkaitan dengan
cat
Jenis Limbah
Potongan PCB tersolder
Scrub timah solder
Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng cat, drum,
dll)
Tinner bekas
Coolant radiator
sludge painting
pelumas bekas
kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
Sumber spesifik:
Sludge pengolahan dan
pencucian
Larutan pengolah bekas
Larutan asam
(pickling)
Dross, slag
Pelarut bekas
(terklorinasi)
Larutan bekas proses
degreasing
Sludge dari IPAL
Residu dan larutan
batch
Mill scale
Abu timah
HCl
Sumber Non Spesifik:
Pelumas bekas
Aki bekas
E-waste (computer,
printer, dll)
Lampu TL bekas
Sumber Spesifik:
Sludge cat
Pelarut bekas
Sludge dari IPAL
Filter bekas
Produk off-spec
Residu proses destilasi
Cat anti korosi (Pb, Cr)
Debu/sludge dari unit
pengendalian
pencemaran udara
Sludge proses painting
Solvent based
Water based
Sumber Non Spesifik:
Pelumas bekas
Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
-
11
No
Jenis Industri
Sumber Limbah
Jenis Limbah
E-waste (computer,
printer, dll)
Sumber Spesifik:
Sludge proses produksi
Residu proses produksi
Batere bekas, off spec,
dan kadaluarsa
Sludge dari IPAL
Metal powder
Dust, slag, ash
Sumber Non Spesifik:
Batere kadaluarsa
BM sedotan/sapuan
Abu insinerator
Minyak pembersih
solar
Pelumas bekas
Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
E-waste (computer,
printer, dll)
Sumber Spesifik:
Sludge proses produksi
Batere bekas
kadaluarsa dan off spec
Sludge dari IPAL
Larutan asa/alkali
Dross
Lead powder
Sumber Non Spesifik:
Pelumas bekas
Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
E-waste (computer,
printer, dll)
Sumber Spesifik:
Sludge proses produksi
Pelarut bekas
Merkuri
contractors/switch
Lampu fluorosens (Hg)
Coated glass
Larutan etching untuk
printed circuit
Caustic stripping
(photoresist)
Residu solder dan
fluxnya
Limbah pengecatan
-
7.
Batere Sel Kering
-
8.
Batere Sel Basah
-
9.
Komponen
elektronik/peralatan
elektronik
-
-
12
MFDP batere sel
kering
IPAL yang
mengolah efluen
proses produksi
batere
MFDP batere sel
kering
IPAL yang
mengolah efluen
proses batere
Manufaktur dan
perakitan
komponen, serta
peralatan
elektronik
IPAL yang
mengolah efluen
proses
No
10.
Jenis Industri
Farmasi
Sumber Limbah
-
11.
Sabundetergen/produk
pembersih
desinfaktan/kosmetik
-
MFDP produk
farmasi
IPAL yang
mengolah efluen
proses manufaktur
dan produksi
farmasi
Proses manufaktur
dan formulasi
produk
Jenis Limbah
PBC breaking
Thinner dan flux
Solder waste
Phosphating waste
Polyol
Sumber Non Spesifik:
Pelumas bekas
Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
Kemasan
terkontaminasi limbah
(majun, sarung tangan)
E-waste (computer,
printer, dll)
Sumber Spesifik:
Sludge dari fasilitas
produksi
Pelarut bekas
Produk off spec
kadaluarsa dan sisa
Sludge dari IPAL
Peralatan dan kemasan
bekas
Residu proses produksi
dan formulasi
Absorben dan filter
(karbon aktif)
Residu proses destilasi,
evaporasi dan reaksi
Limbah laboratorium
Residu dari proses
insinerasi
Sumber Non Spesifik:
Katalis bekas
Fly ash
Limbah laboratorium
Pelumas bekas
Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
E-waste (computer,
printer, dll)
Sumber Spesifik:
Residu produksi dan
konsentrat
Filter dan absorben
bekas
Pelarut bekas
Konsentrat off spec dan
kadaluarsa
Limbah laboratorium
Sludge dari IPAL
Sumber Non Spesifik:
13
No
Jenis Industri
Sumber Limbah
Jenis Limbah
Batubara
Pelumas bekas
Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
E-waste (computer,
printer, dll)
Sumber Spesifik:
Bubuk gelas-terlapis
logam
Emulsi minyak
Residu dari proses
etching
Hg (glass switches)
Debu/sludge dari
peralatan pencemaran
udara
Residu opal glass-As
Bronzing dan
decolorizing agent-As
Sumber Non Spesifik:
Pelumas bekas
Kemasan bekas B3 dan
LB3
Kemasan kimia
kadaluarsa
Kemasan
terkontaminasi B3
(majun, sarung tangan)
Filter oli bekas
Serbuk gergaji bekas
Reject product
Sumber Spesifik:
Alkali, pelarut
asam/larutan oksidator
yang terkontaminasi
logam, minyak, gemuk
Residu dari kegiatan
pembersihan
Sumber Tidak Spesifik:
Pelumas bekas
Kemasan bekas B3 dan
LB3 ( kaleng, jerigen,
drum)
Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
E- waste (computer,
printer, dll)
Limbah laboratorium
(botol bekas)
Lampu TL
Aki bekas
-
14
12.
Gelas
keramik/Enamel
-
Manufakturing dan
formulasi produk
gelas dan
keramik/enamel
13.
Chemical industry
-
Degreasing,
descalling,
phosphating,
derusting
passivation,
refinishing
No
14.
Jenis Industri
Semua jenis industri
yang
menghasilkan/mengg
unakan listrik
15.
Semua jenis industri
konstruksi
-
AC, atap, insulation
16.
Bengkel pemeliharaan
kendaraan
-
Pemeliharaan
mobil, motor,
kereta api, pesawat,
termasuk body
repair
17.
Plastik
-
18.
Sepatu
-
-
Sumber Limbah
Proses
replacement,
refilling,
reconditioning atau
retrofitting dari
transformer dan
capasitor
Jenis Limbah
Sumber Spesifik:
Asbestos
Sumber Tidak Spesifik:
Pelumas bekas
E-waste (computer,
printer, dll)
Lampu TL
Aki bekas
Sumber Spesifik:
Asbestos
Sumber Tidak Spesifik:
Pelumas bekas
E-waste (computer,
printer, dll)
Lampu TL
Aki bekas
Sumber Spesifik:
Pelumas bekas
Pelarut (cleaning
degreasing)
Limbah cat
Asam
Batere bekas
Sumber Tidak Spesifik:
Pelumas bekas
Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
E-waste (computer,
printer, dll)
Sumber Spesifik:
Solvent bekas
Sumber Tidak Spesifik:
Pelumas bekas
Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan)
E-waste (computer,
printer, dll)
Sumber Spesifik:
Solvent bekas
Sumber Tidak Spesifik:
Pelumas bekas
Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
Kemasan terkominasi
LB3 (majun, sarung
tangan)
E-waste (computer,
printer, dll)
15
No
Jenis Industri
Sumber Limbah
Jenis Limbah
Limbah
laboratorium/medis
Sumber Spesifik:
Sludge/oil separator
Sumber Tidak Spesifik:
Pelumas bekas
Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
Kemasan terkominasi
LB3 (majun, sarung
tangan)
E-waste (computer,
printer, dll)
Sumber Spesifik:
Katalis bekas
Fly ash
Sumber Tidak Spesifik:
Pelumas bekas
Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
Kemasan terkominasi
LB3 (majun, sarung
tangan)
E-waste (computer,
printer, dll)
Limbah laboratorium
(botol bekas)
Lampu TL
Aki bekas
Sumber Spesifik:
Dust checker
Sludge dari IPAL
Fly ash dan bottom ash
Residu proses produksi
Katalis bekas
Sumber Tidak Spesifik:
Pelumas bekas
Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen,
drum)
Kemasan
terkontaminasi LB3
(majun, sarung tangan,
kerak lem)
E-waste (computer,
printer, dll)
Limbah
laboratorium/medis
-
19.
Ban
-
20.
Rayon
-
21.
Kaca
-
16
Pembakaran silica
dalam gas furnace
Boiler
VCM Plant
Tabel 4 Identifikasi Jenis LB3 Industri Agroindustri
No.
1.
Jenis Industri
2.
Boiler
menggunakan
bakar batubara
Agar-agar
3.
Gula
4.
Jamu
5.
Karet
6.
Kina
7.
8.
yang
bahan
Makanan dan minuman
(kecap,
saos,
air
mineral,
minuman
ringan,
makanan
ringan,
kerupuk,
pengalengan makanan,
cold storage)
Minyak goreng
9.
Pakan ternak
10.
Penyamakan kulit
11.
12.
Peternakan
/Penggemukan hewan
Plywood (kayu lapis)
13.
Rokok
Sumber Limbah
Jenis Limbah
Boiler
1.
2.
Workshop, kantor
Lihat Tabel 5
Workshop, kantor,
gudang bahan kimia,
laboratorium,
poliklinik
Workshop, kantor,
gudang bahan kimia,
laboratorium,
poliklinik
Workshop, kantor,
gudang bahan kimia,
laboratorium,
poliklinik
Proses produksi
Lihat Tabel 5
Workshop, kantor,
gudang bahan kimia,
laboratorium,
poliklinik
Proses produksi
Fly ash batubara
Bottom ash batubara
Lihat Tabel 5
Lihat Tabel 5
Ampas
kina/residu
destilasi
Lihat Tabel 5
Sludge
Workshop kantor,
gudang bahan kimia,
laboratorium,
poliklinik
Lihat Tabel 5
Proses produksi
-
Workshop
kantor,
gudang bahan kimia,
laboratorium,
poliklinik
Lihat Tabel 5
Workshop
kantor,
gudang bahan kimia,
laboratorium
Proses produksi
IPAL
Lihat Tabel 5
Workshop,kantor
Workshop
Kantor
Proses produksi
IPAL
Workshop,
kantor,
gudang bahan kimia
Proses produksi
Spent earth
Sludge minyak/lemak
Limbah
trimming/shaving/bufing
Sludge IPAL dari proses
tanning dan finishing
Kerak cat
Lihat Tabel 5
Lihat Tabel 5
Kerak lem, sisa lem
Sludge IPAL
Lihat Tabel 5
Tinta bekas
Kemasan bekas tinta
17
Jenis Industri
Sumber Limbah
Jenis Limbah
No.
14.
Sawit dan tapioka
15.
Teh
16.
Tepung
tapioka
17.
Kertas
terigu
dan
Workshop,
kantor,
gudang bahan kimia,
laboratorium,
poliklinik
Workshop,
kantor,
gudang bahan kimia,
laboratorium, klinik
Workshop,
kantor,
gudang bahan kimia
Workshop,
kantor,
gudang bahan kimia,
laboratorium
Proses produksi
IPAL
18.
Pulp
19.
MSG
20.
Gula rafinasi
Workshop,
kantor,
gudang bahan kimia
Proses Produksi
IPAL
Workshop,
kantor,
gudang bahan kimia,
poliklinik
Workshop,
kantor,
gudang bahan kimia
IPAL
Workshop,
kantor,
gudang bahan kimia
Lihat Tabel 5
Lihat Tabel 5
Lihat Tabel 5
Lihat Tabel 5
Sisa tinta printing
Kemasan
bekas
tinta
printing
Sludge tinta converting
Sludge tinta coragated
Sludge
IPAL
(proses
kimia/biologi)
Lihat Tabel 5
Dregs dan Grits
Suldge IPAL
Lihat Tabel 5
Lihat Tabel 5
Sludge IPAL
Lihat Tabel 5
Tabel 5 Identifikasi Jenis LB3 Fasilitas Umum Sektor Agroindustri
No.
1.
18
Sumber limbah
Workshop
2.
Gudang bahan kimia
3.
Laboratorium
4.
Klinik/poliklinik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
1.
2.
1.
Jenis limbah
Pelumas bekas
Filter bekas
Aki bekas
Majun terkontaminasi LB3
Serbuk gergaji terkontaminasi LB3
Solar bekas
Kemasan bekas bahan kimia
Bahan kimia kadaluarsa
Limbah laboratorium cair
Limbah laboratorium padat
Limbah klinis
Tabel 6 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Pertambangan, Energi, Minyak,
Dan Gas
No.
1.
2.
3.
Jenis Industri
Emas dan tembaga
Sumber Limbah
Proses
produksi/
pengolahan
ore,
Workshop,
perkantoran
dan
perumahan,
laboratorium, utilitas
(PLTU dll)
Non Spesifik
Oli bekas
Grease bekas
Filter bekas
Aki bekas
Baterai
Hose bekas
Majun/
material
terkontaminasi
Kemasan terkontaminasi
limbah B3
E-waste (catridge/toner
bekas, monitor, dll)
Lampu TL bekas
Fly ash and Bottom ash
Limbah medis/infeksius
Spesifik
Sludge IPAL
Limbah laboratorium
PLTU/PLTG/
PLTGU/PLTD
EP Migas
Jenis Limbah
Spesifik
Tailing
Limbah
fire
assay
(ceramic, flux, cupell)
Bahan kimia kadaluarsa
Limbah laboratorium
Eksplorasi
dan
produksi pemeliharaan
fasilitas
produksi,
fasilitas pemeliharaan
IPAL
Tangki penyimpanan
Workshop
Perkantoran
dan
Non Spesifik
Oli bekas
Grease bekas
Filter bekas
Aki bekas
Baterai
Hose bekas
Majun/
material
terkontaminasi
Kemasan terkontaminasi
limbah B3 (drum bekas,
kaleng cat, kemasan
bahan kimia)
E-waste (catridge/toner
bekas, monitor, dll)
Lampu TL bekas
Fly ash and Bottom ash
Limbah medis/infeksius
Spesifik
Slop minyak/ minyak
kotor
Oily water
Sludge minyak
Lumpur bor
Karbon aktif
Absorben bekas
19
No.
4.
20
Jenis Industri
Pengolahan migas
Sumber Limbah
perumahan
Laboratorium
Eksplorasi
dan
produksi pemeliharaan
fasilitas
produksi,
fasilitas pemeliharaan
IPAL
Tangki penyimpanan
Workshop
Perkantoran
dan
perumahan
Laboratorium
Unit
dissolve
air
flotation
Jenis Limbah
Sludge IPAL
Tanah
terkontaminasi
minyak
Non Spesifik
Oli bekas
Filter bekas
Aki bekas
Baterai
Bahan kimia bekas dan
kadaluarsa
&
limbah
laboratorium
(glycol,
MDEA, Ethyl mercaptan,
silica gel, resin, dll)
Material terkontaminasi
B3 dan LB3 (majun,
sarung tangan, serbuk
gergaji, spill kit, pigging
kit, ceramic balls, dll)
Kemasan terkontaminasi
limbah B3 (drum bekas,
kaleng
cat,
kemasan
bahan kimia)
E-waste (catridge/toner
bekas, monitor, dll)
Lampu TL bekas
Limbah medis/infeksius
Spesifik
Katalis bekas
Oily water
Sludge minyak
Karbon aktif bekas
Filter bekas
Sludge IPAL
Tanah
terkontaminasi
minyak
Limbah laboratorium
Non Spesifik
Oli bekas
Filter bekas
Aki bekas
Baterai
Bahan kimia bekas dan
kadaluarsa
&
limbah
laboratorium
(glycol,
MDEA, Ethyl mercaptn,
resin, dll)
Material terkontaminasi
B3 dan LB3 (majun,
sarung tangan, serbuk
gergaji, spill kit, pigging
kit, ceramic balls, dll)
Kemasan terkontaminasi
limbah B3 (drum bekas,
kaleng
cat,
kemasan
No.
Jenis Industri
Sumber Limbah
5.
Distribusi
Workshop
Perkantoran
Tangki
Jenis Limbah
bahan kimia)
E-waste (catridge/toner
bekas, monitor, dll)
Lampu TL bekas
Limbah medis/infeksius
Spesifik
Sludge minyak dan tanah
terkontaminasi minyak
Non Spesifik
Oli bekas
Oil off spec
Minyak kotor/ slop oil
Filter bekas
Aki bekas
Baterai
Majun
/
material
terkontaminasi
Kemasan terkontaminasi
LB3 (drum bekas, kaleng
cat, kemasan bahan
kimia)
E- waste (catridge, toner
bekas, monitor, dll)
Lampu TL bekas
Limbah medis
Tabel 7 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Prasarana Jasa Dan Non Institusi
No
1.
Jenis industri
Hotel
Sumber limbah
Operasional/perkantoran
Utilitas/ kegiatan pendukung
2.
Rumah sakit
Operasional/perkantoran
Jenis Limbah
Catridge,
toner
printer
Solvent bekas
Lampu TL bekas
Baterai bekas
E-waste
Oli bekas
Sisa
kemasan
chemical,
bahan
kimia laundry
Majun bekas
Filter oli bekas, filter
solar bekas
Kemasan
bahan
kimia, drum solvent,
kaleng cat
Aki bekas, baterai
bekas
Asbes
Sludge IPAL
Limbah medis
Lampu TL bekas
Catridge
Jarum suntik
Obat
kadaluarsa,
21
No
Jenis industri
Sumber limbah
Utilitas
3.
22
Pengolahan
Limbah B3
Penghasil LB3 dan pengumpul
LB3
Jenis Limbah
reagen
Kaleng bertekanan
Limbah laboratorium
Aki bekas
Oli bekas]
Filter oli dan solar
bekas
Sisa kemasan bahan
kimia
Abu insinerator
Sludge IPAL
Sludge
Sarung tangan bekas,
masker, kain majun
Kaleng
kemasan
kimia terkontaminasi
Lampu TL bekas
Abu ex dust collector
(abu furnace)
Sludge scrubber
Aki bekas
Air chemical bekas
Air separator
Sludge IPAL, WWT
Cake, sludge cake
Oli bekas
Abu insinerator
Filter oli bekas, filter
solar dan udara
Sludge oil
Slop oil
Katalis bekas
Absorber
Residu
Contaminated goods,
Expired product
Powder spray
Catridge
printer
bekas
Lab waste ( organik
solvent dan bekas uji
coba)
Solid cake/ padatan
Elektronik bekas
Poor slag
Bag filter
Separator
Dross
Steel shot & steel grit
Coolant
&
waste
water
Moulding resin
Used grease
Valsvar
corrocoat
powder
Blank rod
No
Jenis industri
Sumber limbah
4.
Kawasan
industri
Operasional/ perkantoran
Utilitas/kegiatan pendukung
2.3
Jenis Limbah
Unused carbon
Cutting PCB
Used Electrolyte
Blaster dust shot grit
Mill scale
Contaminated soil
Thinner
TCE
Hydrocarbon
Hydraulic oil
Used contaminated
rags
Sludge water base
brush
Used solvent brush
cleaner
Sludge compound
Ash compound
Dry glue
Laboratory waste
Sludge IPAL
Lampu TL bekas
Kemasan
bekas
limbah lab
Lab waste
Catridge printer
-
Kain majun
Sand blasting
Oil coolant
Oil tank cleaning
Limbah pickling
Pelumas bekas
Pengelolaan Lingkungan
2.3.1 Pengendalian Pencemaran Air
Seluruh usaha dan atau kegiatan memiliki kewajiban dalam pengelolaan
air limbah
menggunakan teknologi proses pengolahan air limbah
(IPAL) agar outlet IPALnya selalu memenuhi standar baku mutu yang
dipersyaratkan. Secara umum kewajiban usaha dan atau kegiatan dalam
pengendalian pencemaran air adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan
sehingga baku mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak
melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan;
23
b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air
sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan
saluran limpahan air hujan;
c. Memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan
pencatatan debit harian limbah cair tersebut;
d. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair kepada
laboratorium terakreditasi sekurang-kurangnya satu kali dalam
sebulan;
e. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar
parameter Baku Mutu Limbah Cair sekurang-kurangnya tiga bulan
sekali kepada OPD Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota, yang
tembusannya disampaikan kepada Gubernur dan Menteri, serta
instansi lainnya yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan mengenai kualitas efluen air limbah yang boleh dibuang ke
lingkungan untuk usaha dan kegiatan adalah sebagai berikut dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Peraturan Limbah Cair
No
1.
Jenis Usaha/
Kegiatan
Rumah Sakit


Peraturan terkait
Kewajiban Parameter
KepMenLH Nomor:

Kep-58/MENLH/12/1995 
Fisika: Suhu
Kimia: pH, BOD5, COD,
TSS, NH3 bebas, PO4,
Biologi: MPN-Kuman
Golongan Koli/100mL
Radioaktivitas: 32P, 35S,
45Ca, 51Cr, 67Ga, 85Sr,
99Mo, 113Sn, 125I, 131I, 192Ir,
201Ti
TSS, Timbal (Pb), Kobalt
(Co), Kadmium (Cd),
Krom total (Cr), pH
COD, TSS, Minyak dan
Lemak, NH2-N, TKN, pH
BOD, COD, TSS, pH


24
2.
Keramik
3.
Pupuk
4.
Pulp dan kertas

PerMenLH Nomor: 16
Tahun 2008

KepMenLH Nomor:

Kep51/MENLH/10/1995
KepMenLH

Nomor:Kep51/MENLH/10/1995
KepGub
No.6/1999
Lampiran II.5
No
5.
Jenis Usaha/
Kegiatan
Hotel

6.
Tekstil
Peraturan terkait
Kewajiban Parameter
KepMenLH Nomor: Kep- 
52/MENLH/10/1995
KepMenLH

-
Nomor:Kep51/MENLH/10/1995
KepGub
No.6/1999Lampiran
BOD, COD, TSS, pH
BOD, COD, TSS, Fenol
total, Krom total, Amonia
total (NH3-N), Sulfida
sebagai S, Minyak dan
Lemak, pH
II.9
7.
Minyak Sawit

KepMenLH Nomor: Kep- 
51/MENLH/10/1995
8
Industri tidak
spesifik

KepGub No.6/1999
Lampiran III


BOD, COD, TSS, Minyak
dan lemak, Amonia (NH3N), pH
Fisika: Temperatur, TSS,
TDS
Kimia: pH, Fe, Mn, Ba,
Cu, Zn, Cr+6, Cr, Cd, Hg,
Pb, Sn, As, Se, Ni, Co, CN,
H2S, F, Cl2, NH3-N, NO3N, NO2-N, BOD5, COD,
Senyawa
Aktif
Biru
Metilen, Fenol, Minyak
Nabati, Minyak Mineral,
Radiaktivitas
2.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara
Peraturan mengenai pengendalian pencemaran udara skala nasional
adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Sedangkan peraturan tingkat
Provinsi Jawa Barat adalah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 11 Tahun 2006. Untuk mengurangi pencemaran udara hingga
mencapai
tingkat
yang
tidak
membahayakan
atau
mencemari
lingkungan udara ambien dan memenuhi baku mutu emisi udara adalah
dengan menggunakan alat atau teknologi pengendalian pencemaran
udara. Alat pengendali pencemaran udara dapat dilihat pada Tabel 9
dan 10.
25
Tabel 9 Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara
No
26
Nama Alat
Cara kerja
1.
Wet Scrubber
Arus gas kotor dibawa menuju
kontak dengan liquid pencuci
dengan cara menyemprotkan,
mengalirkan atau dengan
metode kontak lainnya.
Kemampuan alat ini terbatas
menyisihkan partikel < 0.3
mikron.
2.
Gravity
Chamber
3.
Siklon
4.
Electrostatic
Precipitator (EP)
Prinsip penyisihan partikulat
dalam Gravity Settler adalah
gas yang mengandung
partikulat dialirkan melalui
suatu ruang (chamber)
dengan kecepatan rendah
sehingga memberikan waktu
yang cukup bagi partikulat
untuk mengendap secara
gravitasi ke bagian
pengumpul debu (dust
collecting hoppers).
Peralatan mekanis yang
digunakan untuk menyisihkan
partikel dengan ukuran > 5
mikron dengan efisiensi
penyisihan 50-90%.
Prinsip kerja siklon yaitu
dengan memanfaatkan gaya
sentrifugal dan inersia dari
udara/gas buangan. Udara
yang mengandung partikulat
menyebabkan partikel
terlempar ke luar, membentur
dinding, dan bergerak turun
ke dasar siklon.
Dalam aplikasi di dunia
industri, siklon sering
digunakan sebagai precleaner untuk alat kontrol
polusi udara yang lebih rumit
seperti electrostatic
precipitator atau baghouses.
Alat pengendali pencemar
partikulat yang didasari pada
konsep presipitasi akibat gaya
elektrostatik. EP sangat
efektif sebagai pengendali
partikulat yang berukuran
kurang dari 10 mikron.
Pemberian muatan listrik oleh
precipitator discharge
electrode disebut sebagai
corona discharge. Partikel
diberikan muatan negatif
Settling
Gambar
No
5.
Nama Alat
Fabrik filter/
Baghouse
Cara kerja
Gambar
(negative charging) sehingga
menimbulkan gaya
elektrostatis. Gaya ini akan
berinteraksi sehingga
partikulat akan mengalami
presipitasi pada sistem
pengumpul (berbentuk plat
atau tabung) yang bermuatan
positif. Setelah menempel
pada bidang pengumpul maka
akan terjadi discharging
muatan hingga kolektor
ternetralisir oleh jumlah
partikulat bermuatan yang
menempel.
Unit pengendali pencemaran
udara yang disisihkan melalui
mekanisme impaksi,
intersepsi dan difusi. Fabric
filter menggunakan bahan
filter tertentu seperi nilon
atau wol untuk menyisihkan
partikel dari aliran gas
Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara
No
1.
Alat
Adsorber
Cara Kerja
Gambar
Unit pengendali gas yang
menggunakan prinsip
adsorpsi. Adsorpsi adalah
suatu proses tertahannya
pencemar gas yang terdapat
dalam aliran gas buang pada
suatu permukaan padat.
Adsorben adalah permukaan
padat yang mampu menarik
molekul gas pencemar
(seperti karbon aktif, silica
gel, activated alumina),
adsorbat adalah molekul gas
pencemar yang tertahan
pada permukaan padat
(seperti senyawa organik
volatil, thinner cat, pelarut /
solvents).
27
No
Alat
Cara Kerja
2.
Absorber/
scrubber
Unit pengendali gas yang
menggunakan prinsip
absorpsi. Absorpsi adalah
mekanisme dimana satu
atau lebih zat pencemar
dalam aliran gas dieliminasi
atau dihilangkan dengan
cara melarutkannya dalam
cairan.
3.
Kondenser
4.
Unit
pembakaran/
combustion
Unit pengendali gas yang
menggunakan prinsip
kondensasi, yaitu proses
penyisihan gas pencemar
dengan cara merubah fasa
dari fasa gas ke fasa cair.
Kondenser bentuknya
sederhana, relatif murah
dan biasanya menggunakan
air atau udara untuk
mendinginkan dan
mengkondensasikan uap.
Umumnya digunakan
sebelum adsorber, absorber,
atau insinerator untuk
mengurangi total massa gas
buang yang akan diolah.
Unit pengendali yang
bekerja dengan prinsip
okidasi, digunakan untuk
mengendalikan senyawa
organik volatil (VOC) dan
atau senyawa-senyawa
beracun. Pada temperatur
yang cukup tinggi dan waktu
tinggal yang cukup, senyawa
organik dapat dioksidasi
membentuk CO2 dan uap
air. Oksidasi senyawa
organik yang mengandung
klorin dan florin atau sulfur
dapat berupa HCl, HF, Cl2
atau SO2.
Gambar
Secara umum kewajiban usaha dan/atau kegiatan dalam pengendalian
pencemaran udara dalam peraturan terkait emisi sumber tidak bergerak
adalah sebagai berikut:
28
a. Membuang emisi gas melalui cerobong yang dilengkapi dengan
sarana pendukung dan alat pengaman sesuai peraturan yang
berlaku;
b. Memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir
volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur
arah dan kecepatan angin;
c. Melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari
setiap cerobong emisi (CEMs).
d. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong
paling sedikit 2 (dua) kali selama periode operasi setiap tahunnya
bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi selama 6 (enam)
bulan atau lebih;
e. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong
paling sedikit 1 (satu) kali selama periode operasi setiap tahunnya
bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi kurang dari 6
(enam) bulan;
f.
Menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian
emisi sebagaimana dimaksud dalam huruf d dan huruf e;
g. Melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran
stabil;
h. Menyampaikan laporan hasil analisis pengujian emisi sebagaimana
dimaksud dalam huruf c kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan
Gubernur dan Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)
bulan, untuk huruf d atau e paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6
(enam) bulan;
i.
Melaporkan kejadian tidak normal dan/atau keadaan darurat yang
mengakibatkan baku mutu emisi dilampau serta rincian upaya
penanggulangannya kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan
Gubernur dan Menteri.
29
Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi
No.
Sumber
Emisi
Peraturan
Terkait
Parameter
1.
Boiler/ketel uap
PerMenLH Nomor
07 Tahun 2007
2.
Genset
PermenLH Nomor
13 Tahun 2009
3.
Pembangkit
tenaga
termal
(PLTU)
Kegiatan
industri besi dan
baja
PermenLH Nomor
21 Tahun 2008
Bahan bakar Minyak: Partikulat,
SO2, NO2, Opasitas
Bahan bakar gas: SO2, NO2
Bahan bakar batu bara: partikulat,
SO2, NO2, Opasitas

Kapasitas ≤570 KWth
Bahan bakar minyak dan gas
NO2, CO

Kapasitas ≤570 KWth
Bahan bakar minyak dan gas:
total partikulat, SO2, NO2, CO
SO2, NO2, Total partikulat, Opasitas
5.
Kegiatan
industri
dan kertas
KepMenLH Nomor
13 Tahun 1995
Lampiran IIB
6
Kegiatan
industri semen
7.
Kegiatan
industri lain-lain
8.
Kegiatan
industri pupuk
Kegiatan
industri keramik
4.
9.
10.
Incinerator
pulp
KepMenLH Nomor
13 Tahun 1995
Lampiran IB
KepMenLH Nomor
13 Tahun 1995
Lampiran IVB
KepMenLH Nomor
13 Tahun 1995
Lampiran VB
PermenLH Nomor
133 Tahun 2004
PermenLH Nomor
17 Tahun 2008
KEP
03
/
BAPEDAL / 09 /
1995
Ketentuan teknis cerobong
Penanganan bahan baku, tanur
oksigen basa, tanur busur listrik,
dapur pemanas, dapur proses
pelunakan baja: Total partikel
Proses celup lapis metal: Total
partikel, HCl
Tungku recovery, tanur putar
pembakaran,
tangki
pelarutan
lelehan, digester: Total partikel,
Total sulfur tereduksi
Unit pemutihan: Cl2, ClO2
Total partikel, SO2, NO2, Partikulat
NH3, Cl2, HCl, HF, NO2, Opasitas,
Partikel, SO2, H2S, Hg, As, Sb, Cd,
Zn, Pb
Total partikel, Fluor, Opasitas, SO2,
NO2
Kiln: SO2, NOx, Total partikulat, HF
Semua sumber selain kiln: Total
partikulat
Semua sumber: Opasitas
Partikel, SO2, NO2, HF, CO, HCl,
CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, TI, dan
Opasitas
emisi diatur dalam Keputusan Kepala
Bapedal Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak, yaitu:
30
1. Persyaratan cerobong
Lokasi lubang sampling pada cerobong ditentukan sebesar 8 (delapan)
kali diameter cerobong dari aliran bawah (hulu) dan 2 (dua) kali
diameter dari aliran atas (hilir) dan bebas dari gangguan aliran seperti
bengkokan, ekspansi, atau pengecilan aliran di dalam cerobong. Jika
diameter berbentuk segi empat, maka diameter yang berlaku adalah
diameter ekivalen (De) dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:
De: diameter ekivalen
L : panjang penampang cerobong
W : lebar penampang cerobong
Jika cerobong memiliki ukuran bagian bawah dan atas berbeda, maka
diameter ekivalen ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:
De: diameter ekivalen
D : diameter dalam cerobong bawah
d : diameter dalam cerobong atas
2. Persyaratan lubang pengambilan sampel
Untuk mengambil sampel emisi cerobong diperlukan pembuatan lubang
pengambilan sampel dengan persyaratan:
a. Diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya 10 cm;
b. Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistel plat
flange yang dilengkapi dengan baut;
c. Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus dinding cerobong.
31
3. Persyaratan pendukung
Persyaratan pendukung lubang pengambilan sampel diantaranya:
a. Tangga besi dan selubung pengaman berupa plat besi
b. Lantai kerja (landasan pengambilan sampel) dengan ketentuan
sebagai berikut:

Dapat mendukung beban minimal 500 kg;

Keleluasaan kerja bagi minimal 3 0rang;

Lebar lantai kerja terhadap lubang pengambilan sampel adalah
1,2 m dan melingkari cerobong;

Pagar pengaman setinggi 1 m;

Dilengkapi dengan katrol pengangkat alat pengambil sampel;

Stop kontak aliran listrik yang sesuai dengan peralatan yang
digunakan yaitu Voltase 220V, 3A, single phase, 50 Hz AC.

Penempatan sumber aliran listrik dekat
dengan lubang
pengambilan sampel.
2.3.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(LB3)
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan,
pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk
penimbunan hasil pengolahan tersebut. Dalam rangkaian kegiatan
tersebut terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan mata
rantai dalam pengelolaan limbah B3, yaitu :
a. Penghasil Limbah B3;
b. Pengumpul Limbah B3;
c. Pengangkut Limbah B3;
d. Pemanfaat Limbah B3;
e. Pengolah Limbah B3;
f. Penimbun Limbah B3.
32
Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas, maka mata
rantai siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil
limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat
diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah
B3 dikendalikan dengan sistem manifest berupa dokumen limbah B3.
Dengan sistem manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang
dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam proses
pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki
persyaratan lingkungan.
Mekanisme pengelolaan limbah B3 melalui
manifest dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Mekanisme Pengelolaan LB3
Lingkup kegiatan pengelolaan limbah B3 terdiri daripengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan
dan penimbunan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.
33
KEGIATAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
PENGURANGAN
PENYIMPANAN
PENGUMPULAN
PENGANGKUTAN
PEMANFAATAN
PENGOLAHAN
PENIMBUNAN
Gambar 3 Diagram Pengelolaan Limbah B3
Adapun kewenangan dalam perizinan dan pengawasan pengelolaan
limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel
12.
Tabel 12 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999
Pengelolaan
Limbah B3
Perizinan
Pusat
Provinsi
Penyimpanan
√
Kab/Kota
Pusat
√
√
√
√
Pengumpulan
√
Pengangkutan
√
√
Pemanfaatan
√
√
Pengolahan
√
√
Penimbunan
√
√
Catatan: izin pengumpulan oli bekas di pusat
34
Pengawasan
Provinsi
Kab/Kota
√
√
√
Fasilitas pengelolaan Limbah B3, yaitu sebagai berikut:
a. Tempat Penyimpanan Limbah B3 (TPS LB3)
Seluruh kegiatan usaha yang menghasilkan limbah B3 wajib memiliki
Tempat penyimpanan Limbah B3 baik berbentuk gudang penyimpanan
limbah B3 maupun sludge pond apabila limbah B3 berupa sludge.
Check list form evaluasi TPS LB3 dapat dilihat pada Tabel13.
Tabel 13 Checklist Form Evaluasi TPS LB3
CHECKLIST
TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3
NAMA PERUSAHAAN
PT. ABCDE
SEKTOR
INDUSTRI :
LOKASI :
Contoh: Peleburan
Timah Hitam
Kab/Kota...
TIM PENILAI :
TGL PENILAIAN:
NO
KETENTUAN
YA
TIDAK
KET
PENGEMASAN
1
apakah pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai
dengan bentuk limbah B3?
2
apakah pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai
dengan karakteristik limbah B3?
3
apakah pengemasan limbah B3 dilengkapi dengan
simbol label limbah B3?
4
apakah penempatan limbah B3 disesuaikan dengan
jenis dan karakteristik limbah B3?
5
apakah kondisi kemasan limbah B3 bebas karat?
6
apakah kondisi kemasan limbah B3 tidak bocor?
7
apakah kondisi kemasan limbah B3 tidak meluber?
BANGUNAN DAN PENYIMPANAN
8
apakah bagian luar bangunan diberi papan nama?
9
apakah bagian luar diberi simbol limbah B3 sesuai
dengan karakteristik limbah B3 yang disimpan?
10
apakah limbah B3 terlindung dari hujan dan sinar
matahari?
11
apakah bangunan mempunyai sistem ventilasi?
12
apakah bangunan memiliki saluran dan bak
penampung tumpahan (jika menyimpan limbah B3
cair)?
35
13
apakah penyimpanan menggunakan sistem blok / sel
14
apakah masing-masing blok/sel dipisahkan
gang/tanggul?
15
apakah kemasan/limbah limbah B3 diberi alas / pallet?
16
apakah tumpukan limbah B3 maksimal 3 lapis?
17
apakah limbah B3 disimpan sesuai dengan masa
penyimpanan dalam izin?
(jika baru mengajukan izin, tidak perlu diisi)
18
19
20
PEMANTAUAN
adakah logbook/catatan untuk mencatat keluar masuk
limbah limbah B3?
apakah jumlah dan jenis limbah B3 sesuai dengan
yang tercatat di logbook/catatan?
PENGELOLAAN LANJUTAN
apakah melakukan pengelolaan lanjutan terhadap
limbah B3 yang disimpan? (diserahkan ke pihak
ketiga/dimanfaatkan internal)
LAIN-LAIN
21
tersediakah alat tanggap darurat yang mudah
dijangkau?
22
tersediakah fasilitas P3K yang mudah dijangkau?
23
apakah memiliki SOP penyimpanan?
24
apakah memiliki SOP tanggap darurat?
25
tersediakah pagar, pintu darurat dan rute evakuasi?
(sesuai dengan SOP penyimpanan dan tanggap
darurat)
apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan
baik?
26
TOTAL YA
TOTAL TIDAK
PROSENTASE PENTAATAN LB3
100%
Keterangan:
Diisi dengan tanda checklist “√”pada kolom “YA” atau “TIDAK”.
36
b. Pemanfaatan Limbah B3
Seluruh kegiatan pemanfaatan limbah B3 wajib memiliki izin
pemanfaatan dari Kementerian Lingkungan Hidup, kecuali untuk
pemanfaatan sebagai reuse atau penggunaan kembali pada proses yang
sama. Pemanfaatan limbah B3 berdasarkan Permen LH No. 2 Tahun
2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3 terdiri dari 3 jenis, yaitu reuse,
recycle, dan recovery, yaitu sebagai:
1. Substitusi bahan bakar
Checklist form pemanfaatan dapat dilihat pada Tabel 14 dengan isi
disesuaikan dengan ketentuan izin pemanfaatan yang dimiliki
perusahaan tersebut. Selain check list pengawas juga memeriksa
pelaksanaan ketentuan izin lainnya yang tidak tercantum dalam
checklist pemanfaatan serta memeriksa log book pemanfaatan
limbah B3 yang dimiliki perusahaan dan mengecek kesesuainnya
dengan izin. Jika ketentuan izin mewajibkan pengukuran emisi,
maka periksa:

Hasil pengukuran emisi oleh laboratorium (sertifikat hasil
analisa)

Laboratorium
yang
mengukur
wajib
terakreditasi
dan
teregistrasi di KLH

Periksa kesesuaian jumlah parameter yang diukur dengan izin
yang berlaku

Periksa kesesuaian frekuensi pengukuran yang dilakukan dengan
izin yang berlaku

Periksa hasil pengukuran emisi dan bandingkan dengan baku
mutu emisi yang berlaku baik berdasarkan ketentuan izin
maupun berdasarkan peraturan yang berlaku.
37
Tabel 14 Checklist Pemanfaatan Fly ash dan Bottom ash Batubara
CHECKLIST
PEMANFAATAN FLY ASH&BOTTOM ASH BATUBARA
NAMA PERUSAHAAN
PT. ABCDE
NO
KETENTUAN
SEKTOR INDUSTRI :
LOKASI :
TIM PENILAI :
TGL PENILAIAN:
Kab./Kota
YA
TIDAK
PENAATAN UMUM
1
2
3
4
apakah dilakukan pengujian karakteristik kimia fisik
fly ash dan bottom ash sekurang-kurangnya 1
bulan sekali atau sesuai izin?
apakah hasil pengujian karakteristik kimia fisik fly
ash dan bottom ash memenuhi kriteria yang
ditetapkan dalam izin?
apakah dilakukan analisa kandungan logam berat
total fly ash dan bottom ash?
apakah hasil analisa kandungan logam berat total
fly ash dan bottom ash memenuhi kriteria yang
ditetapkan dalam izin (cek sertifikat hasil uji)
apakah penyimpanan fly ash dan bottom ash dilaksanakan sesuai dengan izin?, seperti:
5
6
7
8
9
10
11
12
a. Bentuk dan kualitas tempat penyimpanan
c. Kesesuaian tempat penyimpanan dgn limbah
yang disimpan
d. Dilengkapi simbol dan label
e. Waktu penyimpanan (<90 hari)
apakah fasilitas pemanfaatan dilengkapi dengan
prosedur tanggap darurat?
Fasilitas pemanfaatan batas-batas fisik yang jelas
dan dilengkapi dengan pintu darurat
PENAATAN KHUSUS
apakah persentase kualitatif pemanfaatan sesuai
dengan izin?
apakah spesifikasi teknis pemanfaatan sesuai
dengan izin?
LAIN-LAIN (berkaitan dengan penunjang dan tanggap darurat di fasilitas)
13
apakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai
dan mudah dijangkau?
14
apakah kebersihan / housekeeping terkelola
dengan baik?
TOTAL YA
TOTAL TIDAK
PROSENTASE PENTAATAN LB3
38
KET
2. Substitusi bahan baku
Contoh substitusi ini adalah pemanfaatan sebagai paving block,
batako, semen dan
lain-lain. Checklist pemanfaatan substitusi
bahan baku dapat dilihat pada Tabel 15 jika belum ada checklist
yang spesifik maka pengawas wajib membuat checklist berdasarkan
ketentuan izin pemanfaatan yang dimiliki perusahaan. Kemudian
periksa pelaksanaan ketentuan izin lainnya yang tidak tercantum
dalam checklist pemanfaatan dan periksa loog book pemanfaatan
limbah B3 yang dimiliki perusahaan dan cek kesesuainnya dengan
izin.
3. Jenis
lainnya
setelah
melalui
penelitian
dari
kajian
yang
memperhatikan aspek-aspek lingkungan.
Tabel 15 Checklist Pemanfaatan Substitusi Bahan Bakar
CHECKLIST
PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS UNTUK SUBSTITUSI BAHAN BAKAR
NAMA PERUSAHAAN
SEKTOR
INDUSTRI :
LOKASI :
PT. ........
Kab./Kota
................
TIM PENILAI :
TGL
PENILAIAN:
NO
1
2
3
KETENTUAN
PENAATAN UMUM
apakah dilakukan uji karakteristik minyak
pelumas bekas minimal 1 bulan sekali atau sesuai
izin?
apakah Hasil uji karakteristik minyak pelumas
bekas dan atau proses pemanfaatan minyak
pelumas bekas sesuai dan memenuhi kriteria
yang ditetapkan dalam izin? (cek sertifikat hasil
uji)
apakah dilakukan uji dampak terhadap proses
energi yang dihasilkan sebagai akibat perubahan
karakteristik?
YA
TIDAK
KET





apakah penyimpanan minyak pelumas bekas dilaksanakan sesuai dengan izin?, seperti:
4
5
a. Bentuk dan kualitas kontainer sesuai izin
b. Resistensi terhadap air dan bahan kimia lain
sesuai izin




39
6
7
8
9
10
c. Kesesuaian bahan kontainer dengan isi
kontainer
d. Dilengkapi simbol dan label
e. Waktu penyimpanan (<90 hari)
apakah fasilitas pemanfaatan dilengkapi dengan
prosedur tanggap darurat dan penanganan
tumpahan?
apakah fasilitas pemanfaatan memiliki batasbatas fisik yang jelas dan dilengkapi dengan pintu
darurat?










PENAATAN KHUSUS
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
apakah persentase kualitatif pemanfaatan

minyak pelumas bekas sesuai dengan izin?
apakah Informasi kriteria pemanfaatan sesuai dengan izin?, seperti:
a. Pelaporan kualitas udara emisi (Frekuensi


sesuai izin)
b. Pelaporan udara ambien (frekuensi setahun


sekali)
c. Jumlah oli bekas yang dihasilkan (ton/bulan)


d. Jumlah oli bekas yang dimanfaatkan


(ton/bulan)
e. Menyebutkan semua sumbernya


apakah spesifikasi teknis pemanfaatan minyak pelumas bekas sesuai izin?, seperti:
a. Terdapat spray nozzle


b. Flow rate pelumas bekas ke combustion


chamber sesuai izin
c. Aliran pelumas bekas (temperatur combustion


chamber >950°C)
d. Flow rate dan volume total pelumas bekas


tercatat harian
e. Wajib diemisikan tunggal pada cerobong


pembakaran
f. pelumas bekas tidak digunakan selama start up


dan shut down
g. tidak memasukkan pelumas bekas diluar


ketentuan dalam izin
h. tidak mencampur dengan limbah B3 lain


selama proses recovery energy
LAIN-LAIN (berkaitan dengan penunjang dan tanggap darurat di fasilitas)
terdiakah tersedia alat tanggap darurat yang


sesuai dan mudah dijangkau?
memiliki SOP tanggap darurat?


apakah kebersihan / housekeeping terkelola


dengan baik?
TOTAL YA
TOTAL TIDAK
PROSENTASE PENTAATAN LB3
40

c. Pengolahan Limbah B3
Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi,
solidifikasi, fisika, kimia, biologi dan cara lainnya sesuai dengan
perkembangan
teknologi.
Untuk
pengolahan
secara
thermal,
pengamatan lapangan mengikuti checklist pada Tabel 16 dan untuk
pengolahan lainnya, pengamatan lapangan dapat mengikuti checklist
pada Tabel 16 dengan mengacu pada izin pengolahan yang dimaksud.
Tabel 16 Checklist Pengolahan Secara Thermal
CHECKLIST
PENGOLAHAN LIMBAH B3 SECARA THERMAL (INSINERATOR)
NAMA PERUSAHAAN
PT.
NO
1
2
3
4
5
8
6
7
9
10
SEKTOR
INDUSTRI :
LOKASI :
Kab./Kota
TIM PENILAI :
TGL
PENILAIAN:
KETENTUAN
YA
PENAATAN UMUM
apakah selama pengakutan tidak terjadi
ceceran?
TIDAK

apakah Jenis limbah yang dibakar sesuai
dengan yang tercantum dalam izin?


apakah pengoperasian insinerator sesuai izin?
















PENAATAN KHUSUS
apakah dilakukan pengukuran suhu gas bakar
di burning chamber?
apakah dilakukan pencatatan jumlah dan
komposisi limbah yang dibakar? (cek log book)
apakah komposisi limbah yang dibakar sesuai
izin?
apakah suhu ruang bakar I saat insinerator
beroperasi 600-800 °C (atau sesuai izin)?
apakah suhu ruang bakar II saat insinerator
beroperasi 900-1100 °C (atau sesuai izin)?
apakah efisiensi pembakaran terpenuhi? (Cek
sertifikat hasil uji)
apakah melakukan pengelolaan lanjutan
terhadap abu sisa pembakaran? (diserahkan
ke pihak ke-3/landfill)
KET
41
11
12
13
14
15
16
17
PEMANTAUAN
apakah memiliki logbook/pencatatan keluar
masuk limbah yang dibakar dan abu
insinerator?
LAIN-LAIN
tersediakah alat tanggap darurat yang mudah
dijangkau?
tersediakah fasilitas P3K yang mudah
dijangkau?
apakah memiliki SOP pengoperasian
insinerator ?
apakah memiliki SOP tanggap darurat?
tersediakah pagar, pintu darurat dan rute
evakuasi? (sesuai dengan SOP penyimpanan
dan tanggap darurat)
apakah kebersihan / housekeeping terkelola
dengan baik?














TOTAL YA
TOTAL TIDAK
PROSENTASE PENTAATAN LB3
Pemeriksaaan pengolahan menggunakan insinerator meliputi:

Log book limbah B3 yang dibakar dalam insinerator

Kesesuaian jenis limbah B3 yang dibakar dengan izin yang berlaku

Housekeeping di sekitar fasilitas insinerator

Hasil pengukuran emisi oleh laboratorium terakreditasi dan
teregistrasi di KLH (sertifikat hasil analisis) selama satu tahun

Kesesuaian jumlah parameter yang diukur dengan izin yang
berlaku/peraturan yang berlaku

Kesesuaian frekuensi pengukuran dengan izin yang berlaku
Pemeriksaaan pengolahan secara biologis (bioremediasi) meliputi:

Ketentuan izin lainnya yang belum tercantum dalam checklist

Kesesuaian jenis limbah B3 yang diolah dengan perizinan yang
berlaku

Jenis dan jumlah limbah B3 yang diolah setiap siklusnya untuk satu
tahun terakhir
42
d. Penimbunan Limbah B3
Penimbunan limbah B3 dapat berupa landfill kategori I, kategori 2, dan
kategori 3. Hal tersebut tergantung dari jenis limbah B3 yang akan
ditimbun dan hasil uji analisis total logam berat limbah B3 yang akan
ditimbun. Checklist penimbunan limbah B3 dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Checklist Penimbunan Limbah B3
CHECKLIST
PENIMBUNAN LIMBAH B3
NAMA PERUSAHAAN
PT.
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
SEKTOR
INDUSTRI :
LOKASI :
Kab./Kota
TIM PENILAI :
TGL
PENILAIAN:
KETERANGAN
DATA PENAATAN
apakah Jenis limbah B3 yang ditimbun sesuai
dengan izin ?
apakah jenis limbah yang ditimbun memenuhi
bakumutu TCLP?
terdapat sumur pantau minimal 3 buah (1 upstream
dan 2 downstream)?
RANCANG BANGUN FASILITAS PENIMBUNAN
apakah lapisan dasar (sub base) adalah tanah
lempung yang dipadatkan dengan permeabilitas 1 x
-9
10 m/det?
apakah permeabilitas dari sistem pendeteksi
kebocoran (k) = 1 x 10-4 m/det?
apakah ketebalan minimum lapisan geomembran
HDPE 1,5 mm
apakah permeabilitas lapisan tanah penghalang k =
1 x 10-9 m/det
apakah lapisan pelindung adalah tanah setempat dg
tebal 20 cm dan dilapisi geotextile?
BAK PENGUMPUL LINDI
apakah berada di area lokasi landfill dan memiliki 1
unit pompa?
apakah konstruksi pondasi, lantai dan dinding dari
beton?
apakah air lindi diolah di IPAL ?
apakah melakukan uji kualitas lindi dalam bak
pengumpul lindi sebelum dipindah ke fasilitas IPAL?
YA
TIDAK
KET






















43
13
14
15
16
17
18
19
20
apakah melakukan uji kualitas air tanah pada sumur
pantau rona awal?
apakah Baku Mutu air tanah ditetapka sesuai
dengan rona awal?
apakah pengujian dilakukan oleh laboratorium pihak
ketiga yang independen dan terakreditasi? (cek
sertifikat hasil uji)
apakah melakukan uji kualitas air lindi setiap 3
bulan/sesuai izin?
apakah melakukan pencatatan arus jumlah limbah
B3 yang keluar dan masuk tempat penimbunan?
(cek log book)
LAIN-LAIN
terdiakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai
dan mudah dijangkau?
apakah memiliki SOP tanggap darurat?
apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan
baik?
















TOTAL YA
TOTAL TIDAK
PROSENTASE PENTAATAN LB3
Pemeriksaaan pengolahan secara biologis (bioremediasi) meliputi:

Ketentuan izin penimbunan lainnya jika terdapat ketentuan teknis
yang belum tercantum dalam checklist,

Akreditasi dan registrasi KLH dari laboratorium yang melakukan
analisis kualitas air lindi

Jumlah parameter air lindi yang diukur dibandingkan dengan
perizinan yang dimiliki atau peraturan penimbunan limbah B3 yang
berlaku

Frekuensi pengukuran air lindi dibandingkan dengan perizinan yang
dimiliki atau peraturan penimbunan limbah B3 yang berlaku

Pemenuhan kualitas air lindi terhadap baku mutu air lindi
berdasarkan izin atau peraturan penimbunan limbah B3 yang
berlaku.

Jenis dan jumlah limbah B3 yang ditimbun selama satu tahun
terakhir dalam log book
44

Jenis
limbah
yang
ditimbun
dan
kesesuaian
dengan
izin
penimbunan yang dimiliki
45
BAB III
STRATEGI PENGAWASAN
Strategi dalam melaksanakan pengawasan terdiri dari beberapa tahapan,
antara lain tahap persiapan pengawasan, pelaksanaan pengawasan, dan
penyusunan berita acara, serta tindak lanjut hasil pengawasan.
3.1
Persiapan Pengawasan
Hal-hal yang harus disiapkan dan dipelajari sebelum melaksanakan
pengawasan dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Persiapan Pelaksanaan Pengawasan
No.
46
Kegiatan Persiapan
1.
Administrasi
2.
Peraturan/dokumen/
referensi terkait
3.
Kuesioner dan Check list
4.
Perlengkapan inspeksi
5.
Koordinasi
Uraian kegiatan
Surat penugasan, tanda pengenal, format berita
acara (BA pengawasan penaatan lingkungan
hidup,
BA
pengambilan
sampel,
BA
pengambilan
foto/video,
BA penolakan
pengawasan penaatan lingkungan hidup, BA
penolakan pengambilan sampel, BA penolakan
pengambilan foto/video).
Riwayat ketaatan usaha dan/atau kegiatan
objek pengawasan, izin-izin terkait, peraturan
terkait, dokumen lainnya.
Membuat kuesioner dan chek list sebagai
panduan untuk mengumpulkan informasi dan
pemeriksaan secara berurutan.
Alat
pencatat,
kamera/handycam,
perlengkapan keselamatan kerja, alat sampling,
GPS, sarana transportasi, dan perlengkapan
lain yang dianggap perlu.
Melakukan koordinasi dengan KLH, OPD
Lingkungan
hidup
kabupaten/kota,
laboratorium terakreditasi, dan kegiatan usaha
yang akan didatangi .
3.2
Pelaksanaan Pengawasan
Pelaksanaan pengawasan merupakan rangkaian pekerjaan untuk
memperoleh bahan keterangan mendalam tentang suatu usaha
dan/atau kegiatan diantaranya berupa:
terhadap
peraturan
maupun
proses kegiatan, ketaatan
persyaratan
atau
kewajiban
yang
tercantum dalam izin, dan evaluasi terhadap cara pengelolaan
lingkungan. Rangkaian kegiatan pengawasan dapat dilihat pada
Gambar 4. Selain rangkaian kegiatan tersebut, dilakukan juga
pengambilan dokumentasi yang merupakan bagian penting dalam
kegiatan pengawasan untuk dijadikan alat bukti dalam menguatkan
temuan di lapangan.
Pertemuan pendahuluan
Pengamatan proses kegiatan
Pengamatan IPAL
Pengamatan sumber emisi & fasilitas PPU
Pengamatan TPS LB3
Penyusunan BAP
Gambar 4 Kegiatan Pengawasan
Adapun penjelasan dari rangkaian kegiatan tersebut tercantum pada
Tabel 19.
Tabel 19 Mekanisme Pengawasan
No.
Nama kegiatan
Uraian Kegiatan
1.
Pertemuan Pendahuluan
Pertemuan dengan pihak penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan membahas maksud dan tujuan
pelaksanaan pengawasan pihak-pihak yang akan
dihubungi
objek
yang
akan
dikunjungi
data/dokumen yang harus dilengkapi. Data-data
yang harus dilengkapi:
47
No.
Nama kegiatan
Uraian Kegiatan




48
2.
Pengamatan proses
kegiatan
3.
Pengamatan IPAL
4.
Pengamatan sumber
emisi&fasilitas PPU
Informasi umum usaha dan/atau kegiatan
Identitas penanggung jawab
Dokumen pelaporan pemeriksaan air limbah
Dokumen pelaporan pemeriksaan emisi udara
dan ambien

Dokumen AMDAL/UKL/UPL

Perizinan
Pengecekan terhadap:

Layout, tata letak, luas

Peta drainase, sistem perpipaan

Jenis dan jumlah limbah (cair, padat, gas)

Flow meter, neraca air

Penggunaan energi dan sumbernya

Kemungkinan adanya by pass

Upaya minimasi limbah/teknologi proses daur
ulang limbah
Pengecekan terhadap:

Sumber air limbah dan kapasitasnya

Pengelolaan air limbah yang diterapkan dan
teknologinya

Jenis dan jumlah bahan kimia yang digunakan
dalam pengelolaan air limbah

Kondisi fisik IPAL (permanen, kedap air)

Kondisi kinerja IPAL (peralatan tidak bekerja,
rusak, pengoperasian kurang baik)

Teknik pengelolaan air limbah yang digunakan
dan sistem operasional IPAL (batch/continue)

Skema/lay out IPAL

Kapasitas limbah yang dihasilkan dari masingmasing unit kerja

Debit air limbah inlet dan outlet IPAL

Saluran air limbah (bercampur dengan saluran
air hujan, by pass)

Alat ukur debit air limbah

Penggunaan air baku

Data swapantau analisa air limbah

Pengelolaan sludge IPAL

Upaya pemanfaatan air limbah (reuse, recycle,
reduce)
Pengecekan terhadap:

Sumber-sumber emisi

Data swapantau emisi cerobong dan kualitas
udara ambien (periode pemeriksaan, lokasi
pengujian dan akretasi laboratorium)

Upaya pengendalian pencemaran udara yang
dilakukan (teknik/alat yang digunakan)

Sarana uji emisi cerobong (bandingkan
dengan Ketentuan Kepdal
205/BAPEDAL/09/1996)

Jenis bahan bakar

Pengaduan masyarakat/gangguang kualitas
udara yang terjadi

Upaya pengendalian kebisingan, getaran, dan
bau
No.
5.
Nama kegiatan
Pengamatan TPS LB3
Uraian Kegiatan
Pengecekan terhadap:
 Check list form evaluasi TPS LB3:
Pemeriksaan bangunan : rancang bangun
dan luas sesuai dengan jenis, karakteristik,
dan jumlah LB3 yang dihasilkan, terlindung
dari masuknya air hujan, memiliki sistem
ventilasi udara dan penerangan
yg
memadai, lantai kedap air, kemiringan 1%
landai
ke
arah
bak
penampung,
penandaan/simbol tempat penyimpanan;
Pemeriksaan sarana lain yang tersedia:
peralatan sistem pemadam kebakaran,
pagar pengamanan, fasilitas pertolongan
pertama, pintu darurat, alarm;
Pemeriksaan kemasan: kondisi baik, tidak
rusak, tidak karat dan tidak bocor; bentuk,
ukuran dan bahan kemasan saling cocok
dengan limbah B3;
Pemeriksaan
pengemasan:
kecocokan
pengemasan, pemeriksaan dan pemasangan
simbol dan label;
Pemeriksaan pewadahan LB3 dalam tangki:
rancang bangun, fasilitas dan sistem
penunjang memenuhi persyaratan, LB3
yang
disimpan
sesuai,
memiliki
penampungan
sekunder,
dilakukan
pemeriksaan setiap hari, penanggulangan
bila terjadi kebocoran atau gangguan;
Pemeriksaan cara penyimpananan LB3:
kemasan dibuat sistem blok, lebar gang
memenuhi
persyaratan,
penumpukan
kemasan stabil, tumpukan maksimal 3
lapis dan menggunakan palet, jarak dengan
atap dan dinding minimal 1 meter.
Pemeriksaan penyimpanan dengan tangki:
mempunyai tanggul, saluran pembuangan
dan bak penampung (kedap air dan
kapasitas
110% kapasitas
tangki),
terlindung dari penyinaran matahari dan
air hujan secara langsung.




6.
Penyusunan BAP
Izin penyimpanan LB3
Catatan penyimpanan LB3 (sumber LB3, jenis
LB3, tanggal masuk, tanggal keluar, jumlah
LB3, neraca LB3,)
Waktu penyimpanan LB3 (>90 hari atau
tidak)
Pelaporan penyimpanan LB3
(dibahas dalam bahasan format berita acara
pengawasan)
49
3.3
Format Berita Acara Pengawasan
Berikut adalah format Berita Acara Pengawasan yang telah disusun
melalui berbagai diskusi dengan OPD Lingkungan Hidup se-Jawa Barat:
BERITA ACARA
PENGAWASAN PENATAAN LINGKUNGAN HIDUP
Pada hari ini,……..tanggal ……… bulan.........tahun …….., pukul ……., di Kabupaten……..,Provinsi Jawa
Barat, kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
:
Instansi
:
NIP.
:
Pangkat/Gol :
Jabatan
:
Beserta anggota pengawas:
Nama
NIP/PPLH
Jabatan
1.
.....
.....
.....
2.
.....
.....
.....
secara bersama-sama telah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap :
Perusahaan
:
Alamat
:
Telp/Fax
:
Pihak Perusahaan
Nama
Jabatan
:
No.Kontak
:
Email
:
Pengawasan dan pemantauan tersebut dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PENGAWASAN
PENAATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP, yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan
verifikasi teknis terhadap pelaksanaan kegiatan Pengendalian Pencemaran Air dan Pengendalian
Pencemaran Udara. Catatan temuan-temuan lapangan selama pengawasan dan pemantauan tersebut
disajikan dalam Lampiran Berita Acara ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.
Demikian Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan
disaksikan oleh yang bertanda tangan di bawah ini.
BPLHD
Prov. Jabar
50
BPLH
Kabupaten/Kota ........
Pihak
Perusahaan
Nama :
Nama :
Nama :
Ttd :
Ttd :
Ttd :
Nama :
Nama :
Ttd :
Ttd :
LAMPIRAN BERITA ACARA PENGAWASAN PENAATAN LINGKUNGAN HIDUP
Nama Perusahaan
Jenis Industri
Lokasi Kegiatan
:
:
:
Kab/Kota ........., Provinsi Jawa Barat
UMUM
Nama Perusahaan
Alamat lokasi kegiatan
Telp./Fax.
Alamat Kantor Pusat
Telp./Fax.
Nama Holding Company
Alamat Kantor Holding Company
Telp./Fax.
Tahun Berdiri
Perusahaan/ Beroperasi
Perusahaan
Jenis Industri
Status Permodalan
Luas Area Pabrik/Lokasi Kegatan
Jumlah Karyawan
Kapasitas Produksi Terpasang
Produksi Rill
Bahan Baku Utama
Bahan Penolong
Prosentase Pemasaran Eksport
Prosentase Pemasaran Domestik/Lokal
Dokumen Lingkungan yang dimiliki
Nama Personal Kontak
Nomor HP dan e-mail Personal Kontak
: ....
: .…
: ....
: ….
: ....
:::: ..
: .....
: ...
: ......
: …..
: .....
: .....
:
: (aditif)
: .......... %
: ........... %
: ....
: ...
: .....
PROSES PRODUKSI :
51
RINGKASAN TEMUAN LAPANGAN:
I.
DOKUMEN LINGKUNGA/IZIN LINGKUNGAN (AMDAL/UKL-UPL)
Kewajiban
No.
Penanggungjawab Usaha
Penaatan
sesuai PP 27/2012
1. Memiliki dokumen lingkungan /
izin Lingkungan.
2. Melaksanakan ketentuan
dalam dokumen lingkungan /
izin lingkungan :
A. Deskripsi kegiatan (luas
area dan kapasitas
produksi)
B. Pengelolaan lingkungan
terutama terutama aspek
pengendalian pencemaran
air, pengendalian
pencemaran udara, dan
Pengelolaan LB3 (matriks
pengelolaan dan matriks
pemantauan)
3. Melaporkan pelaksanaan
dokumen lingkungan/izin
lingkungan (terutama aspek
pengendalian pencemaran air,
pengendalian pencemaran
udara, dan Pengelolaan LB3)
II.
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
a.
Perusahaan ini mempunyai beberapa titik penaatan sebagai berikut:
No
1.
52
Nama Outlet
Lokasi
Koordinat
Sumber
Temuan
Keterangan
b.
Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC)
No
Titik
Penaatan
No. Izin
Instansi
Penerbit Izin
Masa Berlaku
Keterangan
1.
2.
c.
Data swapantau periode Bulan …. sampai dengan Bulan … sebagai berikut :
TAHUN 2014
BMAL
Ket
Konsentrasi (mg/L)
Parameter
Jan
Feb
Mar
April
Mei
Juni
Juli
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Outlet
Produksi
(ton/bln)
Debit
(m3/bln)
53
d.







e.
f.
54
Persyaratan Teknis:
Persyaratan teknis
Melakukan pemantauan self monitoring
menggunakan laboratorium yang
terakreditasi
Memisahkan saluran pembuangan air
limbah dengan saluran air hujan
Saluran air limbah kedap air
Memasang alat pengukur debit
(flowmeter) atau laju alir air limbah
Melakukan pencatatan pH air limbah
harian dan debit air limbah harian;
Menetapkan titik penaatan untuk
pengambilan contoh uji
Tidak melakukan pengenceran air limbah
ke dalam aliran buangan air limbah
Perhitungan Beban Pencemaran :
No
Parameter
Ya / Tidak
Beban Inlet
(Ton/Tahun)
Keterangan
Beban Outlet
(Ton/Tahun)
Hasil
verifikasi
lapangan
terhadap
kondisi
IPAL
dan
kualitas
air
limbah:…………………………………………………………………………………………….…
………………………….……………………………………………………………………………
III. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
Ringkasan Temuan Lapangan:
a.
b.
No
Sumber emisi udara berasal dari : …
Tabel sumber emisi : ...
Sumber Emisi
Bentuk
Cerobong
Kode
Spesifikasi Cerobong
D atau
H
Tinggi Lubang
De (cm)
(m)
dari Elbow (m)
Alat
PPU
Lubang
Sampling
Sarana Pendukung Sampling
Lantai
Flange
Tangga
Koordinat
Kerja
Pagar
Ket
Jumlah Total Cerobong
Aktif
55
c. Ketaatan Parameter dari Sumber Emisi yang Dipantau Tahun …..
No Sumber Kode Parameter
Semester 1
Semester 2
3
Emisi
(mg/m )
(mg/m3)
Baku Mutu
(sebutkan BMEU)
1.
2.
d.
Perhitungan Beban Pencemaran Udara (Ton/periode)
No.
Parameter
Semester II Tahun
Semester I Tahun
1.
2.
e.
Data Kualitas Ambien
Pengujian kualitas ambien
Periode pengujian
Laboratorium Penguji
: (Ada/Tidak ada*)
: ………………………………………...................
: ………………………………………...................
f. Hasil verifikasi lapangan terhadap kegiatan pengendalian pencemaran udara
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
V. PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LIMBAH B3)
A. Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Pengelolaan
Status Perizinan
No. SK/ No.
Masa
LimbahB3
Surat
Berlaku
Penyimpanan
Sementara
Pemanfaatan
Pengolahan
Penimbunan
Dst
56
Keterangan
B. Neraca Limbah B3 Periode ….
Jenis
Satuan
Limbah
Limbah
Dihasilkan
Limbah
Dikelola
Limbah
Belum
Dikelola
Perlakuan
A. Sumber Dari Proses Produksi
B. Sumber Dari Luar Proses Produksi
C. Sumber dari Gabungan Proses dan Di luar Proses (jika ada)
Total
Persentrase
Ket : ..... % limbah B3 yang diserahkan ke pihak ke tiga yang memiliki izin, ......% limbah B3
dimanfaatkan....... % limbah B3 masih tersimpan di TPS. Secara umum ...... % limbah B3 sudah
dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku dan persyaratan dalam izin
C. Temuan dan Rekomendasi
No.
Aspek Penilaian
1
a.
b.
2.
3.
a.
b.
c.
Temuan
Lapangan
Rencana
Tindak Lanjut
Pendataan Jenis dan Volume
Limbah yang dihasilkan
Identifikasi jenis limbah B3
Pencatatan Jenis dan Volume
Limbah B3 yang dihasilkan
Pendataan Pengelolaan Lanjutan
Limbah B3
Pelaporan
Perizinan Pengelolaan LB3
Kepemilikan izin PLB3 yang
dipersyaratkan
Masa berlaku izin
-
Pelaksanaan ketentuan izin :
Pemenuhan terhadap ketentuan
teknis dalam izin selain Baku
Mutu Emisi, Effluent dan
Standard Mutu (check list).
Emisi dari kegiatan pengolahan
dan/atau pemanfaatan limbah
B3:
- Pemenuhan terhadap BME
- Jumlah parameter yang diukur
dan dianalisa
- Frekuensi pengukuran
Effluent dari kegiatan
pengolahan dan/atau
penimbunan dan/atau
pengelolaan limbah B3 lainnya
:
57
No.
d.
Standar Mutu Produk dan/atau
kualitas limbah B3 untuk
pemanfaatan
4.
Open dumping, pengelolaan
tumpahan, dan penanganan
media/tanah terkontaminasi
limbah B3 :
Jenis limbah dan jumlah limbah
yang di open dumping
Rencana pengelolaan lahan
terkontaminasi
Kesesuaian rencana dengan
pelaksanaa pengelolaan lahan
terkontaminasi
Jumlah total limbah dan tanah
terkontaminasi yang dilakukan
pengelolaan
Perlakuan pengelolaan limbah dan
tanah terkontaminasi yang
diangkat sesuai perencanaan
SSPLT (surat status pemulihan
lahan terkontaminasi)
Ketentuan dalam SSPLT
5.
Jumlah limbah B3 yang dikelola
(Neraca Limbah B3)
6.
Pengelolaan limbah B3 oleh
pihak ke-3
Pengelolaan melalui pengumpul
limbah B3
Masa berlaku izin
Kesesuaian jenis limbah B3 yang
dikumpul dengan izin yang berlaku
Kontrak kerjasama penghasil
limbah dan pengumpul limbah
Kontrak kerjasama antara
pengumpul dengan pihak
pemanfaat, pengolah atau
penimbun
Ada/tidak masalah pencemaran
lingkungan
a.
b.
58
Aspek Penilaian
Pihak ke-3 pengelola lanjut
limbah B3 (pemanfaat/
pengolah/ penimbun)
Masa berlaku izin
Kesesuaian jenis limbah B3 yang
dikumpul dengan izin yang berlaku
Kontrak kerjasama penghasil
limbah dan pengumpul limbah
Ada/tidak masalah pencemaran
lingkungan
Temuan
Lapangan
Rencana
Tindak Lanjut
No.
Aspek Penilaian
Temuan
Lapangan
Rencana
Tindak Lanjut
Pihak ke-3 Jasa Pengangkutan
Ada/tidak izin dari Kementerian
Perhubungan
Ada/tidak rekomendasi dari KLH
Kesesuaian jenis limbah yang
diangkut dengan izin
Kesesuaian alat angkut dengan
yang tercantum dalam izin (No.
polisi, no. rangka, no. mesin)
Rute pengangkutan sesuai dengan
izin
Penggunaan dokumen/manifest
yang sah
7.
Dumping, injeksi dan
pengelolaan limbah B3 dengan
cara tertentu:
Izin dumping/izin pengelolaan
limbah B3 dengan cara tertentu
Jumlah/volume limbah B3 yang di
dumping
8.
Pengelolaan Limbah B3 lainnya
D. Penaatan
No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan
Limbah B3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Taat
Belum Taat
Keterangan
a. Pendataan jenis dan volume limbah
yang dihasilkan
b. Pelaporan
Status perizinan pengelolaan limbah B3
Pelaksanaan ketentuan dalam Izin
a. Pemenuhan Ketentuan Teknis
b. Pemenuhan Baku Mutu Emisi
c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah
d. Pemenuhan Pemanfaatan
Penanganan open dumping,
pengelolaan tumpahan, dan
penanganan media terkontaminasi LB3
a. Rencana pengelolaan
b. Pelaksanaan pengelolaan
c. Jumlah tanah terkontaminasi yang
dikelola
d. Pelaksanaan ketentuan SSPLT
Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai
dengan peraturan
Pengelolaan limbah B3 oleh pihak
ketiga dan pengangkutan limbah B3
Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai
dengan peraturan
59
E. Kesimpulan Hasil Pengawasan Pengelolaan Limbah B3
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
60
3.4
Contoh dan Penjelasan Cara Pengisian Berita Acara
Berikut adalah contoh dan penjelasan cara pengisian Berita
Acara Pengawasan yang telah disusun melalui berbagai diskusi dengan
OPD Lingkungan Hidup se-Jawa Barat:
BERITA ACARA
PENGAWASAN PENATAAN LINGKUNGAN HIDUP
Pada hari ini, Selasa tanggal Tiga puluh bulan September tahun Dua Ribu Empat Belas, pukul 16.00 WIB,
di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Ir. Hakim Malik
Instansi
: BPLHD Provinsi Jawa Barat
NIP.
: 19601123 198901 1 001
Pangkat/Gol : Pembina/IV a
Jabatan
: PPLH
Beserta anggota pengawas:
Nama
NIP/PPLH
Jabatan
1.
Harry Gunawan, ST, M.Eng
19721123 199901 1 001
Kasubid Pembinaan BPLHD Jawa Barat
2.
Meisyara, ST
19871123 201001 2 001
Staf Subid Pembinaan BPLH Kota Bandung
secara bersama-sama telah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap :
Perusahaan
:
PT. Prima Utama Persada
Alamat
:
Jl. ABCDE No.20, Kec. ABCDE, Kel ABCDE
Telp/Fax
:
022-45xxxxx/022-45xxxxx
Pihak Perusahaan
Nama
Puspita Sari
Jabatan
:
Manager HSE
No.Kontak
:
08123920xxxxx
Email
:
[email protected]
Pengawasan dan pemantauan tersebut dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PENGAWASAN
PENAATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP, yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan
verifikasi teknis terhadap pelaksanaan kegiatan Pengendalian Pencemaran Air dan Pengendalian
Pencemaran Udara. Catatan temuan-temuan lapangan selama pengawasan dan pemantauan tersebut
disajikan dalam Lampiran Berita Acara ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.
Demikian Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan
disaksikan oleh yang bertanda tangan di bawah ini.
BPLHD
Prov. Jabar
BPLH
Kota Bandung
Pihak
Perusahaan
Nama : Ir. Hakim Malik
Nama : Meisyara, ST
Nama : Puspita Sari
Ttd :
Nama : Harry Gunawan, ST, M.Eng
Ttd :
Ttd :
Nama : Haryono
Ttd :
Ttd :
61
LAMPIRAN BERITA ACARA PENGAWASAN PENAATAN LINGKUNGAN HIDUP
Nama Perusahaan
Jenis Industri
Lokasi Kegiatan
:
:
:
PT. Prima Utama Persada
Tekstil
Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat
UMUM
Nama Perusahaan
Alamat lokasi kegiatan
Telp./Fax.
Alamat Kantor Pusat
Telp./Fax.
Nama Holding Company
Alamat Kantor Holding Company
Telp./Fax.
Tahun Berdiri Perusahaan/ Beroperasi
Perusahaan
Jenis Industri
Status Permodalan
Luas Area Pabrik/Lokasi Kegatan
Jumlah Karyawan
Kapasitas Produksi Terpasang
Produksi Rill
Bahan Baku Utama
Bahan Penolong
Prosentase Pemasaran Eksport
Prosentase Pemasaran Domestik/Lokal
Dokumen Lingkungan yang dimiliki
Nama Personal Kontak
Nomor HP dan e-mail Personal Kontak
: ....
: .…
: ....
: ….
: ....
:::: ..
: .....
: ...
: ......
: …..
: .....
: .....
:
: (aditif)
: .......... %
: ........... %
: ....
: ...
: .....
PROSES PRODUKSI : (lampirkan proses produksi (diagram/bagan alir/gambar)
62
RINGKASAN TEMUAN LAPANGAN:
I.
DOKUMEN LINGKUNGA/IZIN LINGKUNGAN (AMDAL/UKL-UPL)
Kewajiban
No.
Penanggungjawab Usaha
Penaatan
Temuan
sesuai PP 27/2012
1. Memiliki dokumen lingkungan/
Taat/Tidak Taat
Sudah/Belum memiliki
izin Lingkungan.
dokumen lingkungan :
(sebutkan
dokumen
lingkungan : Amdal,
UKL/UPL)
2. Melaksanakan ketentuan
Taat/Tidak Taat
- Luas area dan kapasitas
dalam dokumen lingkungan/izin
produksi sesuai/Tidak
lingkungan :
sesuai dengan ketentuan
C. Deskripsi kegiatan (luas
dokumen lingkungan
area dan kapasitas
- Telah
melaksanakan
produksi)
pengendalian pencemaran
D. Pengelolaan lingkungan
udara dan pengelolaan
terutama terutama aspek
limbah B3 sesuai dengan
pengendalian pencemaran
ketentuan dalam dokumen
air, pengendalian
lingkungan.
pencemaran udara, dan
Pengelolaan LB3 (matriks
pengelolaan dan matriks
pemantauan)
3. Melaporkan pelaksanaan
Taat/Tidak Taat
Telah/belum
melaporkan
dokumen lingkungan/izin
pelaksanaan
RKL-RPL
lingkungan (terutama aspek
secara periodik setiap 6
pengendalian pencemaran air,
bulan sekali kepada BPLH
pengendalian pencemaran
Kota
Bandung
dan
udara, dan Pengelolaan LB3)
tembusan
ke
BPLHD
Provinsi Jawa Barat dan
Kementerian
Lingkungan
Hidup.
II.
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
a.
Perusahaan ini mempunyai beberapa titik penaatan sebagai berikut:
No
1.
Nama
Outlet
IPAL
Lokasi
Sebelah
selatan
pabrik
Koordinat
LS : 06⁰21’50.5”
Sumber
Proses
Produksi
Keterangan
Berfungsi
dengan baik
BT : 170⁰31’22.03”
63
b.
Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC)
Titik
Penaatan
No
c.
1.
IPAL
2.
Utilitas
No. Izin
No....
Instansi
Penerbit Izin
BLH Kab/Kota...
BPPT...
Masa Berlaku
19/9/12 – 19/9/15
(3 tahun)
Keterangan
(sebutkan badan air penerima serta debit maksimum. sebutkan juga baku
mutu yang diacu/ IPLC belum dilampirkan BMLC).
Data swapantau periode Bulan Januari 2014 sampai dengan Bulan Desember 2014 sebagai berikut:
TAHUN 2014
BMAL
Ket
Konsentrasi (mg/L)
Parameter
Jan
Feb
Mar
April
Mei
Juni
Juli
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
40
10
15
37
35
26
30
19
15.5
22.75
20.1
33
Produksi
(ton/bln)
2000
1989
1900
…
…
…
…
…
…
…
…
…
Debit
(m3/bln)
100
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
Outlet 1
BOD5
Parameter...
64
50
mg/L
KepGub No.6 Tahun 1999 Lampiran III Gol.
1 (sesuai dengan IPLC)
d.
Persyaratan teknis:
Persyaratan teknis
Melakukan
pemantauan
self
monitoring menggunakan laboratorium
terakreditasi
Memisahkan saluran pembuangan air
limbah dengan saluran air hujan
Saluran air limbah kedap air
Memasang alat pengukur debit
(flowmeter) atau laju alir air limbah
Melakukan pencatatan pH air limbah
harian dan debit air limbah harian;
Menetapkan titik penaatan untuk
pengambilan contoh uji






 Tidak melakukan pengenceran air
limbah ke dalam aliran buangan air
limbah
e.
Ya / Tidak
Ya/Tidak
Keterangan
(lampirkan copy akreditasi lab
dan berikut parameternya)
Ya / Tidak
(lampirkan dengan foto)
Ya / Tidak
Ya / Tidak
Ya / Tidak
Ya / Tidak
Ya / Tidak
Perhitungan Beban Pencemaran :
No
Parameter
1.
...
(terpasang flowmeter tipe …
(lampirkan dengan foto))
(lampirkan dengan copy log
book)
(telah dilengkapi dengan titik
koordinat di lokasi titik
penaatan (lampirkan foto))
(kalau ada bypass atau potensi
tumpahan
langsung
ke
lapangan, lampirkan dengan
foto)
BOD
….
Beban Inlet
(Ton/Tahun)
....
....
Beban Outlet
(Ton/Tahun)
….
….
Catatan:
Cara menghitung beban pencemaran:
Beban Pencemaran (Ton/bulan) =
(
)
Beban Pencemaran (Ton/tahun) = Kumulatif beban pencemaran per
bulan (Beban Pencemaran selama 1 Tahun)
f.
Informasi lain:
1) Jumlah IPAL
: 1 buah
2) Proses IPAL
: Pengolahan Fisika-Kimia
3) Diagram alir IPAL
: InletKoagulasi  Flokulasi  Sedimentasi  Outlet
4) Kapasitas IPAL
: 500 m3/hari
5) Bahan Kimia IPAL
: PAC
6) Debit Riil Outlet Saat Kunjungan
: 100 m3/hari
65
g.
66
Hasil verifikasi lapangan terhadap kondisi IPAL dan kualitas air limbah :
Secara visual, air outlet IPAL jernih, pH 6,9, dan suhu 26,6o C. Perusahaan belum
melaporkan kinerja pengelolaan lingkungan ke BPLH Kota Bandung, BPLHD Prov. Jawa
Barat, dan Kementerian Lingkungan Hidup (tambahkan penjelasan lainnya sesuai dengan
kondisi di lapangan).
III. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
Ringkasan Temuan Lapangan:
a.
b.
Sumber emisi udara berasal dari: Steam Boiler, Oil Thermal Heater dan Genset ......
Tabel sumber emisi :
No
1.
Sumber Emisi
1 Unit Boiler:



Bentuk
Cerobong
Silinder
Kapasitas : 1200
ton/jam
Bahan Bakar
solar
Jenis
pengoperasian:
aktif/cadangan
2.
...
3.
...
Jumlah Total Cerobong
Aktif
Spesifikasi Cerobong
D
atau
H
Tinggi Lubang
Kode
De
(m)
dari Elbow (m)
(cm)
B-1
100
10
8
Sarana Pendukung Sampling
Alat PPU
Lubang
Sampling
Flange
Lantai
Kerja
Tangga
Koordinat
Pagar
Scrubber
√
√
√
-
LS: 06⁰21’51”
√
Ket
Tangga
Portable
BT:
170⁰31’22.03”
1
67
c.
No
1.
Ketaatan Parameter dari Sumber Emisi yang Dipantau Tahun 2014
Sumber
Emisi
1 Unit Boiler



2.
d.
Kode
Parameter
SO2
Semester 1
(mg/m3)
250
Semester 2
(mg/m3)
500
Baku Mutu
(sebutkan BMEU)
700 mg/m3
NO2
410
300
700 mg/m3
Partikulat
150
100
200 mg/m3
Opasitas
10
10
15%
B-1
Kapasitas : 1200
ton/jam
Bahan Bakar :
Solar
Jenis
Pengoperasian:
Aktif
…
Perhitungan Beban Pencemaran Udara (Ton/tahun)
No.
Parameter
Semester II Tahun
Semester I Tahun
1.
2.
Catatan:
Cara menghitung beban pencemaran udara:
Beban Pencemaran (Ton) =
(
)
(
)
x 3600
Beban Pencemaran (Ton/tahun) = Kumulatif beban pencemaran per
bulan (Beban Pencemaran selama 1 Tahun)
e.
Data Kualitas Ambien
Pengujian kualitas ambien
Periode pengujian
Laboratorium Penguji
: (Ada/Tidak ada*)
: Semester II tahun 2014 bulan Agustus
: ………………………………………...................
f. Hasil verifikasi lapangan terhadap pengendalian pencemaran udara : Perusahaan belum
melaporkan kinerja pengelolaan lingkungan ke BPLH Kota Bandung, BPLHD Prov. Jawa
Barat, dan Kementerian Lingkungan Hidup. Cerobong B-2 belum beroperasi karena masih
dalam proses pembangunan. Boiler direncanakan beroperasi bulan Januari 2015
(tambahkan penjelasan lainnya sesuai dengan kondisi di lapangan).
68
IV. PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LIMBAH B3)
A. Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Pengelolaan
Status
No. SK/ No.
Masa Berlaku
LimbahB3
Perizinan
Surat
Penyimpanan
√
Sk
bupati/
5 (lima)
Sementara
(bila mempunyai walikota,
tahun(lihat di
izin diisi dengan No.…… izin dari
izin)
tanda
“√” BPPT misalnya)
sedangkan bila , tanggal surat
tidak
izin
mempunyai izin
diisi dengan “---”
Jika izin masih
dalam proses,
dilihat dimana
proses akhirnya,
apabila
di
perusahaan
maka tidak taat,
apabila
di
instansi yang
bertanggung
jawab
maka
taat)
Keterangan
-
-
1 unit TPS
LB3 dengan
ukuran (19,6
x 5,2 x 2)m
untuk
menyimpan
limbah
sludge, oli
bekas
TPS
LB3
berada di
titik
koordinat
LS:
06⁰21’51.6”
BT:
170⁰31’22.03”
-
Persetujuan
penyimpanan
limbah
B3
lebih dari 90
hari
(sebutkan
dengan lengkap
serta
diisi
dengan hal-hal
yang
penting
untuk
diinformasikan,
seperti limbah
yang
dapat
disimpan, batas
masa
penyimpanan di
TPS yang tidak
standar,
kronologis
persuratan
pengajuan izin
yang
masih
dalam proses)
69
Pengelolaan
LimbahB3
Pemanfaatan
Status Perizinan
No. SK/ No.
Surat
√
Surat Keputusan
Menteri Negara
Lingkungan
Hidup Nomor :
52 Tahun 2014
tanggal 28 Maret
2014
SK.
Menteri
Lingkungan
Hidup, Nomor :
568 Tahun 2009,
tanggal
27
September 2010
SK.
Menteri
Lingkungan
Hidup, Nomor :
455 Tahun 2009
tanggal
13
Agustus 2009
√
Pengolahan
√
Penimbunan
√
SK.
Menteri
Lingkungan
Hidup, Nomor :
261 tahun 2010,
Tanggal
14
Oktober 2010.
Masa
Berlaku
5 (lima)
tahun
Keterangan
Pemanfaatan oli bekas
untuk substitusi bahan
bakar di Steam Coal
Boiler (SCB)
5
(lima)
tahun
Pemanfaatan
abu
batubara (fly ash dan
bottom ash) sebagai
bahan baku pembuatan
batako dan paving block
5
(lima)
tahun
Pengoperasian
incenerator
untuk
Pembakaran limbah B3
sludge ETP (Polyester),
limbah cair (lab dan
plant), kain majun
terkontaminasi,
kemasan bekas B3 dan
katalis Sb2O3 serta
limbah
cair
ex
laboratorium
yang
berasal dari kegiatannya
sendiri
 Izin
penimbunan/Landfill
fly ash/bottom ash.
 Kategri landfill Kelas
1 (secure landfill
double liner)
Sampai
landfill
penuh
Catatan:
Kolom pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan diisi apabila
perusahaan melakukan kegiatan tersebut.
B. Neraca Limbah B3 Periode 01 Jan 2014 – 31 Des 2014
Jenis
Limbah
Satuan
Limbah
Dihasilkan
Limbah
Dikelola
Limbah
Belum
Dikelola
0.2
0
Perlakuan
A. Sumber Dari Proses Produksi
Residu
Destilasi
70
Ton
0.2
Disimpan di TPS Limbah B3
dengan masa simpan masih
sesuai dengan izin
Jenis
Limbah
Satuan
Limbah
Dihasilkan
Limbah
Dikelola
Limbah
Belum
Dikelola
Perlakuan
B. Sumber Dari Luar Proses Produksi
15
Fly ash/Bottom
ash batubara
Boiler
9
Ton
50
0
25
1
74
Sludge IPAL
Ton
75
0
1
Majun
terkontaminasi
Ton
5
5
0
Kemasan
Bekas
Ton
1
1
0
0.038
Lampu TL
Bekas
Ton
0.041
0
0.003
Scrap
terkontaminasi
LB3
Ton
249.072
249.072
Limbah Medis
Ton
0.002
0.002
E-Waste
Ton
0
0
0
0
0
Diserahkan dan diangkut oleh PT.
Wastec International dengan Kode
Manifest HL
Dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan batako dan paving
block
Dilakukan penimbunan di landfill
sesuai dengan izin
Disimpan di TPS Limbah B3
dengan masa simpan masih sesuai
dengan izin
Diserahkan dan diangkut oleh PT.
Wastec International dengan Kode
Manifest HL
Disimpan di TPS Limbah B3
dengan masa simpan masih sesuai
dengan izin
Diolah melalui incinerator sesuai
dengan izin
Diolah melalui incinerator sesuai
dengan izin
Diserahkan ke PT. PPLI melalui
transporter PT. Jasa Medivest
dengan Kode Manifest QR.
Disimpan di TPS Limbah B3
dengan masa simpan masih sesuai
dengan izin
Dikirim ke PT. Putra Harapan Urip
melalui transporter PT. Putra
Harapan Urip (kode manifest : AAA)
Diserahkan dan diangkut oleh PT.
Jasa Medivest dengan Kode
Manifest QR.
Belum dihasilkan sampai dengan
periode pengawasan
C. Sumber Dari Kegiatan Lain
Oli Bekas
Ton
608.200
TOTAL
Persentase
Ton
%
988.515
602.050
6.150
988.515
100
0
Dimanfaatkan sendiri sebagai
subtitusi bahan bakar di boiler
Disimpan di tanki induk
0
0
Ket : 60.90% limbah B3 dimanfaatkan sendiri sebagai substitusi bahan bakar di boiler, 34.20%
diserahkan ke pihak ke tiga yang berizin, 2.53% ditimbun (landfill), 0.91% dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan batako dan paving block, 0.85% masih disimpan di TPS, dan
0.61% diolah dengan insinerator. Secara umum 100% limbah B3 sudah dikelola sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan persyaratan dalam izin.
71
Catatan :
1. Kolom “limbah belum dikelola” diisi jika limbah B3 disimpan di luar TPS
limbah B3, dikelola oleh pihak ketiga yang tidak berizin dan dilakukan
pengelolaan oleh perusahaan tanpa izin.
2. kolom perlakuan lihat di logbook/neraca dan manifest salinan 7.
C. Temuan dan Rekomendasi
72
No.
Aspek Penilaian
1
a.
Pendataan Jenis dan Volume
Limbah yang dihasilkan
Identifikasi jenis limbah B3
Temuan
Lapangan
Telah melakukan identifikasi
terhadap seluruh limbah B3 yang
dihasilkan.
Pencatatan Jenis dan Volume
Limbah B3 yang dihasilkan
Telah melakukan pencatatan
terhadap jenis dan volume seluruh
limbah B3 yang dihasilkan.
Pendataan Pengelolaan
Lanjutan Limbah B3
Telah melakukan pendataan
pengelolaan terhadap jenis limbah
yang teridentifikasi dan telah
melakukan pengelolaan lebih lanjut.
b.
Pelaporan
Belum melaporkan realisasi
pengelolaan semua limbah B3 yang
dihasilkan dengan menyampaikan
neraca limbah B3, logbook, dan
manifest salinan #2 per triwulan
kepada BPLH Kota Bandung
dengan tembusan kepada BPLHD
Provinsi Jawa Barat, Kementerian
Lingkungan Hidup.
2.
Perizinan Pengelolaan LB3
Kepemilikan izin PLB3 yang
dipersyaratkan
1. Surat Rekomendasi Tempat
Penyimpanan
Sementara
(TPS) Limbah B3 dari BPLH
Kota Bandung, Nomor :
660.1/254/wasdal tertanggal
16 Juli 2013.
Rencana
Tindak Lanjut
Tetap melakukan
identifikasi terhadap
seluruh limbah B3
yang dihasilkan.
Tetap melakukan
pencatatan terhadap
jenis dan volume
seluruh limbah B3
yang dihasilkan.
Tetap melakukan
pendataan terhadap
identifikasi dan dan
tetap melakukan
pengelolaan lebih
lanjut.
Wajib melaporkan
realisasi pengelolaan
semua limbah B3
yang dihasilkan
dengan
menyampaikan
neraca limbah B3,
logbook, dan manifest
salinan #2 per
triwulan kepada
BPLH Kota Bandung
dengan tembusan
kepada BPLHD
Provinsi Jawa Barat,
Kementerian
Lingkungan Hidup.
Tetap memiliki izin
pengelolaan limbah
B3
yang
dipersyaratkan.
No.
Aspek Penilaian
Masa berlaku izin
3.
a.
Pelaksanaan ketentuan izin :
Pemenuhan terhadap
ketentuan teknis dalam izin
selain Baku Mutu Emisi,
Effluent dan Standard Mutu
(check list).
Temuan
Lapangan
2. Izin Pemanfaatan Limbah B3
dari Kementerian Lingkungan
Hidup Nomor 26 Tahun 2013,
tertanggal 21 Januari 2013.
3. SK. Menteri Lingkungan Hidup,
Nomor : 568 Tahun 2009,
tanggal 27 September 2010
4. SK. Menteri Lingkungan Hidup,
Nomor : 455 Tahun 2009
tanggal 13 Agustus 2009
5. SK. Menteri Lingkungan Hidup,
Nomor : 261 tahun 2010,
Tanggal 14 Oktober 2010.
1. Rekomendasi
Tempat
Penyimpanan
Sementara
(TPS) Limbah B3
masa
berlaku 2 (dua) Tahun;
2. Izin Pemanfaatan Sludge IPAL
masa berlaku 5 (lima) Tahun.
3. Izin Pemanfaatan Abu Batu
Bara masa berlaku 5 (lima)
Tahun.
4. Izin Pengolahan (Incinerator)
masa berlaku 5 (lima) Tahun.
5. Izin Penimbunan/Landfill masa
berlaku 5 (lima) Tahun.
 100% Pemenuhan ketentuan
teknis Tempat Penyimpanan
Sementara
Limbah
B3
(Ketentuan TPS Limbah B3 telah
sesuai dengan Kepdal Nomor :
01/1995 tentang Tata cara
Penyimpanan dan Pengumpulan
Limbah B3); dan
 100% Pemenuhan ketentuan
teknis Pemanfaatan oli bekas
Limbah
B3
(Ketentuan
Pemanfaatan Limbah B3 telah
sesuai
dengan
Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 26 Tahun 2013,
tertanggal 21 Januari 2013
tentang Izin Pemanfaatan limbah
B3).
 Pemanfaatan Limbah B3
- Tata tata cara penyimpanan fly
ash/bottom ash di lokasi
kegiatan produksi batako dan
paving blok belum sesuai
dengan Kepdal Nomor : 01
Tahun 1995 tentang Tata cara
Rencana
Tindak Lanjut
Tetap memastikan
semua izin yang
dimiliki masih berlaku
Tetap
menjaga
ketentuan
teknis
Tempat Penyimpanan
Sementara
(TPS)
Limbah B3 dan
pemanfaatan
oli
bekas sesuai dengan
peraturan
yang
berlaku.
73
No.
Aspek Penilaian
Temuan
Lapangan

-
-

b.
Emisi dari kegiatan
pengolahan dan/atau
pemanfaatan limbah B3:
- Pemenuhan terhadap BME
- Jumlah parameter yang
diukur dan dianalisa
- Frekuensi pengukuran
74
Rencana
Tindak Lanjut
penyimpanan limbah B3. Fly
ash/bottom
ash
disimpan
disimpan dengan sistem curah,
sebagian berada di dalam
tempat yang terlindung dari
masuknya air hujan, dan
sebagian lagi disimpan di
tempat terbuka.
Pengolahan Limbah B3
Belum melakukan pencatatan
temperatur ruang bakar secara
keseluruhan. Pencatatan hanya
dilakukan pada ruang bakar 1.
Berdasarkan pencatatan pihak
perusahaan, temperatur ruang
bakar 1 belum sesuai dengan
ketentuan, yaitu hanya 400 OC.
Sedangkan ketentuan dalam
izin, bahwa selama pembakaran
limbah B3, kondisi temperatur
ruang bakar 1 berkisar antara
800 OC – 1.000 OC, dan ruang
bakar 2 bekisar antara 1.000 OC
– 1.100 OC.
Penimbunan Limbah B3
Sedang
dalam
proses
penutupan dan alih fungsi lahan.
Hasil analisa emisi 2 (dua) buah
cerobong boiler pada Semester II
Tahun 2012 (bulan Juli 2013) dan
Semester I Tahun 2013 (bulan
Januari 2013) telah memenuhi BME
sesuai dengan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor : 26 Tahun 2013,
tertanggal 21 Januari 2013 tentang
Izin Pemanfaatan limbah B3 PT.
Sinkona Indonesia Lestari.
Jumlah Parameter yang diukur dan
dianalisa telah sesuai dengan
ketentuan perizinan, yaitu : Partikel,
SO2, NO2, HF, HCl, CO, CH4, As,
Cd, Cr, Pb, Hg, Ti dan opasitas.
Frekuensi pengukuran telah sesuai
dengan ketentuan perizinan yaitu
setiap 6 (enam) bulan sekali.
Tetap
menjaga
kualitas udara emisi
boiler
selalu
memenuhi baku mutu
Tetap
melakukan
penggukuran emisi
cerobong
dengan
jumlah
parameter
sebagaimana
tercantum dalam izin
Tetap
melakukan
pemantauan kualitas
udara emisi cerobong
sebagaimana
tercantum dalam izin.
No.
c.
d.
4.
Aspek Penilaian
Effluent dari kegiatan
pengolahan dan/atau
penimbunan dan/atau
pengelolaan limbah B3
lainnya:
Pemenuhan terhadap BMAL
Temuan
Lapangan
Rencana
Tindak Lanjut
Semua parameter hasil pengolahan
air lindi (basin clarifier) sudah
memenuhi baku mutu.
Tetap
mempertahankan
kinerja IPAL CPP
sehingga
hasilnya
tetap memenuhi baku
mutu.
Tetap
melakukan
pemantauan
dan
analisa
dengan
jumlah
parameter
sesuai
dengan
ketentuan perundangundangan.
Tetap
melakukan
pemantauan kualitas
udara emisi cerobong
sebagaimana
tercantum dalam izin.
Jumlah parameter yang diukur
dan dianalisa
Jumlah parameter yang diukur dan
dianalisa sesuai dengan Permen LH
No. 8 Tahun 2009 tentang Baku
Mutu
Air
Limbah
Bagi
Usaha/Kegiatan Pembangkit Listrik
Tenaga Thermal.
Frekuensi pengukuran
Frekuensi pengukuran telah sesuai
dengan ketentuan perizinan yaitu
setiap 1 (satu) bulan sekali.
Standar Mutu Produk
dan/atau kualitas limbah B3
untuk pemanfaatan
Pemenuhan terhadap standard
(mis : kuat tekan, toleransi
kadar pencemar dalam limbah
B3 yang akan dimanfaatkan)
Sudah melakukan analisa uji tekan
terhadap hasil pemanfaatan batako
dan paving blok sesuai dengan SII0964-84.
Frekuensi
pengukuran/pengujian
Pengujian
dilakukan
persyaratan izin.
Open dumping, pengelolaan
tumpahan, dan penanganan
media/tanah terkontaminasi
limbah B3 :
Jenis limbah dan jumlah limbah
yang di open dumping
Kegiatan yang dimaksud adalah
penanganan lahan terkontaminasi
dari ceceran oil yang berjumlah 22
titik.
Ceceran oil yang diakibatkan dari
adanya kebocoran Marine Hose di
SPM 150 DWT.
Telah melakukan penanganan lahan
terkontaminasi pada 22 titik sesuai
dengan rencana, yaitu :
 Penganan
ceceran
yang
berada di perairan SPM 150
DWT dilakukan dengan cara
memasang Oil Boom dan
penyemprotan dengan oil
Rencana pengelolaan lahan
terkontaminasi
sebagai
Tetap memperhatikan
komposisi campuran
antara semen, pasir
dan fly ash/bottom
ash dalam kegiatan
pemanfaatan
fly
ash/bottom
ash
menjadi batako dan
paving blok.
-
75
No.
Aspek Penilaian
Temuan
Lapangan
Rencana
Tindak Lanjut
dispersant. Oil Dispersant yang
digunakan sesuai rekomendasi
Ditjen Migas No 1840
/28.02/DMT/ 2006;
 Melokalisir Ceceran oil agar
tidak meluas
 Melakukan clean up terhadap
tanah dan pasir
diseluruh
lahan terkontaminasi.
76
Kesesuaian rencana dengan
pelaksanaa pengelolaan lahan
terkontaminasi
Pelaksanaan pengelolaan lahan
terkontaminasi telah sesuai dengan
rencana yang telah dibuat
Jumlah total limbah dan tanah
terkontaminasi yang dilakukan
pengelolaan
Jumlah
limbah
B3
berupa
tanah/pasir serta kemasan dan
material terkontaminasi sebanyak
9.509,57 ton;
Perlakuan pengelolaan limbah
dan tanah terkontaminasi yang
diangkat sesuai perencanaan
Telah
dilakukan
pengelolaan
lanjutan terhadap semua limbah B3
dari kebgiatan penaganan lahan
terkontaminasi tersebut, yaitu :
 Tanah/pasir
terkontaminasi
sebanyak 2,474.58
ton
diserahkan kepada Pihak-3
yang berizin yaitu PT.
Teknotama
Lingkungan
Internusa dan plastik bekas
terkontaminasi sebanyak 84.4
ton diserahkan kepada PT.
PPLi.
Bukti
penyerahan
tanah/pasir serta kemasan
terkontaminasi terekam dalam
dokumen manifest serta bukti
kontrak kerja/MOU pengelolaan
limbah B3 dengan PT. TLI
maupun PT. PPLi ;
 Tanah/pasir
terkontaminasi
sebanyak
6,950.59
ton
dimanfaatkan sebagai material
backfill di area TPS Lay down.
Hal tersebut sesuai dengan
surat rekomendasi dari Deputi
IV Kementerian Lingkungan
Hidup,
Nomor
:
B4969/Dep.IV/LH/07/2012
tertanggal 1 Juli 2012
dinyatakan bahwa tanah/pasir
terkontaminasi minyak yang
Tetap
memastikan
pelaksanaan
pengelolaan
lahan
terkontaminasi telah
sesuai
dengan
rencana yang telah
dibuat
No.
Aspek Penilaian
SSPLT (surat status
pemulihan lahan
terkontaminasi)
Ketentuan dalam SSPLT
5.
Jumlah limbah B3 yang

dikelola (Neraca Limbah B3)
Temuan
Lapangan
nilai TPH-nya lebih kecil
daripada 1% (10.000 mg/kg)
dapat digunakan langsung
tanpa harus diolah lebih
dahulu. Adapun hasil analisa
kadar TPH yang telah
dilakukan melalui laboratorium
ALS sebesar 109 mg/kg.
Telah
terbit
Surat
Status
Penyelesaian Lahan Terkontaminasi
(SPPLT)
dari
Kementerian
Lingkungan Hidup berdasarkan
surat
nomor
:
B12630/Dep.IV/LH/PDAL/12/2012
tertanggal 27 Desember 2012 yang
diperuntukkan untuk 13 (tiga belas)
titik. Sementara itu, 8 (delapan) titik
sedang dalam proses penerbitan
SPPLT dari KLH dan 1 (satu) titik
yaitu titik 3 sedang dalam proses
pembahasan dengan Kementerian
Lingkungan Hidup..
- Ketentuan yang tertera dalam
SPPLT adalah perusahaan
berkewajiban untuk melakukan
monitoring terhadap sedimen dan
perairan di lokasi terjadinya
pencemaran.
Frekuensi
pengujian
sebagaimana
dimaksud dilaksanakan setiap 6
(enam) bulan sekali oleh
laboratorium terakreditasi selama
1 (satu) tahun terhitung sejak
ditandatanganinya SPPLT;
- Pengujian pertama rencananya
akan dilakukan pada awal bulan
Juli 2013, dan pada saat ini
penunjukan laboratorium sedang
dalam proses.
Jumlah limbah B3 yang dihasilkan
dan dikelola dari tangga 1 Juli 2013
s/d 8 Mei 2014 sebanyak 610.613
ton.
98.60%
limbah
B3
dimanfaatkan sebagai subtitusi
bahan bakar di boiler, 0.34%
diserahkan ke pihak ketiga yang
berizin, 1.06% limbah yang masih
tersimpan di TPS limbah B3
menunggu
pengelolaan
lanjut
berikutnya. Secara umum, 100%
limbah B3 sudah dikelola sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan
Rencana
Tindak Lanjut
Agar
segera
melaporkan
hasil
pembahasan
pemulihan
lahan
terkontaminasi pada
area/titik 3 kepada
Kementerian
Lingkungan Hidup,
dan
tembusannya
kepada BPLH Kota
Bandung
serta
BPLHD Provinsi Jawa
Barat.
Hasil
monitoring
sebagai
kewajiban
yang tertera dalam
SPPLT
wajib
dilaporkan
kepada
Kementerian
Lingkungan
Hidup
serta
ditembuskan
kepada BPLH Kota
Bandung
serta
BPLHD Provinsi Jawa
Barat.
Tetap
mengelola
seluruh limbah B3
yang
dihasilkan
sesuai
ketentuan
yang berlaku.
77
No.
Aspek Penilaian
Temuan
Lapangan
Rencana
Tindak Lanjut
persyaratan dalam izin
6.
a.
Pengelolaan limbah B3 oleh
pihak ke-3
Pengelolaan melalui
pengumpul limbah B3
Masa berlaku izin
Kesesuaian jenis limbah B3
yang dikumpul dengan izin
yang berlaku
Jenis limbah yang dikelola oleh PT.
PT. Putra Harapan Urip telah sesuai
dengan izin yang dimilikinya.
Kontrak kerjasama penghasil
limbah dan pengumpul limbah
Kerjasama pengelolaan limbah B3
dengan PT. Putra Harapan Urip
telah dimuat dalam Surat Perjanjian
Kerjasama/MOU
nomor
:05/PHU/IX/2013
tanggal
1
September 2013.
Kontrak kerjasama antara
pengumpul dengan pihak
pemanfaat, pengolah atau
penimbun
PT. Putra Harapan Urip telah
bekerjasama
dengan
pihak
pemanfaat/pengolah atau penimbun
yaitu dengan :
1. PT. WGI Nomor 04/Log
Ref/III/2014;
2. Sarana Alloy Casting
Nomor
:
036/XI/SAC/SE/2013;
3. PT. Luth Putra Solder
- Tidak ada berita/informasi terkait
dengan pencemaran lingkungan
yang telah dilakukan oleh pihak
ketiga selaku pemanfaat ;
- Telah dilengkapi dengan surat
pernyataan dari pihak ketiga
dengan nomor : Ref.112/PHUIV/2013 yang menyatakan bahwa
perusahaan
tersebut
tidak
bermasalah dengan pencemaran
lingkungan.
Ada/tidak masalah pencemaran
lingkungan
78
Perusahaan
telah
menjalin
kerjasama pengelolaan limbah B3
yang berupa Scrap terkontaminasi,
Kemasan bekas dan oli bekas
dengan PT. Putra Harapan Urip
yang memiliki Izin Pengumpulan
limbah
B3
sesuai
dengan
Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor : 06 Tahun 2012,
tanggal 20 Januari 2012.
Masa berlaku Izin Pengumpulan
Limbah B3 masih berlaku.
Tetap
melakukan
kerjasama
pengelolaan limbah
B3 dengan pihak
ketiga yang berizin.
Tetap memperhatikan
masa berlaku izin
pihak ketiga.
Tetap
melakukan
pengecekan
jenis
limbah B3 yang
dikelola pihak ketiga
sesuai dengan izin
yang dimiliki.
Tetap bekerjasama
dengan pihak ketiga
berizin
dalam
pengelolaan limbah
B3 yang dilengkapi
dengan
kontrak
kerja/MOU.
Tetap
Update
terhadap
berita/informasi
pencemaran
lingkungan
dan
memiliki
surat
pernyataan dari pihak
ketiga
yang
menyatakan bahwa
perusahaan tersebut
tidak
bermasalah
dengan pencemaran
lingkungan.
No.
b.
Aspek Penilaian
Pihak ke-3 pengelola lanjut
limbah B3 (pemanfaat/
pengolah/ penimbun)
Masa berlaku izin
Temuan
Lapangan
Perusahaan
telah
menjalin
kerjasama pengelolaan limbah B3
yang dihasilkan dengan :
1. PT. Wastec International,
2. PT. Jasa Medivest.
3. PT. PPLI
1. Masa berlaku izin PT. Wastec
International adalah 5 tahun
sampai
dengan
tanggal/bulan/tahun
2. Masa berlaku izin PT. Jasa
Medivest adalah 5 tahun
sampai
dengan
tanggal/bulan/tahun.
3. Masa berlaku izin PT. PPLI
adalah 5 tahun sampai dengan
tanggal/bulan/tahun.
Kesesuaian jenis limbah B3
yang dikumpul dengan izin
yang berlaku
Rencana
Tindak Lanjut
Tetap
melakukan
pengecekan terhadap
masa berlaku izin dari
pihak ketiga.
Jenis limbah B3 yang dikelola oleh
PT. Wastec International tidak
sesuai dengan izin, sedangkan PT.
Jasa Medivest ddan PT. PPLI telah
sesuai dengan izin yang dimiliki.
Kontrak kerjasama penghasil
Surat kontrak kerjasama/MoU
limbah dan
antara penghasil dengan :
pemanfaat,/pengolah/penimbun 1. PT. Wastec International yang
limbah B3
dimuat dalam Surat Perjanjian
Kerjasama/MOU
nomor
:
604/WI/SKLB3/ VI/2014 dengan
masa berlaku sampai dengan 09
Februari 2016.
2. PT. Jasa Medivest yang dimuat
dalam
Surat
Perjanjian
Kerjasama/MOU
nomor
:
421.0d/JM/KPT.SIL/KSN/IX/2013
dengan
masa berlaku sampai dengan 02
September 2014
3. PT. PPLI yang dimuat dalam
Surat
Perjanjian
Kerjasama/MOU
nomor
021/PPLI-LOA/III/2013;
Wajib bekerjasama
dengan pihak ketiga
yang jenis limbah B3
nya sesuai dengan
ijin yang dimiliki.
Tetap memiliki MoU
dengan pihak ketiga
pengelola limbah B3
yang berizin.
Ada/tidak masalah pencemaran
lingkungan
Tetap memantau atau
mencari
informasi
ada
tidaknya
pencemaran
yang
dilakukan oleh pihak
ketiga
pengelola
limbah
B3
dan
memiliki
surat
pernyataan dari pihak
- Tidak ada berita/informasi terkait
dengan pencemaran lingkungan
yang telah dilakukan oleh semua
pihak ketiga;
- Perusahaan telah memiliki surat
pernyataan dari PT. Wastec
International, PT. Jasa Medivest
dan PT. PPLI yang menyatakan
bahwa pihak ketiga tersebut tidak
79
No.
Aspek Penilaian
Pihak ke-3 Jasa
Pengangkutan
Ada/tidak izin dari Kementerian
Perhubungan
Temuan
Lapangan
1.
2.
3.
Ada/tidak rekomendasi dari
KLH
1.
2.
3.
80
Rencana
Tindak Lanjut
memiliki masalah pencemaran
lingkungan
ketiga
yang
menyatakan bahwa
perusahaan tersebut
tidak
bermasalah
dengan pencemaran
lingkungan.
PT. Wastec International
memiliki izin pengangkutan
limbah B3 dari Kementerian
Perhubungan dengan salah
satu nomor izinnya
SK.
5984/AJ309/DJPD/2013/36072
0516BB-0010 dengan masa
berlaku sampai dengan 09
Oktober 2014;
PT. Jasa Medivest memiliki izin
pengangkutan limbah B3 dari
Kementerian
Perhubungan
dengan salah satu nomor
izinnya
SK.
2111/AJ309/DJPD/2013/32004
0034BB-0005 dengan masa
berlaku sampai dengan 30
April 2014;
PT. Putra Harapan Urip.
memiliki izin pengangkutan
limbah B3 dari Departemen
Perhubungan,
diantaranya
Nomor
:
SK.542/AJ309/DJPD/2013/
320750574BB-0002 tanggal
19 Oktober 2013 dengan masa
berlaku sampai dengan 21
Oktober 2014.
PT. Wastec International
memiliki
rekomendasi
pengangkutan
dari
Kementerian
Lingkungan
Hidup Nomor : B-8631/
Dep.IV/LH/PDAL/07/2013
tanggal 29 Juli 2013, dengan
masa berlaku 5 (lima) tahun;
PT. Jasa Medivest memiliki
rekomendasi
pengangkutan
dari Kementerian Lingkungan
Hidup
Nomor
B-9994/
Dep.IV/LH/PDAL/09/2013
tanggal 10 September 2013,
dengan masa berlaku 5 (lima)
tahun.
PT. Putra Harapan Urip telah
memiliki
rekomendasi
Tetap
melakukan
pengecekan terhadap
masa berlaku izin
pengangkutan
Tetap
melakukan
pengecekan terhadap
masa
berlaku
rekomendasi
izin
pengangkutan
No.
Aspek Penilaian
Kesesuaian jenis limbah yang
diangkut dengan izin
Kesesuaian alat angkut dengan
yang tercantum dalam izin (No.
polisi, no. rangka, no. mesin)
Rute pengangkutan sesuai
dengan izin
Penggunaan
dokumen/manifest yang sah
7.
8.
Dumping, injeksi dan
pengelolaan limbah B3
dengan cara tertentu:
Izin dumping/izin pengelolaan
limbah B3 dengan cara tertentu
Jumlah/volume limbah B3 yang
di dumping
Pengelolaan Limbah B3
lainnya
Temuan
Lapangan
pengangkutan limbah B3 dari
Kementerian
Lingkungan
Hidup dengan Rekomendasi
Nomor : B - 7463/ Dep.IV/
LH/PDAL/06/2013 tanggal 28
Juni 2013 dengan masa
berlaku 5 tahun
Jenis Limbah B3 yang diangkut
sesuai dengan izin dan rekomendasi
yang berlaku.
Alat angkut sesuai dengan izin dan
rekomendasi yang berlaku dengan
salah satu nomor kendaraan yang
tercantum dalam izin adalah :
1. PT. Wastec International
(B 9405 IN)
2. PT. Jasa Medivest (D
8396 EE)
3. PT. Putra Harapan Urip
(B 9017 MX)
Rute pengangkutan sesuai dengan
izin yang berlaku.
Manifest salinan #3 dan #7, telah
sesuai dengan ketentuan yang
dipersyaratkan
Rencana
Tindak Lanjut
tetap
bekerjasama
dengan pengangkut
yang jenis limbah B3nya sesuai dengan
ijin yang dimiliki.
Tetap
melakukan
pengecekan terhadap
alat angkut sesuai
izin.
Tetap
melakukan
pengecekan terhadap
rute pengangkutan
sesuai dengan izin.
Tetap menggunakan
dan memiliki manifest
sesuai
dengan
ketentuan
yang
berlaku
---
---
---
---
Perusahaan telah menyimpan oli
bekas diluar TPS limbah B3 (dapat
diisi dengan temuan yang tidak
tertulis dalam kriteria).
Perusahaan
wajibmemindahkan oli
bekas ke dalam TPS
limbah B3
Catatan:
1. Kolom Temuan Lapangan dan Rencana Tindak Lanjut diisi
sesuai dengan kondisi di lapangan terkait dengan kegiatan
perusahaan dalam pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.
81
2. Kolom Temuan Lapangan :diisi hal-hal yang sesuai dan tidak
sesuai dengan aspek penilaian.
3. Kolom Rencana Tindak Lanjut : diisi dengan hal-hal yang
harus dilakukan selanjutnya terkait dengan temuan lapangan yang
tidak sesuai dengan aspek penilaian. Apabila pada temuan
lapangan sudah sesuai dengan aspek penilaian, maka kolom
rencana tindak lanjut .
D. Penaatan
No.
Aspek Pelaksanaan
Pengelolaan Limbah B3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
82
a. Pendataan jenis dan volume
limbah yang dihasilkan
b. Pelaporan
Status perizinan pengelolaan
limbah B3
Pelaksanaan ketentuan dalam
Izin
a. Pemenuhan Ketentuan
Teknis
b. Pemenuhan Baku Mutu
Emisi
c. Pemenuhan Baku Mutu Air
Limbah
d. Pemenuhan Pemanfaatan
Penanganan open dumping,
pengelolaan tumpahan, dan
penanganan media
terkontaminasi LB3
a. Rencana pengelolaan
b. Pelaksanaan pengelolaan
c. Jumlah tanah
terkontaminasi yang
dikelola
d. Pelaksanaan ketentuan
SSPLT
Jumlah limbah B3 yang
dikelola sesuai dengan
peraturan
Pengelolaan limbah B3 oleh
pihak ketiga dan pengangkutan
limbah B3
Pengelolaan limbah B3 dengan
cara tertentu (antara lain :
Dumping, Re-injeksi, dll)
Taat
Belum Taat
Keterangan
√
---
---
√
√
---
-----
√
---
---
√
---
√
---
TPS LB3 memenuhi
100% ketentuan teknis
---
√
---
---
√
---
-----
√
√
√
-------
-------
√
---
---
√
---
---
√
---
---
100% limbah B3
dikelola sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Jenis limbah B3 yang
dikelola oleh PT.
Wastec tidak sesuai
dengan izin yang
dimiliki
---
E. Kesimpulan Hasil Pengawasan Pengelolaan Limbah B3
Segera melakukan pelaporan perbaikan sesuai dengan rencana tindak lanjut pada
tabel D. dan menyampaikan hasil perbaikan tindak lanjut dari berita acara beserta
data-data pendukung kepada BPLH Kota Bandung dengan tembusan kepada
BPLHD Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Lingkungan Hidup.
83
3.5
Kegiatan Paska Kunjungan Lapangan
Kegiatan
paska
kunjungan
lapangan
adalah
kegiatan
yang
dilaksanakan setelah pengawasan ke industri selesai dilakukan. Pada
prinsipnya kegiatan yang menjadi bagian dari kegiatan paska
kunjungan lapangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
3.5.1 Pengolahan Data dan Informasi Hasil Pengawasan
Data yang terkait dengan pengendalian pencemaran air dan udara
serta pengelolaan limbah padat non B3 baik berupa hasil analisis
laboratorium maupun temuan di lapangan selanjutnya diolah untuk
dijadikan dasar dalam menetapkan status penaatan serta tindak
pengawasan.
3.5.2 Penyusunan Laporan Pengawasan
Setiap pengawas wajib melaporkan hasil pengawasan kepada pejabat
yang menugaskan/yang memberi tugas. Sementara, isi laporan
memuat tentang profil industri, kondisi lingkungan setempat saat
kunjungan serta data dan informasi tentang pelaksanaan pengendalian
pencemaran.
Data dan informasi yang disampaikan dalam laporan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum dan ilmiah. Berkenaan dengan
hal tersebut maka penulisan sebaiknya:

Harus jelas dan sistematis;

Akurat, aktual dan faktual;

Harus difokuskan sesuai dengan tujuan pengawasan;

Bukan merupakan pendapat, pandangan, dan asumsi-asumsi
pribadi;

84
Didukung dengan data atau bukti yang akurat dan faktual;

Dokumen pendukung seperti foto dan berita acara disebutkan
secara jelas.
Sementara isi atau format laporan seperti format pada lampiran
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2006
tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup
adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan
b. Kegiatan lapangan
c. Analisis yuridis/ketaatan
d. Kesimpulan dan saran tindak
e. Lampiran
3.5.3 Penyusunan
Rekomendasi
(Rencana
Tindak)
Pengawasan
Data yang terkait dengan pengendalian pencemaran air dan udara
serta pengelolaan limbah B3 baik berupa hasil analisis laboratorium
maupun kondisi di lapangan yang diperoleh dari pihak perusahaan
maupun dari pemerintah daerah selanjutnya akan diolah untuk
dijadikan dasar dalam menerapkan status penaatan serta rencana
tindak pengawasan. Rencana tindak pengawasan bisa berupa
pembinaan maupun penetapan sanksi administrasi. Bagi industri yang
beberapa kali dibina/diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan,
akan tetapi masih belum bisa melaksanakan pengendalian pencemaran
sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka Pemerintah Daerah,
Kabupaten/Kota, maupun KLH baik langsung maupun melalui
Pemerintah Provinsi dapat menindaklanjuti dengan upaya penegakan
hukum. Tindak lanjut pengawasan dapat berupa rekomendasi
pembinaan, teguran, maupun sanksi administrasi sampai pada sanksi
pidana atau perdata.
85
3.5.4 Pemeliharaan Data dan Informasi
Data dan informasi hasil kunjungan perlu disimpan dalam database.
Hal ini diperlukan untuk menghindari adanya data yang hilang serta
mempermudah pengawasan di masa yang akan datang.
86
BAB IV
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
Agar pelaksanaan pengawasan pengendalian pencemaran lingkungan
sesuai amanat Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dapat lebih efisien
dan efektif, berikut ini daftar berbagai peraturan lingkungan hidup
untuk mempermudah para pengawas dalam melaksanakan tugasnya.
4.1
Peraturan Perundang-Undangan Skala Nasional
Daftar
peraturan
perundang-undangan
skala
nasional
bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan pengelolaan
sampah berdasarkan lingkupnya:
4.1.1 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4.1.2 Pengelolaan Sampah
1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah.
2. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga.
87
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,
Reuse, Dan Recycle Melalui Bank Sampah.
4.1.3 Perlindungan dan Pengelolaan Air
1. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun
2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air
Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan
Kelapa Sawit.
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun
2003 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air
Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah di Perkebunan
Kelapa Sawit.
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun
2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan
Pengambilan Contoh Air Permukaan.
5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun
2003
tentang
Pedoman
Penetapan
Daya
Tampung Beban
Pencemaran Air pada Sumber Air.
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun
2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan
Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air atau
Sumber Air.
7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun
2003 tentang Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air.
88
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun
2003 tentang Perubahan Atas Keputusan
Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman
Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian
Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air.
10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun
2007 tentang Pedoman Pengkajian Teknis Untuk Menetapkan
Kelas Air.
11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun
2007 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengelolaan Air Limbah
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Serta Panas
Bumi Dengan Cara Injeksi.
12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun
2009 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Standar Kompetensi
Manajer Pengendalian Pencemaran Air.
13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun
2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan.
14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun
2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau
dan/atau Waduk
15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun
2010 tentang Tatalaksana Pengendalian Pencemaran Air
89
4.1.4 Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)
1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pengesahan
Stockholm Convention On Persistens Organic Pollutant (Konvensi
Stokholm tentang Bahan Pencemar Organik Yang Persistent)
2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun
3. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan
Vienna Convention for The Ozon Layer dan Montreal Protocol on
substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and
Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June
1990.
4. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan
Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances That
Deplete The Ozone Layer (Amandemen Beijing Atas Protokol
Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon),
5. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan
Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances
That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Montreal atas
Protokol Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan
Ozon)
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun
2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label pada Bahan
Berbahaya dan Beracun.
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun
2010 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Registrasi Bahan
Berbahaya dan Beracun dalam Kerangka Indonesia Nation Single
Window di Kementerian Lingkungan Hidup.
90
4.1.5 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
(LB3)
1. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
3. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993 tentang Pengesahan
Basel Convention on The Control of Transboundary Movements of
Hazardous Wastes and Their Disposal.
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2005 tentang Pengesahan
Amendment
to the Basel Convention on the control of
Transboundary Movement of hazardous waste and their disposal
(Amandemen
Atas
Perpindahan
lintas
Konvensi
batas
Basel
limbah
tentang
bahan
Pengawasan
berbahaya
dan
pembuangannya).
5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
6. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3.
7. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor
03/BAPEDAL/09/1995
tentang
Persyaratan
Teknis
Pengolahan Limbah B3.
8. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan
91
Penimbunan
Hasil
Pengolahan,
Persyaratan
Lokasi
Bekas
Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3.
9. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah
B3.
10. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor 255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.
11. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor 02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah.
12. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor 03/BAPEDAL/01/1998 tentang Program Kemitraan dalam
Pengelolaan Limbah B3.
13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun
2003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan
Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak
Bumi Secara Biologis
14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun
2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun
2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun
16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan (Menggantikan
Permen No.03 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pengumpulan Dan
92
Penyimpanan
Limbah
Bahan
Berbahaya
Dan
Beracun
Di
Pelabuhan).
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun
2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun
2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Pengawasan
Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun oleh Pemerintah Daerah
19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 33 Tahun
2009 tentang Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
4.1.6 Perlindungan
dan
Pengelolaan
Keanekaragaman
Hayati
1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United
Nations
Convention
on
Biological
Diversity
(Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati)
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan
Cartagena Protokol on Biosafety to The Convention on Biological
Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati Atas
Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati).
4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan
Hayati Produk Rekayasa Genetika.
93
5. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1987 tentang Pengesahan
Amandemen 1979 atas Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora, 1973.
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun
2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di
Daerah
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 15 tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem
Hutan
4.1.7 Perlindungan dan Pengelolaan Tutupan Lahan
1. Peraturan
Pemerintah
Nomor
150
Tahun
2000
tentang
Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa.
2. Peraturan
Pemerintah
Nomor
04
Tahun
2001
tentang
Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup
yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep43/MENLH/10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi
Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis
Lepas Di Dataran
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun
2006 tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan
Tanah untuk Produksi Biomassa.
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun
2008 tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan
Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan Emas Rakyat.
94
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi
Ekosistem Gambut
4.1.8 Pelestarian Fungsi Atmosfer
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United
Nations Frame Work Convention on Climate Change (Konvensi
Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim).
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan
Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (Ratification of Kyoto
Protocol to the United Nations Framework convention on climate
Change)
3. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan
Vienna Convention for The Ozon Layer dan Montreal Protocol on
substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and
Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June
1990
4. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan
Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances That
Deplete The Ozone Layer (Amandemen Beijing Atas Protokol
Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon)
5. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan
Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances
That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Montreal atas
Protokol Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan
Ozon)
95
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun
2008 tentang Pedoman Teknis dan Persyaratan Kompetensi
Pelaksanaan Retrofit dan Recycle Pada Sistem Refrigerasi
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 396 Tahun
2008 tentang Penunjukan Lembaga Sertifikasi Kompetensi untuk
Teknisi Retrofit dan Recycle pada Sistem Refrigerasi
4.1.9 Pelestarian Fungsi Udara
1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
2. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor KEP-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.
4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor KEP-107/BAPEDAL/11/1997 tentang Pedoman Teknis
Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar
Pencem Udara.
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun
2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel
Uap.
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun
2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal
96
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di
Daerah
8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 35 Tahun
2009 tentang Pengelolaan Halon
9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di
Daerah
10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun
2011 tentang Standar Kompetensi dan Sertifikasi Kompetensi
Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Udara
4.1.10 Perlindungan dan Pengelolaan Laut
1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut.
2. Peraturan
Presiden
Nomor
109
Tahun
2006
tentang
Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun
2001 tentang Kriteria Baku Mutu Kerusakan Terumbu Karang.
4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor 47 Tahun 2001 tentang Pedoman Pengukuran Kondisi
Terumbu Karang.
5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun
2004 tentang Baku Mutu Air Laut.
97
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 179 Tahun
2004 tentang Ralat atas Keputusan MENLH No. 51 Tahun 2004
tentang Baku Mutu Air Laut.
7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun
2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan
Status Padang Lamun.
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun
2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan
Mangrove.
9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun
2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Pembuangan
Air Limbah ke Laut.
10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2012 TentangPedoman Penghitungan Beban
Emisi Kegiatan Industri Minyak Dan GasBumi
4.1.11 Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
1. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun
2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan
Hidup dalam Penataan Ruang
2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110
Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung
Beban Pencemaran Air pada Sumber Air
98
3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun
2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau
dan/atau Waduk
2. Kajian Lingkungan Hidup Strategis
1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun
2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun
2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
3. Tata Ruang
1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penataan
Ruang
2) Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan
Ruang
4. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan
2) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Hidup
Nomor 56 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai
Ukuran Dampak Penting.
3) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Hidup Nomor Kep-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis
99
Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
4) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Hidup Nomor Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04
Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan Permukiman
Terpadu.
6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05
Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan
Basah.
7) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
8) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49
Tahun 2004 tentang
Pendelegasian
Kewenangan untuk
Menandatangani Surat Keputusan Kerangka Acuan Analisis
Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun
2006
tentang
Dampak
Pedoman
Lingkungan
Penyusunan
(Menggantikan
Analisis
Mengenai
Keputusan
Kepala
BAPEDAL No.09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan
Amdal)
100
10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun
2006
tentang
Dokumen
Pengelolaan
Dan
Pemantauan
Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Tidak
Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun
2006
tentang
Dampak
Pedoman
Lingkungan
Penyusunan
(Menggantikan
Analisis
Mengenai
Keputusan
Kepala
BAPEDAL No.09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan
Amdal.
12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis mengenai
Dampak Lingkungan Hidup
13) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun
2008
tentang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai Analisis
mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota
14) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun
2008 tentang Persyaratan Kompetensi Dalam Penyusunan
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Dan
Persyaratan
Lembaga
Pelatihan
Kompetensi
Penyusun
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
15) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun
2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (Menggantikan Kepmen No. 02
Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis
Mengenai Dampak lingkungan Hidup).
101
16) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Komisi
Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
17) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun
2010 tentang Sertifikasi Kompetensi Penyusunan Dokumen
AMDAL dan Peryaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi
Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
18) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun
2010 tentang Persyaratan dan Tata Laksana Lisensi Komisi
Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
19) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Memiliki AMDAL
20) Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
IndonesiaNomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan
Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Dan Izin Lingkungan.
5. Dokumen Lingkungan Hidup
1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45
Tahun
2005
tentang
Pedoman
Penyusunan
Laporan
Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
2) Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup
102
6. Baku Mutu Lingkungan Hidup
a. Baku Mutu Air dan air Limbah
1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Industri.
2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Hotel.
3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit.
4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112
Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113
Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan
atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara.
6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 122
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-51/MENLH/10/1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
7) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 202
Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas atau Tembaga
103
8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun
2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah
Pemotongan Hewan.
9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun
2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pertambangan Bijih Timah.
10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun
2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel.
11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun
2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Usaha
dan/atau Kegiatan Industri Vinyl Chloride Monomer dan Poly
Vinyl Chloride.
12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun
2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi.
13) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pengolahan Buah-Buahan dan/atau Sayuran.
14) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun
2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan.
15) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun
2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Industri Petrokimia Hulu.
104
16) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun
2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Industri Rayon.
17) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun
2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Industri Purified Terephthalate Acid dan Poly
Ethylene Terephthalate.
18) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun
2008 Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pengolahan Rumput Laut.
19) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun
2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pengolahan Kelapa.
20) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun
2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pengolahan Daging.
21) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun
2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pengolahan Kedelai
22) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun
2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Industri Keramik.
23) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun
2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal.
105
24) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun
2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pengolahan Obat Tradisional/Jamu.
25) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun
2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiaan Industri Oleokimia Dasar.
26) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun
2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Peternakan Sapi dan Babi.
27) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun
2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pertambangan Bijih Besi.
28) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 34 Tahun
2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pertambangan Bijih Bauksit.
29) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun
2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri.
30) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun
2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Industri Minyak Goreng.
31) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Gula.
32) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun
2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok
dan/atau Cerutu.
106
33) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun
2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Minyak dan Gas.
34) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun
2011 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Gas Metana Batubara.
b. Baku Mutu Air Laut
1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun
2004 tentang Baku Mutu Air Laut.
2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 179
Tahun 2004 tentang Ralat atas Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu
Air Laut.
c. Baku Mutu Udara
1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP13/MENLH/03/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak.
2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP49/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Getaran.
4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP50/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan.
5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.
107
6) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor Lama((Menggantikan Permen No.35 Tahun 1993
tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor).
7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun
2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
Ketel Uap.
8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun
2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber tidak Bergerak Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Industri Keramik.
9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun
2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Industri Carbon Black.
10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun
2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
Usaha an/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal.
11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun
2009 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor Tipe Baru (Menggantikan Kepmen No.141 Tahun
2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor Yang Sedang
Diproduksi (current production).
12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun
2009 tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor
Tipe Baru.
108
13) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun
2009 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi.
14) Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup
Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 tentang Baku MutuEmisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3.
15) Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup
Republik
Indonesia Nomor 07 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Emisi
Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Industri Rayon.
16) Peraturan Menteri
Indonesia Nomor
Negara Lingkungan Hidup
Republik
23 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3.
d. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup
1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep43/MENLH/10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan
Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian
Golongan C Jenis Lepas Di Dataran.
2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun
2006 tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan
Tanah Untuk Produksi Biomassa.
3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04
Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Mutu Kerusakan Terumbu
Karang.
109
4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200
Tahun 2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman
Penentuan Status Padang Lamun.
5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201
Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan
Kerusakan Mangrove.
7. Perizinan
1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan
2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun
2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun
2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan dan Beracun Serta
Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah
4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29
Tahun 2003 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan
Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit pada
Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit.
5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111
Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke
Air atau Sumber Air.
110
6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142
Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang
Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta
Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber
Air.
7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun
2006
tentang
Persyaratan
dan
Tata
Cara
Perizinan
Pembuangan Air Limbah Ke Laut.
8. Program Insentif dan Disinsentif
1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP15/MENLH/4/1996 tentang Program Langit Biru.
2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP45/MENLH/11/1996 tentang Program Pantai Lestari.
3) Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
04/BAPEDAL/01/1998 tentang Penetapan Prioritas Daerah
Tingkat I Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah B3.
4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 93
Tahun 2004 tentang Program Bangun Praja.
5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 252
Tahun 2004 tentang Program Penilaian Peringkat Hasil Uji
Tipe Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru.
6) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun
2006 tentang Program Menuju Indnoesia Hijau.
111
7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun
2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.
8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun
2009 tentang Urusan Pemerintah diBidang Lingkungan Hidup
Yang Dapat Didekonsentrasikan.
9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun
2009 tentang Program ADIPURA(Menggantikan Permen
No.99 Tahun 2006 tentang Program ADIPURA dan Permen
No.14 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
ADIPURA).
10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun
2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura.
12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun
2012tentangProgram Menuju Indonesia Hijau.
9. Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup
1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun
2011 tentang Ganti Kerugian Akibat Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup.
2) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tentang Nomor 22 Tahun
2012 tentang Perubahan atas Peraturan MENLH Nomor 14
Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran,
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pada Satker di
Lingkup Kementerian LH.
112
3) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2012
tentang
Petunjuk
Teknis
Penyelenggaraan
dan
Tugas
Pembantuan Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2013.
4) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus
Bidang Lingkungan Hidup Tahun Anggaran 2013.
10. Audit Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2013 tentang
Audit Lingkungan Hidup
4.1.12 Data dan Informasi
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 6 Tahun 2011
tentang Pelayanan Informasi Publik.
4.1.13 Pengawasan dan Penegakan Hukum
1. Penegakan Hukum Administrasi
1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun
2001 tentang Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Pejabat
Pengawas Lingkungan Hidup Daerah.
2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56
Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan
Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas.
3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 57
Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup di Kementerian Lingkungan Hidup.
113
4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58
Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup Di Propinsi/Kabupaten/Kota.
5) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun
2010
tentang
Tata
Cara
Pengaduan
dan
Penanganan
Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan
Lingkungan Hidup.
6) Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan
Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya.
7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun
2012 tentang Tata Laksana Jabatan Penyidik Pegawai Negeri
Sipil Lingkungan Hidup
2. Penegakan Hukum Perdata
1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga
Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan
Hidup Di Luar Pengadilan.
2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 77
Tahun 2003 tentang Pembentukan Lembaga Penyedia Jasa
Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar
Pengadilan (LPJP2SLH) pada Kementerian Lingkungan Hidup.
3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 78
Tahun 2003 tentang Tata Cara Pengelolaan Permohonan
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan
pada Kementerian Lingkungan Hidup.
114
4) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyidikan
Tindak Pidana Di Bidang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
4.1.14 Kapasitas Sumber Daya Manusia
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 95 Tahun
2004 tentang Klasifikasi Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan
Hidup.
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 178 Tahun
2004 tentang Kurikulum Penyusunan, Penilaian dan Pedoman
Serta Kriteria Penyelenggaraan Pelatihan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun
2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
di Bidang Lingkungan Hidup.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis dan Persyaratan Kompetensi
Pelaksanaan Retrofit dan Recycle pada Sistem Refrigerasi.
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun
2006 tentang Pedoman Umum Standardisasi Kompetensi Personil
dan Lembaga Jasa Lingkungan.
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun
2009 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Standar Kompetensi
Menager Pengendalian Pencemaran Air.
115
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 22 Tahun
2009 tentang Tata Laksana Registrasi Kompetensi Bidang
Lingkungan.
8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 31 Tahun
2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Sistem
Manajemen Lingkungan, Ekolabel, Produksi Bersih, dan Teknologi
Berwawasan Lingkungan di Daerah.
9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun
2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Standar
Nasional Indonesia dan Standar Kompetensi Bidang Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Daerah.
10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun
2010
tentang
Kriteria
dan
Sertifikasi
Bangunan
Ramah
Lingkungan.
11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 06 Tahun 2012 tentang Pedoman Rencana Pembiayaan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup
Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota
12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pendidikan dan/atau Pelatihan di Bidang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4.1.15 Kapasitas Kelembagaan
1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara.
116
2. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2005 tentang Pengesahan
Framework Agreement Between The Government Of The Republic
Of Indonesia And The Secretariat Of The Basel Convention On The
Control Of Transboundary Movement Of Hazardous Waste And
Their Disposal On The Establishment Of A Basel Convention
Regional Centre For Training And Technology Transfer For
Southeast Asia (Persetujuan kerangka kerja antara Pemerintah
republik Indonesia dan Sekretariat Konvensi Basel mengenai
Pengawasan perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan
beracun serta pembuangannya tentang pembentukan pusat
regional konvensi basel untuk pelatihan dan alih teknologi bagi
Asia Tenggara.
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan
dan Organisasi Kementerian Negara.
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.
5. Keputusan Bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kepala
Kepegawaian Negara Nomor 08 Tahun 2002 & Nomor 22 Tahun
2002
tentang
Petunjuk
Pelaksanaan
Jabatan
Fungsional
Pengendalian Dampak Lingkungan dan Angka Kreditnya.
6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
47/Kep/M.Pan/8/2002 tentang Jabatan Fungsional Pengendalian
Dampak Lingkungan dan Angka kreditnya.
7. Peraturan
Menteri
Pemberdayaan
Aparaturan
Negara
dan
Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan
Fungsional Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Angka
Kreditnya.
117
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 61 Tahun
2003
tentang
Petunjuk
Teknis
Pelaksanaan
Penyesuaian
(INPASSING) ke dalam Jabatan dan Angka Kredit Pengendali
Dampak Lingkungan.
9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 62 Tahun
2004 tentang Tata Cara Permintaan, Pemberian dan Pergantian
Tunjangan Jabatan Fungsional Pengendalian Dampak Lingkungan.
10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 75 Tahun
2004 tentang Organisasi dan Tata Laksana Pusat Produksi Bersih.
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 148 Tahun
2004 tentang Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan
Hidup Daerah.
12. Peraturan MENLH Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan
Daerah Kabupaten/Kota.
13. Peraturan MENLH Nomor 20 Tahun 2008 tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup
Daerah Provinsi Kabupaten/Kota.
14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara
Lingkungan Hidup.
15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun
2009 tentang Laboratorium Lingkungan Hidup.
16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun
2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup
Tahun 2010 – 2014.
118
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2011
tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Kementerian Lingkungan
Hidup.
18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun
2011
tentang
Perubahan
Atas
Peraturan
Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Negara
Rencana
Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010 – 2014.
19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun
2011 tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundangundangan di Kementerian Lingkungan Hidup.
20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun
2011 tentang Pedoman Perumusan Materi Muatan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Peraturan Perundangundangan.
21. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun
2011 tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan Peraturan
Daerah di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
22. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun
2011 tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga.
23. Peraturan Bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup Dan Kepala
Badan Kepegawaian Negara Nomor : 09 Tahun 2012 Nomor : 06
Tahun 2012 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
119
Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
Lingkungan Hidup Dan Angka Kreditnya.
24. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 08 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2011 tentang Petunjuk
Teknis Penyelenggaraan Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup
Tahun 2012.
25. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup.
26. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2012 tentang Program Kampung Iklim.
27. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 21 Tahun 2012 tentang Akreditasi Lembaga Pelaksana
Pendidikan dan/atau Pelatihan di Bidang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup .
28. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Negara Lingkungan HIdup
Nomor 10A Tahun 2006 tentang
Pedoman Teknis Penyaluran Pembiayaan Bagi Kegiatan Debt for
Nature Swap (DNS) Dengan Pemerintah Jerman Untuk Investasi
Lingkungan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil (UMK).
29. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10A Tahun 2006
tentang Pedoman Teknis Penyaluran Pembiayaan Bagi Kegiatan
120
Debt for Nature Swap (DNS) Dengan Pemerintah Jerman Untuk
Investasi Lingkungan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil (UMK)
4.1.16 Perjanjian Internasional
1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United
Nations
Convention
on
Biological
Diversity
(Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati).
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United
Nations Frame Work Convention on Climate Change (Konvensi
Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim).
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan
Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (Ratification of Kyoto
Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate
Change).
4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan
Cartagena Protokol on Biosafety to The Convention on Biological
Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati Atas
Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati).
5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pengesahan
Stockholm Convention On Persistens Organic Pollutant (Konvensi
Stokholm tentang Bahan Pencemar Organik Yang Persistent).
6. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1987 tentang Pengesahan
Amandemen 1979 atas Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora, 1973.
7. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan
Vienna Convention for The Ozon Layer dan Montreal Protocol on
121
substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and
Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June
1990.
8. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993 tentang Pengesahan
Basel Convention on The Control of Transboundary Movements of
Hazardous Wastes and Their Disposal.
9. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan
Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances That
Deplete The Ozone Layer (Amandemen Beijing Atas Protokol
Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon).
10. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan
Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances
That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Montreal atas
Protokol Montreal Tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan
Ozon).
11. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2005 tentang Pengesahan
Amendment
to the Basel Convention on the control of
Transboundary Movement of hazardous waste and their disposal
(Amandemen
Atas
Perpindahan
lintas
Konvensi
batas
Basel
limbah
tentang
bahan
Pengawasan
berbahaya
dan
pembuangannya).
12. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2005 tentang Pengesahan
Framework Agreement Between The Government Of The Republic
Of Indonesia And The Secretariat Of The Basel Convention On The
Control Of Transboundary Movement Of Hazardous Waste And
Their Disposal On The Establishment Of A Basel Convention
Regional Centre For Training And Technology Transfer For
Southeast Asia (Persetujuan kerangka kerja antara Pemerintah
122
republik Indonesia dan Sekretariat Konvensi Basel mengenai
Pengawasan perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan
beracun serta pembuangannya tentang pembentukan pusat
regional konvensi basel untuk pelatihan dan alih teknologi bagi
Asia Tenggara.
4.2
Peraturan Perundang-Undangan Skala Provinsi Jawa
Barat
Berikut ini
adalah daftar peraturan perundang-undangan skala
provinsi bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan
pengelolaan sampah berdasarkan tahun pembuatan:
1) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor
6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Industri di Jawa Barat.
2) Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2004
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air.
3) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 69 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
5) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
6) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013.
123
7) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor
7 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Perikanan.
8) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Pengendalian Pencemaran Air.
9) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008
tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung
Utara.
10) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
5 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Air Tanah.
11) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2008
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi
Jawa Barat Tahun 2005-2025.
12) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 12 Tahun 2010
tentang Pengelolaan Sampah Di Jawa Barat.
13) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
6 Tahun 2011
tentang Pengurusan Hutan Mangrove Dan Hutan Pantai.
14) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Penaatan Hukum
Lingkungan.
15) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Penaatan Hukum
Lingkungan.
16) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 23 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di
Jawa Barat.
124
17) Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 56 Tahun 2012
tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Gas Rumah Kaca.
18) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2013
tentang Pedoman Pelestarian dan Pengendalian Pemanfaatan
Kawasan Lindung.
19) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Baku Mutu Air dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Cimanuk,
Sungai Cilamaya dan Sungai Bekasi.
20) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 78 Tahun 2013 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
21) Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat
Nomor 660.31/Sk/694-BKPMD/82 Tahun 1982 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Kriteria Pencemaran Lingkungan Akibat Industri.
22) Keputusan Gubernur Jawa Barat
Bplhd/2004
tentang
Pembentukan
Nomor 660.3/Kep.1197Pos
Pengaduan
Kasus
Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan Hidup.
23) Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 660.3/46/BPLHD
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Inventarisasi dan Identifikasi
Sumber Pencemaran di Jawa Barat (Air).
24) Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 660.31/58/BPLHD
Tahun 2010 tentang Pengendalian Pencemaran Air di DAS
Cilamaya.
125
DAFTAR PUSTAKA
Hamrat H., dan Bambang P., 2007. Pengawasan Industri dalam
Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Yayasan Obor
Indonesia.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2010. Panduan Penataan
Pengelolaan Lingkungan Industri Minyak Sawit. Jakarta:
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Elektronika. Jakarta: Deputi Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Hotel. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Kendaraan Bermotor (Otomotif). Jakarta:
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Keramik. Jakarta: Deputi Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Peleburan Besi dan Baja. Jakarta: Deputi
Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Pulp dan Kertas. Jakarta: Deputi Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Pupuk. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Rumah Sakit. Jakarta: Deputi Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Semen. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan
Kegiatan Industri Tekstil. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan.
ix
Kementerian Lingkungan Hidup. 2013. Pedoman Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta:
Deputi Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun Dan Sampah.
Pusdiklat Kementerian Lingkungan Hidup dan Pusdiklat Provinsi
Jawa Barat,
2012, Diklat Dasar-Dasar Pengawasan
Lingkungan Hidup.
Wahyuni, Sri. 2014. Pengawasan Pengendalian Pencemaran Udara.
Bandung: Pelatihan Aparatur Pengawas Kabupaten/Kota.
x
Download