Mengenal Penyalahgunaan Dekstrometorfan Hasil Pengawasan

advertisement
B A DA N P OM R I
InfoPOM - Vol.13 No. 6 November-Desember 2012
Topik
sajian utama
Mengenal
Penyalahgunaan
Dekstrometorfan
Siaran Pers
Hasil Pengawasan Kosmetika
Mengandung Bahan
Berbahaya/Dilarang
Dinantikan Lahirnya:
Payung Hukum yang Lebih
Kuat untuk Pengawasan
Obat dan Makanan
Seri Swamedikasi 6
Infeksi Jamur pada Kulit
InfoPOM - Vol.13 No. 6 November-Desember 2012
Tim
Redaksi
Penasehat Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan
Pengarah
Sekretaris Utama Badan Pengawas Obat
dan Makanan
Penanggungjawab
Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan
Redaktur
Kepala Bidang Informasi Obat
Editor
Irhamahayati, Apt., MTI; Dra. Murti
Hadiyani; Indah Widyaningrum, S.Si, Apt;
Eriana Kartika Asri, S.Si, Apt
Kontributor
DR. Tepy Usia, M.Phil; Sofhiani Dewi, STP,
Msi; Dina Puspita Mayasari, S.Farm, Apt.;
Dra. Tri Asti I., Apt., M.Pharm.; Dra. Tutut
Sumartini, MM; Dra. Sutanti Siti Namtini,
Ph.D; Sandhyani ED, S.Si., Apt.; Dra Rini
Tria Suprantini, M.Sc; Yustina Muliani,
S.Si., Apt.; Judhi Saraswati, SP., MKM;
Indah Widyaningrum, S.Si, Apt.; Khusnul
Khotimah, S.Si; Eriana Kartika Asri, S.Si,
Apt.; drg. Indah Ratnasari; Arlinda Wibiayu,
S.Si., Apt.; Fitri Fatima, S.Si., Apt.; Linda
Octaviani, S.Si., Apt.
Sekretariat
Judhi Saraswati, SP., MKM; Arlinda Wibiayu,
S.Si., Apt.; Riani Fajar Sari, A.Md; Tanti
Kuspriyanto, S.Si., M.Si.; Arif Dwi Putranto,
S.Si., Apt.; Netty Sirait; Surtiningsih
Desain Grafis
Dwi Resmiyarti, S.Farm, Apt.; Eriana Kartika
Asri, S.Si, Apt.
Foto
Ridwan Sudiro, S.Sos.
Redaksi menerima sumbangan
artikel yang berisi informasi terkait
dengan obat, makanan, kosmetika,
obat tradisional, komplemen
makanan, zat adiktif dan bahan
berbahaya. Kirimkan tulisan melalui
alamat redaksi dengan melampirkan
identitas diri penulis.
2
Editorial
Pembaca yang terhormat,
Kasus penyalahgunaan obat batuk yang mengandung dekstrometorfan
belakangan cukup marak terjadi. Penyalahgunaan obat yang dijual secara
bebas terbatas ini, ada yang sampai menyebabkan kematian karena
overdosis. Dekstrometorfan sering disalahgunakan karena selain dapat
menyebabkan euforia dan rasa tenang (jika digunakan dalam dosis besar),
juga dapat diperoleh secara bebas. Selain itu, dekstrometorfan juga dianggap
sebagai obat yang relatif aman. Namun, apa dampak / risiko yang terjadi
jika dekstrometorfan disalahgunakan? Mari kita mengenal lebih lanjut
tentang obat ini dalam Sajian Utama kami “Mengenal Penyalahgunaan
Dekstrometorfan” agar kita bisa mewaspadai penggunaannya.
Selain tentang obat, dalam edisi kali ini kita juga menyajikan artikel tentang
obat tradisional. Jinten hitam saat ini sedang naik daun di masyarakat untuk
meningkatkan daya tahan tubuh atau dengan kata lain sebagai imunostimulan.
Banyaknya faktor risiko seperti infeksi virus, bakteri, stres psikologi, serta
kondisi lingkungan dan cuaca yang tidak menentu membuat masyarakat lebih
menyadari pentingnya pencegahan penyakit dengan menjaga daya tahan
tubuhnya, dan salah satunya adalah dengan mengkonsumsi imunostimulan.
Bagaimana mekanisme jinten hitam dalam meningkatkan daya tahan
tubuh? Dan bagaimana cara penggunaannya? Serta hal-hal apa yang harus
diperhatikan dalam mengkonsumsi jinten hitam? Mari kita simak dalam artikel
“Jinten Hitam sebagai Imunostimulan”.
Begitu banyaknya produk obat dan makanan yang beredar di pasaran
membuat Badan POM RI harus bekerja ekstra melakukan pengawasan.
Dengan misi melindungi masyarakat dari produk obat dan makanan yang
membahayakan kesehatan, Badan POM melakukan pengawasan full spectrum
mulai dari pre-market hingga post market control yang disertai dengan upaya
penegakkan hukum dan pemberdayaan masyarakat. Namun demikian, di
masyarakat masih ditemukan produk obat dan makanan ilegal dan atau
mengandung bahan berbahaya yang berisiko terhadap kesehatan masyarakat.
Hukuman yang diberikan terhadap para pelanggar hukum relatif sangat ringan
dan tidak menimbulkan efek jera, sehingga pelaku kembali beroperasi setelah
menjalani hukumannya. Hal ini terjadi karena lemahnya payung hukum yang
mengatur pengawasan obat dan makanan. Oleh karena itu, saat ini kita sedang
menantikan Payung Hukum yang Lebih Kuat untuk Pengawasan Obat dan
Makanan.
Seperti biasa, untuk melengkapi sajian InfoPOM akhir tahun ini, kami juga
sajikan artikel swamedikasi dengan tema Infeksi Jamur Kulit.
Oya pemirsa, setelah sekian lama bersama kami, layak kiranya kami ingin
mengetahui pendapat dan saran anda terhadap buletin InfoPOM ini. Untuk itu
kami harap anda tidak keberatan untuk mengisi kuisioner yang kami sediakan
dan mengembalikannya kepada kami.
Selamat membaca.
InfoPOM - Vol.13 No. 6 November-Desember 2012
SIARAN PERS
HASIL PENGAWASAN KOSMETIKA
MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA/DILARANG
Untuk melindungi masyarakat dari penggunaan kosmetika yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, manfaat dan mutu,
Badan POM secara rutin dan berkesinambungan melakukan pengawasan peredaran kosmetika, termasuk kemungkinan
penggunaan bahan berbahaya/dilarang dalam sediaan kosmetika.
Berdasarkan hasil pengawasan Badan POM di seluruh Indonesia pada tahun 2012 sampai dengan bulan Oktober ditemukan
48 kosmetika yang mengandung bahan berbahaya/dilarang. Untuk itu Badan POM mengeluarkan peringatan publik/public
warning sebagaimana Lampiran I sampai dengan III, dengan tujuan agar masyarakat tidak menggunakan kosmetika tersebut
karena dapat membahayakan kesehatan.
Temuan kosmetika yang mengandung bahan berbahaya/dilarang selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan dari 3,19%
menjadi 0,42% temuan dari jumlah produk yang disampling. Pada 2008 jumlah temuan 3,19% dari produk yang disampling; 2009
jumlah temuan 1,49% ; tahun 2010 jumlah temuan 0,86%; tahun 2011 jumlah temuan 0,70%; dan tahun 2012 jumlah temuan
0,42%.
Bahan berbahaya/ dilarang yang diidentifikasi terkandung dalam kosmetika tahun 2012 menunjukkan tren yang sama dengan
tahun-tahun sebelumnya, yaitu penggunaan bahan berbahaya/dilarang pada bahan pemutih kulit dan pewarna dilarang.
Sebagai tindak lanjut terhadap seluruh temuan kosmetika mengandung bahan berbahaya/ dilarang tersebut, dilakukan penarikan
produk dari peredaran dan dimusnahkan.
Karena temuan ini merupakan tindak pidana, maka kasusnya dibawa ke pengadilan, dalam hal ini Badan POM bekerja sama
dengan aparat penegak hukum lainnya. Selama lima tahun terakhir sejumlah 219 kasus diajukan ke pengadilan dengan sanksi
putusan pengadilan paling tinggi berupa hukuman penjara 2 tahun 1 bulan. Putusan pengadilan ini ternyata belum menimbulkan
efek jera bagi pelaku tindak pidana di bidang obat dan makanan.
Badan POM berkomitmen untuk terus melakukan koordinasi lintas sektor antara lain dengan Pemda Kab/Kota (Dinas Kesehatan/
Dinas Perindustrian/Dinas Perdagangan) – Kepolisian serta Asosiasi dalam pengawasan dan penanganan kasus kosmetika
mengandung bahan berbahaya/ dilarang. Selain itu, dilakukan pula pembinaan/advokasi kepada Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) kosmetika.
Diserukan kepada pelaku usaha yang melakukan produksi dan/atau mengedarkan kosmetika mengandung bahan berbahaya/
dilarang untuk menghentikan praktek-praktek tersebut.
Kepada masyarakat:
1.ditegaskan untuk tidak menggunakan kosmetika mengandung bahan berbahaya/ dilarang sebagaimana tercantum
dalam lampiran peringatan publik/public warning ini termasuk peringatan publik/public warning yang sudah diumumkan
sebelumnya, karena dapat menyebabkan risiko bagi kesehatan bahkan dapat berakibat fatal.
2.diharapkan melaporkan kepada Badan POM atau Pemda setempat apabila diduga adanya produksi dan peredaran kosmetika
secara ilegal kepada Unit Layanan Pengaduan Konsumen Badan POM RI di Jakarta, nomor telepon: 021-4263333 dan 02132199000 atau email [email protected] dan [email protected] atau melalui Layanan Informasi Konsumen di Balai
Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.
Demikian peringatan ini disampaikan untuk diketahui dan disebarluaskan.
3
InfoPOM - Vol.13 No. 6 November-Desember 2012
Sajian Utama
Mengenal Penyalahgunaan
Dekstrometorfan
Kasus penyalahgunaan obat batuk dengan kandungan
dekstrometorfan kerap terjadi. Beberapa waktu lalu kasus
penyalahgunaan obat batuk yang dijual bebas ini terjadi
di Kabupaten Cilacap, dimana dua siswa SMP warga Desa
Tambaksari, Kecamatan Kedungreja, meninggal dunia
akibat overdosis setelah mencoba fly dengan menggunakan
obat batuk ini. Sedangkan dua orang lainnya, masih bisa
diselamatkan dan harus menjalani perawatan (1). Obat
batuk dekstrometorfan sering disalahgunakan karena dapat
menyebabkan euforia dan rasa tenang (seperti halnya
psikotropika) ketika digunakan dalam dosis besar. Selain itu,
obat ini juga dapat dibeli secara bebas sehingga “dianggap”
obat yang aman.
Mengenal Dekstrometorfan
Dekstrometorfan (DXM) adalah zat aktif dalam bentuk
serbuk berwarna putih, yang berkhasiat sebagai antitusif
atau penekan batuk. Zat aktif ini selain banyak digunakan
pada obat batuk tunggal juga digunakan pada obat
flu kombinasi dengan zat aktif lain seperti fenilefrin,
paracetamol, dan klorfeniramin maleat. Obat yang
mengandung dekstrometorfan tersedia di pasar dalam
berbagai bentuk sediaan seperti sirup, tablet, spray, dan
lozenges.
Ada beberapa alasan mengapa dekstrometorfan banyak
disalahgunakan, diantaranya adalah :
4
• Desktrometorfan mudah didapat. Dekstrometorfan
merupakan yang dapat diperoleh secara bebas baik di
apotek maupun di warung-warung. Dekstrometorfan yang
disalahgunakan umumnya dalam bentuk sediaan tablet,
karena dalam bentuk tablet dapat diperoleh dosis yang lebih
tinggi dibandingkan dengan bentuk sediaan lain seperti
sirup.
• Harga dekstrometorfan relatif murah. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 092/Menkes/
SK/II/2012 tentang Harga Eceran Tertinggi Obat Generik
Tahun 2012, harga eceran tertinggi Desktrometorfan HBr
tablet 15 mg dengan kemasan kotak isi 10 x 10 tablet adalah
Rp. 14.850,- . Dekstrometorfan HBr tablet 15 mg dengan
kemasan botol isi 1000 tablet, harga eceran tertingginya
adalah Rp. 53.406,-. Jadi rata-rata harga eceran tertinggi
untuk 1 tablet Dekstrometorfan HBr adalah Rp. 50,- hingga
Rp. 150,-.
• Persepsi masyarakat bahwa obat bebas itu aman, karena
dekstrometorfan dapat dibeli secara bebas sebagai
obat batuk, sehingga banyak orang beranggapan bahwa
penyalahgunaan dekstrometorfan relatif lebih aman
dibandingkan dengan obat golongan narkotika atau
psikotropika yang regulasinya lebih ketat.
Anggapan masyarakat bahwa Dekstrometorfan aman karena
saat ini di Indonesia statusnya sebagai Obat Bebas, perlu
dipikirkan kembali, karena legal status Dekstrometorfan
sebenarnya tidak selalu demikian. Bila kita lihat sejarahnya,
InfoPOM - Vol.13 No. 6 November-Desember 2012
status penggolongan Dekstrometorfan pada Surat Keputusan
Direktorat Jenderal Kefarmasian No. 2669/Dir.Jend/SK/68
tahun 1968, Dekstrometorfan HBr digolongkan sebagai obat
keras. Kemudian pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
9548/A/SK/71 tahun 1971 disebutkan bahwa sediaan-sediaan
yang mengandung dekstrometorfan HBr tidak lebih dari 16
mg tiap takaran digolongkan sebagai Obat Bebas Terbatas.
Lalu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2500/Menkes/
SK/XII/2011 tentang Daftar Obat Esensial Nasional 2011
menyebutkan bahwa dekstrometorfan tablet 15mg dan sirup
10 mg/5 ml merupakan obat yang termasuk dalam DOEN
2011. Dapat disimpulkan bahwa walaupun Dekstrometorfan
banyak dijual di berbagai tempat, namun dosis penggunaannya
memang telah dibatasi dan tidak tepat jika digunakan melebihi
dosis yang dianjurkan, dan mengingat statusnya pernah
sebagai Obat Keras, maka tetap perlu kehati-hatian dan tidak
serta merta menganggapnya aman. Di negara lain legal status
Dekstrometorfan juga bervariasi, ada yang menggolongkannya
sebagai produk Over the Counter (OTC) atau Obat Bebas,
seperti Kanada, ada juga yang memasukkan sebagai obat yang
hanya diperoleh dengan resep (Presciption Only Medicines)
atau Obat Keras, ada juga yang menggolongkan sebagai obat
yang Pharmacy Medicines (hanya dapat dibeli di apotik dengan
penjelasan/informasi dari apoteker) atau Obat Bebas Terbatas.
Di Singapura misalnya, Dekstrometorfan hanya bisa didapatkan
dengan resep dokter.
Mekanisme Penyalahgunaan
Dekstrometorfan
Dekstrometorfan adalah dekstroisomer dari kodein analog
metorfan. dekstrometorfan tidak bekerja pada reseptor opioid
tipe mu dan delta seperti jenis levoisomer, tetapi bekerja pada
reseptor tipe sigma.
Dekstrometorfan memiliki efek halusinogen. Zat yang
memiliki peran dalam mengakibatkan efek halusinogen ini
adalah metabolit aktif dari dekstrometorfan yaitu dekstrorfan
(3-hydroxy-17-methylmorphinan). Dekstrorfan dapat terikat
dengan afinitas lemah dengan reseptor opioid tipe sigma dan
terikat dengan afinitas kuat dengan reseptor NMDA (N-methylD-aspartate). (Klein et al., 1989; Murray et al., 1984); (Franklin
et al., 1992). Dextrorfan bekerja sebagai antagonis reseptor
N-methyl-D-aspartate (NMDA) yang akan memproduksi efek
yang sama dengan efek dari ketamin maupun fenisiklidin
(PCP). Hal inilah yang menyebabkan orang menggunakan
dekstrometorfan untuk mendapatkan efek yang mirip dengan
penggunaan ketamin. Ketamin sendiri adalah obat yang
digunakan sebagai anestetik umum.
Akumulasi dekstrorfan dapat mengakibatkan efek psikotropik.
Efek yang muncul dibagi dalam 4 tingkatan:
1.Dosis 100 – 200mg, timbul efek stimulasi ringan
2.Dosis 200 – 400mg, timbul efek euforia dan halusinasi
3.Dosis 300 – 600mg, timbul efek perubahan pada
penglihatan dan kehilangan koordinasi motorik
4.Dosis 500 – 1500mg, timbul efek sedasi disosiatif
Efek Penyalahgunaan Dekstrometorfan
Dosis lazim dekstrometorfan hidrobromida untuk dewasa
dan anak diatas 12 tahun adalah 10mg - 20mg tiap 4 jam atau
30mg tiap 6 - 8 jam, dan tidak lebih dari 120mg dalam satu
hari. Pada penggunaan dengan dosis lazim efek samping yang
pernah muncul seperti mengantuk, pusing, nausea, gangguan
pencernaan, kesulitan dalam berkonsentrasi dan rasa kering
pada mulut dan tenggorok.
Pada kasus penyalahgunaan, dosis yang digunakan biasanya
jauh lebih besar daripada dosis lazim. Pada dosis 5-10 kali
lebih besar dari dosis yang lazim, efek samping yang timbul
menyerupai efek samping yang diamati pada penggunaan
ketamin atau PCP, dan efek ini meliputi: kebingungan, keadaan
seperti mimpi, rasa kehilangan identitas pribadi, gangguan
bicara dan pergerakan, disorientasi, keadaan pingsan,
mengantuk (Schwartz, 2005; Siu et al., 2007).
Toksisitas bromida akut dapat terjadi pada kasus
penyalahgunaan dekstrometorfan HBr meskipun sangat jarang
dan sedikit disebutkan dalam literatur. Biasanya toksisitas
bromida terjadi ketika kadar bromida pada serum lebih besar
daripada 50-100 mg/dl. Toksisitas akut dapat dihubungkan
dengan adanya depresi sistem saraf pusat, hipotensi, dan
takikardia. Konsumsi kronis dapat mengakibatkan sindrom
“bromism”, yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku,
iritabilitas, dan letargi. Tidak ada antidot khusus untuk
menangani toksisitas bromida. Untuk menangani kasus
keracunan bromida biasanya digunakan metode hidrasi dengan
menggunakan larutan saline untuk mendorong ekskresi
Dekstrometorfan banyak
dijual di berbagai
tempat, namun dosis
penggunaannya memang
telah dibatasi dan tidak
tepat jika digunakan
melebihi dosis yang
dianjurkan, dan mengingat
statusnya pernah sebagai
Obat Keras, maka tetap
perlu kehati-hatian
dan tidak serta merta
menganggapnya aman
5
InfoPOM - Vol.13 No. 6 November-Desember 2012
melalui urin, dan pada kasus yang parah digunakan metode
hemodialisis.
Pemberian bersama dekstrometorfan dengan obat dari
golongan inhibitor Monoamin Oksidase (MAOI) seperti
moklobemid dan isoniazid, dapat menyebabkan sindrom
serotonin, yaitu keadaan dimana terjadi perubahan status
mental, hiperaktifitas saraf otonom dan abnormalitas saraf
otot (neuromuscular). Meskipun demikian, keadaan ini tidak
selalu muncul pada orang yang mengkonsumsi kedua obat
tersebut.
Jika obat batuk dan obat flu yang mengandung
dekstrometorfan dikonsumsi dengan jumlah 5- 10 kali dosis
lazimnya maka dapat terjadi peningkatan toksisitas bahan
tambahan dan atau bahan aktif kombinasi lainnya. Kombinasi
dekstrometorfan dengan guaifenesin dosis tinggi dapat
menyebabkan mual yang hebat dan muntah. Sedangkan
kombinasi dengan klorfeniramin dapat menyebabkan rasa
terbakar pada kulit, midriasis, takikardia, delirium, gangguan
pernafasan, syncope dan kejang. Penyalahgunaan dalam
bentuk sirup, memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk
menimbulkan gangguan pada saluran pencernaan karena
larutan tersebut mengandung etanol sebagai pelarutnya.
Pencegahan
kepada masyarakat saat pembelian obat dekstrometorfan.
Selain itu diperlukan komunikasi dan edukasi kepada remaja
tentang risiko penyalahgunaan dekstrometorfan. Komunikasi
dan edukasi ini selain dilakukan pada remaja juga sebaiknya
dilakukan pada para orangtua supaya dapat berperan aktif
dalam pencegahan penyalahgunaan dekstrometorfan pada
anak remaja mereka.
Untuk menghindari penggunaan yang salah dari obat
dekstrometorfan pada anak-anak maka para orang tua
harus memperhatikan penyimpanan obat di lemari/kotak
penyimpanan obat. Lemari penyimpanan obat diletakkan pada
tempat dimana anak-anak tidak dapat menjangkaunya.
Penulis
Pusat Informasi Obat dan Makanan
Daftar Pustaka
1. WHO Expert Committee on Drug Dependence, Dextromethorphan PreReview Report, Juni 2012
2. SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 092/MENKES/SK/II/2012
tentang Harga Eceran Tertinggi Obat Generik Tahun 2012
3. Frank Romanelli and Kelly M. Smith, Review Article: Dextromethorphan
abuse: Clinical effects and Management.
4. Edward W. Boyer, M.D., Ph.D., and Michael Shannon, M.D., M.P.H., Review
Article: current concepts The Serotonin Syndrome
5. AHFS 2010, hal 2787.
Tenaga kesehatan memiliki peranan penting dalam
pencegahan penyalahgunaan dengan memberikan edukasi
Informasi untuk Tenaga Medis
Penanggulangan Keracunan Dekstrometorfan
Karena tingginya tingkat penyalahgunaan Dekstrometorfan, maka akan meningkatkan potensi terjadinya keracunan
dekstrometorfan. Untuk itu, perlu juga diketahui bahwa bila hal itu terjadi maka dilakukan penanggulangan sebagai
berikut :
Tidak ada antidot khusus untuk intoksikasi dekstrometorfan. Arang diketahui dapat menyerap opiat dan diharapkan
dapat mengikat dekstrometorfan. Prosedur standar lainnya yang juga diharapkan memberikan hasil efektif untuk
mengurangi penyerapan dekstrometorfan dari saluran pencernaan jika dilakukan tepat waktu adalah dengan
melakukan emesis atau bilas lambung.
Penggunaan nalokson untuk menangani keracunan dekstrometorfan masih diperdebatkan karena bertentangan dengan
laporan tentang keefektivitasannya. Walaupun tidak ada kontradiksi dalam penggunaan nalokson, kemampuannya
untuk menangani gejala dari keracunan dekstrometorfan masih dipertanyakan. Ketika digunakan, nalokson sebaiknya
diberikan pada dosis standard yang direkomendasikan untuk penanganan asupan opioid. (0.4–2 mg I.V. diulangi tiap
2–3 menit hingga respon dicapai pada dosis maksimum 10 mg). Proses detoksifikasi tetap perlu dilakukan pada pasien
dengan riwayat penyalahgunaan dekstrometorfan kronis.
6
InfoPOM - Vol.13 No. 6 November-Desember 2012
Dinantikan Lahirnya:
Payung Hukum yang Lebih Kuat untuk
Pengawasan Obat dan Makanan
Pendahuluan
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan bagian integral
dari upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Misi Badan
POM dalam melindungi masyarakat dari produk Obat dan
Makanan yang membahayakan kesehatan dituangkan dalam
sistem pengawasan full spectrum mulai dari pre-market
hingga post-market control yang disertai dengan upaya
penegakan hukum dan pemberdayaan masyarakat (community
empowerment).
Dewasa ini dan di masa depan pengawasan obat dan makanan
sebagai bagian integral pembangunan kesehatan di Indonesia
menghadapi lingkungan strategis yang sangat dinamis.
Globalisasi yang ditandai dengan meningkatnya peredaran
obat, obat tradisional, suplemen makanan, kosmetik dan
makanan dalam jumlah yang sangat besar dan arus yang
sangat cepat karena tereduksinya berbagai hambatan ekspor
impor yang terjadi sebelumnya. Kondisi ini dapat mempunyai
implikasi meningkatnya peredaran produk-produk ilegal, tidak
saja di dalam negeri tetapi juga antar negara.
Dalam sistem pengawasan obat dan makanan (SISPOM),
peran aktif masyarakat/publik sangat strategis sebagai mata
dan telinga Badan POM telah dapat memberikan umpan balik
dalam melakukan perbaikan secara terus menerus. Disisi lain
kerja sama lintas sektor dalam implementasi SISPOM masih
belum optimal karena kerja sama dengan instansi penegak
hukum yang masih bersifat marjinal dan tindakan hukum yang
belum memberikan efek jera terhadap para pelanggar.
Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Untuk menekan sekecil mungkin risiko kesehatan yang
mungkin terjadi dari produk obat dan makanan, dilakukan
Sistem Pengawasan tiga lapis (SISPOM 3 lapis). Lapis pertama
dalam sistem pengawasan adalah pengawasan yang dilakukan
oleh produsen melalui pelaksanaan cara-cara produksi
yang baik agar setiap bentuk penyimpangan dari standar
mutu dapat dideteksi sejak awal. Secara hukum produsen
bertanggung jawab atas mutu dan keamanan produk yang
dihasilkannya. Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran
terhadap standar yang telah ditetapkan maka produsen
dikenakan sangsi, baik administratif maupun pro-justisia.
Pengawasan lapis kedua adalah pengawasan yang dilakukan
oleh pemerintah melalui pengaturan dan standardisasi;
penilaian keamanan, khasiat dan mutu produk sebelum
diijinkan beredar di Indonesia; inspeksi, pengambilan sample
dan pengujian laboratorium produk yang beredar serta
peringatan kepada publik yang didukung penegakan hukum.
Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat
konsumen terhadap mutu, khasiat dan keamanan produk
maka pemerintah juga melaksanakan kegiatan komunikasi,
informasi dan edukasi. Dengan pengawasan yang berlapis,
diharapkan masyarakat dapat terhindar dari produk obat dan
makanan yang berbahaya bagi kesehatan.
Pengawasan lapis ketiga adalah pengawasan oleh konsumen
melalui peningkatan kesadaran dan peningkatan pengetahuan
mengenai kualitas produk yang digunakannya dan caracara penggunaan produk yang rasional. Pengawasan oleh
masyarakat sendiri sangat penting dilakukan karena pada
akhirnya masyarakatlah yang mengambil keputusan untuk
membeli dan menggunakan suatu produk. Konsumen dengan
kesadaran dan tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap mutu
dan kegunaan suatu produk, disatu sisi dapat membentengi
dirinya sendiri terhadap penggunaan produk-produk yang
tidak memenuhi syarat dan tidak dibutuhkan, sedang pada sisi
lain akan mendorong produsen untuk ekstra hati-hati dalam
menjaga kualitas produknya.
Payung Hukum Pengawasan Obat dan
Makanan
Sistem pengawasan tiga lapis diharapkan dapat menjamin
keamanan, mutu dan manfaat produk obat dan makanan yag
7
InfoPOM - Vol.13 No. 6 November-Desember 2012
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) serta UndangUndang Pangan.
UU Pangan telah disahkan sejak bulan November 2012,
yaitu UU nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan, sedangkan
pembahasan terhadap RUU Pengawasan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan PKRT saat ini telah memasuki tahap akhir.
Dalam UU Pangan yang baru ini mengatur setiap lingkup
penyelenggaran pangan, meliputi perencanaan, ketersediaan,
keterjangkauan, konsumsi, keamanan, label dan iklan,
pengawasan, sistem informasi, penelitian dan pengembangan,
kelembagaan, peran serta masyarakat dan penyidikan.
Hukuman bagi pelaku pelanggaran ditingkatkan dan lebih
mencakup secara luas dan mendetil untuk setiap perbuatan
yang termasuk tindak pidana.
beredar di Indonesia. Namun demikian, pada kenyataannya
masih ditemukan produk obat dan makanan ilegal dan atau
mengandung bahan berbahaya yang berisiko terhadap
kesehatan masyarakat luas.
Merujuk pada beberapa kasus pro justicia hasil penyidikan
Badan POM, hukuman yang diberikan kepada pelaku relatif
sangat ringan dan tidak menimbulkan efek jera. Hal ini
menyebabkan pelaku kembali beroperasi setelah menjalani
hukumannya. Keadaan ini terjadi karena lemahnya payung
hukum yang mengatur pengawasan obat dan makanan, yang
saat ini masih merujuk pada Undang-Undang No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang No. 7 Tahun 1996
tentang Pangan, Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang No. 35 Tahun
2009 tentang Narkotika.
Hukuman yang terlalu ringan, denda yang tidak cukup berat
untuk membuat pelakunya bangkrut, hingga minimnya
pengawasan pada jalur-jalur distribusi obat dan makanan
resmi, membuat bisnis ini dianggap lebih menguntungkan
dibandingkan bisnis haram narkotika atau penyelundupan
produk tembakau/rokok yang konsekwensi hukumnya lebih
berat.
Diperlukan legal basis `yang kuat, agar kasus-kasus pemalsuan
dan peredaran obat dan makanan ilegal serta produk
mengandung bahan berbahaya tidak terus bermunculan yang
berarti akan memperbesar risiko kesehatan yang mungkin
timbul di masyarakat. Untuk itu, pemerintah mengusulkan
Rancangan Undang-Undang Pengawasan Obat dan Makanan
kepada Lembaga Legislatif dengan usulan nama UndangUndang Pengawasan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
8
UU Pengawasan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan PKRT
yang diusulkan secara lengkap mengatur pengawasan di
setiap fungsi meliputi penetapan standar dan persyaratan,
pembuatan, penandaan (label) dan informasi, peredaran,
pengeluaran (ekspor), pemasukan (impor), promosi dan iklan,
pengujian laboratorium, penarikan kembali dan pemusnahan
produk, pemeriksaan sarana dan pengambilan contoh produk,
penyidikan, serta partisipasi masyarakat. UU tersebut juga
menyebutkan secara jelas kewenangan Badan Pengawas,
dalam melakukan pengawasan. Mengenai hukuman atau
sanksi yang dikenakan, pada RUU ini diusulkan sanksi yang
lebih berat baik pidana maupun denda yang diharapkan dapat
memberikan efek jera kepada pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran.
Diharapkan apabila Undang-Undang ini sudah disahkan,
maka Indonesia mempunyai payung hukum yang jelas dalam
mengawasi produk obat, obat tradisional, suplemen makanan,
kosmetik dan produk pangan untuk melindungi masyarakat
dari risiko kesehatan yang mungkin timbul dari produk-produk
yang tidak memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan
mutu produk obat dan makanan.
Penutup.
Payung hukum pengawasan obat dan makanan merupakan
syarat mutlak yang diperlukan untuk melindungi masyarakat
terhadap produk obat dan makanan yang berisiko terhadap
kesehatan. Dengan adanya Undang-Undang yang mengatur
pengawasan obat dan makanan, maka petugas pengawas
dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih baik dan membuat
masyarakat lebih terlindungi sehingga cita-cita Indonesia
Sehat sesuai target Millenium Development Goals bukan
hanya menjadi tujuan dan mimpi, tetapi dapat segera menjadi
kenyataan.
Penulis
Biro Hukum dan Humas
InfoPOM - Vol.13 No. 6 November-Desember 2012
Seri Swamedikasi 6
Infeksi Jamur pada Kulit
Penyakit yang satu ini memang sangat meresahkan karena
dapat menganggu aktivitas serta membuat berkurangnya
rasa kepercayaan diri. Oleh karena itu masyarakat akan
melakukan berbagai cara untuk menghilangkan infeksi jamur
ini. Penanganan yang tidak tepat serta kurangnya pengetahuan
masayarakat terkait infeksi jamur, seringkali menjadikan
pengobatan yang dilakukan tidak efektif.
Infeksi jamur pada kulit sering disebut juga dengan tinea atau
kurap. Biasanya infeksi jamur pada manusia dapat terjadi di
permukaan kulit dan mukosa (superfisial), subkutan, atau
sistemik. Karakteristik tinea atau kurap berupa luka berbentuk
cincin dengan lingkaran merah dan batas yag bersisik .
Infeksi jamur biasanya diberi sesuai dengan area tubuh yang
terinfeksi, sebagaimana dijelaskan berikut:
Gambar 2. Kuku kaki yang terkena Tinea unguium.
1. Tinea pedis
3. Tinea corporis
Infeksi ini biasanya terjadi diantara jari kaki keempat dan
kelima atau diantara jari kaki ketiga dan keempat. Dari area
ini, infeksi biasanya menyebar ke punggung kaki dan kadangkadang ke telapak kaki, seperti terlihat pada gambar dibawah
ini:
Tinea corporis yaitu infeksi ditandai dengan luka kecil
berbentuk lingkaran yang makin lama makin besar dan bersisik
serta adanya tonjolan ( pustule ) pada pinggiran luka. Tinea
corporis dapat menyerang semua bagian tubuh, seperti
gambar berikut ini :
Gambar 1. Kaki yang terkena Tinea pedis.
Gambar 3. Kulit yang terkena Tinea corporis.
2. Tinea unguium
4. Tinea cruis
Tinea unguium atau jamur pada kuku kaki. Warna kuku yang
terserang jamur akan menjadi buram dan tidak bersinar. Jika
tidak ditangani segera maka kuku akan menjadi tebal, kasar,
dan rapuh seperi gambar berikut ini:
Infeksi jamur ini biasanya terjadi pada paha dan selangkangan
paha. Lebih sering terjadi pada laki – laki, jarang terjadi pada
anak – anak, ditandai dengan luka yang memanjang dengan
batas yang jelas, bagian pinggir lebih bersisik dibanding bagian
tengah.seperti gambar dibawah ini:
9
InfoPOM - Vol.13 No. 6 November-Desember 2012
penggundulan, kulit terbelah-belah dan atau perubahan warna
pada kulit.
Pengobatan
Setelah mengenali macam-macam infeksi jamur, penyebab,
serta gejalanya, kita harus mengetahui cara pengobatannya
agar infeksi jamur ini tidak muncul kembali. Terapi atau
pengobatan infeksi jamur dibedakan menjadi terapi non obat
dan terapi obat.
1. Terapi non obat
a. Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian
yang terkena infeksi atau bagian yang terinfeksi dikeringkan
terakhir untuk mencegah penyebaran infeksi ke bagian
tubuh lainnya.
5. Tinea capitis
b.Jangan mengunakan handuk, baju, atau benda lainnya
Mempunyai ciri – ciri luka dengan tonjolan kecil disekitar
secara bergantian dengan orang yang terinfeksi.
lubang rambut. Penyebaran dari tinea capitis berasal dari
c.
Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air
kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, melalui
panas untuk mencegah penyebaran jamur tersebut.
penggunaan sisir, topi, mainan,telepon atau baju dan handuk
secara bergantian dengan orang yang terinfeksi seperti gambar d.Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air
untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran agar jamur tidak
di bawah ini:
mudah tumbuh.
e.Jika memungkinkan hindari penggunaan baju dan sepatu
yang dapat menyebabkan kulit selalu basah seperti bahan
wool dan bahan sintetis yang dapat menghambat sirkulasi
udara.
f. Sebelum menggunakan sepatu, sebaiknya dilap terlebih
dahulu dan bersihkan debu-debu yang menempel pada
sepatu.
g. Hindari kontak langsung dengan orang yang mengalami
infeksi jamur. Gunakan sandal yang terbuat dari bahan kayu
dan karet.
Gambar 4. Kulit yang terkena Tinea cruis.
Gambar 5. Kulit Kepala yang terkena Tinea capitis.
2. Terapi obat
Untuk menghindari infeksi jamur pada kulit ini, kita harus
mengenali penyebab-penyebannya. Berikut beberapa
penyebab terjadinya infeksi jamur:
Pengobatan infeksi jamur bisa secara topikal, sistemik atau
kombinasi keduanya. Pengobatan topikal adalah pengobatan
pada bagian tubuh yang terinfeksi menggunakan obat
luar seperti salep dan krim. Pengobatan sistemik adalah
pengobatan dari dalam tubuh melalui oral atau injeksi yang
dampaknya ke seluruh bagian tubuh. Jenis pengobatan infeksi
jamur seringkali tergantung pada kondisi klinisnya.
1.Infeksi jamur disebabkan oleh beberapa species yaitu
Trichophyton, Microsorum Epidermophyton dan candida.
2.Perpindahan jamur dapat disebabkan oleh kontak dengan
orang atau hewan yang terinfeksi walaupun kebanyakan
infeksi terjadi karena kontak antara orang dengan orang.
3.Kurang terjaganya kebersihan badan dan lingkungan.
4.Seseorang yang mempunyai masalah kesehatan dan atau
sedang menjalani terapi pengobatan yang menurunkan
system imun (daya tahan tubuh).
5.Faktor lingkungan seperti iklim dan adat kebiasaan dapat
mempengaruhi perkembangan penyakit.
Kenali gejala penyakit jamur pada kulit.
Gejala akibat infeksi jamur ini yaitu dimulai dari gatal-gatal
ringan diikuti proses peradangan eksudatif dengan ciri – ciri
10
Berikut ini beberapa zat aktif yang biasa digunakan secara
topikal untuk pengobatan infeksi jamur diantaranya sebagai
berikut :
a. Asam Salisilat
Digunakan untuk kulit yang terinfeksi jamur. Mempunyai sifat
keratolitik (pengelupasan pada kulit ) sehingga membantu
penyerapan obat anti jamur. Hindarkan kontak dengan mulut,
mata, membran mukosa, efek sistemik setelah penggunaan
yang berlebihaan. Biasanya efek yang tidak diinginkaan reaksi
iritasi kulit. Aturan pakai dioleskan 2 -3 kali sehari.
InfoPOM - Vol.13 No. 6 November-Desember 2012
b. Asam Benzoat
f. Mikonazol
Digunakan untuk kulit yang terinfeksi jamur dan juga
mempunyai efek antibakteri. Efek yang tidak diinginkan
biasanya reaksi iritasi kulit. Aturan pemakaian dengan
dioleskan 2 – 3 kali sehari.
Mikonazol mempunyai efek antiinfeksi jamur dengan cara
merusak dinding sel jamur karena kosentrasi mikonazol yang
tinggi dalam sel. Jangan digunakan pada mata dan selaput
lendir. Efek yang tidak diinginkan menyebabkan iritasi dan
reaksi alergi dan aturan pakai biasanya untuk anak – anak dan
dewasa gunakan pada area yang terkena kemudian dioleskan
2 kali sehari, pada pagi hari dan sekali pada malam hari selama
4 minggu. Hentikan swamedikasi dan konsultasi kedokter
apabila terjadi kemerahan, ruam kulit, rasa terbakar dan
lecet / melepuh.
c. Sulfur
Digunakan untuk kulit yang terinfeksi jamur dengan kandungan
sulfur 3% sampai 10% bersifat sebagai keratolitik dan
antibakteri . Aturan pemakaian dengan dioleskan 1 – 3 kali
sehari.
d. Asam Undesilinat dan seng Undesilinat
Asam undesilinat mempunyai efek fungistatik ( penghambat
pertumbuhan jamur ). Sedangkan seng undesilinat mempunyai
efek astringen yang berfungsi membantu mengurangi iritasi
dan peradangan akibat infeksi. Asam undesilinat efektif untuk
tinea pedis. Efek yang tidak diinginkan rasa terbakar akibat
kandungan alcohol yang tinggi dan aturan pakai digunakan 2
kali sehari setelah bagian yang terinfeksi dibersihkan.
e. Klotrimazol
Mempunyai efek fungisida dengan menghancurkan kulit sel
jamur tersebut dan digunakan untuk mengobati Tinea pedis,
Tinea cruris dan Tinea corporis. Jangan digunakan pada mata
dan selaput lendir. Efek yang tidak diinginkan kadang – kadang
iritasi atau sensitivitas, rasa terbakar dan pedih pada saat
digunakan dan aturan pakai dioleskan 2 kali sehari, pada pagi
hari dan sekali pada malam hari selama 4 minggu.
g. Terbinafin
Tebinafin digunakan untuk mengobati infeksi akibat tinea
pedis, tinea cruris dan tinea corporis. Cara kerjanya yaitu
dengan membunuh dan menghambat pertumbuhan jamur.
Pada saat menggunakan terbinafin, sebaiknya gunakan terus
menerus hingga beberapa minggu atau lebih walaupun gejala
dari infeksi tersebut sudah hilang. Jika penggunaan obat terlalu
singkat maka gejala dari infeksi tersebut akan timbul kembali.
Jangan digunakan pada mata dan selaput lendir. Biasanya efek
yang tidak diinginkan itu menyebabkan kemerahan, gatal, atau
perasan tertusuk, jarang terjadi reaksi alergi. Aturan pakai
oleskan tipis 1 -2 kali sehari hingga satu minggu pada tinea
pedis, 1 -2 minggu pada tinea corporis dan tinea cruris.
Pustaka :
1. Badan POM RI, 2011. Kompendia Obat Bebas. Jakarta. Penerbit Badan POM
RI
Tips Pencegahan
1.Mandilah minimal 2 kali dalam sehari. Ketika mandi, jangan hanya menghabiskan waktu 2 menit, hanya menggosok
tubuh seadanya, dan setelah itu selesai. Bersihkanlah tubuh anda dengan baik dan benar, jika perlu gunakan sabun
anti bakteri untuk membuat kulit anda tetap bersih agar jamur tidak mudah tumbuh.
2.Gunakan handuk tersediri untuk mengeringkan bagian yang terinfeksi
3.Jangan menggunakan handuk, baju atau benda lainnya secara bergantian dengan orang yang terkena infeksi.
4.Hindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi jamur.
5.Jika memungkinkan hindari penggunaan baju dan sepatu yang dapat menyebabkan kulit menjadi basah
6.Ganti handuk Anda sesering mungkin. Jangan menggunakan handuk yang sama selama berbulan-bulan. Gantilah
handuk Anda satu atau dua kali dalam seminggu.
7.Gantung pakaian Anda di tempat yang kering. Pakaian yang telah Anda cuci, simpanlah di tempat yang kering.
11
InfoPOM - Vol.13 No. 6 November-Desember 2012
Penanganan Efek Samping Batuk
Kering dari Kaptopril
Pertanyaan:
Ibu saya menderita hipertensi, setelah mengkonsumsi
kaptopril Ibu mengalami batuk kering. Apakah konsumsi
Kaptoprilnya harus dihentikan dan apakah obat batuk yang
tepat untuk ibu saya?
(Dian, Pelajar/Mahasiswa)
Jawaban:
Kaptopril merupakan obat golongan penghambat ACE yang diindikasikan
untuk hipertensi. Efek samping yang sering terjadi pada pasien yang
mengkonsumsi obat-obat golongan ACE adalah batuk kering yang menetap.
Hal ini terjadi pada 10% populasi orang kulit putih dan mencapai 44%
pada populasi Asia. Wanita memiliki kemungkinan dua kali lebih banyak
mengalami efek samping tersebut dibandingkan laki-laki.
Apoteker adalah Sarjana Profesi Farmasi,
merupakan orang yang paling tepat untuk
menjawab berbagai pertanyaan mengenai
obat-obatan.
Jangan segan untuk bertanya kepada Apoteker,
karena Anda berhak memperoleh segala
informasi obat yang Anda.
Mekanisme terjadinya efek samping batuk kering belum dapat dipastikan,
namun diperkirakan efeknya terjadi akibat ACE inhibitor menghambat
pemecahan bradikinin sehingga kadar bradikinin meningkat dan
mempengaruhi saluran pernapasan atas.
Penggunaan kaptopril tidak boleh dihentikan tanpa anjuran dari dokter, karena
penghentian obat anti hipertensi dapat mempengaruhi stabilitas tekanan
darah pasien sehingga dapat membahayakan kesehatan pasien. Jika batuk
kering yang menetap tersebut terasa sangat mengganggu maka sampaikan
keluhan tersebut kepada dokter agar dokter dapat mengganti kaptopril dengan
obat anti hipertensi dari golongan lain yang sesuai.
Segenap Tim Redaksi Buletin InfoPOM mengucapkan
Selamat Tahun Baru
2013
Pustaka:
1. Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan POM RI 2008, hal.112
2. Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I dan Kusnandar., 2008. ISO Farmakoterapi.
3. ISFI, Jakarta.Cardiovascular Drugs Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors, Nancy J.
Brown, MD; Douglas E. Vaughan, MD. WeMeReC Bulletin, March 2012
FORUM PIO Nas
FORUM SIKer Nas
PIONas adalah Pusat Informasi Obat Nasional yang menyediakan
akses informasi terstandar (Approved Label) dari semua obat
yang beredar di Indonesia yang telah disetujui oleh Badan POM
sebagai NRA (National Regulatory Authority). PIONas melayani
permintaan informasi dan konsultasi terkait dengan penggunaan
obat. Permintaan informasi ke PIONas dapat disampaikan secara
langsung dengan datang ke PIONas (Ged. A lt. 1 BPOM, Jl.
Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon di
nomor 021-428889117 / 021 - 4259945, HP nomor 08121899530,
email ke [email protected]
SIKerNas adalah Sentra Informasi Kecanduan Nasional yang secara
aktif mencari dan mengumpulkan data/informasi keracunan dan
menyiapkannya sebagai informasi yang teliti, benar dan mutakhir
serta siap pakai untuk diberikan/ diinformasikan kepada masyarakat
luas, profesional kesehatan, serta instansi pemerintah/swasta
yang membutuhkannya dalam rangka mencegah dan mengobati
keracunan. Permintaan informasi ke SIKerNas dapat disampaikan
secara langsung dengan datang ke SIKerNas (Ged. A lt. 1 BPOM,
Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon
di nomor 021-428889117 / 021-4259945, HP SIKerNas nomor
081310826879, email ke [email protected]
12
Download