PENGANGGURAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh : TOTOK HARJANTO Dosen Fakultas Ekonomi UNTAG Jakarta ABSTRAKSI Pengangguran akan selalu muncul dalam sistem perekonomian modern. Hal ini terjadi karena adanya kesenjangan antara penawaran tenaga dengan permintaan akan tenaga kerja. Kesenjangan ini akan selalu terjadi karena berbagai faktor demografis, wilayah maupun perubahan tehnologi yang dalam istilah ekonomi dinamakan pengangguran friksional dan pengangguran struktural. Pasca reformasi politik di Indonesia, ternyata masalah penggangguran masih menjadi persoalan serius bagi pemerintah. Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata tidak mampu menekan angka pengangguran. Pada tahun 2013 tingkat pengangguran di Indonesia masih tinggi di atas 6% . Hal ini menunjukkan adanya gejala deindustrilisasi prematur, peranan sektor jasa lebih dari 35% dari PDB tahun 2013 jauh di atas sektor industri yang sebesar 24%. Deindustrialisasi terjadi pada saat pendapatan perkapita masih pada kisaran US$ 3.000. Hal ini mengakibatkan rendahnya penyerapan tenaga kerja pada saat laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Untuk itu perlu adanya perubahan kebijakan dalam pembangunan ekonomi yang bukan hanya mengejar pertumbuhan ekonomi tetapi juga mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja. KATA KUNCI : Pengangguran, pertumbuhan ekonomi, kebijakan PENDAHULUAN Dalam ekonomi kapitalisme modern masalah utama dalam ekonomi nasional adalah adanya penggangguran . Masalah ini muncul karena perekonomian tidak mencapai kondisi kesempatan kerja penuh sehingga ada sekelompok orang yang tidak dapat bekerja walaupun mereke sangat menginginkan pekerjaan tersebut. Kesempatan untuk bekerja tersebut hilang karena perusahaan, organisasi pemerintahan dan badan usaha lain sudah cukup mempekerjakan karyawannya untuk menghasilkan produk barang dan jasa . Hal ini mengekibatkan adanya sekelompok orang yang harus menerima kenyataan tidak dapat bekerja dalam sistem ekonomi tersebut. Penganguran merupakan masalah yang sangat menakutkan dalam suatu negara modern, jika pengangguran tinggi maka sumberdaya manusia Halaman | 67 JURNAL EKONOMI April 2014 ISSN: 2302-7169 Vol. 2 • No.2 • Januari- akan terbuang percuma yang berakibat menurunnya tingkat pendapatan masyarakat. Dalam situasi ini kondisi ekonomi akan menurun yang akan mengakibatkan beragam masalah dalam masyarakat dan kehidupan keluarga. Secara ekonomi adaya pengangguran merupakan pemborosan dari sumberdaya tenaga kerja yan tidak dapat dimanfaatkan dalam menggerakkan roda perekonomian nasional. Kerugian tersebut berupa hilangnya output nasional yang seharusnya dapat dihasilkan dalam sistem ekonomi , artinya ada pendapatan nasional yang hilang karena tidak ada proses produksi karena tidak adanya kesempatan kerja. Berdasarkan kaidah Okun pada saat pengangguran tinggi merupakan saat saat dimana GNP riil berada di bawah tingkat potensial. Jumlah pengangguran yang tinggi menyertai besarnya jumlah oputput yang tidak diproduksi sama halnya dengan sejumlah mobil, makanan, perumahan yang hilang. Selain dampak ekonomi pengangguran juga menimbulkan dampak sosial yang tak kalah besarnya dengan dampak ekonomi, berapapun besarnya biaya ekonomi yang diakibatkan oleh adanya pengangguran , jumlah kerugian tersebut tidak akan mungkin mampu mencakup seluruh penderitaan batin, sosial dan psikologis yang disebabkan oleh pengangguran yang terus berkelanjutan. Sebagai ungkapan berikut ini bisa jadi merupakan ekspresi dari seorang pemuda di Amerika Serikat pada era tahun 1970 yang terpaksa menganggur ; Saya melamar pada perusahaan yang memperbaiki atap dan ditolak karena mereka sudah mempunyai karyawan yang telah bekerja di perusahaan itu selama 5 atau 6 tahun. Tidak banyak lowongan pekerjaan saat itu . Anda harus berpendidikan untuk bisa diterima di kebanyakan lowongan , maka saya mencari pekerjaan apapun mulai dari mencuci mobil sampai pekerjaan apapapun lainnya. Lalu apa yang anda kerjakan sepanjang hari ? Pulang dan duduk dan andapun mulai frustasi dengan duduk di rumah. Setiap orang di rumah mulai gelisah. Dan mereka mulai bicara kesana kemari mengenai situasi yang buruk tersebut. Karena mereka semua terperangkap dalam jebakan yang sama sepanjang waktu. Seluruh keluarga menjadi rusak karena masalah itu, benar benar masa yang buruk pada saat itu. Tidak ada harapan sama sekali, saya tidak punya pekerjaan selama empat bulan. Frustasi ( Samuelson, 1992 ). Pengalaman tersebut tentu akan mempengaruhi kehidupan seseorang dan mungkin memerlukan waktu yang lama untuk menghilangkannya. Kondisi tersebut bisa saja terjadi di negara manapun baik negara yang sudah maju maupun negara yang sedang berkembang atau negara miskin. Kita masih ingat lirik lagu Iwan Fals yang berjudul Sarjana Muda yang populer pada tahun 1980 an, lagu tersebut merupakan ekspresi kesulitan dan keresahan seorang berpendidikan tinggi yang sulit mendapatkan pekerjaan. Upaya untuk sekolah yang tinggi ternyata tidak mampu menjadikan Halaman | 68 JURNAL EKONOMI 2014 ISSN: 2302-7169 Vol. 2 • No.2 • Januari-April seseorang lebih kompetitif dibandingkan dengan tenaga kerja lain. Beberapa waktu yang lalu juga tersiar berita di televisi yang memberitakan adanya perbudakan oleh sebuah perusahaan panci di Tangerang. Hal lainnya terjadi pada buruh sarang burung walet di Medan, dan mungkin masihbanyak diberbagai wlayah lainnya. Alasan mereka bekerja adalah ingin mendapatkan upah yang layak walaupun faktanya hanya dibayar kurang dari Rp 500 ribu per bulan, bahkan ada yang sama sekali tidak dibayar. Mereka mau menerima gaji tersebut karena sulitnya memperoleh lapangan kerja di daerahnya. Hal ini juga berlaku dengan jutaan buruh migran Indonesia yang terpaksa bekerja di luar negri demi mendapatkan upah yang layak untuk memperbaiki ekonomi keluarganya. Jutaan warga negara Indonesia, laki laki dan wanita terpaksa meninggalkan anak anak dan keluarganya karena sulitnya mendapatkan upah yang layak di daerah asalnya. Artinya ada problem tenaga kerja yang sangat parah di Indonesia yang sampai saat ini belum mampu teratasi ditengah laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Budiantoro yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia naik 5,78 persen pada tahun 2013. Namun, ironisnya kemiskinan justru bertambah 0,48 juta orang. Terget penurunan kemiskinan menjadi 9,5-10,5 meleset jauh karena kemiskinan justru meningkat mendekati 11,5 persen dan intensitas kesengsaraan orang miskin makin hebat. Pengangguran juga bertambah. Penggangguran terbuka bertambah 220.000 orang atau meningkat 6,25 persen. Berarti meleset dari target penurunan 5,8-6,1 persen pada tahun 2013. Pengangguran terdidik bertambah kecuali pada level SD kebawah dan SMP. Ironis makin terdidik justru menganggur ( Budiantoro, Kompas 12/2/ 2014). Kondisi ekonomi yang terpuruk menyebabkan angka pengangguran meningkat tajam yang berakibat munculnya beragam masalah sosial dan keluarga seperti kriminalitas yang meningkat, bunuh diri, depresi yang berkepanjangan , perceraian dan masalah lainnya. Dalam sistem ekonomi kapitalis dengan campur tangan pemerintah yang kuat juga akan mengalami permasalahan penggangguran karena dalam faktanya selalu ada kesenjangan antara tingkat ouput potensial dengan output riil. Tidak semua faktor produksi dapat terserap dalam kegiatan ekonomi yang berakibat adaya faktor produksi yang menganggur baik berupa tenaga kerja, modal maupun tanah. KAJIAN TEORI Pengertian Pengangguran Samuelson (1992) memberikan definisi pengangguran ( unemployed) adalah orang yang tidak bekerja namun giat mencari pekerjaan atau sedang dipanggil kembali untuk berkerja di perusahaannya. Dengan kata lain seseorang dikatakan menganggur apabila dia tidak bekerja dan (a) berusaha Halaman | 69 JURNAL EKONOMI 2014 ISSN: 2302-7169 Vol. 2 • No.2 • Januari-April mencari pekerjaan selama empat minggu terakhir, (b) baru diberhentikan dari pekerjaan serta sedang menunggu untuk dipanggil kembali atau (c) sedang mempersiapkan lamaran pekerjaan untuk atu bulan yang akan datang. Selain itu ada istilah pengangguran terpaksa dan pengangguran sukarela, pengertian pengangguran suka rela adalah mereka yang tidak mau bekerja pada tingkat upah yang berlaku di pasar tenaga kerja. Kelompok ini merupakan orang yang tidak mau bekerja karena upah yang rendah atau faktor lainnya seperti tingkat pendidikan yang tinggi yang cenderung akan memilih jadi penganggur dari pada bekerja dengan upah murah. Sementera pengangguran terpaksa adalah mereka yang tidak terserap dalam kegiatan ekonomi karena terbatasnya kesempatan kerja. Bentuk Pengangguran Dalam kajian ekonomi terdapat beberapa bentuk pengangguran yaitu; 1. Pengangguran friksional, pengangguran friksional muncul karena perpindahan orang yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain atau karena tahapan siklus hidup yang berbeda. Pengangguran friksional akan selalu terjadi walaupun perekonomian dalam kondisi pengerjaan penuh. Hal ini karena ada tenaga kerja baru yang masuk ke pasar kerja maupun para pekerja yang berpindah pekerjaan untuk mendapatkan upah yang lebih baik ataupun alasan lainnya. 2. Pengangguran silikal, pengangguran jenis ini terjadi karena permintaan total tidak memadai untuk membeli semua keluaran yang dapat dihasilkan oleh angkatan kerja dalam kondisi ekonomi dalam pengerjaan penuh. Pengangguran silikal dapat diukur sebagai jumlah orang yang mempunyai pekerjaan dikurangi orang yang seharusnya mempunyai pekerjaan pada kondisi ekonomi dalam pengejaan penuh. 3. Penggangguran struktural, pengangguran struktural adalah pengangguran yang disebabkan oleh ketidaksesuaian antara struktur angkatan berdasarkan jenis ketrampilan, pekerjaan, industri, atau lokasi geografis dengan struktur permintaan tenaga kerja. Ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya pengangguran struktural yaitu faktor alamiah dan faktor kebijakan. Faktor alamiah terjadi karena adanya pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan bauran masukan yang dibutuhkan akan berubah. Perubahan ini menuntut adanya penyesuaian ekonomi agar produksi dapat berjalan. Pengangguran ini muncul apabila penyesuaian yang dilakukan lebih lambat dari kebutuhan yang diperlukan, hal ini akan membentuk kantong kantong pengangguran di daerah , wilayah industri, dan pekerjaan pekerjaan tertentu yang terjadi karena permintaan akan faktor produksi menurun lebih cepat dibandingkan dengan penawarannya. Struktur permintaan akan tenaga kerja bergeser sehingga ada permintaak yang tinggi akan tenaga kerja tertentu seperti pilot pesawat, ahli Halaman | 70 JURNAL EKONOMI 2014 ISSN: 2302-7169 Vol. 2 • No.2 • Januari-April komputer sementara pada sisi lain terjadi penurunan permintaan akan tenaga kerja pembukuan maupun administrasi. Hal ini juga berlaku dengan adanya perusahaan multinasional dan transnasional yang menyebabkan perubahan metoda produksi barang . Misalnya dewasa ini ada kecenderungan untuk menekan biaya produksi sehingga banya item suatu produk yang dapat diproduksi di berbagai negara. Perusahaan induk berfungsi hanya merakit produk akhir, sementara seluruh komponennya di produksi dari berbagai negara. Hal ini tentu akan menimbulkan penurunan permintaan tenaga kerja di suatu negara walaupun pada sisi lain ada kenaikan permintaan tenaga kerja di negara lainnya. Faktor kebijakan terjadi karena pemerintah menetapkan kebijakan tertentu yang memerlukan waktu bagi perusahaan untuk melakukan perubahan permintaan tenaga kerja. Misalnya upah minimum provinsi (UMP) . Kebijakan ini akan menyingkirkan orang dengan ketrampilan rendah dari pasar tenaga kerja maupun tenaga kerja yang baru masuk pasar tenaga kerja. Penetapan UMP mendorong perusahaan untuk mengambil tenaga kerja yang sudah berpengalaman untuk mengisi lowongan kerja pada sisi lain tenaga kerja yang baru atau yang urang pengalaman akan tidak mampu bersaing dengan pekerja lama. 4. Pengangguran Upah Riil, Pengangguran ini terjadi karena upah riil terlalu tinggi terhadap komponen biaya produksi. Upah yang terlalu tinggi atau berlebihan ini mendorong perusahaan untuk tidak melakukan kegiatan produksi karena nilai upah melebihi batas normal sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dari kegiatan produksi. (Lipsey 2007) Jenis Pengangguran Menurut tipenya pengangguran dapat dikelompokkan dalam bentuk berikut ini ; 1. Pengangguran terbuka; penganghguran ini muncul sebagai akibat dari pertumbuhan kesempatan kerja lebih rendah dari pertumbuhan angkatan kerja. Hal ini mengakibatkan dalam perekonomian semakin banyak tenaga kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan. Tenaga kerja ini dalam jangka panjang tidak masuk dalam kegiatan ekonomi, mereka menganggur secara nyata dan penuh waktu. 2. Setengah menganggur (under employment) , jenis pengangguran ini terjadi karena para pekerja bekerja di bawah jam kerja normal, biasanya sekitar 36 jam per minggu. Mereka yang bekerja kurang dari jam kerja tersebut dikelompokan dalam kelompok setengah penganggur. 3. Pengangguran terselubung (disguid unemployment), pengangguran ini muncul karena jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan yang sebenarnya untuk Halaman | 71 JURNAL EKONOMI 2014 ISSN: 2302-7169 Vol. 2 • No.2 • Januari-April menghasilkan produksi yang efisien. Dalam teori produksi pengangguran ini muncul karena Produktivitas Marginal dari perusahaan sudah dibawah nol tetapi perusahaan atau organisasi tetap menambah tenaga kerja karena berbagai pertimbangan. 4. Pengangguran bermusim, pengaguran ini banyak terjadi di sektor pertanian, pada musi hujan nelayan dan penyadap karet tidak dapat bekerja, mereka terpaksa mengganggur menunggu musim hujan selesai. Hal ini juga terjadi pada para petani pada waktu musim kemarau yang menyebabkan petani tidak dapat bekerja karena lahannya kering dan tidak ada air. Selama musim kemarau ini para petani terpaksa menganggur. PEMBAHASAN Kondisi Pengangguran di Indonesia Permasalahan pengangguran sudah muncul sejak Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945. Pemerintahan orde lama yang menjalankan sistem ekonomi warisan penjajahan Belanda yang kemudian menjadi sistem ekonomi terpimpin belum berhasil mnuntaskan permasalahan pengangguran . Kondisi alam yang masih bagus dan ketersediaan sumberdaya alam yang masih melimpah mengakibatkan permasalahan pengangguran kurang mendapat perhatian yang serius dari pemerintahan orde lama. Pada akhir pemerintahan oede lama terjadi krisis ekonomi yang sangat parah, tingkat inflasi menacapi 600 persen sehingga memaksa pemerintah melakukan sanering dengan memotong nilai rupiah dari Rp 1000 menjadi Rp 1. Pergantian rezim menjadi orde baru ternyata juga tidak mampu menyelesaikan permasalahan pengangguran tersebut. Pada akhir orde baru terjadi krisis moneter yang menyebabkan perekonomian Indonesia mengalami laju pertumbuhan minus 13 persen pada tahaun 1998. Krisis ini menyebabkan tingkat pengangguran meningkat drastis, banyak perusahaan bangkrut dan melakukan PHK secara besar besaran. Reformasi yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa pada tahun 1998 berhasil menurunkan rezim orde baru yang kemudian menjadi orde reformasi. Problem pengangguran menjadi bertambah banyak setelah terjadinya krisis moneter pada tahun 1998 yang imbasnya terasa pada pemerintahan orde reformasi yang silih berganti presiden, tingkat pengangguran terbuka masih tinggi. Berdasarkan data pada tahun 1998 sampai 2012 terlihat bahwa pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi. Data 1. Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Pertumbuhan Ekonomi Pengangguran 2006 5,5 10,3 Keterangan Halaman | 72 JURNAL EKONOMI 2014 ISSN: 2302-7169 Vol. 2 • No.2 • Januari-April 2007 6,3 9,1 2008 6,1 8,4 2009 4,5 7,9 2010 6,1 7,2 2011 6,4 6,7 2012 6,2 6,2 2013 5,78 Sumber : 1. Laporan Bank Indonesia 2013 2. UN ESCAP tahun 2010 6,25 Secara teoritis laju pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa ada investasi yang masuk dalam sistem perekonomian nasional. Investasi tersebut akan mendorong adanya permintaan akan faktor produksi yang berupa tenaga kerja dan tanah/sumberdaya alam. Adanya kebutuhan akan tenaga kerja tentunya akan meningkatkan permintaan tenaga kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Proses ini akan terus berlangsung selama ada pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh investasi di sektor riil. Dengan demikian tingkat pengangguran seharusnya menurun sejalan dengan kenaikan laju pertumbuhan ekonomi. Kenyataannya fakta berbicara lain, dengan melihat data diatas dapat diketahui bahwa sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, laju pertumbuhan ekonomi sudah mulai membaik sejak tahun 2000. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2000 mencapai 4,8% dan terus tumbuh cukup tinggi sejak tahun 2003 sampai tahun 2012 . Laju pertumbuhan yang tinggi tersebut ternyata belum mampu menekan tingkat pengangguran kurang dari 5,8 - 6,1 % dari total angkatan kerj sesuai dengan target pemerintah pada tahun 2013. Pemerintah hanya mampu menekan tingkat pengangguran yang tinggi pada tahun 2006 sebesar 10,3% menjadi 6,25 % pada tahunj 2013 . Ketidakmampuan pemerintah menurunkan angka pengangguran kurang dari 6 % menunjukan adanya kegagalan pertumbuhan ekonomi dalam menyerap angkatan kerja. Laju pertumbuhan ekonomi nampaknya hanya terjadi pada sektor jasa yang memang kurang dalam penyerapan yenaga kerja, sementara sektor industri dan pertanian yang banyak menyerap tenaga kerja laju pertumbuhannya masih rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Budiantoro (2014) yang menyatakan bahwa kontribusi industri pengolahan Indonesia menurun drastis sejak tahun 2004 dari lebih dari 28 persen terhadap PDB merosot menjadi kurang dari 24 persen pada tahun 2013. Sektor industri pengolahan tidak berkembang membuat proses rantai Halaman | 73 JURNAL EKONOMI 2014 ISSN: 2302-7169 Vol. 2 • No.2 • Januari-April nilai dan nilai tambah lunglai. Kemampuan industri pengolahan menyerap tenaga kerja melambat (Kompas, 12/2/2014) Harjanto (2013) menyatakan bahwa pemerintah orde baru yang menggantikan pemerintahan orde lama melakukan program pembangunan ekonomi secara besar besaran yang didukung dengan investasi asing dan hutang luar negeri. Hasil dari program pembangunan nasional dapat dirasakan adanya perubahan dalam struktur ekonomi. Dalam kurun waktu sekitar 40 tahun terjadi perubahan komposisi PDB Indonesia berdasarkan sector ekonomi. Pada tahun 2010 peranan sector pertanian turun menjadi 13,6 % dari PDB , Sektor pertambangan 8,3 %, sector ndustri menjadi 26,2 %, sector listrik dan gas sebesar 0,8 % , sector bangunan sebesar 6,4 %, sector pengangkutan dan komunikasi sebesar 8,8% dan sector perdagangan dan jasa-jasa menjadi 35,6 %. Penurunan sektor pertanian tidak diimbangi dengan kenaikan peranan sektor industri dalam perekonomian Indonesia, kontribusi sektor industri pada tahun 2013 sebesar 24 persen sementara sektor jasa menjadi lebih dari 35 persen. Artinya perkembangan sektor jasa jauh lebih cepat dibandingkan dengan sektor industri. Tingginya kontribusi sektor jasa dalam perekonomien yang karakteristikya tidak banyak menyerap tenaga kerja menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia sulit menurun secara cepat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti gejala deindustrialisai prematur yang terjadi di Indonesia. Sebagai perbandingannya China yang laju pertumbuhan ekonomi rata rata tumbuh 10 persen selama kurun waktu 2006 – 2012 tingkat penggangguran pada periode yang sama sebesar 4%. Sementara di kawasan Euro laju pertumbuhan ekonomi yang rendah pada periode 2006-2012 ternanyata diikuti dengan tingginya angka penggangguran yang mencapai rata rata 7 sampai 10 persen. Hal ini juga terjadi di Amerika Serikat, Korea Selatan. Berdasarkan data negara negara tersebut , kenaikan pertumbuhan ekonomi akan mendorong penurunan tingkat pengangguiran, demikian pula jika laju pertumbuhan ekonomi menurun maka akan terjadi kenaikan angka pengangguran. Kondisi yang berbeda terjadi di Rusia dimana pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi ternyata juga diikuti dengan tinggnya angka pengangguran. Tabel 2. Data Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Beberapa Negara China Pertumbuhan 2007 11,9 2008 9,0 2009 8,7 2010 10,4 2011 2012 9,3 7,75 Halaman | 74 JURNAL EKONOMI 2014 ISSN: 2302-7169 Vol. 2 • No.2 • Januari-April Pengangguran Rusia 4,0 2007 4,2 2008 4,3 2009 4,15 2010 4,1 4,1 2011 2012 Pertumbuhan 8,1 5,6 -7,9 3,97 4,3 3,93 Pengangguran 6,1 7,8 8,2 7,3 6,3 5,6 Kawasan Euro 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan 2,7 0,6 -4,1 1,7 1,5 -0,45 Pengangguran 7,2 8,2 9,9 9,9 10,25 11,42 Amerika Serikat 2007 2008 2009 2010 Pertumbuhan 2,0 1,1 -2,4 2,85 Pengangguran 5,0 7,2 10 9,55 Brasil 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1,8 2,15 8,87 8,0 2011 2012 Pertumbuhan 5,7 5,1 -0,2 7,5 2,75 0,73 Pengangguran 7,4 6,8 6,8 6,5 5,8 5,5 Sumber : Bank Indonesia Fenomena pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan tingkat pengangguran yang tinggi menunjukkan bahwa terjadi kegagalan pemerintah dalam menjalankan pembangunan ekonomi pasca reformasi. Struktur ekonomi mengarah ke ekonomi jasa, yang seharusnya terjadi pada waktu pendapatan perkapita sudah lebih dari US $ 9000 seperti yang terjadi di negara negara Eropa. Denga demikian sudah terjadi deidustrialisasi prematur , artinya peranan sektor jasa dalam struktur ekonomi jauh lebih tinggi dari sektor industri. Pada tingkat pendapatan perkapita yang masih pada kisaran US$ 3000 seharusnya program pembangunan ekonomi lebih menekankan pada pembangunan sektor pertanian dan pembangunan sektor industri. Dua sektor ini akan mampu menyerap tenaga kerja yang masih melimpah sebagai akibat dari berkurangnya peranan sektor pertanian. Kebijakan Mengatasi Pengangguran Pada dasarnya kebijakan untuk menekan tingkat pengangguran harus bertumpu pada peningkatan investasi di sektor riil, khususnya pada sektor pertanian dan sektor industri. Dengan adanya investasi pada sektor pertanian dan industri maka akan tercipta permintaan akan tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar. Untuk itu ada beberapa kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah Halaman | 75 JURNAL EKONOMI 2014 ISSN: 2302-7169 Vol. 2 • No.2 • Januari-April 1. Mempermudah dalam perijinan untuk investasi pada sektor industri dan pertanian. 2. Meningkatkan program padat karya untuk pembangunan di sektor pekerjaan umum. 3. Disinsentif untuk sektor jasa yang kurang menyerap tenaga kerja 4. Perubahan sistem pemberian pinjaman atau kredit. 5. Asuransi pengangguran untuk meminimkan dampak psikologis dan sosial 6. Pengembangan dan insentif untuk penciptaan kewirausahaan 7. Membentuk serikat pekerja yang kuat untuk menimumkan angka pengangguran friksional 8. Membentuk lembaga pelatihan di perguruan tinggi untuk menekan pengangguran struktural. KESIMPULAN Permasalahan pengangguran selalu menjadi problem serius bagi semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Tingginya angka pengaguran akan banyak menimbulkan beragam masalah baik masalah ekonomi maupun masalah sosial dan keluarga. Di beberapa negara tingkat pengangguran akan berkurang bila tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, hal sebaliknya terjadi jika laju pertumbuhan ekonomi rendah yang akan menyebabkan angka pengangguran tinggi. Hal ini terjadi di negara China, Amerika Serikat, dan Zona Eoro. Sementara di Indonesia terjadi fenomena dimana laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata tidak mampu menurunkan angka pengangguran. Tingkat pengangguran selama kurun waktu 10 tahun tetap tinggi. Hal ini menandakan adanya gejala deindustrialisasi prematur , peranan sektor jasa meningkat tajam sementara sektor industri menurun pada saat pendapatan perkapita masih pada kisaran US$ 3000. Gejala ini menunjukkan kegagalan pemerintah dalam proses pembangunan ekonomi pasca reformasi, pertumbuhan yang tinggi ternyata tidak mampu mengurangi angka pengangguran secara signifikan, demikian pula angka kemiskinan yang masih tinggi. Terjadi fenomena pertumbuhan tanpa disertai dengan pembangunan yang mengakibatkan kesenjangan pendapatan semakin meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi selama ini ternyata hanya dinikmati oleh segelintir masyarakat elite dan pengusaha besar. DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2009. Halaman | 76 JURNAL EKONOMI 2014 ISSN: 2302-7169 Vol. 2 • No.2 • Januari-April Bank Indonesia, Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional, Triwulan IV tahun 2012. Budiantoro Setyo, Pertumbuhan Tanpa Pembangunan, Kompas 12 Pebuari 2014 Harjanto Totok, Peran Pajak Dalam Pembangunan Nasional, Jurnal Ekonomi, FE UNTAG Cirebon, 2013 Lipsey Richard G, Paul R Cournot, and Cristoper TS Ragan, Economics, Addiso-Wsley Publishing Company, Inc 2007. Samuelson Paul A dan William Nordhaus, Ekonomi, Erlangga, Jakarta, 1992 Sukirno Sadono, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Rajawali Pres, Jakarta 2006. United Nations ESCAP tahun 2010. Halaman | 77 JURNAL EKONOMI 2014 ISSN: 2302-7169 Vol. 2 • No.2 • Januari-April