manifestasi panasbumi daerah barasanga

advertisement
MANIFESTASI PANASBUMI DAERAH BARASANGA
KABUPATEN KONAWE UTARA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA
THE MANIFESTATION OF GEOTHERMAL IN BARASANGA
NORTH KONAWE REGENCY, SOUTHEAST SULAWESI
Emi Prasetyawati Umar, Adi Tonggiroh ,Ulva Ria Irfan
Jurusan Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi:
Jalan Petta Punggawa Ujung no. 105, Makassar
Emi Prasetyawati Umar
HP: 085242100500
Email: [email protected]
ABSTRAK
Daerah Barasanga menunjukkan manifestasi panasbumi berupa mataair panas dan endapan travertin. Penelitian
ini bertujuan menganalisis manifestasi panasbumi dan menganalisis model sebaran lapisan batuan pembawa air
panas di bawah permukaan bumi. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dan observasi lapangan seperti
pemetaan sebaran mataair panas, pengambilan sampel batuan kemudian dianalisis laboratorium petrografi
sayatan tipis untuk menentukan litologi batuan, analisis laboratorium titrimetri, gravimetri, dan spektrofotometer
untuk analisis mataair panas melalui pendekatan geokimia dalam menentukan tipe mataair panas. Analisis
resistivity untuk menganilisis model sebaran lapisan batuan pembawa air panas di bawah permukaan bumi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe dan jenis travertin pada mataair panas di daerah penelitian termasuk
ke dalam jenis Incoherent Travertines. Suhu rata-rata 480C dan pH 7,85, warna jernih, berbau belerang dan
berasa asin. Geokimia tipe mataair panas daerah penelitian merupakan tipe air klorida. Analisis resistivitas
menghasilkan model sebaran lapisan batuan pembawa air panas di bawah permukaan bumi berupa batupasir
dengan nilai resistivitas antara 20-95  .m dan berdasarkan analisis manifestasi panasbumi, sumber panasbumi
daerah Barasanga dipengaruhi oleh struktur geologi.
Kata Kunci: Manifestasi, Panasbumi, Mataair panas, travertin, resistivitas.
ABSTRACT
Barasanga determined the manifestation of geothermal of hot water Spring and sediment of travertine. This
research aimed to This study aims to analyze geothermal manifestation and analyzing models of the distribution
of hot rock layers of rock below the earth's surface. The methods used are literature study and field observations
such as mapping the distribution of hot water Spring, rock samples were analyzed in the laboratory to
determine the petrograph thin section of rock lithology, titrimetric laboratory analysis, gravimetric, and
spectrophotometer for the analysis of hot water Spring through geochemical approach in determining the type
of hot water Spring. Resistivity analysis for rock layer carrier distribution model of hot water below the earth's
surface. The results showed that the type and variety of travertine in the hot water Spring in the research area
were classified as Incoherent Travertines. Avarage temperature of 480C and pH of 7.85, clear colour, smelled
sulfur and tastethe salty. Geochemical types of hot water Spring is a type of chloride. The analysis of the
distribution resistivity model produce hot rock layers under the earth's surface estimated as sandstones with
resistivity values between 20-95  .m and based on analysis of geothermal manifestations, geothermal resource
of Barasanga influenced by geological structure.
Key Words : Manifestation, Geothermal, Hot water Spring, travertine, resistivity.
PENDAHULUAN
Pulau Sulawesi memiliki potensi energi alternatif berupa panas bumi (geothermal)
akibat adanya proses geologi berupa vulkanisme dan tektonik. Pulau Sulawesi dan sekitarnya
secara regional memperlihatkan struktur geologi yang sangat kompleks, menurut Kaharuddin
(2007) Sulawesi Tenggara merupakan daerah yang termasuk dalam lengan Sulawesi tenggara
dengan kompleksitas mineralisasi akibat akumulasi tumbukan dari berbagai lempeng mikro
yang dibentuk oleh adanya sesar – sesar transcurrent dari pengaruh lempeng makro Australia
dan Pasifik. Pada daerah penelitian terdapat sesar Lasolo yang merupakan sesar geser yang
bersifat sinistral. Sesar ini diperkirakan masih aktif hingga sekarang yang ditandai dengan
keterdapatan mataair panas di daerah Barasanga pada jalur sesar Lasolo di bagian tenggara
Tinobu, tepatnya di daerah Barasanga (Rusmana, dkk. 1993).
Daerah Barasanga menunjukkan karakteristik panas bumi berupa manifestasi yaitu
mataair panas (hot water Spring), pada daerah sekeliling mataair panas tertutupi oleh
travertin yang dianalisis secara fisik dan petrografi untuk menentukan tipe dan jenis dari
travertin tersebut. Mataair panas dianalisis secara fisik dan kimia melalui pendekatan
geokimia untuk mengetahui dan menganalisis tipe mataair panas dan suhu bawah permukaan
mataair panas daerah penelitan. Keberadaan manifestasi panasbumi dipermukaan,
diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas dari permukaan atau karena adanya
rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida panasbumi mengalir ke permukaan (Gupta, dkk
2007).
Metode geolistrik (Resistivity) merupakan salah satu metode geofisika yang sangat
popular dan sering digunakan baik dalam survey geologi maupun eksplorasi. Hal ini
disebabkan karena metode geolistrik sangat baik digunakan untuk mengetahui kondisi
bawah permukaan bumi berdasarkan variasi nilai tahanan jenis batuannya agar didapatkan
gambaran lapisan bawah permukaan bumi yang lebih detil terutama untuk daerah yang
mempunyai kontras tahanan jenis yang cukup jelas terhadap sekitarnya dan tentunya
berhubungan dengan kondisi geologi, kadar dan struktur mineral penyusun batuan, seperti
untuk keperluan penyelidikan panas bumi (Haerudin, dkk. 2008).
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis manifestasi panasbumi dan menganalisis
model sebaran lapisan pembawa air panas bumi di bawah permukaan secara vetikal dan
melalui penelitian ini diharapkan dapat mengungkap potensi geotermal yang ada di Sulawesi
Tenggara mengingat masih kurangnya penelitian yang dilakukan di daerah Sulawesi
Tenggara.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dan kuantitatif yang
dipadukan dengan hasil kajian pustaka, penelitian terdahulu, data lapangan, serta hasil
penelitian laboratorium yang keseluruhannya dikaji, dianalisis, dan disintesis secara
komprehensif untuk mendefinisikan kesimpulan tentang manifestasi sebaran geotermal untuk
studi kasus di daerah Lasolo, Sulawesi Tenggara.
Penelitian Geolistrik
Metode
penyelidikan
dengan
geolistrik
sounding
yang
dilakukan
dengan
menggunakan konfigurasi elektroda sesuai aturan Schlumberger. Pada konfigurasi ini arus (I)
diinjeksi ke dalam tanah melalui dua elektroda arus (C1C2) dan besar beda potensial (V)
yang terjadi akan terekam oleh dua buah elektroda potensial (P1P2) (Hendrajaya, 1990).
Susunan elektroda diatur sedemikian rupa sehingga posisi elektroda arus (C1C2) berada di
luar dari pada elektroda potensial (P1P2) yang terletak pada satu garis lurus (Hendrajaya,
1990).
Analisis Laboratorium
Kegiatan analisis laboratorium sampel yang diperoleh dari daerah Barasanga. Analisis
laboratorium yang akan digunakan adalah analisis petrografis pada sayatan tipis. Analisis
petrografis dimaksudkan untuk mengetahui kenampakan mikroskopis batuan dalam bentuk
sayatan tipis, meliputi jenis, tekstur, struktur, ukuran mineral, serta persentase kandungan
mineral sehingga dapat menentukan penamaan batuan yang dianalisis pada Laboratorium
Petrografi Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin.
Metode analisis laboratorium meliputi analisis kimia dari unsur-unsur kimia airpanas.
Analisis kimia terdiri dari analisis laboratorium titrimetri untuk parameter bikarbonat (HCO3)
dan Klorida (Cl). Kalsium (Ca) dan Amoniak (Nh3) menggunakan metode Gravimetri serta
metode Spektrofotometer digunakan untuk parameter Sulfat (SO4). Hasil analisis
laboratorium kemudian diolah dan dimasukkan kedalam diagram trilinier (Kusumayudha,
1994).
HASIL
Litologi
Daerah penelitian, tepatnya daerah tempat keluarnya mata air panas tersusun oleh
litologi berupa batugamping terumbu, dimana mataair panas keluar melalui rekahan-rekahan
pada batugamping terumbu tersebut. Karena sifatnya yang dapat melarutkan batuan di
sekitarnya, maka lubang-lubang tempat keluarnya air panas tersebut berbentuk seperti
lingkaran (Gambar 1). Hampir semua sumber mata air panas yang dijumpai tertutupi oleh
endapan evaporit yaitu endapan travertin. Endapan ini tersusun atas mineral-mineral dengan
komposisi senyawa karbonat dengan kenampakan travertin yang berkembang secara
horizontal (Gambar 2). Hal ini ditandai dengan terjadinya reaksi berupa keluarnya busa
setelah ditetesi dengan larutan HCI.
Hasil kenampakan megaskopis dari conto batuan yang diambil di sekitar mataair
panas menunjukkan kenampakan warna segar putih keabu-abuan, warna lapuk abu-abu
kecoklatan, komposisi kimia karbonat, komposisi mineral kalsit, brittle atau mudah rapuh,
memiliki banyak pori, sebagian pori tampak terisi oleh mineral-mineral karbonat, merupakan
endapan hasil pelarutan dari batuan karbonat (batugamping) yang membentuk endapan
travertin (Gambar 3). Analisis petrografis sayatan tipis dari conto batuan, menunjukkan
bahwa conto batuan merupakan endapan hasil pelarutan dari batuan karbonat membentuk
endapan travertin berwarna coklat muda, warna interferensi berwarna coklat kemerahan,
ukuran material 0,04-0,2 mm, tekstur non klastik, komposisi material terdiri dari Kalsit dan
mud. Pada sayatan dijumpai pula adanya banyak pori yang sebagian tampak telah terisi oleh
mineral karbonat yaitu kalsit.
Pengukuran geolistrik
Analisis lapisan pengukuran geolistrik diperoleh nilai true resistivity dari ketiga titik
pengukuran (G1, G2, G3) ditunjukkan dengan perbedaan warna dari tiap-tiap lapisan. Pada
lapisan yang berwarna hitam menunjukkan nilai resistivitas 1,3-12  .m diduga berupa
lempung. Dan pada lapisan yang berwarna biru dengan nilai resistivitas 12-20  .m diduga
sebagai lempung pasiran sedangkan lapisan yang berwarna hijau muda dengan nilai
resistivitas 20-95  .m diduga sebagai batupasir. Pada lapisan yang berwarna jingga dengan
nilai resistivitas 95-266  .m diduga merupakan travertin sedangkjan lapisan yang berwarna
merah dengan nilai resistivitas 266-3034  .m diduga sebagai batugamping, sehingga
menghasilkan model sebaran lapisan batuan pembawa air panas diduga sebagai lapisan
batupasir dengan nilai resistivitas 20-95  .m (Gambar 5).
Geokimia matair panas daerah penelitian
Geokimia mataair panas meliputi penentuan tipe mataair panas berdasarkan
kandungan kimia pada conto air dari keenam mataair panas di daerah penelitian dengan
menggunakan diagram Trilinier (Gambar 4).
Berdasarkan nilai persentase kandungan ion pada sampel mataair panas yang telah
dianalisis kandungan kimianya terutama kandungan anion HCO3 -, Cl- dan SO42-,
menunjukkan bahwa mataair panas daerah penelitian pada mataair 1, 2, 3, 4, 5, dan 6
mengandung jauh lebih banyak ion klorida. Hasil kandungan anion dari HCO3 -, Cl- dan SO42-,
kemudian diplot ke dalam diagram Trilinier guna menganalisis tipe mataair panas keenam
sampel mataair.
PEMBAHASAN
Tipe endapan di daerah penelitian yaitu endapan travertin yang tertutupi oleh endapan
evaporit, dengan sifat fisik geokimia airtanah banyak mengandung belerang. Endapan ini
tersusun atas mineral-mineral dengan komposisi senyawa karbonat. Hal ini ditandai dengan
terjadinya reaksi berupa keluarnya busa setelah ditetesi dengan larutan HCI. Sedangkan
Analisis resistivitas menghasilkan model sebaran lapisan batuan pembawa air panas di bawah
permukaan bumi diduga sebagai batupasir dengan nilai resistivitas antara 20-95  .m yang
diperkirakan sebagai batupasir dan berdasarkan analisis manifestasi panasbumi, sumber
panasbumi daerah Barasanga dipengaruhi oleh struktur geologi (Santoso, 2007).
Berdasarkan kenampakan endapan travertin ini dilapangan, secara geometri
pembentukan endapan travertin ini terjadi secara horizontal (Eisenstuck 1951 dalam Scholle
dkk, 1983). Hal ini dicirikan dengan kenampakan yang khas yaitu dengan terbentuknya
undak-undak berupa kolam-kolam dan membentuk teras-teras travertin yang kemudian
disebut kolam dan tanggul alam (rimstone travertine dan damstone travertine). Ciri di
lapangan yang menunjukkan endapan ini bersifat lunak, hubungan antar materialnya bersifat
tidak saling mengikat dengan kuat, berpori banyak, keropos atau rapuh sehingga endapan
travertin di daerah penelitian termasuk ke dalam jenis Incoherent Travertine (Pentecost,
2005).
Nilai rata-rata kandungan pH mataair panas berkisar antara 7,85 dan memiliki rasa
asin, bau belerang (sulfur), kenampakan warna mataair panas yang terlihat begitu jernih.
Sedangkan temperatur permukaan dari mata air panas yang berkisar antara 40oC-53oC pada
daerah penelitian maka termasuk kedalam Low Temperature Water yang merupakan penciri
dari mata air panas akibat proses tektonik (Brophy, 2011).
KESIMPULAN
Endapan travertine di daerah penelitian termasuk ke dalam jenis Incoherent
Travertines sedangkan berdasarkan geometri pembentukannya endapan travertine pada
daerah penelitian terbentuk secara horizontal merupakan tipe Sprint Travertine.Sifat fisik
mataair panas yaitu memiliki suhu rata-rata 480C dan pH 7,85, dengan warna jernih, berbau
belerang dan berasa asin. Dan dari hasil geokimia tipe mataair panas daerah penelitian
merupakan tipe air klorida (chloride water).
Analisis resistivitas menghasilkan Model sebaran lapisan batuan pembawa air panas
bawah permukaan secara vertikal berupa batupasir dengan nilai resistivitas antara 20-95  .m
yang diperkirakan sebagai batupasir, dengan sumber panasbumi berasal dari aktifitas tektonik
berupa pengaruh struktur geologi dan keberadaan dari manifestasi menunjukkan daerah
panasbumi Barasanga merupakan daerah non vulkanik.
DAFTAR PUSTAKA
Brophy.P., (2011). An Introduction to Geothermal Energy, CGEC Geothermal Outreach
Workshop, Amerika Serikat.
Gupta, H., dan Roy, S. (2007). Geothermal Energy, Elsevier. Radarweg 29, Amsterdam
Netherlands.
Haerudin, N., dan Rasimen, Yuliana, E. (2008). Metode Geolistrik Untuk Menentukan Pola
Penyebaran Fluida Geothermal Di Daerah Potensi Panasbumi Gunung Rajabasa
Kalianda Lampung Selatan. Prosiding Seminar Nasional SATEKS II, Universitas
Lampung. Bandar lampung.
Hendrajaya L, (1990). Metode Geolistrik Tahanan Jenis. ITB, Bandung.
Kaharuddin, M.S. (2007). Tektonik Global dan Prospek Pengembangan Eksplorasi Endapan
Mineral di Busur Kepulauan Indonesia. Universitas Hasanuddin, Prosiding Temu
Profesi Tahunan TPT XVI Perhapi.
Kusumayudha dan Sari Bahagiarti., (1994). Groundwater facies and Its Evolution of Mt.
Merapi’s Southern Slope Aquifers. Makalah pertemuan Ilmiah tahunan ke-23
Ikatan ahli geologi Indonesia. Bandung. Hal.660-669.
Pentecost, A., (2005). Travertine. Dordrecht, Netherlands: Kluwer Academic Publishers
Grouph.
Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D., Haryono, E., Simandjuntak, T.O. (1993). Keterangan
Peta Geologi Lembar Lasusua – Kendari, Sulawesi, skala 1:250.000. Puslitbang
Geologi, Bandung.
Santoso, D. (2007). Eksplorasi Energi Geotermal, Teknik Geofsika. ITB.
Scholle, Peter A., Bebout, Don G., and Moore, Clyde H., (1983). Carbonate Depositional
Environments. The American Association of Petroleum Geologyst. Tulsa,
Oklahoma, USA. Hal. 64-72.
Gambar 1. Foto lubang munculnya mataair panas.
Gambar 2. Foto singkapan batugamping, arah foto N2550E.
Gambar 3. Kenampakan travertin yang berkembang secara lateral yang
berbentuk lingkaran atau cincin (rimstone).
Mataair1
Mataair 2
Mataair 3
Mataair 4
Mataair 5
Mataair 6
Gambar 4. Diagram Trilinier untuk penentuan tipe mataair panas daerah
Barasanga berdasarkan kandungan ion klorida, sulfat dan
bikarbonat (Giggenbach,1988 dalam Nicholson 1993).
Gambar 5. Model sebaran lapisan batuan bawah permukaan pembawa air panas
berdasarkan nilai resistivitas.
Download