Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pemberian Kuis

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi merupakan pendorong bagi perbuatan siswa. Menyangkut
soal mengapa siswa berbuat demikian dan apa tujuannya sehingga ia
berbuat demikian. Siswa belajar karena dorongan oleh kekuatan
mentalnya. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau
tinggi. Kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut
sebagai motivasi belajar. Motivasi terdiri dari adanya keinginan yang
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan
perilaku individu belajar (Koeswara; Siagian; Schein; Biggs & Telfer dalam
Dimyati & mudjiyono, 2009). Motivasi belajar menurut Adisusilo (2012)
adalah daya dorong yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau
melakukan sesuatu. Motivasi ini muncul ketika siswa merasa
membutuhkan. Uno (2010) menyatakan bahwa hakekat motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar
untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umunya dengan
beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Suprijono (2011) mendefinisikan motivasi belajar adalah dorongan
internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan perilaku. Motivasi belajar merupakan proses yang memberi
semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku, artinya perilaku
termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan
lama. Dimyati & Mudjiono (2009) yang mengatakan bahwa motivasi
belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya
terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologi siswa.
Berbeda dengan definisi dari Donald (dalam Yamin, 2011) bahwa motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Pengertian yang dikemukakan ini mengandung tiga elemen atau
ciri pokok dalam motivasi, yaitu motivasi itu mengawalinya terjadinya
perubahan energi, ditandai dengan adanya “feeling” dan rangsangan
karena adanya tujuan.
Penelitian ini mengacu pada pendapat Adisusilo (2012) yang
mendefinisikan motivasi adalah daya dorong yang memungkinkan siswa
untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Motivasi ini muncul ketika
siswa merasa membutuhkan.
7
8
b. Jenis-Jenis Motivasi
Menurut Winkel (2012) dan Dimyati & Sudjiono (2009), motivasi
belajar terbagi atas dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari
dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan
belajar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang
berasal dari luar diri siswa yang juga dapat mendorongnya melakukan
tindakan belajar. Berbeda menurut Uno (2010) bahwa motivasi belajar
dapat ditimbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan
berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Faktor
ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang
kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Yamin (2011) menyatakan bahwa jenis motivasi dalam belajar
dibedakan dalam belajar dibedakan dalam dua jenis, masing-masing
adalah motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik,
merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan
seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya
sendiri. Motivasi intrinsik, merupakan kegiatan belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan pengahayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan
yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Penelitian ini mengacu pada teori dari Uno (2010) bahwa motivasi
belajar dapat ditimbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan
keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan citacita. Faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar
yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa antara
lain cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi
lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis belajar dan pembelajaran, dan
upaya guru dalam membelajarkan siswa (Dimyati & Mudjiono, 2009).
Uno (2010) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan,
adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga
memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.
Yamin (2011) menyatakan motivasi belajar seorang individu sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun
eksternal. Faktor internal adalah persepsi seseorang mengenai diri
sendiri, menghargai diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan,
kepuasan kerja, prestasi kerja yang dihasilkan. Disisi lain faktor eksternal
yaitu jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja ketika seseorang
9
bergabung, organisasi tempat bekerja, situasi lingkungan pada umumnya,
sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi siswa menurut Richards (dalam Yamin, 2011)
sebagai berikut: (1) guru harus mengetahui bahwa orang dapat belajar
dengan baik sekali apabila pelajarannya disusun menurut pola tertentu
sehingga siswa mengetahui apa yang menjadi sasaran pelajarannya; (2)
siswa menguasai hubungan antara pelajaran itu dan dirinya, siswa
merasa dapat menguasai isi pelajarannya, siswa melihat manfaatnya
dalam kehidupannya setelah mempelajari pelajaran.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu
setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan
tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan
siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sudjana (2007)
menyatakan bahwa hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari
adanya evaluasi belajar (tes) dan evaluasi belajar dilakukan untuk
mengetahui kemampuan yang telah diperoleh siswa setelah melakukan
proses pembelajaran. Menurut Abdulrahman (1999) hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil
belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dalam menuntut suatu
pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan siswa mengikuti program
belajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah
ditentukan. Dimyanti & Mujiono (2009) mengemukakan hasil belajar
adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor melalui tes
hasil belajar diakhir pembelajaran.
Definisi lainnya dikemukakan oleh Nasution (2003) hasil belajar
adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya
mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan
penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Slameto (2003)
menyatakan hasil belajar adalah proses perubahan tingkah laku
seseorang dalam bertindak atau beraktivitas menuju pembenaran, dari
belum mampu kearah sudah mampu. Perubahan tingkah laku seseorang
dalam pengertian belajar memiliki ciri-ciri perubahan yang terjadi secara
sadar, perubahan dalam belajar dalam arti kontinu, perubahan dalam
belajar bertujuan satu arah, dan pembahasan mencangkup seluruh aspek
tingkah laku. Berbeda dengan definisi dari Suprijono (2009) bahwa hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan sehingga perubahan perilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi saja.
10
Suprijono (2009) dalam bukunya menguraikan teori tentang hasil
belajar dari Gagne dan Bloom. Gagne menyatakan bahwa hasil belajar
berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,
keterampilan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Informasi verbal
yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,
baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan
manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analisis-sitesis fakta-konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Kemampuan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi
penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa
kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap
merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar.
Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2009) menyatakan bahwa hasil
belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),
application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan
hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk
bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah
receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing
(nilai), organization (organisasi), characterization (karakteristik). Domain
psikomotori meliputi initiatory, pre-routine, dan routinized. Psikomotor
juga mencangkup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial,
dan intelektual.
Penelitian ini mengacu pada teori Dimyanti & Mujiono (2009) yang
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam
bentuk angka-angka atau skor melalui tes hasil belajar diakhir
pembelajaran. Hasil belajar siswa akan terlihat setelah diadakan tes di
akhir pembelajaran.
11
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Slameto (2003) dan Hakim (2005) mengungkapkan ada beberapa
faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan dapat dibedakan menjadi 2
golongan yaitu: faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut
faktor individu (intern), yang meliputi: faktor biologis, yang terdiri dari
kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Faktor biologis menjadi
satu kesatuan, jika salah satu terganggu maka akan mempengaruhi faktor
yang lain dan hasil belajar siswa juga akan terpengaruh. Faktor psikologis,
meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir.
Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan
jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta
mengantuk. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk mengahsilkan sesuatu
akan hilang; faktor yang ada pada luar individu (ekstern), yang meliputi:
faktor keluarga, keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
terutama. Keluarga merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil
tetapi bersifat menentukan pendidikan dalam ukuran besar: faktor
sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan
siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah; faktor masyarakat,
meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Harminingsih (2011) menguraikan beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar menurut beberapa ahli, diantaranya:
Sardiman menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
adalah faktor intern (dari dalam) diri siswa dan faktor ekstern (dari luar)
siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor
kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap,
kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan
psikis. Di sisi lain menurut Carol menyatakan bahwa hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh lima faktor yaitu bakat belajar, waktu yang tersedia
untuk belajar, kemampuan individu, kualitas pengajaran, dan lingkungan.
3. Pembelajaran Matematika dengan Pemberian Kuis
a. Pengertian Pembelajaran Matematika dengan Pemberian Kuis
Pembelajaran matematika dengan pemberian kuis menurut
Silberman (dalam Sarjuli, 2001) menyatakan bahwa kuis adalah ulangan
singkat. Pembelajaran dengan pemberian kuis dapat meningkatkan
kemampuan tanggungjawab siswa untuk apa yang mereka pelajari
sehingga siswa mau memperhatikan dan juga mau mempelajari materi
yang dijelaskan. Yamin (2010) menyatakan kuis adalah pertanyaan yang
ditunjukan kepada siswa dalam waktu yang terbatas kurang lebih 15
menit pertanyaan tersebut berupa jawaban singkat. Pembelajaran
matematika dengan pemberian kuis sama halnya dengan ulangan dengan
12
waktu yang singkat dan materi yang dijadikan bahan adalah materi yang
baru atau akan dipelajari. Kuis dapat dilakukan diawal atau diakhir
pembelajaran. Menurut Arikunto (2002) Kuis adalah ulangan singkat yang
diberikan pada saat proses belajar mengajar, materi yang digunakan
dalam kuis dapat berupa materi yang sudah diajarkan. Kuis ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang
telah diberikan oleh guru dan sejauh mana pula keaktifan siswa dalam
belajar matematika.
Penelitian ini mengacu pada teori dari Yamin (2010) bahwa kuis
adalah pertanyaan yang ditunjukan kepada siswa dalam waktu yang
terbatas kurang lebih 15 menit pertanyaan tersebut berupa option atau
jawaban singkat. Pembelajaran matematika dengan pemberian kuis
diadakan dengan waktu yang singkat yang akan membantu guru dalam
memahami seberapa jauh pemahaman siswa dengan materi yang sudah
dijelaskan oleh guru.
b. Fungsi Pembelajaran Matematika dengan Pemberian Kuis
Fungsi pembelajaran matematika dengan pemberian kuis (tes) bagi
siswa menurut Arikunto (2002) sebagai berikut: (1) digunakan untuk
mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi pelajaran secara
menyeluruh, (2) merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa.
Dengan mengetahui bahwa hasil tesnya memperoleh skor tinggi maka
siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih giat, (3) usaha perbaikan,
dengan umpan balik (feedback) yang diperoleh setelah tes siswa akan
mengetahui kelemahan-kelemahannya, (4) sebagai diagnosis, dengan
mengetahui hasil dari kuis ini siswa dengan jelas dapat mengetahui
bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit. Bagi guru:
(1) mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima
oleh siswa; (2) mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran
yang belum dikuasai oleh siswa.
Yamin (2010) menyatakan bahwa kuis berfungsi untuk mendapat
gambaran materi sebelumnya, yang telah diajarkan kepada siswa.
Berbeda dengan pendapat dari Slameto (2001) menyatakan fungsi kuis
adalah memberitahu siswa mengenai hasil mereka dalam suatu tes yang
mereka kerjakan setelah menyelesaikan suatu proses belajar. Kuis tidak
akan berguna jika tidak disertai dengan proses belajar yang kedua atau
berikutnya yang mencangkup usaha siswa meluruskan kesalahan atau
mengisi kekurangan dengan memanfaatkan informasi umpan balik
tersebut.
13
B. Penelitian Relevan
Setyanta dan Murwaningtyas (2012) melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Pemberian Kuis Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMP
Kanisius Kalasan Tahun Ajaran 2012/2013 Pada Materi Faktorisasi Suku
Aljabar”. Penelitian difokuskan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
signifikan antara motivasi dan hasil belajar, yang proses pembelajarannya
dengan diberi kuis dan tidak diberi kuis. Hasil penelitiannya bahwa pemberian
kuis pada proses pembelajaran menyebabkan perbedaan pada motivasi dan
hasil belajar matematika pada siswa, hal ini terlihat dari perolehan nilai ratarata posttest siswa kelas ekperimen dan siswa kelas kontrol masing-masing
adalah 35,23 dan 25,14. Nilai
tersebut lebih kecil dari nilai kritis yaitu 1,645, sehingga dapat diartikan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
rata-rata nilai posttest yaitu rata-rata nilai posttest kelas ekperimen maupun
kelas rata nilai posttest kelas kontrol. Motivasi belajar siswa yang pembelajaran
Matematikannya dengan diadakan kuis lebih tinggi daripada motivasi belajar
siswaa yang pembelajaran matematikanya tidak diadakan kuis (model
pembelajaran konvensional). Hal tersebut terlihat dari hasil persentase
motivasi belajar siswa secara keseluruhan di mana keduanya termasuk dalam
kriteria motivasi belajara yang tinggi.
Hermawan (2012) melakukan penelitian “Penggunaan Pemberian Kuis
Sebelum Kegiatan Pembelajaran Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS
Siswa Kelas VI SDN Ngabean Kecamatan Secang Kabupaten Magelang Tahun
Ajaran 2011/2012”. Penelitian ini membandingkan hasil tes kemampuan awal
yang merupakan metode pembelajaran yang digunakan yaitu pemberian kuis
sebelum kegiatan pembelajaran. Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa ratarata siswa pada saat pra tindakan sebesar 58,92, pada siklus pertama nilai ratarata siswa sebesar 77 dan 87 pada siklus kedua.
Sumargiyani (2011) dengan penelitian “Peningkatan Motivasi Belajar
Kalkulus Differensial Melalui Metode Ekspositori Dengan Pemberian Kuis”. Hasil
peningkatan motivasi hasil belajar mahasiswa terhadap pembelajaran dengan
metode ekspositori pemberian kuis mengalami peningkatan dari siklus I dengan
persentase 80,36% menjadi 81,84% pada siklus II. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar kalkulus differensial mahasiswa meningkat.
Shirvani (2009) dengan penelitian “Examining An Assessment Strategy On
High School Mathematics Achievement: Daily Quizzes Vs. Weekly Tests”. Hasil
dari tes akhir untuk mengetahui pengaruh antara kelas eksperimen yang
diberikan pekerjaan rumah (PR) dengan rata-rata nilai sebesar 87,28 dan kelas
kontrol yang diberikan kuis setiap pertemuan dengan nilai rata-rata sebesar
75,28. Pengaruh dari uji t-test sebesar 0,41 dengan alfa 0,05, sehingga
disimpulkan pemberian kuis harian tidak ada pengaruh yang signifikan dengan
pemberian pekerjaan rumah (PR).
14
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka penelitian ini
dibuat dengan tujuan untuk meneliti dan mengetahui pengaruh pembelajaran
matematika dengan pemberian kuis terhadap motivasi dan hasil belajar
matematika. Pemberian kuis pada akhir pembelajaran pada tiap pertemuan
akan mempengaruhi hasil belajar siswa dan motivasi siswa dalam belajar
matematika.
C. Kerangka Berpikir
Proses belajar mengajar memegang peranan penting dalam
pencapaian hasil belajar yang baik. Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil
atau efektif apabila dapat menghasilkan kegiatan belajar yang lebih baik pada
siswa. Kondisi di SMP Pangudi Luhur Salatiga guru biasa menerapkan model
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered), sehingga berdampak
pada hasil belajar matematika yang rendah di bawah KKM yaitu 65. Model
pembelajaran yang diterapkan guru berdampak juga pada motivasi siswa SMP
Pangudi Luhur Salatiga, siswa tidak termotivasi dalam pembelajaran sehingga
siswa kurang tertarik bahkan cenderung malas dan bosan dengan cara
penyampaian materi oleh guru sehingga hasil belajar sebagian siswa kurang
optimal. Siswa tidak dapat memahami secara mendalam materi yang diajarkan,
siswa tidak ada kesadaran untuk mempelajari materi pelajaran matematika dan
tidak adanya dorongan yang memaksa siswa untuk mempelajari materi yang
sudah dijelaskan oleh guru.
Berdasarkan uraian di atas untuk memperjelas arah dan maksud dari
penelitian ini, maka disusun kerangka pemikiran. Kegiatan belajar mengajar
melibatkan beberapa komponen antara lain: siswa adalah seorang yang
bertindak sebagai pencari, penerima dan penyimpan isi pembelajaran yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Guru adalah seorang yang bertindak
sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar, penghubung, belajar mengajar
yang efektif. Tujuannya yaitu pernyataan tentang perubahan perilaku yang
diinginkan pada siswa selama mengikuti belajar mengajar.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu adanya perbaikan metode
dan strategi pembelajaran agar siswa dapat termotivasi dalam belajar sehingga
akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Strategi pembelajaran merupakan
cara yang dapat mengaktifkan siswa. Proses belajar akan lebih efektif jika guru
mengkondisikan agar setiap siswa termotivasi dan mempunyai keinginan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Strategi pembelajaran yang dapat digunakan
guru untuk memotivasi siswa salah satunya ialah dengan pemberian kuis.
Pemberian kuis diawal atau diakhir pada tiap pembelajaran diharapkan dapat
membuat siswa termotivasi dalam belajar untuk mempersiapkan diri dalam
mengahadapi kuis yang diadakan oleh guru dan untuk mencapai hasil belajar
yang semaksimal, selain itu dapat digunakan sebagai kompetisi antar siswa
untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Guru juga dapat mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa selama proses pembelajaran berlangsung, jika banyak
15
siswa yang mendapatkan nilai kuis yang kurang maka guru dapat mengulangi
penjelasan yang dianggap siswa tidak dapat memahami materi tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, kerangka berpikir dapat di lihat seperti pada
gambar 1.
Motivasi belajar
Pemberian Kuis
Hasil belajar
Gambar 1
Diagram Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan rumusan hipotesis penelitian.
Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh pembelajaran matematika dengan
pemberian kuis terhadap motivasi dan hasil belajar matematika pada siswa
kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013.
Download