BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan pendorong bagi perbuatan siswa. Menyangkut soal mengapa siswa berbuat demikian dan apa tujuannya sehingga ia berbuat demikian. Siswa belajar karena dorongan oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi terdiri dari adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Koeswara; Siagian; Schein; Biggs & Telfer dalam Dimyati & mudjiyono, 2009). Motivasi belajar menurut Adisusilo (2012) adalah daya dorong yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Motivasi ini muncul ketika siswa merasa membutuhkan. Uno (2010) menyatakan bahwa hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umunya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Suprijono (2011) mendefinisikan motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar merupakan proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku, artinya perilaku termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Dimyati & Mudjiono (2009) yang mengatakan bahwa motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologi siswa. Berbeda dengan definisi dari Donald (dalam Yamin, 2011) bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian yang dikemukakan ini mengandung tiga elemen atau ciri pokok dalam motivasi, yaitu motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya “feeling” dan rangsangan karena adanya tujuan. Penelitian ini mengacu pada pendapat Adisusilo (2012) yang mendefinisikan motivasi adalah daya dorong yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Motivasi ini muncul ketika siswa merasa membutuhkan. 7 8 b. Jenis-Jenis Motivasi Menurut Winkel (2012) dan Dimyati & Sudjiono (2009), motivasi belajar terbagi atas dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari luar diri siswa yang juga dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Berbeda menurut Uno (2010) bahwa motivasi belajar dapat ditimbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Yamin (2011) menyatakan bahwa jenis motivasi dalam belajar dibedakan dalam belajar dibedakan dalam dua jenis, masing-masing adalah motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik, merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Motivasi intrinsik, merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan pengahayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Penelitian ini mengacu pada teori dari Uno (2010) bahwa motivasi belajar dapat ditimbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan citacita. Faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis belajar dan pembelajaran, dan upaya guru dalam membelajarkan siswa (Dimyati & Mudjiono, 2009). Uno (2010) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Yamin (2011) menyatakan motivasi belajar seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal adalah persepsi seseorang mengenai diri sendiri, menghargai diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja, prestasi kerja yang dihasilkan. Disisi lain faktor eksternal yaitu jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja ketika seseorang 9 bergabung, organisasi tempat bekerja, situasi lingkungan pada umumnya, sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa menurut Richards (dalam Yamin, 2011) sebagai berikut: (1) guru harus mengetahui bahwa orang dapat belajar dengan baik sekali apabila pelajarannya disusun menurut pola tertentu sehingga siswa mengetahui apa yang menjadi sasaran pelajarannya; (2) siswa menguasai hubungan antara pelajaran itu dan dirinya, siswa merasa dapat menguasai isi pelajarannya, siswa melihat manfaatnya dalam kehidupannya setelah mempelajari pelajaran. 2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sudjana (2007) menyatakan bahwa hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari adanya evaluasi belajar (tes) dan evaluasi belajar dilakukan untuk mengetahui kemampuan yang telah diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Menurut Abdulrahman (1999) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dalam menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan siswa mengikuti program belajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Dimyanti & Mujiono (2009) mengemukakan hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor melalui tes hasil belajar diakhir pembelajaran. Definisi lainnya dikemukakan oleh Nasution (2003) hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Slameto (2003) menyatakan hasil belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang dalam bertindak atau beraktivitas menuju pembenaran, dari belum mampu kearah sudah mampu. Perubahan tingkah laku seseorang dalam pengertian belajar memiliki ciri-ciri perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar dalam arti kontinu, perubahan dalam belajar bertujuan satu arah, dan pembahasan mencangkup seluruh aspek tingkah laku. Berbeda dengan definisi dari Suprijono (2009) bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan sehingga perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi saja. 10 Suprijono (2009) dalam bukunya menguraikan teori tentang hasil belajar dari Gagne dan Bloom. Gagne menyatakan bahwa hasil belajar berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis-sitesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar. Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2009) menyatakan bahwa hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakteristik). Domain psikomotori meliputi initiatory, pre-routine, dan routinized. Psikomotor juga mencangkup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Penelitian ini mengacu pada teori Dimyanti & Mujiono (2009) yang mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor melalui tes hasil belajar diakhir pembelajaran. Hasil belajar siswa akan terlihat setelah diadakan tes di akhir pembelajaran. 11 b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Slameto (2003) dan Hakim (2005) mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu: faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern), yang meliputi: faktor biologis, yang terdiri dari kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Faktor biologis menjadi satu kesatuan, jika salah satu terganggu maka akan mempengaruhi faktor yang lain dan hasil belajar siswa juga akan terpengaruh. Faktor psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk mengahsilkan sesuatu akan hilang; faktor yang ada pada luar individu (ekstern), yang meliputi: faktor keluarga, keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Keluarga merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan pendidikan dalam ukuran besar: faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah; faktor masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Harminingsih (2011) menguraikan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut beberapa ahli, diantaranya: Sardiman menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor intern (dari dalam) diri siswa dan faktor ekstern (dari luar) siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Di sisi lain menurut Carol menyatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu bakat belajar, waktu yang tersedia untuk belajar, kemampuan individu, kualitas pengajaran, dan lingkungan. 3. Pembelajaran Matematika dengan Pemberian Kuis a. Pengertian Pembelajaran Matematika dengan Pemberian Kuis Pembelajaran matematika dengan pemberian kuis menurut Silberman (dalam Sarjuli, 2001) menyatakan bahwa kuis adalah ulangan singkat. Pembelajaran dengan pemberian kuis dapat meningkatkan kemampuan tanggungjawab siswa untuk apa yang mereka pelajari sehingga siswa mau memperhatikan dan juga mau mempelajari materi yang dijelaskan. Yamin (2010) menyatakan kuis adalah pertanyaan yang ditunjukan kepada siswa dalam waktu yang terbatas kurang lebih 15 menit pertanyaan tersebut berupa jawaban singkat. Pembelajaran matematika dengan pemberian kuis sama halnya dengan ulangan dengan 12 waktu yang singkat dan materi yang dijadikan bahan adalah materi yang baru atau akan dipelajari. Kuis dapat dilakukan diawal atau diakhir pembelajaran. Menurut Arikunto (2002) Kuis adalah ulangan singkat yang diberikan pada saat proses belajar mengajar, materi yang digunakan dalam kuis dapat berupa materi yang sudah diajarkan. Kuis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru dan sejauh mana pula keaktifan siswa dalam belajar matematika. Penelitian ini mengacu pada teori dari Yamin (2010) bahwa kuis adalah pertanyaan yang ditunjukan kepada siswa dalam waktu yang terbatas kurang lebih 15 menit pertanyaan tersebut berupa option atau jawaban singkat. Pembelajaran matematika dengan pemberian kuis diadakan dengan waktu yang singkat yang akan membantu guru dalam memahami seberapa jauh pemahaman siswa dengan materi yang sudah dijelaskan oleh guru. b. Fungsi Pembelajaran Matematika dengan Pemberian Kuis Fungsi pembelajaran matematika dengan pemberian kuis (tes) bagi siswa menurut Arikunto (2002) sebagai berikut: (1) digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi pelajaran secara menyeluruh, (2) merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa hasil tesnya memperoleh skor tinggi maka siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih giat, (3) usaha perbaikan, dengan umpan balik (feedback) yang diperoleh setelah tes siswa akan mengetahui kelemahan-kelemahannya, (4) sebagai diagnosis, dengan mengetahui hasil dari kuis ini siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit. Bagi guru: (1) mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa; (2) mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai oleh siswa. Yamin (2010) menyatakan bahwa kuis berfungsi untuk mendapat gambaran materi sebelumnya, yang telah diajarkan kepada siswa. Berbeda dengan pendapat dari Slameto (2001) menyatakan fungsi kuis adalah memberitahu siswa mengenai hasil mereka dalam suatu tes yang mereka kerjakan setelah menyelesaikan suatu proses belajar. Kuis tidak akan berguna jika tidak disertai dengan proses belajar yang kedua atau berikutnya yang mencangkup usaha siswa meluruskan kesalahan atau mengisi kekurangan dengan memanfaatkan informasi umpan balik tersebut. 13 B. Penelitian Relevan Setyanta dan Murwaningtyas (2012) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Kuis Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMP Kanisius Kalasan Tahun Ajaran 2012/2013 Pada Materi Faktorisasi Suku Aljabar”. Penelitian difokuskan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara motivasi dan hasil belajar, yang proses pembelajarannya dengan diberi kuis dan tidak diberi kuis. Hasil penelitiannya bahwa pemberian kuis pada proses pembelajaran menyebabkan perbedaan pada motivasi dan hasil belajar matematika pada siswa, hal ini terlihat dari perolehan nilai ratarata posttest siswa kelas ekperimen dan siswa kelas kontrol masing-masing adalah 35,23 dan 25,14. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai kritis yaitu 1,645, sehingga dapat diartikan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai posttest yaitu rata-rata nilai posttest kelas ekperimen maupun kelas rata nilai posttest kelas kontrol. Motivasi belajar siswa yang pembelajaran Matematikannya dengan diadakan kuis lebih tinggi daripada motivasi belajar siswaa yang pembelajaran matematikanya tidak diadakan kuis (model pembelajaran konvensional). Hal tersebut terlihat dari hasil persentase motivasi belajar siswa secara keseluruhan di mana keduanya termasuk dalam kriteria motivasi belajara yang tinggi. Hermawan (2012) melakukan penelitian “Penggunaan Pemberian Kuis Sebelum Kegiatan Pembelajaran Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VI SDN Ngabean Kecamatan Secang Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2011/2012”. Penelitian ini membandingkan hasil tes kemampuan awal yang merupakan metode pembelajaran yang digunakan yaitu pemberian kuis sebelum kegiatan pembelajaran. Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa ratarata siswa pada saat pra tindakan sebesar 58,92, pada siklus pertama nilai ratarata siswa sebesar 77 dan 87 pada siklus kedua. Sumargiyani (2011) dengan penelitian “Peningkatan Motivasi Belajar Kalkulus Differensial Melalui Metode Ekspositori Dengan Pemberian Kuis”. Hasil peningkatan motivasi hasil belajar mahasiswa terhadap pembelajaran dengan metode ekspositori pemberian kuis mengalami peningkatan dari siklus I dengan persentase 80,36% menjadi 81,84% pada siklus II. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar kalkulus differensial mahasiswa meningkat. Shirvani (2009) dengan penelitian “Examining An Assessment Strategy On High School Mathematics Achievement: Daily Quizzes Vs. Weekly Tests”. Hasil dari tes akhir untuk mengetahui pengaruh antara kelas eksperimen yang diberikan pekerjaan rumah (PR) dengan rata-rata nilai sebesar 87,28 dan kelas kontrol yang diberikan kuis setiap pertemuan dengan nilai rata-rata sebesar 75,28. Pengaruh dari uji t-test sebesar 0,41 dengan alfa 0,05, sehingga disimpulkan pemberian kuis harian tidak ada pengaruh yang signifikan dengan pemberian pekerjaan rumah (PR). 14 Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk meneliti dan mengetahui pengaruh pembelajaran matematika dengan pemberian kuis terhadap motivasi dan hasil belajar matematika. Pemberian kuis pada akhir pembelajaran pada tiap pertemuan akan mempengaruhi hasil belajar siswa dan motivasi siswa dalam belajar matematika. C. Kerangka Berpikir Proses belajar mengajar memegang peranan penting dalam pencapaian hasil belajar yang baik. Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil atau efektif apabila dapat menghasilkan kegiatan belajar yang lebih baik pada siswa. Kondisi di SMP Pangudi Luhur Salatiga guru biasa menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered), sehingga berdampak pada hasil belajar matematika yang rendah di bawah KKM yaitu 65. Model pembelajaran yang diterapkan guru berdampak juga pada motivasi siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga, siswa tidak termotivasi dalam pembelajaran sehingga siswa kurang tertarik bahkan cenderung malas dan bosan dengan cara penyampaian materi oleh guru sehingga hasil belajar sebagian siswa kurang optimal. Siswa tidak dapat memahami secara mendalam materi yang diajarkan, siswa tidak ada kesadaran untuk mempelajari materi pelajaran matematika dan tidak adanya dorongan yang memaksa siswa untuk mempelajari materi yang sudah dijelaskan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas untuk memperjelas arah dan maksud dari penelitian ini, maka disusun kerangka pemikiran. Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen antara lain: siswa adalah seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima dan penyimpan isi pembelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Guru adalah seorang yang bertindak sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar, penghubung, belajar mengajar yang efektif. Tujuannya yaitu pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan pada siswa selama mengikuti belajar mengajar. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu adanya perbaikan metode dan strategi pembelajaran agar siswa dapat termotivasi dalam belajar sehingga akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Strategi pembelajaran merupakan cara yang dapat mengaktifkan siswa. Proses belajar akan lebih efektif jika guru mengkondisikan agar setiap siswa termotivasi dan mempunyai keinginan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk memotivasi siswa salah satunya ialah dengan pemberian kuis. Pemberian kuis diawal atau diakhir pada tiap pembelajaran diharapkan dapat membuat siswa termotivasi dalam belajar untuk mempersiapkan diri dalam mengahadapi kuis yang diadakan oleh guru dan untuk mencapai hasil belajar yang semaksimal, selain itu dapat digunakan sebagai kompetisi antar siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Guru juga dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa selama proses pembelajaran berlangsung, jika banyak 15 siswa yang mendapatkan nilai kuis yang kurang maka guru dapat mengulangi penjelasan yang dianggap siswa tidak dapat memahami materi tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, kerangka berpikir dapat di lihat seperti pada gambar 1. Motivasi belajar Pemberian Kuis Hasil belajar Gambar 1 Diagram Kerangka Berpikir D. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan rumusan hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh pembelajaran matematika dengan pemberian kuis terhadap motivasi dan hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013.