Jika emisi karbon

advertisement
emisi karbon
Jika
berlanjut seperti sekarang setiap
ekosistem di planet bumi akan berubah
secara permanen
152
terumbu karang dan perubahan iklim
Perubahan
Iklim
perubahan iklim
153
154 terumbu karang dan perubahan iklim
Perubahan Iklim
Pada tahun 2050, sebagian besar terumbu karang akan punah atau tidak dapat dikenali lagi. Satu dari enam orang akan
terkena dampaknya. Pada saat yang sama banjir, kekeringan, kebakaran hutan dan kondisi iklim yang ekstrim akan menjadi
kenyataan yang harus kita hadapi; kekurangan pangan dan air bersih akan terjadi di sebagian besar negara maju dan negara
berkembang. Hidup kita akan sangat berubah dari sisi ekonomi dan keamanan.
Masa depan seperti inilah yang akan kita hadapi bila cara kita melakukan pembangunan tetap seperti
sekarang. Saat ini laju dan tingkat emisi karbon akibat ulah manusia telah melebihi ambang batas
yang sebelumnya telah ditetapkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC);
yaitu lebih tinggi dari kapan pun sejak 650 000 tahun silam. Tujuan peringatan tentang
perubahan iklim bukanlah untuk menghentikannya, karena hal itu sudah tidak mungkin
dilakukan, melainkan untuk membatasi kerusakan yang mungkin terjadi. Dalam
kurun waktu hanya 20 tahun mendatang, kita harus mampu mengurangi emisi
karbon sebesar 80% dari tingkat emisi tahun 1990. Untuk mencapai hal ini
harus dilakukan suatu revolusi energi yang mau tidak mau akan mengubah
masyarakat dan tatanan ekonomi modern.
Peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi akibat
pembakaran minyak bumi telah mencapai momentum dalam sistem
iklim yang memerlukan ratusan tahun untuk bisa dikurangi. Dengan
laju peningkatan konsentrasi CO2 seperti sekarang, pada tahun
2030-2040, konsentrasi CO2 diperkirakan mencapai 450ppm. Nilai
ini merupakan tingkat maksimum yang dapat mempertahankan
kenaikan suhu kurang dari 2ºC. Jadi bila kita mentargetkan tingkat
emisi sama atau kurang dari nilai ini, maka emisi karbon harus
mencapai puncaknya tahun 2015 dan setelah itu harus turun hingga
mendekati nol pada tengah abad ini. Kesempatan kita semakin
sempit dan kita harus bertindak sekarang.
Terumbu karang dan puncak-puncak es di kutub telah memberikan
bukti yang sangat nyata tentang dampak perubahan iklim pada
ekosistem kita dan hal ini tidak bisa dihindari lagi. Kehancuran
lingkungan, polusi, fragmentasi dan munculnya spesies-spesies invasif
yang mempengaruhi terumbu karang dapat dijumpai pada setiap
ekosistem. Dampak perubahan iklim akan memperparah kondisi yang
telah terjadi, dan mengurangi kemampuan ekosistem untuk menahan
perubahan selanjutnya. Tugas kita sekarang ialah mengurangi dampakdampak ini agar tingkat CO2 mencapai tingkat yang bisa dikendalikan.
Kita harus mampu melakukan konservasi dan preservasi ekosistem, serta
mengelola dampak perubahan iklim. Semua ini akan memberikan tantangan
tentang bagaimana menentukan cara hidup kita di masa mendatang.
Bab ini menjelaskan perkembangan ilmu pengetahuan terkini dan melaporkan hasil
penelitian para ilmuwan dari berbagai disiplin tentang masalah dan konsekuensi perubahan
iklim. Tujuan bab ini ialah memberi informasi, membimbing dan memberi kesempatan pembaca
untuk mulai mempertanyakan, apa yang akan terjadi di masa depan akibat perbuatan yang kita
lakukan sekarang.
Badai Katrina telah memberikan contoh tragis tentang kondisi yang bisa
terjadi bila sebuah kota mengalami perubahan iklim besar-besaran.
perubahan iklim
155
Titik Kehancuran
‘Kegiatan manusia saat ini telah berada diluar kendali dan tanpa disadari dapat
menimbulkan kerusakan yang setara dengan akibat perang nuklir. Perubahan atmosfer
bumi terjadi dengan laju yang tidak terbayangkan akibat polusi, penggunaan bahan
bakar secara tidak efisien dan boros, serta pertumbuhan populasi yang sangat cepat di
banyak wilayah. Perubahan-perubahan ini merupakan ancaman besar terhadap stabilitas
internasional dan telah mencapai taraf membahayakan di berbagai bagian dunia‘.
Pernyataan oleh WMO, UNEP dan Environment Canada pada The Changing Atmosphere: Implications for Global Security Conference, Toronto, June 1988.
Kejadian terburuk
dapat dihindari selama
kita tidak melampaui
titik balik.
Pada tahun 2007, IPCC melakukan pertemuan
di Bali, Indonesia, dalam rangka menyampaikan
prakiraan mereka terhadap perubahan
iklim untuk ke empat kalinya. Prakiraan ini
didasarkan tinjauan data ilmiah, teknis dan
sosial ekonomi.Ringkasan penemuan para
pembuat kebijakan ini secara rinci didiskusikan
dan disepakati oleh perwakilan 130 bangsa
yang hadir.Kesepakatan ini menjadi bahan
pertimbangan jajaran menteri di pemerintahan
dan wakil-wakilnya untuk menegosiasikan
tingkat emisi karbon berikutnya. Proses ini telah
dimulai pada pertemuan Conference of Parties
(COP15) di Copenhagen pada bulan Desember
2009, namun belum secara formal disetujui
hingga 2012.
Sejak dikeluarkannya laporan IPCC tahun 2007,
penemuan dan data baru bermunculan yang
menunjukkan bahwa indikator-indikator iklim
telah menunjukkan variasi di luar batas alamiah
dan telah mencapai titik maksimum dalam
kisaran proyeksi IPCC. Beberapa indikator yang
mengalami variasi di luar batas adalah suhu
rata-rata global, peningkatan permukaan air
laut, pengasaman air laut, peningkatan suhu
air laut global dan berbagai kondisi iklim yang
ekstrim. Kejadian ini memperkuat pesan yang
disampaikan sebelumnya oleh IPCC, yaitu
perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas
manusia dan kegiatan ini telah mengancam
kelangsungan hidup manusia sendiri. Bila
kita ingin mengurangi akibat yang mungkin
terjadi, kita harus berani mengambil keputusankeputusan yang berat, diikuti dengan tindakan
nyata yang berkelanjutan.
Arah perubahan iklim
Pengasaman laut
Pemutihan karang
Pengasaman air laut akan
menghancurkan terumbu
karang dan ekosistem laut.
Frekuensi dan intensitas
pemutihan karang akan meningkat.
156
terumbu karang dan perubahan iklim
Peningkatan paras muka laut
Peningkatan paras muka laut
antara 40-80cm tidak dapat
dihindari lagi pada akhir abad ini.
Kepunahan spesies
Beruang kutub akan menjadi spesies
mamalia pertama yang punah,
diperkirakan pada pertengahan abad ini.
Pemanasan global (oC)
Komitmen laju emisi tetap
Abad ke 20
Tahun
Suhu rata-rata pada permukaan planet bumi diperkirakan
meningkat dengan laju yang berbeda dalam 100 tahun ke depan,
tergantung pada keputusan yang kita ambil sebagai masyarakat
global. Proyeksi IPCC didasarkan pada sekelompok skenario
yang dilukiskan sebagai ‘famili’. Terdapat dua famili, A dan B,
yang terdiri atas 6 kelompok: A1B, A1F1, A1T, A2, B1 dan B2.
Tiga diantaranya tampak dalam diagram di sebelah kiri. Setiap
kelompok ini berhubungan dengan kemungkinan alur perkembangan
masyarakat global. Skenario perkembangan ini memberi dasar
tentang proyeksi emisi karbon ke atmosfer kita, yang memungkinan
para ahli pemodelan iklim menetapkan besaran respon sistem iklim.
Polusi udara di Jakarta, Indonesia.
Kondisi iklim yang ekstrim
Frekuensi dan intensitas
badai akan meningkat dan
mempengaruhi berbagai wilayah.
Kekurangan pangan dan air
Kekurangan pangan dan air
menjadi masalah global pada
pertengahan abad ini.
Penyakit
Konflik
Petugas kesehatan perlu
merencanakan penanganan penyakit
yang disebabkan suhu tinggi.
Konflik-konflik regional
mengenai energi, pangan dan
sumber air akan meningkat.
perubahan iklim
157
Target yang Lebih Aman
Seluruh ekosistem memiliki batas-batas yang mampu menunjang dan mempertahankan
kehidupan seluruh makhluk hidup di dalamnya. Berkembangnya ilmu pengetahuan
membuat kita mampu melihat batas-batas ekosistem sehingga kita lebih memahami daya
dukung dan batas-batas ekosistem yang tidak bisa kita lampaui demi kelanjutan hidup kita.
Target emisi kita harus
mencapai kurang dari
350ppm CO2, bukan
450ppm seperti yang
sekarang diperkirakan
oleh para pemimpin
dunia.
Dari data sampel lapisan es, fosil, dan berbagai
‘anomali iklim’ yang terjadi akhir-akhir ini, para
ilmuwan menyimpulkan bahwa iklim kita jauh
lebih sensitif terhadap perubahan atmosfer dari
yang diperkirakan sebelumnya. Berdasarkan
hasil studi ini, tingkat emisi CO2 yang ditargetkan
harus berada di bawah 350ppm agar efek
rumah kaca dapat dikendalikan dan tidak
mengakibatkan kerusakan jangka panjang pada
ekosistem di bumi.
Saat ini kadar CO2 telah mencapai 387ppm dan
kadar ini meningkat secara cepat, sehingga kita
telah berada pada ‘wilayah bahaya’ di mana
titik balik mungkin telah dilampaui. Peningkatan
suhu rata-rata global akibat efek rumah kaca
yang makin besar semakin memperparah
tekanan yang saat ini sudah dialami oleh
ekosistem di bumi.
Di persimpangan jalan
Menstabilkan dan
mengurangi emisi
karbon akan membantu
perlindungan
terumbu karang.
Pertemuan Conference of Parties (COP15)
di Copenhagen bulan December 2009 telah
menetapkan rencana kerja dasar untuk
mencapai target reduksi emisi karbon setelah
tahun 2012. Persepsi masyarakat tentang
target ini merupakan bagian dari bangkitnya
kesadaran dan pengertian tentang batasan iklim
yang aman, dimana fakta-fakta ini ditunjang
oleh hasil penelitian para ilmuwan. Bila target
yang ditetapkan adalah 450ppm CO2 dengan
kenaikan suhu rata-rata global dipertahankan di
bawah 2°C, perubahan ekologi berskala besar
masih tetap akan terjadi. Menurut skenario
ini, di masa mendatang kita tidak lagi memiliki
terumbu karang, luas wilayah kutub akan
berkurang, dan akan terjadi pergeseran pada
setiap ekosistem di planet bumi. Ketersediaan
pangan dan air akan menjadi suatu masalah
yang luar biasa besar yang tidak pernah terjadi
sebelumnya dalam sejarah manusia.
Bila kita ingin hidup dalam kisaran batas iklim
yang aman kita harus mencapai target emisi
karbon di bawah 350ppm. Untuk mencapai
target tersebut, kita tidak saja membutuhkan
ukuran mitigasi yang sangat ‘ambisius’,
namun juga harus mampu menurunkan kadar
CO2 atmosfer melalui rekayasa. Pada masa
lalu, proses penurunan CO2 ini terjadi secara
alamiah. Reduksi konsentrasi CO2 ditargetkan
mencapai tingkat masa sebelum era industri,
yaitu 280ppm.
Terlalu beresiko?
Rekayasa penurunan CO2 dilakukan dengan
berbagai cara. Berbagai kegiatan dirancang
untuk mengurangi jumlah energi matahari
yang mencapai permukaan bumi dan untuk
mengurangi suhu global bumi. Prinsip kegiatan
tersebut ialah untuk mengulur waktu, sementara
usaha mengurangi emisi karbon sedang
dilakukan secara cepat. Usaha lainnya ialah
menghindari CO2 memasuki atmosfer secara
permanen. Jadi dalam waktu hanya beberapa
puluh tahun saja kita harus mencapai hasil yang
secara alamiah membutuhkan jutaan tahun.
Perhitungan-perhitungan proyek rekayasa
ini telah mulai dilakukan secara rinci dan
memperlihatkan bahwa bila kita tidak berusaha
mengurangi emisi karbon dari sekarang, biaya,
resiko, dan ketidakpastian yang kita hadapi
di masa depan akan jauh lebih besar. Dalam
konteks ini pilihan umat manusia mungkin
terbatas menjadi perekayasa iklim dan
perekayasa nasibnya sendiri.
158 terumbu karang dan perubahan iklim
Kerentanan yang mungkin terjadi
Diagram ekosistem GBR di bawah ini menyajikan
kerentanan yang mungkin terjadi pada berbagai
tingkat konsentrasi CO2. Perubahan suhu air
laut, pH dan paras muka laut hanya merupakan
indikator untuk melukiskan ketidakpastian yang
mungkin terjadi. Pada skenario terburuk, tingkat
CO2 mencapai 550ppm, yaitu ekuivalen dengan
skenario B1 IPPC yang diramalkan akan terjadi
pada tahun 2100. GBR Outlook Report 2009
Saat ini
kita sedang
menjalankan
skenario
terburuk
sebagaimana
disajikan
gambar ini.
Proses degradasi dimulai dengan meningkatnya kasus pemutihan karang, yang
diikuti dengan berkurangnya keanekaragaman hingga kepunahan spesies dengan cepat.
perubahan iklim 159
Dinamika Iklim
Iklim kita dibentuk oleh pola jangka panjang curah hujan, suhu, angin dan salju. Pola ini
menentukan distribusi berbagai bentuk ekosistem di bumi dan membuat kita bisa hidup
di daerah yang paling sesuai dengan kebutuhan hidup manusia. Peningkatan konsentrasi
gas rumah kaca dalam atmosfer telah mengubah pola yang telah terbentuk selama ini,
mengubah ekosistem di bumi sehingga saat ini bukan hanya kelangsungan bumi yang
terancam, namun juga kelanjutan hidup kita.
Deforestasi hujan tropis
seluas 13 juta hektar
telah melepas 1.5 giga
ton CO2 ke atmosfer
setiap tahun.
Iklim dapat dipisahkan menurut dua faktor
pendorong yang berbeda: faktor alam,
yaitu proses atmosfer yang secara alamiah
berinteraksi dengan air, udara, hutan dan
tanah selama ratusan juta tahun; dan faktor
antropogenik, yaitu perubahan-perubahan yang
disebabkan ulah manusia, yang terjadi jauh
lebih cepat dari perubahan yang disebabkan
alam.
Kekuatan alam meliputi proses vulkanik dan
tektonik yang berubah sangat lambat dalam
kurun waktu jutaan tahun, perubahan siklus
orbit bumi yang terjadi lebih dari sepuluh hingga
ratusan ribu tahun, dan kekuatan mahatari
yang telah bertambah selama kurun waktu 4.55
miliar tahun sejak bumi terbentuk. Sedikit saja
Faktor alamiah
Karang yang terangkat
akibat gempa bumi,
Solomon.
Gunung berapi di
Vanuatu.
160 terumbu karang dan perubahan iklim
perubahan pada salah satu faktor ini dapat
menyebabkan gangguan yang dramatis pada
iklim bumi, yang menyebabkan iklim bumi
berubah dari jaman es, lalu memasuki periode
transisi, hingga iklim panas, dan kembali lagi ke
jaman es.
Faktor antropogenik disebabkan oleh kegiatan
manusia yang melepaskan gas rumah kaca ke
dalam sistem iklim. Pelepasan gas ini terjadi
akibat deforestasi, kegiatan pertanian, dan
pembakaran bahan bakar. Semua kegiatan
ini semakin memperparah efek rumah kaca,
sehingga selanjutnya mengubah pola suhu dan
curah hujan yang tersebar tidak merata dalam
skala regional mau pun skala global.
Bagaimana lingkungan biosfir laut maupun
darat bereaksi terhadap perubahan iklim
merupakan dasar umpan balik biogeokimia
dalam sistem iklim; yaitu jumlah karbon
dioksida yang dikembalikan ke atmosfer melalui
proses-proses biologi dan geologi. Peningkatan
suhu dan bertambah gersangnya hutan telah
meningkatkan karbondioksida yang diemisikan
ke atmosfer bumi. Hal ini merupakan salah
satu umpan balik positif yang ada dalam sistem
iklim.
Saat ini kita berpotensi melampaui ambang
batas suhu dan lingkaran umpan balik aman
yang berakibat buruk pada ekosistem maupun
kehidupan manusia. Perubahan iklim secara
drastis dan mendadak pernah terjadi pada
masa lalu, yaitu kenaikan suhu 10°C dalam
10 tahun. Kapan persisnya perubahan non linier
dalam sistem iklim terjadi tidak bisa dipastikan.
Namun kemungkinan tersebut ada, dan peluang
menjadi makin besar jika kita terus menerus
menunda pengurangan emisi karbon dalam
kegiatan-kegiatan kita sekarang.
Faktor antropogenik
Pertanian.
Apa yang menyebabkan pemanasan global?
Komponen-komponen yang mempengaruhi
perubahan iklim ialah awan, es, tutupan
hutan, aktivitas vulkanik, aerosol dan gas
rumah kaca. Setiap komponen ini menentukan
jumlah energi matahari yang dipantulkan oleh
bumi ke luar angkasa (negatif), atau yang
diterima permukaan bumi (positif). Secara
kolektif seluruh komponen ini dikenal sebagai
kekuatan radiasi dan bisa diukur dalam Watt
per meter persegi (W/m-2)*. Kekuatan radiasi
ini merupakan jumlah radiasi positif dan
negatif yang menentukan jumlah panas yang
terperangkap di dalam atmosfer bumi. Masa
tenggat sebelum pengaruhnya terhadap iklim
terjadi tergantung pada ukuran kekuatan ini.
Saat ini prakiraan kekuatan radiasi menurut
laporan IPCC adalah +2.9 W/m-2 dan nilai ini
menyebabkan suhu global meningkat.
Menurut para ahli nilai ini sebaiknya tidak lebih
dari +1 W/m-2.
Pembakaran minyak bumi.
Pemodelan faktor penyebab perubahan iklim
Gambar di bawah ini menunjukkan model suhu dari data yang
dikumpulkan sejak tahun 1990 hingga sekarang. Data ini secara jelas
menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara faktor alamiah dengan
kegiatan manusia sehingga menghasilkan suhu rata-rata global seperti
sekarang. Selama 50 tahun terakhir, bila faktor vulkanik dan matahari
dijumlahkan, yang terjadi adalah pendinginan global. Pola pemanasan
global yang diamati serta perubahan-perubahannya disimulasikan oleh
model ini dimana faktor kegiatan manusia turut diperhitungkan.
Faktor manusia dan faktor alamiah
Pengamatan
Anomali suhu (C)
Penggundulan hutan.
Model
*Satuan yang digunakan untuk mengukur jumlah gas
Tahun
rumah kaca untuk menangkap atau menghalangi radiasi
matahari sama dengan satuan ukuran energi matahari,
Faktor alamiah saja
yaitu Watt per meter persegi (W/m-2).
Anomali suhu (C)
Tahun 1998 merupakan tahun
terpanas yang pernah tercatat
dimana banyak terjadi kasus
kebakaran hutan dan peningkatan
suhu permukaan laut yang
berakibat pemutihan karang.
Pengamatan
Model
Tahun
perubahan iklim
161
Siklus Karbon
c
Kulit, otot dan tulang tangan kita terdiri atas miliaran atom karbon. Karbon menyusun
kerangka dan struktur setiap makhluk hidup di bumi. Unsur ini diputar dan didaur ulang
dalam biosfir laut dan darat. Jadi pada tahap tertentu, satuan atom karbon pada tubuh
kita bisa saja merupakan bagian dari jaringan tanaman di masa lampau, atau karbon yang
terpendam di laut atau yang mengambang di udara. Atom-atom ini usianya sama dengan
matahari dan berasal dari bintang-bintang.
Unsur penting tersebut ditahan dan dibebaskan
melalui serangkaian proses kompleks yang
mempertukarkan karbon dari berbagai bentuk
penyimpan karbon. Bila molekul yang berbasis
karbon seperti karbon dioksida dan metan
dilepaskan ke atmosfer, molekul ini dapat
terambil dan tersimpan dalam es, tanah, hutan,
atau air laut yang dingin. Penyimpanan ini
merupakan tempat penimbun dimana molekul
yang berbasis karbon mengalami reaksi kimia
yang mengunci karbon dalam kurun waktu
beberapa detik hingga jutaan tahun. Karbon
yang ada pada planet ini berjumlah 66-100 juta
giga ton (Gt). Karbon ini terikat secara kimia
Sumber dan Penyimpanan/penimbunan
Siklus karbon ditampilkan sebagai keseimbangan besar antara sumber dan
penyimpan/penimbunnya, dalam satuan gigaton karbon per tahun. Siklus
alamiah dilukiskan dengan warna hitam, sementara nilai-nilai dengan warna
merah melukiskan input antropogenik (manusia). Perhatikan betapa banyaknya
karbon disimpan di laut dalam, jauh lebih besar dari penimbun-penimbun lain
dalam siklus ini. Ukuran penyimpanan karbon umumnya menentukan laju
pertukaran. Pada laut dalam bisa memakan waktu hingga 1000 tahun.
162
terumbu karang dan perubahan iklim
dalam batu sedimen dan fosil yang membentuk
deposit batu gamping, dolomit dan kapur dalam
kerak bumi. Dari jumlah tadi, sebesar 4000Gt
diperkirakan tersimpan sebagai bahan bakar.
Karbon dalam bentuk karbonat menembus ke
dasar laut dan sisa-sisa organisme berkapur
dan organisme laut yang membentuk cangkang
yang telah terpendam di dasar laut seperti salju
dari permukaan, merupakan penimbun karbon
dioksida kedua terbesar yang menyimpan
38-40,000Gt karbon sebagai kalsium karbonat.
Laut merupakan
penyimpan karbon
yang paling besar.
Bila kehidupan laut
terganggu, seluruh
bumi akan terkena
akibatnya.
Siklus dan penyimpanan/penimbun (karbon)
Penemuan baru-baru ini menunjukkan bahwa
kontribusi ikan pada siklus karbonat laut jauh lebih
besar dari yang diperkirakan.
Makin besar kandungan karbon yang tersimpan,
makin lambat laju perubahan yang bisa terjadi
dari satu penyimpan ke penyimpan yang lain.
Sebagai contoh, reaksi kimia yang merubah
karbon dioksida dari mineral menjadi bentuk
karbonat memakan waktu ratusan ribu hingga
jutaan tahun. Restorasi pH air laut akibat
pengasaman yang terjadi karena karbonat
yang tersimpan dan mineralisasi yang terjadi
terus menerus melalui proses kalsifikasi,
membutuhkan ribuan tahun. Atmosfer
merupakan sistem dimana konsentrasi karbon
mengalami fluktuasi yang lambat selama jutaan
tahun. Atmosfer merupakan penyimpan karbon
yang paling kecil, namun mengalami perubahan
paling cepat dalam siklus karbon di bumi.
memerlukan lebih dari 50 tahun untuk dapat
terikat secara permanen dalam salah satu
penyimpannya. Penambahan karbon terjadi
secara terus menerus ke atmosfer
sehingga meskipun kita sekarang
menghentikan emisi karbon
secara total perubahan iklim
dan dampaknya terhadap
ekosistem tetap berlangsung
terus. Penanganan perubahan
iklim harus dilakukan mulai
sekarang hingga seterusnya
dengan cara mengurangi emisi
karbon dan mendorong terjadinya
penimbunan karbon.
Studi baru-baru ini menunjukkan bahwa
terdapat 9Gt karbon yang dilepaskan ke
atmosfer akibat pembakaran minyak bumi
(7.5Gt), dan penggundulan hutan (1.5Gt) tahun
2007. 55% dari karbon yang dilepaskan akibat
ulah manusia ini diserap oleh penyimpan
alamiah; 2.6Gt, atau 29% oleh tanah, 2.3Gt
atau 26% diserap oleh laut, sedangkan
sisanya sebesar 4.2Gt tinggal di atmosfer.
Konsentrasi karbon di atmosfer meningkat saat
terjadi pengurangan efisiensi penyimpanan
alamiah. Sebagai contoh, efisiensi Laut
Selatan sebagai penyimpan karbon telah
mengalami pengurangan sebesar 30% selama
20 tahun terakhir. Penyimpanan ini sebenarnya
memperlambat perubahan iklim, sehingga
penurunan efisiensinya dalam menyerap
karbon dari atmosfer akan mempercepat
pemanasan global.
Satu bagian dari siklus karbon
Fotosintesis merupakan contoh yang paling jelas tentang proses
terjadinya pertukaran karbon, dimana karbon dioksida digunakan oleh
tanaman untuk memproduksi gula dan unsur hara bagi pertumbuhan dan
pembiakan tanaman. Karbon dalam tanaman dibebaskan kembali ke
atmosfer melalui proses respirasi, penguraian detritus dari tanah di hutan,
atau melalui proses pembakaran.
Tergantung tipe dan sumbernya, karbon
perubahan iklim
163
Gas Rumah Kaca
Kita hidup dalam ‘lautan udara’, dimana di dalam udara ini terdapat campuran nitrogen,
oksigen dan gas-gas lain yang memberikan kehidupan pada seluruh makhluk yang di
bumi. Gas rumah kaca merupakan bagian dari lautan udara ini, dalam jumlah fraksi yang
sangat kecil dari total komposisi udara di atmosfer dan membentuk semacam selimut suhu
di sekitar planet bumi. Lapisan ini memantulkan kembali 95% dari seluruh energi panas
matahari ke permukaan bumi. Tanpa adanya lapisan ini, suhu rata-rata bumi akan 30°C
lebih dingin dari yang saat ini kita rasakan.
Cina menanam
lebih banyak pohon
dibandingkan negaranegara lain sebagai
strategi mitigasinya.
Gas-gas yang terbentuk secara alamiah ini
dibebaskan ke atmosfer melalui serangkaian
proses biogeokimia yang rumit, yang bermula
dari penguraian bahan organik, respirasi
tumbuhan dan hewan, dan aktivitas vulkanik.
Tiga gas utama yang dihasilkan adalah uap
air (H2O), karbon dioksida (CO2) dan metan
(CH4). Gas-gas ini mirip dengan yang dihasilkan
oleh rumah kaca di negara subtropis dan
negara beriklim dingin. Energi sinar matahari
bergelombang pendek dari matahari diserap
oleh komponen sistem iklim (udara, air,
tanah, es dan hutan). Kelebihan energi yang
terserap diradiasikan kembali ke atmosfer
dan luar angkasa sebagai energi panas
bergelombang panjang. Aliran energi inilah
yang mempertahankan keseimbangan suhu
permukaan bumi. Keberadaan gas rumah kaca
menghindari terjadinya pemantulan kembali
energi panas untuk meninggalkan atmosfer
bumi ke angkasa luar.
Atmosfer kita saat ini telah mengandung banyak
sekali gas rumah kaca. Laju pelepasan gas
ke atmosfer yang cepat akibat pembakaran
minyak bumi dan berbagai proses industri telah
menempatkan kita pada kondisi berbahaya
saat ini. Karbon dioksida, yang merupakan gas
utama rumah kaca, membutuhkan rata-rata 50
tahun untuk dikeluarkan dari atmosfer melalui
berbagai reaksi dengan mineral di dalam tanah,
larut ke dalam air laut, atau diikat secara kimia
oleh hutan. Proses-proses ini sudah terjadi
di bumi selama miliaran tahun. Namun laju
reaksi pembuangan karbon dioksida jauh lebih
lambat dari laju produksinya saat ini, sehingga
konsentrasi karbon dioksida di atmosfer
semakin lama menjadi semakin menumpuk.
Campuran senyawa kimia di atmosfer
Coupling
Para ahli pembuat model-model iklim menggunakan
prinsip-prinsip fisika dengan perhitungan matematika
untuk menentukan interaksi antara atmosfer dan setiap
komponen sistem iklim. Interaksi ini disebut coupling dan
merupakan dasar model untuk meramalkan iklim global
maupun regional di masa depan. Yang menarik adalah,
awan ternyata merupakan komponen iklim yang paling
sulit dibuat modelnya.
164
terumbu karang dan perubahan iklim
Pertanian dan industrialisasi, termasuk
di dalamnya produksi minyak bumi dan
pembakarannya, menambah jenis-jenis gas
yang dilepas ke atmosfer kita. Gas-gas ini terdiri
atas 30 senyawa lebih yang tergolong memiliki
efek rumah kaca. Gas-gas ini memiliki sifat yang
berbeda-beda, beberapa di antaranya mampu
menyerap panas lebih efisien dari gas lainnya.
Pengukuran terhadap pengaruh gas rumah
kaca dilakukan dengan membandingkannya
dengan karbon dioksida. Sebagai contoh,
metan merupakan gas yang berumur (relatif
pendek dalam atmosfer bumi. Metan kerap
bereaksi dengan oksigen membentuk karbon
dioksida, namun mampu menyerap energi
matahari 20-25 kali lebih efisien dibandingkan
CO2. Konsentrasi metan telah meningkat dari
0.715ppm pada masa pra industri menjadi
1772ppm tahun 2005, jauh melebihi kisaran
konsentrasi alami selama 650 ribu tahun
terakhir. Nitrogen oksida (N2O), merupakan hasil
sampingan dari proses-proses pertanian dan
industri. Konsentrasi nitrogen oksida di atmosfer
relatif rendah yaitu 0.319ppm, namun memiliki
kemampuan menyerap panas 270 kali lebih
tinggi CO2 dan senyawa ini bisa bertahan di
atmosfer selama lebih dari 150 tahun.
Konsentrasi CO2 global dan konsentrasi CO2
ekuivalen merupakan indikator ukuran gas
rumah kaca di atmosfer. Tingkat CO2 telah
meningkat dari 280ppm pada masa pra
industri menjadi 387ppm saat ini, sementara
CO2 ekuivalen telah mencapai 430ppm. CO2
ekuivalen menunjukkan konsentrasi CO2
ekuivalen yang diperlukan untuk memperoleh
efek rumah kaca yang sama dari emisi gas lain
yang kini ada di atmosfer. Dengan demikian
peningkatan suhu yang mungkin terjadi jauh
lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya,
dan inilah yang menyebabkan perubahan besar
terjadi lebih awal dari yang diperkirakan.
Seberapa besarkah
4.2Gt CO2 ?
Gas rumah kaca dari industri laut
baru akhir-akhir ini dianggap sebagai
bagian dari emisi karbon global.
Konsentrasi dan ppm
Konsentrasi gas ditampilkan
dalam ukuran part per million
(ppm) atau satu per satu juta.
Ukuran ini digunakan sebagai
standar dan menunjukkan
jumlah molekul yang ada dalam
suatu sampel udara kering.
Sebagai contoh, 450ppm berarti
terdapat 450 molekul gas rumah
kaca dalam setiap satu juta
molekul udara kering.
Kita menambah karbon
4.2 giga ton (Gt) ke atmosfer
setiap tahunnya. Untuk
menjelaskan besaran ini,
kita gunakan air sebagai
pembanding. 4.2Gt CO2 sama
bobotnya dengan
4.2 miliar kilo liter air bersih.
Untuk menyimpan air sejumlah
ini diperlukan tanki dengan
panjang dan lebar sisi 1km
dengan tinggi 4.2km. Ukuran
ini kurang lebih delapan kali
lebih tinggi dari bangunan
tertinggi di dunia yang
ada yaitu Taipei 101 yang
tingginya 508m. Pendek kata,
4.2Gt CO2 itu luar biasa
besarnya.
Taipei 101, Taiwan.
perubahan iklim
165
Asal usul Bahan Bakar
Minyak, batu bara, deposit gas di dalam bumi berasal dari serangkaian kejadian di dalam
laut Tetis dan hutan-hutan primordial pada masa pertengahan Jurasik dan masa Kretasian
90 hingga 150 juta tahun silam. Periode ini merupakan rumah kaca super, yang terjadi
akibat erupsi vulkanik yang sangat besar saat benua Pangea, benua yang super besar,
pecah, mendorong karbon dioksida dan sulfur dioksida ke atmosfer dengan skala yang
tak terkira besarnya. Saat itu bumi masih bebas dari es dan suhu bumi sangat tinggi,
dimana kita bahkan bisa berenang di kutub-kutub bumi. Darat dan laut masih dipenuhi
oleh dinosaurus; saat itu suhu global bumi diatur oleh proses erosi batuan vulkanik dan
kehidupan tumbuh-tumbuhan di bumi.
Simpanan karbon
selama 150 juta tahun ini
dihabiskan oleh manusia
hanya dalam 150 tahun.
Siklus bahan bakar
yang sebenarnya
Fitoplankton merupakan
tumbuhan mikro yang menentukan
produktivitas laut. Fitoplankton
hidup dalam jumlah yang sangat
banyak di laut dangkal tropis Tetis.
Karena tidak ada es di kutub-kutub bumi,
konsentrasi oksigen terlarut di laut dalam pada
jaman pra sejarah sangat rendah dibandingkan
dengan air yang berventilasi baik di laut
Termohalin saat ini. Hutan saat itu didominasi
oleh pakis-pakisan dan pohon pinus, serta
tanaman kecil berdaun lebar, dan konsentrasi
karbon dioksida sedikitnya empat kali lipat
dari sekarang. Tanaman memanfaatkan CO2
sebagai bahan fotosintesis, mengikat karbon
dalam struktur biologi tanaman. Fitoplankton
berperan sangat penting dalam proses ini,
karena miliaran ton bahan organik yang jatuh
Waktu: 90-150 juta tahun yang lalu
CO2: 1200+ppm
Pada jaman Kreta dan pertengahan Jurasik, kadar CO2 yang tinggi
sangat menunjang pertumbuhan fitoplankton yang tumbuh di laut.
Terurainya tumbuhan laut ini menurunkan kadar oksigen terlarut
sehingga mengakibatkan kondisi anoksis di laut dalam.
166
terumbu karang dan perubahan iklim
ke dasar laut membawa karbon dioksida
dalam jumlah banyak. Perombakan
bahan organik ini selanjutnya mengurangi
konsentrasi oksigen di laut dalam
dan mengubah kondisi aerobik menjadi
anaerobik. Perubahan ini merangsang terjadinya
kondisi anoksik, yang merupakan salah satu
penyebab kepunahan masal secara global.
Dalam kondisi dimana kadar bahan organik
sangat tinggi dan kadar oksigen terlarut cukup
rendah, beberapa tipe bakteri tertentu mulai
tumbuh. Salah satu produk metabolisme
bakteri ini adalah hidrogen sulfida (H2S) yang
merupakan gas beracun. Termoklin kuat yang
ada pada laut tropis ini memperkuat keberadaan
kemoklin di laut, yang awalnya menahan gas
ini di dalam laut sehingga tidak muncul ke
Waktu: 90-150 juta tahun yang lalu
CO2: 1200+ppm
Gas beracun Hidrogen sulfida terperangkap di bawah termoklin yang
kuat. Peningkatan konsentrasi H2S mengakibatkan gas ini menyebar
ke laut dalam dan naik ke permukaan laut dan mengakibatkan
kepunahan masal makhluk hidup di lautan maupun di daratan.
permukaan air yang hangat dan lepas ke
atmosfer. Konsentrasi gas ini semakin lama
semakin meningkat, menyebar dan menembus
batas-batas yang ada dan mencapai laut bagian
dalam. Kondisi inilah yang menyebabkan
kepunahan seluruh organisme bentos akibat air
laut kekurangan oksigen dan didominasi oleh
senyawa-senyawa sulfida (euksinik). Bukti-bukti
geologis menunjukkan bahwa terdapat dua
mekanisme terjadinya pergerakan hidrogen
sulfida ke permukaan. Mekanisme pertama
adalah pergolakan air laut pada batas antar
benua. Mekanisme kedua adalah pergerakan
air yang mengandung sulfur dalam konsentrasi
tinggi dari dasar laut ke atas akibat tekanan
yang meningkat, sehingga hidrogen sulfida ini
terdorong ke atas dan mencapai permukaan.
Lepasnya hidrogen sulfida ke permukaan
air yang memiliki kadar oksigen tinggi telah
memusnahkan 90% dari kehidupan laut.
Terumbu karang telah hilang dari catatan geologi
pada saat itu. Selain itu, 60% dari kehidupan di
daratan pun telah mati akibat lepasnya gas ini
ke atmosfer.
Panas, tekanan dan waktu
Kehidupan tumbuhan di daratan, yang telah
dimusnahkan oleh hidrogen sulfida, merupakan
landasan biologis terbentuknya deposit batu
bara. Seiring dengan menurunnya konsentrasi
karbon dioksida akibat terikat oleh fitoplankton
dan bakteria hijau, sisa-sisa bahan organiknya
tertutup oleh berlapis-lapis sedimen akibat
proses erosi, sehingga terpisahkan dari laut
dan sistem atmosfer. Saat ketebalan lapisan
sedimen ini melebihi puncak biomassa, panas
dan tekanannya meningkat dan reaksi kimia
yang terjadi membentuk minyak mentah dan gas
alami.
Baru sejak 150 tahun terakhir inilah kita
memiliki teknologi dan keahlian untuk menggali
simpanan minyak bumi yang terkubur sekian
lama ini. Minyak bumi, batu bara dan gas bumi
telah menjadi kebutuhan dasar manusia dan
telah mengubah dunia dengan cara yang tak
terbayangkan sebelumnya. Sektor industri,
transportasi, pertanian sangat diuntungkan
dengan tersedianya energi murah dan siap
pakai yang berlimpah. Ekonomi manusia dan
pertumbuhan populasi berkembang pesat
karena adanya energi ini. Namun semua ini
bukanlah tanpa resiko. Karbon dalam jumlah
besar yang awalnya terkunci rapat-rapat di dasar
bumi selama lebih dari 150 juta tahun kini
diangkat ke permukaan bumi dan dibebaskan
ke atmosfer sebagai karbon dioksida yang
merupakan hasil pembakarannya. Laju produksi
karbon dioksida jauh melebihi kemampuan
alami bumi mengikat gas ini. Kondisi inilah
yang merupakan kekuatan yang membuat
kita melewati masa Holocene menuju masa
Anthropocene, dunia baru yang berbahaya.
Kilang minyak dan gas di
Teluk Meksiko.
Batu bara.
Waktu: 2 juta tahun yang lalu
CO2: 180-300ppm
Saat ini
CO2: 387ppm dan terus bertambah
Tingginya laju erosi mengubur sisa-sisa fetid di dalam berlapis-lapis
sedimen yang mengurangi kadar CO2 atmosfer.
Bahan-bahan biologis ini selanjutnya menjadi minyak bumi, batu
bara dan gas yang kini merupakan bahan bakar pembangunan
masyarakat modern dan mengakibatkan kandungan CO2 meningkat
pesat.
perubahan iklim
167
Persamaan Energi
Beton, kaca dan baja merupakan bahan bangunan yang membentuk kota-kota modern.
Bentuk bangunan yang tinggi ini menggores gelapnya langit malam, mentransformasi tata
ruang dan menjadi simbol-simbol cemerlang dari kesejahteraan ekonomi kita. Semua ini
tidak mungkin terjadi tanpa menggunakan bahan bakar yang murah dan berlimpah. Minyak
bumi telah mendukung gaya hidup sebagian besar manusia yang telah menganggap hal ini
sebagai hal biasa, dan inilah yang telah membuat Cina, India dan ekonomi negara-negara
lain berlomba-lomba untuk memajukan masyarakatnya agar sejajar dengan dunia Barat.
Kombinasi pengaruh berkembangnya ekonomi negara maju dan munculnya raksasaraksasa ekonomi baru membuat kita membenturkan energi dengan masa depan iklim kita.
International Energy Agency’s (IEA) World Energy
Outlook 2007 menyajikan intisari dari dilema situasi
saat ini secara tepat:
India memberikan
contoh pada dunia
dengan rencananya
membangkitkan 20 giga
watt tenaga matahari
pada tahun 2020.
‘Kebutuhan energi global dengan minyak
bumi sebagai sumber utama diramalkan
akan meningkat, dan akan meningkatkan
emisi CO2 secara tajam dengan implikasi
yang dramatis di seluruh negara di dunia.
Cina dan India merupakan raksasaraksasa energi di masa depan yang
tidak berkelanjutan. Laju pertumbuhan
ekonomi Cina dan India tidak terbayangkan
sebelumnya, membutuhkan lebih banyak
energi dan berkembangnya kepentingan
mereka di perdagangan bahan bakar
internasional dengan tidak sadar akan
mengubah sistem energi global. Hal ini
akan mentransformasikan standar hidup
miliaran manusia. Keamanan energi dan
perubahan iklim merupakan masalah global
dan memerlukan pemecahan global pula.
Tantangan seluruh negara saat ini adalah
untuk segera memasuki masa transisi ke
arah sistem penggunaan energi yang lebih
sedikit mengeluarkan karbon, lebih aman,
tanpa berdampak buruk pada ekonomi dan
pembangunan sosial. Kita harus segera
berusaha keras untuk menempatkan diri kita
pada jalur penggunaan energi yang lestari.‘
Tiang-tiang listrik secara global
senantiasa membutuhkan energi.
168
terumbu karang dan perubahan iklim
Fakta dan gambar yang mendasari hal ini sangat
mencengangkan, seperti data proyeksi tahun
2005-2030 yang ditunjukkan IEA.
Dalam kurun waktu 25 tahun ke depan,
konsumsi bahan bakar yang berasal dari minyak
bumi untuk membangkitkan tenaga listrik dan
transportasi diramalkan meningkat sebesar
55%. Kita akan menggunakan/membakar energi
yang setara dengan 17.7 milyar ton minyak,
dibandingkan dengan 11.4 milyar ton yang kita
gunakan sekarang. Separuh dari peningkatan ini
digunakan untuk membangkitan tenaga listrik,
sementara seperlimanya menggunakan produkproduk bahan bakar yang sebagian besar
digunakan untuk transportasi.
Untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
bahan bakar ini akan dibutuhkan 22 triliun dolar
untuk investasi pembangkit energi, transmisi
dan jaringan distribusinya. Cina saat ini telah
memulai konstruksi pembangkit tenaga batu
bara setiap 10 hari dan akan melanjutkan
investasi sebesar $3.7 triliun untuk memenuhi
kebutuhan listriknya. Jumlah ini lebih besar dari
total yang diperlukan seluruh negara-negara
Asia. Pasokan batu bara akan meningkat
sebesar 25% untuk memenuhi kebutuhan global
dan 80% di antaranya digunakan di Cina dan
India.
Industri minyak dan gas bumi diperkirakan
harus melakukan investasi sebesar 5.4 triliun
dolar hingga tahun 2030 untuk memperbaharui
peralatan-peralatan lamanya agar bisa
2030
Emisi karbon - 42GT
Tingkat CO2 650ppm
memenuhi peningkatan kebutuhan energi
global. Energi ini terutama dibutuhkan untuk
transportasi. Prakiraan jumlah mobil dan truk
di jalan-jalan di seluruh dunia saat ini sekitar
900 juta. Jumlah ini diramalkan akan meningkat
menjadi 2.1 miliar pada tahun 2030, yaitu
sepertiga dari populasi bumi saat ini. Pada
tahun 2005, Cina memiliki kira-kira 22 juta
mobil dan truk kecil, yaitu 1 kendaraan untuk
setiap 50 orang. Pada tahun 2030 jumlah ini
akan mencapai 200 juta, atau satu untuk setiap
6 orang.
Contoh-contoh ini hanyalah sebagian dari
angka yang terdapat dalam Skenario Referensi,
yaitu satu dari tiga skenario yang digunakan
IEA untuk menghitung proyeksi energi. Dua
skenario yang lain adalah skenario ‘High
Growth’ atau Skenario Pertumbuhan Cepat,
dan skenario ‘Alternative Policy’ atau Skenario
Kebijakan Alternatif. Setiap skenario berisi
perhitungan emisi karbon dioksida dan suhu
oleh IPCC. Skenario Referensi digunakan oleh
pemerintahan dalam membuat kebijakannya
saat ini. Skenario Pertumbuhan Cepat memiliki
pertumbuhan kebutuhan energi 7% lebih tinggi
dari Skenario Referensi. Sementara Skenario
Alternatif berasumsi bahwa pemerintahan akan
melaksanakan skema reduksi polusi yang telah
direncanakan. Skenario Referensi maupun
Pertumbuhan Cepat merupakan skenario yang
tidak berkelanjutan dari sisi energi yang tersedia
maupun dari sisi iklim.
Kebutuhan yang tidak terpenuhi
Pada tahun 2030 pasokan bahan bakar minyak
dari negara-negara OPEC akan meningkat dari
42 menjadi 52% untuk memenuhi kebutuhan
global. Jumlah BBM yang diimpor oleh Cina dan
2005
Emisi karbon - 27GT
Tingkat CO2 387ppm
55% Peningkatan
2005 - 6.7Juta
2030 - 8.4 Juta
2005 - 900 Miliar
2030 - 2.1 Juta
Pertumbuhan tanpa kemakmuran
Iklim berhubungan sangat erat dengan energi masa depan kita. Pada saat
kebutuhan listrik dan bahan bakar transportasi diramalkan akan meningkat
sebesar 55% pada tahun 2030, konsentrasi CO2 global akan mencapai
lebih dari 650 ppm. Kemampuan ekosistem untuk mendukung populasi yang
diramalkan mencapai 8.4 miliar masih dipertanyakan.
Mtoe = ekuivalen dengan jutaan ton minyak
India akan meningkat sekitar 350% dari 5.4 juta
barel per hari pada tahun 2006 menjadi 19.1
juta barel per hari pada tahun 2030. Jumlah ini
jauh lebih besar dari jumlah total yang diimpor
Jepang dan Amerika saat ini.
Peningkatan kapasitas produksi kilang minyak
baru yang baru akan dicapai dalam lima tahun
ke depan tidak akan cukup untuk mengimbangi
penurunan produksi minyak dari kilang-kilang
lama, dan teori tentang puncak produksi
minyak akan menjadi kenyataan. Hal ini akan
menciptakan kekosongan dalam suplai BBM
dunia yang mengakibatkan terjadinya masa
krisis sekitar tahun 2015, dan menyebabkan
harga minyak dunia naik secara pesat. Jaminan
suplai, keamanan energi jangka panjang
dan dampak ekonomi selanjutnya (akibat
peningkatan harga minyak) akan mempengaruhi
seluruh bangsa yang mengkonsumsi minyak
bumi. Kondisi ini akan mempercepat
peningkatan efisiensi energi dalam sepuluh
tahun ke depan.
Masyarakat Australia
memproduksi lebih
banyak CO2 per kepala
dibandingkan negara lain
di dunia.
►
Penyulingan minyak pada malam hari.
perubahan iklim
169
Persamaan Energi
Total energi gelombang
di dunia dapat memasok
dua tera watt energi, dua
kali lebih banyak dari
konsumsi energi global
saat ini
Alasan kedua bahwa kondisi ini tidak dapat
dipertahankan adalah peningkatan emisi
karbon yang diakibatkannya. Cina menjadi
negara yang mengemisi karbon dioksida paling
besar pada tahun 2007. India merupakan
yang ketiga pada tahun 2015. Pada tahun
2030, emisi diperkirakan akan menjadi sekitar
42Gt, yaitu meningkat dari 25 Gt pada tahun
2005. Rusia, Amerika, Cina dan India memiliki
kontribusi dua pertiga dari peningkatan ini. 56%
dari peningkatan ini datang hanya dari Cina dan
India. Proyeksi jangka panjang suhu rata-rata
global meningkat menurut skenario referensi
dan skenario pertumbuhan cepat adalah 3-6°C
bila menggunakan perhitungan IPCC.
Menurut pandangan IEA, skenario referensi
dan skenario pertumbuhan tinggi memiliki
resiko yang sangat besar akibat perubahan
iklim yang diakibatkannya. Pendekatan
yang tidak terintegrasi antar negara di dunia
mengenai kebijakan iklim perlu diselaraskan
dan digabungkan dalam skala global. Harga
global dan jadwal reduksi emisi harus
ditetapkan untuk memberikan kepastian dan
stabilitas investasi pasar energi. Skenario
yang dipilih nantinya ialah skenario alternatif,
yang tidak hanya mengurangi resiko yang
berhubungan dengan perubahan iklim, namun
juga mengurangi tekanan terhadap kebutuhan
energi secara global.
Pada tahun 2030, 2.1 miliar mobil akan memenuhi
jalan-jalan di bumi.
Dalam skenario alternatif
Dalam skenario alternatif, emisi karbon
dipertahankan pada 550ppm. Nilai ini setara
dengan 34Gt CO2 pada tahun 2030 dimana
emisi memuncak pada negara-negara EOCD
pada 20Gt CO2 pada tahun 2015 dan kemudian
akan mulai menurun. Prakiraan ini didasarkan
pada peningkatan efisiensi energi, perubahan
struktural ekonomi dan penggantian sumber
energi. Cina dan India berperan besar untuk
mencapai target ini. Bila target emisi karbon
diturunkan menjadi 450ppm, emisi CO2 harus
mencapai puncaknya pada tahun 2012 dengan
nilai sekitar 30Gt, lalu menuruntajam hingga 23
Gt pada tahun 2030, yaitu 4Gt lebih rendah dari
nilai saat ini. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan
kepemimpinan dan pelaksanaan kebijakan
yang tegas dan berfokus pada usaha bersama
secara global. Bahan bakar harus digunakan
lebih efisien oleh industri, transportasi dan
pembangunan. Teknologi penangkapan
karbon dioksida dan penggunaan sumber
energi terbarukan dan energi nuklir perlu
dikembangkan.
Puncak produksi minyak
Pada tahun 1956, ahli geofisika perusahaan minyak Shell M.K. Hubert menyajikan tulisannya yang
meramalkan bahwa penurunan produksi minyak di Amerika akan mulai terjadi tahun 1970. Kurva
berbentuk bel berdasarkan perhitungan matematika yang rumit yang ditampilkannya mendapat
tantangan besar dari rekan-rekan sekerjanya. Barulah pada tahun 1971 terbukti bahwa perhitungan
Hubbert benar, karena saat itu Amerika mengalami pukulan besar karena pasokan bahan bakar
menurun dan mengakibatkan resesi global. Teori Hubbert lalu dikenal sebagai teori puncak bahan
bakar dan memiliki dasar yang kuat dalam industri minyak, karena penemuan-penemuan sumber
minyak tidak bisa mengimbangi peningkatan kebutuhan global.
Puncak produksi minyak akan terjadi, namun kapan itu akan terjadi belum dapat dipastikan
Sebagian ahli geologi yakin bahwa puncak produksi akan dilampaui tahun 2005. Sebagian
lagi memperkirakan puncak itu akan terjadi 10-15 tahun lagi, dan sebagian yang paling optimis
mengatakan tahun 2021. Apapun perkiraannya, kita saat ini sedang memasuki babak baru dalam
sejarah manusia. Pada babak selanjutnya kita harus menggunakan energi yang lestari, yaitu energi dari
sinar matahari, energi angin dan gelombang.
170
terumbu karang dan perubahan iklim
‘Terlalu banyak manusia yang mengharapkan
terlalu banyak dari sebuah planet’
Prof. Peter F. Sale - Ahli ekologi terumbu karang
Asisten Direktur, Institute for Water, Environment and Health of the United Nations University (UNU-INWEH),
United Nations University, Hamilton, Ontario, Canada
Fokus penelitian: Manajemen lingkungan pesisir yang berkelanjutan
Kita merupakan Homo sapiens, spesies manusia yang bijaksana. Manusia merupakan satusatunya makhluk di planet ini yang mampu melihat ke masa depan dan mampu memperkirakan
akibat-akibat dari kegiatan kita. Sayangnya, ternyata kita tidak semanusiawi yang kita kira, dan
kemampuan kita mengendalikan diri tidak cukup untuk menghindari akibat buruk perbuatan kita
sendiri. Saat ini jumlah spesies manusia sudah terlalu banyak – 6.6 miliar, dan akan berkembang
menjadi 9.2 miliar dalam 40 tahun ke depan.
Saat saya masih anak-anak di Bermuda, saya memiliki masker selam sehingga bisa melihat
makhluk-makhluk kecil karang di perairan laut yang dangkal. Saya masih ingat banyak sekali
ditemui ikan sersan, kepiting hermit, keong dan bintang laut. Saya memulai melakukan penelitian
tentang terumbu karang sebagai mahasiswa doktoral di Hawaii tahun 1964, dan sejak itu terumbu
karang, ikan karang di Australia dan Karibia menjadi sesuatu yang selalu melekat dalam pikiran saya.
Ikan yang
diperdagangkan
di pasar.
Sebagai seorang peneliti, saya mengetahui bahwa terumbu karang sangat diperlukan oleh produk-produk perikanan,
tourisme dan untuk proteksi pesisir pantai, dan bahwa terumbu karang menyangga kehidupan 25% dari spesies lautan
walaupun hanya menduduki kurang dari 0.1% dari wilayah laut dunia. Saya masih terpesona oleh kegiatan dan pergerakan
komunitas karang, serta betapa kompleksnya ekologi mereka. Karang merupakan sumber kekayaan keragaman ekologi, dan
tanpa terumbu karang kekayaan keragaman ini tidak bisa kita bayangkan. Sayangnya, saya juga mengetahui bahwa terumbu
karang mengalami perusakan yang mengkhawatirkan. Saya kuatir terumbu karang ini akan lenyap secara cepat sehingga
anak-anak yang sekarang di taman kanak-kanak akan berkembang tanpa mengenal terumbu karang. Oh, tentu saja akan
masih ada sedikit karang dan berbagai makluk hidup lain, namun banyak makhluk laut yang mengagumkan hanya akan bisa
dilihat dalam foto, gambar atau DVD yang makin lama makin memudar. Penyebabnya bukanlah perubahan iklim. Bukan
pula pengasaman laut atau penangkapan ikan yang berlebihan, polusi, atau pembangunan tourisme yang tidak baik. Yang
membunuh terumbu karang adalah kita sendiri. Jumlah manusia sudah terlalu banyak, dan kita mengharapkan sesuatu dari
sebuah planet yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan kita yang terus menerus bertambah.
Ironisnya, saat ini kita sebetulnya tahu bagaimana mempertahankan terumbu karang. Yang kita harus lakukan saat ini ialah
mengendalikan dampak lokal pada terumbu karang, dan pada saat bersamaan mengurangi dampak global terhadap iklim.
Kita juga perlu meninjau kembali berapa populasi manusia yang kita targetkan hidup di bumi ini. Kita telah dan sedang
melakukan pemunahan berbagai spesies lain di bumi. Kita harus berusaha keras menghindari terjadinya kepunahan dalam
sebuah ekosistem.
Pantai yang padat di Italia Selatan.
perubahan iklim 171
Selamat Datang ke Masa
Antroposen
Iklim bumi selama ini relatif stabil sejak awal masa Holosen sekitar 11 800 tahun yang lalu.
Ekosistem bumi mengalami evolusi dan beradaptasi dalam lapisan suhu yang dibentuk
oleh tingkat karbon dioksida antara 180-300ppm selama dua juta tahun terakhir. Penerima
nobel kimia tahun 2005, Paul J Crutzen, mengusulkan masa ini ditambahkan dengan
Antroposen, yaitu ‘masa yang dikuasai manusia’.
Dia meyakini bahwa titik awal masa Antroposen
ialah setelah pertengahan abad 18, pada tahun
James Watt menciptakan mesin uap berbahan
bakar batu bara pertama kali. Ini merupakan
awal revolusi industri dan bertepatan dengan
meningkatnya tingkat CO2 yang terjadi pada
pencatatan data es Vostok di Antarktika.
Kerusakan yang
tampak pada karang
merupakan tanda
peringatan agar kita
segera bertindak untuk
mengatasinya.
Dalam jangka waktu 200 tahun sejak
ditemukannya mesin uap Watt, kita telah
mengubah wajah planet bumi. Populasi kita
telah meningkat sepuluh kali lipat hingga
menjadi lebih dari 6 miliar, dan tidak ada satu
ekosistem pun yang belum tersentuh akibat ulah
manusia. Ekosistem darat dan laut makin lama
makin terpecah-pecah, dan dalam beberapa
Areal parkir jaman dulu.
kasus telah hancur sepenuhnya. Tambahan
tekanan dari hilangnya spesies predator yang
berukuran lebih besar, munculnya spesiesspesies invasive dan polusi telah menurunkan
keanekaragaman hayati dan melemahkan
sendi-sendi di dalam ekosistem.
Semua perubahan ini terjadi sebagai akibat dari
pembangunan ekonomi yang ditunjang oleh
tersedianya bahan bakar yang murah untuk
memenuhi kebutuhan energi kita. Akibatnya,
gas rumah kaca saat ini telah lebih tinggi dari
konsentrasi selama 2 juta tahun terakhir, dan
laju peningkatannya terus meningkat.
Areal parkir jaman sekarang.
Populasi manusia dunia diramalkan akan meningkat menjadi sedikitnya 9 miliar pada akhir abad ini.
S.M.
S.M.
S.M.
S.M.
S.M.
S.M.
S.M.
S.M. - Sebelum Masehi
A.D. - Sesudah Masehi
172
terumbu karang dan perubahan iklim
Suatu hari di pantai Wijk
aan Zee, Belanda.
Sementara kelembaman semakin terbentuk
dalam sistem iklim, laju perubahan di lapisan
suhu ekosistem mengambil alih seluruh tekanan
lainnya sehingga menjadi sangat kecil. Selain
terumbu karang, hutan hujan tropis serta alpin
dan wilayah kutub merupakan wilayah yang
paling terancam, karena sudah berada pada
kisaran suhu yang sangat mengkhawatirkan.
Beberapa wilayah dimana iklim mikro stabil
selama jutaan tahun dan menunjang hidup
keragaman hayati yang tinggi, akan terancam
pula.
Mengutip kata-kata Crutzen, kita sekarang
mengalami ‘terra incognita’ karena kita tidak
mengetahui sejauh mana alam akan bereaksi
akibat perubahan-perubahan yang telah kita
lakukan. Mungkin akan terjadi perubahan suhu
yang terlalu cepat untuk bagi suatu ekosistem
untuk beradaptasi atau melakukan migrasi,
sehingga laju kepunahan berbagai spesies akan
meningkat.
1804 - 1 Miliar
Kapankah populasi global
kita melewati titik yang tidak
berkelanjutan?
1960 - 3 Miliar
1989 - 5 Miliar
1999 - 6 Miliar
2050 - 9.1 Miliar
perubahan iklim 173
Memonitor Perubahan
Catatan sejarah biologi dalam kurun lebih dari 1000 tahun menunjukkan dokumentasi
cincin pohon, pemekaran bunga, munculnya tunas pertama pada musim semi, hingga
kedatangan tahunan burung-burung dan hewan yang bermigrasi. Catatan ini telah
membentuk bagian penting dari bukti-bukti yang digunakan para ilmuwan untuk
menentukan seberapa besar perubahan alam yang terjadi akibat perubahan suhu.
Data dari pohon
pinus tua Huon yang
berumur 1000 tahun
menunjukkan bahwa
suhu udara telah
meningkat selama
50 tahun terakhir.
Catatan-catatan ini lalu dikombinasikan dengan
pengetahuan mengenai kondisi biologi dan
rentang masing-masing spesies. Sebuah model
bisa dibangun untuk memberikan gambaran
yang tepat tentang bagaimana tumbuhan dan
hewan bereaksi terhadap perubahan suhu
lingkungan. Dalam berbagai kasus yang diamati,
perubahan yang terjadi di lapangan sejauh ini
cocok dengan model yang diramalkan. Halhal yang belum diketahui sebelumnya lambat
laun ditemukan dan dihubungkan dengan
komposisi ekosistem dalam berbagai rentang
iklim. Dengan mempelajari kondisi geologi
jaman dahulu kita bisa mengerti bagaimana
membentuk masa depan kita.
Pelajaran dari masa lalu
Paleoklimatologi memainkan peranan penting
dalam ilmu iklim, karena memberikan landasan
dalam menjawab pertanyaan penting dalam
membuat model iklim dan menjadi sumber
informasi tentang akibat yang mungkin terjadi
akibat perubahan suhu terhadap ekosistem di
masa depan.
Catatan sejarah suhu dan komposisi gas
atmosfer masa lalu tersimpan dalam
struktur cincin pohon, karang, es, danau dan
sedimen laut. Catatan ini melengkapi catatan
instrumental dari iklim kita selama ratusan
hingga ribuan tahun. Catatan ini memberikan
kecenderungan yang tidak terlihat dengan
catatan suhu yang kita lakukan saat ini, yang
sudah terdistorsi oleh kegiatan manusia dan
kekuatan alam. Dengan membandingkan data
yang dikoleksi sekarang dengan catatan fosil,
kita bisa mempelajari pengaruh iklim terhadap
perubahan struktur iklim ekosistem di masa
lalu. Salah satu kunci penting terletak pada
hubungan antara isotop oksigen.
Oksigen dalam bentuk gas memiliki dua bentuk
yang berbeda, yaitu oksigen dengan bobot
16 (oksigen-16, atau 16O), dan isotopnya yang
berbobot 18 (Oksigen-18, atau 18O). Konsentrasi
dari setiap bentuk ini ditentukan oleh suhu.
Dengan mengetahui rasio antara kedua bentuk
oksigen para ilmuwan bisa memperkirakan suhu
masa lalu. Kadar 18O yang tinggi mencerminkan
suhu yang lebih sejuk, sementara suhu yang
menghangat menunjukkan penurunan jumlah
18
O. Ahli paleoklimatologi menggunakan data
ini sebagai dasar penentuan kecenderungan
iklim kita di masa lalu dan proyeksi iklim di
masa depan.
Para ahli dendroklimatologi yang mempelajari
cincin pohon mengamati spesies yang
pertumbuhannya lambat, yang tumbuh pada
batas-batas kisaran alamiahnya. Cincin pohon
Penggalian potongan es di Antartika.
174
terumbu karang dan perubahan iklim
Sejarah penggunaan lahan dan hubungannya dengan karang
Ketebalan cincin batang pohon menunjukkan laju
pertumbuhannya.
ini awalnya dikalibrasikan terhadap catatan iklim
sekarang di daerah yang sama. Cuaca hangat
dengan curah hujan tinggi dicerminkan dengan
lingkaran cincin pohon yang tebal, sementara
musim kering dan dingin mengakibatkan
pertumbuhan tanaman terhambat dan
ketebalan lingkar cincin menipis. Jadi ketebalan
lingkar cincin pertumbuhan ini merupakan
indikator untuk memperkirakan terjadinya
perubahan suhu dan curah hujan dari tahun ke
tahun di daerah di mana pengambilan sampel
dilakukan. Tipe informasi ini menyajikan bukti
yang meyakinkan bahwa variasi iklim tidak
menyebar secara merata. Sebagai contoh, New
Zealand dan Tasmania, lingkaran cincin pohon
menunjukkan suhu cenderung menghangat,
sementara di Chili dan Argentina kecenderungan
itu tidak tampak.
Sampel karang bisa diartikan dengan cara yang
serupa, yaitu dengan mengamati kerangka
karbonat yang mengendap dalam lapisanlapisan yang mengalami variasi musiman
sesuai dengan perubahan suhu laut dan kondisi
cuaca lokal. Jumlah lapisan endapan ini bisa
dihitung dengan bantuan sinar X dan sinar ultra
violet untuk membedakan masa kekeringan
dan masa banjir. Masa banjir ditentukan dari
pancaran fluor di bawah sinar ultra violet dari
asam humik yang terperangkap di antara
lapisan yang mengendap akibat banjirnya
sungai-sungai purbakala. Isotop oksigen yang
tertanam di dalam struktur karang merupakan
proxi indikator dari suhu air laut dan perubahan
salinitas, dan memberikan informasi penting
untuk memperkirakan kecenderungan siklus El
Niño dan La Niña di wilayah tropis Pasifik.
Sampel es yang diambil dari berbagai tempat
seperti Andes Peruvian, Tibet, Greenland dan
Antartika menambah catatan yang ada hingga
lebih dari 600 ribu tahun di beberapa lokasi. ►
Garis pesisir Queensland telah mengalami perubahan yang dramatis
selama 150 tahun terakhir, dari lahan yang tertutup hutan alami dan
semak belukar menjadi lahan pertanian dan perkotaan. Daerah Mackay
merupakan daerah sentra produksi gula yang produktif sejak pembukaan
lahan pertama kali dilakukan tahun 1892. Daerah pantai hingga lepas
pantai Great Barrier Reef dipelajari untuk menghubungkan sejarah
perubahan penggunaan lahan dengan kualitas air dan kesehatan karang.
Salah satu metoda penelitian lapangan yang dilakukan ialah menggunakan
pengeboran karang (‘coral coring’).
Penggalian bagian dari kerangka karang besar yang berumur panjang
memberikan informasi yang berharga tentang perubahan lingkungan.
Catatan Barium pada karang di pantai Mackay tentang pengaruh daratan
Penginderaan jauh yang digunakan sejak tahun 1980an dan perunut geokimia
sedimen (Ba/Ca) dan unsur hara (skeletar d15N) yang canggih dari kerangka
terumbu karang merupakan metoda yang dipakai untuk mendeskripsikan
sejarah perubahan kualitas air dan ekosistem pantai Great Barrier Reef sejak
masa pendudukan Eropa (di Australia).
perubahan iklim
175
Memonitor Perubahan
Fosil karang di Australia
Barat.
Saat ini pemunahan
spesies terjadi pada
kecepatan yang belum
pernah terjadi sejak
terjadinya pemunahan
masal terakhir.
terdistribusi tidak merata di permukaan bumi.
Selama masa Emian, suhu global rata-rata
1-2°C lebih hangat dibandingkan suhu saat
ini. Belahan Bumi Utara 5°C lebih hangat,
sementara belahan Bumi Selatan relatif stabil
dan kemungkinan lebih sejuk. Hal ini terjadi
walaupun tingkat konsentrasi karbon dioksida
berkisar antara 180–300ppm, dan kondisi ini
bertahan selama sekitar 2 juta tahun yang lalu.
Catatan ini memberikan sekilas pengetahuan
tambahan tentang masa lalu kita dengan
menunjukkan komposisi gas atmosfer yang
terperangkat dalam gelembung-gelembung
udara dalam es. Konsentrasi gas seperti karbon
dioksida, metan dan nitro oksida ditentukan,
sehingga para ahli bisa memetakan variasi
alamiah yang ada pada iklim kita dahulu
kala. Informasi ini lalu dicocokkan dengan
catatan-catatan geologi, sehingga memberikan
gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana
ekosistem bumi bereaksi terhadap perubahan
iklim di masa lalu.
Kehidupan dalam biosfir kita telah berkembang
dalam kondisi perubahan jangka panjang yang
berulang dengan konsentrasi karbon dioksida
yang relatif rendah. Punahnya kehidupan
masal dalam catatan sejarah hanya terjadi jika
iklim berubah secara drastis. Ekosistem sulit
beradaptasi pada perubahan iklim yang terjadi
secara cepat . Dari catatan sejarah terlihat
bahwa ekosistem laut termasuk ekosistem
yang rentan akibat perubahan klim. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan permukaan air
laut yang diikuti dengan perubahan siklus unsur
hara dan konsentrasi oksigen terlarut di lautan
ketika iklim menjadi lebih hangat dan bergeser
dari glasial menjadi interglasial.
Masa lalu yang dalam
Data yang paling akurat adalah data yang
ditemukan selama 125 000 tahun terakhir
yaitu masa sebelum interglasial yang dikenal
sebagai masa Emian. Data tentang iklim pada
masa yang lebih tua lagi, yaitu yang lebih dari
sejuta tahun yang lalu, tidak terlalu jelas dan
tidak meyakinkan, namun tetap memberikan
gambaran tentang dinamika iklim global..
Salah satu pendorong utama perubahan
iklim ialah siklus orbit Milankovitch. Siklus ini
dapat menyebabkan terjadinya osilasi antara
periode es dan periode yang lebih hangat,
dan terjadi kira-kira setiap 100 000 tahun.
Kecepatan perubahannya di dalam iklim
membuat ekosistem bergerak ke arah kutub,
atau mendekati garis khatulistiwa. Pemunahan
spesies pernah terjadi, namun dalam skala
yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan
pemunahan berskala besar yang telah terjadi
sebelumnya. Catatan lingkungan menunjukkan
bahwa pada skala regional perubahan iklim
Terumbu karang telah mengalami kepunahan
akibat perubahan-perubahan yang terjadi di
masa lalu. Bukti kepunahan ini antara lain
dapat dilihat dari tebing-tebing batu gamping
di pegunungan Gualdelupe di Texas hingga
Canning Basin di Barat Laut Australia. Ekosistem
karang fosil merupakan karang murni, dan hal
ini yang membedakannya dengan terumbu
karang masa kini.
6,000
5,000
?
?
4,000
?
CO2
(ppm)
3,000
?
Tingkat karbon
dioksida (dalam ppm)
dan keberadaan
karang. Bar merah
vertikal menunjukkan
jeda karang setelah
lima kejadian
pemunahan masal.
?
?
?
2,000
?
1,000
Carbonif.
Ordovician Silurian Devonian
Permian
Triassic
500
Jurassic
Cretaceous
400
300
200
Millions
of years
ago tahun yang lalu
Bagaimana
dengan
jutaan
176
Cenozoic
Mesozoic
Palaeozoic
terumbu karang dan perubahan iklim
100
.
‘penting sekali untuk terus menerus
mengkampanyekan proses, deteksi dan
dampak perubahan iklim di Indonesia...’
’
Dr. Edvin Aldrian APU – Pemodelan iklim
Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Dosen Meteorologi Laut UI, Dosen Klimatologi Terapan IPB
Fokus Penelitian: Pemodelan iklim, interaksi laut atmosfer, siklus air serta karbon dan variabilitas iklim regional
Lahir di Jakarta dan berkembang dalam karir lapangan di bidang cuaca dan iklim
menjadikan saya tertarik untuk mendalami proses dan dinamika cuaca dan iklim
serta implikasinya pada siklus air di darat, atmosfer dan lautan. Mendalami ilmu
yang berbeda seperti teknik Fisika dari McMaster Canada, radar atmosfer di Nagoya
Jepang dan model iklim dari Max Planck Institute for Meteorology Jerman. Salah
satu topik yang menarik perhatian adalah riset hubungan iklim dan perubahannya
terhadap ekosistim dan dinamika laut. Salah satu topik riset yang juga menarik
perhatian adalah dinamika arlindo terhadap variabilitas iklim dan studi iklim
lampau. Studi arlindo dilakukan dengan memodelkan dinamika sirkulasi laut dengan
Terumbu karang yang di bor.
model iklim laut dan atmosfer, sedangkan penelitian iklim paleo dilakukan dengan
melihat variabilitas iklim dari proxy yang diambil dari hasil pengeboran terumbu karang di beberapa lokasi di wilayah
Indonesia. Dengan tugas yang diemban saat ini dan pengalaman berinteraksi dengan berbagai komunitas riset dan masyarakat,
secara terus menerus mengkampanyekan proses, deteksi dan dampak dari perubahan iklim yang terjadi di Indonesia.
Salah satu hasil kajian analisa baik dari observasi, pemodelan dan analisa menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan
suhu muka laut di wilayah Indonesia. Peningkatan suhu muka laut di wilayah laut Cina Selatan adalah 2,08°C dalam 100
tahun, sementara untuk jalur arlindo terjadi peningkatan suhu muka laut pada jalur arus lintas Indonesia sebesar 2.68°C,
0.84°C, 0.08°C, 1.8°C, 0.84°C dan 1.48°C dalam seratus tahun pada, berturut turut, Selat Makassar, Selat Lifamatola, Selat
Halmahera, Selat Lombok, Selat Ombai dan Selat Timor. Kajian uji statistik memakai metoda Empirical Orthogonal Function
menunjukkan bahwa mode utama dari variabilitas iklim laut dari suhu muka laut wilayah Indonesia adalah fenomena
pemanasan global yang ditandai dengan kontribusi peningkatan suhu muka laut dengan besar varians 45,1%.
Dampak dari peningkatan suhu muka laut terhadap ekosistim terumbu karang sangat nyata karena terumbu karang memiliki
rentang suhu laut yang nyaman untuk pertumbuhannya. Salah satu akibat nyata dari perubahan suhu laut adalah terjadinya
pemutihan terumbu karang (‘coral bleaching’) akibat matinya terumbu karang oleh perubahan suhu baik peningkatan atau
penurunan. Pada episode El Niño ekstrim, terjadi penurunan suhu yang drastis di lautan Indonesia hingga mencapai anomali
diatas 1°C. Peristiwa terumbu karang terutama terjadi pada kasus El Niño ekstrim dimana pendinginan suhu muka laut telah
mengakibatkan kematian terumbu karang yang meluas terutama di wilayah timur Indonesia.
Secara umum dampak pemanasan global dan perubahan iklim yang menggangu ekosistim terumbu karang adalah proses
pengasaman di laut dan kombinasi peningkatan paras muka laut dengan peningkatan instensitas siklon tropis. Pengasaman
di laut terjadi karena peningkatan emisi gas rumah kaca yang mengandung karbon dan jatuh bersama air hujan ke laut
dan karena limpahan limbah dari daratan. Saya dalam hal ini berkesempatan untuk melakukan penelitian buangan karbon
di beberapa sungai besar di Jawa dan Sumatera Selatan. Penurunan tingkat pH atau pengasaman akan mengakibatkan
kehilangan ion karbonat yang dibutuhkan oleh pengapuran di laut termasuk terumbu karang untuk membentuk kerangka
tubuhnya. Pertumbuhan siklon tropis intensitas tinggi akan mengganggu ekosistim dan menurunkan tingkat biodiversitas di
ekosistim terumbu karang.
perubahan iklim 177
Penemuan Ilmiah Terbaru
Bukti-bukti ilmiah meyakinkan para ilmuwan ternama di dunia untuk menyimpulkan
bahwa perubahan iklim sudah terjadi dan berdampak jelas dan terukur terhadap seluruh
ekosistem. Walaupun perubahan iklim masih dianggap sebagai masalah yang rumit dan
dampak masa depannya belum dapat dipastikan, telah disepakati secara global bahwa
perubahan iklim ini berhubungan langsung dengan aktivitas manusia.
IPCC saat ini
melakukan Kajian
Perubahan Iklim yang
dan hasilnya akan
dilaporkan pada
tahun 2012.
Peningkatan SDM
melalui (‘capacity
building’).
IPCC mengumpulkan setiap benang ilmu
untuk menjelaskan penyebab perubahan
iklim, dampak dan solusinya. IPCC merupakan
kerjasama ilmiah terbesar dalam sejarah
manusia. Penemuan IPCC selalu disampaikan
dengan hati-hati, konservatif dan diambil
berdasarkan kesepakatan. IPCC tidak
melakukan penelitian-penelitian sendiri. Satusatunya mandat IPCC ialah menjadi sumber
informasi yang objektif berdasarkan laporan
penelitian ilmiah yang dipublikasikan di jurnal
yang bisa dipercaya. Struktur pelaporan IPCC
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok
aspek keilmuan fisik (kelompok I), pengaruh,
adaptasi dan kerentanan (kelompok II), dan
mitigasi (kelompok III).
Setiap kelompok dipimpin oleh panelis-panelis
yang ahli dalam bidangnya. Ratusan ilmuwan
di setiap kelompok berasal dari berbagai
penjuru dunia. Seluruh kontributor ini pernah
mempublikasikan hasil penelitiannya dan
bekerja dalam kelompok untuk menulis,
memberi kontribusi dan melakukan tinjauan
pustaka ilmiah terhadap bagian-bagian spesifik
dari laporan IPPC. Bagian-bagian dari laporan
ini lalu dievaluasi oleh ratusan ilmuwan lain
dan oleh anggota dari pemerintahan. Proses ini
dilakukan secara transparan; dimana seluruh
komentar yang diperoleh tersedia untuk dibaca
oleh publik. Dengan demikian potensi terjadinya
bias bisa dihindari. Alasan inilah yang membuat
laporan aktual dan ringkasan teknis dari ketiga
kelompok ini menjadi dasar konsensus yang
berkredibilitas ilmiah tinggi.
Orang-orang yang skeptis terhadap
perubahan iklim kehilangan kredibilitas
Setiap kali suatu usul ilmiah baru dikemukakan
selalu ada yang mengatakan, ‘Kami tidak setuju
dan alasannya ialah…’ Hal yang kemudian
diperdebatkan adalah bagaimana kita
sebagai sebuah komunitas bisa bekerjasama
untuk mendapatkan jalan keluar. Kedua
pihak memiliki masing-masing argumen dan
bukti, namun bukti-bukti yang dikemukakan
seharusnya berdasarkan tinjauan sesama
ahli dan masing-masing pihak harus memberi
penilaian yang kritis satu sama lain.
Sebuah artikel yang dipublikasikan dalam jurnal
ilmiah atau buku telah melewati tahap evaluasi
oleh sedikitnya tiga ahli di bidang yang sama.
Sebagian besar artikel yang dikirim ke jurnal
ilmiah awalnya dikembalikan ke penulisnya
untuk dikoreksi kembali sesuai masukan
pada editor yang ahli di bidang tersebut. Bila
perbaikan artikel diterima, barulah artikel itu
dipublikasikan. Setelah tulisan dipublikasikan,
akan lebih banyak kritik yang muncul karena
hasil yang dilaporkan akan menjadi lebih
terbuka untuk dikritik dan dipertanyakan oleh
ilmuwan lainnya. Proses ini sangat ketat dan
kadang terasa berlebihan, namun hasilnya
menunjukkan bahwa memang isi ilmiahnya bisa
dipertanggungjawabkan dan diterima.
Ketidakpercayaan sekelompok orang terhadap
terjadinya perubahan iklim mirip dengan kondisi
178
terumbu karang dan perubahan iklim
masa lalu saat diyakini bahwa bumi berbentuk
datar, sementara banyak bukti yang dinyatakan
para ilmuwan bahwa bumi berbentuk bulat.
Terlalu banyak bukti dari berbagai cabang ilmu
yang menunjukkan bahwa perubahan iklim
sudah dan sedang terjadi. Setiap bukti yang
disajikan merupakan hasil penelitian bertahuntahun di laboratorium maupun di lapangan.
Mengapa orang-orang yang tidak percaya
pada perubahan iklim senantiasa mengajukan
argumentasi yang bertentangan? Salah satu
jawabannya adalah karena alasan popularitas.
Setiap orang akan senang kalau suatu argumen
kuat diajukan dan menunjukkan bahwa,
misalnya, perubahan iklim merupakan bagian
dari fluktuasi jangka panjang atau terjadi akibat
salah perhitungan. Namun tidak ada bukti ilmiah
meyakinkan yang mendasari pernyataan itu.
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa
pandangan orang yang skeptis terhadap perubahan
iklim ini hanya ditampilkan di wilayah publik seperti
media dan di internet. Kelompok ini menolak
pendapatnya dibahas oleh sesama ahli sehingga
kredibilitas pendapat ini patut dipertanyakan.
Kita mampu
menciptakan masa
depan yang lebih aman
bila kita paham tentang
hubungan antara
perubahan ekosistem,
masyarakat dan
ekonomi.
Penemuan IPCC
Perubahan sistem laut dan darat
•Terjadi perubahan sebaran habitat spesies
hewan dan tumbuhan menuju kutub.
•Fase-fase penting pada musim semi,
misalnya pertumbuhan daun, migrasi burung
dan penetasan telur akan terjadi lebih awal.
Di beberapa daerah, musim tanam menjadi
lebih panjang.
•Di banyak wilayah, pemanasan (suhu
lingkungan) mengubah struktur suhu dan
kualitas air di danau dan sungai.
•Peningkatan aliran permukaan dan puncak
musim semi yang lebih awal terjadi lebih
awal di banyak glasier dan danau yang
tertutup salju.
•Migrasi ikan lebih awal di sungai mulai
tampak, diiringi dengan perubahan jenisjenis alga, plankton dan jumlah ikan di laut
pada derah lintang tinggi.
Dari 29.000 data pengamatan yang diperoleh
dari 75 studi yang menunjukkan perubahan
sistem biologi dan fisika, lebih dari 89% di
antaranya secara konsisten menunjukkan
arah perubahan yang diduga terjadi akibat
pemanasan.
Jenis kelamin kura-kura yang baru menetas ditentukan
oleh suhu pasir dimana telurnya dibesarkan.
Pola cuaca yang ekstrim
•Lautan menjadi lebih bersih di daerah
lintang tengah dan tinggi, dan menjadi
lebih salin di perairan yang lintangnya lebih
rendah.
•Kekeringan yang lebih parah dan lebih
panjang sudah meluas sejak 1970,
terutama di daerah tropika dan sub tropika.
• Kondisi iklim yang ekstrim seperti curah
hujan yang sangat tinggi, telah terjadi di
banyak daerah, dan kondisi ini konsisten
dengan pemanasan global dan peningkatan
uap air di atmosfer.
•Proporsi terjadinya badai yang parah sejak
tahun 1970 di beberapa daerah terjadi lebih
besar dari yang disimulasikan dalam model
saat ini untuk periode itu.
Australia merupakan
daerah yang sering
mengalami kondisi
ekstrim. Tahun 2009
Victoria mengalami
kebakaran hutan
terburuk pada tahun
2009, sementara 62%
wilayah Queensland
mengalami banjir.
Peningkatan suhu permukaan darat dan laut
menyebabkan perubahan pola cuaca jangka
panjang di bumi ini menjadi nyata.
►
perubahan iklim
179
Penemuan Ilmiah Terbaru
Kecenderungan perubahan suhu
Rata-rata permukaan laut global
•Suhu rata-rata global telah meningkat
0.76°C sejak 1850 hingga 2005.
•Suhu wilayah Arktik telah meningkat lebih
dari dua kali lipat dari rata-rata global.
•Sejak 12 tahun terakhir, 11 di antaranya
merupakan yang paling hangat sejak
tahun 1850 (yaitu saat pengukuran mulai
dilakukan).
Peningkatan suhu yang terjadi ialah 0.2°C per
sepuluh tahun, sesuai dengan ramalan IPCC
tahun 1990.
Penutupan salju di belahan bumi Utara
(Juta km2)
Perbedaan dari tahun 1961 -1990
(Juta km2)
Suhu (ºC)
Suhu rata-rata permukaan global
Peningkatan suhu permukaan global
berhubungan dengan kenaikan permukaan
air laut dan penurunan penutupan salju di
belahan Bumi Utara.
Karbon dioksida (ppm)
Kekuatan radiasi (Wm-2)
Nitro oksida (ppb)
Kekuatan radiasi (Wm-2)
Metan (ppb)
Kekuatan radiasi (Wm-2)
Laju perubahan (10-3Wm-2yr-1)
Tahun
Waktu (sebelum 2005)
Peningkatan gas rumah kaca
• Konsentrasi tiga gas utama rumah kaca
telah meningkat secara nyata sejak masa
pra industri
• Laju pertumbuhan emisi telah meningkat
terus sebesar 1.9ppm CO2 per tahun selama
10 tahun terakhir
• Sumber utama adalah penggunaan bahan
bakar. Perubahan penggunaan lahan turut
memberikan kontribusi penting namun jauh
lebih kecil.
Peningkatan terbesar sudah terlihat selama
sepuluh tahun terakhir sejak pengukuran
terakhir dilakukan.
Waktu (sebelum 2005)
Perkiraan emisi gas rumah kaca selama lebih dari 20 000 tahun.
Gas Karbon dioksida (CO2)
Metan (CH4) Nitrogen oksida (N2O)
180
Masa pra-industri
280ppm
0.715ppm
0.270ppm
tahun 2005
379ppm
1.772ppm
0.319ppm
terumbu karang dan perubahan iklim
Pesawat terbang merupakah sumber emisi yang besar.
‘Perumahan, sawah dan tambak di Semarang
dan Pekalongan terancam terpapar air laut’
Dr. Ir. Subandono Diposaptono, M.Eng – Coastal Engineering
Direktur Pesisir dan Lautan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Perubahan iklim di Indonesia berdampak serius terhadap berbagai aspek kehidupan. Di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil misalnya, ada sekitar 8.000 desa dengan jumlah
penduduk sekitar 16 juta orang yang mengalami dampak perubahan iklim. Perubahan
iklim telah mengubah kenaikan muka air laut sebesar 5-10mm/tahun sehingga banyak
kawasan permukiman di pantai tergenang air laut (rob). Berdasarkan hasil penelitian
saya di Pekalongan, dengan mengasumsikan SLR 8mm/tahun, dalam 20 tahun ke depan
daratan pantai Pekalongan bakal terendam air laut akibat SLR 16cm. Dampaknya, ruas
jalan raya yang terpengaruh SLR mencapai sekitar 1,450km. Sekitar 1.590 rumah, 100
Erosi pantai di Kota Pekalongan.
hektar sawah, dan 110 hektar tambak bakal terpengaruh langsung oleh air laut yang
meluber ke daratan. Jika tak ada upaya serius untuk mengerem laju SLR, maka dalam 100 tahun ke depan, Pekalongan
makin parah. Luas genangan semakin bertambah karena SLR mencapai 80cm. Dampaknya, ruas jalan raya yang terpengaruh
SLR mencapai sekitar 4,16km dan sebanyak 6.860 unit rumah, 500 hektar sawah, dan 210 hektar tambak bakal terjangkau air laut.
Hal serupa juga terjadi di Semarang. Menurut penelitian saya, dengan mengasumsikan SLR di Semarang 8mm/tahun, dalam
20 tahun ke depan SLR di Semarang mencapai 16cm. Dampaknya lebih parah daripada kasus di Pekalongan, karena Semarang
merupakan ibukota Jawa Tengah yang menjadi pusat perekonomian dan perdagangan. Akibat SLR 16cm maka ruas jalan raya
yang bakal tergenang mencapai sepanjang 32,150km, dan sekitar 3.520 rumah, 64 hektar sawah, dan 2.150 hektar tambak
bakal terpengaruh air asin. Jika tak ada upaya untuk mengerem laju SLR maka dalam 100 tahun ke depan, SLR Semarang
mencapai 80cm. Dampaknya sungguh lebih memprihatinkan. Ruas jalan yang tergenang air laut sekitar 285km, dan sekitar
56.250 unit rumah, 437 hektar sawah, dan 2.860 hektar tambak bakal terkena pengaruh air laut yang meluber ke daratan.
Di sisi lain, kenaikan muka air laut juga mengakibatkan terumbu karang semakin sulit terjangkau cahaya matahari. sehingga
laju pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang terhambat. Perubahan iklim juga menyebabkan energi gelombang
meningkat sehingga erosi pantai (abrasi) kian besar dan yang menimbulkan sedimentasi. Jika sedimen ini menutupi terumbu
karang, ia akan sakit, bahkan mati.
Naiknya suhu air laut juga berdampak pada menurunnya kesehatan karang yang memucat (‘coral bleaching’). Studi saya di
Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) dan Karimunjawa (Jawa Tengah) memang menunjukkan belum terjadi coral bleaching. Namun
jika tak ada upaya serius untuk mengerem laju kenaikan suhu, karang yang memucat bisa saja terjadi di lokasi-lokasi tersebut.
Salah satu kunci paling efektif dalam menghadapi perubahan iklim adalah melakukan mitigasi dan adaptasi di seluruh aspek
kehidupan. Mitigasi bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kemampuan alam dalam menyerap
emisi gas tersebut. Sementara itu, adaptasi dapat menyesuaikan sekaligus mengambil manfaat dari dampak perubahan
iklim. Jadikan adaptasi menjadi bagian dari keseharian kita.
Abrasi di Semarang.
perubahan iklim 181
Mitigasi
Mengurangi tingkat emisi karbon global merupakan satu-satunya cara menghindari
terjadinya dampak yang lebih buruk dari perubahan iklim. Menetapkan target emisi jauh
lebih mudah dibandingkan bagaimana mencapainya, dan membutuhkan suatu usaha global
untuk memisahkan pertumbuhan ekonomi dari pembakaran minyak bumi. Satu-satunya hal
yang pasti ialah, kalau kita tidak bertindak sekarang – maka akan terjadi akibat-akibat yang
tidak kita inginkan di masa mendatang.
Hanya dua persen
dari produk domestik
kotor global dibutuhkan
untuk menstabilkan
iklim.
Kita saat ini dikelilingi oleh produk-produk
energi, mulai dari tulisan yang dicetak pada
halaman ini hingga baju yang kita sedang
kenakan, cat dinding, kursi atau sofa yang
kita duduki, cahaya lampu yang membuat
Anda bisa membaca tulisan ini. Keberadaan
seluruh barang-barang ini berhubungan dengan
produksi dan pasokan energi. Jumlah energi
yang kita pakai tergantung pada di negara mana
kita tinggal. Bila Anda membaca tulisan ini di
Australia atau di Amerika Serikat misalnya,
energi yang dibutuhkan untuk menunjang gaya
hidup Anda 10 kali lipat dari seseorang yang
hidup di Cina atau India. Seruan IEA untuk
mengadakan revolusi energi memiliki potensi
untuk mengubah cara hidup kita dengan cara
yang hampir tidak terbayangkan. Dibutuhkan
keseimbangan antara kelestarian lingkungan
dan pembangunan ekonomi. Yang satu tidak
bisa berlanjut tanpa keberadaan lainnya.
Resiko yang luar biasa besar
Kebanyakan negara hingga saat ini masih
mengambil sikap ‘menunggu dan melihat
perkembangan’ terhadap perubahan iklim.
Skenario-skenario yang diformulasikan oleh
IPCC pada tahun 2000 telah membuat model
iklim dengan sejumlah asumsi dasar. Namun
munculnya Cina dan India sebagai raksasa
ekonomi belum diperhitungkan dalam asumsi
‘Pernyataan bahwa ‘masa depan kesejahteraan manusia tergantung
pada seberapa berhasilnya kita menangani dua tantangan utama
energi saat ini’ bukanlah sesuatu yang dibesar-besarkan. Tantangan
ini antara lain mengamankan suplai energi yang terjangkau dan dapat
diandalkan, dan berubah secara cepat untuk mencapai sistem suplai
energi yang rendah emisi karbon, efisien dan ramah lingkungan. Saat
ini kita membutuhkan revolusi energi.’
IEA WEO2008
182
terumbu karang dan perubahan iklim
40% dari seluruh emisi karbon dihasilkan oleh kilangkilang berbahan bakar batu bara.
ini. Hanya baru-baru inilah para ilmuwan mulai
menyadari, bahwa kedua negara besar ini telah
mengubah perhitungan energi dan iklim global,
sehingga proyeksi emisi karbon yang dibuat
sebelumnya menjadi tidak sesuai lagi atau
menjadi terlalu konservatif.
61% dari total gas rumah kaca diproduksi akibat
pertumbuhan ekonomi yang menggunakan
minyak bumi, batu bara dan gas bumi. Produksi
barang dan jasa global diperkirakan akan
meningkat rata-rata 3.4% setiap tahun hingga
2030. Dengan kecenderungan yang terjadi
sekarang, konsentrasi karbon dioksida atmosfer
akan melampaui 900ppm dan ini berarti suhu
rata-rata global akan naik sekitar 6°C pada
tahun 2100. Kondisi ini lebih parah dari kasus
terburuk yang diramalkan IPCC, dan merupakan
kondisi yang tidak berkelanjutan dari segi
lingkungan, sosial dan ekonomi.
Bila saat ini kita tidak berbuat apa-apa
untuk menghadapi perubahan iklim – biaya
yang kelak harus kita keluarkan akan jauh
lebih mahal. Mitigasi, aplikasi kebijakan dan
teknologi yang mengurangi emisi karbon, ialah
salah satu dari dua bentuk kegiatan yang
dibutuhkan untuk menangani masalah ini. Hal
lain adalah adaptasi, yang harus kita mulai dari
sekarang. Keduanya (mitigasi dan adaptasi)
menghadapkan kita pada dua pilihan untuk
keberlangsungan iklim dan sumber energi kita
di masa mendatang. Pilihan pertama ialah, kita
maju dan bekerjasama sebagai satu komunitas
global dan melaksanakan persetujuan tingkat
emisi karbon di Copenhagen tahun 2009 dan
persetujuan selanjutnya. Pilihan kedua ialah,
kita terpaksa bereaksi di saat dampak iklim
ini sudah demikian parahnya sehingga tidak
mungkin diabaikan lagi.
Pemilihan target
Masing-masing negara telah membangun
kerangka kebijakan yang ditujukan untuk
mengurangi emisi karbon. Skema reduksi polusi
karbon di Australia merupakan salah satu dari
lebih 30 skema yang ada di dunia yang saat ini
dan berada pada berbagai tahap implementasi.
Perlu dibuat persetujuan global mengikat yang
melibatkan setiap negara dan wilayah besar
termasuk Amerika Serikat, Cina, India, Rusia dan
Uni Eropa agar target menghindari perubahan
iklim yang berbahaya dapat dicapai
Konsensus yang telah dicapai menentukan
target pemanasan global di bawah 2°C dan
450ppm CO2, yang secara luas didukung oleh
IPCC. Namun dengan tersedianya teknologi baru
saat ini, viabilitas dari tujuan ini dipertanyakan.
Pembangunan cepat fasilitas penangkapan
dan penyimpanan karbon (‘Carbon Capture
and Storage’ CCS), komponen utama dalam
perhitungan stabilisasi emisi pada tingkat
450ppm, baru akan tersedia paling cepat tahun
2020. Penggunaan CCS secara penuh di negera
maju dan di negara berkembang baru akan
terjadi sekitar tahun 2050. Dengan demikian
kita akan tertinggal jauh sekali.
Hal ini untuk menjaga agar emisi global stabil
pada tingkat 450ppm dalam jangka waktu lebih
panjang.
Ini melibatkan:
•22 CCS pembangkit berbahan bakar batu
bara (800MW)
•20 CCS pembangkit berbahan bakar gas
(500MW)
•30 reaktor nuklir (1000MW)
•2 dam berkekuatan 3 Gorges
•400 Combustion Heat Power plants (40MW)
•17000 turbin angin (3MW)
•Sumber energi terbarukan lain (dengan total
energi yang disuplai sebesar 10GW)
Teknologi energi
terbarukan sudah
tersedia sekarang. CCS
dalam skala komersial
paling cepat baru akan
tersedia tahun 2030.
Proposal yang saat ini diajukan oleh beberapa
negara, seperti Kanada, Inggris dan Australia
berfokus pada penetapan usaha jangka panjang
untuk menstabilkan target kadar CO2 sebesar
550ppm, dan peningkatan suhu rata-rata
global sebesar 3°C. Skenario alternatifnya
adalah bahwa kandungan 550ppm, bukan
450ppm, merupakan skenario terburuk. Nilai
ini merupakan puncak emisi, bukan tingkat
stabilisasi. Pembangunan dan penggunaan
teknologi CCS dan teknologi lainnya akan
menurunkan kadar CO2 hingga di bawah
450ppm dalam jangka panjang. Setiap
penundaan dari reduksi CO2 akan memaksa kita
membuat terobosan yang lebih besar lagi pada
akhir abad ini.
Jalan mana pun yang kita tempuh, peningkatan
emisi karbon ini telah membuat kita
Tenaga angin dan
menghadapi resiko perubahan iklim yang lebih
gelombang merupakan
tinggi, dan tidak ada jaminan bahwa titik balik
solusi-solusi dari mitigasi
tidak akan tercapai.
► emisi karbon.
IEA melukiskan titik ini dengan menggunakan
pembangunan tenaga alternatif tambahan yang
harus dilakukan Cina dan India tahun 2030.
perubahan iklim
183
Mitigasi
Menuju stabilisasi
Pada tahun 2004, Stephen Pacala dan
Robert Socolow dari Universitas Princeton
mempublikasikan tulisannya tentang
pendekatan mitigasi emisi karbon dalam skala
besar dan tulisan ini diterima oleh akademisi
maupun pemerintah. Pacala dan Socolow
menunjukkan bahwa reduksi emisi karbon
bisa dicapai dengan melakukan perubahan
kebijakan dan peraturan pemerintah.
Pencapaian ini juga ditunjang oleh penerapan
teknologi konvensional dan teknologi maju
dalam skala industri dalam kurun waktu
50 tahun. Tidak ada solusi tunggal untuk
mengurangi emisi karbon. Namun serangkaian
kebijakan dan pilihan teknologi dapat
diterapkan walaupun tingkat keberhasilannya
berbeda- beda di berbagai negara.
Dibutuhkan tindakan nyata untuk menyadarkan masyarakat, dari
kebiasaan mengkonsumsi bahan bakar sehari-hari menuju stabilisasi
tingkat karbon dioksida di atmosfer. Setiap langkah menuju stabilisasi
setara dengan pengurangan satu mega ton CO2.
Terdapat 15 teknologi yang dapat memecahkan
sebagian masalah ini. Beberapa diantaranya
ini bisa digunakan segera, dan negara-negara
yang memulainya lebih awal akan diuntungkan.
Tingkat kesuksesan tiap negara akan berbedabeda karena masing-masing memiliki masalah
teknis, politis dan ekonomi yang perlu
diselesaikan oleh masyarakat industri dan
pemerintahan, serta memerlukan dukungan
dari masyarakat secara keseluruhan.
Pelajaran singkat dari masa lalu
Pada tahun 1970 dan 1980an orang mulai kuatir tentang air tanah,
air sungai dan pesisir yang terkontaminasi oleh polusi industri dan air
limbah. Hal ini membangkitkan tekanan publik yang mengubah kebijakan
pemerintah dan perundang-undangan. Perusahaan wajib menjaga kualitas
air buangan dari fasilitas produksinya. Konsep bahwa ‘yang menyebabkan
polusi harus membayar’ diperkenalkan, dan perusahaan yang
menimbulkan polusi dihukum. Akibatnya perusahaan besar mulai mencari
solusi pembersihan air limbah dan meningkatkan efisiensi penggunaan air
dalam proses industrinya.
Industri pelayanan, teknologi dan keahlian-keahlian baru dikembangkan
untuk menemukan solusi masalah-masalah lingkungan, karena perusahaan
ingin memenuhi kewajiban mereka dari sisi perundang-undangan. Masalah
yang terjadi pada tahun 1970 dan 1980-an ini kini jarang terdengar di
negara maju. Ini menunjukkan bahwa kombinasi Undang-undang, hukum,
dan insentif kebijakan mampu membuat perubahan berskala besar.
184
terumbu karang dan perubahan iklim
Produksi minyak bumi dan gas menyumbang 6% dari
total emisi gas rumah kaca global.
Pilihan-pilihan yang bisa diambil
Berbagai strategi yang ada untuk mengurangi laju emisi karbon.
Pilihan
1. Kendaraan bermotor yang efisien
2. Kurangi penggunaan kendaraan bermotor
3. Bangunan-bangunan yang efisien
4. Pabrik-pabrik dengan bahan bakar batu bara yang efisien
5. Bahan bakar gas untuk (menggantikan) batu bara
6. Menangkap CO2 pada baseload pabrik
7. Penangkapan CO2 di kilang H2
8. Penangkapan CO2 pada kilang
(batu bara menjadi BBM sintetik)
Simpanan geologi
9. Tenaga nuklir untuk menggantikan tenaga batu bara
10. Tenaga angin untuk menggantikan tenaga batu bara
Text too Long
11. Tenaga matahari untuk menggantikan tenaga batu bara
12. Fuel-cell bertenaga H2 untuk menggantikan bahan bakar
13. Bahan bakar nabati untuk menggantikan minyak bumi
14. Mengurangi penggundulan hutan, dan penghutanan
kembali serta penghijauan
Pengolahan tanah konservasi
Keterangan, hal-hal yang perlu diperhatikan
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
Ukuran mobil, tenaga
Disain kota, transportasi masal, bekerja jarak jauh
Insentif kurang/sedikit
Bahan-bahan canggih dan tahan suhu tinggi
Persaingan untuk mendapatkan gas alami
Sudah ada teknologi yang bisa digunakan untuk produksi H2
Keamanan H2, infra struktur
Meningkatkan emisi CO2 bila BBM sintetik diproduksi tanpa
CCS. Penyimpanan yang tahan lama bisa dilakukan
Tempat penyimpanan yang cocok tersedia
Pengembangan penggunaaan tenaga nuklir, terorisme, limbah
Lahan bisa digunakan untuk berbagai fungsi, karena kincir
angin ditempatkan jauh satu sama lain.
g
g
g
g
Biaya produksi tenaga matahari
g
Reversibilitas, pengujian
Keamanan penggunaan H2, infra struktur
Biodiversitas, kompetisi penggunaan lahan
hibrida
hemat bahan
bakar.
KebutuhanTaxi
lahan
untukyang
pertanian
menguntungkan
bagi
biodiversitas karena mengurangi penggundulan hutan
Diadaptasikan dari Stephen Pacala dan Robert Socolow.
Uji CCS sudah dimulai di beberapa negara, misalnya
Australia, Cina dan Jerman.
Bangunan-bangunan yang efisien: tenaga
angin di World Trade Centre di Bahrain.
Proyek-proyek reforestasi merupakan
bagian penting dari ‘pasar’ karbon.
Perbaikan teknologi penggunaan sinar matahari
mengurangi biaya energi alternatif
perubahan iklim
185
186
terumbu karang dan perubahan iklim
Jika kita terus seperti ini ...
terumbu karang hanya akan menjadi
pelajaran sejarah
Kita semua telah berkontribusi terhadap peningkatan emisi karbon.
(inset) Kelak yang tersisa ialah reruntuhan terumbu karang dan sedikit karang yang masih hidup.
perubahan iklim
187
Download