berita meso - Badan Pengawas Obat dan Makanan

advertisement
No. ISSN : 0852-6184
No. ISSN : 0852-6184
Volume 25 No. 2
November 2007
Buletin
BERITA MESO
Informasi Efek Samping Obat
Pusat MESO Nasional
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Daftar Isi
Informasi Regulatori:
Pembatalan Ijin Edar dan Penarikan Produk yang mengandung Clobutinol HCl dari Peredaran
2
Informasi Aspek Keamanan Obat:
Rosiglitazone: Efek Samping Kardiovaskular
3
Metoklopramid: Peningkatan Laporan Gejala Ekstrapiramidal – Penggunaan Pada Anak-anak Diperketat 4
Labelling Update:
Interaksi Obat: Ceftriaxone dengan Calcium
4
Laporan kasus di Indonesia:
Carbamazepin
Amoksisilin + Paracetamol + Asam Mefenamat
5
5
5
Editorial
Berita MESO edisi ini hadir dengan menyajikan informasi regulatori yang perlu sejawat simak yaitu
mengenai pembatalan izin edar dan penarikan dari peredaran produk yang mengandung Clobutinol HCl
(Silomat Compositum dan Silomat Elixir). Keputusan ini diambil karena adanya informasi terkini terkait
keamanan penggunaan obat ini pada kardiovaskular. Hasil uji pre-klinik dan uji klinik kembali produk yang
sudah lama beredar ini, menunjukkan bahwa Clobutinol HCl mempunyai potensi efek samping
perpanjangan interval QT (QT Prolongation) yang dapat memicu Torsade de pointes. Walaupun belum ada
laporan efek samping tersebut oleh Pusat MESO Nasional, namun keputusan ini merupakan bagian dari
keputusan global dan produsen yang bersangkutan telah mengembalikan ijin edar produk tersebut kepada
Badan POM.
Informasi lain yang juga perlu sejawat ketahui adalah informasi aspek keamanan beberapa obat yang
mengemuka belakangan ini, antara lain tentang rosiglitazone terkait efek samping pada kardivaskular;
metoklopramid terkait peningkatan laporan gejala ekstrapiramidal pada anak-anak, sehingga perlu
diwaspadai penggunaan obat ini pada anak-anak.
Pada bagian ’Labelling Update’ edisi kali ini, menyajikan informasi tentang interaksi obat antara
ceftriaxone dan obat yang mengandung calcium, dimana terdapat beberapa laporan efek samping fatal
terkait hal tersebut. Oleh karena itu, kiranya informasi ini jangan sampai sejawat lewatkan.
Pada bagian akhir, disajikan 2 (dua) kasus laporan efek samping obat yang diterima oleh Pusat MESO
Nasional pada tahun 2007, untuk menjadi perhatian juga bagi teman sejawat sekalian.
Kritik dan saran dari sejawat sangat bermanfaat bagi pengembangan program MESO dan dalam rangka
melindungi kesehatan masyarakat Indonesia.
Redaksi
Berita MESO
Vol. 25, No. 2, November 2007
INFORMASI REGULATORI
Pembatalan Ijin Edar dan Penarikan dari Peredaran
Produk Mengandung Clobutinol Hidroklorida
Clobutinol hidroklorida adalah antitusif non-opioid yang diberikan secara
oral dengan mekanisme kerja sentral. Produk mengandung clobutinol
hidroklorida mulai dipasarkan di seluruh dunia sejak tahun 1961. Di
Indonesia, produk ini disetujui beredar pertama kali pada tahun 1987
setelah melalui proses evaluasi terhadap keamanan, efikasi dan mutu oleh
Komite Nasional Penilai Obat Jadi (Komnas POJ) Badan POM.
Obat jadi yang mengandung clobutinol hidroklorida yang terdaftar di
Indonesia adalah Silomat Compositum dan Silomat Elixir.
Informasi terbaru terkait aspek keamanan clobutinol hidroklorida diperoleh
dari uji pre-klinik dan klinik kembali produk ini yang dilakukan oleh
produsennya di Jerman yaitu Boehringer Ingelheim. Hasil uji pre-klinik dan
klinik tersebut menunjukkan hal yang konsisten tentang potensi efek
samping perpanjangan interval QT yang dapat memicu terjadinya Torsade
de Pointes. Uji pre-klinik dan klinik tersebut dilakukan berdasarkan
rekomendasi dari regulatory authority Jerman setelah evaluasi terhadap
laporan 2 kasus Torsade de Pointes yang diterima melalui sistim pelaporan
spontan (spontaneous reporting).
Menindaklanjuti hal tersebut di atas, dengan alasan keamanan, pihak
produsen di Jerman secara sukarela dengan segera melakukan penarikan
terhadap produk tersebut dari peredaran di seluruh dunia, termasuk di
Indonesia dan PT. Boehringer Ingelheim Indonesia telah mengembalikan
nomor ijin edar produk tersebut kepada Badan POM.
Dalam kaitan ini, maka Badan POM menerbitkan surat keputusan
pembatalan ijin edar dan penarikan dari peredaran produk mengandung
clobutinol hidroklorida kepada pemegang ijin edar yang bersangkutan.
Pemantauan aspek keamanan obat di Indonesia secara terus-menerus
dilakukan oleh Badan POM dalam rangka melindungi masyarakat.
Pustaka:
1.
Data Badan POM
-1-
Berita MESO
Vol. 25, No. 2, November 2007
efek samping serangan jantung dan
heart-related deaths pada pasien
yang menggunakan obat ini.
Informasi
Aspek Keamanan Obat
ROSIGLITAZONE:
EFEK SAMPING KARDIOVASKULAR
Rosiglitazone merupakan antidiabetik
oral
yang
bekerja
dengan
meningkatkan sensitivitas insulin.
Rosiglitazone mengontrol glikemia
dengan
mengurangi kadar insulin
dalam sirkulasi darah.
Di Indonesia, terdapat 2 (dua) jenis
sediaan obat, yaitu dalam bentuk
tunggal rosiglitazone dan kombinasi
rosiglitazone dengan metformin atau
rosiglitazone dengan glimepiride.
Indikasi yang disetujui untuk sediaan
tunggal
rosiglitazone
adalah
digunakan sebagai adjuvant pada diet
dan exercise dalam
mengontrol
glikemia pada pasien diabetes melitus
tipe 2. Sedangkan indikasi yang
disetujui untuk sediaan kombinasi
bersama metformin atau glimepiride
adalah untuk mengontrol glikemia
pada pasien diabetes melitus tipe 2
yang tidak bisa diatasi dengan
rosiglitazone tunggal atau metformin
dengan dosis maksimum atau pasien
yang membutuhkan rosiglitazone dan
glimepiride.
Informasi aspek keamanan terbaru
rosiglitazone menunjukkan potensi
efek samping pada cardiovascular.
Hal ini didasarkan pada safety data
yang diperoleh dari suatu pooledanalysis of controlled clinical trials
(42 randomized controlled clinical
studies),
menunjukkan
adanya
peningkatan secara signifikan risiko
Namun, informasi tersebut berbeda
(kontradiktif) dengan hasil long term
clinical trials sebelumnya yang
pernah dilakukan baik yang telah dan
belum dipublikasikan (antara lain
RECORD: the Rosiglitazone Evaluated
for Cardiac Outcomes and Regulation
of Glycaemia in Diabetes Study dan
DREAM: the Diabetes Reduction
Assessment
with
Ramipril
and
Rosiglitazone Medication Study).
Oleh karena itu US FDA menerbitkan
informasi untuk dokter maupun
pasien
yang
menganjurkan
peningkatan
kewaspadaan
penggunaan rosiglitazone kepada
pasien
yang
telah
diketahui
mempunyai penyakit jantung dan
sedang menggunakan obat ini, harus
berkonsultasi dengan dokter yang
merawatnya
untuk
berdiskusi
alternatif pengobatan lain. Beberapa
regulatory authorities di negara lain
juga mengambil langkah serupa,
seperti EMEA (di Eropa) dan Health
Canada (di Canada).
Sehubungan dengan hal tersebut di
atas, Badan POM menyampaikan
informasi
ini
dalam
rangka
peningkatan kewaspadaan teman
sejawat Health Professional terhadap
kemungkinan
efek
samping
kardiovaskular terutama pada pasien
dengan penyakit kardiovaskular yang
sedang mengkonsumsi rosiglitazone,
meskipun belum ada laporan efek
samping tersebut di Indonesia. Peran
serta
teman
sejawat
tenaga
kesehatan dalam pelaporan efek
samping obat kepada Badan POM akan
sangat membantu dalam pelaksanaan
-2-
Berita MESO
Vol. 25, No. 2, November 2007
pemantauan atau monitoring, dalam
rangka memberikan perlindungan
yang optimal kepada masyarakat.
Pustaka:
1. FDA News, U.S. Food and
Administration,
21
May
(www.fda.gov)
Drug
2007
pertama untuk mual yang disebabkan
oleh kemoterapi yang emetogenik
karena efikasi yang lebih baik dan
kejadian efek samping yang lebih
sedikit daripada metoklopramid.
Pustaka:
1. WHO Pharmaceuticals
No.2, 2007
2. WHO Pharmaceuticals Newletter, No. 3,
2007.
Newsletter,
2. Data Badan POM
-----------------------------
3. Data Badan POM
LABELLING UPDATE
-----------------------------
METOKLOPRAMID:
PENINGKATAN LAPORAN GEJALA
EKSTRAPIRAMIDAL – PENGGUNAAN
PADA ANAK- ANAK DIPERKETAT
INTERAKSI OBAT
CEFTRIAXONE DENGAN CALCIUM
Medicines Evaluation Board (MEB) di
Belanda
membatasi
penggunaan
metoklopramid
pada
anak-anak
karena meningkatnya jumlah laporan
gejala
ekstrapiramidal
pada
pemakaian metoklopramid pada anakanak.
MEB
mengatakan
metoklopramid
hanya
digunakan
untuk pengobatan mual dan muntah
berat
yang
tidak
diketahui
penyebabnya, atau jika pengobatan
dengan obat lain tidak efektif atau
tidak
memungkinkan.
MEB
mengatakan ada alternatif lain yang
lebih baik daripada metoklopramid,
misalnya,
domperidon
yang
merupakan pilihan dalam mengobati
mual muntah setelah operasi pada
anak-anak.
Domperidon
juga
merupakan obat
pilihan dalam
mengobati migrain pada anak-anak
(indikasi yang disetujui di Belanda)
karena risiko efek ekstrapiramidal
lebih rendah dibandingkan dengan
metoklopramid. Mirip dengan itu,
antagonis reseptor 5-HT3 (misal:
ondansetron) merupakan obat pilihan
Ceftriaxone merupakan antibiotik
golongan cephalosporin spektrum luas
terhadap bakteri gram positif dan
gram negatif. Informasi keamanan
terkini menyebutkan bahwa terdapat
beberapa laporan kasus efek samping
fatal terkait penggunaan bersama
ceftriaxone dengan sediaan yang
mengandung
calcium.
Terdapat
laporan kematian pada bayi/neonatal
dimana penggunaan bersama kedua
obat
tersebut
menyebabkan
presipitasi pada paru-paru dan ginjal.
Pada beberapa kasus, dilaporkan
bahwa
obat
yang
mengandung
calcium
diberikan
pada
waktu
pemberian dan rute administrasi yang
berbeda dengan ceftriaxone. Oleh
karena itu, sebaiknya ceftriaxone
tidak diberikan kepada bayi/neonatal
yang mengalami hyperbilirubinaemia,
khususnya bayi prematur.
Dalam hal ini, Badan POM telah
meminta kepada pemegang ijin edar
ceftriaxone untuk melakukan revisi
informasi pada brosur tentang aspek
keamanan
tersebut.
Informasi
labelling yang telah di-update antara
-3-
Berita MESO
Vol. 25, No. 2, November 2007
lain menyebutkan bahwa ceftriaxone
tidak dianjurkan untuk digunakan
secara bersamaan dengan obat lain
yang mengandung calcium, meskipun
dengan
rute
pemberian
yang
berbeda.
Produk
obat
yang
mengandung calcium tidak boleh
diberikan dalam jangka waktu 48 jam
setelah
pemberian
terakhir
ceftriaxone.
Kiranya informasi aspek keamanan
obat
tersebut
di
atas
dapat
meningkatkan kewaspadaan sejawat
sekalian
dalam
memberikan
pengobatan yang terbaik bagi pasien.
Pustaka:
1. WHO Pharmaceuticals Newsletter, No.4,
2007
2. Data Badan POM
-----------------------------
Laporan Efek Samping Obat
di Indonesia
1. Carbamazepin
Seorang wanita, suku Sunda, usia 27
tahun dengan berat badan 50 kg,
penderita epilepsi, diberikan tablet
carbamazepin (100 mg) 2 kali sehari 1
tablet. Setelah minum obat selama 12
hari
timbul
purpura,
ptekhie,
ekhimosis , sugulasi pada wajah,
leher, dada dan punggung, bokong
dan menyebar ke seluruh tubuh
disertai nyeri menelan, nyeri buang
air kecil dan buang air besar yang
didiagnosa sebagai Stevens Johnson
Syndrom.
Penggunaan
obat
dihentikan, 10 hari kemudian pasien
sembuh, namun pada laporan tidak
disebutkan
pengobatan
yang
diberikan dalam mengatasi
samping obat tersebut.
efek
Berdasarkan hasil evaluasi Panitia
MESO Nasional, hubungan kausal
antara carbamazepin dengan Stevens
Johnson Syndrom pada kasus ini
adalah probable.
2. Amoksisilin + Paracetamol +
Asam Mefenamat
Seorang laki-laki, suku Sunda, usia 37
tahun dengan berat badan 55 kg,
menderita infeksi saluran pernapasan
bagian atas, diberikan amoksisilin 500
mg
3 kali sehari 1 tablet,
paracetamol 500 mg 3 kali sehari 1
tablet, asam mefenamat 500 mg 3
kali sehari 1 tablet. Pasien datang ke
rumah sakit karena pada hari ke 3
setelah pemakaian obat timbul
makula eritema dan skuama yang
terasa gatal pada hampir seluruh
tubuh. Penggunaan obat dihentikan,
kesudahan ESO tidak diketahui, dan
pada
laporan tidak
disebutkan
pengobatan yang diberikan untuk
mengatasi ESO tersebut.
Berdasarkan hasil evaluasi Panitia
MESO Nasional, hubungan kausal
antara penggunaan bersama obat
Amoksisilin + Paracetamol + Asam
Mefenamat
pada
kasus
adalah
certain.
Kedua laporan kasus efek samping
obat yang diterima Pusat MESO
Nasional
ini
dapat
menjadi
pengalaman teman sejawat.
Pustaka:
Data Badan POM
-4-
--------------------------
APA YANG PERLU DILAPORKAN ?
Setiap kejadian yang dicurigai sebagai efek samping akibat obat perlu dilaporkan. Laporan tidak harus
didasarkan atas kepastian seratus persen adanya hubungan kausal antara efek samping dengan obat.
Bila Saudara menemukan reaksi yang masih diragukan hubungannya dengan obat yang digunakan,
adalah lebih baik dilaporkan daripada tidak sama sekali.
REAKSI-REAKSI APA YANG SEYOGYANYA DILAPORKAN ? :
Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat obat. Terutama efek samping yang selama ini
tidak pernah / belum pernah dihubungkan dengan obat yang bersangkutan .
Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat interaksi obat.
Setiap reaksi efek samping serius, antara lain :
v Reaksi anafilaktik
v Diskrasia darah
v Perforasi usus
v Aritmia jantung
v Seluruh jenis efek fatal
v Kelainan congenital
v Perdarahan lambung
v Efek toksik pada hati
v Efek karsinogenik
v Kegagalan ginjal
v Edema laring
v Efek samping berbahaya seperti sindrom Stevens Johnson
v Serangan epilepsi dan neuropati
- Setiap reaksi ketergantungan
Sebagai contoh klasik adalah yang berkaitan dengan obat golongan opiat; walaupun demikian
berbagai obat lain dapat menimbulkan reaksi ketergantungan fisik dan atau psikis
APA PERANAN LAPORAN EFEK SAMPING OBAT (ESO) SAUDARA ?
Setiap laporan ESO yang diterima dievaluasi oleh Badan POM sebagai Pusat MESO Nasional untuk
menentukan hubungan kausal produk obat yang dicurigai dengan efek samping yang dilaporkan,
menggunakan kriteria yang telah ditetapkan.
Indonesia telah tercatat sebagai negara anggota dalam kegiatan WHO-UMC Collaborating Centre for
International Drug Monitoring. Untuk itu laporan ESO di Indonesia yang diterima oleh Pusat MESO
Nasional dari Saudara, akan dikirim ke “Pusat Monitoring Efek Samping Obat Internasional” (WHO-UMC
Collaborating Centre), di Uppsala, Swedia. Data ESO dari seluruh dunia yang dikirimkan termasuk dari
Indonesia, selanjutnya akan masuk dalam data base Pusat MESO Internasional. Drug Regulatory
Authorities (DRAs) dari negara-negara anggota saling bertukar menukar informasi berkaitan drug safety
melalui e-mail Vigimed Lists.
Laporan efek samping yang dikaji/evaluasi sesuai derajat/tingkat kegawatan efek samping dan/atau
insidens atau hal lain, hasilnya dapat berbentuk saran serta tindak lanjut terhadap kasus yang
bersangkutan oleh pihak regulatori, dan dipublikasi di dalam bulletin BERITA MESO. Pusat MESO
Nasional sangat mengharapkan dan menghargai peran aktif untuk berpartisipasi di dalam kegiatan
MESO dengan cara mengirimkan laporan efek samping produk terapetik yang Saudara jumpai.
DEWAN REDAKSI BERITA MESO
Dra. Lucky S. Slamet, MSc.; Drs. Suara Murtjana; Dr. Suharti K.S., SpFK; Dr. Armen Muchtar, SpFK; Dr. Hedi
Rosmiati, SpFK; Drs. Hary Wahyu T; Dra. Tuning Nina D; Dra. Engko Sosialine M; Dra. Erwi Adini; Dra. Umma
Latifah; Dra. Warta Br. Ginting; Siti Asfijah Abdoellah, SSi. MMedSc (Clin Epid); Megrina Dian A, SSi; Diamayasa
Putri, SFarm.
Alamat Redaksi BERITA MESO
Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik & PKRT
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Jl. Percetakan Negara No. 23 Kotak Pos No. 143 JAKARTA 10560
Telp : (021) 4245459; 4244755 ext. 111 Fax : (021) 4243605; 42883485
e-mail : [email protected] atau [email protected]
-6-
PUSAT MESO NASIONAL
Direktorat Pengawasan Distribusi
Produk Terapetik & PKRT
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI
Jl. Percetakan Negara No. 23 Kotak Pos No. 143 Jakarta 10560
Tlp. (021) 4245459 ; 4244755, ext 111
Fax: (021) 4243605 ; 42883485
Email : [email protected]
-7-
Download