senyawa Zn-dialkylditiokarbamat rantai pan

advertisement
DENSITY FUNTIONAL THEORY DALAM SINTESIS,
KARAKTERISASI, DAN PREDIKSI APLIKASI.
KASUS: SENYAWA Zn-DIALKYLDITIOKARBAMAT RANTAI
PANJANG
MOHAMMAD KHOTIB
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFROMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Density Functional Theory dalam
Sintesis, Karakterisasi, dan Prediksi Aplikasi. Kasus: Senyawa ZnDialkilditiokarbamat Rantai Panjang adalah karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2010
Mohammad Khotib
NIM G452050011
RINGKASAN
MOHAMMAD KHOTIB. Density Functional Theory dalam Sintesis,
Karakterisasi, dan Prediksi Aplikasi. Kasus: Zn-Dialkilditiokarbamat Rantai
Panjang. Dibimbing oleh ZAINAL ALIM MAS’UD dan H.M. ANWAR NUR.
Senyawa alkilditiokarbamat merupakan senyawa organosulfur, yang dalam
bentuk terkoordinasi dengan logam memililki aplikasi luas, misalnya dibidang
otomotif sebagai zat tambahan pelumas. Sintesis kompleks logam
alkilditiokarbamat rantai panjang belum mendapatkan perhatian sehingga
diperlukan suatu kajian metode sintesis dan karakterisasi sifat-sifatnya. Sumber
alkil rantai panjang dapat berasal dari minyak sawit atau minyak nabati lainnya.
Sumber alkil rantai panjang akan terjamin keberlangsungannya karena Indonesia
merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar kedua setelah malaysia. Selain
itu, pemanfaatan ini juga menjadi khasanah pengembangan produk turunan dari
minyak sawit, selain sebagai minyak goreng, bahan baku sabun, surfaktan, dan
biodiesel.
Penggunaan instrumentasi dalam identifikasi mekanisme reaksi dan
optimalisasi geometri struktur akan membutuhkan waktu lama dan biaya yang
besar. Penggunaan kimia komputasi (kimia kunatum) menjadi bagian terintegrasi
dalam mengidentifikasi mekanisme reaksi, optimimisasi geometri struktur dan
sifat senyawa kimia dengan cepat dan hasil yang mendekati percobaan sehingga
mengefisienkan waktu penelitian dan mendapatkan terobosan yang efektif dalam
penjelasan mekanisme, molekul, sifat, fungsi, dan target-target yang lain. Langkah
dalam mengintegrasikan kimia komputasi/kimia kuantum, dalam hal ini Density
Functioal Theory (DFT), merupakan aplikasi dari manajemen sains seperti
diilustrasikan dalam Gambar 1.
Kasus yang dipelajari dalam penelitian ini adalah senyawa Zndialkilditiokarbamat rantai panjang yang berfungsi sebagai aditif pelumas
(antifriksi dan antiwear) dengan sifat superlubricity. Kimia
kuantum
yang
digunakan dalam mempelajari mekanisme sintesis, karekterisasi, dan prediksi
aplikasi dari senyawa target adalah Density Functional Theory (DFT) dengan
level/metode B3LYP menggunakan basis set 6-31G*. Kajian sintesis Zndialkilditiokarbamat rantai panjang dimulai dengan mempelajari sintesis Zndibutilditiokarbamat. Reaktan dalam sintesis Zn-dibutilditiokarbamat adalah
dibutilamina, CS2, NaOH dan ZnCl2. Sintesis Zn-dibutilamina diawali dengan
serangan nukleofilik dari atom N dibutilamina pada atom karbon dari CS2. Hasil
perhitungan DFT metode B3LYP dengan basis set 6-31G* menunjukkan bahwa
orbital HOMO dibutilamina simetri dengan orbital LUMO dari CS2 dan transfer
elektron terjadi dari dibutilamina ke CS2. Selain melalui pendekatan HOMOLUMO, reaktivitas juga dapat dilihat dari potensial elektrostatik dan muatan
parsial Mulliken. Potensial elektrostatik dibutilamina sebesar -83,68 kJ/mol
member gambaran bahwa densitas elektron yang besar disekitar atom nitrogen
sehingga dapat berfungsi sebagai nukleofilik. Muatan parsial Mulliken terbesar
pada senyawa dibutilamina terdapat pada atom nitrogen sehingga serangan
elektrofilik dimulai pada atom nitrogen (dibutilamina sangat potensial berfungsi
sebagai nukleofilik). Rendemen yang diperoleh dari sintesis Zn-dibutilamina
sebesar 90.02%.
RENCANA
MANAJEMEN KLASIK
MANAJEMEN SAINS
PERCOBAAN I
KIMIA KUANTUM (DFT)
TIDAK
SESUAI
PREDIKSI LANGKAH &
TARGET
PERCOBAAN II
PEMBUKTIAN LANGKAH
TIDAK
SESUAI
PERCOBAAN III
SESUAI
SENYAWA DENGAN SIFAT & FUNGSI
YANG DITARGETKAN
Gambar 1 Ilustrasi penggunaan DFT untuk mendapatkan senyawa dengan fungsi
yang ditargetkan
Pola sintesis Zn-dibutilditiokarbamat digunakan untuk mensintesis Zndialkilditikarbamat rantai panjang, dalam hal ini Zn-dipalmitilditiokarbamat.
Sintesis Zn-dipalmitilditiokarbamat diawali dengan sintesis amida sekunder dari
palmitilamina dan palmitoilklorida. Rendemen yang diperoleh dalam sintesis
amida sekunder ini sebesar 90.91%. Hasil perhitungan DFT metode B3LYP
dengan basis set 6-31G* menunjukkan bahwa reaksi pembentukan amida melalui
asilklorida dan amina primer bersifat eksoterm (energi reaktan lebih tinggi dari
pada energi produk). Berdasarkan perhitungan DFT, pembentukan amida
sekunder ini terjadi melalui serangan nukleofilik dari amina primer ke atom
karbon karbonil dari asil klorida, karena adanya kesesusaian secara simetri antara
orbital HOMO dari amina primer (sumber elektron) dan orbital LUMO dari asil
klorida. Amida sekunder yang diperoleh direduksi menjadi amina sekunder
menggunakan LiAlH4. Rendemen yang diperoleh dari reduksi amida sekunder
(dipalmitilamida) menjadi dipalmitilamina sebesar 47.5%. Dipalmitilamina
direaksikan dengan CS2, NaOH dan ZnCl2 menghasilkan senyawa Zndipalmitilditiokarbamat dengan rendemen sebesar 66.49%.
Produk sintesis yang diperoleh diidentifikasi menggunakan FTIR dan
HPLC. Pengukuran FTIR yang diperoleh dibandingkan dengan hasil perhitungan
dan menunjukkan bahwa hasil pengukuran dan perhitungan DFT terhadap rasio
intensitas dan bilangan gelombang dari senyawa Zn-dibutilditiokarbamat tidak
berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil optimasi geometri DFT
metode B3LYP basis set 6-31G* menunjukkan Zn-dibutilditiokarbamat berbentuk
tetrahedral seperti yang diperoleh dari hasil pengukkuran XRD dengan sudut
ikatan S-C-S 116.85O dan hasil kristalografi sebesar 117.8(5)O. Panjang ikatan
hasil analisis kristalografi sinar X antara atom S-C dalam struktur Zndibutilditiokarbamat sebesar 0.1704-0.1725 nm. Hasil perhitungan dengan DFT
sebasar 1.691-1.692 nm (senyawa mono inti) dan 1.683-1.743 nm (senyawa dua
inti).
Perkiraan sifat dan aplikasi dari produk yang diperoleh (Zndialkilditiokarbamat) sebagai aditif pelumas (antiwear dan antifriksi) didasarkan
pada nilai chemical hardness dan elektronegativitas absolut. Pembanding yang
digunakan adalah Mo-dialkilditiokarbamat (antifriksi yang sangat baik, antiwear
yang kurang baik dibandingkan Zn-DTP) dan Zn-dialkilditiofosfat (antiwear yang
sangat baik, antifriksi yang kurang baik dibandingkan Mo-DTC). Hasil
perhitungan DFT metode B3LYP dengan basis set 6-31G* terhadap Zndialkilditiokarbamat (C4-C18) diperoleh nilai elektronegativitas absolute yang
lebih rendah dari pada Mo-Dialkilditiokarbamat, yang berarti memiliki
kemampuan antifriksi Zn-dialkilditiokarbamat. Nilai hardness yang diperoleh dari
perhitungan DFT lebih besar dari pada senyawa Zn-ditiofosfat, yang berarti
memiliki kemampuan antiwear yang lebih rendah. Berdasarkan nilai
elektronegativitas
absolute
dari
perhitungan
DFT,
senyawa
Zndialkilditiokarbamat termasuk kategori superlubricity yang dapat bekerja dalam
sistem boundary lubricant.
Kata kunci: DFT, Zn-dialkilditiokarbamat, chemical hardness, elektronegativitas,
antiwear, antifriksi
ABSTRACT
MOHAMMAD KHOTIB. Density Functional Theory in Synthesis,
Characterization, and Application Application Prediction. Case : Long Chain ZnDialkyldithiocarbamate. Under direction of ZAINAL ALIM MAS’UD and H.M.
ANWAR NUR.
Coordination compounds of dialkyldithiocarbamate have broad applications,
e.g.
automotive
lubricant
additives.
Coordinated
long
chain
dialkyldithiocarbamate was studied to obtain the better anti-friction and anti-wear.
Integration of computation chemistry e.g. density functional theory used to
identify reaction mechanisms, to optimize geometry of structure, and to estimate
properties of compounds. The aim of this study was to obtain long chain
complexes Zn-dialkyldithiocarbamate, to examine their structures, and to estimate
their applications using Density Functional Theory methods (DFT). Long chain
Zn-dialkyldithiocarbamate was synthesized through reaction between ZnCl2,
NaOH, CS2 and secondary amine during 24 hours in room condition. Secondary
amine was obtained from LiAlH4 reduction of amide 2o during 24 hours in
nitrogen atmospheric. Reaction of long chain amine 1o and long chain
acylchloride was used to obtain amide 2o. DFT and instrumentation (FTIR and
HPLC) was used to study of mechanism, structure elucidation and its application.
The results showed the synthesis of Zn-dibutyldithiocarbamate, dipalmitilamide,
dipalmitilamine, Zn-dipalmitildithiocarbamate yields are 90.02%, 90.91%, 47.5%,
and 66.49% respectively. The ratio of intensity and wave number for Zndibutyldithiocarbamate from FTIR spectra and DFT calculations wasn’t
significantly different at 95% confidence level. According to DFT calculation
(B3LYP/ 6-31G*), the carbon-sulfur bonds in Zn-dibutyldithiocarbamate have an
average length of 0.1683-0.1743 nm and the ligand “bite” angle S-C-S has a mean
value of 116.85o. This result indicates a tetrahedral-shaped Zndibutyldithiocarbamate. Lubricant additives (anti-wear and anti-friction)
properties of Zn-dialkyldithiocarbamates was estimated by chemical hardness and
absolute electronegativity. Lower electronegativity value is better anti-friction,
and lower chemical hardness is better anti-wear. Anti-friction ability of Zndialkyldithiocarbamate is better than Mo-dialkyldithiocarbamate, while anti-wear
ability is lower than Zn-dialkiydithiophosphates. Based on electronegativity
absolute value of DFT calculations, the Zn-dialkyldithiocarbamate is categorized
as superlubricity that can perform in the boundary lubricant system.
Key word: DFT, Zn-dialkyldithiocarbamate, chemical hardness, absolute
electronegativity, anti-wear, anti-friction
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
DENSITY FUNTIONAL THEORY DALAM SINTESIS,
KARAKTERISASI, DAN PREDIKSI APLIKASI.
KASUS: SENYAWA Zn-DIALKYLDITIOKARBAMAT
MOHAMMAD KHOTIB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Kimia
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Tesis
Nama
NIM
: Density Functional Theory dalam Sintesis, Karakterisasi dan
Prediksi Aplikasi. Kasus : Zn-Dialkilditiokarbamat Rantai
Panjang
: Mohammad Khotib
: G452050011
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Zainal Alim Mas’ud, DEA
Ketua
Prof. (Emeritus). Dr. Ir. M. Anwar Nur, M.Sc
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Kimia
Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS
Tanggal Ujian:
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S
Tanggal Lulus:
Judul Tesis
Nama
NIM
: Density Functional Theory dalam Sintesis, Karakterisasi dan
Prediksi Aplikasi. Kasus : Zn-Dialkilditiokarbamat Rantai
Panjang
: Mohammad Khotib
: G452050011
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Zainal Alim Mas’ud, DEA
Ketua
Prof. (Emeritus). Dr. Ir. M. Anwar Nur, M.Sc
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Kimia
Prof. Dr. Dra. Purwatiningsih, MS
Tanggal Ujian:
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
dengan judul Density Functional Theory dalam Sintesis, Karakterisasi, dan
Prediksi Aplikasi. Kasus: Zn-Dialkilditiokarbamat Rantai Panjang dapat selama
12 bulan mulai Maret 2009 sampai maret 2010 bertempat di Laboratorium
Terpadu IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian karya ilmiah ini, antara lain Dr. Zainal Alim Mas’ud, DEA
dan Prof. (emeritus) Dr. Ir. H. M. Anwar Nur, M.Sc selaku komisi pembimbing,
kepada Prof. Dr. Ir. Latifah K Darusman, MS selaku Ketua Program Studi Kimia
Sekolah Pascasarjana IPB, kepada Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS selaku
Ketua Departemen Kimia IPB, dan kepada Dr. Dyah Iswantini, M.Agr selaku
Kepala Bagian Kimia Fisik Departemen Kimia IPB. Terima kasih kepada segenap
staf dan pegawai di Laboratorium Terpadu IPB dan Departemen kimia yang telah
memberikan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Sekolah
Pascasarjana IPB.
Terima kasih juga diungkapkan khusus kepada istri tercinta Gina Libria
Nadjamoeddin, S.Si, kedua ananda Shafa Raissa Salma dan Marwah ‘Ilmi Ihsani,
keluarga besar Mi’ad Ihsan dan keluarga besar Drs. Hamid Nadjamoeddin (alm.)
yang selalu mendo’akan dan memberikan semangat serta dorongan dalam
penyelesaian karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
teman-teman Pascasarjan Kimia 2005 khususnya Tedi Kurniadi beserta istri dan
Asep Syafurrohman atas dukungannya. Semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat, Amiin.
Bogor, Agustus 2010
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bangkalan pada tanggal 18 Oktober 1978 sebagai anak
pertama dari lima bersaudara, anak pasangan Mi’ad Ihsan dan Sumani.
Pendidikan sarjana (S1) ditempuh di Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 2002 sebagai
sarjana sains. Penulis bekerja di Laboratorium Terpadu IPB pada tahun 2002sekarang dan menjadi Dosen Kimia, Departemen Kimia IPB pada tahun 2005sekarang. Tahun 2005 penulis melanjutkan studi program Pascasarjana Kimia di
Institut Pertanian Bogor.
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS
Prof. Dr. Dra. Purwatingsih, MS
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.............................................................................................
Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiv
PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................................
Tujuan Penelitian .........................................................................................
Manfaat Penelitian .......................................................................................
Hipotesis Penelitian ......................................................................................
1
3
3
4
TINJAUAN PUSTAKA
Kompleks Alkil Ditiokarbamat ...................................................................
Kajian Struktur dan Sifat Kompleks Alkil ditiokarbamat .........................
Density Functional Theory(DFT) ...............................................................
Aplikasi DFT dalam sintesis .......................................................................
Aplikasi DFT dalam penentuan struktur.....................................................
5
7
8
13
15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian .....................................................................
Bahan dan Alat Penelitian ...........................................................................
Sintesis N-palmitilpalmitoilamida (reaksi Schotten-Baumann)................
Sintesis dipalmitilamina...............................................................................
Sintesis Kompleks Zn-Dialkilditiokarbamat Rantai Panjang....................
Identifikasi Keberhasilan Sintesis ...............................................................
Metode komputasi kimia .............................................................................
20
20
20
21
21
21
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sintesis Senyawa Zn-Dibutilditiokarbamat ................................................
Sintesis Senyawa Zn-Diakilditiokarbamat Rantai Panjang .......................
Penentuan Struktur .......................................................................................
Perkiraan Aplikasi Senyawa Kompleks......................................................
23
30
36
40
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan .......................................................................................................
Saran .............................................................................................................
45
46
DAFTAR PUSTKA ..........................................................................................
47
LAMPIRAN ......................................................................................................
50
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 puncak serapan penting dari spektrum IR pada senyawa alkildithiokarbamat
7
2 Metode/fungsional yang digunakan dalam DFT ...........................................
13
3 Nilai geseran kimia hasil analisis NMR dan perhitungan DFT...................
17
4 Parameter struktur yang terpilih dengan XRD dan
perhitungan teori (panjang ikatan) ............................................................................
18
5 Perbandingan hasil pengamatan dan perhitungan vibrasi molekul
dari senyawa pirazolin ....................................................................................
19
6 Nilai Energi hasil perhitungan DFT metode BLYP dengan basis set 6-31G*
25
7 Perubahan entalpi dan energi bebas Gibbs reaksi pembentukan
ditiokarbamat dan Zn-dibutilditiokarbamat ..................................................
26
8 Muatan parsial dari dibutilamina hasil perhitungan DFT menggunakan
metode B3LYP dengan basis set 6-31G* ......................................................
30
9 Nilai EHOMO, ELUMO, Gap energi, dan Hardness Hasil perhitungan DFT
metode BLYP dengan basis set 6-31G* ........................................................
36
10 Ringkasan peak IR dari reaktan sampai produk dalam
sintesis Zn-dialkilditiokarbamat ...................................................................
39
11 Nilai Chemical hardness, elektronegativitas absolute, dan
softness dari Zn-DTC, Zn-DTP dan Mo-DTC yang dihitung
berdasarkan DFT B3LYP dengan basis set 6-31G* ...................................
42
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Ilustrasi penggunaan DFT untuk mendapatkan senyawa dengan
fungsi yang ditargetkan ...................................................................................
3
2 Struktur senyawa kompleks dari logam dengan
bilangan oksidasi 2 (MCl2) .............................................................................
6
3 Struktur senyawa kompleks dari logam
dengan bilangan oksidasi 3 (MCl3) ................................................................
6
4 Alur sintesis kompleks logam timah dialkilditiokarnbamat .........................
6
5 Penjelasan LDA (Koch W & Holthausen Max C. 2001)..............................
12
6 Bentuk anion 4-Methyl-1-thioxo-1,2,4,5-tetrahydro
[1,2,4] triazolo[4,3-a] quinazolin-5-one dan kontur HOMO-nya...............
15
7 Struktur kimia Spartein N-oksida (1-3) dan Isospartein N-oksida (4).........
17
8 Stuktur pirazolin teroptimalisasi secara geometri menggunakan DFT ..................
18
9 Optimalisasi geometri dari 2,4-dimethylphenyl ............................................
19
10 Struktur Zn-dibutildithiokarbamat binuclear...............................................
23
11 Struktur Zn-dibutilditiokarbamat dengan single nuclear yang lain ...........
23
12 Reaksi pembentukan senyawa Zn-dibutilditiokarbamat .............................
24
13 Visualisasi orbital HOMO dan LUMO dari dibutilamina (a),
orbital LUMO CS2 (b), orbital LUMO dibutilamina (c), dan
orbital HOMO dari CS2 (d) ...........................................................................
27
14 Ilustrasi reaksi sikloadisi Diels-Alder berdasarkan pendekatan
HOMO-LUMO (a) orbital simetris sehingga reaksi terjadi
(b) orbital tidak simetris sehingga reaksi tidak terjadi..................................
28
15 Perbedaan potensial elektrostatik (a) dimetilamina, (b) dimetileter
(c) metilfluorida ..............................................................................................
29
xiv
Halaman
16 Potensial elektrostatik dibutilamina hasil perhitungan DFT menggunakan
B3LYP dengan basis set 6-31G* .................................................................
29
17 Skema reaksi pembentukan amida mengikuti
reaksi Schotten-Baumann .............................................................................
31
18 Orbital molekul HOMO-LUMO dari amina primer dan asilklorida
hasil perhiungan DFT metode B3LYP dengan basis set 6-31G* ..............
32
19 Profil energi pembentukan amida sekunder dari amina primer
dan asilklorida .................................................................................................
33
20 Orbital HOM dan LUMO dari LiAlH4 dan amida ......................................
34
21 Skema reduksi amida sekunder menjadi amina sekunder ..........................
34
22 Profil energi HOMO-LUMO dari ZnCl2 dan Na-dialkilditiokarbamat
(alkil = C4, C6, C8, C12, dan C16)..............................................................
35
23 Sebaran data rasio intensitas terhadap bilangan gelombang hasil
pengukuran FTIR spectrometer dan perhitungan DFT
metode B3LYP dengan basis set 6-31G* ....................................................
37
24 Kromatogram HPLC senyawa dibutilamina dan Zn-dibutilditiokarbamat
38
25 Kromatogram HPLC fraksi metanol hasil purifikasi
senyawa Zn-dibutilditiokarbamat.................................................................
38
26 Kromatogram dipalmitilamina dan Zn-dipalmitilditiokarbamat ................
40
27 Reaksi asam-basa tribokimia Zn-Ditiofosfat, proses pembentukan
Fe/Zn fosfat yang lambat (reaksi asam basa keras), dan
proses pembentukan FeSx yang cepat (reaksi asam basa lunak) ...............
41
28 Pengaruh panjang rantai dalam kation imidazolium terhadap friksi..........
43
29 Pengaruh panjang rantai alkil dari kation imidazolium terhadap
nilai hardness & elektronegativitas hasil perhitungan DFT
metode B3LYP dengan basis set 6-31G* ....................................................
44
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Diagram alir penelitian sintesis senyawa kompleks alkilditiokarbamat ......
51
2 Data Rendemen Zn-dibutilditiokarbamat, Palmitilpalmitoilamida,
Dipalmitilamina, dan Zn-Dipalmitilditiokarbamat .......................................
52
3 Spektrum FTIR dibutilamina, ditiokarbamat dan Zn-dibutilditiokarbamat
53
4 Spektrum FTIR heksadesilamina dan dipalmitilamida .................................
53
5 Spketrum FTIR dipalmitilamina dan Zn-dipalmitilditiokarbamat ...............
54
6 Spektra IR dibutilamina hasil perhitungan DFT metode B3LYP
dengan basis set 6-31G* .................................................................................
55
7 Spektra IR dibutilditiokarbamat hasil perhitungan DFT
metode B3LYP dengan basis set 6-31G* ......................................................
56
8 Spektra IR Zn-dibutilditiokarbamat hasil perhitungan DFT
metode B3LYP dengan basis set 6-31G* ......................................................
57
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Senyawa ditiokarbamat merupakan senyawa organosulfur, yang dalam
bentuk terkoordinasi dengan logam memiliki aplikasi luas. Aplikasi senyawa ini
dibidang otomotif sebagai zat tambahan pelumas, bidang pertanian digunakan
sebagai pestisida (insektida dan fungisida), bidang geologi sebagai akselarasi
dalam vulkanisasi, dan bidang farmasi sebagai antioksidan (Kaludjerovic et. al
2002) dan contrast agent dalam meningkatkan resolusi MRI (Hermann et al
2008). Logam ditiokarbamat heterosiklik berpotensi sebagai pestisida dan
antioksidan misalnya potassium (1,1-dioxothiolan-3-yl)-dithiocarbamate efektif
sebagai fungisida selektif (Vasiliev & Polackov 2000). Dalam bidang biologis,
kompleks Zn dengan ligan NCS2 dijadikan model secara struktur dan spektroskopi
dalam sisi pengikatan logam dalam sejumlah protein metallotreonina dan
metalloregulatori.
Grossiord et al (1998) dalam Asthana P (2006) menyatakan bahwa metilenbis-(di-n-butilditiokarbamat) merupakan aditif antiwear yang sangat baik dan
memiliki sifat antioksidan yang baik. Senyawa ini digunakan pada gear oils dan
pelumas gemuk. Molibdenum ditiokarbamat sangat baik sebagai antiwear dan
memiliki sifat mengurangi friksi sehingga disebut friction modifier. Gao, Jason
(2003) menambahkan Zn-diamilditiokarbamat dan Sb-diamilditiokarbamat dalam
pelumas mesin diesel memiliki sifat antioksidan.
Griffo & Keshavan 2007
menggunakan zat tambahan yang berfungsi sebagai antifriksi dan antiwear dalam
“high performance rock bit grease” berupa Pb-diamilditiokarbamat, Mo-di-nbutilditiokarbamat, Zn-ditiokarbamat, dan Sb-ditiokarbamat. R.T. Vanderbilt
Company, Inc merupakan salah satu perusahaan yang telah memproduksi Extreme
Pressure dan anti wear agent dengan bahan utamanya senyawa ditiokarbamat
(Zn-diamilditiokarbamat dan Sb-dialkilditiokarbamat).
Pada penelitian ini, pengkajian sintesis logam alkilditiokarbamat lebih
dikhususkan dalam aplikasi bidang otomotif. Kajian sintesis dan karakteristik
senyawa kompleks alkilditiokarbamat telah dilakukan pada beberapa logam
misalnya antimoni, natrium, molibdenum, timah, palladium, dan lain-lain.
2
Demikian juga telah dilakukan kajian sintesis dan karakterisasi sifat senyawa
kompleks logam ditiokarbamat alkil rantai pendek, aromatik, dan siklik. Dalam
kaitannya pengaruh panjang rantai terhadap kemampuan anti friksi, Minami
(2009) menyatakan bahwa rantai alkil (C4-C12) dalam kation imidazolium yang
semakin panjang memiliki kemampuan antifriksi yang lebih baik.
Alkil
rantai
panjang
dari
senyawa
kompleks
dialkilditiokarbamat
diperkirakan memiliki kemampuan antifriksi yang baik berdasarkan analogi
terhadap
kation
imidazolium.
Selama
ini,
sintesis
kompleks
logam
alkilditiokarbamat rantai panjang belum mendapatkan perhatian sehingga
diperlukan suatu kajian metode sintesis dan karakterisasi sifat-sifatnya. Sumber
alkil rantai panjang dapat berasal dari minyak sawit atau minyak nabati lainnya.
Sumber alkil rantai panjang akan terjamin keberlangsungannya karena Indonesia
merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar kedua setelah Malaysia. Selain
itu, pemanfaatan ini juga menjadi khasanah pengembangan produk turunan dari
minyak sawit, selain sebagai minyak goreng, bahan baku sabun, surfaktan, dan
biodiesel.
Penggunaan instrumentasi dalam identifikasi mekanisme reaksi dan
opmalisasi geometri struktur akan membutuhkan waktu lama dan biaya besar.
Penggunaan kimia komputasi menjadi bagian terintegrasi dalam mengidentifikasi
mekanisme reaksi, optimalisasi geometri struktur dan sifat senyawa kimia dengan
cepat dan hasil yang mendekati percobaan sehingga mengefisienkan waktu
penelitian dan mendapatkan terobosan yang efektif dalam penjelasan mekanisme,
molekul,
sifat,
fungsi,
dan
target-target
yang
lain.
Langkah
dalam
mengintegrasikan kimia komputasi, dalam hal ini DFT, merupakan aplikasi dari
manajemen sains seperti ilustrasikan dalam Gambar 1. Kanakaraju & Kolandaivel
(2002) menggunakan ab initio dan DFT untuk mempelajari ikatan hidrogen dan
van der Waals dari isomer of pirol-nitrogen dan pirol-karbon monoksida. Broclawik
et al (2002) mempelajari sifat geometri dan elektronik (berkenaan dengan tapak aktif)
katalis Cu-ZSM-5 menggunakan DFT. Berkenaan dengan senyawa ditiokarbamat,
Shenghua et al (2004) memberikan gambaran tentang kemungkinan aplikasi DFT
untuk menjelaskan prinsip dan konsep struktur elektronik antiwear Zn-ditiofosfat,
Mo-ditiofosfat dan Mo-ditiokarbamat.
3
RENCANA
MANAJEMEN KLASIK
MANAJEMEN SAINS
PERCOBAAN I
KIMIA KUANTUM
(DFT)
TIDAK
SESUAI
PREDIKSI LANGKAH &
TARGET
PERCOBAAN II
PEMBUKTIAN
LANGKAH
TIDAK
SESUAI
PERCOBAAN III
SESUAI
SENYAWA DENGAN SIFAT &
FUNGSI YANG DITARGETKAN
Gambar 1 Ilustrasi penggunaan DFT untuk mendapatkan senyawa dengan fungsi
yang ditargetkan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan senyawa kompleks logam
alkilditiokarbamat
rantai panjang,
mengkaji
strukturnya
serta
perkiraan
aplikasinya menggunakan metode DFT.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai modal awal dalam optimalisasi sintesis
dan aplikasi dari senyawa kompleks logam dialkilditiokarbamat rantai panjang,
4
sehingga diperoleh produk yang bernilai ekonomis tinggi, efisien dalam sintesis
dan aplikasinya, dan aman terhadap lingkungan.
Hipotesis
Senyawa kompleks logam alkilditiokarbamat dapat disintesis dengan
mereaksikan amina sekunder, CS2, dan ion logam melalui sintesis satu tahap atau
melalui reaksi substitusi atom pusat. Densitas elektron dari molekul yang dikaji
melalui DFT dapat menggambarkan mekanisme reaksi, karakterisasi struktur, dan
sifat senyawa kompleks alkil ditiokarbamat rantai panjang.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Kompleks Alkil Ditiokarbamat
Senyawa ditiokarbamat merupakan senyawa organosulfur yang memililki
aplikasi luas. Senyawa turunan ditiokarbamat telah disintesis lebih dari 30 tahun
yang lalu dan telah banyak laporan tentang aktivitas farmakologinya misalnya
sebagai antimikroba, antivirus, tuberkulostatik, dan anticholinergik. Senyawa
ditiokarbamat juga digunakan sebagai akselarasi dalam vulkanisasi, zat tambahan
pelumas (lubricant additive) tekanan ekstrim, pestisida, dan antioksidan
(Kaludjerovic eT al. 2002).
Senyawa kompleks Cu(II)ditiokarbamat telah berhasil digunakan sebagai
prekursor sumber tunggal untuk pembentukan film CuS semikonduktor. Besi (II)
dan besi (III) ditiokarbamat telah dikaji untuk menjelaskan fenomena spincrossover, penangkap radikal NO dan sebagai antioksidan dan pro-oksidan dalam
sistem biologis. Sifat optik dan elektrotermal dari ditiokarbamat dapat secara
efektif digunakan untuk mengkonstruksi sensor molekul dan makromolekul.
Peranan kompleks Zn tiolat dalam sistem biologis menstimulasi beberapa
kajian tentang senyawa koordinasi Zn dengan ligan sulfur. Kompleks Zn dengan
ligan NCS2 merupakan suatu hal yang menarik untuk dijadikan model secara
struktur dan spektroskopi dalam sisi pengikatan logam dalam sejumlah protein
metalloteonein dan metalloregulatori. Vasiliev & Polackov (2000) telah
melakukan kajian sintesis dan struktur dari zinc(II)-bis(dibutilditiokarbamat).
Ditiokarbamat telah ditemukan bereaksi sebagai ligan bidentat dan
melakukan koordinasi dengan logam melalui kedua atom sulfurnya dan kedua
kompleks logam transisi yang terkoordinasi tetra dan heksa. Sejumlah besar
senyawa ditiokarbamat diketahui terikat dengan CS2 dalam pola koordinasi 1-end
on, 2-side or in 3-coordination. Siddiqi et al. (2006) telah melakukan sintesis
one-pot
kompleks logam ditiokarbamat yang baik melalui prosedur cetak
(template). Disebutkan bahwa struktur yang mungkin terbentuk seperti pada
Gambar 2 (untuk logam dengan bilangan oksidasi 2 yaitu Mn2+, Fe2+, Co2+, Ni2+,
Cu2+, Zn2+, Cd2+ and Hg2+) dan Gambar 3 (untuk logam dengan bilangan oksidasi
3 yaitu Cr3+, Fe3+).
6
S
S
N
HN
C
M
N
C
HN
N
S
S
NH
NH
S
S
N
C
M
C
S
S
Gambar 2 Struktur senyawa kompleks dari logam dengan bilangan oksidasi 2
(MCl2)
S
S
N
HN
C
M
N
C
HN
N
Cl
Cl
S
S
NH
NH
S
S
N
C
M
C
S
S
Gambar 3 Struktur senyawa kompleks dari logam dengan bilangan oksidasi 3
(MCl3)
Shahzadi et al. (2006) telah melakukan sintesis, karakterisasi spektrum, dan
sifat
biosida
dari
senyawa
kompleks
kloro-diorganotimah(II)piperidil
ditiokarbamat. Sintesis dilakukan melalui reaksi antara piperidina dengan CS2
pada suhu ruang selama 2 jam untuk menghasilkan ditiokarbamat, kemudian
ditiokarbamat direaksikan dengan diorganotimah(II)klorida sehingga diperoleh
senyawa kompleks logam timah ditiokarbamat (alur sintesis seperti pada Gambar
4).
S
N
NH
+ CS2
SH
S
N
C
S
SH
+
R2SnCl2
N
R
Sn
S
R
Cl
Gambar 4 Alur sintesis kompleks logam timah dialkilditiokarnbamat
7
Kajian Struktur dan Sifat Kompleks Alkil ditiokarbamat
Identifikasi keberhasilan sintesis senyawa kompleks alkilditiokarbamat
dapat dilakukan dengan beberapa teknik/metode. Teknik identifikasi keberhasilan
dan sekaligus karakterisasi sifat fisiknya dapat diringkas sebagai berikut:
1. Analisis elementer (unsur)
Analisis elementer merupakan analisis unsur-unsur penyusun dari suatu
material. Analisis elementer dapat menunjukkan komposisi unsur
penyusun dari material sehingga dapat diprediksi rumus empirisnya.
Analisis elementer yang biasa yang dilakukan untuk senyawa kompleks
adalah analisis karbon, nitrogen, sulfur dan logam penyusunnya. Analisis
elementer untuk C, H, N, S dapat dilakukan dengan instrumen ”elementer
analyzer” atau dengan teknik konvensional seperti analisis karbon dengan
titrimetri kromat
sulfat,
analisis
nitrogen
dengan
Kjedahl
atau
spektrofometer sinar tampak, analisis sulfur dengan pengendapan atau
spektrofometer visibel. Analisis logam dilakukan dengan AAS, ICP atau
ICP-MS.
2. Analisis secara spektroskopi
Analisis secara spekroskopi yang biasa digunakan dalam mengidentifikasi
keberhasilan sintesis adalah spektroskopi infra merah, spektroskopi UV,
NMR, XRD, EPR, ESI-MS, dan teknik spektroskopi lainnya. Informasi
yang diperoleh dari spektrum IR adalah adanya serapan spesifik dari gugus
penyusun senyawa kompleks yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Pita serapan penting dari spektrum IR pada senyawa alkildithiokarbamat*
No
Bilangan gelombang
1 1680– 1640 (cm-1)
2 1530–1430 (cm-1)
3 1001 (cm-1)
4
5
6
-1
Sekitar 1000 (cm )
Gugus
CN
C
N
C-S
C-S
-1
Sekitar 2400- 2650 (cm )
Daerah finger print
S-H
M-C, M-S
Keterangan
S2C–NR2 & tipe pita serapan medium-kuat
Bebas
Jika 1 pita serapan kuat bidentat, jika 2
pita serapan monodentat
Pita serapan kuat
Tipe pita serapan dari lemah sampai kuat
*Sumber dari Trifunović et al. (2002), & Kaludjerovic et al. (2002), Shahzadi et al. (2006)
8
Demikian juga dengan spektroskopi UV yang akan mengindikasikan
adanya transisi elektronik yang spesifik dari senyawa kompleks
dialkilditiokabamat. Transisi yang biasa terjadi pada senyawa kompleks
dialkilditiokarbamat adalah (Zhang et al. 2003):
a. Transisi   * disekitar 236 nm berasal dari gugus S·····C····· S.
Transisi ini tidak terjadi pembelahan pita serapan sehingga dapat
dinyatakan sebagai indikasi terjadi kompleks pada ikatan C·····S.
b. Transisi n  * pada panjang gelombang 267 nm berasal dari
pasangan elektron bebas pada atom sulfur.
3. Analisis sifat fisik dan kimia senyawa kompleks
Sifat fisik dan kimia merupakan dasar untuk mengidentifikasi aplikasi
yang sesuai dari senyawa tersebut. Beberapa sifat fisik yang diidentifikasi
adalah sifat termal, tegangan permukaan, konduktivitas, dan sifat fisik
lainnya. Instrumentasi yang digunakan untuk analisis sifat fisik, yaitu
untuk analisis termal adalah adalah DSC, TGA dan DTA. Sifat kimia yang
dipelajari sangat bergantung pada aplikasi yang diharapkan misalnya
biosida, antioksidan, aditif pelumas, dan lain- lain.
Density Funtional Theory (DFT)
Pemanfaatan komputer dalam mengaplikasikan teori di bidang kimia telah
berkembang dengan pesat, dan lazim diistilahkan kimia komputasi. Komputasi
kimia digunakan pada saat model matematik dapat dikembangkan dengan baik
dan secara otamatis dapat diaplikasikan pada komputer.
Density Functional Theory (DFT) merupakan metode komputasi yang
menurunkan sifat molekul berdasarkan pada penentuan densitas elektron molekul.
Metode sebelumnya (ab initio dan semiemperik) didasarkan pada energi dan
turunannya yang ditentukan dari fungsi gelombang. Fungsi gelombang dibangun
dari persamaan matematik dan tidak teramati secara fisik sehingga para ilmuwan
kimia mencoba menemukan beberapa sifat atom dan molekul yang secara aktual
ada dan dapat digunakan untuk menentukan energi dan sifat turunan dari atom dan
molekul. Misalnya, Liewellyn Thomas dan Enrico Fermi mampu menentukan
9
adanya hubungan one-to-one antara densitas elektron molekul dan fungsi
gelombang dengan elektron banyak (Anonim 2007).
Seminario
& Politzer
(1995)
dirumuskan
bagaimana DFT
dapat
memberikan penyelesaian persamaan Schrödinger yang lebih sederhana
dibandingkan dengan ab initio karena didasarkan pada densitas elektron yang
tergantung pada arah bidang Cartesius. Penyelesaian persamaan Schrödinger yang
berdasarkan pada DFT sudah tidak menampakkan lagi fungsi gelombang dan
dijabarkan sebagai berikut;
=
… … . persamaan Schrödinger untuk sistem N − elektron dan M inti
= 
+
+
… … operator Hamiltonian
( ̂ 1, ̂ 2, ̂ 3, ̂ 4 … . . ̂ ) … … . fungsi gelombang
=
yang juga merupakan
fungsi dari koordinat spin dari semua N elektron (s1, s2, s3,…sN).
=− ∑
=
… . Operator energi kinetik
1
… … . . Operator tolakan elektron − elektron
….. Operator potensial eksternal
Operator energi kinetik dan tolakan elektron-elektron merupakan operator
universal karena tidak tergantung pada potensial eksternal (misalnya konfigurasi
inti). Kesulitan untuk membuat penyelesaian persamaan Schrödinger adalah
adanya Vee untuk sistem dua atau lebih elektron. Penyelesaian persamaan
Schrödinger untuk sistem hydrogen-like adalah
dan fungsi
gelombang radial ternormalisasi adalah
Sistem dua atau lebih elektron selalu memperoleh nilai energi perhitungan
lebih besar dari energi yang sebenarnya E≤Ψt|Ĥ|Ψt. Alternatif peneyelesaian
10
adalah tidak melakukan perhitungan dengan fungsi gelombang N-elektron tapi
menggunakan perhitungan densitas elektron. Densitas elektron didefinisikan
dengan persamaan;
dimana δ adalah fungsi delta Dirac dan ri adalah N variable spasial dari fungsi
gelombang. Definisi ini ekivalen dengan persamaan berikut
Perssamaan Schrödinger dapat ditulis kembali seperti berikut
Dari persamaan diatas tergambar adanya hubungan antara potensial
eksternal (ext) dan densitas elektronik (ρ) dari suatu sistem dan berimplikasi
bahwa energi merupakan fungsional dari densitas elektronik pada kedaan dasar (E
= Eext [ρ]). Persamaan diatas masih mengandung pendekatan fungsi gelombang
dan pada saat dicoba untuk menghitung energi, maka diperoleh energi perhitungan
lebih besar dari yang sebenarnya. Kohn-Sham mengembangkan penyelesaian
persamaan Schrödinger khususnya dalam menyelesaikan fungsi universal dari
persamaan Schrödinger
yang didasarkan pada densitas elektron. Hasil
penyelesaian Kohn-Sham terhadap perhitungan energi didefinisikan dengan
persamaan:
,
Dalam persamaan ini tidak terlihat lagi fungsi gelombang seperti yang digunakan
dalam teknik ab initio dalam kimia kuantum. Prosedur ini menggunakan suatu
orbital molekul yang mempresentasikan densitas elektron seperti densitas elektron
sebenarnya.
Dasar pemikiran DFT adalah energi dari suatu molekul dapat ditentukan
dari densitas elektronnya (Young 2001). Teori ini didasarkan pada teorema
Hohenburg dan Kohn, yang pada awalnya hanya diaplikasikan untuk menentukan
energi elektronik keadaan dasar dari suatu molekul. Aplikasi secara praktik dari
11
teori ini dikembangkan oleh Kohn dan Sham dengan stuktur formula seperti pada
metode Hartree-Fock.
Dalam formulasi ini, densitas elektron dinyatakan sebagai kombinasi linier
dari fungsi dasar. Suatu determinan terbentuk dari fungsi ini yang disebut orbital
Kohn-Sham, dan densitas elektron dari determinan orbital ini yang digunakan
untuk menghitung energi. Hal yang mendasar secara matematik dari metode ini
adalah definisi “functional”. Fungsional berbeda dengan fungsi, fungsional
merupakan fungsi dari fungsi dan secara matematik dieksperisikan sebagai:
y  F [ f ( x)] - - - - - - - - - functional
y  f ( x) - - - - - - - - - - - - function
Dalam DFT, energi suatu molekul merupakan fungsional dari densitas
elektron dan densitas elektron merupakan fungsi dari 3 variabel yaitu posisi x, y, z
dari elektron. Dengan mengabaikan jumlah elektron, fungsi densitas elektron
selalu hanya tergantung pada ketiga nilai tersebut. Functional (F) memberikan
informasi energi molekul dan secara matematik hubungan energi dengan densitas
elektron dinyatakan sebagai:
Densitas elektron   ( x, y, z )
Energi  F [  ( x, y, z )]
Dalam DFT, pembagian metode yang digunakan terlalu rumit dan berbedabeda. Secara umum, metode dalam DFT terbagi menjadi 3 kelompok/kelas yaitu:
1. Metode yang menggunakan “Local density approximation (LDA)”. Asumsi
kritis dari pendekatan ini adalah densitas elektron untuk molekul dalam
kondisi gas bersifat homogen/seragam. Hal ini (uniform electron gas)
merupakan sistem dengan elektron bergerak pada sebuah distribusi muatan
dasar positif. Kondisi ini tidak berlaku untuk molekul yang memiliki densitas
yang benar-benar tidak seragam seperti pada padatan yang memiliki pita
elektronik dengan kisaran energi yang elektronnya diperbolehkan atau
terlarang. Metode LDA merupakan pendekatan yang paling terkenal untuk
menggambarkan teorema keberadaan Hohenberg-Kohn.
12
Gambar 5 Penjelasan LDA (Koch & Holthausen 2001)
2. Metode yang mengkombinasikan perhitungan densitas elektron dengan faktor
koreksi gradien. Gradien dalam matematik merupakan fungsi yang mengukur
kecepatan perubahan beberapa sifat. Dalam hal ini, gradient terlihat
menjelaskan ketakseragaman densitas elektron, dan biasa dikenal sebagai
gradient terkoreksi atau bentuk lain non-lokal.
3. Metode mengkombinasikan perkiraan Hartree-Fock dengan pertukaran energi
dan perkiraan DFT dengan pertukaran energi, semuanya dikombinasikan
dalam fungsional yang meliputi korelasi elektron. Metode ini diketahui
sebagai metode hybrid dan merupakan metode DFT yang sering dipakai dan
popular dalam praktik/aplikasi.
Pada umumnya, perhitungan gradien terkoreksi atau hibrid memberikan
hasil yang lebih akurat dibandingkan LDA. Tetapi, dalam beberapa kasus metode
LDA memberikan hasil yang sangat baik, misalnya LDA diketahui memberikan
hasil yang kurang akurat dalam geometri dan memprediksi energi ikatan yang
besar. Generasi terbaru dari fungsional hybrid memberikan hasil yang lebih akurat
dibandingkan teknik gradient terkoreksi.
Beberapa metode/fungsional DFT yang umum digunakan disajikan pada
Tabel 2. Pedoman umum untuk memilih metode DFT sebagai berikut:
1. B3LYP yang dijalankan dengan basis set 6-31G* digunakan untuk sistem
kimia yang umum khususnya untuk senyawa organik dan kurang baik
untuk senyawa yang mengandung logam
13
2. BLYP dengan sebagian besar basis set digunakan dengan hasil akurat
untuk senyawa yang mengandung logam dan kurang akurat untuk senyawa
organik.
3. BLYP dan B3LYP fokus pada penetuan densitas muatan pada atom atau
molekul
4. metode gradien terkoreksi dan hibrid memberikan tingkat akurasi yang
tinggi dalam penentuan optimisasi geometri
5. metode B3YLP memberikan hasil yang lebih baik dalam perhitungan
rekasi kimia
6. metode menjadi pertimbangan dalam mendapatkan hasil untuk interaksi
ikatan hidrogen lemah
Tabel 2 Metode/fungsional yang digunakan dalam DFT
Nama metode
Akronim
Tipe metode
X alpha
Hartree-Fock Slater functional
Vosko, Wilks, Nusair
Becke correlation functional; Lee,
Yang, Parr electron exchange
functional
Becke 3-term correlation functional;
Lee, Yang, and Parr exchange
functional
Perdue and Wang 1991
Gill 1996
Perdew 1986
Becke 1996
Becke exchange, Perdew Correlation
Becke exchange, Perdew & Wang
Correlation
Modified Perdew-Wang one
parameter hybrid for kinetics
X
HFS
VWN
BLYP
Pertukaran
HF dengan pertukaran LDA
LDA
Gradient-corrected LDA
functional
B3LYP,
DFT Hybrid
Becke3LYP
PW91
G96
P86
B96
B3P86
B3PW91
Gradient-corrected
Pertukaran (Exchange)
Gradient-corrected
Gradient-corrected
Hybrid
Hybrid
MPW1K
Hybrid
Aplikasi DFT dalam Sintesis
Reaksi kimia terjadi karena adanya interaksi elektron dari senyawa
penyusun. Sintesis senyawa kimia merupakan suatu proses terbentuknya senyawa
kimia baru karena adanya interaksi elektron dari masing-masing gugus senyawa
14
penyusunnya sehingga terbentuk ikatan kimia baru. Ikatan kimia yang terbentuk
dapat berupa ikatan kovalen, kovalen koordinat, atau ikatan ionik tegantung pada
interaksi yang terjadi. Terjadinya reaksi kimia sangat tergantung pada kondisi
elektron dari gugus-gugus senyawa penyusun, yang berarti sangat berhubungan
dengan densitas elektron. Adanya kaitan yang erat antara reaksi kimia dan kondisi
ekektron dari suatu senyawa, memungkinkan DFT dapat digunakan dalam
mempelajari bagaimana reaksi kimia tersebut berlangsung.
Contoh aplikasi DFT dalam mempelajari reaksi kimia adalah:
1.
Aplikasi DFT dalam mempelajari regioselektivitas serangan elektrofilik pada
4-Methyl-1-thioxo-1,2,4,5-tetrahydro[1,2,4]triazolo[4,3-a] quinazolin-5-one
(Fathalla et al 2001). Serangan elektrofilik secara regioselektif didasarkan
pada nilai HOMO-LUMO tiap atom dari bentuk anion senyawa 4-Methyl-1thioxo-1,2,4,5-tetrahydro[1,2,4]triazolo[4,3-a] quinazolin-5-one pada level
DFT B3LYP/6-31G**. Gambar 6 memperlihatkan kontur HOMO dari anion
senyawa tersebut.
Gambar 6 Bentuk anion 4-Methyl-1-thioxo-1,2,4,5-tetrahydro[1,2,4]
triazolo[4,3-a] quinazolin-5-one dan kontur HOMO-nya.
2.
Margetic et al. (2001) melakukan kajian komputasi tingkat-tinggi pada sisi-,
muka- dan setereoseleketif pada reaksi Diels-Alder antara o-Benzoquinone
dan norbornadiene. Berdasarkan kajian tersebut, metode perhitungan ab initio
mampu memperkiraan secara akurat reaktivitas dan stereoselektivitas reaksi
Diels-Alder dalam sistem alisiklik dengan siklik 1,3-diena. Keadaan transisi
15
yang terlokasi dan hambatan aktivasi diperkirakan dengan metode yang
berbeda yaitu Hartree-Fock, post-Hartree-Fock, dan DFT. Selektivitas exo-facial tinggi yang terlihat dalam sikloadisi dapat diprediksi dengan baik
menggunakan RHF/3-21G atau level ab initio yang lebih tinggi.
3.
Rivera & Rios-Motta (2007) menggunakan DFT (dengan metode B3LYP dan
basis set 6-31G) dalam rangka menjelaskan mekanisme reduksi N,N,N´,N´Tetramethylethylenediamine
(TMEDA)
dari
1,3,6,8-tetraazatricyclo-
[4.4.1.1]dodecane (TATD) dengan asam format.
4.
Pérez-Mayoral et al. (2006) melakukan penelitian hubungan antara teori dan
percobaan tentang stabilitas kinetik dan termodinamika dari senyawa
kompleks lantanida asam poliaminopolikarboksilat linier dan makrosiklik.
Deskriptor yang digunakan dalam mengamati stabilitas kinetic adalah energi
aktivasi pada tahap pertama proses dissosiasi yang dihitung dengan metode
DFT menggunakan basis set 6-31+G** untuk ligan dan model CPCM untuk
menghitung efek
solvasi.
Stabilitas kompleks secara termodinamik
didasarkan pada perbedaan energi total dari energi kompleks yang terbentuk,
ligan dan logam ( E
total
E
kompleks
-E
ligan
-E
logam
) . Nilai perbedaan
energi yang lebih kecil menunjukkan lebih stabil secara termodinamik.
Aplikasi DFT dalam Penentuan Struktur
Tantangan utama dalam kimia komputasi adalah hasil prediksi yang dapat
dipercaya dari struktur molekul. Penentuan struktur dengan jumlah atom yang
banyak (sampai 50 atom) telah biasa dilakukan dan banyak laporan penelitian
yang menunjukkan bahwa pendekatan Hartree-Fock dan metode berdasarkan teori
“Møller-Plesset perturbation” memiliki kinerja yang kurang memuaskan (Koch &
Holthausen 2001). Teori HF memberikan panjang ikatan yang lebih pendek dan
deskripsi ikatan rangkap cenderung menjadi persoalaan akibat pengabaian
korelasi elektron. Sebaliknya pendekatan MP2 (Møller-Plesset perturbation)
sering memperpanjang jarak ikatan tetapi sukses dan diterima baik dalam
permasalahan kimia organik. Untuk sistem yang mengandung logam transisi,
pendekatan MP2 tidak memberikan kinerja yang baik.
16
Untuk sistem kulit tertutup yang jenuh secara koordinasi memiliki deviasi
melebihi 0.1 Å untuk jarak ikatan yang meliputi pusat logam dapat dilakukan
dengan pendekatan fungsi gelombang (HF dan MP). Tetapi, untuk mengkaji
sistem kulit-terbuka tak jenuh secara koordinasi, metode UHF dan MP tidak dapat
memberikan informasi yang memuaskan, seperti yang dikatan oleh Taylor 1992:
“kimia logam transisi merupakan sebuah kuburan untuk metode MP berbasis
UHF”.
Hubungan teknik penentuan struktur dengan instrumentasi dan DFT adalah
adanya kaitan yang erat antara densitas elektron molekul dengan prinsip dasar
intrumen dalam menentukan struktur. Dalam spektroskopi IR dan UV-Visible,
molekul akan mengalami gangguan elektrik sehingga mengubah kerapatan
elektron (Koch & Holthausen 2001). Perubahan kerapatan elektron diubah dalam
bentuk distribusi energi potensial sehingga mampu menampilkan spektrum.
Spektroskopi NMR yang digunakan dalam penentuan struktur didasarkan
pada geseran kimia setiap atom dalam molekul. Faktor penting yang
mempengaruhi geseran kimia adalah densitas elektron, elektronegativitas gugus
sekitarnya dan efek medan magnet yang diinduksi. Densitas elekron melindungi
inti, elektronegativitas gugus sekitar akan mengurangi densitas elektron inti, dan
efek induksi menyebabkan perubahan sirkulasi elektron. Oleh karena itu, dengan
melakukan identifikasi densitas elektron akan memberikan informasi geseran
kimia dari atom dalam molekul.Contoh aplikasi DFT dalam penentuan struktur :
a. Penentuan perubahan konformasi ligan senyawa alkaloid Sparteine N1oksida dan α-Iso sparteine N-oksida berdasarkan nilai geseran kimia atom
karbon dan proton dari spektrum NMR dan dari perhitungan DFT
menggunakan basis (6)6-311+G (Jassiewicsz 2008). Struktur senyawa
alkaloid dan konformasinya diperlihatkan pada Gambar 8. Hasil perhitungan
DFT dan pengukuran NMR memiliki koefiesien korelasi 0.97 untuk senyawa
1a, 0.98 untuk senyawa 1-HCl dan 0.98 untuk senyawa 2 (Tabel 3). Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa struktur dalam kondisi vakum tidak
berbeda dengan kondisi dalam larutan.
17
Gambar 7 Struktur kimia Spartein N-oksida (1-3) dan Isospartein N-oksida (4).
Tabel 3 Nilai geseran kimia hasil analisis NMR dan perhitungan DFT
Atom
C
C2
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
C10
C11
C12
C13
C14
C15
C17
δ
percobaan
(1a)
69.4
19.9
23.1
26.0
70.6
32.1
26.1
35.5
70.5
57.8
35.2
24.3
24.8
53.9
48.4
δ DFT
(1a)
Δδ
(1a)
72.2
21.3
23.0
27.1
70.3
33.3
23.4
35.0
71.8
60.8
34.4
26.6
21.5
53.2
52.2
2.8
1.4
–0.1
1.1
–0.3
1.2
–2.7
–0.5
1.3
3.0
–0.8
2.3
–3.3
–0.7
3.8
δ
percobaan
(1-HCl)
66.9
20.3
21.8
24.3
72.9
33.8
24.0
34.2
70.9
58.4
24.5
23.2
18.4
51.8
43.9
δ DFT
(1HCl)
66.3
17.9
21.4
26.2
70.9
31.2
22.3
32.5
67.3
62.9
25.4
22.9
17.6
53.1
45.9
Δδ (1HCl)
–0.6
–2.4
–0.4
1.9
–2.0
–2.6
–1.7
–1.7
–3.6
4.5
0.9
–0.3
–0.8
1.3
2.0
δ
percobaan
(2)
52.4
23.3
22.6
27.4
60.6
33.0
31.7
32.4
50.7
72.9
23.8
21.8
19.9
66.5
65.5
δ DFT
(2)
Δδ
(2)
48.9
23.4
23.4
28.9
57.5
34.0
33.3
33.4
45.5
71.8
23.5
23.5
19.6
69.4
65.9
–3.8
0.1
0.8
1.5
–3.1
1.0
1.6
1.0
–5.2
–1.1
–0.3
1.7
–0.3
2.9
0.4
b. Guo et al (2008) melakukan perbandingan hasil penentuan struktur kristal 1Acetyl-3-(4-Chlorophenyl)-5-(4-Methylphenyl)-2-Pyrazoline
(Gambar
8)
menggunakan XRD dan IR dengan hasil perhitungan teori menggunakan
DFT dengan metode B3LYP-basis set 6-311G**. Hasil penetuan struktur
kristal pirazolin menggunakan XRD dan DFT memiliki koefisien korelasi
(r2)=1 (Tabel 4), sedangkan hasil IR dan DFT memiliki koefisien korelasi (r2)
= 1 (Tabel 5)
18
Gambar 8 Stuktur pirazolin teroptimalisasi secara geometri menggunakan DFT.
Tabel 4 Parameter struktur yang terpilih dengan XRD dan perhitungan teori
Panjang ikatan
Pengukuran Panjang ikatan (Å) Pengukuran
(Å)
Cl(1)-C(3)
1.745(4)
Cl(2)-C(21)
1.725(5)
O(1)-C(17)
1.220(4)
O(2)-C(35)
1.224(5)
N(1)-C(7)
1.293(4)
N(3)-C(25)
1.292(4)
N(1)-N(2)
1.395(4)
N(3)-N(4)
1.398(4)
N(2)-C(17)
1.372(5)
N(4)-C(35)
1.363(5)
N(2)-C(9)
1.483(4)
N(4)-C(27)
1.488(5)
C(1)-C(2)
1.382(5)
C(19)-C(20)
1.378(5)
C(5)-C(6)
1.390(5)
C(23)-C(24)
1.395(5)
C(6)-C(7)
1.471(5)
C(24)-C(25)
1.475(5)
C(8)-C(9)
1.551(5)
C(26)-C(27)
1.541(5)
C(9)-C(10)
1.515(5)
C(27)-C(28)
1.510(5)
C(10)-C(15)
1.375(5)
C(28)-C(29)
1.374(5)
C(10)-C(11)
1.380(5)
C(28)-C(33)
1.388(5)
C(13)-C(16)
1.521(5)
C(31)-C(34)
1.522(6)
C(17)-C(18)
1.502(5)
C(35)-C(36)
1.495(6)
Sudut ikatan (°)
Pengukuran Sudut ikatan (°)
Pengukuran
C(7)-N(1)-N(2)
N(1)-N(2)-C(9)
N(1)-C(7)-C(8)
C(7)-C(8)-C(9)
N(2)-C(9)-C(8)
C(17)-N(2)-N(1)
C(2)-C(1)-C(6)
C(3)-C(4)-C(5)
C(1)-C(6)-C(7)
C(15)-C(10)-C(11)
C(13)-C(14)-C(15)
C(12)-C(13)-C(16)
O(1)-C(17)-N(2)
O(1)-C(17)-C(18)
N(2)-C(17)-C(18)
108.3(3)
113.3(3)
113.8(3)
103.0(3)
100.9(3)
122.9(3)
121.4(4)
119.1(4)
121.1(4)
117.2(3)
121.8(4)
121.1(4)
119.5(4)
124.4(4)
116.1(4)
C(25)-N(3)-N(4)
N(3)-N(4)-C(27)
N(3)-C(25)-C(26)
C(25)-C(26)-C(27)
N(4)-C(27)-C(26)
C(35)-N(4)-N(3)
C(20)-C(19)-C(24)
C(23)-C(22)-C(21)
C(19)-C(24)-C(25)
C(29)-C(28)-C(33)
C(31)-C(32)-C(33)
C(32)-C(31)-C(34)
O(2)-C(35)-N(4)
O(2)-C(35)-C(36)
N(4)-C(35)-C(36)
107.4(3)
113.3(3)
114.7(4)
102.8(3)
101.1(3)
122.8(4)
120.6(4)
120.2(4)
121.0(4)
118.3(4)
121.6(4)
121.8(5)
119.3(5)
124.0(5)
116.8(4)
B3LYP/
6-311G**
1.7577
1.2171
1.2889
1.3699
1.3826
1.4863
1.3857
1.4018
1.4639
1.5523
1.5165
1.3933
1.3987
1.5095
1.513
B3LYP/
6-311G**
109.3937
113.5694
113.0852
102.7091
100.7838
122.7854
120.984
119.1608
120.9516
118.401
121.1049
120.8844
119.787
123.9266
116.2863
19
Tabel 5 Hasil pengamatan dan perhitungan vibrasi molekul dari senyawa pirazolin
Gugus fungsi
Percobaan Perhitungan
DFT
Phenyl ring C-H str.
3066
3080-3030
acetyl C-H str.
3033
3026
pyrazolinyl ring C-H str.
2969
2966
methyl group C-H str.
2885
2901
C=O str.
1666
1681
phenyl ring C=C str.+ C=N str.
1591
1591-1577
phenyl ring C=C str.
1507
1486
methyl group C-H bend
1430
1437
phenyl ring C-H bend + pyrazolinyl ring C-H bend
1319
1328
pyrazolinyl ring C-H bend + N-N str.
1248
1248
pyrazolinyl ring C-H bend + N-N str.
1144
1138
pyrazolinyl ring C-H bend
1089
1088
methyl group C-H bend
1014
1019-1011
phenyl ring C-H bend
953
950
phenyl ring C-H twist.
819
815
skeleton deformation + C-Cl str.
726
715
skeleton deformation
627
630
c. Beata Jasiewicz (2008) menggunakan DFT (B3YLP) dengan metode
continuous set of gauge transformations (CSGT) dalam menghitung nilai
konstanta perlindungan mutlak (absolute shielding-)
13
C-NMR untuk
membedakan N1-oxide and α-Isosparteine N-oxide. Nilai  dikonversi
menjadi nilai pergeseran kimia (δ) dalam NMR.
d. Claramunt et al. (2007) melakukan kajian struktur senyawa analog
Tinuvin®P yaitu 2-(2,4-Dimethylphenyl)-2H-benzotriazole and 2-Phenyl2H-benzotriazole. Metode DFT yang dgunakan adalah Hartree-Fock HF/631G** dan B3LYP/6-31G**. Hasil perhitungan dengan HF/6-31G**
terhadap sudut tekuk dari struktur 2,4-dimethylphenyl group (N1-N2-C7C8) yang telah dioptimisasi lebih mendekati hasil XRD (Gambar 9).
Gambar 9 Optimalisasi geometri dari 2,4-dimethylphenyl.
20
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu IPB mulai bulan Agustus
2009 sampai Maret 2010.
Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah perangkat
lunak Hyperchem, Gaussian dan Spartan, Komputer core2duo, RAM 4 Gb, dan
Hard disk 500 Gb, seperangkat alat gelas sisntesis (labu bulat dan kondensor),
pengaduk magnet dan batang magnetnya, FTIR, rotary evaporator, timbangan
analitik, dan alat gelas lainnya
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dietileter, ZnCl2 ,
THF kering, CS2, NaOH 40%, HCl 3%,
aseton, LiAlH4, palmitatoil amina,
heksadesilamina, NaOH pelet, dan akuades.
Diagram alir penelitian ditunjukkan pada Lampiran 1.
Sintesis N-palmitilpalmitoilamida (reaksi Schotten-Baumann)
Palmitilamina (0.021 mol, 5.00 g) dilarutkan dalam diklorometana dan
ditambahkan NaOH pellet (0.021 mol, 0.84 g). Campuran ditempatkan dalam
penangas es sambil diaduk sampai suhu mencapai 10oC. Palmitoil klorida yang
telah disiapkan sebanyak 0.021 mol (5.77 g) di dalam corong pisah kecil (50 ml)
ditambahkan perlahan (tetes-tetes) ke dalam campuran. Campuran diaduk dalam
kondisi suhu 10oC selama 1 jam. Kelebihan basa dalam campuran dinetralkan
dengan HCl, kemudian fase diklorometana dan endapan yang terbentuk
dipisahkan dari fase air. Fase diklorometana diuapkan dan digabung endapannya
dengan fase endapan. Endapan yang diperoleh dicuci dengan air sampai netral dan
dilarutkan dalam diklorometana, dan dilewatkan dalam kolom flourisil untuk
memurnikan amida hasil sintesis. Eluat yang diperoleh diuapkan dan endapannya
ditimbang.
21
Sintesis dipalmitilamina (Affani R & Dugat D 2007)
Dipalmitilamina disintesis dengan menyiapkan LiAlH4 (0.021 mol, 0.79 g)
dalam THF kering di labu leher tiga yang dilengkapi dengan kondensor dan
pemanas listrik. Campuran dipanaskan, diaduk, dan dialirkan gas nitrogen.
Kemudian N-palmitilpalmitoilamida (0.0042 mol, 2.00 g) dalam THF kering
ditambahkan secara perlahan. Pemanasan, pengadukan, dan aliran gas nitrogen
terhadap campuran dilakukan selama 24 jam. Setelah dingin, campuran
didekantasi untuk mendapatkan amina sekunder. Padatan yang diperoleh dicuci
dengan air untuk menghilangkan kelebihan LiAlH4. Padatan disaring dan
ditambahkan HCl 3%, dipanaskan selama 2 jam untuk menghilangkan sisa amida
yang tidak bereaksi. Padatan dipisahkan dan dicuci dengan NaOH sampai netral
untuk memisahkan sabun dari amida yang tidak bereaksi, kemudian padatan
dikeringkan dan ditimbang.
Sintesis Kompleks Zn-Dialkilditiokarbamat
Amina sekunder ditimbang untuk mendapatkan 1 mmol bahan dan
dilarutkan dalam 20 mL dietileter. Larutan ditambah dengan  1 mmol ( 0.2 mL)
CS2 dan diaduk selama 4 jam. Larutan ditambah dengan 1 mmol NaOH pelet dan
20 mL air, kemudian diaduk selama 6 jam. Larutan ditambah dengan ZnCl2
sejumlah ekivalen reaksinya (Zn = 0.5 mmol) dan diaduk selama 8 jam. Fase eter
dipisahkan dan dicuci dengan air kemudian pelarut eter diuapkan secara perlahan
sehingga diperoleh padatan dan ditimbang untuk dihitung persen rendemennya.
Identifikasi Keberhasilan Sintesis
Keberhasilan sintesis dalam penelitian ini dipantau menggunakan FTIR dan
HPLC. Spektrum FTIR diperoleh menggunakan alat FTIR merk Shimadzu tipe
IRPrestige-21. Analisis HPLC menggunakan alat HPLC merk Shimadzu tipe LC10A dengan kondisi analisis :
- Kolom
: Waters-Bondapack C18 10µm, dan dimensi kolom
300x4.0 mm
- Fase gerak
: (a) Metanol:air (95:5) untuk Zn-dibutilditiokarbamat
dan dibutilamina.
(b) Metanol : propanol (95:5) untuk palmitilamina,
dipalmitilamina, dan Zn-dipalmitilditiokarbamat.
22
-
Detektor
: UV (254 nm)
-
Laju alir
: 0.8 L/menit
Metode Komputasi Kimia
Komputasi
kimia
yang
digunakan
untuk
mempelajari
sintesis
(mekanismenya) dan sifat senyawa kompleks adalah DFT dengan level/metode
B3LYP pada basis set 6-31G* menggunakan bantuan perangkat lunak Gamess,
Chemoffice, dan Spartan dan perangkat keras berupa komputer core2duo, RAM 4
Gb, dan Hard disk 500 Gb.
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sintesis Senyawa Zn-Dibutilditiokarbamat
Senyawa kompleks ditiokarbamat diperoleh dari reaksi antara ion logam Zn
dengan senyawa ditiokarbamat. Komponen reaktan senyawa kompleks Zndialkilditokarbamat berdasarkan kajian retro-sintesis terdiri dari senyawa amina
sekunder, karbon disulfida, dan ion logam Zn. Komponen reaktan senyawa Zndibutilditiokarbamat adalah dibutilamina dan karbon disulfida untuk membentuk
dibutilditiokarbamat dan selanjutnya direaksikan dengan ZnCl2 untuk membentuk
senyawa kompleks Zn-dibutilditiokarbamat dengan struktur seperti Gambar 10
dan Gambar 11.
Atom karbon
Atom Hidrogen
Atom Sulfur
Atom Zn
Atom Nitrogen
Gambar 10 Struktur Zn-dibutildithiokarbamat inti ganda (Zhang et al. 2003)
Atom karbon
Atom Hidrogen
Atom Sulfur
Atom Zn
Atom Nitrogen
Gambar 11 Struktur Zn-dibutilditiokarbamat dengan inti tunggal (Karlin 2005)
24
Senyawa kompleks terbentuk dari interaksi atom pusat sebagai asam Lewis
dan ligan sebagai basa Lewis atau interaksi yang didasarkan pada teori HSAB
(Hard and soft acid and bases) (Huheey 1978). Logam Zn sebagai atom pusat dan
berdasarkan teori HSAB termasuk dalam kelompok “border line”, dan senyawa
kompleks yang terbentuk memiliki tingkat stabilitas yang paling besar
dibandingkan dengan logam lain dengan bilangan oksidasi 2+ berdasarkan
“Irving-Williams Series”. Ligan dari senyawa kompleks Zn-dibutilditiokarbamat
adalah dibutilditiokarbamat dengan atom sulfur (S) sebagai sumber basa
lunaknya.
Atom
sulfur
dibandingkan
dengan
atom
oksigen
memiliki
kecenderungan yang lebih tinggi membentuk senyawa kompleks dengan logam
transisi termasuk didalamnya Zn (Huheey 1978, dan Messiler & Tarr 1998).
Dalam pembentukan senyawa Zn-dibutilditiokarbamat (Gambar 12),
dibutilditiokarbamat direaksikan dengan NaOH untuk meningkatkan reaktivitas
atom sulfurnya dan mengikat klorida dari ZnCl2. Selain itu, penggunaan suasana
basa (NaOH) meningkatkan reaktivitas atom nitrogen dibutilamina. Atom
nitrogen dari dibutilamina dalam kondisi basa memiliki elektron bebas yang siap
bereaksi, tetapi jika dalam kondisi asam atom nitrogen akan membentuk garam
amina sehingga tidak reaktif. Ion logam Na termasuk jenis asam keras dan klorida
termasuk jenis basa keras sehingga pembentukan NaCl lebih disukai dari pada
pengikatan logam Na oleh atom sulfur. Atom sulfur dalam bentuk ditiokarbamat
termasuk jenis basa lunak sehingga akan lebih cenderung melepaskan ion logam
Na untuk membentuk senyawa kompleks dengan ion logam Zn.
Gambar 12 Reaksi pembentukan senyawa Zn-dibutilditiokarbamat.
Hasil perhitungan DFT metode BLYP/6-31G* menunjukkan ion Na dan Cl
memiliki gap energi dan hardness yang besar sehingga dikategorikan sebagai
25
asam basa keras (Tabel 6). Sedangkan ion Zn dan ditiokarbamat (DTC) memiliki
nilai hardness dan gap energi yang rendah sehingga diketogorikan sebagai
borderline-soft. Oleh karena itu, pembentukan senyawa Zn-dialkilditiokarbamat
cenderung terjadi dengan baik. Produk reaksi antara ZnCl2 (borderline-hard) dan
NaDTC (hard-soft) yaitu NaCl (hard-hard) dan Zn-DTC (borderline-soft)
memiliki gap energi HOMO asam (Na-LUMO yang lebih rendah dari pada ionion reaktanya).
Gap energi antara HOMO anion DTC dan LUMO ion Zn2+
sebesar 23.63 ev, HOMO ion Cl- dan LUMO ion Na+ sebesar 8.7 ev, serta HOMO
ion Cl- dan LUMO ion Zn2+ sebesar 24.13 ev sehingga NaCl lebih cenderung
terbentuk dalam reaksi tersebut.
Tabel 6 Nilai Energi hasil perhitungan DFT metode BLYP dengan basis set 6-31G*
Energi (ev)
Ion/senyawa
Gap HOMOHOMO LUMO Hardness Elektronegativitas
LUMO
ZnCl2
-11.85
-7.63
2.11
9.74
4.22
NaCl
-4.93
-2.39
1.27
3.66
2.54
NaDTC
-5.25
-1.54
1.855
3.395
3.71
ZnDTC
-5.78
-0.75
2.515
3.265
5.03
Dibutilamina
-4.37
1.67
3.02
1.35
6.04
CS2
-6.53
-2.5
2.015
4.515
4.03
+
Na
-36.6
-7.43
14.585
22.015
29.17
2+
Zn
-28.86 -22.36
3.25
25.61
6.5
Cl
1.77
16.7
7.465
-9.235
14.93
F6.73
35.39
14.33
-21.06
28.66
OH
6.19
10.63
2.22
-8.41
4.44
NO3
2.03
5.8
1.885
-3.915
3.77
ClO4
-0.29
7.35
3.82
-3.53
7.64
ion DTC
1.27
3.82
1.275
-2.545
2.55
Reaksi pembentukan ditiokarbamat bersifat eksoterm, dari hasil pengamatan
diperoleh data kenaikan suhu reaksi pada saat penambahan CS2. Suhu awal
dibutilamina sebasar 27oC dan pada saat penambahan CS2 naik sampai mencapai
62oC selama 1 menit, kemudian suhu reaksi turun mencapai suhu kamar. Hasil
perhitungan DFT metode B3LYP dengan basis set 6-3G** menunjukkan
perubahan entalpi dan energi bebas Gibss bernilai negative (Tabel 7) sehingga
reaksi bersifat eksoterm dan berjalan spontan. Demikian juga pada konversi dari
26
dibutiltiokarbamat ke Zn-dibutilditiokarbamat, entalpi dan energi bebas GIbss
bernilai negatif yang menigindikasikan reaksi pembentukan bersifat eksoterm dan
berjalan spontan.
Tabel 7 Perubahan entalpi dan energi bebas Gibbs reaksi pembentukan
ditiokarbamat dan Zn-dibutilditiokarbamat
SENYAWA
Eo (Kj/mol)
H o (Kj/mol)
G o (Kj/mol)
Dibutilamina
-974185
CS2
-2176505
Ditiokarbamata
-3240406
Perubahan energy
Zn-dibutilditiokarbamat
Perubahan energy
-973465
-2176474
-3239518
-89578.2
-10997018.06
-10907439.85
-973582
-2176545
-3239688
-89561.6
-10997247.54
-10907685.94
Pembentukan senyawa kompleks dapat dijelaskan melalui teori ikatan
valensi, orbital molekul dan teori medan ligan. Berdasarkan teori ikatan valensi,
dijabarkan sebagai berikut:
4d
3d
4s
4p
Konfigurasi elektron logam Zn :
    




Konfigurasi electron ion Zn2+ :
    




Konfigurasi Zn-ditiokarbamat :
    

  





Sumbangan dari ligan (4 atom S)
Orbital ikatan yang terbentuk berupa sp3 sehingga berdasarkan teori ikatan valensi
bentuk geometri senyawa kompleks Zn-dibutilditiokarbamat adalah tetrahedral.
Berdasarkan Zhang et al (2003) dari hasil analisis kristalografi sinar X
menunjukkan bahwa senyawa kompleks Zn-dibutilditiokarbamat memilki struktur
tetrahedral. Panjang ikatan hasil analisis kristalografi sinar X antara atom S-C
dalam struktur Zn-dibutilditiokarbamat sebesar 0.1704-0.1725 nm. Hasil
perhitungan dengan DFT sebasar 1.691-1.692 nm (senyawa mono inti) dan 1.6831.743 nm (senyawa dua inti). Sudut ikatan antara S-C-S sebesar 117.8(5)o
berdasarkan hasil kristolografi (Zhang et al 2003) dan hasil perhitungan DFT
metode B3LYP dengan basis set 6-31G* sebesar 116.85o. Parameter struktur lain
yang mengidentifikasi ligan ditiokarbamat adalah panjang ikatan C-N(R1,R2)
berkisar 0.124-0.152 nm (Karlin 2005) dan hasil perhitungan DFT metode BLYP
dan B3LYP basis set 6-31G* sebesar 0.1348 nm. Hal ini menunjukkan optimasi
27
geometri dari perhitungan DFT metode B3LYP dengan basis set 6-31G*
mendekati hasil percobaan dan struktur yang diusulkan memiliki kesamaan.
Sintesis senyawa Zn-dibutilditiokarbamat menghasilkan suatu kristal
transparan dengan rendemen 90.01% (perhitungan lengkapnya ada di Lampiran
3). Rendemen yang diperoleh cukup besar dan selama proses sintesis dilakukan
pada suhu kamar dibantu dengan pengadukan. Hal ini menunjukkan reaksi secara
termodinamika dapat berlangsung secara spontan, walaupun berlangsung selama 8
jam dan untuk membentuk kristal dibutuhkan waktu yang lama sekitar 24 jam
(menguapkan pelarutnya secara perlahan sehingga pembentukan kristalnya
berjalan dengan baik). Suatu reaksi dinyatakan berlangsung secara spontan jika
memiliki energi bebas Gibbs lebih kecil dari nol (G < 0). Hasil perhitungan
termodinamika berdasarkan DFT metode B3LYP dengan basis set 6-31G*
diperoleh nilai G reaksi pembentukan senyawa Zn-dibutilditiokarbamat lebih
kecil dari nol yaitu sebesar -10907685.94 Kj/mol (Table 6).
Sintesis senyawa Zn-dibutiladitiokarbamat diawali dari pembentukan
ditiokarbamat melalui serangan nukleofilik dari atom nitrogen dibutilamina pada
atom karbon dari karbon disulfida. Atom karbon pada karbon disulfida dapat
mengalami muatan positif sementara karena adanya tarikan elektron dari kedua
atom sulfurnya. Kondisi ini sesuai dengan visualisasi orbital HOMO dari
dibutilamina dan CS2 hasil perhitungan DFT menggunakan metode B3LYP
dengan basis set 6-31G* dengan perangkat lunak Spartan (Gambar 13). Bentuk
orbital dari HOMO dibutilamina simetri dengan orbital LUMO dari CS2, dan
sebaliknya orbital LUMO dari dibutilamina tidak simetri dengan orbital HOMO
dari CS2 sehingga reaksi terjadi akibat serangan nukleofilik dari dibutilamina
melalui atom nitrogennya.
28
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 13 Visualisasi orbital HOMO dan LUMO dari dibutilamina (a), orbital
LUMO CS2 (b), orbital LUMO dibutilamina (c), dan orbital HOMO
dari CS2 (d)
Keterangan:
= atom karbon,
= atom hidrogen,
= atom sulfur
Penggunaan HOMO dan LUMO untuk memprediksi tipe reaksi dan
bagaimana berlangsungnya reaksi telah dilakukan oleh banyak peneliti misalnya
Hehre (2003) mengilustrasikan reaksi sikloadisi Diels-Alder yang terjadi akibat
interaksi antara orbital HOMO cis-1,3-butadiena dengan orbital LUMO dari
etilena yang simetris (Gambar 14) dan tidak mungkin terjadi interaksi dari orbital
HOMO dari etilena dan LUMO etilena lainnya karena tidak adanya simetri.
(a)
(b)
Gambar 14 Ilustrasi reaksi sikloadisi Diels-Alder berdasarkan pendekatan
HOMO-LUMO (a) orbital simetris sehingga reaksi terjadi (b)
orbital tidak simetris sehingga reaksi tidak terjadi.
29
Henre (2003) mengemukakan bahwa permukaan densitas elektron dapat
dijadikan sebagai gambaran dari ukuran dan bentuk keseleruhan molekul. Nilai
potensial elektrostatik, merupakan contoh yang dapat menunjukkan densitas
elektron, dapat membedakan daerah yang kaya elektron (mengalami serangan
elektrofilik) dan yang miskin elektron (mengalami serangan nukleofilik).
Visualisasi potensial elektrostatik dari struktur dapat membedakan senyawa yang
mudah mengalami serangan elektrolifik atau bereaksi dengan hidrogen, seperti
yang diilustrasikan pada Gambar 15 untuk senyawa trimetilamina, dimetileter,
dan metilfluorida. Potensial elektrostatik dibutilamina hasil perhitungan DFT
menggunakan metode B3LYP dengan basis set 6-31G* sebesar -83,68 kJ/mol
dan divisualisakan pada Gambar 16. Potensial elektrostatik dibutilamina terpusat
pada atom nitrogen yang menunjukkan adanya kumpulan elektron (adanya
pasangan elektron bebas) dan menjadi pusat serangan elektrofilik dari karbon
disulfida.
(a)
(b)
(c)
Gambar 15 Perbedaan potensial elektrostatik (a) dimetilamina, (b) dimetileter (c)
metilfluorida
4
2’
2
3
1
1’
4’
3’
Gambar 16 Potensial elektrostatik dibutilamina hasil perhitungan DFT
menggunakan B3LYP dengan basis set 6-31G*
Reaktivitas senyawa dapat juga dilihat dari nilai muatan parsialnya seperti
dalam Fathalla et al 2001 yang mempelajari muatan parsial Mulliken dari 4Methyl-1-thioxo-1,2,4,5-tetrahydro[1,2,4]triazolo[4,3-a]quinazolin-5-one
untuk
mengidentifikasi regioselektivitas serangan elektrofilik. Muatan parsial Mulliken
30
terbesar pada senyawa dibutilamina terdapat pada atom nitrogen (Tabel 8). Oleh
karena itu, serangan elektrofilik sangat mungkin terjadi pada atom nitrogen.
Table 8 Muatan parsial dari dibutilamina hasil perhitungan DFT menggunakan
metode B3LYP dengan basis set 6-31G*
Muatan parsial
Atom
Mulliken
Elektrostatik
alamiah
N
-0.561
-0.718
-0.690
C1
-0.106
0.163
-0.248
C2
-0.258
-0.222
-0.463
C3
-0.250
0.103
-0.455
C4
-0.441
-0.497
-0.672
C1’
-0.106
0.163
-0.248
C2’
-0.258
-0.222
-0.463
C3’
-0.250
0.103
-0.455
C4’
-0.441
-0.497
-0.672
Sintesis Senyawa Zn-Diakilditiokarbamat Rantai Panjang
Pola sintesis senyawa kompleks Zn-dibutilditiokarbamat digunakan untuk
mensintesis senyawa kompleks Zn-dialkilditiokarbamat dengan alkil rantai
panjang. Jenis alkil yang digunakan adalah rantai karbon 16 dan sumber alkil yang
digunakan merupakan turunan dari asam lemak palmitat. Pada penelitian ini,
bahan baku alkil yang digunakan adalah amina primer dari asam palmitat
(heksadesilamina) dan asil klorida dari asam palmitat (palmitoil klorida). Tahapan
yang dilakukan untuk membentuk dialkil dalam senyawa kompleks adalah:
a. Pembentukan amida sekunder
Amida dapat disintesis dengan berbagai cara misalnya mereaksikan
halide asam dengan amina primer, ester dengan amina primer, dan
anhidrida dengan amina primer. Dalam penelitian ini, amida sekunder
rantai panjang disintesis dari amina dan asil klorida mengikuti reaksi
Schotten-Baumann. Dalam metode ini, reaksi terjadi dalam suasana basa
(NaOH) untuk menggerakkan kesetimbangan ke arah pembentukan amida.
Skema pembentukan amida berdasarkan reaksi Schotten-Baumann terlihat
pada Gambar 17.
31
o
Amida 2
o
Amida 2
Gambar 17 Skema pembentukan amida berdasarkan reaksi SchottenBaumann
Dalam pembentukan amida pada Gambar 17 menghasilkan ekivalen
asam yang dapat bereaksi dengan amina primer yang dapat bereaksi
membentuk garam ammonium, yang menyebabkan amina tersebut tidak
bereaksi dengan asil kloridanya dan rendemennya akan berkurang. Garam
ammonium dapat dikonversi ke dalam bentuk amina bebasnya kembali
dengan penambahan basa sehingga dapat bereaksi dengan asil kloridanya.
Dalam penelitian ini, NaOH digunakan sebagai sumber basa dan
kelebihan NaOH dapat dengan mudah dihilangkan dengan air. Rendemen
hasil sintesis amida sekunder dari palmitoilklorida dan palmitat sebesar
97.76%. Sintesis amide menggunakan asilklorida dan amina primer
menghasilkan rendemen yang besar karena reaktivitas dari atom karbonil
dan gugus pergi yang baik dari klorida.
Reaktivitas atom karbon karbonil pada asil klorida lebih besar
dibandingkan dalam bentuk anhidridanya. Kondisi ini disebabkan oleh
sifat elektronegativitas dari klorida yang besar dan menyebabkan atom
karbon memilki kutub positif yang memudahkan serangan nukleofilik dari
atom nitrogen amina. Selain itu, klorida merupakan gugus pergi yang baik
32
sehingga pada saat ada serangan nukleofilik terhadap atom karbon, klorida
dengan mudah akan lepas dari ikatan karbonil. Kemudahan serangan
nukleofilik diharapkan dapat meningkatkan rendemen amida yang
disintesis melalui jalur asil klorida. Serangan nukleofilik ini digambarkan
dengan hasil perhitungan DFT yang menunjukkan adanya kecocokan
simetri orbital HOMO dari atom nitrogen senyawa amina primer dan
LUMO dari atom karbon karbonil dari asilklorida (Gambar 18). Serangan
nukleofilik dari atom nitrogen juga dapat dilihat dari hasil perhitungan
DFT (Gambar 19) yang menunjukkan perubahan posisi dari dua atom
hidrogen dari amina dan atom oksigen dan klorida dari senyawa asil pada
saat keadaan transisi. Posisi atom-atom tersebut membentuk pola
tetrahedral.
(a) LUMO asilklorida
(c) HOMO asilklorida
(d) LUMO amina primer
(b) HOMO amina primer
Gambar 18 Orbital molekul HOMO-LUMO dari amina primer dan
asilklorida hasil perhiungan DFT metode B3LYP dengan
basis set 6-31G*
Profil energi pembentukan terhadap jarak ikatan hasil perhitungan
DFT (Gambar 19) menunjukkan bahwa proses pembentukan amida
menggunakan asil klorida dan amina primer bersifat eksoterm, yaitu
energi produk lebih rendah dari pada energi reaktan. Mekanisme
pembentukan amida sekunder terjadi melalui serangan nukleofilik dari
atom nitrogen ke atom karbon karbonil asil klorida. Hal ini terlihat dari
semakin meningkatnya muatan elektrostatik atom nitrogen menjadi positif
pada kondisi transisi (Gambar 19).
33
Gambar 19 Profil energi pembentukan amida sekunder dari amina primer
dan asilklorida (
muatan,
energi)
b. Pembentukan dipalmitilamina
Amina sekunder diperoleh melalui reduksi amida menggunakan
reduktor LiAlH4 karena LiAlH4 merupakan reduktor yang kuat
dibandingkan dengan reduktor lainnya seperti NaBH4. Pemilihan reduktor
sangat penting, karena gugus alkil yang panjang dari amida dapat
mengurangi kemampuan reduksi dari reduktor. Rendemen hasil sintesis
yang diperoleh sebesar 46.66% dan rendemen yang diperoleh kecil karena
adanya pengaruh rantai yang terhadap reaktivitas LiAlH4 dalam
mentransfer elektron. Kemampuan reduksi LiAlH4 dijelaskan melalui
pendekatan EHOMO dan ELUMO dari amida dan LiAlH4.
Reduksi amida menjadi amina melalui serangan nukleofilik atom
hidrogen dari LiAlH4 pada karbon karbonil. Elektron dari ikatan C=O
bergerak ke atom oksigen untuk menghasilkan zat antara berupa senyawa
kompleks logam alkoksida. Logam alkoksida merupakan gugus pergi yang
baik dan menghasilkan ion iminium yang sangat reaktif terhadap serangan
nukleofilik dari atom hydrogen dari LiAlH4 sehingga terbentuk amina
34
sekunder. Serangan nukleofilik dari atom hidrogen LiAlH4 pada atom
karbonil terbukti dengan kesesuaian orbital HOMO dari LiAlH4 dengan
orbital LUMO dari amida (Gambar 20). Mekanisme pembentukan amina
melalui reduksi amida (Brukner 2002) diperlihatkan pada Gambar 21.
LUMO amida
HOMO amida
LUMO LiAlH4
HOMO LiAlH4
Gambar 20 Orbital HOMO dan LUMO dari LiAlH4 dan amida
Gambar 21 Skema reduksi amida sekunder menjadi amina sekunder
35
c. Pembentukan senyawa Zn-dialkilditiokarbamat
Sintesis senyawa Zn-dipalmitilditiokarbamat dilakukan seperti
sintesis Zn-dibutilditiokarbamat, dan rendemen yang diperoleh sebesar
66.49%. suatu reaksi terjadi jika memiliki simetri orbital yang sesuai dan
tingkat energi HOMO-LUMO yang mirip (Miessler & Tarr 1998). Hasil
perhitungan DFT dengan metode BLYP basis set 6-31*G menunjukkan
jarak EHOMO ZnCl2 dan EHOMO Na-dialkilditiokarbamat semakin pendek
dengan semakin pendeknya rantai alkil dari Na-dialkilditiokarbamat
(Gambar 22). Senyawa/ion/unsur yang memiliki tingkat energi HOMO
yang lebih besar akan berfungsi sebagai donor elektron, dan sebaliknya.
Oleh karena itu, Na-Dialkilditiokarbamat berfungsi sebagai donor elektron
(basa Lewis) dan ZnCl2 sebagai penerima elektron (asam Lewis).
0
-1
Energi (ev)
-2
-3
EHOMO
-4
ELUMO
-5
-6
-7
-8
Senyawa
Gambar 22 Profil energi HOMO-LUMO dari ZnCl2 dan Nadialkilditiokarbamat (alkil = C4, C6, C8, C12, dan C16)
Dalam kaitannya dengan teori HSAB, gugus ditiokarbamat
merupakan basa lunak dan sedangkan ion klorida bersifat basa keras.
Kation Na merupakan asam keras dan kation Zn2+ termasuk borderline.
Hasil perhitungan DFT terhadap ion-ion dalam reaksi pembentukan Zndialkilditiokarbamat
ditampilkan
pada
Tabel
9
dan
Zn2+
dan
dialkilditiokarbamat memiliki nilai gap EHOMO dan EHOMO yang lebih
mirip serta lebih kecil dari ion Na dan klorida. Demikian juga nilai
36
hardness dari Zn dan dialkilditokarbamat memiliki nilai yang mirip serta
lebih kecil dari ion Na dan Cl. Hasil perhitungan tersebut memberikan
gambaran bahwa ion Na dan klorida bersifat asam basa keras karena
memilki nilai hardness dan gap EHOMO-ELUMO yang besar (Miessler & Tarr
1998). Dan ion Zn2+ dan dialkilditiokarbamat akan cenderung mudah
bereaksi membentuk senyawa baru, sedangkan ion Na akan lebih
cenderung bereaksi dengan ion klorida karena memiliki karakter asambasa keras.
Tabel 9 Nilai EHOMO, ELUMO, Gap energi, dan Hardness Hasil perhitungan
DFT metode BLYP dengan basis set 6-31G*
EHOMO ELUMO
Gap
Hardness
Komponen Ion
E (ev)
(ev)
(ev)
(ev)
(ev)
+
Na
-4410.16
-36.6
-7.43
29.17
14.585
2+
Zn
-48385.4 -28.86 -22.36
6.5
3.25
Cl
-12523.4
1.77
16.7
14.93
7.465
Dibutilditiokarbamat -32796.2
-4.44
-1.37
3.07
1.535
Penentuan Struktur
a. Senyawa Zn-dibutilditiokarbamat
Identifikasi keberhasilan sintesis senyawa Zn-dibutilditiokarbamat
dipantau menggunakan FTIR dan HPLC. Hasil pengukuran FTIR
menunjukkan adanya perubahan puncak dari spektrum dibutilamina,
dibutilditiokarbamat, dan Zn-dibutilditiokarbamat. Puncak penting yang
menunjukkan adanya perubahan struktur (Zhang et al. 2003 dan ) adalah
puncak serapan 3300 cm-1 (ulur N-H), 1100 cm-1 adanya S-H, 1640-1550 cm1
(tekuk N-H), 1000 cm-1 adanya kompleks S-M. Spektrum hasil pengukuran
dengan FTIR (Lampiran 4) menunjukkan perbedaan antara dibutilamina,
dibutiltiokarbamat dan Zn-dibutilditiokarbamat. Hilangnya puncak serapan
pada bilangan gelombang 331.78 cm-1 (vibrasi N-H) dan munculnya puncak
serapan pada bilangan gelombang 929.69, 956.69 dan 1010.70 cm-1 (vibrasi
C-S,S).
Berdasarkan hasil perhitungan DFT dan simulasi dalam perangkat lunak
Spartan bahwa perbedaan mendasar spektrum Zn-DTC dan Na-DTC serta
37
Dibutilditiokarbamat adalah puncak yang tajam di bilangan gelombang 1100
cm-1. Puncak serapan tunggal dan kuat pada bilangan gelombang ini
menunjukkan vibrasi dari C-S,S yang bebas (tidak terkompleks). Spektrum
IR
beberapa
senyawa
yang
berkaitan
dengan
pembentukan
Zn-
dialkilditiokarbamat berdasarkan hasil perhitungan DFT dan pengukuran
dengan alat FTIR terlampir (Lampiran 4 dan 7).
Intensitas pada bilangan gelombang tiap gugus fungsi dari vibrasi
molekul merupakan hal yang karakteristik pada suatu molekul. Uji statistik
(uji t) terhadap rasio intensitas dan bilangan gelombang dari senyawa Zndibutilditiokarbamat antara hasil pengukuran dan perhitungan tidak berbeda
nyata pada selang kepercayaan 95%. Selain itu, data rasio intensitas terhadap
bilangan gelombang menunjukkan sebaran (pola sebaran) yang tidak berbeda
(Gambar 23). Pola rasio intensitas dan bilangan gelombang yang memiliki
puncak-puncak spesifik antara hasil pemgukuran dan perhitungan memiliki
kemiripan sehingga hasil perhitungan dapat digunakan sebagai identifikasi.
Individual Value Plot of (I/bil)exp, (I/bil) DFT
0.16
0.14
0.12
Data
0.10
0.08
0.06
0.04
0.02
0.00
(I/bil)exp
(I/bil) DFT
Gambar 24 Sebaran data rasio intensitas terhadap bilangan gelombang hasil
pengukuran FTIR spectrometer dan perhitungan DFT metode
B3LYP dengan basis set 6-31G*
Identifikasi lain adalah analisis HPLC yang dilakukan untuk
memastikan keberhasilan sintesis Zn-dibutilditiokarbamat, waktu retensi yang
berbeda menunjukkan senyawa yang berbeda pada kondisi analisis yang
38
sama. Hasil analisis HPLC dengan kolom C18, detektor UV (254 nm) dan
eluen metanol:air (95:5) menunjukkan adanya perbedaan waktu retensi antara
dibutilamine (tR=4.092 menit) dan Zn-dibutilditiokarbamat hasil pemurnian
dengan melarutkannya dalam metanol (tR=6.942 menit) (Gambar 24). Dalam
proses pemurnian tersebut, senyawa Zn-dibutilditiokarbamat terlarut dalam
pelarut metanol yaitu adanya peak pada tR=6.917 menit (Gambar 25) yang
Detector A (254nm)
F0.6MeOH:air/95:5
zn-dibutil 230210
0.14
0.12
4.092
0.10
0.08
0.06
0.04
0.12
0.10
0.08
Volts
Name
Retention Time
6.942
(Zn-dibutilditiokarbamat)
Detector A (254nm)
F0.6MeOH:air/95:5
dibutylamin 230210c
0.14
(Dibutilamina)
Volts
Absorbansi
unit (mAu)
menunjukkan adanya senyawa Zn-dibutilditiokarbamat.
0.06
0.04
0.02
0.02
0.00
0.00
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Minutes
Gambar 24 Kromatogram HPLC senyawa dibutilamina dan Zn-dibutilditiokarbamat
0.7
Detector A (254nm)
F1MeOH:ai r/95:5
fase larut meoh zn-butil
Name
Retention Time
0.6
0.6
0.5
0.5
3.275
8.417
0.2
7.525
6.917
6.117
5.367
4.133
0.1
3.558
2.467
2.667
2.808
0.2
0.3
4.958
0.3
0.1
0.0
0.0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Minutes
Gambar 25 Kromatogram HPLC fraksi metanol hasil purifikasi senyawa Zndibutilditiokarbamat
10
Volts
0.4
4.525
0.4
3.750
3.992
Volts
Absorbansi
unit (mAu)
0.7
39
b. Senyawa Zn-dipalmitilditiokarbamat
Identifikasi keberhasilan sintesis dilakukan dengan FTIR & HPLC.
Nilai puncak serapan pada spektrum FTIR menunjukkan adanya perbedaan
dari setiap tahapan reaksi mulai dari amina primer, amida sekunder, amina
sekunder dan Zn-dialkilditiokarbamat (Lampiran 5 dan 6). Perbedaan
spektrum
FTIR
dari
heksadesilamina,
N-heksaldesilpalmitoilamida,
dipalmitilamina, dan Zn-dipalmitilditiokarbamat diringkas pada Tabel 10.
Hasil
analisis
dengan
HPLC
menggunakan
kolom
C18
eluen
methanol:propanol (95:5) dengan detektor UV (254 nm) diperoleh pemisahan
yang baik antara dipalmitilamina dan Zn-dipalmitilditiokarbamat. Waktu
retensi (tR) 0.500 menit menunjukkan senyawa dipalmitilamina dan tR=0.750
menit menunjukkan senyawa Zn-dipalmitilditiokarbamat (Gambar 26).
Table 10 Ringkasan puncak serapan IR dari reaktan sampai produk dalam sintesis
Zn-dialkilditiokarbamat
Bilangan
C16H35N
C15H31CONH34C16 C16H33N
Zn- dialkil Tipe vibrasi
o
geombang
(amida 2 )
C16 H34
DTC
(cm-1)
(amina 2o)
3301
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
N-H
1639-1645 ada
Ada
Tidak ada Tidak ada
N-H & C=O
1544-1555 ada
Ada
Ada
Tidak ada
C-H & N-H
amina 2o
950-1100 Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Ada
C-S,S
40
Detector A (254nm)
kolom C 18
Amine 2 Palm Palm+Zn Palm (070110)
Name
Retention T ime
0.08
0.06
4.758
4.867
4.133
4.225
3.392
2.142
2.717
0.02
2.533
0.02
2.367
0.04
1.658
0.04
0.00
0.00
-0.02
0.0
-0.02
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
Minutes
Gambar 26 Kromatogram dipalmitilamina dan Zn-dipalmitilditiokarbamat
Perkiraan Aplikasi Senyawa Kompleks
Aktivitas lubricant boundary additive berfungsi mengurangi friksi dan wear
dengan menjaga adanya boundary antara dua permukaan yang saling kontak dan
membentuk sabun atau kompleks antara senyawa aditif dengan oksida logam.
Proses pembentukan lapisan senyawa Zn-dialkilditiokarbamat pada permukaan
logam dapat dilihat pada Gambar 26. Proses ini dianalogikan dengan model yang
pertama kali diusulkan oleh Marina et al (1998) dan Ohmae N (2005) dalam
proses pembentukan lapisan Zn-DialkilDitiofosafat (ZDDP) di permukaan logam
(Gambar 27).
Mekanisme yang terjadi dalam proses tribokimia merupakan reaksi kimia
sehingga dapat dijelaskan melalui pendekatan teori HSAB. System tribokimia
yang baik diperoleh pada saat kestabilan reaksi dalam proses dicapai melalui
penggunaan additive yang mampu bereaksi dengan asam lunak dan asam keras.
Martin et al. (2000) menggunakan pendekatan chemical hardness untuk
menjelaskan efek sinergis dari system Mo-ditiokarbamat (antifriksi yang sangat
baik, µ=0.05, antiwear yang kurang baik) dan Zn-ditiofosfat (antiwear yang
sangat baik, antifriksi kurang baik µ=0.15). Dalam system biner tersebut, Zn-DTP
akan bereaksi dengan oksida besi (reaksi asam-basa keras) dalam status sebagai
4.5
5.0
Volts
0.750
0.06
0.500
Volts unit (mAu)
Absorbansi
0.08
41
antiwear dan Mo-DTC membentuk MoS2, MoO3, dan karbamat akibat friksi.
MoS2 berfungsi sebagai antifriksi melalui pembetukan tribofilm single sheet.
Penjelasan kuantitatif terjadinya reaksi kimia dapat diukur menggunakan chemical
hardness, elektronegativitas absolute, dan softness (Miessler & Tarr 1998).
Ukuran kuantitatif diatas digunakan untuk memprediksi reaktivitas aditif pelumas
sebagai antifriksi dan antiwear.
Gambar 27 Reaksi asam-basa tribokimia Zn-Ditiofosfat, proses pembentukan
Fe/Zn fosfat yang lambat (reaksi asam basa keras), dan proses
pembentukan FeSx yang cepat (reaksi asam basa lunak) (Ohmae N
et al 2005)
Senyawa Zn-dialkilditiobamat memiliki gugus reaktif seperi Zn, sulfur dan
nitrogen. Kajian aktivitas aditif pelumas melalui kimia kuantum didasarkan pada
elektronegativitas (Erdemir et al. 2005), chemical hardness (Erdemir et al. 2005),
potensial ionisasi (Erdemir et al. 2005), softness, potensial elektrostatik,
pembentukan lapis tipis dan degradasi aditif (Anderson 2009, Hipler et al. 2005,
dan Monasse & Montmitonnet 2008), dan interaksi antara oksida logam dengan
aditif (Adam et al. 2001). Beberapa Zn-dialkilditiokarbamat hasil sintesis memilki
nilai parameter reaktivitas berdasarkan perhitungan DFT dengan metode B3LYP
menggunakan basis set 6-31G* diperlihatkan pada Tabel 11.
42
Tabel 11 Nilai Chemical hardness, elektronegativitas absolute, dan softness dari
Zn-DTC, Zn-DTP dan Mo-DTC yang dihitung berdasarkan DFT
B3LYP dengan basis set 6-31G*
ElektroneChemical
EHOMO ELUMO
gativitas Softness
No
Senyawa
Hardness
(ev)
(ev)
absolute
(ev)
(ev)
(ev)
1 Zn-dibutilditiokarbamat
-0.62 6.55
3.585
-2.965
0.279
2 Zn-diheksilditiokarbamat
-0.61 6.56
3.585
-2.975
0.279
3 Zn-Dioktilditiokarbamat
-0.60 6.57
3.585
-2.985
0.279
4 Zn-Didesilditiokarbamat
-0.59 6.58
3.585
-2.995
0.279
5 Zn-Dilaurilditiokarbamat
-0.59 6.58
3.585
-2.995
0.279
6 Zn-Dipalmitilditiokarbamat
-0.12 5.71
2.915
-2.795
0.343
7 Zn-Dioktadesilditiokarbamat
-0.12 5.71
2.915
-2.795
0.343
8 Zn-Dioleilpalmitilditiokarbamat -0.61 6.59
3.6
-2.99
0.278
9 Zn-Dioleilstearilditiokarbamat -0.6
6.6
3.6
-3.00
0.277
10 Zn-dibutilditiofosfat
-3.38 1.43
2.405
0.975
0.416
11 Zn-diheksilditiofosfat
-3.37 1.45
2.41
0.96
0.415
12 Zn-dioktilditiofosfat
-3.36 1.46
2.41
0.95
0.415
13 Zn-didesilditiofosfat
-3.35 1.46
2.405
0.945
0.416
14 Zn-dilaurilditiofosfat
-3.32 1.54
2.43
0.89
0.412
15 Zn-dipalmitilditiofosfat
-3.33 1.52
2.425
0.905
0.412
16 Mo-Dibutilditiokarbamat
-4.12 3.89
4.005
0.115
0.2497
17 Mo-diheksilditiokarbamat
-2.28 3.08
2.83
-0.25
0.353
Senyawa Zn-DTP dan Mo-DTC sudah dikenal sebagai aditif pelumas
(antiwear dan antifriksi) yang baik. Mo-DTC merupakan antifriksi yang sangat
baik dan lebih baik dibandingkan Zn-DTP. Mo-DTC yang termasuk salah satu
superlubricity (Erdemir
& Martin 2007) karena memiliki kemampuan
menurunkan koefisien friksi sampai lebih kecil dari 0.05. Dan dari segi parameter
kuantitatif, Mo-DTC dengan panjang rantai yang sama memiliki nilai
elektronegativitas yang lebih rendah dibandingkan dengan Zn-DTP. Hal ini
menunjukkan nilai elektronegativitas yang semakin rendah akan meningkatkan
antivitas anti friksi yang lebih baik (Erdemir et al. 2005) dan berdasarkan Martin
et al. (2000) Mo-DTC memiliki aktivitas antifriksi yang lebih baik dari Zn-DTP.
Nilai elektronegativitas absolute Zn-DTC lebih rendah dibandingkan Mo-DTC
sehingga kemampuan antifriksinya diperkirakan lebih baik dibandingkan MoDTC. Pada Zn-DTC rantai C16 terjadi fenomena nilai elektronegativitas
meningkat lagi tetapi nilai hardness yang menurun. Fenomena ini dapat
dihubungkan dengan kemampuannya sebagai antiwear dan sekaligus antifriksi
43
yang lebih baik dari lainnya. Selain itu, nilai elektronegativitas Zn-DTC rantai
C16 dan C18:1 turun tetapi nilai hardness meningkat lagi. Demikian juga pada
Zn-DTC rantai C18 dan C18:1, sehingga adanya rantai tak jenuh menyebabkan
peningkatan kemampuan antifriksi tetapi mengurangi kemampuan antiwear-nya.
Kemampuan antiwear dari Zn-DTP lebih baik dibandingkan Mo-DTC, hal
ini disebabkan gugus fosfat dari Zn-DTP bersifat basa keras dan wear yang terjadi
akibat friksi seperti Fe2O3 bersifat asam keras sehingga Zn-DTP dapat menjaga
kesetimbangan dari proses tribokimia. Ukuran kuantitatif (dalam hal ini nilai
hardness) dari Zn-DTP lebih rendah dibandingkan Mo-DTP dengan panjang rantai
alkil yang sama. Oleh karena itu, senyawa dengan nilai hardness yang lebih
rendah memiliki kemampuan antiwear yang lebih baik. Nilai hardness Zn-DTC
berada diantara Zn-DTP dan Mo-DTC, sehingga senyawa Zn-DTC memiliki
kemampuan antifriksi dari Mo-DTC dan kemampuan antiwear dari Zn-DTP.
Pengaruh panjang rantai terhadap kemampuan antifriksi juga dilakukan oleh
Minami (2009), dan memperlihatkan bahwa panjang rantai dalam kation
imidazolium menurunkan koefisien friksi yang berarti senyawa tersebut memiliki
kemampuan antifriksi yang lebih baik (Gambar 28). Hasil perhitungan DFT
menunjukkan semakin panjang rantai alkil semakin turun nilai hardness dan
elektronegativitasnya (Gambar 29).
Gambar 28 Pengaruh panjang rantai dalam kation imidazolium terhadap friksi
(Minami 2009)
44
12
10
Energi (ev)
8
6
Hardness
Elektronegativitas
4
2
0
C2
C4
C6
C8
Panjang Rantai Alkil
Gambar 29 Pengaruh panjang rantai alkil dari kation imidazolium terhadap nilai
hardness & elektronegativitas hasil perhitungan DFT metode B3LYP
dengan basis set 6-31G*
45
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sintesis Zn-dibutilditiokarbamat, dipalmitilamida, dipalmitilamina, Zndipalmitilditiokarbamat menghasilkan rendemen berturut-turut 90.02%, 90.91%,
47.5%, dan 66.49%. Pendekatan DFT metode BLYP dan B3LYP dengan basis set
6-31G* dapat memberikan gambaran yang cermat dalam menjelaskan pola
sintesis
Zn-dibutilditiokarbamat
dan
Zn-dipalmitilditiokarbamat
melalui
kesesuaian simetri orbital HOMO-LUMO, muatan parsial atom, dan level energi
pereaksinya. Hasil optimasi geometri metode B3LYP basis set 6-31G*
menunjukkan Zn-dibutilditiokarbamat berbentuk tetrahedral dengan sudut ikatan
S-C-S 116.85O dan hasil kristalografi sebesar 117.8(5)O. Identifikasi struktur
senyawa Zn-dibutilditiokarbamat menggunakan FTIR menghasilkan data yang
tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% dengan hasil perhitungan DFT
metode B3LYP basis set 6-31G*.
Elektronegativitas absolute dan chemical hardness dapat dijadikan sebagai
deskriptor untuk memperkirakan kemampuan aditif pelumas sebagai antifriksi dan
antiwear. Elektronegativitas absolut dari Mo-DTC lebih rendah dibandingkan ZnDTP dan kemampuan antifriksi Mo-DTC lebih baik dibandingkan Zn-DTP. Nilai
Chemical hardness Zn-DTP lebih rendah dibandingkan Mo-DTC dan kemampuan
antiwear Zn-DTP lebih baik dibandingkan Mo-DTC. Kemampuan antifriksi
kation imidazolium lebih baik dengan rantai alkil semakin panjang dan nilai
elektronegativitas absolut-nya semakin rendah dengan rantai alkil yang semakin
panjang. Nilai elektronegativitas absolut Zn-DTC menurun dari C-4 sampai C12
(-2.965 sampai -2.995 ev) dengan nilai hardness yang relatif tetap (3.587 ev) yang
menunjukkan semakin baik sifat antifriksinya. Nilai elektronegativitas absolut dari
Zn-DTC lebih rendah dari Mo-DTC, berarti diperkirakan kemampuan
antifriksinya lebih baik dari dari pada Mo-DTC. Nilai hardness Zn-DTC lebih
tinggi dari pada Zn-DTP dan Mo-DTC, berarti diperkirakan kemampuan
antiwearnya lebih rendah dibandingkan Zn-DTP dan Mo-DTC.
46
Saran
Kajian lebih mendalam terhadap aplikasi DFT dalam menjelaskan sintesis
dan mekanisme senyawa Zn-dialkilditiokarbamat serta perkiraan aplikasinya
sebagai aditif pelumas dengan cara:
-
Melakukan perhitungan dengan DFT pada berbagai kemungkinan
mekanisme yang terjadi dan menghitung parameter termodinamika
(entalpi, energi bebas Gibbs, entropi) dan kinetik pada setiap tahap
sintesis.
-
Melakukan percobaan dalam menentukan parameter termodinamika dan
kinetik dalam setiap tahapan sintesis Zn-dialkilditiokarbamat
-
Menggunakan tambahan lokal deskriptor (indeks Fukuii, local softness
dan desktriptor lainnya) dalam memperkirakan aplikasi Zn-DTC.
-
Mengidentifikasi dan menghitung pola interaksi Zn-dialkilditiokarbamat
dengan permukaan logam.
-
Menggunakan komputer dengan RAM dan Harddisk yang lebih besar
(minimal RAM 8 Gb dan Harddisk 1 terra).
DAFTAR PUSTAKA
Adam J B, Hector L G, Siegel D J, Yu H & Zhong J.2001. Adhesion,
Lubrication, and Wear on The Atomic Scale. Surf. Interface Anal.
(31):619-626
Affani R & Dugat D. 2007. Studies on the Selective of the Amide Link of
Acyclic and Macrocyclic Amidoketals: Unexpected Cleavage and
trans-Acetalization with Red-Al®. Synthetic Communications
(37):3729-3740
Anonim. 2007. Chapter 9: Density Functional Theory (DFT) Methods.
http://chemistry.ncssm.edu/book/Chap9DFT.pdf
Asthana P .2006. Micro- And Nano- Scale Experimental Approach To Surface
Engineer Metals. Tesis. Texas A&M University
Beata Jasiewicz. 2008. NMR Spectra of Sparteine N1-oxide and α-Isosparteine
N-oxide. Molecules 13: 3-10
Broclawik E, Datka J, Gil B & Kozyra P. 2002. Nature of Copper Active Sites in
CuZSM-5: Theory and Experiment. Int. J. Mol. Sci. 3: 435-444
Brukner R 2002. Advanced organic chemistry: Reaction Mechanisms.California,
Academic Press
Claramunt R M, María D S, Pinilla E, Torres M R and Elguero J. 2007.
Structural Studies of Two Tinuvin® P Analogs:2-(2,4Dimethylphenyl)-2H-benzotriazole and 2-Phenyl-2H-benzotriazole.
Molecules 12: 2201-2214
Erdemir A & Martin JM .2007. Superlubricity. Amsterdam, Elsevier
Erdemir A, Shenghua Li & Yuansheng Jin. 2005. Relation of Certain Quantum
Chemical Parameters to Lubrication Behavior of Solid Oxides. Int.
J. Mol. Sci. (6): 203–218
Fathalla W, Čajan M & P Pazdera P. 2001. Regioselectivity of Electrophilic
Attack on 4-Methyl-1-thioxo-1,2,4,5-tetrahydro[1,2,4]triazolo[4,3-a]
quinazolin-5-one. Part 1: Reactions at the Sulfur Atom. Molecules 6:
557-573
Gao, Jason. 2003. Specific antioxidant combination for diesel engine lubricating
compositions. Patent. No. EP1350833
Griffo & Keshavan. 2007. High Performance Rock Bit Grease. US Patent No.
20070254817 A1
Guo H M , Wang L T, Jing-Zhang, Zhao P S, & Jian F F. 2008. Synthesis, IR
Spectra, Crystal Structure and DFT Studies on 1-Acetyl-3-(4Chlorophenyl)-5-(4-Methylphenyl)-2-Pyrazoline. Molecules
(13):2039-2048
Henry W J. 2003.A Guide to Molecular Mechanics and Quantum Chemical
Calculations.Irvine, Wavefucntion Inc.
Hermann P, Kotek J, Kubí ek V, & Luke I. 2008. Gadolinium(III) complexes
as MRI contrast agents: ligand design and properties of the
complexes. Dalton Trans:3027
Hipler F, Fischer R A, & Muller. 2005. Matrx-isolation pyrolysis investigation
of mercapto-functionalized 1,3,4-thiadiazoles:thermal stability of
thiadiazole lubricant additives. Phys. Chem.. chem.. phys. (7):731737
Huheey J E. 1978. Inorganic Chemistry: Principles of Structure and Reactivity.
2nd ed. New York, Harper & Row Publisher
Jasiewicz B. 2008. NMR Spectra of Sparteine N1-oxide and α-Isosparteine Noxide. Molecules. (13): 3-10
Kaludjerovic G. N, Djinovic V. M., Trifunovic S. R., Hodzic I M., & Sabo T
J. 2002. Synthesis and characterization of tris-butyl-(1-methyl-3phenyl-propyl)-dithiocarbamato]-cobalt(III)
seskvitoluene.
J.Serb.Chem.Soc. 67(2)123–126
Kanakaraju R & Kolandaivel P. 2002. Post Hartree–Fock and DFT Studies on
Pyrrole···Nitrogen and Pyrrole···Carbon Monoxide Molecules. Int. J.
Mol. Sci. 3: 777-789
Karlin K D.2005. Progress in Inorganic Chemistry. New Jersey, John Wiley &
Sons Inc
Koch W & Holthausen Max C. 2001. A Chemist’s Guide to Density Functional
Theory. 2nd Edition. New York, Wiley-VCH
Margetic D, Johnston M R & Warrener R N. 2001. High-level Computational
Study of the Site-, Facial- and Stereoselectivities for the Diels-Alder
Reaction Between o-Benzoquinone and Norbornadiene. Molecules 5:
1417–1428
Miessler G L & Tarr D A. 1998. Inorganic Chemistry. 2nd Ed. Ney Jersey,
Prentice Hall.
Minami I .2009. Ionic in Tribology. Molecules (14): 2286-2305
Monasse B & Montmitonnet P. 2008. DFT-Modelling of the Reaction a
Polysulfur Extreme-Pressure Lubricant Additive on Iron Surface.
International Journal of Material Forming. (1):1251-1254
Ohmae N, Martin JM, & Mori S. 2005. Micro and Nanotribology. New York,
The American Society of Mechanical Engineers
Pérez-Mayoral E, Soriano E, Cerdán S & Ballesteros P. 2006. Experimental
and Theoretical Study of Lanthanide Complexes Based on Linear
and Macrocyclic Polyaminopolycarboxylic Acids Containing
Pyrazolylethyl Arms. Molecules 11: 345-356
Rivera A & Rios-Motta J. 2007. Unusual Reactivity Patterns of 1,3,6,8Tetraazatricyclo-[4.4.1.13,8]-dodecane (TATD) Towards Some
Reducing Agents: Synthesis of TMEDA. Molecules 12: 1471-1481
Shahzadi S, Ahmad S.U, Ali S, Yaqub & Ahmed F. 2006. Chlorodiorganotin(IV) Complexes of Pipyridyl Dithiocarbamate: Syntheses
and Determination of Kinetic Parameters, Spectral Characteristics
and Biocidal Properties. Journal of the Iranian Chemical Society.
3(1):38-45.
Shenghua Li, Yang He & Jin Yuansheng. 2004. Lubrication Chemistry Viewed
from DFT-Based Concepts and Electronic Structural Principles. Int.
J. Mol. Sci. 5: 13-34
Siddiqi, K. S., Nami, S. A. A., Lutfullah, & Chebude, Y. 2006. Template
synthesis of symmetrical transition metal dithiocarbamates J. Braz.
Chem. Soc. (17)1
Trifunović S R., Marković Z, Sladić D, Andjelković K, Saboo T, & Minić D.
2002. The synthesis and characterization of nickel(II) and copper(II)
complexes with the polydentate dialkyl dithiocarbamic acid ligand 3dithiocarboxy-3-aza-5-aminopentanoate.J.Serb.Shem.Soc.67(2)115–
122
Vasiliev A.N. & Polackov A.D.. 2000. Synthesis of Potassium (1,1Dioxothiolan-3-yl)-dithiocarbamate. Molecules , 5, 1014-1017
Young, D.C. 2001. Computational Chemistry: A Practical Guide for Applying
Techniques to Real-World Problems. New York, A John Wiley &
Sons, Inc.
Zhang W, Zhong Y, Tan M, Tang N, & Yu K. 2003. Synthesis and Structure of
bis(Dibutyldithiocarbamate)zinc(II): Zn2[(n-Bu)2NCSS]4. Molecules
(13) : 411-417
LAMPIRAN
51
Lampiran 1 Diagram alir penelitian sintesis senyawa kompleks alkylditiokarbamat
Amina Primer + Asilklorida
Amida sekunder
AMINA
SEKUNDER
Logam Zn 2+
Karbon disulfida
Kompleks logam dialkil
ditiokarbamate rantai
panjang
Experimental characterization:
a. Termodinamika
b. Karakterisasi : IR & HPLC
Theoretical characterization (DFT)
a. Reaksi (stabilitas zat antara &
produknya)
b. Sifat (potensial kimia &
chemical hardness)
Struktur dengan energi
minimum
Prediksi Aplikasi sebagai zat
tambahan pelumas (Hardness dan
elektronegativitas)
52
Lampiran
2
Data rendemen Zn-dibutilditiokarbamat, palmitilpalmitoilamida,
dipalmitilamina, dan Zn-Dipalmitilditiokarbamat
No Senyawa
Bobot
Bobot
Bobot
Bobot
Rendemen
wadah(g) wadah+
produk teoritis
(%)
produk(g) (g)
(g)
1. Zn-dibutilditiokarbamat
82.2188
90.4733
8.2545 9.1701 90.01
2. Palmitilpalmitoilamida
57.5666
58.5443
9.6991 9.9208 97.76
3. Dipalmitilamina
80.4075
81.3210
0.9135 1.9584 46.66
4. Zn-Dipalmitilditiokarbamat 1.8981
2.6648
0.7667 1.1530 66.49
Contoh perhitungan rendemen (%)  Kasus Zn-Dibutilditiokarbamat:
Reaksi : 2Dibutilamina + 2CS2 + ZnCl2 + 2NaOH  Zn-dibutilDTC +NaCl+H2O
Mol : 0.0387
0.019
BM : 129.26
465
W (g) : 5
8.245 (hasil percobaan)
9.1701 (bobot teoritis)
(%) =
100 =
8.2545
100 = 90.01
9.1701
53
Lampiran 3 Spektrum FTIR dibutilamina, ditiokarbamat dan Zn-dibutilditiokarbamat
300
250
Transmitan
%T
200
150
Zn-DBDTC
C4NC4 DTC x1.5
100
C4NC4x3
50
0
3400
2400
1400
400
Bil. Gelombang (cm-1)
Lampiran 4 Spektrum FTIR heksadesilamina dan dipalmitilamida
160
140
Transmitan
120
%T
100
80
C16N
60
16CONC16
40
20
0
3900
3400
2900
2400
1900
1400
Bilangan Gelombang (cm-1)
900
400
54
Lampiran 5 Spketrum FTIR dipalmitilamina dan Zn-dipalmitilditiokarbamat
210
190
170
Transmitan
150
%T
130
110
(C16)2N
90
Zn-C16DTC
70
50
30
10
3900
3400
2900
2400
1900
Bil. Gelombang (cm-1)
1400
900
400
55
Lampiran 6 Spektra IR dibutilamina hasil perhitungan DFT metode B3LYP
dengan basis set 6-31G*
(a) Skala intensitas 0-220
(b) Skala intensitas 0-20
56
Lampiran 7 Spektra IR dibutilditiokarbamat hasil perhitungan DFT metode
B3LYP dengan basis set 6-31G*
(a) Skala intensitas 0-210
(b) Skala intensitas 0-100
57
Lampiran 8 Spektra IR Zn-dibutilditiokarbamat hasil perhitungan DFT metode
B3LYP dengan basis set 6-31G*
Download