Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017 Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Hasil Belajar Siswa FAHRINA YUSTIASARI LIRIWATI Dosen Stai Auliaurrasyidin Tembilahan Indragiri Hilir – Riau [email protected] Abstrak „Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Karena Guru merupakan pihak yang berhubungan secara langsung dalam proses pembelajaran di dalam kelas dan secara langsung mengetahui seperti apa yang harus dilakukan dalam meningkatkan pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran Pengelolaan Kelas merupakan hal yang harus diperhatikan. Pengelolaan kelas adalah merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru, guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Berdasarkan pendapat ini dapat ditegaskan bahwa salah satu faktor eksternal yang sangat berperan mempengaruhi hasil belajar siswa adalah guru. Guru dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting‟. Kata Kunci : Pengelolaan Kelas, Hasil Belajar, siswa LATAR BELALANG Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran disekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Salah satu indikator yang menyatakan bahwa guru, yang profesional adalah memiliki kemampuan mengelola kelas, yaitu menyediakan suasana yang kondusif untuk berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efesien serta berupaya seoptimal mungkin untuk menguasai, mengatur, membenahi serta menciptakan kelas yang kondusif sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dikelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya, serta materi dan sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil belajar dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi dikelas. Oleh sebab itu sudah selayaknya kelas dikelola dengan baik, profesional, dan terus menerus. Djamarah mengemukakan masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas.143 Aspek yang sering didiskusikan oleh penulis profesional dan pengajar juga adalah pengelolaan kelas. Sebagian besar guru kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan. Masalah pengajaran harusnya diatasi dengan cara pengajaran dan masalah pengeloaan diatasi dengan cara pengelolaan. Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. 143 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, strategi belajar mengajar, (jakarta: PT Rineka Cipta, 2006),hlm. 173 58 Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017 PEMBAHASAN A. Pengelolaan Kelas 1. Pengertian Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan berasal dari kata “kelola”, yang ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajamen”. Pengelolaan dalam pengertian umum adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.146 Sedangkan kelas adalah sekelompok anak yang melakukan kegiatan belajar untuk mendapatkan pelajaran dari guru. Menurut Oemar Hamalik adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.147 Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu: a. Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. b. Kelas dalam arti luas, adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.148 Menurut Made Pidarta menyebutkan bahwa pengelolaan kelas adalah proses pemilihan dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Ini berarti guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara ruangan atau organisasi kelas sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya dan usahanya pada Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya di masa mendatang boleh jadi persaingan kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku,perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa. Dengan adanya keterampilan guru dalam pengelolaan kelas diharapkan dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya jika terjadi gangguan dalam proses pembelajaran sehingga prose belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien.144 sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dan dengan adanya pengelolaan kelas diharapkan juga dapat memicu proses belajar siswa dengan baik sehingga hasil belajar siswa pun sesuai dengan yang diharapkan. Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Benyamin Bloom dalam buku Nana Sudjana mengklasifikasikan hasil belajar secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Terdiri dari enam aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif.145 Hasil belajar yang dicapai oleh siswa memang tidak lah sama hasil belajar yang dimiliki oleh siswa selalu bervariasi ada yang tinggi, sedang dan rendah, hal tersebut biasanya didasarkan oleh berbagai faktor yang ada. 144 146 Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain Op.cit, Syaiful Bahri Djamarah dan aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Edisi Revisi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 175 147 Ibid., hlm. 175 148 Ibid., hlm. 176 hlm. 173 145 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 22-23 59 Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017 tugas-tugas individual.149 Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang baik dan menyenangkan.150 Menurut Edmund dan Edmmer dalam Djiwandono pengelolaan kelas didefinisikan sebagai berikut: a. Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena keterlibatan belajar siswa secara aktif di kelas. b. Tingkah laku siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan guru dan siswa lainnya. c. Menggunakan waktu belajar yang efesien.151 Sedangkan menurut Sudirman N dkk dalam buku Syaiful Bahri Djamarah Pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas. Ditambah lagi oleh Hadari Nawawi mengatakan bahwa kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan seluas-luasnya pada setiap individu untuk melakukan kegiatankegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.152 Dalam Al-Qur‟an surat Yunus ayat 3 menjelaskan bahwa: “sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian dia bersemayam di atas „Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi syafa‟at kecuali sesudah ada izin nya (dzat) demikian itulah Allah, Tuhan kamu maka sembahlah Dia. maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?.”(Q.S: Yunus: 3).153 Dari uraian ayat di atas menunjukkan tentang pengelolaan dari Allah SWT yaitu menciptakan langit dan bumi. Sedangkan dalam proses belajar mengajar seorang guru harus mampu mengatur atau mengelola kelas dengan baik agar anak didik nyaman dan senang dalam belajar. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu kegiatan yang direncanakan dan sengaja dilakukan oleh guru atau wali kelas untuk menciptakan dan memepertahankan kondisi belajar yang optimal. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efesien, sehingga dapat terlaksananya kegiatan pembelajaran seperti yang diharapkan. 2. Tujuan Pengelolaan Kelas Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran, mutu pembelajaran akan tercapai, jika tercapainya tujuan pembelajaran. Karakter kelas yang dihasilkan karena adanya proses pengelolaan kelas yang baik memiliki tiga ciri yaitu: a. Speed, artinya anak dapat belajar dalam percepatan proses dan progress, sehingga membutuhkan waktu yang relatif singkat. b. Simple, artinya organisaai kelas dan materi menjadi sederhana, mudah dicerna dan situasi kelas kondusif. c. Self-confidence, artinya anak dapat belajar dengan penuh rasa percaya diri atau menganggap dirinya mampu mengikuti pelajaran dan belajar berprestasi.154 Sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila: a. Setiap anak terus bekerja,tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya. b. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang 149 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 172 150 Pupuh Fatuhurrohman dan sobry sutikno, Strategi belajar mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), hlm. 103 151 Iskandar,Psikologi Pendidikan, (Jakarta Selatan: REFERENSI, 2012), hlm. 211-212 152 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op.Cit., hlm. 177 153 Al Qur‟an dan Terjemahnya, (Kerajaan Saudi Arabia: Lembaga Percetakan Al Qur‟an Raja Fahd, 1420 H/1999 M) hlm. 305 154 Pupuh Fatuhurrohman dan op.cit., hlm. 104 60 sobry sutikno, Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017 walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.155 Jadi, perbedaan antara 2 indikator tersebut adalah pada (1) anak tidak tahu akan tugas atau tidak dapat melakukan tugas, dan pada (2) anak tahu dan dapat, tetapi kurang bersemangat dalam bekerja. Oleh karena itu pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru bukan tanpa tujuan, karena tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelaswalaupun kelelahan fisik maupun pikiran yang dirasakan. Guru sadar tanpa mengelola kelas yang baik, maka akan menghambat kegiatan belajar mengajar. Dalam Al-Qur‟an surat Az-Zumar ayat 9 menjelaskan bahwa: “Katakanlah: “adakah sama orangorang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”(Q.S: Az-Zumar: 9).156 Ayat diatas mengemukakan bahwa pentingnya proses belajar mengajar sebab dengan belajarlah peserta didik yang tidak mengetahui menjadi tahu, bahwa hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran dengan baik dan dapat memahaminya dengan benar. Guru harus mengetahui bagaimana menguasai kelas dngan baik agar siswa mudah menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. 3. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas Sebagai pekerja yang profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya Guru harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk mengatasi suatu masalah pengelolaan kelas. Ada beberapa pendekatan tersebut yaitu: a. Pendekatan Kekuasaan Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Guru berperan menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk b. c. d. e. 155 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op.Cit., hlm. 178 156 Al Qur‟an dan Terjemahnya hlm, op.cit., 747 61 menaatinya.Dalam kekuasaan ini ada norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Contohnya didalam suatu kelas membuat sebuah peraturan, apabila siswa terlambat masuk pada jam yang ditentukan akan diberikan sanksi begitu juga dengan guru. Peraturan ini juga berlaku pada guru sesuai yang disepakati bersama. Pendekatan Ancaman Pendekatan ancaman disebut juga intimidasi.pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara memberikan ancaman, contohnya melarang ejekan,menyindir, dan memaksa. Pendekatan Kebebasan Pengelolaan diartikan suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas dalam mengerjakan berbagai aktifitas sesuai yang dinginkan.Peranan guru mengusahakan kondisi anak didik merasa bebas untuk melakukan aktifitas di dalam kelas. Contohnya seorang Guru dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan urusan sendiri apabila hal itu berguna, urusan itu seperti para peserta didik memperoleh kesempatan secara individual. Mengatur kegiatan sesuai cakupannya dan mengembangkan kemampuan memimpin diri sendiri. Pendekatan Resep Pendekatan resep dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh guru dalam mereaksi semua masalah yang terjadi dikelas. Peranan guru disini hanyalah mengikuti petunjuk sesuai yang tertulis dalam resep. Contohnya selalu menegur siswa secara empat mata jangan meninggikan suara pada saat memperingati siswa. Pendekatan pengajaran Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik.Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik. Contohnya apabila Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017 f. g. h. i. seseorang guru menyajikan suatu pembelajaran yang disusun secara sistematis, tentu akan terhindar dari kejenuhan. Karena mereka dapat mengikuti pelajaran secara bertahap dan sebaliknya anak didik akan cepat lelah mengikuti pelajaran dari gurunya karena tidak paham. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku Pengelolaan kelas diartikan sebagai proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Contohnya siswa yang tingkah laku nya baik maka akan mendapatkan hadiah atau pujian sedangkan siswa yang tingkah laku nya kurang baik akan di beri sanksi atau hukuman. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas adalah suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas, artinya adalah adanya hubungan positif antara guru dengan anak didik, atau antara anak didik dengan anak didik. Peranan guru adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat. Pendekatan Proses Kelompok Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, di mana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. Proses kelompok adalah usaha mengelompokkan siswa-siswi ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individu sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar. Pendekatan Elektis atau Pluralistik Pada Pendekatan pluralistik, pengelolaan kelas berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses interaksi edukatif berjalan efektif dan efisien. Disini guru bebas memilih berbagai pendekatan berdasarkan situasi yang dihadapinya dan dapat dilaksanakan.157 4. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pengelolaan kelas yaitu: a. Kehangatan dan keantusiasan Kehangatan dan kaantusiasan seorang guru akan memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan. b. Tantangan Menggunakan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang dapat meningkatkan gairah anak didik untuk belajar. c. Bervariasi Menggunakan alat atau media, gaya, dan interaksi mengajar belajar yang bervariasi dalam proses belajar mengajar. d. Keluwesan Merubah strategi mengajar sehingga dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan- ganguan anak didik serta mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. e. Penekanan pada hal-hal yang Positif Guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. f. Penananaman Disiplin Diri Mendorong anak didik untuk mengembangkan disiplin diri sendiri dengan cara memberi contoh dalam perbuatan guru sehari-hari.158 5. Komponen Pengelolaan Kelas Di dalam kelas kelas seorang guru perlu mengetahui komponen pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas meliputi dan berkenaan dengan dua hal yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pengajaran).159 Adapun komponen pengelolaan kelas adalah sebagai berikut: 157 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.cit., hlm. 179-184 158 Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 166-167 159 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.cit., hlm. 177 62 Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017 1) Penataan Ruang Kelas Di dalam penataan ruang kelas yang harus di perhatikan yaitu: a. Pengaturan tempat duduk b. Pengaturan alat-alat pengajaran c. Penataan keindahan dan kebersihan kelas d. Ventilasi dan tata cahaya160 2) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal. a. Sikap tanggap Komponen ini ditunjukkan oleh tingkah laku guru, bahwa guru hadir bersama anak didik. Sikap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara seksama, gerak mendekati, memberi pernyataan, dan memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan. Sikap tanggap ini bisa dilakukan seorang guru dengan bergerak mendekati, membimbing siswa yang kesulitan mengerjakan tugas. b. Memberi perhatian Dalam memberi perhatian dapat dilakukan dengan cara: 1) Visual Guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama selain itu dapat juga melirik kegiatan kedua tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan pertama 2) Verbal Guru dapat memberi komentar, penjelasan, pertanyaan, dan sebagainya. c. Pemusatan perhatian kelompok Guru mempertahankan perhatian anak didik dan memberitahukan bahwa anak didik bekerja sama dengan kelompok atau subkelompok. Hal yang dapat dilakukan adalah: 1. Memberi tanda Dalam memulai proses belajar mengajar guru memusatkan pada perhatian siswa terhadap suatu hal 160 sebelum guru menyampaikan materi pokok. 2. Pertanggungan jawab Guru meminta pertanggung jawaban anak didik atas kegiatan dan keterlibatannya dalam suatu kegiatan. Setiap anak didik sebagai anggota kelompok harus bertanggung jawab terhadap kegiatan sendiri maupun kegiatan kelompoknya. d. Pengarahan dan petunjuk yang jelas Seorang guru memberi pengarahan dan petunjuk yang jelas dan singkat dalam memberikan pelajaran kepada anak didik. e. Penghentian Guru dapat menanggulangi terhadap anak didik yang nyata-nyata melanggar dan mengganggu untuk aktif dalam kegiatan di kelas atau kelompok dalam kelas, guru menegur secara verbal. Teguran verbal yang efektif adalah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Tegas dan jelas tertuju kepada anak didik yang mengganggu dan tingkah laku yang harus dihentikan. 2. Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan. 3. Menghindari ocehan yang berkepanjangan. f. Penguatan Pemberian penguatan dilakukan kepada anak didik yang mengganggu atau tidak melakukan tugas, bisa juga untuk anak didik yang tidak mengganggu dengan penguatan positif. 3) Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal a. Modifikasi Tingkah Laku Guru menganalisis tingkah laku anak didik yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha merubah tingkah laku tersebut dengan menggunakan pemberian penguatan secara sistematis. b. Pendekatan pemecahan masalah kelompok Ibid., hlm. 204-206 63 Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017 Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara memperlancar tugas dan memelihara kegiatan kelompok. c. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Guru dapat menggunakan beberapa cara untuk mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul dan mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatuhan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahannya.161 Menurut Eni Purwati dkk.,ada dua jenis keterampilan mengelola kelas yaitu: 1) Keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar optimal a. Sikap tanggap guru b. Memberi perhatian dan atau memusatkan perhatian. c. Memberi petunjuk yang jelas. d. Memberi teguran e. Memberi penguatan 2) Keterampilan mengembalikan kondisi belajar yang optimal a. Memodifikasi tingkah laku siswa-siswi yang mengganggu. b. Pengelolaan kelompok c. Memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.162 individu dalam interaksinya dengan lingkungan.”164 Menurut Gagne “belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.”165 Menurut travers “belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.”166 Sedangkan menurut E.R. Hilgard “belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman)”167 Hasil belajar adalah “pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”.168 Menurut Nawawi dalam K.Brahim yang menyebutkan bahwa “hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.”169 Sedangkan menurut Nana Sudjana “hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.”170 Dalam Al-Qur‟ansurat Az-Zalzalah ayat 7-8 menjelaskan bahwa: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat B. Hasil Belajar 1. Pengertian hasil belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran. Dalam kamus bahasa Indonesia, hasil diartikan sebagai “akibat, kesudahan, pendapatan, perolehan, buah.”163 Menurut Moh. Surya, “belajar adalah usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman 164 Nur hamiyah, Mohammad Jauhar, Strategi Belajar-Mengajar Di Kelas , (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2014), hlm. 269 165 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2009), hlm. 2 166 Ibid., 167 Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2013), hlm.3 168 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2009), hlm. 5 169 Ahmad Susanto op. cit., hlm. 5 170 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 22 161 Ibid., hlm. 187-194 Eni Purwati dkk, MICRO TECHING, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), hlm. 19-20 163 G.Setya Nugraha, R. Maulina, Kamus Bahasa Indonesia (Surabaya: Karina), hlm. 233 162 64 Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017 (balasan) nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” (Q.S: Az-Zalzalah: 78).171 Ayat diatas menunjukkan bahwa barang siapa yang bersungguh-sungguh dalam belajar maka akan memetik hasilnya dengan baik begitu juga sebaliknya barang siapa yang belajar nya main-main maka akan mendapat hasil yang kurang baik. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh sunal bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian dapat dijadikan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari benyamin bloom yang meliputi ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban, atau reaksi, penilaian, organisaai, dan internalisaai. Ranah psikomotoris berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.Terdiri dari enam aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan 2. keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif.172 Dari ketiga ranah tersebut yang menjadi objek penilaian hasil belajar dalam proses belajar mengajar di sekolah yaitu ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Penilaian Keberhasilan Hasil belajar yang dicapai oleh siswa memang tidak lah sama hasil belajar yang dimiliki oleh siswa selalu bervariasi ada yang tinggi, sedang dan rendah. Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan siswa dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar yaitu: 1. Tes Formatif Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu. 2. Tes Subsumatif Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. 3. Tes Sumatif Tes ini dilakukan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester atau dua tahun pelajaran.173 Standar nasional pendidikan mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk: 1. Ulangan Harian (UH) Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu. 2. Ulangan Tengah Semester (UTS) Ulangan Tengah Semester Dilaksanakan setelah pembelajaran mencapai bberapa standar kompetensi 172 Nana sudjana, op.cit., hlm. 22-23 Nur hamiyah, Mohammad Jauhar,op.cit., hlm. 173 171 Al Qur‟an dan Terjemahnya, op.cit., hlm. 1087 271-272 65 Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017 tertentu (kurang lebih 50% standar kompetensi pada semester tersebut). 3. Ulangan Akhir Semester (UAS) Ulangan akhir Semester disebut juga dengan Ulangan Umum. 4. Ulangan Kenaikan Kelas (Ujian Kenaikan Kelas) Ulangan kenaikan Kelas dilaksanakan pada akhir semester genap.174 Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Keberhasilan proses mengajar terdapat beberapa tingkatan. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah: 1. Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. 2. Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. 3. Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% saja dikuasai oleh siswa. 4. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.175 Dilihat dari segi rapor ketentuan nilai ditentukan sebagai berikut: Nilai 86 – 100 : baik sekali Nilai 71 – 85 : baik Nilai 56 – 70 : cukup Nilai 41 – 55 : kurang Nilai < 40 : sangat kurang 3. 1. Faktor Internal Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari yang kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik. Selanjutnya, dekemukakan oleh Wasliman bahwa sekolah juga merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran disekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses yang di dalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling memengaruhinya. Ruseffendi mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam yaitu: 1. Kecerdasan Anak Kemampuan inteligensi seseorang sangat memengaruhi terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membantu pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti pelajaran yang diberikan. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Wasliman hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut: 174 E. Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 244-246 175 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.cit., hlm. 107 66 Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017 2. Kesiapan atau Kematangan Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan dimana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar, kesiapan atau kematangan ini sangat menentukan keberhasilan dalam belajar tersebut. 3. Bakat Anak Menurut Chaplin, yang dimaksud dengan bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang memliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu. Maka dari itu bakat akan dapat memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar. 4. Kemauan Belajar Salah satu tugas guru yang kerap sukar dilaksanakan ialah membuat anak menjadi mau belajar atau menjadi giat untuk belajar. Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diraihnya. Karena kemauan belajar menjadi salah satu penentu dalam mencapai keberhasilan belajar. 5. Minat Secara Sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. seorang siswa yang minatnya besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. 6. Model Penyajian Materi Pelajaran Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pula pada model penyajian materi.Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh para siswa tentunya berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar. 7. Pribadi dan Sikap Guru Siswa, begitu juga manusia pada umumnya dalam melakukan belajar tidak hanya melalui bacaan aatau melalui guru saja, tetapi bisa juga melalui contohcontoh yang baik dari sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Kepribadian dan sikap guru yang kreatif dan penuh inovatif dalam perilakunya, maka siswa akan meniru gurunya yang aktif dan kreatif. 8. Suasana Pengajaran Faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar adalah suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di antara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran. 9. Kompetensi Guru Guru yang profesional memiliki kemampuan-kemampuan tertentu. Kemampuan itu diperlukan dalam membantu siswa dalam belajar. Keberhasilan siswa belajar akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru yang profesional.Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompeten dalam bidangnya dan menguasai dengan baik bahan yang akandiajarkan serta mampu memilih metode belajar mengajar yang tepat sehingga penedekatan itu bisa berjalan dengan semestinya. 10. Masyarakat Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku manusia dan berbagai macam latar belakang pendidikan. Oleh karena itu, dunia pendidikan lingkungan masyarakat pun akan ikut memengaruhi kepribadian siswa. Kehidupan modern dengan keterbukaan serta kondisi yang luas banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh kondisi masyarakat ketimbang oleh keluarga dan sekolah.176 Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (faktor dalam diri siswa) yang meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, 176 Ahmad Susanto, op.cit.,hlm. 12-18 67 Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017 sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa) yang meliputi: keluarga, masyarakat, dan sekolah. . 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Direktorat Jendral Pendidikan Islam. 2007. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pendidikan. Dapartemen Agama RI. KESIMPULAN Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Seperti penghentian tingkah laku siswa yang memindahkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa yang tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas. Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki anak setelah melalui kegiatan belajar disekolah Berbentuk skor atau nilai diperoleh dari tes sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mencapai tujuantujuan pembelajaran atau tujuan intruksional. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Desy Anwar. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia. Didi Supriadie dan Deni Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. E. Mulyasa. 2009. Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Eni Purwati dkk. 2009. MICRO TECHING. Surabaya: LAPIS-PGMI. REFERENSI G.Setya Nugraha, R. Maulina. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Karina. Agus Rachmat. dkk. 2002. Strategi belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka. Husaini Usman, R. Purnomo Setiady Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Iskandar. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Referensi. Joko Subagyo. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenamedia Group. Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghlmia Indonesia. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. 1420 H/1999 M. Kerajaan Saudi Arabia: Lembaga Percetakan Al Qur‟an Raja Fahd. Moh. Uzer Usman. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Anas sujdijono. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nana sudjana. 2012. Penilaian Hasil proses Belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Burhan Bungin. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Nur Hamiyah dan Mohammad Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar Di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. 68 Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017 Pupuh Fatuhurrohman dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama. Sanafiah Faisal. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta . 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 69