e-Jurnal Full Upload.1.1

advertisement
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap
Hasil Belajar Siswa
FAHRINA YUSTIASARI LIRIWATI
Dosen Stai Auliaurrasyidin Tembilahan Indragiri Hilir – Riau
[email protected]
Abstrak
„Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Karena
Guru merupakan pihak yang berhubungan secara langsung dalam proses pembelajaran di dalam
kelas dan secara langsung mengetahui seperti apa yang harus dilakukan dalam meningkatkan
pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran Pengelolaan Kelas merupakan hal yang harus
diperhatikan. Pengelolaan kelas adalah merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan bila terjadi gangguan dalam proses
belajar mengajar. Kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru, guru adalah
komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Berdasarkan
pendapat ini dapat ditegaskan bahwa salah satu faktor eksternal yang sangat berperan
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah guru. Guru dalam proses pembelajaran memegang
peranan yang sangat penting‟.
Kata Kunci : Pengelolaan Kelas, Hasil Belajar, siswa
LATAR BELALANG
Guru memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran disekolah.
Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan
tujuan hidupnya secara optimal. Salah satu
indikator yang menyatakan bahwa guru, yang
profesional adalah memiliki kemampuan
mengelola kelas, yaitu menyediakan suasana
yang kondusif untuk berlangsungnya proses
pembelajaran yang efektif dan efesien serta
berupaya seoptimal mungkin untuk menguasai,
mengatur, membenahi serta menciptakan kelas
yang kondusif sehingga proses pembelajaran
dapat berjalan secara optimal untuk mencapai
tujuan
pembelajaran
yang
diinginkan.
Dikelaslah segala aspek pendidikan pengajaran
bertemu dan berproses. Guru dengan segala
kemampuannya, siswa dengan segala latar
belakang dan sifat-sifat individualnya, serta
materi dan sumber pelajaran dengan segala
pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan
berinteraksi di kelas. Bahkan hasil belajar dari
pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan
oleh apa yang terjadi dikelas. Oleh sebab itu
sudah selayaknya kelas dikelola dengan baik,
profesional, dan terus menerus.
Djamarah mengemukakan masalah yang
dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah
berpengalaman adalah pengelolaan kelas.143
Aspek yang sering didiskusikan oleh penulis
profesional dan pengajar juga adalah
pengelolaan kelas. Sebagian besar guru kurang
mampu membedakan masalah pengajaran dan
masalah pengelolaan. Masalah
pengajaran
harusnya diatasi dengan cara pengajaran dan
masalah pengeloaan diatasi dengan cara
pengelolaan. Pengelolaan kelas diperlukan
karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke
waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu
berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan
baik dan tenang, tetapi besok belum tentu.
143
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,
strategi belajar mengajar, (jakarta: PT Rineka Cipta,
2006),hlm. 173
58
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Kelas
1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata,
yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan
berasal dari kata “kelola”, yang ditambah
awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari
kata
pengelolaan
adalah
“manajamen”.
Pengelolaan dalam pengertian umum adalah
pengadministrasian, pengaturan atau penataan
suatu kegiatan.146 Sedangkan kelas adalah
sekelompok anak yang melakukan kegiatan
belajar untuk mendapatkan pelajaran dari guru.
Menurut Oemar Hamalik adalah suatu
kelompok orang yang melakukan kegiatan
belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari
guru.147
Hadari Nawawi memandang kelas dari
dua sudut, yaitu:
a. Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang
dibatasi oleh empat dinding, tempat
sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti
proses belajar mengajar. Kelas dalam
pengertian tradisional ini mengandung sifat
statis
karena
sekadar
menunjuk
pengelompokan siswa menurut tingkat
perkembangannya
yang
antara
lain
didasarkan pada batas umur kronologis
masing-masing.
b. Kelas dalam arti luas, adalah suatu
masyarakat kecil yang merupakan bagian
dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu
kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja
yang secara dinamis menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang
kreatif untuk mencapai suatu tujuan.148
Menurut Made Pidarta menyebutkan
bahwa pengelolaan kelas adalah proses
pemilihan dan penggunaan alat-alat yang tepat
terhadap problem dan situasi kelas. Ini berarti
guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan
memelihara ruangan atau organisasi kelas
sehingga anak didik dapat memanfaatkan
kemampuannya, bakatnya dan usahanya pada
Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam
kelompok, sebaliknya di masa mendatang boleh
jadi persaingan kurang sehat. Kelas selalu
dinamis dalam bentuk perilaku,perbuatan, sikap,
mental, dan emosional siswa.
Dengan adanya keterampilan guru dalam
pengelolaan
kelas
diharapkan
dapat
menciptakan dan mempertahankan kondisi
belajar yang optimal dan mengembalikannya
jika
terjadi
gangguan
dalam
proses
pembelajaran sehingga prose belajar mengajar
dapat berjalan secara efektif dan efisien.144
sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan dan dengan adanya pengelolaan
kelas diharapkan juga dapat memicu proses
belajar siswa dengan baik sehingga hasil belajar
siswa pun sesuai dengan yang diharapkan.
Hasil
belajar
adalah
kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Benyamin
Bloom
dalam
buku
Nana
Sudjana
mengklasifikasikan hasil belajar secara garis
besar membaginya menjadi tiga ranah yakni
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotoris. Ranah kognitif berkaitan dengan
hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Ranah afektif berkaitan dengan sikap
yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi. Ranah psikomotoris berkaitan
dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Terdiri dari enam aspek
yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan
dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks,
gerakan ekspresif dan interpretatif.145
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa
memang tidak lah sama hasil belajar yang
dimiliki oleh siswa selalu bervariasi ada yang
tinggi, sedang dan rendah, hal tersebut biasanya
didasarkan oleh berbagai faktor yang ada.
144
146
Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain Op.cit,
Syaiful Bahri Djamarah dan aswan Zain,
Strategi Belajar Mengajar, Edisi Revisi (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006), hlm. 175
147
Ibid., hlm. 175
148
Ibid., hlm. 176
hlm. 173
145
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar
Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 22-23
59
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
tugas-tugas individual.149 Suharsimi Arikunto
berpendapat
bahwa
pengelolaan
kelas
merupakan suatu usaha yang dilakukan guru
untuk membantu menciptakan kondisi belajar
yang baik dan menyenangkan.150 Menurut
Edmund dan Edmmer dalam Djiwandono
pengelolaan kelas didefinisikan sebagai berikut:
a. Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan
prestasi siswa yang tinggi karena
keterlibatan belajar siswa secara aktif di
kelas.
b. Tingkah laku siswa yang tidak banyak
mengganggu kegiatan guru dan siswa
lainnya.
c. Menggunakan waktu belajar yang efesien.151
Sedangkan menurut Sudirman N dkk
dalam buku Syaiful
Bahri
Djamarah
Pengelolaan
kelas
adalah
upaya
mendayagunakan potensi kelas. Ditambah lagi
oleh Hadari Nawawi mengatakan bahwa
kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas
dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau
wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas
berupa pemberian kesempatan seluas-luasnya
pada setiap individu untuk melakukan kegiatankegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum
dan perkembangan murid.152
Dalam Al-Qur‟an surat Yunus ayat 3
menjelaskan bahwa: “sesungguhnya Tuhan
kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam hari, kemudian dia
bersemayam di atas „Arsy untuk mengatur
segala urusan. Tiada seorang pun yang akan
memberi syafa‟at kecuali sesudah ada izin nya
(dzat) demikian itulah Allah, Tuhan kamu maka
sembahlah Dia. maka apakah kamu tidak
mengambil pelajaran?.”(Q.S: Yunus: 3).153
Dari uraian ayat di atas menunjukkan
tentang pengelolaan dari Allah SWT yaitu
menciptakan langit dan bumi. Sedangkan dalam
proses belajar mengajar seorang guru harus
mampu mengatur atau mengelola kelas dengan
baik agar anak didik nyaman dan senang dalam
belajar. Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah
suatu kegiatan yang direncanakan dan sengaja
dilakukan oleh guru atau wali kelas untuk
menciptakan dan memepertahankan kondisi
belajar yang optimal. Sehingga proses belajar
mengajar dapat berjalan secara efektif dan
efesien, sehingga dapat terlaksananya kegiatan
pembelajaran seperti yang diharapkan.
2. Tujuan Pengelolaan Kelas
Proses pembelajaran pada hakikatnya
diarahkan untuk membelajarkan siswa agar
dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah
untuk meningkatkan mutu pembelajaran, mutu
pembelajaran akan tercapai, jika tercapainya
tujuan pembelajaran. Karakter kelas yang
dihasilkan karena adanya proses pengelolaan
kelas yang baik memiliki tiga ciri yaitu:
a. Speed, artinya anak dapat belajar dalam
percepatan proses dan progress, sehingga
membutuhkan waktu yang relatif singkat.
b. Simple, artinya organisaai kelas dan materi
menjadi sederhana, mudah dicerna dan
situasi kelas kondusif.
c. Self-confidence, artinya anak dapat belajar
dengan penuh rasa percaya diri atau
menganggap dirinya mampu mengikuti
pelajaran dan belajar berprestasi.154
Sebagai indikator dari sebuah kelas yang
tertib adalah apabila:
a. Setiap anak terus bekerja,tidak macet,
artinya tidak ada anak yang terhenti karena
tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan
atau tidak dapat melakukan tugas yang
diberikan kepadanya.
b. Setiap anak terus melakukan pekerjaan
tanpa membuang waktu, artinya setiap anak
akan bekerja secepatnya supaya lekas
menyelesaikan tugas yang diberikan
kepadanya. Apabila ada anak yang
149
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2000), hlm. 172
150
Pupuh Fatuhurrohman dan sobry sutikno,
Strategi belajar mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama,
2007), hlm. 103
151
Iskandar,Psikologi Pendidikan, (Jakarta Selatan:
REFERENSI, 2012), hlm. 211-212
152
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,
Op.Cit., hlm. 177
153
Al Qur‟an dan Terjemahnya, (Kerajaan Saudi
Arabia: Lembaga Percetakan Al Qur‟an Raja Fahd, 1420
H/1999 M) hlm. 305
154
Pupuh Fatuhurrohman dan
op.cit., hlm. 104
60
sobry sutikno,
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
walaupun tahu dan dapat melaksanakan
tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang
bergairah dan mengulur waktu bekerja,
maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.155
Jadi, perbedaan antara 2 indikator tersebut
adalah pada (1) anak tidak tahu akan tugas atau
tidak dapat melakukan tugas, dan pada (2) anak
tahu dan dapat, tetapi kurang bersemangat
dalam bekerja. Oleh karena itu pengelolaan
kelas yang dilakukan oleh guru bukan tanpa
tujuan, karena tujuan itulah guru selalu berusaha
mengelola kelaswalaupun kelelahan fisik
maupun pikiran yang dirasakan. Guru sadar
tanpa mengelola kelas yang baik, maka akan
menghambat kegiatan belajar mengajar. Dalam
Al-Qur‟an surat Az-Zumar ayat 9 menjelaskan
bahwa: “Katakanlah: “adakah sama orangorang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang
yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.”(Q.S: Az-Zumar: 9).156
Ayat diatas mengemukakan bahwa
pentingnya proses belajar mengajar sebab
dengan belajarlah peserta didik yang tidak
mengetahui menjadi tahu, bahwa hanya orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran
dengan baik dan dapat memahaminya dengan
benar. Guru harus mengetahui bagaimana
menguasai kelas dngan baik agar siswa mudah
menerima pelajaran yang diberikan oleh guru.
3. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Sebagai pekerja yang profesional, seorang
guru harus mendalami kerangka acuan
pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam
penggunaannya Guru harus terlebih dahulu
meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya
untuk mengatasi suatu masalah pengelolaan
kelas. Ada beberapa pendekatan tersebut yaitu:
a. Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai
suatu proses untuk mengontrol tingkah laku
anak didik. Guru berperan menciptakan dan
mempertahankan situasi disiplin dalam
kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang
menuntut kepada anak didik untuk
b.
c.
d.
e.
155
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,
Op.Cit., hlm. 178
156
Al Qur‟an dan Terjemahnya hlm, op.cit.,
747
61
menaatinya.Dalam kekuasaan ini ada norma
yang mengikat untuk ditaati anggota kelas.
Contohnya didalam suatu kelas membuat
sebuah peraturan, apabila siswa terlambat
masuk pada jam yang ditentukan akan
diberikan sanksi begitu juga dengan guru.
Peraturan ini juga berlaku pada guru sesuai
yang disepakati bersama.
Pendekatan Ancaman
Pendekatan ancaman disebut juga
intimidasi.pengelolaan kelas adalah juga
sebagai suatu proses untuk mengontrol
tingkah
laku
anak
didik.
Dalam
pelaksanaannya dilakukan dengan cara
memberikan ancaman, contohnya melarang
ejekan,menyindir, dan memaksa.
Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan suatu proses untuk
membantu anak didik agar merasa bebas
dalam mengerjakan berbagai aktifitas sesuai
yang
dinginkan.Peranan
guru
mengusahakan kondisi anak didik merasa
bebas untuk melakukan aktifitas di dalam
kelas. Contohnya seorang Guru dapat
memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk melakukan urusan sendiri
apabila hal itu berguna, urusan itu seperti
para peserta didik memperoleh kesempatan
secara individual. Mengatur kegiatan sesuai
cakupannya
dan
mengembangkan
kemampuan memimpin diri sendiri.
Pendekatan Resep
Pendekatan resep dilakukan dengan
memberi
satu
daftar
yang
dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa
yang tidak boleh dilakukan oleh guru dalam
mereaksi semua masalah yang terjadi
dikelas. Peranan guru disini hanyalah
mengikuti petunjuk sesuai yang tertulis
dalam resep. Contohnya selalu menegur
siswa secara empat mata jangan
meninggikan suara pada saat memperingati
siswa.
Pendekatan pengajaran
Pendekatan ini menganjurkan tingkah
laku guru dalam mengajar untuk mencegah
dan menghentikan tingkah laku anak didik
yang kurang baik.Peranan guru adalah
merencanakan dan mengimplementasikan
pelajaran yang baik. Contohnya apabila
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
f.
g.
h.
i.
seseorang
guru
menyajikan
suatu
pembelajaran
yang
disusun
secara
sistematis, tentu akan terhindar dari
kejenuhan. Karena mereka dapat mengikuti
pelajaran secara bertahap dan sebaliknya
anak didik akan cepat lelah mengikuti
pelajaran dari gurunya karena tidak paham.
Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Pengelolaan kelas diartikan sebagai
proses untuk mengubah tingkah laku anak
didik.
Peranan
guru
adalah
mengembangkan tingkah laku anak didik
yang baik, dan mencegah tingkah laku yang
kurang baik.
Contohnya siswa yang tingkah laku nya
baik maka akan mendapatkan hadiah atau
pujian sedangkan siswa yang tingkah laku
nya kurang baik akan di beri sanksi atau
hukuman.
Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan
Sosial
Menurut pendekatan ini pengelolaan
kelas adalah suatu proses menciptakan
iklim atau suasana emosional dan hubungan
sosial yang positif dalam kelas, artinya
adalah adanya hubungan positif antara guru
dengan anak didik, atau antara anak didik
dengan anak didik. Peranan guru adalah
menciptakan hubungan pribadi yang sehat.
Pendekatan Proses Kelompok
Pengelolaan kelas diartikan sebagai
suatu proses untuk menciptakan kelas
sebagai suatu sistem sosial, di mana proses
kelompok merupakan yang paling utama.
Peranan guru adalah mengusahakan agar
perkembangan dan pelaksanaan proses
kelompok itu efektif. Proses kelompok
adalah usaha mengelompokkan siswa-siswi
ke dalam beberapa kelompok dengan
berbagai pertimbangan individu sehingga
tercipta kelas yang bergairah dalam belajar.
Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pada
Pendekatan
pluralistik,
pengelolaan kelas berusaha menggunakan
berbagai macam pendekatan yang memiliki
potensi untuk dapat menciptakan dan
mempertahankan suatu kondisi yang
memungkinkan proses interaksi edukatif
berjalan efektif dan efisien. Disini guru
bebas memilih berbagai pendekatan
berdasarkan situasi yang dihadapinya dan
dapat dilaksanakan.157
4. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
Ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan pengelolaan
kelas yaitu:
a. Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan kaantusiasan seorang
guru akan memudahkan terciptanya iklim
kelas yang menyenangkan.
b. Tantangan
Menggunakan kata-kata, tindakan, atau
bahan yang menantang dapat meningkatkan
gairah anak didik untuk belajar.
c. Bervariasi
Menggunakan alat atau media, gaya,
dan interaksi mengajar belajar yang
bervariasi dalam proses belajar mengajar.
d. Keluwesan
Merubah strategi mengajar sehingga
dapat mencegah kemungkinan munculnya
gangguan- ganguan anak didik serta mampu
menciptakan iklim belajar mengajar yang
efektif.
e. Penekanan pada hal-hal yang Positif
Guru harus menekankan pada hal-hal
yang positif dan menghindari pemusatan
perhatian anak didik pada hal-hal yang
negatif.
f. Penananaman Disiplin Diri
Mendorong
anak
didik
untuk
mengembangkan disiplin diri sendiri dengan
cara memberi contoh dalam perbuatan guru
sehari-hari.158
5. Komponen Pengelolaan Kelas
Di dalam kelas kelas seorang guru perlu
mengetahui komponen pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas meliputi dan berkenaan
dengan dua hal yaitu pengelolaan yang
menyangkut siswa dan pengelolaan fisik
(ruangan, perabot, alat pengajaran).159 Adapun
komponen pengelolaan kelas adalah sebagai
berikut:
157
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,
op.cit., hlm. 179-184
158
Didi Supriadie dan Deni Darmawan,
Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 166-167
159
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,
op.cit., hlm. 177
62
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
1) Penataan Ruang Kelas
Di dalam penataan ruang kelas yang
harus di perhatikan yaitu:
a. Pengaturan tempat duduk
b. Pengaturan alat-alat pengajaran
c. Penataan keindahan dan kebersihan
kelas
d. Ventilasi dan tata cahaya160
2) Keterampilan yang berhubungan dengan
penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal.
a. Sikap tanggap
Komponen ini ditunjukkan oleh
tingkah laku guru, bahwa guru hadir
bersama anak didik. Sikap ini dapat
dilakukan dengan cara memandang
secara seksama, gerak mendekati,
memberi
pernyataan, dan memberi
reaksi
terhadap
gangguan
dan
ketakacuhan. Sikap tanggap ini bisa
dilakukan seorang guru dengan
bergerak mendekati, membimbing
siswa yang kesulitan mengerjakan
tugas.
b. Memberi perhatian
Dalam memberi perhatian dapat
dilakukan dengan cara:
1) Visual
Guru
dapat
mengubah
pandangannya
dalam
memperhatikan kegiatan pertama
selain itu dapat juga melirik
kegiatan kedua tanpa kehilangan
perhatian pada kegiatan pertama
2) Verbal
Guru
dapat
memberi
komentar, penjelasan, pertanyaan,
dan sebagainya.
c. Pemusatan perhatian kelompok
Guru mempertahankan perhatian
anak didik dan memberitahukan bahwa
anak didik bekerja sama dengan
kelompok atau subkelompok. Hal yang
dapat dilakukan adalah:
1. Memberi tanda
Dalam memulai proses belajar
mengajar guru memusatkan pada
perhatian siswa terhadap suatu hal
160
sebelum guru menyampaikan materi
pokok.
2. Pertanggungan jawab
Guru meminta pertanggung
jawaban anak didik atas kegiatan
dan keterlibatannya dalam suatu
kegiatan. Setiap anak didik sebagai
anggota
kelompok
harus
bertanggung
jawab
terhadap
kegiatan sendiri maupun kegiatan
kelompoknya.
d. Pengarahan dan petunjuk yang jelas
Seorang
guru
memberi
pengarahan dan petunjuk yang jelas dan
singkat dalam memberikan pelajaran
kepada anak didik.
e. Penghentian
Guru
dapat
menanggulangi
terhadap anak didik yang nyata-nyata
melanggar dan mengganggu untuk aktif
dalam kegiatan di kelas atau kelompok
dalam kelas, guru menegur secara
verbal. Teguran verbal yang efektif
adalah memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Tegas dan jelas tertuju kepada anak
didik yang mengganggu dan tingkah
laku yang harus dihentikan.
2. Menghindari peringatan yang kasar
dan menyakitkan.
3. Menghindari
ocehan
yang
berkepanjangan.
f. Penguatan
Pemberian penguatan dilakukan
kepada anak didik yang mengganggu
atau tidak melakukan tugas, bisa juga
untuk
anak
didik
yang tidak
mengganggu dengan penguatan positif.
3) Keterampilan yang berhubungan dengan
pengembangan kondisi belajar yang
optimal
a. Modifikasi Tingkah Laku
Guru menganalisis tingkah laku
anak didik yang mengalami masalah
atau kesulitan dan berusaha merubah
tingkah
laku
tersebut
dengan
menggunakan pemberian penguatan
secara sistematis.
b. Pendekatan
pemecahan
masalah
kelompok
Ibid., hlm. 204-206
63
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
Guru
dapat
menggunakan
pendekatan
pemecahan
masalah
kelompok dengan cara memperlancar
tugas
dan
memelihara
kegiatan
kelompok.
c. Menemukan dan memecahkan tingkah
laku yang menimbulkan masalah.
Guru
dapat
menggunakan
beberapa cara untuk mengendalikan
tingkah laku keliru yang muncul dan
mengetahui sebab-sebab dasar yang
mengakibatkan ketidakpatuhan tingkah
laku tersebut serta berusaha untuk
menemukan pemecahannya.161
Menurut Eni Purwati dkk.,ada dua jenis
keterampilan mengelola kelas yaitu:
1) Keterampilan menciptakan dan memelihara
kondisi belajar optimal
a. Sikap tanggap guru
b. Memberi
perhatian
dan
atau
memusatkan perhatian.
c. Memberi petunjuk yang jelas.
d. Memberi teguran
e. Memberi penguatan
2) Keterampilan mengembalikan kondisi
belajar yang optimal
a. Memodifikasi tingkah laku siswa-siswi
yang mengganggu.
b. Pengelolaan kelompok
c. Memecahkan tingkah laku yang
menimbulkan masalah.162
individu dalam interaksinya dengan
lingkungan.”164
Menurut Gagne “belajar adalah
perubahan disposisi atau kemampuan yang
dicapai seseorang melalui aktivitas.
Perubahan disposisi tersebut bukan
diperoleh
langsung
dari
proses
pertumbuhan seseorang secara alamiah.”165
Menurut travers “belajar adalah proses
menghasilkan penyesuaian tingkah laku.”166
Sedangkan menurut E.R. Hilgard
“belajar adalah suatu perubahan kegiatan
reaksi terhadap lingkungan. Perubahan
kegiatan yang dimaksud mencakup
pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan
ini diperoleh melalui latihan (pengalaman)”167 Hasil belajar adalah “pola-pola
perbuatan,
nilai-nilai,
pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan”.168
Menurut Nawawi dalam K.Brahim
yang menyebutkan bahwa “hasil belajar
dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari materi pelajaran
di sekolah yang dinyatakan dalam skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenal
sejumlah materi pelajaran tertentu.”169
Sedangkan menurut Nana Sudjana
“hasil
belajar
adalah
kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar.”170
Dalam Al-Qur‟ansurat Az-Zalzalah
ayat 7-8 menjelaskan bahwa: “Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat
B. Hasil Belajar
1. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar merupakan bagian
terpenting dalam proses pembelajaran.
Dalam kamus bahasa Indonesia, hasil
diartikan sebagai “akibat, kesudahan,
pendapatan, perolehan, buah.”163 Menurut
Moh. Surya, “belajar adalah usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman
164
Nur hamiyah, Mohammad Jauhar, Strategi
Belajar-Mengajar Di Kelas , (Jakarta: Prestasi
Pustakaraya, 2014), hlm. 269
165
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori
dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar:
2009), hlm. 2
166
Ibid.,
167
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran
di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenamedia Group,
2013), hlm.3
168
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori
dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar:
2009), hlm. 5
169
Ahmad Susanto op. cit., hlm. 5
170
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 22
161
Ibid., hlm. 187-194
Eni Purwati dkk, MICRO TECHING, (Surabaya:
LAPIS-PGMI, 2009), hlm. 19-20
163
G.Setya Nugraha, R. Maulina, Kamus
Bahasa Indonesia (Surabaya: Karina), hlm. 233
162
64
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
(balasan) nya. Dan Barangsiapa yang
mengerjakan
kejahatan
seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya pula.” (Q.S: Az-Zalzalah: 78).171
Ayat diatas menunjukkan bahwa
barang siapa yang bersungguh-sungguh
dalam belajar maka akan memetik hasilnya
dengan baik begitu juga sebaliknya barang
siapa yang belajar nya main-main maka
akan mendapat hasil yang kurang baik.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar
yang dicapai telah sesuai dengan tujuan
yang dikehendaki dapat diketahui melalui
evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh
sunal bahwa evaluasi merupakan proses
penggunaan informasi untuk membuat
pertimbangan seberapa efektif suatu
program telah memenuhi kebutuhan siswa.
Dengan dilakukannya evaluasi atau
penilaian dapat dijadikan tindak lanjut atau
cara untuk mengukur tingkat penguasaan
siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa
tidak saja diukur dari tingkat penguasaan
ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan
keterampilan.
Dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
benyamin bloom yang meliputi ranah
kognitif, ranah efektif, dan ranah
psikomotoris. Ranah kognitif berkaitan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif
berkaitan dengan sikap yang terdiri dari
lima aspek yaitu penerimaan, jawaban, atau
reaksi,
penilaian,
organisaai,
dan
internalisaai. Ranah psikomotoris berkaitan
dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak.Terdiri dari enam
aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan
gerak dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan
2.
keterampilan kompleks, gerakan ekspresif
dan interpretatif.172
Dari ketiga ranah tersebut yang
menjadi objek penilaian hasil belajar dalam
proses belajar mengajar di sekolah yaitu
ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh
para guru karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran.
Penilaian Keberhasilan
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa
memang tidak lah sama hasil belajar yang
dimiliki oleh siswa selalu bervariasi ada
yang tinggi, sedang dan rendah. Untuk
mengukur dan mengevaluasi tingkat
keberhasilan siswa dapat dilakukan melalui
tes prestasi belajar yaitu:
1. Tes Formatif
Penilaian
ini
digunakan
untuk
mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu.
2. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah
bahan
pengajaran
tertentu
yang
telah
diajarkan dalam waktu tertentu.
3. Tes Sumatif
Tes ini dilakukan untuk mengukur daya
serap siswa terhadap pokok-pokok
bahasan yang telah diajarkan selama
satu semester atau dua tahun
pelajaran.173
Standar
nasional
pendidikan
mengungkapkan bahwa penilaian hasil
belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil dalam
bentuk:
1. Ulangan Harian (UH)
Ulangan harian dilakukan setiap
selesai proses pembelajaran dalam
kompetensi dasar tertentu.
2. Ulangan Tengah Semester (UTS)
Ulangan
Tengah
Semester
Dilaksanakan setelah pembelajaran
mencapai bberapa standar kompetensi
172
Nana sudjana, op.cit., hlm. 22-23
Nur hamiyah, Mohammad Jauhar,op.cit., hlm.
173
171
Al Qur‟an dan Terjemahnya, op.cit., hlm. 1087
271-272
65
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
tertentu (kurang lebih 50% standar
kompetensi pada semester tersebut).
3. Ulangan Akhir Semester (UAS)
Ulangan akhir Semester disebut
juga dengan Ulangan Umum.
4. Ulangan Kenaikan Kelas (Ujian
Kenaikan Kelas)
Ulangan
kenaikan
Kelas
dilaksanakan pada akhir semester
genap.174
Setiap proses belajar mengajar selalu
menghasilkan hasil belajar. Keberhasilan
proses
mengajar
terdapat
beberapa
tingkatan. Tingkatan keberhasilan tersebut
adalah:
1. Istimewa/maksimal : apabila seluruh
bahan pelajaran yang diajarkan itu
dapat dikuasai oleh siswa.
2. Baik sekali/optimal :
apabila
sebagian besar (76% s.d 99%) bahan
pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai
oleh siswa.
3. Baik/minimal
: apabila bahan
pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d
75% saja dikuasai oleh siswa.
4. Kurang : apabila bahan pelajaran
yang diajarkan kurang dari 60%
dikuasai oleh siswa.175
Dilihat dari segi rapor ketentuan nilai
ditentukan sebagai berikut:
Nilai 86 – 100
: baik sekali
Nilai 71 – 85
: baik
Nilai 56 – 70
: cukup
Nilai 41 – 55
: kurang
Nilai < 40
: sangat kurang
3.
1. Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang
bersumber dari dalam diri peserta didik,
yang
mempengaruhi
kemampuan
belajarnya. Faktor internal meliputi:
kecerdasan, minat dan perhatian,
motivasi belajar, ketekunan, sikap,
kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan
kesehatan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang
berasal dari luar diri peserta didik yang
mempengaruhi hasil belajar yakni
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keadaan keluarga berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa.Keluarga yang
morat-marit
keadaan
ekonominya,
pertengkaran suami istri, perhatian
orang tua kurang terhadap anaknya,
serta kebiasaan sehari-hari yang kurang
baik dari orangtua dalam kehidupan
sehari-hari berpengaruh dalam hasil
belajar peserta didik.
Selanjutnya,
dekemukakan
oleh
Wasliman bahwa sekolah juga merupakan
salah satu faktor yang ikut menentukan
hasil belajar siswa. Semakin tinggi
kemampuan belajar siswa dan kualitas
pengajaran disekolah, maka semakin tinggi
pula hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa merupakan hasil
dari suatu proses yang di dalamnya terlibat
sejumlah
faktor
yang
saling
memengaruhinya.
Ruseffendi mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam
sepuluh macam yaitu:
1. Kecerdasan Anak
Kemampuan inteligensi seseorang
sangat memengaruhi terhadap cepat dan
lambatnya penerimaan informasi serta
terpecahkan
atau
tidaknya
suatu
permasalahan. Kecerdasan siswa sangat
membantu pengajar untuk menentukan
apakah siswa itu mampu mengikuti
pelajaran yang diberikan dan untuk
meramalkan keberhasilan siswa setelah
mengikuti pelajaran yang diberikan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil
Belajar
Menurut Wasliman hasil
belajar yang dicapai oleh peserta didik
merupakan hasil interaksi antara berbagai
faktor yang mempengaruhi, baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Secara
perinci, uraian mengenai faktor internal dan
eksternal, sebagai berikut:
174
E. Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 244-246
175
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,
op.cit., hlm. 107
66
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
2. Kesiapan atau Kematangan
Kesiapan atau kematangan adalah
tingkat perkembangan dimana individu
atau organ-organ sudah berfungsi
sebagaimana mestinya. Dalam proses
belajar, kesiapan atau kematangan ini
sangat menentukan keberhasilan dalam
belajar tersebut.
3. Bakat Anak
Menurut Chaplin, yang dimaksud
dengan bakat adalah kemampuan
potensial yang dimiliki oleh seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang. Dengan demikian,
sebetulnya setiap orang memliki bakat
dalam arti berpotensi untuk mencapai
prestasi sampai tingkat tertentu. Maka
dari itu bakat akan dapat memengaruhi
tinggi rendahnya prestasi belajar.
4. Kemauan Belajar
Salah satu tugas guru yang kerap
sukar dilaksanakan ialah membuat anak
menjadi mau belajar atau menjadi giat
untuk belajar. Kemauan belajar yang
tinggi disertai dengan rasa tanggung
jawab yang besar tentunya berpengaruh
positif terhadap hasil belajar yang
diraihnya. Karena kemauan belajar
menjadi salah satu penentu dalam
mencapai keberhasilan belajar.
5. Minat
Secara Sederhana, minat berarti
kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. seorang siswa yang minatnya
besar
terhadap
pelajaran
akan
memusatkan perhatiannya lebih banyak
daripada siswa lainnya.
6. Model Penyajian Materi Pelajaran
Keberhasilan siswa dalam belajar
tergantung pula pada model penyajian
materi.Model penyajian materi yang
menyenangkan, tidak membosankan,
menarik, dan mudah dimengerti oleh para
siswa tentunya berpengaruh secara positif
terhadap keberhasilan belajar.
7. Pribadi dan Sikap Guru
Siswa, begitu juga manusia pada
umumnya dalam melakukan belajar tidak
hanya melalui bacaan aatau melalui guru
saja, tetapi bisa juga melalui contohcontoh yang baik dari sikap, tingkah
laku, dan perbuatan. Kepribadian dan
sikap guru yang kreatif dan penuh
inovatif dalam perilakunya, maka siswa
akan meniru gurunya yang aktif dan
kreatif.
8. Suasana Pengajaran
Faktor lain yang ikut menentukan
keberhasilan siswa dalam belajar adalah
suasana pengajaran yang tenang,
terjadinya dialog yang kritis antara siswa
dengan guru, dan menumbuhkan suasana
yang aktif di antara siswa tentunya akan
memberikan nilai lebih pada proses
pengajaran.
9. Kompetensi Guru
Guru yang profesional memiliki
kemampuan-kemampuan
tertentu.
Kemampuan itu diperlukan dalam
membantu
siswa
dalam
belajar.
Keberhasilan siswa belajar akan banyak
dipengaruhi oleh kemampuan guru yang
profesional.Guru yang profesional adalah
guru yang memiliki kompeten dalam
bidangnya dan menguasai dengan baik
bahan yang akandiajarkan serta mampu
memilih metode belajar mengajar yang
tepat sehingga penedekatan itu bisa
berjalan dengan semestinya.
10. Masyarakat
Dalam
masyarakat
terdapat
berbagai macam tingkah laku manusia
dan berbagai macam latar belakang
pendidikan. Oleh karena itu, dunia
pendidikan lingkungan masyarakat pun
akan ikut memengaruhi kepribadian
siswa. Kehidupan modern dengan
keterbukaan serta kondisi yang luas
banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh
kondisi masyarakat ketimbang oleh
keluarga dan sekolah.176
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal (faktor dalam diri
siswa) yang meliputi: kecerdasan, minat
dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan,
176
Ahmad Susanto, op.cit.,hlm. 12-18
67
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik
dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal
(faktor dari luar diri siswa) yang meliputi:
keluarga, masyarakat, dan sekolah.
. 2005. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media
Group.
Direktorat Jendral Pendidikan Islam. 2007.
Undang-Undang
dan
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Tentang
Pendidikan. Dapartemen Agama RI.
KESIMPULAN
Pengelolaan kelas adalah keterampilan
guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi
belajar
yang
optimal
dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam
proses belajar mengajar. Seperti penghentian
tingkah laku siswa yang memindahkan
perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi
siswa yang tidak tepat waktu dalam
menyelesaikan tugas. Hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang dimiliki anak setelah melalui
kegiatan belajar disekolah Berbentuk skor atau
nilai diperoleh dari tes sesuai dengan materi
pelajaran yang diajarkan oleh guru. Dalam
kegiatan
pembelajaran
atau
kegiatan
intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan
belajar. Anak yang berhasil dalam belajar
adalah anak yang berhasil mencapai tujuantujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.
1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Desy Anwar. 2005. Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia. Surabaya: Amelia.
Didi Supriadie dan Deni Darmawan. 2012.
Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
E.
Mulyasa.
2009.
Kurikulum
Yang
Disempurnakan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Eni Purwati dkk. 2009. MICRO TECHING.
Surabaya: LAPIS-PGMI.
REFERENSI
G.Setya Nugraha, R. Maulina. Kamus Bahasa
Indonesia. Surabaya: Karina.
Agus Rachmat. dkk. 2002. Strategi belajar
Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Husaini Usman, R. Purnomo Setiady Akbar.
2006. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi
Aksara.
Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori
dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Iskandar. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Referensi.
Joko Subagyo. 2006. Metode Penelitian Dalam
Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar &
Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenamedia Group.
Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor:
Ghlmia Indonesia.
Al-Qur‟an dan Terjemahnya. 1420 H/1999 M.
Kerajaan
Saudi
Arabia:
Lembaga
Percetakan Al Qur‟an Raja Fahd.
Moh. Uzer Usman. 2010. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Anas sujdijono. 2008. Pengantar Statistik
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Nana sudjana. 2012. Penilaian Hasil proses
Belajar mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Burhan Bungin. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan Kualitatif. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Nur Hamiyah dan Mohammad Jauhar. 2014.
Strategi Belajar-Mengajar Di Kelas.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
68
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
Pupuh Fatuhurrohman dan Sobry Sutikno. 2007.
Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT
Refika Aditama.
Sanafiah
Faisal.
2007.
Format-Format
Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian
untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak
Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
PT Rineka Cipta
. 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk
Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
69
Download