Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TERMODIFIKASI BERBASIS OUTBOUND TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR THE INFLUENCE OF TEAMS GAMES TOURNAMENT LEARNING MODEL OF MODIFIED OUTBOUND BASED ON PHYSICS LEARNING ACHIEVEMENT ACCORDING TO STUDENTS’ LEARNING MOTIVATION Imam Abdul Syukur, Muhardjito, dan Markus Diantoro PPs Universitas Negeri Malang Jalan Semarang Nomor 5 Malang e-mail: [email protected] Naskah diterima tanggal: 23/12/2013; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 03/01/2014; Disetujui tanggal: 09/05/2014 Abstract: The purpose of this study was to determine the influence of Teams Games Tournament learning model of modified outbound based on Physics learning achievement to students’ learning motivation. The type of the study was quasi-experimental in the form of 2x2 factorials. Subjects of the study are students of 10th grade of SMA Negeri 1 Nganjuk (Public Senior Secondary School). Three classes were randomly assigned as experimental models of modified Teams Games Tournament outbound based and three classes as conventional (control) classes. Instruments used consisting of data collection instruments and also treatment instrument. Hypothesis testing using two-way anova and Tukey test at 5% significance level. The results showed significant difference of achievements in learning physics among students who study using Teams Games Tournament learning model outbound based and conventional one. The results of the study also showed that there are interactions between model of learning and learning motivation towards learning achievements. Physics learning achievements of students who have high motivation, who learn using modified Teams Games Tournament learning model outbound based are not even higher than the conventional one. Whereas the physics learning achievements of students having low motivation who learn using modified Teams Games Tournament learning model outbound based, are higher than the conventional one. Keywords: achievements, motivation, Teams Games Tournament, outbound, Physics Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Teams Games Tournament termodifikasi berbasis outbound terhadap prestasi belajar Fisika ditinjau dari motivasi belajar siswa. Jenis penelitian kuasi eksperimen dalam bentuk faktorial 2x2. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Nganjuk. Secara acak ditetapkan tiga kelas eksperimen model Teams Games Tournament termodifikasi berbasis outbound dan tiga kelas sebagai kelas konvensional (kontrol). Instrumen yang digunakan terdiri atas instrumen pengumpulan data dan instrumen perlakuan. Pengujian hipotesis menggunakan Anava dua arah dan uji lanjut menggunakan uji Tukey pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Fisika yang belajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament termodifikasi berbasis outbound dibanding konvensional. Hasil Penelitian juga menunjukkan ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Prestasi belajar fisika siswa yang memiliki motivasi tinggi, yang belajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament termodifikasi berbasis outbound tidak lebih tinggi dari konvensional, sedangkan siswa yang mempunyai motivasi rendah, prestasi belajarnya lebih tinggi daripada konvensional. Kata kunci: prestasi, motivasi, Teams Games Tournament, outbound, Fisika 310 Imam Abdul Syukur, Muhardjito, dan Markus Diantoro, Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament Termodifikasi Berbasis Outbound terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar Pendahuluan Unt uk m enge mbangkan inovasi mod el Perubahan paradigma pembelajaran dari teacher pe rmai nan dan krea tivi tas peng ajar dal am centered menuju student centered dilakukan pembelajaran TGT, maka kegiatan outbound bisa sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. menjadi alternatif untuk memodifikasi pembe- Dalam kelas yang teacher centered biasanya guru lajaran TGT menjadi pembelajaran yang lebih menggunakan metode pembelajaran klasikal menyenangkan. Studi awal penerapan pem- dengan dominasi ceramah dan mengharapkan belajaran Fisika dengan outbound di SMA Negeri siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal, tanpa 1 Nganjuk selama tiga tahun terakhir menun- diselingi berbagai strategi atau metode yang juk kan, menantang siswa untuk berpartisipasi dalam kegembiraan dan antusias dalam pembelajaran. proses pembelajaran, sehingga terkesan pem- Prestasi belajar Fisika juga meningkat. Siswa belajaran Fisika menjemukan dan motivasi belajar sering menanyakan “Kapan belajar Fisika dengan si swa rend ah ( Sirhan, 200 7). Hal sena da outbound lagi?” Siswa meminta agar frekuensi dikemukakan William (2003) bahwa siswa sekolah pembelajaran dengan outbound ditingkatkan. menenga h kare na Serevina (2009) mengungkap bahwa pembe- penyampaian materi fisika kurang menarik dan lajaran dengan outbound dapat meningkatkan banyak rumus-rumus. Hal ini menjadi salah satu motivasi belajar dan prestasi belajar Fisika di faktor penyebab rendahnya prestasi belajar sekolah menengah, sedangkan Ancok (2002) siswa. mengata kan ti dak meny ukai Fisika Cooperative learning merupakan salah satu bahwa mem udahkan siswa b ahwa mer asak an pend ekat an pema hama n suasa na outb ound konsep . Da lam strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada penelitiannya, Cristophel (1990) menyatakan kelompok-kelompok kecil, di mana pada tiap bahwa paksaan atau ancaman dapat mening- kelompok tersebut terdiri atas siswa-siswa dari katkan belajar siswa hanya sementara waktu, ber baga i namun dalam jangka panjang menimbul-kan ti ngka t ke mamp uan, mel akuk an berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pengaruh yang merusak. pemahaman mereka tentang materi pelajaran Materi yang digunakan dalam penelitian ini, yang sedang dipelajari (Fong dan Kwen, 2007; yaitu suhu dan kalor. Kalor merupakan salah satu Ajaja dan Ochuko (2009). Pembelajaran kooperatif materi Fisika yang harus dikuasai oleh siswa dalam termasuk pembelajaran paling efektif dalam pembelajaran di Kelas X SMA. Materi ini dirasakan pendidikan sains (Vieyra, 2008), maka guru sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari. dituntut dapat menciptakan suasana belajar yang Dengan demikian, penting untuk dapat memahami menyenangkan agar dapat menarik minat dan konsep kalor dan penerapannya. Namun, pada motivasi belajar siswa dan akan memberikan ke nyat aannya siswa masih k esul itan dal am dampak positif dalam pencapaian prestasi belajar memahami konsep kalor dan mengaplikasikannya siswa (Gita, 2007). TGT (Teams Games Tourna- dalam kehidupan sehari-hari dan masih terjadi ment) merupakan pembelajaran kooperatif yang kesalahan konsep sebagaimana pada penelitian efektif untuk meningkatkan motivasi dan hasil Gusrial (2009) pada kelas konvensional. Hasil belajar siswa (Faizah, 2009). Siswa menikmati penelitian Baser (2006) menunjukkan bahwa skor sua sana per mainan d an a ntusias pada TG T rata-rata postes siswa di kelas eksperimen lebih (Slavin, 2008) karena menekankan pada kerja tinggi dari kel as k onve nsional pada akhir sama kelompok, menghilangkan rasa jemu selama pembelajaran tentang pemahaman konsep suhu proses pembelajaran melalui permainan yang dan kalor. di laksanak an d i da lam turnamen, se hing ga Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: membuat proses pembelajaran menjadi aktif, 1) Apakah prestasi belajar Fisika bagi siswa yang inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan dan belajar dengan model Teams Games Tournament berbobot yang bisa memberikan kesenangan termodifikasi berbasis outbound lebih tinggi unt uk daripada siswa yang belajar secara konven- siswa dal am (Suprijono, 2009). p rose s pe mbel ajar an sional?; 2) Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap 311 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014 prestasi belajar Fisika?; 3) Apakah prestasi belajar Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses fisika pada siswa yang mempunyai motivasi interaksi antar peserta didik dengan pendidik dan belajar tinggi, lebih tinggi jika belajar dengan lingkungannya, sehi ngga ter jadi per ubahan model pembelajaran Teams Games Tournament perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2008). termodifikasi berbasis outbound daripada siswa Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling yang belajar secara konvensional?; 4) Apakah utama adalah mengkondisikan lingkungan agar prestasi belajar Fisika bagi siswa yang mempunyai menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi motivasi belajar rendah lebih tinggi jika belajar peserta didik. Belajar juga merupakan proses de ngan mod el p emb elaj aran Te ams Gam es pencapaian kompetensi, keterampilan dan sikap. Tournament termodifikasi berbasis outbound Secara keseluruhan, belajar merupakan proses daripada siswa yang belajar secara konvensional? berkesinambungan selama hidup. Hal ini yang Tujuan penelitian ini, yaitu untuk: 1) Menguji dal am dunia p endid ikan diseb ut pe ndidi kan apakah prestasi belajar Fisika bagi siswa yang sepanjang hayat ( long life education) (Yuliati, belajar dengan model Teams Games Tournament 2008). termodifikasi berbasis outbound lebih tinggi daripada siswa yang belajar secara konvensional; Cooperative Learning 2) Menguji apakah terdapat interaksi antara Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif model pembelajaran dan motivasi belajar siswa me rupa kan terhadap prestasi belajar Fisika; 3) Menguji menggunakan kelompok-kelompok kecil dan apakah prestasi belajar Fisika pada siswa yang memberi peluang bagi siswa untuk berinteraksi mempunyai motivasi belajar tinggi lebih tinggi jika dengan siswa lainnya. Newman dan Artzl (1990) belajar dengan model pembelajaran Teams Games menyatakan pembelajaran kooperatif sebagai Tournament termodifikasi berbasis outbound sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah, daripada siswa yang belajar secara konvensional; menyelesaikan suatu tugas atau mencapai tujuan 4) Menguji apakah prestasi belajar Fisika bagi bersama. Menurut Gokhale (1995), pembelajaran siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah kooperatif merupakan sebuah metode pem- lebih tinggi jika belajar dengan model pem- belajaran yang siswa-siswa dari tingkat ke- belajaran Teams Games Tournament termodifikasi mampuan berbeda saling bekerja sama dalam berbasis outbound kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan daripada siswa yang belajar secara konvensional. stra tegi pem bela jara n ya ng tertentu. Dalam pengertian ini, masing-masing siswa mempunyai tanggung jawab pribadi dan Kajian Literatur sosial. Keberhasilan siswa dianggap sebagai Bel ajar ada lah suat u pr oses yang di tand ai keberhasilan siswa lain dalam meraih sukses. de ngan ada nya perubaha n pa da d iri sisw a. Sementara menurut Eggen dan Kauchack Perubahan yang diharapkan ini sebagai hasil dari (1998) menyatakan bahwa belajar kooperatif proses belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk adalah sekelompok metode pembelajaran yang perubahan pengetahuan, pemahaman, keteram- melibatkan siswa belajar bersama-sama untuk pilan, sikap dan tingkah laku. Seperti yang mencapai tujuan bersama. Lebih jauh mereka dikemukakan oleh Sudjana (1989), bahwa belajar menyatakan, bahwa belajar kooperatif bertujuan pada hakekatnya adalah proses perubahan pada untuk meningkatkan partisipasi siswa, memberi ti ngka h la ku seseorang ber kat adanya p e- pel ajar an k epem impi nan, dan pengala man ngalaman. Belajar menurut pendekatan kon- membuat keputusan kelompok dan memberi struktivistik menekankan, bahwa peranan utama kesempa tan untuk be rint erak si d an b elaj ar dalam kegiatan pembelajaran adalah aktivitas dengan sisw a la in y ang bera sal dari lat ar siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya belakang budaya dan kemampuan berbeda. se ndir i pera lata n, Slavin (2008) berpendapat pembelajaran lingkungan, dan fasilitas lainnya (Siregar dan Nara, me lalui ba han, med ia, kooperatif hanya berhasil jika ia memiliki tiga ciri 2010). sebagai berikut, yakni: 1) penghargaan kelompok; 2) tanggung jawab individu; dan 3) peluang yang 312 Imam Abdul Syukur, Muhardjito, dan Markus Diantoro, Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament Termodifikasi Berbasis Outbound terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar sam a untuk berhasil . Si swa akan dib erik an anggotanya saling sharing, saling bantu ber- penghargaan apabila kelompok mereka mencapai partisipasi mengembangkan informasi, ide, sikap, kriteria tertentu tanpa ada persaingan antar- pendapat, kemampuan dan keterampilan yang sesama kelompok . Pe ngha rgaa n ke lomp ok dimilikinya untuk secara bersama-sama dalam me njad ikan siswa l ebih ter moti vasi unt uk memecahkan berbagai masalah belajar. mel ibat kan diri dal am a ktiv itas kel ompok. Tangg ung jawab individu bermaksud semua Teams Games Tournament (TGT) anggota kelompok bertanggung jawab terhadap Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya keberhasilan kelompok. Ciri peluang yang sama dikembangkan oleh David DeVries dan Keith untuk berhasil, merujuk kepada pencapaian siswa Edwards (1973). Secara umum, TGT hampir sama yang diukur berdasarkan peningkatan prestasi deng an STAD ( Stud ent Te ams Achievem ent masing-masing. Divisions) kecuali satu hal TGT menggunakan Se lain pendapa t-pe nda pat tel ah turnamen akademik, dan menggunakan kuis dan dipaparkan di atas, Johnson dan Johnson (1991) sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa menjelaskan pembelajaran kooperatif dengan berlomba sebagai wakil tim mereka dengan car a me mbanding kan deng an p embe laja ran anggota tim lain yang kinerja akademik se- konvensional. belumnya setara dengan mereka. TGT sering Ber dasa rkan pap aran di yang da pat dikombinasikan dengan STAD, dengan menam- disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif atas, bahkan turnamen tertentu pada struktur STAD adalah proses belajar bersama dalam kelompok- yang biasanya (Slavin, 2008). kelompok kecil yang heterogen, di mana setiap Tabel 1 Perbandingan Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Kooperatif Pengajar sering membiarkan adanya siswa saling mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Adanya saling ketergantungan positif, saling bantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi positif. Aktivitas individu sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang membantu. Kelompok belajar cenderung homogen. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik. Pimpinan kelompok sering ditentukan oleh pengajar atau kelompok dibiarkan untuk memilih pimpinannya dengan caranya masing-masing. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberi pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh pengajar pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Saat belajar kooperatif sedang berlangsung pengajar terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggta kelompok. Pengajar sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompokkelompok belajar. Pengajar memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan hanya sering terjadi pada penyelesaian tugas. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga pada hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai). (Adaptasi dari Johnson dan Johnson, 1991) 313 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014 Sintaks pembelajaran TGT sebagai berikut: 1) modifikasi, yaitu setelah kerja kelompok langsung Presentasi kelas; 2) Kerja kelompok; 3) Game di turnamenkan. Siswa t etap ber ada di k e- (permainan); 4) Turnamen; 5) Rekognisi Tim. lompoknya dan membacakan jawaban. Guru Turnamen merupakan sebuah struktur di mana memberi skor dari jawaban anggota kelompok game berlangsung. Turnamen berlangsung pada se kali gus akhir m inggu ata u akhir unit, setel ah g uru dilanjutkan dengan fase game, yaitu game Fisika memberikan presentasi di kelas dan tim telah yang berbasis outbound yang dikaitkan dengan melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar materi yang sedang dibahas. Game Fisika akan kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menun- lebih memberikan makna dalam pembelajaran, juk siswa untuk berada pada meja turnamen. Tiga karena tidak sekedar bermain saja, tetapi dalam siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja game ini tersirat sesuatu yang dapat mem- 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. bangkitkan motivasi sebagai sumber energi yang Kompetisi yang seimbang ini, memungkinkan para mampu mendorong dan membangkitkan sema- siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya ngatnya kembali (Soenarno, 2006). berkontribusi secara maksimal terhadap sekor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik. memb ahas jaw aban. Ke mudi an Adapun sintak untuk TGT termodifikasi adalah sebagai berikut. Skema TGT ini digambarkan secara rinci oleh Slavin (2008) pada Gambar 1. Presentasi Kelas Materi presentasi di kelas merupakan pem- Teams Games Turnament Termodifikasi belajaran langsung seperti yang sering kali Di samp ing memp unya i ba nyak kel ebihan, dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin cooperative learning juga memiliki kekurangan. oleh guru, bisa juga dengan presentasi audio- Dees (1991) mengung kapkan beberapa ke- visual. Dalam presentasi setiap siswa haruslah kurangan cooperative learning, antara lain: 1) mem- benar-be nar f okus untuk menyerap mate ri, butuhkan waktu yang lebih lama; 2) membutuhkan karena dengan demikian akan sangat membantu kemampuan khusus pengajar; siswa dalam turnamen dan mengerjakan kuis, 3) menuntut sifat tertentu dari siswa. Kekurangan di atas, pada karena skor kuis menentukan skor tim. pembelajaran TGT sangat terasa, khususnya ketika memasuki fase game dan turnamen. Di- Kerja kelompok butuhkan waktu yang cukup lama untuk memberi Tiap kelompok atau tim terdiri atas enam siswa kesempa tan kepa da setia p anggot a untuk yang heterogen dalam hal kemampuan akademik, bermain dan menjawab pertanyaan. Belum lagi jenis kelamin, ras, dan etnis. Fungsi utama menghadapi siswa yang kurang mempunyai rasa kelompok ini adalah untuk lebih mendalami materi sosial ata u pe ndia m. Untuk me mini malk an bersama teman kelompoknya (tutor sebaya) dan kek urang kan itu, diper luka n TGT y ang te r- mem asti kan bahw a se mua tim bena r-be nar A-1 Meja turnamen 1 TIM B B-1 B-2 A-2 Meja turnamen 2 B-3 B-4 A-3 A-4 TIM A Meja turnamen 3 C-1 Meja turnamen 4 C-2 C-3 Gambar 1 Penempatan Anggota Kelompok pada Meja Turnamen (Slavin, 2008) 314 C-4 TIM C Imam Abdul Syukur, Muhardjito, dan Markus Diantoro, Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament Termodifikasi Berbasis Outbound terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar belajar untuk mempersiapkan anggota kelompok Rekognisi Tim dan Individu agar bisa mengerjakan kuis dan berkompetisi Rekognisi atau penghargaan tim diberikan kepada dalam turnamen secara optimal. tim yang memperoleh skor terbanyak dari hasil turnamen dan jumlah skor kuis anggota tim, Turnamen se dang kan peng harg aan indi vidu dib erik an Hasil kerja masing-masing kelompok diturna- kepada siswa yang mencapai skor terbaik. Tiap menkan secara serentak oleh tiap anggota yang anggota kelompok mendapatkan penghargaan selevel dengan cara membacakan jawabannya berupa sertifikat atau cindera mata dari guru. dan guru memberi skor kepada masing-masing Contoh lembar penilaian untuk menentukan kel ompok se rta menca tatnya d alam lem bar rekognisi tim dengan anggota tiap kelompok 6 penilaian. Contoh lembar penilaian untuk tiap orang dapat dilihat pada Tabel 3. kelompok beranggotakan 6 orang dapat dilihat Kelebihan TGT termodifikasi dibandingkan TGT pada Tabel 2. sebagai berikut: 1) Waktu yang diperlukan relatif lebih pendek, karena turnamen dilaksanakan Games Fisika berbasis outbound sesaat setelah kerja kelompok selesai; 2) Variasi Pada fase ini game dimainkan secara serentak oleh game yang ditawarkan lebih banyak, disesuaikan semua kelompok dan diturnamenkan sekaligus. dengan situasi dan kondisi, bisa dilakukan di Game dirancang sedemikian rupa, sehingga bisa dalam atau di luar kelas. Dalam game Fisika tidak mem bang kitk an m otiv asi dan berhubungan hanya sekedar bermain, tetapi berhubungan dengan materi yang sedang dibahas. Bentuk game dengan materi yang sedang dipelajari sehingga disesuaikan dengan waktu yang telah dialo- lebih memperjelas konsep. Dapat juga meng- kasikan. Pada akhir game diberi pertanyaan gunakan game akademik atau team building yang tentang apa hubungan permainan atau makna dapat menumbuhkan motivasi dan proses berfikir, permainan tadi dengan materi yang dibahas. ice breaker, problem solving, dan kreativitas. Macam- Setelah itu diadakan kuis yang dikerjakan secara macam game mudah diakses oleh guru dari individu. Skor tim diperoleh dari jumlah skor saat berbagai buku-buku game outbound maupun turnamen dan skor individu. pengalaman guru; 3) Siswa dapat merasakan kegembiraan dalam belajar; dan 4) Tidak harus Kuis memerlukan meja turnamen, karena turnamen Kuis diberikan di akhir kegiatan pembelajaran, dilakukan bersamaan setelah kerja kelompok di berisi pertannyaan-pertanyaan konsep yang kelompok masing-masing. berhubungan dengan materi yang dipelajari dan dikerjakan secara individu serta diberi skor. Tabel 2 Lembar Penilaian Kelompok dalam Turnamen Kelompok 1 Nomor Anggota 3 4 2 5 6 Jumlah I II III IV V VI Tabel 3 Lembar Penilaian untuk Menentukan Rekognisi Tim Kelompok Jumlah Skor Tim 1 2 Skor Kuis Anggota 3 4 5 6 Jumlah I II III IV V VI 315 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014 Alasan Menggunakan Outbound dirasakan oleh setiap peserta. Peserta langsung Menurut Ancok (2002), pelatihan di alam terbuka merasakan sukses gagal dalam pelaksanaan (outbound) akhir-akhir ini semakin populer di tugas. Kalau terjadi kesuksesan, peserta segera kalangan para praktisi pelatihan SDM (sumber tahu perilaku apa yang membuat tim kerja sukses. day a ma nusi a). Bany ak p erusahaa n be sar Sebaliknya kalau tim gagal dalam melaksanakan maupun perusahaan skala kecil memanfaatkan tugas, peserta langsung mengetahui perilaku metode ini dalam mengembangkan SDM. Apa mana ya ng m enja di p enye bab kega gala n. sebab metode ini sangat populer? Jawabannya Berbeda dengan pendekatan pengajaran melalui tiada lain karena anggapan bahwa metode ini ceramah yang tanpa simulasi yang seringkali sulit efektif dalam membangun pemahaman terhadap dimengerti. Pendekatan outbound memudahkan sesuatu konsep dan membangun perilaku. Lebih pemahaman konsep (Ancok, 2002). lanjut Ancok (2002) menyatakan ada beberapa alasan mengapa metode outbound ini dipakai. Metode dilakukan dengan permainan Keg iatan pel atiha n out bound b any ak seka li Metode Simulasi Ma nusi a pa da d asar nya dapa t menggunakan aktivitas yang mirip permainan me maha mi yang biasa dimainkan anak-anak. Permainan pada kehidupan ini dari alam semesta. Alam semesta dasarnya disukai setiap orang. Menurut Berne adalah sumber kearifan dan tempat belajar bagi (1964) seorang pakar dalam bidang analisis semua orang. Itu sebabnya di dalam berbagai transaksional (transactional analysis), dalam diri kitab suci menyuruh manusia untuk membaca setiap orang dewasa ada komponen kehidupan makna yang ada di alam semesta. Bagaimana sebagai orang tua, sebagai orang dewasa dan burung terbang bersama, bagaimana lebah dan sebagai anak. Komponen semut berbagi tugas telah memberikan inspirasi diwujudkan dalam perilaku menasehati orang lain. bagi pakar manajemen. Banyak teori manajemen Komponen pribadi sebagai dewasa ditunjukkan berkembang dari pengamatan terhadap perilaku di saat seseorang berdialog dengan akal sehat, makhluk hidup di alam semesta (Kevin, 1997). dengan orang lain. Adapun komponen anak-anak diri sebagai orang tua Kehidupan dalam organisasi perusahaan terlihat pada perilaku minta perhatian, kasih yang sanga t komplek sebenarnya dapat di- sayang, dan perilaku bermain seperti anak-anak. simulasikan ke dalam suatu bentuk sederhana. Bermain adalah bagian dari kegembiraan sebagai Dunia yang kompleks akan sangat sulit untuk anak-anak. Aktivitas permainan pada dasarnya dipahami apabila tidak dibuat sederhana. Oleh berkecenderungan untuk disukai setiap orang, karena itu, untuk memudahkan pemahaman dan kalau sudah merasa suka, maka cenderung terhadap permasalahan yang komplek perlu dicari menjadi m udah. Dari penga laman di da lam cara yang sederhana. Permainan yang ada di menyelenggarakan kegiatan outbound, dijumpai dalam outbound adalah cara untuk menggam- keterangsangan emosi dan kegembiraan pada diri barkan kehidupan yang kongkrit dengan cara peserta pelatihan (Ancok, 2002). sederhana melalui sebuah metafora. Permainan atau aktivitas yang ditampilkan dalam kegiatan Prestasi Belajar out bound a dala h me tafora kehi dupa n ya ng Prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan komplek tersebut. Dengan dibuat sederhana, yang telah dikerjakan dan diciptakan, baik secara para peserta akan mudah memahami komplek- individu maupun kelompok. Prestasi tidak pernah sitas kehidupan. dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan (Gita, 2007). Winkel (1996) menjelaskan Metode pendekatan melalui pengalaman prestasi belajar merupakan bukti kemampuan (experiential learning) seseorang dalam melakukan kegiatan belajarnya, Metode ini menggunakan cara yang memberikan se dang kan sebuah pengalaman langsung kepada peserta/ dilakukan dengan sadar untuk mendapatkan siswa. Suatu kehidupan organisasi disimulasikan sejumlah kesan dari yang dipelajarinya. Berawal melalui sebuah permainan yang secara langsung dari aktivitas terjadilah perubahan dalam diri 316 bela jar ada lah akti vita s ya ng Imam Abdul Syukur, Muhardjito, dan Markus Diantoro, Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament Termodifikasi Berbasis Outbound terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar individu. Dengan demikian, belajar dikatakan seseorang dan menggerakkannya untuk mela- berhasil jika telah terjadi perubahan dalam diri kukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam individu, begitu pula sebaliknya (Djamarah, 1997). dir inya . Ol eh k arena it u, m otiv asi sang at Belajar menimbulkan perubahan perilaku dan mendasari perbuatan seseorang. Perbuatan yang pe mbel ajar an a dala h usaha meng adak an di dasa rkan ata s motiv asi tert entu, ak an per ubahan p eril aku deng an m engusaha kan mengandung tema yang sesuai dengan motivasi terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Proses yang mendasarinya. belajar yang baik akan menimbulkan prestasi Dal am pe neli tiannya, C rist ophel (199 0) belajar yang baik pula. Ada dua faktor yang menyatakan bahwa ketika guru menciptakan mempengaruhi prestasi belajar, yakni faktor yang hubungan komunikasi yang dekat dengan siswa berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan baik secara verbal maupun nonverbal, maka dari luar diri siswa (faktor eksternal). Faktor belajar siswa akan meningkat. Christophel juga internal meliputi: 1) kesehatan, 2) intelegensi, 3) menemukan bahwa paksaan atau ancaman dapat minat dan motivasi, 4) cara belajar; sedangkan meningkatkan belajar siswa hanya sementara faktor eksternal meliputi: 1) keluarga; 2) sekolah; waktu, namun dalam jangka panjang menim- 3) masyarakat; 4) lingkungan sekitar (Djaali, bulkan peng aruh yang merusak. K ondisi ini 2007). menyebabkan banyak ditemukan siswa yang Dalam usaha memudahkan memahami dan selalu menghindar terhadap guru atau mata mengukur perubahan perilaku maka perilaku pel ajar an y ang meng guna kan pend ekat an kejiwaan manusia dibagi menjadi tiga domain atau paksaan atau ancaman. Tujuan utama penelitian ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang dilakukan oleh Cristophel ini, yaitu untuk (Purwanto, 2008). Hasil belajar kognitif adalah menentukan hubungan antara motivasi siswa dan perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan komunikasi yang baik antara guru dengan siswa kognisi kemampuan yang menimbulkan perilaku dan pengaruh keduanya terhadap hasil belajar dalam domain kognitif meliputi beberapa tingkat siswa. atau jenjang. Makin tinggi tingkat, maka makin Sup rijono ( 2009 ) me nera ngka n ba hwa kompleks dan penguasaan suatu tingkat mem- strate gi motivasi dapat juga dikemba ngkan persyaratkan penguasaan tingkat sebelumnya berdasarkan model Attention Relevance Convidence (Purwanto, 2008). Taksonomi Bloom versi baru Satisfaction (ARCS). Model ini merupakan kondisi terdiri atas remember (mengingat), understand motivasional yang terdiri dari attention (per- (me maha mi), app ly ( mene rapk an), analy ze hatian), relevance (relevansi), confidence (ke- (menganalisis), evaluate (mengevaluasi), create percayaan), dan satisfaction (kepuasan) (menciptakan). Pengukuran prestasi belajar pada penelitian ini, dibatasi pada ranah mengingat, Perhatian memahami, menerapkan, dan menganalisis, yang Mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber dilakukan di akhir kegiatan dengan tipe soal daya mental. Perhatian siswa muncul didorong pilihan ganda. rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu itu perlu mendapat stimulus sehingga siswa akan Motivasi Belajar memberikan perhatian dan perhatian tersebut Motivasi berasal dari kata Latin moveers yang terpelihara selama berlangsungnya pembelajaran, berarti menggerakkan. Menurut Atkinson (1997) bahkan lebih lama. motivasi adalah kecenderungan bertindak untuk menghasilka n sa tu a tau lebi h pe ngar uh- Relevansi pengaruh. Wahyuni (2009) menyatakan bahwa Menunjukkan adanya hubungan materi pe m- mot ivasi ad alah ene rgi fisi k ya ng m embe ri belajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. kek uata n pa da m anusia untuk mel akuk an Motivasi siswa akan terpelihara apabila mereka tindakan tertentu. Motivasi adalah dorongan dasar menganggap bahwa apa yang dipelajari me- yang menggerakkan manusia untuk bertingkah menuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat dan laku (Uno, 2006). Motivasi sesuai dengan nilai yang dipegang. ini berada dalam diri 317 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014 Kepercayaan diri ceramah (Alma, Mulyadi, Razati dan Nurhayati, Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan 2009). potensi untuk dapat berinteraksi secara positif Kerja sama membantu proses belajar siswa de ngan lingkungan. Konsep ter sebut be r- dengan saling memberi dan menerima, saling hubung an d enga n ke yak inan pri badi bahwa me ngaj ar ( tutor se bay a) saling me mbantu dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan menyele saikan masala h (Lampe, Rooze dan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Tallent, 1998). Semua usaha belajar mempunyai Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa landasan sosial. Interaksi antarsiswa dalam mot ivasi proses belajar menjadi lebih maksimal daripada ak an m eningkat sej alan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. belajar secara individu. Persaingan di antara individu siswa memperlambat belajar. Kerja sama Kepuasan di antara mereka mempercepatnya, hal ini sesuai Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan dengan yang diungkap Meir (2002) bahwa suatu me ngha silk an ak an komunitas belajar selalu lebih baik hasilnya termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan k epua san dan sisw a daripada beberapa individu yang belajar sendiri- yang serupa. Untuk meningkatkan dan meme- sendiri. Begitu juga dengan Crosby dan Owens lihara motivasi siswa, guru dapat menggunakan (1993), mengemukakan bahwa keuntungan co- pemberian penguatan (reinforcement) berupa operative learning tidak terbatas pada tingkat pujian, pemberian kesempatan dan sebagainya. kemampuan tertentu atau jenis kelamin, tetapi Motivasi dapat dikembangkan dan diting- berlaku untuk semuanya. katkan dengan menggunakan strategi pembe- TGT merupakan pembelajaran kooperatif yang lajaran kooperatif. Hubungan dan interaksi siswa efektif untuk meningkatkan motivasi dan hasil dalam pembelajaran kooperatif berkembang belajar siswa (Faizah, 2009). Siswa menikmati secara kolaboratif yang cenderung meningkatkan sua sana per mainan d an a ntusias pada TG T motivasi belajar siswa. Pembelajaran kooperatif (Slavin, 2008), karena menekankan pada kerja membutuhkan perencanaan dan persiapan yang sama kelompok, menghilangkan rasa jemu selama leb ih, tetap i de ngan adany a interak si y ang proses pembelajaran melalui permainan yang optimal, kebiasaan berbeda pendapat, saling di laksanak an d i da lam turnamen, se hing ga menghargai, mengakui kekurangan dan menerima membuat proses pembelajaran menjadi aktif, pendapat orang lain maka motivasi siswa dapat inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan dan meningkat (Soemantri, 2001). berbobot yang bisa memberikan kesenangan untuk siswa dalam proses belajar-mengajar. Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Siswa yang menerima pengetahuan dengan Tournament (TGT) Termodifikasi Berbasis gembira dalam studi mereka, maka motivasinya Outbound dan Motivasi Belajar terhadap aka n me ning kat dan pada akhirny a da pat Prestasi Belajar Fisika berpengaruh pada prestasi Fokus dalam penelitian ini adalah motivasi dan satu kesenangan dalam belajar, yaitu melalui prestasi belajar, maka akan dilihat bahwa model permainan. Jika kondisi ini santai, kondusif, pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tidak terlalu stres atau lelah, dan pendidikan termodifikasi berbasis outbound yang secara berunsur permainan dapat diterima oleh siswa, teoritis memungkinkan berpengaruh terhadap mak a motiva si siswa dal am b elaj ar a kan motivasi dan prestasi belajar siswa. Seperti telah meningkat, karena kondisi yang santai akan dikemukakan bahwa cooperative learning dapat meningkatkan kerja metabolisme dan otak siswa, meningkatkan interaksi dan komunikasi siswa, kondisi yang dapat diterima dengan gembira oleh sal ing siswa seperti kegiatan outbound (Serevina, 2009). beke rjasama dala m me nyel esai kan belajar siswa. Salah masalah, saling menghargai dan sikap-sikap Wahyudi (2001) mengatakan ada beberapa positif lainnya dalam kegiatan pembelajaran, faktor yang mempengaruhi pencapaian tingkat dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pemahaman siswa terhadap materi ajar, salah ya ng umumnya d ilak ukan dengan metode satunya adalah motivasi belajar. Sejalan dengan 318 Imam Abdul Syukur, Muhardjito, dan Markus Diantoro, Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament Termodifikasi Berbasis Outbound terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar penjelasan tersebut, hasil penelitian Sipayung dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (2001) menunjukkan motivasi belajar siswa unt uk m ening katk an pr estasi be lajar Fisika berkorelasi positif dengan prestasi belajarnya. ditinjau dari motivasinya dengan menggunakan Sementara menurut Suprijono (2009), motivasi anava dua arah dan uji Tukey. mempunyai kontribusi hingga 64% terhadap prestasi. Hasil Penelitian dan Pembahasan Motivasi Belajar Data motivasi belajar keseluruhan diambil dari Metode Penelitian Jenis p enel itia n ya ng d igunakan dal am enam kelas, masing-masing kelas 36 siswa, tiga kuasi kelas eksperimen (108 siswa) dan tiga kelas ekperimen, menggunakan desain faktorial 2x2. kontrol (108 siswa). Data hasil angket motivasi Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X belajar digunakan untuk mengelompokkan siswa SMA Negeri 1 Nganjuk yang terdiri atas 9 kelas yang memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah. paralel, masing-masing kelas sebanyak 36 siswa. Data ini diperoleh melalui angket dan dilakukan Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di awal kegiatan sebelum kedua kelompok siswa SMA Negeri 1 Nganjuk tahun pelajaran 2011/2012 diberi perlakuan. Pengambilan data diambil 33% yang secara acak ditetapkan tiga kelas sebagai dari kelompok motivasi belajar tinggi dan 33% dari kelas konvensional (kontrol), yakni kelas X-3, X- kelompok motivasi belajar rendah, sehingga 5, X-7 dan tiga kelas eksperimen model TGT masing-masing kelompok terdiri dari 36 siswa. termodifikasi berbasis outbound, yakni kelas X-7, Skor maksimum angket motivasi belajar fisika X-8, X-9. Instrumen penelitian yang digunakan sebesar 135. pel aksa naan keg iata n pe neli tian ini adalah RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Data motivasi belajar secara keseluruhan beserta perangkatnya, angket motivasi belajar dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel fisika, dan tes prestasi belajar Fisika. tersebut dapat disajikan dalam bentuk Gambar Penelitian ini membutuhkan waktu 3 bulan 2. Data angket Motivasi Belajar Tinggi pada kelas (bulan Februari-April 2012) untuk memperoleh eksperimen menunjukkan lebih tinggi diban- data yang diperlukan. Data yang diperoleh dari dingkan dengan Motivasi Belajar Rendah pada penelitian ini adalah data motivasi melalui hasil kelas kontrol. angket sebelum diberi perlakuan untuk menentukan kelompok motivasi belajar tinggi dan Prestasi Belajar Fisika motivasi belajar rendah serta data prestasi belajar, Data skor prestasi belajar Fisika diperoleh dari hasil yaitu data nilai atau skor yang diperoleh setelah ulangan setelah siswa diberi perlakuan terhadap diberi perlakuan. Uji prasyarat normalitas dan model pembelajaran pada dua kelompok, yaitu homogenitas dilakukan pada data motivasi belajar kel ompok ek sper imen dengan mode l pe m- dan prestasi belajar fisika. Uji normalitas data belajaran Teams Games Tournament termodifikasi dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors, berbasis outbound dan kelompok kontrol. Skor sedangkan uji homogenitas dalam penelitian ini prestasi belajar Fisika maksimal sebesar 23. menggunakan uji Bartlett. Selanjutnya, pengujian Data skor prestasi belajar Fisika keseluruhan hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah diambil dari enam kelas, masing-masing kelas 36 model pembelajaran Teams Games Tournament siswa, terdiri atas tiga kelas eksperimen (108 te rmod ifik asi berb asis out bound l ebih ba ik siswa) dan tiga kelas kontrol (108 siswa). Untuk Tabel 4 Data Kelompok Motivasi Belajar Kelompok Motivasi Belajar Kelompok Motivasi Belajar Tinggi Motivasi Belajar Rendah Eksperimen 119,111 96,556 Kontrol 114,167 93,500 319 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014 Gambar 2 Grafik Motivasi Belajar Keseluruhan Tabel 5 Data Sekor Prestasi Belajar Keseluruhan Kelompok Eksperimen Kontrol Motivasi Belajar Tinggi 18,194 17,389 Prestasi Belajar Motivasi Belajar Rendah 16,139 12,778 Gambar 3 Grafik Prestasi Belajar Fisika Keseluruhan leb ih j elasnya, dat a sk or p rest asi bela jar Data skor prestasi belajar Fisika kelas motivasi keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 5. Ber- belajar tinggi menunjukkan kelompok eksperimen dasarkan tabel tersebut dapat disajikan dalam dengan rata-rata 18,194 dan kelompok kontrol bentuk Gambar 3. rata-rata 17,389, yang berarti rata-rata kelompok 320 Imam Abdul Syukur, Muhardjito, dan Markus Diantoro, Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament Termodifikasi Berbasis Outbound terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan Data Uji Anava Arah A1 dan A2 untuk B1 kelompok kontrol. Begitu juga data skor prestasi Penyajian data uji anava dua arah A1 dan A2 untuk belajar Fisika kelas motivasi rendah, di mana B1 dapat dilihat pada Tabel 7. Dari Tabel tersebut kelompok eksperimen dengan rata-rata 16,139 dapat disimpulkan bahwa Fhitung = 2,013 < Ftabel = dan kelompok kontrol rata-rata 12,778, yang 3,98. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan berarti rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi prestasi belajar Fisika antara siswa yang belajar dibandingkan dengan kelompok kontrol. de ngan mod el p emb elaj aran Te ams Gam es Tournament termodifikasi berbasis outbound Data Uji Anava Dua Arah Keseluruhan dengan konvensional pada kelompok siswa yang Penyajian data uji anava dua arah keseluruhan mempunyai motivasi belajar tinggi. Siswa yang dapat dilihat pada Tabel 6. Dari tabel tersebut mempunyai motivasi belajar tinggi yang belajar dapat disimpulkan bahwa oleh karena: a) F hitung dengan model pembelajaran “ Teams Games (A) = 22,722 > F tab el = 3,91, maka terdapat Tournament termodifikasi berbasis outbound” perbedaan yang signifikan antarmodel pembe- me mper oleh nil ai y ang tida k le bih ting gi lajaran; b) Fhitung (B) = 58,168 > Ftabel =3,91, maka dibandingkan dengan siswa yang mempunyai terdapat perbedaan yang signifikan antarmotivasi; motivasi belajar tinggi tetapi belajar dengan dan c) Fhitung (I) = 8,548 > Ftabel =3,91, maka terdapat metode pembelajaran konven-sional. interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Fisika. Data Uji Anava Arah A1 dan A2 untuk B2 Hasil penelitian menunjukkan terdapat inte- Penyajian data uji anava dua arah A1 dan A2 untuk raksi antara model pembelajaran dan motivasi B2 dapat dilihat pada Tabel 8. Dari tabel tersebut belajar Fisika. Artinya model pembelajaran dan dapat disimpulkan bahwa Fhitung = 25,577 > Ftabel = motivasi saling berpengaruh terhadap pening- 3,98. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang katan prestasi belajar Fisika. Hasil penelitian ini mempunyai motivasi belajar rendah yang belajar didukung hasil penelitian Sipayung (2001), yang dengan model pembelajaran “ Teams Games menunjukkan motivasi belajar siswa berkorelasi Tournament termodifikasi berbasis outbound” positif dengan prestasi belajarnya. Penelitian yang memperoleh nilai yang lebih tinggi dibandingkan dilakukan Suciati dan Irawan (2001) menyim- dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar pulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36%, rendah, tetapi belajar dengan metode pem- sedangkan menurut McClelland (1976) motivasi belajaran konvensional. mempunyai kontribusi hingga 64% terhadap prestasi belajar. Gunarso (2010) juga mengung- Data Uji Anava Arah B1 dan B2 untuk A1 kapkan bahwa motivasi berprestasi memberikan Penyajian data uji anava dua arah B1 dan B2 untuk pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar A1 dapat dilihat pada Tabel 9. Dari tabel tersebut, Fisika pada materi hukum Newton. dapat diketahui bahwa Fhitung = 10,778 > Ftabel = 3,98. Tabel 6 Penyajian Data Anava Dua Arah Keseluruhan Sumber Variansi Model Pembelajaran (A) Motivasi Belajar (B) Interaksi A x B Dalam Total JK 156,250 400,000 58,778 962,722 1577,75 Db 1 1 1 140 143 RJK 156,250 400,000 58,778 6,877 Fhitung 22,722 58,168 8,548 Ftabel 5% ; 1% 3,91 ; 6,81 Tabel 7 Penyajian Data Anava Dua Arah A1 dan A2 untuk B1 Sumber Variansi Antar Dalam Total JK 11,681 406,194 417,875 db 1 70 71 RJK 11,681 5,803 Fhitung 2,013 Ftabel 5% ; 1% 3,98 ; 7,01 Kesimpulan Ditolak 321 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014 Tabel 8 Penyajian Data Anava Dua Arah A1 dan A2 untuk B2 Sumber Variansi Antar Dalam Total JK 203,347 556,528 759,875 db 1 70 71 RJK 203,347 7,950 Fhitung 25,577 Ftabel 5% ; 1% 3,98 ; 7,01 Kesimpulan Diterima Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan belajar tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi prestasi belajar yang signi-fikan antara perlakuan belajar rendah yang belajar secara konvensional. B1 dan B 2 untuk A 1, atau terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara siswa yang Pengujian Hipotesis Lanjut dengan Uji Tukey mempunyai motivasi belajar tinggi dan siswa yang Berdasarkan data anava pada tabel 6, Fhitung (I) = mempunyai motivasi belajar rendah yang belajar 8,548 > F tab el =3,91, maka terdapat interaksi dengan model pembelajaran “ Teams Games antara model Tournament termodifikasi berbasis outbound”. maka analisis dilanjutkan dengan uji Tukey. Data pembelajaran dan motivasi belajar, uji Tukey dapat dilihat pada Tabel 11. Data Uji Anava Arah B1 dan B2 untuk A2 Berdasarkan hasil Tabel 11, maka dapat Penyajian data uji anava dua arah B1 dan B2 untuk dideskripsikan sebagai berikut: 1) Q1 = A2 dapat dilihat pada Tabel 10. Qt = 3,74. Dapat disimpulkan bahwa prestasi 6,741 > Dari Tabel 10, dapat disimpulkan bahwa Fhitung belajar Fisika bagi siswa yang belajar dengan = 57,150 > Ftabel = 3,98. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran “Teams Games Tournament te rdap at p erbe daan pre stasi be laja r ya ng termodifikasi berbasis outbound” lebih tinggi signifikan antara perlakuan B1 dan B2 untuk A2 atau daripada prestasi belajar bagi siswa yang belajar te rdap at p erbe daan pre stasi be laja r ya ng secara konvensional; 2) Q2 = 10,786 > Qt = 3,74. signifikan antara siswa yang mempunyai motivasi Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Fisika Tabel 9 Penyajian Data Anava Dua Arah B1 dan B2 Sumber Variansi Antar Dalam Total JK 76,056 493,944 570,000 db 1 70 71 RJK Fhitung 76,056 7,056 10,778 Ftabel 5% ; 1% 3,98 ; 7,01 Kesimpulan Diterima Tabel 10 Penyajian Data Anava Dua Arah B1 dan B2 untuk A2 Sumber Variansi Antar Dalam Total JK 382,722 468,778 851,500 db 1 70 71 Tabel 11 Data yang diuji 322 RJK 382,722 6,697 Fhitung 57,150 Ftabel 5% ; 1% 3,98 ; 7,01 Kesimpulan Diterima Penyajian Data Uji Tukey Qhitung Qtabel N Sig 5% A1 dan A2 6,741 3,74 72 B1 dan B2 10,786 3,74 72 A1 dan A2 untuk B1 1,834 3,85 36 A1 dan A2 untuk B2 7,690 3,85 36 B1 dan B2 untuk A1 4,703 3,85 36 B1 dan B2 untuk A2 10,550 3,85 36 A1B1 dan A2B2 12,394 3,85 36 A2B1 dan A1B2 2,860 3,85 36 Imam Abdul Syukur, Muhardjito, dan Markus Diantoro, Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament Termodifikasi Berbasis Outbound terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar bagi siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi Gam es T ournament t ermodifi kasi be rbasis lebih tinggi daripada prestasi belajar Fisika bagi outbound dengan konvensional. Kesimpulan dari siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah; uj i la njut dengan menggunakan uji Tuk ey 3) Q3= 1,843<Qt= 3,85. Dapat disimpulkan bahwa menyatakan bahwa model pembelajaran Teams prestasi belajar Fisika bagi siswa yang mempunyai Gam es T ournament t ermodifi kasi be rbasis motivasi belajar tinggi, belajar dengan model outbound lebih baik untuk meningkatkan prestasi pembelajaran “Teams Games Tournament ter- belajar Fisika dibanding model konvensional, modifikasi berbasis outbound” tidak lebih tinggi khususnya untuk siswa yang mempunyai motivasi daripada prestasi belajar Fisika bagi siswa yang belajar rendah, sedangkan untuk siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi belajar secara mempunyai motivasi belajar tinggi tidak lebih baik. konvensional; 4) Q 4 =7,690>Q t =3,85. Dapat Dalam hal ini peneliti menduga karena pelak- disimpulkan bahwa prestasi belajar fisika bagi sanaan pembelajaran yang kurang didukung oleh siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah semua siswa. Ada beberapa siswa yang harus belajar dengan model pembelajaran “ Teams meninggalkan kelas saat pembelajaran ber- Gam es T ournament t ermodifi kasi be rbasis langsung karena harus mengikuti kegiatan lomba outbound” lebih tinggi daripada prestasi belajar da lam rang ka hari jad i kota N ganj uk d an fisika bagi siswa yang mempunyai motivasi belajar persiapan Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2012 rendah belajar secara konvensional; 5) Q5 = 4,703 sehingga tidak mendapatkan perlakuan sepe- > Qt =3,85. Dapat disimpulkan bahwa prestasi nuhnya seperti siswa yang lain. belajar Fisika bagi siswa yang belajar dengan Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hamzah model pembelajaran “Teams Games Tournament dan Ahmad (2010) menunjukkan bahwa pem- termodifikasi berbasis outbound” dan mempunyai bel ajar an k oope rati f sa ngat motivasi belajar tinggi lebih tinggi daripada meningkatkan motivasi dan prestasi belajar prestasi belajar Fisika bagi siswa yang mempunyai siswa, khususnya yang mempunyai motivasi motivasi belajar f rendah; 6) Q6=10,550>Qt= 3,85. belajar rendah. Begitu juga hasil studi oleh Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Fisika Crosby dan Owens (1993) menemukan bahwa bagi siswa yang belajar secara konvensional dan strategi pembelajaran kooperatif dapat diguna- mempunyai motivasi belajar tinggi lebih tinggi kan untuk membantu kemampuan siswa yang daripada prestasi belajar Fisika bagi siswa yang me mpunyai moti vasi be laja r re ndah unt uk mempunyai motivasi belajar Fisika; 7) Q7=12,394 meningkatkan prestasi. efe ktif unt uk >Q t =3,85. Dapat disimpulkan bahwa prestasi Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa belajar Fisika bagi siswa yang mempunyai motivasi prestasi belajar Fisika bagi siswa yang belajar belajar tinggi belajar dengan model pembelajaran dengan model pembelajaran “ Teams Games “Teams Games Tournament termodifikasi berbasis Tournament termodifikasi berbasis Outbound” dan outbound” lebih tinggi daripada prestasi belajar mempunyai motivasi belajar tinggi lebih tinggi fisika bagi siswa yang mempunyai motivasi belajar daripada prestasi belajar Fisika bagi siswa yang rendah dan belajar secara konvensional; dan 8) mempunyai motivasi belajar rendah. Serevina Q8 = 2,860 < Qt = 3,85. Dapat disimpulkan bahwa (2009) menyatakan hasil penelitiannya bahwa prestasi belajar Fisika bagi siswa yang mempunyai pembelajaran Fisika dengan Outbound telah motivasi belajar tinggi belajar secara konvensional terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar tidak lebih tinggi daripada prestasi belajar Fisika Fisika. Hasil penelitian Popov (2006) menunjukkan bagi siswa yang mempunyai motivasi belajar Fisika bahwa pendekatan outdoor memperkaya desain rendah dengan model pembelajaran “ Teams mata kuliah Fisika Pengantar. Gam es T ournament t ermodifi kasi be rbasis outbound”. Teams Games Tournament merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif, yang di Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dalamnya banyak terjadi interaksi antarsiswa. perbedaan yang signifikan terhadap prestasi Slavin (2008) menyatakan bahwa pengajaran oleh belajar Fisika setelah perlakuan antara model teman (tutor sebaya), pengajar lebih banyak pembelajaran yaitu model pembelajaran Teams diuntungkan daripada yang diajar. Dalam hal ini 323 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014 siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi pembelajaran Teams Games Tournament ter- le bih dala m ke lomp okny a. modifikasi berbasis outbound memperoleh nilai Seharusnya siswa yang mempunyai motivasi berp eran akt if yang tidak lebih tinggi daripada prestasi belajar belajar tinggi, pencapaian prestasi belajarnya Fisika bagi siswa yang mempunyai motivasi leb ih b aik darip ada sisw a yang me mpunyai belajar tinggi belajar secara konvensional; 4) motivasi belajar rendah. Siswa yang mene- Prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi rima pengetahuan dengan gembira dalam belajar, belaj ar re ndah bel ajar dengan mode l pe m- maka motivasinya meningkat sehingga pres- belajaran Teams Games Tournament termodifikasi tasinya juga meningkat. Salah satu kesenangan berbasis outbound lebih tinggi daripada prestasi dalam belajar adalah permainan. Jika kondisi ini belajar Fisika bagi siswa yang mempunyai motivasi santai, kondusif, tidak terlalu stres atau lelah dan belajar rendah belajar secara konvensional. pendidikan berunsur permainan dapat diterima oleh siswa, sehingga motivasi siswa dalam belajar Saran akan meningkat, karena kondisi yang santai akan Ber dasarka n meningkatkan kerja metabolisme dan otak siswa, dipaparkan di atas, maka peneliti memberikan kondisi yang dapat diterima dengan gembira oleh beberapa saran sebagai berikut: 1) Bagi Guru siswa (Serevina, 2009). Fisika: Hasil penelitian dengan menerapkan model ha sil pene lit ian yang tel ah pembelajaran Teams Games Tournament terSimpulan dan Saran modifikasi berbasis outbound menunjukkan hasil Simpulan prestasi belajar Fisika yang lebih tinggi dari Ber dasa rkan hasil p enel itia n, a nali sis dan konvensional, khususny a untuk sisw a ya ng pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat mempunyai motivasi belajar rendah. Oleh sebab disimpulkan sebagai berikut: 1) Prestasi belajar itu, model pembelajaran Teams Games Tournament Fisika bagi siswa yang belajar dengan model termodifikasi berbasis outbound dapat digunakan pem belaj aran T our name nt seb agai alt erna tif bagi gur u ke las X untuk termodifikasi berbasis outbound” lebih tinggi meningkatkan prestasi dan motivasi belajar daripada prestasi belajar Fisika bagi siswa yang Fisika; 2) bagi Peneliti lain: Model pembelajaran belajar secara konvensional; 2) Model pem- Teams Games Tournament termodifikasi berbasis belajaran Teams Games Tournament termodifikasi outbound dapat dilakukan pada materi yang berbasis outbound dan motivasi belajar ber- berbeda dalam Fisika, sehingga pembelajaran pengaruh terhadap prestasi belajar Fisika; 3) Fisika dapat lebih kreatif dan bervariatif serta Prestasi belajar Fisika bagi siswa yang mempunyai menyenangkan. Sebagai contoh materi Hukum motivasi belajar tinggi belajar dengan model Newton, vektor atau gelombang. “Te ams Gam es Pustaka Acuan Ajaja, O., Patrick dan Ochuko. 2009. Effects of Cooperative Learning Strategy on Junior Secondary School Students Achievent in Integrated Science, Abraka: Electronics Journal of Science Education, 14 (1) Ancok, D. 2002. Outbound Management Training. Yogjakarta: UII Press Alma, B. Mulyadi, H., Razati, G., dan Nuryati, B. L. 2009. Guru Profesional Menguasai Metode dan Trampil Mengajar. Bandung: Alfabeta. Atkinson, R. 1997. Pengantar Psikologi jilid 2. Jakarta: Inter Aksara Baser, M. 2006. Fostering Conceptual Change by Cognitive Conflict Based Instruction on Students’ Understanding of Heat and Temperature Concepts. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 2(2):1. 324 Imam Abdul Syukur, Muhardjito, dan Markus Diantoro, Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament Termodifikasi Berbasis Outbound terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar Berne E. 1964. Games People Play. New York: Grove Press, Inc. Christophel, D. M. 1990. The Relationship among Teacher Immediacy Behaviors, Student Motivation, and Learning. Communication Education. Vol. 39. Crosby, M.S., dan Owens, E.M., 1993. A Look at Cooperative Learning as an Alternative. Center Buletin: Solution and strategies, no.5: 1-8. Dees, R.L. 1991. The Ruler of Cooperative Learning in Increasing Problem Solving Ability in a College Remedial Course. Journal for Research in Mathematics Education. 22(5): 409-421. Devries D., dan Edwards K. 1973. Learning Games and Student Teams: Their Effect on Classroom Process. American Educational Research Journal. 10,307-318. Djaali, H. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah, S.B,, 1997. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: PT. Usaha Nasional. Eggen, P.D dan Kauchak, P.P. 1998. Strategies for Teacher, Teacher Content and Thinking Skills. Boston: Ally & Bacon. Faizah, N. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Menggunakan Poster dan Media Kartu Soal untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Fisika. Tesis: Universitas Negeri Semarang. Fong, H.F dan Kwen, B.H. 2007. Exploring The Effectiveness of Cooperative Learning as a Teaching and Learning Strategy in the Physics Classroom, Singapore: Journal of Culture, knowledge and understanding Conference. Gita, N. 2007. Implementasi Pendekatan Konstektual untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Unidiksa 1: 26-34. Gokhale, A.A. 1995. Collaborative Learning Enhance Critical Thinking. Journal Technology Education. Illionis University. Gunarso. 2010. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan TAI Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Gaya Berpikir Siswa (Pembelajaran Hukum Newton pada Kelas X Semester I di SMA Negeri 1 Pejagoan Tahun Pelajaran 2009/2010). Tesis tidak diterbitkan, PPS Universitas Sebelas Maret. Gusrial. 2009. Penggunaan Media Simulasi Virtual pada Pembelajaran dengan Pendekatan Konseptual Interaktif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Meminimalkan Kualitas Miskonsepsi pada Materi Kalor. Tesis tidak diterbitkan, Universitas Pendidikan Indonesia. Hamzah, M.S. dan Ahmad, N.Z. 2010. The Effect of Cooperative Learning With DSLM Conceptual Understanding and Scientific Reasoning Among CONCEPTUALForm Four Physics Student With Different Motivation Levels. Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), 4(2). Johnson, D. W. dan Johnson, R. T. 1991. Cooperation and competition: Theory and research. Edina, MN: Interaction Book Company. Kevin, K. 1997. The New Biology of Business dalam R Gibson (Ed.) Rethingking the Future. London: Nicholas, Brealey. Lampe, J.R, Rooze, G.E. dan Tallent, R.P. 1998. Effect of Cooperative Learning Among Hispanic Student Elementary Social Studies. In Macmillan, J.H. & Wergin, J.F. Understanding and Evaluating Educational Research: New Jersey: Prentice Hall, 77-87. 325 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014 Mc Clelland, David. 1976. The Achievement Motivation. New York: Irvinton Publisher. Meir, D. 2002. The Accelerated Learning Hand Book, Panduan Kreatif Merancang Program Pendidikan. Bandung: Kaifa. Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Newman dan Artzt, A. 1990. How to Use Cooperative Learning the Mathematics Class. Ronton, VA: National Council of Theacher of Mathematics. Popov, O. 2006. Developing an Introductory Physics Cource Teacher Education Using Guide Inquiry and Outdoors Aproachs. Rusia:Karelia University. Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Belajar. Serevina, V. 2009. Positive Influence between Outbound Activity in Physics Learning with Student Studying Motivation. Jakarta: State Unversity of Jakarta. Sipayung, J. 2001. Studi Hubungan Motivasi dengan Prestasi Belajar Fisika pada Siswa SMA Negeri 3 Sentani Jayapura. Ganesha Digital Library. Siregar, E. dan Nara, H. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sirhan, G. 2007. Learning Difficulties in Chemistry: An Overview. Jurnal of Turkish Science Education, Vol 26 (6): 883-897. Slavin, R.R., 2008. Cooperative Learning,Teori,Riset dan Praktik, Bandung: Nusa Penida. Soemantri, M. N., 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PPS UPI dan Remaja Rosdakaraya. Soenarno, A. 2006. Creativity Games. Yogyakarta: Penerbit Andi. Suciati dan Irawan, P. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional. Dirjen Dikti. Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Suprijono, A. 2009. Cooperatif Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Uno, H.B., 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Vieyra, R. E.W. 2008. Guidelines for High School Teachers for Encouraging Women in Careers in Science, Technology, and Mathematics. Journal of Physics Teachers Education Online, 4(4): 9 (Online), (http://www.google.co.id/ #hl=id&source=hp&biw=1261&bih=533&q=jpteo&aq=f&aqi=&aql=&oq=&fp=fbaa68a7f762cbfd), diakses 26 April 2010). Wahyudi. 2001. Tingkatan Pemahaman Siswa terhadap Materi Pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi 36. Wahyuni, E.N. 2009. Motivasi dalam Pembelajaran.Malang: UIN Malang Press. William, C. 2003. Why Aren’t Secondary Students Interest in Physics. Journal of Physics Education, 38 (4): 324-329. 326 Imam Abdul Syukur, Muhardjito, dan Markus Diantoro, Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament Termodifikasi Berbasis Outbound terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar Winkel, W.S.1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia. Yuliati, L. 2008. Model-model Pembelajaran Fisika Teori dan Praktek. Malang: LP3 UM. 327