PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN TIPE INDUSTRITERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAN MANUFAKTUR DAN BUMN YANG TERDAFTAR DI BEI Oleh : Eka Arista Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan dan tipe industri terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kepemilikan pemerintah, kepemilikan manajemen, kepemilikan asing dan tipe industri sebagai variabel independen, tingkat pengungkapantanggung jawab sosial perusahaan sebagai variabel dependen dan ROA, laverage, ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Penggunaan variabel kontrol digunakan untuk meniminimalisir kesalahan dalam membuat kesimpulan pada hasil penelitian. Objek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur dan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak periode 2012 – 2014. Jumlah sample keseluruhan yaitu 258 sample dengan kriteria tidak mengalami delisting dan semuan variabel yang digunakan didalam penelitian ini terdapat didalam laporan tahunan. Data yang digunakan didalam penelitian ini merupakan data sekunder yang didapatkan dari www.idx.co.id dan metode yang digunakan yaitu judgment sampling, karena sampel yang dipilih sudah ditentukan sebelumnya yaitu perusahaan manufaktur dan BUMN. Hasl dari penelitian struktur kepemilikan dan tipe industri terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan penggunaa seluruh variabel kontrol menunjukkan bahwa kepemilikan pemerintah dan tipe industri berpengaruh siknifikan terhadap tingkat pengungkapan CSR. Sedangkan kepemilikan manajemen dan kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan CSR. Kata kunci : Tanggung jawab sosial, kepemilikan pemerintah, kepemilikan manjemen kepemilikan asing, tipe industri. ABSTRACT This study aims to determine the effect of ownership structure and the type of industry to the level of disclosure of corporate social responsibility. Variables used in this study using government ownership, management ownership, foreign ownership and the type of industry as an independent variable, the level of disclosure of corporate social responsibility as the dependent variable and ROA, leverage, firm size as control variables. The use of control variables used to minimize errors in making conclusions on the results of the study. The objects used in this research are manufacturing companies and BUMN listed on the Indonesia Stock Exchange since the period of 2012 - 2014. The overall amount of sample that is 258 samples with no experience delisting criteria and all the variables used in this study 1 contained in the annual report. The data used in this research is secondary data obtained from www.idx.co.id and the method used is judgment sampling, because the selected sample is predetermined, namely manufacturing and BUMN. Results from studies of ownership structure and the type of industry to the level of disclosure of corporate social responsibility. Based on the use of all the control variables shows that government ownership and the type of industry significant impact on the level of CSR disclosure. While management ownership and foreign ownership has no effect on the level of CSR disclosure. Keywords: social responsibility, government ownership, management ownership, foreign ownership, type of industry. PENDAHULUAN Dewasa ini hampir seluruh perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba untuk menjalankan bisnisnya sebaik mungkin guna meraih keuntungan. Semakin berkembangnya perusahaan, maka terjadilah kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, munculah kesadaran untuk mengurangi dampak negatif tersebut. Dampak dari aktivitas perusahaan tidak hanya dirasakan oleh pihak yang terkait langsung dengan perusahaan. Keberadaan dan dampak aktivitas perusahaan seringkali bertentangan bahkan merugikan pihak lain. Hal ini dikarenakan perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan sehingga keberadaannya tidak terlepas dari keduanya. Tanggung jawab sosial ini berpijak pada triple bottom lines. Triple bottom linesini mencakup aspek keuangan, sosial, dan lingkungan. Ketiga aspek dalam triple bottom lines tersebut harus dilakukan perusahaan secara seimbang untuk menjamin nilai perusahaan terus tumbuh secara berkelanjutan. Maka aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan ini tidak lagi dipandang sebagai cost tetapi dipandang sebagai investasi jangka panjang perusahaan. Pentingnya pelaksanaan tanggung jawab sosial membuat pemerintah sebagai regulator turut mengambil kebijakan dalam pelaksanaan tanggung jawab social perusahaan. Hal ini terlihat dengan dibuatnya aturan mengenai kewajiban perusahaan dalam melaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu Undang-UndangPerseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007, pasal 66 dan 74. Pada Pasal 66 ayat (2) bagian c yang menyebutkan bahwa selain menyampaikan laporan keuangan,perusahaan juga diwajibkan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Undang-Undang Penanaman Modal No. 25 tahun 2007 yang mengatur setiap penanaman modal diwajibkan untuk ikut serta dalam tanggungjawab sosial perusahaan dan PP no 47 tahun 2007 mengenai tanggung jawab socialdan lingkungan perusahaan yang mewajibkan seluruh perusahaan yang menjalankankegiatan usaha dibidang atau berkaitan dengan sumber daya alam untukmenyelenggarakan program tanggung jawab sosial perusahaan, dan mengharuskanperusahaan memasukkan program tanggung jawab sosial perusahaan dalam rencana kerja tahunan perusahaan. Adanya undang-undang ini menandakan adanya hubungan antara perusahaan yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pemerintah dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Kepemilikan pemerintah berkepentingan terhadap kepatuhan perusahaan sesuai dengan peraturan yang berlaku agar kepentingan masyarakat secara umum tidak tergangu (Satyo dalam Suaryana, 2010). Kepemilikan pemerintah mendorong pengungkapam pertanggungjawab lingkungan karena telah diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 Pasal 1 ayat 3 , bahwa tanggungjawab sosial dan lingkungan adalah 2 komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangungan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan yang bermanfaat, baik perseroan sendiri,komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Sedangkan kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Seperti diketahui, negara-negara luar terutama Eropa dan United State merupakan negara-negara yang sangat memperhatikan isu-isu sosial, seperti pelanggaran hak asasi manusia, pendidikan, tenaga kerja, dan isu lingkungan seperti, efek rumah kaca, pembalakan liar, serta pencemaran air. Selain pengaruh dari kepemilikan perusahaan, pelaksanaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin dapat dipengaruhi oleh jenis industri. Jenis industri perusahaandibedakan menjadi dua macam, yaitu perusahaan high profile dan low profile, Kaitan tipe industri perusahaan dengan CSR adalah perusahaan yang high profile memiliki pengaruh yang besar terhadap lingkungan dibandingkan perusahaan yang low profile. ukuran perusahaan,leverage dan ROA (Return on Asset) yang digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan dan menjelaskan pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan dalam laporan tahunan. Kaitan aspek ukuran perusahaan yang merupakan salah satu karakteristik perusahaan dengan aktivitas corporate social responsibility, hal ini bisa dilihat dari besarnya dana yang dimiliki perusahaan untuk melakukan aktivitas CSR. Rasio leverage yang merupakan salah satu proxy karakteristik perusahaan, Rasio ini menunjukkan seberapa besar porsi hutang dalam pembiayaan perusahaan. Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi akan lebih sedikit melakukan aktivitas sosial. Berbanding terbalik dengan perusahaan yang memiliki tingkat leverage rendah yang akan cenderung lebih banyak melakukan aktivitas sosial. Sedangkan hubungan ROA dengan CSR adalah perusahaan yang memiliki profit tinggi akan melakukan aktivitas sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan dengan profit rendah. Karena perusahaan besar memiliki ketersediaan dana yang besar, sehingga bisa melakukan berbagai aktivitas, salah satunya aktivitas sosial. Setelah sebuah perusahaan melakukan aktivitas sosial, langkah selanjutnya perusahaan akan mempublikasikannya melalui sustainability reporting. Sustainability reporting ini disajikan di dalam laporan tahunan perusahaan yang dilaporkan setiap periodenya. Definisi sustainability reporting dalam Globalreporting.org adalah laporan organisasional yang memberikan informasi tentang ekonomi, lingkungan, sosial, dan kinerja tata kelola. Pelaporan keberlanjutan (sustainability reporting) membantu organisasi untuk menetapkan tujuan, mengukur kinerja, dan mengelola perubahan dalam rangka membuat organisasi mereka lebih berkelanjutan. Sebuah laporan keberlanjutan menyampaikan pengungkapan tentang dampak organisasi, baikitu positif atau negatif terhadap lingkungan, masyarakat, dan ekonomi. Dalam upaya mewujudkannya pelaporan keberlanjutan membuat yang abstrak menjadi nyata dan konkret, sehingga membantu dalam pemahaman dan pengelolaan dampak dari pengembangan keberlanjutan terhadap kegiatan dan strategi organisasi (Global Reporting Intiative, 2013) Topik mengenai CSR ini perlu untuk dikaji agar nilai perusahaan bisa terus tumbuh secara berkelanjutan. Sebab tujuan perusahaan yang hanya profit-oriented tidak cukup untuk menjamin nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, dengan adanya CSR yang berpijak pada aspek sosial dan lingkungan dapat melengkapi tujuan perusahaan secara seimbang, selain aspek ekonomi atau profit-oriented. 3 KAJIAN PUSTAKA Teori Keagenan Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (2005 : 269) dalam (Dandang, Djoko, dan Hanung, 2013) adalah hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (principal) menyewa pihak lain (agent) untuk melaksanakan suatu jasa. Dalam melakukan hal itu, principal mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agent tersebut. Menurut teori agensi ini, bahwa antara principal (pemilik) dan agent (manajemen) memiliki tujuan yang berbeda yang mengakibatkan timbulnya konflik atau perbedaan kepentingan. Teori Pemangku Kepentingan Freeman (1994) mendefinisikan pemangku kepentingan sebagai sebuah kelompok atau individual yang dapat memberi dampak atau terkena dampak oleh hasil tujuan perusahaan. Teori pemangku kepentingan mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepetingan sendiri namun harus memberikan manfaat kepada pemangku kepentingannya. Fokus dari teori pemangku kepentingan diartikulasikan kedalam dua inti (Freeman 1994, dalam Freeman 2004) dalam Dian widiana, (2012). Teori Legitimasi Teori legitimasi mengungkapkan bahwa perusahaan secara kontiyu berusaha untuk bertindak sesuai dengan batas-batas dan norma-norma dalam masyarakat, perusahaan berusaha agar aktivitasnya diterima menurut persepsi pihak eksternal (Deegan, 2002) dalam (Isnaindri, 2012). Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi, karena teori legitimasi adalah hal yang paling penting bagi organisasi. Teori Akuntansi Positif Teori akuntansi positif menjadi acuan dalam pengembangan penelitan akuntansi. Dalam Suwardjono (2010 : 39) disebutkan bahwa teori positf menjelaskan fenomena akuntansi seperti apa adanya atas dasar pengamatan empiris. Teori ini menjelaskan mengenai perilaku manajemen perusahaan dalam membuat laporan keuangan. Teori ini mengungkapkan tiga hipotesis, yaitu the bonus plan hypothesis, debt/ equity hypothesis, dan size hypothesis (Watts dan Zimmerman, 1986) (dalam Isnaindri, 2012). Teori Signaling (Signaling Theory) Dalam Sandra Aulia (2012) terkait teori signaling dikatakan bahwa pengungkapan sukarela adalah salah satu maksud bagi perusahaan atau manager untuk membedakan diri mereka dari yang lainnnya, seperti kualitas dan kinerja perusahaan. Kepemilikan Pemerintah Kepemilikan pemerintah menunjukkan adanya keterkaitan atau hubungan antara perusahaan dengan pemerintah. Pemerintah seringkali mempunyai perhatian khusus terkait tujuan politik diluar tujuan pencapaian profit, misalnya harga output yang rendah ataupun dampak eksternal lain (Thomson dan Pederson, 2000). Tujuan tersebut berupa perhatian khusus terhadap aspek kesejahteraan lingkungan dan masyarakat sekitar sebagai dampak dari kegiatan operasi perusahaan. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan ( 4 Rustiarini, 2008). Pihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan. Keberadaan manajemen perusahaan mempunyai latar belakang yang berbeda, antara lain: pertama, mereka mewakili pemegang saham institusi, kedua, mereka adalah tenaga- tenaga professional yang diangkat oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Ketiga, mereka duduk di jajaran manajemen perusahaan karena turut memiliki saham. Kepemilikan Asing Kepemilikan asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri ( Etha, 2010). Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan (Djakman dan Machmud,2008). Tipe industri Menurut Utomo (2000), para peneliti akuntansi sosial tertarik untuk menguji pengungkapan sosial pada berbagai perusahaan yang memilikiperbedaan karakteristik. Salah satu perbedaan karakteristik yang menjadi perhatian adalah tipe industri, yaitu industri yang high profile dan low profile. perusahaan yang termasuk kategori high profile umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasi perusahaan memiliki potensi dan kemungkinan berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas. Industri high profile diyakini melakukan pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang lebih banyak daripada industri yang low profile. Ukuran (Size) Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Pada umumnya, perusahaan besar mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada perusahaan kecil. Profitabilitas Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profit.Rasio profitabilitas ini menjadi salah satu rasio yang diperhatikan oleh para investor dan kreditur sebelum mereka menanamkan modalnya di sebuah perusahaan.Oleh karena itu, manajemen perusahaan berusaha untuk selalu meningkatkan profitabilitas perusahaan agar dapat terus mempertahankan para investor dan kreditur serta menarik calon investor dan kreditur yang baru. Leverage Tingkat leverage dapat mencerminkan tingkat resiko keuangan perusahaan, karena rasio leverage ini digunakan untuk mengukur seberapa besar pendanaan perusahaan yang berasal dari hutang. Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi akan lebih sedikit melakukan aktivitas sosial. Berbanding terbalik dengan perusahaan yang memiliki tingkat leverage rendah yang akan cenderung lebih banyak melakukan aktivitas sosial. Hipotesis Penelitian Pengaruh Kepemilikan Pemerintah Terhadap Tingkat Pengungkapan CSR Kepemilikan pemerintah mendorong pengungkapam pertanggungjawab lingkungan karena telah diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 Pasal 1 ayat 3, bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untukberperan serta dalam pembangungan ekonomi berkelanjutan gunameningkatkan kualitas kehidupan yang bermanfaat, baik perseroan sendiri,komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Hal ini sesuai dengan teori stakeholder yang mengatakan bahwa perusahaan bukan lahentitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholdernya (Ghozali dan Chairir dalam Iryanie, 2009). Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah: 5 H1 : Kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Tingkat pengungkapan CSR semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut [Gray, et al. (1988)]. Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah : H2: Kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Tingkat Pengungkapan CSR Sesuai dengan teori stakeholder, semakin banyak dan kuat posisi stakeholder, semakin besar kecenderungan perusahaan untuk mengadaptasi diri terhadap keinginan para stakeholdernya. Hal tersebut diwujudkan dengan cara melakukan aktivitas pertanggungjawaban terhadap sosial dan lingkungannya atas aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang berbasis asing kemungkinan memiliki stakeholder yang lebih banyak dibanding perusahaan berbasis nasional sehingga permintaan informasi juga lebih besar dan dituntut untuk melakukan pengungkapan yang lebih besar juga.Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah : H3: Kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia Pengaruh Tipe Industri Terhadap Tingkat Pengungkapan CSR perusahaan yang high profile memiliki pengaruh yang besar terhadap lingkungan dibandingkan perusahaan yang low profile. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan yang termasuk high profile untuk melakukan aktivitas sosial yang disebabkan aktivitas operasionalnya berpengaruh besar terhadap lingkungan sekitar.Dalam penelitian yang dilakukan oleh Angling (2010) dan Ratih (2012) menunjukkan terdapat pengaruh antara tipe industri terhadap pengungakapan Corporate Social Responsibility (CSR). Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah : H4: Tipe industri berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia METODE PENELITIAN 1.1 Populasi dan Penentuan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur dan BUMN (kecuali jenis industri keuangan dan perbankan)yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012, 2013 dan 2014. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah judgment sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Sebelum dilakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik menggunakan uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Berikut merupakan persamaan regresi yang digunakan penelitian ini: Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + β7X7 + e Keterangan : Y = CSRDI X1 = Kepemilikan Pemerintahan X2 = Kepemilikan manajemen X3 = Kepemilikan Asing 6 X4 = Tipe Industri X5 = Ukuran Perusahaan X6 = Leverage X7 = ROA β1- β7 = Koefisien Regresi ο‘ = Konstanta e = Error Term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian Variabel Independen Kepemilikan Pemerintah (πΏπ ) Kepemilikan pemerintah = Jumlah kepemilikan saham oleh pihak pemerintah Jumlah saham yang beredar x 100% Kepemilikan manajemen(πΏπ ) Kepemilikan manajemen = Jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen x 100% Jumlah saham yang beredar Kepemilikan Asing(πΏπ ) Kepemiliakan asing= Jumlah kepemilikan saham oleh pihak asing Jumlah saham yang beredar × 100% Tipe industri (Xβ) Tipe Industri perusahaan diukur dengan variabel dummy dimana high-profile akan diberi score 1 yaitu untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, agrobisnis, tembakau dan rokok, makanan dan minuman, media dan komunikasi, kesehatan, transportasi dan pariwisata. Score 0 diberikan untuk perusahaan low-profile, yang meliputi bidang bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga. Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan = log ( nilai buku total asset) Leverage πΏπΈπ = πππ‘ππ π»π’π‘πππ πππ‘ππ π΄π ππ‘ Profitabilitas π ππ΄ = πΏπππ π΅πππ πβ πππ‘πππβ πππππ πππ‘ππ π΄ππ‘ππ£π ANALISIS DAN PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur dan BUMN (kecuali jenis industri keuangan dan perbankan)yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012, 2013 dan 2014. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah judgment sampling. Setelah dilakukan seleksi pemilihan sample sesuai kriteria yang telah ditentukan maka deperoleh 86 perusahaan, yang terdiri dari 71 perusahaan 7 manufaktur dan 15 perusahaan BUMN kecuali (jenis industri keuangan dan perbankan) yang setiap tahunnya memenuhi kriteria sampledengan kriteria sebagai berikut: Uji koefisien Determinasi R R Squere Adjusted R Squer Std. Error of Estimate 0,653 0,426 0,410 0,109 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa, koefisien determinasi yaitu sebesar 0,410. Maka dapat dikatakan bahwa variabel independen dalam mempengaruhi model persamaan regresi yaitu 41 % dan sisanya 59 % dipengaruhi oleh faktor – faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi. Uji Simultan (Uji F) Model F Sig 26,483 0,000 Regression Dari hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui nilai siknifikan sebesar 0,000 kurang dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditilak, yang berarti semua variabel secara bersama – sama berpengaruh siknifikan terhadap variabel dependen. Uji Analisis Regresi Linear Berganda (Uji t) Variabel KoefisienRegresi t Sig. Konstamta 0,041 11,878 0,000 Pemerintah 0,304 11,007 0,000 Manajemen 0,169 1,326 0,186 Asing -0,025 -1,062 0,289 Tipe Indutri 0,038 2,514 0,013 ROA 0,128 1,833 0,068 Leverage -0,027 -1,707 0,089 Ukuran -0,017 -5,689 0,000 Dari hasil analisis regresi linear berganda di atas, maka model persamaan regresi dalam penelitian ini, yaitu : CSRI = 0,410 + 0,304PP + 0,169PM - 0,025PA + 0,038TI + 0,128ROA – 0,027LEV – 0,017UK Dari hasil model regresi linear berganda di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah : 1. Nilai intercept konstanta sebesar 0,410Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila besarnya nilai seluruh variabel independen dan variabel kontrol adalah 0,000 maka besarnya pengungkapan tanggung jawab sosial yaitu akan sebesar 0,410. 2. Nilai koefisien regresi variabel kepemilikan pemerintahan adalah sebesar 0,304Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila variabel kepemilikan pemerintahan naik satu satuan, maka pengungkapan corporate social responsibilitymeningkat sebesar 0,304 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan. 3. Nilai koefisien regresivariabel kepemilikan manajemen adalah sebesar 0,169. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila variabel kepemilikan manajemen naik satu satuan, maka pengungkapan corporate social responsibility meningkat sebesar 0,169, dengan asumsi semua variabel independen lain konstan. 8 4. Nilai koefisien regresi variabel kepemilikan asing adalah sebesar -0,025. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila kepemilikan asing naik satu satuan, maka pengungkapan corporate social responsibility menurun sebesar -0,25, dengan asumsi semua variabel independen lain konstan 5. Nilai koefisien regresi variabel tipe industri adalah sebesar 0,038. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila tipe industri naik satu satuan, maka pengungkapancorporate social responsibility meningkat sebesar 0,047, dengan asumsi semua variabel kontrol konstan 6. Nilai koefisien regresi variabel ROA adalah sebesar 0,128. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila ROA naik satu satuan, maka pengungkapan corporate social responsibility meningkat sebesar 0,128, dengan asumsi semua variabel kontrol konstan 7. Nilai koefisien regresi variabel leverage adalah sebesar -0,027. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila leverage naik satu satuan, maka pengungkapancorporate social responsibilitymenurun sebesar -0,027, dengan asumsi semua variabel kontrol konstan. 8. Nilai koefisien regresi variabel ukuran perusahaan adalah sebesar -0,017. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila leverage naik satu satuan, maka pengungkapancorporate social responsibilitymenurun sebesar –0,017 dengan asumsi semua variabel kontrol konstan. PEMBAHASAN A. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan saham pemerintah memiliki tingkat siknifikansi sebesar 0,000 dengan tingkat α = 5% (0,05), maka kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Sebab tingkat signifikansi lebih kecil dibandingkan α = 5%, sehinggah hipotesis pertama dalam penelitian ini gagal menolak atau dapat diterima . Kepemilikan pemerintah berpengaruh signifikan terhadap tingkatpengungkapan tanggung jawab social perusahaan dapat disebabkan oleh pemerintahsebagai regulator atau pembuat undang-undang terhadap pelaksanaan tanggung jawabsosial perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Widiana (2012) serta Tiara Kusumawati (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan pemerintahan berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan. B. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,186 dengan tingkat α = 5% (0,05), nilai ini menunjukkan bahwa kepemilikan manjemen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sebab tingkat siknifikansi lebih besar dibandingkan α , sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak. Kepemilikan saham oleh manajemen tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan,hal ini dikarenakansecara statistik rata-rata jumlah kepemilikan saham manajerial pada perusahaan di Indonesia relatif kecil sehingga belum terdapat keselarasan kepentingan antara pemilik dan manajer. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehErinda dan Anisa (2011) . Yang nemukan bukti empiris bahwa kepemilikan manjemen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial. C. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan asing memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,289 dengan tingkat α = 5% (0,05), nilai ini menunjukkan bahwa kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.Sebab tingkat siknifikansi lebih besar dibandingkan α , sehingga hipotesis 9 D. E. F. G. ketiga dalam penelitian ini ditolak . Menurut penelitian Novita dan Djakman (2008) kepemilikan asing mempunyai tingkat concern yang berbeda-beda terhadap isu social, kepemilikan asing negara Eropa dan Amerika lebih memperhatikan isu-isu socialdibandingkan dengan kepemilikan asing lainnya. Sedangkan Kepemilikan asing padas ample yang digunakan dalam penelitian ini banyak berasal dari asia. Oleh karena itu secara keseluruhan kepemilikanasing tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan sosial perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe industri memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,013, dengan tingkat α = 5% (0,05), maka tipe industri berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Sebab tingkat signifikansi lebih kecil dibandingkan α, sehingga hipotesis keempat dalam penelitian ini gagal menolak atau dapat diterima. Menurut penelitian Hackston dan Milne (1996) dan Sembiring (2005), tipe industri dibedakan menjadi dua macam, yaitu perusahaan high profile dan low profile. Secara sederhana perusahaan high profile memiliki pengaruh yang besar terhadap lingkungan dibandingkan perusahaan low profile. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan yang termasuk high profile untuk melakukan aktivitas sosial yang disebabkan aktivitas operasionalnya berpengaruh besar terhadap lingkungan sekitar. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anggraini (2006) dan Ratih (2012), hasil ini mendukung teori legitimasi dengan menunjukkan pengaruh yang positif. ROA merupakan varabel kontrol dalam penelitian ini, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.068 dengan tingkat α = 5%, maka profitabilitas tidak berpengaruh terhadap corporate social responsibility. Sebab tingkat signifikansi lebih besar dibandingkan α, sehingga hipotesis kelima dalam penelitian ini ditolak. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti Sembiring (2005),Lawer (2010), dan Wijaya (2012) yang menemukan pengaruh profitabilitas yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi belum tentu lebih banyak melakukan aktivitas sosial karena perusahaan lebih berorientasi pada laba semata. Leverage merupakan variabel kontrol dalam penelitian ini, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan asing memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,89 dengan tingkat α = 5% (0,05), nilai ini menunjukkan bahwa kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sebab tingkat siknifikansi lebih besar dibandingkan α , sehingga hipotesis keenam dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan hasil dari pengujian variabel leverage (LEV) tidak berpengaruh terhadappengungkapan CSR. Perusahaan di Indonesia mempunyai hutang yang lebih besar dari modalnya. Adanya hubungan yang baik dengan stakeholders, maka perusahaan tidak perlu takut terhadap sorotandari stakeholders. (Teodora, Martina, 2009). Sehingga besar kecilnya rasio leverage suatu perusahaan tidak mepengaruhi besarnya pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan.karena masing-masing perusahaan diwajibkan mengungkapkan tanggungjawab sosial mereka tanpa melihat tingkat besar kecilnya rasio leverage perusahaan tersebut. Ukaran perusahaan merupaka pariabel kontrol dalm penelitian ini,berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.000 dengan tingkat α = 5%, maka ukuran perusahaan berpengaruh terhadap corporate social responsibility. Sebab tingkat signifikansi lebih kecil dibandingkan α, sehingga hipotesis ketuju dalam penelitian ini gagal menolak atau dapat diterima. Secara umum perusahaan besar akan lebih banyak melakukan aktivitas sosial dibandingkan dengan perusahaan kecil, sebab pada umumnya perusahaan besar lebih 10 banyak mendapatkan sorotan dari publik atas segala aktivitas operasionalnya dan lebih memiliki ketersediaan dana jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Oleh karena itu, penting bagi sebuah perusahaan besar untuk melakukan aktivitas sosial kemudian mengungkapannya kepada publik. Karena dengan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka akan meningkatkan image perusahaan dan menurunkan biaya politis (Sembiring, 2005) dalam (Marfuah dan Yuliawan, 2011).Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Patten (1992) serta Haniffa dan Cooke (2005) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan. KESIMPULAN A. Kepemilikan pemerintah berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kepemilikan manajemen tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, Kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sosial perusahaan. Tipe industri berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosisl dan lingkungan B. Dari 71 perusahaan yang menjadi sample dalam penelitian ini, perusahaan manufaktur sudah melaksanakan aktifikas CSR, walaupun tidak semua indikator GRI dilaksanakan akan tetapi pertsnggung jawaban sosial terhadap masyarakat tempat perusahaan beroperasi sudah dilaksanakan oleh semua perusahaan manufaktur baik itu dalam bantuan kesehatan, bencana alam dll. Sesuai dengan peraturan undang – undang perseroan terbatas Nomor 40 tahun 2007 pasal 66 dan 74. C. Dari 15 perusahaan BUMN yang digunakan dalam penelitian ini, perusahaan BUMN sudah melaksanakan aktifitas CSR baik itu aktifitas sosial maupun aktifitas lingkungan. Untuk itu, perusahaan BUMN telah melaksanakan regulasi yang dibuat pemerintah, karena sesuai Sesuai dengan Kebijakan pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-236/ MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003. Keterbatasan Penelitia 1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur dan BUMN sebagai objek dalam penelitian ini, sehingga hasil penelitian tidak dapat mewakili kondisi perusahaan secara keseluruhan. 2. item-item aktivitas corporate social responsibility atau indikator GRI yang digunakan tidak mewakili semua pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan, karena ada beberapa aktifiktas CSR yang dilakukan perusahaan tidak dituangkan atau dicantumkan dalam indikator GRI. 3. Hasil koefisien determinasi yang rendah pada pengujian pengaruh struktur kepemilikan dan tipe industri terhadap pengungkapan corporate social responsibility serta pengaruh ROA, Leverage dan ukuran terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan sebagai variabel kontrol. Hal ni menunjukkan variabel dependen dan variabel kontrol dalam penelitian ini belum sepenuhnya mempengaruhi variabel dependen. 11 Saran 1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menguji seluruh perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia agar hasilnya dapat lebih mewakili kondisi perusahaan secara keseluruhan. 2. Penelitian selanjutnya disarankan mengikuti perkembangan dan pembaharuan terkait item-item aktivitas corporate social responsibility atau menggunakan Indikator GRI terbaru yang dikeluarkan pemerintah. 3. Penelitian selanjutnya disarankan mengikuti perkembangan dan pembaharuan terkait item-item aktivitas corporate social responsibility.Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel independenlainnya seperti kepemilikan institusional, kepemilikan publik, ukuran dewan komisaris, dan lain-lain. Mengingat 59 % dari variabel dependen dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian pengaruh karakteristik perusahaan terhadappengungkapan corporate social responsibility ini. Selain itu, bisa menambah variabel variabel independen lainnya seperti umur perusahaan, status perusahaan serta menambahkan variabel kontrol seperti likuiditas, suku bunga, tingkat inflasi, harga saham , dan lain – lain. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Fr. Reni Anggraini. (2006). Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor- Faktor Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi 9. Agus, Purwanto. (2010) Pengaruh tipe industri , ukuran perusahaan, probabilitas terhadap corporate social responsibility Bapepam. Peraturan Bapepam Tentang Good Corporate Governance. www.bapepam.go.id Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi. Terjemahan Marwata, Harjanti Widiastuti, Heni Kurniawan, Alie Ariesanti. Buku Satu. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat. Belkaoui , Ahmed and Philip G Karpik, 1989. “Determinants of the Corporate Decision to Disclose Sosial Information”, Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 2, No. 1: 36- 51. Dewi, Deviana dan Hadi, Syamsul. 2011. Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial. JAAI, Volume 15 No. 2: hal 178189. Dina Widiana. (2012). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Jenis Industri Terhadap Tingkat Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010), Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2012 Erida dan Anisa, Chariri. (2011). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal akuntansi keuangan. 12 Ghozali, Imam dan Anis Chariri. (2007). Teori Akuntansi. Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang. Global Reporting Initiatives (GRI). (2006). Sustainability Reporting Guidlines. Amsterdam. Global Reporting Initiatives (GRI). (2009). Sustainability Reporting Guidlines. Amsterdam. Hackston, David and Markus J. Milne. 1996. Some Determinants of Social and Environmental Disclosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 9, No. 1, p. 77-108 Intan dan Rifki (2013). Pengaruh strrukur kepemilikan dengan variabel kontrol probabilitas, umur, dan ukuran perusahaan terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility (studi empiris perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011-2013). Jurnal akuntansi keuangan. Iryanie, E. 2009. Komitmen Stakeholder Perusahaan Terhadap Kinerja Sosial dan Kinerja Keuangan. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang. Machmud, Novita dan Chaerul D. Djakman. (2008). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Laporan Tahunan Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006.Simposium Nasional Akuntansi 11. Marfuah dan Dwi, Yuliawan. 2011. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial. JAAI, Volume 15 No. 1: hal 103-119. NovitaChaerul D. Djakman. (2007). Pengaruh struktur kepemilikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial pada laporan tahunan perusahaan (Studi empiris pada perusahaan publik yang tercatat di bursa efek indonesia tahun 2006). Simposium Nasional Akuntansi 5.pontianak Nurkhim, 2009. Corporate Governance dan Profitabilitas; Pengarunya Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia. Tesis Universitas DiPonegoro. Rosmasita. 2007. “Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar Sembiring, Eddy Rismanda. (2005). Karekteristik - Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan tanggung jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di BursaEfek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo. 13 Siregar, S., & Bachtiar Y. (2010). Corporate Social Reporting : Empirical EvidenceFrom Indonesia Stock Exchange. International Journal Islamic and MiddleEastern Finance and Management. Vol. 3, No. 3, hal 241-252. Siagian. (2011). Ownership Structure and Governance Implementation : EvidenceFrom Indonesia. International Journal of Business, Humanities, and Technology.Vol 1, No 3. Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi : Perekayasanaan Pelaporan Keuangan Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta. Suaryana, A. 2010. Implementasi Akuntansi Sosial dan Lingkungan Di Indonesia. Jurnal Universitas Udayana. Reni, Anggraini. (2005) Pengungkapan informasi sosisal dan faktor – faktor yang memmpengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan (Studi empiris pada perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI). Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Thedora, Martina. (2009). Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan sektor pertambangan yang terdapat di bursa efek indonesia. Jurnal Universitas Gunadarma. Tiara Kusumawati. 2013. Pengaruh struktur kepemilikan terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab lingkungan pada laporan tahunan perusahaan(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di PROPER dan BEIPeriode 2009-2011), Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember,2013. Pemerintah Indonesia. (2007). UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pian (2010). Pengaruh Karateristik Perusahaan dan Regulasi Pemerintah Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsbility (CSR) Pada Laporan Tahunan di Indonesia, Universitas Diponegoro. Purwanto, Agus (2011). Pengarus Tipe Industri, Ukuran Perusahaaan, Probabiltas Terhadap Corporate Social Responsbility, Universitas Diponegoro. http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU25Tahun2007Penanaman Modal.pdf www.idx.co.id http://kuliahfkip.umm.ac.id/pluginfile.php/47/mod_folder/content/3/SPSS/tabel%20durbin%2 0watson.PDF?forcedownload=1 14