pengaruh struktur kepemilikan dan tipe industriterhadap tingkat

advertisement
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN TIPE INDUSTRITERHADAP
TINGKAT PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAN
MANUFAKTUR DAN BUMN YANG TERDAFTAR DI BEI
Oleh : Eka Arista
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia.
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan dan tipe industri
terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan kepemilikan pemerintah, kepemilikan manajemen,
kepemilikan asing dan tipe industri sebagai variabel independen, tingkat
pengungkapantanggung jawab sosial perusahaan sebagai variabel dependen dan ROA,
laverage, ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Penggunaan variabel kontrol
digunakan untuk meniminimalisir kesalahan dalam membuat kesimpulan pada hasil
penelitian.
Objek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur dan BUMN yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak periode 2012 – 2014. Jumlah sample keseluruhan
yaitu 258 sample dengan kriteria tidak mengalami delisting dan semuan variabel yang
digunakan didalam penelitian ini terdapat didalam laporan tahunan. Data yang digunakan
didalam penelitian ini merupakan data sekunder yang didapatkan dari www.idx.co.id dan
metode yang digunakan yaitu judgment sampling, karena sampel yang dipilih sudah
ditentukan sebelumnya yaitu perusahaan manufaktur dan BUMN.
Hasl dari penelitian struktur kepemilikan dan tipe industri terhadap tingkat pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan penggunaa seluruh variabel kontrol
menunjukkan bahwa kepemilikan pemerintah dan tipe industri berpengaruh siknifikan
terhadap tingkat pengungkapan CSR. Sedangkan kepemilikan manajemen dan kepemilikan
asing tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan CSR.
Kata kunci : Tanggung jawab sosial, kepemilikan pemerintah, kepemilikan manjemen
kepemilikan asing, tipe industri.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of ownership structure and the type of industry to the
level of disclosure of corporate social responsibility. Variables used in this study using
government ownership, management ownership, foreign ownership and the type of industry
as an independent variable, the level of disclosure of corporate social responsibility as the
dependent variable and ROA, leverage, firm size as control variables. The use of control
variables used to minimize errors in making conclusions on the results of the study.
The objects used in this research are manufacturing companies and BUMN listed on the
Indonesia Stock Exchange since the period of 2012 - 2014. The overall amount of sample that
is 258 samples with no experience delisting criteria and all the variables used in this study
1
contained in the annual report. The data used in this research is secondary data obtained
from www.idx.co.id and the method used is judgment sampling, because the selected sample
is predetermined, namely manufacturing and BUMN.
Results from studies of ownership structure and the type of industry to the level of disclosure
of corporate social responsibility. Based on the use of all the control variables shows that
government ownership and the type of industry significant impact on the level of CSR
disclosure. While management ownership and foreign ownership has no effect on the level of
CSR disclosure.
Keywords: social responsibility, government ownership, management ownership, foreign
ownership, type of industry.
PENDAHULUAN
Dewasa ini hampir seluruh perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba
untuk menjalankan bisnisnya sebaik mungkin guna meraih keuntungan. Semakin
berkembangnya perusahaan, maka terjadilah kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu, munculah kesadaran untuk mengurangi dampak negatif tersebut.
Dampak dari aktivitas perusahaan tidak hanya dirasakan oleh pihak yang terkait langsung
dengan perusahaan. Keberadaan dan dampak aktivitas perusahaan seringkali bertentangan
bahkan merugikan pihak lain. Hal ini dikarenakan perusahaan merupakan bagian dari
masyarakat dan lingkungan sehingga keberadaannya tidak terlepas dari keduanya.
Tanggung jawab sosial ini berpijak pada triple bottom lines. Triple bottom linesini
mencakup aspek keuangan, sosial, dan lingkungan. Ketiga aspek dalam triple bottom lines
tersebut harus dilakukan perusahaan secara seimbang untuk menjamin nilai perusahaan terus
tumbuh secara berkelanjutan. Maka aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan ini tidak lagi
dipandang sebagai cost tetapi dipandang sebagai investasi jangka panjang perusahaan.
Pentingnya pelaksanaan tanggung jawab sosial membuat pemerintah sebagai regulator
turut mengambil kebijakan dalam pelaksanaan tanggung jawab social perusahaan. Hal ini
terlihat dengan dibuatnya aturan mengenai kewajiban perusahaan dalam melaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan yaitu Undang-UndangPerseroan Terbatas Nomor 40 tahun
2007, pasal 66 dan 74. Pada Pasal 66 ayat (2) bagian c yang menyebutkan bahwa selain
menyampaikan laporan keuangan,perusahaan juga diwajibkan melaporkan pelaksanaan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Undang-Undang Penanaman Modal No. 25 tahun
2007 yang mengatur setiap penanaman modal diwajibkan untuk ikut serta dalam
tanggungjawab sosial perusahaan dan PP no 47 tahun 2007 mengenai tanggung jawab
socialdan lingkungan perusahaan yang mewajibkan seluruh perusahaan yang
menjalankankegiatan usaha dibidang atau berkaitan dengan sumber daya alam
untukmenyelenggarakan
program
tanggung
jawab
sosial
perusahaan,
dan
mengharuskanperusahaan memasukkan program tanggung jawab sosial perusahaan dalam
rencana kerja tahunan perusahaan.
Adanya undang-undang ini menandakan adanya hubungan antara perusahaan yang
kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pemerintah dengan pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Kepemilikan pemerintah berkepentingan terhadap kepatuhan perusahaan
sesuai dengan peraturan yang berlaku agar kepentingan masyarakat secara umum tidak
tergangu (Satyo dalam Suaryana, 2010). Kepemilikan pemerintah mendorong pengungkapam
pertanggungjawab lingkungan karena telah diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas
No. 40 tahun 2007 Pasal 1 ayat 3 , bahwa tanggungjawab sosial dan lingkungan adalah
2
komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangungan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan yang bermanfaat, baik perseroan sendiri,komunitas
setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Sedangkan kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap
concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Seperti diketahui,
negara-negara luar terutama Eropa dan United State merupakan negara-negara yang sangat
memperhatikan isu-isu sosial, seperti pelanggaran hak asasi manusia, pendidikan, tenaga
kerja, dan isu lingkungan seperti, efek rumah kaca, pembalakan liar, serta pencemaran air.
Selain pengaruh dari kepemilikan perusahaan, pelaksanaan dan pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan mungkin dapat dipengaruhi oleh jenis industri. Jenis
industri perusahaandibedakan menjadi dua macam, yaitu perusahaan high profile dan low
profile, Kaitan tipe industri perusahaan dengan CSR adalah perusahaan yang high profile
memiliki pengaruh yang besar terhadap lingkungan dibandingkan perusahaan yang low
profile.
ukuran perusahaan,leverage dan ROA (Return on Asset) yang digunakan untuk
mengetahui tinggi rendahnya pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan dan
menjelaskan pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan dalam laporan tahunan.
Kaitan aspek ukuran perusahaan yang merupakan salah satu karakteristik perusahaan dengan
aktivitas corporate social responsibility, hal ini bisa dilihat dari besarnya dana yang dimiliki
perusahaan untuk melakukan aktivitas CSR.
Rasio leverage yang merupakan salah satu proxy karakteristik perusahaan, Rasio ini
menunjukkan seberapa besar porsi hutang dalam pembiayaan perusahaan. Perusahaan dengan
tingkat leverage tinggi akan lebih sedikit melakukan aktivitas sosial. Berbanding terbalik
dengan perusahaan yang memiliki tingkat leverage rendah yang akan cenderung lebih banyak
melakukan aktivitas sosial. Sedangkan hubungan ROA dengan CSR adalah perusahaan yang
memiliki profit tinggi akan melakukan aktivitas sosial lebih banyak dibandingkan
perusahaan dengan profit rendah. Karena perusahaan besar memiliki ketersediaan dana yang
besar, sehingga bisa melakukan berbagai aktivitas, salah satunya aktivitas sosial.
Setelah sebuah perusahaan melakukan aktivitas sosial, langkah selanjutnya
perusahaan akan mempublikasikannya melalui sustainability reporting. Sustainability
reporting ini disajikan di dalam laporan tahunan perusahaan yang dilaporkan setiap
periodenya. Definisi sustainability reporting dalam Globalreporting.org adalah laporan
organisasional yang memberikan informasi tentang ekonomi, lingkungan, sosial, dan kinerja
tata kelola. Pelaporan keberlanjutan (sustainability reporting) membantu organisasi untuk
menetapkan tujuan, mengukur kinerja, dan mengelola perubahan dalam rangka membuat
organisasi mereka lebih berkelanjutan. Sebuah laporan keberlanjutan menyampaikan
pengungkapan tentang dampak organisasi, baikitu positif atau negatif terhadap lingkungan,
masyarakat, dan ekonomi. Dalam upaya mewujudkannya pelaporan keberlanjutan membuat
yang abstrak menjadi nyata dan konkret, sehingga membantu dalam pemahaman dan
pengelolaan dampak dari pengembangan keberlanjutan terhadap kegiatan dan strategi
organisasi (Global Reporting Intiative, 2013)
Topik mengenai CSR ini perlu untuk dikaji agar nilai perusahaan bisa terus tumbuh
secara berkelanjutan. Sebab tujuan perusahaan yang hanya profit-oriented tidak cukup untuk
menjamin nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, dengan adanya CSR yang
berpijak pada aspek sosial dan lingkungan dapat melengkapi tujuan perusahaan secara
seimbang, selain aspek ekonomi atau profit-oriented.
3
KAJIAN PUSTAKA
Teori Keagenan
Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (2005 : 269) dalam (Dandang,
Djoko, dan Hanung, 2013) adalah hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (principal)
menyewa pihak lain (agent) untuk melaksanakan suatu jasa. Dalam melakukan hal itu,
principal mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agent tersebut.
Menurut teori agensi ini, bahwa antara principal (pemilik) dan agent (manajemen) memiliki
tujuan yang berbeda yang mengakibatkan timbulnya konflik atau perbedaan kepentingan.
Teori Pemangku Kepentingan
Freeman (1994) mendefinisikan pemangku kepentingan sebagai sebuah kelompok
atau individual yang dapat memberi dampak atau terkena dampak oleh hasil tujuan
perusahaan. Teori pemangku kepentingan mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas
yang hanya beroperasi untuk kepetingan sendiri namun harus memberikan manfaat kepada
pemangku kepentingannya. Fokus dari teori pemangku kepentingan diartikulasikan kedalam
dua inti (Freeman 1994, dalam Freeman 2004) dalam Dian widiana, (2012).
Teori Legitimasi
Teori legitimasi mengungkapkan bahwa perusahaan secara kontiyu berusaha untuk
bertindak sesuai dengan batas-batas dan norma-norma dalam masyarakat, perusahaan
berusaha agar aktivitasnya diterima menurut persepsi pihak eksternal (Deegan, 2002) dalam
(Isnaindri, 2012). Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa teori legitimasi sangat
bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi, karena teori legitimasi adalah hal yang
paling penting bagi organisasi.
Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi positif menjadi acuan dalam pengembangan penelitan akuntansi. Dalam
Suwardjono (2010 : 39) disebutkan bahwa teori positf menjelaskan fenomena akuntansi
seperti apa adanya atas dasar pengamatan empiris. Teori ini menjelaskan mengenai perilaku
manajemen perusahaan dalam membuat laporan keuangan. Teori ini mengungkapkan tiga
hipotesis, yaitu the bonus plan hypothesis, debt/ equity hypothesis, dan size hypothesis (Watts
dan Zimmerman, 1986) (dalam Isnaindri, 2012).
Teori Signaling (Signaling Theory)
Dalam Sandra Aulia (2012) terkait teori signaling dikatakan bahwa pengungkapan sukarela
adalah salah satu maksud bagi perusahaan atau manager untuk membedakan diri mereka dari
yang lainnnya, seperti kualitas dan kinerja perusahaan.
Kepemilikan Pemerintah
Kepemilikan pemerintah menunjukkan adanya keterkaitan atau hubungan antara perusahaan
dengan pemerintah. Pemerintah seringkali mempunyai perhatian khusus terkait tujuan politik
diluar tujuan pencapaian profit, misalnya harga output yang rendah ataupun dampak eksternal
lain (Thomson dan Pederson, 2000). Tujuan tersebut berupa perhatian khusus terhadap aspek
kesejahteraan lingkungan dan masyarakat sekitar sebagai dampak dari kegiatan operasi
perusahaan.
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham
dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (
4
Rustiarini, 2008). Pihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan
direksi perusahaan. Keberadaan manajemen perusahaan mempunyai latar belakang yang
berbeda, antara lain: pertama, mereka mewakili pemegang saham institusi, kedua, mereka
adalah tenaga- tenaga professional yang diangkat oleh pemegang saham dalam Rapat Umum
Pemegang Saham. Ketiga, mereka duduk di jajaran manajemen perusahaan karena turut
memiliki saham.
Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan yang dimiliki oleh
perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri (
Etha, 2010). Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern
terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan (Djakman dan
Machmud,2008).
Tipe industri
Menurut Utomo (2000), para peneliti akuntansi sosial tertarik untuk menguji pengungkapan
sosial pada berbagai perusahaan yang memilikiperbedaan karakteristik. Salah satu perbedaan
karakteristik yang menjadi perhatian adalah tipe industri, yaitu industri yang high profile dan
low profile. perusahaan yang termasuk kategori high profile umumnya merupakan
perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasi perusahaan
memiliki potensi dan kemungkinan berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas.
Industri high profile diyakini melakukan pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang
lebih banyak daripada industri yang low profile.
Ukuran (Size) Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan
variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Pada umumnya, perusahaan besar
mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada perusahaan kecil.
Profitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba atau profit.Rasio profitabilitas ini menjadi salah satu rasio yang diperhatikan oleh para
investor dan kreditur sebelum mereka menanamkan modalnya di sebuah perusahaan.Oleh
karena itu, manajemen perusahaan berusaha untuk selalu meningkatkan profitabilitas
perusahaan agar dapat terus mempertahankan para investor dan kreditur serta menarik calon
investor dan kreditur yang baru.
Leverage
Tingkat leverage dapat mencerminkan tingkat resiko keuangan perusahaan, karena rasio
leverage ini digunakan untuk mengukur seberapa besar pendanaan perusahaan yang berasal
dari hutang. Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi akan lebih sedikit melakukan aktivitas
sosial. Berbanding terbalik dengan perusahaan yang memiliki tingkat leverage rendah yang
akan cenderung lebih banyak melakukan aktivitas sosial.
Hipotesis Penelitian
Pengaruh Kepemilikan Pemerintah Terhadap Tingkat Pengungkapan CSR
Kepemilikan pemerintah mendorong pengungkapam pertanggungjawab lingkungan karena
telah diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 Pasal 1 ayat 3,
bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untukberperan
serta dalam pembangungan ekonomi berkelanjutan gunameningkatkan kualitas kehidupan
yang bermanfaat, baik perseroan sendiri,komunitas setempat, maupun masyarakat pada
umumnya. Hal ini sesuai dengan teori stakeholder yang mengatakan bahwa perusahaan bukan
lahentitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus mampu
memberikan manfaat bagi stakeholdernya (Ghozali dan Chairir dalam Iryanie, 2009). Dengan
demikian hipotesis yang diajukan adalah:
5
H1 : Kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia
Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Tingkat pengungkapan CSR
semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan
manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan
pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial
dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan
sumber daya untuk aktivitas tersebut [Gray, et al. (1988)]. Dengan demikian hipotesis yang
diajukan adalah :
H2: Kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia
Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Tingkat Pengungkapan CSR
Sesuai dengan teori stakeholder, semakin banyak dan kuat posisi stakeholder, semakin besar
kecenderungan perusahaan untuk mengadaptasi diri terhadap keinginan para stakeholdernya.
Hal tersebut diwujudkan dengan cara melakukan aktivitas pertanggungjawaban terhadap
sosial dan lingkungannya atas aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Perusahaan
yang berbasis asing kemungkinan memiliki stakeholder yang lebih banyak dibanding
perusahaan berbasis nasional sehingga permintaan informasi juga lebih besar dan dituntut
untuk melakukan pengungkapan yang lebih besar juga.Dengan demikian hipotesis yang
diajukan adalah :
H3: Kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan di Indonesia
Pengaruh Tipe Industri Terhadap Tingkat Pengungkapan CSR
perusahaan yang high profile memiliki pengaruh yang besar terhadap lingkungan
dibandingkan perusahaan yang low profile. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan yang
termasuk high profile untuk melakukan aktivitas sosial yang disebabkan aktivitas
operasionalnya berpengaruh besar terhadap lingkungan sekitar.Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Angling (2010) dan Ratih (2012) menunjukkan terdapat pengaruh antara tipe
industri terhadap pengungakapan Corporate Social Responsibility (CSR). Dengan demikian
hipotesis yang diajukan adalah :
H4: Tipe industri berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan di Indonesia
METODE PENELITIAN
1.1 Populasi dan Penentuan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur dan BUMN
(kecuali jenis industri keuangan dan perbankan)yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2012, 2013 dan 2014. Teknik pemilihan sampel yang digunakan
adalah judgment sampling.
Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Sebelum dilakukan
analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik menggunakan uji normalitas,
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Berikut merupakan persamaan regresi
yang digunakan penelitian ini:
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + β7X7 + e
Keterangan :
Y
= CSRDI
X1 = Kepemilikan Pemerintahan
X2 = Kepemilikan manajemen
X3 = Kepemilikan Asing
6
X4 = Tipe Industri
X5 = Ukuran Perusahaan
X6 = Leverage
X7 = ROA
β1- β7 = Koefisien Regresi

= Konstanta
e
= Error Term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian
Variabel Independen
Kepemilikan Pemerintah (π‘ΏπŸ )
Kepemilikan pemerintah =
Jumlah kepemilikan saham oleh pihak pemerintah
Jumlah saham yang beredar
x 100%
Kepemilikan manajemen(π‘ΏπŸ )
Kepemilikan manajemen =
Jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen
x 100%
Jumlah saham yang beredar
Kepemilikan Asing(π‘ΏπŸ‘ )
Kepemiliakan asing=
Jumlah kepemilikan saham oleh pihak asing
Jumlah saham yang beredar
× 100%
Tipe industri (Xβ‚„)
Tipe Industri perusahaan diukur dengan variabel dummy dimana high-profile akan diberi
score 1 yaitu untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang perminyakan dan
pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, agrobisnis, tembakau dan rokok, makanan dan
minuman, media dan komunikasi, kesehatan, transportasi dan pariwisata. Score 0 diberikan
untuk perusahaan low-profile, yang meliputi bidang bangunan, keuangan dan perbankan,
supplier peralatan medis, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk
rumah tangga.
Variabel Kontrol
Ukuran Perusahaan = log ( nilai buku total asset)
Leverage
𝐿𝐸𝑉 =
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π»π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘”
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑒𝑑
Profitabilitas
𝑅𝑂𝐴 =
πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π΅π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž π‘†π‘’π‘‘π‘’π‘™π‘Žβ„Ž π‘ƒπ‘Žπ‘—π‘Žπ‘˜
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π΄π‘˜π‘‘π‘–π‘£π‘Ž
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur dan BUMN
(kecuali jenis industri keuangan dan perbankan)yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2012, 2013 dan 2014. Teknik pemilihan sampel yang digunakan
adalah judgment sampling. Setelah dilakukan seleksi pemilihan sample sesuai kriteria
yang telah ditentukan maka deperoleh 86 perusahaan, yang terdiri dari 71 perusahaan
7
manufaktur dan 15 perusahaan BUMN kecuali (jenis industri keuangan dan perbankan)
yang setiap tahunnya memenuhi kriteria sampledengan kriteria sebagai berikut:
Uji koefisien Determinasi
R
R Squere
Adjusted R Squer
Std. Error of Estimate
0,653
0,426
0,410
0,109
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa, koefisien determinasi yaitu sebesar 0,410.
Maka dapat dikatakan bahwa variabel independen dalam mempengaruhi model persamaan
regresi yaitu 41 % dan sisanya 59 % dipengaruhi oleh faktor – faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam model regresi.
Uji Simultan (Uji F)
Model
F
Sig
26,483
0,000
Regression
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui nilai siknifikan sebesar 0,000 kurang
dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditilak, yang berarti semua variabel
secara bersama – sama berpengaruh siknifikan terhadap variabel dependen.
Uji Analisis Regresi Linear Berganda (Uji t)
Variabel
KoefisienRegresi
t
Sig.
Konstamta
0,041
11,878
0,000
Pemerintah 0,304
11,007
0,000
Manajemen
0,169
1,326
0,186
Asing
-0,025
-1,062
0,289
Tipe Indutri
0,038
2,514
0,013
ROA
0,128
1,833
0,068
Leverage
-0,027
-1,707
0,089
Ukuran
-0,017
-5,689
0,000
Dari hasil analisis regresi linear berganda di atas, maka model persamaan regresi dalam
penelitian ini, yaitu :
CSRI = 0,410 + 0,304PP + 0,169PM - 0,025PA + 0,038TI + 0,128ROA – 0,027LEV –
0,017UK
Dari hasil model regresi linear berganda di atas, maka kesimpulan yang dapat
diambil adalah :
1. Nilai intercept konstanta sebesar 0,410Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila
besarnya nilai seluruh variabel independen dan variabel kontrol adalah 0,000 maka
besarnya pengungkapan tanggung jawab sosial yaitu akan sebesar 0,410.
2. Nilai koefisien regresi variabel kepemilikan pemerintahan adalah sebesar 0,304Hasil
ini dapat diartikan bahwa apabila variabel kepemilikan pemerintahan naik satu
satuan, maka pengungkapan corporate social responsibilitymeningkat sebesar 0,304
dengan asumsi semua variabel independen lain konstan.
3. Nilai koefisien regresivariabel kepemilikan manajemen adalah sebesar 0,169. Hasil
ini dapat diartikan bahwa apabila variabel kepemilikan manajemen naik satu satuan,
maka pengungkapan corporate social responsibility meningkat sebesar 0,169, dengan
asumsi semua variabel independen lain konstan.
8
4. Nilai koefisien regresi variabel kepemilikan asing adalah sebesar -0,025. Hasil ini
dapat diartikan bahwa apabila kepemilikan asing naik satu satuan, maka
pengungkapan corporate social responsibility menurun sebesar -0,25, dengan asumsi
semua variabel independen lain konstan
5. Nilai koefisien regresi variabel tipe industri adalah sebesar 0,038. Hasil ini dapat
diartikan bahwa apabila tipe industri naik satu satuan, maka pengungkapancorporate
social responsibility meningkat sebesar 0,047, dengan asumsi semua variabel kontrol
konstan
6. Nilai koefisien regresi variabel ROA adalah sebesar 0,128. Hasil ini dapat diartikan
bahwa apabila ROA naik satu satuan, maka pengungkapan corporate social
responsibility meningkat sebesar 0,128, dengan asumsi semua variabel kontrol
konstan
7. Nilai koefisien regresi variabel leverage adalah sebesar -0,027. Hasil ini dapat
diartikan bahwa apabila leverage naik satu satuan, maka pengungkapancorporate
social responsibilitymenurun sebesar -0,027, dengan asumsi semua variabel kontrol
konstan.
8. Nilai koefisien regresi variabel ukuran perusahaan adalah sebesar -0,017. Hasil ini
dapat diartikan bahwa apabila leverage naik satu satuan,
maka
pengungkapancorporate social responsibilitymenurun sebesar –0,017 dengan asumsi
semua variabel kontrol konstan.
PEMBAHASAN
A. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan saham pemerintah
memiliki tingkat siknifikansi sebesar 0,000 dengan tingkat α = 5% (0,05), maka
kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan (corporate social responsibility). Sebab tingkat signifikansi lebih
kecil dibandingkan α = 5%, sehinggah hipotesis pertama dalam penelitian ini gagal
menolak atau dapat diterima . Kepemilikan pemerintah berpengaruh signifikan
terhadap tingkatpengungkapan tanggung jawab social perusahaan dapat disebabkan
oleh pemerintahsebagai regulator atau pembuat undang-undang terhadap pelaksanaan
tanggung jawabsosial perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dian Widiana (2012) serta Tiara Kusumawati (2013) yang
menyatakan bahwa kepemilikan pemerintahan berpengaruh positif terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
B. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,186 dengan tingkat α = 5% (0,05), nilai ini
menunjukkan bahwa kepemilikan manjemen tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sebab tingkat siknifikansi lebih
besar dibandingkan α , sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak.
Kepemilikan saham oleh manajemen tidak berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan,hal ini dikarenakansecara statistik
rata-rata jumlah kepemilikan saham manajerial pada perusahaan di Indonesia relatif
kecil sehingga belum terdapat keselarasan kepentingan antara pemilik dan manajer.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehErinda dan Anisa
(2011) . Yang nemukan bukti empiris bahwa kepemilikan manjemen tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial.
C. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan asing memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,289 dengan tingkat α = 5% (0,05), nilai ini menunjukkan bahwa
kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.Sebab tingkat siknifikansi lebih besar dibandingkan α , sehingga hipotesis
9
D.
E.
F.
G.
ketiga dalam penelitian ini ditolak . Menurut penelitian Novita dan Djakman (2008)
kepemilikan asing mempunyai tingkat concern yang berbeda-beda terhadap isu social,
kepemilikan asing negara Eropa dan Amerika lebih memperhatikan isu-isu
socialdibandingkan dengan kepemilikan asing lainnya. Sedangkan Kepemilikan asing
padas ample yang digunakan dalam penelitian ini banyak berasal dari asia. Oleh
karena itu secara keseluruhan kepemilikanasing tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pengungkapan sosial perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe industri memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,013, dengan tingkat α = 5% (0,05), maka tipe industri
berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Sebab
tingkat signifikansi lebih kecil dibandingkan α, sehingga hipotesis keempat dalam
penelitian ini gagal menolak atau dapat diterima. Menurut penelitian Hackston dan
Milne (1996) dan Sembiring (2005), tipe industri dibedakan menjadi dua macam,
yaitu perusahaan high profile dan low profile. Secara sederhana perusahaan high
profile memiliki pengaruh yang besar terhadap lingkungan dibandingkan perusahaan
low profile. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan yang termasuk high profile
untuk melakukan aktivitas sosial yang disebabkan aktivitas operasionalnya
berpengaruh besar terhadap lingkungan sekitar. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anggraini (2006) dan Ratih (2012), hasil
ini mendukung teori legitimasi dengan menunjukkan pengaruh yang positif.
ROA merupakan varabel kontrol dalam penelitian ini, berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.068 dengan
tingkat α = 5%, maka profitabilitas tidak berpengaruh terhadap corporate social
responsibility. Sebab tingkat signifikansi lebih besar dibandingkan α, sehingga
hipotesis kelima dalam penelitian ini ditolak. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti Sembiring (2005),Lawer (2010),
dan Wijaya (2012) yang menemukan pengaruh profitabilitas yang tidak signifikan
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini disebabkan karena
perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi belum tentu lebih banyak
melakukan aktivitas sosial karena perusahaan lebih berorientasi pada laba semata.
Leverage merupakan variabel kontrol dalam penelitian ini, berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan asing memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,89 dengan tingkat α = 5% (0,05), nilai ini menunjukkan bahwa kepemilikan
asing tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Sebab tingkat siknifikansi lebih besar dibandingkan α , sehingga hipotesis keenam
dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan hasil dari pengujian variabel leverage (LEV)
tidak berpengaruh terhadappengungkapan CSR. Perusahaan di Indonesia mempunyai
hutang yang lebih besar dari modalnya. Adanya hubungan yang baik dengan
stakeholders, maka perusahaan tidak perlu takut terhadap sorotandari stakeholders.
(Teodora, Martina, 2009). Sehingga besar kecilnya rasio leverage suatu perusahaan
tidak mepengaruhi besarnya pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan.karena
masing-masing perusahaan diwajibkan mengungkapkan tanggungjawab sosial mereka
tanpa melihat tingkat besar kecilnya rasio leverage perusahaan tersebut.
Ukaran perusahaan merupaka pariabel kontrol dalm penelitian ini,berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0.000 dengan tingkat α = 5%, maka ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
corporate social responsibility. Sebab tingkat signifikansi lebih kecil dibandingkan α,
sehingga hipotesis ketuju dalam penelitian ini gagal menolak atau dapat diterima.
Secara umum perusahaan besar akan lebih banyak melakukan aktivitas sosial
dibandingkan dengan perusahaan kecil, sebab pada umumnya perusahaan besar lebih
10
banyak mendapatkan sorotan dari publik atas segala aktivitas operasionalnya dan
lebih memiliki ketersediaan dana jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Oleh
karena itu, penting bagi sebuah perusahaan besar untuk melakukan aktivitas sosial
kemudian mengungkapannya kepada publik. Karena dengan melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka akan meningkatkan image
perusahaan dan menurunkan biaya politis (Sembiring, 2005) dalam (Marfuah dan
Yuliawan, 2011).Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Patten (1992) serta Haniffa dan Cooke (2005) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan.
KESIMPULAN
A. Kepemilikan pemerintah berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
dan lingkungan. Kepemilikan manajemen tidak berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, Kepemilikan asing tidak
berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sosial perusahaan. Tipe industri
berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosisl dan lingkungan
B. Dari 71 perusahaan yang menjadi sample dalam penelitian ini, perusahaan manufaktur
sudah melaksanakan aktifikas CSR, walaupun tidak semua indikator GRI
dilaksanakan akan tetapi pertsnggung jawaban sosial terhadap masyarakat tempat
perusahaan beroperasi sudah dilaksanakan oleh semua perusahaan manufaktur baik
itu dalam bantuan kesehatan, bencana alam dll. Sesuai dengan peraturan undang –
undang perseroan terbatas Nomor 40 tahun 2007 pasal 66 dan 74.
C. Dari 15 perusahaan BUMN yang digunakan dalam penelitian ini, perusahaan BUMN
sudah melaksanakan aktifitas CSR baik itu aktifitas sosial maupun aktifitas
lingkungan. Untuk itu, perusahaan BUMN telah melaksanakan regulasi yang dibuat
pemerintah, karena sesuai Sesuai dengan Kebijakan pemerintah melalui Surat
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-236/ MBU/2003 tanggal
17 Juni 2003.
Keterbatasan Penelitia
1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur dan BUMN sebagai
objek dalam penelitian ini, sehingga hasil penelitian tidak dapat mewakili kondisi
perusahaan secara keseluruhan.
2. item-item aktivitas corporate social responsibility atau indikator GRI yang
digunakan tidak mewakili semua pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan,
karena ada beberapa aktifiktas CSR yang dilakukan perusahaan tidak dituangkan
atau dicantumkan dalam indikator GRI.
3. Hasil koefisien determinasi yang rendah pada pengujian pengaruh struktur
kepemilikan dan tipe industri terhadap pengungkapan corporate social
responsibility serta pengaruh ROA, Leverage dan ukuran terhadap pengungkapan
corporate social responsibility perusahaan sebagai variabel kontrol. Hal ni
menunjukkan variabel dependen dan variabel kontrol dalam penelitian ini belum
sepenuhnya mempengaruhi variabel dependen.
11
Saran
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menguji seluruh perusahaan yang terdapat di
Bursa Efek Indonesia agar hasilnya dapat lebih mewakili kondisi perusahaan secara
keseluruhan.
2. Penelitian selanjutnya disarankan mengikuti perkembangan dan pembaharuan terkait
item-item aktivitas corporate social responsibility atau menggunakan Indikator GRI
terbaru yang dikeluarkan pemerintah.
3. Penelitian selanjutnya disarankan mengikuti perkembangan dan pembaharuan terkait
item-item aktivitas corporate social responsibility.Penelitian selanjutnya dapat
menambah variabel independenlainnya seperti kepemilikan institusional, kepemilikan
publik, ukuran dewan komisaris, dan lain-lain. Mengingat 59 % dari variabel
dependen dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian pengaruh karakteristik
perusahaan terhadappengungkapan corporate social responsibility ini. Selain itu, bisa
menambah variabel variabel independen lainnya seperti umur perusahaan, status
perusahaan serta menambahkan variabel kontrol seperti likuiditas, suku bunga, tingkat
inflasi, harga saham , dan lain – lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Fr. Reni Anggraini. (2006). Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor- Faktor
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan
(Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta).
Simposium Nasional Akuntansi 9.
Agus, Purwanto. (2010) Pengaruh tipe industri , ukuran perusahaan, probabilitas terhadap
corporate social responsibility
Bapepam. Peraturan Bapepam Tentang Good Corporate Governance. www.bapepam.go.id
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi. Terjemahan Marwata, Harjanti Widiastuti,
Heni Kurniawan, Alie Ariesanti. Buku Satu. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Belkaoui , Ahmed and Philip G Karpik, 1989. “Determinants of the Corporate Decision to
Disclose Sosial Information”, Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol.
2, No. 1: 36- 51.
Dewi, Deviana dan Hadi, Syamsul. 2011. Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan
Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial. JAAI, Volume 15 No. 2: hal 178189.
Dina Widiana. (2012). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Jenis Industri Terhadap
Tingkat Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010), Skripsi S-1,
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2012
Erida dan Anisa, Chariri. (2011). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal akuntansi keuangan.
12
Ghozali, Imam dan Anis Chariri. (2007). Teori Akuntansi. Penerbit Universitas
Diponegoro.Semarang.
Global Reporting Initiatives (GRI). (2006). Sustainability Reporting Guidlines. Amsterdam.
Global Reporting Initiatives (GRI). (2009). Sustainability Reporting Guidlines. Amsterdam.
Hackston, David and Markus J. Milne. 1996. Some Determinants of Social and
Environmental Disclosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and
Accountability Journal. Vol. 9, No. 1, p. 77-108
Intan dan Rifki (2013). Pengaruh strrukur kepemilikan dengan variabel kontrol probabilitas,
umur, dan ukuran perusahaan terhadap luas pengungkapan corporate social
responsibility (studi empiris perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011-2013). Jurnal
akuntansi keuangan.
Iryanie, E. 2009. Komitmen Stakeholder Perusahaan Terhadap Kinerja Sosial dan Kinerja
Keuangan. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang.
Machmud, Novita dan Chaerul D. Djakman. (2008). Pengaruh Struktur Kepemilikan
Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada
Laporan Tahunan Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Yang
Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006.Simposium Nasional Akuntansi 11.
Marfuah dan Dwi, Yuliawan. 2011. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial. JAAI, Volume 15 No. 1: hal 103-119.
NovitaChaerul D. Djakman. (2007). Pengaruh struktur kepemilikan terhadap luas
pengungkapan tanggung jawab sosial pada laporan tahunan perusahaan (Studi
empiris pada perusahaan publik yang tercatat di bursa efek indonesia tahun 2006).
Simposium Nasional Akuntansi 5.pontianak
Nurkhim, 2009. Corporate Governance dan Profitabilitas; Pengarunya Terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan
yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia. Tesis Universitas DiPonegoro.
Rosmasita. 2007. “Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social
Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta”. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi X.
Makasar
Sembiring, Eddy Rismanda. (2005). Karekteristik - Karakteristik Perusahaan dan
Pengungkapan tanggung jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat
di BursaEfek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo.
13
Siregar, S., & Bachtiar Y. (2010). Corporate Social Reporting : Empirical EvidenceFrom
Indonesia Stock Exchange. International Journal Islamic and MiddleEastern
Finance and Management. Vol. 3, No. 3, hal 241-252.
Siagian. (2011). Ownership Structure and Governance Implementation : EvidenceFrom
Indonesia. International Journal of Business, Humanities, and Technology.Vol 1, No
3.
Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi : Perekayasanaan Pelaporan Keuangan Edisi Ketiga.
Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Suaryana, A. 2010. Implementasi Akuntansi Sosial dan Lingkungan Di Indonesia. Jurnal
Universitas Udayana.
Reni, Anggraini. (2005) Pengungkapan informasi sosisal dan faktor – faktor yang
memmpengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan
(Studi empiris pada perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI). Simposium
Nasional Akuntansi 9 Padang.
Thedora, Martina. (2009). Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial pada perusahaan sektor pertambangan yang terdapat di bursa
efek indonesia. Jurnal Universitas Gunadarma.
Tiara Kusumawati. 2013. Pengaruh struktur kepemilikan terhadap tingkat pengungkapan
tanggung jawab lingkungan pada laporan tahunan perusahaan(Studi Empiris pada
Perusahaan yang Terdaftar di PROPER dan BEIPeriode 2009-2011), Skripsi S-1,
Fakultas Ekonomi, Universitas Jember,2013.
Pemerintah Indonesia. (2007). UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Pian (2010). Pengaruh Karateristik Perusahaan dan Regulasi Pemerintah Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsbility (CSR) Pada Laporan Tahunan di
Indonesia, Universitas Diponegoro.
Purwanto, Agus (2011). Pengarus Tipe Industri, Ukuran Perusahaaan, Probabiltas
Terhadap Corporate Social Responsbility, Universitas Diponegoro.
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU25Tahun2007Penanaman Modal.pdf
www.idx.co.id
http://kuliahfkip.umm.ac.id/pluginfile.php/47/mod_folder/content/3/SPSS/tabel%20durbin%2
0watson.PDF?forcedownload=1
14
Download