motif peserta didik melihat pornografi

advertisement
MOTIF PESERTA DIDIK MELIHAT PORNOGRAFI
Studi Kasus: Di SMAN 2 Mukomuko Kecamatan Ipuh
Kabupaten Mukomuko
ARTIKEL
Oleh:
APRILAWATI
NPM: 11070003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
STKIP PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
1
2
Motive Students Leaners Looking at Pornography
(Case Study: Di SMAN 2 Mukomuko Kecamatan Ipuh
Kabupaten Mukomuko)
Aprilawati1 Liza Husnita, M.Pd2 Mira Yanti, M.Pd3
Program Studi Pendidikan Sosiologi
STKIP PGRI Sumatera Barat, 2015
ABSTRACT
In the academic year 2014/2015 there were 20 students who case in pornography in
SMAN 2 Mukomuko, due to the easy access is obtained by learners on the Internet and existing on
a personal mobile phone. Problems in this study what the motive learners looking at pornography
at SMAN 2 Mukomuko District of Ipuh Mukomuko. The purpose of this study was to determine
and describe the motives students viewing pornography at SMAN 2 Mukomuko District of Ipuh
Mukomuko. The theory used in this study is a phenomenological theory described by Alfred
Schutz. Phenomenological theory is a theory that identifies the problem of world sensory
experience meaningful, where human action is determined by the meaning that is understood about
something called the motives which they have to perform an action specific reason. This study
used a qualitative approach which is defined as understanding perceived by others, to understand
the pattern of others' viewpoints. Informants in this study is a learner who berkasus in pornography
and other supporting informants using purposive sampling totaling 22 people. The technique of
collecting data through observation (non-participants), interviews and document study. Analysis of
data using models Miles and Hubermen comprising data reduction, data presentation and
conclusion. Of the studies that have been conducted, it was found that the motive learners looking
at pornography is 1) curiosity and curiosity. 2) As a requirement which is a condition characterized
by feelings of deprivation. 3) Obtaining sexual pleasure and enjoyment. 4) Because of addiction /
addiction.
Key Words: Motive, Students Leaners, Pornography.
___________________________
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2011
Pembimbing I Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
1
Pembimbing II Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
1
3
Motif Peserta Didik Melihat Pornografi
(Studi Kasus: Di SMAN 2 Mukomuko Kecamatan Ipuh
Kabupaten Mukomuko)
Aprilawati1 Liza Husnita, M.Pd2 Mira Yanti, M.Pd3
Program Studi Pendidikan Sosiologi
STKIP PGRI Sumatera Barat, 2015
ABSTRAK
Pada tahun ajaran 2014/2015 terdapat 20 orang peserta didik yang berkasus dalam
pornografi di SMAN 2 Mukomuko, dikarenakan begitu mudah akses didapatkan oleh peserta didik
di internet maupun yang telah ada di handphone pribadi. Permasalahan dalam penelitian ini apa
motif peserta didik melihat pornografi di SMAN 2 Mukomuko Kecamatan Ipuh Kabupaten
Mukomuko. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan motif pesesrta didik
melihat pornografi di SMAN 2 Mukomuko Kecamatan Ipuh Kabupaten Mukomuko.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fenomenologi yang dijelaskan
oleh Alfred Schutz. Teori fenomenologi merupakan teori yang mengindentifikasikan masalah dari
dunia pengalaman inderawi yang bermakna, yang mana tindakan manusia ditentukan oleh makna
yang dipahami tentang sesuatu yang disebut dengan motif dimana mereka dalam melakukan suatu
tindakan mempunyai alasan tertentu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang
diartikan sebagai pemahaman yang dirasakan oleh orang lain, memahami pola sudut pandang
orang lain. Informan dalam penelitian ini adalah peserta didik yang berkasus dalam pornografi dan
informan penunjang lainnya dengan menggunakan purposive sampling yang berjumlah 22 orang.
Teknik pengumpulan data melalui observasi (non partisipan), wawancara dan studi dokumen.
Analisis data menggunakan model Milles dan Hubermen yang terdiri dari reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan.
Dari penelitian yang sudah dilakukan, ditemukan bahwa motif peserta didik melihat
pornografi adalah 1) Rasa ingin tahu dan penasaran. 2) Sebagai kebutuhan yang mana suatu
keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan. 3) Mendapatkan kesenangan seksual dan
kenikmatan. 4)Disebabkan ketagihan/kecanduan.
Kata Kunci: Motif, Peserta Didik, Pornografi
___________________________
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2011
Pembimbing I Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
1
Pembimbing II Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
1
4
dalam menyalahgunaan internet ini. Diantaranya
mereka akan membuka hal-hal yang berunsur
pornografi, seperti: gambar, bacaan, bahkan sampai
video porno.
Menurut Undang-undang Ketentuan Umum
Pasal 1 (UU Pornografi Nomor 44 Tahun 2008) yang
dimaksud dengan pornografi adalah materi
seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk
gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan,
gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi dan atau
pertunjukan di muka umum, yang dapat
membangkitkan hasrat seksual dan melanggar nilainilai kesusilaan dalam masyarakat.
Selain itu menurut hasil survey KPAI pada
tahun 2011-2014 mencatat dari 4.376 sampel yang
diambil dari pelajar baik tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas
(SMA) menemukan 93,7% pernah menonton
tayangan porno. Dampaknya, sebanyak 26% pelajar
SMP dan SMA melakukan tindakan kriminal dan
kejahatan seksual setelah menonton video atau
kontenpornografi.
(http://m.republika.co.id/berita/pendidikan/education
/14/12/14-komnas-pa-93-persen-pernah di akses
pada 15 Mei 2015).
PENDAHULUAN
Dalam proses pendidikan, peserta didik
merupakan salah satu komponen manusiawi yang
menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi
pokok persoalan dan tumpuan perhatian dalam
semua proses transformasi yang disebut pendidikan.
Di dalam UU NO. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) peserta didik
didefinisikan sebagai setiap manusia yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran pada jalur pendidikan baik formal
maupun non formal pada jenjang pendidikan dan
jenis pendidikan tertentu (Desmita, 2014: 39).
dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana
dengan maksud mengubah atau mengembangkan
perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga
formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian
tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa
belajar berbagai macam hal. Dalam pendidikan
formal, belajar menunjukan perubahannya yang
sifatnya positif sehingga pada tahap akhir, peserta
didik memperoleh ketrampilan, kecakapan, dan
pengetahuan baru. Untuk itu supaya mendapatkan
hasil yang maksimal dari pendidikan harus didukung
dari segala aspek, baik itu dari keprofesionalan guru,
bahan ajar dan maupun media pembelajaran. Pada
saat sekarang ini pendidikan tidak lepas dari yang
namanya teknologi informasi, salah satunya
perkembangan teknologi yaitu internet. Internet
merupakan sebagai jaringan komputer luas dan besar
yang mengglobal yang menghubungkan dari suatu
negara ke negara lain. Di internet terdapat berbagi
sumber daya informasi mulai dari yang statis hingga
yang dinamis dan interaktif. Pada internet terdapat
sumber-sumber informasi dunia yang dapat dilihat
oleh siapa pun dan dimanapun melalui jaringan
internet (Oetomo, 2007: 1-2).
Maka dari itu dengan adanya internet akan
mempermudah bagi peserta didik untuk mencari
informasi dan bahan pembelajaran, dengan semakin
canggih teknologi yang digunakan maka semakin
cepat dan semakin luas wawasan informasi tentang
pembelajaran yang didapatkan oleh peserta didik.
Internet bisa digunakan dimana pun kita berada baik
itu di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Sehingga kebutuhan internet bagi peserta didik
sangat dibutuhkan didalam menunjang keberhasilan
peserta didik dalam menempuh dunia pendidikan.
Namun, disamping memiliki banyak manfaat
terhadap pendidikan, tetapi internet juga memberi
dampak negatif yang begitu besar bagi peserta didik
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
Tabel. 1
Daftar nama peserta didik yang melihat
pornografi langsung dari internet
Nama
Kasus
Kelas
Rizki Darta
Menonton Video XI
Porno
Tobi
Menonton Video XI
Porno
Andrivo Desmanja
Menonton Video XI
Porno
Alan Januardi
Menonton Video XI
Porno
Bayu
Menonton Video XI
Porno
Ahmad Ansori
Menonton Video XI
Porno
Jumaido Hernandes Menonton Video XI
Porno
Kiki Saputra
Menonton Video XI
Porno
Reki Hajril
Menonton Video XI
Porno
Rafi Antonio
Menonton Video XI
Porno
Oskarito
Menonton Video XI
Porno
12
di internet, seperti melihat gambar, cerita dan video
porno, yang dilihatnya melalui internet secara
langsung maupun yang telah tersimpan di handphone
milik pribadi mereka tersebut.
Jevan
Menonton Video XI
Porno
13
Tio Bhuki
Menonton Video XI
Porno
14
Ance Anggara
Menonton Video XI
Porno
15
Rogi Aldi
Menonton Video XI
Porno
Sumber Data: SMAN 2 Mukomuko TP: 2014/2015
BAHAN DAN METODELOGI
Penelitian ini menggunakan Pendekatan
penelitian kualitatif dan tipe penelitian ini adalah
bertipe deskritif bertujuan untuk mendeskripsikan
apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat
upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang
ini terjadi atau ada. Penelitian deskriptif bertujuan
untuk memperoleh informasi-informasi mengenai
keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel
yang ada ( Mardalis, 2010: 26).
. Metode pemilihan informan dalam
penelitian ini pemilihan informan dapat dilakukan
dengan cara purposive sampling. Penggunaan teknik
purposive sampling dimaksudkan untuk mengambil
sejumlah individu atau kelompok yang dipilih oleh
peneliti menurut kriteria yang dimiliki oleh orang
tersebut, dengan kata lain informan dipilih dengan
cermat sehingga relevan dan desain penelitian ini
adalah orang-orang yang terlibat dalam penelitian
yang akan memberi informasi atau jawaban
mengenai apa yang menjadi objek penelitian.
(Moleong, 2008: 248).
Kriteria
dari
informan
ditentukan
berdasarkan orang-orang yang memiliki pengetahuan
dan pemahaman tentang motif peserta didik melihat
pornografi. Informan pokok dalam penelitian ini
adalah peserta didik yang duduk dikelas X dan XI di
SMAN 2 Mukomuko yang berjumlah 20 orang.
Selain itu informan penunjangnya yaitu 2 orang guru
BK yang mengetahui tingkah laku peserta didik yang
sering melihat pornografi. Jadi, dalam penelitian ini
informan berjumlah 22 orang. Dalam 20 orang
tersebut peserta didik yang duduk di kelas X dan XI
di SMAN 2 Mukomuko yang melihat pornografi dan
guru BK yang menangani kasus peserta didik dalam
melihat pornografi sebanyak 2 orang.
Dalam
penelitian
ini,
penelitian
menggunakan data primer dan data skunder. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi. Unit analisis
dalam penelitian ini adalah satuan tertentu yang
diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto,
2006: 121). Dalam pengertian yang lain, unit
analisis diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan
dengan fokus atau komponen yang diteliti, unit
analisis dalam penelitian ini adalah individu yaitu
peserta didik beserta guru di SMAN 2 Mukomuko
yang menangani kasus peserta didik dalam konteks
pornograf.
Tabel. 2
Daftar peserta didik yang menyimpan
atau menonton video porno yang telah
tersimpan di handphone
NO Nama
Kasus
Kelas
1
Yogi Susanto
Menyimpan gambar XI
dan video porno
2
Robin Putra
Menyimpan gambar XI
dan video porno
3
Ari Oktagio
Menyimpan gambar XI
dan video porno
4
Ridho Saputra
Menyimpan gambar X
dan video porno
5
Tori
Menyimpan gambar X
dan video porno
Sumber Data: SMAN 2 Mukomuko TP: 2014/2015
Pada tahun 2014/2015 terdapat bahwa ada
sekitar 15 peserta didik yang ketahuan langsung
menonton video porno di internet, ini dikarenakan
semakin canggih teknologi yang digunakan maka
semakin besar peluang bagi peserta didik melihat
situs-situs porno yang ada di internet. Kemudian ada
5 orang peserta didik yang ketahuan menyimpan
gambar dan video porno di handphone milik pribadi
mereka. Data tersebut didapatkan berdasarkan hasil
pengamatan dan wawancara penulis di lokasi
penelitian di SMAN 2 Mukomuko dan hasil
wawancara dengan guru BK SMAN 2 Mukomuko,
maupun dengan beberapa peserta didik yang ada di
SMAN 2 Mukomuko, hal ini dikarenakan semakin
majunya zaman dan semakin majunya teknologi
sehingga akhirnya yang berbau pornografi begitu
mudah didapatkan oleh peserta didik. Seharusnya
internet digunakan ke hal-hal yang positif yang dapat
menunjang peserta didik dalam menempuh
pendidikan. Namun, kenyataannya pada saat ini
internet tidak lagi digunakan peserta didik untuk hal
yang bermanfaat, tetapi internet disalahgunakan oleh
peserta didik ke hal-hal yang berunsur pornografi.
Seperti yang peneliti temukan dilapangan ada sekitar
15 orang peserta didik yang menyalahgunakan
internet ke hal-hal yang negatif. Peserta didik dengan
mudah mendapatkan hal-hal yang berbau pornografi
2
Teknik analisis data yang digunakan model
analisis data Miles dan Huberman. Maka teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis data kualitatif diantaranya
(Emzir, 2012: 129-134).
Reduksi Data merujuk pada proses
pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi,
dan pentrasformasian “data mentah” mengenai motif
peserta didik melihat pornografi di SMAN 2
Mukomuko,
Kecamatan
Ipuh,
Kabupaten
Mukomuko. Reduksi data merupakan bentuk analisis
yang mempertajam, memilih, memokuskan, dan
menyusun data dalam suatu cara di mana kesimpulan
akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.
Penyajian Data (Data Display) Penyajian
data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun
yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan
pengambilan tindakan.Penelitian ini dilakukan mulai
dari bulan Mei sampai Juli 2015 . penelitian ini
dilakukan di SMAN 2 Mukomuko Kecamatan Ipuh
Kabupaten Mukomuko.
Penarikan kesimpulan dilakukan dari
permulaan pengumpulan data, peneliti mulai
memutuskan apakah mencatat keteraturan, pola-pola,
penjelasan, konfigurasi yang mungkin dan proposisiproposisi. Dapat menangani kesimpulan-kesimpulan
ini secara jelas,
1. Rasa ingin tahu dan penasaran
Rasa ingin tahu adalah suatu perasaan yang
bergejolak yang bisa membangkitkan rasa penasaran
manusia atau orang. Rasa ingin tahu muncul disaat
kita melihat sesuatu, bisa berupa melihat benda atau
semacamnya. Seperti peneliti temukan kasusnya
dilapangan bahwa motif peserta didik melihat hal-hal
yang berunsur pornografi yaitu adanya rasa ingin
tahu atau penasaran terhadap pornografi tersebut.
Dengan adanya rasa penasaran atau ingin tahu
peserta didik dapat memecahkan masalah yang
membuatnya penasaran, dan sehingga peserta didik
dapat merasa puas dengan apa yang telah dicapainya.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat
diketahui teori fenomenologi menurut Alfred schutz
sesuai dengan penelitian peneliti lakukan, bahwa
peserta didik melihat pornografi tersebut karena
pengalaman yang mereka alami bahwa mereka
beranggapan dengan melihat pornografi tersebut
penasaran yang menyelimuti peserta didik akan
terobati, semakin tinggi rasa keinginantahuan peserta
didik terhadap pornografi maka semakin tinggi pula
mereka untuk melihatnya.
2. Sebagai kebutuhan
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang
ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin
diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui
sesuatu usaha atau tindakan. Sama halnya dengan
rasa kebutuhan terhadap pornografi, namanya
manusia yang diberi nafsu dan berkebutuhan
terhadap kebutuhan seks. Seksual tanpa disadari
merupakan salah satu kebutuhan manusia baik
sebagai pemuas hawa nafsu semata, maka dengan ini
dikatakan bahwa ini merupakan kebutuhan manusia.
Sama halnya dengan kasus peserta didik yang
peneliti temukan dilapangan bahwa melihat hal-hal
yang berunsur pornografi sudah menjadi suatu
kebutuahan baginya. Berdasarkan pernyataan yang
telah diungkapkan oleh beberapa peserta didik dapat
dianalisis menggunakan teori fenomenologi menurut
Alfred Schutz Fenomenologi tertarik dengan
pengidentifikasian masalah dari dunia pengalaman
inderawi yang bermakna, suatu hal yang terjadi di
dalam kesadaran individual secara terpisah dan
kemudian secara kolektif, di dalam interaksi antara
kesadaran-kesadaran. Bagian ini adalah bagian
dimana kesadaran bertindak (acts) atas data inderawi
yang masih mentah, untuk menciptakan makna, di
dalam cara yang sama sehingga bisa melihat sesuatu
yang bersifat mendua dari jarak itu, tanpa masuk
lebih dekat mengidentifikasinya melalui suatu proses
dengan
menghubungkannya
dengan
latar
belakangnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Motif Peserta Didik Melihat Pornografi di
SMAN 2 Mukomuko
Motif Seringkali diistilahkan dorongandorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa
dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif merupakan
suatu driving force yang menggerakan manusia
untuk bertingkah laku, dan dalam perbuatannya itu
mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan
dilakukan selalu dimulai dengan motivasi (Fitriyah,
2014: 169-170).
Peserta didik juga dapat diartikan sebagai
orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah
potensi dasar yang masih perlu dikembangkan.
Siswa atau anak didik merujuk pada pandangan
humanistik terhadap anak, yaitu anak merupakan
makhluk kesatuan yang bermakna dan sebagai
subyeknya
yang
memiliki
potensi
untuk
berkembang,
yaitu
subyek
yang
dapat
mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap
keputusan dan perbuatannya (Danim, 2013: 1-2).
Adapun motif peserta didik melihat pornografi di
SMAN 2 Mukomuko sebagai berikut:
3
Jadi dapat disimpulkan bahwa teori
fenomenologi adalah tindakan seseorang yang
ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman yang
diasumsikan kembali pada dunia realitas. Begitupun
dengan peserta didik tersebut karena pengalaman
mereka bahwa mereka beranggapan dengan tidak
adanya melihat pornografi maka mereka merasa ada
yang kurang dan tidak enak. Maka dari itu
pornografi sudah menjadi kebutuhan bagi peserta
didik tersebut. Oleh karena itu, mereka sampai
sekarang masih melihat yang berunsur pornografi
karena merupakan kebutuhan yang harus mereka
penuhi.
ketagihan atau kecanduan terhadap video tersebut. .
Menurut Alfred Schutz kalau dilihat dari tindakan
yang dilakukan oleh peserta didik maka tindakan ini
digolongkan kepada because motive, yang berarti
motivasi yang tumbuh melalui pengalaman dan
masalah individu sebagai anggota masyarakat. Maka
dari itu dikarenakan adanya motivasi yang tumbuh
melaui pengalam sebelumnya, perilaku ini
semestinya tidak terjadi dikalangan peserta didik.
Seperti yang telah diungkapkan oleh peserta didik di
atas, ini juga salah satu bentuk motif atau alasan
mereka melihat pornografi.
Perkembangan teknologi yang semakin
canggih dan maju mendorong setiap remaja atau
peserta didik untuk lebih aktif dan tanggap terhadap
segala perkembangan zaman tersebut. Teknologi
yang semakin maju mendorong peserta didik untuk
lebih banyak menambah wawasan, peserta didik
mudah dipengaruhi oleh hal baru yang mereka
anggap sangat menarik. Begitu juga dengan
kehadiran internet begitu besar dampak bagi peserta
didik yang menyalahgunakan internet ke hal-hal
yang negatif.
3. Mendapatkan Kesenangan Seksual dan
Kenikmatan
Kesenangan seksual merupakan dorongan
seksual atau kegiatan untuk mendapatkan organ
seksual melaui berbagai perilaku mulai dari mejeng,
merayu hingga aktifitas dan hubungan seksual.
Hubungan seksual adalah kontak seksual yang
dilakukan dengan lawan jenis seperti berpegangan
tangan, cium kering, cium basah, dan meraba-raba
bagian yang sensitif. Perilaku seksual merupakan
hasil interaksi antara kepribadian dengan lingkungan
sekitar. Begitupun halnya dengan peserta didik
munculnya dorongan seksual ketika memasuki usia
puberitas, dorongan seksual akan muncul dalam diri
seseorang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa teori
fenomenologi adalah tindakan seseorang yang
ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman yang
diasumsikan kembali pada dunia realitas. Begitupun
dengan peserta didik tersebut karena pengalaman
mereka bahwa mereka beranggapan dengan melihat
hal-hal pornografi akan mendapatkan kesenangan
dan kenikmatan terhadap dirinya. Oleh karena itu,
mereka sampai sekarang masih melihat yang
berunsur pornografi karena merupakan kebutuhan
yang harus mereka penuhi.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat
dapat disimpulkan bahwa peserta didik melihat
pornografi dengan motif yaitu: 1) Rasa ingin tahu
atau penasaran dimana perasaan yang bergejolak
yang bisa membangkitkan rasa penasaran terhadap
peserta didik tersebut dan rasa ingin tahu muncul
disaat melihat mereka sesuatu. 2) Sebagai kebutuhan
yang mana suatu keadaan yang ditandai oleh
perasaan kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu
yang akan diwujudkan oleh peserta didik melalui
sesuatu usaha atau tindakan yang dilakukannya. 3)
Mendapatkan kesenangan seksual merupakan
dorongan seksual atau kegiatan untuk mendapatkan
organ seksual melalui berbagai perilaku yang
dilakukan oleh peserta didik mulai dari mejeng,
merayu hingga aktifitas dan hubungan seksual. 4)
Disebabkan
ketagihan/kecanduan
merupakan
perilkau ketergantungan pada suatu hal yang
disenangi dan juga merupakan kondisi yang terikat
pada kebiasaan peserta didik.
4.
Disebabkan Ketagihan/Kecanduan
Kecanduan atau ketagihan yaitu merupakan
perilkau ketergantungan pada suatu hal yang
disenangi. Individu biasanya secara otomatis akan
melakukan apa yang disenangi pada kesempatan
yang ada. Kecanduanjuga merupakan kondisi yang
terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tidak
mampu lepas dari keadaan itu, individu kurang
mampu mengontrol dirinya sendiri untuk melakukan
kegiatan tertentu yang kecanduan merasa terhukum
apabila tidak memenuhi hasrat kebiasaannya. Sama
halnya yang peneliti temukan di lapangan bahwa
peserta didik menonton video porno atau yang
berunsur pornografi karena didasarkan adanya
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran
dalam penelitian ini adalah:
1. Diharapkan kepada peserta didik di SMAN 2
Mukomuko Kecamatan Ipuh Kabupaten
Mukomuko untuk lebih menfokuskan diri
kepada pendidikan dan agama karena itu adalah
merupakan benteng pertahanan dii dari
4
2.
pengaruh-pengaruh negatif yang bermunculan di
tengan masyarakat.
Kepada pihak sekolah selalu mempertahankan
program dengan baik mengenai peraturan yang
di tetapkan , dan juga dapat mengawasi peserta
didik pada saat jam istirahat berlangsung dan
tidak membolehkan peserta didik membawa
handphone ke sekolah secara tegas sehingga
peserta didik benar-benar fokus dalam proses
pembelajaran dan peserta didik tidak melanggar
peraturan yang telah ditetapkan.
Sosial, dan Prilaku Sosial). Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
Zetlin, Muhammad. 1998. Memahami Kembali
Sosiologi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
(http://www.lbh-apik.or.id diakses pada 15 Januari
2015).
(http://m.republika.co.id/berita/pendidikan/education
/14/12/14-komnas-pa-93-persen-pernah di akses
pada 15 Mei 2015).
DAFTAR PUSTAKA
As’ad. 2009. Motif Remaja Melakukan Perilaku
Seks di Warnet. Studi Kasus Siswa SMU
N 9 Padang. Skripsi jurusan sosiologi.
Universitas Andalas
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
cipta.
Craib, Ian. 1994. Teori-Teori Sosial Modern: dari
Person sampai Hebermens. (terj) Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Lara Nofitri Yeni. 2014. Pola Aktivitas Remaja
Pecandu Video Porno. Studi Kasus di
Nagari Pamuatan Kecamatan Kupitan
Kabupaten Sijunjung. Skripsi jurusan
sosiologi . STKIP PGRI Padang.
Danim, Sudarwan. 2013. Perkembangan Peserta
Didik. Bandung: CV, Alfabeta.
Desmita. 2014. Psikologi perkembangan peseta
Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif
Analisi Data. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Fitriyah, Lailatul. 2014. Pengantar
Psikologi
Umum. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Mardalis.
2010. Metode Suatu Pendekatan
Proposal. Jakarta: Bumi Aksara
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian
Kualitatif.
_____________2010.
Metodologi
Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soekanto, Soejono. 1993. Beberapa Teori Sosiologi
Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta:
PT Grafindo Persada.
Oetomo, Budi Sutedjo Dharma. 2007. Pengantar
Teknologi
Informasi
Internet.
Yogyakarta: Andi.
Wirawan. I. B. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam
Tiga Paradigma ( Fakta Sosial, Definisi
5
Download